• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I-IV Laporan Praktek Industri Identifikasi hama Tungau Secara Mikroskopis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I-IV Laporan Praktek Industri Identifikasi hama Tungau Secara Mikroskopis"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor beberapa jenis komoditi hasil perairan seperti rumput laut, karena rumput laut merupakan bagian dari potensi keanekaragaman hayati yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Indonesia merupakan eksportir rumput laut terbesar di dunia dan terpenting di Asia, karena mampu memenuhi sekitar 60 – 70 persen kebutuhan pasar dunia, yang diekspor ke China, Cile, Philipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Jepang, Korea selatan, Eropa, Afrika dan Amerika (Samsi 2014)

Produk rumput laut yang dihasilkan Indonesia sebagian besar adalah produk dalam bentuk rumput laut kering dan bahan setengah jadi atau dalam bentuk tepung, yang mempunyai mutu terbaik dibandingkan dengan negara-negara lainnya sehingga sangat diminati. Industri penghasil produk rumput laut diharapkan bisa menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) rumput laut yang dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan produk rumput laut yang berkualitas dan terjamin keamanannya, dapat meningkatkan daya saingnya ke pasar yang lebih luas. Persyaratan SNI mencakup persyaratan bahan baku, persyaratan produk dan persyaratan penaganan dan pengolahan (Handoyo 2014).

Komoditi rumput laut sebelum diekspor, disimpan dalam gudang penyimpanan untuk beberapa bulan, sehingga rawan terserang oleh organisme seperti tungau dan akibantnya dapat mempengaruhi kualits produk rumput laut yang dihasilkan

(2)

Pemeriksaan Tungau secara mikroskopis di laboratorium di seluruh unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Karantina Pertanian dituntut dapat bekerja secara cepat, tepat dan akurat, agar salah satu fungsi Karantina Tumbuhan dalam hal pelayanan publik dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian arus lalu lintas komoditi pertanian baik yang masuk dari luar negeri (impor) ataupun yang keluar negeri (ekspor) dan juga antar pulau (domestik) dapat berjalan lancar tanpa hambatan.(Nawisah. 2015)

Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Karantina Pertanian dalam melaksanakan pemeriksaan Tungau secara mikroskopis yang tidak berorientasi pada target organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan tungau belum termasuk persyaratan dalam SNI pada komoditi rumput laut akan tetapi keberadaan tungau di penyimpanan perlu mendapat perhatian karena dapat menjadi vector beberapa spesies jamur yang menghasilkan toksin.

Keberadaan tungau pada komoditas penyimpanan rumput laut bila tidak diperhatikan akan menyebabkan kerugian yang tak terhitung juga akan ditolak pasar domestik dan internasional.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum mengenai pengidentifikasian tungau yang terbawa oleh komoditi secara mikroskopis sehingga dapat diketahui keberadaanya yang dapat berpengaruh pada kualitas produk rumput laut yang dihasilkan.

B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam kegiatan Praktek Industri (PI) ini, mengenai identifikasi keberadaan tungau pada komoditi rumput laut secara mikroskopis di BBKP Makassar.

C. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan praktek industri ini adalah :

1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di bangku kuliah.

(3)

3. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu pada tempat kegiatan praktek, yaitu pengetahuan tentang identifikasi keberadaan tungau pada komoditi rumput laut secara mikroskopis

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat yang ingin dicapai dalam kegiatan praktek ini adalah : 1. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan.

b. Menambah wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja.

c. Menambah dan meningkatkan keterampilan serta keahlian di bidang praktek khususnya identifikasi keberadaan tungau pada komoditi rumput laut secara mikroskopis

2. Bagi Universitas

a. Meningkatkan kemampuan pengajar agar memberikan kuliah yang relevan dengan dunia kerja

b. Membina hubungan antara perguruan tinggi dengan instansi. 3. Bagi Instansi

a. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan instansi, sehingga instansi tersebut dikenal oleh kalangan akademis

b. Instansi tersebut akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa -mahasiswa yang melakukan praktek.

E. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktek industri ini dilakukan pada Instansi Balai Besar Karantina Pertanian Makassar (BBKP), selama kurang lebih dua bulan, tercatat mulai pada tanggal 06 Juni s/d 27 Agustus 2015.

F. Batasan Masalah

(4)
(5)

BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI

A. Sejarah Karantina Pertanian

Pada Tahun 1877 sudah dicetuskan peraturan perundang undangan yang berkait dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad No.262) tentang larangan pemasukan tanaman kopi dan biji kopi dari Srilanka.

Pada tahun 1914 sebagai tindak lanjut dari Ordonansi 28 Januari 1914 (Staatsblad No.161) penyelenggaraan kegiatan perkarantinaan secara institusional di Indonesia secara nyata baru dimulai oleh sebuah organisasi pemerintah bernama Instituut voor Plantenzekten en Cultures (Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya).

Pada tahun 1930 pelaksanaan kegiatan operasional karantina di pelabuhan-pelabuhan diawasi secara sentral oleh Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya, serta ditetapkan seorang pegawai Balai yang kemudian diberi pangkat sebagai Plantenziektenkundigeambtenaar (pegawai ahli penyakit tanaman).

Pada tahun 1939 Dinas karantina tumbuh-tumbuhan (Planttenquarantine Diest) menjadi salah satu dari 3 seksi dari Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman (Instituut voor Plantenziekten).

Pada tahun 1957 dengan Keptusan Menteri Pertanian, dinas tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Bagian. Pada tahun 1961 BPHT diganti namanya menjadi LPHT (Lembaga Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman) yang merupakan salah satu dari 28 lembaga penelitian dibawah Jawatan Penelitian Pertanian.

(6)

Pada tahun 1969, status organisasi karantina tumbuhan diubah kembali dengan ditetapkannya Direktorat Karntina Tumbuh-tumbuhan yang secara operasional berada dibawah Menteri Pertanian dan secara administratif dibawah Sekretariat Jenderal. Dengan status Direktorat tersebut, status organisasi karantina tumbuhan meningkat dari eselon III menjadi eselon II.

Pada tahun 1974, organisasi karantina diintegrasikan dalam wadah Pusat Karantina Pertanian dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Tahun 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 453 dan No. 861 tahun 1980, organisasi Pusat Karantina Pertanian (yang notabene baru diisi karatina tumbuhan ex Direktorat Karantina Tumbuhan), mempunyai rentang kendali manajemen yang luas. Pusat Karantina Pertanian pada masa itu terdiri dari 5 Balai (eselon III), 14 Stasiun (eselon IV), 38 Pos (eselon V)dan 105 Wilayah Kerja (non structural)yang tersebar diseluruh Indonesia.

Pada tahun 1983 Pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan Litbang Pertanian ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan operasional langsung dibawah Menteri Pertanian . Namun kali ini kedua unsur karantina (hewan dan tumbuhan) benar-benar diintegrasikan.

Pada tahun 1985 Direktorat Jenderal Peternakan menyerahkan pembinaan unit karantina hewan, sedangkan Badan Litbang Pertanian menyerhkan pembinaan unit karantina tumbuhan, masing-masing kepada Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.

Pada tahun 2001 terbentuklah Badan Karantina Pertanian, Organisasi eselon I di Departemen Pertanian melalui Keppres No. 58 Tahun 2001.

1. Karantina Hewan

(7)

tanggal 27 September 1983 pembinaan teknisnya beralih ke Pusat Karantina Pertanian.

Tahun 1994, berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.800/Kpts/ OT.210/12/1994, tanggal 13 Desember 1994 berubah menjadi Balai Karantina Hewan Ujung Pandang yang wilayah kerjanya meliputi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.

Tahun 2002, sesuai SK. Menteri Pertanian No.499/Kpts/ OT.210/8/2002, tanggal 21 Agustus 2002, berubah lagi menjadi Balai Karantina Hewan Makassar dengan wilker hanya mencakup Propinsi Sulawesi Selatan.

