• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keengganan Masyarakat Membayar Zakat Melalui Instansi Bazis/Laz Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keengganan Masyarakat Membayar Zakat Melalui Instansi Bazis/Laz Di Kota Medan"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEENGGANAN MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT MELALUI INSTANSI BAZIS/LAZ

DI KOTA MEDAN

Studi Kasus : Masyarakat Kecamatan Medan Tembung

OLEH

ABDUL HAFIZ DAULAY 100501042

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar/menyalurkan zakat melalui Instansi BAZIS/LAZ di Kota Medan, Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini juga membahas langkah dan kebijakan apa yang harus dilakukan BAZIS/LAZ

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui simple random sampling dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Tembung sebagai sampel. Metode pengumpulan data dengan memberikan kuesioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar/menyalurkan zakat melalui instansi BAZIS/LAZ yaitu faktor religiusitas (masyarakat merasa lebih afdhal memberikan zakat langsung kepada mustahiq yang masih merupakan saudara) merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya yaitu sebesar 33 persen, diikuti faktor lokasi (lokasi/jarak BAZIS/LAZ yang cukup jauh dari tempat tinggal) 24 persen, faktor pelayanan 21 persen (pelayanan BAZIS/LAZ yang diberikan belum memuaskan), faktor kepercayaan (kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZIS/LAZ dalam menyalurkan zakat kepada mustahiq dan informasi yaitu manajemen dana zakat dikelola secara terbuka dan transparan) 12 persen, dan faktor pendapatan (pendapatan yang cukup/tinggi mempengaruhi masyarakat untuk menyalurkan zakat di lembaga BAZIS/LAZ yang lebih terorganisir) 10 persen.

Masyarakat Kecamatan Medan Tembung enggan membayar/menyalurkan zakat melalui instansi BAZIS/LAZ yaitu sebesar 88 persen dan hanya 12 persen yang bersedia membayar/menyalurkan zakat melalui instansi BAZIS/LAZ. Masyarakat Kecamatan Medan Tembung menginginkan lembaga BAZIS/LAZ lebih professional, manajemen dan informasi transparan dan meningkatkan pelayanan.

(3)

ABSTRACT

This study aimed to determine the factors which cause people aversion to pay/distribute Zakat through BAZIS/LAZ institutions in Medan City, Medan Tembung district. This study also discuss the measures and policies should be carried out by BAZIS/LAZ.

Simple random sampling was used as the sampling technique with 100 residents of Medan Tembung district as samples. Questionnaire was given as the method of data collection . Analysis method which used was the descriptive analysis applied by SPSS (Statistics Product and Service Solutions) version 16.0 .

The results of study revealed that factors which cause people reluctant to pay/distribute zakat through BAZIS/LAZ institutions is religiosity a factor (society feels more comfortably genuine for giving zakat directly to mustahiq whose are their relatives) the largest influence is as much as 33 percent, location followed a factor ( the BAZIS/LAZ located quite far from respondent’s residence) 24 percent, service factor (services provided by BAZIS/LAZ was unsatisfactory) 21 percent, of the trust factor (lack of public trust in BAZIS/LAZ to distribute zakat for Mustahiq and Transparency Information of zakat fund management) 12 percent, and income factor (higher income tend to influence society to distribute zakat on a more organized BAZIS/LAZ instituion)10 percent.

Society of Medan Tembung district reluctant to pay/distribute zakat through BAZIS/LAZ institutions that 88 percent and only 12 percent are willing to pay/distributed zakat in BAZIS/LAZ. Society of Medan Tembung district want institution BAZIS/LAZ were more professional, management and information transparent and improve the services.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “analisis faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar zakat melalui instansi BAZIS/LAZ di Kota Medan studi kasus: Kecamatan Medan Tembung”. Berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir yang harus di tempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Orang tua penulis, Ayahanda As’ari Daulay dan Ibunda Rahmalawati Lubis yang senantiasa memberi saya kasih sayang, doa, dukungan semangat dan materil selama ini. Terima kasih kakak, dan adik-adik tercinta, yang memberikan dukungan, semangat beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Sumatera Utara. 6. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si selaku dosen pembanding I

dan Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembanding II, yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada pimpinan BAZNAS SU, Rumah Zakat (RZ) dan Dompet Dhuafa beserta staf pegawai-pegawai yang telah membantu dan memudahkan penulis dalam proses skripsi ini.

9. Masyarakat Kecamatan Medan Tembung yang telah berpartisipasi dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta pihak-pihak terkait yang telah memberikan sumbangsih informasi-informasi yang berguna bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Medan, Januari 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.3 Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat ... 20

2.4 Teori Permintaan ... 21

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.7 Metode Analisis dan Pengelolaan Data ... 38

3.8 Definisi Operasional ... 40

4.3.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 54

4.3.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 55

4.3.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 57

4.3.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan . ..58

4.3.5 Jawaban Responden Terhadap Tahu atau Tidak Tahu Adanya Lembaga BAZIS/LAZ ... 60

4.3.6 Jawaban Responden Terhadap Bersedia Atau Enggan Membayar/Menyalurkan Zakat di BAZIS/LAZ ... 62

4.3.7 Tanggapan Responden Berdasarkan Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ ... 67

4.3.8 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ Berdasarkan Jenis Kelamin... 69

4.3.9 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ Berdasarkan Pendidikan ... 70

4.3.10 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ Berdasarkan Pekerjaan ... 72

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(9)

DAFTAR TABEL

4.11 Tanggapan Responden Berdasarkan Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ ... 68

4.12 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ Berdasarkan Jenis Kelamin... 70

4.13 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ Berdasarkan Pendidikan ... 71

4.14 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Pelayanan BAZIS/LAZ Berdasarkan Pekerjaan ... 72

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

4.1 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 57 4.2 Jawaban Responden Berdasarkan Tahu atau Tidak Tahu

Adanya Lembaga BAZIS/LAZ ... 61 4.3 Jawaban Responden Terhadap Bersedia Atau Enggan

Membayar/Menyalurkan Zakat di BAZIS/LAZ ... 63 4.4 Data Responden Keengganan Membayar Zakat di

BAZIS/LAZ Berdasarkan Pendidikan ... 65 4.5 Data Responden Keengganan Membayar Zakat di

BAZIS/LAZ Berdasarkan Pekerjaan ... 67 4.6 Tanggapan Responden Berdasarkan Kinerja Pelayanan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Hal

1 Kuesioner Penelitian ... 85 2 Hasil Uji Validitas Dan Reliabelitas ... 90

DAFTAR SINGKATAN

BAZDA = Badan Amil Zakat Daerah

BAZIS = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah BAZNAS = Badan Amil Zakat Nasional

RZ = Rumah Zakat

BAZNAS SU = Badan Amil Zakat Nasional Sumatera Utara BAZ = Badan Amil Zakat

BPS = Badan Pusat Statistik LAZ = Lembaga Amil Zakat

LHAI = Lembaga Harta Agama Islam LPZ = Lembaga Pengelolaan Zakat OPZ = Organisasi Pengelolaan Zakat

SPSS = Statistic Product and Service Solution UPZ = Unit Pengumpulan Zakat

UU = Undang-Undang

ZIS = Zakat Infaq Sedekah

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar/menyalurkan zakat melalui Instansi BAZIS/LAZ di Kota Medan, Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini juga membahas langkah dan kebijakan apa yang harus dilakukan BAZIS/LAZ

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui simple random sampling dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Tembung sebagai sampel. Metode pengumpulan data dengan memberikan kuesioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar/menyalurkan zakat melalui instansi BAZIS/LAZ yaitu faktor religiusitas (masyarakat merasa lebih afdhal memberikan zakat langsung kepada mustahiq yang masih merupakan saudara) merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya yaitu sebesar 33 persen, diikuti faktor lokasi (lokasi/jarak BAZIS/LAZ yang cukup jauh dari tempat tinggal) 24 persen, faktor pelayanan 21 persen (pelayanan BAZIS/LAZ yang diberikan belum memuaskan), faktor kepercayaan (kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZIS/LAZ dalam menyalurkan zakat kepada mustahiq dan informasi yaitu manajemen dana zakat dikelola secara terbuka dan transparan) 12 persen, dan faktor pendapatan (pendapatan yang cukup/tinggi mempengaruhi masyarakat untuk menyalurkan zakat di lembaga BAZIS/LAZ yang lebih terorganisir) 10 persen.

