• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kebijakan go public terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT.Bank Panin Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kebijakan go public terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT.Bank Panin Syariah"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRACT

Hasbi Siraj. 1111046100079. The Influence of Go Public Policy to Financial Health Level in PT. Bank Panin Syariah. Concentration of Islamic Banking, Muamalat Department (Islamic Economics), Faculty of Sharia and Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. xiv pages + 73 pages + 5 pages.

The needed of big funds inspired the companies to sell a part of its shares in the capital market. One of methods that used here is to be a public company (go public). PT. Bank Panin Syariah since January 15, 2014 has officially listed its shares on the Indonesia Stock Exchange and become the first Islamic bank to go public. This research aims to (1) analyze the financial health level of PT. Bank Panin Syariah before going public, (2) analyze the financial health of PT. Bank Panin Syariah after going public, and (3) analyze the influence of the go public policy to the financial health of PT. Bank Panin Syariah.

The data which is used in this research is the secondary data, they are qualitatively and quantitatively data. The data were obtained from literature studies, internet, journals and literature relevant to the research. The used of data analysis method is to compare the financial health of bank pre- go public with post- go public. The used of the analysis was the analysis of financial ratios of components contained in RBBR (risk-based bank rating). The study began by analyzing the financial health of pre- and post- go public through ratios contained in the earnings and capital factors in RBBR the ROA (return on assets), NOM (net operating margin) and CAR (capital adequacy ratio). Further research continued on comparison phase between the financial health of the pre- go public with a post- go public by using comparison test paired-sample t test.

The results showed that before going public or in the period 2010 – 2013 Panin Bank Syariah overall changed to a better level. Likewise, after going public, Panin Bank Syariah showed significant growth. However, based on the results of further tests with comparison test paired-sample t test with SPSS 22, showed that only CAR ratio that represented the capital factor, there was the average difference between pre- and post- go public. While the ROA and NOM representing earnings factor, there was no average difference between pre- and post- go public.

Keywords: Go Public, ROA, NOM, CAR, Paired sample t test

(6)

vi ABSTRAK

Hasbi Siraj. 1111046100079. Pengaruh Kebijakan Go Public Terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. xiv halaman + 73 halaman + 5 halaman.

Kebutuhan dana yang besar menginspirasi perusahaan menjual sebagian sahamnya di Pasar Modal. Salah satu cara yang digunakan ialah menjadi perusahaan publik (go public). Bank Panin Syariah sejak 15 Januari 2014 secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan menjadi bank syariah pertama yang go public. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah sebelum go public, (2) menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah setelah go public, dan (3) menganalisis pengaruh kebijakan go public terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi kepustakaan, internet, jurnal serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan membandingkan kesehatan keuangan bank pra go public dengan pasca go public. Analisis yang digunakan adalah dengan analisis komponen rasio keuangan yang terdapat pada RBBR (risk-based bank rating). Penelitian dimulai dengan menganalisis kesehatan keuangan pra dan pasca go public melalui rasio yang terdapat pada faktor earning dan capital dalam RBBR yakni rasio ROA (return on assets), NOM (net operating margin) dan CAR (capital adequacy ratio). Selanjutnya penelitian dilanjutkan pada tahap perbandingan antara kesehatan keuangan pra go public dengan pasca go public dengan menggunakan uji beda paired-sample t test.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum go public atau pada periode 2010 – 2013 Bank Panin Syariah secara keseluruhan mengalami perubahan ke tingkat yang lebih baik. Begitu juga setelah go public, Bank Panin Syariah menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan. Namun berdasarkan hasil uji lanjutan dengan uji beda paired-sample t test dengan SPSS 22 menunjukan bahwa hanya pada rasio CAR yang mewakili faktor capital, ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public. Sedangkan pada rasio ROA dan NOM yang mewakili faktor earning, tidak ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public.

Kata Kunci : Go Public, ROA, NOM, CAR, Paired sample t test Pembimbing : Aini Masruroh, S.EI, MM

(7)

vii

KATA PENGANTAR

ِمْي ِحَرلا ِنَمْحَرلا ِه ِمْسِب Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat

dengan menurunkan islam sebagai petunjuk bagi umat manusia dengan ajaran yang

sempurna dan menyeluruh. Shalawat dan salam tercurahkan kepada sang pembawa

berita gembira, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari

kegelapan kepada cahaya, dari zaman jahiliyah ke zaman berperadaban.

Alhamdulilllah, penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Go Public

Terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah” telah dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit

tantangan dan dinamika yang dihadapi. Namun, atas bimbingan, kerja keras, bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak, memberikan semangat

bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris

Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum

(8)

viii

memberikan arahan dan semangat serta yang dengan sabar telah membantu proses

pengajuan judul hingga tahap akhir penyelesaian skripsi.

3. Ibu Aini Masruroh, S.EI, MM, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis serta telah

meluangkan waktu agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

5. Segenap Dosen dan Staf Akademik Faklutas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tambahan

ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi amal

jariyah yang terus mengalir sampai hari akhir.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sanusi, S.Pd dan Umi Nurhasanah yang telah

banyak memberikan semangat, inspirasi, saran, doa dan dukungan baik secara

moril maupun materil bagi penulis. Serta untuk kedua adik tercinta Khairunnisa

(Icut) dan Syihab Azkia (Eneng) yang selalu menjadi penyemangat kepada

penulis untuk menggapai kesuksesan.

7. Someone special in my heart, Siska Puspitasari yang selalu ada dan senantiasa menemani serta memberikan perhatian yang begitu besar untuk penulis agar terus

semangat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kawan-kawan Perbankan Syariah B 2011 yang selama empat tahun ini berjuang

(9)

ix

9. Kawan-kawan seperjuangan yang dipersatukan oleh Internasional Seminar FSH

dan menjadi keluarga kedua di Ciputat. Bunga, Suci, Rina, Wiza, Eko, Bu Indah,

Ka Indra, Ka Dayat.

10.Keluarga Ideologis, Center For Islamic Economics Studies (C.O.I.N.S) lembaga

kajian keilmuan yang selama ini menjadi tempat penulis berdiskusi dan

berdialektika serta mengembangkan diri.

11.Keluarga besar HMI Komfaksy, BEM FSH, HMPS Muamalat, Q-Pro Academy,

Pengurus Harian Pojok Bursa IPOT, KKN P.E.A.R.L yang menjadi tempat

penulis belajar berorganisasi dan bersosialisasi.

