HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN
:::EMASAN MENGHADAPI BERITA KEJAHATAN SEKSUAL
(Penelitian pada orangtua di RW 04 Kelurahan Cilandak Timur
Jakarta Selatan)
Oleh
MANSUR OH
Nltvl: 0071020115FAKULTAS PSIKOLQGI
NIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF I-IIDA YATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PAl\/ITIA PENGllJIAN
Skripsi yang l1e1Judul IHIBllr\GAN POLA ASIJH dRANGTllA DENGAN
KECEMASAN Mt1'NGHADAPI BERlrA KEJAMATAN SEKSllAL (l'l'nelitian
pada ·>mngtua di RW 04 Kelurnhan Cilandak Timur Jalrnrta Selatan) telah diujikan dalam Sic' .. ng ivlunaq;1;·yah h1kultas Psikologi liniversita; Harn Ncgcri Sy·ariJ-' 1'"liday:1tullah Jakarta pada エ。ョァNウZセ_セ@ 19 januari 20C)_ SLririsi irll !clah dircriina sebagai salah sntl1 syarat 11ntuk n1en1peroleh gelar Sarjana Progra111 sエイセh。@ l (S ! ) pacla f。ォQQAエ。セ@ Psiko!ngi
Sidang i\'1unaqasyah
Dekan/ l'cmbantu Dekan I/
l(etua i\'ler' n kap Ll|ョァセッエ。@ Sekretaris. 11 "rangk;tp Lセ|ョァァッャ。@
\
Dra.11 ·. Net llartar.h._ セiNsゥ@NIP. ャセo@ セjZ[@ 938
Pcngu i I
/if
ngatlah, hanya dengan nzengingati Allah-lah hati
nzenjadi tentranz."
liセセセ@
pセセ@
ャャセpnjmLッセセ@
jセセᄋᄋᄋᄋ@
dibesarkan dengan celaan, maka ia be/ajar memaki
dibesarkan dengan permusuhan, maka ia be/ajar berkelahi
dibesarkan dengan cemoohan, maka ia be/ajar rendah diri
dibesarkan dengan penghinaan, maka ia be/ajar menyesali diri
dibesarkan dengan toleransi, maka ia be/ajar menahan diri
dibesarkan dengan dorongan, maka ia be/ajar percaya diri
dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, maka ia be/ajar
keadilan
dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
maka ia be/ajar menemukan cinta dalam kehidupan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Hanya Allah yang berhak dipuji. Hanya Allah yang mampu menyangga segala macam pujian yang ditujukan bagi-Nya. Maka, izinkanlah penulis untuk mengucap hamdalah, dengan pujian kepada Allah 'Azza wa jalla.
Seraya menundukkan hati sejenak, mengucapkan shalawat alas Nabi Muhammad, manusia suci, dan shalawat untuk keluarganya yang mulia
"Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa a/i Muhammad".
Bahagia sekali bahwa pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Berkat dorongan dan bimbingan, nasehat serta bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun dengan hasil yang jauh dari sempurna. Disertai pujian kepada allah, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
My beloved parents, salam takzim untuk ibuku, ibuku, ibuku dan bapakku
(their name a/ways and there's only in my heart).
lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan lbu Ora. Zahratun Nihayah,
M.Si, selaku Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oosen-dosen yang telah memberikan berbagai disiplin ilmu dan membimbing penulis selama menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih kepada Dosen Pembimbing I, Bapak Prof. Hamdan Yasun M.Si dan Dosen Pembimbing II, lbu Ora. Fivi Nurwianti M.Si yang di sela jadwal beliau yang padat, beliau mau peduli dan bersedia memeriksa dan mengoreksi skripsi penulis. Rasanya tidak cukup kalau penulis menyebut luar biasa kecakapan dan integritas profesi beliau sebagai dosen. Hal ini juga memacu diri penulis untuk terus belajar dan meningkatkan diri.
Untuk semua pihak akademik dalam mengurus administrasi penulis. lbu
Sariyah, Bpk. Carnelis, lbu Uus Qudsiah, lbu Fauzah, lbu Nur dll
lbu Emi, Sekretaris di Kel. Cilandak Timur (yang cantik), Bapak M. Nunu Iii,
ketua Rw 04, terima kasih jam bu airnya, ya pak ... Bapak-bapak ketua Rt
01 s.d. 011, serta para orangtua yang menjadi responden penelitian ini,
semoga keikhlasan membantu penelitian ini menjadi amal ibadah.
Terima kasih kepada pihak Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro, Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN, Perpustakaan PDll-LIPI, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, dan Perpustakaan Psikologi UI yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan literatur yang penulis butuhkan.
Kepada Abang None Jakarta, Kak Ii yang menjadi rekan diskusi, yang memberikan motivasi, aspirasi dan solusi bagi penulis, ukhti, jazakillah alas segalanya .. ., Kak Nana yang banyak membantu penulis dalam menyediakan hal-hal yang penulis butuhkan dan telah memberikan masukan-masukan berharga (matur nuwun kagem), Bang lmron yang bersedia menjadi tukang ojek bagi penulis selama melakukan penelitian, & Bajay Bajuri thank you for financial aid ...
Penulis ingin menyampaikan pula rasa terima kasih kepada sahabat Teletubbies (Eva, Evi, Laili), trima kasih alas persaudaraan 4 tahun (dan lebih) yang menakjubkan ini. Rasa haru penulis dari lubuk hati yang paling dalam, kepada teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi, Rupita,
Nila, Popon, Yayan, Umeh, Rahmah, thank you for aid in field .. Atik,
Fatimah, & Dian, thanks awfully calculation of V & R-nya .. , Rena & Fityul
thank calculation of SPSS-nya, Uci & Daus, be really struggle !!, lyang,
always thanks for your time, kak Bowo, kau ada disaat-saat kritisku, Akos, Ali & Syahid, thank repair of my computer .. , Odjie, thank you for lesson of valuable life and remain to istiqomah dan Anwar, thank you for important information, hopefully this good relation remain to awake, and at last but not least, Dia, source of inspiration and spirit of my life ....
Jika Imam syafi' i yang wara', zuhud dan 'alim itu masih mengingatkan tentang kemungkinan adanya kesalahan dalam kitab-kitabnya, maka apalah lagi skripsi ini. Semoga Allah Rabbul 'Arsyil Azhim menjadikan skripsi ini bermanfaat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Dan Allah dibalik semua tujuan, dan Dialah Pemberi petunjuk ke jalan yang Lurus.
Jakarta, 2005
ABSTRAKSI
(D) MANSUROH
(A) FAKUL TAS PSIKOLOGI (8) JURUSAN PSIKOLOGI
(C) JANUARI 2005
(E) HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI SERITA KEJAHATAN SEKSUAL
(F) xi+ 89
(G)Media massa, seperti televisi dan koran, seringkali menurunkan dan menayangkan berita kejahatan seksual terhadap anak (paedofilia).
Berbagai reaksi terlihat dari orangtua dalam menghadapi berita kejahatan seksual. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkannya kepada anak. Orangtua yang otoriter cenderung protektif terhadap anak, keras dan bersikap kaku. Orangtua yang demokratis memberikan kebebasan kepada anak disertai arahan dan bimbingan. Sedangkan orangtua yang permisif perhatian dan kontrol kepada anak sangat sedikit, seolah-olah bersikap tidak peduli terhadap anak.
