• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa tentang kondisi kelas dan hubungannya dengan minat belajar siswa : studi kasus di MTsN 8 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa tentang kondisi kelas dan hubungannya dengan minat belajar siswa : studi kasus di MTsN 8 Jakarta"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA TENTANG KONDIDI KELAS DAN

HUBUNGANNYA DENGAN

MINAT BELAJAR SISWA

(Studi Kasus di MTsN 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Setrata Satu (S1)

Disusun Oleh:

A. SALIMULLAH NIM: 102011023532

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PERSEPSI SISWA TENTANG KONDISI KELAS DAN

HUBUNGANNYA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MTsN 8

Jakarta)” yany telah disusun oleh A.SALIMULLAH dengan NIM: 102011023532, telah

diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Desember 2008 di hadapan dewan penguji, dan

dinyatakan lulus. Dan skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Jakarta,15 Desember 2008

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. A. F. Wibisono, MA ... ...

NIP : 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ... ...

NIP : 150 299 477

Penguji I

DR. H. A. F. Wibisono, MA ... ...

NIP : 150 236 009

Penguji II

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ... ...

NIP : 150 299 477

Mengetahui:

Dekan Fkultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

NAMA : A.Salimullah NIM :102011023532 JURUSAN : PAI

FAKULTAS : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JUDUL :Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kelas Dan Hubungannya Dengan Minat Belajar Siswa (Studi Kasus Di Mtsn 8 Jakarta)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu Pendidikan Agama islam pada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam negri syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam negri syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil

jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Jurusan

Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas

Islam negri syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2008

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya

untuk menempuh jalan yang benar guna meraih kebahagiaan dunia dan ahirat.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negri Syarif hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan

kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini selesai pada waktunya. Penulis hanya mampu

menyampaikan terima kasih yang terdalam dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Bapak Drs.Abdul

haris, MAg sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia dengan tulus

memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya tak lupa pula penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang ikut membantu, diantaranya:

1. Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. Dan Drs, Sapiudin Shiddiq

2. Penasehat Akademik yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Prof. Dr. Dede Rosyada MA.

3. Drs. Abdul haris, MAg selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan

bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mencurahkan ilmu

pengetahuan kepada penulis semasa kuliah.

5. Kepalah Sekolah MTsN 8 jakarta yang telah memperkenankan penulis mengadakan

penelitian di sekolah tersebut dan memberikan bantuan di dalam pelaksanaan

penelitian. Drs. H. Noer Akhfas A. MM

6. Ayahanda Sadunih (alm) dan Ibunda Saanih yang telah merawat dan mendidik dengan

penuh kasih sayang, memberikan pengorbanan baik material maupun spiritual yang tak

terhitung nilainya, serta senantiasa mendorong dan mendo’akan penulis dalam

mengarungi kehidupan ini.

7. Kaka dan adikku semua yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi dalam

(5)

8. Guru-guru serta Akademik MTsN 8 jakarta yang telah membantu baik sarana dan

prasarana maupun bentuk lainya.

9. Teman-teman PAI Se-angkatan yang telah membantu dan memberikan saran dan juga

masukan bagi penulis sehingga selesainya skripsi ini.

10.Temen-teman PPKT

Semoga jasa dan segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis akan

mendapatkan balasan yang layak dari Allah SWT. Dan akhirnya penulis berharap, semoga

hasil penelitian kependidikan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca

pada umumnya.

Jakarta, 15 Desember 2008

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

ABSTRAKSI... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 4

3. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan... 5

BAB II. KAJIAN TEORI A. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 7

1. Pengertiam bimbingan dan Konseling ... 7

2. Tujuan bimbingan dan konseling ... 11

3. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 12

4. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling ... 18

B. Masalah Belajar... 21

1. Pengertian belajar ... 21

2. Pengertian Prestasi belajar. ... 22

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar ... 23

C. Bimbingan dan Konseling dalam rangka peningkatan Prestasi Belajar. 27 1. Pengertian Bimbingan belajar ... 27

2. Tujuan Bimbingan belajar ... 28

(7)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian ... 42

B. Populasi dan Sample ... 42

C. Metode Penelitian... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Teknik Analisa Data... 46

F. Waktu dan Tempat Penelitian... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Parung ... 50

1. Sejarah Singkat SMP Islam Parung... 50

2. Visi dan Misi SMP Islam Parung ... 51

3. Keadaan siswa SMP Islam Parung ... 52

4. Personalia dan Pengajar SMP Islam Parung ... 52

5. Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Islam Parung... 53

6. Pelaksanaan Program BK di SMP Islam Parung. ... 54

B. Deskripsi Data... 57

C. Analisa Data... 71

D. Interpretasi Data... 77

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran-saran. ... 81

(8)

DAFTAR TABEL

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...24

2. Interpretasi Data ...26

3. Keadaan Guru, Karyawan dan ...31

4. Keadaan Siswa dan Sarana dan Prasarana ...32

5. Suasana Kelas Terasa Nyaman Tiap Kegiatan Belajar dan Rapih ...33

6. Belajar Menyenangkan Kerena Guru Mengajar dengan Semangat ...34

7. Bapak/Ibu Guru Masuk dan Keluar Kelas Tepat Waktu ...34

8. Tiap Pertemuan Satu Pokok Bahasan Selesai ...35

9. Penataan Tempat Duduk Memudahkan Beraktivitas ...35

10.Perubahan Tempat Duduk Dilakukan Tiap Minggu ...35

11.Tempat Duduk Disesuaikan dengan Metode Pengajaran dan Materi ...36

12.Tempat Duduk Sesuai Kondisin Tubuh ...36

13.Siswa Terlibat dalam Menata Keindahan Kelas ...36

14.Siswa yang kuRang dalam Penglihatan Duduk di Depan ...37

15.Siswa membuat kelompok sendiri dalam kerja kelompok ...37

16.Hukuman Bagi yang melanggar disepakati bersama ...37

17.Skor dari persepsi siswa tentang kondisi kelas ...38

18.Tidak ada guru siswa tetap belajar dengan tertib ...39

19.Tiap proses belajar berlangsung siswa tekun ...40

20.Walau di luar gaduh siswa tetap tenang bi kelas ...40

21.Suasana kondusif membuat siswa semangat belajar ...40

22.Kelas yang rapih dan bersih membuat siswa senang belajar ...41

23.Siswa merasa nyaman belajar di kelas ...41

24.Siswa memperhatikan penjelasan guru ...41

25.Saat pelajaran dimulai siswa telah siap mengikuti ...42

26.Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru ...42

27.Skor nilai variabel Y ...43

(9)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar kukuesioner siswa

2. Berita wawancara

3. Surat pengajuan judul skripsi

4. Surat perbaikan judul skripsi

5. Surat permohonan bimbingan skripsi

6. Surat permohinan izin penelitian

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel Penelitian ...

... 3

7

Tabel 2 Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment...

... 4

1

Tabel 3 Santi Membaca Al-Qur’an atau Iqra di TPA Setiap Hari...

... 5

0

Tabel 4 Santri Memperhatikan Hukum-hukum Bacaan Atau Tajwid Ketika

Membaca Al-Qur’an ...