Tahun 2004, sesuai SK. Menteri Pertanian No.548/Kpts/ OT.140/9/2004, tanggal 22 September 2004, berubah lagi menjadi Balai Karantina Hewan Kelas I Makassar dengan wilker meliputi Bandar Udara, Pelut. Makassar, Paotere, Awerage Barru, BajoE Bone, Tuju-Tuju Bone, Sinjai, Jeneponto, Bulukumba & Kantor Pos Makassar.

2. Karantina Tumbuhan

Tahun 1980, berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 861/Kpts/ Org/12/1980, tanggal 2 Desember 1980 lahir kantor Balai Karantina Pertanian Ujung Pandang yang mempunyai wilayah kerja di seluruh tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran Kawasan Timur Indonesia yang meliputi Sulawesi, Maluku Irian Jaya. Pada saat itu kantor Balai ini tidak operasional tetapi semacam kantor koordinator atau tidak melakukan 8 P.

Tahun 1994, berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.800/Kpts/ OT.210/12/1994, tanggal 13 Desember 1994 berubah menjadi Balai Karantina Tumbuhan Ujung Pandang yang wilayah kerjanya meliputi Propinsi Sulawesi Selatan, namun langsung melakukan kegiatan 8 P dilapangan.

Tahun 2002, sesuai SK. Menteri Pertanian No.499/Kpts/ OT.210/8/2002, tanggal 21 Agustus 2002, berubah lagi menjadi Balai Karantina Tumbuhan Makassar dengan wilker meliputi Propinsi Sulawesi Selatan, dengan tugas yang sama seperti kantor Balai sebelumnya.

(8)

Kelas I Makassar dengan wilker meliputi Propinsi Sulawesi Selatan, dengan tugas yang sama seperti kantor Balai sebelumnya dan secara operasional kantor Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Makassar tersebut diberlakukan mulai 2 Januari 2005.

B. Visi dan Misi

1. Visi

”Menjadi karantina yang handal dan akuntabel dalam melindungi kelestarian sumber daya alam hayati guna pencapaian swasembada pangan dan mendorong akselerasi ekspor serta ketahanan dan keamanan pangan di sulawesi selatan”

2. Misi

a. Meningkatkan tata kelola sistem perkarantinaan dalam melindungi sumber daya hayati hewan, tumbuhan dari ancaman HPHK, OPTK dan pangan segar dari cemaran nuklir, biologis, kimia.

b. Meningkatkan daya saing komoditas hewan dan tumbuhan dalam perdagangan domestik dan internasional.

c. Mendorong terwujudnya perankarantina dalam akselerasi ekspor kakao dan komoditas unggulan pertanian lainnya di Sulawesi Selatan yang akseptabel dan mampu bersaing di pasar internasional.

d. Mewujudkan sistem Manajemen Mutu Pelayanan dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2008/SNI 19-9001-2008.

e. Meningkatkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing Laboratory) mengimplementasikan secara konsisten SNI 17025:2008.

(9)

g. Meningkatkan sarana dan prasarana, teknologi yang aplikatif dengan sistem komputerisasi.

C. Motto BBKP Makassar

1. Cepat : Memberikan pelayanan dengan cepat, mengacu kepada SOP serta ketentuan yang berlaku.

2. Akurat : Melakukantindakan 8P terhadap komoditi karantina hewan, tumbuhan dan produknya serta keamanan hayati berbasis ilmiah dengan mengimplementasikan StandarNasional dan Internasional sesuai dengan SNI 17025:2008

3. Transparan : Semua ketentuan dan informasi mengenai pelayanan operasional perkarantinaan, termasuk syarat administrasi, teknis dan biaya serta waktu yang diperlukan bersifat terbuka bagi masyarakat luas pada umumnya.

4. Simpatik : Melayani masyarakat pemakai jasa karantina pertanian bersikap ikhlas, jujur, ramah, sopan dan santun.

D. Tugas Pokok dan Fungsi BBKP Makassar 1. Tugas Pokok

Melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati, hewani, nabati.