Kecemasan yang diukur pada penelitian ini adalah mengacu kepada beberapa gejala kecemasan. Gejala-gejala kecemasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kognitif, 2. Motorik, 3. Somatik, 4. Afektif. Pola asuh yang diukur adalah mengacu pada aspek-aspek pola asuh yaitu kontrol tingkah laku (penempatan hukuman di rumah), interaksi sosial, komunikasi orangtua-anak dan disiplin sekolah. Sedangkan kecemasan yang akan dilihat adalah perasaan khawatir, tidak tenang, dan rasa terancam anaknya akan menjadi korban kejahatan seksual. Serita kejahatan seksual pada penelitian ini adalah tentang kejadian kejahatan seksual secara fisik (tindakan meraba bagian-bagian vital tubuh seperti vagina, payudara, dan lain-lain, menggosokkan ala! kelamin, perkosaan), yang dapat berdampak pada fisik dan psikis korbannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kecemasan menghadapi berita kejahatan seksual ditinjau dari pola asuh orangtua dan adakah hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecemasan
menghadapi berita kejahatan seksual. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Peneliti menggunakan skala untuk mengumpulkan data. Skala kecemasan menghadapi berita kejahatan seksual terdiri dari 22 item dengan reliabilitas sebesar 0,695652 dan skala pola asuh orangtua terdiri dari 29 item dengan reliabilitas sebesar 0,880199231. Sampel penelitian ini adalah
Dan basil pe11el1t1an cl1temul\a11 bahwa r espc,rLk'11 1.,rmel1t1iln イョ・イQセイLQャ。QQQQ@
kecemasan tingkat renclab sebanyak 18 orang I 22. '.i '1'1 \ rne11qgu11aka11 llpe
pola asuh dernokralls. kecemasan t111gkat sedang sebanyak 13·1 oran<J cleng;:m
per111c1an 52 orang (65 % ) 111enggunilka11 t1pe pol a asuli clernokri1t1s. '.' C'I rn 1q
(6.25 'Yo) 111e11ggunal1a11 tipe pola asuh per1111sif clan '1 or;c111u (5 %)
menggunakan t1pe pola asuh otonter. cl;:m respomlen ケ。ョセQ@ 1mmqala1rn
h ece111asa11 t1ngkat t1ngg1 seba11yal1 I ma11c1 ( 1 .2'.:, 'X,) QQQ・QQセQ|juQQ。ォゥQイQ@ l1pe pol a
asuh cle111okrat1s Ch1e-Square 11 」ャ・ョセQ。ョ@ clerciyil kebellasan (elf) ,1 d;:m tarEil
s1gnif1ka11s1 0.05 % sebesar 3 159 ch1e-square t CJ 48i3 d;:111 cl1perolell
Asyrnp sQセj@ (2-s1clecl) 0.532 0.05. Dengan cie1111k1rn1 hipotesa 111hil 11 lu)
penel1t1an 1ni diterima seclangkan hipotesa altemat1f (Ha) pene!1t1a11 1111
cfitolak .JacJ1 clapat cl1s1111pulkan bahwa l1ck1I< adc1 l1ubr1nCJcln antara pnlc1 asuli
oranqlua denqan kecemasa111rnmgl1adap1 l;(mta ォ・QセQィ。エ。QQ@ seksual
Sar"ln-sara11 yang d1ber1kan pei1el1t1 adalel1 ( I l agar sainpel lelJ1h be1w1112,n
ciapal d1a111bil clan beberapa kola besar. untuk cl1Jad1kan perbancl111sv:111 lrnqkal
kecernasan me11ghadap1 berila keJahatan seksual yan,J d1<1lar111 (21 1111tuk
pe11el1t1an selanJutnya. cl1sarrn1ka11 unluk. 111enol1l1 '.'!Si la111 l<oJallat'm seksucil
sepert1 trauma lwrban kejahatan seksucil atau pelaku t111clak keJahatan
seksual. (3) Elag1 oranglu<01 henclalrnya berhal1-ilatl 111eng1nciat pelaku
keJahatan seksual sern1g ticlak tercluga. (4) l3as11 penel1t1a11 selanJulnva
d1l1arapkan 111e111buat 1tern pernyataan yang leb1l·1 baik clan valicl1tas clc111
rel1ab1l1tas alat ukur yang lebih t111gg1. serta rnenqg1 .. ir1c1kan vanabel yang lebrl1
era! ka1ta11nya cJenQan kecemasan 111e11ghacJap1 berrta keJahalclll seksual
! rel1g1usllas at au r1ubLll'lQa11 1nterpersuniJI\
DAFTAR ISi
MOTTO
DEDIKASI 11
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAKSI v
DAFT AR ISi vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN x1
BAB 1 PENDAHULUAN 1-10
1.1. Latar Belakang Masai ah . . . . . . 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . .. . .. . . 7
1.2.1. Pembatasan masalah . . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. 7
1.2.2. Perumusan masalah .. . . .. . .. . . .. . . . .. . . .. . . . .. . . .. .. . .. . 8
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .. . .. . .. . . 9
1.3.1. Tujuan penelitian . . . .. . .. . . .. . . 9
1.3.2. Manfaat penelitian . . . .. . . .. . . ... . . ... . . 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 11-45 2.1.Kecemasan... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 11
2. 1. 1. Pengertian Kecemasan .. . . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . 11
2. 1.2. Sumber Kecemasan .. . . .. . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . . .. . .. .. . .. .. 13
2. 1.3. Gejala-gejala Kecemasan .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. .. . .. . 14
2. 1.4. Komponen Kecemasan ... 15
2. 1.5. Cara Mengatasi Kecemasan ... 17
2.2. Orangtua (Masa Dewasa) ... 19
2.2. 1. Pengertian Orangtua .. . . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . .. . .. .. . .. . 19
2.2.2. Orangtua Dewasa Dini ... 21
2.2.3. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... 24
2.2.4. Tug as Perkembangan Masa Dewasa Dini .. .. .. .. . 26
2.3. Berita Kejahatan Seksual ... 28
2.3.1. Berita ... 28
2.3. 1. 1. Definisi Berita ... 28
2.3. 1.2. Macam-macam Berita ... 29
2.3. 1.3. Kriteria Serita ... 31
2.3.2. Serita Kejahatan Seksual Pada Anak ... 32
2.4. Pola Asuh Orangtua ... 39
2.4.2. Tipe Pola Asuh.. 40 2.4.3. Aspek-aspek Pola Asuh.. 42 2.5. Kecemasan Orangtua Menghadapi Berita l<ejahatan Seksual
Ditinjau Dari Pola Asuhnya 43
2.6. Hipotesis.. 45
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian 3.1.1. Pendekatan __ 3.1.2. Metode ..
46-65 46 46 46 47 3.2. Variabel dan Definisi konsep
3.2.1. Variabel penelitian .. 3.2.2. Definisi konsep __
··- -... -·- ... -·· --- ·-- ··--- 47
3.3. Populasi dan Sampel.. 3.4.Area dan Waktu Penelitian ..
3.4.1. Area penelitian . 3.4.2. Waktu penelitian ... 3. 5_ Teknik Pengumpulan Data_.
3.5.1. Metode ... 3.5.2. lnstrumen ... 3_6_ Pilot Study ...
3.6.1. Validitas .. 3.6.2. Reliabilitas .. 3.7. Prosedur Penelitian ...
3.7.1. Pra-Penelitian .. 3.7.2. Penelitian .. 3. 7. 3. Post-Penelitian. _ 3.8. Teknik Analisa Data __
47 49 51 51 51 52 52 52 -- ... 56 -··--- 57 59 60 61 62 63 63
BAB 4 HASIL PENELITIAN 66-81
4.1. Gambaran Umum Responden.. 66
4.1.1. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin___ 66 4.1.2. Gambaran respond en berdasarkan usia_ _ _ 67 4.1.3. Gambaran responden berdasarkan pendidikan.. 68 4. 1. 4. Gambaran respond en berdasarkan pekerjaan . _______ . __ . _ 69 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian.... 70 4.3. Deskripsi Hasil Penelitian Tambahan . 76
4.3.1. Tingkat kecemasan menghadapi berita kejahatan
seksual berdasarkan jenis kelamin.. 76 4.3.2. Tingkat kecemasan menghadapi berita kejahatan
seksual berdasarkan pendidikan... ... ... ... ... ... ... ... ... 79 4.3.1. Tingkat kecemasan menghadapi berita kejahatan
seksual berdasarkan pekerjaan... ... ... ... ... ... .. . ... ... . 80
BAB 5 PENUTUP 82-89
5.1. Kesimpulan... . ... . . . . . .. . 82 5.2. Diskusi... ... ... . . ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... . 83 5.3. Saran... .. ... ... .. . ... ... ... ... ... ... . . . .. ... . .. ... 88
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabet 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8
DAFT AR T ABEL
Penyekoran Item Skala Kecemasan Menghadapi Berita
Kejahatan SeksuaL.. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . . .. .. . .. . . 54 Blue-Print Final Skala Kecemasan Menghadapi Serita
Kejahatan Seksual ... .. Penyekoran Item Skala Pola Asuh Orangtua ... . Blue-Print Baru Skala Pola Asuh Orangtua ... . Gambaran Responden Rerdasarkan Jenis Kelamin ... . Gamba ran Responden Berdasarkan Usia ... .. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... .. Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ... . Rentangan Seba ran Skor Skala ... .. Kategori Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual ... .. Kategori Pola Asuh Orangtua ... .. Frekuensi Tingkat Kecemasan Orangtua Menghadapi
54 55
56
66
67 68 69 7172
72
Berita Kejahatan Seksual Ditinjau Dari Pola Asuhnya... 73 Tabel 4.9 : Chi-Square Test... 75 Tabel 4.1 O : Tingkat Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan
Seksual Berdasarkan Jenis Kelamin... 76 Tabel 4.11 : Tingkat Kecemasan Menghadapi Serita Kejahatan
Seksual Serdasarkan Usia... ... . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .... 77 Tabel 4.12 : Tingkat Kecemasan Menghadapi Serita Kejahatan
Seksual Berdasarkan Pendidikan... ... ... ... .. . ... ... ... ... . 79 Tabel 4.13: Tingkat Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan
Lampiran 1
Lampiran 2 Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5 Lampiran 6
Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran
12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
DAFTAR LAMPIRAN
Blue-Print Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual ( Sebelum Try-Out I)
Blue-Print Skala Pola Asuh Orangtua (Try-Out)
Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual dan Skala Pola Asuh (Try-Out)
Skar Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Try-Out I)
Skar Skala Pola Asuh Orangtua (Try-Out)
Uji Validitas Butir Item Skala kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Try-Out I)
Uji Validitas Butir Item Skala Pola Asuh Orangtua Uji Reliabilitas Butir Item Skala Pola Asuh Orangtua Blue-Print Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Hasil Try-Out I)
Blue-Print Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Try-Out II)
Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Try-Out II)
Skar Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Try-Out II)
Uji Validitas Butir Item Skala kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (Try-Out II)
Uji Reliabilitas Butir Item Skala kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksual (penggabungan)
Blue-Print Skala Kecemasan Menghadapi Berita
Lampiran 16 Lampiran 17
Lampiran 18 Lampiran 19
Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22
Skala Penelitian
Skor Skala Kecemasan Menghadapi Berita Kejahatan Seksua\ (penelitian)
Skor Skala Pola Asuh Orangtua (penelitian) Hasil Perhitungan Tingkat Kecemasan Orangtua
Menghadapi Berita Kejahatan Seksua/ Ditinjau Dari Pola Asuhnya menggunakan SPSS for Windows Release 11.05
Surat izin penelitian
Surat keterangan penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam abad kemajuan sekarang ini berita merupakan salah satu kebutuhan
manusia. Manusia semakin ingin mengetahui keadaan di sekitarnya. Suatu
berita di suatu lokasi di manapun, akan dengan cepat menyebar di
masyarakat baik wilayah nusantara maupun ke luar negeri, sehingga
ketergantungan manusia akan berita merupakan kenyataan yang tidak dapat
dibantah lagi (Suwardi, 1986).
