TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI
INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND
DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
M A S R I N A P U R N A M A S A R I
NIM: 040707007DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI
INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND
DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
M A S R I N A P U R N A M A S A R I
NIM: 040707007Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI
INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND
DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
M A S R I N A P U R N A M A S A R I NIM: 040707007
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Irwansyah Harahap, M.A Drs.Bebas Sembiring, M.Si NIP: 196212211997031001 NIP:19570313199231001
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
DISETUJUI OLEH:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
KATA PENGANTAR
Pertama-tama segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda (Alm) H. Hasywin Permana Putra dan ibunda Hj. Rosnani yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, juga untuk kakak tersayang Reny Windayani. Terima kasih atas dukungan dan doa kalian selama ini.
Skripsi ini berjudul “Trend Japanese Rock dan Visual Kei dalam Konteks
Pertunjukan Musik Popular di Indonesia : Studi Kasus Group-Group Band di Medan”, diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen
Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si selalu
Dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan, pemikiran, ketika membimbing penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku Ketua Departemen Etnomusikologi, serta Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekertaris Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan dukungan moril, saran, serta nasehat-nasehatnya. Kemudian penulis juga berterima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan pangajaran selama penulis mengikuti bangku perkuliahan. 3. Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A selaku Dosen wali. Terima kasih atas arahan dan
pemikiran-pemikirannya selama ini.
istilah “visual kei”), para personil Azumi, Arya (Julia Rock band), Yudhie (Soudjiro band), Kotchie dan Cya (Shiroyuuki), terima kasih telah membantu selama ini. 5. Sahabat penulis Rian, Vina, dan Vita. Terima kasih atas dukungan dan sindiran yang
tak henti-hentinya selama ini sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman seperjuangan : Pipin, Idol, Frans, Markus, Feri, Ata, Fewa, Dia,
Amran, Welly, Tri, Jeje, Nancy, dodo. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini di dalam suka maupun duka yang mampu kita lewati bersama. Riri sangat menyayangi kalian.
7. Abang dan kakak senior, serta adik-adik junior, yang sering mendesak penulis untuk segera lulus. Terima kasih atas dukungan moril yang telah kalian berikan.
Terima kasih buat kalian semua dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang membacanya, dan semoga Allah SWT melimpahkan segala kebaikan, rahmat, dan Hidayah-NYA bagi kita semua. Amin.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………
DAFTAR ISI………
DAFTAR TABEL………..
DAFTAR GAMBAR……….
BAB I : PENDAHULUAN………
1.1Latar Belakang………
1.2Pokok Permasalahan………...
1.3Tujuan dan Manfaat………... ………
1.3.1 Tujuan ………..
1.3.2 Manfaat……….
1.4 Konsep dan Teori ………..
1.4.1 Konsep ………..
1.4.2 Teori ……….
1.5 Metode Penelitian ………...
1.5.1 Studi Kepustakaan ………..
1.5.2 Pengamatan ………..
1.5.3 Wawancara ………. .
1.6 Kerja Laboratorium ………...
BAB II : JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :
SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN ………
2.1 Sejarah Musik Rock Jepang ……….
2.2 Karakteristik Umum Japanese Rock ………
2.2.1 Warna Musik ………..
2.2.2 Karakter Sound………...
2.2.3 Tangga Nada ………...
2.2.4 Vokal ………...
2.2.5 Lirik Lagu ………....
2.2.6 Performance ………
2.3 Visual Kei Sebagai Identitas Musisi Japanese Rock ………
2.4 Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik
di Jepang ………..………..
BAB III : FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI
DI INDONESIA ………
3.1 Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei ………..
3.2 Keberadaan Visual Kei dan Band Japanese Rock di Beberapa
Kota Besar ………
3.3 J-Event (Japan Event) ………...
3.4 Trend Visual Kei dalam Konteks Pertunjukan ………
BAB IV : TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM
KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK DI MEDAN ………
4.1 Masuknya Musik Japanese Rock di Kota Medan ………
4.2 Band Beraliran Japanese Rock di Kota Medan ………
4.3 Japanese Rock Mengacu Pada Musik ………..
4.4 Visual Kei Mengacu Pada Penampilan (Performance) ………
4.4.1 Kostum dan Aksesoris ……….
4.4.2 Rambut ………
4.4.3 Tata Rias ……….
4.4.4 Aksi Panggung ………
4.5 Konteks dan Penyajian Musik Dalam Pertunjukan ……….
4.5.1 Waktu dan Tempat Pertunjukan ………
4.5.2 Penyajian Musik ………….………..
4.5.3 Penonton (audiens) ………...
4.6 Musik Mempengaruhi Perilaku Pemusik dan Penonton …………..
BAB V : PENUTUP ………..
5.1 Kesimpulan ………..
5.2 Saran ………
DAFTAR PUSTAKA………..
DAFTAR INFORMAN………...
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Sejarah Musik Rock Jepang ………..
Table 2 : Event “jejepangan” yang pernah diselenggarakan di kota-kota besar
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Contoh Angura Kei ……….
Gambar 2 : Contoh Eroguro ……….
Gambar 3 : Contoh Oshare Kei ……….
Gambar 4 : Kyo (vokalis Dir en Grey) yang suka menyakiti diri sendiri
dalam aksi panggungnya……….
Gambar 5 : Vokalis band Azumi (Medan) yang terinspirasi oleh Kyo
untuk melakukan aksi menyakiti diri sendiri dengan
menyayat tangannya dalam suatu pertunjukan………
Gambar 6 : Penulis bersama group band Azumi ………..
Gambar 7 : Band Tamama Impact dari Bandung………..
Gambar 8 : The Gazette (band Jepang) dengan kostum berwarna hitam,
juga banyak di usung oleh band Japanese Rock Indonesia…….
Gambar 9 : Persamaan cara pewarnaan rambut ‘belang sebelah’ antara
band Medan (sebelah kiri) dan band Jepang (sebelah kanan) ….
Gambar 10 : Bando dengan hiasan topi kecil sebagai aksesoris ……….
Gambar 11 : Contoh model sepatu untuk menunjang penampilan Visual Kei.
Gambar 12 :Penonton adalah kalangan remaja………
Gambar 13 : Panggung Pertunjukan………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jepang merupakan salah satu Negara yang kaya akan budaya. Budaya
Jepang yang nyata dan bisa disaksikan saat ini adalah musik popularnya dan
harajuku style1
1
Gaya dandanan yang “aneh” dan tidak lazim, sering disebut gaya pemberontak (rebellion). Masyarakat Jepang (para pekerja) maupun para anak muda merasa bosan dengan keseharian mereka yang selalu rapi memakai jas saat bekerja, rambut tersisir rapi, memakai seragam kesekolah. Oleh karena itu mereka merasa harus “memberontak” terhadap ketidakbebasan mereka dalam hal berdandan dengan melawan mainstream. Mereka berdandan sesuai dengan apa yang mereka mau, memakai baju yang “nabrak-nabrak”, memoles wajah dengan make up tebal ala boneka, memakai stoking warna norak atau belang-belang, rambut warna-warni, dan sepatu ber highheel. Biasanya di kawasan Harajuku ini mereka bercosplay meniru tokoh anime, manga, band favorit, tokusatsu, ataupun tokoh dalam permainan video game. Dalam perkembangannya Harajuku menjadi tempat pelarian para seniman untuk mengadakan perform jalanan. Kini harajuku dikenal sebagai sebuah sentra dunia entertainment yang terkenal di Jepang maupun dunia karena memiliki ciri khas dimana banyak street performers mengekspresikan idealisme mereka dengan gaya berpakaian yang unik yang kemudian dikenal dengan nama Harajuku Style.
. Musik Jepang mampu mencari jati dirinya dengan membuat
aliran atau style sendiri meskipun mereka terinspirasi dari barat. Mereka berusaha
untuk membuat sesuatu yang baru dengan melakukan inovasi terhadap apa yang
ditirunya. Tidak heran jika saat ini kita selalu mendengar aliran musik yang
terdapat inisial “J” didepannya, seperti J-Pop, J-Dangdut, J-Rap, dan juga J-Rock.