Masyarakat Kecamatan Medan Tembung enggan membayar/menyalurkan zakat melalui instansi BAZIS/LAZ yaitu sebesar 88 persen dan hanya 12 persen yang bersedia membayar/menyalurkan zakat melalui instansi BAZIS/LAZ. Masyarakat Kecamatan Medan Tembung menginginkan lembaga BAZIS/LAZ lebih professional, manajemen dan informasi transparan dan meningkatkan pelayanan.

(13)

ABSTRACT

This study aimed to determine the factors which cause people aversion to pay/distribute Zakat through BAZIS/LAZ institutions in Medan City, Medan Tembung district. This study also discuss the measures and policies should be carried out by BAZIS/LAZ.

Simple random sampling was used as the sampling technique with 100 residents of Medan Tembung district as samples. Questionnaire was given as the method of data collection . Analysis method which used was the descriptive analysis applied by SPSS (Statistics Product and Service Solutions) version 16.0 .

The results of study revealed that factors which cause people reluctant to pay/distribute zakat through BAZIS/LAZ institutions is religiosity a factor (society feels more comfortably genuine for giving zakat directly to mustahiq whose are their relatives) the largest influence is as much as 33 percent, location followed a factor ( the BAZIS/LAZ located quite far from respondent’s residence) 24 percent, service factor (services provided by BAZIS/LAZ was unsatisfactory) 21 percent, of the trust factor (lack of public trust in BAZIS/LAZ to distribute zakat for Mustahiq and Transparency Information of zakat fund management) 12 percent, and income factor (higher income tend to influence society to distribute zakat on a more organized BAZIS/LAZ instituion)10 percent.

Society of Medan Tembung district reluctant to pay/distribute zakat through BAZIS/LAZ institutions that 88 percent and only 12 percent are willing to pay/distributed zakat in BAZIS/LAZ. Society of Medan Tembung district want institution BAZIS/LAZ were more professional, management and information transparent and improve the services.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam adalah agama yang diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta, yakni agama yang membimbing umat manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada pemeluknya untuk hidup sesuai tuntunan bagi tata hidup dan kehidupan, baik yang berkenaan dengan hablum minallah (hubungan manusia dengan tuhannya) maupun hablum minannas (hubungan manusia dengan manusia atau Mu’amalah) (Kurde, 2006:xvii). Islam juga sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia. Mu’amalah merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah dimuka bumi dengan cara interaksi antar manusia, misalnya dalam hal kegiatan ekonomi.

(15)

Sumatera Utara pada tahun 2013 mencapai 1,39 juta jiwa meningkat dibanding tahun 2012 yang mencapai 1,378 juta jiwa (www.bps.go.id).

Islam mengajarkan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani masalah kemiskinan, yakni dengan saling tolong-menolong antar manusia melalui sedekah maupun zakat. Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan setiap muslim. Islam mengajarkan bahwa melalui zakat maka dapat mengurangi kesenjangan sosial dari ketidakadilan ekonomi yang tercipta di masyarakat. Konsep zakat dalam Islam menyatakan, terdapat sebagian hak bagi orang lain terutama hak kaum fakir miskin terhadap orang-orang yang memiliki harta berlebih. Harta yang dimiliki akan lebih berkah jika sebagian dari harta itu dapat disalurkan baik dengan sedekah maupun zakat. Hal ini tentu sedikit banyak akan sangat membantu dalam pengentasan kemiskinan.

(16)

dibangun di atas nilai-nilai fondasi ketuhanan. Zakat adalah sistem keuangan, ekonomi, sosial, politik, moral, dan agama sekaligus (Mhd. Ali, 2006:152).

Di Indonesia terdapat salah satu organisasi yang menangani masalah zakat, yaitu Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah (BAZIS), baik dari tingkat Nasional yang disebut Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah tingkat Nasional (BAZNAS) hingga ditingkat daerah berupa Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah tingkat Daerah (BAZDA). BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan secara nasional. Sistem pengelolaan zakat terdapat dalam UU. No.38 Tahun 1999 di dalamnya mengatur tentang pelaksanaan pengelolaan zakat mulai dari perencanaan sampai pada tahap pendistribusian dan pendayagunaannya (Hasan, 2006:117). Pada tanggal 27 Oktober 2011 melalui Rapat paripurna DPR, UU No.38 tahun 1999 dicabut dan diganti dengan UU yang baru dengan judul yang sama, yaitu UU No.23 Tahun 2011 (www.forumzakat.net). Dalam perkembangannya keberadaan organisasi lembaga zakat semakin meluas, terbukti dengan berdirinya Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat seperti Rumah Zakat (RZ) dan Dompet Dhuafa.

(17)

sebagai instansi yang menerima dan menyalurkan zakat. Terdapat juga Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat sebagai lembaga yang menerima dan menyalurkan zakat, yaitu Rumah Zakat yang didirikan sejak tahun 2004, dan Dompet Dhuafa yang didirikan pada tahun 2000. BAZIS dan LAZ dilihat dari perkembangan jumlah donatur/muzakki yang membayar zakat dari tahun ke tahun di BAZ maupun LAZ yang ada di Kota Medan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, maka dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Jumlah Donatur/Muzakki di BAZ/LAZ di Kota Medan (orang).

Tahun

Sumber : BAZNAS SU, Rumah Zakat, Dompet Dhuafa & Kemenag Medan Keterangan : (*) Semua penduduk Islam yang bukan termasuk donatur/muzakki

(18)

Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) seharusnya masyarakat Islam dapat memanfaatkannya untuk membayar zakat.

(19)

masyarakat/muzakki, sehingga muzakki tertarik menggunakan jasa BAZIS maupun LAZ yang ada di Kota Medan. Faktor tingkat kepercayaan diyakini juga sebagai faktor keengganan masyarakat membayar zakat, karena masyarakat/muzakki kurang mengetahui dalam penyaluran zakatnya.

Melihat kondisi di atas, sudah seharusnya masyarakat Islam memanfaatkan BAZIS dan LAZ yang ada di Kota Medan. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi yang berjudul:

”Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keengganan Masyarakat Membayar Zakat Melalui Instansi BAZIS/LAZ di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagi berikut :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap fungsi zakat ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat enggan menyalurkan zakat melalui lembaga BAZIS/LAZ di Kota Medan ?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah faktor penyebab keengganan menyebabkan menyebabkan masyarakat enggan menyalurkan zakatnya melalui lembaga BAZIS/LAZ di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap fungsi zakat. 3. Untuk mengetahui langkah dan kebijakan apa yang perlu dilakukan untuk

menghapus keenggenan tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi BAZIS/LAZ yang ada di Kota Medan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pedoman bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang menyangkut topik yang sama.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Zakat

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar’, artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan bertambah jika diberkati. Sedangkan zakat menurut istilah (syara’) berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhayly, 1995:82).