Menurut Spencer dikutip Assegaf ( 1991) berita adalah suatu kenyataan atau
ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.
lsi berita dalam media massa dapat mempengaruhi alam pikiran masyarakat,
dapat memberikan perasaan tentram dan keyakinan terhadap hari depan,
tetapi dapat pula menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan kepada
masyarakat. Jadi, berita dapat membuat manusia menimbulkan dan memiliki
Berita-berita kejahatan seksual pada anak perempuan sepertinya tetap
mengalami pasang surut di masyarakat dan menjadi momok yang
menakutkan bagi masyarakat, khususnya bagi para orangtua karena
kejahatan seksual itu sendiri kemunculannya tidak dapat diduga atau tiba-tiba
saja terjadi di suatu lingkungan yang sebelumnya tidak pernah diprediksi
(Oetama, 2001 ).
Sampai saat ini, undang-undang di Indonesia tentang Jarangan melakukan
tindak kejahatan seksual terhadap anak-anak di bawah urnur rnasill berlaku.
akan tetapi tetap saja kejallatan seksual banyak terjadi di rnasyarakat. baik
kasus-kasus yang telah terekspos media rnaupun kasus kejallatan seksual
yang tidak terungkap (Wahid dan lrfan, 2001 ).
Kasus kejahatan seksual, kllususnya yang dilakukan orang dewasa terlladap
anak-anak sernakin rneningkat Hasil monitoring media yang dilakukan Pusat
Data dan lnforrnasi ( Pusdatin ) Lernbaga Perlindungan Anak ( LPA) bulan
Januari-Maret 2004, kasus kejallatan seksual terhadap anak perempuan
berusia 6 -12 tahun cenderung rneningkat. Bulan Januari 2004 ada delapan
Berdasarkan pernberitaan di media mcissci. Pusal Data cJrn1 lnfom1as1
(Pusdatin ) Lemi)aga Perlindungan /\nal1 (Lf'/\) 111i inenJelc-1ska11 pula bahw;1 keJahatan seksual ter/ladap an<li< u111111nny;1 dil;1kuka11 ッイ。QQアMッイGQQQセQ@ yancJ d1kenal korban. ba1k keluarga 111aupu11 letangqa korba11 Dan 32 kas11s
kejahatan seksual terhadap ana\1 perempuan. tiga bulan pertama tah1111 2004. ada l1ma kasus ya11g pelakunya orangtua kanclung korban J<asus lainnya dilakuk.an ayah tiri (empat kasus). paman (clua l<asus). tetangga (1G \<asus). guru (dua kasus). clan oleh orang ticlak cl1kenal korb::m (liga kasus)
Dari berita-berita keJahatan sel<sual y;ci11g ada pun. cl1lihat dan tempat kejacl1an perl1aranya. kebanyaka11 terj;,1cJ1 d1 ternpat yang cl1ke1·1al lwrb;111. sepert1 cli ru111al1 korban atau cli rumal1 pcJlaku Dari 32 l1asus tersebut. empat kasus yang ternpat kejacliannya ell ru111al1 l10rb2111. ·15 kasus cli rumah
tetangga. clua kasus cl1 rumah paman. P111pat kasus cl1 ternpat atrn.1 rurnal1 yang sepi. dan sisanya lidal1 cl1ketahui lwrban HlゥエャイZゥNjャセij|ijsYNャュ`セN」qQ⦅QQO@
kom qゥGャ⦅セ」・エ。ォOPSPW@ /21 /1a karla1_LIJ_(3_[l[J1ll.:il)
Contoh kasus yang dimuat sebuah surat kabar yang terbit di Jakarta, 7 Mei
2004 di mana di dalam berita tersebut dikataka11 seorang bocah yang
diperkosa oleh tetangganya hingga mengalami pendarahan yang serius.
4
Masih di wilayah Jakarta, 3 orang anak perempuan yang dudul' di kelas 4 SD
diketahui mengalami tindak kejahatan seksual oleh penjual mainan yang
biasa berjualan di depan sekolahnya. Ada yang mengaku dipegang-pegang
dadanya, ada yang disuruh membuka celana lalu ditindih. Yang cukup parah,
salah satu anak robek vaginanya. Tentunya pengakuan mereka sangat
mengejutkan pihak sekolah dan para orangtua.
Melihat berbagai contoh kasus yang terjadi di tengah masyarakat, kejahatan
seksual rentan terjadi pada diri anak, karena seorang anak berada pada
posisi lemah. Se lain lemah secara fisik, anak-anak juga mudah dipengaruhi
sehingga mudah dibujuk atau bahkan dianca111.
Dari berita-berita kejahatan seksual tersebut, me111ang tersirat adanya
bahaya dan hal-hal yang tidak menyenangkan yang akan mengancam anak.
Orangtua akan mengikuti secara lengkap dan seksama berita dan laporan
per111asalahan kejahatan seksual yang secara langsung mempengaruhi
dari informasi yang didapat, mereka akan berefleksi secarn kritis untuk
mengolah informasi yang diperolehnya melalui proses berpikir. Dari sini akan
muncul reaksi psikologis tertentu terlladap berita kejahatan seksual.
Orangtua al1an merespon berita keJallatan seksual sebagai suatu ancaman
bagi anak. karena berita itu me11yangkut kepentingannya yang konkret, yakni
menyangkut keamanan diri dan jiwa anak baik fisik maupun psikis. Respon
yang muncul dalam situasi yang mengancam biasanya adalah cemas atau
kecemasan.
Greist et.al drkutip Gunarsa (1996) merumuskan kecemasan sebagai
ketegangan mental yang disertai dengan gangguan tubuh yang
menyebabkan individu merasa tidak berdaya karena berada dalam keadaan
waspada terhadap ancaman.
Berita-berita kejahatan seksual terlladap anak yang ada di media massa,
telah membuat orangtua menjadi was-was, cemas dan kllawatir karena
pelaku kejallatan seksual ini tidak memiliki ciri-ciri kllusus yang bisa ditandai.
Hal ini karena pelaku sangat pandai menyembunyikan perbuatan jahatnya
dan tampak sebagai orang yang kelillatannya penyayang pada anal1
6
Pola asuh adalah perlakuan orangtua baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama kepada anak-anaknya. Dalam memperlakukan anaknya yang
tampak dalam kata-kata atau dalam tindakan kehidupan sehari-hari. Sikap
dan perilaku ini diwujudkan melalui hubungan orangtua dan anak berkenaan
dengan tugasnya sebagai orangtua.
Pola asuh orangtua terhadap anal\ ada tiga macam, yaitu 1) pola asuh
otoriter adalah pola asuh yang mempunyai ciri-ciri orangtua suka
mendikte, mengontrol anak dengan keras, sikap orangtua yang suka
menghukum secara fisik, orangtua selalu menuntut kepatuhan dari
anak, tidak mendorong anak untuk mandiri. dan interaksi yang terjadi kurang
hangat 2) pola asuh demokratis adalah sikap orangtua yang mengarahkan
perilaku anak secara rasional, menimbulkan sikap hangat kepada kedua
belah pihak, sikap orangtua juga mendorong dan mengontrol secara positif.
