• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI AREAL

PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK

PLANT PALIMANAN CIREBON JAWA BARAT

FAMI RIDHO PERDANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ii

ABSTRAK

FAMI RIDHO PERDANA. Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Dibimbing oleh MIRZA DIKARI KUSRINI dan AGUS PRIYONO KARTONO.

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Palimanan Cirebon merupakan salah satu pusat kegiatan produksi semen di Jawa. Adanya kegiatan pertambangan mempengaruhi kondisi habitat di lokasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi dan tingkat keanekaragaman jenis herpetofauna. Pengambilan data dilakukan di 6 lokasi pengamatan pada bulan Juli 2013 menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey) – time search. Ditemukan 22 jenis dengan 161 individu herpetofauna yang terdiri dari 9 jenis amfibi dan 13 jenis reptil. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener tertinggi terdapat pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis, sedangkan nilai terendah terdapat pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang. Terdapat tiga lokasi pengamatan yang menjadi prioritas utama dalam upaya konservasi herpetofauna, antara lain tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya dan Curug Hanjuang.

Kata kunci: herpetofauna, keanekaragaman, habitat

ABSTRACT

FAMI RIDHO PERDANA. Herpetofauna Diversity In The Area PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Palimanan, Cirebon Plant, West Java. Supervised by MIRZA DIKARI KUSRINI and AGUS PRIYONO KARTONO.

PT. Indocement Tbk Cirebon is one of the centre of cement production in Java. The mining activities will affect on the condition of habitats in this area. The purpose of this study is to assess herpetofauna composition and diversity. Data was collected on July 2013 in six sampling locations using VES (Visual Encounter Survey) – time search. There are 22 species with total 161 individuals herpetofauna consisting of 9 species of amphibians and 13 species of reptiles. The highest number of diversity index (Shannon Wiener index) found in Tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam and Hutan Alam Gunung Blindis, while the lowest number found in Curug Hanjuang. Three sampling points should be prioritize for conservation which are Tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya and Curug Hanjuang.

(5)

iii

.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI AREAL

PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK

PLANT PALIMANAN CIREBON JAWA BARAT

FAMI RIDHO PERDANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

v Judul Skripsi : Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat Nama : Fami Ridho Perdana

NIM : E34090006

Disetujui oleh

Dr Ir Mirza Dikari Kusrini, MSi Pembimbing I

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama bulan Juli 2013 ini adalah keanekaragaman herpetofauna dengan judul Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Mirza Dikari Kusrini, MSi dan Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, nasehat, saran dan arahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Cirebon Jawa Barat, khususnya kepada Bapak Rufidi, Mas Suswanto, Mas Eko, Mas Misnen, pegawai serta staf yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang setulusnya saya sampaikan kepada bapak, ibu, adik-adikku atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Arief Tajalli, Fatwa Nirza Susanti dan Mila Rahmania yang telah memberikan saran dalam penulisan. Ucapan terimakasih diucapkan juga kepada Luthfia Nuraini, Meutia, Inggar U. Ul-Hasanah, Afroh Manshur, KPH 46 (Irvan, Gde, Catur, Aria, Luna), Romi Prasetyo, Helmi Kurniawan, keluarga besar Anggrek Hitam 46, keluarga besar Himakova, anak – anak Wisma Ruwet (Candra, Aan, Ikang, Ndes, Putra) dan anak – anak Pakuwojo serta pihak lain yang telah membantu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian studi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Metode Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 13

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

(10)

viii

DAFTAR TABEL

1 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya 8 2 Perbandingan penemuan herpetofauna di berbagai lokasi penelitian di

Jawa Barat 15

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon, Jawa Barat 2

2 Tegakan samping gudang batu bara 3

3 Hutan Alam Gunung Blindis 3

4 Hutan Alam Gunung Hanjuang 4

5 Kolam Goa Dalam 4

6 Hulu Sungai Kali Jaya 4

7 Curug Hanjuang 5

8 Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu amfibi tiap famili 7 9 Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu reptil tiap famili 10 10 Kurva Akumulasi Penambahan Jenis Herpetofauna 10

11 Grafik Perbandingan Nilai Keanekaragaman Jenis (H‟) 11

12 Grafik Perbandingan Nilai Jumlah Jenis (S) 11

13 Grafik Perbandingan Nilai kemerataan jenis (E) 12

14 Dendogram Kesamaan Komunitas Reptil 13

15 Dendogram Kesamaan Komunitas Amfibi 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Iklim (Suhu Udara, Kelembaban dan Cuaca) di Lokasi Penelitian 22 2 Daftar famili, jenis dan jumlah individu pada tiap lokasi pengamatan 23 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Jawa dengan luas areal 13.404.500 hektar merupakan wilayah terpadat di Indonesia. Berbagai aktivitas manusia di Pulau Jawa telah membuat habitat alami yang ada semakin berkurang. Pemanfaatan habitat alami salah satunya dilakukan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon (PT ITP) yang berdiri pada tanggal 27 November 1991 dengan luas area sebesar 558,8 ha. Perusahaan tersebut memiliki kelas tutupan lahan yang bervariasi, diantaranya hutan, lahan terbangun, semak belukar, alang-alang dan perairan (sungai dan kolam buatan. Tutupan lahan merupakan penutup lahan yang dapat diamati di permukaan bumi (Di Gregorio dan Jansen 1998).

Adanya kegiatan manusia berupa aktivitas pertambangan akan mempengaruhi kondisi habitat yang ada. Sebagian besar PT ITP Cirebon merupakan kawasan terganggu karena terdapat penggunaan lahan untuk pemanfaatan produksi semen. Kawasan vegetasi seperti Hutan Alam Gunung Blindis, Gunung Hanjuang serta tegakan yang terdapat di perusahaan tersebut merupakan kawasan dengan aktivitas pertambangan lebih sedikit. Lokasi berupa daerah perairan juga terdapat pada perusahaan tersebut seperti Kolam Goa dalam, Curug Hanjuang dan Hulu Sungai Kali Jaya. Lokasi tersebut memiliki potensi keanekaragaman hayati yang perlu dikaji lebih dalam.

Setiap spesies memiliki tingkat adaptasi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan tidak semua spesies dapat hidup pada kondisi dan tutupan lahan yang sama begitu juga pada herpetofauna. Habitat yang disukai oleh herpetofauna (reptil dan amfibi) sebagai habitatnya sangat bervariasi baik di habitat terestrial (semak belukar dan tanah), akuatik (rawa, sungai, danau, laut), semi akuatik dan arboreal (di atas pohon) (Jenkins 2002). Amfibi selalu berasosiasi dengan air, sehingga amfibi hidup mulai dari perairan tergenang, di lumpur dan kolam (Ommaney 1974, Iskandar 1998).

Keberadaan habitat yang terdapat pada PT ITP Cirebon termasuk beragam dengan adanya beberapa tipe tutupan vegetasi dan daerah perairan. Lokasi tersebut berpotensi memiliki tingkat keanekaragaman herpetofauna, oleh sebab itu perlu adanya data mengenai keanekaragaman herpetofauna dalam mendukung pengelolaan kawasan yang lestari.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji komposisi dan tingkat keanekaragaman jenis herpetofauna untuk pengelolaan habitat di areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Cirebon. 2. Mengukur kesamaan komunitas herpetofauna di areal PT Indocement

(12)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan, Cirebon Jawa Barat pada bulan Juli 2013. Lokasi penelitian seperti disajikan pada Gambar 1.

