• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Tingkat Keamanan Rsa Dengan Metode Universal Exponent Factoring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Tingkat Keamanan Rsa Dengan Metode Universal Exponent Factoring"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN TINGKAT KEAMANAN RSA DENGAN METODE

UNIVERSAL EXPONENT FACTORING

DRAFT SKRIPSI

FITHRI RIZQI KHAIRANI NASUTION

091401025

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGUJIAN TINGKAT KEAMANAN RSA DENGAN METODE

UNIVERSAL EXPONENT FACTORING

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

FITHRI RIZQI KHAIRANI NASUTION 091401025

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGUJIAN TINGKAT KEAMANAN RSA

DENGAN METODE UNIVERSAL EXPONENT FACTORING

Kategori : SKRIPSI

Nama : FITHRI RIZQI KHAIRANI NASUTION

Nomor Induk Mahasiswa : 091401025

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Diluluskan di

Medan, 27 Agustus 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Amer Sharif,S.Si,M.Kom M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, MEM

NIP. - NIP. 197510082008011011

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGUJIAN TINGKAT KEAMANAN RSA DENGAN METODE UNIVERSAL EXPONENT FACTORING

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2013

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang hanya dengan rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, pada Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.CompSc, MEM selaku Dosen Pembimbing

3. Bapak Amer Sharef, S.Si, M. Kom selaku Dosen Pembimbing.

4. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S1IlmuKomputer Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembanding.

5. Bapak Ade Candra S.T, M.Kom selaku Dosen Pembanding.

6. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara, seluruh tenaga pengajar dan pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer Fasilkom-TI USU.

7. Ayahanda Drs. Khairuddin Nasution dan ibunda Serliani Lubis, abangda Muhammad Sai Al-Arafah Nasution, S.T dan adinda Rizqi Fadhilah Nasution serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya kepada penulis.

8. Seluruh sahabat dan teman-teman S1 ilmu Komputer khususnya stambuk 2009, terutama kepada Ismail Fata Lubis, Fauzana S, Dewi Ayu Pratami, Pocut Rizky, Nadya Soraya Hardiyana, Lydia Andiny, Murni Novita Sari yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan Demisioner Imilkom 2012-2013 yang telah memberikan banyak dukungan dan ilmu kepada penulis.

10. Sahabat tersayang kak Dianatul Habibah, Saidah Hoiriyah, Puspita dan Hanifah yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

11. Rekan-rekan di Kost 15 Gang Sipirok, Endang Lestari, Kak hafsah, Kak Lisda, Cici, Fitri dan semua yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

(6)

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Agustus 2013

(7)

ABSTRAK

Algoritma RSA(Rivest, Shamir, Adleman) adalah salah satu algoritma kriptografi asimetris yang paling umum digunakan. Kelebihan dari algoritma ini adalah sulitnya menemukan faktor bilangan prima yang digunakan. Untuk menguji keamanan dari algoritma RSA ini digunakan metode Universal Exponent Factoring. Metode ini bekerja dengan memperoleh input bilangan n yang akan difaktorkan. Bilangan prima yang diperoleh akan diuji dengan Fermat’s Little Theorem. Sistem diuji dengan mengenkripsi pesan, memecahkan kunci serta mendekripsi pesan. Pengujian dimulai dari 3 digit nilai n sampai 10 digit nilai n. Dari pengujian didapat grafik yang menunjukkan panjang nilai n berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan untuk enkripsi dan pemecahan kunci. Dari pengujian pemecahan kunci untuk nilai n

sebanyak 6 digit waktu rata-rata adalah 3.39931717 detik, untuk nilai n sebanyak 7 digit waktu rata-rata adalah 42.7710719 detik, untuk nilai n sebanyak 8 digit waktu rata-rata adalah 8 menit 42. 5008628 detik, untuk nilai n sebanyak 9 digit waktu rata-rata adalah 52 menit 13.528554 detik, untuk nilai n sebanyak 10 digit waktu rata-rata adalah 2 jam 25 menit 35.70644 detik. Sementara untuk kompleksitas dari metode

Universal Exponent Factoring diperoleh θ (|n|4). Dapat disimpulkan dari segi waktu pemecahan kunci, tingkat keamanan akan meningkat bila kunci yang digunakan menggunakan bilangan dengan digit yang besar.

(8)

RSA SECURITY LEVEL TESTING WITH UNIVERSAL EXPONENT FACTORING

ABSTRACT

RSA (Rivest, Shamir, Adleman) is one of the asymmetric cryptography algorithm most commonly used. The advantage of this algorithm is the difficulty in determining the prime factors used. To test the security of the RSA algorithm, we use Universal Exponent Factoring method. This method works by obtaining input number n. The primes obtained are tested by Fermat's Little Theorem. The system was tested by encrypting a message, obtaining the key and decrypting the message using the obtained key. Testing began on the 3-digit to 10-digit value of n. Testing resulted in a graph which indicated that the length of the value of n is proportional to the time required for encryption and obtained the key. The average time was took to obtain a key from 6-digit value of n was 3.39931717 seconds, for a 7-digit value of n the average time was 42.7710719 seconds, for a 8-digit value of n the average time was 8 minutes 42. 5008628 seconds, for a 9-digit value of n the average time was 52 minutes 13.528554 seconds, for a 10-digit value of n the average time was 2 hours 25 minutes 35.70644 seconds. And for the complexity of the Universal Exponent Factoring method we have θ (|n|4). We may conclude that the security level will increase if the key used have more digits.

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Lampiran xii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Batasan Masalah 2

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Metode Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 4

Bab II Landasan Teori

2.1 Kriptografi 6

2.2 Tujuan Kriptografi 7

2.3 Ancaman Kriptografi 8

2.4 Kriptografi Asimetris 9

2.5 Algoritma RSA 10

2.6 Fermat’s Little Theorem 14

2.7 Metode Universal Exponent Factoring 14

2.8 Penelitian Terdahulu 15

Bab III Analisis dan Perancangan

3.1 Analisis Sistem 18

3.1.1 Analisis Masalah 18

3.2 Perancangan Sistem 25

3.2.1 Flowchart 25

3.2.1.1 Flowchart Gambaran Umum 25

3.2.1.2 Flowchart Proses Enkripsi 26

3.2.1.3 Flowchart Pemecahan Kunci 28

(10)

3.2.1.5 Flowchart Proses Dekripsi 30

3.2.2 Rancangan Antar Muka 31

3.2.2.1 Antar Muka Mainform 31

3.2.2.2 Antar Muka Form Dekripsi 32 3.2.2.3 Antar Muka Pemecahan Kunci dan Dekripsi 33

3.2.3 Tahapan Sistem 35

3.2.3.1 Tahapan Algoritma RSA untuk Enkripsi 35 3.2.3.2 Pemecahan Kunci Menggunakan Metode Universal

Exponent Factoring 38

3.2.3.3 Tahapan Algoritma RSA untuk Dekripsi 39

Bab IV Implementasi dan Pengujian

4.1 Implementasi 42

4.1.1 Mainform 42

4.1.2 Form Enkripsi 43

4.1.3 Form Pemecahan Kunci dan Dekripsi 44

4.2 Pengujian 44

4.2.1 Pengujian Proses Enkripsi 45

4.2.2 Pengujian Pemecahan Kunci dan Dekripsi 46

4.2.3 Pengujian Pemecahan Kunci 47

4.2.4 Grafik Hubungan Panjang Nilai n terhadap Waktu 56 4.3 Perhitungan Kompleksitas Metode Universal Exponent Factoring 58

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 61

5.2 Saran 62

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Nama Tabel Halaman

2.1

Tabel Encoding Base 64 Tabel Enkripsi Pesan Tabel Dekripsi Pesan

Spesifikasi Use Case Enkripsi

Spesifikasi Use Case Pemecahan Kunci dan Dekripsi Tabel Enkripsi Pengujian Sistem

Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 3 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 3 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 4 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 4 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 5 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 5 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 6 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 6 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 7 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 7 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 8 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 8 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 9 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 9 digit Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 10 digit Pengujian Pemecahan Kunci dengan nilai n sebanyak 10 digit Waktu Rata-rata Enkripsi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Nama Gambar Halaman

2.1

Sistem Kriptografi dengan Kunci Publik RSA Diagram Ishikawa untuk Analisa Masalah Use Case Diagram Sistem

Activity Diagram untuk Proses Enkripsi

Activity Diagram untuk Proses Pemecahan Kunci dan Dekripsi Sequence Diagram Proses Enkripsi

