• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend Japanese Rock dan Visual Kei dalam Konteks Pertunjukan Musik Popular di Indonesia : Studi Kasus Group-Group Band di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Trend Japanese Rock dan Visual Kei dalam Konteks Pertunjukan Musik Popular di Indonesia : Studi Kasus Group-Group Band di Medan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM

KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI

INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND

DI MEDAN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

M A S R I N A P U R N A M A S A R I

NIM: 040707007

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM

KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI

INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND

DI MEDAN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

M A S R I N A P U R N A M A S A R I

NIM: 040707007

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni

dalam Bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

(3)

TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM

KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI

INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND

DI MEDAN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

M A S R I N A P U R N A M A S A R I NIM: 040707007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Irwansyah Harahap, M.A Drs.Bebas Sembiring, M.Si NIP: 196212211997031001 NIP:19570313199231001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni

dalam Bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(4)

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

(5)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda (Alm) H. Hasywin Permana Putra dan ibunda Hj. Rosnani yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, juga untuk kakak tersayang Reny Windayani. Terima kasih atas dukungan dan doa kalian selama ini.

Skripsi ini berjudul “Trend Japanese Rock dan Visual Kei dalam Konteks

Pertunjukan Musik Popular di Indonesia : Studi Kasus Group-Group Band di Medan”, diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen

Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si selalu

Dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan, pemikiran, ketika membimbing penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku Ketua Departemen Etnomusikologi, serta Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekertaris Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan dukungan moril, saran, serta nasehat-nasehatnya. Kemudian penulis juga berterima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan pangajaran selama penulis mengikuti bangku perkuliahan. 3. Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A selaku Dosen wali. Terima kasih atas arahan dan

pemikiran-pemikirannya selama ini.

(6)

istilah “visual kei”), para personil Azumi, Arya (Julia Rock band), Yudhie (Soudjiro band), Kotchie dan Cya (Shiroyuuki), terima kasih telah membantu selama ini. 5. Sahabat penulis Rian, Vina, dan Vita. Terima kasih atas dukungan dan sindiran yang

tak henti-hentinya selama ini sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman seperjuangan : Pipin, Idol, Frans, Markus, Feri, Ata, Fewa, Dia,

Amran, Welly, Tri, Jeje, Nancy, dodo. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini di dalam suka maupun duka yang mampu kita lewati bersama. Riri sangat menyayangi kalian.

7. Abang dan kakak senior, serta adik-adik junior, yang sering mendesak penulis untuk segera lulus. Terima kasih atas dukungan moril yang telah kalian berikan.

Terima kasih buat kalian semua dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang membacanya, dan semoga Allah SWT melimpahkan segala kebaikan, rahmat, dan Hidayah-NYA bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………

DAFTAR ISI………

DAFTAR TABEL………..

DAFTAR GAMBAR……….

BAB I : PENDAHULUAN………

1.1Latar Belakang………

1.2Pokok Permasalahan………...

1.3Tujuan dan Manfaat………... ………

1.3.1 Tujuan ………..

1.3.2 Manfaat……….

1.4 Konsep dan Teori ………..

1.4.1 Konsep ………..

1.4.2 Teori ……….

1.5 Metode Penelitian ………...

1.5.1 Studi Kepustakaan ………..

1.5.2 Pengamatan ………..

1.5.3 Wawancara ………. .

1.6 Kerja Laboratorium ………...

(8)

BAB II : JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :

SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN ………

2.1 Sejarah Musik Rock Jepang ……….

2.2 Karakteristik Umum Japanese Rock ………

2.2.1 Warna Musik ………..

2.2.2 Karakter Sound………...

2.2.3 Tangga Nada ………...

2.2.4 Vokal ………...

2.2.5 Lirik Lagu ………....

2.2.6 Performance ………

2.3 Visual Kei Sebagai Identitas Musisi Japanese Rock ………

2.4 Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik

di Jepang ………..………..

BAB III : FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI

DI INDONESIA ………

3.1 Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei ………..

3.2 Keberadaan Visual Kei dan Band Japanese Rock di Beberapa

Kota Besar ………

3.3 J-Event (Japan Event) ………...

3.4 Trend Visual Kei dalam Konteks Pertunjukan ………

(9)

BAB IV : TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM

KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK DI MEDAN ………

4.1 Masuknya Musik Japanese Rock di Kota Medan ………

4.2 Band Beraliran Japanese Rock di Kota Medan ………

4.3 Japanese Rock Mengacu Pada Musik ………..

4.4 Visual Kei Mengacu Pada Penampilan (Performance) ………

4.4.1 Kostum dan Aksesoris ……….

4.4.2 Rambut ………

4.4.3 Tata Rias ……….

4.4.4 Aksi Panggung ………

4.5 Konteks dan Penyajian Musik Dalam Pertunjukan ……….

4.5.1 Waktu dan Tempat Pertunjukan ………

4.5.2 Penyajian Musik ………….………..

4.5.3 Penonton (audiens) ………...

4.6 Musik Mempengaruhi Perilaku Pemusik dan Penonton …………..

BAB V : PENUTUP ………..

5.1 Kesimpulan ………..

5.2 Saran ………

DAFTAR PUSTAKA………..

DAFTAR INFORMAN………...

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Sejarah Musik Rock Jepang ………..

Table 2 : Event “jejepangan” yang pernah diselenggarakan di kota-kota besar

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Contoh Angura Kei ……….

Gambar 2 : Contoh Eroguro ……….

Gambar 3 : Contoh Oshare Kei ……….

Gambar 4 : Kyo (vokalis Dir en Grey) yang suka menyakiti diri sendiri

dalam aksi panggungnya……….

Gambar 5 : Vokalis band Azumi (Medan) yang terinspirasi oleh Kyo

untuk melakukan aksi menyakiti diri sendiri dengan

menyayat tangannya dalam suatu pertunjukan………

Gambar 6 : Penulis bersama group band Azumi ………..

Gambar 7 : Band Tamama Impact dari Bandung………..

Gambar 8 : The Gazette (band Jepang) dengan kostum berwarna hitam,

juga banyak di usung oleh band Japanese Rock Indonesia…….

Gambar 9 : Persamaan cara pewarnaan rambut ‘belang sebelah’ antara

band Medan (sebelah kiri) dan band Jepang (sebelah kanan) ….

Gambar 10 : Bando dengan hiasan topi kecil sebagai aksesoris ……….

Gambar 11 : Contoh model sepatu untuk menunjang penampilan Visual Kei.

Gambar 12 :Penonton adalah kalangan remaja………

Gambar 13 : Panggung Pertunjukan………

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang merupakan salah satu Negara yang kaya akan budaya. Budaya

Jepang yang nyata dan bisa disaksikan saat ini adalah musik popularnya dan

harajuku style1

1

Gaya dandanan yang “aneh” dan tidak lazim, sering disebut gaya pemberontak (rebellion). Masyarakat Jepang (para pekerja) maupun para anak muda merasa bosan dengan keseharian mereka yang selalu rapi memakai jas saat bekerja, rambut tersisir rapi, memakai seragam kesekolah. Oleh karena itu mereka merasa harus “memberontak” terhadap ketidakbebasan mereka dalam hal berdandan dengan melawan mainstream. Mereka berdandan sesuai dengan apa yang mereka mau, memakai baju yang “nabrak-nabrak”, memoles wajah dengan make up tebal ala boneka, memakai stoking warna norak atau belang-belang, rambut warna-warni, dan sepatu ber highheel. Biasanya di kawasan Harajuku ini mereka bercosplay meniru tokoh anime, manga, band favorit, tokusatsu, ataupun tokoh dalam permainan video game. Dalam perkembangannya Harajuku menjadi tempat pelarian para seniman untuk mengadakan perform jalanan. Kini harajuku dikenal sebagai sebuah sentra dunia entertainment yang terkenal di Jepang maupun dunia karena memiliki ciri khas dimana banyak street performers mengekspresikan idealisme mereka dengan gaya berpakaian yang unik yang kemudian dikenal dengan nama Harajuku Style.

. Musik Jepang mampu mencari jati dirinya dengan membuat

aliran atau style sendiri meskipun mereka terinspirasi dari barat. Mereka berusaha

untuk membuat sesuatu yang baru dengan melakukan inovasi terhadap apa yang

ditirunya. Tidak heran jika saat ini kita selalu mendengar aliran musik yang

terdapat inisial “J” didepannya, seperti J-Pop, J-Dangdut, J-Rap, dan juga J-Rock.

