STUDI ANTROPOLOGI PEMEKARAN WILAYAH
KABUPATEN SIMALUNGUN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Antropologi Sosial
Oleh :
ELFIAN LUBIS
8095255006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Elfian Lubis: Studi Antropologi Pemekaran Wilayah Kabupaten Simalungun. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Desember 2014.
Penelitian ini mengkaji secara antropologis pemekaran wilayah Kabupaten Simalungun melalui pendekatan proses pada antropologi politik untuk menganalisis motivasi para pihak yang berkepentingan (stakeholder) sebagai agent/actor di dalamnya. Untuk mengungkapkan data tersebut, digunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif dan pencarian data informasi secara akurat di lapangan melalui teknik observasi partisipasi, wawancara, dan studi dokumen untuk dapat membaca dan mengkaji secara mendalam.
Temuan penelitian yang didapat, adalah terjadinya tarik menarik kepentingan diantara agen/actor, artinya adalah fields/medan, yaitu sekumpulan dari orang yang terlibat dalam kejadian pemekaran Simalungun sepanjang waktu. Agen/actor ini bisa berasal dari pihak yang mendukung pemekaran Kabupaten Simalungun, baik wilayah Simalungun Atas (Induk) maupun Simalungun Bawah (Pemekaran) dalam usahanya untuk meloloskannya dari pendapat, gagasan, kepentingan dan latar belakang sosial budaya mereka. Konsep pendukung digunakan untuk menganalisis pendapat masyarakat Simalungun terhadap pemekaran wilayah menjadi dua kabupaten yang akan menjadi keputusan untuk disepakati. Konsep kekuasaan (power) digunakan untuk mengetahui sampai dimana pengontrolan terhadap sumber-sumber daya manusia, benda dan ideology, terkait adanya kesepakatan pemekaran wilayah. Walaupun sampai sekarang, Pembentukan Kabupaten Simalungun Hataran, masih belum final dan menunggu keputusan dari pemerintah pusat, hal ini diakibatkan dari pergantian kepemimpinan pasca PEMILU 2014.
ii ABSTRACT
Elfian Lubis: Anthropological Study of Regional Expansion Simalungun. Graduate Program University of Medan, December 2014.
This study examines the expansion anthropologically Simalungun district through a process approach in political anthropology to analyze the motivation of stakeholders (stakeholders) as agent / actor in it. To disclose such data, used descriptive qualitative method and data search information accurately in the field through participation observation, interviews, and document to be able to read and study in depth.
The research findings were obtained, is the occurrence of interests among agents / actors, means are fields / field, which is a set of people involved in the incident Simalungun expansion over time. Agent / actor could have come from those who support the expansion Simalungun, both regions Simalungun Atas (Induk) and Simalungun Bawah (Expansion) in an attempt to get away of opinions, ideas, interests and their socio-cultural background. Supporting concepts used to analyze public opinion against the splitting of Simalungun into two districts which would be a decision to be agreed. The concept of power (power) is used to determine the extent to which the control of the human resources, objects and ideology, related to the agreement of regional expansion. Although until now, Formation Simalungun Hataran, still not final and await the decision of the central government, it is result of a change of leadership after the PEMILU 2014.
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di program studi
Antropologi Sosial Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan diberikan
kekuatan dalam menyelesaikan tesis yang berjudul: “Studi Antropologi
Pemekaran Wilayah Kabupaten Simalungun”
Disamping itu, tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada. Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S. dan
Dra. Pujiati, M.Soc. Sc. P.hD. yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
memberikan bimbingan, arahan serta kritik terhadap penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rektor Unimed, Prof. Dr.
Ibnu Hajar, M.Si.; Direktur Pascasarjana Unimed, Prof. Dr. Muin Sibuea, M.Pd.;
Ketua Program Studi Antropologi Sosial, Dr. Phil. Ichwan Azhari MS. Kepada
seluruh staf pengajar Program Studi Antropologi Sosial disampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang diberikan, sehingga ilmu
tersebut dapat diaplikasikan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
Terima kasih yang mendalam untuk istri tercinta yang selalu menjadi
iv
ini. Kepada anakku tercinta yang senantiasa memberikan penyejuk dalam
kehidupan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan pada kedua orang tua.
