SKRIPSI
ANALISIS VALUE ADDED SEBAGAI INDIKATOR INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA
OLEH :
HERIAMAN HARIANJA 100501057
PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Value Added sebagai Indikator
Intellectual Capital terhadap kinerja perbankan di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan
beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Medan, April 2014 Yang membuat pernyataan,
Heriaman Harianja
ABSTRAK
ANALISIS VALUE ADDED SEBAGAI INDIKATOR INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Nilai Tambah (Value Added) yakni modal manusia (VAHU), modal struktural (STVA) dan modal usaha (VACA) sebagai indikator dari Intellectual Capital. Penelitian ini menguji pengaruh koefisien nilai tambah modal manusia (VAHU), koefisien nilai tambah modal struktural (STVA) dan koefisien nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap kinerja keuangan (ROA), kinerja ekonomi (OPM) dan kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari situs
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012 sebanyak 28 perusahaan. Pengujian menggunakan software pengolahan data statistik yaitu Eviews 6.0.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tambah modal manusia (VAHU) berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA), kinerja ekonomi (OPM) dan kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan di Indonesia. Nilai tambah modal struktural (STVA) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) dan kinerja ekonomi (OPM) namun berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan di Indonesia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai tambah modal usaha (VACA) berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) tetapi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja kinerja ekonomi (OPM) dan kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan di Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSING VALUE ADDED AS AN INDICATOR OF INTELLECTUAL CAPITAL ON BANKING PERFORMANCE IN INDONESIAN
The purpose of this research is to analyse the role of value added (VA) that human capital (VAHU), structural capital (STVA) and capital employed (VACA) as an indicator of Intellectual Capital. This research was examines the effect of value added human capital coefficient (VAHU), structural capital value added coefficient (STVA) and value added capital employed (VACA) on financial performance (ROA), economic performance (OPM) and stock market performance (MBV) on banking companies.
The data that was used in this research was the secondary data those are taken from the website www.idx.co.id obtained from annual reports of banking companies listen in Indonesia Stock Exchange. The sample selection is using purposive sampling method. The sample in this research is a conventional commercial bank listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2012 for 28 companies. Tests using the statistical data processing software is Eviews 6.0.
The results of this research indicate that the value added of human capital (VAHU) significant negative effect on financial performance (ROA), economic performance (OPM) and stock market performance (MBV) on Indonesian banking companies. Structural capital value added (STVA) significant positive effect on financial performance (ROA) and economic performance (OPM) but significant negative effect on the performance of the stock market (MBV) on Indonesian banking companies. The results this research also shows that the value added capital employed (VACA) significant negative effect on financial performance (ROA) but significant positive effect on the performance of economic performance (OPM) and stock market performance (MBV) on Indonesian banking companies.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis value added sebagai indikator intellectual capital terhadap kinerja perbankan di Indonesia”. Dalam hal ini penulis juga telah banyak menerima
bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan
skripsinya. Terutama bagi kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi Jonner Harianja dan Hotmauhur Simarmata yang selalu memberikan motivasi, doa, nasehat dan semangat yang tulus hingga pada saat ini.
Dalam kesempatan ini juga penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen dan
Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, SE, M.Si, sebagai Sekretaris
Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, sebagai Ketua Program Studi
S-1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, sebagai
sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, sebagai Penasehat Akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan.
5. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak, sebagai Dosen Pembimbing saya
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
6. Ibu Raina Linda Sari, SE, M.Si, sebagai Dosen Pembanding I dan Bapak
Sahat Silaen, SE, M.Si, sebagai Dosen Pembanding II yang telah
memberikan saran-saran untuk menyempurnakan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi
khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, April 2014
Penulis,
Heriaman Harianja
DAFTAR ISI
2.1.5.2. Nilai Tambah sebagai indikator Intellectual Capital ... 19
2.1.5.3. Komponen-Komponen VAICTM ... 19
2.1.5.4. Langkah-Langkah Perhitungan Model VAICTM ... 21
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
2.3. Kerangka Konseptual ... 24
2.4. Hipotesis Penelitian ... 25
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
3.11.1. Analisis Deskriptif ... 39
3.11.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 40
3.11.2.1. Uji Multikolinearitas ... 40
3.11.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 40
3.11.3. Analisis Regresi Berganda ... 40
3.11.4. Pengujian Hipotesis ... 42
3.11.4.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 42
3.11.4.2. Uji Statistik F ... 42
3.11.4.3. Uji Statistik T ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Objek Penelitian ... 44
4.3.4. Hasil Uji Asumsi Klasik Model Regresi Pertama ... 58
4.3.4.1. Uji Multikolinearitas ... 58
4.3.4.2. Uji Heterokedastisitas ... 58
4.3.4.3. Pengujian Hipotesis Model Regresi Pertama ... 59
4.3.4.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 59
4.3.4.3.2. Uji Statistik F ... 59
4.3.4.3.3. Uji Statistik T ... 60
4.3.5. Hasil Uji Asumsi Klasik Model Regresi Kedua ... 62
4.3.5.1. Uji Multikolinearitas ... 62
4.3.5.2. Uji Heterokedastisitas ... 62
4.3.5.3. Pengujian Hipotesis Model Regresi Kedua ... 63
4.3.5.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 63
4.3.5.3.2. Uji Statistik F ... 63
4.3.5.3.3. Uji Statistik T ... 64
4.3.6. Hasil Uji Asumsi Klasik Model Regresi Ketiga ... 66
4.3.6.1. Uji Multikolinearitas ... 66
4.3.6.2. Uji Heterokedastisitas ... 66
4.3.6.3. Pengujian Hipotesis Model Regresi Ketiga ... 67
4.3.6.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 67
4.3.6.3.2. Uji Statistik F ... 67
4.4. Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 69 4.4.1. Pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai
tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap kinerja keuangan
perbankan ... 69 4.4.2. Pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai
tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap kinerja ekonomi
perbankan ... 71 4.4.3. Pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai
tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap kinerja pasar saham perbankan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 77 5.3. Saran... ... 78
DAFTAR PUSTAKA. ... xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauaan Penelitian Terdahulu 23
3.1 Skala Pengukuran Variabel 34
4.1 Penentuan Jumlah Sampel 44
4.2. Statistik Deskriptif 45
4.3. Hasil Uji Hausman - Model 1 51
4.4 Hasil Uji Hausman - Model 2 53
4.5 Hasil Uji Hausman - Model 3 54
4.6 Hasil Regresi Metode Fixed Effect (FEM) - Model 1 55 4.7 Hasil Regresi Metode Fixed Effect (FEM) - Model 2 56 4.8 Hasil Regresi Metode Fixed Effect (FEM) - Model 3 57
4.9 Koefisien Determinasi - Model 1 59
4.10 Uji F-statistik - Model 1 60
4.11 Uji T-statistik - Model 1 60
4.12. Koefisien Determinasi - Model 2 63
4.13 Uji F-statistik - Model 2 64
4.14 Uji T-statistik - Model 2 64
4.15 Koefisien Determinasi - Model 3 67
4.16 Uji F-statistik - Model 3 68
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
ABSTRAK
ANALISIS VALUE ADDED SEBAGAI INDIKATOR INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Nilai Tambah (Value Added) yakni modal manusia (VAHU), modal struktural (STVA) dan modal usaha (VACA) sebagai indikator dari Intellectual Capital. Penelitian ini menguji pengaruh koefisien nilai tambah modal manusia (VAHU), koefisien nilai tambah modal struktural (STVA) dan koefisien nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap kinerja keuangan (ROA), kinerja ekonomi (OPM) dan kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari situs
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012 sebanyak 28 perusahaan. Pengujian menggunakan software pengolahan data statistik yaitu Eviews 6.0.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tambah modal manusia (VAHU) berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA), kinerja ekonomi (OPM) dan kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan di Indonesia. Nilai tambah modal struktural (STVA) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) dan kinerja ekonomi (OPM) namun berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan di Indonesia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai tambah modal usaha (VACA) berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) tetapi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja kinerja ekonomi (OPM) dan kinerja pasar saham (MBV) perusahaan perbankan di Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSING VALUE ADDED AS AN INDICATOR OF INTELLECTUAL CAPITAL ON BANKING PERFORMANCE IN INDONESIAN
The purpose of this research is to analyse the role of value added (VA) that human capital (VAHU), structural capital (STVA) and capital employed (VACA) as an indicator of Intellectual Capital. This research was examines the effect of value added human capital coefficient (VAHU), structural capital value added coefficient (STVA) and value added capital employed (VACA) on financial performance (ROA), economic performance (OPM) and stock market performance (MBV) on banking companies.
The data that was used in this research was the secondary data those are taken from the website www.idx.co.id obtained from annual reports of banking companies listen in Indonesia Stock Exchange. The sample selection is using purposive sampling method. The sample in this research is a conventional commercial bank listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2012 for 28 companies. Tests using the statistical data processing software is Eviews 6.0.
The results of this research indicate that the value added of human capital (VAHU) significant negative effect on financial performance (ROA), economic performance (OPM) and stock market performance (MBV) on Indonesian banking companies. Structural capital value added (STVA) significant positive effect on financial performance (ROA) and economic performance (OPM) but significant negative effect on the performance of the stock market (MBV) on Indonesian banking companies. The results this research also shows that the value added capital employed (VACA) significant negative effect on financial performance (ROA) but significant positive effect on the performance of economic performance (OPM) and stock market performance (MBV) on Indonesian banking companies.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi melahirkan fenomena baru dalam struktur perekonomian
global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa
perubahan yang cukup signifikan dalam pengelolaan sektor bisnis untuk mampu
mempertahankan industrinya serta bersaing dalam pasar. Kemampuan bersaing
tidak hanya terletak pada kepemilikan aset tidak berwujud (intangible asset), tetapi juga lebih kepada inovasi, pengetahuan, pengelolaan organisasi, sistem
informasi serta pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia yang dimiliki.
Sumber daya dan aset terpenting bagi perusahaan telah diganti dari aset berwujud
menjadi intellectual capital (modal intelektual) yang menjadi elemen penting dalam peningkatan daya saing perusahaan saat ini. Hal inilah yang menjadi dasar
penyebab pergeseran paradigma dalam dimensi kehidupan manusia dimana
paradigma lama yang menitikberatkan pada kekayaan fisik (phisical capital) menjadi paradigma baru yang memfokuskan pada nilai kekayaan intelektual
(intellectual capital).
Bank adalah lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta merupakan institusi keuangan penting dalam ekonomi (Irmayanto dkk, 2009: 11). Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
kepada masyarakat dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Falsafah yang mendasari usaha bank
adalah kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu faktor manusia didalamnya
tersirat modal intelektual (intellectual capital) menjadi elemen penting pada bisnis perbankan. Hal ini disebabkan bank dikategorikan sebagai industri yang berbasis
pada intelektualitas yang berinovasi dalam pengembangan produk dan jasa serta
pengetahuan dan fleksibilitas merupakan aspek kritis yang menentukan
kesuksesan bisnis perbankan.
Organization for Economic and Development (OECD)(2008) menyatakan bahwa saat ini telah banyak perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan dan
pengembangan karyawan (Research and Development / R&D), hubungan konsumen, sistem komputerisasi dan administrasi, dan lain-lain. Investasi yang
dimaksud adalah intellectual capital (IC) yang berkembang dan bersaing dengan investasi modal keuangan dan fisik di beberapa negara. Oleh karena itu modal
intelektual perlu untuk diungkapkan dalam suatu perusahaan. Beberapa penulis
seperti Stewart (1997) dan Zeghal (2000) menganggap perubahan struktur
investasi sebagai munculnya pengetahuan baru berbasis ekonomi yang didorong
oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan. Dengan adanya
permintaan transparansi yang meningkat di pasar modal, informasi modal
intelektual membantu investor menilai kemampuan perusahaan dengan lebih baik.