3) pola asuh permisif adalah ciri orangtua yang serba mengizinkan
keinginan-keinginan anak, orangtua kurang memberikan disiplin lerhadap anak,
orangtua memberikan kebebasan penuh (longgar) dan tidak ada dorongan
dari orangtua kepada anak (Hurlock, 1973).
Dengan demikian pola asuh orangtua merupakan salah satu faktor dari
7
terhadap anak, maka pola asuh dapat mempengaruhi kecemasan oranglua
menghadapi situasi bahaya yang dipandang potensial menjadi ancaman bagi
anak.
Berdasarkan uraian di alas, penulis merasa lertarik membual judul
"HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DE NGAN KECEMASAN
MENGHADAPI SERITA KEJAHATAN SEKSUAL"
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan masalah
Penulis membatasi beberapa hal yang berkenaan dengan judul di alas
sebagai berikut :
a. Kecemasan dibalasi pada perasaan khawatir, tidak tenang, dan rasa
terancam orangtua bahwa anaknya akan menjadi korban kejahalan
seksual.
b. Oranglua dibalasi oranglua (ayah/ibu) yang berusia 30-40 lahun (berada
8
c. Serita kejahatan seksual yang dimaksud adalah berita anak perempuan
(6-12 tahun) yang menjadi korban kejahatan seksual secara fisik (meraba
bagian vital tubuh seperti vagina dan payudara, menggosokkan alat
kelamin, perkosaan), yang dilakukan dengan kesengajaan dan paksaan,
baik berita di koran dan televisi.
d. Pola asuh orangtua yang dimaksud adalah bentuk atau cara mengasuh,
mendidik atau memimbing anak yang dilakukan oleh kedua orangtua.
Pola asuh yang dimaksud adalah pola asuh otoriter, pola asuh
demokratis, dan pola asuh permisif. Dalam hal hukuman dan ganjaran,
interaksi sosial, komunikasi antara orangtua dan anak, serta disiplin
sekolah.
1.2.2. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimanakah kecemasan menghadapi berita kejahatan seksual ditinjau
dari pola asuh orangtua ?
2. Adakah hubungan pola asuh orangtua dengan kecemasan menghadapi
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui kecemasan orangtua menghadapi berita kejahatan
seksual ditinjau dari pola asuhnya.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh orangtua dengan
kecemasan menghadapi berita kejahatan seksual.
1.3.2. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Manfaat teoritik
9
• Mengembangkan wacana kajian tentang masalah sosial dan psikologi,
terutama yang berkaitan dengan orangtua dewasa dini
• Dapat memperkaya khazanah keilmuan terutama untuk Fakultas
Psikologi.
2. Manfaat praktis
•
Bagi orangtua, dapat dijadikan sebagai bahan gambaran tingkatkecemasan menghadapi berita kejahatan seksual ditinjau dari pola
10
• Memberikan stimulasi kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian
serupa yang lebih komprehensif.
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan
pembanding untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada penulisan Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam
2.1. Kecemasan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian kecemasan
Secara etimologi kecemasan berasal dari bahasa Latin, angustus, yang
berarti kaku, sempit, terbatas (constricted) dan ango atau anci, yang berarti
mencekik, menahan atau mengikat (strangle). lstilah kecemasan pertama kali
digunakan oleh Sigmund Freud, ia menerangkan kecemasan sebagai berikut
: " ... anxiety
is
the subjective reflection ofa
floating of the mental apparatus bymental stimuli which may be the result of primary endophysic of primarily
external events" (Stern, 1964). Freud menerangkan bahwa kecemasan
adalah refleksi subjektif dari apparatus mental stimuli sebagai akibat faktor
dari dalam diri sendiri atau pun faktor dari luar dirinya.
Mengacu pada pendapat Hurlock yang dikutip oleh Fardhana (2000)
kecemasan adalah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa
sakit yang mengancam ditandai dengan kekhawatiran, ketidakenakan, dan
12
Atkinson ( 1996) menyatakan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan, ditandai dengan kekhawatiran dan keprihatinan yang dialami
dalam tingkat yang berbeda-beda. Segala bentuk situasi yang mengancam
kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik dan harga diri dapat
menimbulkan kecemasan.
Spilberger mengatakan bahwa kecemasan adalah perasaan galau yang
dirasakan individu yang sifatnya realistis, dalam arti bahwa perasaan itu
timbul karena adanya sebab dari luar namun kecemasan bisa pula timbul dari
individu sendiri yang merupakan karakteristik individu, terlepas dari stimulus
nyata yang dapat langsung diamati (Spilberger dalam Eysenck, 1984).
Sedangkan Davidoff (1991) menyatakan kecemasan sebagai emosi yang
ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk
ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem saraf
simpatetik.
Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar dan dari dalam diri
seseorang. Bahaya dari dalam timbul bila ada ha! yang tidak dapat diterima,
13
Dari definisi beberapa pakar maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan
merupakan reaksi dasar pada diri seseorang dalam menghadapi situasi yang
mengancam dan berbahaya demi ego. Timbulnya kecemasan ini dapat
disebabkan oleh faktor dari dalam diri dan dari luar diri individu.
2.1.2. Sumber Kecemasan
Horney mengatakan betapapun bentuk kecemasan, namun ia timbul dari
sumber yang satu, yaitu perasaan individu bahwa ia lemah, tidal< berdaya, ia
tidak mengerti dirinya dan tidak mengerti orang lain dan ia hidup di
tengah-tengah alam permusuhan yang penuh dengan kontradiksi.
Apabila individu mengalami nilai-nilai yang saling bertentangan dalam
masyarakatnya, karena kompleksnya kebudayaan dan tidak serasinya
nilai-nilai dan kaidah sosial, maka ia akan menghadapinya dengan cara yang
kaku, ha! itulah yang menyebabkannya cemas, karena tidak mampunya ia
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Orang yang mempunyai pribadi yang fleksibel dan integritas dapat sampai
kepada penyesuaian antara nilai-nilai yang saling bertentangan itu (Horney
Pengaruh lingkungan terhadap kepribadian individu ditunjukkan oleh fakta
bahwa disamping bisa mernuaskan individu, lingkungan juga bisa
mernfrustrasikan, tidak menyenangkan, dan bahkan rnengancam atau
mernbahayakan individu. Apabila stimulus yang mernbahayakan itu
terus-rnenerus rnengancam individu, maka individu akan mengalami kecemasan.
14
Sungguhpun akan rnenyebabkan individu berada dalarn keadaan yang tidak
menyenangkan (rneningkatnya tegangan), kecemasan pada dasarnya
memiliki arti penting bagt individu. l<ecemasan dapat berfungsi sebagai
peringatan agar individu mengetahui adanya bahaya yang mengancam,
sehingga ia bisa mempersiapkan langkah-langkah untuk mengatasi bahaya
yang mengancam itu. Tetapi bagaimanapun, kecemasan akan rnenjadi
pengganggu yang sama sekali tidak diharapkan kemunculannya oleh individu
apabila kecernasan itu berlebihan (Koeswara, 1986).
2.1.3. Gejala kecemasan
Gejala anxiety berrnacarn-rnacarn bentuknya, narnun biasanya cukup rnudah dikenali. Seseorang yang rnengalami anxiety cenderung terus-rnenerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya atau
15
lndividu yang mengalami kecemasan seringkali tidak mengakui bahwa dirinya
cemas, tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa ia mengalami
kecemasan. Kecemasan dapat dimanifestasikan dalam 4 hal : (Sue, 1986)
1. Secara kognitif (dalam pikiran), kecemasan yang muncul akibat adanya
pikiran yang merisaukan, individu terus menerus mengkhawatirkan segala
macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi.
2. Secara motorik (tingkah laku), individu seperti gemetar dan sering gugup
(mengalami kesukaran dalam berbicara), perilakunya ada yang
menghadapinya dan ada yang menghindarinya.
3. Secara somatik (dalam reaksi fisik atau biologis) dapat berupa gangguan
pernapasan, gangguan pada anggota tubuh seperti jantung berdebar,
berkeringat, tekanan darah meningkat dan gangguan pencernaan.
4. Secara afektif, individu tidak dapat tenang, timbul rasa was-was, perasaan
akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, rasa tidak aman, dan
perasaan terancam.
2.1.4. Komponen kecemasan
Kecemasan terjadi melalui suatu proses yang dimulai dengan adanya
rangsangan eksternal atau internal, sampai suatu keadaan yang dianggap
suatu ancaman atau membahayakan. Spielberger menyebutkan bahwa
1. Evaluated situation; situasi yang mengancam secara kognitif sehingga
ancaman ini menimbulkan kecemasan.
