• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi luasan telapak kaki dengan parameter berat dan tinggi badan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prediksi luasan telapak kaki dengan parameter berat dan tinggi badan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI LUASAN TELAPAK KAKI DENGAN

PARAMETER BERAT DAN TINGGI BADAN

HAIRUNNISA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Luasan Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi Badan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HAIRUNNISA. Prediksi Luasan Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi Badan. Dibimbing oleh LENNY SAULIA.

Prediksi ketenggelaman roda merupakan hal penting untuk diperhitungkan dalam studi kinerja sebuah kendaraan off-road yang beroperasi pada suatu lahan agar tercapai efisiensi dan efektifitas kinerja kendaraan. Hal tersebut seyogyanya dapat diukur dengan alat/metode yang sederhana seperti ketenggelaman telapak kaki agar petani lebih mudah dan cepat dalam memprediksi ketenggelaman roda kendaraannya. Parameter yang diperlukan untuk memprediksi ketenggelaman telapak kaki adalah berat badan dan luasan telapak kaki, sedangkan untuk memprediksi luasan telapak kaki diperlukan parameter berat dan tinggi badan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model luasan telapak kaki (A) subjek laki-laki dan perempuan dengan parameter berat badan (W) dan tinggi badan (H). Metodologi yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan antropometri dan analisis statistik. Melalui hasil penelitian ini diketahui bahwa berat dan tinggi badan berkorelasi positif terhadap luasan telapak kaki observasi sehingga model luasan telapak kaki dapat diprediksi dengan berat dan tinggi badan. Hasil perhitungan rata-rata perbedaan antara luasan telapak kaki observasi dengan luasan telapak kaki model menunjukkan bahwa model luasan telapak kaki subjek laki-laki dan perempuan dengan rata-rata perbedaan terkecil dengan luasan telapak kaki observasinya masing-masing adalah model luasan telapak kaki kiri keseluruhan dan kanan keseluruhan. Model luas telapak kaki tersebut yaitu Awl =

(-3.928) + 0.880W + 0.800H dan Awr = 9.417 + 0.744W + 0.661H.

Kata kunci: ketenggelaman roda, ketenggelaman telapak kaki, model luasan telapak kaki

ABSTRACT

HAIRUNNISA. Determination of Footprint Area Model using Body Weight and Height as Prediction Parameters. Supervised by LENNY SAULIA.

(5)

calculation between footprint area from observation and footprint area model showed that the best footprint area model for male was whole area of left footprint model and whole area of right footprint model for female subjects. Those footprint area models were Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H and Awr = 9.417 + 0.744W +

0.661H.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

PREDIKSI LUASAN TELAPAK KAKI DENGAN

PARAMETER BERAT DAN TINGGI BADAN

HAIRUNNISA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Prediksi Luasan Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi Badan

Nama : Hairunnisa NIM : F14090126

Disetujui oleh

Dr. Lenny Saulia, STP, MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, MEng Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 hingga September 2013 ini ialah Antropometri, dengan judul Prediksi Luasan Telapak Kaki dengan Parameter Berat dan Tinggi Badan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, serta motivasinya kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Marodih dan Ibu Saanih, serta kakak dan adik penulis (Agun Taran dan May Sinta) atas segala dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan atas segala bantuan, dukungan, dan kebersamaan selama penelitian; kepada teman-teman TEP Orion 46 atas segala kebersamaannya selama empat tahun ini; dan kepada adik-adik kelas yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini sehingga penulis mengharapkan segala masukan, kritikan, dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat 3

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Perbedaan Dimensi Terukur antara Subjek Laki-laki dan Perempuan 6 Korelasi Berat dan Tinggi Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki 8

Anomali Anatomi Telapak Kaki 10

Model Luasan Telapak Kaki 12

Verifikasi Model Luasan Telapak Kaki 13

Prediksi Ketenggelaman Roda Kendaraan Off-Road 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

(12)

DAFTAR TABEL

1 Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk penelitian 3 2 Deskripsi statistik data antropometri subjek laki-laki (85 orang) 7 3 Deskripsi statistik data antropometri subjek perempuan (19 orang) 7 4 Koefisien korelasi Pearson antara berat badan dengan luasan telapak

kaki 8

5 Koefisien korelasi Pearson antara tinggi badan dengan luasan telapak

kaki 9

6 Perbedaan rata-rata, standar deviasi, dan t hitung luasan telapak kaki kiri dan kanan observasi subjek laki-laki dan perempuan 11 7 Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek

laki-laki dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya 12 8 Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek

perempuan dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya 12 9 Rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak

kaki observasi dan model subjek laki-laki dan perempuan 14

DAFTAR GAMBAR

1 Telapak kaki 4

2 Telapak kaki flat 5

3 Diagram alir prosedur penelitian 6

4 Hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas pertanian yang berada pada lahan sering kali melibatkan kendaraan seperti traktor roda empat dan traktor roda dua. Performansi kendaraan tersebut secara garis besar bergantung pada cara interaksinya dengan tanah. Studi khusus tentang performansi sebuah kendaraan off-road dalam kaitannya dengan lingkungan operasi (tanah) dikenal sebagai terramechanics (Wong 2001). Salah satu dari bahasan dalam terramechanics yakni pengukuran dan karakterisasi respon tanah dalam hal ketenggelaman roda (sinkage). Sebuah kendaraan yang berjalan pada tanah berlaku beban normal pada permukaan tanah menghasilkan ketenggelaman roda. Ketenggelaman roda yang besar dapat menyebabkan tahanan gelinding (motion resistance) yang besar pula. Tahanan gelinding adalah besarnya tahanan yang harus diatasi kendaraan untuk dapat bergerak menarik melalui rodanya (Sembiring et al. 1990 dalam Rangkuti 2002). Hal ini dapat menyebabkan menurunnya efisiensi kerja dan meningkatkan kebutuhan energi.

Prediksi ketenggelaman kendaraan off-road telah banyak dilakukan dengan menggunakan metoda tes plat (Bekker 1969 dalam Wong 2001) maupun metode alat ski (Triratanasirichai 1991 dalam Rangkuti 2002). Namun, dengan perlunya mekanisme pembebanan tertentu dan penggunaan plat dalam metode plat dan penggunaan alat ski pada metoda alat ski menyebabkan tes ketenggelaman tersebut tidak praktis untuk digunakan. Metoda prediksi ketenggelaman roda kendaraan off-road seyogyanya menggunakan cara yang praktis yakni dengan membebani tanah dengan suatu benda sehingga terjadi penurunan permukaan tanah. Ketenggelaman diukur dari permukaan tanah sampai kedalaman lokasi pembebanan.

Alat/metode yang sederhana seperti ketenggelaman telapak kaki manusia diharapkan mampu untuk membantu memprediksi ketenggelaman roda kendaraan yang beroperasi pada suatu lahan. Berat badan dan luasan telapak kaki manusia diharapkan dapat digunakan sebagai paramater pembebanan dan luasan kontak yang menjadi paramater penentu dalam prediksi ketenggelaman.

Berat badan dapat diukur secara praktis menggunakan timbangan, sedangkan luasan telapak kaki tidak dapat diukur secara praktis karena belum ada alat pengukur luasan telapak kaki. Agar prediksi ketenggelaman telapak kaki menjadi alat/metode yang sederhana, pengukuran luasan telapak kaki pun seyogyanya diukur secara praktis agar petani lebih mudah dan cepat dalam memprediksi ketenggelaman roda kendaraannya. Tujuan penelitian ini adalah membuat model luasan telapak kaki untuk memprediksi besarnya ukuran luasan telapak kaki.

Perumusan Masalah

(14)

2

terhadap tinggi badan dan ukuran telapak kaki juga dapat dianggap sebagai indikator struktur badan seseorang; dan hasil penelitian Sen dan Ghosh (2008) yang menyatakan bahwa tinggi badan sangat terkait pada panjang dan lebar telapak kaki. Oleh karena pembuatan model luasan telapak kaki dilakukan dalam suatu populasi maka diperlukan pertimbangan adanya variabilitas dalam populasi tersebut yang dapat didekati dengan pendekatan antropometri yaitu studi tentang ukuran tubuh manusia (Soebroto 2000).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menerangkan adanya perbedaan dimensi tubuh terukur antara subjek laki-laki dan perempuan,

2. Membuktikan adanya korelasi antara berat dan tinggi badan terhadap besar luasan telapak kaki,

3. Menjajaki anomali anatomi telapak kaki dalam suatu populasi,

4. Membuat model luasan telapak kaki melalui parameter berat dan tinggi badan, dan

5. Memverifikasi model luasan telapak kaki tersebut dengan luasan telapak kaki observasi.

Manfaat Penelitian

Model luasan telapak kaki yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi besarnya ukuran luasan telapak kaki yang merupakan salah satu paramater ketenggelaman telapak kaki yang nantinya dapat digunakan sebagai parameter dalam prediksi ketenggelaman kendaraan off-road.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi pengukuran luasan telapak kaki, berat badan, dan tinggi badan untuk membuat model luasan telapak kaki. Evaluasi dan pengkajian dilakukan pada hasil perhitungan statistik:

- korelasi berat dan tinggi badan dengan luasan telapak kaki yang kontak langsung dengan permukaan platform keras dan telapak kaki keseluruhan, - analisis regresi linear ganda luasan telapak kaki dengan variabel bebas berat

dan tinggi badan, dan

(15)

3

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2013 di Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Alat-alat dan perlengkapan utama yang diperlukan untuk penelitian ini adalah peralatan untuk pengambilan, pencatatan, pengolahan, dan penganalisisan data antropometri (Tabel 1).

Prosedur

Persiapan Peralatan dan Subjek Antropometri

Alat-alat yang terdapat pada Tabel 1 dipersiapkan sebelum penelitian dilakukan. Alat-alat tersebut digunakan antara lain untuk mengambil, mencatat, mengolah, dan menganalisis data antropometri.