12.Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak

mengurangi rasa terima kasih.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat

ganda. Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal

mungkin memberikan yang terbaik. Akan tetapi penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan adanya beberapa

keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis

berharap Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.

(10)

x

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHANPEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Kerangka Pemikiran ... 10

G. Sistematika Penulisan... 12

(11)

xi

1. Bank ... 13

2. Bank Syariah ... 14

3. Go Public ... 16

4. Kesehatan Bank ... 22

5. Risk-based Bank Rating ... 23

B. Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III : METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

B. Jenis Penelitian ... 37

C. Metode Penentuan Sampel ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

1. Analisis Kesehatan Keuangan Bank Syariah ... 41

2. Uji Beda Paired sample t test... 45

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Singkat Bank Panin Syariah ... 47

B. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pra Go Public ... 50

C. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pasca Go Public ... 57

D. Analisis Hasil Uji Beda Paired sample t test ... 66

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 16

2.2 Penilaian Tingkat GCG ... 26

2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 34

3.1 Sumber Data Kuantitatif Penelitian ... 40

3.2 Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan ... 41

4.1 Corporate Values Bank Panin Syariah ... 49

4.2 Peringkat Profil Risiko ... 52

4.3 Hasil Self Assessment Penilaian GCG ... 52

4.4 CAR Bank Panin Syariah ... 55

4.5 Pemegang Saham Pra Go Public dan Pasca Go Public ... 58

4.6 Peringkat Komposit Profil Risiko dan GCG ... 61

4.7 Rasio Keuangan Bank Panin Syariah Pra Go Public dan Pasca Go Public ... 66

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 11

2.1 Proses Penawaran Umum Saham ... 21

3.1 Evaluasi Data Sekunder ... 39

4.1 Sejarah Singkat Bank Panin Syariah ... 48

4.2 Grafik Fluktuasi Laba Bersih ... 53

4.3 Grafik Fluktuasi BOPO ... 53

4.4 Grafik Fluktuasi ROA ... 54

4.5 Grafik Fluktuasi CAR ... 55

4.6 Grafik Pertumbuhan Total Aset ... 55

4.7 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ... 56

4.8 Grafik Perbandingan Total Ekuitas ... 59

4.9 Grafik Perbandingan CAR ... 59

4.10 Grafik Perbandingan Laba Bersih ... 60

4.11 Grafik Perbandingan BOPO ... 60

4.12 Grafik Perbandingan ROA ... 60

4.13 Grafik Perbandingan Total Aset... 62

(14)

xiv

4.15 Grafik Perbandingan NOM Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 ... 64

4.16 Grafik Perbandingan CAR Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 ... 65

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I :Ikhtisar Keuangan Bank Panin Syariah Periode 2010 – 2014

Lampiran II :Ikhtisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bank Syariah telah menjadi primadona lembaga keuangan di Indonesia. Terbukti

dari berbagai pencapaian yang diraihnya sejak pertama kali berdiri tahun 1992 yakni

Bank Muamalat Indonesia.

Prestasi yang sering dibicarakan terkait bank syariah tidak lain ialah prestasi

tentang pencapaian dalam meningkatkan pangsa pasar dan peningkatan pertumbuhan

aset. Sudah begitu banyak didengungkan dalam berbagai seminar, diskusi dan bahkan

pelajaran diruang-ruang kelas perkuliahan terkait dengan hal tersebut. Tidak terhitung

berapa banyak media cetak maupun media online yang menggemborkan berita positif

terkait bank yang dijalankan tanpa riba ini.

Total aset bank syariah di tahun 2011 berkembang begitu pesat. Bahkan

pertumbuhan total aset bank syariah pada saat itu mencapai angka 49%. Angka

tersebut meningkat dari Rp 97 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 149 triliun di tahun

2011.1

Dengan melihat pesatnya perkembangan keuangan syariah di Indonesia,

khususnya perbankan syariah. Optimisme terus ditancapkan oleh seluruh pihak yang

berkepentingan. Bahkan dalam ajang Global Islamic Finance Report (GIFR) 2011, Indonesia berhasil menempati peringkat keempat terbesar di dunia. Penilaian tersebut

1

(16)

didasarkan pada Islamic Finance Country Index (IFCI) dengan melihat pengembangan institusi keuangan di tiap negara. Peringkat Indonesia hanya berada dibawah negara-negara yang memang lebih dahulu menerapkan sistem keuangan

syariah yakni Iran, Malaysia dan Saudi Arabia.2

Sulit rasanya menghitung sudah berapa banyak raihan-raihan yang telah dicapai

bank dengan konsep bagi hasil tersebut. Bahkan hingga awal tahun 2014 kemarin

masih begitu banyak berita-berita yang bernada positif.

Hingga akhirnya mungkin pasar perbankan syariah di Indonesia mulai

menunjukan titik jenuhnya. Bank syariah yang sebelumnya terus memberikan raihan

positif dan bahkan digadang-gadang mampu menandingi eksistensi perbankan

konvensional yang lebih dulu hadir ternyata ditemukan banyak mengalami stagnansi.

Diberbagai daerah muncul pemberitaan yang kurang baik bagi pengembangan

bank syariah di Indonesia secara keseluruhan, salah satunya di daerah Riau. Bank

Indonesia menyatakan kondisi bank umum syariah untuk triwulan II-2014 di Provinsi

Riau menunjukkan kondisi yang relatif stagnan. Stagnansi ini terlihat dari

pertumbuhan aset, penghimpunan dana maupun pembiayaan yang lebih rendah dari

periode sebelumnya.3

Keadaan serupa juga terjadi di daerah lainnya. Salah satu yang cukup

mengkhawatirkan terjadi di daerah Banten. Daya tarik bank syariah dikatakan belum

2

Subkhan, Indonesia Berpeluang Jadi Pusat Perbankan Syariah Dunia, Tempo (www.tempo.co), 06 Februari 201, Diakses pada 4 Februari 2015

3

(17)