Menurut etimologi syari’at (istilah), zakat adalah nama suatu ibadah yang dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik sendiri kepada orang yang berhak menerimanya menurut yang ditentukan syariat Islam (www.zakatsedekah.com).

Dalam Al-qur’an, zakat digandengkan dengan kata “shalat” dalam 82 tempat (Al-Zuhayly, 2000:89). Hal ini menunjukkan bahwa eratnya kaitan antara shalat dan zakat sekaligus menunjukkan bahwa islam sangat memerhatikan hubungan manusia dengan tuhan (hablun min Allah) dan hubungan manusia antar manusia (hablun min al-nas) (Mhd. Ali, 2006:25).

2.2 Jenis-jenis Zakat

(22)

2.2.1 Zakat Fitrah A. Pengertian

Zakat Fitrah ialah zakat jiwa (setiap jiwa umat Islam) yang ditunaikan berkenaan selesainya mengerjakan puasa ramadhan yang difardhukan. Zakat fitrah ini diwajibkan atas setiap individu muslim yang ada (hidup) sampai dimalam hari lebaran dan menjelang sholat iedul fitri, termasuk bayi lahir sebelum waktu itu (Kurde, 2005:21).

B. Syarat-Syarat Dan Nishab Zakat Fitrah

Zakat Fitrah (Dalam Hasan, 2006:111) adalah kewajiban secara umum yang berlaku kepada setiap muslim baik orang yang merdeka dan hamba sahaya (yang tidak punya milik), orang kaya dan orang miskin (orang yang tidak memiliki senisab harta), maka zakat fitrah itu tidak terikat pada nisab.

Ada dua saja yang perlu diperhatikan,yaitu: 1. Islam

2. Ukuran kewajiban zakat fitrah adalah kelebihan dari makanan orang yang bersangkutan dan makanan orang yang menjadi tanggungannya pada hari dan malam hari raya Idul Fitri tersebut

2.2.2 Zakat Maal (Harta) A. Pengertian

(23)

Zakat Maal adalah semua harta yang dimiliki yang telah memenuhi syarat-syaratnya berdasarkan syari’at agama islam, seperti emas, perak, binatang ternak, tumbuh-tumbuhan (buah-buahan dan biji-bijian), barang perniagaan dan uang (Kurde, 2005:21).

B. Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya

Dalam undang-undang no.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dalam pasal 4 ayat 2 harta yang wajib dikenakan zakat yaitu:

1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya 2. Uang dan surat berharga lainnya 3. Perniagaan

4. Pertanian,perkebunan dan kehutanan 5. Peternakan dan perikanan

6. Pertambangan 7. Perindustrian

8. Pendapatan dan jasa, dan 9. Rikaz

Dibawah ini akan dijelaskan tentang harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu :

1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya

(24)

tangga. Mengenai emas dan perak yang dimiliki seseorang bila telah sampai nisabnya dikenakan zakatnya. Disamping itu, emas dan perak juga dijadikan standar dalam menentukan nisab uang yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Nisab perak (Dalam Hasan, 2006:42) adalah 200 dirham atau setara dengan 624 gram, dimasa Nabi inilah yang berlaku sebagai mata uang. Nisab emas 20 dinar setara dengan 93,6 gram. Nisab emas pada masa itu 20 dinar = 10 dirham. Maka zakat yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan emas dan perak maka wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 persen dari jumlah uang.

2. Uang dan surat berharga lainnya

Uang kertas ataupun uang logam ialah uang yang bisa menggantikan kedudukan emas dan perak. Cek adalah perjanjian tertulis mengenai sejumlah utang pembawanya pada tanggal tertentu, sama dengan faidah yang ditetapkan, sedangkan saham sama dengan sebagian modal perserikatan (Al-Zuhayly, 1995:144-146).

Nisab zakat uang dan surat berharga lainnya sama dengan nisab emas dan perak yaitu 2,5 persen wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai haul. 3. Perniagaan

(25)

Nisab perniagaan atau perdagangan dikeluarkan zakatnya setelah sampai nisabnya senilai 93,6 gram emas (Yusuf Qardlawi mengatakan 85 gram) dan zakatnya sebesar 2,5 persen. Perhitungan dilaksanakan sampai satu tahun kegiatan dagang. Tidak mesti mulai bulan januari dan berakhir bulan desember. Oleh sebab itu kegiatan mulai berdagang harus dicatat (Hasan, 2006:49-50).

4. Pertanian

Zakat hasil pertanian (Dalam Al-Zuhayly, 1995:184) ialah tanaman yang tumbuh dari tanah merupakan tanaman yang menjadi makanan yang mengenyangkan, bisa disimpan dan ditanam oleh manusia,misalnya (dari kelompok biji-bijian), hinthah (biji gandum), gandum, tembakau, jagung, beras, dan yang semacamnya. Dari kelompok buah-buahan,contohnya ialah kurma dan anggur.

Nisab zakat hasil pertanian adalah nisabnya telah ditetapkan oleh rasulullah SAW, dalam hadis beliau, “ harta yang kurang dari 5 wasaq (hitungan berat) tidak diwajibkan mengeluarkan sedekah”(HR.muttafq alaih). Satu wasaq sama dengan enam puluh sha’(Al-Ba’iy, 2006:38-39).

(26)

5. Peternakan dan perikanan

Zakat peternakan meliputi binatang ternak yang umumnya ada di Indonesia seperti sapi (kerbau), kambing (biri-biri/domba), dan kuda, serta ayam, ikan dan ternak lainnya (Hasan, 2006:26&36).

Terdapat ayat Al-qur’an yang melandaskan zakat binatang ternak yaitu “Dan dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat,dan sebagaiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu melepaskannya ketempat pengembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu kesuatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan diri). Sesungguhnya tuhanmu benar-benar maha pengasih lagi maha penyayang” (Terjemahan Surat An-Nahl:5-7)..

a. Zakat Sapi (kerbau)

(27)

TABEL 2.1 Nishab Zakat Sapi (Kerbau)

Nisab Sapi (Kerbau) Banyaknya Zakat Yang Dikeluarkan 30

Seekor anak sapi jantan atau betina umur 1 tahun 40

Seekor anak sapi betina umur 2 tahun 60

2 ekor anak sapi jantan

70 Seekor anak sapi betina umur 2 tahun dan Seekor anak sapi jantan umur 1 tahun

80

2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun 90

3 ekor anak sapi jantan umur 1tahun 100 Seekor anak sapi betina umur 1 tahun dan 2 ekor

anak sapi jantan umur 2 tahun

110 2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan Seekor anak sapi jantan umur 1 tahun

120 3 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan 3 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun

Sumber : M. Ali Hasan (2006:32)

Maka setiap jumlah 30 ekor sapi zakatnya seekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun, dan setiap 40 ekor, zakatnya seekor sapi betina berumur 2 tahun.

b. Zakat Kambing (Domba)

(28)

TABEL 2.2 Nisab Kambing (Domba)

Nisab Kambing (Domba) Banyaknya Zakat yang dikeluarkan

< 40 ekor Tidak ada wajib dikeluarkan kecuali setelah mencapai 40 ekor

40-120 ekor 1 ekor kambing

121-200 ekor 2 ekor kambing

201-400 ekor 3 ekor kambing

400 ekor 4 ekor kambing

Sumber: Al-Ba’iy (2006:38)

Dan setiap jumlahnya bertambah 100 ekor maka wajib zakat yang dikeluarkan adalah 1 ekor kambing (Domba).

c. Zakat Unggas dan ikan

Mengenai nisab zakatnya ialah apabila ternak unggas dan ikan hanya digunakan untuk dikonsumsi atau dimakan langsung maka tidak wajib zakat, tetapi apabila dilihat dari segi usaha yang menghasilkan dan berkembang maka wajib dikeluarkan zakatnya (Hasan, 2006:36). Maka Nisab ternak unggas dan perikanan ialah apabila ternak itu telah mencapai 93,6 gram, berarti telah sampai nisabnya dan wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.

