• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor"

Copied!
284
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN

INDUSTRI PRODUK OLAHAN MINYAK PALA DALAM

RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN BOGOR

LUSIANAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

STRATEGI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN

INDUSTRI PRODUK OLAHAN MINYAK PALA DALAM

RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN BOGOR

LUSIANAH

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITU R

2009

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

ogor, Mei 2009

Lusianah B

(4)

udul Tugas Akhir : Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor

ama : Lusianah

NRP : F 352064015

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc J

N

Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A Notodiputro, MS

(5)

LUSIA

Bertolak dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan bahan

gunakan untuk merumuskan strateg

an kemuda

RINGKASAN

NAH. Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan NURHENI SRI PALUPI.

Minyak pala (nutmeg oil) sebagai salah satu produk minyak atsiri merupakan salah satu produk ikutan (by product) komoditas pala yang banyak memiliki produk olahan, diantaranya untuk industri makanan dan minuman, parfum dan kosmetika, sabun, farmasi dll. Biji dan fuli pala sebagai penghasil minyak atsiri serta produk olahannya belum banyak mendapatkan perhatian serius untuk dikembangkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor.

baku minyak pala yang baik bagi industri produk olahan unggulan minyak pala di lokasi yang potensial di Kabupaten Bogor; (2) menganalisis kelayakan dan potensi pengembangan industri; serta (3) merumuskan strategi pengembangan industri tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Salah satu cara menentukan bahan baku minyak pala yang baik bagi industri produk olahan unggulan minyak pala di lokasi yang potensial di Kabupaten Bogor adalah melalui pemilihan metode destilasi, pemilihan produk unggulan, dan pemilihan lokasi potensial pengembangan industri, yang ketiganya dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk penyaringan alternatif dengan metode brain storming dan teknik wawancara langsung dengan pakar serta jajak pendapat melalui alat bantu pengisian kuesioner. Untuk menilai kelayakan investasi industri produk olahan minyak pala adalah dengan menggunakan tolok ukur finansial yang meliputi net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net B/C ratio, pay back period (PBP), dan analisis sensitivitas. Untuk menentukan posisi industri produk olahan minyak pala digunakan analisis evaluasi faktor internal dan eksternal, dan matriks internal eksternal. Bobot dan nilai akhir dari setiap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri juga ditentukan oleh responden pakar melalui alat bantu pengisian kuesioner dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Hasil analisis SWOT di

i alternatif dalam pengembangan industri produk kosmetik dan parfum, dan metode analytical hierarchy process (AHP) berguna untuk menentukan strategi prioritas. Kedua alat analisis terakhir tersebut juga menggunakan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh pakar, dan dibantu sofware expert choice 2000 untuk pengolahan data.

Penyaringan alternatif dan kriteria dengan metode MPE menentukan metode destilasi minyak pala yang terpilih berdasarkan pendapat responden pakar adalah metode uap langsung, dengan kriteria kemudahan proses dan sesuai dengan dana yang tersedia sebagai kriteria dengan bobot tertinggi. Sedangkan produk kosmetik dan termasuk parfum di dalamnya sebagai produk olahan unggulan terpilih, dengan kriteria kemudahan pasar, nilai ekonomis, d

(6)

i layak dan menguntungkan untuk dikembangkan lebih lanj

kebijakan pemerintah yang mendukung pengem

di Kabuapten Bogor, peningkatan kualitas SDM dan teknologi, pembangunan pusat informasi pala, serta perbaikan kebijakan dan kelembagaan.

diperoleh hasil bahwa perluasan areal kebun pala dan pola kemitraan sebagai strategi yang harus di rangka pengembangan industri.

Kata kuci : minyak pala, Kabupaten ogor, prospek pengembangan industri, prioritas strategi

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan untuk pengembangan industri, dengan kriteria kemudahan transportasi, akses konsumen, keamanan berusaha, dan luas lahan sebagai kriteria dengan bobot tertinggi dalam penentuan lokasi industri.

Industri kosmetika dan parfum berbahan dasar minyak pala sebagai produk olahan terpilih dinila

ut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Diperoleh nilai NPV sebesar Rp4 362 473 952.00 pada tingkat suku bunga 16,5% per tahun lebih besar daripada nilai sekarang investasi. IRR 47,2% dengan tingkat discount rate 16,5% dan 8%, IRR lebih besar dari nilai discount rate. Nilai Net B/C sebesar 1,11, nilai Net B/C lebih dari satu.

Berdasarkan analisa matriks IFE dan EFE diperoleh hasil bahwa faktor yang menjadi kekuatan bagi pengembangan industri produk olahan minyak pala adalah budidaya pala yang telah lama ada/turun temurun (0,315) dan tersedianya sumber daya lahan yang cukup luas (0,248). Sedangkan faktor kelemahan yang penting diperhatikan adalah sistem informasi yang belum memadai (0,316) dan aspek kelembagaan yang belum efektif (0,316). Dari sisi faktor eksternal, yang menjadi peluang terbesar adalah

bangan agroindustri (0,620), dilain pihak ancaman yang berpengaruh paling besar adalah banyaknya pungutan-pungutan liar (0,801) yang merugikan dan menghambat industri untuk berkembang. Hasil akhir analisa matrik IFE dan EFE adalah posisi industri produk olahan minyak pala berada pada kuadran II atau posisi sel dua (pertumbuhan).

Dari hasil analisis matriks SWOT dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yaitu perluasan areal kebun pala, pembangunan sentra produk olahan minyak pala, pola kemitraan, pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan yang ada

Sedangkan tujuan akhir dari penelitian yakni alternatif strategi diatas yang menjadi prioritas

prioritaskan dalam

(7)

ABSTRACT

ties. Many of nutmeg oil’s product were used for food’s industr

te destilation method of nutmeg oil, a product that will be dev

ratio 1,11. SWOT analysis showed that nutmeg oil downstream industry located at egy, and by used this analysis we can formulate sev

strategy to empower The Bogor Regency’s society by means cosmetic’s industry is extensification of nutmeg area and corporate community relationship. Keywords: nutmeg oil, Bogor, prospect industry, developing strategy

LUSIANAH. Developing Strategy and Prospect of Nutmeg Oil Downstream Industry in order to Empower The Bogor Regency’s Society. Under direction of MUHAMMAD SYAMSUN and NURHENI SRI PALUPI.

Nutmeg oil is one of essential oil products of economically important nutmeg commodi

y, astringent, cosmetics, soap, medicines, and so on. The purpose of this research, was to get a good quality nutmeg oil as raw material for nutmeg oil’s downstream industry, to analize the feasibility of the construction of the industry, and to formulate developing strategy of nutmeg oil’s downstream industry in Bogor Regency.

The datas were collected by experts use exponential comparisons method (MPE) to choose appropria

elop in Bogor and also potential location to develop the industry’s fabric. To know appropriate strategy to empower the Bogor Regency’s society by means of the industry, first it was necessary to know the position of downstream industry using SWOT analysis and to formulate appropriate strategy using Analytical Hierarchy Process (AHP).

The appropriate destilation method of nutmeg oil that were choosen by experts is direct steam method, the product that were choosen by experts is cosmetic’s product, and the potential location is Ciomas Regency. Based on feasibility analysis nutmeg oil downstream industry has potencial prospect in Bogor Regency. Market aspect shows that the industry is very needed in Bogor. The human resource aspect also shows that there are a lot of productive ages that can be required in the industry. Financial aspect signed that investation of the industry bring profit based on NPV that is Rp4 362 473 952.00 , IRR 47,2% per year with discount rate 16,5% and 8% per year, PBP 11,5 month, and B/C second quadrant. It means that the industry supported aggressive strat

(8)

i Negeri (UMPTN) ke Univer

Kota sejak 1996 dan di Sentra Kredit Kecil Jakarta Kota sejak 2001 hingga 2005 berpangkat Asisten Manajer pada Unit

redit. Sejak tahun 2005 hingga April 2009 penulis menempati posisi sebagai nalis Pembiayaan Besar pada Unit Pemasaran Bisnis Bank BNI Divisi Usaha yariah Kantor Besar Sudirman.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Nopember 1970 dari ayah Achmad Sumantri dan ibu Sunayah (Alm). Penulis merupakan putri ke tujuh dari duabelas bersaudara.

Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi Ujian Masuk Perguruan Tingg

sitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Penulis memilih Program Studi Ekonomi Moneter, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah IPB.

Berbekal Ijazah Strata I, penulis diterima bekerja pada Bank BNI dan ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta

K A S

(9)

saikan. Judul kas 1. gera 2. 3

ulan data yang

4.

demikian besar, Mbak Widi, Bpk. Acep atas

5.

6. suk Mbak Vera dan Mas Haer atas

7. h membantu dan memberi dukungan dalam bentuk

sek lis sebagai manusia, terlupa

menyebutkannya disini dan juga karena keterbatasan tempat, Penulis mohon ma

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2009

Penulis

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Menguasai dan Menggenggam seluruh mahluk-Nya, karena hanya dengan pertolongan dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil disele

dari tugas akhir ini adalah “STRATEGI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI PRODUK OLAHAN MINYAK PALA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT di KABUPATEN BOGOR”

Dengan selesainya tugas akhir ini, Penulis tidak lupa mengucapkan terima ih yang tulus kepada pihak-pihak yang turut membantu, yaitu :

Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan Ibu Dr. Ir.Nurheni Sri Palupi, MSi selaku Komisi Pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku Penguji Luar Komisi yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, menguji, memberi pengarahan, membuka wawasan Penulis, serta memberi semangat dan motivasi bagi Penulis untuk se menyelesaikan tugas akhir ini.

Seluruh staff pengajar di MPI IPB yang telah memberikan ilmu sebagai modal Penulis untuk mengamalkan ilmu yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Responden Pakar yang telah bermurah hati menyediakan waktu dan pemikiran untuk mengisi kuesioner dan membantu dalam pengump

diperlukan, Ibu Ir. Prasetiowati ; Bapak Ir. Dedi Supriadi, MSc; Bapak Edy Wibowo, STP,MP; Ibu Diah S.R, S.Hut; Bapak Drs. Edy Sapto Hartanto, Bapak Drs. Ma’mun, BSc; dan Bapak Drs. M. Hadad. E.A.

Khusus kepada Ibu Ir. Nanan Nurdjannah, Bapak. Yudi R, STP atas sumbangsih pemikiran yang

inspirasinya serta bantuannya diawal penyusunan tugas akhir ini, serta tidak lupa Mas Haryanto atas segala bantuan moril dari awal hingga akhir penyusunan tugas akhir ini.

Mama (Alm, semoga Allah selalu menyayangi Beliau, sebagaimana kasih sayang dan didikannya sejak Penulis kecil hingga dewasa), Abah, Bapak, Ibu, selaku orang tua dan mertua Penulis yang tidak henti-hentinya berdoa. Kakak, adik, putera-puteri tercinta (Hanum dan Bagas) dan seluruh keluarga besar yang penulis miliki, atas kasih sayang dan persaudaraan yang tulus dan ikhlas.

Seluruh teman-teman MPI Angk-9 terma

segala support dan dukungannya, seluruh rekan-rekan di BNI Divisi Usaha Syariah atas pengertian dan kesempatan yang diberikan selama proses perkuliahan dan penyusunan tugas akhir.

Semua pihak yang tela

(10)

DAFTAR ISI :

.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

2.4.3 2.5 DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tanaman Pala ... 8

2.1.1 Mengenal Tanaman Pala ... 8

2.1.2 Pemanfaatan Tanaman Pala ... 9

2.1.3 Minyak Pala (Nutmeg Oil) ... 11

2.2 Manajemen Teknologi Agribisnis ... 12

2.2.1 Teori Manajemen Teknologi Agribisnis ... 12

2.2.2 Metode Perbandingan Eksponential (MPE) ... 14

2.3 Analisis Kelayakan Proyek Investasi ... 15

2.3.1 Definisi Proyek ... 15

2.3.2 Analisis Finansial ... 16

2.4 Manajemen Strategis ... 20

2.4.1 Teori Manajemen Strategis ... 20

2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 22

Analisis Matrik SWOT ... 23

Perencanaan Industri ... 23

2.5.1 Teori Perencanaan Industri ... 23

2.5.2 Metode Proses Hierarki Analisis (AHP) ... 24

2.6 Profil Kabupaten Bogor ... 25

(11)

STRATEGI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN

INDUSTRI PRODUK OLAHAN MINYAK PALA DALAM

RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN BOGOR

LUSIANAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

STRATEGI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN

INDUSTRI PRODUK OLAHAN MINYAK PALA DALAM

RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN BOGOR

LUSIANAH

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITU R

2009

(13)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

ogor, Mei 2009

Lusianah B

(14)

udul Tugas Akhir : Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor

ama : Lusianah

NRP : F 352064015

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc J

N

Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A Notodiputro, MS

(15)

LUSIA

Bertolak dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan bahan

gunakan untuk merumuskan strateg

an kemuda

RINGKASAN

NAH. Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan NURHENI SRI PALUPI.

Minyak pala (nutmeg oil) sebagai salah satu produk minyak atsiri merupakan salah satu produk ikutan (by product) komoditas pala yang banyak memiliki produk olahan, diantaranya untuk industri makanan dan minuman, parfum dan kosmetika, sabun, farmasi dll. Biji dan fuli pala sebagai penghasil minyak atsiri serta produk olahannya belum banyak mendapatkan perhatian serius untuk dikembangkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor.

baku minyak pala yang baik bagi industri produk olahan unggulan minyak pala di lokasi yang potensial di Kabupaten Bogor; (2) menganalisis kelayakan dan potensi pengembangan industri; serta (3) merumuskan strategi pengembangan industri tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Salah satu cara menentukan bahan baku minyak pala yang baik bagi industri produk olahan unggulan minyak pala di lokasi yang potensial di Kabupaten Bogor adalah melalui pemilihan metode destilasi, pemilihan produk unggulan, dan pemilihan lokasi potensial pengembangan industri, yang ketiganya dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk penyaringan alternatif dengan metode brain storming dan teknik wawancara langsung dengan pakar serta jajak pendapat melalui alat bantu pengisian kuesioner. Untuk menilai kelayakan investasi industri produk olahan minyak pala adalah dengan menggunakan tolok ukur finansial yang meliputi net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net B/C ratio, pay back period (PBP), dan analisis sensitivitas. Untuk menentukan posisi industri produk olahan minyak pala digunakan analisis evaluasi faktor internal dan eksternal, dan matriks internal eksternal. Bobot dan nilai akhir dari setiap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri juga ditentukan oleh responden pakar melalui alat bantu pengisian kuesioner dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Hasil analisis SWOT di

i alternatif dalam pengembangan industri produk kosmetik dan parfum, dan metode analytical hierarchy process (AHP) berguna untuk menentukan strategi prioritas. Kedua alat analisis terakhir tersebut juga menggunakan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh pakar, dan dibantu sofware expert choice 2000 untuk pengolahan data.

Penyaringan alternatif dan kriteria dengan metode MPE menentukan metode destilasi minyak pala yang terpilih berdasarkan pendapat responden pakar adalah metode uap langsung, dengan kriteria kemudahan proses dan sesuai dengan dana yang tersedia sebagai kriteria dengan bobot tertinggi. Sedangkan produk kosmetik dan termasuk parfum di dalamnya sebagai produk olahan unggulan terpilih, dengan kriteria kemudahan pasar, nilai ekonomis, d

(16)

i layak dan menguntungkan untuk dikembangkan lebih lanj

kebijakan pemerintah yang mendukung pengem

di Kabuapten Bogor, peningkatan kualitas SDM dan teknologi, pembangunan pusat informasi pala, serta perbaikan kebijakan dan kelembagaan.

diperoleh hasil bahwa perluasan areal kebun pala dan pola kemitraan sebagai strategi yang harus di rangka pengembangan industri.

Kata kuci : minyak pala, Kabupaten ogor, prospek pengembangan industri, prioritas strategi

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan untuk pengembangan industri, dengan kriteria kemudahan transportasi, akses konsumen, keamanan berusaha, dan luas lahan sebagai kriteria dengan bobot tertinggi dalam penentuan lokasi industri.