Kepada teman-teman sesama angkatan XV, terima kasih atas
dialog-dialognya selama ini. Kepada seluruh informan, tiada terselesaikan penelitian ini
jika tidak adanya bantuan mereka.
Akhir kata, mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan atas segala
bantuan yang diberikan kepada penulis. Dan penulis menyadari bahwa isi tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan segala masukan
berupa kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini agar layak
untuk dipergunakan dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Medan, Desember 2014
Penulis.
Elfian Lubis
v
1.2.IdentifikasiMasalah ... 6
1.3.RumusanMasalah ... 7
1.4.TujuanPenelitian ... 7
1.5.ManfaatPenelitian ... 7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1.PenelitianSebelumnya ... 9
2.2.Teoritis ... 14
2.2.1. TeoriAntropologiPolitik ... 14
2.2.2. TeoriStrukturasidanAgen/Aktor ... 16
2.2.3. TeoriElitPolitik ... 18
2.3.Konseptual ... 21
2.3.1. Otonomi Daerah ... 21
2.3.2. Pemekaran Wilayah ... 23
2.3.3. KabupatenSimalungun ... 26
2.4.KerangkaBerpikir ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 32
3.1.JenisPenelitian ... 32
3.2.LokasiPenelitian ... 33
3.3.SubjekPenelitian ... 33
3.4.Informan ... 33
3.5.TeknikPengumpulan Data ... 33
3.6.Observasi ... 34
3.7.Wawancara ... 34
3.8.TeknikAnalisis Data ... 35
vi
3.9.4.3. PerikanandanPeternakan ... 57
3.9.4.4. Kehutanan ... 58
3.9.4.5. Perindustrian, PertambangandanEnergiIndustri .. 58
3.9.4.6. Listrik ... 58
3.9.4.7. Air Minum ... 59
3.9.4.8. Pertambangan ... 59
3.9.4.9. Perdagangan ... 60
3.9.4.10.Transportasi, KomunikasidanPariwisata ... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65
4.1.Pemekaran Wilayah: KebutuhandanKeinginan ... 65
4.2.KronologiPemekaranKabupatenSimalungun ... 74
4.3.MotivasiElitPolitik/AktorTerhadapPemekaran Kab.Simalungun ... 83
4.4.PendapatmasyarakatterhadapPemekaran ... 101
4.4.1. Pro PemekaranSimalungun ... 103
4.4.2. KontraPemekaranSimalungun... 118
4.4.3. ApatisTerhadapPemekaranSimalungun ... 119
BAB VKesimpulandan Saran ... 123
5.1. Kesimpulan ... 123
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. JarakIbukotaKabupatenkeIbukotaKecamatan ... 38
Tabel 2. Luas Daerah MenurutKecamatan... 39
Tabel 3. Luas Wilayah, JumlahDesa, PendudukdanKepadatannya ... 46
Tabel 4. PendudukmenurutKecamatandanJenisKelamin ... 47
Tabel 5. DaftarPejabatBupatiKepala Daerah Tingkat II Simalungun ... 48
Tabel 6. BanyaknyaNagori (Desa) danKelurahanmenurutKecamatan ... 49
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. KerangkaKonseptualdanBaganAlurPenelitian ... 31
Gambar 2. StrukturPemerintahanKabupatenSimalungun ... 50
Gambar 3. PenelitiberkesempatanBerfotoBersamaMaknurSinaga ... 93
Gambar 4. PenelitiBerphotodengan Drs. SyahmidunSaragih ... 95
Gambar5. PenelitiBerphotodenganTokohMasyarakatSiantar ... 110
Gambar 6. PenelitiBerphotodenganTokohMasyarakatDolokBatu Nanggar ... 110
Gambar 7. PenelitiBerphotodengan PNS PemkabSimalungun ... 120
Gambar 8. PenelitiBerphotodengan PNS PemkabSimalungun ... 121
Gambar 9. PenelitiBerphotodenganTokohMasyarakat Kec. JorlangHataran ... 121