Sequence Diagram Proses Pemecahan Kunci dan Dekripsi Gambaran Umum Sistem

Flowchart untuk Proses Enkripsi

Flowchart untuk Proses Pemecahan Kunci Flowchart Pengujian Bilangan Prima Flowchart untuk Proses Dekripsi Pesan Rancangan Form Login

Rancangan Form Enkripsi

Rancangan Form Pemecahan Kunci dan Dekripsi Mainform

Form Enkripsi Pesan

Dialog Box Bilangan Bukan Prima Form Pemecahan Kunci dan Dekripsi Form Enkripsi Pengujian Pesan

Ciphertext Hasil Enkripsi Pengujian Sistem Form Pemecahan Kunci pada Pengujian

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Listing Program A-1

B. Daftar Bilangan Prima B-1

(14)

ABSTRAK

Algoritma RSA(Rivest, Shamir, Adleman) adalah salah satu algoritma kriptografi asimetris yang paling umum digunakan. Kelebihan dari algoritma ini adalah sulitnya menemukan faktor bilangan prima yang digunakan. Untuk menguji keamanan dari algoritma RSA ini digunakan metode Universal Exponent Factoring. Metode ini bekerja dengan memperoleh input bilangan n yang akan difaktorkan. Bilangan prima yang diperoleh akan diuji dengan Fermat’s Little Theorem. Sistem diuji dengan mengenkripsi pesan, memecahkan kunci serta mendekripsi pesan. Pengujian dimulai dari 3 digit nilai n sampai 10 digit nilai n. Dari pengujian didapat grafik yang menunjukkan panjang nilai n berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan untuk enkripsi dan pemecahan kunci. Dari pengujian pemecahan kunci untuk nilai n

sebanyak 6 digit waktu rata-rata adalah 3.39931717 detik, untuk nilai n sebanyak 7 digit waktu rata-rata adalah 42.7710719 detik, untuk nilai n sebanyak 8 digit waktu rata-rata adalah 8 menit 42. 5008628 detik, untuk nilai n sebanyak 9 digit waktu rata-rata adalah 52 menit 13.528554 detik, untuk nilai n sebanyak 10 digit waktu rata-rata adalah 2 jam 25 menit 35.70644 detik. Sementara untuk kompleksitas dari metode

Universal Exponent Factoring diperoleh θ (|n|4). Dapat disimpulkan dari segi waktu pemecahan kunci, tingkat keamanan akan meningkat bila kunci yang digunakan menggunakan bilangan dengan digit yang besar.

(15)

RSA SECURITY LEVEL TESTING WITH UNIVERSAL EXPONENT FACTORING

ABSTRACT

RSA (Rivest, Shamir, Adleman) is one of the asymmetric cryptography algorithm most commonly used. The advantage of this algorithm is the difficulty in determining the prime factors used. To test the security of the RSA algorithm, we use Universal Exponent Factoring method. This method works by obtaining input number n. The primes obtained are tested by Fermat's Little Theorem. The system was tested by encrypting a message, obtaining the key and decrypting the message using the obtained key. Testing began on the 3-digit to 10-digit value of n. Testing resulted in a graph which indicated that the length of the value of n is proportional to the time required for encryption and obtained the key. The average time was took to obtain a key from 6-digit value of n was 3.39931717 seconds, for a 7-digit value of n the average time was 42.7710719 seconds, for a 8-digit value of n the average time was 8 minutes 42. 5008628 seconds, for a 9-digit value of n the average time was 52 minutes 13.528554 seconds, for a 10-digit value of n the average time was 2 hours 25 minutes 35.70644 seconds. And for the complexity of the Universal Exponent Factoring method we have θ (|n|4). We may conclude that the security level will increase if the key used have more digits.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kriptografi pada awalnya merupakan ilmu yang mempelajari penyembunyian pesan. Namun, seiring berkembangnya teknologi, kriptografi ini juga berkembang, perkembangan teknologi ini dapat dilihat dengan adanya internet yang menghubungkan komputer satu sama lain. Dengan adanya perkembangan ini kriptografi sangat dibutuhkan untuk keamanan data yang dikirim kepada komputer lain.

Kriptografi adalah ilmu yang bersandarkan pada teknik matematika untuk berurusan dengan keamanan informasi seperti kerahasiaan, keutuhan data dan autentikasi entitas [5]. Ada empat tujuan utama dari kriptografi. Kerahasiaan (confidentiality) di mana kriptografi digunakan untuk menjaga isi dari informasi dari siapapun kecuali yang memiliki otoritas atau kunci rahasia untuk membuka informasi yang telah disandi. Kerahasiaan dijaga dengan melakukan enkripsi (penyandian). Keutuhan (integrity) yang berhubungan dengan penjagaan dari perubahan data secara tidak sah. Untuk menjaga integritas data, sistem harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi manipulasi data oleh pihak-pihak yang tidak berhak [13].

(17)

Kriptografi juga dibagi atas dua: kriptografi klasik dan kriptografi modern. Yang masing-masing memiliki algoritma tersendiri. Algoritma RSA merupakan algoritma yang dikembangkan pada kriptografi modern. Algoritma ini bersifat asimetrik di mana kunci dari masing-masing algoritma ini dibangkitkan dengan menggunakan pembangkit bilangan acak dan dalam proses enkripsi dan dekripsinya menggunakan kunci yang berbeda.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian untuk keamanan data dengan kriptografi RSA dengan metode tambahan lain yaitu modified LSB(Least Significant Bit). RSA digunakan untuk mengenkripsi pesan asli (plainteks) menjadi pesan terenkrip (cipherteks), selanjutnya cipherteks disembunyikan dalam media citra digital agar keberadaan pesan tidak dicurigai oleh pihak lain. Penggabungan dua algoritma tersebut dapat menjaga kerahasiaan pesan, dimana pesan hanya dapat diakses oleh orang yang berwenang dan memiliki kunci. Penelitian diatas dibuat oleh Sisca Anggraini dengan judul “Sistem Keamanan Data dengan RSA dan Modified

LSB” [1]. Selain itu pada penelitian yang dibuat oleh Beny dengan judul “Analisis dan Perancangan Sistem Kriptografi Simetris Triple DES dan Kriptografi Simetris RSA”, didapatkan bahwa dengan penggabungan Triple DES dan RSA dapat menambah tingkat keamanan pesan [3].

Untuk itu, penulis mengangkat judul ini untuk menguji keamanan dari algoritma RSA ini dengan menggunakan metode Universal Exponent Factoring

dengan menganalisis waktu untuk mendapatkan bilangan prima yang dibangkitkan untuk kunci private pada algoritma RSA tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana menganalisis waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan kunci private

(18)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang diangkat pada pengujian tingkat keamanan RSA ini adalah sebagai berikut :

1. Pengujian dilakukan dengan metode Universal Exponent Factoring yang menganalisis waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan kunci private.

2. Dilakukan perhitungan Big O, Big Ωdan Big θ pada metode Universal Exponent Factoring.

3. Pengujian bilangan prima yang dipakai adalah Fermat’s Little Theorem.

4. Nilai n dibatasi hanya sampai 10 digit.

5. Sistem ini dibangun dengan bahasa pemrograman C#.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keamanan algoritma RSA dengan menghitung lama waktu untuk memperoleh kunci private dengan metode

Universal Exponent Factoring.

2. Menghitung Big O, Big Ωdan Big θ dari metode Universal Exponent Factoring.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat untuk penulis adalah:

a. Penulis dapat mengetahui tingkat keamanan RSA jika diuji dengan metode

Universal Exponent Factoring.

b. Menambah pengetahuan penulis dibidang kriptografi khususnya algoritma RSA.

2. Manfaat untuk bidang ilmu adalah:

Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang kriptografi. 3. Manfaat untuk masyarakat:

(19)

1.6 Metode Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Literatur

Penelitian ini terlebih dahulu dipelajari literatur yang didapat melalui buku, jurnal, artikel, makalah maupun situs internet yang membahas kriptografi dengan algoritma RSA dan metode Universal Exponent Factoring.

2. Analisis dan Perancangan Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap masalah sesuai dengan batasan masalah dan tujuan yang akan dicapai dari pengujian tingkat keamanan RSA ini. Setelah itu dilakukan perancangan flowchart, antar muka dan perancangan sistem untuk dapat menguji tingkat keamanan algoritma RSA dengan metode

Universal Exponent Factoring. 3. Implementasi Sistem

Pada tahap ini akan dilaksanakan pengkodean (coding) dalam bahasa pemrograman c# untuk membuat aplikasi untuk pengujian tingkat keamanan RSA dengan metode Universal Exponent Factoring.