... 5

1

Tabel 5 Santri membaca Al-Qur’an/ iqra dengan fasih ...

... 5

1

Tabel 6 Santri Menghafal Hadits Pilihan dengan Benar...

... 5

2

Tabel 7 Santri Memperhatikan Gerakan Shalat Ketika Melaksanakan Shalat...

... 5

2

Tabel 8 Santri Menghafal Ayat Al-Qur’an Al-Ikhlas Sampai dengan Ad-Duha

dengan Benar ...

... 5

3

Tabel 9 Santri Menjaga Kebersihan Ketika Berada di TPA ...

53

Tabel 10 Santri Bergaul Secara Baik dengan Kawannya di TPA ...

... 5

4

Tabel 11 Santri Meneladani Sejarah Kehidupan Para Rasul ...

... 5

(11)

Tabel 12 Santri Berdoa Ketika Akan Memulai Pekerjaan yang Baik ...

... 5

5

Tabel 13 Santri Menulis Tulisan Arab dengan Benar...

... 5

5

Tabel 14 Santri memperhatikan penjelasan Ustadz/Ustadzah ketika belajar...

... 5

6

Tabel 15 Santri Melaksanakan Shalat Lima Waktu Setiap Hari ...

... 5

6

Tabel 16 Santri Melaksanakan Puasa Pada Bulan Ramadhan Selama Sebulan

Penuh ...

... 5

7

Tabel 17 Setelah Selesai Sholat Santri Berdoa Untuk Orang Tua ...

... 5

7

Tabel 18 Santri Berperilaku Sopan Pada Orang Tua...

... 5

8

Tabel 19 Santri Mematuhi Perintah Orang Tua ...

... 5

8

Tabel 20 Santri Mengucapkan Terima Kasih Setelah Ditolong Oleh Orang Lain.

... 5

9

Tabel 21 Santri Meminta Izin Ketika Akan Meminjam Sesuatu ...

... 5

9

Tabel 22 Santri Meminta Maaf Apabila Berbuat Kesalahan Kepada Orang Lain .

... 6

0

Tabel 23 Santri Membantu Teman Atau Orang Lain yang Sedang dalam

(12)

... 6

0

Tabel 24 Santri Berkata Santun Kepada Orang Tua ...

... 6

1

Tabel 25 Santri Termasuk Orang yang Menepati Janji ...

... 6

1

Tabel 26 Santri Termasuk Orang yang Berkata Jujur...

... 6

2

Tabel 27 Santri Patuh Terhadap Perintah Allah ...

... 6

2

Tabel 28 Perhitungan untuk Mencari Data Variabel X dari Hasil Penyebaran

Angket ...

... 6

3

Tabel 29 Perhitungan untuk Mencari Data Variabel Y dari Hasil Penyebaran

Angket ...

... 6

5

Tabel 30 Hasil Perhitungan Variabel X Y ...

... 6

(13)

Abstraksi

Setiap siswa umumnya datang ke sekolah tiap hari adalah melakukan kegiatan belajar atau menerima pelajaran dari guru-guru di dalam kelas, dan umumnya mereka tertib dan tenang juga memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mata pelajaran tersebut, hal ini dikarnakan ada guru yang menunggui atau membimbing mereka di kelas, jadi siswa yang sedikit bandel/nakal dan juga siswa yang agak malas belajar secara tidak langsung mahu tidak mahu mereka pasti akan menunjukan rasa perhatiannya terhadap pelajaran yang sedang disampaikan. Suasana kelas yang seperti itulah dapat kita sebut sebagai kondisi kelas yang kondusif.

Namun terkadang kita juga melihat siswa melakukan proses belajar sendiri di kelas tanpa bimbingan dari guru, hal ini dikarnakan guru pengajarnya berhalangan hadir hanya memberikan tugas melalui guru piket untuk dikerjakan oleh siswa dikelas. Kondisi kelas seperti ini tentu berbeda dengan kondisi di mana kelas yang ada gurunya. Kelas yang siswanya belajar sendiri tanpa bimbingan guru secara langsung umumnya kita melihat kondisi kelas agak gaduh, berisik dan tidak teratur, hal ini dikarnakan tidak ada guru yang mengawasi atau membimbing, dan hal tersebut juga bisa terjadi karena kurangnya minat siswa dalam belajarkarena tidak ada guru di kelas, sehingga walaupun sudah diberi tugas oleh guru piket mereka mengerjakannya ada yang sungguh-sungguh dan ada yang asal saja/main-main bahkan ada juga yang hanya menyalin jawaban dari temannya.

Dan kondisi kelas yang tidak ada gurunya biasaya para siswanya lebih senang ngobrol, bercanda dengan teman, main atau nyanyi-nyanyi di kelas, ada juga yang bejar (membaca atau mengerjakan tugas), dan bahkan sebagian dari mereka ada juga yang ke luar kelas mencari makan atau jajan di kantin. Suasana atau kondisi kelas yang seperti ini bisa dikatakan sebagai suatu kondisi kelas yang tidak kondusif, dan hal ini dapat mempengaruhi semangat atau minat belajar siswa di kelas.

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI………... i

KATA PENGANTAR………....… ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR LAMPIRAN………..……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah………... 6

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah... 6

D. Metode penelitian ... 6

E. Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian……… 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, danPENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 7

1. Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kelas ... 7

1.1Pengetian Persepsi Siswa ... 7

1.2Kondisi Kelas ... 9

2. Ciri Kelas Kondusif dan Upaya Menciptakan Kelas yang Kondusif ... 10

2.1 ciri-ciri kelas yang kondusif ... 10

2.2 upaya-upay mencip takan kelas yang kondusif ... 11

3. Pengelolaan Kelas ... 12

4. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 15

5. Indikaror Pengelolaan Kelas ... 16

B. Minat Belajar ... 19

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 19

3. Indikator Minat Dalam Belajar ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 21

D. Pengajuan Hipotesis ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 22

(15)

D. Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .... 29

1. Sejarah Singkat MTsN 8 Jakarta ... 29

2. Visi dan Misi Sekolah... 30

3. Kurikulum yang Digunakan ... 30

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ... 31

5. Keadaansarana dan prasarana... 32

B. Deskripsi Data ... 33

C. Analisis dan Interpretasi Data... 44

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 49

B. Saran... 50

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persepsi atau tanggapan siswa tentang kondisi kelas merupakan suatu cara atau

proses pengamatan yang siswa itu lakukan terhadap kondisi kelasnya. Kondisi (suasana)

kelas yang nyaman dan menyenangkan biasanya membuat siswa dapat belajar dengan

baik. Maka menjadi tanggung jawab bersama antara guru dan siswa untuk dapat

menciptakan kondisi/suasana kelas yang baik dan juga menciptakan serta memelihara

kondisi belajar yang menyenangkan, dan bila terjadi hal-hal yang dapat mengganggu

kelancaran belajar maka secepatnya berusaha mengembalikannya pada kondisi yang

nyaman dan menyenangkan.