Jika selama ini masyarakat kita sangat terbuka dalam menerima musik dari
mancanegara, terutama musik-musik yang berasal dari Amerika seperti Hip-Hop
dan R&B, kini berkat teknologi kita juga bisa merasakan kehadiran musik popular
Jepang di Indonesia. Saat ini yang sedang menjadi trend bermusik anak-anak
muda Indonesia adalah musik Japanese rock (J-Rock). J-Rock atau Japanese
yang ada di Jepang.2
Perkembangan V-Kei menjadi popular di Jepang dan sering dikaitkan
dengan band rock Jepang. Di Jepang sendiri tumbuh kepercayaan di kalangan
komunitas band, jika ingin sukses dalam bermusik sebaiknya memulai debut
dengan penampilan Visual Kei karena semakin banyak band Visual Kei yang
terkenal.
Ada beberapa ciri dari J-Rock yang membuatnya berbeda
dari rock Amerika yaitu dalam hal komposisi musik, sound, dan performance.
Selain tiga hal tersebut, dari segi Vokal biasanya penyanyi J-Rock memiliki
karakter yang kuat dan khas yaitu identik dengan vibrasi dan teknik falsetto. Ciri
lainnya yaitu permainan bass yang intens dan tidak hanya memainkan akord saja,
drum yang tidak harus double pedal dan banyak sinkop serta variasi, serta nada
yang cenderung minor, dan lain sebagainya. Japanese Rock juga memiliki ciri
dalam hal pembawaan bermusiknya. Pemusik biasanya memakai tema Visual Kei
(V-Kei) yang merupakan trend dalam J-rock yang mengutamakan penampilan
visual untuk menarik perhatian penonton. Prinsip dari V-Kei adalah pemusik
mengenakan pakaian dan dandanan yang memberi kesan feminin meskipun
personilnya adalah laki-laki. Biasanya dalam V-Kei satu orang personilnya
berdandan sebagai wanita, meskipun selamanya tidak harus begitu.
3
Dua hal inilah (J-Rock dan V-Kei) yang kemudian banyak ditiru oleh anak-anak
muda Indonesia. Japanese Rock dan Visual Kei seolah menjadi trend baru Beberapa band Visual Kei adalah Dir en Grey, The GazettE, Alice Nine,
Malize Mizer, X Japan, Luna Sea, Vidoll, Versailles, ScReW, SuG dan
sebagainya. Dir en Grey merupakan salah satu band yang “ekstrim” dalam
dikalangan komunitas pecinta musik Jepang di Indonesia. Karena kecintaan
mereka terhadap musik dan fashion Jepang akhirnya memunculkan band-band
yang beraliran J-rock dengan tema V-Kei, contohnya adalah band RevDeKei yang
berasal dari Yogyakarta. Meskipun demikian tidak semua band yang muncul
mengangkat tema Visual Kei walaupun berada pada aliran Japanese Rock. Wasabi
dan Japanese Heroes adalah pelopor band Japanese rock di Indonesia. Setelah
mereka, kemudian muncul band-band baru lagi seperti J-Rocks (nama band,
bukan penyebutan genre musik), Jetto, dan Leto di Jakarta, atau Sound Wave dan
Lucifer di Bandung. Band-band ini selain memainkan lagu soundtrack anime4
Trend serupa juga diikuti oleh beberapa band di kota Medan. Biasanya
mereka tampil di acara-acara komunitas ataupun bunkasai
juga memainkan lagu-lagu dari band J-Rock Jepang. Selain itu masih banyak
band-band dari kota-kota besar lainnya di Indonesia yang mengikuti trend
tersebut. Band-band J-Rock tersebut sering tampil dalam acara yang bersifat
Jepang, seperti acara Japan Festival di Universitas Indonusa Esa Unggul (Jakarta
Barat), Japan Festival di Margo City (Depok), Japanese Rock Day volume
12,13,14 (Jakarta Selatan), serta Bunkasai yang diadakan diberbagai Universitas
di Indonesia. Melody Maker, Wasabi, Monalisa, Mama Rocker, X-Shibuya,
Chick-en-katsu, Monoimi, Zanrokku, merupakan beberapa band yang sering
melakukan pertunjukan di acara yang bersifat Jepang.
5
4
Film animasi Jepang seperti Samurai X, City Hunter, Gundam, Saint Seiya, Candy-Candy, Detective Conan, Naruto, Dragon ball, dan lain-lain.
5
Festival budaya Jepang
. Beberapa group band
yang kerap membawakan lagu-lagu milik band rock Jepang adalah Marrionate,
Azumi, Shiroyuuki, dan beberapa band lainnya. Selain membawakan lagu dari
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang trend Japanese Rock dan Visual Kei. Ada beberapa alasan mengapa
penulis tertarik pada topik ini. Pertama, penampilan V-Kei dan gaya bermusik
band Japanese Rock mampu menjadi sebuah trend di kalangan anak-anak muda
Indonesia, walaupun jenis musik ini tergolong musik minoritas dalam industri
rekaman Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pendengar/penikmat musik ini
masuk dalam kategori pendengar minoritas. Kedua, J-Rock dan V-Kei ini sering
menjadi topik diskusi para pendengar/penikmatnya diberbagai forum di internet.
Ketiga, banyak musik popular di Medan yang telah dibahas dan dijadikan sebuah
skripsi, seperti perkembangan musik Progressive Metal, perkembangan musik
EMO, perkembangan musik keroncong, seni pertunjukan dangdut, dan lain
sebagainya, sedangkan Japanese Rock dan Visual Kei belum pernah dibahas. Oleh
karena itu, muncul ketertarikan saya untuk membuat tulisan tentang trend J-Rock
dan V-Kei di Indonesia umumnya, dan Medan khususnya.
Berdasarkan hal di atas, adapun judul skripsi ini adalah “Trend Japanese
Rock dan Visual Kei Dalam Konteks Pertunjukan Musik Popular di Indonesia :
Studi Kasus Group-Group Band di Medan”.
1.2 Pokok Permasalahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia?
2. Bagaimana trend Japanese Rock (hal tentang musik) serta Visual Kei
(hal tentang performance) dalam konteks pertunjukan group band
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a) Untuk melihat bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei
di Indonesia.
b) Untuk melihat bagaimana trend Japanese Rock dan Visual Kei
yang mengacu pada musik dan performance dalam konteks
pertunjukan group band beraliran J-Rock di Medan
1.3.2 Manfaat
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :
a) Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana fenomena
Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia.
b) Memberikan informasi kepada pembaca terkait Trend Japanese
Rock dan Visual Kei dalam konteks pertunjukan group band
beraliran J-Rock di Medan yang mengacu pada musik dan
performance-nya.
c) Dapat dijadikan data untuk bahan penulisan selanjutnya tentang
musik Japanese Rock dan Visual Kei
d) Memenuhi salah satu syarat menjadi sarjana seni di Departemen
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda
ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,1985:46).
Suatu makna atau pengertian dari sebuah konsep harus didefinisikanan.
Trend merupakan sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu atau
dua orang saja6
Japanese dalam Kamus Inggris Indonesia (2004:334) artinya orang Jepang
atau Jepang. Rock adalah genre musik yang memiliki karakter keras dan
menghentak-hentak. Yang dimaksud dengan Japanese Rock disini adalah sebuah
genre musik yang berkarakter keras dan menghentak-hentak yang dimainkan oleh
orang-orang (musisi) Jepang. Beberapa karakteristik J-Rock secara umum seperti:
akord yang banyak menggunakan transpose
, sifatnya sementara dan bisa berulang lagi. Pada tulisan ini trend
yang akan dibahas meliputi segi musikal dari musik Japanese Rock, serta hal-hal
yang bersifat visual seperti kostum, dandanan, perilaku bermusik, yang
kesemuanya itu berkaitan dengan Visual Kei. Seluruh musik yang disebarluaskan
melalui media massa baik media cetak, penyiaran ataupun rekaman dapat
dikategorikan sebagai musik popular.
7
, banyak memainkan nada-nada
kromatik8
Visual kei merupakan penggabungan dari kata Visual (bahasa Inggris)
yaitu berkenaan dengan sesuatu yang dapat dilihat, dan Kei (bahasa Jepang) yang , pemilihan nada-nada tinggi yang dominan dalam solo gitar, permainan
tempo bass yang intens, dan lain sebagainya.