Oleh karena itu beberapa pihak tertarik untuk meneliti praktek pengungkapan
modal intelektual. Beberapa penulis seperti Edvinson (1997) dan William (2001)
nilai baru dalam perekonomian. Namun keberadaan intellectual capital dalam laporan keuangan belum dapat terpecahkan dengan jelas. Pengukuran yang tepat
terhadap modal intelektual perusahaan belum dapat ditetapkan.
Menurut Pulic (1998) intellectual capital berbasis pasar tidak dapat diukur pada perusahaan yang tidak terdaftar di bursa saham. Perusahaan-perusahaan
tersebut perlu cara alternatif lain untuk menentukan intellectual capital berbasis pasar. Pulic (1998) juga mengemukakan belum ada sistem yang memadai untuk
pemantauan efisiensi kegiatan bisnis saat ini yang dilakukan oleh karyawan,
apakah potensi mereka diarahkan untuk penciptaan atau pengurangan nilai.
International Accounting Standards/ Internasional Financial Reporting Standards (IAS/ IFRS) serta International Accounting Standards Boards (IASB), juga belum berkontribusi dalam mendefenisikan konsep, prinsip-prinsip serta metode
penilaian intellectual capital.
Dengan adanya kesulitan dalam pengukuran intellectul capital maka Pulic (1998) dalam Tan et al. (2007) mengembangkan sebuah metode yang dikenal
dengan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) untuk mengukur intellectual capital perusahaan. Pulic (1998) mengatakan bahwa VAIC™ menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut telah dimanfaatkan secara efisien
dalam perusahaan. Metode VAIC™ dirancang untuk menyediakan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud yang
capital (Structural Capital Value Added – STVA). Value Added Human Capital (VAHU) merupakan indikator efisiensi nilai tambah modal manusia yang
mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah
perusahaan. Structural Capital Value Added (STVA) merupakan indikator efisiensi nilai tambah modal struktural yang mengindikasikan keberhasilan modal
struktural dalam membuat nilai pada sebuah perusahaan. Value Added Capital Employed (VACA) merupakan indikator efisiensi nilai tambah modal usaha yang menggambarkan berapa banyak nilai tambah modal perusahaan yang dihasilakan
dari modal usaha yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan Bontis (2000) pada pengujian intellectual capital yang terdiri dari human capital, structural capital dan customer capital terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa human capital dan structural capital menjadi faktor yang signifikan dalam menjalankan usaha perusahaan dan structural capital memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan. Pramudita (2012) melakukan pengujian empiris pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan perbankan. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa intellectual capital menjadi faktor yang sangat kuat untuk memprediksi kinerja perusahaan perbankan. Penelitian lainnya lebih fokus pada
praktek-praktek pelaporan intellectual capital dalam laporan tahunan perusahaan (Abdolmohammadi, 2005; Bontis, 2000; Cahyaning, 2010). Sebagian dari peneliti
memfokuskan penelitiannya pada masalah pengukuran intellectual capital yang tidak dicatat dalam laporan keuangan perusahaan (Stewart, 1997; Pulic, 1998;
intellectual capital dalam konteks pengambilan keputusan, terutama kegunaannya kepada investor pada pasar modal (Lev dan Sougiannis, 1996).
Fenomena intellectual capital di Indonesia berkembang setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 (Revisi 2000) tentang
aktiva tidak berwujud. Berdasarkan PSAK No. 19 dinyatakan bahwa aktiva tidak
berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi tidak mempunyai
wujud fisik serta digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa disewakan
kepada pihak lainnya ataupun untuk tujuan administratif. Pernyataan PSAK
tersebut menyebutkan beberapa contoh aktiva tidak berwujud antara lain ilmu
pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru,
lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang
termasuk merek produk. Selain itu juga meliputi piranti lunak komputer, hak
paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar pelanggan, hak pengusahaan hutan,
kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan
pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar. Meskipun tidak dinyatakan secara
eksplisit sebagai intellectual capital, namun hal tersebut telah menggambarkan perhatian terhadap intellectual capital. Penelitian yang berkaitan dengan modal intelektual di Indonesia belum banyak, khususnya yang menggunakan metode
dengan model VAIC™ sebagai instrumen pengukuran intellectual capital. Akan tetapi penelitian tentang intellectual capital sangat penting dilakukan di Indonesia sebab:
Pertama terdapat keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. Dimana salah satu
ketentuannya adalah laporan tahunan wajib memenuhi ikhtisar data keuangan
penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan
pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas
laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan (corporate governance) telah menjadi perhatian dalam laporan tahunan perusahaan. Selain itu, ketentuan dalam laporan
tersebut juga mencakup pengukuran yang diperlukan untuk model Pulic yang
menginformasikan metodologi dalam penelitian ini.
Kedua, telah diadakannya studi Most Admired Study Enterprise (MAKE) sejak tahun 2005 di Indonesia. MAKE study pertama kali diadakan pada tahun 1998 oleh Teleos yang bekerjasama dengan KNOW Network. Teleos adalah
sebuah badan penelitian mandiri di bidang knowledge management dan intellectual capital. The KNOW Network adalah sebuah komunitas organisasi seluruh dunia berbasis internet yang berdedikasi mencapai kinerja superior
melalui benchmarking, networking, dan best practice knowledge sharing. Dengan demikian pengungkapan intellectual capital untuk melihat kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai tambah (value added) sudah menjadi keharusan dalam mengelola kinerja perusahaan khususnya perusahaan perbankan.