4. Pengujian Sistem

Dalam tahap ini dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibangun, dengan melihat waktu yang dibutuhkan sistem untuk mendapatkan kunci private

RSA sesuai nilai yang dimasukkan. 5. Dokumentasi

Dalam tahapan ini dilakukan penyusunan laporan dari hasil analisis dan perancangan sistem dalam format penulisan penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas bagian-bagian berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(20)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelasakan landasan teori dari penelitian yang dilakukan. Teori yang diangkat yaitu kriptografi dan keamanannya, algoritma RSA(Rivest, Shamir,

Adleman) dan metode Universal Exponent Factoring.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dijelaskan analisis terhadap metode Universal Exponent Factoring

yang digunakan untuk menguji RSA dan akan dilakukan analisis terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari sistem. Pada bab ini juga akan dijelaskan perancangan dari sistem yang akan dibuat.

BAB IV IMPLEMNTASI SISTEM

Pada bab ini akan menguraikan hasil pengujian tingkat keamanan RSA dengan metode Universal Exponent Factoring yang dapat dilihat dari sistem yang dibuat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kriptografi

Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

graphia berarti writing (tulisan). Menurut terminologinya kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan ketika pesan dikirim dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam perkembangannya, kriptografi juga digunakan untuk mengindentifikasi pengiriman pesan dengan tanda tangan digital dan keaslian pesan dengan sidik jari digital (fingerprint) [2].

Berikut adalah gambar sistem kriptografi konvensional:

Gambar 2.1 Sistem Kriptografi Konvensional [10]

Sistem kriptografi seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas terdiri dari 5 bagian yaitu [10]:

1. Plaintext adalah pesan atau data dalam bentuk aslinya yang dapat terbaca.

(22)

2. Secret key juga merupakan masukan bagi algoritma enkripsi merupakan nilai yang bebas terhadap teks asli dan menentukan hasil keluaran algoritma enkripsi. 3. Ciphertext adalah keluaran algoritma enkripsi. Ciphertext dapat dianggap

sebagai pesan dalam bentuk tersembunyi. Algoritma yang baik akan manghasilkan ciphertext yang terlihat acak.

4. Algoritma enkripsi memiliki 2 masukan, teks asli dan kunci rahasia. Algoritma enkripsi melakukan transformasi terhadap plaintext sehingga menghasilkan

ciphertext.

5. Algoritma dekripsi memiliki 2 masukan yaitu ciphertext dan kunci rahasia. Algoritma dekripsi memulihkan kembali ciphertext menjadi plaintext bila kunci rahasia yang dipakai algoritma dekripsi sama dengan kunci rahasia yang dipakai algoritma enkripsi.

Dalam sistem kriptografi klasik selalu mengasumsikan pihak pengirim dan pihak penerima memiliki kunci rahasia yang sama. Sistem kriptografi ini disebut sistem kriptografi simetris. Kunci rahasia harus dibangkitkan secara rahasia dan didistribusikan ke pengirim dan penerima melalui saluran yang diasumsikan aman. Kebutuhan saluran untuk mendapatkan kunci rahasia menjadi kelemahan utama sistem simetris. Sistem kriptografi kunci publik mengatasi asumsi ini, yaitu tidak dibutuhkan saluran aman untuk distribusi kunci [10].

Sistem kriptografi kunci asimentis memiliki kunci untuk enkripsi dan kunci untuk dekripsi yang berbeda. Kunci untuk enkripsi disebut juga sebagai kunci publik bersifat tidak rahasia sehingga dapat didistribusikan melalui saluran tidak aman. Sedangkan kunci dekripsi disebut kunci private bersifat rahasia dan harus dijaga kerahasiaannya oleh pemegang kunci [10].

2.2 Tujuan Kriptografi

(23)

Dengan adanya kriptografi, kerahasiaan data dapat ditingkatkan. Data penting yang dimiliki hanya akan dapat dibuka atau dibaca oleh orang-ornag tertentu yang memilki akses untuk membukanya.

2. Data Integrity

Data yang benar atau asli tanpa ada rekayasa dari pihak ketiga atau pihak yang tidak memiliki akses terhadap data tersebut.

3. Autentikasi

Autentikasi dilakukan untuk membuktikan data yang dikirim adalah data asli atau data yang benar. Autentikasi mencegah adanya data palsu.

4. Non-repudiation

Non-repudiation atau nir-penyangkalan adalah salah satu tujuan kriptografi. Dengan ini si pengirim tidak dapat menolak bahwa pesan tersebut benar berasal dari si pengirim.

2.3 Ancaman Keamanan

Berikut beberapa ancaman yang dapat mempengaruhi kemanan data : 1. Interruption

Interruption merupakan ancaman yang dilakukan dengan merusak dan menghapus data sehingga data tidak dapat ditemukan lagi.

2. Interception

Interception adalah ancaman yang dilakukan pihak ketiga dengan menyadap ataupun mengakses data. Data yang seharusnya rahasia dapat diakses oleh pihak yang tidak memiliki akses.

3. Modification

Modification adalah ancaman yang lebih berbahaya, pihak yang tidak memiliki akses tidak hanya dapat mengakses data namun dapat memodifikasi atau mengubah data.

(24)

Fabrication merupakan ancaman yang paling berbahaya, pihak yang tidak memiliki akses tidak hanya dapat membaca data, juga dapat mengubah dan memalsukan data, sehingga data seolah berasal dari pengirim sebenarnya.

2.4 Kriptografi Asimetris

Sistem kriptografi kunci publik atau sering disebut sebagai kunci asimetrik pertama kali diusulkan oleh Deffie dan Hellman pada tahun 1976. Ide kriptografi kunci publik sebenarnya mirip dengan cara kerja kunci gembok. Dimisalkan terdapat sebuah peti yang berisi pesan rahasia, lalu peti dikunci dengan gembok, kemudian dikirim kepada penerima. Penerima hanya dapat membuka gembok apabila kunci yang dipegang olehnya merupakan pasangan gembok[10].

Algoritma pertukaran kunci Diffie-Hellman (protokol Diffie-Hellman) berguna untuk mempertukarkan kunci rahasia untuk komunikasi menggunakan kriptografi simetris. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut [9]:

1. Misalkan Alice dan Bob adalah pihak-pihak yang berkomunikasi. Mula-mula

Alice dan Bob menyepakati 2 buah bilangan yang besar (sebaiknya prima) P dan

Q, sedemikian sehingga P < Q. Nilai P dan Q tidak perlu rahasia, bahkan Alice

dan Bob dapat membicarakannya melalui saluran yang tidak aman sekalipun. 2. Alice membangkitkan bilangan bulat acak x yang besar dan mengirim hasil

perhitungan berikut kepada Bob:

X = Pxmod Q .

3. Bob membangkitkan bilangan bulat acak y yang besar dan mengirim hasil perhitungan berikut kepada Alice :

Y = Py mod Q .

4. Alice menghitung K = Yx mod Q . 5. Bob menghitung K’ = Xy mod Q .

Jika berhitungan dilakukan dengan benar maka K = K’. Dengan demikian Alice dan

(25)

ALICE

P,Q

BOB

Bangkitkan Bilangan x Bangkitkan Bilangan y

Hitung X = Px mod Q Hitung X = Py mod Q

Hitung Key = Yx mod Q Hitung Key = Xy mod Q

X Y

Gambar 2.2 Pertukaran Kunci Deffie –Hellman[9]

Kriptografi asimetris memiliki kunci enkripsi dan kunci dekripsi yang berbeda. Salah satu algoritma yang dikembangkan sesuai kriptografi asimetris adalah algoritma RSA. Algoritma ini memiliki kelebihan melakukan pemfaktoran bilangan yang besar.

2.5 Algoritma RSA

Pada tahun 1977, Rivest, Shamir dan Adleman merumuskan algoritma praktis yang mengimplementasikan sistem kriptografi kunci publik disebut dengan sistem kriptografi RSA[8]. Algoritma ini adalah sistem yang sangat penting dan banyak keamanan yang tergantung pada algoritma ini.[4] Algoritma enkripsi dan dekripsi memiliki komponen n = p x q, p, q adalah bilangan prima dan Φ(n) = (p-1)(q-1).