Jika selama ini masyarakat kita sangat terbuka dalam menerima musik dari

mancanegara, terutama musik-musik yang berasal dari Amerika seperti Hip-Hop

dan R&B, kini berkat teknologi kita juga bisa merasakan kehadiran musik popular

Jepang di Indonesia. Saat ini yang sedang menjadi trend bermusik anak-anak

muda Indonesia adalah musik Japanese rock (J-Rock). J-Rock atau Japanese

(13)

yang ada di Jepang.2

Perkembangan V-Kei menjadi popular di Jepang dan sering dikaitkan

dengan band rock Jepang. Di Jepang sendiri tumbuh kepercayaan di kalangan

komunitas band, jika ingin sukses dalam bermusik sebaiknya memulai debut

dengan penampilan Visual Kei karena semakin banyak band Visual Kei yang

terkenal.

Ada beberapa ciri dari J-Rock yang membuatnya berbeda

dari rock Amerika yaitu dalam hal komposisi musik, sound, dan performance.

Selain tiga hal tersebut, dari segi Vokal biasanya penyanyi J-Rock memiliki

karakter yang kuat dan khas yaitu identik dengan vibrasi dan teknik falsetto. Ciri

lainnya yaitu permainan bass yang intens dan tidak hanya memainkan akord saja,

drum yang tidak harus double pedal dan banyak sinkop serta variasi, serta nada

yang cenderung minor, dan lain sebagainya. Japanese Rock juga memiliki ciri

dalam hal pembawaan bermusiknya. Pemusik biasanya memakai tema Visual Kei

(V-Kei) yang merupakan trend dalam J-rock yang mengutamakan penampilan

visual untuk menarik perhatian penonton. Prinsip dari V-Kei adalah pemusik

mengenakan pakaian dan dandanan yang memberi kesan feminin meskipun

personilnya adalah laki-laki. Biasanya dalam V-Kei satu orang personilnya

berdandan sebagai wanita, meskipun selamanya tidak harus begitu.

3

Dua hal inilah (J-Rock dan V-Kei) yang kemudian banyak ditiru oleh anak-anak

muda Indonesia. Japanese Rock dan Visual Kei seolah menjadi trend baru Beberapa band Visual Kei adalah Dir en Grey, The GazettE, Alice Nine,

Malize Mizer, X Japan, Luna Sea, Vidoll, Versailles, ScReW, SuG dan

sebagainya. Dir en Grey merupakan salah satu band yang “ekstrim” dalam

(14)

dikalangan komunitas pecinta musik Jepang di Indonesia. Karena kecintaan

mereka terhadap musik dan fashion Jepang akhirnya memunculkan band-band

yang beraliran J-rock dengan tema V-Kei, contohnya adalah band RevDeKei yang

berasal dari Yogyakarta. Meskipun demikian tidak semua band yang muncul

mengangkat tema Visual Kei walaupun berada pada aliran Japanese Rock. Wasabi

dan Japanese Heroes adalah pelopor band Japanese rock di Indonesia. Setelah

mereka, kemudian muncul band-band baru lagi seperti J-Rocks (nama band,

bukan penyebutan genre musik), Jetto, dan Leto di Jakarta, atau Sound Wave dan

Lucifer di Bandung. Band-band ini selain memainkan lagu soundtrack anime4

Trend serupa juga diikuti oleh beberapa band di kota Medan. Biasanya

mereka tampil di acara-acara komunitas ataupun bunkasai

juga memainkan lagu-lagu dari band J-Rock Jepang. Selain itu masih banyak

band-band dari kota-kota besar lainnya di Indonesia yang mengikuti trend

tersebut. Band-band J-Rock tersebut sering tampil dalam acara yang bersifat

Jepang, seperti acara Japan Festival di Universitas Indonusa Esa Unggul (Jakarta

Barat), Japan Festival di Margo City (Depok), Japanese Rock Day volume

12,13,14 (Jakarta Selatan), serta Bunkasai yang diadakan diberbagai Universitas

di Indonesia. Melody Maker, Wasabi, Monalisa, Mama Rocker, X-Shibuya,

Chick-en-katsu, Monoimi, Zanrokku, merupakan beberapa band yang sering

melakukan pertunjukan di acara yang bersifat Jepang.

5

4

Film animasi Jepang seperti Samurai X, City Hunter, Gundam, Saint Seiya, Candy-Candy, Detective Conan, Naruto, Dragon ball, dan lain-lain.

5

Festival budaya Jepang

. Beberapa group band

yang kerap membawakan lagu-lagu milik band rock Jepang adalah Marrionate,

Azumi, Shiroyuuki, dan beberapa band lainnya. Selain membawakan lagu dari

(15)

Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang trend Japanese Rock dan Visual Kei. Ada beberapa alasan mengapa

penulis tertarik pada topik ini. Pertama, penampilan V-Kei dan gaya bermusik

band Japanese Rock mampu menjadi sebuah trend di kalangan anak-anak muda

Indonesia, walaupun jenis musik ini tergolong musik minoritas dalam industri

rekaman Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pendengar/penikmat musik ini

masuk dalam kategori pendengar minoritas. Kedua, J-Rock dan V-Kei ini sering

menjadi topik diskusi para pendengar/penikmatnya diberbagai forum di internet.

Ketiga, banyak musik popular di Medan yang telah dibahas dan dijadikan sebuah

skripsi, seperti perkembangan musik Progressive Metal, perkembangan musik

EMO, perkembangan musik keroncong, seni pertunjukan dangdut, dan lain

sebagainya, sedangkan Japanese Rock dan Visual Kei belum pernah dibahas. Oleh

karena itu, muncul ketertarikan saya untuk membuat tulisan tentang trend J-Rock

dan V-Kei di Indonesia umumnya, dan Medan khususnya.

Berdasarkan hal di atas, adapun judul skripsi ini adalah “Trend Japanese

Rock dan Visual Kei Dalam Konteks Pertunjukan Musik Popular di Indonesia :

Studi Kasus Group-Group Band di Medan”.

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia?

2. Bagaimana trend Japanese Rock (hal tentang musik) serta Visual Kei

(hal tentang performance) dalam konteks pertunjukan group band

(16)

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a) Untuk melihat bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei

di Indonesia.

b) Untuk melihat bagaimana trend Japanese Rock dan Visual Kei

yang mengacu pada musik dan performance dalam konteks

pertunjukan group band beraliran J-Rock di Medan

1.3.2 Manfaat

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :

a) Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana fenomena

Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia.

b) Memberikan informasi kepada pembaca terkait Trend Japanese

Rock dan Visual Kei dalam konteks pertunjukan group band

beraliran J-Rock di Medan yang mengacu pada musik dan

performance-nya.

c) Dapat dijadikan data untuk bahan penulisan selanjutnya tentang

musik Japanese Rock dan Visual Kei

d) Memenuhi salah satu syarat menjadi sarjana seni di Departemen

(17)

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda

ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,1985:46).

Suatu makna atau pengertian dari sebuah konsep harus didefinisikanan.

Trend merupakan sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu atau

dua orang saja6

Japanese dalam Kamus Inggris Indonesia (2004:334) artinya orang Jepang

atau Jepang. Rock adalah genre musik yang memiliki karakter keras dan

menghentak-hentak. Yang dimaksud dengan Japanese Rock disini adalah sebuah

genre musik yang berkarakter keras dan menghentak-hentak yang dimainkan oleh

orang-orang (musisi) Jepang. Beberapa karakteristik J-Rock secara umum seperti:

akord yang banyak menggunakan transpose

, sifatnya sementara dan bisa berulang lagi. Pada tulisan ini trend

yang akan dibahas meliputi segi musikal dari musik Japanese Rock, serta hal-hal

yang bersifat visual seperti kostum, dandanan, perilaku bermusik, yang

kesemuanya itu berkaitan dengan Visual Kei. Seluruh musik yang disebarluaskan

melalui media massa baik media cetak, penyiaran ataupun rekaman dapat

dikategorikan sebagai musik popular.

7

, banyak memainkan nada-nada

kromatik8

Visual kei merupakan penggabungan dari kata Visual (bahasa Inggris)

yaitu berkenaan dengan sesuatu yang dapat dilihat, dan Kei (bahasa Jepang) yang , pemilihan nada-nada tinggi yang dominan dalam solo gitar, permainan

tempo bass yang intens, dan lain sebagainya.

6

Netsains.com

7

Penulisan ulang rangkaian melodi atau akord-akord sebuah lagu dengan meninggikan atau merendahkan semua nada dalam rentang jarak tertentu dan menyeluruh.