Ketiga, masih terdapat beberapa perbedaan oleh para ahli dalam hal
pengukuran intellectual capital baik dalam hal penggunaan metode-metode pengukuran yang ada maupun pengungkapan metode-metode yang baru untuk
tersebut memungkinkan para ilmuan untuk berupaya mengembangkan ilmu
pengetetahuan khususnya berkaitan dengan pengukuran intellectual capital. Dengan demikian mendorong para peneliti-peneliti yang baru untuk menemukan
ukuran yang tepat terhadap intellectual capital. Berdasarkan fenomena tersebut pengungkapan intellectual capital sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan khususnya perusahaan perbankan dalam menciptakan value added.
Berdasarkanfenomena diatas terdapat kesenjangan dan ketidakkonsistenan
dalam pengukuran intellectual capital terhadap perusahaanperbankan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk memperluas usaha menemukan ukuran yang tepat
dari intellectual capital. Untuk itu peneliti membuat sebuah penelitian dengan judul penelitian “ANALISIS VALUE ADDED SEBAGAI INDIKATOR INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap
Return On Asset perusahaan perbankan?
2. Bagaimana pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap
3. Bagaimana pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap
Market to Book Value perusahaan perbankan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirincikan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap
Return On Asset perusahaan perbankan.
2. Mengetahui pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap
Operating Margin perusahaan perbankan.
3. Mengetahui pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA) terhadap
Market to Book Value perusahaan perbankan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Ditinjau dari manfaat teoritis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
2. Manfaat Praktis
Ditinjau dari manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau petunjuk bagi para manajemen perusahaan perbankan dalam
mengelola sumberdaya perusahaan secara efektif sehingga dapat memberikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perbankan
Defenisi bank berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pada pasal
1 (butir 2) tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Pada dasarnya perbankan mempunyai fungsi mentransfer
dana (loanable funds) dari unit surplus (lender) kepada peminjam (borrowers). Dalam hal ini bank berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dimana bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana
(surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Unit surplus akan menerima pendapatan, misalnya pendapatan bunga dari bank tersebut
sementara unit defisit akan membayar beban bunga kepada bank tersebut. Dengan
demikian bank mempunyai peranan penting bagi aktivitas perkonomian yaitu
sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.
Menurut Firer dan William (2003) perusahaan perbankan adalah salah satu
sektor yang memiliki intellectual capital paling intensif. Selain dari aspek intelektual secara keseluruhan karyawan pada perusahaan perbankan lebih
Maaloul (2010), Wibowo dan Sabeni (2012) memberikan bukti empiris bahwa
perusahaan perbankan sangat dipengaruhi oleh intellectual capital. 2.1.2. Fungsi Perbankan
Secara umum fungsi utama bank adalah meghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan sebagai
financial intermediary. Secara lebih spesifik bank berfungsi sebagai agent of trust, agent of development dan agent of services. Bank berfungsi sebagai agent of trust, dimana dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan baik dalam hal
penghimpunan dan penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya
di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa
uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, bank tidak akan bangkrut dan pada
saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
Sebagai agent of development, bank dapat melancarkan kegiatan perekonomian masyarakat baik di sektor moneter dan sektor riil. Kegiatan bank
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi serta kegiatan
konsumsi barang dan jasa mengingat kegiatan tersebut tidak dapat terlepas dari
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak
lain merupakan kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. Bank
sebagai agent of services, dimana selain menghimpun dan menyalurkan dana perbankan juga memberikan penawaran jasa yang lain kepada masyarakat. Jasa
yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
2.1.3. Knowledge Based View (KBV)
Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan atau Knowledge Based View (KBV)merupakan ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan
(Resource Based View) yang memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung modal intelektual (intellectual capital). Asumsi dasar pandangan berbasis pengetahauan perusahaan berasal dari pandangan berbasis sumber daya
perusahaan. Namun, pandangan berbasis sumber daya perusahaan belum
memberikan pengakuan pengetahuan yang memadai. Karakterisktik pandangan
berbasis pengetahuan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan memegang makna yang paling strategis bagi perusahaan.
2. Kegiatan dan proses produksi perusahaan melibatkan penerapan pengetahuan.
3. Individu-individu dalam perusahaan bertanggung jawab untuk membuat,
memegang dan berbagi pengetahauan perusahaan.
Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal
manusia dalam membangun perusahaan yang dicapai dengan peningkatan
keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional jangka panjang
perusahaan. Dalam pandangan berbasis pengetahuan perusahaan mengembangkan
pengetahuan baru yang penting untuk kepentingan kompetitif perusahaan.
Kapasitas dan keefektifan perusahaan dalam menyampaikan pengetahuan dan
informasi menentukan nilai perusahaan sebagai dasar keunggulan kompetitif
2.1.4. Kinerja Perbankan
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan
secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja
merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun,
karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok
penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa
kebijakan manajemen atau rencana formal yang disusun dalam anggaran. Kinerja
perbankan merupakan ukuran kemampuan perbankan dalam menciptakan nilai
tambah bagi kelangsungan perusahaan perbankan untuk masa mendatang. Untuk
mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan pengukuran kinerja. Secara
umum kinerja perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan
kinerja nonkeuangan, namun yang sering digunakan adalah kinerja keuangan.
Kinerja keuangan mengkaji semua variabel yang berkaitan dengan laporan
keuangan. Kinerja keuangan perusahaan perbankan dapat diukur dari laporan
keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran
tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi posisi keuangan dan kinerja
keuangan masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi
diperlukan manajemen perusahaan perbankan untuk memaksimalkan kinerjanya.
Untuk mengukur kinerja keuangan perbankan digunakan rasio-rasio keuangan.
Dalam penelitian ini kinerja perbankan diuji kedalam tiga dimensi. Pertama,
dimensi profitabilitas (kinerja keuangan) yaitu kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba. Rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva perusahaan. Kedua, dimensi produktivitas (kinerja ekonomi)
untuk menilai apakah pengelolaan input menjadi output berjalan efisien dan
efektif. Dimensi ketiga premi pasar (kinerja pasar saham) yaitu tingkat dimana
nilai pasar perusahaan melebihi nilai bukunya. Pada penelitian ini untuk menilai
kinerja keuangan digunakan rasio Return On Asset, kinerja ekonomi menggunakan rasio Operating Margin dan untuk menilai kinerja pasar saham perbankan digunakan rasio Market to Book Value.