(26)

Gambar 2.3 Sistem Kriptografi dengan Kunci Publik RSA[10]

Berikut adalah algoritma pembangkit kunci RSA : 1. Bangkitkan bilangan prima p dan q.

2. Hitung perkalian bilangan prima, n = p x q.

3. Hitung banyaknya bilangan bilangan asli dibawah n, atau disimbolkan dengan Φ(n) dengan rumus Φ(n) = (p-1)x(q-1)

4. Hitung nilai kunci publik e berupa bilangan dengan rentang 1< e < Φ(n), dengan gcd(e, Φ(n)) = 1

5. Hitung nilai kunci private d, dengan rumus d e-1 (mod Φ(n)) 6. Kpublik = (e, n) , Kprivat = d

Kita memilih kunci enkripsi secara random seperti e, dan (p-1) (q-1) yang relatif prima, dikatakan relatif prima karena gcd(e, ((p-1)(q-1)) = 1, yang maknanya bagi bilangan e, (p-1)(q-1) adalah prima, begitu pula sebaliknya meskipun keduanya bukan bilangan prima. Dan d di dapat dengan ed = 1 mod (p-1) (q-1), dapat di tulis dengan d = e-1 mod (p-1) (q-1) seperti yang dilakukan pada langkah 5. [9]

Untuk mengenkripsi pesan maka dilakukan perhitungan berikut:

C = Pe mod n ……… (1)

(27)

P = Cdmod n ……… (2)

Dimana:

P = pesan atau data asli

C = pesan atau data yang telah dienkripsi

e = kunci publik yang digunakan untuk mengenkripsi pesan

n = kunci publik yang digunakan mengenkripsi pesan dan untuk mengembalikan pesan kedalam bentuk asal

d = kunci private yang dimiliki penerima

Contoh penggunaan algoritma RSA: Diambil bilangan prima p = 5 dan q = 11 Berdasarkan algoritma, n = p x q

Maka n = 5 x 11 = 55

Φ(n) = (p-1)x(q-1)

= (5-1)x(11-1) = 40

(28)

Tabel 2.1 Tabel Encoding Base 64

Value Char Value Char Value Char Value Char

0 A 16 Q 32 G 48 W

1 B 17 R 33 H 49 X

2 C 18 S 34 I 50 Y

3 D 19 T 35 J 51 Z

4 E 20 U 36 K 52 0

5 F 21 V 37 L 53 1

6 G 22 W 38 M 54 2

7 H 23 X 39 N 55 3

8 I 24 Y 40 O 56 4

9 J 25 Z 41 P 57 5

10 K 26 A 42 Q 58 6

11 L 27 B 43 R 59 7

12 M 28 C 44 S 60 8

13 N 29 D 45 T 61 9

14 O 30 E 46 U 62

15 P 31 F 47 V 63 /

Maka enkripsi yang dilakukan dengan nilai e = 7, n = 55 dan d = 23 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tabel Enkripsi Pesan

P C = Pe mod n

8 2

11 11

10 10

14 9

12 23

Si penerima akan menerima teks 21110923, maka dengan kunci private yang dimiliki maka akan dilakukan dekripsi terhadap ciphertext yang didapat.

(29)

Tabel 2.3 Tabel Dekripsi Pesan

C P = Cd mod n

2 8

11 11

10 10

9 14

23 12

Maka, si penerima akan menemukan teks asli dari pengirim dengan kunci private

yang ia miliki. Maka di dapat hasil 811101412 yang hasilnya sama dengan plaintext

yang dimilki pengirim.

2.6 Fermat’s Little Theorem

Teorema : Untuk bilangan prima p dan bilangan bulat a, ap ≡ a(mod p) dan jika a

tidak dapat dibagi oleh p, maka ap-1≡ 1 (mod p) [8].

Teorema ini dapat digunakan untuk mempermudah kalkulasi perpangkatan modulo bilangan prima. Sebagai contoh, kita coba kalkulasi 274 (mod 13). Karena 13 adalah bilangan prima dan 2 tidak dapat dibagi 13, maka teorema ini dapat digunakan untuk mengkalkulasi

212≡ 213-1 (mod 13) ≡ 1 (mod 13). Jadi

274 = (212)6 × 22≡ 16 × 22≡ 4 (mod 13).

Meskipun dapat digunakan untuk mempermudah kalkulasi, dalam kriptografi, peran terpenting dari Fermat’s little theorem adalah sebagai dasar dari berbagai teknik enkripsi asimetris [6].

2.7 Metode Universal Exponent Factoring

(30)

kemudian dihitung e = 2bm dimana b > 0 dan m bernilai bebas. Maka akan dilakukan langkah berikut:

1. Pilih nilai random a dengan 1 < a < n-1, jika gcd(a,n) > 1 dan a adalah faktor dari n kita dapat mengakhiri algoritma. Jika tidak, dapat dilanjutkan pada langkah berikutnya.

2. Hitung x0 = am(mod n). Jika x0≡ 1 (mod n), lakukan langkah 1. Jika tidak hitung

xj≡�� −2 1(mod n) untuk semua j = 1, 2, …, b . Jika xj ≡ -1 (mod n) lakukan

langkah 1. Jika xj ≡ 1 (mod n) dan Jika xj-1 ≠ ±1 (mod n) dan gcd(xj-1 - 1, n) adalah faktor dari n maka algoritma dapat diakhiri [8].

Contoh penggunaan Universal Exponent Factoring:

Kita ambil nilai n = 55 dari contoh algoritma RSA diatas dan kita ambil nilai e = 40, dimana e = 23.5. maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. x0 = 25(mod 55) = 32 mod 55 = 32 2. x1 = 322(mod 55) = 34

3. x2 = 342 (mod 55) = 1

Maka dari hasil x2 = 1, maka gcd(xj-1 - 1, n) = gcd(33, 55) = 11 dan 11 adalah faktor dari 55, maka di simpulkan n = 55, p = 11, dan q = 5.

Setelah didapat nilai p dan q, maka untuk mendapatkan kunci private, maka dilakukan perhitungan sesuai algoritma RSA.

p = 5 q = 11

Φ(n) = (p-1)x(q-1)

= (5-1)x(11-1) = 40

e didapat dengan syarat gcd(e(n)) = 1, maka e = 7 dengan gcd(7, 40) = 1.

Dari nilai e yang telah didapat maka kita dapat menghitung nilai d dengan perhitungan

d = e-1 mod Φ(n), maka dengan e = 7, Φ(n) = 40 didapat d = 23.

2.8 Penelitian Terdahulu

(31)

1. Penelitian oleh Imani Prasasti dengan judul “Analisis keamanan kriptosistem kunci publik RSA” disimpulkan bahwa inti dari keamanan RSA terletak pada faktorisasi bilangan yang besar. Dengan menghindari kemungkinan dari algoritma faktorisasi maka didapat algoritma yang cukup tahan dan aman dalam jalur komunikasi umum. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap RSA dan algoritma untuk memfaktorkan bilangan komposit untuk keamanan data juga menganalisis serangan terhadap kriptosistem. Berdasarkan hasil analisis dengan

Fermat’s Little Theorem bilangan prima yang dibangkitkan harus besar, sedangkan berdasarkan kurva elliptic kunci p dan q harus memilki panjang digit yang hampir sama. Untuk menghindari serangan terhadap kriptosistem kita juga harus membangkitkan kunci e dengan nilai yang besar [5].

2. Penelitian Andy Tandiyono dengan judul “Simulasi Pemanfaatan Metode

Interlock Protocol Untuk Mengatasi Man-In-The-Middle-Attack”. Pada penelitian ini dibahas mengenai bagaimana memanfaatkan metode interlock protocol untuk mengatasi terjadinya man-in-the-middle-attack, dimana bilangan prima pada algoritma kriptografi RSA digunakan untuk mengamankan pesan, dan bagaimana keamanan dari algoritma RSA untuk melindungi pesan yang dipertukarkan. Pada sistem ini disimulasikan terdapat 3 pihak yang terkait dengan sistem. Dimana ada pengirim, penerima dan penyadap dengan masing-masing pihak harus menginputkan kunci yang dimiliki kedalam sistem. Pada saat pengiriman pesan, penyadap mengambil pesan yang dikirim dan mengubah isinya dengan kunci yang telah ia temukan, kemudian mengirim pesan palsu kepada penerima. Untuk simulasi ini diberikan dua solusi yaitu membagi pesan menjadi dua bagian pesan, dimana jika salah satu bagian pesan dibaca tidak mengandung arti, yang kedua yaitu mengenkripsi pesan menggunaka fungsi hash SH1, kemudian hasil enkripsi dengan fungsi hash dikirim sebagai bagian pertama dan pesan dikirm sebagai bagian kedua, jika memilki nilai yang sama maka pesan benar berasal dari pengirim yang dimaksud [12].