2. Perception of situation; situasi yang mengancam diberi penilaian oleh
individu. Penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan dan
pengalaman masa lalu individu.
3. Anxiety state reaction; individu menganggap bahwa situasi berbahaya,
maka reaksi kecemasan akan timbul. Kompleksitas respon dikenal
sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respons fisiologis
seperti denyut jantung dan tekanan darah.
4. Cognitive reappraisal follows; individu kemudian menilai kembali situasi
yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan
diri atau dengan meningkatkan aktivitas kognisi atau motoriknya.
16
5. Coping; individu menemukan jalan keluar dengan menggunakan defense
mechanism seperti proyeksi atau rasionalisasi (Spielberger dalam Sidik,
2002).
Ternyata pengalaman pun dapat mempengaruhi bentuk respon dari
kecemasan. Bila baru lahir terlalu banyak ketakutan atau terlalu sedikit
ketakutan, akan menentukan respons terhadap kecemasan di kemudian hari.
Manusia yang terlalu banyak mendapatkan ketegangan jiwa pada masa bayi
17
2.1.5. Cara mengatasi kecemasan
,- /-: /
. J
L2:J
I
<...c° セセMNGZNNji@"Dia-lah Rabb yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan
ketalwtan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung." (OS. ar-Ra'd
(13)12)
Ayat di alas rnengisyaratkan bahwa fenornena alarn rnarnpu rnernbuat
seseorang rnengalarni kecernasan. Kecernasan dan ketegangan dapat
disebabkan oleh banyak hal di antaranya suasana yang terjadi dalarn
lingkungan. Masalah lingkungan sekitar rurnah dapat berpotensi untuk
rnenjadikan individu tegang, cernas, was-was dan khawatir. Jika tidak
terarnpil dalarn rnengolah diri, rnaka rnenghadapi lingkungan sernacarn ini
dapat rnenjadi beban pikiran.
Jadi, rnanusia harus rnenyadari bahwa hidup adalah sebagairnana yang
rnereka alarni. Manusia dalarn hidupnya akan sering rnenghadapai hal-hal
yang rnenyenangkan dan yang tidak rnenyenangkan. Atau kejadian-kejadian
yang sesuai dengan perkiraan rnaupun yang tidak disangka akan terjadi. Hal
18
Dalam agama Islam dapat ditemukan ayat-ayat suci Al Our'an dan hadis Nabi
yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini
manusia bebas dari rasa cemas. Demikian pula dapat ditemukan dalam
doa-doa yang pada intinya memohon kepada Allah SWT agar dalam kehidupan
ini manusia diberi ketenangan dan keselamatan baik di dunia maupun kelak
di akhirat ( Hawari, 1996).
Allah telah menjanjikan dalam ayat-ayatnya berikut ini :
.... ;P J J. J. 0 ,,.. 0 ,,. ,,. (SI
Pᄋセ@
'.
jJ\ セNiセ[LNZNMセL@ ·G,t"...(:,:::
GGS"
NNZNNNNNNNwiセLN@l
J".C
<ll1
J - <)!., .r-" , _;,
ls'
-
セ@. , , .,
セ@ j'/ /
J cJ .... ,,:J 0 ,,. JJ.... J J /. J /
,_G,; ·.,
4.1 • ,.J.ll
::U,
2,.1 .
.b .J.ll
<;,JI•,,
.I• • Gセ@ iセ@ '. .1< Bセ@ • ,,- セ@ ,. .... HLヲセ@ / <.$ / /
.r
,, ....'
.... .!*1.r-)
セ@ Y""" セ@r-'
!*1..J
/ / di /
NセカN@
,
セ@
セ@
w
<lll
セ@
セI@
/
"Allah le/ah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-u/ang, gentar karenanya kulit
orang-orang yang ta/wt kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kufit dan
hati mereka di waktu mengingat Allah." ( OS. az-Zumar : 23).
J. JJ"' J 0 :fJ 0 ,,,,
.y _,L;jl
Z^セ@
セi@
?
j;
\JI
, ,
"!ngatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram." (OS
19
Ayat di alas menyiratkan bahwa hati akan merasa tentram jika manusia tidak
Jarut dalam persoalan yang dihadapinya. Sebaliknya ketentraman akan
terasakan manakala hati larut dalam pertolongan dan perlindungan kasih
sayang Allah. (Gymnastiar, 2001)
2.2. Orangtua (Masa Dewasa)
2.2.1. Pengertian orangtua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), orangtua adalah ayah dan
ibu kandung. Sedangkan menurut Hurlock (1980) orangtua adalah orang
dewasa pertama yang dekat dengan anak, sebab secara alami anak dalam
kehidupannya lebih banyak berada di tengah-tengah ayah dan ibunya, dan
dari mereka anak mulai mengenal lingkungan dan orang lain.
Menurut Umam (2003) orangtua adalah orang yang melahirkan, mendidik,
dan membesarkan anak. Orangtua yang memelihara dan melindungi anak.
Manusia yang paling dahulu dan paling dekat dengan anak adalah orangtua.
Di dalam diri orangtua memiliki perasaan mengasihi dan menyayangi
terhadap anak. Sebagaimana dimaklumi, jelas bahwa orangtua secara fitrah
20
mengasihi, dan menyayangi anak dan memperhatikan urusannya. Kalaulah
tidak ada hal tersebut, spesies manusia akan punah di muka bumi; orangtua tidak sabar memelihara anak dan tidak mau bertanggung jawab terhadap
anak (Ulwan, 1996)
Orangtua sebaiknya mempunyai sikap yang tegas, bijaksana, berwibawa
dalam mengasuh anaknya di rumah dan mengerti segala kebutuhan anak.
Para orangtua juga dapat menciptakan suatu lingkungan hidup yang
sebaik-baiknya bagi anak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anak.
Menurut Ulwan ( i 994) yang dimaksud perhatian kepada anak adalah
orangtua senantiasa mencurahkan perhatian penuh, mengawasi dan
memperhatikan mental dan sosial anak.
Orangtua dapat memberikan pendidikan pada anaknya, baik itu pendidikan
yang diberikannya melalui pembiasaan maupun nasehat dan dialog kepada
anak-anak mereka. Hal ini perlu dilakukan oleh orangtua agar orangtua lebih
dapat memahami anaknya dan juga hubungan antara anak dengan orangtua
21
2.2.2. Orangtua dewasa dini
lstilah adult berasal dari kata kerja Latin. l<ata adult berasal dari bentuk
lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti "tumbuh me11Jacli
kekuatan clan ukuran yang sempurna" atau "menjacli clewasa" Oleh karena
itu. orang clewasa aclalah indiviclu yang telail 111enyelesa1ka11
pertumbuhannya clan siap menerima kecludukan clalam masyarakat bersama
dengan orang clewasa lainnya
Secara psikologis. orang clewasa d1l1enakan kepada 1nd1viclu yang memiliki
kekuatan tubuh secara maksimal clan s1ap bereprocluksr clan cl1harapkan
mema1nka11 peranannya bersama 1nd1viclu lainnya dalam masyarakal
(Hurlock. 1980)
Hurlock membagi masa dewasa pada 3 masa. ya1tu • masa dewasa dint.
masa clewasa madya, dan masa dewasa akhir. Dibawah ini al1an dijelaskan
masa dewasa clini.
Menurut Hurlock ( 1980) clewasa clini climular dari usra 18 tahun sampa1 40
tahun. Batasan usia dewasa muda dari Elizabeth B. Hurlock ini tercakup
pacla batasan usia dewasa mucla yang clikemukakan pada ahli lain. seperti
22
usia 20 tahun sampai usia 40 tahun, atau Levinson (Turner dan Helms, 1995)
yang menetapkan batasan usia dewasa muda dari 17 tahun sampai 40
tahun, sedangkan lrwanto dkk (1989) usia periode dewasa awal (early adult-hood) berkisar antara usia 18-40 tahun. Maka dalam penelitian ini batasan usia dewasa muda yang digunakan akan mengacu pada batasan usia
dewasa muda yang dikemukakan oleh Hurlock (1980) yaitu 18-40 tahun.
lndividu dewasa dapat terlihat dari kematangan biologi, psikologis, sosial, dan
hukum yang telah dicapainya. Kematangan biologi terlihat dari kemampuan
individu untuk bereproduksi. Sedangkan kematangan yang terlihat dengan
kemampuan individu tersebut mencapai tingkat emosi dan mental tertentu.
Kematangan sosial terlihat dari kemampuan individu mengambil peran dalam
keluarga, pekerjaannya, dan kematangan hukum dicapai ketika individu telah
menerima berbagai macam hal yang sah (Hall dalam Fitri, 2002).