Dalam penelitian ini digunakan tiga rasio yang mewakili kinerja
perusahaan perbankan:
1. Kinerja keuangan
Dalam Penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan digunakan rasio
Return On Asset (ROA). Return On Asset adalah kemampuan dari modal untuk diinvestasikan kedalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Dalam perhitungan Return On Asset laba menjadi elemen penting menilai efektivitas penggunaan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba.
asset. Return On Asset digunakan sebagai proxy untuk kinerja keuangan perusahaan perbankan (Chen et al. 2005; Wibowo dan Sabeni, 2012).
2. Kinerja Ekonomi
Untuk menilai kinerja ekonomi perbankan penelitian ini menggunakan
rasio Operating Margin menyajikan informasi mengenai laba perusahaan dari aktivitas penjualan. Pada penelitian ini penjualan (sales) diartikan pendapatan, karena kegiatan utama perusahaan perbankan adalah memberikan pelayanan jasa
keuangan berupa penawaran produk-produk perbankan sebagai sumber
pendapatan perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran besarnya margin laba
kotor dari aktivitas penjualan serta untuk mengukur tingkat efisiensi operasi
perusahaan. Rasio Operating Margin (OPM) digunakan sebagai proxy untuk kinerja ekonomi perusahaan perbankan (Sougiannis, 1996; Wibowo dan Sabeni,
2012).
3. Kinerja Pasar Saham
Untuk menilai kinerja pasar saham perbankan digunakan rasio Market to Book Value (MBV) dihitung dengan membagi total kapitalisasi pasar (harga saham dikali jumlah saham yang beredar) dengan nilai buku equitas yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini memberikan pandangan kepada investor tentang
2.1.5. Modal Intelektual (Intellectual Capital)
Perhatian perusahaan terhadap modal intelektual beberapa tahun terkahir
semakin meningkat. Hal ini disebabkan munculnya kesadaran bahwa modal
intelektual merupakan landasan bagi perusahaan untuk berkembang dan bersaing
dengan perusahaan lain. Ada banyak defenisi berbeda mengenai modal
intelektual. Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang
diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (William, 2001). Modal
intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan kekayaan
intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan
(Stewart, 1997). Modal intelektual juga mencakup semua pengetahuan karyawan,
organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah yang dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah
diidentifikasi sebagai seperangkat aset tak berwujud yaitu sumber daya,
kemampuan dan kompetensi yang menggerakkan kinerja organisasi dan
penciptaan nilai (Bontis, 1998).
Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberi
keuntungan terhadap kinerja masa depan perusahaan. Beberapa ahli telah
mengemukakan elemen-elemen yang terdapat dalam intellectual capital. Namun, semuanya tidak ada ketetapan pasti mengenai elemen-elemen tersebut. Sehingga
secara umum elemen-elemen dari modal intelektual terdiri dari modal manusia
(customer capital) (Bontis, 2000). Defenisi dari masing-masing komponen modal intelektual sebagai berikut :
1. Modal manusia (Human Capital/ HC) yaitu keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya
dalam berhubungan dengan pelanggan seperti pendidikan, pengalaman,
keterampilan dan kreatifitas. Menurut Bontis (2000) human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi serta
kemampuan menyelesaikan tugas meliputi nilai perusahaan, kultur dan
filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan
karyawannya maka hal tersebut dapat meningkatkan human capital. Dengan demikian human capital merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang terdapat pada setiap individu yang ada didalamnya. Human capital ini selanjutnya akan mendukung structural capital dan customer capital.
2. Modal struktural (Structural Capital/ SC) yaitu pengetahuan yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar, mencakup proses produksi,
teknologi informasi, sistem operasional perusahaan, hubungan dengan
pelanggan, reseearch & development dan lain-lain. Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan
memiliki pengetahuan tinggi namun jika tidak didukung sarana dan prasarana
yang memadai maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan
3. Modal pelanggan (Customer Capital/ CC) yaitu orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan yang menerima pelayanan dari perusahaan
tersebut. Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok, pelanggan,
bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Customer capital juga dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan keiinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan
pihak luar.
2.1.5.1. Pengukuran Modal Intelektual (Intellectual Capital)
Tan et al . (2005) menyebutkan metode yang dikembangkan untuk
pengukuran intellectual capital dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu: 1. Metode yang tidak menggunakan penilaian/ ukuran nonmoneter, antara lain :
a. The Balance Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992).
b. Brooking’s Technology Broker Method (1996).
c. The Edvinssion and Malone Skandia Intellectual Capital Report Method (1997).
d. The Intellectual Capital-Index yang dikembangkan oleh Ross, dkk (1997). e. Sveiby’s Intellectual Capital Monitor Approach (1997).
f. The Heuristic Frame yang dikembangkan oleh Joia (2000). g. Vanderkaay’s Vital Sign Scorecard (2000).
2. Metode dengan menggunakan ukuran moneter, antara lain:
a. Model EVA dan MVA (Bontis et al, 1999).
b. Market to Book Value model. c. Tobin’s q method (Luthi, 1998). d. Pulic VAIC™ model (1998, 2000). e. Calculated intangible value (2000).
f. The Knowledge Capital Earnings model (Lev and Feng, 2001).
Dari berbagai macam teknik pengukuran intellectual capital dipilih satu pengukuran. Dalam penelitian ini teknik pengukuran intellectual capital yang digunakan adalah tenknik pengukuran model Pulic. Intellectual capital dalam model Pulic diukur berdasarkan nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh physical capital/ capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998).
2.1.5.2. Nilai Tambah sebagai indikator Intellectual Capital (Value Added Intellectual Coefficient - VAIC™)
Koefisien nilai tambah modal intelektual diusulkan oleh Pulic (1998)
menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. VAIC™ merupakan suatu prosedur analisis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain
yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai
sumber daya utama. Metode tersebut sangat penting untuk mengukur kontribusi
dari setiap sumber daya manusia, struktural, fisik dan keuangan untuk
menciptakan nilai tambah perusahaan.