Industri kosmetika dan parfum berbahan dasar minyak pala sebagai produk olahan terpilih dinila

ut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Diperoleh nilai NPV sebesar Rp4 362 473 952.00 pada tingkat suku bunga 16,5% per tahun lebih besar daripada nilai sekarang investasi. IRR 47,2% dengan tingkat discount rate 16,5% dan 8%, IRR lebih besar dari nilai discount rate. Nilai Net B/C sebesar 1,11, nilai Net B/C lebih dari satu.

Berdasarkan analisa matriks IFE dan EFE diperoleh hasil bahwa faktor yang menjadi kekuatan bagi pengembangan industri produk olahan minyak pala adalah budidaya pala yang telah lama ada/turun temurun (0,315) dan tersedianya sumber daya lahan yang cukup luas (0,248). Sedangkan faktor kelemahan yang penting diperhatikan adalah sistem informasi yang belum memadai (0,316) dan aspek kelembagaan yang belum efektif (0,316). Dari sisi faktor eksternal, yang menjadi peluang terbesar adalah

bangan agroindustri (0,620), dilain pihak ancaman yang berpengaruh paling besar adalah banyaknya pungutan-pungutan liar (0,801) yang merugikan dan menghambat industri untuk berkembang. Hasil akhir analisa matrik IFE dan EFE adalah posisi industri produk olahan minyak pala berada pada kuadran II atau posisi sel dua (pertumbuhan).

Dari hasil analisis matriks SWOT dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yaitu perluasan areal kebun pala, pembangunan sentra produk olahan minyak pala, pola kemitraan, pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan yang ada

Sedangkan tujuan akhir dari penelitian yakni alternatif strategi diatas yang menjadi prioritas

prioritaskan dalam

(17)

ABSTRACT

ties. Many of nutmeg oil’s product were used for food’s industr

te destilation method of nutmeg oil, a product that will be dev

ratio 1,11. SWOT analysis showed that nutmeg oil downstream industry located at egy, and by used this analysis we can formulate sev

strategy to empower The Bogor Regency’s society by means cosmetic’s industry is extensification of nutmeg area and corporate community relationship. Keywords: nutmeg oil, Bogor, prospect industry, developing strategy

LUSIANAH. Developing Strategy and Prospect of Nutmeg Oil Downstream Industry in order to Empower The Bogor Regency’s Society. Under direction of MUHAMMAD SYAMSUN and NURHENI SRI PALUPI.

Nutmeg oil is one of essential oil products of economically important nutmeg commodi

y, astringent, cosmetics, soap, medicines, and so on. The purpose of this research, was to get a good quality nutmeg oil as raw material for nutmeg oil’s downstream industry, to analize the feasibility of the construction of the industry, and to formulate developing strategy of nutmeg oil’s downstream industry in Bogor Regency.

The datas were collected by experts use exponential comparisons method (MPE) to choose appropria

elop in Bogor and also potential location to develop the industry’s fabric. To know appropriate strategy to empower the Bogor Regency’s society by means of the industry, first it was necessary to know the position of downstream industry using SWOT analysis and to formulate appropriate strategy using Analytical Hierarchy Process (AHP).

The appropriate destilation method of nutmeg oil that were choosen by experts is direct steam method, the product that were choosen by experts is cosmetic’s product, and the potential location is Ciomas Regency. Based on feasibility analysis nutmeg oil downstream industry has potencial prospect in Bogor Regency. Market aspect shows that the industry is very needed in Bogor. The human resource aspect also shows that there are a lot of productive ages that can be required in the industry. Financial aspect signed that investation of the industry bring profit based on NPV that is Rp4 362 473 952.00 , IRR 47,2% per year with discount rate 16,5% and 8% per year, PBP 11,5 month, and B/C second quadrant. It means that the industry supported aggressive strat

(18)

i Negeri (UMPTN) ke Univer

Kota sejak 1996 dan di Sentra Kredit Kecil Jakarta Kota sejak 2001 hingga 2005 berpangkat Asisten Manajer pada Unit

redit. Sejak tahun 2005 hingga April 2009 penulis menempati posisi sebagai nalis Pembiayaan Besar pada Unit Pemasaran Bisnis Bank BNI Divisi Usaha yariah Kantor Besar Sudirman.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Nopember 1970 dari ayah Achmad Sumantri dan ibu Sunayah (Alm). Penulis merupakan putri ke tujuh dari duabelas bersaudara.

Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi Ujian Masuk Perguruan Tingg

sitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Penulis memilih Program Studi Ekonomi Moneter, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah IPB.

Berbekal Ijazah Strata I, penulis diterima bekerja pada Bank BNI dan ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta

K A S

(19)

saikan. Judul kas 1. gera 2. 3

ulan data yang

4.

demikian besar, Mbak Widi, Bpk. Acep atas

5.

6. suk Mbak Vera dan Mas Haer atas

7. h membantu dan memberi dukungan dalam bentuk

sek lis sebagai manusia, terlupa

menyebutkannya disini dan juga karena keterbatasan tempat, Penulis mohon ma

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2009

Penulis

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Menguasai dan Menggenggam seluruh mahluk-Nya, karena hanya dengan pertolongan dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil disele

dari tugas akhir ini adalah “STRATEGI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI PRODUK OLAHAN MINYAK PALA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT di KABUPATEN BOGOR”

Dengan selesainya tugas akhir ini, Penulis tidak lupa mengucapkan terima ih yang tulus kepada pihak-pihak yang turut membantu, yaitu :

Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan Ibu Dr. Ir.Nurheni Sri Palupi, MSi selaku Komisi Pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku Penguji Luar Komisi yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, menguji, memberi pengarahan, membuka wawasan Penulis, serta memberi semangat dan motivasi bagi Penulis untuk se menyelesaikan tugas akhir ini.

Seluruh staff pengajar di MPI IPB yang telah memberikan ilmu sebagai modal Penulis untuk mengamalkan ilmu yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Responden Pakar yang telah bermurah hati menyediakan waktu dan pemikiran untuk mengisi kuesioner dan membantu dalam pengump

diperlukan, Ibu Ir. Prasetiowati ; Bapak Ir. Dedi Supriadi, MSc; Bapak Edy Wibowo, STP,MP; Ibu Diah S.R, S.Hut; Bapak Drs. Edy Sapto Hartanto, Bapak Drs. Ma’mun, BSc; dan Bapak Drs. M. Hadad. E.A.

Khusus kepada Ibu Ir. Nanan Nurdjannah, Bapak. Yudi R, STP atas sumbangsih pemikiran yang

inspirasinya serta bantuannya diawal penyusunan tugas akhir ini, serta tidak lupa Mas Haryanto atas segala bantuan moril dari awal hingga akhir penyusunan tugas akhir ini.

Mama (Alm, semoga Allah selalu menyayangi Beliau, sebagaimana kasih sayang dan didikannya sejak Penulis kecil hingga dewasa), Abah, Bapak, Ibu, selaku orang tua dan mertua Penulis yang tidak henti-hentinya berdoa. Kakak, adik, putera-puteri tercinta (Hanum dan Bagas) dan seluruh keluarga besar yang penulis miliki, atas kasih sayang dan persaudaraan yang tulus dan ikhlas.

Seluruh teman-teman MPI Angk-9 terma

segala support dan dukungannya, seluruh rekan-rekan di BNI Divisi Usaha Syariah atas pengertian dan kesempatan yang diberikan selama proses perkuliahan dan penyusunan tugas akhir.