Pada masa dewasa dini seseorang lebih matang dalam berfikir dan bertindak
sehingga pada masa ini seseorang bisa menjadi lebih bijaksana. lndividu
lebih banyak memikirkan hal-hal penting dalam hidupnya dan lebih realistis.
Menjadi orangtua dewasa dini berarti harus menggantikan orientasi pada diri
dengan orientasi pada kehidupan keluarga. Hal ini disebabkan oleh
masa orangtua, sehingga egosentris individu pada masa ini biasanya
berkurang. Demikian halnya dengan kehidupan sosial. Pada masa ini
umumnya kehidupan sosial dipusatkan di rumah dan anggota-anggota
keluarga menggantikan peran teman.
Pada masa ini terjadi perubahan pola kehidupan, dimana orang dewasa
meninjau kembali minat lama mereka dari segi waktu, tenaga, dana, dan
persahabatan untuk mengetahui apakah hal ini sesuai dengan pola
kehidupan mereka atau apakah hal itu memberikan kepuasan seperti dulu.
Hiburan-hiburan yang populer di kalangan orang-orang dewasa muda,
diantaranya adalah, (1) Membaca, karena banyaknya tanggungjawab
mereka, orang dewasa muda terbatas waktunya untuk membaca. Biasanya
mereka cenderung membaca surat kabar daripada membaca buku.
(2) Televisi, menonton televisi, apalagi di malam hari, merupakan hiburan
favorit mereka yang sudah memiliki anak. Semakin besar keluarga dan
semakin rendah penghasilan, semakin banyak waktu yang dihabiskan
dengan menonton televisi.
Pada masa ini, peran seks sangat penting baik dalam pekerjaan maupun
kehidupan berkeluarga. Jika orang dewasa harus melakukan penyesuaian
memainkan peran yang saling memuaskan antar pasangan dan 111ereka
harus menemukan kepuasan ini dari peran yang dimainkan lersebut. Dan j1ka
mereka harus mengasalkan kepuasan tersebul dari peran sebagai orangtua,
mereka harus memilih peran yang disetujui oleh suami-isteri yang terbaik
bagi anak-anaknya, dan 111erel1a harus merasa yakin akan kemampuan
111ereka untuk memainkan peranan itu clengan berhasil.
2.2.3. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini
Di bawah ini cliuraikan ciri yang menonjol dalam tahun-tahun 111asa dewasa
dini.
1. Masa dewasa dini sebagai "masa pengaturan"
Sekali inclividu menemukan pola hiclup yang dapat 111e111enuh1
kebutuhannya. ia akan 111engembangkan perilaku, sikap clan nilai yang
menjadi kekl1asannya selama sisa hiclupnya.
2. Masa dewasa dini sebagai "usia reproduktif"
Orangtua adalah peran yang penting clalam hidup orang dewasa. Peran
orangtua biasanya dimulai pacla usia duapulul1an atau awal tigapuluhan,
beberapa 111enjacl1 kakek/nenek sebelu111 masa clewasa din1 berakhir
3. Masa dewasa dini sebagai "masa bermasa/a/1"
Masalah yang clihaclapi orang clewasa rumit clan memerlukan waktu untuk
bersamaan. dan bentuk akhir penyesuaiannya trclak akan clrlerima secara
serempak
4. Masa dewasa dini sebagai 111asa lwterasingan emosiona/
Pacla awal atau pertengahan tigapuluhan. biasanya orang mucla mampu
memecahkan masalah dengan baik sehingga stabil secara emosional
Apabila e111osi tetap kuat pada usia tigapuluhan. ini tancla penyesuaiannya
belum 111e111uaskan
5. Masa dewasa dini sebagai masa lwterasingan sosia/
l<egratan sosial 111asa dewasa d1111 sering clibalasi karena tekanan
pekerjaan clan keluarga. Akibatnya orang clewasa 111ucla mengala111i "krrsis
isolasi·. yaitu kesepian karnna terisolasr clari kelompok sosial.
6. Masa dewasa dini sebagai masa ko111it111en
MenJacli orang clewasa berartr menentukan pola hiclup baru. rnemikul
tanggunrnawab baru dan rnembuat ko111itmen baru.
7. Masa dewasa dini sering se/Jagai 111asa ketergantungan
Banyak orang 111uda yang tergantung pacla orang lain selama Jangka
waktu yang berbecla. Keterganlungan inr rmrngkin pacla orangtua.
lembaga keuangan atau pemerintah clalam mendapatkan prnjaman
8. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai
Peran oranglua clapal 111engubah nilai mereka rnenjaclr lebih konservatrf.
bergeser clari egosentris ke sosial. l<esaclaran sosial berkernbang Jlka
26
9. Masa dewasa dini sebagai masa penyesuaian cara hidup baru
Dalam masa dewasa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang
perkawinan dan peran orangtua.
10. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif
Mina! pada kreatifitas dimulai pada usia duapuluh tahunan, tapi
puncaknya baru tercapai pada usia setengah baya. Hal ini disebabkan
kreativitas pada awal masa dewasa sering terhalang dan tidak mendapat
dukungan positif.
2.2.4. Tugas perkembangan masa dewasa dini
Di bawah ini merupakan tugas-tugas perkembangan dewasa dini.
1 Mendapatkan pekerjaan dan penyesuaiannya terhadap pekerjaan
Jika orang mendapat pekerjaan yang sesuai minat dan bakat, maka
makin tinggi kepuasan yang didapat. Sejauhmana penyesuaiannya
terhadap pekerjaan dapat dinilai dengan 3 kriteria, yaitu prestasi dalam
bekerja, berapa kali ia berhasil pindah pekerjaan dengan sukarela, dan
tingkat kepuasan yang dapat dinikmatinya.
2. Memilih teman hidup
Pada awal masa dewasa dini, kebanyakan orang muda berkesempatan
27
3. Hidup bersama dengan suamil isteri membentuk suatu ke/uarga
Makin banyak pengalaman hubungan interpersonal pria-wanita yang
diperoleh pada masa lalu, semakin besar kemauan bekerjasama dengan
sesamanya, maka makin baik penyesuaian dalam perkawinan.
4. Membesarkan anak-anak
Tanggungjawab perawatan anak dilakukan bersama suami-istri. Pada
masa ini orangtua mempersembahkan lebih banyak waktu kepada anak.
5. Mengelola rumahtangga
Masa ini adalah peralihan dari tanggungjawab individu ke tanggungjawab
kedewasaan. lni dilakukan dengan banyak mengorbankan kebahagiaan
dan kepuasan karena memerlukan perubahan perilaku, nilai dan peranan.
6. Menerima tanggungjawab sebagai warganegara
Sebagai warganegara, orang muda berkewajiban kepada negara, seperti
wajib memberi suaranya dan membayar pajak kepemilikian harta benda.
7. Bergabung dalam kelompok sosial yang cocok
Wanita dan pria yang terikat tanggungjawab rumah tangga tidak banyak
waktu untuk kegiatan sosial karena tekanan pekerjaannya, sehingga sulit
2.3. Serita Kejahatan Seksual
2.3.1. Serita
2.3.1.1. Definisi berita
Kata warta atau berita berasal dari bahasa Sangsekerta yakni "urit" yang dalam bahasa lnggris "write", arti aslinya ialah "ada" atau "terjadi", atau juga
"vritta"artinya "kejadian" atau "yang telah terjadi". Vritta dalam bahasa
Indonesia menjadi berita atau warta. (Feliza, 1982)
Robert Tyell mengemukakan bahwa berita adalah informasi yang baru,
menarik perhatian, mempengaruhi (effect) orang banyak, dan mempunyai
kekuatan untuk membangkitkan selera mengikutinya (Idris, 1987).
Serita adalah laporan tentang peristiwa penting dan menarik yang terjadi
pada waktu dan tempat tertentu (Abrar, 1995).
Serita menurut Oetama (2001) ialah laporan tentang suatu kejadian secara
aktual, karena berita itu menyangkut kepentingannnya yang konkret, yakni
menyangkut keamanan dirinya, keluarganya, lingkungannya baik jiwa
maupun harta milik.
Serita merupakan suatu laporan mengenai gagasan atau uraian yang teliti
tentang sebuah masalah (Junior, 1987).