(32)
(33)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis Sistem

Tahap ini bertujuan memberikan gambaran yang jelas terhadap sistem yang akan dibangun. Tahap ini menjabarkan kebutuhan-kebutuhan yang berguna untuk perancangan sistem agar sistem yang dibangun sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan.

3.1.1 Analisis Masalah

Masalah utama yang diangkat adalah pembuat sistem kriptografi tidak mengetahui seberapa amankah sistem kriptografi yang mereka buat. Sistem kriptografi ini menggunakan algoritma RSA. Seperti diketahui, kelebihan RSA adalah bilangan prima yang dipakai sulit dipecahkan. Namun, tanpa diketahui seberapa aman bilangan prima yang dipakai.

(34)

Pengujian Tingkat Keamanan

User Metode

Algoritma RSA Metode yang mampu memecahkan kunci publik User butuh keamanan

untuk data rahasia

Kunci Publik dapat Digunakan oleh siapapun

Gambar 3.1 Diagram Ishikawa Untuk Analisa Masalah

3.1.2 Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis)

Analisis persyaratan terdiri atas dua bagian yaitu analisis fungsional dan analisis nonfungsional. Kedua analisis ini merupakan hal penting untuk menentukan hal-hal yang harus dimiliki sistem.

3.1.2.1Analisis Fungsional

Analisis fungsional dibutuhkan untuk mengetahui hal-hal yang bisa dikerjakan oleh sistem. Berikut dijabarkan fungsi-fungsi yang dapat dikerjakan oleh sistem. 1. Sistem melakukan enkripsi pesan awal (plaintext) dengan bilangan prima

diinputkan oleh user yang nantinya sistem yang akan melakukan perhitungan untuk mendapatkan kunci.

2. Untuk menguji tingkat kemanannya, sistem akan mendekripsi pesan dengan menginputkan pesan yang telah dienkripsi (ciphertext).

3. Sistem akan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan kunci pesan.

4. Sistem akan mengenkripsi ciphertext ke plaintext.

(35)

3.1.2.2Analisis Nonfungsional

Analisis nonfungsional berhubungan dengan hal-hal berikut ini: 1. Performa

Perangkat lunak yang akan dibangun dapat menunjukkan hasil dari proses enkripsi dan dekripsi serta pemecahan yang dilakukan oleh sistem.

2. Mudah dipelajari dan digunakan

Perangkat lunak yang akan dibangun memiliki tampilan yang user friendly dan responsif.

3. Hemat biaya

Perangkat lunak yang dibangun akan menggunakan teknologi yang bebas digunakan (free to use).

4. Dokumentasi

Perangkat lunak yang akan dibangun dapat menyimpan hasil enkripsi dan dekripsi serta memiliki panduan penggunaan.

5. Manajemen kualitas

Perangkat lunak yang akan dibangun akan memiliki kualitas yang baik. 6. Kontrol

Perangkat lunak yang dibangun akan menampilkan pesan error untuk setiap input yang tidak sesuai.

3.1.2.3Pemodelan Persyaratan Sistem dengan Use Case

Use case adalah salah satu pemodelan yang digunakan untuk memodelkan persyaratan sistem. Dengan use case ini digambarkan siapa saja yang berinteraksi dengan sistem dan apa saja yang dapat dilakukan dengan sistem.

(36)

Encyptor

Sistem

Enkripsi

Pemecahan Kunci

Dekripsi

Cryptanalyst

Decryptor

Gambar 3.2 Use case Diagram yang akan Dikembangkan

Diagram pada gambar 3.2 menjelaskan aksi yang dapat dilakukan oleh

user, user melakukan enkripsi dengan menggunakan algoritma RSA. Untuk menguji tingkat keamanan dari kunci yang dipakai, user melakukan pemecahan kunci dan dekripsi pesan yang menghasilkan waktu untuk memperoleh kunci dan pesan yang telah didekripsi kembali.

Berikut ini merupakan spesifikasi use caseuntuk enkripsi Tabel 3.1 Spesifikasi Use Case Enkripsi

Name Enkripsi

Actors Encryptor

Trigger User menginputkan plaintext yang akan dienkripsi dan nilai bilangan prima yang akan dihitung dan dijadikan kunci

Preconditions User telah menyimpan plaintext yang akan dienkripsi

Post Conditions User dapat melihat cipherteks hasil proses enkripsi

Success Scenario 1. User telah menginputkan plainteks yang akan dienkripsi dan bilangan primanya.

(37)

3. Sistem akan melakukan proses enkripsi terhadap plainteks yang diinputkan dan menampilkan dialog box untuk menyimpan file

hasil enkripsi (ciphertext).

4. User dapat melihat ciphertext hasil proses enkripsi. Alternative Flows

-Berikut ini adalah activity diagram untuk proses enkripsi:

Sistem Aktor

user memasukkan bilangan prima

user memasukkan plaintext Sistem melakukan enkripsi pesan

Sistem memberikan dialog box untuk penyimpanan pesan user memilih tempat penyimpanan pesan

sistem menyimpan pesan

Gambar 3.3 ActivityDiagram untuk Proses Enkripsi

Berikut ini adalah spesifikasi untuk use case pemecahan kunci

Tabel 3.2 Spesifikasi Use Case Pemecahan Kunci

Name Pemecahan Kunci dan Dekripsi

Actors Cryptanalyst

(38)

Preconditions Bilangan n tersimpan diakhir ciphertext dan ciphertext telah disimpan sebelumnya

Post Conditions

Bilangan n akan menghasilkan kunci yang dapat mendekripsi pesan

dan akan melekukan dekripsi sehingga menghasilkan pesan yang

sama dengan plaintext

Success Scenario

1. User memasukkan ciphertext.

2. sistem akan menghitung kunci yang digunakan untuk mengenkripsi dan mendekripsi pesan

3. Sistem akan mendekripsi pesan dengan kunci yang dihasilkan Alternative Flows

-berikut ini adalah activity diagram untuk proses pemecahan kunci

Sistem Aktor

user memasukkan ciphertext

Sistem mendekripsi pesan

User mengambil nilai n dan menghitung kunci publik dan privat

Sistem memberikan dialog box bahwa dekripsi selesai User menyimpan pesan hasil dekripsi

user memilih tempat penyimpanan pesan -YES

-NO

Sistem menyimpan pesan

-YES -YES

(39)

3.1.3 Analisis Sistem Proses

Pada pengujian tingkat keamanan ini kita menggunakan algoritma RSA sebagai algoritma kriptografi yang diuji. Sedangkan untuk mengujinya digunakan metode

Universal Exponent Factoring. Pada diagram gambar 3.6 dapat dilihat sequence diagram untuk proses enkripsi pesan.

User Sistem

enkripsi pesan

browse tempat menyimpan ciphertext

Simpan ciphertext Input bilangan prima

input plaintext

Gambar 3.5 Sequence Diagram Proses Enkripsi

(40)

User Sistem

browse tempat menyimpan hasil dekripsi Simpan hasil dekripsi

input ciphertext

munculkan kunci publik dan privat serta waktu pemecahan kunci

Simpan file di tempat dan nama file yang diinginkan

Gambar 3.6 Sequence Diagram untuk Proses Pemecahan Kunci dan Dekripsi Pesan

Dari sequnce diagram pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa hasil yang didapat oleh user adalah text hasil dekripsi dan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan kunci dengan hanya memasukkan nilai n.

3.2 Perancangan Sistem

3.2.1 Flowchart Sistem

3.2.1.1Flowchart Gambar Umum

Secara umum ada tiga proses yang dilakukan. Proses ini dapat dilihat pada

(41)

Start

Enkripsi pesan

Pemecahan kunci

Dekripsi pesan

End

Gambar 3.7 Gambaran Umum Sistem Keterangan :

Dari flowchart pada gambar 3.8 dapat dilihat gambaran umum sistem yang akan dibuat. Pertama file akan dienkripsi dengan algoritma RSA. Kemudian sistem dengan hanya menginput nilai n akan memecahkan kunci yang telah diberikan pada file yang dienkripsi. Setelah kunci didapat, maka sistem akan mengembalikan file tersebut kedalam bentuk asli.