Gambar 10. PenelitiBerphotodenganTokohMasyarakat Kec. JorlangHataran ... 122
Gambar 11. PetaKabupatenSimalungun (IndukdanHataran) ... 130
Gambar12. Wilayah PerbatasanAntaraSimalungunAtas (Induk) sebelahkiridanSimalungunBawah (Hataran) sebelahkanan. ... 130
Gambar13. GerbangPerbatasanMemasuki Wilayah Kabupaten SimalungundenganKodyaPematangSiantar. ... 131
Gambar 14. GedungPemerintahanKabupatenSimalungun di Raya ... 131
Gambar15. Peneliti di SeberangGedungPemerintahanKabupaten Simalungun ... 132
Gambar 16. Peneliti di Seberang Kantor Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) KabupatenSimalungun ... 132
Gambar17. GedungPerkantoranPemerintahKabupaten SimalungunLama SebelumPindahKe Raya ... 133
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemekaran kabupaten Simalungun seperti sebuah kemustahilan, hal ini
jika dilihat dari pertama kali dilontarkan tanggal 22 Juni 2001 sampai sekarang
belum terealisasi. Sampai sekarang, sudah mencapai 14 tahun, pengajuan
pemekaran Kabupaten Simalungun diperjuangkan oleh tokoh masyarakat dan elit
politik di Simalungun tidak ada kunjung penyelesaian. Beberapa hal seperti
adanya pergantian roda pemerintahan di pusat dan juga di daerah, semakin
membuat gamang pada beberapa elit politik dan actor yang semula berjuang keras
untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun.
Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca
dipilihnya para wakil rakyat tersebut lewat pemilu legislative yang kemudian
disusul dengan pemilihan presiden yang dilakukan secara langsung. Pelantikan
para pemimpin ini, jelas memberikan nuansa baru bagi pemekaran kabupaten
Simalungun. Menjadi dua pertanyaan yang terus membahana sampai sekarang,
yaitu apakah menjadi nuansa pemekaran atau tidak.
Pemekaran kabupaten Simalungun ini juga melibatkan elit politik dan
actor terkait untuk mewujudkannya. Meskipun, sampai sekarang masih belum ada
kepastian untuk pemekaran Kabupaten Simalungun menjadi Kabupaten
Simalungun dan Kabupaten Simalungun Hataran. Elit politik dan actor tersebut
tetap berharap dan terus mewacanakannya sebagai salah satu perwujudan era
reformasi dengan adanya otonomi daerah.
2
Era reformasi telah memberikan ruang yang lebih terbuka kepada
masyarakat untuk mengembangkan dan membangun dirinya sendiri. Otonomi
daerah, sebagai salah satu produk dari era reformasi, merupakan strategi untuk
merespon tuntutan masyarakat untuk mengembangkan dan membangun dirinya
sendiri. Hal ini memunculkan berbagai fenomena keinginan masyarakat pada
berbagai wilayah untuk membentuk daerah otonom baru, baik daerah provinsi
maupun kabupaten atau kota. Keinginan tersebut didasari terjadinya dinamika di
daerah itu sendiri baik dinamika sosial, ekonomi, politik maupun budaya.
Dinamika perkembangan wilayah menjadi otonom seperti itu disikapi
pemerintah pusat dengan diberlakukannya kebijakan otonomi sejak tahun 1999
yang lalu. Dalam pembentukan daerah otonom, mulanya diilhami oleh pasal 18
UUD 1945 yang antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas
besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah
provinsi dibagi lagi menjadi daerah kabupaten atau daerah kota.