3

mampu menandingi daya tarik dari suku bunga perbankan konvensional yang

mengalami kenaikan dari 7,52% menjadi 7,93%. Ketidakberdayaan ini berdampak

pada pertumbuhan aset. Pertumbuhan aset perbankan syariah di Banten mengalami

anjlok pada kuartal II tahun 2014 menjadi 4,15% jika dibanding dengan pertumbuhan

sebesar 8,21% pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.4

Rupanya jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam bukan

menjadi jaminan perkembangan keuangan syariah bergerak cepat. Ini dibuktikan

dengan tidak beranjaknya pangsa pasar perbankan syariah yang hanya berkisar

diangka 5 persen. Dan total aset yang dimiliki perbankan syariah secara nasional

hanya Rp 250 triliun. Ini masih jauh dibandingkan dengan perbankan konvensional

yang mencapai Rp 5 ribu triliun.5

Untuk menganalisis permasalahan yang terjadi, Jagdish N.Sheth menjawab lewat

buku The Self Destructive Habits of Good Companies (2007). Menurutnya ada tujuh kebiasaan buruk perusahaan sukses yang menyeret mereka ke pusaran masalah dan

jurang keterpurukan. Tiga teratas adalah menolak realitas baru (denial), sombong (arrogance)dan berpuas diri atas pencapaian yang ada (complacency).6

Ketiga poin yang disampaikan oleh Sheth menjadi cambuk tersendiri bagi seluruh

pihak yang berkecimpung dalam pengembangan keuangan syariah di Indonesia.

4

Cahyo Eko, Stagnan, Industri Perbankan Syariah di Banten, Berita Moneter (www.beritamoneter.com), 21 Agustus 2014, Diakses pada 4 Februari 2015

5

Stagnan, Perkembangan Perbankan Syariah, Radar Jogja (www.radarjogja.co.id), 05 Januari 2015, Diakses pada 4 Februari 2015

6

(18)

Sehingga stagnansi yang terjadi menjadi suatu hal yang cukup serius untuk dikaji dan

mendapat perhatian khusus.

Banyak argumen yang dihasilkan dari berbagai pengamatan yang dilakukan

terkait stagnansi. Sebagian pendapat mengatakan bahwa lemahnya sumber daya

manusia dari sisi kualitas maupun kuantitas, kurangnya sosialisasi yang dilakukan

perbankan syariah, jaringan kantor yang masih sedikit dan regulasi yang belum

berpihak.7

Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi bank syariah, dibutuhkan sebuah

strategi pengembangan yang dapat mencakup keseluruhan aspek untuk diselesaikan.

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia beberapa waktu lalu dikatakan tengah

menggodok rancangan strategi untuk pengembangan pasar keuangan syariah pada

umumnya dan bank syariah khususnya. Strategi tersebut dikatakan harus memiliki

lima pilar utama, diantaranya adalah pengembangan instrumen keuangan syariah,

optimalisasi dana publik, supervisi regulasi, keterlibatan aktif dilembaga

internasional, dan sosialisasi.8

Dengan kelima pilar yang dipaparkan tersebut, jika realisasinya berjalan dengan

baik maka optimisme untuk pertumbuhan bank syariah kembali positif tentu kembali

meningkat. Inovasi produk ternaungi dalam pilar pertama, kemudian kesulitan

pendanaan dapat diatasi dengan pilar kedua, dan begitulah selanjutnya sampai pada

7

A. Syarifudin, Peluang dan Tantangan Bank Syariah. Jurnal Bimas Islam Vol.4 No.4 (2011). h.645

8

(19)

5

pemahaman masyarakat terkait dengan ekonomi islam dapat ditanamkan dengan

berbagai sosialisasi yang masif.

Dari lima pilar yang dikatakan mampu menjawab permasalahan stagnansi

perbankan syariah, sepertinya dapat dipersempit menjadi beberapa poin penting.

Salah satu yang terpenting adalah pilar kedua yakni optimalisasi dana publik. Pilar

kedua ini menjadi penting karena jika pilar kedua tidak terpenuhi, maka sangat besar

kemungkinan bahwa pilar kesatu inovasi produk dan pilar kelima sosialisasi tidak

dapat terlaksana. Argumennya cukup jelas, karena pilar kesatu dan kelima

memerlukan dana yang cukup besar untuk dilaksanakan.

Pilar pengembangan perbankan syariah yang berfokus pada penambahan modal

atau dana terdapat di pilar kedua. Dan tidak tanggung-tanggung bahwa dana yang

akan dioptimalisasi adalah dana publik yang begitu besar jumlahnya. Terlebih lagi

jika alternatif pilihan yang diambil adalah dengan menjadi perusahaan publik (Go Public).

Untuk menjadi perusahaan publik, bank syariah dapat melakukan penawaran

umum perdana (Initial Public Offering / IPO). Istilah Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) saham atau disebut juga sebagai Go Public dapat didefiniskan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham ditawarkan/dijual

kepada publik/masyarakat. Selain saham, istilah Penawaran Umum Perdana (IPO)

(20)

Namun untuk Go Public, istilah tersebut hanya berlaku untuk IPO saham atau penawaran umum perdana saham.9

Sedangkan dalam Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak

terdapat definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang dijelaskan adalah mengenai penawaran umum efek dan mekanismenya, dimana

saham dan obligasi termasuk dalam kategori efek. Perusahaan yang akan melakukan

IPO atau penawaran umum perdana harus mengajukan pernyataan pendaftaran

kepada Bapepam-LK untuk memperoleh pernyataan efektif.10

Awal 2014, tepatnya tanggal 15 Januari 2014, Bank Panin Syariah menjadi bank

syariah pertama yang mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia.11 Bank Panin Syariah yang notabene merupakan bank syariah yang lebih muda jika dibandingkan

dengan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri telah melakukan

penawaran saham perdana (Initial Public Offering / IPO).

Tentu menjadi hal yang patut ditelaah lebih dalam terkait dengan kebijakan yang

diambil bank Panin Syariah ini. Terlebih lagi kebijakan tersebut diambil ditengah

keadaan dimana bank-bank syariah besar belum melakukan penawaran saham

perdana.

Keputusan untuk go public merupakan keputusan bisnis yang dipilih setelah memperhitungkan berbagai manfaat dan konsekuensinya. Banyak sekali manfaat

9

Nor Hadi, Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis di Instrumen Keuangan Pasar Modal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.36

10

Ibid. h.36

11

(21)

7

yang dapat diperoleh perusahaan ketika menjadi perusahaan yang go public namun ada pula beberapa konsekuensi yang harus dipertimbangkan.