Subjek antropometri yang diukur luasan telapak kaki, berat badan, dan tinggi badannya dalam penelitian sejumlah 137 orang Indonesia berusia antara 19-21 tahun dari populasi mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem, IPB.

Pengambilan Data Antropometri

Data antropometri yang diambil dari subjek antropometri antara lain luasan telapak kaki, berat badan, dan tinggi badan. Luasan telapak kaki subjek diukur dengan metode pencetakkan jejak telapak kaki, berat badan subjek diukur dengan timbangan digital, dan tinggi badan subjek diukur dengan alat ukur tinggi badan antropolometer. Metode pencetakkan jejak telapak kaki (mengacu pada metode pencetakkan jejak telapak kaki yang dilakukan oleh Krishan (2007)) untuk mengukur luasan telapak kaki dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

Tabel 1 Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk penelitian

Kegiatan Peralatan

Pengambilan data antropometri

Timbangan badan digital, antropolometer, milimeter block, dan pelumur tinta pada telapak kaki.

Pencatatan, pengolahan, dan penganalisisan data

(16)

4

1. Kaki kiri dan kaki kanan subjek masing-masing dilumuri tinta stempel yang terdapat pada kain dalam wadah datar sesaat sebelum berdiri di atas kertas milimeter block. Kaki kiri dan kanan subjek dipastikan terlumur dengan rata agar telapak kaki tercetak dengan baik.

2. Kaki satu per satu dijejakkan dengan hati-hati ke atas kertas milimeter block di atas sebuah permukaan yang datar. Posisi badan subjek adalah berdiri tegak.

3. Sebelum kaki meninggalkan kertas milimeter block, selanjutnya ditarik garis luar telapak kaki dekat dengan jejak kaki dengan pulpen runcing.

4. Jejak kaki tersebut diperjelas dengan pulpen runcing untuk memudahkan pengukuran luas dengan perangkat lunak penghitung luas yang tidak beraturan.

Hasil pencetakkan jejak telapak kaki kemudian di-scan (Gambar 1.a) dan diedit dua kali dengan perangkat lunak Photoshop untuk dihitung luasan telapak kakinya. Luasan telapak kaki yang dihitung adalah luasan telapak kaki keseluruhan (Gambar 1.b) dan luasan telapak kaki yang kontak langsung dengan permukaan platform keras (Gambar 1.c).

(a) (b) (c)

Gambar 1 Telapak kaki: (a) hasil scan, (b) telapak kaki keseluruhan, dan (c) telapak kaki yang kontak langsung dengan permukaan platform keras

(17)

5

Gambar 2 Telapak kaki flat

Pengolahan Data

Data-data pengukuran dimasukkan ke dalam perangkat lunak Microsoft Excel 2007, kemudian diolah untuk pembuatan model luasan telapak kaki dengan paramater berat dan tinggi badan subjek.

Analisis Data

Hasil dari pengolahan data dianalisis untuk diketahui korelasi antara luasan telapak kaki dengan parameter-parameternya menggunakan analisis korelasi SPSS 17 dengan koefisien korelasi Pearson. Model luasan telapak kaki dibuat dengan analisis regresi linear ganda SPSS 17.

Verifikasi Model

Perbedaan antara hasil pengukuran luasan telapak kaki observasi dengan modelnya luasan telapak kaki dihitung rata-rata, standar deviasi, dan t hitungnya dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Model dengan rata-rata perbedaan terendah adalah model yang digunakan.

(18)

6

Gambar 3 Diagram alir prosedur penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Dimensi Tubuh Terukur antara Subjek Laki-laki dan Perempuan

Nilai rata-rata, standar deviasi, minimum, dan maksimum berat badan, tinggi badan, dan luasan telapak kaki yang disajikan pada Tabel 2 dan 3 di bawah ini menujukkan bahwa dimensi tubuh terukur subjek laki-laki lebih besar dari subjek perempuan. Menurut Artaria (2001), perbedaan dimensi tubuh terukur pada subjek laki-laki dan perempuan dapat terjadi karena berfungsinya jenis-jenis hormon yang berbeda di antara kedua jenis kelamin yang menyebabkan perbedaan waktu terjadinya akselerasi pertumbuhan, besarnya akselerasi pertumbuhan, dan waktu pertumbuhan berakhir. Pada perempuan, akselerasi pertumbuhan terjadi lebih dahulu daripada laki-laki dan akselerasinya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan akselerasi pertumbuhan laki-laki. Berhentinya pertumbuhan badan perempuan lebih cepat daripada laki-laki, akibatnya perempuan secara umum lebih kecil daripada laki-laki.