6. Pertambangan

(29)

Menurut mazhab Hambali dan Syafi’i bahwa jika dalam penambangan tersebut tidak menguras tenaga dan lainnya dari banyak orang, diwajibkan 1/5 dari hasil tersebut. Sedangkan jika penambangan tersebut menguras tenaga banyak orang dan menggunakan biaya yang besar, zakat yang wajib dikeluarkan adalah 1/40 (2,5%) (Al-Ba’iy, 2006:42).

7. Zakat Perindustrian

(30)

8. Zakat pendapatan dan jasa (profesi)

Zakat pendapatan dan jasa (profesi) ialah zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun yang dilakukan bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi nisab (Kurde, 2005:25).

Menurut al-Qardawi sebenarnya masalah gaji, upah kerja, penghasilan wiraswasta ini termasuk dalam kategori mal mustafad, yaitu harta pendapatan baru yang bukan harta yang sudah dipungut zakatnya. Mal mustafad adalah harta yang diperoleh oleh orang islam dan baru dimilikinya melalui suatu cara kepemilikan yang disahkan oleh undang-undang. Jadi mal mustafad ini mencakup segala macam pendapatan, akan tetapi bukan pendapatan yang diperoleh dari penghasilan harta yang sudah dikenakan zakat. Gaji, honor dan uang jasa itu bukan hasil dari harta benda yang berkembang (harta yang dikenakan zakat, bukan hasil dari modal atau harta kekayaan yang produktif, akan tetapi dieroleh dengan sebab lain, ini mencakup pengertian mal mustafad. Oleh karena itu nisab zakat pendapatan dan jasa (profesi) sama dengan nilai nisab emas 93,6 gram maka zakatnya adalah 2,5 persen.

9. Rikaz

(31)

zakat, yakni merdeka, Islam, dan mencapai nisab. Dan rikaz tersebut berupa naqdayn (emas dan perak, baik yang telah dicetak maupun yang masih berupa lempengan). Alasannya karena rikaz merupakan harta yang dimanfaatkan dari dalam bumi. Oleh karena itu, pengeluarannya hanya khusus untuk harta yang wajib dizakati, baik kadarnya maupun jenisnya, seperti halnya hasil penambangan.

Adapun orang yang menemukan benda tersebut diwajibkan mengeluarkan kewajibannya zakatnya, berdasarkan dalil mengenai kadar yang wajib dikeluarkan dari rikaz ialah hadis yang diriwatkan oleh Abu Hurayrah yakni dalam rikaz ada kewajiban zakat seperlima (Al-Zuhayly, 1995:157).

2.2.3 Syarat-syarat Zakat

Menurut para ulama masyarakat wajib zakat ialah merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nisab, dan mencapai haul (Al-Zuhayly, 1995:100-102).

Syarat wajib zakat, diantaranya sebagai berikut :

1. Islam, setiap orang yang beragama Islam wajib mengeluarkan zakat yang terdapat di dalam rukun Islam.

2. Merdeka, menurut jumhur, zakat diwajibkan atas tuan karena dialah yang memiliki harta hambanya (Al-Zuhayly, 1995:98).

(32)

4. Kepemilikan penuh, harta yang dimiliki merupakan hak milik sendiri tidak termasuk harta piutang, jika harta yang diutangkan digabung dengan harta dirumah mencapai nisab.

5. Telah melewati haul (satu tahun), kecuali zakat pada tanaman. Haul tergantung pada sirkulasi harta yang wajib dikeluarkan untuk zakat. Haul hanya untuk mempermudah perhitungan.

Sedangkan syarat sahnya, menurut kesepatan ulama, adalah niat yang menyertai pelaksanaan zakat.

2.2.4 Penerima Zakat

Dalam Al-qur’an telah disebutkan golongan yang berhak menerima zakat yaitu ”Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana (Terjemahan surat at-Taubah:60).

Adapun delapan asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), ialah sebagai berikut :

1. Fakir menurut mazhab Syafi’i dan Hambali ialah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari- hari (Al-Zuhayly, 1995:280).

(33)

3. Amil ialah orang-orang yang bekerja mengumpulkan dan menyalurkan zakat, yang harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat.

4. Muallaf ialah orang yang baru masuk Islam yang dengan harapan imannnya kuat tidak goyah lagi sesudah memeluk Islam.

5. Hamba Sahaya ialah para budak muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya (al-mukatabun) untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian (Al-Zuhayly, 1995:285).

6. Gharim ialah orang yang berhutang untuk kepentingan diri sendiri dan berhutang untuk kemashlahatan umat.

7. Fisabilillah ialah orang yang melakukan suatu kegiatan yang menuju ridho Allah.

8. Ibnu Sabil ialah orang-orang yang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat.

2.3 Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat

Dalam Islam terdapat sumber dana yang berasal dari masyarakat dan diperuntukkan bagi masyarakat sumber dana yang dimaksud adalah Zakat. Zakat jelas memiliki manfaat dan hikmah tersendiri.

Adapun hikmah zakat (Dalam Al-Zuhayly, 1995:86-88) tersebut adalah sebagai berikut :

(34)

2. Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat, ketika mereka mampu melakukannya dan bisa mendorong mereka meraih kehidupan yang layak.

3. Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Dan juga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan.

4. Zakat diartikan sebagi ungkapan syukur atas nikmat harta yang telah dititipkan kepada seseorang.

2.4 Teori Permintaan

Sadono Sukirno (2003:75) menjelaskan bahwa teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Permintaan akan suatu barang maupun jasa di pasar akan terjadi apabila konsumen mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk membeli, pada tahap kosumen hanya memiliki keinginan atau kemampuan saja maka permintaan barang ataupun jasa belum terjadi, kedua syarat willing dan ability harus ada untuk terjadinya permintaan.

Miller dan Meiners (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor permintaan selain harga, diantaranya :

a. Pendapatan

Kenaikan dalam pendapatan akan biasanya akan menyebabkan kenaikan permintaan.