Sejalan dengan banyaknya keinginan untuk melakukan pembentukan
daerah otonom baru, baik berupa pemekaran maupun peningkatan status,
khususnya di daerah kabupaten dan kota sesuai dengan mekanisme pembentukan
daerah otonom maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
no.129 tahun 2000. Peraturan pemerintah tersebut berisi tentang persyaratan
Pembentukan dan Kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah,
yang isinya antara lain menyebutkan persyaratan, kriteria, prosedur, pembiayaan
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Pembentukan daerah otonom
3
rumah tangganya sendiri, terutama dalam kaitannya dengan sumber-sumber
pendapatan asli daerah, sumber daya alam dan pengelolaan bantuan pemerintah
pusat kepada daerah otonom dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan kepada masyarakat setempat lebih baik.
Otonomi daerah, secara konseptual memperlihatkan adanya perubahan
yang signifikan pada model dan paradigma pemerintahan daerah. Model dan
paradigma yang sebelumnya pelayanan publik dari wewenang pemerintah pusat
berubah menjadi Model efisiensi struktural (structural efficiency model). Model pelayanan publik dari wewenang pemerintah pusat adalah model yang
memberikan penekanan pada efisiensi dan keseragaman dalam penyelenggaraan
pemerintahan pusat. Sedangkan model efisiensi struktural (structural efficiency
model) lebih menekankan pada efisiensi dan keseragaman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Seiring dengan pergeseran model tersebut, terjadi pula pergeseran dari
penekanan aspek sentralisasi kepada penekanan aspek desentralisasi. Sistem
pemerintahan yang ada di era otonomi daerah saat ini dengan asas desentralisasi
merupakan suatu refleksi proses reformasi sosial, ekonomi, politik maupun
budaya di Indonesia memiliki kecenderungan dan pergeseran pelayanan publik
dari wewenang pemerintah pusat menjadi kewenangan pemerintahan daerah yang
lebih dekat dengan masyarakatnya. Dalam perspektif otonomi daerah ini,
kekuasaan akan terbagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
secara legal konstitusional tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
4
Dalam mendukung implementasi kebijakan ekonomi daerah itu, pemerintah
telah mengatur dalam Undang-undang Republik Indonesia no.32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah Bab II Pasal 5 ayat 4, menyebutkan,
“Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup: faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.”
Dan di Bab I Pasal 2 ayat 9 disebutkan,
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dapat dijelaskan bahwa
keinginan masyarakat daerah untuk membentuk daerah otonom baru memang
dimungkinkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini perlu dikelola
dengan baik sehingga tidak menimbulkan benturan-benturan dan masalah yang
akan terjadi sebagai akibat dari keinginan masyarakat daerah itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan dinamika di berbagai daerah dan peraturan
pendukung yang ada, masyarakat Simalungun juga mengajukan pembentukan
daerah otonomi tersendiri. Hal ini terjadi karena melihat peraturan
perundang-undangan mengenai pemerintahan daerah yang berlaku saat ini (Undang-undang
No.32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah no.129 Tahun 2000), sedemikian
memberikan kemungkinan untuk dilakukannya pemekaran satu daerah otonom
menjadi beberapa daerah otonom baru. Hal ini juga menegaskan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini yang memberikan ruang bagi
terpeliharanya warisan sejarah dan kultur dari sebuah daerah seperti Kabupaten
5
Selain dari peraturan perundang-undangan tersebut, juga adanya wilayah
yang terlalu luas dan banyaknya kecamatan untuk dikelola dalam satu wilayah
pemerintahan. 31 (tiga puluh satu) Kecamatan yang terdiri dari di wilayah
Kabupaten Simalungun tersebut, dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten dengan
pembagian 16 (enambelas) Kecamatan tetap di kabupaten induk dan 15
(limabelas) Kecamatan di kabupaten pemekaran. Pemekaran Kabupaten
Simalungun tersebut menjadi wajar dengan harapan akan membawa berbagai
keuntungan bagi masyarakat, seperti fasilitas sosial, ekonomi dan finansial untuk
kepentingan kesejateraan masyarakat pada masa depan bagi daerah yang baru
dimekarkan.