Mulai

Pengumpulan data berat badan, tinggi badan, dan luasan telapak kaki

Pengolahan data

Analisis data dan model Model luasan telapak kaki

Verifikasi model

Selesai Model luasan

telapak kaki

(19)

7

Pengukuran berat dan tinggi badan yang dilakukan oleh Augusta (2012) pada atlet bulu tangkis laki-laki Indonesia berumur 11 tahun diperoleh data untuk tinggi badan rata-rata 131.40 cm dan berat badan rata-rata 28.70 kg. Selanjutnya pengukuran berat dan tinggi badan yang dilakukan oleh Fatmah (2006) pada lanjut usia Indonesia berumur 60-92 tahun diperoleh data untuk tinggi badan rata-rata 158.6 cm (laki-laki) dan 145.8 cm (perempuan) dan berat badan rata-rata 52.9 kg (laki-laki) dan 49.7 kg (perempuan). Hasil pengukuran tersebut dan hasil

Tabel 3 Deskripsi statistik data antropometri subjek perempuan (19 orang)

Pengukuran

Rata-Luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras (cm2)

89.29 8.64 68.82 110.63

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan (cm2) `153.02 13.20 130.35 184.78 Luasan telapak kaki kanan bagian yang

kontak langsung dengan permukaan platform keras (cm2)

88.44 8.19 76.75 104.48

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan (cm2) 149.94 11.87 130.33 171.06 Tabel 2 Deskripsi statistik data antropometri subjek laki-laki (85 orang)

Pengukuran

Rata-Luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras (cm2)

106.66 11.95 80.51 136.63

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan (cm2) 181.59 17.54 135.27 223.64 Luasan telapak kaki kanan bagian yang

kontak langsung dengan permukaan platform keras (cm2)

109.67 12.22 83.58 139.38

(20)

8

pengukuran di penelitian ini menunjukkan bahwa data antropometri anak-anak, remaja, dan lanjut usia berbeda.

Berat dan tinggi badan remaja Amerika Serikat berumur 19 tahun diketahui untuk tinggi rata-ratanya 177.8 cm (laki-laki) dan 163.3 cm (perempuan) dan berat badan rata-ratanya 79.5 kg (laki-laki) dan 68.0 kg (perempuan) (DHHS 2012). Jika dibandingkan berat dan tinggi badan rata-rata remaja Indonesia (sampel populasi dalam penelitian ini) dengan berat dan tinggi badan remaja Amerika Serikat tersebut maka akan diketahui bahwa terdapat perbedaan dimensi terukur antara orang-orang yang berbeda suku bangsanya. Secara umum berat dan tinggi badan dari manusia Amerika lebih tinggi dan berat dibandingkan dengan penduduk Asia seperti Indonesia (Soebroto 2000).

Atlet bulu tangkis laki-laki Indonesia berumur 16-27 diketahui tinggi badan rata-ratanya 160.4 cm dan berat badan rata-ratanya 48.7 kg (Rahmawati 2006). Jika dibandingkan berat dan tinggi badan atlet tersebut dengan berat dan tinggi badan sampel populasi dalam penelitian ini maka akan diketahui bahwa terdapat perbedaan dimensi terukur antara orang-orang berbeda jenis pekerjaannya.

Menurut Nurmianto (2008); jenis kelamin, usia, suku bangsa, dan jenis pekerjaan merupakan sumber variabilitas ukuran manusia. Oleh karena itu; data antropometri laki-laki dan perempuan dan orang-orang yang berbeda usia, suku bangsa, dan jenis pekerjaannya selalu disajikan terpisah.

Korelasi Berat dan Tinggi Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki

Korelasi Berat Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki

Hasil analisis korelasi yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa berat badan subjek laki-laki dan perempuan sampel populasi mempunyai korelasi positif terhadap luasan telapak kakinya artinya semakin berat badan subjek maka telapak kakinya semakin luas. Hubungan searah antara berat badan dan luasan telapak kaki ini menunjukkan bahwa parameter berat badan dapat digunakan untuk pendugaan luasan telapak kaki.

Tabel 4 Koefisien korelasi Pearson antara berat badan dengan luasan telapak kaki

Parameter Subjek

(21)

9 Koefisien korelasi berat badan subjek laki-laki terhadap luasan telapak kaki berkisar antara 0.451 sampai 0.640, signifikan pada alpha 0.01. Artinya, berat badan subjek laki-laki memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap luasan telapak kaki dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) sebesar 99%. Sedangkan koefisien korelasi berat badan subjek perempuan terhadap luasan telapak kaki berkisar antara 0.566 sampai 0.793, signifikan pada alpha 0.05 untuk korelasinya terhadap luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras dan signifikan pada alpha 0.01 untuk korelasinya terhadap luasan telapak kaki keseluruhan. Artinya, berat badan subjek perempuan memiliki pengaruh yang kuat terhadap luasan telapak kaki dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras dan 99% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki keseluruhan.

Jika dibandingkan antara nilai koefisien korelasi hubungan antara berat badan dengan luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras dan berat badan dengan luasan telapak kaki keseluruhan pada subjek laki-laki dan perempuan maka akan diketahui bahwa pengaruh berat badan lebih besar terhadap luasan telapak kaki keseluruhan daripada luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh berat badan yang menyeluruh pada permukaan telapak kaki. Robbins (1986) menyatakan bahwa telapak kaki meluas disebabkan oleh meningkatnya berat badan, hal ini berguna untuk mendukung berat badan tersebut.