Setiap siswa umumnya datang ke sekolah tiap hari adalah melakukan kegiatan

belajar atau menerima pelajaran dari guru-guru di dalam kelas, dan umumnya mereka

tertib dan tenang juga memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mata

pelajaran tersebut, hal ini dikarnakan ada guru yang menunggui atau membimbing mereka

di kelas, jadi siswa yang sedikit bandel/nakal dan juga siswa yang agak malas belajar

secara tidak langsung mahu tidak mahu mereka pasti akan menunjukan rasa perhatiannya

terhadap pelajaran yang sedang disampaikan. Suasana kelas yang seperti itulah dapat kita

sebut sebagai kondisi kelas yang kondusif.

Namun terkadang kita juga melihat siswa melakukan proses belajar sendiri di kelas

tanpa bimbingan dari guru, hal ini dikarnakan guru pengajarnya berhalangan hadir

dikarenakan ada urusan yang tak dapat diwakilkan atau karena sakit, dan guru tersebut

hanya memberikan tugas melalui guru piket untuk dikerjakan oleh siswa dikelas. Kondisi

kelas seperti ini tentu berbeda dengan kondisi di mana kelas yang ada gurunya. Kelas yang

siswanya belajar sendiri tanpa bimbingan guru secara langsung umumnya kita melihat

kondisi kelas agak gaduh, berisik dan tidak teratur, hal ini dikarnakan tidak ada guru yang

mengawasi atau membimbing, dan hal tersebut juga bisa terjadi karena kurangnya minat

siswa dalam belajar, sehingga walaupun sudah diberi tugas oleh guru piket mereka

mengerjakannya ada yang sungguh-sungguh dan ada yang asal saja/main-main bahkan ada

juga yang hanya menyalin jawaban dari temannya.

Dan kondisi kelas yang tidak ada gurunya biasaya para siswanya lebih senang

ngobrol, bercanda dengan teman, main atau nyanyi-nyanyi di kelas, ada juga yang bejar

(membaca atau mengerjakan tugas), dan bahkan sebagian dari mereka ada juga yang ke

(17)

bisa dikatakan sebagai suatu kondisi kelas yang tidak kondusif, dan hal ini dapat

mempengaruhi semangat atau minat belajar siswa di kelas.

Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat di

mana saja, terutama sekali bejar di dalam kelas, maka dari itu suasana atau kondisi kelas

dan minat belajar amat menentukan proses belajar siswa, siswa yang minat belajarnya

tinggi tentu tidak akan banyak terpengruh oleh kondisi kelas yang seperti apapun, namun

siswa yang minat belajarnya kurang pasti akan terpengaruhi oleh suasana atau kondisi

kelasnya, bila kondisi kelasnya tenang dan nyaman tentu ia akan tetap mengikuti pelajaran

dengan baik, namun bila kondisi kelasnya tidak kondusip (gaduh, tidak nyaman dan

berisik) maka sudah pasti ia tidak akan belajar dengan baik.

Kita sadar bahwa belajar merupakan syarat yang harus dipenuhi setiap orang/siswa

untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun

keterampilan atau kecakapan. Oleh karena itu untuk dapat mencapai cita-citanya setiap

siswa tidak bisa dengan bermalas-malas melainkan harus dengan rajin, gigih dan tekun

dalam belajar.

Namun ironinya terkadang kita melihat anak-anak sekolah dan datang kesekolah

tidak sepenuhnya untuk belajar bahkan mereka lebih banyak yang hanya sekedar untuk

main-main dan berhura-hura dengan sesama teman, walaupun tidak semuanya siswa

seperti itu. Hal tersebut dikarnakan tinggi atau rendahnya minat belajar dari dalam diri

siswa itu sendiri. Minat itu sendiri merupakan faktor internal yang memegang peranan

penting setelah motivasi dalam proses belajar, seorang siswa akan tekun belajar atau

sebaliknya malah malas dan tidak mahu belajar itu semua tergantung pada tinggi atau

rendahnya minat yang dimilikinya.

“Minat berarti juga kecendrungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu, seorang siswa yang menaruh perhatian (minat) yang tinggi pada setiap

pelajaran, maka tentu ia akan memusatkan perhatiannya lebih besar terhadap pelajaran

tersebut dari pada siswa lainnya”.1

“Dalam belajar minat berperan sebagai ‘Motivating Force’ yaitu sebagai kekuatan

yang akan mendorong siswa untuk mau belajar …”2 siswa yang memiliki minat yang besar

untuk belajar akan merasa senang dan tekun dalam belajar, berbeda dengan siswa yang

kurang berminat atau yang tidak berminat dalam belajar mereka hanya menerima pelajaran

apa adanya dan tidak ada hasrat atau niatan untuk tekun (terus belajar).

1

Muhibih Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosydakarya,

2004) cet. 9 h. 136.

2

(18)

Dan belajar itu sendiri merupakan “sesuatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap,

kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”.3

Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa “belajar” menjadi begitu penting bagi

setiap orang terutama para siswa di sekolah. Di mana dalam “belajar” diperlukan adanya

kematangan jasmani dan rohani, kesipan, kesungguhan dan terutama minat yang kuat atau

tinggi.

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar terutama para siswa

di sekolah, hal ini secara garis besar dibagi dua bagian yaitu: Faktor Internal dan Faktor

Eksternal dari siswa.

Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) siswa itu sendiri antara lain:

Kesehatan jasmani dan rohani, intelegensi dan bakat, cara belajar, motivasi dan minat.

Dari beberapa faktor internal yang paling mendasar dan berperan penting adalah minat.

“Minat ini dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.”4

Timbulnya minat belajar siswa disebabkan berbagai hal antara lain keinginan untuk naik

kelas, lulus sekolah dengan nilai baik atau memperoleh pekerjaan serta ingin hidup senang

dan bahagia.

Selain faktor internal di atas proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal

(yang berasal dari luar diri) siswa yaitu: Keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan

sekitar tempat siswa tinggal. Kelas adalah faktor eksternal yang amat berperan dalam

proses belajar siswa disekolah. Oleh karenanya keadaan dan suasana kelas haruslah

benar-benar diperhatikan. Kelas adalah tempat berlangsungnya transper ilmu

pengetahuan dari guru kepada murid-muridnya. Keadaan sekolah dalam hal ini terutama

sekali adalah keadaan kelas sebagai tempat belajar turut mempengaruhi proses belajar,

kualitas guru, metode mengajarnya kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak,

keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan belajar (kelas), jumlah

murid perkelas, pelaksanaan tata tertib dan sebagainya.

Kondisi (suasana) kelas yang nyaman dan menyenangkan biasanya membuat siswa

dapat belajar dengan baik, dan kondisi kelas yang tidak nyaman bisa membuat siswa tidak

belajar dengan baik. Maka sudah menjadi tanggung jawab bersama antara seorang guru

dan para siswa di kelas untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan menciptakan serta

memelihara kondisi belajar yang menyenangkan, dan bila terjadi hal-hal yang dapat

mengganggu kelancaran dan kenyamanan dalam belajar maka secepatnya guru dan juga

para siswa berusaha mengembalikannya, hal tersebut tentu memerlukan kedisiplinan kelas.

3

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1997) h. 49.