Semua pihak yang tela

(20)

DAFTAR ISI :

.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

2.4.3 2.5 DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tanaman Pala ... 8

2.1.1 Mengenal Tanaman Pala ... 8

2.1.2 Pemanfaatan Tanaman Pala ... 9

2.1.3 Minyak Pala (Nutmeg Oil) ... 11

2.2 Manajemen Teknologi Agribisnis ... 12

2.2.1 Teori Manajemen Teknologi Agribisnis ... 12

2.2.2 Metode Perbandingan Eksponential (MPE) ... 14

2.3 Analisis Kelayakan Proyek Investasi ... 15

2.3.1 Definisi Proyek ... 15

2.3.2 Analisis Finansial ... 16

2.4 Manajemen Strategis ... 20

2.4.1 Teori Manajemen Strategis ... 20

2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 22

Analisis Matrik SWOT ... 23

Perencanaan Industri ... 23

2.5.1 Teori Perencanaan Industri ... 23

2.5.2 Metode Proses Hierarki Analisis (AHP) ... 24

2.6 Profil Kabupaten Bogor ... 25

(21)

2.6.4.1 Visi dan Misi ... 27

... 33

3.3.3 Analisis Aspek Teknis dan Teknologis ... 40

. 42 2.6.2 Pemerintahan ... 26

2.6.3 Demografi ... 27

2.6.4 Kebijakan Penyelenggaraan Pemerintahan ... 27

2.6.4.2 Strategi dan Arah Kebijakan ... 27

III METODOLOGI ... 33

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33

3.1.1 Penentuan Metode Destilasi ... 3.1.2 Penentuan Produk Olahan Unggulan Minyak Pala ... 33

3.1.3 Penentuan Lokasi Industri Produk Olahan Unggulan Minyak Pala ... 34

3.1.4 Analisa Kelayakan Industri ... 34

3.1.5 Penentuan Posisi Industri ... 35

3.1.6 Perumusan Strategi Sesuai dengan Posisi Industri ... 35

3.1.7 Pemilihan Strategi Prioritas ... 35

3.2 Pengumpulan Data ... 37

3.3 Analisis Data dan Pengolahan Hasil ……... 39

3.3.1 Analisis Kelayakan Usaha ... 39

3.3.2 Analisis Permintaan ... 39

3.3.4 Pengolahan Hasil ... 40

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Metode Destilasi, Produk Unggulan, dan Lokasi Industri ………. 42

4.1.1 Metode Destilasi Minyak Pala …..………...……… 4.1.2 Produk Olahan Unggulan Minyak Pala ...………. 45

4.1.3 Lokasi Potensial Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala ... 50

4.2 Analisis Kelayakan Industri Produk Olahan Minyak Pala …….... 55

4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran …... 55

4.2.2 Aspek Teknis dan Teknologis ... 58

(22)

.

. 75

4.3.2 Prioritas Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan

V

Kesimpulan ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN ... 95 4.2.4 Aspek Ekonomi dan Keuangan ... 60 4.2.4.1 Biaya Investasi ... 60 4.2.4.2 Biaya Operasional ... 61 4.2.4.3 Sumber dan Struktur Pembiayaan ... 62 4.2.4.4 Harga dan Prakiraan Penerimaan ... 63 4.2.4.5 Proyeksi Arus Kas ... 64 4.2.4.6 Break Event Point (BEP) ... 66 4.2.4.7 Pay Back Period (PBP) …... 66 4.2.4.8 Kelayakan Investasi ... 66 4.2.4.9 Analisis Sensitivitas ... 67 4.3 Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala 68 4.3.1 Penentuan Posisi Industri Produk Olahan Minyak Pala . 68 4.3.1.1 Faktor Internal ... 68 4.3.1.2 Faktor Eksternal ... 71 4.3.1.3 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ... 73 4.3.1.4 Matriks Internal Eksternal ...

4.3.1.5 Matriks SWOT ... 77

Minyak Pala ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN ... 90 7.1

(23)

DAFTAR TABEL

.

No Teks Halaman

2

4

36

47

52

62

65

77 1 Volume dan Nilai Ekspor Lima Komoditas Minyak Atsiri

Terbesar Indonesia tahun 2002 ... 2 Volume dan Nilai Ekspor serta Harga FOB Minyak Pala Indonesia

Tahun 1998 – 2002 ………. 3

3 Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Bogor ……. 4 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Pala Rakyat di Kabupaten

Bogor Menurut Kecamatan Tahun 2006 ………... 5 5 Nilai dan Definisi Skala Perbandingan Pada AHP ………... 25 6. Tahap Penelitian Berdasarkan Target Keluaran ...

7 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala ... 42 8 Penentuan Produk Olahan Unggulan Minyak Pala ………….……

9 Penentuan Lokasi Potensial Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala ...

10 Kesesuaian Lingkungan Tanaman Pala ... 52 11 Kebutuhan Biaya Investasi ... 60 12 Kebutuhan Biaya Operasional Per Bulan ... 61 13 Struktur Pembiayaan Industri Kosmetik ...

14 Angsuran Pembiayaan Investasi dan Modal Kerja Industri

Kosmetik ... 63 15 Asumsi Proyeksi Arus Kas ...

16 Proyeksi Pendapatan Industri Kosmetik yang Merupakan Produk

Olahan Minyak Pala ... 65 17 Rekapitulasi Perhitungan NPV, IRR, PBP, dan B/C Ratio ... 67 18 Analisis Sensitifitas Industri Kosmetik ... 68 19 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ……… 73 20 Matriks External Factor Evaluation(EFE) ………... 75 21 Matrik SWOT Industri Produk Olahan Minyak Pala ...

(24)

... 80 3

... 83 4 .

... 84 5

Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk

Olahan Minyak Pala ……..…... 85 Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk

Olahan Minyak Pala ……..…... 2 Bobot dan Prioritas Elemen Aktor Pemberdayaan Masyarakat

Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala ……..…... 2 Bobot dan Prioritas Elemen Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

(25)

DAFTAR GAMBAR

.

No Teks Halaman

77

Minyak Pala ... 81 1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 38 2 Posisi Industri Produk Olahan Minyak Pala ...

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

.

No Teks Halaman 96

97

98 4.

99

101 6.

103 7.

103

103

104

105

106

106

106 1. Daftar Responden Pakar ...

2. Perhitungan Bobot Kriteria Pemilihan Metode

Destilasi, Pemilihan Produk Unggulan, dan Pemilihan Lokasi Industri Produk Olahan Minyak Pala ... 3. Perhitungan Skor Alternatif pada Kriteria Pemilihan

Metode Destilasi ... Perhitungan Skor Alternatif pada Kriteria Pemilihan Produk Unggulan ... 5. Perhitungan Skor Alternatif pada Kriteria Pemilihan

Lokasi Industri ... Biaya Variabel Industri Kosmetik yang Merupakan Produk Olahan Minyak Pala ... Biaya Tetap Industri Kosmetik yang Merupakan Produk Olahan Minyak Pala ... 8. Perhitungan Titik Impas / BEP pada Industri

Kosmetik ... 9. Biaya Tenaga Kerja Industri Kosmetik yang Merupakan

Produk Olahan Minyak Pala ... 10. Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk

Kosmetik dan Minyak Pala pada Kapasitas Penuh... 11. Perhitungan Pokok dan Margin Pembiayaan Investasi

Industri Kosmetik ... 12. Perhitungan Pokok dan Margin Pembiayaan Modal Kerja

Industri Kosmetik ... 13. Perhitungan Jadwal Angsuran Industri Kosmetik

(27)

% 109 7

6. Hasil Pengolahan Expert Choice 2000 terhadap Prioritas

Alternatif Strategi dengan Metode AHP ... 120 Setara 16,5% dan Kondisi Normal ... 107 15. Arus Kas Industri Kosmetik Pada Tingkat Margin

Setara 16,5% dan Kondisi Harga Jual Turun 5% ... 108 16. Arus Kas Industri Kosmetik Pada Tingkat Margin

Setara 16,5% dan Kondisi Harga Bahan Baku Naik 10 1 Arus Kas Industri Kosmetik Pada Tingkat Margin

Setara 16,5% dan Kondisi Harga Jual Turun 5% dan

Harga Bahan Baku Naik 10% ... 110 18. Pembobotan terhadap Faktor Internal Kekuatan dan

Kelemahan Industri Produk Olahan Minyak Pala ... 111 19. Hasil Penggabungan Pembobotan Faktor Internal

Kekuatan dan Kelemahan ... 113 20. Pembobotan terhadap Faktor Eksternal Peluang dan

Ancaman Industri Produk Olahan Minyak Pala ... 114 21. Hasil Penggabungan Pembobotan Faktor Eksternal

Peluang dan Ancaman ... 115 22. Perhitungan Rating Kekuatan, Kelemahan, Peluang,

dan Ancaman Industri Produk Olahan Minyak Pala ... 116 23. Hasil Pengolahan Expert Choice 2000 terhadap Prioritas

Faktor dengan Metode AHP ... 117 24. Hasil Pengolahan Expert Choice 2000 terhadap Prioritas

Aktor dengan Metode AHP ... 118 25. Hasil Pengolahan Expert Choice 2000 terhadap Prioritas

(28)

I PENDAHULUAN

1.1 La

itas dan nilai tambah serta akan

mpetitif dimanfaatkan. tar Belakang

Strategi pembangunan Indonesia seharusnya didasarkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia. Hal ini berarti pembangunan perekonomian nasional harus dikembangkan dengan bertumpu pada sektor yang didukung oleh sumberdaya domestik dan memiliki peluang usaha, yang merupakan sinergi antara pertanian, agroindustri, dan jasa-jasa yang menunjang pertanian. Membangun sistem dan usaha-usaha pertanian dan agroindustri yang kuat berarti membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan sehingga terjadi keseimbangan antar sektor dan antar wilayah. Salah satu sektor yang sangat ditunjang oleh sumber daya domestik adalah sektor agroindustri. Membangun agroindustri yang kuat berarti membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan dan keseimbangan antar sektor dan antar wilayah. Manfaat yang diperoleh dari pengembangan agroindustri salah satunya adalah meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktiv

menumbuhkan industri di pedesaan dan memperluas lapangan pekerjaan di desa (Erlina 2006).

