• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Tebar Da’i Pada Komunitas Pemulung Dan Anak Jalanan Oleh Yayasan Media Amal Islami (Mai) Di Lebak Bulus Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program Tebar Da’i Pada Komunitas Pemulung Dan Anak Jalanan Oleh Yayasan Media Amal Islami (Mai) Di Lebak Bulus Jakarta Selatan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK JALANAN OLEH YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (MAI)

DI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

AHMAD ZAKY NIM. 109051000093

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

AMAL ISLAMI

(MAI)

DI LEBAK BULUS

JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi

svarit-'

syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

AHMAD ZAKY

NrM. r090s1000093

JURUSAN

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UIN SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435

rJt20t3

M

bimbingan

(3)

Il

rfn8ued

is-7f-trbilllni-Ka

8<-'

l

rin8ue4

e1o33uy

e1o33uy de>18ue.le4 srr?1ar{aS u1o83uy de>1Eue;ery €nlo)

qesobeunyrl Buuprg

tlaTuenuef g0 ."u€Ief

'tuelsl uerer,{ue4 u€p rse>lrunwo) uesnrnl

uped (t.ruoX.S)

I

S n}es u1e:1s euef:us ;e1e8 qeloradueu Inlun lerefs nles qeles re8eqas €rurJolrp qupns rur rsdrr4g

' t

I 07, rrenrr€f 9 g : 1uBEu4 eped ege4e1 qellnledeprg guuf g

NIfl

rs€{mntuo;

nlull

u€p tl?/''>lec nrulJ sellnleg qesobeuntrAl Euepl5 ru€l€p

ue>11fnlp qelel 66uBlBIos

utru{uf

snlng

{eqoT

Ip

(Ivr\D

rruBIsI

luruv

ulpol4l uusu,{un qolo usuulef >IBuy

uup Sunlnruod sBl-runuox upud

r,eq r"qoJ

ruur30"r4,, :1npnfteq Suef rsdu4s
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1'

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi

syarat salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1)

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarra.

2'

Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi

ini

telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

rufN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya

ini bukan

asli karya saya atau

merupakan tiruan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.

Jakarta, 12 Desemb er 2013

(5)

ii

ABSTRAK

AHMAD ZAKY

Program Tebar Da’i pada Komunitas Pemulung dan Anak Jalanan oleh Yayasan Media Amal Islami (MAI) di Lebak Bulus Jakarta Selatan

Penelitian ini didasari bahwa kepedulian dakwah Islam kepada kaum bawah khususnya pemulung dan anak jalanan kurang dikedepankan. Padahal kalau kita lihat kegiatan dakwah sudah sedemikian maju. Jika ditelusuri dakwah di televisi sudah semakin menjamur dan juga banyak tabligh akbar yang digelar di daerah-daerah. Namun demikian sangat sedikit dakwah yang menyentuh komunitas pemulung dan anak jalanan. Padahal mereka sangat membutuhkan uluran tangan dan kepedulian kita sebagai ummat muslim untuk membantu problem mereka khususnya pengetahuan agama mereka. Yayasan Media Amal Islami (MAI) salah satu lembaga yang memang peduli terhadap komunitas pemulung dan anak jalanan tersebut. Yayasan ini membuat sebuah program yan diperuntukkan untuk mereka yaitu program tebar da’i. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana program tebar da’i pada komunitas pemulung dan anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan MAI? Metode dan materi apa saja yang disampaikan dalam program tersebut?

Teori yang digunakan adalah teori medan dakwah yang melihat bahwa dakwah dimulai dengan proses ikhtiar untuk membentuk khairul ummah dan teori tahapan dakwah yang melihat bahwa tahapan dakwah dimulai dengan membentuk masyarakat dakwah, yang kedua tahap pembangunan, dan yang terakhir adalah tahap kemandirian. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dilakukan dengan mengembangkan teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai subjek yang akan diteliti dengan pendekatan kualitatif dengan cara observasi dan wawancara.

(6)

iii

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi

yang telah menganugerahkan berjuta rahmat dan kasihnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsa ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad

SAW, yang dengan pengorbanan dan ketulusan hatinya membantu membukakan

jalan pengetahuan bagi umat manusia.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada ayahanda tercinta Bapak H.

Tarmizi dan ibunda tercinta Ibu Hj. Lilis Suryani, karena hanya atas do’a, cinta kasih

dan kesabaran yang selalu beliau tanamkan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini .

Selanjutnya dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama sekali penulis

sampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief

Subhan, MA., Wadek Bid. Akademik Dr. Suparto, M.Ed., Wadek Bid.

Kemahasiswaan Drs. Wahidin Saputra, MA., dan Wadek Drs. Jumroni, M.Si.,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu

yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah memberikan

(7)

iv

2. Kepada Bapak Drs. Jumroni, M.Si, sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi

Musyarafah, MA, sebagai Sekretaris jurusan, penulis ucapkan banyak-banyak

terima kasih karena telah banyak membantu penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi dan skripsi ini.

3. Drs. Wahidin Saputra, MA, dosen pembimbing yang telah berkenan

mencurahkan perhatian dan meluangkan waktunya untuk memberikan

pengarahan dan petunjuk yang sangat berharga bagi penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan dan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selalu

mendukung laju dan gerak penulis dalam dunia perkuliahan dan seluruh staf

akademik dan administrasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis

selam studi.

5. Pimpinan dan segenap staf perputakaan Dakwah dan Komunikasi serta

perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada Bapak Ustadz Aslih Ridwan MA. penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bantuan dan izin beliau maka saya dapat melakukan

penelitian di yayasan MAI.

7. Kepada Bapak Ustadz M. Nur, Amd. Penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar besarnya atas segala bantuan dan pemikirannya dan meluangkan waktu

bagi penulis dalam masa penelitian

8. Kepada Saudari Lina dan juga kawan-kawannya penulis ucapkan terima kasih

(8)

v

macam informasi tentang Program tebar da’i yang dilaksanakan oleh yayasan

MAI.

9. Kepada kakakku Muhammad irfan, dan Nubdzatun Tsaniyah, adikku

Khairunnisa dan Abdullah Muhsin, kakak iparku Andriansyah Putra dan

keponakanku tercinta Sarah zahratul Husna dan Azzam. Yang selalu

memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi dan dan skripsi ini.