(35)

Selera dan preferensi dapat mempengaruhi tingkat permintaan suatu barang. Beras misalnya, meskipun harganya sama, permintaan beras di wilayah Indonesia bagian timur cenderung lebih rendah dibanding dengan wilayah Indonesia bagian barat dikarenakan masyarakat di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua dan Maluku cenderung lebih menyukai sagu sebagai makanan pokok ketimbang beras.

c. Harga barang –barang yang berkaitan

Jika harga barang berkaitan mengalami kenaikan maka akan menyebabkan permintaan terhadap barang tersebut turun cateris paribus.

d. Harga barang lain yang berkaitan (substitusi dan komplementer)

Permintaan terhadap barang substitusi akan naik jika harga barang yang berkaitan naik sedangkan barang substitusinya tetapdan permintaan terhadap barang komplementer turun jika harga barang berkaitan naik.

e. Perubahan dugaan tentang harga di masa depan (ekspektasi harga)

Jika terjadi kenaikan harga suatu barang di masa depan maka akan meningkatkan permintaan terhadap barang di masa sekarang.

f. Penduduk

Kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan asumsi pendapatan konstan) akan menyebabkan meningkatnya permintaan

2.4.1 Hukum Permintaan

(36)

Penurunan permintaan menyebabkan penurunan harga equilibrium maupun jumlah equilibrium. (Sanusi, 2002:34).

Menurut R.L Miller dan R.E Meiners (2000:24) kaidah permintaan dapat dinyatakan dalam cara yang paling sederhana sebagai berikut :

- Pada harga tinggi, lebih sedikit barang yang akan diminta ketimbang pada harga rendah, dimana hal-hal lain sama (cateris paribus)

- Pada harga rendah, lebih banyak barang yang akan diminta ketimbang pada harga tinggi, dimana hal-hal lain sama (cateris paribus)

2.5 Teori Rasionalitas

Ilmu ekonomi adalah suatu studi yang mempelajari tentang manusia. Dalam kapitalisme, studi yang dimaksud bukanlah tentang manusia secara umum, tetapi tentang manusia ekonomi yang berperilaku untuk memenuhi kebutuhan atas barang-barang yang jumlahnya terbatas (scarcity). Untuk memenuhi kebutuhan yang jumlahnya terbatas, maka manusia harus melakukan pilihan. Cara melakukan pilihan tersebut hanya dapat dilakukan oleh manusia ekonomi secara rasionalitas ekonomi (Al arif & Euis Amalia, 2010:65).

(37)

2.5.1 Defenisi Rasionalitas

Al Arif dan Euis Amalia (2010:67) menjelaskan dalam literatur teori ekonomi yang tersedia, seorang perilaku ekonomi diasumsikan rasional berdasarkan hal-hal berikut :

1. Setiap orang tahu apa yang mereka mau dan inginkan, serta mampu mengambil suatu keputusan atas sesuatu hal, dari sesuatu yang paling diinginkan (most preferred) sampai dengan yang paling kurang diinginkan (less preferred). Serta setiap individu mampu bertindak dan mengambil keputusan secara konsisten.

2. Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan tradisi, nilai-nilai, dan mempunyai alasan dan argumentasi yang jelas dan lugas. hal ini menunjukkan bahwa metodologi rasionalitas ialah ketika hal ini diambil berdasarkan cara berpikir dari setiap pelaku ekonomi itu sendiri.

3. Setiap keputusan yang diambil oleh individu ini harus menuju pada pengkuantifikasian keputusan akhir dalam satuan unit moneter.

4. Dalam model produksi dari kapitalisme, rasionalitas berarti kepuasan yang dapat dicapai dengan prinsip efisiensi dan tujuan dari ekonomi itu sendiri. 5. Perilaku seorang individu yang rasional dalam mencapai kepuasan

berdasarkan kepentingan sendiri bersifat materil (materil self interest) akan menuntun pada pembuatan pada barang-barang sosial yang berguna bagi kemaslahatan umat.

(38)

dengan defenisi penampakan pilihan yang lebih disukai. Yaitu, jika seluruh pilihan ini bisa dijelaskan ketika memilih yang alternative yang lebih disukai dengan berdasarkan hubungan hubungan postulat pi;ihan yang lebih disukai.

Secara ringkas rasionalitas dalam banyak ekonomi literatur berarti kepentingan sendiri (self interest) dan pada saat bersamaan konsisten pada pilihan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, diman bisa dikuantifikasikan menuju maksimalisasi bebrapa ide kesejahteraan umum.

2.5.2 Konsep Rasionalitas Islam

Terminologi rasionalitas merupakan terminologi yang sangat longgar. Argumentasi apapun yang dibangun selama hal tersebut masih memenuhi kaidah-kaidah logika yang ada dan dapat diterima akal, maka hal ini dapat dianggap sebagai bagian dari ekspresi rasionalitas. Terminologi rasionalitas dibangun atas dasar kaidah-kaidah yang diterima secara universal dan tidak perlu dilakukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya, yang disebut sebagai aksioma (P3EI Universitas Islam Indonesi Yogyakarta dan BI, 2008:27).

Rasionalitas Islam secara umum dibangun atas dasar aksioma-aksioma yang diderivasikan dari agama Islam. Meskipun demikian beberapa aksioma ini merupakan kaidah yang berlaku umum dan universal sesuai dengan universalitas agama Islam. Secara garis besar sebagai berikut.

(39)

Kegiatan ekonomi harus diarahkan untuk mencukupi lima jenis kebutuhan guna menghasilkan maslahah. Karenanya, pada dasarnya setiap pelaku ekonomi akan berorientasi untuk mencapai maslahah ini, seseorang akan selalu :

1. Maslahah yang lebih besar lebih disukai daripada yang lebih sedikit 2. Maslahah diupayakan terus meningkat sepanjang waktu

b. Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak melakukan kemubaziran (non-wasting)

Perilaku mencegah wasting ini diinginkan oleh setiap pelaku karena dengan terjadinya kemubaziran berarti telah terjadi pengurangan dari sumber daya yang dimiliki tanpa kompensasi berupa hasil yang sebanding.

c. Setiap pelaku ekonomi selalu berusah untuk meminimumkan resiko (risk aversion)

Resiko adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan oleh karenanya menyebabkan penurunan maslahah yang diterima. Namun, tidak semua resiko yang mampu untuk dihindari dan diminimumkan. Hanya resiko yang dapat diantisipas (anticipated risk) yang dapat dihindari atau diminimumkan. Ada juga resiko-resiko yang setiap orang bersedia menanggungnya, karena pertimbangan maslahah yang lebih besar.

d. Setiap pelaku ekonomi dihadapkan pada situasi ketidakpastian

(40)

diidentikkan dengan resiko itu sendiri, atau ketidakpastian dianggap sebagai dual dari resiko.

e. Setiap pelaku berusaha melengkapi informasi dalam upaya meminimumkan resiko

Dalam kondisi ketidakpastian, setiap pelaku berusaha untuk mencari dan melengkapi informasi serta kemampuannya. Hal ini kemudian digunakan untuk mengkalkulasi apakah suatu resiko masuk dalam kategori resiko yang bernilai (worthed) atau resiko yang tak bernilai (unworthed risk) sehingga dapat ditentukan keputusan apakah akan menghadapi resiko tersebut atau menghindarinya. Informasi ini dapat digali melalui fenomena kejadian masa lalu ataupun petunjuk/informasi yang diberikan pihak tertentu (P3EI Universitas Islam Indonesi Yogyakarta dan BI, 2008:28-30).

2.6 Pengertian Infaq

Infaq adalah merupakan amal ibadah kepada Allah dan amal sosial kemasyarakatan serta kemanusiaan dalam wujud menyerahkan sebagian harta atau nilainya oleh perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada seseorang atau badan hukum karena suatu kebutuhan (Kurde, 2005:18). Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan atau membelanjakan suatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik dengan mengharapkan ridho Allah.