8

(18)

mempunyai arti “gaya”. Jadi bisa diartikan bahwa Visual Kei adalah gaya dari

penampilan luar yang dapat dilihat dengan mata. Gaya dari penampilan luar ini

mencakup kostum, rambut, aksesoris, make up, dan perilaku bermusik. Secara

umum, anggota band V-Kei berpenampilan “nyentrik” untuk menarik perhatian,

seperti rambut yang diwarnai, potongan rambut yang “keren” yang tidak pernah

terbayang sebelumnya, make-up tebal yang memiliki kesan feminin, serta kostum

yang “aneh”. Visual Kei terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu angura kei,

eroguro, oshare kei, yang memiliki cirinya masing-masing [baca halaman 27].

Mereka bebas menciptakan gaya berpakaian dan berdandan mereka sendiri yang

mampu menarik perhatian penonton. Oleh karena itu mereka memiliki ciri kostum

sendiri, ada yang mengenakan kimono, ada yang bergaya ke-Eropaan, dan

lain-lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 522), konteks memiliki

dua arti. Arti yang pertama yaitu bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat

mendukung atau menambah kejelasan makna, sedangkan yang kedua adalah

situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.

Pertunjukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1086) artinya

sesuatu yang dipertunjukkan, tontonan. Maksud dari konteks pertunjukan dalam

penelitian ini adalah situasi/hal-hal yang terdapat dalam sebuah

pertunjukan/tontonan, baik itu dari segi audio (segala bentuk musikal yang dapat

didengar ) maupun visual (semua hal yang dapat dilihat dengan mata).

Manuel (1988:2) mengatakan bahwa “kata musik popular telah digunakan secara

umum dalam tulisan-tulisan berbahasa inggris untuk mengartikan musik rakyat

(19)

bisa dideskripsikan sebagai bentuk dari musik yang berkembang di abad ini yang

mempunyai hubungan erat dengan media massa”. Sebagai musik yang banyak

disebarluaskan melalui media massa, Japanese rock tergolong sebagai salah satu

jenis musik popular.

Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok

pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila peneliti

hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan

diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer

(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2003:1).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul

penelitian ini yaitu sebuah tulisan yang ingin menggambarkan bagaimana trend

musik Rock Jepang sebagai musik yang rekaman dan penyiarannya telah sampai

ke Indonesia beserta gaya visualnya, diikuti atau ditiru oleh anak-anak muda

Indonesia baik dari segi musikal maupun segi visual yang kemudian diterapakan

dalam situasi pertunjukan mereka, khususnya pertunjukan dari band beraliran rock

Jepang yang ada di Medan.

1.4.2 Teori

Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang

saling berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu

gejala (Malo dkk, 1985:49-50).

Kemajuan teknologi membantu penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei

di Indonesia. Penyebaran berkaitan dengan proses difusi. Difusi (diffusion) adalah

(20)

perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Bersamaan dengan penyebaran dan

migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar

unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur-unsur-unsur kebudayaan ke

seluruh penjuru dunia (Koentjaraningrat, 2002:227-228,244).

Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang

timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali,

bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini

disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat

kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi (Koentjaraningrat, 2002: 246-247).

Jadi tidak heran jika seandainya gaya bermusik dan gaya Visual musisi Jepang

dalam waktu kurang dari sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di

Indonesia karena adanya televisi, intenet, dan TV kabel.

Dalam menjelaskan konteks pertunjukan Japanese Rock dan Visual Kei,

penulis memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah seni pertunjukan

seperti waktu, tempat, pemain, penonton; kapan dan dimana pertunjukan

dilaksanakan, disajikan untuk apa, dipertontonkan untuk siapa/kalangan mana,

serta bagaimana sifat pertunjukannya. Penjelasan mengenai unsur-unsur musikal

yang membentuk suatu komposisi musik, tentang instumentasi, lirik, dan vocal

berkaitan dengan disiplin ilmu etnomusikologi.

Sloboda dan O’Neill (2001) dalam Djohan (2009:49) mengatakan bahwa

dalam pemahaman sehari-hari, musik seringkali dikaitkan dengan perasaan. Di

satu sisi, musik dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, dan di

(21)

kedekatannya dengan kehidupan manusia, maka kajian tentang musik hampir

selalu terkait dengan kajian tentang perilaku manusia.

Penulis akan menggunakan ”Teori Emosi” untuk melihat perilaku pemusik

dan penonton selama pertunjukan berlangsung. Emosi dimaknai sebagai cepat

lambat (elemen tempo) atau keras dan lembutnya (elemen dinamika) sebuah

komposisi musik. Emosi menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan

ataupun hal-hal yang dapat dirasakan dari penyajian sebuah musik. Musik diakui

mempunyai kekuatan untuk mengantar dan menggunggah emosi (Djohan,

2009:86-87).

1.5 Metode Penelitian

Metode disini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh penulis

dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang penulis pergunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh objek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah mengutamakan proses daripada

hasil. Perhatian penelitian kualitatif lebih ditekankan pada bagaimana gejala

tersebut muncul (Arikunto, 2002:14).

Dalam metode penelitian kualitatif, tahapan-tahapan penelitian secara

(22)

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, pada tahap pra-lapangan penulis

terlebih dahulu akan melakukan studi pustaka dengan membaca bahan bacaan

yang memiliki relevansi dengan topik penelitian. Bahan bacaan bisa berupa buku,

majalah, jurnal, artikel, maupun skripsi. Musik Populer yang ditulis oleh Mauly

Purba dan Ben M. Pasaribu, 2006; Musik dan Kosmos karya Shin Nakagawa,

2000; Psikologi Musik karya Djohan, 2009; merupakan buku-buku yang saya

gunakan dalam menulis skripsi ini, dan masih ada beberapa buku lainnya yang

relevan dengan topik penelitian. Penulis tidak menemukan buku khusus yang

menulis tentang Japanese rock dan Visual Kei, oleh karena itu penulis mencari

artikel dan informasi lain yang memiliki relevansi melalui internet.

1.5.2 Pengamatan

Pengamatan dalam metode penelitian kualitatif meliputi keseluruhan

kejadian, kelakuan, dan benda-benda pada latar penelitian.

Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Untuk mengamati

kejadian yang kompleks dan terjadi serentak, pengamat diseyogiakan

menggunakan alat bantu misalnya kamera, video tape dan audio-tape recorder.

Kejadian tersebut kemudian dapat diamati dan dianalisis setelah rekamannya

diputar kembali (Arikunto, 2002:205).

Harsja W. Bachtiar dalam Koenjtaraningrat (1973:149-151)

mengemukakan dua macam pengamatan yaitu :

Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, para

(23)

1. kegiatan. Tidak memungkinkan bagi orang yang menjadi sasaran

penelitian untuk melihat peneliti yang mengamati mereka, karena

peneliti biasanya mengamati dari kaca jendela.

2 Metode pengamatan terlibat. Yang menjadi sasaran pada pengamatan

ini adalah orang/pelaku. Oleh sebab itu, dalam mengumpulkan bahan

yang diperlukan peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku

yang diamatinya. Sasaran penelitian harus diamati di tempat mereka

dijumpai. Artinya, orang yang menjadi sasaran penelitian menyadari

kehadiran si peneliti. Berbeda dengan pengamatan terkendali, pada

pengamatan terlibat peneliti tidak perlu bersembunyi saat mengamati

dan tidak juga mengakibatkan perubahan pada kegiatan yang diamati

karena kehadirannya.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode

pengamatan terlibat karena orang yang menjadi sasaran penelitian menyadari

kehadiran penulis. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan

keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak

mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati.

1.5.3 Wawancara

Untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, penulis akan

melakukan wawancara.

Metode wawancara dibagi kedalam dua golongan besar yaitu :

1. Wawancara berencana, yang selalu terdiri dari daftar pertanyaan yang

(24)

2. Wawancara tidak berencana, yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya

dari suatu daftar pertanyaan. Wawancara tidak berencana ini dibagi lagi

kedalam (a) metode wawancara berstruktur yaitu pedoman wawancara

yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list, dan (b)

metode wawancara tak berstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat

garis besar yang akan ditanyakan. Kreativitas pewawancara sangat

diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis ini banyak tergantung

dari pewawancara.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya wawancara terbagi atas dua, yaitu :

1. Wawancara tertutup, terdiri dari pertanyaan yang bentuknya sedemikian

rupa sehingga kemungkinan jawaban dari responden atau informannya

terbatas.