10.Kepada sahabatku Priyan, Darwis, Sihabudin, Hasbul, Tri Wibowo, Wanda,

Angga, Chairul, Reza, Syamsul, Aziz Fatkhullah, Revina, Uswah, Afifah,

Fatma, dan teman-teman KPI C 2009. Penulis ucapkan terima kasih karena telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat

(9)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN . ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Program Dakwah ... 10

1. Pengertian Program ... 10

2. Pengertian Dakwah ... 10

3. Pengertian Program dakwah ... 12

4. Kriteria Keberhasilan Program atau Kegiatan Dakwah ... 13

B. Teori Tentang dakwah ... 15

C. Bentuk-Bentuk Dakwah ... 16

1. Dakwah billisan ... 16

2. Dakwah bilqolam ... 17

(10)

vii

D. Metode dan Materi Dakwah ... 19

1. Metode Dakwah ... 19

2. Materi Dakwah ... 20

E. Sekilas Tentang Da’i ... 21

F. Kehidupan Pemulung dan Anak Jalanan ... 25

1. Pemulung ... 25

2. Anak Jalanan ... 27

G. Yayasan ... 29

1. Pengertian Yayasan ... 29

2. Hubungan Yayasan dan Dakwah ... 31

3. Tujuan dan Kegiatan Usaha Yayasan………. 32

3. Fungsi Yayasan ... 39

BAB III PROFIL YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (MAI), PROGRAM TEBAR DA’I DAN KOMUNITAS PEMULUNG DAN ANAK JALANAN LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN A. Mengenal Lebih Dekat MAI ... 40

B. Visi dan Misi Yayasan MAI ... 40

C. Aspek Legal Yayasan MAI ... 41

D. Program Dakwah Yayasan MAI ... 42

E. Struktur Organisasi Yayasan MAI ... 44

F. Profil Program Tebar Da’i ... 44

G. Komunitas Pemulung dan Anak Jalanan Lebak Bulus... 46

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA A. Program Tebar Da’i Pada Komunitas Pemulung dan Anak Jalanan 52 B. Metode Program Tebar Da’i ... 58

(11)

viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran-saran ... 64

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kepedulian masyarakat terhadap kaum bawah dirasakan kian hari kian

menipis. Ini disebabkan bahwa masyarakat cenderung memikirkan kehidupan

dirinya daripada orang lain yang memang sangat membutuhkan bantuan dan

uluran tangan mereka.

Pemulung dan anak jalanan adalah salah satunya, oleh karena itu

pembinaan terhadap mereka sangat perlu agar mereka mendapatkan manfaat

untuk mereka sendiri dan tidak memberi dampak yang buruk terhadap

kehidupan sosial masyarakat.

Sebagai muslim kita tentu disunnahkan oleh baginda Nabi Muhammad

SAW untuk selalu membantu sesama muslim yang memang perlu pertolongan

kita. Apalagi mengatasi problem kaum bawah seperti pemulung dan anak

jalanan adalah memang suatu kewajiban. Semasa kecil mereka sampai

terbilang dewasa, banyak dari pemulung yang tidak tahu bagaimana caranya

shalat, caranya membaca Al-qur’an, berahklak dengan baik. Karena kehidupan

mereka sebatas hanya mencari barang barang bekas, dan barang bekas setiap

harinya. Dan kalau ini dibiarkan terus tanpa pembinaan maka akan

berimplikatif terhadap kehidupan dirinya yang jauh akan nilai-nilai Islam.

Untuk mendukung dan mewujudkan tujuan perubahan tersebut maka

dibutuhkan dakwah Islam yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga

pemulung dan anak jalanan dapat menjadi manusia yang yang bersikap dan

(13)

Dakwah berasal dari bahasan arab yakni da’a-yad’u-da’watan, artinya

mengajak, menyeru, memanggil.1 Sedangkan orang yang melakukan ajakan

disebut dengan da’i artinya orang yang memanggil. Sesuai dengan firman

Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104 yang bunyinya,

ْ ْني ف رْع ْل ب رمْأي رْيخْل لإ عْدي ٌ َمأ ْم ْنم ْ ْل

حلْف ْل مه ك ٰل أ ۚ ر ْن ْل ع

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung”.(QS. Ali Imran :104)

Dakwah merupakan aktivitas yang mulia, ia menjadi kewajiban

bagi setiap muslim. Dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang Islam

dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang

mencerminkan nilai-nilai Islam itu sendiri. Dakwahpun sering di lakukan

dengan cara bil-lisan yang lebih banyak mendiskusikan pada penekanan

informatif persuasive dan dakwah bil-hal yang lebih menekankan terhadap

persoalan yang bersifat praktis yang mampu merangsang mad’unya dengan

cepat melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari2.

Pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang

dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang

kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk memengaruhi cara

merasa, berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka mengusahakan

terwujudnya ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan dengan menggunakan

cara tertentu3. Cara tertentu tersebut adalah dengan sesuai syariat Islam yang

telah diajarkan oleh Baginda Nabi besar Muhammad SAW.

1

Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 1

2

Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1996) cet ke-1 h. 1

3

(14)

Namun demikian seyogyanya dalam dakwah harus membutuhkan

strategi yang matang dalam pelaksaannya. Supaya tujuan dakwah tersebut

dapat tercapai. Strategi pada hakikatnya adalah perpaduan antara planning

(perencanaan) dan management (manajemen) untuk mencapai suatu tujuan4.

Sedangkan strategi dakwah yaitu metode, sisat, taktik, atau manuver yang

dipergunakan dalam kegiatan dakwah5. Strategi tidak hanya berfungsi sebagai

peta jalan yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus mampu

menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya6.

Yayasan Media Amal Islami (MAI) adalah salah satu lembaga yang

peduli terhadap kaum bawah khususnya pemulung dan juga anak jalanan.

Yayasan tersebut fokus berdakwah kepada kaum bawah yang memang sangat

memerlukan uluran tangan.

Media Amal Islami adalah yayasan independen (non partisan) yang

berdiri sejak tahun 1999, bergerak di bidang Dakwah, Pendidikan, Sosial dan

Ekonomi. Tujuan Yayasan tersebut adalah menjadikan sebuah lembaga

dambaan ummat, yang unggul dalam menetaskan kaum dhu’afa menjadi kaum

yang mandiri dan berakhlak shaleh.

Yayasan tersebut mempunyai program yang sangat unik dalam

menyampaikan dakwah mereka terhadap komunitas pemulung dan juga anak

jalanan yaitu tebar da’i. Tebar da’i yang dalam benak kita adalah konsep

menyebarkan para da’i atau komunikator dalam menyampaikan pesan Islam

4

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori da Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32

5

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah …, h. 107

6

(15)

kepada khalayak umat. Program ini sangat unik karena dilakukan kepada

komunitas pemulung dan anak jalanan yang kita lihat sangat jarang para da’i

yang terjun langsung ke komunitas tersebut hanya untuk menyebarkan dakwah

Islam dengan menggunakan lembaga dalam menyiasatinya.

Oleh karena itu penulis tertarik mengambil penelitian yang diberi judul

“Program Tebar Da’i pada Komunitas Pemulung dan Anak Jalanan oleh

Yayasan Media Amal Islami (MAI) di Lebak Bulus Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah pada

program tebar da’i pada komunitas pemulung dan anak jalanan oleh

yayasan Media Amal Islami (MAI).

2. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak melenceng dari fokusnya, maka perlu dirumuskan

masalah-masalah yang sesuai dengan fokus penelitian di atas. Adapun

rumusan masalah pada peneltian ini ialah sebagai berikut:

a. Bagaimana program tebar da’i di komunitas pemulung dan anak

jalanan oleh yayasan Media Amal Islami (MAI)?

b. Metode apa yang digunakan program tebar da’i di komunitas

pemulung dan anak jalanan oleh yayasan Media Amal Islami?

c. Materi dakwah apa yang disampaikan para da’i dalam program

(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

a. Mengetahui lebih jauh program tebar da’i pada komunitas pemulung

dan anak jalanan oleh yayasan Media Amal Islami (MAI).

b. Mengetahui metode dan materi dakwah apa yang digunakan program

tebar da’i di komunitas pemulung dan anak jalanan oleh yayasan

Media Amal Islami.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memeiliki manfaat, yaitu :

a. Secara akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan

pengetahuan tentang dakwah bagi khazanah keilmuan Islam serta

dapat menjadi referensi bagi peminat dakwah yang selanjutnya akan

menjadi bahan penelitian di masa yang akan datang.

b. Secara praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan motivasi dan kontribusi

serta menambah wawasan bagi kalangan praktisi dakwah dan aktivis

dakwah khususnya yayasan Media Amal Islami (MAI) agar konsisten

dalam memperjuangkan nilai-nilai dakwah Islam terutama kepada

komunitas pemulung dan anak jalanan serta umum lainnya dalam

(17)

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan sebuah hasil penelitian yang deskriptif

mengenai fokus permasalahan yang dikaji, serta tersusun berdasarkan data dan

perilaku-perilaku yang diamati.

1. Objek dan Sumber Data

a. Objek penelitian ini adalah Yayasan Media Amal Islami (MAI) yang

berperan dalam program dakwah tebar da’i di komunitas pemulung

dan anak jalanan

b. Sumber data penelitian ini adalah data tertulis maupun lisan yang

menyangkut inti permasalahan penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan metodologi penelitian yang akan digunakan, yakni

metodologi penelitian kualitatif, maka data akan dikumpulkan melalui:

a. Observasi : yaitu penulis melakukan pengamatan terhadap program

tebar da’i yayasan Media Amal Islami (MAI) dan mencatat semua

yang berkaitan dengan kegiatan dakwah mereka. Dengan metode ini

penulis mengadakan pengamatan langsung ke tempat program tersebut

dijalankan. Peneliti mengadakan pengamatan sebanyak kurang lebih

dua kali.

7

(18)

b. Wawancara : penulis melakukan wawancara dengan Ustadz M. Nur,

A.Md. Selaku ketua bidang dakwah yayasan MAI, dan juga Anak

Pemulung.

c. Dokumentasi : dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi

berupa foto-foto kegiatan program tebar da’i tersebut.

3. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yakni

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi saham yang dapt

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.8

Dengan demikian melalui teknik analisis kualitatif, penelitian ini

mengumpulkan informasi melaui instrumen-instrumen penelitian kualitatif

(observasi, wawancara, dan dokumentasi, lalu mengolahnya untuk menjadi

sebuah bahan ilmiah yang bisa disuguhkan dalam bentuk laporan tertulis.

D. Tinjauan Kepustakaan

Dalam penelitian ini penulis mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah

yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti.

Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka, penulis akhirnya

menemukan skripai yang memiliki judul yang hampir sama dengan yang akan

penulis teliti, skripsi tersebut antara lain, skripsi dari Ikhlas Al’Ala, mahasiswa

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2007

8

(19)

yang berjudul Aktivitas Dakwah Yayasan Pesantren Islam Bina Sani

Cemerlang Al Futuwwah dalam Mengantisipasi Pemurtadan. Saudara Ikhlas

memaparkan bagaimana dakwah yayasan tersebut dalam menangkal

pemurtadan terhadap komunitas pemulung, sedangkan yang membedakan

dengan skripsi penulis yaitu penulis menggunakan program tebar da’i di

komunitas pemulung dan anak jalanan dan tidak fokus kepada masalah

pemurtadan.

Kemudian skripsi dari Saudara Ahmad Rifqi yang juga Mahasiswa UIN

Jakarta, beliau meneliti tentang Strategi Dakwah sanggar Budaya Betawi si

Pitung dalam Pembinaan Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat.

Disini saudara Rifqi fokus kepada pembinaan pemuda sedangkan bedanya

dengan skripsi penulis adalah penulis lebih memfokuskan kepada pembinaan

komunitas pemulung dan juga anak jalanan oleh program tebar da’i tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri

dari sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi

skripsi dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran

mengenai penyusunan bab dalam skripsi ini:

Bab satu, Pendahuluan: bab ini membahas tentang latar belakang

pemilihan judul skripsi, pembatasan dan perumusan masalah yang akan

diteliti, manfaat dan tujuan penelitian, serta metodologi penelitian.

Bab dua, Tinjauan Teoritis: dalam bab ini dibahas teori-teori yang

berkenaan dengan judul skripsi yang dipilih.

Bab tiga, Profil: pada bab ini diberikan gambaran mengenai profil

(20)

Bab empat, Analisis Data: semua data yang diperoleh dari berbagai

sumber dianalisis dan dituangkan dalam bentuk tulisan pada bab ini.

Bab lima, Penutup: penutup meliputi penarikan kesimpulan yang

menjawab masalah yang telah dirumuskan, serta kritik dan saran.

Di luar lima bab di atas, skripsi ini dilengkapi pula dengan halaman

daftar pustaka, serta lampiran-lampiran data yang diperoleh selama masa

(21)

10

TINJAUAN TEORITIS

A. Program Dakwah

1. Pengertian Program

Secara bahasa (etimologi) kata program berasal dari kata bahasa

Inggris yaitu Programme yang artinya acara atau rencana. Sedangkan

menurut istilah program adalah rancangan mengenai asas-asas serta

usaha-usaha yang akan dijalankan.1

Secara Istilah (terminologi) Program juga dapat diartikan sebagai

suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies

(rencana-rencana kegiatan) dalam mencapai tujuan. Sesuatu rentetan

kegiatan yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu policy.2

Dengan demikian program bisa disebut juga suatu kegiatan yang

dijalankan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan apakah

tujuannya untuk menghasilkan keuntungan ekonomi ataukan keuntungan

dalam bidang lain.

Keuntungan dalam bidang lain seperti bidang dakwah Islam,

program juga bisa diperuntukan untuk keuntungan dakwah Islam. Namun

program yan dijalankan juga harus dilandasi oleh Al-qur’an dan hadits.

2. Pengertian Dakwah

Dakwah berasal dari kata da’aa-yad’u-da’watan, artinya:

“menyeru, mengajak atau memanggil”3

. Di dalam Al-qur’an Allah

berfirman dalam surah Al-Qasash ayat 87 yang artinya :

1

Morissan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Pranada Media Grup, 2008), cet ke-1 h.199

2

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1 h. 109

3

(22)







Artinya: “...., dan serulan mereka kepada jalan Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang memersekutukan

Tuhan.” (QS. Al-Qasash: 87) .