3.2.1.2Flowchart Proses Enkripsi

Proses enkripsi pada sistem ini menngunakan algoritma RSA. Berikut ini

(42)

start

Input bilangan prima p, q

Hitung perkalian bilangan prima

n = p x q

Hitung nilai d

file

Hitung nilai ciphertext

Enkripted file

End Hitung nilai

Hitung nilai e

Gambar 3.8 Flowchart untuk Proses Enkripsi

Keterangan :

(43)

d yang akan dipakai untuk membuka file yang telah dienkripsi. Perhitungan yang yang dilakukan untuk mengenkripsi pesan sesuai dengan algoritma RSA.

3.2.1.3Flowchart Pemecahan Kunci

Pemecahan kunci yang dilakukan menggunakan metode Universal Exponent Factoring. Langkah-langkah pemecahan kunci dapat dilihat pada gambar 3. 9 berikut ini.

(44)

Keterangan :

Dari flowchart pada gambar 3.9 dapat dilihat, nilai n yang dimasukkan adalah kunci publik yang diketahui. Dari kunci inilah didapatkan nilai p dan q untuk kemudian digunakan untuk menghitung kembali kunci private d yang akan digunakan untuk mengembalikan file yang telah dienkripsi kedalam bentuk semula.

3.2.1.4Flowchart Pengujian Bilangan Prima

Untuk pengujian bilangan prima digunakan Fermat’s Little Theorem. Berikut langkah-langkah pengujian bilangan prima digambarkan dalam gambar 3.10.

Start

Masukkan bilangan p

For i=0; i<p.length, i++

If ap-1≡ 1 (mod p)

true

False

End

Yes

Yes

No

(45)

Keterangan :

Flowchart pada gambar 3.10 menggambarkan proses pengujian bilangan prima yang digunakan pada sistem. Bilangan akan diuji sebanyak digitnya, jika semua nilai ap-1≡ 1 (mod p) bernilai true maka nilai tersebut adalah bilangan prima.

3.2.1.5Flowchart Proses Dekripsi

Proses dekripsi akan dilakukan setelah kunci dipecahkan. Dekripsi pesan juga menggunaka algoritma RSA, sama seperti proses enkripsi. Pada gambar 3. 11 akan digambarkan flowchart proses dekripsi.

File yang telah dienkripsi

file Start

End

Hitung nilai plaintext

Gambar 3.11 Flowchart untuk Dekripsi Pesan Keterangan :

(46)

3.2.2 Rancangan Antar Muka

Sistem akan dibangun menggunakan bahasa pemrograman C# dengan menggunakan software Microsoft Visual Studio. Rancangan antar muka akan disesuaikan dengan kebutuhan dan software yang digunakan. Antar muka menggunakan tiga form, form utama atau form login untuk masuk sebagai

encryptor atau cryptanalyst, form enkripsi berfungsi untuk mengenkripsi pesan sedangkan form dekripsi digunakan untuk memecahkan kunci dan proses dekripsi pesan.

3.2.2.1Antar Muka Mainform

Pada Mainform user harus memilih akan masuk sebagai encryptor atau

cryptanalyst. Jika user masuk sebagai encryptor, maka user akan masuk ke form

enkripsi, sedangkan jika masuk sebagai cryptanalyst, user akan masuk ke form

dekripsi.

Gambar 3. 12 Rancangan Form Login

Komponen yang dipakai untuk membangun antar muka Mainform pada gambar 3.13 adalah sebagai berikut:

(47)

2. Label (‘Login As’) : label yang digunakan sebagai menunjukkan tempat user

untuk memilih akan masuk ke sistem sebagai encryptor atau cryptanalyst.

3. Combobox : combobox yang digunakan untuk memilih encryptor atau

cryptanalyst.

4. Tombol (‘login’) : tombol yang akan membawa user masuk ke sistem sesuai

user yang dipilh.

3.2.2.2Antar Muka Form Enkripsi

Pada form enkripsi user akan menginputkan bilangan prima yang nantinya akan dijadikan kunci publik dan privat yang akan dihitung oleh sistem.

Gambar 3.13 Rancangan Form Enkripsi

Komponen yang dipakai untuk membangun antar muka form enkripsi pada gambar 3.14 adalah sebagai berikut:

5. Label (‘Enkripsi’) : sebagai judul utama dari form yang sedang terbuka yaitu enkripsi, form untuk mengenkripsikan pesan.

6. Label (‘Bilangan Prima1 (p)’) : label yang menunjukkan tempat user untuk memasukkan bilangan prima.

(48)

8. Textbox 1 : texbox yang digunakan sebagai tempat user memasukkan bilangan prima1 (p) yang nantinya akan dijadikan kunci setelah nilai kunci publik dan privatnya dihitung oleh sistem.

9. Textbox 2 : textbox yang digunakan tempat user memasukkan bilangan prima2 (q) yang nantinya akan dijadikan kunci setelah nilai kunci publik dan privatnya dihitung oleh sistem nilai bilangan prima1 dan bilangan prima 2 harus berbeda.

10. Tombol 1 (‘Buka File’) : tombol ini berfungsi untuk memilih file text yang akan dienkripsi.

11. Textbox 3 : textbox ini berfungsi menampilkan isi file yang akan dienkripsi. 12. Tombol 2 (‘Enkripsi’) : tombol ini berfungsi mengenkripsi pesan dengan

terlebih dahulu menghitung kunci publik dan privat dari bilangan-bilangan prima yang telah diinputkan.

13. Label (‘nilai n’) : label yang menunjukkan nilai n yang merupakan kunci publik yang didapat dari perhitungan bilangan prima yang diinputkan.

14. Label (‘nilai e’) : label yang menunjukkan nilai e yang merupakan kunci publik yang didapat dari perhitungan bilangan prima yang diinputkan.

15. Label (‘nilai d’) : label yang menunjukkan nilai d yang merupakan kunci

private yang didapat dari perhitungan bilangan prima yang diinputkan. 16. Textbox 4 : textbox ini menampilkan bilangan nilai n yang dihasilkan. 17. Textbox 5 : textbox ini menampilkan bilangan nilai e yang dihasilkan. 18. Textbox 6 : textbox ini menampilkan bilangan nilai d yang dihasilkan.

19. Grup Box(‘info file) : berisi informasi mengenai file yang diinputkan meliputi nama file, ukuran file, panjang karakter, lokasi file.

3.2.2.3Antar Muka Form Pemecahan Kunci dan Dekripsi

Pemecahan kunci dan dekripsi terdapat pada form yang sama. Pada form ini user

(49)

gambar 3. 14 : Rancangan Form Pemecahan Kunci dan Dekripsi

Komponen yang dipakai untuk membangun antar muka form pemecahan kunci dan dekripsi pada gambar 3.15 adalah sebagai berikut:

1. Label (‘Pemecahan Kunci’) : sebagai judul utama dari form yang sedang terbuka yaitu pemecahan kunci, form untuk memecahkan kunci dan mendekripsi pesan.

2. Label (Nilai n ) : label yang menunjukkan tempat user memasukkan nilai n. 3. Texbox 1 : textbox yang berfungsi sebagai tempat menginputkan nilai n. 4. Tombol 1 (‘Buka File’) : tombol ini berfungsi untuk memilih file text yang

akan didekripsi.

5. Grup Box(‘info file) : berisi informasi mengenai file yang diinputkan meliputi nama file, ukuran file, panjang karakter dan lokasi file.

6. Tombol 2 (‘Dekripsi’) : tombol ini berfungsi mendekripsi pesan dengan terlebih dahulu menghitung kunci publik dan privat dari nilai n yang diinputkan.

7. Textbox 2 : textbox ini berfungsi menampilkan isi file hasil dekripsi..

8. Label (‘Bilangan Prima1 (p)’) : label yang bilangan prima 1 yang dipecahkan oleh sistem dengan nilai n yang diinputkan.

(50)

10. Label (‘Bilangan Prima2 (q)’) : label yang bilangan prima 2 yang dipecahkan oleh sistem dengan nilai n yang diinputkan.

11. Textbox 4 : textbox ini berfungsi menampilkan prima 2 yang dihasilkan. 12. Label (‘nilai e’) : label yang menunjukkan nilai e yang merupakan kunci

publik yang didapat dari perhitungan bilangan prima yang diinputkan. 13. Textbox 5 : textbox ini menampilkan bilangan nilai e yang dihasilkan.