2. Wawancara terbuka, terdiri dari pertanyaan sedemikian rupa bentuknya

sehingga responden atau informan tidak terbatas jawabannya dan dapat

memberi keterangan atau cerita yang panjang.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis wawancara, yaitu

wawancara berencana dengan menyusun daftar pertanyaan, serta wawancara

terbuka agar mendapatkan keterangan yang panjang. Selama wawancara peneliti

akan mendengarkan dengan penuh perhatian segala hal yang diceritakan

informan, juga keterangan yang mungkin tidak diperlukan. Wawancara juga bisa

(25)

1.6 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium adalah kerja dimana penulis akan mulai melakukan

pengolahan data dengan menyeleksi semua data yang terkumpul setelah

melakukan penelitian lapangan. Pada tahap ini, data yang diperlukan akan

dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah laporan

dalam bentuk skripsi.

1.7 Lokasi Penelitian

Untuk kegiatan penelitian, penulis memfokuskannya di kota Medan.

Acara bunkasai selalu berlokasi di lapangan parkir Fakultas Sastra USU, yang

diselenggarakan oleh mahasiswa/mahasiswi jurusan Sastra Jepang Fakultas

Sastra, Universitas Sumatera Utara. Selebihnya pertunjukan tidak memiliki lokasi

yang tetap. Oleh karena itu, penulis akan melakukan pengamatan ke beberapa

(26)

BAB II

JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :

SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN

Japanese rock atau biasa disingkat J-Rock merupakan salah satu genre

musik popular Jepang. Sebenarnya orang-orang Amerika lah yang membuat

istilah ini karena di Jepang sendiri mereka tidak memakai istilah J-Rock.

Orang-orang menyebut istilah J-Rock untuk menyebut band Jepang yang membawakan

musik Rock, sama seperti istilah American Rock (Rock yang dimainkan orang

Amerika) dan Brit Pop (musik Pop di Inggris). Di Jepang, genre musik modern

seperti rock, pop, dance, dan lainnya berada di bawah naungan J-Pop9

Menurut sejarahnya, musik rock masuk ke Jepang ketika musik rock n

roll menjadi trend baru di Jepang pada tahun 1956. Saat itu group musik country

Kosaka Kazuya dan Wagon Master merilis lagu “Heartbreak Hotel” milik Elvis

Presley. Gaya musik ini disebut Rockabilly

.

10

. Walaupun hanya berlangsung

singkat selama tahun 1950-an, gaya bermusik rockabilly berpengaruh besar

terhadap musik 11

Rockabilly ditampilkan diberbagai Klab Jazz melahirkan musisi-musisi

seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijiro Yamashita. Tidak ada literatur Berikut ini akan dipaparkan

bagaimana sejarah musik rock di Jepang.

2.1 Sejarah Musik Rock Jepang

9

Di Jepang, istilah J-Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut dengan Enka (bentuk ballad dari Jepang tradisional).

10

Rockabilly adalah salah salah satu gaya paling awal dan paling berpengaruh dalam musi

11

(27)

yang menjelaskan secara pasti kenapa rockabilly di tampilkan di klab Jazz.

Penulis berfikir kemungkinan hal itu terjadi dikarenakan musik modern yang

pertama kali masuk ke Jepang adalah musik Jazz, sehingga banyak tempat

pertunjukan saat itu diperuntukkan hanya untuk menggelar musik jazz.

Puncak kepopuleran rock n’ roll terjadi pada tahun 1959. Ketika itu

muncul sebuah film tentang pertunjukan group musik rock n’ roll di Jepang.

Namun rock n’ roll mulai kehilangan pamornya bersamaan dengan turunnya

pamor rock n’ roll di Amerika Serikat. Banyak group rock n’ roll Jepang yang

hanya meniru rock n’ roll Amerika. Kepopuleran tersebut surut di penghujung

tahun 1950-an dan digantikan oleh era cover pops (Kaba Popsu), dimana musisi

belajar bermain musik dan menterjemahkan lirik lagu-lagu populer Amerika. The

Venture mengunjungi Jepang tahun 1962, dan mereka yang menyebabkan

munculnya gerakan “gitar listrik” (Eleki Boom). Gerakan ini yang membuat

banyak penggemar musik rock berganti identitas dari pendengar setia menjadi

musisi rock. Hal tersebut semakin mudah terwujud ketika gitar elektrik produksi

dalam negeri dijual dengan harga murah. Yuzo Kayama dan Takeshi Terauchi

adalah pemain gitar listrik yang terkenal.12

Sekitar tahun 1964-an, Surf music atau musik Ereki (Eleki) mencapai

puncak kepopuleran setelah

Muhammad Sulhan dalam Identitas

dan Budaya Konsumtif (Prajarto, 2004:236) mengatakan bahwa perjalanan hidup

manusia yang selalu ditandai dengan krisisnya identitas menjadi faktor yang

membuat mereka selalu menemukan identitas-identitas baru.

The Ventures dengan lirik bahasa Jepang yang kemudian menjadi hits. Tahun

12

(28)

1965, band lokal Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The

Beatles dengan lirik bahasa Jepang tentunya. The Beatles adalah band rock

pertama yang menggelar konser di Nippon Budokan tahun 1966. Masyarakat

percaya bahwa The Beatles akan menyebabkan kenakalan remaja di konser

tersebut. Pemerintah Jepang kemudian mengerahkan polisi anti huru hara untuk

mengamankan penggemar-penggemar remaja. The Beatles kemudian

menyebabkan lahirnya gerakan Group Sounds (Gurupu Saunzu) di Jepang.

Sebagian besar musisi Jepang merasa bahwa mereka tidak bisa menggunakan

bahasa Jepang untuk lagu-lagu rock yang baru, sehingga jaman ini secara bertahap

menurun. Sebagai hasilnya, muncul perdebatan “apakah kita harus menyanyikan

lagu rock di Jepang?”, “apakah kita harus menyanyikannya dalam bahasa

inggris?”, antara Happy End dan Yuya Uchida tentang musik rock Jepang.

Perdebatan ini kemudian dikenal dengan “kontroversi rock bahasa Jepang”

(Nihonga Rokku Ronso). Namun Happy End membukitikan bahwa musik rock

bisa dinyanyikan dalam bahasa Jepang.13

Penghujung tahun 1960-an hingga pertengahan 1970-an terdapat musisi

rock seperti

musik rock dari Kansai (Blues Rock), Fukuoka (Mentai Rock), dan Okinawa

(Okinawan Rock). Folk Rock muncul dibawa oleh

yang terkenal pada pertengahan 1970-an, musik rock masih belum bisa diterima

oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun keadaan ini dirubah oleh band Carol

13

(29)

yang didirikan Eikichi Yazawa dan tiga tokoh rock ternama yait

(rokku gosanke). Musik rock semakin mudah diterima lagi oleh masyarakat berkat

Southern All Star, The Alfee, Kenji Sawada, dan Godiego.14

Sejak akhir tahun 1970-an, group musik rekaman dari label indies kian

popular sehingga menyebabkan terjadinya “Band Boom” di Jepang pada

pertengahan 1980-an. Muncul aliran-aliran seperti punk rock, new wave, techno

pop, hard rock, dan heavy metal. Group musik yang mewakili seperti Bow Wow,

Loudness, Yellow Magic Orchestra, Anthem, 44Magnum, dan sebagainya.

pengaruh kuat dalam dunia musik rock Jepang.15

Tahun 1989, X-Japan memulai debutnya dan berhasil membuat musik

heavy metal diterima oleh semua kalangan masyarakat Jepang. X-Japan yang

berpenampilan nyentrik inilah yang secara perlahan-lahan meruntuhkan dominasi

musik pop pada saat itu. Ditambah lagi saat itu group band Guns N’ Roses sedang

“booming” di Jepang dan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam merubah

pandangan masyarakat terhadap jenis musik Rock. Hide (gitaris X-Japan) mulai

dijagokan sebagai icon musik Rock Jepang saat itu dan mempelopori sebutan

khusus untuk musik mereka dengan nama Japanese Rock. Berbeda dengan band

Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang dimana warna musiknya

lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hide memiliki warna

tersendiri yang banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya.

http”//moer.multiply.com/journal/Elaborasi musik Indonesia-Jepang_dari Gesang sampai Utada Hikaru

16

(30)

Dalam waktu yang hampir berdekatan, lagu yang bertemakan kritik sosial

yang dilihat dari sudut pandang generasi muda juga mencapai ketenaran. Melodic

Hardcore muncul sebagai aliran baru yang dibawa oleh Hi-Standard, Snail ramp,

Nicotine, dan Kemuri. Hi-Standard adalah group yang memulai menggunakan

lirik bahasa Inggris yang sekarang ini sudah tidak asing kita dengar. Shonen Knife

merupakan band Jepang yang berhasil menjadi pembuka konser Nirvana pada

tahun 1993. Puncak kepopuleran

menutup akhir dekade 1990-an. Konser-konser di alam terbuka sering diadakan

pada saat itu, contohnya seperti Fuji Rock Festival.