4

(19)

Dalam hal kondisi kelas secara langsung atau tidak langsung tentu melibatkan guru

sebagai pengelola kelas di mana guru dituntut harus dapat memunculkan minat belajar

siswa dalam kelas, dengan demikian secara tidak langsung guru dituntut untuk dapat

menciptakan suasana atau kondisi kelas yang disukai dan disenangi oleh siswa, namun

tidak melupakan hal-hal penting dalam proses belajar mengajar.

Mengenai latar belakang ini penulis mengambil sebuah contoh kasus tentang

kondisi kelas dan semangat atau minat belajar siswa di MTsN 8 Jakarta pada (gedung B)

yang terletak di Jalan H. Aseni Pintu Air Semanan Kalideres Jakarta Barat. MTsN 8 ini

pada gedung B ini hanya memiliki 10 ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar, jadi

untuk menyelenggarakan proses belajar secara serempak atau langsung pada pagi hari dari

kelas 7-9 itu tidak bisa dikarnakan ruang kelasnya tidak mencukupi, hal itu dikarenakan

bangunanan pada gedung A sedang proses perbaikan dan tidak dapat digunakan. Oleh

karena itu proses belajar di bagi menjadi 2 kelompok yaitu ada kelompok pagi dan

kelompok petang.

Kelompok pagi yaitu siswa-siswa kelas 9 yang berjumlah 5 rombongan dan kelas

8 yang berjumlah 5 rombongan, sedangkan kelompok petang yaitu kelas 8 yang berjumlah

4 rombongan dan kelas 7 yang berjumlah 6 rombongan. Adanya pembagian waktu pagi

dan petang menjadikan adanya pembagian tenaga pengajar pagi dan tenaga pengajar

petang.

Dalam setiap proses belajar mengajar, kelas tidaklah selalu tenang dan nyaman tiap

harinya akan tetapi bisa saja suasananya tidak terkendali ata gaduh dan berisik, contohnya

siswa dibiarkan belajar sendiri atau mengrjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui

guru piket, dikarnakan guru yang seharusnya mengajar berhalangan hadir karena ada

urusan yang tidak bisa diwakilkan atau karena sakit, maka akan tampak sekali mereka atau

siswa yang memiliki minat yang besar untuk belajar dengan yang kurang berminat dalam

belajar. Yang memiliki minat yang besar ada tidaknya guru tetap belajar dengan baik, akan

tetapi sebaliknya siswa yang kurang berminat dalam belajar mereka hanya bermain-main

saja di dalam kelas, selain itu yang terpenting adalah kondisi suasana kelas yang

diciptakan oleh siswa itu sendiri pun bisa saja mempengaruhi minat mereka dalam belajar.

Dari contoh kasus di atas jelas bahwa kondisi kelas dan minat memiliki peranan

penting dalam belajar, namun apakah minat akan selalu ada dan tumbuh dengan subur bila

kelas (lingkungan belajar) kurang mendukung.

Dengan latar belakang itulah maka penulis menyusun skripsi ini dengan judul:

(20)

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan mengenai persepsi dan minat merupakan persoalan yang kompleks.

Oleh sebab itu perlu adanya pengindentifikasian dari masalah tersebut diantaranya

meliputi :

1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan minat belajar siswa.

2. Persepsi siswa tentang kondisi kelas dapat mempengaruhi minat belajarnya.

3. Hubungan minat dengan persepsi siswa tentang kondisi kelas.

4. Pengaruh kondisi kelas terhadap minat belajar siswa.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat cukup banyak permasalahan yang ada. Maka dari itu penulis

membatasinya pada masalah “Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kelas dan Hubungannya

dengan Minat Belajar Siswa di MTsN 8 Jakarta”.

Dan perumusan masalahnya adalah: Adakah korelasi yang signifikan antara

Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kelas dan Hubungannya dengan Minat Belajar Siswa di

MTsN 8 Jakarta.

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan guna menjelaskan

permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis mengambil atau menelitinya

langusng(Observasi) pada objek di lapangan (sekolah atau kelas). Adapun teknik

penulisannya berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi. Oleh Tim Penyusun

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidaya Tullah Jakarta Tahun 2007

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan/korelasi antara persepsi siswa

tentang kondisi kelas dengan minat belajar siswa di MTsN 8 Jakarta.

Dan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dengan memberikan kontribusi

pemikiran lebih dalam, mengenai pengkondisian dan pengelolaan kelas serta

pengembangan minat belajar siswa, baik ada ataupun tidak adanya guru dalam kelas agar

(21)

BAB II

1. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kalas 1.1Pengertian persepsi siswa

Kata persepsi dalam bahasa inggris yaitu “perception” yang berarti

penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu.1 Menurut

Sarlito Wirawan Sarwono “persepsi”merupakan kemampuan untuk

membedakan, mengelompokan, dan memfokuskan objek-objek, atau disebut

juga kemampuan mengorganisasikan pengamatan.2 Dengan demikian

hakikatnya persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh etiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungannya, baik dengan penglihatan,

penerimaan atau penghayatan perasaan.

Alisuf Sabri mendefinisikan persepsi atau pengamatan sebagai aktivitas jiwa

yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai

kepadanya melalui alat indranya.3dari definisi tersebut dapat kita ketahui

bahwa dengan kemampuan mengenali rangsangan itulah memungkinkan

manusia mengenali lingkungan hidupnya. Manusia dapat mengenali lingkungan

fisik yang nyata, baik yang ada pada diri sendiri maupun yang ada di luar diriya

menggunakan alat-alat indranya dengan melalui proses. Oleh karena itu

persepsi menurut Slameto adalah proses yang mengangkut masuknya pesan

atau informasi ke dalam otak manusia.4

Sedangkan menurut Bimo Walgito persepsi adalah “proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulusyang diterima oleh

1

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,2000), cet.

Ke-24. Halm. 424

2

S. Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 992), cet. Ke-6. Halm. 39

3

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. Ke-1.

Halm. 45

4

Slameto, Belajar dan Factor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: rineka cipta, 1995), cet. Ke-3. Halm. 102

(22)

organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu atau aktivitas yang

berarti”.5

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa “persepsi”

adalah pengamatan yang dilakukan manusia/seseorang dengan alat-alat

indranya, seperti indra penglihatan, pendengaran, peraba dan penciuman yang

kemudian diproses di dalam otak sehingga individu tersebut dapat mengenali

objek dan fakta objektif tentang sesuatu.

Jadi persepsi siswa adalah pengamatan atau tanggapan siswa terhadat objek atau suatu benda.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tentu tidaklah berdiri sendiri

melainkan dipengaruhi oleh berbagai factor, baik dari dalam maupun dari luar

dirinya. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yag berbeda

terhadap suatu objak yang sama, hal ini dikarenakan adanya factor-faktor yang

mempengaruhi persepsinya.

Berikut ini factor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut “Bimo

Walgito”6 dan “menurut Singgih”.7

Menuru Bimo Walgito Menurut Singgih a. Stimulus yang kuat, akan banyak

berpengaruh terhadap persepsi.

b. Fisiologis dan Psikologis, jika sistem fisiologis ada yang terganggu maka akan berpengaruh pada persepsi seseorang, dan psikologis mencakup pengalaman, perasaan dan kemampuan perpikar.

c. Lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi stimulus dapat mempengaruhi persepsi

a.Motif yaitu suatu rangsangan yang menyebabkan munculnya keinginan melakukan sesuatu atau sebaliknya. b.Kesediaan dan harapan akan

menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima.

c.Intensitas rangsang, kut lemahnya amat berpengaruhterhadap individu. d.Pengulangan yang terjadi akan

menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh.