14. Label (‘nilai d’) : label yang menunjukkan nilai d yang merupakan kunci

private yang didapat dari perhitungan bilangan prima yang diinputkan. 15. Textbox 6 : textbox ini menampilkan bilangan nilai d yang dihasilkan.

16. Label (‘Waktu pemecahan kunci’) : label yang akan memunculkan waktu pemecahan kunci.

3.2.3 Tahapan Sistem

3.2.3.1Tahapan Algoritma RSA (Rivest, Shamir, Adleman) untuk Enkripsi Pesan

Algoritma RSA adalah salah satu algoritma kriptografi yang sering dipakai untuk berbagai bidang. Algoritma kriptografi memiliki keunggulan pada susahnya memcahkan bilangan untuk mendapatkan kunci privat yang dipakai. Algoritma RSA memiliki dua tahapan secara umum, yaitu proses enkripsi dan dekripsi. Sebelum proses enkripsi terlebih dahulu kunci dibangkitkan. Berikut ini proses untuk membangkitkan kunci publik dan kunci privat:

1. Bangkitkan bilangan prima p dan q. 2. n = p x q.

3. Φ(n) = (p-1)x(q-1)

4. e adalah bilangan dengan rentang 1< e < Φ(n), dengan gcd(e, Φ(n)) = 1

5. d = e-1 mod Φ(n)

(51)

Untuk implementasi dari pembangkit kunci RSA, maka dilakukan langkah berikut:

1. Dipilh bilangan prima p = 79, dan q = 97 dengan catatan nilai p dan q harus berbeda.

2. n = p x qn = 79 x 97 ⇒n = 7663.

3. Φ(n) = (p-1)x(q-1) ⇒Φ(n) = (79-1)x(97-1) ⇒Φ(n) = 7488

4. e dipilih antara 1 < e < 7488, dengan gcd(e, 7488) = 1, didapat e = 5. 5. d = e-1 mod Φ(n)d = 4494

6. Maka kunci publik yang didapat adalah e = 5 dan n = 7663 dan kunci privat

d = 4494.

Proses selanjutnya adalah mengenkripsi pesan. Pesan asli (plaintext) akan dienkripsi menggunakan rumus :

C = Pe mod n ……… (1)

Plaintext yang akan dienkripsi adalah : ILMU KOMPUTER

Maka terlebih dahulu huruf-huruf tersebut dikonversikan ke dalam desimal sesuai dengan tabel ASCII. Berdasarkan tabel ASCII, nilai dari kalimat plaintext adalah: I = 73

L = 76 M = 77 U = 85 (spasi) = 32 K = 75 O = 79 M = 77 P = 80 U = 85 T = 84 E = 69 R = 82

(52)

Untuk karakter “I” dengan nilai 73:

C = 735 mod 7663 = 203

Untuk karakter “L” dengan nilai 76:

C = 765 mod 7663 = 7262

Untuk karakter “M” dengan nilai 77:

C = 775 mod 7663 = 5656

Untuk karakter “U” dengan nilai 85:

C = 855 mod 7663 = 7359

Untuk karakter “(spasi)” dengan nilai 32:

C = 325 mod 7663 = 5818

Untuk karakter “K” dengan nilai 75:

C = 755 mod 7663 = 7350

Untuk karakter “O” dengan nilai 79:

C = 795 mod 7663 = 1738

Untuk karakter “M” dengan nilai 77:

C = 775 mod 7663 = 5656

Untuk karakter “P” dengan nilai 80:

C = 805 mod 7663 = 1581

Untuk karakter “U” dengan nilai 85:

(53)

Untuk karakter “T” dengan nilai 84:

C = 845 mod 7663 = 6522

Untuk karakter “E” dengan nilai 69:

C = 695 mod 7663 = 5386

Untuk karakter “R” dengan nilai 82:

C = 825 mod 7663 = 717

Maka didapat ciphertext :

203 7262 5656 7539 5818 7350 1738 5656 1581 7539 6522 5386 717

3.2.3.2Pemecahan Kunci Menggunakan Metode Universal Exponent Factoring

Metode Universal Exponent Factoring berfungsi untuk memecahkan bilangan prima dengan menginputkan nilai n. Pada sistem ini nilai n akan tersimpan secara otomatis pada bagian akhir ciphertext yang disimpan oleh user. Langkah-langkah dari metode Universal ExponentFactoring telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Implementasi dari metode ini adalah sebagai berikut :

Dalam implementasi ini kita ambil nilai n = 7663, dari implementasi enkripsi RSA sebelumnya.

Ambil nilai e dengan syarat 1 < e< n-1, maka didapat e = 7488 dan didapat

e = 2b*me = 26 *117

Dari nilai yang telah didapat akan dilanjutkan perhitungan berikut dengan nilai a

yang diambil = 2:

x0 = am(mod n) ⇒ x0 = 2117(mod 7663) ⇒ x0 = 7190 karena nilai x0 ≠ 1 (mod

7663), maka perhitungan akan dilanjutkan dengan rumus: xj≡�� −2 1(mod n) dengan

j = 1, 2, …, b.

(54)

x2≡�22−1(mod 7663) ⇒x1≡ 3082

x3≡�32−1(mod 7663) ⇒x1≡ 4267

x4≡�42−1(mod 7663) ⇒x1≡ 1

karena nilai x4 ≡ 1, maka gcd(xj-1 - 1, n) ⇒ gcd(x3 - 1, 7663) ⇒ 79 maka p = 79 dan q = 7663/79 = 97

3.2.3.3Tahapan Algoritma RSA (Rivest, Shamir, Adleman) untuk Dekripsi Pesan

Dengan nilai p dan q yang didapat dari proses pemecahan kunci sebelumnya, maka untuk mendekripsi ciphertext yang telah disimpan. Proses pembangkitan kunci untuk dekripsi sama dengan proses pembangkitan kunci untuk enkripsi. 1. p = 79, dan q = 97 dari proses pemecahn kunci sebelumnya.

2. n = 7663 didapat karena merupakan kunci publiki yang dipakai untuk memecahkan kunci..

3. Φ(n) = (p-1)x(q-1) ⇒Φ(n) = (79-1)x(97-1) ⇒Φ(n) = 7488

4. e dipilih antara 1 < e < 7488, dengan gcd(e, 7488) = 1, didapat e = 5. 5. d = e-1 mod Φ(n)d = 4494

6. Maka didapat kunci privat d = 4494.

Cipertext akan diedekripsi menggunakan rumus :

P = Cdmod n ……… (2)

Untuk nilai 203:

P = 2034494 mod 7663 = 73

P =73 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “I”

Untuk nilai 7262:

(55)

P = 76 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “L”

Untuk nilai 5656:

P = 56564494 mod 7663 = 77

P = 77 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “M”

Untuk nilai 7539:

P = 75394494 mod 7663 = 85

P = 85 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “U”

Untuk nilai 5818:

P = 58184494 mod 7663 = 32

P = 32 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “(spasi)”

Untuk nilai 7350:

P = 73504494 mod 7663 = 75

P = 75 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “K”

Untuk nilai 1738:

P = 17384494 mod 7663 = 79

P = 79 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “O”

Untuk nilai 5656:

P = 56564494 mod 7663 = 77

(56)

P = 15814494 mod 7663 = 80

P = 80 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “P”

Untuk nilai 7539:

P = 75394494 mod 7663 = 85

P = 85 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “U”

Untuk nilai 6522:

P = 65224494 mod 7663 = 84

P = 84 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “T”

Untuk nilai 5386:

P = 53864494 mod 7663 = 69

P = 69 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “E”

Untuk nilai 717:

P = 7174494 mod 7663 = 82

P = 82 dikonversi ke dalam simbol/karakter dalam ASCII menjadi “R”

Hasil akhir yang diperoleh yaitu “ILMU KOMPUTER” sesuai dengan plaintext

(57)

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1 Implementasi

Implementasi sistem dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman C#, dengan memakai Software Microsof Visual Studi 2010. Terdapat 3 form dalam sistem ini, form Mainform digunakan untuk memilih user yang akan menggunakan sistem, form enkripsi digunakan oleh user yang masuk sebagai

encryptor untuk mengenkripsi pesan, form pemecahan kunci digunakan oleh user

yang masuk sebagai cryptanalyst untuk memecahkan kunci dan mendekripsi pesan.

4.1.1 Mainform

Pada mainform ini user harus memilih akun log in yang terdiri atas encryptor atau

cryptanalyst. Encryptor hanya dapat melakukan enkripsi pesan, sedangkan

cryptanalyst dapat mendekripsi pesan dengan terlebih dahulu memecahkan nilai n

untuk mendapatkan kunci private yang digunakan.