2. Fungsi

a. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan;

b. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa HPHK dan OPTK; c. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK;

d. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK;

e. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati

(10)

g. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

h. Pengelolaan system informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan;

i. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati;

j. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

E. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI

(11)

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Balai Besar Karantina Pertanian Makassar Sumber : Laporan Tahunan BBKP Makassar 2014

Adapun Tugas dan Fungsi Masing Masing Bagian BBKP makassar adalah sebagai berikut

1. Kepala Balai

Mempunyai tugas sebagai Pemimpin BBKP Makassar 2. Bagian umum

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah tangga.

a. Subbagian Program dan Evaluasi

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, evaluasi dan pelaporan

b. Subbagian Kepegawaian dan Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan tata usaha. c. Subbagian Keuangan dan Perlengkapan

Mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, rumah tangga dan perlengkapan. pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah tangga.

3. Bidang Karantina Hewan

Bidang Karantina Hewan mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan operasional karantina hewan, apengawasan keamanan hayati hewani, dan sarana teknik, serta pengelolaan system informasi dan dokumentasi.

a. Seksi Pelayanan Operasional Karantina Hewan

Mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan pengawasan keamanan hayati hewani

b. Seksi Informasi dan Sarana Teknik Karantina Hewan

Mempunyai tugas melakukan pengelolaan system informasi dan dokumentasi,serta pemberian pelayanan sarana teknik karantina hewan.

(12)

Bidang Karantina Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan operasional karantina tumbuhan, pengawasan keamanan hayati nabati, dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi

a. Seksi Pelayanan Operasional Karantina Tumbuhan

Mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan perasionalkarantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.

b. Seksi Informasi dan Sarana Teknik Karantina Tumbuhan

Mempunyai tugas melakukan pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pemberian pelayanan sarana teknik karantina tumbuhan.

5. Bidang Pengawasan dan Penindakan

Bidang pengawasan dan penindakan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan dibidang karantina hewan dan karantina tumbuhan, serta keamanan hayati hewani dan nabati.

a. Seksi pengawasan dan penindakan karantina hewan

Mempunyai tugas melakukan urusan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan dibidang karantina hewan dan keamanan hayati hewani.

b. Seksi pengawasan dan penindakan karantina tumbuhan

Mempunyai tugas melakukan urusan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan dibidang karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

a. Kelompok Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan Jabatan Fungsional Paramedik Veteriner mempunyai tugas:

1) Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK);

(13)

3) Melakukan pembuatan koleksi HPHK;

4) Melakukan pengawasan keamanan hayati hewani;

5) Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengann peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Kelompok Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas:

1) Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa organisme penggaunggu tumbuhan karantina (OPTK);

2) Melakukan pemantauan daerah sebar OPTK; 3) Melakukan pembuatan koleksi OPTK;

4) Melakukan pengawasan keamanan hayati nabati;

5) Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kelompok jabatan fungsional lainnya mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional sesuai dengan jabatan fungsional masing- masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Wilayah Kerja Balai Besar Karantina Pertanian Makassar

(14)

Hatta. Selanjutnya Peta Wilayah Kerja Balai Besar Karantina Pertanian Makassar yang terbagi dalam 9 (sembilan) lokasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Wilker Bandar Udara Sultan Hasanuddin

Makassar

Wilker Bandar Udara Sultan Hasanuddin

Makassar

Wilker Pel. Laut Soekarno Hatta

Makassar

Wilker Pel. Laut Soekarno Hatta

Makassar

Wilker Pel. Laut Paotere

Wilker Pel. Laut Paotere

Wilker Kantor Pos Makassar

Wilker Kantor Pos Makassar

Wilker Pel. Laut Tuju-Tuju/Sinjai

Wilker Pel. Laut Tuju-Tuju/Sinjai Wilker Pel. Penyeberangan Bajoe Bone Wilker Pel. Penyeberangan Bajoe Bone

Wilker Pel. Pulau Selayar

Wilker Pel. Pulau Selayar

Wilker Pel. Laut Bulukumba

Wilker Pel. Laut Bulukumba

Wilker Pel. Laut Jeneponto

(15)

Gambar 2.2: Peta Wilayah Kerja Balai Besar Karantina Pertanian Makassar yang tersebar di 8 lokasi

Sumber : laporan Tahunan BBKP Makassar tahun 2014

[image:15.595.147.475.278.524.2]

G. Lay Out Balai Besar Karantina Pertanian Makassar

(16)

Sumber : Google Maps 2016

BAB III

URAIAN PRAKTEK

A. Uraian Kegiatan Praktek Industri

(17)

Adapun kegiatan yang menjadi aktifitas kami selama melaksanakan Praktek Industri adalah sebagai berikut:

1. Melapor dan persiapan praktek industri

Sebelum melakukan Praktek Industri penulis terlebih dahulu melapor pada pembimbing lapangan dan melakukan persiapan kegiatan.