(29)

Kondis

tal nilai ekspor minyak atsiri nasional. Volume dan nilai ekspor lima jenis minyak atsiri terbesar Indonesia pada tahun 2002 dapat

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor Li as Minyak A sia tahun 2002 (BPS 20

i tersebut merupakan hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia.

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, disamping berjenis-jenis komoditi perkebunan ekonomis lainnya. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris (minyak atsiri) dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 – 15% minyak etheris dan 30 – 40% lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 – 18% minyak etheris dan 20-30% lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji). Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan, asinan, atau jelly. Biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan, dan lain-lainnya. Minyak pala merupakan salah satu dari lima jenis minyak atsiri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai ekspor minyak atsiri nasional. Kontribusi kelima jenis minyak atsiri tersebut mencapai angka 70% dari to

dilihat pada Tabel 1 berikut.

ma Komodit tsiri terbesar

Indone 03).

2002 Jenis Minyak Atsiri

Volume (kg) Nilai (US $)

Minyak Nilam 1 295 379.00 $ 22 526 142.00

Minyak Pala 295

nyak Serai Dappres 106 315.00 $ 775 564.00

Minyak Minyak

089.00 $ 9 273 112.00 Mi

Akar Wangi 75 714.00 $ 1 078 451.00

Kayu Manis 176.00 $ 3 276.00

Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhan pala dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainya sedangkan 60% kebutuhan pala dunia dipenuhi Indonesia, yakni berupa biji pala dan selaput biji (fuli) kering, yang dapat menghasilkan devisa cukup besar (Sunanto 1993).

(30)

banyaknya produk yang dihasil

tahun ke tahun.

Volum B minyak pala Indonesia selama lima

Tabel 2 Volume da i Ekspor serta Harga FOB Minyak Pala Indonesia Tahun 1998 – 2002 (BPS 2003)

kspor Harga

(US $

banyak memiliki kegunaan. Dari pemaparan diatas, beragam produk dapat dihasilkan melalui penggunaan minyak pala. Belum diketahui secara pasti berapa banyak kebutuhan bahan minyak pala yang diperlukan oleh kalangan industri dalam negeri. Minyak pala pada umumnya digunakan dalam industri makanan dan minuman, industri parfum dan kosmetik, industri sabun, industri farmasi dan lain-lain (Purseglove et al. 1981), melihat cukup

kan oleh bahan ini di berbagai industri, merupakan faktor yang menunjukkan potensi yang dimiliki oleh minyak pala.

Nilai ekspor minyak pala Indonesia berfluktuasi dari e dan nilai ekspor serta harga FO

tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. n Nila

Tahun Volume E

(Kg)

Nilai Ekspor (US $)

FOB / Kg)

1998 382 100 $ 10 014 413.00 26.21

1999 383 725 $ 10 046 165 .00 26.18

2000 350 544 $ 9 109 814.00 25.99

2001 2002

495 021 $ 14 782 076.00 29.86

295 089 $ 9 273 112.00 31.42

Minyak pala diperoleh dengan cara melakukan penyulingan terhadap biji dan fuli pala. Metode penyulingan yang digunakan dapat berupa penyulingan uap (steam destillation) maupun penyulingan dengan uap dan air (steam and water distillation). Kadang-kadang juga dilakukan penyulingan dengan air atau kohobasi. Penyulingan dengan air dan uap menghasilkan minyak dengan mutu yang paling baik, sedangkan cara kohobasi menghasilkan minyak pala dengan mutu y

Untuk ang bervariasi dan berada dibawah standar mutu yang ada (Purseglove et al. 1981).

(31)

stakeho

sar negara. Perkebunan Besar Swasta. dan Perkebunan Rakyat. Adapun luas dan produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten

T l 3 Produksi Perk akyat di Kabupaten D spertan Bogor 2007)

Jenis Luas Produksi (Ton O Keterangan lders terkait perlu berperan aktif mensosialisasikan teknologi pasca panen anjuran kepada para petani/pengrajin minyak atsiri termasuk minyak pala.

Di Kabupaten Bogor, hasil perkebunan juga turut menyumbangkan hasil dalam rangka peningkatan pendapatan daerah disamping sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dilihat dari sektor pembentuk PDRB pada tahun 2005, tiga sektor terbesar penyumbang PDRB di Kabupaten Bogor adalah sektor industri pengolahan (51.07%), sektor perdagangan, hotel restoran (16.76%) dan sektor pertanian termasuk perkebunan (9.31%) (PDRB Kab Bogor 2006). Hasil perkebunan Kabupaten Bogor dibedakan menjadi Perkebunan Be

Bogor dapat dilihat dalam Tabel 3.

abe Luas dan ebunan R Bogor ( i

Kab.

No (Ha) lahan)

1 Cengkeh 1 111.21 294.14

2 Kopi 2 1

a 8 7 7

Hibrida 1 1

3 3

1 9

i

38.7 1

anis 13 Melinjo

Kakao 4.80 0.41 Bahan mentah

15

193.15 278.31

3 Pala 595.50 137.87

4 Kelap 409.21 57.42

5 Kelapa 62.00 51.20

6 Karet 49.00 52.09

7 Aren 30.00 7.21

8 Vanil 35.00 13.05

9 Lada 38.00 0

10 Kapolaga 34.50 8.26

11 The 19.50 82.70

12 Kayu M 19.00 -

299.00 315.00

14

Kemiri 40.00 -

Jumlah 13 499.87 10 526.34

[image:31.595.106.532.381.620.2]
(32)
[image:32.595.99.548.173.362.2]

Tabel 4 Lu da e a te r men

eal Tana a) i (

lain. Sepuluh kecamatan yang memiliki luas areal dan produksi perkebunan pala

besar d upaten Bo Tabel 4 be

rakyat ter i Kab as Areal

uru

gor dapat dilihat pada rikut. n Produksi P

atan Tahun 2006 (Dispertan Kab Bogor 2006)

rkebunan Pal Rakyat di Kabupa n Bogo t Kecam

Luas Ar man (H Produks Ton)

Kecamatan La dit Tan b Menghas ( Ta Mengha Tan

Tua/R M O

Ba Pem ( Luas/ Baku/ han yg empati (Ha) aman elum ilkan BM) T naman silkan (TM) aman usak Bahan entah Hasil lahan nyak ilik KK)

Cigudeg 54.00 8.30 38.94 7.06 51.40 12.85 543

Dramaga

1 1

1 1

1 2 1 2 1

Ciawi 31.0 320

Nanggun 211

S 140

S 165

37.00 5.54 25.99 4.51 34.30 8.58 363

Ciomas Taman Sari

43.00 6.63 31.09 5.64 41.04 0.26 433

46.00 7.39 34.13 6.08 45.05 1.26 503

Caringin Cijeruk 15.68 03.35 7.91 6.13 32.12 75.14 5.68 3.44 42.40 99.18 0.60 4.80 472 060

0 4.91 23.00 4.17 30.37 7.59

g 21.00 3.22 15.12 2.74 19.96 4.99

ukajaya 19.00 2.15 10.06 1.82 13.28 3.32

ukaraja 16.50 2.53 11.87 2.15 15.67 3.92

Pala merupakan salah satu komoditas yang tidak diatur tata niaganya oleh pemerintah, sehingga harga pala di tingkat petani ditentukan mekanisme pasar bebas. Petani pala di Kabupaten Bogor bebas menjual hasil panennya kepada para pedagang pengumpul, baik berupa buah pala (gelondong) maupun biji berikut fuli. Dari informasi pendahuluan di salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yakni Desa Sukamantri Kecamatan Taman Sari, para pemilik kebun biasa menjual hasil p

ningkatkan nilai tambah tidak hanya buah pala sebagai produk manisan, tetapi j

ala tanpa mempertimbangkan dengan lebih fokus pada alternatif pemanfaatannya untuk dijadikan sebagai suatu produk agroindustri yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, seperti produk minyak atsiri salah satunya.