Korelasi Tinggi Badan terhadap Besar Luasan Telapak Kaki

Tabel 5 Koefisien korelasi Pearson antara tinggi badan dengan luasan telapak

*signifikan pada alpha 0.05, ** signifikan pada alpha 0.01

(22)

10

korelasi berat badan terhadap luasan telapak kaki lebih besar daripada korelasi tinggi badan terhadap luasan telapak kaki. Hal tersebut disebabkan oleh adanya hubungan fungsional antara telapak kaki dengan berat badan, telapak kaki berfungsi untuk menahan berat badan dan berjalan, sehingga mendekatkan hubungan/korelasi antara telapak kaki dengan berat badan.

Koefisien korelasi tinggi badan subjek laki-laki terhadap luasan telapak kaki berkisar antara 0.280 sampai 0.511, signifikan pada alpha 0.01. Artinya, tinggi badan subjek laki-laki memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap luasan telapak kaki dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Sedangkan koefisien korelasi tinggi badan subjek perempuan terhadap luasan telapak kaki berkisar antara 0.448 sampai 0.606, signifikan pada alpha 0.05 untuk korelasinya terhadap luasan telapak kaki kiri dan signifikan pada alpha 0.01 untuk korelasinya terhadap luasan telapak kaki kanan keseluruhan. Artinya, berat badan subjek perempuan memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap luasan telapak kaki dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki kiri dan 99% untuk korelasinya dengan luasan telapak kaki keseluruhan. Korelasi tinggi badan subjek perempuan cukup kuat terhadap luasan telapak kaki kanan bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras namun korelasinya tidak signifikan (tingkat kepercayaan rendah).

Anomali Anatomi Telapak Kaki

Telapak Kaki Flat

Sebanyak 24.09% dari 137 subjek pada penelitian ini bertelapak kaki flat (keduanya atau salah satunya). Telapak kaki flat disebut juga pes planus atau fallen arches merupakan suatu kondisi telapak kaki yang lengkungan kakinya rata atau datar (Herd 2011). Hal tersebut dapat disebabkan oleh berat badan yang berlebihan, kelainan postur tubuh, kelemahan jaringan pendukung, atau predisposisi genetik (Tortora dan Derrickson 2006). Jika dilihat dari jejak telapak kakinya, tampak seluruh bagian telapak kaki menempel/hampir menempel pada tanah (Gambar 2).

Normalnya, pada telapak kaki terdapat ruang antara kaki dengan tanah/lengkungan kaki, berguna untuk menciptakan keselarasan yang optimal bagi anggota tubuh bagian bawah, panggul, dan punggung bawah sehingga distribusi tekanan dan berat badan ke seluruh permukaan kaki dan merata ke atas melalui tungkai. Namun, pada beberapa orang lengkungan telapak kaki ini tidak ada, beberapa orang memiliki lengkungan ketika kaki mereka tidak menyentuh tanah tetapi menghilang ketika mereka berdiri, dan beberapa orang lainnya memiliki telapak kaki datar yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia mereka (baik pada satu kaki atau kedua kaki). Ketidakmampuan tubuh untuk memiliki lengkungan kaki akan mengarah pada postur tubuh yang kurang baik (Herd 2011) serta berdampak rendahnya mobilitas gerak seseorang.

(23)

11 penelitian ini adalah data antropometri subjek bertelapak kaki tidak flat. Subjek berjumlah 104 orang dengan 85 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

Perbedaan Besarnya Luasan Telapak Kaki

Perbedaan nilai rata-rata luasan telapak kaki kiri dan kanan dari subjek laki-laki dan perempuan yang terlihat pada Tabel 2 dan 3 di atas menujukkan bahwa antara telapak kaki kiri dan kanan subjek tidak sama besar luasannya. Perbedaan besarnya luasan telapak kaki dapat ditunjukkan juga pada hasil perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dengan kanan yang disajikan pada Tabel 6. Perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dan kanan pada subjek laki-laki dan perempuan ini dapat dijelaskan oleh Rao dan Kotian (1990) dalam Krishan (2007) yang menyatakan pada dasarnya setiap individu memiliki kaki dominan yang selalu mendukung tubuhnya lebih besar ketika berdiri atau berjalan. Tulang kaki dominan biasanya mendapat gaya yang lebih kuat seperti tekanan saat menunjang berat badan daripada tulang kaki lainnya akibatnya tulang kaki dominan membesar sehingga menghasilkan dimensi telapak kaki yang besar pula. Oleh karena terdapatnya perbedaan besar luasan antara telapak kaki kiri dan kanan, model luasan telapak kaki kiri dan kanan subjek dibuat terpisah.