2. Pengarahan

Setelah diterima, penulis kemudian diberikan pengarahan sebelum melakukan praktek di laboratorium

3. Pelaksanaan kegiatan

Penulis melakukan pengamatan, melakukan pekerjaan yang ada di lapangan, konsultasi dan diskusi dengan pembimbing.

4. Membuat laporan

Dari hasil kegiatan praktek industri, penulis membuat laporan akhir.

B. Kegiatan Identifikasi Tungau pada komoditi rumput laut

Adapun prosedur kerja yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut :

1. Alat dan bahan a. Alat

Alat – alat yang digunakan untuk mengidentifikasi hama tungau secara mikroskopis adalah :

No Nama Alat Kegunaan Gambar

(18)

2. Nampan tempat menyimpan komoditi rumput laut yang akan di bersihkan

3. Saringan untuk menyaring kotoran komoditi yang kemungkinan terdapat hama tungau

4. Kuas besar untuk membersihkan nampan

5. Mikroskop stereo

untuk mengidentifikasi keberadaan hama tungau

6. Mikroskop Hirox

untuk melihat hama tungau secara detail

7. Objek glass untuk media sampel hama tungau yang akan dilihat dibawa

(19)

8. Cover glass untuk menutup sampel yang telah di simpan di objek glass

9. Jarum preparat (Pemancing)

Digunakan untuk memancing hama tungau

10 Pinset untuk memindahkan komoditi ke cawan petri dan untuk menutup objek glass dengan cover glass

11. Kuas kecil untuk mencari hama tungau dibawa mikroskop stereo

12 Pipet Tetes Memindahkan Cairan medium Hoyer’s ke objek glass

13 Oven Digunakan untuk pemanasan tungau agar terlihat bening

(20)

b. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi hama tungau adalah sebagai berikut:

No Nama Bahan Gambar

1 Medium Hoyer’s Komposisi :

 Distiled water 50 ml

 Cristalline gum Arabic 30 gr  Cholral hydrate 200 gr  Glycerine 20 ml

2 Komoditi Rumput laut

4 Alkohol 70%

c. Keselamatan kerja

No Peralatan K3 Kegunaan Gambar

1 Sarung Tangan menghindari terjadinya

kontaminasi sampel saat bekerja

[image:20.595.114.516.184.424.2]
(21)

3 Jas

Laboratorium

Menghindari kontaminasi bahan berbahaya melalui tubuh

2. Langkah kerja

Cara kerja identifikasi hama tungau secara mikroskopis adalah sebagai berikut

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.

b. Letakan komoditi rumput laut yang akan diidentifikasi hama tungaunya kedalam nampan

c. Lakukan Pemisahan atara komoditi rumput laut dengan kotoran yang kemungkinan didalam kotoran terdapat hama tungau dengan menggunakan saringan

d. Simpan kotoran hasil saringan komoditi rumput laut ke dalam cawan petri dengan menggunakan kuas besar

e. Lakukan identifikasi keberadaan tungau pada kotoran komoditi dibawa mikroskop stereo

f. Jika terdapat hama tungau makan pancing dengan menggunakan jarum preparat

g. Tungau dimasukan kedalam alcohol 70% untuk membersihkan kotoran pada tubuhnya

h. Tetesi objek glass dengan medium hoyer’s

i. Selanjutnya letakan tungau dengan menggunakan jarum preparat pada objek glass yang sebelumnya telah ditetesi medium hoyer’s

j. Atur posisinya (bagian ventral tungau menghadap keatas) k. Kemudian tutup dengan cover glass

(22)

untuk meregangkan kaki ke samping dan tidak terlipat, mempercepat penjernihan (clearing) dan menghilangkan gelembung.