Pengolahan Pala di Kabupaten Bogor masih sederhana, pemanfaatan buah pala sebagai manisan dan bahan makanan lain adalah pengolahan yang banyak dijumpai pada industri rumah tangga di Kabupaten Bogor. Biji dan fuli pala sebagai penghasil minyak atsiri serta pengolahannya belum banyak mendapatkan perhatian serius untuk dikembangkan. Diversifikasi pengolahan perlu dilakukan untuk me

(33)

produk

olahan minyak pala (nutmeg oil) yang dapat memberdayakan masyarakat di pkan dengan adanya agroindustri produk olahan minyak pala in

dikaji dalam perencanaan agroindustri produk olahan minyak pala di Kabupaten

1. yang baik bagi industri

. Bagaimana analisis kelayakan dan potensi usaha pengembangan industri ak pala di Kabupaten Bogor?

3. Bag

1.3

dite

ala, di lokasi yang potensial di Kabupaten Bogor.

. Menganalisis kelayakan dan potensi usaha pengembangan industri produk Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan produksi minyak atsiri terutama untuk tujuan ekspor, antara lain produk yang dihasilkan terjamin mutunya, harganya kompetitif, dan adanya kontinuitas

si. Sementara faktor lain yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan produk olahan yaitu peningkatan teknologi, rekayasa proses, teknik analisis, serta rancang bangun alat yang tepat guna yang ditunjang secara kuat dengan penelitian dan pengembangan terapan (Lutony & Rahmayati 2002).

Oleh karena itu perlu adanya suatu perencanaan agroindustri produk

Kabupaten Bogor. Dihara

i akan meningkatkan peran pala sebagai penghasil devisa negara, nilai tambah produk serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat Kabupaten Bogor.

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah, maka hal penting yang harus diketahui dan

Bogor adalah :

Bagaimana menentukan bahan baku minyak pala

produk olahan unggulan minyak pala, di lokasi yang potensial di Kabupaten Bogor?

2

produk olahan miny

aimana strategi pengembangan industri produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor?

. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tapkan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Menentukan bahan baku minyak pala yang baik bagi industri produk olahan unggulan minyak p

2

(34)

Me

layakan finansial. Fokus terakhir dari ruang lingkup penelitian ini adalah penentu

n aspek kelayakan finansial dalam enelitian ini dibatasi untuk jenis produk olahan unggulan minyak pala yang erbatasan sumber data dengan belum adanya industri produk

t bagi peneliti terutama dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari. Hasil keluaran dari penelitian ini juga dapat membantu peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian yang lebih spesifik mengenai pengembangan industri produk olahan minyak pala sebagai upaya pemberdayaan masyarak

3. rumuskan strategi pengembangan industri produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini difokuskan pada pemilihan metode destilasi minyak pala, pemilihan produk olahan unggulan minyak pala, dan pemilihan lokasi paling potensial untuk mendirikan industri produk olahan minyak pala. Pemilihan metode destilasi, pemilihan produk unggulan, dan lokasi, didasarkan pada penilaian orang-orang yang kompeten dalam pengembangan industri produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor. Selain itu ruang lingkup penelitian ini juga difokuskan pada analisa kelayakan usaha berdasarkan aspek pasar/permintaan, aspek teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia, dan aspek ke

an posisi industri produk olahan minyak pala, perumusan alternatif strategi pengembangan industri, serta pemilihan strategi prioritas dalam pengembangan industri produk olahan minyak pala yang berlokasi di Kabupaten Bogor.

Analisa kelayakan usaha berdasarka p

belum spesifik, karena ket

olahan minyak pala di Kabupaten Bogor maupun di luar Kabupaten Bogor.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaa

(35)

AN PUSTAKA

n sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya (Depta

, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produk

berkisar antara 1.5 – 4.5 cm dengan lebar 1 – 2.5 cm

II TINJAU

2.1 Tanaman Pala

2.1.1 Mengenal Tanaman Pala

Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Malaise Archipel yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya, bahka

n Irian Jaya 1986). Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera (Sunanto 1993).

Pala adalah tanaman daerah tropis yang memiliki 200 spesies, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga

sinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula. Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa kelebihan dibanding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas.

Buah pala berasal dari keluarga Myristicaceae. Pohon berkayu yang tingginya bisa mencapai 15 meter. Jika musim berbuah, pohon ini akan muncul bunga disetiap ujung ranting dan menjadi buah bergerombol berwarna hijau kekuningan. Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan, apabila masak buah akan terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 – 9 cm, daging buahnya tebal berwarna keputihan, buah ini berasa getir terkadang asam dan mengandung banyak getah. Biji berbentuk lonjong sampai bulat, panjangnya

(36)

naman pala memiliki mahko

sampai tanaman berumur 60 – 70 tahun. Dalam setahun tanaman pala dapat iasanya waktunya tidak sama. Umumnya buah p

gkan dari bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristis

mak, juga sangat baik dan sangat

kemerahan yang menyelimuti biji pala menyerupai jala. Warna fuli kadang-kadang putih kekuning-kuningan

Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, ta

ta yang rindang, dengan tinggi batang 10 – 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 – 15 cm, lebar 3 – 7 cm dengan panjang tangkai daun 0.7 – 1.5 cm.

Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan pada umur 10 tahun sudah berproduksi secara menguntungkan. Produksinya akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Hal tersebut berlangsung terus

dipetik dua kali, yang setiap daerah b

ala dipanen setelah cukup tua, yang ditandai dengan merekahnya buah, umurnya +/- 6 bulan sejak berbunga (Deptan Irian Jaya 1986).

2.1.2 Pemanfaatan Tanaman Pala

Berdasarkan hasil riset penelitian yang dilakukan National Science and Technology Authority, dalam bukunya Guidebook on the proper use of medicinal plants, buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan daging buah pala misalnya, terkandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedan

in, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat (Sutomo 2006). Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala juga menghasilkan minyak atsiri.

Fuli disebut juga dengan “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri, seperti halnya biji pala, namun biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Daging buah pala selain mengandung minyak atsiri dan zat sa

(37)

mpir semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang berman

tah), nyeri haid, rematik dll (Sutomo

perl Pros beb a.

k

ahun 2010 pangsa

b.

d. , merupakan pasar

dalam negeri yang potensial bagi produsen pala. Hal ini perlu diantisipasi sedini mungkin supaya pala lokal tidak kalah bersaing dengan pala dari luar buah pala. Minyak atsiri yang dihasilkan tanaman pala sendiri banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.

Ha

faat bagi kesehatan, diantaranya dapat membantu mengobati masuk angin, insomnia (gangguan susah tidur), bersifat stomakik (memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan), karminatif (memperlancar buang angin), antiemetik (mengatasi rasa mual mau mun

2006).

Pala sebagai salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa negara u terus didorong peningkatannya baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

pek pengembangan komoditi pala untuk masa depan cukup baik, mengingat erapa hal yang mendukungnya seperti:

Sebagai salah satu komoditas penghasil minyak atsiri, minyak pala sangat berpeluang untuk dikembangkan mengingat peruntukan penggunaannya masih terbuka luas dengan berkembangnya industri makanan, obat-obatan, aromaterapi, dan lain sebagainya. Menurut Kemala (1999) proyeksi nilai impor minyak atsiri dunia dan nilai ekspor minyak atsiri Indonesia dengan menggunakan persamaan regresi menunjukkan bahwa nilai ekspor minya atsiri Indonesia semakin jauh dari nilai impor minyak atsiri dunia, yang artinya bahwa pangsa pasar Indonesia semakin kecil, pada t

pasar Indonesia hanya 1.7%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar minyak atsiri Indonesia di pasaran luar negeri (Internasional) masih terbuka luas dan laju ekspor Indonesia saat ini masih dapat dan harus ditingkatkan. Permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat, tidak kurang dari 60% kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia.

c. Lahan potensial untuk pengembangan tanaman pala masih tersedia cukup luas. Dengan potensi sumberdaya alam yang besar serta umur tanaman pala yang relatif masih muda atau tanaman belum menghasilkan masih cukup luas, disamping dimilikinya potensi kesesuaian lahan (lingkungan), maka di masa mendatang Indonesia dapat menjadi produsen utama pala dunia.