Kabupaten induk Simalungun yang beribu kota di Pematang Raya, terdiri
dari 16 (enambelas) Kecamatan, yaitu: Kecamatan Raya, Purba, Haranggaol
Horisan, Haranggaol, Dolok Panribuan, Dolok Pardamaean, Girsang
Sipanganbolon, Sidamanik, Pematang Sidamanik, Panombean Panei, Panei, Raya
Kahean, Dolok Silau, Silimakuta, Pematang Silimahuta dan Jorlang Hataran. 15
(limabelas) Kecamatan lainnya nantinya di kabupaten pemekaran yang beribukota
di Perdagangan, yaitu: Siantar, Gunung Maligas, Gunung Malela, Tapian Dolok,
Dolok Batu Nanggar, Bandar Huluan, Bandar Masulam, Pematang Bandar,
Bandar, Bosar Maligas, Ujung Padang, Hutabayu Raja, Jawa Maraja Bahjambi,
Tanah Jawa dan Hatonduhan.
Melihat keinginan masyarakat di Kabupaten Simalungun tersebut, pada
satu sisi, pemekaran wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya mereka yang berbeda, juga karena kondisi geografis antara satu
6
demikian pemekaran wilayah diharapkan dapat memacu perkembangan sosial,
ekonomi, peningkatan kualitas demokrasi, mengurangi kesenjangan dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Namun di sisi lain,
perkembangan pemekaran wilayah ini masih menimbulkan beberapa persoalan
utama, yaitu penentuan batas-batas wilayah geografis dan administratif wilayah
baru dan hal ini selalu memberikan dampak sosial, politik dan ekonomi serta
distribusi aset negara pada wilayah-wilayah baru tersebut. Kesulitan administratif
yang dialami masyarakat seperti pengurusan surat-surat harus ke ibu kota
kabupaten yang jaraknya sampai menempuh 150 km.
Pemekaran wilayah Kabupaten Simalungun yang sedang
hangat-hangatnya dibicarakan sekarang ini, baik dari gerakan pro dan kontra pada
masyarakat yang sedemikian beragam dan kompleks ini, sedemikian menarik
untuk diteliti secara antropologi mengenai pemekaran wilayah Kabupaten
Simalungun.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka identifikasi
masalah yang bisa dipaparkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh keberadaan kecamatan terhadap pemekaran wilayah
Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimana kebijakan terhadap pemekaran wilayah Kabupaten
Simalungun?
7
4. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap pemekaran wilayah Kabupaten
Simalungun?
5. Apa latar belakang pemekaran wilayah Kabupaten Simalungun?
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa motivasi para pihak Elit Politik/actor terhadap pemekaran wilayah
Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap pemekaran wilayah Kabupaten
Simalungun?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis motivasi para pihak Elit Politik/actor terhadap
pemekaran wilayah Kabupaten Simalungun.
2. Untuk menganalisis pendapat masyarakat terhadap pemekaran wilayah
Kabupaten Simalungun.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, untuk mengembangkan khazanah ilmu antropologi dari
segi pengembangan dan pemekaran otonomi daerah yang berkaitan dengan
kabupaten Simalungun
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi
8
pemekaran dan pengembangan daerah saat ini dan untuk masa yang akan
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti deskripsikan, maka dapat
diambil kesimpulan faktual sebagai berikut:
1. Bahwa Motivasi para pihak yang berkepentingan (stake holder) terhadap
pemekaran Kabupaten Simalungun adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan ke wilayah yang
selama ini tidak terjangkau dan menampung aspirasi masyarakat di
wilayah simalungun bawah yang menginginkan pelayanan yang sama
dengan simalungun atas.
2. Elit politik yang berada pada kepentingan pemekaran kabupaten
Simalungun, apabila terwujud maka secara tidak langsung akan
mendapatkan posisi yang strategis di dalam pemerintahan kabupaten yang
baru.