Awal tahun 2000-an diramaikan group musik seperti

sekali group-group bergenre Melodic Hardcore dan Emocore bermunculan,

seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation.

Rock yang popular pada masanya.17

17

(31)

Tabel 1: Sejarah Musik Rock Jepang

Era 1950-an - - Rock n’ Roll Mickey Curtis, Masaaki Hirao, Keijiro Yamashita

Kaba Popsu /

Terauchi Takeshi to Buru Jinzu (Takeshi Terauchi dan Blue Jeans), Fujimoto Koichi, Yuzo Kayama, Tokyo Beatles

Jockey Yoshikawa and His Blue Comets, The Spiders, RC Succession, Blue Creation, Carol, Happy End, The Mops,dll.

Ueda Masaki and South to South, West Road Blues Band, Murasaki, Break Down, San House

Era Rock Jepang hingga 1980-an

- -Folk Rock Takuro Yoshida, Yosui Inoe, Garo, NSP, dll.

New Wave

BOW WOW, Loudness, Anthem, 44Magnum, Plastics, Anarchy, Hound Dog, Yellow Magic Orchestra, dll.

The Flipper’s Guitar, Pizzicato Five, Salon Music, X-Japan, Luna Sea, Glay, L’Arc En Ciel, Judy and Mary, Hi-Standard, Snail Ramp, Nicotine, Boredoms, dll.

Tahun 2000-an Visual Kei, Sheisun Punk

(32)

2.2.1 Warna Musik

Japanese Rock menggunakan ensambel musik modern seperti instrumen

gitar, bass, drum, keyboard/synthesizers, dan vokal. Instrumen tambahan seperti

piano dan biola juga digunakan oleh beberapa group band pada lagu-lagu yang

mendapat pengaruh musik klasik, seperti lagu Malice Mizer yang berjudul

Gardenia. Musisi Jepang menyukai hal-hal yang sulit. Misalnya saja dalam

penggunaan akord seperti Asus4, G6, Fdim, Cmaj7, Faug, yang terkesan sulit

dimainkan oleh pemusik pemula yang belum begitu mengenal semua akord.

Mereka suka menggunakan akord-akord seperti itu daripada harus menggunakan

akord seperti Am, G, F, atau C. Salah satu ciri khas musik Japanese rock bisa

dilihat dari pola ritem drumnya.

Contoh pola ritem drum pada lagu “Dahlia” milik band X-Japan ( Sumber : Guitar Pro 5 )

(33)

Progresi akord gitaris Jepang kebanyakan terpengaruh progresi akord

musik jazz dan musik klasik. Akord-akord minor 7th dibawakan dengan enerjik

pada saat improvisasi gitar. Selain itu yang membuat lagu-lagu Japanese Rock

terdengar unik adalah pada saat progresi akord yang sering menggunakan progresi

akord ascending18 atau descending19 setengah nada, seperti Ab-G-Gb atau

A-A#-B-C.

Pogrresi akord descending pada lagu “Bravery” oleh L’arc En Ciel ( Sumber : Guitar Pro 5 )

18

Progresi akord naik 19

(34)

Dalam teknik permainan bass terdapat istilah “walking bass” atau “bass

jalan”. Rangkaian not bass terus bergerak cepat naik dan turun. Bass tidak hanya

memainkan akord saja, tetapi juga memainkan melodi dengan

improvisasi-improvisasi. Meskipun begitu, tidak semua lagu menggunakan teknik permainan

bass seperti itu, tergantung kebutuhan lagunya juga. Selain itu permainan bass dan

ritem gitar memainkan pola melodi dasar yang sama, hanya saja di bagian-bagian

tertentu masing-masing berimprovisasi. Kabarnya improvisasi-improvisasi inilah

yang menandakan kekhasan musik Japanese Rock.

(35)

Permainan bass memiliki banyak variasi akord dibandingkan akord utama

lagu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika akan pindah ke nada A, bass bebas

bermain / berputar-putar ke E atau D atau C# (dan seterusnya asalkan tidak keluar

dari tangga nadanya) terlebih dahulu sebelum sampai ke nada A yang di tuju. Bass

juga tidak harus mengikuti ketukan drum. Ketika progressi akord teknik

permainan bass biasanya di slide (diseret) dan dimainkan dengan menggunakan

pick20

20

Piranti untuk memetik senar gitar

. Birama-birama simetris seperti 4/4 atau 3/4 umum digunakan dalam musik

ini. Tempo musik Japanese rock berkisar antara 100-220 bpm (beat per minute).

Terkadang musisi Jepang suka membuat intro yang dimulai dengan nada minor,

kemudian reff-nya pindah ke nada major. Model seperti ini akrab kita dengar pada

soundtrack anime. Kebanyakan Tekstur musiknya polifoni dan lagunya repetitif.

Musik Japanese Rock penuh dengan variasi. Variasi bisa dalam hal penggunaan

melodi, akord, dan juga variasi musik dalam satu artis. Variasi musik dalam satu

artis maksudnya adalah satu artis/musisi bisa memiliki berbagai jenis variasi genre

dalam lagu-lagunya. Lar’c En Ciel misalnya, meskipun aliran musiknya

alternative, tetapi mereka selalu memadukannya dengan genre lain seperti jazz,

dance, pop, soul, bahkan klasik. Selain itu ada juga The Gazette yang menyajikan

berbagai genre musik dalam tiap albumnya. Mereka suka bereksperimen dengan

musik mereka, ada yang bernuansa soft ballad, punk rock, dan juga terdapat unsur

hip hop. Dir en Grey sebagai band trash metal juga menciptakan lagu yang

berunsur pop. Intinya band-band Jepang tersebut tidak mau membuat musik yang

(36)

2.2.2 Karakter Sound

Karakter Sound Japanese rock terdengar tipis dan cempreng. Kalau untuk

musik yang metal equalisasinya lebih ke mid dan trebelnya lebih besar, sedangkan

untuk yang punk-nya sendiri trebelnya dominan. Untuk karakter sound bass-nya

sendiri cenderung low bright. Tetapi masing-masing musisi mempunyai

pengaturan sound sesuai selera mereka, misalnya saja Dir en Grey dimana sound

gitarnya lebih berat dan banyak low tune

2.2.3 Tangga Nada

Tangga nada yang digunakan adalah pentatonic mayor, pentatonic minor,

dan tangga nada kromatik. Tidak seperti musik barat, second major (sol dan la)

tidak digunakan dalam musik Jepang, kecuali seni musik sebelum musik rock

menjadi popular di Jepang. Walaupun semua musik yang berada di bawah

naungan J-pop terdengar menjadi lebih barat seiring proses waktu, namun masih

terpengaruh tangga nada pentatonic Jepang dan distortional tetrachord. Tangga

nada pentatonik Jepang dibagi menjadi :

Tangga nada Hirajoshi = W-H-2-H-2 tangga nada Iwato = H-2-H-2-W Tangga nada Kumoi = 2-H-2-W-H

Tangga nada Hon Kumoi Shiouzhi = H-2-W-H-2

Tangga nada Chinese ,Raga Amritavarsini = 2-W-H-2-H

Keterangan :

W = Whole tone (interval satu)

(37)

2.2.4 Vokal

Vokal dalam Japanese Rock sering menggunakan teknik falseto. Biasanya

vokalis memiliki karakter yang kuat dan khas serta skill (kemampuan) yang

tinggi. Bukan vokalis wanita saja yang memakai teknik falsetto yang menjadi ciri

khas seorang vokalis, tetapi vokalis pria juga menggunakan teknik yang serupa.

Vokalis pria mampu menjangkau nada-nada tinggi sehingga suara mereka

menyerupai suara wanita. Nada-nada tinggi ini kemudian digabung dengan teknik

falseto dan vibrasi yang menjadi ciri penyanyi Jepang.