2.7 Pengertian Sedekah

(41)

wajib maupun perintah sunnah, yang merupakan perintah Allah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan (Kurde, 2005:20). Sedekah bisa diartikan juga dengan megeluarkan harta maupun non-materi atau ibadah-ibadah fisik non-materi seperti menolong orang lain dengan tenaga dan pikiran, serta mengajarkan ilmu pengetahuan.

2.8 Pengertian Keengganan

Enggan merupakan salah satu dari banyaknya beberapa kata sifat dan memiliki banyak arti. Kata enggan itu sendiri dapat diartikan sebagai kata sifat yang lain yaitu malas atau tidak mau, tidak acuh, tidak sudi, tidak suka dan masih memiliki banyak arti dari kata enggan tersebut

2.9BAZIS dan LAZ di Indonesia

Di Indonesia sudah ada satu organisasi yang menangani masalah zakat, yaitu BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah). Sistem pengelolaan zakat terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, di dalamnya mengatur tentang pelaksanan pengelolaan zakat dimulai dari perencanaan sampai pada tahap pendistribusian dan pendayagunaannya.

(42)

2.9.1 Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS)

Baznas ialah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Di Indonesia, terdapat lembaga semi-pemerintah yang berwenang untuk melakukan pengolahan dan pendistribusian zakat, yaitu Badan Amil Zakat dari tingkat nasional (BAZNAS) sampai tingkat daerah (BAZDA). Selain itu, ada juga Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat yang diresmikan oleh pemerintah, yang juga memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

2.9.2 Rumah Zakat (RZ)

Abu Syauqi, salah satu tokoh dai muda Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Taklim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang concern pada bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Dengan dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik. Seiring berjalannya waktu dan perkembangannya pada tahun 2002 identitas lembaga sebagai lembaga amil zakat semakin dikuatkan. Pada tahun 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (www.rumahzakat.org)

(43)

2.9.3 Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasif dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika.

Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika pun didirikan. Empat orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.

(44)

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional (www.dompetdhuafa.org).

2.10 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Andi Riswan (2012), dengan judul “Analisis Faktor–FaktorPendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara” hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus

meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program

unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepannya.

(45)

digunakan untuk pengambilan sampel adalah sampel acak (Probability Sampling). Hasil penelitian yang diolah dengan program SPSS Versi 16.0 for windows menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (kepercayaan, religiusitas dan pendapatan) terhadap variabel dependen (minat masyarakat) sebesar 57,4%, sedangkan yang 42,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

3. Penelitian yang dilakukan Lusiana Kanji, H. Abd. Hamid Habbe dan Mediaty

(2011), dengan judul Aktor Determinan Motivasi Membayar Zakat, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ibadah, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama dan kredibilitas lembaga amil zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat.

4. Penelitian yang dilakukan Hairunnizam Wahid, Mohd. Ali Mohd. Noor & Sanep Ahmad (2005), dengan judul Kesadaran Membayar Zakat: Apakah Faktor Penentunya? hasil penelitian menunjukkan hasil analisis ekonometrik bahwa faktor kepuasan oleh institusi zakat adalah signifikan mempengaruhi pembayaran zakat. Beberapa cadangan juga diutarakan untuk membantu meningkatkan kesedaran pembayar zakat terhadap tanggung jawab mereka dalam membayar zakat.

(46)
(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dengan cara pengumpulan data atau informasi yang empiris dan menguji hipotesis penelitan, namun tidak semua penelitian memerlukan adanya hipotesis sehingga tidak diperlukan adanya pengujian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar zakat melalui instansi BAZIS/LAZ di Kota Medan. Dalam penelitian ini masyarakat yang diteliti ialah masyarakat muslim yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

(48)

3.3 Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer ialah merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi. Data primer dapat berbentuk opini subjek secara individual atau kelompok, dan hasil observasi terhadap karakteristik benda (fisik), kejadian, kegiatan dan hasil pengujian tertentu (Ruslan, 2008:29&138). Masyarakat yang diteliti sebagai objek penelitian berupa tindakan dan kata-kata. Pengumpulan data primer menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner, observasi dan wawancara langsung dengan objek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku, literatur, media internet, dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data ini mendukung pembahasan dan penelitian, untuk itu beberapa sumber buku atau data yang diperoleh akan membantu dan mengkaji secara kritis penelitian tersebut. Untuk memperoleh data tersebut peneliti mengambil data dari beberapa buku, website dan contoh penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

(49)

likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian seperti sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang.

Ada 5 (lima) alternatif yang digunakan dalam pemberian skor dengan nilai sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Kurang Setuju (KS) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

3.5 Teknik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner dan Wawancara, yaitu kuesioner merupakan tehnik pengumpulan

data dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada responden. Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data melalui tatap muka langsung yang menggunakan pertanyaan untuk mendapatkan data dan keterangan yang lebih akurat (Ruslan, 2008:23).

(50)

3.6 Populasi dan Pemilihan Sampel

Populasi adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat permukiman keseluruhan tutur bahasa yang menjadi sasaran generalisasi (Mahsun, 2007:28). Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat muslim Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan dengan jumlah penduduk muslim 98.678 jiwa.

Sampel adalah meneliti sebagian-sebagian elemen tertentu suatu populasi (Ruslan, 2008:139). Jadi dibutuhkan sebagian dari populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian tanpa mengurangi mutu penelitian yaitu penelitian sampel. Untuk mempermudah penulis mendapatkan responden, penulis mengambil masyarakat muslim Kecamatan Medan Tembung sebagai sampel penelitian dengan sampel penelitian sebanyak 100 orang. Untuk menentukan ukuran sampel penelitian dapat menggunakan rumus Slovin, yaitu :

�= N

(1 + N x e2)

Dimana : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir.

Jadi jumlah sampel yang diperoleh dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran 10% adalah :

�= 98.678

1 + 98.678 � 0,12 = 99,98

(51)

simple random sampling yang artinya cara penarikan sampel anggota dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

3.7 Metode Analisis Data dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan program pengolahan data SPSS 16,0 descriptive analysis, untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. Metode yang digunakan metode analisis deskriptif.

a. Uji validitas

Validitas adalah dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut semakin menunjukkan apa yang sebenarnya diukur. Validitas berhubungan erat dengan keakuratan sebuah kuesioner yang dibuat pada saat penelitian. Paling tidak yang dapat dilakukan dalam menetapkan validitas suatu instrument pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakin dalam pengukuran (Umar, 2000:58). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 16,0 descriptive analysis dengan kriteria adalah sebagai berikut:

(52)

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yan merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. (Suryabrata, 2004 : 58). Dilakukannya pengujian reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen. Hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Reliabilitas berhubungan erat dengan konsistensi jawaban kuesioner. Dalam penelitian ini reliabilitas diukur menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan program

SPSS 16,0 descriptive analysis, nilai dari alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel, maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% degan kriteria rhitung < rtabel adalah sebagai berikut:

1. Reliabilitas sangat rendah, jika 0,00 < rhitung < 0,20 2. Reliabilitas rendah, jika 0,20 < rhitung < 0,40

3. Reliabilitas sedang/cukup, jika 0,40 < rhitung < 0,60 4. Reliabilitas tinggi, jika 0,60 < rhitung < 0,80

(53)

3.8 Defenisi Operasional

1. Zakat adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat muslim yang telah ditetapkan dalam Al-qur’an, Sunnah nabi, dan ijma’ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan dengan sholat (Al-Ba’iy, 2006:1). Dalam hal ini masyarakat muslim Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan yang mengeluarkan zakat sesuai nisab dan haul.