6
Netsains.com
7
Penulisan ulang rangkaian melodi atau akord-akord sebuah lagu dengan meninggikan atau merendahkan semua nada dalam rentang jarak tertentu dan menyeluruh.
8
mempunyai arti “gaya”. Jadi bisa diartikan bahwa Visual Kei adalah gaya dari
penampilan luar yang dapat dilihat dengan mata. Gaya dari penampilan luar ini
mencakup kostum, rambut, aksesoris, make up, dan perilaku bermusik. Secara
umum, anggota band V-Kei berpenampilan “nyentrik” untuk menarik perhatian,
seperti rambut yang diwarnai, potongan rambut yang “keren” yang tidak pernah
terbayang sebelumnya, make-up tebal yang memiliki kesan feminin, serta kostum
yang “aneh”. Visual Kei terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu angura kei,
eroguro, oshare kei, yang memiliki cirinya masing-masing [baca halaman 27].
Mereka bebas menciptakan gaya berpakaian dan berdandan mereka sendiri yang
mampu menarik perhatian penonton. Oleh karena itu mereka memiliki ciri kostum
sendiri, ada yang mengenakan kimono, ada yang bergaya ke-Eropaan, dan
lain-lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 522), konteks memiliki
dua arti. Arti yang pertama yaitu bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna, sedangkan yang kedua adalah
situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Pertunjukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1086) artinya
sesuatu yang dipertunjukkan, tontonan. Maksud dari konteks pertunjukan dalam
penelitian ini adalah situasi/hal-hal yang terdapat dalam sebuah
pertunjukan/tontonan, baik itu dari segi audio (segala bentuk musikal yang dapat
didengar ) maupun visual (semua hal yang dapat dilihat dengan mata).
Manuel (1988:2) mengatakan bahwa “kata musik popular telah digunakan secara
umum dalam tulisan-tulisan berbahasa inggris untuk mengartikan musik rakyat
bisa dideskripsikan sebagai bentuk dari musik yang berkembang di abad ini yang
mempunyai hubungan erat dengan media massa”. Sebagai musik yang banyak
disebarluaskan melalui media massa, Japanese rock tergolong sebagai salah satu
jenis musik popular.
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer
(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2003:1).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul
penelitian ini yaitu sebuah tulisan yang ingin menggambarkan bagaimana trend
musik Rock Jepang sebagai musik yang rekaman dan penyiarannya telah sampai
ke Indonesia beserta gaya visualnya, diikuti atau ditiru oleh anak-anak muda
Indonesia baik dari segi musikal maupun segi visual yang kemudian diterapakan
dalam situasi pertunjukan mereka, khususnya pertunjukan dari band beraliran rock
Jepang yang ada di Medan.
1.4.2 Teori
Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang
saling berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu
gejala (Malo dkk, 1985:49-50).
Kemajuan teknologi membantu penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei
di Indonesia. Penyebaran berkaitan dengan proses difusi. Difusi (diffusion) adalah
perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Bersamaan dengan penyebaran dan
migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar
unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur-unsur-unsur kebudayaan ke
seluruh penjuru dunia (Koentjaraningrat, 2002:227-228,244).
Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang
timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali,
bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini
disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat
kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi (Koentjaraningrat, 2002: 246-247).
Jadi tidak heran jika seandainya gaya bermusik dan gaya Visual musisi Jepang
dalam waktu kurang dari sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di
Indonesia karena adanya televisi, intenet, dan TV kabel.
Dalam menjelaskan konteks pertunjukan Japanese Rock dan Visual Kei,
penulis memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah seni pertunjukan
seperti waktu, tempat, pemain, penonton; kapan dan dimana pertunjukan
dilaksanakan, disajikan untuk apa, dipertontonkan untuk siapa/kalangan mana,
serta bagaimana sifat pertunjukannya. Penjelasan mengenai unsur-unsur musikal
yang membentuk suatu komposisi musik, tentang instumentasi, lirik, dan vocal
berkaitan dengan disiplin ilmu etnomusikologi.
Sloboda dan O’Neill (2001) dalam Djohan (2009:49) mengatakan bahwa
dalam pemahaman sehari-hari, musik seringkali dikaitkan dengan perasaan. Di
satu sisi, musik dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, dan di
kedekatannya dengan kehidupan manusia, maka kajian tentang musik hampir
selalu terkait dengan kajian tentang perilaku manusia.
Penulis akan menggunakan ”Teori Emosi” untuk melihat perilaku pemusik
dan penonton selama pertunjukan berlangsung. Emosi dimaknai sebagai cepat
lambat (elemen tempo) atau keras dan lembutnya (elemen dinamika) sebuah
komposisi musik. Emosi menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan
ataupun hal-hal yang dapat dirasakan dari penyajian sebuah musik. Musik diakui
mempunyai kekuatan untuk mengantar dan menggunggah emosi (Djohan,
2009:86-87).
1.5 Metode Penelitian
Metode disini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh penulis
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang penulis pergunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh objek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah mengutamakan proses daripada
hasil. Perhatian penelitian kualitatif lebih ditekankan pada bagaimana gejala
tersebut muncul (Arikunto, 2002:14).
Dalam metode penelitian kualitatif, tahapan-tahapan penelitian secara
1.5.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, pada tahap pra-lapangan penulis
terlebih dahulu akan melakukan studi pustaka dengan membaca bahan bacaan
yang memiliki relevansi dengan topik penelitian. Bahan bacaan bisa berupa buku,
majalah, jurnal, artikel, maupun skripsi. Musik Populer yang ditulis oleh Mauly
Purba dan Ben M. Pasaribu, 2006; Musik dan Kosmos karya Shin Nakagawa,
2000; Psikologi Musik karya Djohan, 2009; merupakan buku-buku yang saya
gunakan dalam menulis skripsi ini, dan masih ada beberapa buku lainnya yang
relevan dengan topik penelitian. Penulis tidak menemukan buku khusus yang
menulis tentang Japanese rock dan Visual Kei, oleh karena itu penulis mencari
artikel dan informasi lain yang memiliki relevansi melalui internet.
1.5.2 Pengamatan
Pengamatan dalam metode penelitian kualitatif meliputi keseluruhan
kejadian, kelakuan, dan benda-benda pada latar penelitian.
Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Untuk mengamati
kejadian yang kompleks dan terjadi serentak, pengamat diseyogiakan
menggunakan alat bantu misalnya kamera, video tape dan audio-tape recorder.
Kejadian tersebut kemudian dapat diamati dan dianalisis setelah rekamannya
diputar kembali (Arikunto, 2002:205).
Harsja W. Bachtiar dalam Koenjtaraningrat (1973:149-151)
mengemukakan dua macam pengamatan yaitu :
Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, para
1. kegiatan. Tidak memungkinkan bagi orang yang menjadi sasaran
penelitian untuk melihat peneliti yang mengamati mereka, karena
peneliti biasanya mengamati dari kaca jendela.
2 Metode pengamatan terlibat. Yang menjadi sasaran pada pengamatan
ini adalah orang/pelaku. Oleh sebab itu, dalam mengumpulkan bahan
yang diperlukan peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku
yang diamatinya. Sasaran penelitian harus diamati di tempat mereka
dijumpai. Artinya, orang yang menjadi sasaran penelitian menyadari
kehadiran si peneliti. Berbeda dengan pengamatan terkendali, pada
pengamatan terlibat peneliti tidak perlu bersembunyi saat mengamati
dan tidak juga mengakibatkan perubahan pada kegiatan yang diamati
karena kehadirannya.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode
pengamatan terlibat karena orang yang menjadi sasaran penelitian menyadari
kehadiran penulis. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan
keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak
mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati.
1.5.3 Wawancara
Untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, penulis akan
melakukan wawancara.