Keuntungan perusahaan yang go public dengan melakukan penawaran umum, diantaranya:12

 Perusahaan dapat meningkatkan potensi mendapatkan tambahan modal

daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing)

 Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham

utama dan pemegang saham minoritas

 Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder

 Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan

 Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan menawarkan opsi

(option)

Sedangkan konsekuensi dari go public adalah:

 Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran umum

 Meningkatkan pengeluaran dan pemaparan potensi kewajiban berkenaan

dengan registrasi dan laporan berkala

 Hilangnya control terhadap persoalan manajemen karena terjadi dilusi

kepemilikan saham

12

(22)

 Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan dan

pembagian deviden

 Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat sesuai

dengan perhitungan perusahaan

Jika dilihat sekilas, memang konsekuensi yang dihadapi perusahaan yang

melakukan go public tidak sebesar manfaat yang akan diraih. Diperlukan sebuah studi komprehensif lebih lanjut terkait dengan permasalahan yang dipaparkan diatas.

Berdasarkan urgensi dari kebijakan go public dan untuk merealisasikan pilar-pilar pengembangan keuangan syariah khususnya pilar kedua serta menjawab

kekhawatiran yang dihadapi pengambil keputusan di bank syariah, peneliti hendak

melakukan penelitian terkait dengan bagaimana pengaruh kebijakan go public yang dilakukan Bank Panin Syariah terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian dilakukan

dengan membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan kebijakan go public. Adapun judul dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Kebijakan Go Public terhadap

Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah”.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, agar tidak terlalu meluas pembahasannya

penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan membandingkan data dari laporan keuangan PT.

(23)

9

Namun, analisis deskriptif kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah

disajikan mulai tahun 2010.

2. Variabel yang diteliti adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam metode

Risk Based Bank Rating (RBBR) yakni pada faktor Earning dan Capital. Faktor Risk Profile dan Good Corporate Governance (GCG) tidak digunakan karena fokus penelitian hanya sebatas laporan keuangan bank yang

dipublikasikan. Adapun variabel yang diteliti adalah ROA, NOM, CAR.

C. Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penilitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra Go Public? 2. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pasca Go Public? 3. Bagaimana Pengaruh Kebijakan Go Public terhadap tingkat kesehatan

keuangan Bank Panin Syariah?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra Go Public 2. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pasca Go

Public

(24)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pihak Perseroan (Perbankan)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi

pihak manajemen perseroan dalam penetapan kebijakan terutama

menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan rasio keuangan.

b. Bagi Pihak Investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan berupa

sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan

dalam penentuan investasi.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan referensi

untuk memungkinkan penelitian lebih lanjut mengenai topik-topik yang

berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan atau melengkapi.

F. Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan perbankan merupakan hal yang menarik untuk dianalisis,

karena dengan melihat laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kondisi

keseluruhan bank tersebut. Dengan metode analisis yang tepat, dapat diketahui

bagaimana tingkat kesehatan bank. Metode analisis kesehatan perbankan terbaru

berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 adalah metode penilaian

(25)

11

Bank Panin Syariah

Laporan Keuangan Pasca Go Public

Analisis RBBR (Metode RGEC)

Paired Sample t Test

Kondisi Kesehatan Bank Pasca Go Public (ROA, NOM, CAR) Kondisi Kesehatan Bank Pra Go

Public (ROA, NOM, CAR)

Kesimpulan Laporan Keuangan Pra

Go Public

Analisis RBBR (Metode RGEC)

Dalam metode RBBR terdapat 4 (empat) faktor yang diperhitungkan, yakni Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan 2 (dua) faktor yaitu earning dan capital. Laporan keuangan yang digunakan berbeda, yakni, laporan keuangan pra dan pasca bank go public. Setelah diketahui kondisi tingkat kesehatan keuangan bank, maka analisis selanjutnya

[image:25.612.68.562.241.709.2]

adalah untuk mengetahui apakah kebijakan go public memiliki pengaruh atau tidak. Gambar 1.1

(26)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan

yang terdiri dari 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penilitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdapat uraian teori-teori terkait dengan bank, bank syariah, Go Public, Kesehatan Bank dan RBBR. Selain itu disajikan juga terkait dengan penelitian

terdahulu yang relevan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab terdapat pembahasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian,

metode penentuan sampel, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian berupa Profil terkait Bank Panin Syariah,

Kondisi kesehatan pra go public, Kondisi kesehatan pasca go public dan Analisis hasil Uji beda Paired-sample t test.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan

yang telah dibahas sebelumnya dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(27)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Bank

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari definisi bank diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu bank merupakan suatu

lembaga yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, seperti tabungan, deposito maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan

tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun

bentuk-bentuk lainnya. Maka bank bisa juga disebut sebagai lembaga perantara yang

bergerak dibidang keuangan (financial intermediary).

Berdasarkan UU No.10 Tahun 1998, terdapat dua cara yang dapat ditempuh oleh

bank dalam menjalankan usahanya, yaitu:

a. Secara Konvensional

Dalam hal ini bank menggunakan cara-cara yang biasa dipraktekan dalam dunia perbankan pada umumnya, yaitu menggunakan instrumen “bunga” (interest).

Bank akan memberikan jasa bunga tertentu kepada penabung, deposan atau giran.

Disisi lain, bank akan mengenakan jasa atau biaya bunga kepada debitur, tentunya

(28)

b. Prinsip Syariah

Pada butir 13 Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1998, dijelaskan bahwa “Prinsip

syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak

lain atau penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”.

2. Bank Syariah

Bank Syariah atau yang biasa disebut juga Bank Islam adalah bank yang

beroperasi dengan tidak menggunakan instrumen bunga (interest). Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan dengan berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, bahwa

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit

usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan usahanya. Sedangkan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

operasionalnya berdasarkan prinsip syariah.1

1

(29)

15

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Saat ini banyak istilah

yang diberikan untuk menyebut entitas bank islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa

Bunga (Interest-Free Bank) dan Bank Syariah (Sharia Bank) atau Bank Prinsip Bagi Hasil (Loss and Profit Sharing). Di Indonesia sendiri secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam memperguanakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.2

Dalam beberapa hal, bank konvensioanl dan bank syariah memiliki persamaan,

terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer

yang digunakan, syarat-syarat memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,

proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan

mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur

organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.3

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan

ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Sebagai pengawas

operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan syariah, maka

dalam struktur organisasinya terdapat Depan Pengawas Syariah.