5

Bimo walgito, psikologi sosial, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. Ke-1. Halm. 54

6

Bimo Walgito, Psikologi Sosial, cet. Ke-1. Halm. 54

7

Singgih Dirgagunansa, Pengantar Psikologi, (Jakarta: mutiara sumber widya,1993),cet. Ke-4. Halm.

(23)

1.2 Kondisi Kelas

Kondisi kelas merupakan dua kata yang berbeda yaitu kata “kondisi” dan kata “kelas”. Dalam bahasa inggris kondisi yaitu “Condition” artinya keadaan.

Sedangkan pengertian kelas secara umum di kemukakan oleh Suharsimi

Arikunto yaitu sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula.8

Sedangkan Hadari Nawawi mengemukan pengertian kelas dapat dipandang

dari 2 sudut yaitu:9

1) Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. 2) Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian

dari masyarakat sekolah, dalam satu kesatuan yang diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelas adalah suatu ruangan atau tempat di mana guru dan murid melakukan kegiatan

belajar mengajar.

Jadi kondisi kelas adalah suatu keadaan di mana terjadinya suatu proses interaksi antara guru dengan murid dan

antara murid dengan murid atau sering kita sebut dengan proses/kegiatan belajar mengajar.

Dengan demikian yang dimaksud persepsi siswa tentang kondisi kelas penurut penulis adalah pengamatan atau

tanggapan siswa terhadap suatu keadaan di mana di dalamnya berlangsung peoses kegiatan belajar mengajar secara

interaktiv antara guru dengan murid dan antar murid dengan murid dan juga lingkungannya.

Kelas sebagai tempat terjadinya proses pembelajaran bukanlah sekedar ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, di mana guru dan

siswa berkumpul melakukan proses belajar mengajar, akan tetapi kelas adalah suatu ruangan dengan segala unsurnya yang komplek.

Proses belajar mengajarpun tidak dapat terjadi begitu saja akan tetapi dipengaruhi oleh persepsi dari siswa terhadap kelas itu sendiri

juga ditentukan oleh kondisi dan suasana kelas itu sendiri merupakan faktor pendukung yang amat penting bagi terjadinya proses belajar

mengajar.

8

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif , (Jakarta: raja grafindo persada, 1996), halm. 17

9

Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Penyelenggaraan Kelas, (Jakarta: CV. H. Masagung, 1989),

(24)

Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila persepsi siswa terhadap kondisi kelas itu baik/kondusif, sehingga guru dan

murid dalam pengajaran sama-sama bersemangat dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, dan para siswa terlihat senang dalam

mengikuti pelajaran. Dengan kata lain tumbuh minat yang tinggi dalam diri siswa untuk belajar.

2. Ciri-ciri Kelas Kondusif dan Upaya-upaya Menciptakan Kelas yang Kondusif 2.1Ciri-Ciri Kelas Yang Kondusif

Dalam pandangan tradisional kelas yang kondusif adalah jika dalam sebuah

kelas terasa tenang dan siswa dapat mendengarkan apa yang disampaikan oleh

gurunya. Jadi menurut pandangan tradisional ciri kelas yang kondusif adalah :

“Siswa duduk tenang dalam kelas, berdiam diri sambil mendengarkan apa yang

disampaikan oleh gurunya”.10

Sedangkan dalam pandangan modern kelas yang kondusif adalah kelas

yang mendukung bagi terciptanya kegiatan belajar yang interatif, dimana para

siswa giat dan aktif dalam belajar dikelas baik ada ataupun tidak adanya guru yang

menunggui dengan segala fasilitas kelas yang ada.

Berikut ini ciri kelas kondusif menurut padangan modern yaitu:11

1) Siswa tekun mengerjakan sesuatu yang semestinya dikerjakan dan tidak mengerjakan sesuatu yang tidak semestinya. Dengan kata lain secara sadar dan terarah semua kegiatan di kelas dilakukan oleh siswa demi tercapainya tujuan tertuntu.

2) Siswa aktif dalam berinteraksi, baik dengan guru maupun dengan sesama siswa yang lain atau dapat dikatakan terjadinya komunikasi yang multi arah di dalam kelas.

3) Siswa mengerjakan hal-hal yang dapat mencapai tujuan belajarnya secara bebas tidak semata-mata mengikuti kemauan gurunya.

4) Kreatifitas siswa mendapat penghargaan yang sepantasnya dan bukan malah sebaliknya dibunuh karena tidak sesuai kemauan gurunya.

2.2Upaya-Upaya Menciptakan Kelas Yang Kondusif

Drs. Ali Imron, M.Pd. Mengemukakan ada tujuh upaya yang dilakukan untuk menciptakan suatu kelas yang kondusif yaitu:12

1) Buatlah kontrak pengajaran dengan siswa agar terbangun kesepakatan bersama antara guru dan siswa.

2) Rancanglah aktivitas belajar siswa, sehingga tidak ada gurupun siswa dapat belajar dengan sendirinya.

3) Berikan kebebasan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

4) Buatlah suasana yang demokratis, agar tidak menakutkan siswa dalam beraktivitas.

10

Ali Imron, Belajar dan Pembelajar, (Jakarta: Pustaka Jaya 1996), cet ke-1. Hal. 37.

11

Ali Imran, Belajar dan Pembelajar, cet. Ke-1. Hal. 38.

12

(25)

5) Rancanglah ruang kelas sefleksibel mungkin hingga mudah diubah-ubah dan dapat disesuaikan dengan kepentingan belajar siswa.

6) Jangan mudah memberi hukuman kepada siswa apalagi yang belum tentu bersalah.

7) Hargailah segala aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas.

Selain itu untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif perlu juga

diperhatikan subjek belajar atau kondisi siswa itu sendiri. Dan hal tersebut

dibedakan atas hal-hal yang bersifat fisik dan hal-hal bersifat psikologis.

Yang bersifat fisik antara lain: Ukuran dan kekuatan tubuh siswa, kesehatan dan daya tahan fisiknya, kesegaran dan kebugaran jasmaninya. Artinya mereka yang dalam kondisi yang lebih baik maka aktivitas belajarpun akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dalam kondisi fisiknya kurang baik. Dan yang bersifat psikis yaitu: Intelegensi, bakat, minat, motivasi, kematangan, aspirasi dan harapan (ambisi-ambisinya).13 Hal tersebut di atas juga berpengaruh besar dalam proses pembelajaran dan penciptaan kondisi kelas yang kondusif.