2.1.5.3. Komponen-Komponen VAICTM
Model VAIC™ dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan kemampuan perusahaan dalam penciptaan
nilai (Pulic, 2004). Berikut beberapa komponen-komponen VAIC™ : 1. Value Added Human Capital (VAHU)
Value Added Human Capital mengindikasikan kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan oleh tenaga
kerja tersebut. Semakin banyak value added yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah
mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga
kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan
perbankan.
2. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan indikator efisiensi nilai tambah modal struktural yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
3. Value Added Capital Employed/ Physical & Financial (VACA)
Value Added Capital Employed/ Physical & Financial menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari modal usaha yang digunakan. Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam memanfaatkan Capital Employed (CE) jika satu unit dari Capital Employed (CE) menghasilkan return lebih besar dari perusahaan lain. Kemampuan perusahaan dalam mengelola CE dengan baik
merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan tersebut.
2.1.5.4. Langkah-Langkah Perhitungan Model VAICTM
Dalam menghitung intellectual capital perusahaan perbankan maka digunakan model VAICTMdengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Pertama, menghitung value added. Sesuai dengan stakeholder theory value VAIC™ added dihitung sebagai berikut :
VA= OUT – IN
Output (OUT) adalah pendapatan yang terdiri dari semua produk dan jasa yang
dijual di pasar. Input (IN) mencakup semua biaya operasional perusahaan
dikurangi biaya karyawan yang tidak dianggab sebagai biaya.
2. Kedua, menilai hubungan antara VA dengan HC. Koefisien nilai tambah modal
manusia (value added human capital coefficient - VAHU) menunjukkan seberapa besar VA telah dibuat satu unit keuangan untuk diinvestasikan pada
karyawan. Pulic (2004) menganggab biaya karyawan sebagai indikator HC.
Dengan demikian biaya karyawan tidak lagi menjadi bagian dari input tetapi
sebagai investasi. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan
VAHU= VA/ HC
3. Ketiga, menilai hubungan VA dengan SC. Koefisien nilai tambah modal
struktural (structural capital value added coefficient – STVA) menunjukkan seberapa besar kontribusi SC dalam penciptaan nilai. Menurut Pulic (2004) SC
merupakan hasil pengurangan dari HC terhadap VA. Semakin besar HC maka
akan semakin kecil saham SC. Dengan demikian hubungan antara VA dengan
SC dihitung sebagai berikut:
STVA= SC/ VA
4. Keempat, menilai hubungan antara VA dengan CA. Menurut Pulic (2004)
intellectual capital tidak dapat menemukan nilai sendiri. Oleh karena itu, diperlukan modal fisik dan financial kedalam rekening untuk memiliki
informasi tentang totalitas VA yang diciptakan sumber daya pwerusahaan.
Koefisien nilai tambah modal usaha/ fisik & financial (value added capital employed – VACA) menunjukkan seberapa besar nilai baru nilai baru dicitakan oleh satu unit keuangan untuk diinvestasikan kedalam modal usaha.
Dengan demikian hubungan antara VA dan CE menunjukkan kemampuan
modal yang digunakan untuk menciptakan nilai dalam suatu perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan intelletual capital:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel
industrinya.
Pramudita, 2012 Pengaruh intellectual
2.3. Kerangka Konseptual
Mengacu pada model penelitian Pulic (2004) analisis value added (nilai tambah) sebagai indikator intellectual capital diukur dengan menggunakan model VAIC™ dengan komponen nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha/ fisik dan keuangan
(VACA) sebagai variabel independen. Sementara kinerja perbankan menjadi
variabel dependen yang meliputi kinerja keuangan (Return On Asset), kinerja ekonomi (Operating Margin) dan kinerja pasar saham (Market to Book Value).
Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran nilai tambah sebagai
indikator intellectual capital dengan menggunakan metode VAIC™ untuk menilai dampak intellectual capital terhadap kinerja perbankan. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti
mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Model 1: Pengaruh nilai tambah modal manusia, modal struktural dan modal
usaha terhadap kinerja keuangan perbankan.
Kinerja keuangan memberikan informasi untuk mengetahui kemampuan
investasi modal perusahaan mendapatkan keuntungan. Dalam teori resource based theory, (Chen et al, 2005) mengemukakan jika intellectual capital sumber daya berharga perusahaan maka akan memberikan kontribusi positif terhadap Return On Asset perbankan.
H1a: adanya pengaruh nilai tambah modal manusia (Value Added Human Capital - VAHU) terhadap Return On Asset perbankan.
H1b: adanya pengaruh nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) terhadap Return On Asset perbankan.
H1c: adanya pengaruh nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value Added Capital Employed/ Physical & Financial - VACA) terhadap Return On Asset perbankan.
2. Model 2: Pengaruh nilai tambah modal manusia, modal struktural dan
modal usaha terhadap kinerja ekonomi perbankan.
Kinerja ekonomi merupakan profitabilitas operasi yang merupakan surplus
dan biaya produksi (Wibowo dan Sabeni, 2012). Semakin baik perusahaan dalam
mengolah dan memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki akan memberikan nilai lebih serta keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga pendapatan
perusahaan meningkat.
H2a: adanya pengaruh nilai tambah modal manusia (Value Added Human Capital – VAHU) terhadap Operating Margin perbankan.
H2b: adanya pengaruh nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) terhadap Operating Margin perbankan.
H2c: adanya pengaruh nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value Added Capital Employed/ Physical & Financial – VACA) terhadap Operating Margin perbankan.
3. Model 3: Pengaruh nilai tambah modal manusia, modal struktural dan modal
usaha terhadap kinerja pasar saham perbankan.