2. Infaq dan Sedekah adalah merupakan amal ibadah kepada Allah dan amal sosial kemasyarakatan yang memiliki nilai ataupun manfaat kepada yang berhak atau yang patut diberi, karena infaq dan sedekah merupakan perintah Allah dan Rasul-nya. Dalam hal ini masyarakat muslim Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan yang memberikan infaq dan sedekah dengan mengharap ridha Allah.

3. Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat. Dalam hal ini BAZIS/LAZ yang ada di daerah Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. 4. Masyarakat muslim adalah masyarakat muslim yang bertempat tinggal di

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan

Deskripsi Kota Medan sebagai gambaran keadaan secara geografis, lokasi, batas wilayah jumlah penduduk dan lainnya. Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Wilayah Kota Medan secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan yaitu dengan 151 kelurahan/desa yang terbagi dalam 2000 lingkungan. (Kota Medan

(55)

(±22 Km). Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam khususnya di bidang perladangan, perhutanan dan pertanian. Keadaan ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar serta saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Kota Medan dilintasi berbagai sungai yang berpotensi sebagai saluran pembuangan air hujan untuk mengatasi banjir dan air limbah. Sedikitnya terdapat 10 sungai yang melintasinya, antara lain : Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Badera, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Sikambing, Sungai Sulang-Saling, Sungai Kera, Sungai Batuan dan Sungai Percut. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. (Kota Medan diakses 24 september 2014).

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu memiliki unsur agama, suku etnis, budaya dan adat istiadat. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah Masjid, Gereja dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh Kota Medan. Hal ini menunjukkan karakter dari masyarakat Kota Medan bersifat terbuka karena banyaknya masyarakat Kota Medan yang memiliki perbedaan baik dari segi agama, budaya, maupun adat istiadat. (Kota Medan

(56)

berhubungan secara langsung dengan wilayah-wilayah lain di Sumatera Utara, pulau Sulawesi, wilayah Nasional Indonesia, bahkan ke negara-negara tetangga. Struktur perekonomian Kota Medan didominasi oleh 4 (empat) lapangan usaha utama yaitu Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Telekomunikasi, serta Keuangan, Persewaan dan Jasa. Keempat sektor ini memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. (www. PemkoMedan.go.id)

4.1.2 Kecamatan Medan Tembung

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu dari 21 Kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan Medan Perjuangan di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Medan Denai di selatan, dan Kabupaten Deli Serdang di utara. Kecamatan Medan Tembung dipimpin oleh seorang camat. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Tembung sebanyak 133.841 jiwa dengan luas wilayahnya 7,78 km². Kecamatan Medan Tembung terdiri dari 7 kelurahan yaitu, Kelurahan Indra Kasih, Kelurahan Siderejo Hilir, Kelurahan Siderejo, Kelurahan Bantan timur, Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, dan Kelurahan Tembung (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Tembung Dalam Angka 2013).

(57)

Cina yang berdomisili di Kelurahan Bantan Timur yang merupakan kawasan yang ramai dihuni oleh warga Negara keturunan Cina. Kecamatan Medan Tembung terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan dan usaha industri rumah tangga seperti pembuatan sepatu (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Tembung Dalam Angka 2013).

4.1.3 Sejarah Singkat BAZIS/LAZ

Zakat memiliki posisi dan kedudukan yang sangat strategis dalam membangun kesejahteraan, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan ekonomi masyarakat, jika pengumpulan dan penyalurannya dikelola secara amanah, transparan dan professional. Sejak Indonesia merdeka, di beberapa daerah di tanah air, pejabat-pejabat pemerintah yang menjadi penyelenggara negara telah ikut serta membantu pemungutan dan pendayagunaan zakat. Kenyataan ini dapat dihubungkan pula dengan pelaksanaan pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak–anak terlantar dipelihara oleh negara. Kata-kata “ fakir miskin “ yang dipergunakan dalam pasal tersebut jelas menunjukkan pada para mustahiq yaitu mereka yang berhak menerima bagian zakat.

(58)

Keuangan, pada waktu itu, dalam jawabannya kepada Menteri Agama, menyatakan bahwa peraturan mengenai zakat tidak perlu dituangkan dalam undang-undang, cukup dengan peraturan Menteri Agama. Karena pendapat itu, Menteri menunda pelaksanaan peraturan Menteri Agama No 4 dan No 5 Tahun 1968 tersebut di atas. Kemudian beberapa hari setelah itu, pada peringatan Isra’ dan Mi’raj di Istana Negara tanggal 22 Oktober 1968, Presiden Soeharto manganjurkan untuk menghimpun zakat secara sistematis dan terorganisasi seperti Badan Amil Zakat Nasional yang dipelopori oleh Pemerintah Daerah khusus Ibukota Jakarta. Dengan di pelopori Pemerintah Daerah DKI Jaya yang dipimpin oleh Gubernur berdirilah di Ibukota ini Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah (disingkat BAZIS ) yang pada tahun 1968 terbentuk diberbagai daerah

4.1.3.1 BAZNAS SU

Sebelum lahirnya Badan Amil Zakat di provinsi Sumatera Utara, berdasarkan kepada Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No : 119 Tahun 1981 tanggal 30 Juni, telah membentuk satu lembaga yang disebut Lembaga Harta Agama Islam (LHAI). LHAI bertugas sebagai salah satu jawatan kuasa yang bekerja memimpin dan mengajak umat Islam Sumatera Utara melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat.

(59)

menyantuni para amil zakat, petugas agama Islam, yaitu seperti pengurusan jenazah, penjaga Masjid, dan pengurus wakaf dan sebagainya. LHAI memiliki tugas yang begitu besar, di samping berfungsi sebagai pencatat semua harta agama Islam, memberikan bimbingan, petunjuk dalam mengatur pemanfaatan, dan pemeliharaan harta agama Islam, juga mengawasi harta agama Islam diseluruh daerah Sumatera Utara. LHAI kemudian memiliki fungsi yang sangat penting, oleh karena itu kedudukan lembaga ini dibina dan diawasi oleh Gubernur Sumatera Utara.

Pemerintah dan masyarakat Islam merasakan peranan dan fungsi LHAI semakin besar. Namun pada 10 tahun awal pendiriannya tidak diperoleh data perkembangannya juga penerimaannya. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1991, terbentuklah Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS), yang keberadaannya dibuktikan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sumatera Utara Nomor 451.5/532 Tahun 1992. Surat ini bertujuan pembentukan dan pedoman tata kerja Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS) Provinsi Sumatera Utara, sekaligus pedoman tentang pembentukan dan penetapan susunan pengurusnya. Dengan demikian Lembaga Harta Agama Islam (LHAI) berubah menjadi Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS), berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama serta dilanjutkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur.

(60)

pengelolaan zakat. Untuk melaksanakan UU No.38/1999, Menteri Agama mengeluarkan lagi Surat Keputusan (SK) No.581 Tahun 1999 dan berlaku pada tanggal 13 Oktober 1999. Surat tersebut disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI No.373 Tahun 2003.

Setelah disyahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia, maka secara yuridis menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) yakni Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan kemudian dikukuhkan oleh pemerintah. Dalam rangka mengimplementasikan UU Pengelolaan Zakat tersebut, pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDA SU), dengan demikian Badan Amil Zakat dan Lembag Amil Zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan, menyalurkan dan mempergunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama (Buku Profil Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara).