2.2.5 Lirik Lagu

Banyak lagu-lagu Japanese Rock seperti rock barat yaitu bercerita tentang

isu politik. Meskipun bercerita tentang isu politk, tapi lagu tersebut didesain yang

sesuai untuk anak-anak muda dengan lirik yang “bersih”. Musisi-musisi dari

berbagai genre mulai menyanyikan lagu-lagu tentang kehidupan seperti cinta,

sekolah, dan isu lainnya. Walaupun begitu, J-Rock masih mempertahankan image

“pemberontakan” yang dilihat sebagai bentuk protes sosial.

2.2.6 Performance

Diluar segi musikal, Japanese Rock juga memiliki karakter/ciri dari segi

performance. Performance menjadi bagian penting dalam Japanese Rock yang

meliputi kostum dan aksi panggung. Fesyen dan perilaku bermusik musisi yang

unik membuatnya berbeda dari musik rock barat. Musisinya sendiri muncul

dengan versi berbeda dari image rocker yang sebagaimana mestinya. Untuk

(38)

berpakaian. Selain itu aksi panggung yang menarik juga mereka tampilkan.

Misalkan saja band Dir En Grey. Vokalisnya kerap melakukan tindakan-tindakan

menyakiti diri sendiri, seperti mencakar-cakar dadanya hingga berdarah,

mensayat-sayat bagian dari tubuhnya, dan mencabut gigi tanpa bius dalam suatu

pertunjukan.

2.3 Visual Kei Sebagai Identitas Musisi Japanese Rock

Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II terjadi perubahan besar-besaran di

Jepang. Saat itu ada komunitas yang “terbuang” dari masyarakat yang berbicara

tidak hanya melalui mulut dan tulisan, tetapi juga lewat penampilan. Komunitas

yang mayoritas adalah kaum laki-laki ini tampil dengan mengenakan berbagai

macam aksesoris dan berdandan maupun berperilaku seperti seorang perempuan.

Melalui apa yang mereka pakai, mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari

hal politik, segala sesuatu yang under pressure (dibawah tekanan), hingga

masalah yang menyangkut psikologis. Cara berdandan dan berperilaku mereka

seperti itu yang kabarnya melahirkan visual kei. Saat itu visual kei mengacu pada

cara berdandan dan berperilaku komunitas tersebut dalam kesehariannya. Seiring

dengan perubahan jaman, perlahan-lahan komunitas ini mengalami “mati suri”

dikarenakan banyak orang Jepang yang lebih memilih bunuh diri untuk

menyelesaikan masalah, daripada harus tenggelam dalam penderitaannya

sendiri.21

21

Namun Pada masa sekarang, Visual Kei ( vijuaru kei ) mengacu pada

sebuah gerakan yang dilakukan musisi Jepang yang ditandai dengan penggunaan

(39)

tata rias, gaya rambut yang aneh, kostum dan asesoris yang “ribet” yang mulai

popular sekitar tahun 1990-an.22

X-Japan merupakan band yang benar-benar mengangkat trend “Visual

Shock” (penampilan yang nyentrik) saat bermusik sampai akhirnya gaya ini

menjadi populer. Hal itu bersamaan dengan kemunculan band dari belahan dunia

barat, KISS, yang sedang populer di Jepang tahun ‘80-an. Hide

23

Visual Kei merupakan hasil kreatifitas dari band-band Jepang yang

mengutamakan penampilan visual untuk menarik perhatian penikmat musik

Jepang. Anggota band V-Kei senang memakai make-up yang mencolok, unik, dan

kostum yang rumit dalam setiap performance mereka. Umumnya anggota band

Visual Kei adalah pria. Keunikannya adalah mereka suka memakai make-up dan

(gitaris X-Japan)

adalah orang yang menggagas Visual Kei ala Japanese Rock dan konsep “Visual

Shock” yang kini diikuti oleh banyak musisi-musisi Japanese Rock.

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Sumarwan (2002:170) ,

salah satu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya adalah pakaian dan

penampilan. Melalui pakaian dan penampilan inilah para anggota band

menjadikan Visual Kei sebagai identitas mereka untuk memperoleh perhatian.

Identitas secara psikologis selalu dilekatkan dengan eksistensi diri, yang melihat

seseorang menggambarkan dirinya dalam lingkup dunia sosial, sebagai orang

yang berada di tengah orang banyak (Sulhan dalam Prajarto, 2004:237). Jadi

Visual Kei mereka gunakan dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka

kepada masyarakat. Fashion dan make-up bagi band Japanese Rock sendiri sama

pentingnya dengan jenis lagu yang mereka bawakan.

23

(40)

kostum yang terkesan feminin atau androgynous meskipun mereka adalah

laki-laki. Di Jepang sendiri hal itu disebut Bishounen atau pria cantik karena dikatakan

sebagai wanita bukan, dikatakan pria juga bukan. Musik dari band V-Kei dikenal

luas dikalangan pendengar musik underground atau indie yang terdiri dari banyak

genre seperti heavy metal, elektronika, dan lain-lain. Memasuki tahun 2000-an,

banyak band-band Visual Kei yang mulai bereksplorasi dengan musik dan

penampilan mereka. Sebelumnya Visual Kei identik dengan penampilan

gothic/dark. Sesuai dengan sifat budaya yang selalu berubah seiring

perkembangan zamannya, Visual Kei kemudian terbagi menjadi beberapa jenis,

diantaranya Angura Kei, Eroguro, dan Oshare Kei.

Angura Kei (Underground Style) digunakan oleh perkumpulan teater

independen di Jepang dengan niat untuk membuat sesuatu yang original (asli) dan

bersifat “Japanese”. Angura diambil dari kata “Andaruguraundo” yaitu pelafalan

orang Jepang untuk menyebut Underground.

Gambar 1: Contoh Angura Kei

Eroguro memfokuskan pada nuansa horor dan imej cross-gender.

(41)

dan pertunjukan live-nya saja, tetapi juga pada lirik lagu yang memiliki kesan

humor.

Gambar 2: Contoh Eroguro

Sedangkan Oshare Kei pertama kali muncul di Jepang sekitar tahun 2001.

Secara harafiah, Oshare artinya pesolek atau peraga. Seiring perkembangan

zaman istilah ini berubah dan lebih sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu

atau seseorang yang fashionable dan stylish. Anggota band Oshare Kei cenderung

berpenampilan ceria, memakai kostum dengan warna-warna yang terang/cerah,

terkesan remaja dan trendy seperti fashion anak-anak muda Harajuku pada

umumnya.

Gambar 3: Contoh Oshare Kei

Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul

(42)

penting bagi mereka karena itulah ciri khas mereka sebagai band Visual Kei.

Namun, semakin terkenalnya band-band Visual Kei di masyarakat, lambat laun

beberapa band tersebut juga meninggalkan dandanan Visual mereka dan lebih

fokus bermusik, contohnya Laruku dan Dir En Grey. Alasannya tidak begitu jelas,

melalui media massa opini publik dibiarkan tergiring begitu saja. Jadi ada yang

menganggap bahwa band-band tersebut tidak perlu bersusah payah lagi untuk

berdandan yang aneh-aneh dan menghabiskan banyak uang untuk kostum dan

make up. Tanpa harus melakukan hal itupun, pada kenyataannya masyarakat

sudah mengenal mereka. Yang mereka lakukan kini hanyalah memikirkan

bagaimana membuat musik yang bagus dan disukai orang banyak. Hal seperti ini

memang lazim terjadi disana, walaupun masih banyak juga yang setia dengan

dandanan mereka.

2.4 Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik di

Jepang

Sejak dahulu orang Jepang sudah terkenal sebagai orang yang sangat

mencintai bangsanya, yaitu dengan cara mencintai segala hal yang berhubungan

dengan negaranya. Terbukti dari banyaknya musisi Jepang yang setia terhadap

label lokal sehingga label-label lokal berhasil menjadi “raja” dalam industri

rekaman di negeri sendiri. Tidak heran jika pasar Jepang menjadi pasar kedua

terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.24

24

Baca artikel “Major Label Penguasa Industri Musik Dunia” oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009 dalam http://jagatalun.com/2009/07/05/major-label-penguasa-industri-musik-dunia.

(43)

kei, video game, dorama25, music show26, boyband, idol image27

Besarnya pasar Jepang tentu saja menarik minat para label utama dunia.

Kuatnya label lokal

, dan forum

“jejepangan” turut mendongkrak industri musik di Jepang.