Tabel 6 Perbedaan rata-rata, standar deviasi, dan t hitung luasan telapak kaki kiri dan kanan subjek laki-laki dan perempuan

Pengukuran

permukaan platform keras (cm2)

-3.005 7.884 -3.514 0.855 8.595 0.434

Luasan telapak kaki keseluruhan

(cm2) 1.188 9.370 1.169 3.076 6.860 1.955

Perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dan kanan subjek laki-laki signifikan pada luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras (t hitung (3.514) > t tabel (1.992)). Sedangkan, perbedaan antara luasan telapak kaki kiri dan kanan subjek perempuan tidak signifikan (t hitung (0.504 dan 1.965) < t tabel (2.101)).

(24)

12

perbedaan ukuran luasan ditemukan signifikan pada luasan telapak kaki bagian yang kontak langsung dengan platform keras subjek laki-laki sehingga perbedaan ukuran ini dianggap anomali.

Model Luasan Telapak Kaki

Tabel 7 Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek laki-laki dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya

Model Persamaan R2

Luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak langsung dengan permukaan latform keras

Ail = 48.224 + 0.488W + 0.178H 0.210

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H 0.457

Luasan telapak kaki kanan bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras

Air = 34.899 + 0.595W + 0.238H 0.301

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan Awr = 67.471 + 0.912W + 0.358H 0.424

Tabel 8 Hasil analisis regresi linier berganda luasan telapak kaki subjek perempuan dengan variabel bebas berat dan tinggi badannya

Model Persamaan R2

Luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras

Ail = 7.141 + 0.528W + 0.353H 0.410

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan Awl = 30.557 + 1.288W + 0.360H 0.670

Luasan telapak kaki kanan bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras

Air = 17.266 + 0.522W + 0.283H 0.385

Luasan telapak kaki kanan keseluruhan Awr = 9.417 + 0.744W + 0.661H 0.543

Regresi merupakan alat analisis statistik yang dapat membantu untuk melakukan prediksi atas variabel terikat dengan mengetahui kondisi variabel bebas (Wahyono 2009). Dalam hal ini, luasan telapak kaki kiri bagian yang kontak langsung dengan permukaan platform keras (Ail), luasan telapak kaki kiri

keseluruhan (Awl), luasan telapak kaki kanan bagian yang kontak langsung dengan

permukaan platform keras (Air), dan luasan telapak kaki kanan keseluruhan (Awr)

(25)

13 yaitu A = a + bW + cH. Satuan untuk variabel luasan telapak kaki adalah cm2, berat badan adalah kg, dan tinggi badan adalah cm. Sedangkan satuan untuk koefisien regresi a adalah cm2, b adalah cm2 kg-1, dan c adalah cm2 cm-1. Hasil analisis regresi linear berganda luasan telapak kaki subjek laki-laki dan perempuan dengan berat dan tinggi badannya disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Kolom ketiga Tabel 7 dan 8 disertakan koefisien determinasi (R2) masing-masing model luasan telapak kaki. Ariefianto (2012) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) pada persamaan regresi menunjukkan proporsi variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Diketahui dari hasil analisis regresi linear berganda model luasan telapak kaki pada penelitian ini, nilai (R2) model-model luasan telapak kaki subjek laki-laki lebih rendah dari nilai R2 model-model luasan telapak kaki subjek perempuan. Artinya, proporsi variasi luasan telapak kaki subjek laki-laki yang dapat dijelaskan oleh berat dan tinggi badannya lebih rendah dari proporsi variasi luasan telapak kaki subjek perempuan yang dapat dijelaskan oleh berat dan tinggi badannya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya korelasi yang signifikan antara variabel bebas model luasan telapak kaki subjek laki-laki. Dari hasil analisis korelasi, koefisien korelasi berat badan subjek laki-laki dengan tinggi badannya sebesar 0.462, signifikan pada alpha 0.01. Hal tersebut berarti berat badan subjek laki-laki berkorelasi cukup kuat dengan tinggi badannya dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Menurut Irianto (2010), regresi linear berganda akan memberikan arti yang baik jika masing-masing variabel bebas benar-benar independen. Namun, berat dan tinggi badan subjek laki-laki berkorelasi dan signifikan korelasinya sehingga menyebabkan kurang baiknya model luasan telapak kakinya. Pada subjek perempuan, koefisien korelasi berat badan dengan tinggi badannya sebesar 0.376, tidak signifikan pada alpha 0.01 maupun 0.05. Hal tersebut menujukkan bahwa model-model luasan telapak kaki subjek perempuan berarti baik.

Verifikasi Model Luasan Telapak Kaki

Dari perhitungan besarnya rata-rata perbedaan antara luasan telapak kaki observasi dengan modelnya, diketahui bahwa model luasan telapak kaki kiri keseluruhan subjek laki-laki dan model luasan telapak kaki kanan keseluruhan subjek perempuan memiliki rata perbedaan yang terkecil dibandingkan rata-rata perbedaan model luasan telapak kaki lainnya (Tabel 9). Hal tersebut menunjukkan bahwa model luasan telapak kaki kiri keseluruhan subjek laki-laki dan model luasan telapak kaki kanan keseluruhan subjek perempuan adalah model yang baik untuk digunakan sebagai model luasan telapak kaki.