Metode wawancara dibagi kedalam dua golongan besar yaitu :
1. Wawancara berencana, yang selalu terdiri dari daftar pertanyaan yang
2. Wawancara tidak berencana, yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya
dari suatu daftar pertanyaan. Wawancara tidak berencana ini dibagi lagi
kedalam (a) metode wawancara berstruktur yaitu pedoman wawancara
yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list, dan (b)
metode wawancara tak berstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Kreativitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis ini banyak tergantung
dari pewawancara.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya wawancara terbagi atas dua, yaitu :
1. Wawancara tertutup, terdiri dari pertanyaan yang bentuknya sedemikian
rupa sehingga kemungkinan jawaban dari responden atau informannya
terbatas.
2. Wawancara terbuka, terdiri dari pertanyaan sedemikian rupa bentuknya
sehingga responden atau informan tidak terbatas jawabannya dan dapat
memberi keterangan atau cerita yang panjang.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis wawancara, yaitu
wawancara berencana dengan menyusun daftar pertanyaan, serta wawancara
terbuka agar mendapatkan keterangan yang panjang. Selama wawancara peneliti
akan mendengarkan dengan penuh perhatian segala hal yang diceritakan
informan, juga keterangan yang mungkin tidak diperlukan. Wawancara juga bisa
1.6 Kerja Laboratorium
Kerja laboratorium adalah kerja dimana penulis akan mulai melakukan
pengolahan data dengan menyeleksi semua data yang terkumpul setelah
melakukan penelitian lapangan. Pada tahap ini, data yang diperlukan akan
dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah laporan
dalam bentuk skripsi.
1.7 Lokasi Penelitian
Untuk kegiatan penelitian, penulis memfokuskannya di kota Medan.
Acara bunkasai selalu berlokasi di lapangan parkir Fakultas Sastra USU, yang
diselenggarakan oleh mahasiswa/mahasiswi jurusan Sastra Jepang Fakultas
Sastra, Universitas Sumatera Utara. Selebihnya pertunjukan tidak memiliki lokasi
yang tetap. Oleh karena itu, penulis akan melakukan pengamatan ke beberapa
BAB II
JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :
SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN
Japanese rock atau biasa disingkat J-Rock merupakan salah satu genre
musik popular Jepang. Sebenarnya orang-orang Amerika lah yang membuat
istilah ini karena di Jepang sendiri mereka tidak memakai istilah J-Rock.
Orang-orang menyebut istilah J-Rock untuk menyebut band Jepang yang membawakan
musik Rock, sama seperti istilah American Rock (Rock yang dimainkan orang
Amerika) dan Brit Pop (musik Pop di Inggris). Di Jepang, genre musik modern
seperti rock, pop, dance, dan lainnya berada di bawah naungan J-Pop9
Menurut sejarahnya, musik rock masuk ke Jepang ketika musik rock n
roll menjadi trend baru di Jepang pada tahun 1956. Saat itu group musik country
Kosaka Kazuya dan Wagon Master merilis lagu “Heartbreak Hotel” milik Elvis
Presley. Gaya musik ini disebut Rockabilly
.
10
. Walaupun hanya berlangsung
singkat selama tahun 1950-an, gaya bermusik rockabilly berpengaruh besar
terhadap musik 11
Rockabilly ditampilkan diberbagai Klab Jazz melahirkan musisi-musisi
seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijiro Yamashita. Tidak ada literatur Berikut ini akan dipaparkan
bagaimana sejarah musik rock di Jepang.
2.1 Sejarah Musik Rock Jepang
9
Di Jepang, istilah J-Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut dengan Enka (bentuk ballad dari Jepang tradisional).
10
Rockabilly adalah salah salah satu gaya paling awal dan paling berpengaruh dalam musi
11
yang menjelaskan secara pasti kenapa rockabilly di tampilkan di klab Jazz.
Penulis berfikir kemungkinan hal itu terjadi dikarenakan musik modern yang
pertama kali masuk ke Jepang adalah musik Jazz, sehingga banyak tempat
pertunjukan saat itu diperuntukkan hanya untuk menggelar musik jazz.
Puncak kepopuleran rock n’ roll terjadi pada tahun 1959. Ketika itu
muncul sebuah film tentang pertunjukan group musik rock n’ roll di Jepang.
Namun rock n’ roll mulai kehilangan pamornya bersamaan dengan turunnya
pamor rock n’ roll di Amerika Serikat. Banyak group rock n’ roll Jepang yang
hanya meniru rock n’ roll Amerika. Kepopuleran tersebut surut di penghujung
tahun 1950-an dan digantikan oleh era cover pops (Kaba Popsu), dimana musisi
belajar bermain musik dan menterjemahkan lirik lagu-lagu populer Amerika. The
Venture mengunjungi Jepang tahun 1962, dan mereka yang menyebabkan
munculnya gerakan “gitar listrik” (Eleki Boom). Gerakan ini yang membuat
banyak penggemar musik rock berganti identitas dari pendengar setia menjadi
musisi rock. Hal tersebut semakin mudah terwujud ketika gitar elektrik produksi
dalam negeri dijual dengan harga murah. Yuzo Kayama dan Takeshi Terauchi
adalah pemain gitar listrik yang terkenal.12
Sekitar tahun 1964-an, Surf music atau musik Ereki (Eleki) mencapai
puncak kepopuleran setelah
Muhammad Sulhan dalam Identitas
dan Budaya Konsumtif (Prajarto, 2004:236) mengatakan bahwa perjalanan hidup
manusia yang selalu ditandai dengan krisisnya identitas menjadi faktor yang
membuat mereka selalu menemukan identitas-identitas baru.
The Ventures dengan lirik bahasa Jepang yang kemudian menjadi hits. Tahun
12
1965, band lokal Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The
Beatles dengan lirik bahasa Jepang tentunya. The Beatles adalah band rock
pertama yang menggelar konser di Nippon Budokan tahun 1966. Masyarakat
percaya bahwa The Beatles akan menyebabkan kenakalan remaja di konser
tersebut. Pemerintah Jepang kemudian mengerahkan polisi anti huru hara untuk
mengamankan penggemar-penggemar remaja. The Beatles kemudian
menyebabkan lahirnya gerakan Group Sounds (Gurupu Saunzu) di Jepang.
Sebagian besar musisi Jepang merasa bahwa mereka tidak bisa menggunakan
bahasa Jepang untuk lagu-lagu rock yang baru, sehingga jaman ini secara bertahap
menurun. Sebagai hasilnya, muncul perdebatan “apakah kita harus menyanyikan
lagu rock di Jepang?”, “apakah kita harus menyanyikannya dalam bahasa
inggris?”, antara Happy End dan Yuya Uchida tentang musik rock Jepang.
Perdebatan ini kemudian dikenal dengan “kontroversi rock bahasa Jepang”
(Nihonga Rokku Ronso). Namun Happy End membukitikan bahwa musik rock
bisa dinyanyikan dalam bahasa Jepang.13
Penghujung tahun 1960-an hingga pertengahan 1970-an terdapat musisi
rock seperti
musik rock dari Kansai (Blues Rock), Fukuoka (Mentai Rock), dan Okinawa
(Okinawan Rock). Folk Rock muncul dibawa oleh
yang terkenal pada pertengahan 1970-an, musik rock masih belum bisa diterima
oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun keadaan ini dirubah oleh band Carol
13
yang didirikan Eikichi Yazawa dan tiga tokoh rock ternama yait
(rokku gosanke). Musik rock semakin mudah diterima lagi oleh masyarakat berkat
Southern All Star, The Alfee, Kenji Sawada, dan Godiego.14
Sejak akhir tahun 1970-an, group musik rekaman dari label indies kian
popular sehingga menyebabkan terjadinya “Band Boom” di Jepang pada
pertengahan 1980-an. Muncul aliran-aliran seperti punk rock, new wave, techno
pop, hard rock, dan heavy metal. Group musik yang mewakili seperti Bow Wow,
Loudness, Yellow Magic Orchestra, Anthem, 44Magnum, dan sebagainya.
pengaruh kuat dalam dunia musik rock Jepang.15
Tahun 1989, X-Japan memulai debutnya dan berhasil membuat musik
heavy metal diterima oleh semua kalangan masyarakat Jepang. X-Japan yang
berpenampilan nyentrik inilah yang secara perlahan-lahan meruntuhkan dominasi
musik pop pada saat itu. Ditambah lagi saat itu group band Guns N’ Roses sedang
“booming” di Jepang dan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam merubah
pandangan masyarakat terhadap jenis musik Rock. Hide (gitaris X-Japan) mulai
dijagokan sebagai icon musik Rock Jepang saat itu dan mempelopori sebutan
khusus untuk musik mereka dengan nama Japanese Rock. Berbeda dengan band
Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang dimana warna musiknya
lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hide memiliki warna
tersendiri yang banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya.