3 Pengelolaan Kelas

Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi/keadaan kelas yang kondusif tidaklah terjadi dengan sendirinya melainkan terjadi dengan

proses dan perlu dirancang oleh guru dan disepakati oleh siswa di kelas tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan kelas yang

baik, terutama bagi seorang guru hal ini merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas, pengelolaan akar katanya adalah “Kelola” ditambah awalan pe- dan

akhiran –an, istilah lain dari kata pengelolaan adalah “Menegemen” yang diambil dari bahasa Inggris artinya ketatalaksanaan, tata

pimpinan.14

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pengelolaan diartikan sebagai “penyelenggara”.15 Sedangkan kata Menegemen itu sendiri

diartikan sebagai “penyelenggara atau pengurusan agar suatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien”.16

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan bila

terjadi gangguan di dalam kelas dengan segera dapat mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.17

Sedangkan pengertian pengelolaan kelas menurut Syaiful Djamarah dan Aswan Zain yaitu keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.18

13

Ali Imran, Belajar dan Pembelajar, cet. Ke-1. hal. 39.

14

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 196

15

WJS Purwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1985), h. 412

16

Sri Anita Wiryawan dan Noorhadi Th, Strategi belajar Mengajar Modul 5, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 2

17

J.J. Hasibun dan Moedijono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya, 1988). Cet. Ke-3,

(26)

Tujuan utama guru dalam mengelola kelas adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi atau membangkitkan minat siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan melakukan interaksi belajar mengajar dengan baik, salah satu kemampuan yang sangat penting kemampuan mengelola kelas.19

Suatu kondisi belajar siswa akan oftimal jika pengajar dapat mengatur siswa dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran selain itu dalam mengelola kelas sangat didukung oleh hubungan interpersonal yang baik antar pengajar dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya.20

Siswa pada umumnya dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi kelas yang merangsang

untuk belajar.

Dalam kondisi kelas tersebut siswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan guru, siswa lainnya maupun dengan lingkungan

sekitarnya.

Untuk menciptakan kondisi kelas yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan memudahkan guru memberikan bimbingan dan

bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka diperlukan adanya pengorganisasian kelas. “Pengorganisasian kelas yaitu suatu rentetan

kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, meliputi: a. tujuan pengajaran, b. pengaturan

penggunaan waktu yang tersedia, c. pengaturan ruang belajar didalam kelas, d. pengaturan siswa dalam belajar”.21

a. Tujuan Pengajaran

Tujuan pengajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam mengajar. Makin jelas rumusan tujuan maka makin mudah

menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

b. Pengaturan Penggunaan Waktu Yang Tersedia

Waktu yang tersedia khususnya dalam satu tahun ajaran sangatlah terbatas, karena itu diperlukan pengaturan waktu yang

tersedia. Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Dan hendaknya waktu yang tersedia diisi dengan kegiatan-kegiatan yang selain menumbuhkan minat siswa untuk belajar

juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif.

c. Pengaturan Ruang Belajar

Agar tercipta kondisi yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar diperlukan pengaturan ruang belajar yang baik,

penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa duduk dengan tertib dan nyaman serta

memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar.

18

Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 2. h. 195.

19

Prof. Dr. Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1990), cet. 5,

hal. 63.

20

Edi Soegito dan Yuliani Nuraini, Kemampuan Dasar Mengajar, (Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka,2003), h.85

21

(27)

Pengaturan siswa dapat berupa penempatan tempat duduk maupun pengelompokan dalam belajar, ada berbagai macam variasi tempat duduk siswa, diantaranya adalah berbanjar kebelakang, variasi bundar/oval, tapal kuda, dan lain-lain. Suasana keakraban pun harus tercipta baik antara guru dengan murid dan murid dengan murid. Anak-anak harus merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang dihargai dan dihormati.22

d. Pengaturan Siswa Dalam Belajar

Dalam belajar melakukan beragam kegiatan belajar. Kegiatan belajar siswa hendaknya disesuaikan dengan minat dan

kebutuhan siswa itu sendiri. Ada siswa yang dapat belajar sendiri dan ada yang tidak dapat belajar sendiri. Agar kegiatan

belajar yang diciptakan guru sesuai dengan kebutuhan cara belajar siswa maka diperlukan penyusunan dan pengaturan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar.

Selain empat cara pengorganisasian kelas yang telah dijelaskan di atas, masih ada lagi yang tak kalah pentingnya yaitu pengelompokkan

siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk mewujudkan kondisi belajar yang baik dimana siswa menjadi pusat kegiatan

belajar maka diperlukan suatu organisasi kelas yang luwes, maka bangku / kursi, meja dan alat-alat lainnya hendaknya mudah

dipindahkan untuk kepentingan belajar mengajar khususnya dalam hal bekerja kelompok di dalam kelas.

Ruang kelas dan segala fasilitas yang disediakan perlu diatur untuk kepentingan kegiatan belajar, dengan demikian perabot, falisitas dan

sumber lainnya yang disediakan di kelas selalu mempunyai arti dalam pelaksanaan jenis kegiatan belajar mengajar tertentu.23

Dalam hal pengelompokkan siswa dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1) pengelompokkan menurut kesenangan berkawan atau kesenangan bergaul diantara siswa, 2) pengelompokkan menurut kemampuan yaitu cerdas, sedang / menengah dan lambat, 3)

pengelompokkan menurut minat dalam belajar dan pelajaran di kelas.24

4 Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan kelas yang baik, sehingga memungkinkan siswa berbuat

sesuai

dengan kemampuannya, selain itu tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mengurangi timbulnya kesulitan-kesulitan didalam kelas, dan

bila terjadi dapat menanganinya secar efesien.

Tujuan Pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera

tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.

Menurut J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Tujuan Pengelolaan kelas bagi siswa adalah:25

1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya.

2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, dan bukan kemarahan.

3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku sesuai dengan aktivitas kelas.

Sedangkan tujuan Pengelolaan kelas bagi guru menurut Anita Wiryawan adalah:26

22

Ametembun, Manajemen Kelas, (Bandung: Institut Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, 1981), h. 76-77.

23

Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, hal. 67.

24

Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, h. 68.

25

(28)

1) Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian. 2) Memiliki kesabaran terhadap kebutuhan siswa.

3) Memiliki respon efektif terhadap tingah laku siswa yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil.

5. Indikator dalam Pengelolaan Kelas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Indikator diartikan dengan petunjuk atau sesuatu yang memberi petunjuk. Indikator

Pengelolaan kelas diantaranya adalah :

1. Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif

Lingkungan belajar yang kondusif sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, oleh karenanya kemampuan

guru dalam mengelolaan kelas sangatlah diperlukan.

2. Siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas

menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Mengerjakan tugas ini merupakan indikator dari pengelolaan kelas.

3. Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar, efektif dan efisien

Dalam hal ini segala sesuatu yang telah direncanakan seorang guru dalam mengajar dapat terlaksana, sehingga berbagai

tujuan pengajaran tercapai, dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

B. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Minat (interest) menurut psikologi adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.

Minat erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada

sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuaru berarti sikapnya senang kepada sesuatu itu.27

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh

kepuasan.28 Muhibbin Syah mendefinisikan minat sebagi kecenderungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar disertai

dengan perasaan senang.

Crow and Crow sebagaimana dikutip oleh Abd. Rahman Abrar mengatakan bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya

gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman afektif yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab munculnya kegiatan dan penyebab partisipasi

26

Sri Anita Wiryawan dan Noorhadi Th, Strategi Belajar-Mengajar, (pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001).