m. Objek glass diberi tanda lingkaran pada gelas penutup untuk mengetahui posisi tungau

n. Preparat diletakkan di dalam oven pada suhu 43–55 selama 3–14 hari atau sampai tubuh tungau terlihat bening (tergantung jenis tungau).

o. Preparat slide diberi label data

p. Identifikasi dilakukan dengan cara mengamati ciri-ciri morfologi menggunakan mikroskop Hirox

Untuk lebih memperjelas cara mengidentifikasi hama tungau secara mikroskopis dapat dilihat pada diagram alir berikut ini

(23)
[image:23.595.146.485.134.414.2]

Gambar 3.1 Diagram identifikasi hama tungau

Sumber : (Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 2013)

C. Hasil dan pembahasan kegiatan praktek industri 1. Hasil

[image:23.595.179.464.505.720.2]
(24)

1 Nama/Spesies Tyrophagus castellanii

2 Famili Astigmata: Acaridae

3 Inang Cucumis sativus (Ketimun, cucumber) 4 Media Pembawa Daun, bahan simpan (stored products)

5 Daerah Sebaran Eropa : Belgium, Czech Republic, Slovakia, Denmark, Finland, France, Germany, Ireland, Italy, Netherlands, Spain, United Kingdom

Asia : China (Taiwan,Zhejiang), India (Delhi, Haryana, Indian Punjab, Uttar Pradesh, West Bengal), Iraq, Nepal, Philippines, Turkey.

Afrika : Kenya, Zimbabwe.

Amerika : Guatemala, Panama, North Amerika, Mexico, USA (Florida,Texas), Brazil (Bahia, Santa Catarina, Sao Paulo). 6 Gejala serangan Komoditas dalam penyimpanan rusak dan terdapat

koloni tungau pada media pembawa tersebut. 7 Morfologi Tungau ini memiliki tubuh berukuran kecil,

(25)

Larva memiliki 3 pasang kaki dan sepasang bulu berukuran panjang di bagian tepi posterior tubuhnya. Pada tarsus bagian sisi ventral terdapat 3 buah duri kecil (Scott 2013)

8 Biologi Keperidian 98 telur (kisaran 20-500 telur). Siklus hidup berlangsung 2-4 minggu, tergantung suhu dan kelembaban lingkungan.. Batas suhu terendah dan tertinggi bagi perkembangan tungau ini adalah 7-10°C dan 35-37°C. Pada suhu 32°C dan kelembaban relatif 90%, rata-rata periode perkembangan T. castellanii berlangsung selama rata-rata 8,46 hari (dengan gulma sebagai tanaman inangnya) (CABI 2007, Scott 2013)

2. Pembahasan

Rumput laut atau lebih tepatnya gulma laut adalah alga mikroskopik yang hidup di perairan. Rumput laut tidak mamiliki akar, dan daun sejati sehingga di sebut tumbuhan berthallus. Komoditas ekspor rumput laut Indonesia sebagian besar adalah rumput laut kering, dan baru sebagian kecil dalam bentuk bahan setengah jadi. Untuk menjamin dan keamanan pangan rumput laut yang dihasilkan Indonesia harus memenuhi standar yang diterapkan oleh pemerintah republik Indonesia dalam SNI 7579.2: 2010. (Hendro 2013).

(26)

Keberadaan tungau dalam komoditi rumput laut secara tidak langsung dapat menyebabkan kualitas komoditi rumput laut menjadi berkurang serta menjadi persyaratan dalam ekspor rumput laut ke pasar global. Gejala yang di timbulkan jika hama tungau menyerang bahan simpan seperti komoditi rumput laut, komoditas dalam penyimpanan rusak dan terdapat koloni tungau pada media pembawa tersebut Adapun tempat penyimpanan yang baik komoditi rumput laut agar tidak mudah terserang hama tungau adalah sebagai berikut