http”//moer.multiply.com/journal/Elaborasi musik Indonesia-Jepang_dari Gesang sampai Utada Hikaru
16
Dalam waktu yang hampir berdekatan, lagu yang bertemakan kritik sosial
yang dilihat dari sudut pandang generasi muda juga mencapai ketenaran. Melodic
Hardcore muncul sebagai aliran baru yang dibawa oleh Hi-Standard, Snail ramp,
Nicotine, dan Kemuri. Hi-Standard adalah group yang memulai menggunakan
lirik bahasa Inggris yang sekarang ini sudah tidak asing kita dengar. Shonen Knife
merupakan band Jepang yang berhasil menjadi pembuka konser Nirvana pada
tahun 1993. Puncak kepopuleran
menutup akhir dekade 1990-an. Konser-konser di alam terbuka sering diadakan
pada saat itu, contohnya seperti Fuji Rock Festival.
Awal tahun 2000-an diramaikan group musik seperti
sekali group-group bergenre Melodic Hardcore dan Emocore bermunculan,
seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation.
Rock yang popular pada masanya.17
17
Tabel 1: Sejarah Musik Rock Jepang
Era 1950-an - - Rock n’ Roll Mickey Curtis, Masaaki Hirao, Keijiro Yamashita
Kaba Popsu /
Terauchi Takeshi to Buru Jinzu (Takeshi Terauchi dan Blue Jeans), Fujimoto Koichi, Yuzo Kayama, Tokyo Beatles
Jockey Yoshikawa and His Blue Comets, The Spiders, RC Succession, Blue Creation, Carol, Happy End, The Mops,dll.
Ueda Masaki and South to South, West Road Blues Band, Murasaki, Break Down, San House
Era Rock Jepang hingga 1980-an
- -Folk Rock Takuro Yoshida, Yosui Inoe, Garo, NSP, dll.
New Wave
BOW WOW, Loudness, Anthem, 44Magnum, Plastics, Anarchy, Hound Dog, Yellow Magic Orchestra, dll.
The Flipper’s Guitar, Pizzicato Five, Salon Music, X-Japan, Luna Sea, Glay, L’Arc En Ciel, Judy and Mary, Hi-Standard, Snail Ramp, Nicotine, Boredoms, dll.
Tahun 2000-an Visual Kei, Sheisun Punk
2.2.1 Warna Musik
Japanese Rock menggunakan ensambel musik modern seperti instrumen
gitar, bass, drum, keyboard/synthesizers, dan vokal. Instrumen tambahan seperti
piano dan biola juga digunakan oleh beberapa group band pada lagu-lagu yang
mendapat pengaruh musik klasik, seperti lagu Malice Mizer yang berjudul
Gardenia. Musisi Jepang menyukai hal-hal yang sulit. Misalnya saja dalam
penggunaan akord seperti Asus4, G6, Fdim, Cmaj7, Faug, yang terkesan sulit
dimainkan oleh pemusik pemula yang belum begitu mengenal semua akord.
Mereka suka menggunakan akord-akord seperti itu daripada harus menggunakan
akord seperti Am, G, F, atau C. Salah satu ciri khas musik Japanese rock bisa
dilihat dari pola ritem drumnya.
Contoh pola ritem drum pada lagu “Dahlia” milik band X-Japan ( Sumber : Guitar Pro 5 )
Progresi akord gitaris Jepang kebanyakan terpengaruh progresi akord
musik jazz dan musik klasik. Akord-akord minor 7th dibawakan dengan enerjik
pada saat improvisasi gitar. Selain itu yang membuat lagu-lagu Japanese Rock
terdengar unik adalah pada saat progresi akord yang sering menggunakan progresi
akord ascending18 atau descending19 setengah nada, seperti Ab-G-Gb atau
A-A#-B-C.
Pogrresi akord descending pada lagu “Bravery” oleh L’arc En Ciel ( Sumber : Guitar Pro 5 )
18
Progresi akord naik 19
Dalam teknik permainan bass terdapat istilah “walking bass” atau “bass
jalan”. Rangkaian not bass terus bergerak cepat naik dan turun. Bass tidak hanya
memainkan akord saja, tetapi juga memainkan melodi dengan
improvisasi-improvisasi. Meskipun begitu, tidak semua lagu menggunakan teknik permainan
bass seperti itu, tergantung kebutuhan lagunya juga. Selain itu permainan bass dan
ritem gitar memainkan pola melodi dasar yang sama, hanya saja di bagian-bagian
tertentu masing-masing berimprovisasi. Kabarnya improvisasi-improvisasi inilah
yang menandakan kekhasan musik Japanese Rock.
Permainan bass memiliki banyak variasi akord dibandingkan akord utama
lagu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika akan pindah ke nada A, bass bebas
bermain / berputar-putar ke E atau D atau C# (dan seterusnya asalkan tidak keluar
dari tangga nadanya) terlebih dahulu sebelum sampai ke nada A yang di tuju. Bass
juga tidak harus mengikuti ketukan drum. Ketika progressi akord teknik
permainan bass biasanya di slide (diseret) dan dimainkan dengan menggunakan
pick20
20
Piranti untuk memetik senar gitar
. Birama-birama simetris seperti 4/4 atau 3/4 umum digunakan dalam musik
ini. Tempo musik Japanese rock berkisar antara 100-220 bpm (beat per minute).
Terkadang musisi Jepang suka membuat intro yang dimulai dengan nada minor,
kemudian reff-nya pindah ke nada major. Model seperti ini akrab kita dengar pada
soundtrack anime. Kebanyakan Tekstur musiknya polifoni dan lagunya repetitif.
Musik Japanese Rock penuh dengan variasi. Variasi bisa dalam hal penggunaan
melodi, akord, dan juga variasi musik dalam satu artis. Variasi musik dalam satu
artis maksudnya adalah satu artis/musisi bisa memiliki berbagai jenis variasi genre
dalam lagu-lagunya. Lar’c En Ciel misalnya, meskipun aliran musiknya
alternative, tetapi mereka selalu memadukannya dengan genre lain seperti jazz,
dance, pop, soul, bahkan klasik. Selain itu ada juga The Gazette yang menyajikan
berbagai genre musik dalam tiap albumnya. Mereka suka bereksperimen dengan
musik mereka, ada yang bernuansa soft ballad, punk rock, dan juga terdapat unsur
hip hop. Dir en Grey sebagai band trash metal juga menciptakan lagu yang
berunsur pop. Intinya band-band Jepang tersebut tidak mau membuat musik yang
2.2.2 Karakter Sound
Karakter Sound Japanese rock terdengar tipis dan cempreng. Kalau untuk
musik yang metal equalisasinya lebih ke mid dan trebelnya lebih besar, sedangkan
untuk yang punk-nya sendiri trebelnya dominan. Untuk karakter sound bass-nya
sendiri cenderung low bright. Tetapi masing-masing musisi mempunyai
pengaturan sound sesuai selera mereka, misalnya saja Dir en Grey dimana sound
gitarnya lebih berat dan banyak low tune
2.2.3 Tangga Nada
Tangga nada yang digunakan adalah pentatonic mayor, pentatonic minor,
dan tangga nada kromatik. Tidak seperti musik barat, second major (sol dan la)
tidak digunakan dalam musik Jepang, kecuali seni musik sebelum musik rock
menjadi popular di Jepang. Walaupun semua musik yang berada di bawah
naungan J-pop terdengar menjadi lebih barat seiring proses waktu, namun masih
terpengaruh tangga nada pentatonic Jepang dan distortional tetrachord. Tangga
nada pentatonik Jepang dibagi menjadi :
Tangga nada Hirajoshi = W-H-2-H-2 tangga nada Iwato = H-2-H-2-W Tangga nada Kumoi = 2-H-2-W-H
Tangga nada Hon Kumoi Shiouzhi = H-2-W-H-2
Tangga nada Chinese ,Raga Amritavarsini = 2-W-H-2-H
Keterangan :
W = Whole tone (interval satu)
2.2.4 Vokal
Vokal dalam Japanese Rock sering menggunakan teknik falseto. Biasanya
vokalis memiliki karakter yang kuat dan khas serta skill (kemampuan) yang
tinggi. Bukan vokalis wanita saja yang memakai teknik falsetto yang menjadi ciri
khas seorang vokalis, tetapi vokalis pria juga menggunakan teknik yang serupa.