28

membuat label asing sulit untuk masuk, apalagi menguasai

pasar musik Jepang. Hal ini membuat artis-artis Jepang tidak merasa perlu untuk

memperluas pasarnya dengan menggarap pasar internasional. Faktor bahasa dan

kondisi album rekaman para artis Jepang yang lebih mementingkan tampilan artis

dan musisi dibandingkan kualitas bermusik mereka, membuat album artis Jepang

juga sulit menembus pasar internasional.29

Masa kebangkitan band-band Visual Kei terjadi sekitar tahun 1988 sampai

1991 dengan band-band seperti X-Japan, Derlanger, dan masih banyak lagi.

Ketenaran mereka juga sampai ke Negara lain seperti Korea, Cina, Hongkong,

Kenyataan bahwa para musisi Jepang baik penyanyi solo ataupun group

band yang lebih mementingkan tampilan artis daripada kualitas musik mereka

tidak bisa dipungkiri, walaupun tidak semua musisi seperti itu. Banyak juga dari

mereka yang walaupun mementingkan aspek tampilan luar tetapi memiliki

kualitas musik yang bagus pula. Hal itu terbukti dari beberapa group band yang

memiliki kemampuan yang baik dalam bermusik dengan lagu-lagu yang banyak

diminati masyarakat.

25

Berbeda dengan di Indonesia dimana kebanyakan lagu soundtrack sinetron adalah lagu-lagu yang sudah terkenal terlebih dahulu baru kemudian dijadikan soundtrack, kalau di Jepang kebalikannya. Justru dorama tersebut yang ikut mengangkat kepopuleran lagu temanya

26

Pertunjukan musik dimana banyak penyanyi yang tampil sebagai bintang tamu ataupun program yang menampilkan tangga lagu. Kalau di Indonesia contohnya seperti acara Hip-Hip Hura, Dahsyat, derings, Inbox, On The Spot, Mantap, MTV Ampuh.

27

Idol Image dikabarkan mengandalkan wajah yang tampan dan cantik, atau biasa kita dengar di Indonesia dengan istilah “jual tampang” untuk mempopulerkan musik mereka

28

penguasaan major label dunia di Jepang hanya mencapai sekitar 48% dari seluruh pasar Jepang. Sedangkan label-label lokal di Jepang menguasai hampir 52% dari seluruh pasar ( data IFPI )

29

(44)

dan Taiwan. Hal itu Kemudian memunculkan band-band seperti Lar’c En Ciel,

Luna Sea, Malize Mizer, Dir en Grey, di tahun 1991 sampai 1996. Masa ini

menjadi masa keemasan bagi group-group band karena banyak dari mereka yang

mencapai kesuksesan, bahkan beberapa diantaranya berhasil masuk ke major

label.30

30

http//hanayume.wordpress.com/2008/12/01/sejarah singkat visual kei

Laruku (sebutan untuk Lar’c en Ciel) yang mengangkat tema abad

pertengahan pada kostumnya, banyak memasukkan unsur-unsur musik yang lain

seperti musik Hawai. Sedangkan Diru (sebutan untuk Dir en Grey) banyak

menggunakan unsur metal dimana sang vokalis sering menggunakan teknik

Growl, dan nuansa penuh mistik yang dipadu dengan falset terdapat pada lagu

Saku.

Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul

dengan inovasi baru dalam berpenampilan. 12012 dan The Gazette kerap

memakai kostum yang sangat rumit dan sulit ditiru di setiap penampilannya.

Dengan pemakaian make up yang sedemikan rupa membuat para personilnya

berwajah “cantik”. Keberadaan merekapun semakin diakui dan diminati

masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Meskipun sulit menembus pasar

internasional, bukan berarti tidak ada sama sekali band Japanese Rock Jepang

dengan penampilan Visual Kei yang berhasil eksis di luar Jepang. Lar’c en ciel,

Dir En Grey, D’espairs Ray, adalah beberapa band yang banyak melakukan

(45)

BAB III

FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DI INDONESIA

3.1 Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei

Era perkembangan teknologi yang semakin maju membantu penyebaran

kebudayaan dengan sangat cepat. Proses penyebaran musik popular keseluruh

dunia sangat bergantung oleh media massa31

Internet merupakan salah satu media massa dimana kita bisa mendapatkan

informasi dengan mudah. Kita dapat mengetahui berbagai kejadian di penjuru

dunia dengan cepat karena perbedaan jarak tidak menjadi halangan lagi untuk

memperoleh informasi. Informasi seputar Japanese rock dan Visual Kei dapat kita

temui dibeberapa website khusus seputar budaya Jepang, seperti harajukja.com

dan japanesia.com. Selain itu juga banyak terdapat blog yang ditulis oleh

orang-orang yang memiliki ketertarikan dan mengetahui banyak informasi mengenai J-, baik cetak maupun elektronik.

Menurut Akhmad Zaini Abar, media massa kini menjadi sumber dominan untuk

memperoleh citra realitas sosial serta interpretasinya dan penilaiannya. Budaya

massa atau budaya pop cenderung menjadi budaya dominan karena terus menerus

diproduksi media massa (2004:90). Media massa digunakan untuk

menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan musik, promosi rekaman dan

pertunjukan serta berita-berita seputar kehidupan para artis. Pada umumnya,

peranan media massa dalam pertunjukan musik populer lebih ampuh daripada

pertunjukan live (Purba dan Pasaribu, 2006:8). Sebagai budaya popular,

keberadaan Japanese rock dan visual kei sangat bergantung pada media massa.

31

(46)

Rock dan V-Kei, seperti japanesemusicworld.blogspot.com, dan lain sebagainya.

Kemudian ada juga forum-forum diskusi para pecinta musik Japanese Rock dan

Visual kei, seperti musisi.com dan bengkelmusik.com. Lalu terdapat juga

Community Organization32 penggemar J-Rock dan V-kei dalam situs pertemanan,

seperti organisasi J-Music Street Army, Indonesia, dimana para penikmat musik

Jepang bergabung (termasuk penulis). Disini mereka bisa berbagi apapun tentang

musik Jepang, mulai dari info terbaru seputar artis favorit hingga Bunkasai,

Cosplay, ataupun event-event lain seputar J-Musik. Organisasi ini juga menjadi

sarana untuk memperkenalkan proyek musik para anak muda untuk diperkenalkan

pada anak-anak muda lainnya yang berada di dalam komunitas ini. J-Music Have

One Spirit in Peace adalah organisasi lain yang dibuat untuk pecinta aliran

J-Music, baik itu fans group band Jepang seperti Alice Nine, Vamps, dan

sebagainya, ataupun fans group band lokal seperti J-Rocks, Wasabi,

R’Am-en-Band, dan lain-lain. Untuk melihat performance para pemusik secara lengkap

tidak hanya dari sisi audio saja tetapi juga visualnya, para pengguna internet bisa

menyaksikannya melalui youtube. Disini para pengguna bisa memuat, menonton

dan berbagi klip secara gratis. Umumnya video-video yang ada di youtube adalah

klip musik (video clip), film, TV, serta video yang dibuat para pengguna youtube

sendiri.33

32

Penulis juga bergabung dalam community organization yang terdapat dalam situs pertemanan guna mendapatkan informasi seputar fenomena Japanese Rock di Indonesia ataupun di Jepang. Beberapa minggu sekali penulis akan dikirimkan up-date/berita terbaru mengenai band J-Lokal dan event-event yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

33

http//id.wikipedia.org

Melalui youtube semua penampilan luar dari para pemusik, seperti

kostum, dandanan, aksi panggung, dan hal-hal lainnya yang bersifat visual bisa

(47)

Jepang yang ditiru oleh remaja Indonesia setelah menyaksikan penampilan

band-band Jepang tersebut di youtube.

Media berikutnya adalah televisi. Televisi telah menjadi medium yang

sangat banyak menciptakan budaya popular (Sumarwan, 2002: 184). Di

penghujung tahun 1980-an, anime dan manga cukup popular di televisi. Melalui

penayangan anime di televisi inilah diperdengarkan lagu-lagu Jepang sebagai

soundtracknya, baik yang bergenre Japanese Rock ataupun Japanese Pop. Pada

tahun-tahun berikutnya J-Rock dan juga J-Pop cukup sering ditayangkan di MTV

(Music Television). MTV adalah stasiun televisi Amerika Serikat yang

berspesialisasi untuk memutar acara-acara yang berhubungan dengan musik.