Selain itu, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan

antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan

negeri, tetapi sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

2

Ibid, h.11

3Muhammad Syafi’I Antonio,

(30)

Adapun perbedaan bank syariah dengan bank konvensional disajikan pada tabel

[image:30.612.109.532.116.411.2]

berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Aspek Bank Syariah Bank Konvensional

Cara Memperoleh

Keuntungan

Jual-beli, Bagi Hasil, Jasa Bunga, Jasa

Produk Pembiayaan/Kredit Multiproduk Produk Tunggal (Kredit)

Lembaga Pengawas

OJK, BI, DSN MUI dan

DPS

OJK dan BI

Orientasi Bisnis Profit dan Falah Oriented Profit Oriented Sumber: data diolah

3. Go Public

Go Public dapat didefiniskan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Semua perusahaan tertutup memiliki

kesempatan untuk menjadi perusahaan publik dengan menawarkan dan menjual

sebagian sahamnya kepada publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak terdapat

definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang dijelaskan adalah mengenai penawaran umum efek dan mekanismenya, dimana saham dan

(31)

17

penawaran umum perdana harus mengajukan pernyataan pendaftaran kepada

Bapepam-LK untuk memperoleh pernyataan efektif.4

Adapun manfaat go public yang dikutip dari Buku Panduan Go Public yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh sumber pendanaan baru

Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk

ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan.

Dengan menjadi perusahaan publik, kendala tersebut akan lebih mudah

diselesaikan.

b. Memberikan keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) untuk pengembangan usaha.

Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak

competitive advantage untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang. c. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui

penerbitan saham baru.

Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah sau cara yang

cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha

perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa memiliki

nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya

diperdagangkan di Bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih

4

(32)

mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat merger atau

akuisisi tersebut.

d. Peningkatan kemampuan Going Concern

Kemampuan Going Concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat

mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan pembayaran

utang kepada pihak ketiga, perpecahan diantara para pemegang saham pendiri,

atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan dibidang usahanya.

e. Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image)

Dengan Go Public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut

untuk mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan

citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif

bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak

perusahaan yang berskala kecil hingga menengah karena dengan menjadi

perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi

setara dengan perusahaan besar lainnya yang telah memiliki skala bisnis yang

besar dan pengalaman historis yang lama.

f. Meningkatkan Nilai Perusahaan (Company Value)

Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa,

(33)

19

kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak

terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai

perusahaan secara keseluruhan.

Sedangkan konsekuensi yang harus diambil diantaranya, sebagai berikut:

a. Berbagi Kepemilikan

Hal ini dapat diartikan bahwa persentase kepemilikan akan berkurang. Banyak

perusahaan yang hendak Go Public merasa enggan karena khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu

dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual

kepada publik melalui proses Penawaran Umum (Initial Public Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat

mempertahankan kendali perusahaan.

b. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku

Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan

tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat

berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham,

pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai

pemenuhan peraturan tersebut karena terdapat pihak profesional yang dapat

dimanfaatkan jasanya untuk membimbing dan membantu pemenuhan peraturan

(34)

Proses penawaran umum saham dapat dikelompokan menjadi 4 tahapan utama

yang harus dilalui, yaitu:5

a. Tahap Persiapan

b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

c. Tahap Penjualan Saham (pemasaran dan penawaran umum)

d. Tahap Pencatatan di Bursa Efek Indonesia

Adapun untuk gambaran secara lebih terperinci, dijelaskan pada gambar dibawah

ini:

5

(35)
[image:35.612.77.571.105.623.2]

21 Internal Perusahaan Bapepam-LK (OJK) Pasar Sekunder Pelaporan Pasar Perdana Pra Pencatatan Proses Pencatatan Pasca Pencatatan Gambar 2.1

Proses Penawaran Umum Saham

Sumber: Nor Hadi (2013) 1. Rencana Go Public

2. RUPS 3. Penunjukan :

Underwriter  Profesi Penunjang  Lembaga Penunjang 4. Mempersiapkan Dokumen

5. Konfirmasi kepada Agen Penjual dan Penjamin Emisi 6. Kontrak

Pendahuluan dengan Bursa Efek 7. Public Expose 8. Penandatanganan Perjanjian 1. Emiten Menyampaikan Pernyataan Pendaftaran

2. Ekpose Terbatas di Bapepam-LK (OJK)

3. Evaluasi:  Kelengkapan

Dokumen  Kecukupan dan

Kejelasan Informasi  Keterbukaan 4. Komentar Tertulis

(36)

4. Kesehatan Bank

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank

wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi

dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan

strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga

menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan

masyarakat pengguna jasa bank.6

Perkembangan usaha bank yang senantiasa bersifat dinamis dan berpengaruh

pada tingkat risiko yang dihadapi, maka metodologi penilaian Tingkat Kesehatan

Bank perlu disempurnakan agar dapat lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan

di waktu yang akan datang. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar penilaian

Tingkat Kesehatan Bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan

fokus pada risiko yang signifikan, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

serta penerapan prinsip kehati-hatian. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan

menyempurnakan penilaian Tingkat Kesehatan Bank menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko dan menyesuaikan faktor-faktor penilaian Tingkat Kesehatan

Bank. Sesuai PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

6

(37)

23

Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank

berbasis risiko (RBBR) menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur

dalam PBI No.6/10/PBI/2004.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating) merupakan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi

penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan.

Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas

melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu. Karena penilaian

dilakukan secara komprehensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada

risiko yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada Bank dalam rangka

menetapkan tindak lanjut pengawasan.

Selain itu sejalan dengan penerapan pengawasan berdasarkan risiko maka

pengawasan tidak cukup dilakukan hanya untuk bank secara individual tetapi juga

harus dilakukan terhadap bank secara konsolidasi termasuk dalam penilaian tingkat

kesehatan. Oleh karena itu, penilaian Tingkat Kesehatan Bank juga harus mencakup

penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi.