Vokalis pria mampu menjangkau nada-nada tinggi sehingga suara mereka
menyerupai suara wanita. Nada-nada tinggi ini kemudian digabung dengan teknik
falseto dan vibrasi yang menjadi ciri penyanyi Jepang.
2.2.5 Lirik Lagu
Banyak lagu-lagu Japanese Rock seperti rock barat yaitu bercerita tentang
isu politik. Meskipun bercerita tentang isu politk, tapi lagu tersebut didesain yang
sesuai untuk anak-anak muda dengan lirik yang “bersih”. Musisi-musisi dari
berbagai genre mulai menyanyikan lagu-lagu tentang kehidupan seperti cinta,
sekolah, dan isu lainnya. Walaupun begitu, J-Rock masih mempertahankan image
“pemberontakan” yang dilihat sebagai bentuk protes sosial.
2.2.6 Performance
Diluar segi musikal, Japanese Rock juga memiliki karakter/ciri dari segi
performance. Performance menjadi bagian penting dalam Japanese Rock yang
meliputi kostum dan aksi panggung. Fesyen dan perilaku bermusik musisi yang
unik membuatnya berbeda dari musik rock barat. Musisinya sendiri muncul
dengan versi berbeda dari image rocker yang sebagaimana mestinya. Untuk
berpakaian. Selain itu aksi panggung yang menarik juga mereka tampilkan.
Misalkan saja band Dir En Grey. Vokalisnya kerap melakukan tindakan-tindakan
menyakiti diri sendiri, seperti mencakar-cakar dadanya hingga berdarah,
mensayat-sayat bagian dari tubuhnya, dan mencabut gigi tanpa bius dalam suatu
pertunjukan.
2.3 Visual Kei Sebagai Identitas Musisi Japanese Rock
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II terjadi perubahan besar-besaran di
Jepang. Saat itu ada komunitas yang “terbuang” dari masyarakat yang berbicara
tidak hanya melalui mulut dan tulisan, tetapi juga lewat penampilan. Komunitas
yang mayoritas adalah kaum laki-laki ini tampil dengan mengenakan berbagai
macam aksesoris dan berdandan maupun berperilaku seperti seorang perempuan.
Melalui apa yang mereka pakai, mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari
hal politik, segala sesuatu yang under pressure (dibawah tekanan), hingga
masalah yang menyangkut psikologis. Cara berdandan dan berperilaku mereka
seperti itu yang kabarnya melahirkan visual kei. Saat itu visual kei mengacu pada
cara berdandan dan berperilaku komunitas tersebut dalam kesehariannya. Seiring
dengan perubahan jaman, perlahan-lahan komunitas ini mengalami “mati suri”
dikarenakan banyak orang Jepang yang lebih memilih bunuh diri untuk
menyelesaikan masalah, daripada harus tenggelam dalam penderitaannya
sendiri.21
21
Namun Pada masa sekarang, Visual Kei ( vijuaru kei ) mengacu pada
sebuah gerakan yang dilakukan musisi Jepang yang ditandai dengan penggunaan
tata rias, gaya rambut yang aneh, kostum dan asesoris yang “ribet” yang mulai
popular sekitar tahun 1990-an.22
X-Japan merupakan band yang benar-benar mengangkat trend “Visual
Shock” (penampilan yang nyentrik) saat bermusik sampai akhirnya gaya ini
menjadi populer. Hal itu bersamaan dengan kemunculan band dari belahan dunia
barat, KISS, yang sedang populer di Jepang tahun ‘80-an. Hide
23
Visual Kei merupakan hasil kreatifitas dari band-band Jepang yang
mengutamakan penampilan visual untuk menarik perhatian penikmat musik
Jepang. Anggota band V-Kei senang memakai make-up yang mencolok, unik, dan
kostum yang rumit dalam setiap performance mereka. Umumnya anggota band
Visual Kei adalah pria. Keunikannya adalah mereka suka memakai make-up dan
(gitaris X-Japan)
adalah orang yang menggagas Visual Kei ala Japanese Rock dan konsep “Visual
Shock” yang kini diikuti oleh banyak musisi-musisi Japanese Rock.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Sumarwan (2002:170) ,
salah satu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya adalah pakaian dan
penampilan. Melalui pakaian dan penampilan inilah para anggota band
menjadikan Visual Kei sebagai identitas mereka untuk memperoleh perhatian.
Identitas secara psikologis selalu dilekatkan dengan eksistensi diri, yang melihat
seseorang menggambarkan dirinya dalam lingkup dunia sosial, sebagai orang
yang berada di tengah orang banyak (Sulhan dalam Prajarto, 2004:237). Jadi
Visual Kei mereka gunakan dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka
kepada masyarakat. Fashion dan make-up bagi band Japanese Rock sendiri sama
pentingnya dengan jenis lagu yang mereka bawakan.
23
kostum yang terkesan feminin atau androgynous meskipun mereka adalah
laki-laki. Di Jepang sendiri hal itu disebut Bishounen atau pria cantik karena dikatakan
sebagai wanita bukan, dikatakan pria juga bukan. Musik dari band V-Kei dikenal
luas dikalangan pendengar musik underground atau indie yang terdiri dari banyak
genre seperti heavy metal, elektronika, dan lain-lain. Memasuki tahun 2000-an,
banyak band-band Visual Kei yang mulai bereksplorasi dengan musik dan
penampilan mereka. Sebelumnya Visual Kei identik dengan penampilan
gothic/dark. Sesuai dengan sifat budaya yang selalu berubah seiring
perkembangan zamannya, Visual Kei kemudian terbagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya Angura Kei, Eroguro, dan Oshare Kei.
Angura Kei (Underground Style) digunakan oleh perkumpulan teater
independen di Jepang dengan niat untuk membuat sesuatu yang original (asli) dan
bersifat “Japanese”. Angura diambil dari kata “Andaruguraundo” yaitu pelafalan
orang Jepang untuk menyebut Underground.
Gambar 1: Contoh Angura Kei
Eroguro memfokuskan pada nuansa horor dan imej cross-gender.
dan pertunjukan live-nya saja, tetapi juga pada lirik lagu yang memiliki kesan
humor.
Gambar 2: Contoh Eroguro
Sedangkan Oshare Kei pertama kali muncul di Jepang sekitar tahun 2001.
Secara harafiah, Oshare artinya pesolek atau peraga. Seiring perkembangan
zaman istilah ini berubah dan lebih sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu
atau seseorang yang fashionable dan stylish. Anggota band Oshare Kei cenderung
berpenampilan ceria, memakai kostum dengan warna-warna yang terang/cerah,
terkesan remaja dan trendy seperti fashion anak-anak muda Harajuku pada
umumnya.
Gambar 3: Contoh Oshare Kei
Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul
penting bagi mereka karena itulah ciri khas mereka sebagai band Visual Kei.
Namun, semakin terkenalnya band-band Visual Kei di masyarakat, lambat laun
beberapa band tersebut juga meninggalkan dandanan Visual mereka dan lebih
fokus bermusik, contohnya Laruku dan Dir En Grey. Alasannya tidak begitu jelas,
melalui media massa opini publik dibiarkan tergiring begitu saja. Jadi ada yang
menganggap bahwa band-band tersebut tidak perlu bersusah payah lagi untuk
berdandan yang aneh-aneh dan menghabiskan banyak uang untuk kostum dan
make up. Tanpa harus melakukan hal itupun, pada kenyataannya masyarakat
sudah mengenal mereka. Yang mereka lakukan kini hanyalah memikirkan
bagaimana membuat musik yang bagus dan disukai orang banyak. Hal seperti ini
memang lazim terjadi disana, walaupun masih banyak juga yang setia dengan
dandanan mereka.