(38)

.

. Upaya pengembangan pala yang dilaksanakan kiranya harus emenuhi kualitas yang telah menjadi standar dunia, sehingga pala Indonesia ih baik bila dibandingkan dengan negara produs

nutmeg oil dan mace oil sekitar 7 – 15%, antara lain m

i campu

negeri. Adanya kecenderungan industri skala kelompok tani/rumah tangga antara lain karena investasi dan biaya produksi lebih rendah, lebih efisien, lebih fleksibel dan dapat melayani permintaan pasar baru

e. Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa kelebihan dibanding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas.

Berdasarkan kondisi diatas, pengusahaan pala di Indonesia mempunyai prospek untuk ditingkatkan

m

mempunyai daya saing yang leb en lainnya.

2.1.3 Minyak Pala (Nutmeg Oil)

Nutmeg Oil yaitu minyak hasil sulingan serbuk biji pala, sedangkan penyulingan fuli menghasilkan mace oil. Didalam dunia perdagangan, kedua jenis minyak ini tidak dibedakan karena terdapat kesamaan unsur-unsur penyususn yang dikandungnya. Rendemen

engandung unsur-unsur eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrole, terpene, aldehid, dan unsur lain yang berupa cairan bebas (Lutony & Rahmayati 2002).

Minyak pala diperoleh dengan cara melakukan penyulingan terhadap biji dan fuli pala. Biji yang biasa digunakan dalam penyulingan biji pala adalah biji muda karena mempunyai kandungan minyak yang lebih tinggi. Minyak pala berwarna kuning pucat sampai tak berwarna, mudah menguap, dan mempunyai bau khas pala (Nurdjanah et al. 1990). Sifat-sifat minyak dari biji tidak berbeda dengan minyak dari fuli pala. Bahkan, kebanyakan minyak pala dihasilkan dar

ran biji dan fuli pala. Minyak pala jika dibiarkan di udara terbuka akan berubah menjadi kental karena terjadi peristiwa polimerasi dan berbau terpentin atau berbau campuran yang tidak menyenangkan (Lutony & Rahmayati 2002).

(39)

eberapa keuntungan sebaga

la Indonesia, atau rata-rata mencapai 2 992 621 US dollar per tah

ka Serikat sebesar 185 346 kg atau senilai US$ 6 266 476. Jumlah tersebut k pala Indonesia pada tahun 2002 yang

US$ 9 273 112 (BPS 2003). 2.2 M

dang agribisnis menjadi sangat luas, mulai

komponen-komponen pembentuk flavor lainnya. Selain mengandung minyak atsiri yang mengandung aroma, oleoresin juga mnegandung resin dan senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap yang menentukan rasa khas rempah. Penggunaan oleoresin pada industri pangan mempunyai b

i berikut : (1) mutu produk lebih seragam dan terkontrol, (2) pemakaian lebih ekonomis dan efisien karena sudah berbentuk ekstrak rempah, dan (3) mudah dalam penanganannya (Risfaheri & Mulyono 1992).

Berdasarkan laju peningkatan ekspor, minyak pala merupakan jenis minyak atsiri yang menunjukkan laju peningkatan nilai ekspor Indonesia tertinggi yaitu 34.6% per tahun, atau rata-rata meningkat 1 722 849 US dollar per tahun (BPS 2000). Amerika Serikat saat ini masih merupakan negara tujuan ekspor utama minyak pala Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata sebesar 60% dari total nilai ekspor minyak pa

un. Selain Amerika Serikat, negara tujuan ekspor Indonesia lainnya adalah Jerman, Perancis, Singapura, Australia, Switzerland, India, Singapura, dan Malaysia (BPS 2000).

Pada tahun 2002 volume ekspor minyak pala Indonesia ke Ameri

merupakan 62% dari total ekspor minya

mencapai volume sebesar 295 089 kg atau senilai anajemen Teknologi Agribisnis

2.2.1 Teori Manajemen Teknologi Agribisnis

Manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai tambah suatu teknologi dengan melakukan proses manajemen yang tepat. Adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan manajemen teknologi dalam bi

dari perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka mencapai nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen (Gumbira Said 2001).

(40)

dalam operasi perusahaan secara keseluruhan,

4) imp

ope campur terdiri

1. salnya berupa mesin atau

2.

m mengelola

3.

asi yang diperoleh melalui media elektronik lain dan juga

4.

ang dibutuhkan, metode pendanaan, jaringan kerja. Komponen tersebut disebut juga orgaware yang mengkoordinasikan semua aktifitas produksi di suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

teknologi, 2) manajemen litbang yang juga menentukan kelayakan suatu proyek, 3) integrasi teknologi ke

lementasi teknologi-teknologi baru pada suatu produk atau proses, dan 5) keusangan/obsolescence dan penggantian/replacement (Gaynor 1991, diacu dalam Gumbira Said 2001).

Pengertian teknologi selama ini sering dikonotasikan sebagai peralatan fisik yang digunakan oleh industri atau perusahaan untuk melakukan kegiatan rasionalnya. Padahal, fasilitas fisik tersebut tidak akan bernilai apa-apa tanpa tangan manusia dan kondisi lingkungan kerja. Teknologi secara utuh dari empat komponen (Sharif 1993, diacu dalam Gumbira Said 2001) yaitu

Perangkat keras (fasilitas berwujud fisik), mi

peralatan yang digunakan dalam suatu industri. Komponen tersebut disebut juga technoware yang memberdayakan fisik manusia dan mengontrol kegiatan operasional transformasi.

Perangkat manusia (berwujud kemampuan manusia); misalnya ketrampilan, pengetahuan, keahlian, dan kreativitas dala

ketiga komponen teknologi lainnya di bidang agribisnis. Komponen tersebut disebut juga humanware yang memberikan ide pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi untuk keperluan produksi.

Perangkat informasi (berwujud dokumen fakta); misalnya website di internet, inform

media cetak. Komponen di atas disebut juga infoware yang mempercepat proses pembelajaran, mempersingkat waktu operasional, dan penghematan sumber daya.

(41)

2.2.2 Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahap n proses. MPE ini akan mengha asilkan nilai alternatif yang perbedaannya kontras. Langkah-langkah dalam menggunakan MPE sebagai berikut :

b. an relatif setiap pilihan keputusan

iap pilihan keputusan

d. al skor pada setiap alternatif.

pai nilai terendah.

Formu natif dalam MPE adalah :

... (1)

kriteria ke-j

... mlah alternatif

...(2) a. Menyusun kriteria yang akan dikaji.

Menentukan derajat kepenting pada setiap kriteria keputusan.

c. Menentukan derajat kepentingan relatif set pada setiap kriteria keputusan.

Menentukan tot

e. Mengurutkan total skor pada setiap alternatif

f. Mengurutkan total skor setiap alternatif dari nilai tertinggi sam

lasi perhitungan skor untuk setiap alter

krit j

Skor 1 = Σ (Nilai ji) ... Skor i = nilai skor dari alternatif ke-1 Nilai ij = nilai dari alternatif ke-I pada Krit j = Tingkat kepentingan kriteria ke-j i = 1,2,3, ,n : ju

j = 1,2,3,...,m : Jumlah kriteria m TKK j

Total nilai (Tni) = Σ (RK ij) ...

j=1

Keterangan :

RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i T

m = jumlah kriteria keputusan

(42)

tif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusa

Keleb

1. MPE memberikan suatu skala untuk mengukur

hal-4. MPE tidak memaksakan konsensus,

sil yang representatif dari berbagai penilaian

Keku

1. E

2.

engan pengalaman dan padangan/ilmu yang berbeda-beda tentang obyek permasalahan dapat memberikan hasil bias (Marimin

2.3 Analisis Kelayakan Proyek Investasi

Penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alterna

n akan relatif berbeda secara nyata karena danya fungsi eksponensial. ihan Metode MPE :

Terukur, karena

hal yang menggambarkan nilai urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial).