Menurut Sulhan, dengan siaran 24 jam-nya stasiun seperti MTV telah menjadi

saluran penyemaian gaya hidup subkultur kawula muda yang tumbuh bersamaan

dengan perkembangan industri musik dan hiburan yang berhasil memanfaatkan

kemajuan dunia pertelevisian (2004:256). MTV telah mendirikan cabang-cabang

di berbagai Negara dan daerah di dunia, seperti MTV Indonesia34

IRO-IRO J-Lokal Sound adalah sebuah program acara di radio 90,20

TRAX FM Semarang yang khusus memutar lagu-lagu band Japanese Indonesia. , MTV Jepang,

MTV India, dan lain-lain. MTV Indonesia adalah sebuah cabang Indonesia dari

stasiun televisi musik MTV. Sebagai musik televisi tentu saja banyak program

musik yang ditayangkan seperti MTV Gress, MTV Top Hits, MTV Asia Hitlist,

serta MTV Most Wanted. Meskipun yang paling sering ditayangkan adalah musik

barat dan Indonesia, tetapi lagu-lagu dari penyanyi atau group band Jepang yang

sedang popular pada saat itu sering ditayangkan.

34

(48)

Program ini ditujukan untuk seluruh anak band dan musisi Japanese Indonesia

(J-Band) yang sudah memiliki lagu sendiri. Mereka harus mengirimkan demo

lagunya dalam bentuk CD bila lagu-lagu mereka ingin diputar di radio tersebut.

Program ini boleh diikuti oleh band J-Lokal dari daerah mana saja di Indonesia.

Beberapa band yang sudah masuk acara IRO-IRO seperti Julia Rock Band

(Jogjakarta), Lemonade (Semarang). GOS (Semarang), Wasabi (Jakarta), dan

lain-lain.

Media cetak seperti majalah dan tabloid turut membantu penyebaran

budaya popular Jepang. Di Indonesia ada majalah khusus bernama “Animonster”

yang berisikan segala sesuatu yang bersifat “jejepangan”, seperti anime, manga,

dorama, musik ( J-Music ), kebudayaan, gaya hidup, dan lainnya. Majalah ini

diterbitkan oleh Megindo Bandung sebagai bahan acuan untuk mendengarkan

musik dan juga menjadi acuan untuk membeli serial komik baru, serta berita

seputar dorama dan film. Selain majalah animonster ada juga tabloid “Asian Plus”

yang berisikan tentang berita-berita seputar artis di kawasan Asia, seperti Jepang,

Korea, dan Taiwan. Tidak hanya berita seputar artis-artis serial drama dan bintang

film saja yang di ulas pada tabloid tersebut, tetapi juga berita dari para musisi baik

penyanyi solo maupun group band yang berasal dari Jepang. Biasanya terdapat

ulasan mengenai jalannya sebuah konser, jadwal pertunjukan, ataupun ulasan

mengenai album baru dari seorang penyanyi / group band. Di Indonesia sendiri

terdapat “Toko Buku Kinokuniya”35

35

Kinokuniya telah membuka 4 gerai di Indonesia yang semuanya dikelola oleh PT. Kinokuniya Bukindo dengan sistem franchise. Pertama kali didirikan bulan Maret 1990 berlokasi di Plaza Indonesia.

yang menjual buku dan majalah berbahasa

(49)

banyak toko ini membantu persebaran hal-hal yang bersifat “jejepangan” di

Indonesia.

3.2 Keberadaan Visual Kei dan Band Japanese Rock di Beberapa Kota

Besar

Di Indonesia, pengaruh Visual Kei sudah ada sejak tahun 2000. Walaupun

saat itu masih belum banyak, namun komunitasnya sudah ada. Sebagian besar

komunitas tersebut adalah penggemar musik Rock Jepang (Japanese Rock) yang

sering berkumpul bersama ketika ada festival-festival band, atau mengadakan

gathering khusus di tempat-tempat umum. Ada yang mendirikan band yang

memainkan musik rock Jepang dan meniru Visual Kei dari band-band favorit

mereka. Populernya Visual Kei di Indonesia di pelopori oleh beberapa komunitas

yang senang mengadakan gathering sambil melakukan cosplay.

Kepopuleran Japanese Rock di Indonesia seiring sejalan dengan

kepopuleran manga ( komik Jepang ) dan penanyangan anime di televisi di

penghujung tahun 1980-an. Berkat lagu-lagu soundtrack ( lagu tema ) anime yang

dinyanyikan oleh para musisi terkenal Jepang inilah kemudian muncul trend

bermusik Japanese Rock di kalangan remaja-remaja Indonesia. Awalnya

musik-musik dari serial inilah yang kemudian disebut sebagai Japanese Rock ( J-Rock ),

namun kini semua musik yang bergenre rock bisa dikategorikan sebagai Japanese

Rock.

Pada bab sebelumnya sudah disebutkan bahwa Wasabi adalah salah satu

pelopor Japanese Rock di Indonesia. Yang melatar belakangi terbentuknya

(50)

Setahun setelah mereka mengawali langkah di komunitas Britpop, berbagai

komunitas Jepang mulai merebak, yang tentunya diiringi dengan banyaknya

acara-acara berlabel komunitas Jepang. Hal ini berdampak bagus buat wasabi

dikarenakan minimnya band-band yang membawakan musik Jepang pada saat itu,

sampai akhirnya menyebabkan wasabi semakin sering ditanggap untuk jadi

pengisi acara tersebut. Kerja keras pun akhirnya membuahkan hasil, nama wasabi

pun sering mulai terpampang di event-event komunitas Jepang sebagai bintang

tamu. Band-band pengusung musik Jepang pun semakin banyak bermunculan dan

memeriahkan warna-warni musik komunitas.36

JRS (J-Rocks) mengawali karir mereka dengan membawakan lagu-lagu

dari band Rock Jepang seperti Laruku, Glay, Malize Mizer, dan Kaze. Lagu-lagu

dari Laruku lah yang mempengaruhi musik mereka. Tahun 2004 mereka

mengikuti audisi Nescafe Gets Started 2004 di Bandung, yang juga diikuti

band-band dari beberapa kota besar di Indonesia seperti Makassar dan Jogjakarta.

Akhirnya mereka menjadi pemenang pertama pada kompetisi tersebut. Ketika itu

memang warna musik yang mereka bawakan masih jarang di Industri musik

Indonesia. Dari segi vokal, Iman memiliki karakter vokal yang kuat dan range

vokal yang lebar, yang membuatnya mampu manjangkau nada-nada rendah

hingga nada-nada tinggi, digabung dengan tekhnik falsetto namun tetap terjaga

artikulasinya.

Band-band tersebut seperti JRS

(J-Rocks), Jetto, Leto, Sound Wave, Lucifer, dan masih banyak lagi.

37

36

Friendster Wasabi

Ada juga band Akatsuki (sebelumnya bernama Yellow Box dan

Astronia) dari Jakarta yang mengaku terpengaruh oleh JRS untuk masuk

komunitas Jepang, meskipun pada saat itu mereka sama sekali “buta” dengan

hal-37

Gambar

Tabel 1: Sejarah Musik Rock Jepang
Gambar 1: Contoh Angura Kei
Gambar 3: Contoh Oshare Kei
Gambar 5: Vokalis band Azumi (Medan) yang terinspirasi oleh Kyo untuk melakukan aksi menyakiti  diri sendiri dengan menyayat tangannya dalam suatu pertunjukan
+4

Referensi

Dokumen terkait

simulasi CFD pada model sistem ventilasi; hasil simulasi CFD dipilih model yang mendekati standar kecepatan angin nyaman Heinz Frick dan standar suhu nyaman suku

jawaban yang tepat dari soal – soal dalam

Penguatan kelembagaan yang meliputi kondisi kelembagaan, pemberian dukungan/bantuan kepada lembaga masyarakat dan pengkoordinasian lembaga massyarakat dalam kemitraan

Alhamdulillah, puji, dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kemurahan, dan kemudahan sehingga penulis

Persembahan Ibadah Hari Minggu, Ibadah Rumah Tangga, Ibadah Pelkat, Persembahan Khusus, Persepuluhan, Persembahan Syukur dan lain-lain dengan cara mengscan barcode

Kanaka Jaya dalam memasarkan produk Federal Parts meliputi promosi penjualan yang dilakukan secara bulanan, promosi tahunan atau melalui acara gathering untuk

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa krisis berat ini akan terjadi karena keadaan perekonomian dan pemerintahan sangat tenang.          Pada tahun 1997 Indonesia memiliki

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu: (1) Keterampilan memprediksi untuk kelompok kognitif tinggi sudah sesuai dengan hipotesis, sedangkan untuk kelompok sedang dan rendah