2.4 Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik di
Jepang
Sejak dahulu orang Jepang sudah terkenal sebagai orang yang sangat
mencintai bangsanya, yaitu dengan cara mencintai segala hal yang berhubungan
dengan negaranya. Terbukti dari banyaknya musisi Jepang yang setia terhadap
label lokal sehingga label-label lokal berhasil menjadi “raja” dalam industri
rekaman di negeri sendiri. Tidak heran jika pasar Jepang menjadi pasar kedua
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.24
24
Baca artikel “Major Label Penguasa Industri Musik Dunia” oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009 dalam http://jagatalun.com/2009/07/05/major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
kei, video game, dorama25, music show26, boyband, idol image27
Besarnya pasar Jepang tentu saja menarik minat para label utama dunia.
Kuatnya label lokal
, dan forum
“jejepangan” turut mendongkrak industri musik di Jepang.
28
membuat label asing sulit untuk masuk, apalagi menguasai
pasar musik Jepang. Hal ini membuat artis-artis Jepang tidak merasa perlu untuk
memperluas pasarnya dengan menggarap pasar internasional. Faktor bahasa dan
kondisi album rekaman para artis Jepang yang lebih mementingkan tampilan artis
dan musisi dibandingkan kualitas bermusik mereka, membuat album artis Jepang
juga sulit menembus pasar internasional.29
Masa kebangkitan band-band Visual Kei terjadi sekitar tahun 1988 sampai
1991 dengan band-band seperti X-Japan, Derlanger, dan masih banyak lagi.
Ketenaran mereka juga sampai ke Negara lain seperti Korea, Cina, Hongkong,
Kenyataan bahwa para musisi Jepang baik penyanyi solo ataupun group
band yang lebih mementingkan tampilan artis daripada kualitas musik mereka
tidak bisa dipungkiri, walaupun tidak semua musisi seperti itu. Banyak juga dari
mereka yang walaupun mementingkan aspek tampilan luar tetapi memiliki
kualitas musik yang bagus pula. Hal itu terbukti dari beberapa group band yang
memiliki kemampuan yang baik dalam bermusik dengan lagu-lagu yang banyak
diminati masyarakat.
25
Berbeda dengan di Indonesia dimana kebanyakan lagu soundtrack sinetron adalah lagu-lagu yang sudah terkenal terlebih dahulu baru kemudian dijadikan soundtrack, kalau di Jepang kebalikannya. Justru dorama tersebut yang ikut mengangkat kepopuleran lagu temanya
26
Pertunjukan musik dimana banyak penyanyi yang tampil sebagai bintang tamu ataupun program yang menampilkan tangga lagu. Kalau di Indonesia contohnya seperti acara Hip-Hip Hura, Dahsyat, derings, Inbox, On The Spot, Mantap, MTV Ampuh.
27
Idol Image dikabarkan mengandalkan wajah yang tampan dan cantik, atau biasa kita dengar di Indonesia dengan istilah “jual tampang” untuk mempopulerkan musik mereka
28
penguasaan major label dunia di Jepang hanya mencapai sekitar 48% dari seluruh pasar Jepang. Sedangkan label-label lokal di Jepang menguasai hampir 52% dari seluruh pasar ( data IFPI )
29
dan Taiwan. Hal itu Kemudian memunculkan band-band seperti Lar’c En Ciel,
Luna Sea, Malize Mizer, Dir en Grey, di tahun 1991 sampai 1996. Masa ini
menjadi masa keemasan bagi group-group band karena banyak dari mereka yang
mencapai kesuksesan, bahkan beberapa diantaranya berhasil masuk ke major
label.30
30
http//hanayume.wordpress.com/2008/12/01/sejarah singkat visual kei
Laruku (sebutan untuk Lar’c en Ciel) yang mengangkat tema abad
pertengahan pada kostumnya, banyak memasukkan unsur-unsur musik yang lain
seperti musik Hawai. Sedangkan Diru (sebutan untuk Dir en Grey) banyak
menggunakan unsur metal dimana sang vokalis sering menggunakan teknik
Growl, dan nuansa penuh mistik yang dipadu dengan falset terdapat pada lagu
Saku.
Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul
dengan inovasi baru dalam berpenampilan. 12012 dan The Gazette kerap
memakai kostum yang sangat rumit dan sulit ditiru di setiap penampilannya.
Dengan pemakaian make up yang sedemikan rupa membuat para personilnya
berwajah “cantik”. Keberadaan merekapun semakin diakui dan diminati
masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Meskipun sulit menembus pasar
internasional, bukan berarti tidak ada sama sekali band Japanese Rock Jepang
dengan penampilan Visual Kei yang berhasil eksis di luar Jepang. Lar’c en ciel,
Dir En Grey, D’espairs Ray, adalah beberapa band yang banyak melakukan
BAB III
FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DI INDONESIA
3.1 Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei
Era perkembangan teknologi yang semakin maju membantu penyebaran
kebudayaan dengan sangat cepat. Proses penyebaran musik popular keseluruh
dunia sangat bergantung oleh media massa31
Internet merupakan salah satu media massa dimana kita bisa mendapatkan
informasi dengan mudah. Kita dapat mengetahui berbagai kejadian di penjuru
dunia dengan cepat karena perbedaan jarak tidak menjadi halangan lagi untuk
memperoleh informasi. Informasi seputar Japanese rock dan Visual Kei dapat kita
temui dibeberapa website khusus seputar budaya Jepang, seperti harajukja.com
dan japanesia.com. Selain itu juga banyak terdapat blog yang ditulis oleh
orang-orang yang memiliki ketertarikan dan mengetahui banyak informasi mengenai J-, baik cetak maupun elektronik.
Menurut Akhmad Zaini Abar, media massa kini menjadi sumber dominan untuk
memperoleh citra realitas sosial serta interpretasinya dan penilaiannya. Budaya
massa atau budaya pop cenderung menjadi budaya dominan karena terus menerus
diproduksi media massa (2004:90). Media massa digunakan untuk
menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan musik, promosi rekaman dan
pertunjukan serta berita-berita seputar kehidupan para artis. Pada umumnya,
peranan media massa dalam pertunjukan musik populer lebih ampuh daripada
pertunjukan live (Purba dan Pasaribu, 2006:8). Sebagai budaya popular,
keberadaan Japanese rock dan visual kei sangat bergantung pada media massa.
31
Rock dan V-Kei, seperti japanesemusicworld.blogspot.com, dan lain sebagainya.
Kemudian ada juga forum-forum diskusi para pecinta musik Japanese Rock dan
Visual kei, seperti musisi.com dan bengkelmusik.com. Lalu terdapat juga
Community Organization32 penggemar J-Rock dan V-kei dalam situs pertemanan,
seperti organisasi J-Music Street Army, Indonesia, dimana para penikmat musik
Jepang bergabung (termasuk penulis). Disini mereka bisa berbagi apapun tentang
musik Jepang, mulai dari info terbaru seputar artis favorit hingga Bunkasai,
Cosplay, ataupun event-event lain seputar J-Musik. Organisasi ini juga menjadi
sarana untuk memperkenalkan proyek musik para anak muda untuk diperkenalkan
pada anak-anak muda lainnya yang berada di dalam komunitas ini. J-Music Have
One Spirit in Peace adalah organisasi lain yang dibuat untuk pecinta aliran
J-Music, baik itu fans group band Jepang seperti Alice Nine, Vamps, dan
sebagainya, ataupun fans group band lokal seperti J-Rocks, Wasabi,
R’Am-en-Band, dan lain-lain. Untuk melihat performance para pemusik secara lengkap
tidak hanya dari sisi audio saja tetapi juga visualnya, para pengguna internet bisa
menyaksikannya melalui youtube. Disini para pengguna bisa memuat, menonton
dan berbagi klip secara gratis. Umumnya video-video yang ada di youtube adalah
klip musik (video clip), film, TV, serta video yang dibuat para pengguna youtube
sendiri.33
32
Penulis juga bergabung dalam community organization yang terdapat dalam situs pertemanan guna mendapatkan informasi seputar fenomena Japanese Rock di Indonesia ataupun di Jepang. Beberapa minggu sekali penulis akan dikirimkan up-date/berita terbaru mengenai band J-Lokal dan event-event yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
33
http//id.wikipedia.org
Melalui youtube semua penampilan luar dari para pemusik, seperti
kostum, dandanan, aksi panggung, dan hal-hal lainnya yang bersifat visual bisa
Jepang yang ditiru oleh remaja Indonesia setelah menyaksikan penampilan
band-band Jepang tersebut di youtube.