Lev dan Sougiannis (1996) menganggap kesenjangan antara nilai pasar
perusahaan dan nilai buku menjadi konsekuensi karena tidak memperhitungkan
intellectual capital kedalam laporan keuangan perusahaan. Kesenjangan tersebut juga ditunjukkan oleh Market to Book Value yang menunjukkan pandangan investor terhadap intellectual capital sebagai sumber nilai perusahaan meskipun tidak ada dalam nilai buku perusahaan. Intellectual capital akan membantu perusahaan menjadi lebih efisien dan produktif. Dengan demikian kinerja
H3a: adanya pengaruh nilai tambah modal manusia (Value Added Human Capital - VAHU) terhadap Market to Book Value perbankan.
H3b: adanya pengaruh nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) terhadap Market to Book Value perbankan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian desain kasual. Jenis penelitian
ini sering disebut dengan hubungan sebab akibat. Penelitian desain kasual
bertujuan untuk menganalisis antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel dapat mempengaruhi variabel lainnya (Sugiono, 2002).
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis value added sebagai indikator intellectual capital terhadap kinerja perusahaan perbankan, dimana intellectual capital yakni human capital, structural capital dan capital employed/ physical & financial merupakan variabel yang mempengaruhi, sementara kinerja perusahaan perbankan yakni Return On Asset (ROA), Operating Margin (OPM) dan Market to Book Value (MBV)merupakan variabel yang dipengaruhi.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan media internet pada situsdengan melihat data publikasi laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Oktober 2013 sampai dengan bulan April 2014 untuk pengesahan dan
penyelesaian skripsi.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional merupakan rumusan tentang ruang lingkup dan
ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan. Batasan operasional
mempunyai tujuan untuk menghindari timbulnya salah penafsiran terhadap
istilah-istilah dalam judul, sehingga dapat menciptakan persepsi dan pemahaman yang
jelas. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan penegasan istilah agar ruang
lingkupnya tidak terlalu luas sehingga dapat dilakukan penegasan yang lebih
mendalam yaitu:
1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) , Operating Margin (OPM) dan Market to Book Value (MBV). 2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah nilai tambah modal manusia
(Value Added Human Capital - VAHU), nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA) dan nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value Added Capital Employed/ Physical & Financial - VACA). 3. Model yang digunakan untuk menganalisis value added sebagai indikator
intellectual capital adalah Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) juga disebut Value Creation Efficiency Analysis.
4. Menggunakan data laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2012.
Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel
dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen).
1. Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang menyebabkan atau
mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih untuk
menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
Menurut Sarwono (2006: 38) menyatakan bahwa variabel bebas merupakan
variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain.
2. Variabel terikat (dependen) merupakan faktor-faktor yang diobservasi dan
diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang
muncul atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan.
Menurut Sarwono (2006: 38) menyatakan bahwa variabel terikat merupakan
variabel yang memberikan reaksi/ respons jika dihubungkan dengan variabel
bebas serta menjadi variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan
pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.
3.4.1. Variabel Dependen
Dalam menganalisis penelitian ini terdapat tiga variabel dependen
tergantung yaitu Return On Asset, perbandingan laba operasional dengan pendapatan (Operating Margin) dan Market to Book Value yang digunakan sebagai proxy untuk kinerja keuangan, ekonomi dan pasar saham perbankan. Variabel-variabel tersebut antara lain sebagai berikut:
Return On Asset merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
Laba sebelum pajak Total asset
2. Operating Margin (OPM)
Operating margin menyajikan informasi mengenai laba perusahaan dari aktivitas penjualan. Pada penelitian ini penjualan (sales) diartikan pendapatan, karena kegiatan utama perusahaan perbankan adalah memberikan pelayanan jasa
keuangan berupa penawaran produk-produk perbankan sebagai sumber
pendapatan perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran besarnya margin laba
kotor dari aktivitas penjualan serta untuk mengukur tingkat efisiensi operasi
perusahaan.
Laba operasional
Pendapatan
3. Market to Book Value (MBV)
Market to Book Value digunakan untuk menilai kinerja pasar saham perbankan dihitung dengan membagi total kapitalisasi pasar (harga saham dikali
ROA=
jumlah saham yang beredar) dengan nilai buku equitas yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini memberikan pandangan kepada investor tentang manajemen perusahaan,
likuiditas dan prospek masa depan perusahaan.
Harga saham x jumlah harga saham yang beredar
Total ekuitas
3.4.2. Variabel Independen
Dengan menggunakan model VAICTM maka dipilih tiga koefisien untuk
mengukur variabel independen dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Nilai tambah modal manusia (Value Added Human Capital - VAHU). Value Added Human Capital mengindikasikan kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang
dikeluarkan oleh tenaga kerja tersebut. Semakin banyak value added yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia
secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan perbankan.
VAHU= VA/ HC
2. Nilai tambah modal struktural (Structural Capital Value Added - STVA).
Structural Capital Value Added menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah
SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan
nilai.
STVA= SC/ VA
3. Nilai tambah modal usaha/ fisik & keuangan (Value Added Capital Employed/ Physical & Financial - VACA).
Value Added Capital Employed/ Physical & Financial menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari modal usaha yang digunakan. Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam
memanfaatkan Capital Employed (CE) jika jika satu unit dari Capital Employed (CE) menghasilkan return lebih besar dari perusahaan lain. Kemampuan perusahaan dalam mengelola CE dengan baik merupakan
bagian dari intellectual capital perusahaan tersebut.
VACA= VA/ CE
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Variabel Variabel
Dimensi Indikator Skala
Y1 ROA Laba sebelum pajak Total
asset
Y2 OPM Laba operasional
Pendapatan
Rasio
Y3 MBV Harga saham x jumlah h saham beredar
Total equitas
Rasio
X1 VAHU VAHU= VA/HC Rasio
X2 STVA STVA= SC/VA Rasio
X3 VACA VACA= VA/CE Rasio
Sumber: data diolah oleh peneliti.