Orang yang berdakwah disebut dengan da’i dan orang yang

menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u.

Para pakar mendefinisikan dakwah sebagai berikut:

a. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai

upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar

sesuai perintah tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.4

b. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin

memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu

mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk

(hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari

kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

akhirat.5

c. Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa dakwah adalah seruan panggilan

untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif

dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar

ma’ruf nahi munkar.6

d. Letjend. H. Soedirman, mendefinisikan dakwah sebagai usha untuk

merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari baik

kehidupan seseorang, maupun kehidupan masyarakat sebagai

4

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet ke-1, h. 1

5

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah…, h. 1

6

(23)

keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa

dan umat, untuk memeroleh keridhaan Allah SWT.7

Bisa ditarik kesimpulan bahwa dakwah menjadikan perilaku muslim

dalam menjalankan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang harus

didakwahkan kepada seluruh umat manusia, yang dalam prosesnya

melibatkan unsur: da’i (subjek), maaddah (materi), thoriqoh (metode),

washilah (media), dan mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan)

dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu kebahagiaam hidup di

dunia dan akhirat.8

Dakwah juga mengharuskan manusia untuk selalu menyeru kepada

kebaikan dan mencegah dari keburukan. Sehingga tercipta manusia yang

arif disegala aspek kehidupan.

3. Pengertian Program Dakwah

Program yang tadi telah disebutkan di atas adalah serentetan

kegiatan yang dijalankan untuk melaksanakan suatu rencana kegiatan

dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Bisa diambil garis besar

bahwasanya program dakwah bisa diartikan kegiatan yang dijalankan

untuk melaksanakan suatu rencana dakwah.

Program dakwah atau bisa disebut juga kegiatan dakwah meliputi

kegiatan tabligh, kegiatan pengembangan masyarakat, dam kegiatan

manajemen dakwah atau kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan

kegiatan dakwah.9

Kesemua itu merupakan suatu kesatuan yang memiliki target dan

tujuan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan dakwah tersebut.

7 Hasanudin, …, h. 41 8

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah…,h. 2

9

(24)

4. Kriteria Keberhasilan Program atau Kegiatan Dakwah

Keberhasilan suatu program atau kegiatan dakwah biasanya

disebabkan oleh hal sebagai berikut :

a. Kemungkinan pertama karena pesan dakwah yang disampaikan oleh

da’i memang relevan dengan situasi dan kebutuhan masyarakat, yang

merupakan satu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga

mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

b. Kemungkinan kedua karena faktor pesona da’i, yakni da’i tersebut

memiliki daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah

menerima pesan dakwahnya, meski kualitas dakwah yang disampaikan

sederhana.

c. Kemungkinan ketiga karena kondisi psikologi masyarakat mudah

disentuh dan dalam kondisi haus akan siraman rohani, dan mereka

terlanjur memiliki persepsi positif terhadap da’i, sehingga pesan

dakwah uang sebenarnya kurang jelas di tafsirkan sendiri oleh

masyarakat dengan penafsiran yang jelas.

d. Kemungkinan keempat, yaitu karena dakwah yng disampaikan

dikemas dengan menarik, sehingga masyarakat yang semula acuh tak

acuh terhadap agama, setelah melihat paket dakwah yang diberi

kemasan lain, misalnya lewat kesenian, stimulasi. Maka dakwah yang

dilaksanakan pun berhasil dan dapat diterima oleh masyarakat secara

positif.10

10

(25)

Sebenarnya keberhasilan suatu program atau kegiatan dakwah tidak

lah diukur oleh banyaknya jamaah yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Namun lebih jauh lagi keberhasilan suatu program dakwah dapat diukur

dari munculnya kesadaran beragama pada masyarakat. Baik kesadarannya

berupa tingkah laku, sikap ataupun berupa keyakinan11.

Dengan demikian disinilah tugas dai yaitu menumbuhkan kesadaran

pada masyarakat melalui dakwahnya itu. Allah SWT berfirman dalam

surat al- Dzariat Ayat 56 yang artinya sebagai berikut :





Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (al-Dzariat:56).

Program dakwah juga dikatakan berhasil apabila seseorang yang

bukan muslim menjadi muslim dan seseorang yang muslim mau

menjalankan syariat agamanya12 yang dahulunya tidak dijalankan karena

belum mendapatkan pencerahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

surat Fushilat ayat 34 yang artinya :











Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah –olah telah

menjadi teman yang sangat setia”. (Fushilat: 34).

Dari ayat tersebut bisa disimpulkan jika dikaitkan dengan

keberhasilan program dakwah bahwasanya keberhasilan tersebut dapat

11

Hasanudin, Manajemen Dakwah…, h. 82

12

(26)

terlaksana jika seorang lawan telah menjadi kawan, atau dengan kata lain,

seseorang yang bukan muslim sudah menjadi muslim.13

B. Teori Tentang Dakwah

Amrullah Achmad memperkenalkan dua macam teori tentang dakwah,

yaitu teori medan dakwah dan teori tahapan dakwah. Teori medan dakwah

melihat dakwah sebagai Ikhtiar seorang muslim untuk mewujudakan Khairu

al-Ummah. Artinya usaha seorang muslim yang mempunyai kualifikasi untuk

berdakwah untuk mewujudkan umat yang terbaik14.

Ikhtiar itu merupakan refleksi tauhidi yang wajib ditunaikan yang inti

pendorongnya adalah nilai al-birr dan al-taqwa. Khairu Ummah adalah

tujuan dari ikhtiar tersebut adalah wujud dari ketauhidan, pelaksanaan amar

ma’ruf nahi munkar. Dalam praktiknya, ikhtiar dimaksud berhadapan dengan

situasi sosio kultural yang telah dimuati dengan nilai-nilai jahili, yang

berlawanan dengan Khairu al-Ummah.15

Sedangkan teori tahapan dakwah menjelaskan tentang tiga tahap dalam

berdakwah, yaitu tahap takwin, tandzim, dan pendelegasian.

Tahap pertama adalah takwin yang merupakan tahap pembentukan

masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhidi.

Tahap ini dimulai dari ittishal fardhi, yaitu keluarga terdekat, lalu ittishal

jama’i yaitu masyarakat pada umumnya. Kegiatan utamanya dimulai dari

dakwah billisan (tabligh) dan dakwah bil hal (pengembangan masyarakat).16

13

Hasanudin, Manajemen Dakwah…, h. 82 14

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah ...., h. 119-120

15

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah ...., h. 120

16

(27)

Tahap kedua adalah tandzim, tahap ini subtahapnya meliputi

pembangunan masjid, pembentukan lembaga ukhuwah Islamiyah dan

ukhuwah basyariyah (piagam madinah), dan lain-lain.17

Tahap utama ketiga adalah tahap pelepasan dan kemandirian.18 Tahap

ini adalah tahap akhir dari pembinaan mad’u sehingga setelah dibina mad’u

menjadi manusia yang mandiri dalam menata kehidupannya.