Media berikutnya adalah televisi. Televisi telah menjadi medium yang
sangat banyak menciptakan budaya popular (Sumarwan, 2002: 184). Di
penghujung tahun 1980-an, anime dan manga cukup popular di televisi. Melalui
penayangan anime di televisi inilah diperdengarkan lagu-lagu Jepang sebagai
soundtracknya, baik yang bergenre Japanese Rock ataupun Japanese Pop. Pada
tahun-tahun berikutnya J-Rock dan juga J-Pop cukup sering ditayangkan di MTV
(Music Television). MTV adalah stasiun televisi Amerika Serikat yang
berspesialisasi untuk memutar acara-acara yang berhubungan dengan musik.
Menurut Sulhan, dengan siaran 24 jam-nya stasiun seperti MTV telah menjadi
saluran penyemaian gaya hidup subkultur kawula muda yang tumbuh bersamaan
dengan perkembangan industri musik dan hiburan yang berhasil memanfaatkan
kemajuan dunia pertelevisian (2004:256). MTV telah mendirikan cabang-cabang
di berbagai Negara dan daerah di dunia, seperti MTV Indonesia34
IRO-IRO J-Lokal Sound adalah sebuah program acara di radio 90,20
TRAX FM Semarang yang khusus memutar lagu-lagu band Japanese Indonesia. , MTV Jepang,
MTV India, dan lain-lain. MTV Indonesia adalah sebuah cabang Indonesia dari
stasiun televisi musik MTV. Sebagai musik televisi tentu saja banyak program
musik yang ditayangkan seperti MTV Gress, MTV Top Hits, MTV Asia Hitlist,
serta MTV Most Wanted. Meskipun yang paling sering ditayangkan adalah musik
barat dan Indonesia, tetapi lagu-lagu dari penyanyi atau group band Jepang yang
sedang popular pada saat itu sering ditayangkan.
34
Program ini ditujukan untuk seluruh anak band dan musisi Japanese Indonesia
(J-Band) yang sudah memiliki lagu sendiri. Mereka harus mengirimkan demo
lagunya dalam bentuk CD bila lagu-lagu mereka ingin diputar di radio tersebut.
Program ini boleh diikuti oleh band J-Lokal dari daerah mana saja di Indonesia.
Beberapa band yang sudah masuk acara IRO-IRO seperti Julia Rock Band
(Jogjakarta), Lemonade (Semarang). GOS (Semarang), Wasabi (Jakarta), dan
lain-lain.
Media cetak seperti majalah dan tabloid turut membantu penyebaran
budaya popular Jepang. Di Indonesia ada majalah khusus bernama “Animonster”
yang berisikan segala sesuatu yang bersifat “jejepangan”, seperti anime, manga,
dorama, musik ( J-Music ), kebudayaan, gaya hidup, dan lainnya. Majalah ini
diterbitkan oleh Megindo Bandung sebagai bahan acuan untuk mendengarkan
musik dan juga menjadi acuan untuk membeli serial komik baru, serta berita
seputar dorama dan film. Selain majalah animonster ada juga tabloid “Asian Plus”
yang berisikan tentang berita-berita seputar artis di kawasan Asia, seperti Jepang,
Korea, dan Taiwan. Tidak hanya berita seputar artis-artis serial drama dan bintang
film saja yang di ulas pada tabloid tersebut, tetapi juga berita dari para musisi baik
penyanyi solo maupun group band yang berasal dari Jepang. Biasanya terdapat
ulasan mengenai jalannya sebuah konser, jadwal pertunjukan, ataupun ulasan
mengenai album baru dari seorang penyanyi / group band. Di Indonesia sendiri
terdapat “Toko Buku Kinokuniya”35
35
Kinokuniya telah membuka 4 gerai di Indonesia yang semuanya dikelola oleh PT. Kinokuniya Bukindo dengan sistem franchise. Pertama kali didirikan bulan Maret 1990 berlokasi di Plaza Indonesia.
yang menjual buku dan majalah berbahasa
banyak toko ini membantu persebaran hal-hal yang bersifat “jejepangan” di
Indonesia.
3.2 Keberadaan Visual Kei dan Band Japanese Rock di Beberapa Kota
Besar
Di Indonesia, pengaruh Visual Kei sudah ada sejak tahun 2000. Walaupun
saat itu masih belum banyak, namun komunitasnya sudah ada. Sebagian besar
komunitas tersebut adalah penggemar musik Rock Jepang (Japanese Rock) yang
sering berkumpul bersama ketika ada festival-festival band, atau mengadakan
gathering khusus di tempat-tempat umum. Ada yang mendirikan band yang
memainkan musik rock Jepang dan meniru Visual Kei dari band-band favorit
mereka. Populernya Visual Kei di Indonesia di pelopori oleh beberapa komunitas
yang senang mengadakan gathering sambil melakukan cosplay.
Kepopuleran Japanese Rock di Indonesia seiring sejalan dengan
kepopuleran manga ( komik Jepang ) dan penanyangan anime di televisi di
penghujung tahun 1980-an. Berkat lagu-lagu soundtrack ( lagu tema ) anime yang
dinyanyikan oleh para musisi terkenal Jepang inilah kemudian muncul trend
bermusik Japanese Rock di kalangan remaja-remaja Indonesia. Awalnya
musik-musik dari serial inilah yang kemudian disebut sebagai Japanese Rock ( J-Rock ),
namun kini semua musik yang bergenre rock bisa dikategorikan sebagai Japanese
Rock.
Pada bab sebelumnya sudah disebutkan bahwa Wasabi adalah salah satu
pelopor Japanese Rock di Indonesia. Yang melatar belakangi terbentuknya
Setahun setelah mereka mengawali langkah di komunitas Britpop, berbagai
komunitas Jepang mulai merebak, yang tentunya diiringi dengan banyaknya
acara-acara berlabel komunitas Jepang. Hal ini berdampak bagus buat wasabi
dikarenakan minimnya band-band yang membawakan musik Jepang pada saat itu,
sampai akhirnya menyebabkan wasabi semakin sering ditanggap untuk jadi
pengisi acara tersebut. Kerja keras pun akhirnya membuahkan hasil, nama wasabi
pun sering mulai terpampang di event-event komunitas Jepang sebagai bintang
tamu. Band-band pengusung musik Jepang pun semakin banyak bermunculan dan
memeriahkan warna-warni musik komunitas.36
JRS (J-Rocks) mengawali karir mereka dengan membawakan lagu-lagu
dari band Rock Jepang seperti Laruku, Glay, Malize Mizer, dan Kaze. Lagu-lagu
dari Laruku lah yang mempengaruhi musik mereka. Tahun 2004 mereka
mengikuti audisi Nescafe Gets Started 2004 di Bandung, yang juga diikuti
band-band dari beberapa kota besar di Indonesia seperti Makassar dan Jogjakarta.
Akhirnya mereka menjadi pemenang pertama pada kompetisi tersebut. Ketika itu
memang warna musik yang mereka bawakan masih jarang di Industri musik
Indonesia. Dari segi vokal, Iman memiliki karakter vokal yang kuat dan range
vokal yang lebar, yang membuatnya mampu manjangkau nada-nada rendah
hingga nada-nada tinggi, digabung dengan tekhnik falsetto namun tetap terjaga
artikulasinya.
Band-band tersebut seperti JRS
(J-Rocks), Jetto, Leto, Sound Wave, Lucifer, dan masih banyak lagi.
37
36
Friendster Wasabi
Ada juga band Akatsuki (sebelumnya bernama Yellow Box dan
Astronia) dari Jakarta yang mengaku terpengaruh oleh JRS untuk masuk
komunitas Jepang, meskipun pada saat itu mereka sama sekali “buta” dengan
hal-37