3. Bahwa pemekaran yang diinginkan dengan membentuk satu kabupaten
baru yang dinamakan dengan Simalungun Hataran, sampai sekarang
belum juga terwujud, akan tetapi elit politik tetap berupaya untuk bisa
meloloskan keinginan tersebut.
4. Munculnya ide pemekaran Kabupaten Simalungun dimulai dari kesadaran
akan potensi dan pengembangan daerah dari tokoh-tokoh masyarakatnya
124
5. Bahwa masyarakat Simalungun Bawah yang berdomisili jauh dari Raya
mengalami kesulitan saat berurusan dalam kaitannya dengan urusan
kepemerintahan, karena berjarak sangat jauh ketika akan mengurus Kartu
Keluarga, Catatan Sipil atau hal-hal lain, sehingga menemui banyak
kesulitan seperti memakan banyak waktu dan tenaga.
6. Pembentukan Kabupaten Simalungun bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah serta
mendekatkan pelayanan public kepada masyarakat, ketertinggalam
pembangunan suatu wilayah karena rentang kendali pemerintahan yang
sangat luas dan kurangnya perhatian pemelintah dalam penyediaan
pelayanan public sering menjadi alasan untuk pengusulan pembentukan
daerah otonom baru sebagai solusinya.
5.2.Saran
1. Kepada pemerintah pusat agar segera merealisasikan pemekaran
kabupaten Simalungun dengan mengesahkan Undang-Undang Pemekaran
Kabupaten Simalungun.
2. Agar pemerintah meneliti kembali tentang potensi dari kabupaten yang
dimekarkan (Simalungun Hataran) untuk dijadikan bahan pertimbangan
bagi terwujudnya pemekaran yang diinginkan oleh Masyarakat
125
3. Diharapkan kepada pemerintah untuk segera mewujudkan aspirasi
masyarakat Simalungun yang sudah sekian lama diidam-idamkan (2001)
agar pembangunan bisa segera menyentuh wilayah yang selama ini tidak
tersentuh sama sekali.
4. Kepada elit politik diharapkan untuk terus berjuang merealisasikan
pemekaran kabupaten simalungun hataran sebagai wujud dari aspirasi
126
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Koesoema, 1979,Pengantar Kearah Sistem Pemerintahan Daerah Di
Indonesia, Bandung: Bina Cipta.
Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press.
_____________, 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Budiarjo, Miriam, 1991, Aneka pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa,
Pustaka Sinar harapan, Jakarta.
Haloho, Misran. 2006. Orientasi Pemilih Etnik Jawa Dalam Pilkadasung Tahun
2005 Di Kota Medan (Tesis). Medan. Program Pasca Sarjana
UNIMED.
Harriss, John dkk diterjemahkan oleh Arya Wisesa, 2005, Politisasi Demokrasi :
Politik Lokal Baru, Demos, Jakarta
Haryanto, 1990, Elit, Massa Dan Konflik, Pusat Antar Universitas-Studi sosial,
UGM, Yogyakarta.
Ihromi, T.O. 1981. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Imawan, Riswandha, 2003, “Catatan Kritis Pelaksanaan Otonomi Tingkat Desa
di Bali”, dalam Karim (ed) (2003) Kompleksitas Persoalan
Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irtanto, 2008, Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kaho, Josef Riwu, 1991, Analisa Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, Jakarta: Rineka Cipta
Khairin, Sukri, 2005, Etnis Alas dalam Otonomi daerah : Kajian Aktualisasi
Identitas Kelompok melalui Pemekaran Desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Tesis, Program Studi Antropologi Sosial Pasca sarjana UNIMED.
Koentjaraningrat, 1961, Metode-Metode Antropologi dalam Penyelidikan
Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Universitas.
_______________, 1981.Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: U1 Press
______________. 1987. Sejarah Antropologi I. Jakarta: Ul Press.
______________. 1990. Sejarah Antropologi II. Jakarta: U1 Press.
127
______________. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian
Rakyat.