(13)

Penelitian ini dilakukan pada beberapa lokasi pengamatan yaitu Tegakan samping gudang batu bara (TSGBB-T1), Hutan alam Gunung Blindis (HAGB-T2), Hutan alam Gunung Hanjuang (HAGH-T3), yang merupakan habitat terestrial. Pengamatan pada habitat akuatik dilakukan pada lokasi pengamatan Kolam Goa dalam (KGD-A1), Hulu Sungai Kali Jaya (HSKJ-A2) dan Curug Hanjuang (CH-A3).

Gambar 2 Tegakan samping gudang batu bara

Jalur terestrial (Gambar 2) memiliki karakteristik berupa tegakan dengan tutupan kanopi yang tidak rapat, banyak alang-alang dan semak yang terletak di samping gudang batu bara (P9). Tumbuhan dominan yang berada pada lokasi ini adalah rumput teki (Cyperus melanospermus), reba (Lantana camara), lamtoro gunung (Leucaena leucochepala) dan akasia (Acacia auriculiformis). Suhu udara rata-rata 26.10C dan pH air 8.

Gambar 3 Hutan Alam Gunung Blindis

(14)

Gambar 4 Hutan Alam Gunung Hanjuang

Jalur terestrial (Gambar 4) memiliki karakteristik berupa hutan alam yang memiliki topografi yang terjal. Memiliki tutupan kanopi yang tidak rapat, banyak alang-alang dan semak. Tumbuhan dominan yang berada pada lokasi ini adalah tempuyung (Sonchus arvensis), bandotan (Ageratum conyzoides), lamtoro gunung (Leucaena leucocephala) dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Suhu udara rata-rata 24.4 0C dan pH air 8.

Gambar 5 Kolam Goa Dalam

Jalur akuatik (Gambar 5) memiliki karakteristik berupa kolam pengendapan. Lokasi ini memiliki aliran air yang tenang, memiliki tutupan kanopi yang tidak rapat, banyak alang-alang dan semak. Tumbuhan yang dominan di lokasi ini adalah bandotan (Ageratum conyzoides). Suhu udara rata-rata 25 0C dan pH air 8. Substrat dasar kolam berupa endapan lumpur.

(15)

Jalur akuatik (Gambar 6) memiliki karakteristik berupa sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan tutupan kanopi yang tidak rapat. Lokasi ini memiliki aliran air yang tenang. Sekeliling sungai ini terdapat semak dan alang-alang serta sawah warga di sebelah kiri sungai. Suhu udara rata-rata 25.3 0C dan pH air 8.

Gambar 7 Curug Hanjuang

Jalur akuatik (Gambar 7) memiliki karakteristik berupa sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan tutupan kanopi yang rapat. Lokasi ini memiliki aliran air yang agak deras dan terdapat bebatuan yang besar dan terjal. Suhu udara rata-rata 25.4 0C dan pH air 8.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Visual Encounter Survey (VES) yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan perjumpaan langsung pada jalur baik di daerah terestrial maupun akuatik (Heyer et al. 1994). Pada metode VES, pengamatan dilakukan dengan berjalan menyusuri transek secara perlahan untuk mencari herpetofauna selama dua jam. Metode VES yang digunakan merupakan modifikasi, yaitu: Visual Encounter Survey-Time Search. Usaha pencarian dilakukan oleh dua orang untuk setiap pengamatan yang terdiri dari pengamat dan pendamping dari pihak PT ITP. Pada metode VES-time search, pengamatan yang dilakukan selama dua jam pada habitat terestrial maupun akuatik dan memperoleh total usaha pencarian sebesar 48 jam (4 jam x 6 lokasi x 2 ulangan). Pengulangan dilakukan satu kali untuk tiap titik pengamatan. Semua spesimen ditangkap dengan menggunakan tangan atau dengan bantuan tongkat ular.

Pengamatan malam dilakukan pada pukul 19.00-21.00 WIB dengan menggunakan penerangan berupa cahaya senter yang diarahkan pada lokasi-lokasi berpotensi ditemukannya herpetofauna seperti batang pohon, lubang, kayu lapuk dan semak. Jenis yang ditangkap lalu dimasukkan dalam plastik transparan, sedangkan khusus untuk ular dimasukkan dalam kantong ular. Individu yang ditemukan di luar jalur juga diambil dan dicatat datanya untuk keperluan pelengkapan daftar jenis.

(16)

memiliki kelainan atau reptil berbahaya yang sulit diidentifikasi dalam keadaan hidup.

Data yang dicatat saat identifikasi adalah nama jenis, berat, lokasi dan informasi lain yang menunjang. Beerat diukur menggunakan neraca pegas. Identifikasi amfibi menggunakan buku Panduan lapang Amfibi Jawa dan Bali (Iskandar 1998), sedangkan untuk penamaan jenis dilakukan berdasarkan Frost et.al (2013) untuk amfibi. Identifikasi jenis reptil menggunakan buku panduan lapang A Guide to the amphibians and reptiles of Singapore (Lim & Lim 1992).

Pengolahan dan Prosedur Analisis Data

Data mengenai keanekaragaman herpetofauna dianalisis menggunakan beberapa indeks antara lain Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener, Kemerataan Jenis dan Kesamaan Jenis. Keanekaragaman spesies herpetofauna dihitung dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener (H‟) dengan persamaan sebagai berikut Magurran (2004):

Keterangan : H‟ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni = Jumlah individu suatu spesies

N = Jumlah individu seluruh spesies

Untuk mengetahui derajat kemerataan jenis pada suatu lokasi digunakan Indeks Kemerataan Jenis. Persamaan yang digunakan untuk menghitung Indeks Kemerataan Jenis adalah :

Keterangan: H‟ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S = Jumlah jenis yang ditemukan

E = Indeks kemerataan jenis (evenness)

Indeks kesamaan adalah indeks yang digunakan untuk membandingkan antara dua komunitas pada suatu lokasi penelitian (Odum 1993). Kesamaan komunitas dianalisis dengan menggunakan Ward’s Linkage Clustering dalam program Minitab 16. Menurut Sorenson (1948) dalam Odum (1996), apabila nilai indeks kesamaan komunitas (IS) semakin besar, maka kesamaan jenis kedua komunitas yang dibandingkan semakin seragam komposisi jenisnya.

H′ = − P � �� P�

Pi =niN

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komposisi dan Keanekaragaman Reptil dan Amfibi

Jumlah keseluruhan herpetofauna yang ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 10 famili dan 22 jenis yang terdiri dari 9 jenis amfibi dan 13 jenis reptil (Tabel 1 dan lampiran 2). Amfibi terdiri dari 5 famili yaitu Rhacoporidae (1 jenis), Ranidae (1 jenis), Microhylidae (1 jenis), Dicroglossidae (4 jenis) dan Bufonidae (2 jenis). Reptil terdiri dari 5 famili yaitu Scincidae (1 jenis), Geckonidae (4 jenis), Crotalidae (1 jenis), Agamidae (3 jenis) dan Colubridae (4 jenis).

Lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan Hulu Sungai Kali Jaya memiliki kekayaan jenis tertinggi sementara lokasi pengamatan Curug Hanjuang memiliki kekayaan jenis terendah. Jenis herpetofauna yang ditemukan diseluruh lokasi pengamatan adalah Polypedates leucomystax. Terdapat 4 jenis herpetofauna yang ditemukan di 5 lokasi pengamatan, yaitu Bronchocela jubata, Cyrtodactylus marmoratus, Duttaphrynus melanostictus dan Fejervarya limnocharis.

Jumlah individu dari seluruh jenis yang ditemukan adalah 161 individu yang merupakan akumulasi penemuan jenis di dalam jalur (154 individu) dan di luar jalur (7 individu). Jumlah individu tertinggi dijumpai pada lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya sebanyak 42 individu dengan jumlah jenis sebanyak 10 (Lampiran 2). Jumlah individu paling sedikit ditemukan pada lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dengan komposisi 9 jenis. Perolehan jumlah jenis dan jumlah individu di luar jalur sebanyak 7 jenis dan 7 individu. Herpetofauna yang ditemukan di luar jalur pengamatan berjumlah 7 jenis yang terdiri dari 2 jenis amfibi dan 5 jenis reptil (Lampiran 2).