C. Bentuk-bentuk Dakwah

Berdasarkan bentuk-bentuk penyampaiannya metode dakwah dapat

dikelompokkan dalam tiga katagori yitu :

1. Dakwah Bil-Lisan,

Yaitu dakwah dilakukan dengan menggunakan lisan. Dakwah

bil-Lisan adalah merupakan salah satu cara di dalam penyampaian

pesan-pesan dakwah dengan menggunakan lisan atau dikenal juga dengan istilah

metode ceramah.

Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak

diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu

aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye,

berpidato, sambutan, mengajar dan lain sebagainya. Metode ceramah

sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang

dipergunakan oleh da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha

nenyampaikan risalah-Nya.

Dengan demikian untuk dakwah bil-Lisan merupakan ilmu yang

membicarakan tentang cara-cara berbicara di depan massa (orang banyak),

17

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah…, h. 122

18

(28)

dengan tutur kata yang baik agar mampu mempengaruhi para pendengar

untuk mengikuti paham ajaran yang dipeluknya. Oleh karena itu antara

metode ceramah dengan bentuk dakwah bil-lisan tidak ada perbedaan yang

prinsifil namun hanyalah berbeda istilah belaka (sinonim).19

2. Dakwah Bil-Qalam,

Yaitu dakwah dengan menggunakan tulis menulis berupa artikel atau

naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur

bulletin dan sebagainya.

Suatu cara atau retorika di dalam penyampaian isi dakwah dengan

cara melalui qalam (tulisan). Dalam hal ini dapat dicontohkan melalui

media cetak (surat kabar dan majalah).

Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan

kepada perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin

canggih memerlukan suatu adaptasi terhadap kemajuan ini, artinya dakwah

dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan

ragam mad’u. atau dengan bahasa lain dakwah yang demkian merupakan

dakwah yang komunikatif. 20

3. Dakwah Bil-Haal,

Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang

langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan

karya subjek dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah.21 Dakwah

Bil-Haal adalah suatu istilah yang terdiri dari dua kata yang digabungkan yaitu

19

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam…, h. 104-105 20 Hamzah Ya’kub,

Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership (Bandung: Di Ponegoro, 1972), h. 47-48

21

(29)

kata dakwah dan kata hal ( ح ) yang berarti berubah, haal ( ح) berarti

hal ikhwal. Haal ( ح) bisa juga berarti perpindahan, gerakan (gerak),

berarti menunjukkan keadaan.22

Kata bil-haal berarti menunjukkan suatu keadaan atau tindakan,

sedangkan dakwah secara umum mengandung arti suatu usaha untuk

merubah dan memperbaiki keadaan yang kurang baik kearah yang lebih

baik dalam kaitan ini dakwah bil-haal sebagai uraian dalam upaya dakwah

dengan menggunakan metode praktis dalam menjalankan dan

memperaktekan ajaran agama itu sendiri.

Secara umum pengertian dakwah bil-haal adalah segala gerak amal

perbuatan dalam berinteraksi terhadap sesama manusia, alam dan

lingkungannya, baik perbuatan itu berupa ibadah, akhlak maupun

muamalah yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam untuk mencapai

keridhoan Allah.

Pengertian dakwah bil-haal secara luas adalah seluruh kegiatan

dakwah di dalam bentuk perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan

suatu lingkungan masyarakat. 23

bil-haal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan yang

meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap

individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah.

Dakwah bil-haal dapat dilakukan misalnya, dengan tindakan nyata yang

dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara kongkrit oleh

22

Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penterjemah Al-Qur’an, 1973), h. 111

23

(30)

masyarakat, seperti pembangunan rumah sakit atau fasilitas-fasilitas yang

digunakan untuk kemaslahatan umat.24

D. Metode dan Materi Dakwah

1. Metode Dakwah

Secara etimologi, kata metode berasal dari dua kata, yaitu meta yang

berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian,

arti metode ialah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu

tujuan.25

Metode dakwah dapat diaktualisasikan melalui dakwah yang

disampaikan dengan hikmah, mauizzah hasanah dan mujadalah dengan

cara yang baik dan tidak menggunakan paksaan ataupun kekerasan. Selain

itu juga dengan melalui Tarbiyah Islamiyah yang asasnya adalah minhaj

al-qur’an dan metode rasul yaitu dengan menanamkan akhlak yang mulia,

nilai-nilai kehidupan yang kokoh dan pemahaman Islam yang benar. Serta

mendirikan bangunan Islami sebagai tempat mereka dididik dengan

pendidikan Islam. 26

Metode dakwah sangat diperlukan dalam proses dakwah guna

keberhasilan dan perkembangan dakwah Islam. Tanpa metode dakwah

yang tepat dan sesuai dengan kontekstualitasnya, sulit rasanya

perkembangan dakwah akan berhasil dengan baik.

24

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 223

25

M. Munir, S. Ag, M.A., dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 6

26Jum’ah A

(31)

2. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang

secara murni tertulis dalam Al-qur’an dan diperjelas oleh Nabi

Muhammad SAW dalam Al-Hadits sebagai sumber utama materi dakwah.

Berkaitan dengan materi dakwah ini Barmawy Umari menjelaskan bahwa

materi dakwah ada sepuluh bagian, yaitu:

a. Aqidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian aqidah Islamiah

yang berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala

perinciannya.

b. Akhlak, yaitu menerangkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan

akhlakul mazmumah (akhlak yang tercela) dengan segala dasarnya,

hasilnya dan akibatnya, kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang

telah berlaku dalam sejarah.

c. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi

soal-soal ibadah, muamalat, ahwalus syakhsiah yang wajib diamalkan oleh

setiap muslim dan masalah lainnya.

d. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki

Islam antar penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap

golongan lain (non) muslim.

e. Sosial, yaitu yang mengemukakan bagaimana solidaritas menurut

hukum agama, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai dengan

ajaran Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi.

f. kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak

(32)

kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi sesuai dengan ruang

dan waktu.

g. Kemasyarakatan, yaitu menguraikan kontruksi masyarakat yang penuh

ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

h. Amar Ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik guna

memperoleh sa’adatuddaraini (Kebahagiaan dunia akhirat).

i. Nahi Munkar, yaitu melarang manusia dari perbuatan jahat agar

terhindar dari malapetaka yang akan datang.27

E. Sekilas Tentang Da’i

1. Pengertian Da’i

Da’i secara etimologis berasal dari Bahasa Arab, bentuk isim fa’il

(kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang

melakukan dakwah. Secara terminologis da’i yaitu setiap muslim yang

berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwa. Jadi dai

merupakan orang yang melakukan dakwah, atau dapat diartikan sebagai

orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad’u).28

Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya da’i

hendaknya memiliki kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologis) atau

kepribadian yang bersifat jasmaniah (fisik).29

Da’i di sini bukanlah sekedar seorang Khatib yang berbicara dan

memengaruhi manusia dengan nasihatnya, suaranya, serta kisah-kisah

yang diucapkannya. Bukan itu saja, seorang da’i haruslah mengerti hakikat

27

Barmawy Umar, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: CV. Ramadhani, 1987). Cet. Ke-2. h.57-58

28

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah ...., h. 261

29

(33)

Islam, dan dia tahu apa yang sedang berkembang dalam kehidupan

sekitarnya serta semua problema yang ada.30

a. Kriteria Seorang Da’i

Apabila seseorang ingin menjadi da’i maka ia harus memiliki

kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki kualifikasi akademi tentang Islam.