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh
kriteria tertentu. Dalam hubungan populasi dan sampel (Prof. Sutrisno Hadi, MA)
menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari
keseluruhan individu penelitian. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki
populasi atau yang representatif artinya menggambarkan keadaan populasi secara
maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari
populasi (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 1997: 107).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010: 188) purposive sampling merupakan penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
2. Perusahaan perbankan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan
periode tahun 2010-2012.
3.7. Jenis dan Sumber Data
Penelitian mengunakan jenis data sekunder yang merupakan data
kuantitatif gabungan antara data time series dan cross section yang sering disebut data panel. Sumber data berupa laporan keuangan tahunan yang dapat diakses di
Bursa Efek Indonesia melalui situ
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan data dari jurnal, buku, artikel,
internet, penelitian terdahulu serta studi dokumentasi dengan mengumpulkan,
mencatat dan mengkaji langsung data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
Bursa Efek Indonesia.
3.9. Pengolahan Data Panel (Pooled Data)
Pada dasarnya data panel (pooled data) digunakan untuk mengatasi
persoalan mengenai ketersediaan data (data availability) yang digunakan untuk
mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan data panel
dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien) dengan
terjadinya peningkatan jumlah observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan
derajat kebebasan (degree of freedom). Selain itu, keunggulan dari data panel adalah mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan
mengizinkan variabel spesifik-individu. Kemampuan mengontrol heterogenitas
dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
Dalam analisa model data panel dikenal tiga macam pendekatan yang
terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random effect).
1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square Method)
Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data
yang berbentuk pool. Misalkan terdapat persamaan berikut ini:
untuk i = 1, 2, . . . , N dan t = 1, 2, . . ., T
Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah periode waktunya. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk
setiap unit cross section .
Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan regresi cross section sebagai berikut:
untuk i = 1, 2, . . . , N yang akan berimplikasi diperolehnya persamaan
sebanyak T persamaan yang sama. Begitu juga sebaliknya, kita juga akan dapat
memperoleh persamaan deret waktu (time series) sebanyak N persamaan untuk setiap T observasi.
2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Method)
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil biasa
beralasan. Generalisasi secara umum sering dilakukan adalah dengan
memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun antar waktu. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal
dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covariance Model.
3. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Method)
Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak
dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan
ketiga yaitu model efek acak (random effect). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan kedalam
error . Karena hal inilah, model efek acak sering juga disebut model komponen error (error component model). Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya
seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter
yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.
3.10. Pengujian Model
3.10.1. Uji Chow (Chow Test)
Chow. PLS merupakan restricted nodel dimana pada model ini menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Terkadang bahwa asumsi setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengetahuinya digunakan restricted F test untuk menguji hipotesis. Adapun kriteria pengambilan keputusannya:
a. Jika nilai Chow statistik hasil pengujian > F tabel, maka Ho ditolak
sehingga model yang digunakan adalah FEM.
b. Jika nilai Chow statistik hasil pengujian < F tabel, maka Ho diterima
sehingga model yang digunakan PLS.
3.10.2. Uji Hausman (Hausman Test)
Uji Hausman dilakukan untuk menentukan penggunaan FEM atau REM.
Ide dasar Hausman test adalah adanya hubungan yang berbanding terbalik antara model yang bias dan model yang efisien. Pada FEM hasil estimasi tidak bias dan
tidak efisien, sebaliknya pada REM hasil estimasi bias dan efisien. Nachrowi
(2005) menyatakan bahwa karena metode efek tetap diduga dengan menggunakan
OLS, maka untuk melihat kelayakan penggunaan model data panel digunakan uji
Hausman. Adapun kriteria pengambilan keputusan uji Hausman sebagai berikut:
a. Apabila nilai Chi Square statistik pada uji Hausman signifikan maka model dapat diestimasi dengan Fixed Effect Model (FEM).
substansi (Wahyu A. Pratomo dan Paidi H, 2007: 175).
3.11. Teknik Analisis Data 3.11.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data dikumpulkan,
diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga
memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik variabel
yang diteliti.
3.11.2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik mempunyai tujuan untuk mendapatkan ketepatan
model yang dianalisis sehingga perlu dilakukan pengujian atas beberapa
persyaratan asumsi klasik yang mendasari model regresi.
3.11.2.1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Ada tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari toleransi value dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
3.11.2.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varian dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya
tetap disebut homoskedastisitas, tetapi jika varian residualnya berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi
homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.11.3. Analisis Regresi Berganda
Dalam mencapai tujuan penelitian maka perlu menguji tiga persamaan
yang berkaitan dengan kinerja perusahaan perbankan antara lain, kinerja
keuangan (Model 1), kinerja ekonomi (Model 2) dan kinerja pasar saham (Model
3 ) sebagai berikut:
ROA = β0 + β1VAHU + β2STVA + β3 VACA + e ... (Model 1)
OPM = β0 + β1 VAHU + β2STVA + β3 VACA + e ... (Model 2)
MBV= β0 + β1VAHU + β2STVA + β3 VACA + e ... (Model 3)
Keterangan:
Model 1 : Pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah
modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA)
terhadap kinerja keuangan perbankan.
Model 2 : Pengaruh nilai tambah modal manusia (VAHU), nilai tambah
modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA)
terhadap kinerja ekonomi perbankan.
modal struktural (STVA) dan nilai tambah modal usaha (VACA)
terhadap kinerja pasar saham perbankan.
β0 : Konstanta
ROA : Return On Asset OPM : Operating Margin MBV : Market to Book Value
VAHU : Value Added Human Capital/ nilai tambah modal manusia STVA : Structural Capital Value Added/ nilai tambah modal struktural VACA : Value Added Capital Employed/ nilai tambah modal usaha
β1, β2, β3 : Koefisien regresi
e : Kesalahan penggangu (standard error)
3.11.4. Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik T.
3.11.4.1. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2005: 83) dalam Sitanggang (2010) menyatakan bahwa
koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1 yang dapat dilihat pada R Square. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel independen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-