Gambar 8 Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu amfibi tiap famili

0 10 20 30 40 50 60

Bufonidae Dicroglossidae Microhylidae Ranidae Rhacoporidae

J

um

la

h

(18)

Tabel 1 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya

Spesies Lokasi Pengamatan Status Konservasi

T1 T2 T3 A1 A2 A3 DJ CITES Appendiks 2 Daftar Merah IUCN (Ver 3.1) Dilindungi UU

Bufonidae

Duttaphrynus melanostictus √ √ √ √ √ - √ Tidak LC Tidak

Ingerophrynus biporcatus - - - √ - Tidak LC Tidak

Dicroglossidae

Limnonectes kuhlii - - - √ - - - Tidak LC Tidak

Fejervarya limnocharis √ √ √ √ √ - √ Tidak LC Tidak

Fejervarya cancrivora √ - - - √ - - Tidak LC Tidak

Occidozyga lima - - √ - √ √ - Tidak LC Tidak

Microhylidae

Kaloula baleata √ - - - Tidak LC Tidak

Ranidae

Hylarana chalconota - - √ - √ √ - Tidak LC Tidak

Rhacoporidae

Polypedates leucomystax √ √ √ √ √ √ - Tidak LC Tidak

Agamidae

Calotes versicolor √ √ - √ √ - - Tidak NE Tidak

Bronchocela jubata √ √ √ √ √ - √ Tidak LC Tidak

Bronchocela cristatella - - - - √ - - Tidak NE Tidak

Colubridae

Oligodon purpurascens - - - √ √ - - Tidak LC Tidak

(19)

9 Tabel 2 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya (Lanjutan)

Spesies Lokasi Pengamatan Status Konservasi

T1 T2 T3 A1 A2 A3 DJ CITES Appendiks 2 Daftar Merah IUCN (Ver 3.1) Dilindungi UU

Pareas carinatus - √ - - - Tidak LC Tidak

Lycodon capucinus - - - √ - Tidak LC Tidak

Crotalidae

Cryptelytrops albolabris - √ √ - - - - Tidak LC Tidak

Geckonidae

Gecko gecko √ √ - √ - - √ Tidak NE Tidak

Cyrtodactylus marmoratus √ √ √ √ - √ - Tidak NE Tidak

Hemidactylus frenatus - - - √ Tidak LC Tidak

Cosymbotes platyurus - - - √ Tidak NE Tidak

Scincidae

Eutrophis multifasciata - - - - √ - √ Tidak NE Tidak

(20)

Gambar 9 Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu reptil tiap famili Kelas famili dari amfibi yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah famili Dicroglossidae sebanyak 48 individu yang terdiri dari 4 jenis dan terendah adalah famili Microhylidae sebanyak 1 individu yang terdiri dari 1 jenis (Gambar 8). Kelas dari famili dari reptil yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah famili Geckonidae sebanyak 27 individu yang terdiri dari 2 jenis dan terendah adalah famili Scincidae sebanyak 1 individu yang terdiri dari 1 jenis (Gambar 9). Jumlah individu terbanyak dari amfibi (39 individu) adalah Fejervarya limnocharis dan jumlah individu terbanyak dari reptil (21 individu) adalah Cyrtodactylus marmoratus.

Dapat dilihat pada gambar 10 yang menunjukkan akumulasi jenis dalam 12 hari pengamatan, bahwa terus adanya peningkatan jumlah jenis yang ditemukan. Hari pertama pengamatan diperoleh 7 jenis hingga hari terakhir diperoleh 22 jenis, namun pada hari ke 7 hingga hari ke 9 tidak ditemukan penambahan jenis. Hal ini dikarenakan pengamatan pada hari tersebut merupakan pengamatan ulangan pada lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam, Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang dan jenis yang ditemukan merupakan jenis yang sama.

Gambar 10 Kurva Akumulasi Penambahan Jenis Herpetofauna

(21)

Gambar 11 Grafik Perbandingan Nilai Keanekaragaman Jenis (H‟)

Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung Blindis, A2: Akuatik 2 = Hulu Sungai Kali Jaya, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 = Curug Hanjuang.

Nilai keanekaragaman jenis paling tinggi terdapat pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis, kemudian Hulu Sungai Kali Jaya dan Hutan Alam Gunung Hanjuang dengan nilai 1.8 dan terendah pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang dengan nilai 1.3. Jumlah jenis paling tinggi ditemukan pada lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan Hulu Sungai Kali Jaya sebanyak 10 jenis dan terendah pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang sebanyak 6 jenis (Gambar 12).

Gambar 12 Grafik Perbandingan Nilai Jumlah Jenis (S)

(22)

Kemerataan Jenis

Gambar 13 Grafik Perbandingan nilai kemerataan jenis (E)

Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung, A2: Akuatik 2 = Hulu Sungai Kali Jaya, Blindis, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 = Curug Hanjuang

Nilai kemerataan jenis paling tinggi terdapat pada lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dengan nilai 1.0, kemudian lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang dengan nilai sebesar 0.9 dan terendah pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang dengan nilai 0.7.

Kesamaan Komunitas

Berdasarkan hasil analisis kesamaan komunitas menunjukkan bahwa terdapat pengelompokan kesamaan komunitas yang berbeda antara reptil dan amfibi. Hasil pengelompokan jenis reptil menunjukkan bahwa nilai persentase kesamaan jenis lebih dekat pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara dan Kolam Goa Dalam dengan nilai sebesar 90.7 %. Lokasi pengamatan Curug Hanjuang dan Hutan Alam Gunung Blindis bernilai 82.5 % dan kemudian bergabung dengan nilai sebesar 81.5 %. Lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Hanjuang dengan nilai sebesar 77.2 %. Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya bernilai 61.2 % (Gambar 14).

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

T1 T2 T3 A1 A2 A3

Nila

i In

dek

s

(23)

A2

Hasil analisis kesamaan komunitas amfibi juga terdapat 2 kelompok. Lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dan Kolam Goa Dalam bernilai 97.3 %. Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya dan Hutan ALam Gunung Hanjuang bernilai 96.3 %, kemudian bergabung dengan nilai sebesar 91.3%. Lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara bernilai 85.2 % dan lokasi pengamatan Curug Hanjuang bernilai sebesar 68.4 % (Gambar 15).

A3

Gambar 15 Dendogram kesamaan komunitas amfibi

Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung Blindis, A2: Akuatik 2 = Hulu Sungai Kali Jaya, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 = Curug Hanjuang.

Pembahasan

Komposisi dan Keanekaragaman Reptil dan Amfibi

(24)

dari jenis amfibi yang ada di Jawa Barat. Hasil 30 % diperoleh dari keseluruhan jumlah jenis amfibi yang ditemukan di lokasi penelitian, yang kemudian dibagi dengan keseluruhan jumlah jenis amfibi di Jawa Barat dan dikalikan 100 %. Jenis reptil yang pernah dilaporkan di pulau Jawa tercatat sebanyak 167 jenis (De Rooij 1915; 1917) dan penelitian ini hanya memperoleh 7.8 % dari jenis reptil yang ada di pulau Jawa. Hasil 7.8 % diperoleh dari keseluruhan jumlah jenis reptil yang ditemukan di lokasi penelitian, yang kemudian dibagi dengan keseluruhan jumlah jenis reptil di Pulau Jawa dan dikalikan 100 %.