(58)

4.1.2 Form Enkripsi

Form ini hanya dapat diakses oleh encryptor. Encryptor yang akan menenkripsi pesan dapat menginputkan 2 bilangan prima yang digunakan untuk kemudian dijadikan kunci publik dan kunci privat. Encryptor juga bebas memilih file yang akan didekripsi, dengan file berekstensi .txt atau file text.

Gambar 4.2 Form enkripsi pesan

Jika encryptor memasukkan bilangan yang bukan prima maka akan muncul dialog box

(59)

4.1.3 Form Pemecahan Kunci dan Dekripsi

Form ini hanya dapat diakses oleh cryptanalys. Cryptanalyst akan memecahkan kunci dengan menginputkan nilai n dari perkalian dua bilangan prima yang digunakan sebagi kunci dari proses enkripsi pesan. Cryptanalyst juga dapat menginputkan pesan yang akan didekripsi. Output yang dihasilkan yaitu form ini menampilkan bilangan prima yang digunakan, dan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan kunci. Untuk menyimpan pesan hasil dekripsi, dialog box akan muncul setelah kunci dipecahkan dan pesan didekripsi dengan benar, sehingga

cryptanalyst dapat menyimpan hasil dari dekripsi pesan.

Gambar 4.4 Form pemecahan kunci dan dekripsi

4.2 Pengujian

(60)

menginputkan nilai n. Pengujian ini dilakukan dengan erlebih dahulu mengenkripsi pesan. Kriteria pengujian sistem sebagi berikut:

1. Plaintext berupa file text yang telah terlebih dahulu disimpan didalam komputer dan kemudian ciphertext juga akan disimpan dalam bentuk file text.

2. Bilangan prima dipilih oleh user dan dinputkan sesuai pilihan.

3. Nilai n yang diinputkan telah disimpan pada akhir ciphertext yang disimpan. 4. Pengujian ini dilakukan dengan dengan perangkat keras yang memilki

spesifikasi notebook dengan prosesor AMD C-50 Processor (2 CPUs), 1 GHz dan RAM 2GB.

4.2.1 Proses Enkripsi

Dalam proses enkripsi, pesan yang akan dienkripsi adalah “ILMU KOMPUTER”. Dimisalkan bilangan prima yang dipilih untuk dijadikan kunci adalah 3557 dan 1777. Setelah dienkripsi ciphertext yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel1.

Tabel 4.1 Tabel Enkripsi Pengujian Sistem

P P (dalam desimal ASCII) C = Pe mod n

I 73 6173590

L 76 888987

M 77 1486465

U 85 6180036

(spasi) 32 1950487

K 75 2751000

O 79 5152945

M 77 1486465

P 80 2631298

U 85 6180036

T 84 4077895

E 69 2796466

(61)

Kunci privat dan kunci publik yang diperoleh pada pengujian ini dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.5 Form Enkripsi Pengujian Sistem

Maka ciphertext yang tersimpan dengan nama ciphertext.txt dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.6 Ciphertext Hasil Enkripsi Pengujian Sistem

(62)

Untuk memecahkan kunci dan mendekripsi pesan, maka cryptanalyst harus menginputkan nilai n serta ciphertext yang akan didekripsi. Nilai n diperoleh dari

ciphertext yang tersimpan dimana nilai n berada di bagian akhir dari ciphertext

tersebut.

Untuk pemecahan kunci, dalam pengujian cryptanalyst mendapat nilai n =

6320789. Maka dihasilkan pesan hasil dekripsi dan bilangan prima serta kunci yang dipakai seperti pada gambar 4.6.

Gambar 4.7 Form Pemecahan Kunci pada Pengujian

Dari gambar 4.5 dan gambar 4.7 dapat dilihat pada pengujian ini, bilangan prima, kunci publik dan kunci privat yang digunakan sama dan file dapat didekripsi dengan baik.

(63)

Untuk enkripsi dan pengujian pemecahan kunci dilakukan 10 kali percobaan dalam kelompok digit nilai n. Kelompok digit nilai n dimulai dari 3 digit sampai 20 digit nilai n. Masing-masing melalui 10 kali percobaan dengan nilai n yang berbeda-beda. Berikut hasil pengujian masing-masing kelompok digit nilai n.

1. Nilai n sebanyak 3 digit

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.2 Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 3 digit

Percobaan ke- Nilai n Bilangan

prima1

Bilangan

prima2 Waktu

1 413 7 59 00:00:00.0045868

2 667 23 29 00:00:00.0020933

3 989 23 43 00:00:00.0013370

4 427 7 61 00:00:00.0012087

5 341 11 31 00:00:00.0015043

6 371 7 53 00:00:00.0040224

7 781 11 71 00:00:00.0016838

8 611 47 13 00:00:00.0013750

9 583 53 11 00:00:00.0017485

10 527 31 17 00:00:00.0015309

Waktu rata-rata enkripsi pesan dengan 3 digit nilai n adalah 0.00210907 detik.

Tabel 4.3 Pengujian pemecahan kunci dengan nilai n sebanyak 3 digit

Percobaan ke- Nilai n Bilangan

prima1

Bilangan

prima2 Waktu

1 413 7 59 00:00:00.0239581

2 667 23 29 00:00:00.0084727

3 989 23 43 00:00:00.0124285

4 427 7 61 00:00:00.0050024

5 341 11 31 00:00:00.0168121

6 371 7 53 00:00:00.0058838

(64)

8 611 47 13 00:00:00.0039434

9 649 59 11 00:00:00.0198813

10 527 31 17 00:00:00.0055996

Waktu rata-rata pemecahan kunci dengan 3 digit nilai n adalah 0.01117229 detik. detik.

2. Nilai n sebanyak 4 digit

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5.

Tabel 4.4 : Pengujian Enkripsi Pesan dengan nilai n sebanyak 4 digit

Percobaan ke- Nilai n Bilangan

prima1

Bilangan

prima2 Waktu

1 1207 17 71 00:00:00.0018470

2 2881 67 43 00:00:00.0023672

3 3827 43 89 00:00:00.0042984

4 6499 67 97 00:00:00.0065067

5 1111 11 101 00:00:00.0018860

6 8579 23 373 00:00:00.0029983

7 8051 83 97 00:00:00.0044585

8 7063 7 1009 00:00:00.0051101

9 9797 101 97 00:00:00.0041661

10 3937 127 31 00:00:00.0022379

Waktu rata-rata enkripsi pesan dengan 4 digit nilai n adalah 0.00358762 detik.

Tabel 4.5 : Pengujian pemecahan kunci dengan nilai n sebanyak 4 digit

Percobaan ke- Nilai n Bilangan

prima1

Bilangan

prima2 Waktu

1 1207 17 71 00:00:00.0209013

2 2881 67 43 00:00:00.0211116

3 3827 43 89 00:00:00.0255220

4 6499 67 97 00:00:00.1089693

Gambar

Gambar 3.2 Use case Diagram yang akan Dikembangkan
Gambar 3.3 Activity Diagram untuk Proses Enkripsi
Gambar 3.4 Activity Diagram untuk Proses Pemecahan Kunci dan Dekripsi
Gambar 3.5 Sequence Diagram Proses Enkripsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kapasitas lendutan, daktalitas dan kekakuan dari struktur balok beton bertulang yang diperkuat GFRP dengan perendaman air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja dan komitmen organisasional berpengaruh signifikan negatif terhadap turnover intention terhadap turnover intention,

Putusan Pengadilan Negeri Tangerang ini patut diapresiasi karena sekalipun perjanjian antara Penggugat dan Tergugat itu sah dan mengikat sesuai Pasal 1320 KUH Perdata

Hasil pengukuran volume telapak kaki tikus putih yang diberi suspensi asam 3-klorobenzoil salisilat dosis 30mg/kgBB secara i.p.. Hasil pengukuran volume telapak kaki

Etnografi sebagai metode tertua dalam riset kualitatif sangat penting untuk penelitian-penelitian social yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu (1) menggali

isolat fungi endofit LBKURCC67 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat dilakukan pada kondisi suhu annealing 41°C dan menggunakan pasangan primer ITS4

Apakah Faktor Fundamental yang diukur dengan Current Ratio , Return on Equity , Long Tern Debt to Equity Ratio , Total Asset Turn Over , dan Faktor Makroekonomi yang diukur

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Perkantoran Baru Kabupaten Banjar, yang selanjutnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Perkantoran