27

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996). Cet. Ke-2, hal. 84

28

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: RinekaCipta, 1995). Cet. Ke-3,

(29)

dalam kegiatan. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan monasi (kehendak). Maksud unsur kognisi yaitu,

minat yang didahului pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, yaitu perasaan tertentu

(biasanya perasaan senang). Sedangkan unsur monasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yang diwujudkan dalam bentuk

kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan.29

Menurut Bimo Walgito, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis mendefinisikan minat adalah suatu perhatian yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.30

Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat-ingat terus

sesuatu, dengan perasaan senang yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut.

Belajar adalah Key Term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar yang sesungguhnya tak

pernah ada pendidikan.31

Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, belajar adalah merupakan faktor menentu proses perkembangan manusia memperoleh

hasil berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan lain-lain, tingkah laku yang dimiliki manusia diperoleh

melalui belajar.32

Witherington, dalam buku Educational Psykology sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan, “belajar adalah suatu

perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian”.33

Belajar ialah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat itu dapat berupa

memeperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang ada.34

Menurut Chaplin belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Gage

(1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisma berubah prilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga

Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.

Dari berbagai macam definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku suatu individu

dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari tidak mau menjadi mau, melalui proses pengamalan yang ia

alami. Dapat dikatakan didalam diri orang yang belajar terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar, baik

itu segi kognitif, afektif, mapun psikomotoriknya, akibat pengalaman atau latihan.

29

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tirta Wacana Yogya, 1993) Cet. Ke-4, h.

112

30

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998). Cet. Ke-2, h. 175

31

Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 159

32

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, hal. 54

33

Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja rosyda karya, 1995), cet.10,

h. 84

34

(30)

Jadi yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mau belajar secara terus menerus

dengan perasaan senang, untuk memperoleh prestasi hasil belajar yang baik.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di sekolah yang segaris besar dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor

dari diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa.35

Adapun minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan atau mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar, oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar dan memperhatikan pelajaran.36

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa minat yang menunjang belajar adalah minat terhadap:

1. Mata pelajaran (bahan pelajaran)

Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan tersebut

tidak ada daya tarik bagi siswa.37

2. Guru (pengajar)

Seorang guru yang dapat menarik minat belajar dan mampu mengembangkan bakat siswa maka dengan demikian siswa dalam belajar

akan merasa senang.

Minat merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

siswa diantaranya adalah :

1) Perhatian siswa merupakan salah satu cara untuk belajar, pembangkitan perhatian untuk suatu pelajaran dapat berupa peragaan visual, seperti demonstrasi, dan cerita-cerita menarik, hal ini merupakan tehnik-tehnik yang dapat digunakan untuk memperoleh perhatian siswa dalam mempersiapkan mereka mengikuti suatu pelajaran.38

2) Kehendak adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam dan

tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam fungsinya kehendak hal ini bertautan dengan fikiran dan perasaan.39

3) Kebutuhan berjalan lancar bila ada minat, anak-anak malas tidak belajar, gagal, karena tidak adanya minat. Agar anak

berminat dalam suatu pelajaran, maka bangkitkan suatu kebutuhan pada dirinya.40

Maslow sebagaimana dikutip oleh Ivor K. Devies mengklasifikasikan kebutuhan kedalam lima hal yakni,

(1) Kebutuhan fisiologis (haus, lapar, seks)

(2) Kebutuhan keamanan

(3) Kebutuhan berkerabat (identifikasi, kasih sayang, sahabat)

35

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-2, h. 59

36

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, h.59

37

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, h. 59

38

Mohamad Nur, Strategi-strategi Belajar, (Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah

Universitas Surabaya, 2000), h. 55.

39

Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Cet. Ke-10, h. 84.

40

(31)

(4) Kebutuhan penghargaan (sukses, percaya diri, harga diri)

(5) Kebutuhan berusaha (mengembangkan diri).41

Dapat dilihat bahwa belajar atau pendidikan merupakan kebutuhan akan penghargaan, yakni yang dapat membuat seseorang

menjadi lebih percaya diri, dan sukses dalam berprestasi.

3. Indikator Minat dalam Belajar

a. Perasaan senang

Perasaan senang yang ada pada diri siswa dalam belajar, merupakan indikator bahwa dia berminat dalam mengikuti

pelajaran.

b. Memperhatikan pelajaran

Perasaan senang ini diaktualisasikan dengan ia memperhatikan pelajaran yang diajarkan.

c. Aktif dan Komunikatif

Disamping senang dan memperhatikan pelajaran siswa juga aktif dan interaktif baik ada atau tidak adanya guru yang

membimbing.

C. KERANGKA BERPIKIR

Persepsi siswa tentang kondisi atau suasana kelas baik yang kondusif ataupun yang tidak kondusif, dapat memungkinkan siswa merasa

senang atau tidak senang dan nyaman atau tidak nyaman dalam belajar, serta melakukan segala aktivitas (kegiatan-kegiatan) belajar

lainnya. Dan hal itu ada hubungannya dengan minat atau semangat belajar yang tinggi.

Hal itu tentunya tidak terlepas dari peran serta guru dalam mengelola kelas. Maka dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan

antara variabel X dan variabel Y. Variabel X di sini adalah persepsi siswa tentang kondisi kelas, dan variabel Y yang dimaksud adalah

minat belajar siswa di dalam kelas.

D. PENGAJUAN HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesanya adalah :

Ha : Ada korelasi yang signifikan antara, Variabel X (Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kelas) dengan Variabel Y (Minat Belajar

Siswa).

41

(32)

Ho : Tidak ada korelasi yang signifikan, antara Variabel X (Persepsi Siswa Tentang Kondisi Kelas) dengan Variabel Y (Minat Belajar

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

F. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTsN 8 Jakarta, yang terletak di Jl. H. Aseni Pintu Air Semanan

pada (gedung B) Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 12-20 September 2006.

G. B. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian.1 Kata

“variabel” berasal dari bahasa Inggris “variable” dengan arti: “ubahan”, “faktor tak tetap”,

atau “gejala yang dapat diberubah-ubah”.2 Variabel penelitian adalah segala sesutau yang

akan dijadikan objek pengamatan penelitian.3

Pada Penelitian ini penulis mengambil dua variabel. Variabel pertama yaitu

persepsi siswa tentang kondisi kelas dan variabel yang kedua yaitu minat belajar siswa.

Variabel persepsi siswa tentang kondisi kelas merupakan variabel independen

(bebas) yaitu, variabel yang mempengaruhi variabel lain, secara bebas berpengaruh

terhadap variabel lain. Variabel ini disimbolkan dengan huruf (X) atau Variabel X.

Dan Variabel minat belajar siswa, merupakan variabel yang menduduki posisi

sebagai variabel dependen (terikat) yaitu, variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau

disebut variabel yang dipengaruhi. Variabel ini disimbolkan dengan huruf (Y) atau

Variabel (Y).

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.4 Adapun yang menjadi objek penelitian atau populasi dalam penelitian ini adalah

siswa-siswa kelompok belajar pagi di MTsN 8 Jakarta yang berjumlah 350 siswa-siswa.

Sedangkan Sampel adalah sebagian subjek yang diselidiki dari keseluruhan subjek penelitian (populasi).5 Dalam penelitian ini penulis

mengambil sampel 12% dari populasi yang ada, yaitu sebanyak 40 siswa, yang diambil dengan cara acak atau Random Sampling.