29
Salah satu sebab mengapa orang ingin mengetahui suatu berita adalah
karena perlu mengetahui perkembangan lingkungan dan masyarakat
tempatnya hidup. Orang mengetahui suatu berita bukan hanya untuk
mengetahui kejadian, tetapi perkembangan kejadian. Dengan mengetahui
perkembangan, seseorang tidak hanya mempunyai pengetahuan tentang
situasi, di mana perlu ia juga dapat menyesuaikan dengan situasi. (Oetama,
2001)
Serita dan masyarakat memang merupakan dua hal yang satu sama lain
tidak bisa dipisahkan. Serita selalu bergantung dan berkaitan erat dengan
masyarakat dimana ia berada. Kenyataan ini mempunyai arti bahwa dimana
pun berita itu berada, membutuhkan masyarakat sebagai sasaran
penyebaran informasi atau pemberitaannya. (Rachmadi, 1990)
2.3.1.2. Macam-macam berita
1. Berdasarkan sifat kejad1a1J /Jenta
Berdasarkan sifat terJadinya, maka maca111 berita yang d1ti111bulkannya ialah
(1) Berita yang d1cluga, yakrn benta yang suclah cl1clu[Ja akan teqacl1 (2) Berita yan[J ticlak tercluga yakn1 berita yang kejacliannya ticlak
tercluga sama sekali.
2. Berdasarkan masa/ah ya1Jg cl!cakupnya
Berclasarkan masalal1nya, clapat cl1golongkan menjacli ( 1 ) Benta politik (G) 13enta 111iliter
(2) Serita ekono1111 (7) Benta tekhn1k
(3) Berita agama clan kebuclayaan (8). Serita filsafat
( 4) Serita olahraga (9) 13erita kejahatan/kriminal (5) Serita pengetahuan
3 Berdasarka/J ;arak l<ejadia1J clan pu/Jifl<as1 /Jenta Dari suclut geografl clapat cl1bag1 111enJacl1
( I) Serita lokal (2). Senta nasional (3) Serita internasional 4 Berdasarkan 1s1 f;enta
13erclasarkan 1s1 benta cl1bag1 111enJacl1
( 1 ). lsi ber1ta menu rut tempat a tau asalnya · 1stana, clepartemen, perusahaan, pengaclilan, lapangan sport. clan lain sebaga1nya.
31
(2). lsi berita menurut cara munculnya • berita fakta sebenarnya dan berita
palsu/bohong.
(3). lsi berita berdasarkan keadaan alam • berita bencana alam (banjir,
gempa) dan berita keanehan alam ( sifat kelakuan binatang,
tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan sebagainya) (Assegaf, 1991 ).
2.3.1.3. Kriteria berita
Berita yang berkembang di masyarakat memiliki kriteria. Kriteria itu adalah,
pertama, berita harus memenuhi sifat ketepatan waktu. Namun
sesungguhnya jarak atau lama waktu yang menentukan suatu peristiwa
mempunyai nilai berita atau tidak, juga tergantung pula pada mediumnya.
Seperti misalnya televisi, penyebaran berita lebih cepat, laporan langsung,
lebih hidup dalam gambar, suara dan gerakan hidup, dan ada gerak dinamika
kejadian dan pelaku yang terlibat. Demikian juga dengan berita dalam surat
kabar mempunyai nilai beritanya sepanjang hari. Dengan media cetak,
memberikan kesempatan berfikir dan berefleksi kepada khalayak
pembacanya.
Kedua adalah berita harus mempunyai sifat kedekatan. Faktor geografis
berperan untuk menentukan bahwa suatu peristiwa mempunyai nilai berita
terhadap seseorang yang membaca berita tersebut, maka semakin tinggi nilai
beritanya.
Ketiga yang suatu peristiwa yang mempunyai nilai berita adalah sifat
penonjolannya. Sifat ini mempunyai arti semakin terkenal seseorang di
kalangan masyarakat,se makin tinggi nilai beritanya.
Keempat, kriteria yang disebut dengan human interest. Sifat ini tidak dapat
dilepaskan dari respon yang berhubungan dengan respon fisik atau
emosional yang hanya mungkin terjadi dalam diri manusia. Elemen yang
dapat dikategorikan lahirnya faktor human interest adalah sifat petualangan,
pertentangan, humor, seks, dan lain-lain.
2.3.2. Berita Kejahatan Seksual pada Anak
Penulis akan membatasi berita kejahatan seksual dalam penelitian ini ke
dalam kejahatan seksual pada anak yang dilakukan secara fisik yaitu suatu
informasi berita mengenai perbuatan kejahatan seksual terhadap anak yang
dilakukan dengan kontak fisik (sentuhan).
Kejahatan bisa disebut kriminalitas atau crime, karena ia menunjukkan suatu
Kejahatan seksual pada anak dikategorikan sebagai pengabaian terhadap
ajaran agama, juga termasuk pelanggaran terhadap hukum yang sedang
berlaku di negara itu (Wahid dan lrfan, 2001 ).
33
Serita anak korban kejahatan seksual adalah laporan tentang suatu kejadian
anak yang mengalami tindak kejahatan seksual baik secara nonfisik
(pembicaraan terang-terangan tentang tindakan seksual, memamerkan alat
kelamin, kesengajaan membiarkan tindakan persetubuhan dilihat atau
didengar anak), maupun secara fisik (tindakan meraba bagian vital tubuh
seperti vagina, payudara, menggosokkan alat kelamin, perkosaan), yang
dilakukan dengan kesengajaan dan paksaan sehingga dapat berdampak
pada fisik dan psikis korbannya (Schaefer, 1991 ).
Sarwono dalam Ayahbunda (1986), menyatakan bahwa berita kejahatan
seksual pada anak adalah suatu laporan mengenai perlakuan salah secara
seksual yang diterima anak, dimana perlakuan seksual ini dapat
bermacam-macam. Mulai dari yang tanpa sentuhan (berbicara tentang hal-hal yang
cabul, menunjukkan gambar-gambar cabul, memamerkan ala! kelamin orang
dewasa, dan sebagainya), dan yang dengan sentuhan (dicium, diraba, onani,
sampai dengan sanggama) yang dilakukan secara paksa. Apapun
baik pada pihak pelaku, maupu11 kedua-duanya (pelaku da11
korba11/a11ak-a11ak). Dalam pe11elitia11 ini dibahas kejahata11 seksual de11ga11 se11tuha11 atau
secara fisik.
De11ga11 melihat isi berita di media massa, kejahata11 seksual tidak hanya
me11jadika11 orang dewasa sebagai korban, tetapi a11ak-a11ak, khususnya
anak-anak perempua11, rawan terhadap ancama11 ini. Kejahata11 seksual tidak
hanya berla11gsu11g di tempat tertentu yang memberi peluang orang berbuat
jahat pada anak, namun dapat terjadi di lingkungan keluarga. Misalnya
pelaku dapat saja tetangga atau ayah yang melakukan kejahatan seksual
terhadap anaknya. Hal ini berarti pelaku tidak asing bagi anak dan tidak
disangka berbuat tindak kejahatan seksual ( lnayati, 2003).
Hal ini didukung oleh Schaefer (1991) yang mengatakan bahwa lebih dari 90
% pelaku kejahatan seksual terhadap anak perempuan adalah laki-laki.
Sebagian besar telah kawin tapi tidak puas denga11 hubungan
perkawinannya. Sebagian lagi adalah pedophiles yaitu orang dewasa yang
selalu terangsang melihat anak-anak. Tidak tertutup kemungkinan kejal1atan
Media Indonesia dalarn Wahid dan lrfa11 (2001) 111e11gu11gkapkan data
karakteristik ti11dak pidana keJahatan seksual terhadap a11ak yang dilakukar1 secara fisik yang teqadr dr lndonesra sebagar berrkul
Dilihat darr pekerJaan pelaku ·
1 Pedagang 4. Pegawai
2 Buruh 5. Guru
3. Soprr 6 Ticlak bekerJa Drlrhat dari hubungan korban clengan pelaku
Tetangga 4. Ayah trrr 2 Ayah kanclung 5. Gu ru-muri cl
3 Saudara 6. Tidak saling kenal
Berrta sekitar kejahatan seks umumnya rnemrlil1i daya aktual Terutama memberikan bobot reaksi emosional yang sarat, dan karena itu menjadr penarik ekstra bagi khalayak untuk rnembacanya Terutama setelah kehadrran televisi, yang secara lebrh hidup clan nyata sanggup rnelukrskan keJaclian-kejaclian kejahatan seksual. Perhalran akan dampak berrta
keJahatan seksual pada anak clalam rneclra massa menjadr lebih besar. (Oelama. 2001)
1. Sifat segera. berita itu rnengenai apa yang baru leqad1. clan dengan clernikian rnenekankan keadaan sekarang daripada rnasa larnpau
2 Dramat1sas1. berita rnenekankan hal-hal yang dra111at1s. clan dengan dernikian berita menekankan kejadian yang konkret (yang rnemungl<inkan
berita itu lebih rnudah dilaporkan secara sensasional).
3. Personalisasi. berita menekankan rnanusia dan dengan dernikian sering rnenyebabkan pertentangan kebijaksanaan mengenai konflik antara
rnasalah perorangan atau sosial 111enjad1 sekedar darnpak rnasalah
tersebut atau pribadi-pribadi.