Kegiatan inventarisasi herpetofauna belum pernah dilakukan oleh PT ITP sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan di pulau Jawa sebelumnya, data tersebut dapat dijadikan pembanding mengenai keanekaragaman herpetofauna dari beberapa lokasi (tabel 2). Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan jenis herpetofauna yang ditemukan di PT ITP dengan 5 lokasi lainnya. Jenis tersebut merupakan jenis yang ditemukan di daerah yang habitatnya sudah terganggu atau yang berdekatan dengan hunian penduduk. Jenis yang ditemukan seperti Fejervarya limnocharis, Hylarana chalconota dan Polypedates leucomystax yang merupakan jenis yang umum dijumpai (jenis generalis) pada habitat terganggu (Iskandar 1998,Yanuarefa et.al 2012). Bila dibandingkan dengan penelitian herpetofauna di Pulau Jawa, jumlah jenis yang terdapat di PT ITP lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Nasir et.al 2003 dan Fitri et.al 2003.

Berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for the Conservation of Nature) sebagian besar jenis herpetofauna yang ditemukakan tergolong dalam kategori LC (Least Concern) dan terdapat 6 jenis herpetofauna yang tergolong NE (Not Evaluated), yaitu Calotes versicolor, Bronchocela cristatella, Gecko gecko, Cyrtodactylus marmoratus, Cosymbotes platyurus dan Eutrophis multifasciata. Penggolongan herpetofauna kedalam kategori LC (Least Concern) dikarenakan jenis herpetofauna yang ditemukan tidak memenuhi kriteria Critically Endangered (CR), Endangered (EN), Vulnerable (VU) atau Near Thereatened (NT), sedangkan penggolongan kedalam kategori NE (Not Evaluated) dikarenakan takson yang diidentifikasi status konservasinya belum dilakukan evaluasi berdasarkan terpenuhinya kriteria – kriteria status konservasi yang berlaku menurut pedoman daftar merah IUCN (IUCN 2012). Berdasarkan UU semua jenis herpetofauna yang ditemukan tergolong tidak dilindungi dan tidak masuk kedalam kategori appendiks menurut CITES. Tidak ditemukan jenis-jenis yang khas hutan ataupun jenis yang memiliki status konservasi penting.

(25)

Tabel 2 Perbandingan penemuan herpetofauna di berbagai lokasi penelitian di

(26)

Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya memiliki jumlah jenis dan jumlah individu tertinggi (10 jenis dan 42 individu) dibanding lokasi pengamatan lainnya. Hal ini dikarenakan topografinya datar dan aliran airnya tenang. Pada lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya jumlah individu yang mendominasi adalah Fejervarya limnocharis. Jumlah individu herpetofauna paling sedikit ditemukan pada lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dengan jumlah 14 individu dengan komposisi 10 jenis (Lampiran 2). Hal ini dikarenakan topografi pada lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis lebih bergelombang dan terjal. Jenis amfibi yang ditemukan pada lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang kebanyakan ditemukan pada tempat yang dekat dengan kubangan, kubangan tersebut merupakan kubangan sementara yang sumber airnya berasal dari air hujan.

Famili dengan perolehan individu terbanyak yaitu Dicroglossidae, Gekkonidae dan Rhacoporidae. Famili yang tersebar pada 6 lokasi pengamatan adalah famili Dicroglossidae, Bufonidae dan Rhacoporidae. Jenis yang ditemukan diseluruh lokasi pengamatan berasal dari famili Rhacoporidae yaitu Polypedates leucomystax. Menurut Iskandar (1998) Polypedates leucomystax sering ditemukan di antara tetumbuhan atau di sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder. Jenis ini sering mendekati hunian manusia, karena tertarik oleh serangga di sekeliling lampu.Jenis Polypedates leucomystax merupakan jenis katak yang bisa hidup di habitat terganggu, dapat juga ditemukan di dalam rumah, tetapi jarang ditemukan di hutan primer (Inger dan Stuebing 1997), oleh sebab itu jenis Polypedates leucomystax ditemukan diseluruh titik pengamatan. Terdapat 4 jenis dari herpetofauna yang ditemukan di 5 lokasi pengamatan, yaitu Bronchocela jubata, Cyrtodactylus marmoratus, Duttaphrynus melanostictus dan Fejervarya limnocharis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap lokasi pengamatan memiliki karakteristik habitat serta daya dukung habitat terhadap herpetofauna seperti pakan, tempat bernaung dan tempat berlindung, khususnya bagi jenis-jenis yang telah disebutkan sebelumnya. Keberadaan satwa akan dipengaruhi pakan, tempat bernaung dan tempat berlindung (Alikodra 1990).

Pada kurva akumulasi penambahan jenis berdasarkan waktu pengamatan di PT ITP menunjukkan bahwa kurva akumulasi penambahan jenis herpetofauna terus mengalami peningkatan jumlah jenis di setiap harinya (Gambar 10). Kurva penambahan jenis juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah waktu yang digunakan dalam survei sudah mendapatkan jumlah jenis yang memadai (Kusrini 2009). Kondisi kurva akumulasi penambahan jenis herpetofauna ini menunjukkan terdapatnya potensi untuk penambahan jenis herpetofauna pada PT ITP jika dilakukan penambahan jumlah hari dan jumlah pengamat dalam pengambilan data.

(27)

samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis memiliki area yang luas, terdapat kesamaan jenis yang ditemukan antara ketiga lokasi pengamatan dan jenis-jenis yang ditemukan pada lokasi pengamatan tegakan pepohonan samping gudang batu bara merupakan jenis generalis. Lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis juga memiliki tutupan kanopi lebih terbuka dan lebih banyak cahaya matahari yang masuk, sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban suatu habitat serta keberadaan herpetofauna. Hasil yang diperoleh Jeffries (1997) juga menunjukkan bahwa suhu dan cahaya bertindak sebagai pembatas yang paling berpengaruh terhadap penyebaran herpetofauna. Lokasi pengamatan Curug Hanjuang memiliki topografi yang terdiri dari bebatuan yang terjal dan luasan jalur yang sempit sehingga memiliki nilai keanekaragaman terendah dibandingkan lokasi pengamatan lainnya. Lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Hutan Alam Gunung Blindis yang merupakan tipe habitat terestrial memiliki nilai indeks keanekaragaman lebih tinggi daripada tipe habitat akuatik. Hal ini disebabkan karena pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara dan Hutan Alam Gunung Blindis (terestrial) memiliki mikrohabitat yang lebih beragam daripada tipe habitat akuatik. Mikrohabitat yang terdapat pada tipe habitat terestrial seperti keberadaan serasah, semak, kubangan/kolam, pohon, batang, daun, batuan dan tanah. Kondisi mikrohabitat mempengaruhi keberadaan jenis di suatu lokasi. Semakin tinggi substrat yang ada pada suatu lokasi, akan meningkatkan jumlah jenis di lokasi tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya pemilihan substrat tertentu oleh masing-masing jenis sebagai mikrohabitatnya. Ketersediaan air juga mempengaruhi pemilihan mikrohabitat bagi beberapa jenis herpetofauna. Pada habitat terestrial, air merupakan faktor pembatas bagi hewan darat yang tidak mampu memperoleh air dengan mudah seperti hewan air (Odum 1971). Lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan Hulu Sungai Kali Jaya memiliki jumlah jenis tertinggi sebanyak 10 jenis, sedangkan jumlah jenis terendah terdapat pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang sebanyak 6 jenis.

(28)

yang berarti tidak ada jenis yang terlalu mendominasi dalam komunitas (Krebs 1978), kecuali pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang.