2) Memiliki monsistensi antara amal dan ilmu.

3) Santun dan lapang dada.

4) Pemberi.

5) Tidak mengharapkan pemberian orang lain.

6) Qana’ah dan kaya hati.

7) Mampu berkomunikasi.

8) Memiliki ilmu Bantu yang relevan.

9) Memiliki rasa percaya diri dan rendah hati.

10)Tidak kikir ilmu.

11)Anggun.

12)Selera tinggi.

13)Sabar.

14)Memiliki nilai lebih, seperti wara’ dan keterampilan31.

Para da’i dan da’iyah memiliki peranan yang sangat penting

dalam setiap perkembangan dakwah. Menjadi seorang da’i tidaklah

mudah. Da’i harus memiliki bekal dan persiapan. Memahami secara

mendalam ilmu, makna-makna serta hokum-hukumnya terkandung

30

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah…, h. 263. 31

(34)

dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Bentuk pemahaman ini adalah

pertama, paham terhadap aqidah Islam dengan baik dan benar,

berpegang teguh pada dalil Al-Qur’an, As-sunnah dan Ijma’ Ulama

Ahlussunnah wa Jam’ah. Kedua, pemahaman terhadap tujuan hidup

dan posisinya di antara manusia. Ketiga, pemahaman terhadap

ketergantungan hidup untuk akhirat dengan tidak menunggalkan

urusan dunia.32

b. Tugas Seorang Da’i

Tugas da’i adalah tugas para rasul. Para rasul merupakan panutan

seluruh da’i.33 Di antara panutan yang paling utama adalah Nabi

Muhammad s.a.w. sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Ahzab:

45-46 yang artinya sebagai berikut:

















Artinya: “Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru lepada Agama Allah dengan izan-Nya dan

untuk jadi cahaya dan menerangi.” (al-Ahzab: 45-46).

Dari Surat di atas bisa diambil kesimpulan bahwasanya tugas

seorang da’i adalah sebagai pemberi pengetahuan tentang ke Islaman

yaitu jalan Allah yang lurus kepada orang-orang yang belum

mengetahui tentang pengetahuan tersebut. Lebih jelasnya Allah

menerangkan lebih lanjut tentang tugas seorang da’i dalam firmannya

dalam surat al-Hajj ayat 67 yang artinya :

32

Dr. Akhmad Mubarrok, MA, Psikologi Dakwah…, h. 153

33 Sai’d al-Qahtani,

(35)

….







Artinya: “Dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesunggguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” (QS. Al -Hajj: 67).

Dengan tambahan ayat di atas jelaslah bahwasanya tugas sorang

da’i adalah sebagai penyeru, sebagai pembawa kabar tentang agama

Allah, mengajarkan kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Amar

Ma’ruf Nahi Munkar.





















Artinya: ”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab berima, tentulah itu lebih baik bagi mereka: di antara mereka yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Ali Imran:110).

c. Senjata dan Strategi Da’i

Seorang da’i memerlukan senjata dan strategi berdakwah yang

jitu, yang di antaranya adalah:

1) Pemahaman yang mendalam yang didasarkan pada ilmu yang

dimiliki sebelum melakukan tugas dakwah. Pemahaman tersebut

juga harus didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits.

2) Beriman kepada Allah secara mendalam yang dapat membawa

pengaruh, cinta-Nya, takut dan berharap kepada Allah serta

mengikuti jejak langkah Rasulullah s.a.w. dalam segala hal.

(36)

s.w.t. di dalam segala hal, selalu bergantung kepada-Nya, selalu

bertawakkal, memohon pertolongan, ikhlas kepada-Nya serta selalu

Jujur dalam segala percatan dan perbuatan.34

F. Kehidupan Pemulung dan Anak Jalanan

1. Pemulung

Pemulung adalah pemungut sampah (barang bekas, sisa) yang

bekerja mandiri tanpa anak buah serta menjualnya kepada penampung.

Modal mereka biasanya didapat dari penampung tetapi banyak di antara

mereka yang bekerja tanpa modal. Biasanya pemulung tinggal dimana

saja, atau di tempat penampung, dan mereka memuat sampahnya ke dalam

keranjang yang digendong di dalam gerobak dan didorong sendiri.35

Jika berbicara tentang pemulung maka lekat sekali dengan

penampung karena penampung adalah orang yang menampung semua

hasil sampah pemulung yang dapat bekerja sendiri atau dibantu oleh istri,

suami anak atau pembantu. Penampung mempunyai modal, bertempat

tinggal tetap dan mempunyai kendaraan motor, truk atau jip. Kata lain

yang populer di Jakarta untuk penampung ini adalah “lapak” dan orang

seperti itu dipanggil akrab oleh anak buahnya dengan kata “boss”36.

Penampung kecil biasanyanya mengkoordinir beberapa pemulung

dan menyerahkan hasil barang bekas perolehannya pada penampung besar.

Sedangkan penampung besar biasanya memiliki tanah yang luas serta

34 Sai’d al-Qahtani, Menjadi Da’

i yang Sukses, …., h.86-87 35

Chaidir Anwar Makarim, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatnnya di Jakarta Timur, (Jakarta: Universitas Tarumanegara, 1990), h. 2

36

(37)

mengkoordinir pemulung dan penampung kecil dan menyerahkan

barangnya ke agen atau langsung ke pabrik.37

a. Area Pemukiman Pemulung

Areal pemukiman pemulung umumnya disediakan oleh para

penampung dengan cara kontrak atau tanah milik penampung

pribadi.38 Namun demikian, secara rinci tipe pemukiman pemulung

dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:

1) Pemukiman terbuka, pemukiman tanpa lindungan tertutup atau

shelter seperti di emper toko, kolong jembatan, dan fasilitas umum

lainnya39.