4.1.3.2 Rumah Zakat (RZ)

(61)

Sosial Ummul Quro. Adanya Dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik. Antusiasme masyarakat akan perlunya organisasi kemanusiaan semakin meningkat, masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas

Identitas organisasi Dompet Sosial Ummul Quro semakin dikuatkan, yang kemudian DSUQ berganti nama menjadi Rumah Zakat Indonesia seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Pada tahun 2004, Ekspansi Rumah Zakat Indonesia Dompet Sosial Ummul Quro mulai melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau. Pada tahun itu juga Lembaga Amil Zakat ini menguatkan branding lembaga dengan nama Rumah Zakat Indonesia Oktober 2014).

(62)

Medan Sunggal yang hingga kini eksis sebagai Lembaga Amil Zakat bertaraf Nasional.

4.1.3.3 Dompet Dhuafa

Sejak kelahiran Harian Umum Republika awal 1993 yang terlahir dari empat kolektif komunitas jurnalis Harian Umum Republikayang kerap kali bertumpu dengan kaum miskin sekaligus dengan kaum kaya, maka dana-dana Zakat, Infaq, Shodaqah dan Wakaf (ZISWAF) tidak lagi sebatas pada penyaluran yang bersifat komsumtif. Sejak saat itu, mulai digagas manajemen pengelolaan zakat dalam bentuk program-program pemberdayaan (http://www. dompetdhuafa.org diakses tanggal 1 Oktober 2014).

Sejak kelahiran Harian Umum Republika awal 1993 yang terlahir dari empat kolektif komunitas jurnalis Harian Umum Republika yang kerap kali bertumpu dengan kaum miskin sekaligus dengan kaum kaya, maka dana-dana Zakat, Infaq, Shodaqod, dan Wakaf (ZISWaf) tidak lagi sebatas pada penyaluran yang bersifat konsumtif. Sejak saat itu, mulai digagas manajemen pengelolaan zakat dalam bentuk program-program pemberdayaan

(63)

hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Tidak hanya berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya dalam bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk program yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bantuan bencana.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa Republika dikukuhkan untuk pertama kalinya oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL

LAZ yang ada di Sumatera Utara adalah Peduli Umat Waspada yang didirikan oleh Harian Waspada Medan pada tanggal 22 April 2000 atas nama Yayasan Peduli Umat Waspada (disingkat PUW). Yayasan ini berakte No. 74 Tahun 2000 di depan Notaris Idham SH. Ketua Dewan pendiri dr. Hj. Rayati Syafrin, MBA, MM. Dewab Syariah, Ketua ditunjuk DR. Amiur Nuruddin dan Dewan pelaksana ditunjuk Husein Ismail, SE.AK.

(64)

Peduli Umat Waspada dengan Surat Keputusan Pengukuhan Gubernur No. 451.12/4705 pada tanggal 29 Juni 2002. Berdasarkan Akta Yayasan No. 74 Tahun 2000 dan Rekomendasi Kan. Depag No mb/2-e/BA 1.02/2871/2001 sebagai dasar hukum pendirian LAZ/PUW, yang kemudian berganti nama menjadi Dompet Dhuafa (Buku Profil Bazda SU).

4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS Versi 16.0 for windows. Dalam pengujian ini menggunakan r hitung. Untuk menunjukkan bahwa tiap-tiap variabel dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel. Berikut akan disajikan Tabel 4.1 hasil uji validitas.

(65)

Tabel 4.1

r tabel Keterangan

1 .580 0.13 Valid

Sumber: Diolah Dari Data Primer

4.2.2 Uji Reliabelitas

(66)

Cronbach's Alpha if Item Deleted alpha tersebut menunjukkan bahwa instrument pengukuran tersebut memberikan derajat ketepatan dan ketelitian.

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabelitas No Pernyataan Cronbach's Alpha if Item

Deleted (Koefisien Alpha )

Koefisien

Sumber: Diolah Dari Data Primer

4.3 Profil dan Deskripsi Responden

(67)

mendatangi rumah atau tempat kegiatan/kerja mereka masing-masing. Muzakki yang menjadi responden diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner dimana nantinya jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut akan disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tab), tabel, frekuensi, dan grafik.

4.3.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian ini dapat terlihat perbandingan antara tingkat usia dengan jenis kelamin responden. Perbandingan Usia dengan jenis kelamin ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara tingkat usia laki-laki dan usia perempuan mengenai penyebab keengganan masyarakat membayar zakat di BAZIS/LAZ di Kota Medan. Dalam Tabel 4.3 ini diuraikan data responden menurut perbandingan usia dengan jenis kelamin.

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Usia Keterangan

Sumber: Diolah dari data primer

(68)

perempuan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.3 yang telah disajikan bahwa jumlah responden yang berusia yang masih dibawah 40 tahun bisa dikatakan masih usia muda dan diatas 40 tahun bisa dikatakan sudah masuk usia lanjut/tua. Dapat dilihat pada tabel 4.3 jumlah muzakki dibawah usia 40 tahun memiliki kesadaran tinggi tentang wajib zakat yaitu sebanyak 47 orang atau 47% dari jumlah responden, dan muzakki yang berusia diatas 40 tahun yaitu 53 orang atau 53% dari jumlah responden yang di antaranya terdapat muzakki perempuan sebanyak 2 orang yang sudah tidak memiliki suami tetapi responden tersebut memiliki pendapatan yang cukup dan sesuai dengan nisab dan haul, juga memiliki kesadaran yang tinggi tentang wajib zakat. Dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Kecamatan Medan Tembung yang bersedia menjadi responden memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk membayar/menyalurkan zakat di BAZIS/LAZ yang dapat dilihat dari tabel 4.3 yang telah disajikan.

4.3.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(69)

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 8 8

SMP/Sederajat 7 7

SMA/Sederajat 43 43

Diploma (D1, D2, D3) 12 12

Strata (S1, S2, S3) 30 30

Total 100 100

Sumber: Diolah dari data primer

Gambar

Tabel 1.1 : Jumlah Donatur/Muzakki di BAZ/LAZ di Kota Medan (orang).
TABEL 2.1 Nishab Zakat Sapi (Kerbau)
TABEL 2.2 Nisab Kambing (Domba)
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun responden dalam penelitian ini adalah muzakki yang membayar zakat pada BAZDA SUMUT sebanyak 84 orang.. Hasil analisis menunjukkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi

mengenai pengaruh religiusitas, tingkat pendapatan, pengetahuan zakat dan kredibilitas LPZ terhadap minat masyarakat membayar zakat di lembaga pengelolaan

Alasan seorang wajib zakat membayar zakat langsung ke penerima zakat diantaranya adalah faktor kepuasan, responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat merasa

Tahun 2011 dalam Pengelolaan Zakat Mal di BAZIS desa Slumbung dan. LAZ Desa Bedug

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Multi Situs Pengelolaan Zakat Mal di BAZIS Desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug Kec. Ngadiluwih

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalahnya di dalam penelitian ini adalah: Faktor apakah yang mempengaruhi minat membayar zakat mal pada LAZ ‘Baitul Mal MJK’

Pengertian varian ini adalah bahwa faktor kedelapan ini dapat mempengaruhi atau menentukan kesadaran muzakki dalam membayar zakat sebesar 5,10% dan karena

Sedangkan alasan wajib zakat membayar zakat langsung ke penerima zakat adalah faktor kepuasan, responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat merasa