Indeks kesamaan komunitas menggambarkan tingkat kesamaan komposisi jenis dari lokasi yang dibandingkan. Nilai indeks kesamaan berkisar 0-100%, di mana semakin tinggi nilai indeks kesamaan komunitas menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kemiripan jenis antara dua komunitas yang dibandingkan (Odum 1996). Dapat juga diartikan bahwa semakin tinggi nilai indeks kesamaan komunitas, maka komposisi jenis yang berlainan semakin sedikit dan sebaliknya semakin rendah indeks kesamaan komunitas, maka komposisi jenis yang berlainan semakin banyak. Dendogram kesamaan komunitas reptil (Gambar 14) didapatkan hasil dua kelompok kesamaan komunitas reptil, dimana lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam, Curug Hanjuang, Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang termasuk dalam satu kelompok, lalu lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya tergolong satu kelompok. lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dan Curug Hanjuang yang memiliki nilai indeks kesamaan komunitas yang sama memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Bronchocela jubata, Calotes versicolor, Cyrtodactylus marmoratus dan Gecko gecko. Lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara dan Kolam Goa Dalam yang memiliki nilai indeks kesamaan komunitas yang sama memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Cyrtodactylus marmoratus dan lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam, Curug Hanjuang, Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang yang termasuk dalam satu kelompok memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Cyrtodactylus marmoratus.

Hasil analisis kesamaan komunitas amfibi (Gambar 15), juga terdapat hasil dua kelompok kesamaan komunitas amfibi. Hasil ini menunjukkan bahwa lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan Alam Gunung Hanjuang, Hutan Alam Gunung Blindis, Kolam Goa Dalam dan tegakan samping gudang batu bara tergolong dalam satu kelompok, sedangkan lokasi pengamatan Curug Hanjuang tergolong dalam satu kelompok sendiri. Lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis yang memiliki nilai indeks kesamaan komunitas yang sama memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis dan Polypedates leucomystax. Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya dan Hutan Alam Gunung Hanjuang yang memiliki nilai indeks kesamaan komunitas yang sama memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis, Occidozyga lima, Hylarana chalconota dan Polypedates leucomystax dan lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan Alam Gunung Hanjuang, Hutan Alam Gunung Blindis, Kolam Goa Dalam dan tegakan samping gudang batu bara yang tergolong dalam satu kelompok memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis dan Polypedates leucomystax. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan antara kesamaan komunitas reptil dan amfibi, dimana untuk reptil lokasi pengamatan Hulu Sugai Kali Jaya membentuk kelompok sendiri dan untuk amfibi lokasi pengamatan Curug Hanjuang membentuk kelompok sendiri. Hal ini berkaitan dengan jenis yang ditemukan pada masing-masing lokasi pengamatan.

(29)

tersebut antara lain Curug Hanjuang, Hulu Sungai Kali Jaya dan tegakan samping gudang batu bara, namun jika dipisahkan terdapat dua lokasi pengamatan prioritas untuk reptil dan amfibi, yaitu lokasi pengamatan Curug Hanjuang dan tegakan samping gudang batu bara untuk prioritas amfibi dan lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya dan tegakan samping gudang batu bara untuk prioritas reptil. Penilaian ini didasarkan pada perhitungan nilai kesamaan komunitas dari masing-masing lokasi pengamatan dan dibandingkan dengan nilai keanekaragaman herpetofauna di masing-masing lokasi pengamatan tersebut. Upaya konservasi herpetofauna yang dapat dilakukan ialah tetap menjaga keberadaan sumber air baik secara kuantitas maupun kualitas di masing-masing titik pengamatan prioritas. Untuk habitat terestrial dapat membuat kolam amfibi dan mempertahankan kualitas sumber air yang sudah terdapat disana untuk tempat perkembangbiakan amfibi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Terdapat 22 jenis herpetofauna dari 10 famili yang terdiri dari 9 jenis amfibi dan 13 jenis reptil dengan 161 individu. Nilai indeks keanekaragaman paling tinggi pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis, sedangkan nilai indeks keanekaragaman terendah terdapat pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang. Kemerataan jenis pada semua lokasi pengamatan tersebar merata, kecuali pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang.

2. Dendogram kesamaan komunitas reptil dan amfibi mendapatkan hasil dua kelompok kesamaan komunitas reptil dan dua kelompok kesamaan komunitas amfibi. Hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan 3 lokasi pengamatan yang menjadi prioritas utama dalam upaya konservasi herpetofauna, antara lain tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya dan Curug Hanjuang.

Saran

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gregorio AD, Jansen LJM. 1998. Land Cover Classsification System (LCCS): Classification Concepts and User Manual. Rome (IT): FAO.

Rooij ND. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): EJ.Brill.

Rooij ND. 1917. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago II. Ophidi. Leiden (NL): EJ.Brill.

Eprilurahman R. 2012. Cicak dan Tokek di Daerah Istimewa Yogyakarta. Fauna Indonesia. 11 (2) : 23-27.

Fitri A, Kusrini MD, Priyono A. 2003. Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo Anura) di Kebun Raya Bogor. Di dalam: Kusrini MD, Mardiatuti A, Harvey T, editor. Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan; 2003 Mei 8; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 13-26.

Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RW, Hayek LC, Foster MS. 1994. Measuring and Monitoring Biological Diversity : Standard Methods for Amphibians. Washington (US): Smithsonian Institution Press.

Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to The Frogs of Borneo. Sabah (MS): Natural History Publications.

Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri panduan lapangan. Bogor (ID): Puslitbang-LIPI. Bogor.

Iskandar DT, Erdelen WR. 2006. Conservation of amphibians and reptiles in Indonesia: Issues and problems. Amphibian and Reptile Conservation. 4(1): 60-93.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. [Internet]. [diunduh 2014 April 9]. Tersedia pada: www.iucnredlist.org.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2012. IUCN Red List Categories and Criteria Version 3.1 Second Edition. Switzerland (CH): IUCN, Gland, Switzerland.

Jeffries MJ. 1997. Biodiversity and Conservation. New York (US): Routledge.

Jenkins B. 2002. Learning Reptilia through Latest Portfolio of Theory & Practice. New Delhi (IN): Dominant Publishers and Distributors.

Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New York (US): Harper & Row Publishing.

(31)

Kusrini MD. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementrian Kehutanan.

Lim KKP, Lim FLK. 1992. A Guide to the amphibians & reptiles of Singapore. Singapore (SG): Singapore Science Centre.

Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Oxford (GB): Blackwell Publishing.

Mumpuni. 2001. Keanekaragaman Hepetofauna di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Berita Biologi.5: 711-720.

Nasir MD, Priyono A, Kusrini MD. 2003. Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) Di Sungai Ciapus Leutik, Bogor, Jawa Barat. Di dalam: Kusrini MD, Mardiastuti A, Harvey T, editor. Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan; 2003 Mei 8; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 65-83.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia (US): WB Saunders Company.

Odum EP. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Samingan T, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Ommaney FD.1974. Frog, Toads and Newts. New York San Fransisco (US): McGraw-Hill Book Company.

Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Santosa Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar. Bogor (ID): Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Van Kampen ON. 1923. The Amphibians of the Indo-Australian Archipelago. Leiden (NL): EJ.Brill.

Yanuarefa MF Hariyanto G, Utami J. 2012. Panduan Lapang Herpetofauna (Amfibi dan Reptil). Jawa Timur (ID): Taman Nasional Alas Purwo.