5. Risk Based Bank Rating

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011, mentode penilaian

kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-base Bank Rating) merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian

(38)

Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Metode RBBR menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat Edaran Bank

Indonesia No. 13/24/DPNP adalah sebagai berikut:

a. Profil Risiko (Risk Profile)

Profil risiko menjadi dasar penilaian tingkat kesehatan bank pada saat ini

dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan

akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risiko yang

diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank terdiri dari:

1) Risiko Kredit

2) Risiko Pasar

3) Risiko Operasional

4) Risiko Likuiditas

5) Risiko Hukum

6) Risiko Stratejik

7) Risiko Kepatuhan

8) Risiko Reputasi

b. Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian terhadap GCG merupakan penilaian manajemen bank atas pelaksanaan

prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis atas pelaksanaan

prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana dimaksud pada kecukupan tata kelola

(39)

25

informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada data dan

informasi yang relevan.

Berdasarkan Surat Edaran BI, bank harus melaksanakan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu:

1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris

2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi

3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite

4) Penanganan benturan kepentingan

5) Penerapan fungsi kepatuhan

6) Penerapan fungsi audit intern

7) Penerapan fungsi audit ekstern

8) Penerapan manajemen risiko termasuk sistem

9) Pengendalian intern

10)Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) 11)Penyediaan dana besar (large exposure)

12)Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank

13)Laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal

14)Rencana strategis bank

(40)
[image:40.612.159.446.113.335.2]

Tabel 2.2

Penilaian Tingkat GCG

Kriteria Nilai

Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik

1.5 < Nilai Komposit < 2.5 Baik

2.5 < Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik

3.5 < Nilai Komposit < 4.5 Kurang Baik

Nilai Komposit > 4.5 Tidak Baik Sumber: Aditya Wira Perdana Setiawan (2012)

Semakin kecil nilai komposit self assessment GCG menunjukan semakin baik kinerja GCG perbankan. GCG merupakan mekanisme untuk mengatur dan

mengeloa bisnis serta untuk meningkatkan kemakmuran perusahaan. Mekanisme

GCG yang baik akan memberikan perlindungan kepada para investor dan

kreditur untuk memperoleh kembali hasil investasi dengan wajar, tepat dan

seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang

dilakukannya untuk kepentingan perusahaan.7

c. Rentabilitas (Earning)

Rasio Rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat

efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian

7

(41)

27

rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan

laba.8

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian tehadap kinerja,

sumber-sumber dan keberlanjutan dari rentabiltas bank. Penilaian dilakukan dengan

mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilias bank dan perbandingan kinerja bank dengan peer group baik melalui aspek kuantitatif maupun kualitatif.9

Adapun rasio utama yang digunakan dalam mengukur rentabilitas adalah Net Interest Margin (NIM) pada Bank Konvensional atau Net Operating Margin (NOM) pada Bank Syariah. NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga

terhadap rata-rata aktiva produktif. Sedangkan NOM adalah rasio yang digunakan

untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui

perbandingan pendapatan operasional dengan rata-rata aktiva produktif.

Selain NIM/NOM terdapat pula rasio penunjang dalam pengukuran rentabilitas

yakni Return On Assets (ROA). ROA adalah rasio rentabilitas yang menunjukan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukan tingkat

efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan.10

8Dwi Nur’aini Ihsan,

Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2013) h.99

9

Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan, h. 35

10Dwi Nur’aini Ihsan,

(42)

d. Permodalan (Capital)

Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam

menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula

digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan

yang dimiliki para pemegang sahamnya. Perhitungan aspek permodalan bank

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk

menanggung risiko yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank

kepada pihak lain.11

Dalam melakukan perhitungan permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan

permodalan, bank juga harus mengaitkan dengan profil risiko bank. Semakin

tinggi profil risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk

mengantisipasi risiko tersebut.12

Adapun rasio utama yang digunakan dalam aspek permodalan yaitu rasio

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai

rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki bank.

CAR sendiri yaitu merupakan rasio modal (Modal Inti + Modal Pelengkap +Modal Pelengkap Tambahan) setelah dikurangi dengan Penyertaan terhadap

11

Ibid, h. 90 12

(43)

29

Aktiva Teritmbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total

masing-masing aktiva bank setelah dikaitkan dengan masing-masing-masing-masing bobot risiko aktiva

tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang

paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR menunjukan nilai

aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.13 Dalam ATMR, aktiva yang dihitung mencakup aktiva yang tercantum dalam

neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Terhadap masing-masing jenis

aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarannya didasarkan pada kadar

risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri.

ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang

bersangkutan dengan bobot resiko dari pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva

adminstratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening

administratif yang bersangkutan dengan pos rekening tersebut. Langkah terakhir

dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian nominal pos –

pos aktiva neraca dengan bobot resiko.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank

yang sehat harus memiliki CAR minimal 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS).14

13

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h.93 14

(44)

B. Penelitian Terdahulu

Indah Suci Lestari (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009 – 2010”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis

perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, (2) Menganalisis kesehatan perseroan

pra IPO dengan analisis rasio keuangan, (3) Menganalisis kesehatan perseroan pasca

IPO dengan analisis rasio keuangan, (4) Menganalisis pengaruh IPO terhadap kinerja

keuangan perseroan.

Metode analisis data yang digunakan yaitu membandingkan kinerja keuangan

perseroan pra IPO dengan pasca IPO. Analisis yang digunakan untuk mengetahui hal

tersebut adalah dengan analisis rasio keuangan termasuk rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) di dalamnya. Penelitian dimulai dengan menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, lalu menganalisis kinerja

keuangan pra dan pasca IPO dengan analisis rasio, seperti ROA, ROE, NPM, OPM,

DER, PBV, EPS, PER, CAR, ATTM, NIM, BOPO, dan LDR. Setelah dianalisis

kinerja keuangan pada masing-masing periode, selanjutnya penelitian dilanjutkan

pada tahap perbandingan antara kinerja keuangan pra IPO dengan pasca IPO dengan

menggunakan uji beda paired-sample t test.

Hasil dari analisis perubahan struktur modal menunjukkan bahwa pendanaan bank

BJB lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan pendanaan dari

kewajiban jangka panjang. Pendanaan bank BJB di tahun 2010 mengalami perubahan

(45)

31

penawaran umum, pendanaan bank BJB 73,95 persennya diambil dari ekuitas

pemegang saham, sedangkan sisanya didanai oleh utang jangka panjang. Kinerja

keuangan bank BJB dari tahun ke tahun baik sebelum IPO maupun setelah IPO selalu

menempati peringkat komposit antara 1 dan 2 sehingga tergolong kategori baik/sehat.