1. Tidak lembab, kering dan memiliki sirkulasi udara yang baik

2. Pada bagian dasar,diatas lantai diberi papan penyangga agar tidak lembab. (Ardianto 2009)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama kurang lebih dua bulan, penulis melaksanakan kegiatan magang/praktek kerja lapangan di Balai Besar Karantina Pertanian Makassar, banyak hal baru yang penulis dapatkan, baik itu dari segi wawasan ataupun keterampilan kerja, adapun beberapa kesimpulan yang dapat penulis tarik dari laporan ini adalah :

(27)

untuk melaksanakan pemberian pelayanan operasional karantina tumbuhan, pengawasan keamanan hayati nabati, dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, bidang pengawasan dan penindakan fungsinya adalah melaksanakan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan, serta keamanan hayati hewani dan nabati dan laboratorium fungsinya adalah sebagai tempat untuk melakukan pengujian sampel.

2. Balai Besar Karantina Pertanian Makassar mempunyai beberapa bagian pengujian sampel baik pada hewan maupun tumbuhan salah satu contoh identifikasi hama tungau secara mikroskopis pada bidang tumbuhan terkhusus laboratorium Entomologi. Berikutnya adalah pembuatan Laporan Hasil Uji (LHU) dari analais dan penyelia, kemudian terbitan laporan hasil uji yang ditanda tangani oleh menajer teknik dan menajer administrasi yang mewakili kepala balai. Selanjutnya LHU tersebut akan diserahkan kepada petugas karantina, yang kemudian akan dibawa ke wilayah kerja bandara/pelabuhan/pos (sesuai tempat pemasukannya) untuk di buatkan sertifikat pembebeasan (aman) oleh petugas karantina pertanian makassar. 3. Keberadaan hama tungau dalam penyimpanan komoditas rumput laut

kususnya dalam bentuk kering harus diperhatikan karena hama tungau dapat menyebakan menurunnya kualitas dari komoditi rumput laut serta keberadaanya menjadi persyartan ekspor komoditi rumput laut kepasar global.

B. Saran

Berdasarkan kegiatan selama praktek industri (PI) yang penulis laksanakan selama kurang lebih dua bulan, adapun saran yang penulis sampaikan yaitu :

1. Universitas

(28)

kerjasama terus berlanjut kepada mahasiswa lain yang yang nantinya ingin melaksanakan praktek.

2. Pembaca

Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan selanjutnya.

Daftar Pustaka

Ardianto, 2009 Pengolahan dan pemasaran rumput laut Eucheuma Cottoni.

http://antoderman.blogspot.com/2009/07/pengolahan-dan-pemasaran-rumput-laut.html. Diakses desember 2016

Balai Besar Karantina Pertanian Laporan Tahunan BBKP Makassar tahun 2014 CABI Centre for Agricultural Bioscience International. 2007. Crop Protection

Compendium [CD-Rom].

Handoyo, 2014 pemerintah dorong penggunaan SNI rumput laut industry.kontan.co.id/…/pemerintah-dorong-penggunaan-sni-rumput-laut. Diakses Desember 2015

Hendro JS dkk. 2013. Rumput Laut Indonesia, Warta Ekspor

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docspublication/6201390 367517.pdf. Kementrian perdagangan Republik Indonesia. Diakses Desemner 2015

(29)

Nawisah, 2015. Keberadaan tungau pada komoditi kopi, biji kakao, dan rumput laut Tesis Jurusan Ilmu hama dan penyakit tumbuhan program pasca sarjana Universitas Hasanuddin

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 22/Permentan/OT.140/4/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA PERTANIAN

Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 2013 Diagnosis Protokol OPTK kelompok Tungau Pusat Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian

Samsi, H 2014 industri rumput laut wajib terapkan SNI untuk setiap produknya

http://www.p2hp.kkp.go.id/artikel-867-industri-rumput-lautwajib-terapkansni-untuk-setiap-produknya-.html. Diakses Desember 2015 Scott HG. Mites: Key to someSpecies commonly Infesting Households

and Stored Food. (diunduh desember 2015). (tersedia pada:

Gambar

Gambar 2.3 Lay Out BBKP Makassar
NoNama BahanGambar1Medium Hoyer’s
Gambar 3.1 Diagram identifikasi hama tungauSumber : (Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 2013)

Referensi

Dokumen terkait