4. Penyederhanaan. berita harus rnuclah di111engert1.
Dalarn pernberitaan kejahatan seksual terdapat pertentangan pendapat Para
rnoralis berpendapat pernuatan berita kejahatan seksual secara berlebihan
adalah tidak layak. seclangkan ahli-al1li kn1111nologi rnenganggap bahwa hal
tersebut adalah layak. Terlepas dar1 pertentangan 1tu. benta keJahatan
seksual terhadap anak patut disiarkan asal pengolahannya tidak
d1lebih-leb1hkan secara sensasional.
01 kalangan masyarakat luas. rnoral1s dan ahli-ahli lm111111olog1 terclapat
pernbantahan akan rnanfaat rnaupun seg1-segi negatlf dimuatnya benta-ber1ta
37
pada anak dalam media massa ialah kecemasan bahwa dampaknya negatif.
Dampak negatif itu meliputi:
1. Menyebabkan meluasnya gejala kriminal dalam masyarakat, karena orang
meniru apa yang dibaca dan ditonton lewat media massa.
2. Membantu tumbuhnya sikap keras dan sadis masyarakat.
3. Menyebabkan orang belajar kejahatan dari berita, bail< belajar membuat
rencana maupun belajar cara melakukan kejahatan.
4. Berita-berita kejahatan sering menimbulkan panik di dalam masyarakat.
5. Berita kejahatan seksual sering mencampuri hak privasi (the right of
privacy) seseorang.
Assegaf ( 1991) mengatakan ada segi-segi positif pemuatan berita kejahatan
seks. antara lain :
1. Berita kejahatan seks menunjukkan bahwa setiap keJahatan mendapat
hukuman.
2. Berita kejahatan sek merupakan pendrdikan bagi masyarakat bahwa
kejahatan tidak dapat ditutupi dan suatu saat akan terbongkar.
Sedangkan beberapa stasiun televisi memandang perlu menyiarkan berita
kejahatan seks karena kejahatan seks 111erupaka11 musuh rnasyarnkat
Masyarakal harus diberitahu tentang bahaya yang 111enganca111 mereka (Idris.
publik tentang segala macam kejahatan sehingga mereka waspada (Feliza,
1982).
38
Menyangkut isu kejahatan seksual pada anak, tugas jurnalis adalah
menyajikan berita kejahatan seksual yang bisa menyelamatkan korban,
mengurangi kasus, menghukum pelaku, serta membuat khalayak waspada
terhadap bahaya kejahatan seksual. Untuk mencapai semua tujuan ini, perlu
disusun kriteria berita kejahatan seksual yang ideal.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan bagi berita kejahatan seksual
yang ideal. Pertama, berita tidak sekedar laporan peristiwa, tetapi ada
sesuatu yang disiratkan dalam sebuah berita. Kedua, berita bisa menjadi ala!
propaganda dan ala! meyakinkan berbagai pihak akan kebenaran. Ketiga,
berita bisa menjadi sesuatu yang berlebihan, berita ini tergolong berita tidak
jujur. Keempat, khalayak memilih ukuran sendiri dalam menentukan berita
yang penting bagi mereka.
ldealnya, berita kejahatan seks pada anak perlu diikuti oleh solusinya, baik
bagi korban maupun bagi usaha pencegahan tindakan kejahatan seks
berikutnya. Oleh karena itu, para jurnalis kriminal perlu mencari informasi dari
korban kejahatan seks serta kondisi objektif masyarakat ideal yang
meminimalisasikan keinginan individu untuk melakukan kejahatan seksual.
39
Namun dalam laporan kejahatan seksual pada anak perempuan, ada kesan
bahwa berita kejahatan seksual lebih menonjolkan sensasional daripada
alasan dan motif sesungguhnya. Serita kejahatan seksual pada anak lebih
memberi rincian dan lupa memberi tip tentang cara menghindari kejahatan
seksual itu sendiri (Media Wanita dan Pembangunan, 2000).
2.4. Pola Asuh Orangtua
2.4.1. Pengertian pola asuh orangtua
Makna harfiah pola asuh orangtua adalah model atau tata cara orangtua
dalam memberikan pengasuhan kepada anak (Adnan, 1996).
Kohn ( 1972) mengungkapkan bahwa pola asuh adalah sikap orangtua dalam
berhubungan dengan anaknya, dan sikap tersebut dapat dilihat dari beberapa
cara orangtua dalam memberikan peraturan disiplin, reward dan hukuman.
Pola asuh diartikan sebagai perilaku atau sikap orangtua ketika bergaul atau
berkomunikasi dengan anak, mereka berbuat sesuai sikap atau perilakunya
sendiri, keras, lembut, atau bijaksana. (Hafizh dalam Kurniasih, 2004)
40
Merchati dikutip Dayakisni (1988) mengatakan pola asuh adalah perlakuan
orangtua dalam memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik
anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh merupakan interaksi orangtua
dengan anak dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis serta
mendidik, mengajarkan dan mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat agar anak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan di mana si anak berada.
Jadi, pola asuh dalam keluarga adalah bentuk atau cara mengasuh, mendidik
atau membimbing anak yang dilakukan oleh pasangan suami istri (orangtua)
dalam suatu kelompok di mana anggota-anggotanya mengabdikan diri pada
kepentingan dan tujuan kelompok tersebut. Dan pola asuh merupakan
bentukan dari interaksi antara orangtua dan anak secara kesinambungan
sejak kecil sampai pada usia dewasa.
2.4.2. Tipe pola asuh orangtua
41
1. Otoriter Orangtua suka mendikte, mengontrol anak dengan keras
dan kaku, menuntut kepatuhan anak, hubungan yang terjadi
kurang hangat dan tidak mendorong anak untuk mandiri,
biasanya model hukuman yang diberikan cenderung ke arah
fisik.
2. Permisif Sikap orangtua tidak pernah menghukum,
keinginan-keinginan, sikap dan perilaku anak selalu diterima atau
disetujui orangtua. Orangtua sumber bagi tercapainya
keinginan anak dan tidak ada dorongan dari orangtua
terhadap anak.
3. Demokratis : Orangtua bersikap hangat kepada anak, ada komunikasi
timbal balik antara orangtua dan anak, mengarahkan
perilaku anak secara rasional. Gabungan antara kontrol
yang kuat dan dorongan yang positif.
Pada kenyataannya pola asuh orangtua dalam mendidik anak seperti yang
dijelaskan di atas. Orangtua memiliki kecenderungan dalam mendidik anak
dengan pola asuh otoriter, acuh tak acuh dan demokratis. Jadi ada saatnya
orangtua bersikap keras dan lunak tergantung pada situasi yang dihadapi..
Jarang orangtua secara mutlak menerapkan satu pola asuh tertentu saja.
pola asuh tertentu yang lebih banyak diterapkan misalnya otoriter,
demokratis, acuh tak acuh ataupun terlalu memanjakan.
2.4.3. Aspek-aspek pola asuh
Menurut Mussen (1984) ada 4 aspek dalam pengasuhan anak, yaitu:
42
1. Aspek kontrol (hukuman), meliputi usaha orangtua untuk mempengaruhi
aktivitas, bertujuan memodifikasi ekspresi dari rasa ketergantungan anak,
agresivitas atau tingkah laku bermain, termasuk pada mengembangkan
internalisasi standar yang dimiliki orangtua pada anak.
2. Aspek tuntutan ditampilkannya peri/aku yang matang (interaksi
sosia/), meliputi tuntutan atau penekanan pada anak agar dapat
menampilkan dengan sebaik-baiknya kemampuan dalam bidang sosial,
intelektual, serta emosional. Orangtua juga menuntut kemandirian anak.
3. Aspek keje/asan komunikasi antara orangtua-anak, meliputi orangtua
memberi penjelasan dan menanyakan pendapat anak dalam membuat
aturan-aturan bagi si anak. Orangtua juga berusaha untuk memahami
pendapat atau perasaan anak mengenai penjelasan yang dilakukan.
4. Aspek pemeliharaan terhadap pendidikan anak (disiplin seko/ah),
meliputi keterlibatan orangtua dalam pengasuhan pendidikan anak,
pengertian terhadap apa yang telah dicapai oleh anak. Hal ini dilakukan
melalui perbuatan dan sikap.
2.5. Dugaan Kecemasan Orangtua Menghadapi Serita Kejahatan
Seksual Ditinjau Dari Pola asuhnya
43
Selama ini telah terbentuk anggapan bahwa ancaman kejahatan seksual
biasanya muncul dari orang-orang asing yang tidak dikenal. Akan tetapi dari
kasus-kasus kejahatan seksual pada anak perempuan, ditemukan fakta
bahwa para pelaku kejahatan seksual ini umumnya justru orang-orang dekat
yang dikenali korban.
Berita-beri