(32)

Lampiran 1 Data Iklim (Suhu Udara, Kelembaban dan Cuaca) di Lokasi Penelitian

Tanggal Tipe pH

Air Cuaca

Dry (%) Wet (%) Kelembaban (%)

LP SR KR

Awal Akhir Mean Awal Akhir Mean Awal Akhir Mean

16.8.2013 Ak 8 Cerah 26 24.5 25.25 25 23.5 24.25 91 90 90.5 KGD 25 89.25

22.8.2013 Ak 8 Cerah 25 24.5 24.75 24 23 23.5 90 86 88

17.8.2013 Te 8 Cerah 27 25 26 25 23 24 83 82 82.5 TSGBB 26.1 72.5

25.8.2013 Te 8 Gerimis 27 25.5 26.25 24 18 21 75 50 62.5

18.8.2013 Te 8 Cerah 26 24 25 24 22 23 82 82 82 HAGB 25.8 84.5

23.8.2013 Te 8 Cerah 27 26 26.5 25 25 25 83 91 87

19.8.2013 Ak 8 Cerah 25 24 24.5 24 23.5 23.75 90 95 92.5 HSKJ 25.3 93.75

26.8.2013 Ak 8 Cerah 26.5 25.5 26 26 25 25.5 95 95 95

20.8.2013 Te 8 Cerah 27 23 25 25 21.5 23.25 83 86 84.5 HAGH 24.4 82.25

24.8.2013 Te 8 Mendung 27 20.5 23.75 24 19 21.5 75 85 80

21.8.2013 Ak 8 Mendung 26.5 25.5 26 25.5 24.5 25 91 90 90.5 CH 25.4 91.5 27.8.2013 Ak 8 Cerah 25.5 24 24.75 24.5 23.5 24 90 95 92.5

pH rata-rata 8

Suhu

Maksimum 27 26 95

Suhu

Minimum 20.5 18 50

(33)

23 Lampiran 2 Daftar famili, jenis dan jumlah individu pada tiap lokasi pengamatan

Famili Jenis Lokasi Pengamatan DJ Total

A3 A2 T3 T2 T1 A1

Bufonidae Duttaphrynus melanostictus 0 1 1 2 6 2 1 13 Ingerophrynus biporcatus 1 0 0 0 0 0 0 1 Dicroglossidae Limnonectes kuhlii 0 0 0 0 0 1 0 1 Fejervarya limnocharis 0 20 7 4 4 3 1 39

Fejervarya cancrivora 0 0 0 0 0 1 0 1

Occidozyga lima 1 4 1 0 0 0 0 6

Microhylidae Kaloula baleata 0 0 0 0 1 0 0 1

Ranidae Hylarana chalconota 4 5 3 0 0 0 0 12

Rhacoporidae Polypedates leucomystax 6 5 4 1 6 1 0 23

Agamidae Calotes versicolor 0 1 0 1 6 3 0 11

Bronchocela jubata 0 2 2 1 2 1 1 9

Bronchocela cristatella 0 1 0 0 0 0 0 1

Colubridae Oligodon purpurascens 0 2 0 0 0 1 0 3

Ahaetulla prasina 0 0 0 0 3 0 0 3

Pareas carinatus 0 0 0 1 0 0 0 1

Lycodon capucinus 1 0 0 0 0 0 0 1

Crotalidae Cryptelytrops albolabris 0 0 2 1 0 0 0 3

Geckonidae Gecko gecko 0 0 0 1 3 2 1 7

Cyrtodactylus marmoratus 14 0 1 2 2 2 0 21

Hemidactylus frenatus 0 0 0 0 0 0 1 1

Cosymbotes platyurus 0 0 0 0 0 0 1 1

Scincidae Eutrofis multifasciata 0 1 0 0 0 0 1 2 Jumlah Individu/titik 27 42 21 14 33 17 7 161 Jumlah Jenis/titik 6 10 8 9 9 10 7 22

Jumlah Individu total 154 7 161

Jumlah jenis total 19 7 22

(34)

24

Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat

FAMILI BUFONIDAE

Duttaphrynus melanostictus Schneider, 1799 (Asian Toad)

KODOK BUDUK

Deskripsi: Ukuran tubuh sedang sedang, tekstur kulit kasar berbintil-bintil dengan bercak-bercak yang jelas. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 7.3 cm dan 34.3 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 13 individu. Warna kulit umumnya kemerahan, cokelat kusam, atau kehitaman. Pada kulit sering terdapat bercak atau alur-alur kemerahaan, bintil-bintil berwarna kehitaman atau cokelat tua. Leher pada individu jantan biasanya berwarna kemerahan. Sering berada di atas tanah yang kering, di tepi air atau ada juga yang berendam di air. Secara umum jenis ini lebih bersifat terestrial dari pada akuatik.

Distribusi: Cina, India, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ambon dan Papua.

Distribusi di Indocement: Tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan alam Gunung Blindis, Hutan alam Gunung Hanjuang, Kolam Goa dalam, Sekitar wisma tamu.

Ingerophrynus biporcatus Gravenhorst, 1829 (Crested Toad)

KODOK PURU HUTAN

Deskripsi: Ukuran tubuh sedang, tekstur kulit kasar dan tidak rata, dengan bintil-bintil berwarna merah kegelapan. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 5.7 cm dan 19.5 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Antara mata dan daerah parietal terdapat sepasang pertulangan (alur parietal). Sesudah kelenjar paratoid terdapat alur/deretan bintil besar yang menyerong ke arah paha. Umumnya saat bersuara sebagian tubuh terendam di dalam air, berada di tepi air atau di atas tumbuhan air. Jenis ini lebih mudah ditemukan di dekat kolam, genangan air atau daerah berair tenang. Jenis ini sering berpindah dan bergerak lambat bila terganggu. Beberapa individu jantan memiliki leher berwarna kemerahan sampai kehitaman.

Distribusi: Jawa, Bali, Lombok, Sumatera dan Sulawesi.

(35)

25 Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

FAMILI DICROGLOSSIDAE

Limnonectes kuhlii Tschudi, 1833 (Kuhl’s Creek Frog)

BANGKONG TULI

Deskripsi: Berperawakan gemuk dan berukuran sedang. Kepala besar dan lebar, ujung moncong agak meruncing. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Pada jantan dewasa, bagian atas kepala menonjol dan berotot. Kaki pendek dan gemuk, ujung-ujung jari kaki depan agak tumpul dan tidak berselaput dan ujung jari kaki belakang dengan piringan sendi dan agak membesar dan seluruh jari-jarinya berselaput. Tekstur kulit berbintik halus yang pada sisi-sisinya terdapat lipatan kulit tipis yang satu sama lain saling berhubungan. Tubuh berwarna kuning kecoklatan sampai coklat, sedangkan sisi tubuh berwarna kuning atau coklat lebih muda. Perut berwarna keputihan dan berbintik halus.

Distribusi: Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Distribusi di Indocement: Kolam Goa Dalam.

Fejervarya limnocharis Boie, 1835 (Grass Frog) KATAK TEGALAN

Deskripsi: Ukuran kecil sampai sedang, kepala runcing dan jari kaki setengah berselaput sampai pada ruas terakhir. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 4 cm dan 7.1 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 39 individu. Tekstur kulit berselaput, tertutup oleh bintil-bintil tipis yang biasanya memanjang. Warna kulit kotor seperti lumpur dengan bercak-bercak yang lebih gelap yang kurang jelas tetapi simetris. Individu yang bersuara ditemukan berleher kehitaman.

Distribusi: Asia Tenggara, Bangladesh, Cina, Hong Kong, India, Jepang.

(36)

26

Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

Fejervarya cancrivora Gravenhorst, 1829 (CRAB-EATING FROG)

KATAK SAWAH

Deskripsi: Merupakan katak berukuran sedang sampai besar, tekstur kulit memiliki lipatan-lipatan dan bintil-bintil memanjang searah dengan sumbu tubuh. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 3.7 cm dan 3.3 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Warna kulit bervariasi, coklat lumpur kotor dengan bercak gelap. Ada yang berwarna hijau, kadang-kadang disertai garis dorsolateral lebar. Sering ditemukan yang berwarna seperti lumpur, dengan bercak kehijauan, atau ada garis dorsolateral tipis/lebar berwarna kuning, hijau atau coklat. Warna leher putih atau bermotif lurik/burik. Jari-jari kaki meruncing, selaput renang mencapai ujung kecuali 1 atau 2 ruas jari kaki keempat (yang terpanjang).

Distribusi: Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua.

Distribusi di Indocement: Tegakan samping gudang batu bara dan Hulu Sungai Kali Jaya.

Occidozyga lima Gravenhorst, 1829 (Green Puddle Frog)

BANCET HIJAU

Deskripsi: Katak ini merupakan jenis katak yang bertubuh pendek tebal dengan bintil-bintil seperti mutiara menutupi seluruh tubuh. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 3.3 cm dan 3.8 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 6 individu. Tekstur kulit kasar seperti kulit jeruk dan berbintil-bintil halus. Warna kecoklatan dan kehijauan, bagian bawah tubuh dengan sepasang garis gelap berbentuk ” L ” diatas bagian bawah paha dan lengan. Mata jelas menonjol, jari kaki berselaput sampai ujung. Perilaku saat dijumpai umumnya sedang berendam didalam air, sebagian mata berada pada permukaan air. Jenis ini hampir tidak pernah ditemukan tidak sedang dalam keadaan berendam. Bila terganggu sering “ menyelam ” kedalam air.

Distribusi: India, Cina Selatan, Hainan, Indo-Cina, Sumatera, Jawa dan Bali.

(37)

27 Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

FAMILI MICROHYLIDAE

Kaloula baleata Muller, 1836 (Brown Bullfrog) BELENTUK

Deskripsi: Katak bertubuh gemuk dan berukuran sedang. Kepala lebar dan moncong pendek yang ujungnya agak tumpul. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 4.3 cm dan 5 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Kaki pendek dan gemuk terutama lengan belakang. Tekstur kulit berbintik-bintik halus dan menyebar diseluruh punggung. Bagian perut lebih halus. Tubuh umumnya berwarna coklat sampai coklta tua. Biasanya terdapat bercak berwarna hitam berbentuk bulat dan tidak beraturan menyebar keseluruh tubuh. Kemudian terdapat corak berwarna kuning samapi oranye pada pangkal kaki depan dan pangkal pahanya.

Distribusi: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sumba, Sulawesi, Semenanjung Malaysia, Filipina.

Distribusi di Indocement: Tegakan samping gudang batu bara.

FAMILI RANIDAE

Hylarana chalconota Schlegel, 1837 (White-Lipped Frog) KONGKANG KOLAM

Deskripsi: Merupakan katak berukuran kecil sampai sedang, dengan timpanum coklat tua. Kulit relatif tertutup seluruhnya dengan bintil-bintil sangat halus. Warna beragam mulai dari abu-abu kehijauan sampai coklat kekuningan. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 6.2 cm dan 14.4 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 12 individu. Umumnya bagian punggung dipenuhi bintik-bintik hitam. Warna sisi bawa paha umumnya kemerahan. Jari-jari kaki dan tangan memiliki ujung yang melebar dan jelas (membentuk piringan).

Distribusi: Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Semenanjung Malaysia.

(38)

28

Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

FAMILI RHACOPHORIDAE

Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 (Stripped Tree Frog)

KATAK POHON BERGARIS

Deskripsi: Katak ini merupakan katak berukuran sedang, bertekstur kulit halus tanpa lipatan atau bintil-bintil. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 7.2 cm dan 36 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 23 individu. Warna coklat kekuningan, dengan satu warna, atau dengan bintik hitam, atau dengan beberapa garis memanjang dari ujung kepala ke ujung tubuh. Jari tangan setengahnya berselaput sedangkan jari kaki sepenuhnya berselaput. Perilaku saat ditemukan umumnya sedang duduk (menempel) diatas daun, atau bagian tumbuhan lainnya.

Distribusi: India, Cina selatan, Indo-Cina, Filipina, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua.

Distribusi di Indocement: Tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan alam Gunung Hanjuang, Hutan alam Gunung Blindis, Kolam Goa Dalam dan Curug Hanjuang.

FAMILI AGAMIDAE

Calotes versicolor Daudin, 1802 (Changeable Lizard) KADAL TAMAN ORIENTAL

Deskripsi: Kadal ini dapat dengan mudah ditemukan di Taman dan kebun, dimana kadal ini memakan serangga dan pemangsa lainnya. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 8.4 cm dan 23 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 11 individu. Warnanya berkisar kecoklatan sampai keabuan, dan di musim pembiakan leher laki-laki menjadi merah dan hitam. Umumnya ditemukan antara habitus perdu dan semak-semak, dan akan cepat naik batang pohon untuk menghindari terdeteksi. Jenis ini bertelur di sebuah lubang di tanah. Spesies ini berkisar dari Iran ke India, dan Cina Selatan ke Thailand. Baru-baru ini diperkenalkan ke Singapura, tampaknya untuk keluar berkompetisi cristatella hijau Crested kadal Bronchocela asli, yang kini memiliki rentang yang terbatas.

Distribusi: Iran, India, Cina Selatan, Thailand, Singapura, Jawa dan Sumatera.

(39)

29 Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837 (Green Crested Lizard) BUNGLON SURAI

Deskripsi: Kadal ini berukuran sedang, berekor panjang menjuntai. Panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 8.3 cm dan 13.4 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 9 individu. Gerigi di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai. Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik halus yang indah. Sisi atas tubuh (Dorsal) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah kaki. Reptil ini lebih aktif di siang hari, sehingga sangat mudah untuk menangkapnya di malam hari. Reptil inipun dapat berganti kulit seperti ular, namun caranya saja yang berbeda.

Distribusi: Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.

Distribusi di Indocement: Tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan alam Gunung Blindis, Hutan alam Gunung Hanjuang, Kolam Goa dalam.

Bronchocela cristatella Kuhl, 1820 (Green Crested Lizard) BUNGLON JAMBUL

Deskripsi: Kadal ini berukuran kecil, berekor panjang menjuntai. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 8.9 cm dan 11 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Yang membedakan dengan B. jubata salah satunya adalah gerigi di tengkuk dan punggungnya yang pendek menyerupai gergaji, tidak seperti B. jubata yang memiliki gerigi lebih panjang. Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Sisi atas tubuh (Dorsal) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah kaki. Sisik-sisiknya keras, kasar, berlunas kuat, ekornya terasa bersegi-segi.

Distribusi: Sumatera, Jawa, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Filipina.

(40)

30

Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

FAMILI COLUBRIDAE

Oligodon purpurascens Schlegel, 1837 (Brown Kukri Snake)

ULAR KUKRI COKLAT

Deskripsi: Punggung berwarna cokelat atau abu-abu bersemu ungu dengan noda-noda lebar (terkadang membentuk belang, pita melintang) cokelat atau abu-abu gelap bertepi hitam di bagian punggung. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 57 cm dan > 60 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 3 individu. Sisi bawah tubuh berwarna kuning atau kekuningan, atau kemerah jambuan, dengan pola bintik atau petak serupa papan catur di sisik-sisik ventral separuh tubuh bagian belakang.

Distribusi: Cina selatan, Thailand, Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatra, Nias, Mentawai, Kepulauan Riau, Kepulauan Karimata, Jawa, dan Kalimantan (termasuk Sarawak, Sabah, Brunei).

Distribusi di Indocement: Hulu Sungai Kali Jaya dan Kolam Goa Dalam.

Ahaetulla prasina F.Boie, 1827 (Oriental Whip Snake) ULAR PUCUK

Deskripsi: Sejenis ular berbisa lemah yang tidak berbahaya. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 61.8 cm dan 35 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 3 individu. Ular ini berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Terkadang, bila merasa terusik, ular gadung akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa

huruf „S‟, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Ular pucuk aktif di siang hari (diurnal).

Distribusi: India, Cina, Bangladesh, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia.

(41)

31 Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

Pareas carinatus (Keeled slug-snake)

ULAR SIPUT

Deskripsi: Ular kecil yang bertubuh ramping, cenderung kurus. Panjang tubuh total hingga sekitar 60 cm. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 25.5 cm dan 8.5 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Warna coklat kusam, coklat muda atau coklat agak kekuningan di sisi sebelah atas, dengan belang-belang hitam yang tipis dan samar-samar di sepanjang tubuhnya. Kepala menjendol besar dengan moncong tumpul agak janggal. Mata relatif besar, dengan iris berwarna kuning kecoklatan, dan ekor kurus meruncing. Ular ini memburu dan memangsa aneka siput baik bercangkang maupun siput tak bercangkang. Ular ini tidak berbisa, bahkan tak dapat menggigit manusia. Ular ini Aktif di malam hari (nokturnal).

Distribusi: Borneo, Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok.

Distribusi di Indocement: Hutan alam Gunung Blindis.

Lycodon capucinus Linnaeus, 1758(Common wolf-snake)

ULAR CICAK

Deskripsi: Ular bertubuh kecil sampai sedang yang ramping dan gesit, panjang total maksimal mendekati 60 cm. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Punggung (dorsal) berwarna coklat atau coklat agak keunguan, dengan sebagian sisik bertepi putih membentuk pola belang atau jala samar-samar seperti bekas cat yang terhapus. Kepala berwarna coklat kurma, dengan warna putih atau keputih-putihan. Ular ini tidak berbisa, sehingga luka gigitannya hanya mengakibatkan rasa pedih dan sedikit berdarah. Ular ini sering dijumpai memasuki rumah, dapur atau bangunan lainnya, tidak jarang pula didapati di lingkungan perkotaan. Ular yang aktif di malam hari (nokturnal) ini lebih banyak menjalar di atas tanah (terestrial)

Distribusi: Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Sumbawa, Sumba, Komodo, Flores, Lomblen, Alor, Sawu, Roti, Timor, Wetar, Babar, Kalao, Selayar, Buton, dan Sulawesi.

(42)

32

Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

FAMILI CROTALIDAE

Cryptelytrops albolabris (White-lipped tree viper)

ULAR BANGKAI LAUT

Deskripsi: Ular ini memiliki ukuran tidak terlalu besar, agak gemuk pendek dan tak begitu lincah. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 3 individu. Kepala jelas menjendol besar berbentuk seperti segitiga, memiliki dekik pipi (loreal pit) yang besar dan menyolok yang terletak di belakang lubang hidung di depan mata. Sepasang taring besar dan panjang yang bisa dilipat terdapat di bagian depan rahang atas. Sisi atas ekor berwarna kemerahan. Ular ini aktif di malam hari (nokturnal) dan tidak begitu lincah. Ular bangkai laut ini memiliki „bisa‟ yang berbahaya. Bisa‟ ular ini bersifat hemotoksin, yaitu merusak sistem peredaran darah. Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.

Distribusi: India, Myanmar, Laos, Thailand, Cina, Hongkong, Malaysia dan Indonesia.

Distribusi di Indocement: Hutan alam Gunung Blindis dan Hutan alam Gunung Hanjuang.

FAMILI GEKKONIDAE

Gecko gecko Linnaeus, 1768 (Tokay gecko) TOKEK RUMAH

Deskripsi: Cicak yang berukuran besar, berkepala besar. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 13 cm dan 48.5 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 7 individu. Dorsal kasar, dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Telapak kaki tokek memiliki bulu-bulu halus yang digunakan untuk menempel di dinding. Seperti bangsa cecak lainnya, tokek aktif berburu terutama di malam hari.

Distribusi: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok, Flores, Timor, Aru dan Kepulauan Filipina.

(43)

33 Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat (Lanjutan)

Cyrtodactylus marmoratus Taylor, 1962 (Marbled bow-fingered gecko)

CICAK BATU

Deskripsi: Cicak dengan ukuran kepala besar dan keras, moncong meruncing, dahi cekung. Ukuran tubuh (SVL) dan berat rata-rata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 5 cm dan 2.9 gram. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 21 individu. Kepala terdiri dari sisik-sisik granular/ bintil-bintil dan sisik tersebut membesar pada moncong. Tubuh memanjang dan terdiri dari sisik-sisik granular yang kecil dan halus. Ekor panjang dan bulat. Kaki-kaki memanjang dan kuat.

Distribusi: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua, Malaysia, Papua Nugini dan Pulau Chrismast.

Distribusi di Indocement: Tegakan samping gudang batu bara, Curug Hanjuang, Hutan alam Gunung Blindis, Hutan alam Gunung Hanjuang dan Kolam Goa Dalam.

Hemidactylus frenatus Dumeril & Bibron, 1836 (Common House Gecko)

CICAK RUMAH

Deskripsi: Cicak ini dapat dilihat dan dibedakan dengan mudah dengan melihat tubuhnya yang polos tanpa corak. Ukuran cecak ini tidak terlalu besar yaitu sekitar 15 cm dam sepertiga bagian tubuhnya adalah ekor. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1 individu. Bentuk kaki melebar seperti cicak tembok dan memiliki tonjolan seperti kuku pada ujung jarinya. Badannya padat tanpa adanya jumbai seperti cicak tembok dan kadang ditemukan cicak ini memiliki kulit yang hampir transparan sehingga terlihat berwarna merah. Aktif di siang dan malam hari, cecak ini memangsa berbagai jenis serangga yang tersesat ke lampu.

Distribusi: Sumatra, Borneo, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, Ambon, Komodo.

Gambar

Gambar 1 Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon, Jawa Barat
Tabel 1 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya
Tabel 2 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya (Lanjutan)
Gambar 10 Kurva Akumulasi Penambahan Jenis Herpetofauna
+5

Referensi

Dokumen terkait

Apakah pembelajaran matakuliah CAD pada kelas yang diberi perlakuan dengan penilaian portofolio (penilaian berdasarkan langkah kerja penyelesaian job pada matakuliah

Karena seperti yang sudah dijelas- kan di atas, salah satu faktor yang menyebabkan orang lain bisa masuk ke dalam komputer adalah terjadi akibat apli- kasi atau program yang

Gejala yang klasik  yaitu terjadinya “trias malaria” secara berurutan  periode dingin ( 15  –  60 menit) yaitu penderita mulai menggigil, sering membungkus diri dengan

Untuk Gempa Rencana bila bangunan dianalisis dengan rekaman gempa El Centro 1940, displacement untuk arah x aman dan arah y terdapat 3 lantai yang tidak

meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan dan laba bruto induk perusahaan tapi tidak mempengaruhi pendapatan anak perusahaan sampai barang dagang tersebut dijual kembali

• Banyaknya Staf Dosen dari Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM yang diminta untuk mengajar Program Doktor di luar UGM ataupun diminta untuk menduduki

Kita sebagai anak ekonomi bisa menggunakan cara yang dapat menarik perhatian konsumen atau pengguna instagram lainnya dengan menjual produk yang baik dan

Tujuan dari penulisan ini adalah menentukan penyelesaian pendekatan (nilai eigen dan fungsi eigen pendekatan) dari persamaan Sturm-Liouville dengan metode elemen