Hal ini juga dibuktikan dengan tetap bertahannya harga saham bank BJB pada level

di atas Rp 1.100,00 di mulai dari saat IPO 8 Juli 2010 sampai 1 Maret 2011 yang

memiliki nilai PBV 2,34 kali.

Kemudian untuk hasil dari Paired-Samples t Test dengan SPSS 15, diperoleh t hitung < t tabel (1,899 < 2,201) dan signifikansi (0,084 > 0,05) sehingga Ho diterima,

ini artinya tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan antara sebelum IPO dengan

setelah IPO. Maka dapat disimpulkan bahwa IPO tidak mempengaruhi kinerja

keuangan bank BJB untuk periode 2009 hingga 2010.

Hening Asih Widyaningrum, dkk (2014) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank

Rating (RBBR) (Studi kasus pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia dalam sub sektor perbankan tahun 2012. Penilaian dengan

(46)

dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil

penelitian yang diperoleh dari Return On Asset menunjukkan masih terdapat bank yang tidak sehat dengan nilai Return On Asset di bawah 1,25%. Penilaian Net Interest Margin menunjukkan keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio

Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10% sehingga masuk ke dalam bank sehat.

Muhamad Ibadil M (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis pengaruh NPL, NIM, LDR, BOPO,

CAR, PDN, dan GCG terhadap tingkat kinerja keuangan perbankan yang diukur

dengan ROA. Metode pendekatan yang dipakai adalah RBBR, sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia SEBI 13/24/DPNP/2011. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah semua Bank Umum di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah

20 bank umum di Indonesia (periode 2008 – 2012). Pengambilan sampel yang

(47)

33

Berdasarkan hasil pengujian, dapat dicatat bahwa ROA dipengaruhi oleh NPL,

NIM, LDR, BOPO, CAR, PDN dan GCG. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial (t

test), uji penentuan koefisien dan tes signifikansi simultan (f test). Hasil penelitian

menunujukan bahwa NPL, NIM CAR dan BOPO berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja keuangan (ROA). Akan tetapi LDR, PDN dan GCG tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).

Nurul Shiyam Aprila (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia

dengan Menggunakan Metode RGEC Periode 2008-2012”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada Bank Muamalat

Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode RGEC

dan untuk mendeskripsikan perbedaan tingkat kinerja keuangan bank teresbut.

Peneilitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder.

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah independent sample t test dengan menggunakan SPSS 19.0.

Hasil analisis menunjukan bahwa secara keseluruhan kinerja kedua bank dari

metode analisis rasio keuangan yang ditinjau dari aspek REC pada periode

2008-2012 yang meliputi NPF1, NPF2, PDN, FDR, ROA, CAR1 dan CAR2 dapat diperoleh kesimpulan bahwa secara deskriptif kinerja Bank Syariah Mega Indonesia lebih baik

dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Analisis NPF1, NPF2, PDN, ROA dan CAR1 yang digunakan dalam analisis rasio keuangan pada Bank Muamalat Indonesia

(48)

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja. Akan tetapi untuk rasio FDR

dan CAR2 membuktikan terdapatnya perbedaan yang signifikan antara Bank

Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia.

[image:48.612.110.585.111.727.2]

Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu pada table berikut :

Tabel 2.3

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti dan Judul

Model Analisis & Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Indah Suci Lestari. Skripsi. IPB (2011)

Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009 – 2010

Uji beda paired sample t test

ROA, ROE, NPM, OPM, DER, PBV, EPS, PER, CAR, ATM, NIM, BOPO dan LDR IPO tidak mempengaruhi kinerja keuangan bank BJB untuk periode 2009 hingga 2010. - Penggunaan model analisis Uji beda paired sample t test - Tema penelitian terkait pengaruh IPO - Objek penelitian antara Bank Pembangunan Daerah dengan Bank Syariah - Penggunaan variabel penelitian

(49)

35

Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan

Menggunakan Metode Risk-based Bank Rating

(RBBR) (Studi pada Bank yang Terdaftar di BEI dalam IHSG Subsektor

Perbankan Tahun 2012)

CAR dan CAR

menunjukan keseluruhan bank sehat. - Penggunaan variabel penelitian ROA, CAR dan NIM (pada bank syariah NOM) di BEI dengan seluruh Bank yang listing di BEI

3 Muhamad Ibadil M. Skripsi. Universitas

Diponegoro (2013)

Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Regresi linier berganda Dependen : ROA Independen : NPL, NIM, LDR, BOPO, CAR, PDN dan GCG

Variabel NPL, NIM, CAR dan BOPO

berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan LDR, PDN dan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA - Penggunaan pendekatan metode analisis kesehatan Risk-based Bank Rating

(50)

Beberapa Komponen

Metode Risk-based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011) 4 Nurul Shiyam

Aprila. Skripsi. UIN Jakarta (2013) Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syaraiah Mega Indonesia Menggunakan Metode RGEC Periode 2008 – 2012

Independent sample t test

NPF1, NPF2, PDN, FDR, ROA, CAR1 dan CAR2

Variabel NPF1, NPF2, PDN, ROA dan CAR1 tidak terdapat perbedaan signifikan diantara kedua bank. Akan tetapi FDR dan CAR2 terdapat perbedaan yang signifikan. - Penggunaan pendekatan metode analisis kesehatan Risk-based Bank Rating - Penggunaan metode analisis yang sedikit berbeda antara paired sample t test dan

(51)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang bersifat mikroekonomi yakni PT Bank

panin syariah. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh yang diakibatkan oleh

kebijakan go public manajemen terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah. Analisis yang digunakan dengan cara membandingkan kondisi kesehatan

bank pra go public dan pasca go public yakni periode 2013 dan 2014. Namun, analisis deskriptif kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah disajikan mulai

tahun 2010.

Tingkat kesehatan keuangan bank tersebut dianalisis dengan metode RBBR (Risk Based Bank Rating). Dalam metode RBBR terdapat 4 faktor yang diperhitungkan yakni Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital (RGEC). Adapun variabel yang digunakan untuk melihat kesehatan keuangan bank tersebut

adalah ROA, NOM dan CAR yang terdapat dalam faktor earning dan capital. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh go public terhadap ROA, NOM dan CAR digunakan analisis dengan uji beda paired sample t test.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Data Sekunder atau yang dikenal

juga dengan nama Penelitian Meja (Desk Study). Dalam penelitian ini peneliti tidak perlu mencari data melalui survey, baik lewat kuesioner ataupun lewat wawancara.