(26)

14

mempunyai perbedaan luasan telapak kaki hasil perhitungan model dengan luasan telapak kaki observasinya lebih besar.

Tabel 9 Rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak kaki observasi dan model subjek laki-laki dan perempuan

Pengukuran permukaan platform keras (cm2)

0.352 10.620 0.306 0.343 6.721 0.222

Gambar 4 Hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi dengan modelnya

Gambar 4 menujukkan persamaan regresi linear grafik hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan subjek laki-laki dan perempuan hasil

y = 0.995x

Luasan telapak kaki kiri keseluruhan observasi (cm2)

(27)

15 observasi dengan modelnya. Persamaan regresi linear grafik hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi dengan modelnya yaitu y = 0.995x untuk grafik subjek laki-laki dan y = 0.996x untuk grafik subjek perempuan, dengan y adalah luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil model dan x adalah luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi dengan representasi persamaan sebagai berikut: y = bx. Parameter b disebut slope, yaitu parameter yang menunjukkan kuantitas hubungan antara variabel bebas x dan variabel terikat y (Ariefianto 2012). Jika nilai b sama dengan satu maka kuantitas antara variabel bebas x dan variabel terikat y adalah sama. Pada persamaan regresi linear grafik hubungan antara luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasi subjek laki-laki dan perempuan dengan modelnya tersebut di atas, nilai b mendekati satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil model mendekati luasan telapak kaki kiri keseluruhan hasil observasinya.

Prediksi Ketenggelaman Roda Kendaraan Off-Road

Untuk dapat memprediksi ketenggelaman roda kendaraan off-road, diperlukan parameter pembebanan dan luasan kontak sebagai paramater penentu dalam prediksi ketenggelaman seperti halnya dalam metode tes plat yang dilakukan oleh Bekker (1969) dalam Wong (2001). Dengan demikian, alat/metode yang sederhana seperti ketenggelaman telapak kaki manusia memungkinkan dapat digunakan untuk prediksi ketenggelaman roda kendaraan off-road tersebut dengan berat badan dan luasan telapak kaki sebagai paramater pembebanan dan luasan kontaknya.

Berat badan dapat diukur secara praktis menggunakan timbangan, sedangkan luasan telapak kaki tidak dapat diukur secara praktis karena belum ada alat pengukur luasan telapak kaki. Agar prediksi ketenggelaman telapak kaki menjadi alat/metode yang sederhana, pengukuran luasan telapak kaki pun seyogyanya diukur secara praktis agar petani lebih mudah dan cepat dalam memprediksi ketenggelaman roda kendaraannya. Di penelitian ini dibuat model luasan telapak kaki untuk dapat memprediksi besarnya ukuran luasan telapak kaki secara praktis Dari hasil pengolahan data dan analisis, model luasan telapak kaki subjek laki-laki yang baik digunakan untuk prediksi luasan telapak kaki adalah model luasan telapak kaki kiri keseluruhan sedangkan model luasan telapak kaki subjek perempuan yang baik digunakan untuk prediksi luasan telapak kaki adalah model luasan telapak kaki kanan keseluruhan, masing-masing model luasan telapak kaki tersebut yaitu Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H dan Awr = 9.417 +

0.744W + 0.661H.

(28)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berat badan dan tinggi badan subjek laki-laki dan perempuan mempunyai korelasi positif terhadap luasan telapak kakinya sehingga berat dan tinggi badan dapat digunakan sebagai variabel bebas model luasan telapak kaki. Telapak kaki kiri dan kanan subjek memiliki perbedaan besar luasan, oleh karena itu model luasan telapak kaki kiri dan kanan dibuat terpisah.

Model luasan telapak kaki subjek laki-laki dan perempuan yang akan digunakan untuk memprediksi luasan telapak kaki sebagai salah satu parameter ketenggelaman telapak kaki yaitu model luasan telapak kiri keseluruhan. Model luasan telapak kaki tersebut yaitu Awl = (-3.928) + 0.880W + 0.800H dan Awr =

9.417 + 0.744W + 0.661H.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengolahan data yang berbeda dengan pengolahan data yang sekarang gunakan untuk memperoleh model yang lebih baik yakni model yang menghasilkan nilai prediksi yang mendekati dengan nilai observasi. Selain itu, hal tersebut juga dapat dicapai dengan menggunakan data antropometri yang lebih banyak dari data antropometri yang sekarang gunakan agar semakin banyak data yang terwakili dan kemungkinan munculnya kesalahan semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Ariefianto MD. 2012. Ekonometrika; Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan EVIEWS. Jakarta (ID): Erlangga.