2. Tidak rumit, karena MPE mudah dimengerti bagi yang menggunakannya untuk memecahkan suatu persoalan.

3. Konsisten, karena MPE melacak konsistensi logis dari alternatif-alternatif yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas. Penilaian dan konsensus, karena

dalam memperoleh ha

yang berbeda (Marimin 2005). rangan Metode MPE :

Hasil akhir untuk mengambil keputusan yang dihasilkan oleh MP diperoleh dari pertimbangan beberapa depertemen yang terkait, tetapi sering yang menanggapi kuesioner bukan orang yang tepat. Keputusan yang diambil dari responden yang lebih dari satu orang pakar d

2005).

2.3.1 Definisi Proyek

(43)

enjadi alat agar penggunaan umberdaya tersebut dapat menciptakan pendapatan.

2.3.2 A

erimaan, baik yang telah terjadi maupun yang d

st Ratio/BCR), dan tingkat pengembalian interna

penerimaan kas bersih di masa mendatang (Husnan dan Suwarsono, 1999).

nunjukkan manfaat yang diperoleh setiap p

(Gittinger 1986). IRR adalah tingkat bunga yang membuat nilai NPV dari pertumbuhan dan tujuan-tujuan lainnya. Analisis proyek menyediakan informasi proyek-proyek yang dipilih untuk dilaksanakan lalu m

s

nalisis Finansial

Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat yang diperoleh untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama proyek tersebut dijalankan/umur ekonomis proyek (Gittinger 1986). Pada analisis finansial, variabel yang digunakan adalah harga riil dari apa yang benar-benar terjadi. Analisis dilakukan dengan membuat aliran kas atau jumlah pengeluaran dan jumlah pen

iproyeksikan di masa mendatang.

Evaluasi manfaat dan biaya dimasa lalu, harus dikonversikan terlebih dahulu dengan menggunakan compound factors yaitu (1+i)t. Sedangkan manfaat dan biaya yang diproyeksikan di masa mendatang, dikonversikan kedalam nilai saat ini atau present value dengan menggunakan discount factors (1+i)-t. Selanjutnya dilakukan uji sensitivitas untuk menguji kelayakan finansial usaha. Kriteria kelayakan usaha dilihat dari beberapa parameter yaitu Net Present Value (NPV), rasio biaya manfaat (Benefit Co

l (Internal Rate of Return/IRR).

Analisis aliran kas dilakukan untuk mengetahui besarnya arus kas yang diperoleh dari selisih manfaat dan biaya. Sedangkan nilai manfaat sekarang neto (NPV) merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang

Gittinger (1986) mengemukakan bahwa rasio manfaat biaya (BCR) merupakan perbandingan antara Present Value manfaat dan Present Value biaya. Jadi dengan kata lain, maka BCR dapat me

enambahan satu rupiah pengeluaran.

(44)

kegiatan usaha sama dengan nol. Rincian formula masing-masing analisis financial adalah sebagai berikut :

a. NPV (Net Present Value)

NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari keuntungan dan biaya. Formulasi yang digunakan untuk menghitung NPV adalah:

n t

NPV = Σ (Bt - Ct) / (1 + i)

t =1

Keterangan : Bt = Penerimaan kotor tahun ke – t N = Umur ekonomi

Ct = Biaya kotor tahun ke-t I = tingkat suku bunga

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR tingkat investasi adalah tingkat suku bunga (discount rate) yang menunjukkan nilai sekarang nettp (NPV) sama dengan jumlah keseluruhan investasi proyek. Formulasi dari IRR adalah :

n t

Σ (Bt - Ct) / (1 + IRR) = 0

t =1

Keterangan : Bt = Keuntungan kotor tahun ke – t N = Umur ekonomi

Ct = Biaya kotor tahun ke-t

Jika nilai Net B/C lebih besar dari satu maka proyek atau industri dinyatakan layak (Husnan & Suwarsono 1999).

c. Waktu Pengembalian Modal (Payback Period)

Secara sederhana PBP dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Formula PBP adalah :

(45)

d. Analisis Sensitivitas

Apabila suatu rencana proyek sudah diputuskan untuk dilaksanakan dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan dan hasil evaluasi (NPV, BC Ratio, IRR), dalam kenyataannya terjadi perhitungan yang meleset yang disebabkan oleh fluktuasi harga baik pada saat proyek ini mulai dikerjakan (in the implementation stage) maupun pada saat proyek mulai berproduksi (in the operation period). Dengan adanya kemungkinan tersebut harus diadakan analisis kembali untuk mengetahui sampai dimanakah dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian (adjustment) sehubungan dengan adanya perubahan tersebut. Tindakan ini dinamakan analisis sensitivitas (Gittinger 1993).

Analisis sensitivitas adalah kegiatan meneliti kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan benefit. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini sangat penting, karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

e. Metode Peramalan

(46)

dengan sumber data dan informasi yang kredibel dan pengumpulan data primer lainnya (Sutojo 2000).

Sering terdapat waktu senjang (time lag) antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang (lead time) ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan tidak diperlukan. Jika waktu tenggang ini panjang dan hasil peristiwa akhir bergantung pada faktor-faktor yang dapat diketahui, maka perencanaan dapat memegang peranan penting. Dalam situasi seperti itu peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul, sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan (Makridakis et al. 1998).

Makridakis et al. (1998) juga menyatakan bahwa peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. Organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan, berusaha menduga faktor-faktor lingkungan, lalu memilih tindakan yang diharapkan akan menghasilkan pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungannya pada hal-hal yang belum pasti.

Peramalan memainkan peranan yang penting karena berkaitan dengan : 1. Penjadwalan sumber daya yang tersedia. Penggunaan sumber daya yang

efisien memerlukan penjadwalan produksi, transportasi, kas, personalia, dan sebagainya. Input yang penting untuk penjadwalan seperti itu adalah ramalan tingkat permintaan untuk produk, bahan, tenaga kerja, finansial, atau jasa pela

Gambar

Tabel 3   Luas dan Produksi Perkakyat di Kabupaten D spertan  Bogor  2007) ebunan RBogor  ( iKab.
Tabel 4  Ludaea ter menas Areal urun Produksi Patan Tahun 2006 (Dispertan Kab Bogor  2006) rkebunan Pal  Rakyat di Kabupa n Bogot Kecam
Tabel 6  Tahap Penelitian Berdasarkan Target Keluaran
Tabel 6  Tahap Penelitian Berdasarkan Target Keluaran (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi hasil analisis tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian Eljelly dan Alghurair (2010), Aloysius (2004) dan Che et al (2008), yang menyatakan bahwa

Dalam pengelolaan risiko supply chain , kepentingan dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam supply chain harus diperhatikan untuk keberlangsungan dari

Menariknya di Indonesia, secara historis hampir diketahui banyaknya komunitas, partai, golongan, kelas, paham keislaman yang terklasifikasikan itu merupakan

Pemetaan kinerja keuangan kabupaten/kota di Propinsi Jambi yaitu PAD dalam membiayai belanja operasional,belanja modal dan belanja tak terduga ada tujuh (7)

Kesenjangan antara jumlah pejabat pengawas dan Auditee, Kurangnya Pemahaman Pejabat/Aparatur tentang tugas dan tanggung jawabnya didalam menindaklanjuti hasil temuan

dilaksanakan sejak awal proyek sampai dengan saat ini dibandingkan dengan seluruh target yang ditetapkan dalam proposal; 2) hasil yang dicapai pada pelaksanaan program tahun 2009

Sedangkan berbicara formal antara lain, diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan bercerita (dalam situasi formal). Pembagian atau klasifikasi seperti ini bersifat

Terakhir tentunya harus disadari bahwa peran pemerintah sudah jelas secara ekonomi adalah pihak yang dapat memperbaiki kegagalan mekanisme pasar, dalam hal ini gagalnya mekanisme