2) Pemukiman tertutup, pemukiman dengan lindungan tertutup atau

shelter, yang masih terdiri dari dua macam, yaitu: 1) pemukiman di

lokasi sampa, dalam gubuk seng atau kardus bekas, dan 2)

pemukiman di lokasi penampung, dalam tempat bersama yang liar

di pinggir sungai, di bawah jembatan, di sepanjang rel kereta api,

tempat adanya air dan penerangan40.

b. Ruang Gerak Kerja Pemulung

Ruang gerak kerja pemulung biasanya tergantung pada daerah

operasi mereka yang pada akhirnya juga tergantung dari permintaan

pemulung tempat pasaran dan situasi kegiatan ekonomi yang paling

menentukan.41

37

Chaidir Anwar Makarim, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatnnya ..., h. 2

38

Chaidir Anwar Makarim, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatnnya ..., h. 2

39

Chaidir Anwar Makarim, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatnnya ..., h. 9

40

Chaidir Anwar Makarim, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatnnya ..., h. 9

41

(38)

Misalnya, stock kertas bekas di luar bulan-bulan perbelanjaan

ramai seperti tahun baru atau lebaran sedang berkurang sehingga

import diaktifkan, maka penampung merasa harga jual terlampau

rendah dan otomatis mereka berpindah kejenis barang lainnya untuk

sementara waktu.42

2. Anak Jalanan

Mereka yang disebut anak jalanan sejati adalah anak yang

menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk bekerja dan

bersosialisasi dengan orang lain, usia mereka bervariasi.43

Survei yang dilakukan oleh Sanusi tahun 1995 di DKI Jakarta dan

Surabaya terhadap 300 responden, mengungungkapkan bahwa 2.3% atau

sebgian kecil dari mereka berusia di bawah 6 tahun dan lebih dari 70%

berusia 6-15 tahun. Sebanyak 19%-24% berusia 16-18 tahun.44

Anak jalanan seringkali diasosiasikan dengan anak jalanan laki-laki.

Informasi mengenai anak jalanan perempuan masih sangat minim di

Indonesia. Survei berskala kecil dengan responden sebanyak 300 anak atau

kurang, mengungkapkan bahwa 90% dari anak jalanan adalah laki-laki.

Dalam kebanyakan kasus, anak jalanan dipersepsikan berkaitan dengan

industri seks komersial anak-anak.45

Pendapat umum mengemukakan bahwa anak jalanan dipersepsikan

sebagai pembuat masalah atau anak nakal. Orang yang tinggal di

42

Chaidir Anwar Makarim, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatnnya di Jakarta Timur, Op. cit h. 9

43

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di Indonesia: Analaisis Situasi, (Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya Jakarta, Departemen Sosial, UNICEF, 1999), h. 100

44

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 100

45

(39)

komunitas pinggiran seringkali harus melakukan perilaku yang tidak dapat

diterima masyarakat untuk mengisi perut dan hiduo sebagai manusia.

Perilaku mereka dapat dikatakan sebagai konsekuensi logis dan stigma

sosila dan pengucilan yang mereka alami.46

Persepsi orang mengenai anak jalanan ini sebenarnya berhubungan

dengan bagaimana masyarakat memerlakukan mereka (menolak dan

merendahkan), dan situasi ini memaksa mereka untuk berperilaku sesuai

dengan persepsi masyarakat terhadap mereka.47

a. Faktor Penyebab

Banyak yang berpendapat bahwa kemiskinan adalah faktor utama

yang menyebabkan anak untuk bekerja dan hidup di jalanan. Namun

kemiskinan bukanlah faktor utama anak-anak hidup dan mencari

nafkah di jalanan. Faktor-faktor lain adalah sebagai berikut:

1) Faktor sosio-ekonomik makro, kegagalan kebijakan ekonomi

makro dalam menempatkan kebutuhan keluarga dan anak-anak

sebagai prioritas. Ditinggalkannya sektor pertanian berskla kecil,

pemilihan industri dan kebun di area pinggiran, secara umum tidak

memerhitungkan mengenai keluarga dan anak-anak sebagai subjek

pembangunan nasional.48

2) Berkurangnya modal sosial dalam masyarakat, pentingnya modal

sosial sebagai indikator ekonomi keluarga terkadang tidak digubris

46

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …,h. 102

47

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …,h. 102

48

(40)

oleh orang tua khususnya ayah. Dan ini menyebabkan anak harus

rela hidup di jalan untuk mencari nafkah.49

3) Kejadian traumatik, sejumlah anak jalanan berasal dari keluarga

yang mengalami trauma akibat bencana.50

4) Sektor ekonomi informal di daerah perkotaan, sektor informal di

perkotaan merupakan magnet kuat yang menarik anak-anak miskin

untuk membantu keuarga mencari nafkah.51

5) Keberadaan subkultur jalanan, bagi anak-anak yang ditinggalkan

orang tua atau melarikan diri dari keluarga, komunitas jalanan

menyediakan subkultur alternatif bagi mereka sendiri. Dalam

subkultur ini, seorang anak dapat menjadituan atas dirinya sendiri.

Mereka mempunyai kelompok kecil tersendiri yang tidak terlalu

terikat, dengan budaya yang memadukan kebebasan dan

kesetiaan.52

G. Yayasan

1. Pengertian Yayasan

Dalam edisi khusus ensiklopedi Indonesia dikatakan bahwa yayasan

itu adalah badan hukum, yang artinya mempunyai akte atau surat wasiat

untuk tujuan tertentu dan dijalankan oleh pengurus atau pimpinan yayasan.

Yayasan juga bukanlah lembaga yang sengaja didirikan untuk mencari

keuntungan.53

49

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …,h. 105

50

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 110 51

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …,h. 111

52

Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …,, h. 112

53

(41)

Yayasan juga bisa diartikan sebagai badan hukum yang didirikan

dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan sebagainya,

dan mempunyai modal atau anggaran.54 Yayasan juga bisa di maknai

sebagai badan atau lembaga yang didirikan oleh orang-orang yang

memang mempunyai tujuan bersama, mempunyai tugas dan tanggung

jawab dan jauh dari mencari keuntungan tetapi harus mempunyai modal

demi kelangsungan berdirinya lembaga tersebut.

Menurut R. Ali Ridho dalam bukunya yaitu “Badan Hukum dan

Kedudukan Badan Perseroan, Yayasan wakaf” : yayasan adalah suatu

badan hukum yang dilahirkan oleh pernyataan sepihak. Pernyataan itu

harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tertentu dengan

menunjukkan bagaimana kekayaan itu diurus dan digunakan55.