Artaria MD. 2001. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan: penelitian antropometris pada anak-anak umur 6-19 tahun. J Masy Kebud dan Pol [Internet]. [diunduh 2013 Nop 11]; 4(1):343-349. Tersedia pada: http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/08_artaria_Dimorfisme_Seksual_pa da_Ukuran_Antropometris.pdf.

Augusta RM. 2012. Hubungan antara tinggi badan, berat badan, kekuatan otot perut, kekuatan otot lengan, kelentukan pergelangan tangan, kekuatan otot tungkai dan power kaki terhadap hasil jumping smash. J Prestasi Olahraga [Internet].[diunduh 2013 Des 5]; 1(1):[Nomor halaman tidak diketahui]. Tersedia dari: http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jurnal-prestasi-olahraga/ artikel/2142.

(29)

17 Fatmah. 2006. Persamaan (equation) tinggi badan manusia usia lanjut (manula) berdasarkan usia dan etnis pada 6 panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Makara of Health Series [Internet].[diunduh 2013 Des 5]; 10(1):7-16. Tersedia pada: http://journal.ui.ac.id/health/article/view /145.

Herd M. 2011. Perawatan tepat bagi anda yang memiliki telapak kaki datar (flat feet) [Internet].[diacu 2013 Nop 11]. Tersedia dari: http://duniafitnes.com/ health/perawatan-tepat-bagi-anda-yang-memiliki-telapak-kaki-datar-flat-feet.html.

Irianto A. 2010. Statistik: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta (ID): Kencana.

Krishan K. 2007. Estimation of stature from footprint and foot outline dimensions in Gujjars of North India. Forensic Sci Int. 175(1):93-101.doi:10.1016/j.forsciint.2007.05.014.

Nurmianto E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya (ID): Guna Widya.

Rahmawati NT, Budiharjo S, Ashizawa K. 2006. Somatotypes of young male athletes and non-athlete students in Yogyakarta, Indonesia. Anthropological Sci. 115(1):1-7.doi:10.1537/ase.051008.

Rangkuti SR. 2002. Rancang bangun instrumen pengukuran kemampuan traksi traktor 2 roda pada lahan sawah [Skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor.

Robbins LM. 1986. Estimating height and weight from size of footprints. Journal of Forensic Science, JFSCA [Internet]. [diunduh 2013 Des 5]; 31(1):143-152. Tersedia pada: http://bigfootforums.com/uploads/post-18864-0-67052600-1350585043.ipb.

Sen J, Ghosh S. 2008. Estimation of stature from foot length and foot breadth among the Rajbanshi: an indigenous population of North Bengal. Forensic Sci Int. 181(1):55.e1-55.e6.doi:10.1016/j.forsciint.2008.08.009.

Soebroto SW. 2000. Prinsip-prinsip perancangan berbasiskan dimensi tubuh (antropometri) dan perancangan stasiun kerja. Di dalam: Soebroto SW, editor. Methods Engineering: Adaptasi ISO/TC159 (Ergonomics) dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) [Internet]; 2000 Okt 17-19; Bandung, Indonesia. [Nama penerbit dan halaman artikel tidak diketahui]; [diunduh 2012 Apr 9]. Tersedia pada: http://personal.its.ac.id/files/pub/2829-m_sritomo-ie-Rancang an%20Antropometri%20&%20Work%20Station.pdf. Tortora GJ, Derrickson B. 2006. Principles of Anatomy and Physiology 11th

edition. New York (US): J Wiley.

Wahyono T. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.

(30)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 28 Maret 1990 dari ayah Marodih dan ibu Saanih. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 66 Jakarta dan pada tahun 2009 penulis lulus masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Teknik Pertanian yang sekarang berganti nama menjadi Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Gambar

Gambar 3  Diagram alir prosedur penelitian
Tabel 2  Deskripsi statistik data antropometri subjek laki-laki (85 orang)
Tabel 4  Koefisien korelasi Pearson antara berat badan dengan luasan telapak kaki
Tabel 9  Rata-rata, standar deviasi, dan t hitung perbedaan antara luasan telapak

Referensi

Dokumen terkait

Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetic dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan

The web link that we offer in this website is available to click and afterwards download this Vacation Is Murder (McKinley Mysteries) By Carolyn Arnold You recognize, having soft

Pada perlakuan N4, daya lampu yang digunakan lebih besar dari perlakuan lain sehingga berat berangkasan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain di ruang

Tampilan ini berisi tentang data relasi yang akan dimasukkan ke dalam sistem, seperti terlihat pada Gambar 3. 0 Sistem Distribusi Obat Gudang Induk Kacab Relasi Obat + Nota

Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan kepada publik terkait pemantauan dan evaluasi terhadap

pembawa ( carrier ) talk dapat mengendalikan trips pada krisan hingga 97% dibandingkan kontrol (Silvia et al. 2010), pada kepadatan 10 9 konidia/ml efektif menekan serangan kutudaun

This study entitled Speech Styles in Sasak Oral Folktales: A Sociolinguistic Perspective aims to find out the speech styles used, factors influence the use of

Schipper berpendapat bahwa manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang