• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA hasanuddin lagoa Jakarta Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA hasanuddin lagoa Jakarta Utara"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Dzulfadhli 103018227361

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

DZULFADHLI

NIM: 103018227361

Di bawah bimbingan

Drs. H. Fathi Ismail, MM

NIP: 194910121978031003

PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Dzulfadhli

Tempat/Tgl.Lahir : 12 April 1983

NIM : 103018227361

Jurusan / Prodi : KI Manajemen Pendidikan

Judul Skripsi : Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi

Kerja Guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara

DosenPembimbing : 1. Drs. Fathi Ismail, MM.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

Mengetahui Mahasiswa Ybs.

Ketua Jurusan,

Materai 6000

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil. Dzulfadhli

(5)

bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Hasanuddin pada tahun pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan angket (kuesioner).

Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi product moment dan uji-t. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah (X) dan motivasi kerja guru (Y).

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa nilai rhitung= 0,898 berada pada arah yang positif, sedangkan

uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa

thitung = 7,36 pada taraf signifikansi α = 5% = 0,05 dan derajat bebas dk = 15 – 2 =

13 lebih besar dari ttabel= 2,160 dengan kata lain H0ditolak sehingga demikian Ha

(6)

segala alam sehingga dengan Rahmat-Nya serta kalimatnya yang suci yaitu BISMILLAH merupakan penyadaran atas diri seorang manusia yang akan jiwanya tenggelam dalam dunia kesebaragaman makhluk.Salawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar diatas keridhaan ALLAH SWT.

Sekalipun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun ini merupakan salah satu hasil usaha yang maksimal, karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui. Namun berkat pertolongan ALLAH SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan kepada penulis serta bantuan yang penulis terimadari berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada,MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil., Ketua Jurusan Program Kependidikan Islam.

3. Drs. H. Mu’arif SAM.,M.Pd., Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Fathi Ismail, MM., yang telah memberikan bimbingan serta meluangkan waktunya memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah menyediakan literatur yang diperlukan.

(7)

8. Teman-teman di KI-MP yaitu: Pribadi Muslim Prima, Fajar Fajrin, Agus Mulyana, Paw, Ahmad Fahruddin, Ade Faizah dan teman-temanku yang tidak saya sebut satu persatu namun telah ikut memotivasi untuk penyelesaian studi ini.

9. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. H. Mabrur Abduh dan Bunda Hj.Nurjannah yang telah memberikan dorongan materil serta harapannya. semoga ALLAH SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan semoga, Amin.

10. Adik-adikku yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan dibalas oleh ALLAH SWT, dengan pahala yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis selain bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyadari masih banyak kekurangan dalam konsep maupun penulisannya.

Jakarta, 22 September 2010

(8)

Kata pengantar ……… iii

Daftar isi ……… iv

Daftar tabel ……… v

Daftar lampiran ……… vi

BAB I : PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Pembatasan Masalah ……… 6

D. Perumusan Masalah ……… 6

E. Tujuan Penelitian ……… 6

F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian ……… 1

BAB II : KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ……… 1

A. KAJIAN TEORI ……… 8

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ……… 8

a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah … 8 b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ….… 11 c. Pendekatan Kepemimpinan ……… 14

d. Gaya Kepemimpinan ……… 17

B. MOTIVASI KERJA GURU ……… 24

1. Pengertian Motivasi ………... 24

2. Teori Motivasi ………... 25

(9)

BAB III : METODE PENELITIAN ……… 38

A. Waktu dan Tempat Penelitian .………... 38

B. Tujuan Penelitian ……….………... 38

C. Variabel Penelitian ……….………... 39

D. Populasi dan Sampel ……….………... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ……….…... 39

F. Instrumen Penelitian ……….………... 40

G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ……….. 42

H. Hipotesis Statistik ……….……... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …… 47

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 47

1. Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta ……. 47

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin ……… 47

3. Struktur Organisasi SMA Hasanuddin ……….. 49

4. Data Potensi ……….………... 49

B. Hasil Penelitian ……….………... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 57

BAB V : PENUTUP ……….………... 59

A. Kesimpulan ……….………... 59

B. Saran ...……….………... 60

(10)

Tabel 1.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Tabel 2.1 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.2 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru

Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Realibilitas

Tabel 2.4 Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.5 Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru

Tabel 2.6 Perhitungan KorelasiProduct Moment

(11)

4. Surat Pengajuan Proposal skripsi 5. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 6. Surat Izin melakukan Penelitian

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan dalam suatu organisasi sekolah sangat

dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kekuatan

dalam pengelolaan organisasi sekolah dan yang berperan untuk bertanggung

jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai

pemimpin kepala sekolah diharuskan mampu memprakarsai pemikiran baru

dalam proses interaksi di lingkungan sekolah, dalam melakukan proses untuk

mencapai tujuan sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan.

Kepala sekolah memiliki hubungan dan pengaruh yang penting, yakni

antara pemimpin dan bawahanya yang mempunyai tujuan yang sama dalam

mencapai perubahan yang sebenarnya. Pemimpin dan bawahanya saling

mempengaruhi satu sama lain karena mereka berinteraksi dengan cara

demokratis untuk menentukan perubahan apa yang ingin mereka lakukan.

Dengan demikian Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat

berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah.

Kepemimpin Kepala Sekolah harus memiliki integritas tinggi, sebab seorang

pemimpin akan selalu berada di tengah-tengah para anggota organisasi yang

dipimpinnya1, Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan

1

(13)

kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan

pendidikan.

Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai

sifat dan perilaku kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim sekolah

yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau

bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin

harus mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang

diinginkannya dan menyenangkan bagi para guru dalam bekerja. seorang

pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memperhatikan kebutuhan

dan tujuan orang-orang yang bekerja untuknya (bawahan) tidak terfokus pada

kekuasaan yang dimilikinya saja sehingga kepuasan kerja bawahan selalu

terpenuhi, seperti apa yang dinyatakan Follet bahwa para pimpinan

seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan berorientasi pada

kekuasaan2.

Kepala Sekolah merupakan figur pemimpin yang siap bekerja keras

untuk dapat memajukan sekolah serta meningkatkan produktifitas/ kinerja

guru secara intensif serta mampu Membina dan membimbing para guru, dan

harus senantiasa menumbuhkan semangat dan motivasi agar tercipta

harmonisasi hubungan antara pimpinan dan yang dipimpin, dengan demikian

akan meningkatkan kualitas kerja yang tinggi sehingga akan tercipta prestasi

kerja yang baik.

Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam

organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya

semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam

suatu orgnaisasi, keputusan yang diambilnya pun lebih mengarah kepada

hal-hal yang lebih operasional.

Berhasil atau tidaknya tujuan sekolah juga sangat berkaitan dari pada

kualitas kerja guru, pencapaian hasil kerja disesuaikan dengan aturan dan

2

(14)

standar yang berlaku pada masing-masing sekolah. Dalam menjalankan

tugasnya pimpinan harus menilai hasil kerja guru, menilai terhadap kerja

merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat memotivasi demi

meningkatkan kinerja kepuasan kerja guru, kemampuan guru yang kurang

hendaknya dapat diidentifikasi dan diketahui sehingga dapat ditentukan

strategi dalam membangun semangat kerjanya.

Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran

penting sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan,

karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk

memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan.

Guru merupakan pilar utama dari pengelola organisasi sekolah, karena guru

yang langsung berhadapan dengan siswa sebagai parameter keberhasilan dari

suatu pendidikan. Oleh karena itu guru memiliki peranan dalam terciptanya

serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam satu

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku

dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya,3. Dengan demikian

keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh hasil kerja guru karena guru

mempunyai peranan penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.

Sedemikian pentingnya peranan guru sehingga hampir semua upaya

perubahan dibidang pendidikan seperti perubahan kurikulum dan metode

mengajar, sistem evaluasi serta pengembangan materi belajar tergantung

pada guru.

Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana,

pelaku dan penentu tercapainya tujuan organisasi sekolah dan merupakan

tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang berkaitan dengan

kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran guru maka proses

belajar mengajar akan terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu dalam

manajemen pendididikan perananan guru dalam upaya keberhasilan

pendidikan selalu ditingkatkan, prestasi kerja guru harus selalu ditingkatkan

3

(15)

mengingat tantangan dunia pendidikan harus menghasilkan kualitas sumber

daya manusia yang mampu bersaing di era global.

Peningkatan kerja harus diiringi motivasi yang tinggi, Bekerja tanpa

motivasi tentu sangat membosankan, karena tidak adanya unsur pendorong.

Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang agar mau bekerja sama, terintegrasi dan segala daya upaya

untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial

yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri,

ataupun dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Dalam psikologi

motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya

suatu tingkah laku4. Artinya dengan motivasi guru mau bekerja keras dengan

menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena

adanya motivasi untuk mendidik.. Dengan motivasi guru akan mampu

membentuk semangat kerja yang tinggi pula. Kemampuan guru yang

dilandasi motivasi akan mendorong untuk menunjukan prilaku yang kuat

sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Orientasi ini tentu

mengarah pada peran guru yang dituntut bertindak secara professional.

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau

dorongan dalam bekerja, Guru menjadi seorang pendidik karena adanya

motivasi untuk mendidik. Bila tidak motivasi maka ia tidak akan berhasil

untuk mendidik/mengajar.

Dengan demikian Keberhasilan guru dalam menjalankan tugas karena

dorongan/motivasi sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah

menyentuh kebutuhannya. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru yang

diminatinya karena sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang

termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena

kebutuhan-kebutuhan guru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan

4

(16)

kinerjanya, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah secara

optimal dan efektif.

Adanya permasalahan yang timbul dari prilaku sebagian guru, seperti

konsisten waktu yang rendah, penyampaian materi tidak tuntas,

perkembangan siswa lambat dan tingkat kehadiran guru juga menurun, oleh

karena itu diperlukan upaya lebih lanjut dan lebih intensif, agar pendidikan

sekolah tetap dapat mencapai tujuan yang sebenarnya, maka perlu adanya

motivasi kerja dalam mengelola kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru,

Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu

dilakukan penelitian. faktor kerja guru yang mana yang masih kurang dan

faktor apa yang dianggap sudah baik. Selain itu perlu juga untuk di ketahui

aspek apa saja yang berhubungan dengan motivasi kerja guru.

Dalam membangun prestasi dan kulitas kerja guru yang baik perlu

adanya teknik kepemimpinan dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai upaya

memelihara harmonisasi, kesejahteraan guru dan menyesuaikan diri dengan

situasi serta kondisi bawahan.

Sejalan dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan

kepala sekolah dengan motivasi kerja guru merupakan faktor yang cukup

menentukan tingkat keberhasilan pendidikan sekolah., Atas dasar pemikiran

tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang.

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN

MOTIVASI KERJA GURU DI SMA HASANUDDIN LAGOA

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Belum ada upaya yang dilakukan kepala sekolah agar

kepemimpinan terlaksana dengan baik.

2. Tidak terjadi Proses kepemimpinan dalam memotivasi kerja guru

3. Belum diketahui secara pasti hubungan kepemimpinan kepala

sekolah dengan motivasi kerja guru

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam

penelitian, dan banyaknya permasalahan yang timbul dari uraian latar

belakang dan pengidentifikasian masalah, maka masalah dalam penelitian ini

perlu diberi batasan .

Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada

hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA

Hasanudin Lagoa Jakarta Utara.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah kepemimpinan kepala sekolah?

2. Bagaimanakah motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara?

3. Bagaimana Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi

kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara?

E. Kegunaan Penelitian

a) Kegunaan secara teoritis

 Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.

 Untuk mengembangkan wawasan mengenai hubungan kepemimpinan

kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa

(18)

b) Kegunaan secara praktis

 Sebagai bahan masukan atau input bagi SMA Hasanuddin Lagoa

Jakarta Utara agar mampu mengambil langkah-langkah tepat bagi

kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kerja guru melalui

motivasi kerja guru.

(19)

8 A. KAJIAN TEORI

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi,

Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi kepuasan dan kualitas

kerja, ataupun prestasi suatu organisasi.

Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti “The

qualities that aleader should have” atauthe qualities of leader1.

Adapun pengertian kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, berkaitan dengan proses yang

mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan

tertentu2. Dengan itu kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam

pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer.

penggunaan istilah lain seperti kekuasaan, wewenang, manajemen,

administrasi, pengendalian, dan supervise yang juga menjelaskan hal yang

sama dengan kepemimpinan3

1

Oxford Student’s dictionary of English. Oxford University Press.2001. hal. 374 2

Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi & Industri.Jakarta. Lembaga Penelitian UIN. Hal. 110 3

(20)

Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas

seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk

mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership

telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner

mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai

suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

sekelompok anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya.

Leadership atau Kepemimpinan dalam pengertian umum

menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing,

mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang

ada dibawah pengawasannya. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang menggerakkan, mengarahkan, sekaligus

mempengaruhi pola pikir , cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri

dalam bekerja terutama dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan4.

Kepemimpinan merupakan bagian penting manjemen, tetapi tidak

sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang

dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai

tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga

mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, penorganisasian,

pengawasan dan evaluasi. Manajer adalah orang yang melakukan segala

sesuatunya dengan baik dan pemimpin adalah orang yang melakukan hal

yang benar.

Kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain kearah tujuan tertentu

yang telah ditentukan merupakan bagian dari indikator keberhasilan seorang

pemimpin, dimana pemimpin mampu untuk memberdayakan bawahan

sehingga timbul inisiatif untuk berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih

bermakna dengan sekali-kali pemimpin mengarahkan, menggerakkan, dan

4

(21)

mempengaruhi anggota bawahanya. Inisiatif pemimpin harus direspon

sehingga dapat mendorong timbulnya sikap mandiri dalam bekerja dan berani

mengambil keputusan dalam rangka percepatan dan penyesuaian pencapaian

tujuan organisasi.

Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi

dengan (1) menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan

yang dibutuhkan, (2) mengkomunikasikan dan menjelaskan visi dan (3)

memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi

itu5. Ada hal-hal lain yang perlu juga di ketahui seorang pemimpin sebelum

mengadakan kontak dengan orang lain yakni6: (1) merencanakan, (2)

mengorganisir, (3) mengordinisir dan (4) mengendalikan pekerjaan.

Sekolah sebagai organisasi memerlukan penelitian yang mampu

mengelolah organisasi sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kata “Memimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan,

menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Pemimpin

berprilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam

mencapai tujuan7.

Pemimpin tidak berdiri disamping, melainkan mereka memberikan

dorongan dan memacu (to proud), berdiri di depan yang memberikan

kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam

mencapai tujuan. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership),

Kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin,

itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain,

pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan.

Dengan demikian Kepala Sekolah sebagai pimpinan tertinggi di

sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat

5

Yukl ,Gary, 2001.Kepemimpinan dalam …….i. Edisi Kelima Jakarta. PT. Indeks. Hal.7 6

Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan.Semarang. PT. Dahara Prize. Hal. 8 7

(22)

menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern

kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai

tujuan pendidikan. Bagaimana kepala sekolah untuk membuat orang lain

bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai

pemimpin dapat di analisis dari kepribadian. Kepribadian kepala sekolah

akan tercermin dalam sifat-sifat (1) Jujur, (2) Percaya diri, (3) Tanggung

Jawab, (4) Berani mengambil resiko dan keputusan, (5) Berjiwa besar, (6)

Emosi yang stabil (7) Teladan8.

Dalam tulisannya Wahyosumidjo, Koontz menguraikan kepala

Sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu:

a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan

percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas

masing-masing.

b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para

siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi

kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari-hari

harus selalu berusaha memperhatikan dan memperaktikkan delapan fungsi

kepemimpinan didalam kehidupan sekolah9.

1. Menciptakan kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi

bawahanya.

2. Menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru

dan orang-orang yang menjadi bawahan dalam melaksanakan tugasnya

8

E. Mulyasa.2007.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Hal.115

9

(23)

meraka merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawairan,

serta memperoleh jaminan keamanan(providing security)

3. Memberikan saran, anjuran dan sugesti untuk memlihara serta

meningkatkan semangat para guru, staff dan siswa, rela berkorban demi

menumbuhkan rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas

masing-masing.

4. Bertanggung jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang

diperlukan oleh para guru.

5. Sebagai katalistor, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan

semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

6. Selalu menjaga penampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu

terpercaya, di hormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.

7. Membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga

mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja

secara bertanggung jawab kearah tercapainya tujuan sekolah(inspiring).

8. Selalu dapat memperhatikan, menghargai apa pun yang dihasilkan oleh

para mereka yang menjadi tanggung jawabnya.

Koontz memberikan definis fungsi kepemimpinan sebagai berikut10.

The function of leadership, therefor, is to induce or persuade all

subordinates of followers to contribute willingly to organizational

goals in accordance with their maximum capability.

Dari definisi diatas, para bawahan di anjurkan dengan penuh kemauan

serta kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi,

pemimpin harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade)

bawahan.

10

(24)

Hal demikian berarti, apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil

menggerakkan para guru, staff dan para siswa berprilaku dalam mencapai

tujuan sekolah , oleh karena itu kepala sekolah harus:

a. Menghindarkan diri dari sikap, perbuatan dan bertindak keras terhadap

guru.

b. Melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan

percaya diri para guru.

Keberadaan pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinanya

dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah dengan

menetapkan tujuan secara utuh (firm and purposeful),mendayagunakan

bawahan melalui pendekatan partisipatif (a participte approach), dan didasari

oleh kemampuan kepemimpinan secara professional (the leading

professional)11. Kepala sekolah sebagai memberikan petunjuk dan

pengawasan, meninkatkan kemauan tenaga pendidik, membuka komunikasi

dua arah dan mendelegasikan tugas. Kepala sekolah memerlukan orang-orang

yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang pendidikan,

namun kenyataan dilapangan membuktikan bahwa tidak semua kepala

sekolah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, tetapi lebih mengutamakan

pada golongan ataupaun strata jabatan yang dijalani melalui masa kerja yang

telah diberikan.

Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memiliki sikap

profesional serta mampu mendayagunakan sumberdaya sekolah dan memiliki

harapan yang tinggi terhadap kemajuan sekolah. Pemimpin organisasi

sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai aktifis pendidikan setidaknya

mempunyai ciri-ciri (1) Mampu mengambil keputusan, (2) mempunyai

11

(25)

kemampuan hubungan interaksi sesama, (3) mempunyai keahlian dalam

berkomunikasi, (4) mampu memberikan motivasi kerja kepada bawahan12.

c. Pendekatan Kepemimpinan

Beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai

pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional. Pendekatan

pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang

tampak/ yang menfokuskan pada karakteristik pemimpin seperti kepribadian,

motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah

asumsi bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki

ciri tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Teori kepemimpinan yang paling

awal menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan oleh

kemampuan luar biasa seperti memiliki energy yang tidak kenal lelah, intuisi

pengelolaan, pandangan pada masa depan, dan kekuatan untuk membujuk

yang tidak dapat ditolak. Pendekatan kedua bermaksud untuk

mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviours) pribadi dalam

berhubungan dengan bawahnya. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan

bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan

perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi

kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan

situasional yang menfokuskan pada kesesuain antara prilaku pemimpin

dengan karakteristik situsional13. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi

yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni

tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan,

lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan

sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada

kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional

yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan

12

Wahyudi, 2009.Kepemimpinan Kepala Sekolah………... Bandung. Alfabeta. Hal. 63

13

(26)

tertentu. Situasi yang mendesak perlunya kehadiran pemimpin apabila (1)

keadaan kacau(chaos) tidak menentu dan kelompok tidak mampu mengatasi

konflik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal organisasi, (2)

anggota organisasi secara perorangan ataupun kelompok belum mampu

mengambil keputusan penting untuk pencapaian tujuan organisasi, (3)

perubahan lingkungan organisasi yang cepat sehingga kelompok tidak

mampu mengendalikan keadaan terutama dalam menangkap pesan dari

perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, (4) munculnya competitor

baru yang dapat menggeser peran kelompok14.

Ketiga pendekatan tersebut dapat digambarkan secara kronologis

sebagai berikut15:

Pendekatan lainya adalah organisasi, pengikut pendekatan ini

memandang kepemimpinan sebagai suatu hubungan fungsional antara

pemimpin, bawahan dan organisasi16

Pendekatan pemimpin berdasarkan sifat berkeyakinan bahwa

keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik yang dimiliki

pemimpin seperti intelektualitas yang tinggi, hubungan interaksi antara

manusia, kemampuan bersosialisasi, keadaan fisik yang kuat, imajinator,

kekuatan rohani yang tinggi, kesabaran, memiliki kemauan untuk berkorbanm

dan kemauan bekerja keras.

Pendekatan prilaku tentu mencoba untuk menentukan

langkah-langkah yang harus dilakukan para pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.

Kepemimpinan memiliki prilaku yang komplek, dan tidak ada satupun gaya

kepemimpinan yang paling tepat bagi setiap pemimpin yang bekerja pada

setiap kondisi.

14

Wahyudi, 2009.Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta. Hal. 124

15

T.Hani Handoko,2000, Manajemen Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE,hal, 295 16

Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan…….. Hal. 12

(27)

Dalam tulisannya Wahyudi mengutarakan secara umum terdapat tiga

pendekatan atau gaya kepemimpinan yaitu; (1) pendekatan kepemimpinan

menurut sifat(Traits model), (2) pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori

prilaku (Behavioral model), (3) kepemimpinan menurut teori kontingensi

(contingency).pendekatan berdasarkan sifat mengkaji tentang perangai dan

kemampuan yang menandai karakteristik pemimpin yang berhasil dan yang

tidak berhasil. Pendekatan berdasarkan prilaku memusatkan perhatian pada

tindakan yang dilakukan pemimpin didalam melaksanakan pekerjaan

manajerial. selanjutnya pada pendekatan kontingensi mengkaji kesesuaian

antara prilaku pemimpin dengan karakteristik situasional terutama tingkat

kematangan bawahan. Pendektan situasional mengasumsikan bahwa kondisi

(situation) yang menentukan efektifitas pemimpin berfariasi menurut situasi,

kematangan atau kedewasaan bawahan.

Kepemimpinan kontingensi/ situasional menjadi kajian utama dengan

mempertimbangkan tingkat kedewasaan (maturity) anggota organisasi

sedangkan pendekatan menurut sifat dan pendekatan prilaku sebagai landasan

transisi gaya kepemimpinan.

Dalam gaya kepemimpinan situasional; motivasi, kemampuan, dan

pengalaman bawahan harus terus menerus dinilai agar dapat ditentukan

kombinasi gaya yang paling tepat. Menurut Hersey dan Blanchard penerapan

gaya kepemimpinan secara tepat, itu bukan hanya akan memotivasi bawahan

tetapi juga membantu bawahan menjadi matang. Dengan demikian, pimpinan

yang ngin mengembangkan bawahanya untuk meningkatkan rasa percaya diri

dan bertanggung jawab terhadap tugasnya harus mengganti gaya

kepemimpinan secara terus menerus. Pimpinan yang luwes dalam

menerapkan gaya kepemimpinan maka berpeluang menjadi pimpinan yang

efektif. kefektifan pemimpin tergantung pada bagaimana gaya kepemimpinan

seseorang saling berkaitan dengan keadaan atau situasi. Apabila gaya seorang

pemimpin sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu efektif, namun apabila gaya

(28)

d. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari

pendekatan perilaku pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih

difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan (leadership style), sebab gaya

kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang memusatkan

perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi

aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.

Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang

digunakan untuk mempengaruhi aktuifitas orang-orang yang dipimpin untuk

mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana

pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin

yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya

dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan

berkomunikasi dengan bawahannya.

Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam

mengambil keputusan, akan mengakibatkan bawahan merasa tidak

diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait dengan tugas

bawahan sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak

dilakukan. Namun pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang

tepat merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahan.

Selanjutnya gaya kepemimpinan digunakan dalam berinteraksi dengan

bawahannya, melalui berinteraksi ini antara atasan dan bawahan

masing-masing memilki status yang berbeda. Berinteraksinya dua status yang

berbeda terjadi, apabila status pemimpin dapat mengerti keadaan

bawahannya. Pada umumnya bawahan merasa dilindungi oleh pimpinan

apabila pimpinan dapat menyejukkan hati bawahan terhadap tugas yang

dibebankan kepadanya. Cara berinteraksi oleh pimpinan akan mempengaruhi

(29)

mengayomi bawahan sehingga perasaan senang akan tugas timbul, yang pada

akhirnya meningkatkan kinerja karyawan.

Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi

bawahan guna pencapaian tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan

mendapat sambutan hangat oleh bawahan sehingga proses mempengaruhi

bawahan berjalan baik dan disatu sisi timbul kesadaran untuk bekerja sama

dan bekerja produktif. Bermacam-macam cara mempengaruhi bawahan

tersebut guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi.

Pola dasar terhadap gaya kepemimpinan yang lebih mementingkan

pelaksanaan tugas oleh para bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang

dibebankan padanya sesuai dengan keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut

agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan

keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya. Pemimpin

beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara efektif

dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan

hasil yang dicapai masing-masing anggota.

Gaya kepemimpinan yang berpola untuk mementingkan pelaksanaan

kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang intensif,

efektif, dan efisien, semua tugas dapat dilaksanakan secara optimal.

Pelaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian

pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya bukan prosesnya. Namun jika

hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak ada pilihan lain, selain

mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya. Pola dasar ini

menggambarkan kecenderungan, jika dalam organisasi tidak ada yang

mampu, mencari pengganti dari luar meskipun harus menyewa serta

membayar tinggi.

Pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada tingkat

tertinggi dengan pemahaman yang konseptual. Pemimpin yang efektif dalam

(30)

tersebut memberikan kewenangan pada bawahan serta melaksanakan sharing

dalam memutuskan suatu keputusan.

a. Perilaku Kepemimpinan

Prilaku kepemimpinan cenderung diekspreikan dalam dua gaya

kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada

tugas (Task Oriented) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada

karyawan(Employee oriented)17. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada

tugas menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang

ketat dapat dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada tugas dan

kurang dalam pembinaan karyawan.. Sedangakan gaya kepemimpinan yang

berorientasi pada karyawan, mengutamakan untuk memotivasi dari

mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan.

Kedua gaya kepemimpinan tersebut, dapat dirasakan oleh bawahan

secara langsung ketika pimpinan berinteraksi dengan bawahannya. Setiap

pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, karena banyak faktor

yang mempengaruhinya. Bawahan pada umumnya cenderung lebih menyukai

gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan atau bawahan, karena

merasa lebih dihargai dan diperlakukan secara manusiawi, memanusiakan

manusia sehingga kan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dan

kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang berorintasi pada tugas,

lebih menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan pada

karyawan. Pimpinan pada umunya lebih memperhatikan hasil daripada

proses. Keadaan tersebut membentuk kondisi tempat kerja menjadi kurang

kondusif, karena masing-masing karyawan berkonsentrasi pada tugas yang

harus diselesaikan karena terikat waktu dan tanggungjawab.

b. Gaya Managerial Grid

17

(31)

Menurut Blake dan Mountoun, ada empat gaya kepemimpinan yang

dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem18, sedangkan lainnya hanya satu

gaya yang ditengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam

managerial grid yaitu: (1) Manajer tim yang nyata (the real team manager),

(2) Manajemen club (the country club management), (3) Tugas secara

otokratis (authocratic task managers), dan (4) Manajemen perantara

(organizational man management).

c. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan

kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas kekuasaan,

sikap dan persepsi19. Hubungan antara pimpinan dan bawahan bergerak

melalui empat tahap yaitu: (a) hubungan tinggi dan tugas rendah, (b) tugas

rendah dan hubungan rendah, (c) tugas tinggi dan hubungan tinggi, dan (d)

tugas tinggi dan hubungan rendah.

Pimpinan perlu mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan

perkembangan setiap tahap, dan pada gambar di atas terdapat empat tahap.

Pada tahap awal, ketika bawahan pertama kali memasuki organisasi, gaya

kepemimpinan yang berorientasi tugas paling tepat. Pada tahap dua, gaya

kepemimpina yang berorientasi tugas masih penting karena belum mampu

menerima tanggungjawab yang penuh. Namun kepercayaan dan dukungan

pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya

dengan bawahan dan dorongan yang diberikan kepada bawahan untuk

berupaya lebih lanjut. Sedangkan pada tahap ketiga, kemampuan dan

motivasi prestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mencari

tanggungjawab lebih besar, sehingga pemimpin tidak perlu lagi bersifat

otoriter. Dan pada tahap empat (akhir), bawahan lebih yakin dan mampu

mengarahkan diri, berpengalaman serta pimpinan dapat mnegurangi jumlah

dukungan dan dorongan. Bawahan sudah mampu berdiri sendiri dan tidak

memerlukan atau mengharapkan pengarahan yang detil dari pimpinannya.

18

T.Hani Handoko,Manajemen….,302 19

(32)

Pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional sangat tergantung dengan

kematangan bawahan, sehingga perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama

baik dilihat dari umur atau masa kerja.

d. Gaya Kepemimpinan Fiedler

Di sini Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model

Kontingensi Kepemimpian yang Efektif (A Contingency Model of Leadership

Eff ectiveness) berhubungan anatar gaya kepemimpinan dengan situasi yang

menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam

hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai berikut:

1) Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan

mempengaruhi situasi.

2) Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan tidak kepastian20.

Gaya kepemimpinan diatas, sama dengan gaya kepemimpinan yang

berorientasi pada karyawan dan berorientasi pada tugas, seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala

yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau

merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai(LPC, Least Pref erred

Co-worker), karyawan yang hampir tidak dapat diajak bekerjasama dengan

orang tadi. Dalam hal ini ditentukan delapan kombinasi yang mungkin dari

tiga variabel dalam situasi kepemimpinan tersebut dapat menunjukan

hubungan antara pemimpin dengan anggota dapat baik atau buruk, tugas

dapat struktur, dan kekuasaan dapat kuat atau lemah. Pemimpin dengan LPC

rendah yang berorientasi tugas atau otoriter paling efekif dalam situasi

ekstrem, pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat besar atau

mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat kecil.

e. Gaya Kepemimpinan Kontinum.

Tannenbaum dan Schmidt mengusulkan bahwa, seorang manajer

perlu mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya

20

(33)

kepemimpinan yaitu: kekuatan yang ada dalam diri manajer sendiri, kekuatan

yang ada pada bawahan, dan kekuatan yang ada dalam situasi.

Sehubungan dengan teori tersebut terdapat tujuh tingkat hubungan

pemimpin dengan bawahan yaitu: (1) manajer mengambil keputusan dan

mengumumkannya, (2) manajer menjual keputusan, (3) manajer menyajikan

gagasan dan mengundang pertanyaan, (4) manajer menawarkan keputusan

sementara yang masih diubah, (5) manajer menyajikan masalah, menerima

saran, membuat keputusan, (6) manajer menentukan batas-batas, meminta

kelompok untuk mengambil keputusan, dan (7) manajer membolehkan

bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan.

f. Gaya Kepemimpinan menurut Likert

Menurut Likert, bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya

particip ative management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika

berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan komunikasi.

Selanjutnya ada empat sistem kepemimpinan dalam manajemen yaitu

sebagai berikut21:

1) Sistem 1 : Membuat semua keputusan yang berhubungan

dengan pekerjaan dan memerintahkan bawahan untuk

melaksanakannya

2) Sistem 2 : Masih memberi perintah-perintah, tetapi bawahan

masih mempunyai kebebasan tertentu untuk mengomentari

perintah.

3) Sistem 3 : Menetapkan tujuan dan memberi perintah umum

setelah dibahas bersama bawahan.

4) Sistem 4, tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh

kelompok (sistem ideal)

21

(34)

Dari keempat sistem diatas, sistem ke 4 mempunyai kesempatan untuk

sukses sebagai pemimpin, karena mempunyai organisasi yang lebih produktif.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud

dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian karyawan

terhadap gaya kepemimpinan pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi

bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam tiga

aspek yaitu: gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, gaya

kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan, dan gaya kepemimpinan

yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan

pada tugas terdiri dari empat indikator yaitu: (1) Pengawasan yang ketat, (2)

pelaksanaan tugas, (3) member petunjuk, dan (4) mengutamakan hasil

daripada proses. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan terdiri

dari empat indikator yaitu: (1) melibatkan bawahan dalam pengambilan

keputusan, (2) memberi dukungan, (3) kekeluargaan, dan (4) kerjasama. Dan

gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan

terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) ketekunan bekerja, (2) aktif, (3)

pengalaman.

Pemimpin harus piawai untuk beradaptasi dan mengatur setiap

kondisi, artinya menjadikan 2 kriteria untuk bahan perbandingan tentang

konsep dan gaya kepemimpinan. Kriteria ini adalah :

(1) kepekaan (kecakapan untuk merasakan dan mengerti kebutuhan manusia dalam berbagai situasi yang dihadapi pemimpin setiap hari) dan

(2) Keluwesan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi apapun sehingga gaya atau pendekan kepemimpinan dituntut atau diperlukan dalam

(35)

B. MOTIVASI KERJA GURU

1. Pengertaian Motivasi Kerja Guru

Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan maupun dari luar untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan22.

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan,23. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri

seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan

yang merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja secara efektif dan terintegrasi

dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi dapat dikatakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan ia tidak suka, maka akan

berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Pengertian Motivasi Kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu motivasi kerja dalam

psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya

motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil

prestasinya24. Dari kata Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang,

yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai

tujuan tertentu25, motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang

menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang

untuk memenuhikebutuhan. Menurut M.Usman Najati, motivasi adalah

22

Sardiman. 2006.Interksi dan motivasi belajar mengjar .Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73

23

Sardiman. 2006.Interksi dan motivasi…………...Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73 24

As’ad, Moh. 1980.Psikologi Industri. Yogyakarta. Akademi Managemen Perusahaan YKPM.Hal.44

25

(36)

kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan

menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu dan

terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Pengertiannya

(1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap

individu, (2) motivasi ditandai oleh adanya rasa atau feeling, afeksi

seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi,

dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivasi

dirangsang karena adanya tujuan26.

Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk

mencapai tujuan organisasi maupun tujuan individual. sebagai seorang

pemimpin, harus mampu menggerakkan anggota-anggota kelompok kearah

yang diinginkan27.

Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang

timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan

tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan

kondisi psikologis yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan

barang atau jasa sehingga dapat tercapai suatu tujuan. motivasi itu dapat

dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri

seseorang, dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam

diri seseorang yang menimbulkan kegiatan penggerak.

2. Teori Motivasi

Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang

mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong

perbuatan kearah tujuan tertentu adalah motivasi.

26

Hamzah. B.Uno. 2008.Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 63 27

(37)

Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan,

perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu

kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan

akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya.

Abraham H. Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan

bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan

psikologis dan biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya

lima kebutuhan manusia. (Hasibuan, 2003:104).

Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk

bekerja menurut Maslow28adalah:

a. Kebutuhan aktualisasi diri(Self actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,

kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi

kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang

lain.

b. Kebutuhan akan penghargaan diri/status(Esteem needs)

Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari

karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul

karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

c. Kebutuhan akan cinta (love) atau Afiliasi(Social needs)

Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai

serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada

dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia

ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari :

1. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia

bekerja.

28

(38)

2. Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya

penting.Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang

tetap merasa dirinya penting.

3. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi

kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan

kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.

4. Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa

senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan

saran atau pendapat pada pimpinan.

d. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan(Safety needs)

Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini

dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari

kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan

ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan

jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu

jam-jam tertentu.

e. Kebutuhan fisik(Physiological needs)

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan,

papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang

baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

Kimbal willes dalam Bafadal (2004:101-102) menegaskan ada

delapan hal yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu adanya rasa aman

dan hidup layak, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan,

perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan

atas sumbangan, ikut ambil bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah,

dan kesempatan mempertahankan self respect.

1. Rasa aman dan hidup layak

Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi adanya jaminan

(39)

keluarganya sehingga mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara

layak. Sedangkan rasa aman berkenaan dengan kebebasan dari

tekanan-tekanan batin, rasa takut akan masa depannya, serta adanya jaminan

kesehatan.

2. Kondisi kerja yang menyenangkan

Suasana kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan

kepemimpinan kerja. Kondisi kerja yang menyenangkan, misalnya tempat

kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya

bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya sederhana hendaknya

selalu dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang senang bekerja di

dalamnya.

3. Rasa diikutsertakan

Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata

usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam

anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung

mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus

member kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin

hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya.

4. Perlakuan yang wajar dan jujur

Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara

anggotanya.Perlakukan setiap anggota dengan wajar dan adil. Janganlah

sekali-kali pilih kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan

perhatian. Jika kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang

mendapatkan perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok.

5. Rasa mampu

Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui

oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota

(40)

kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai

tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala

sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru.

6. Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan

Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lainnya. Begitu

pula setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan

demi Kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru

lainnya. Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan

merasa gembira dalam bekerja.

7. Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah

Semua guru ingin ikut mbil bagian dalam membuat kebijakan sekolah

Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikutsertakan

dalam membuat policy sekolah mereka merasa dipentingkan dalam sekolah.

Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh

kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas

pelaksanaannya.

8. Kesempatan mengembangkan”self respect”

Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan

apa yang harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah kesempatan

merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya,

memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif.

Sedang Claude S. George dalam Hasibuan (2005:163) mengemukakan

bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat

dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2)

kesempatan untuk maju/promosi, 3) pengakuan sebagai individu, 4)

keamanan kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6) penerimaan oleh kelompok, 7)

(41)

Motivasi memiliki kecenderungan dalam menimbulkan semangat

kerja yang tinggi dimana semangat kerja yang tinggi akan mampu

menghasilkan kinerja yang tinggi , sebaliknya semangat kerja yang rendah

akan menghasilkan kinerja yang juga rendah. Semangat kerja merupakan roh

daripada keinginan sesorang untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana

mestinya, bahkan pada sebagian orang, semangat kerja mampu memberikan

stimulasi pada seseorang untuk melaksanakan pekerjaan menjadi lebih baik,

demikian seseorang lebih termotivasi dalam melaksanakan pekerjaanya yang

dipicu oleh semangat kerja yang tinggi.

Tiga elemen penting dalam motivasi yang dikemukakan MC. Donald,

yakni29:

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap

individu manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik

manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling ”, afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,

afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri individu, sehingga akan bergayut dengan perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan dan kebutuhan.

Para pakar Psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan

belajar untuk menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan

mendorong perilaku, memberikan arah atau tujuan perilaku, memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.

Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Dalam pengertian ini intensitas dan arah motivasi dapat bervariasi. Untuk proses belajar

29

(42)

mengajar sangat diperlukan adanya motivasi, sesuai dengan semboyan “ motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha bagi seseorang.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan

dilingkungan pekerjaannya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan ada enam

faktor motivasi yaitu (1) prestasi, (2) pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat,

(4) pekerjaan itu sendiri, (5) kemungkinan untuk tumbuh, (6) tanggung jawab.

Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu

diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaan, (2) supervisi teknis, (3) hubungan antar

manusia dengan atasan, (4) hubungan manusia dengan pembinanya, (5) hubungan

antar manusia dengan bawahannya, (6) gaji dan upah, (7) kestabilan kerja, (8)

kehidupan pribadi, (9) kondisi tempat kerja, (10) status.

Dan lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu30:

a. Kedudukan (Posisi)

Ummnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada

pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas dari pada mereka yang

bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian

menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan

dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.

b. Pangkat (golongan)

Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga

pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang

melakukanya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan

dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan

yang baru itu akan merubah prilaku dan perasaan.

30

(43)

c. Umur

Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur

bawahan.

d. Jaminan financial dan jaminan social

Masalah financial dan jaminan social kebanyakan berpengaruh terhadap

kepuasan kerja.

e. Mutu pengawasan

Hubungan antara bawahan dengan pimpinan sangat penting artinya dalam

menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan bawahan dapat ditingkatkan

melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan,

sehingga guru atau bawahan akan merasa bahwa dirinya merupakan

bagian yang penting dari organisasi (sense of belonging).

Ada sejumlah teori lain tentang motivasi dalam pekerjaan, yaitu sebagai

berikut31.

1. Teori keadilan(equity)

Teori ini menonjolkan kenyataan bahwa motivasi seseorang mungkin

dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlakukan

didalam organisasi apabila dibandingkan orang lain. Kalau orang merasa

perlakuan orang-orang terhadapnya tidak sebaik perlakuan orang-orang

itu terhadap orang lain yang dianggap sebanding, kemungkinan besar

orang itu kurang terdorong untuk menyajikan kinerja yang baik.

2. Teori sasaran(goal)

Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa sasaran orang ditentukan

oleh cara mereka berprilaku dalam pekerjaan dan jumlah upaya yang

mereka gunakan. Ada indikasi bahwa memiliki sasaran yang benar-benar

jelas memang membantu mendorong minat orang, dan hal itu cenderung

untuk mendorong organisasi berupaya mengembangkan rencana kinerja

manajemen yang lengkap.

3. Teori perlambang(attribution)

31

(44)

Teori ini menyatakan bahwa motivasi tergantung pada faktor-faktor

internal, seperti atribut pribadi seseorang dan faktor-faktor luar yang

mungkin berupa kebijakan organisasi, derajat kesulitan pekerjaan yang

ditangani, dan sebagainya.

4. Ciri-ciri dan Motif-motif Motivasi Kerja

Interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa motivasi yang ada

pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut32:

1. Tekun menghadapi tugas

2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah

4. Lebih senang bekerja sendiri

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.

6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang

memilik motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang

memiliki cirri-ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup

kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan

sekolah. Karena setiap kegiatan akan berhasil baik, kalau gurunya tekun

melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan

secara mandiri. guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang

rutinitas. Selain itu, juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau

memang yakin dan rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai

masalah umum dan berfikir bagaimana cara pemecahannya.

32

(45)

Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa kepemimpinan kepala

sekolah merupakan pembina, penggerak, pendorong terhadap prestasi guru

dalam menunaikan tugas kerja dan untuk meningkatkan atau merubah

profesionalismen kerja guru kearah yang lebih baik.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya33.

a. Motif bawaan

Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,

jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:

dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk

bekerja, untuk beristirahat,dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering

kali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.

b. Motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul kaena dipelajari. Sebagai contoh:

dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk

mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali

disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social. Sebab

manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesame manusia yang

lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsent mengistilahkan dengan

affiliative needs. Sebab justru dengan kemampuan berhubungan,

kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri.

Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, koperatif,

membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru.

Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha

mencapai prestasi.

33

(46)

Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

a. Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala instrinsik, yakni menyangkut

kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada didalam diri

manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.jenis motif

seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,

terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self-expresion

Penampilan diri adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting

kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana

sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk

ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini

seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri

ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar

dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk

mencapai suatu prenstasi,

Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk

minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat. Ini sesuai dengan jenisphysiological drives.

b. Motif-motif darurat. Yang termaksud dalam jenis motif ini antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,

untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul

karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

(47)

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi

dunia luar secara efektif.

Guru sebagai salah seorang pelaksana kegiatan pendidikan di sekolah

sangat diperlukan. Sebab tidak jarang ditemukan guru yang kurang memiliki

gairah dalam melakukan tugasnya, yang akhirnya mengakibatkan

keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai kurang memuaskan.

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja

seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang

diberikan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru bisanya tercermin

dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapainya. Motivasi kerja

guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru

agar prilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. KERANGKA BERFIKIR

Seluruh rangkaian kegiatan yang ada di dalam sekolah merupakan

upaya pemenuhan terhadap tercapainya tujuan sekolah, sehingga segala

aktivitas organisasi sekolah hendaknya dikelola lebih optimal. Demi

mewujudkan tujuan tersebut maka kualitas kerja guru perlu ditingkatkan.

Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong

bawahannya/guru-gurunya supaya bekerja lebih maksimal lagi. Salah satu

tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin, yaitu memimpin segala

aktivitas sekolah khususnya guru. Jika kepala sekolah sebagai pemimpin

dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik serta

melaksanakan kepemimpinan secara efektif dan profsional maka logikanya

kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan prestasi kerja guru.

Guru yang termotivasi dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya

(48)

berdampak pada kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan

kinerja yang baik. Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa

terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi

kerja guru.

D. PENGAJUAN HIPOTESIS

Hipotesia adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu

masalah yang akan dibuktikan secara statistik.adapun hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

“Ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

Gambar

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 1.1Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 1.2Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 1.3Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah berupa suatu aplikasi perangkat lunak yang dibangun dengan bahasa pemrograman Java yang bertujuan untuk melakukan enkripsi serta dekripsi

Efek pemberian labu kuning terhadap pertumbuhan Dari hasil pengukuran parameter pertumbuhan, dapat diketahui bahwa perlakuan tidak memiliki perbedaan secara nyata dengan

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar jamaah haji di Kabupaten Jepara merasakan sangat puas terhadap pelayanan KBH, terutama dalam pelayanan bimbingan manasik di tanah

tindakan dan langkah-langkah secara terorganisasi. Pengarahan adalah kegiatan yang saling berhubungan erat dalam manajemen sumber daya manusia. Pengarahan diperlukan

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients (a) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Nilai konstanta sebesar 0,097 menunjukkan

Sementara sisanya sebanyak 21 orang (70%) belum memenuhi KKM. Hasil observasi data awal yang diperoleh kemudian dianalisis dan dilakukan refleksi serta dikonfirmasikan

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan dan hasil analisa data penelitian yang telah diperoleh terhadap 68 anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Makam

Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan nilai penyusutan (depreciation) aset tetap dengan metode garis lurus ( Straight line method) di Panti Pembenihan Ikan Kerapu Skala Rumah