_______________, 1997, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia
Kriyantono, Rahmat. 2006, Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Liliweri, Alo, WS, 2001, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta,
PenerbitPustakaPelajar. 2001,
Lubis, Elfian, 1996, Peran Serta Masyarakat Dalam Mendukung Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Kabupaten Simalungun (Skripsi), Universitas Negeri Medan.
Manan,Bagir, 1994, Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut
UUD 1945, Sinar Harapan, Jakarta, 1994
Mansoben, Johszua Robert, Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya, Jakarta:
LUPI_RUL Series.
Mas’oed, Mohtardan Colin Mac Andrews, 2006, Perbandingan Sistem Politik,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Moleong, Lexy J., 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif; Rosda Karya,
Bandung
Muslimin, Amrah, 1978, Aspek-aspek HukumOtonomi Daerah, Alumni, Bandung,
Nurhasim, Moch (ed.), 2005, Konflik Antar Elit Politik Lokal dalam Pemilihan
Kepala Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poerwadarrninta, WJS, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Priyono, Herry, 2000, Anthony Giddens: Suatu Pengantar, Jakarta; KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia)
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2008, Teori Sosiologi: Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir, terjemahan
Nurhadi. Yogyakarta; Kreasi Wacana.
Saragih, Sortaman, 2008. Orang Simalungun, Depok: CV CitamaVigora.
Sarundajang, 2001, ArusBalik Kekuasaan Pusat ke Daerah, cetakan kesatu,
Jakarta: Erlangga
128
Simanjuntak, Bungaran, A. 2002. Konfliks Status dan Kekuasaan Ratak Toba.,
Yogyakarta .Jendela Sihaloho, Misran, 2006.
Simorangkir, Abdul Kadir, 2009, Gejolak Batubara: Studi Antropologi
Tentang Konflik Pembentukan Kabupaten Batubara. Tesis
Program Studi Antropologi Sosial Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Sinar, TengkuLuckman, 1973, Sari Sedjarah Serdang (Jilid III), Medan: Ikatan
Keluarga Serdang.
Spradley, James, 1997, Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Syafrudin, Ateng, 1993, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan Di Daerah,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta
Tampubolon, Hotmaria, 2010, Pengaruh Pemekaran Wilayah terhadap
Persaingan Politik Antar Kelompok Etnis Nias di Kabupaten Nias
Selatan, Provinsi Sumatera Utara, Tesis, Program Studi
Antropologi Sosial Pascasarjana UNIMED.
Tideman, J, 1922, Simeloengoen: Het Land Der Timoerbataks in zijnontwikling
tot EenDeel Van het Culturgebied van de Ooskust van Sumatera,
Leiden: Stamdruskkerij Louis H. Beehrer.
Undang-Undang Nomor 22/1999, Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 32/2004, Tentang Pemerintahan Daerah, CV. Eko Jaya, Jakarta.
Varma, SP, 2001, Teori Politik Modern, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada
129
http://utamanews.com/view/Politik/1113/DPRD-Targetkan-Pemekaran-Simalungun-Terealisasi-Tahun-Ini.html#.VIbEX7dxldg
http://simalungunku.blogspot.com/2008/03/dukung-pemekaran-simalungun.html http://regional.kompas.com/read/2013/05/12/15543111/Bupati.Ajukan.Pemekaran
.Simalungun
http://www.simantab.com/?p=6810
http://regional.kompas.com/read/2013/07/29/0124033/Dukungan.Pemekaran.Sima lungun.Terus.Mengalir.di.Bulan.Ramadhan
http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/06/pemekaran-simalungun-hataran-ibarat-perempuan-hamil-delapan-bulan
http://garama-parraya.blogspot.com/2010/11/simalungun-jadi-2-kabupaten.html http://www.beritasimalungun.com/2013/08/tolak-pemekaran-simalungun-tps.html