Jadi dapat diambil benang merah bahwasanya yayasan mempunyai

beberapa kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Yayasan merupakan badan hukum. Artinya yayasan secara hukum

dianggap bisa melakukan tindakan-tindakan yang sah dan mempunyai

akibat hukum walaupun nanti secara nyata yang bertindak adalah

organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas maupun pengurusnya.

b. Yayasan memiliki kekayaan yang dipisahkan. Artinya, yayasan

mempunyai aset, baik bergerak maupun tidak, yang pada awalnya

diperoleh dari modal atau kekayaan yang telah dipisahkan. Maka,

54

W.J.S. Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 1154

55

(42)

yayasan secara hukum memiliki kekayaan sendiri yang terlepas dan

mandiri.

c. Yayasan mempunyai tujuan tertentu yang merupakan pelaksanaan

nilai-nilai , baik keagamaan, sosial, maupun kemanusiaan. Dari hal ini

diketahui bahwa yayasan sejak awal didesain sebagai organisasi

nirlaba yang tidak bersifat untuk mencapai keuntungan (profit

oriented) sebagaimana badan usaha, seperti perseroan terbatas, CV,

Firma dan lain-lain.Pemisahan harta kekayaan tersebut sebenarnya

bertujuan mencegah jangan sampai kekayaan awal yayasan masih

merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendiri. Jika

tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan

milik pendiri yayasan.

d. Yayasan tidak mempunyai anggota. Maksudnya, yayasan tidak

mempunyai semacam pemegang saham sebagaimana perseroan

terbatas atau sekutu-sekutu dalam CV atau anggota-anggota dalam

badan usaha lainnya. Namun, yayasan tentu saja digerakkan oleh

organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas dan terlebih lagi peran

utama pengorganisasian yayasan berada di tangan pengurus dengan

pelaksana hariannya.

2. Hubungan Yayasan dan Dakwah

Jika kita menelaah antara hubungan yayasan dengan dakwah bisa

disimpulkan bahwasanya yayasan adalah wadah atau saluran untuk

(43)

mendukung maka dakwah dapat terorganisir dengan baik. Namun harus

diingat dakwah seperti halnya yayasan adalah untuk kepentingan bukan

untuk mencari keuntungan.

Seperti halnya yayasan MAI (Media Amal Islami) yang didirikan

untuk mengentaskan problem kaum bawah seperti halnya pemulung dan

anak jalanan. Di sini bisa dilihat bahwasanya yayasan ini bukan mencari

keuntungan untuk mencari uang dari pembinaan komunitas pemulung dan

anak jalanan namun lebih dari itu adalah sebagai pembimbing mereka

dalam mengentaskan kesulitan mereka dengan pencerahan dakwah Islam.

Dan hal tersebut bukanlah mencari keuntungan tetapi lebih kepada

kepentingan untuk menyosialisasikan dakwah Islam.

3. Tujuan Dan Kegiatan Usaha Yayasan

Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi

dan dilihatdari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial.

Dari sejak awal, sebuah yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial

atau untuk mencari keuntungan, akan tetapi tujuannya tidak lebih dari

membantu atau meningkatkan kesejahteraan hiduporang lain.Keberadaan

yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat, yangmenginginkan

adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,

keagamaan, dan kemanusiaan. Dengan adanya yayasan, maka segala

keinginan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, itu diwujudkan di dalam

(44)

Keberadaan Yayasan sebelum berlakunya Undang – Undang

Nomor 16 Tahun 2001 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Yayasan, menimbulkan berbagai kontroversi sebab yayasan yang pada

dasarnya bertujuan untuk kepentinganmasyarakat, seringkali justru

dijadikan wadah melakukan perbuatan melanggarhukum. Yayasan yang

demikian, umumnya telah menyimpang dari maksud dantujuan yang telah

ditetapkan dalam Anggaran Dasarnya. Usaha yang semuladifokuskan pada

usaha yang bersifat sosial dan kemanusiaan itu dibelokkan arahnya

sehingga kepentingan individulah yang diprioritaskan. Selain itu, beberapa

yayasan melakukan usaha layaknya badan usaha yang bertujuan mengejar

keuntungan.Dengan mengejar keuntungan, Yayasan itu umumnya tidak

segan untuk melakukan tindakan melawan hukum dan bertentangan

dengan kepentingan umum.

Dengan bergesernya fungsi yayasan menjadi suatu badan usaha

mengakibatkan tujuan aslinya menjadi kabur, salah arah, dan hampir –

hampir tidak terkendali. Tampak disini yayasan digunakan untuk

menjalankan usaha bisnis dan komersial dengan segala aspek

manifestasinya.

Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini, maka semakin

berkembang dan bertumbuhanlah yayasan – yayasan di Indonesia dengan

cepat, pertumbuhan mana tidak diimbangi dengan pertumbuhan peraturan

dan pranata yang memadai bagi yayasan itu sendiri, sehingga masing –

masing pihak yang berkepentingan\ menafsirkan pengertian yayasan

(45)

Dalam rangka menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar

yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan

prinsip keterbukaan dan akutabilitas kepada masyarakat, maka pada

tanggal 6 Agustus 2001 disahkan Undang – Undang Yayasan Nomor 16

Tahun 2001 yang mulai berlaku sejak tanggal 6 Agustus 2002 dan diubah

dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, yang diundangkan pada

tanggal 6 Oktober 2004 dan berlaku sejak tanggal 6 Oktober 200556.

Pengundangan Undang – Undang Yayasan ini dimaksudkan untuk

menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman

yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, sehingga dapat

mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka

mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

Tujuan dari Undang – Undang ini, memberikan pemisahan antara

peran yayasan dan peran suatu badan usaha yang didirikan, dalam hal ini

yayasan sebagai pemegang saham dalam suatu badan usaha tersebut

karena adanya penyertaan modal maksimal 25% dari kekayaan yayasan,

agar tidak terjadi benturan kepentingan dan tumpang tindih kepentingan,

terlebih bila terjadi masalah yang timbul jika ada larangan terhadap organ

yayasan.

Pasal 1 angka (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan jelas

menegaskan bahwa Yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan.

56

(46)

Pada pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang – Undang Nomor 16

Tahun 2001 memperkenankan yayasan untuk melakukan kegiatan usaha

ataupun mendirikan suatu badan usaha. Pasal 3 ayat (1) Undang – Undang

Nomor 16 tahun 2001 menyebutkan :

” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian

maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut

serta dalam suatu badan usaha.”

Pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 ketentuan pada

Pasal (3) ini tidak diubah tetapi penjelasan pasal ini mempertegas bahwa

yayasan tidak dapat digunakan sebagai wadah usa

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pemanfaatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) perlu diadakannya observasi kelas agar materi yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat diterima secara optimal sesui

adalah suatu ketrampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak,.. yang didahului dengan ketrampilan menyimak, dan pada massa

t Pembangunan sumber Daya Manusia dalam Format Negara 279 Dengan demikian, persentasi yang dapat digunakan untuk kesejahtera an nl&lt;yat. juga

(a) After satisfaction of conditions precedent, the Borrower may obtain disbursements of funds under the Loan for the Foreign Exchange Costs of goods or

The analysis of this study comes into a conclusion that Surangkhanang portrayed the conflicts faced by Thai prostitutes by narrating both intrapersonal and interpersonal

Sekretaris dituntut tidak hanya untuk membantu tugas pimpinan, namun turut berpartisipasi dalam membantu kelancaran aktivitas organisasi serta meningkatkan efisiensi kerja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelabuhan Tanjung Perak memiliki arti penting bagi perekonomian Jawa Timur, yaitu sebagai pintu gerbang perdagangan dan fasilitator