(52)

hanya perlu untuk mengumpulkan melalui berbagai media baik cetak maupun

elektronik.1

Media cetak yang dapat dijadikan sumber diantaranya adalah buku-buku yang

relevan, laporan penelitian sebelumnya, jurnal-jurnal yang diterbitkan lembaga,

laporan prospektus perusahaan dan lain-lain. Adapun media elektronik yang dapat

dijadikan sumber adalah internet. Namun data yang diperoleh harus dievaluasi

sebelum dimasukan ke dalam laporan.

Evaluasi dari data sekunder yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara dibawah

ini:

1

(53)
[image:53.612.127.519.109.677.2]

39

Gambar 3.1 Evaluasi Data Sekunder

Sumber : Hendri Tanjung & Abrista Devi (2013) Apakah data dapat membantu

menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian?

Apakah data dapat diaplikasikan sesuai dengan

periode waktu penelitian?

Apakah data dapat diolah?

Pemakaian Data Dapatkah data yang dikumpulkan diverifikasi? Apakah terdapat kemungkinan

terjadi kesalahan? Apakah variabel yang diukur

adalah sebanding? Apakah istilah dan klasifikasi

variabel sesuai dengan data yang ada?

Apakah data dapat memenuhi sample yang diteliti?

Berhenti

Berhenti Berhenti

Relevan dengan

(54)

C. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder baik bersifat kualitatif maupun

kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal, serta

literatur-literatur terkait yang mendukung penelitian. Metode Pengumpulan data yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik sampling yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan

dengan tujuan atau masalah penelitian.2

Adapun data kuantitatif yang digunakan adalah yang bersumber dari laporan

keuangan Bank Panin Syariah. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan

keuangan triwulan dari periode maret 2013 – desember 2014. Periode tahun 2013

[image:54.612.93.551.513.638.2]

adalah laporan keuangan sebelum go public dan periode tahun 2014 adalah laporan keuangan setelah go public.

Tabel 3.1

Sumber Data Kuantitatif Penelitian

No Pra Go Public Pasca Go Public

1 Laporan Keuangan Bulan Maret 2013 Laporan Keuangan Bulan Maret 2014 2 Laporan Keuangan Bulan Juni 2013 Laporan Keuangan Bulan Juni 2014

3 Laporan Keuangan Bulan September 2013 Laporan Keuangan Bulan September 2014

4 Laporan Keuangan Bulan Desember 2013 Laporan Keuangan Bulan Desember 2014

2

(55)

41

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Kesehatan Keuangan Bank Syariah

Penelitian ini bertujuan membandingkan kesehatan keuangan Bank Panin Syariah

pra go public dan pasca go public. Kesehatan bank secara eksplisit direpresentasikan oleh rasio keuangan yang yang terdapat dalam faktor earning dan capital. Meskipun tidak menafikan bahwa pada akhirnya bank akan dinilai kesehatannya juga oleh

faktor lain. Namun informasi yang umumnya dikonsumsi publik adalah dalam bentuk

rasio keuangan.

Adapun dalam penelitian ini, rasio keuangan yang di analisis adalah ROA, NOM

[image:55.612.113.532.378.701.2]

dan CAR. Berikut ini Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan:

Tabel 3.2

Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan

Rasio Keterangan

Earning

ROA (Return On Assets)

1. Laba sebelum pajak adalah sebagaimana tercatat dalam laba rugi bank tahun berjalan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku mengenai Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang disetahunkan.

(56)

NOM (Net Operating Margin)

1. Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil adalah pendapatan penyaluran dana setelah dikurangi beban bagi hasil dan beban operasional. Pendapatan penyaluran dana meliputi seluruh pendapatan dari penyaluran dana, sedangkan bagi hasil meliputi seluruh beban bagi hasil dari penghimpunan dana. 2. Beban Operasional adalah beban operasional

termasuk bagi hasil dan bonus.

Capital

CAR (Capital Adequacy Ratio)

1. Perhitungan modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada ketentuan yang berlaku mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah

2. Rasio dihitung per posisi penilaian termasuk memperhatikan trend KPMM

Sumber: SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014 (data diolah)

Penjelasan singkat rasio keuangan untuk mengukur kesehatan bank:

a. Return On Assets (ROA)

Rasio ini digunakan bank untuk mengukur kemampuan manajemen dalam

memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata

total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan bank tersebut

(57)

43

bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset

adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. 3

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan rasio ini

dapat dinilai apakah bank efisien dalam memanfaatkan aktivitasnya pada

kegiatan operasional. Rasio ini juga

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Gambar 2.1 Proses Penawaran Umum Saham
Tabel 2.2 Penilaian Tingkat GCG
+7

Referensi

Dokumen terkait

membuktikan bahwa Teknik bermain jembatan manusia dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan harga diri Siswa Slow learner SMPN 29 Surabaya, hal ini dengan adanya

x Konsep acara yang ditawarkan menarik dan sesuai dengan fungsi PRO TV sebagai televisi lokal, karena tema yang diangkat tidak terpaku pada tren yang berkembang saat

Sehubungan dengan rangkaian seleksi perekrutan pegawai non pegawai negeri sipil Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dengan

Hal tersebut memperkuat hasil penelitian bahwa terdapat hubungan anatara informasi stunting pada akun instagram @1000_hari (Variabel X) dengan sikap followers

Sumber data mengenai strategi untuk pembelajaran ekstrakurikuler musik angklung di TK-TPA dan Kelompok Bermain Ananda Ceria Yogyakarta diperoleh dari hasil observasi,

Tiada bahagian daripada terbitan ini boleh diterbitkan semula dalam apa-apa bentuk, kecuali petikan ringkas dalam. kajian, tanpa kebenaran bertulis daripada penulis

Kemasan adalah elemen penting dalam suatu merek dagang, terutama perusahaan clothing, yang setiap produknya diwajibkan memiliki kemasan yang unik, kreatif, serta

Belanda membangun Kebun yang bernama Kebun Rojo (Kebun buah punya Bel- anda) (Wawancara dengan Bapak Marsudi). Setelah terjadi Nasionalisasi, perkebunan teh Jolotigo semuanya