Teknik Pengumpulan Data

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996). Cet. Ke-10, h. 111

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003). Cet.

Ke-12, h. 33

3

Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 205

4

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek h. 115

5

(34)

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan)

Yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang, dilengkapi dengan

instrumen tertentu, seperti pertanyaan untuk wawancara dan angket untuk diisi oleh responden. Observasi ini dilakukan untuk

mengamati lingkungan sekolah khususnya kelas, sarana prasarana serta keadaan siswa.

2. Interview (wawancara)

Yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan yang diajukan dalam wawancara dilengkapi dengan

instrumennya.6

Dan wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara kepada Bapak Wakabid Kurikulum tentang sejarah singkat MTsN 8

Jakarta dan kepada kepala TU mengenai keadaan guru, siswa, sarana prasarana sekolah, dan perlengkapan kelas yang telah dipersiapkan

secara tuntas.

3. Kuesioner (angket)

Yaitu cara pengumpulan data terbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan

sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat penulis untuk diisi oleh responden (siswa kelompok pagi MTsN 8 Jakarta) yang

berjumlah 40 orang siswa. Kuesioner yang dibuat merupakan kuesioner tertutup, disertai sejumlah jawaban yang sudah disediakan, dan

terdiri dari 40 item pertanyaan yang dibagi ke dalam dua variabel yaitu mengenai persepsi siswa tentang kondisi kelas dan hubungannya

dengan minat belajar siswa, dan penilaiannya menggunakan skala likter dengan empat alternatif jawaban.

Untuk mengukur persepsi siswa terhadap kondisi kelas dan hubungannya dengan minat belajar siswa di MTsN 8 Jakarta, penulis

membuat kisi-kisi soal pada masing-masing variabel sebagai berikut :

Tabel 1

Kisi-kisi intrumen penelitian

No Variabel Indikator Item Soal Jumlah

1 Persepsi siswa tentang

kondisi kelas

(35)

15, 16, 17, 18, 19, 20

6

2 Minat Belajar Siswa Perasaan senang dan

bersemangat

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya yang penting adalah analisis data, berikut adalah langkah-langkah

yang penulis lakukan untuk menganalisis data yang telah di dapat dari lapangan, sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan dari lapangan.7

2. Coding

Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban para responden menurut macam-macamnya.8

Dalam penelitian ini penulis memberikan empat alternatif jawaban dengan menggunakan skala ilkert, yaitu :

a) Alternatif jawaban selalu(SL) bobot nilai 4

b) Alternatif jawaban sering(SR) bobot nilai 3

c) Alternatif jawaban kadang-kadang(KD) bobot nilai 2

d) Alternatif jawaban tidak pernah(TP) bobot nilai 1

3. Tabulating

Tabulasi (menyusun data ke dalam bentuk tabel), merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisis data. Dengan membuat

tabulasi maka data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel sehingga dapat dengan mudah dianalisa.

4. Mencari korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product momen

7

Amirul Hadi dan Hartono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 120

8

(36)

Product Moment Correlation atau lengkapnya; Product of the Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi

antara dua variabel yang kerapkali digunakan. Disebut Product Moment Correlation karen akoefisien korelasi diperoleh dengan cara

mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel yang dikorelasikan (Product of the moment).9

Teknik korelasi product moment pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat kolerasi yang signifikan antara persepsi siswa

tentang kondisi kelas dengan minat belajar siswa di MTsN 8 Jakarta.

Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut :

a. Mencari Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment dengan mendasarkan pada skor aslinya atau angka kasarnya. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut :

b. Rumus

N XY – ( X)( Y)

√[(N X2 – ( X)2][(N Y2 – ( Y)2]

Keterangan :

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N : Number of Case (responden)

XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

X : Jumlah seluruh skor X

Y : Jumlah seluruh skor Y

c. Memberikan Interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi ‘r’ Product Moment

Terhadap Angka Indeks Korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan dapat diberikan interpretasi atau

penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada dua macam cara yang harus dilakukan, yaitu:

1) Interpretasi Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment secara kasar (sederhana)

Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Producr Moment

(rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut:

Tabel 2

Interpretasi Data

Besarnya “r” Product Moment

(rxy)

Interpretasi

9

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 177-178

(37)

0,00 – 0,20

0,20 – 0,40

0,40 – 0,70

0,70 – 0,90

0,90 – 1,00

Antara Variabel X dan Variabel Y memang

terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat

lemah ataupun sangat rendah sehingga korelasi

itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara

Variabel X dan variabel Y).

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah.

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasiyang sedang atau cukup.

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi.

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

2) Interpretasi Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment, dengan jalan berkonsultasi pada tabel Nilai “r” Product

Moment, adapun langkah-langkah interpretasinya adalah :

(a) Merumuskan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho)

(b) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang diajukan dengan membandingakn bearnya ‘r” yang telah

diperoleh dalam perhitungan atau “r” obsevasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam Tabel Nilai “r”

dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees of freedomnya (df). Rumusnya adalah :

Df = N-nr

Ket : Df = Degrees of fredom N = Number of cases

Gambar

Tabel 5  Keadaan Siswa  Jenis Kelamin Kelas  L  P  Jumlah  9  83  115  198  8  140  183  323  7  91  113  204
Tabel di atas menunjukan bahawa siswa yang berpendapat mengenai kondisi kelas  saat  belajar  mengajar  berlangsung  hanya  kadang-kadang  terasa  tenang  dan  nyaman,  persentase sebesar 82.5%
Tabel  di  atas    menunjukan  persepsi  siswa  tentang  kelas  yang  menyenangkan  karena  semangat dan kreatifnya guru dalam menyampaikan materi sering sekali, sebesar 45 %
Tabel  di  atas  menunjukan  persepsi  siswa  tentang  pemanfaatan  waku  belajar  di  kelas  sehingga materi selasai dengan baik hany kadang-kadang, sebesar 57.5 %
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya sikap guru dalam mengajar kurang kreatif dalam menggunakan metode, kurang memiliki sikap simpatik berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pelajaran yaitu siswa

Walaupun sudah ada tata tertib sekolah dan juga tata tertib ketika pelajaran di kelas tetapi sebagian besar siswa masih ada yang melanggar kedisiplinan, sehingga

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X DI SMA PGII 1

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah secara umum peran guru masih sangat dominan sehingga siswa hanya menerima pelajaran dan mereka tidak dapat belajar

lain; datang ke sekolah tidak tepat waktu (telat), bolos sekolah, keluar kelas pada jam pelajaran, tidak mengerjakan tugas, mencontek ketika ulangan dan

Dengan media gambar yang diterapkan oleh guru, diharapkan siswa lebih mudah menerima materi pelajaran bahasa Arab dan bisa mengikuti kegiatan proses belajar

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi guru, fasilitas belajar dan lingkungan sekolah terhadap minat belajar siswa kelas VIII di MTsN Lubuk

pelajaran kepada anak didik tanpa salam pembuka 18 Guru menyusun program belajar sebelum TP KK s SS mengajar di kelas 19 Guru membimbing anak didik dalam diskusi TP KK s SS