• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN BAB I LAPORAN AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN BAB I LAPORAN AKHIR"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sebagai tindak lanjut terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surakarta, maka sesuai Undang-Undang (UU) No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, RTRW sebagai rencana umum tata ruang memerlukan rencana rinci tata ruang sebagai perangkat operasional berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Dalam konteks Kota Surakarta, RTRW Kota Surakarta membagi wilayah kota menjadi enam kawasan perencanaan rinci. Salah satunya adalah Kawasan I yang terdiri sebagian wilayah Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan.

Dalam proses penyusunan atau penetapan Perda tentang RDTR Kota Surakarta Kawasan I, sebagai bagian dari sebuah Kebijakan/Rencana/Program (KRP), untuk meyakinkan bahwa rencana atau kegiatan pembangunan tersebut tidak merusak lingkungan sekaligus menjamin keberlanjutan pembangunan itu sendiri, mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah wajib menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

(2)

Definisi KLHS dirumuskan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Sesuai amanat yang secara eksplisit tercantum di Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terseut, penyusunan RDTR wajib disertai dokumen KLHS. Oleh karena itu, RDTR Kota Surakarta Kawasan I yang dilaksanakan pada Tahun 2013 juga wajib melakukan KLHS sesuai mandat undang-undang dan ketentuan lainnya.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusun dokumen KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I dimaksudkan sebagai upaya pengkajian terhadap Kebijakan Rencana dan Program yang telah tertuang dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I telah memenuhi kaidah lingkungan dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sedangkan tujuan penyusun dokumen KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I adalah tersedianya dokumen KLHS sebagai pendukung RDTR Kota Surakarta Kawasan I. Secara teknis tujuan penyusunan KLHS adalah untuk mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di dalam kebijakan, rencana dan program yang tertuang dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I yang disusun pada Tahun 2013 sehingga kebijakan, rencana dan program tersebut dapat disempurnakan sesuai dengan kaidah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.

1.3. DASAR HUKUM

Beberapa peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum dalam penyusunan KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I adalah :

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

(3)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang

Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah;

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota; 9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup;

10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 134);

11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4);

12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);

13. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2009 Nomor 9); dan

14. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2012 Nomor 1).

(4)

1.4. PIHAK-PIHAK YANG TEKAIT DALAM PERAN AKTIF PENGKAJIAN KLHS

Pihak-pihak yang tekait dalam peran aktif pengkajian KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I adalah sebagai berikut :

Tabel I.1.

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan yang Berperan Aktif dalam Pengkajian KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I

No Masyarakat dan

Pemangku Kepentingan Instansi/Lembaga

1 Penyusun KRP  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda);  Dinas Pekerjaan Umum (DPU);

 Dinas Tata Ruang Kota

 Badan Lingkungan Hidup (BLH).

2 Instansi terkait  Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;  Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

 Dinas Pertanian;

 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;  Dinas Kesehatan;

 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;  Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;  Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;  Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan

Perempuan Anak dan KB;

 Badan Penanggulangan Bencana Daerah;  Kecamatan;

 Kelurahan;  PT. PLN.  PT. Telkom.

 PDAM. 3 Masyarakat yang memiliki

informasi

 Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya  Asosiasi profesi

 Tokoh masyarakat, dan

 LSM bidang lingkungan hidup, kelompok masyarakat / pemerhati lingkungan hidup di Kota Surakarta khususnya Kawasan I.

4 Masyarakat yang terkena dampak

 Tokoh masyakat di Kawasan I Kota Surakarta;

 Kelompok/organisasi masyarakat di Kawasan I Kota Surakarta;

 Asosiasi Pengusaha.

(5)

1.5. RUANG LINGKUP 1.5.1. Lingkup Wilayah

Lokasi pelaksanaan Penyusunan Dokumen KLHS adalah di Kota Surakarta Kawasan I terdiri sebagian wilayah Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan. Kajian Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (KRP) dokumen KLHS yaitu KRP dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I (lihat peta).

1.5.2. Lingkup Materi

Lingkup materi kegiatan adalah melakukan penyusunan KLHS dengan metode dan pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan terhadap kebijakan, rencana dan program yang tertuang dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I. Adapun lingkup materi sebagai berikut:

a. Pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah RDTR Kota Surakarta Kawasan I meliputi :

1. Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan 2. Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan

3. Identifikasi RDTR

4. Telaahan pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah b. Perumusan alternatif penyempurnaan RDTR Kota Surakarta Kawasan I.

c. Rekomendasi perbaikan RDTR dan pengintegrasian hasil KLHS.

1.6. METODOLOGI DAN KERANGKA PROSES PELAKSANAAN 1.6.1. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data (survey) yang dilakukan mencakup 2 jenis kegiatan yang didasarkan pada jenis datanya, yaitu:

1. Survey Primer

Survey primer ini dilakukan untuk mendapatkan data-data atau informasi yang bersifat primer, yaitu data atau informasi yang didapat langsung dari lapangan. Teknik untuk mendapatkan data tersebut adalah dengan observasi, pengukuran, perhitungan serta wawancara. Kegiatan ini terutama bertujuan untuk memperoleh gambaran keadaan yang spesifik di wilayah studi.

(6)

2. Survey Sekunder

Survey sekunder ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang bersifat sekunder, yaitu data-data yang dihasilkan atau dikumpulkan oleh dinas-dinas maupun instansi sektoral yang terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, questioner maupun dengan mereproduksi dari data yang ada.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data untuk kegiatan penyusunan KLHS ini adalah:

 Data dan informasi dapat diperoleh dari pemangku kepentingan seperti instansi pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian;

 Data dan informasi dapat berupa data sekunder maupun primer;

 Data dan informasi yang dikumpulkan yang diperlukan saja, khususnya yang terkait dengan isu strategis lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati;

 Verifikasi data dan informasi perlu dilakukan untuk menjamin keabsahannya;  Informasi sekunder dapat digabungkan dengan data primer yang dikumpulkan

melalui diskusi dengan masyarakat lokal yang memahami wilayah studi, misalnya dengan cara observasi lapangan, wawancara langsung, diskusi dengan stakeholder atau diskusi kelompok terfokus (FGD) dan survey.

Kebutuhan data dalam Penyusunan KLHS RDTR Kawasan I Kota Surakarta sebagai berikut :

Tabel II. 2. Kebutuhan Data

No Jenis data/informasi/dokumen Instansi Sumber Data

1 Dokumen perencanaan (RTRW, RPJM, dll) Bappeda, DPU, BLH, Dinas Tata Ruang Kota

2 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

BLH atau kantor statistik

3 Studi AMDAL yang pernah dilakukan BLH 4 Kecamatan Dalam Angka BPS

5 Data hasil penelitian Perguruan Tinggi, Lembaga Pemerintah, LSM

6 Konsultasi dengan pihak berwenang Instansi pemerintah 7 Wawancara melalui tanya jawab langsung

ataupun pelaksanaan diskusi/FGD

Masyarakat, Dinas terkait, LSM, praktisi, PT

8 Dokumen RDTR dan Peta Analisis dan Peta Rencana RDTR

Bappeda, DPU, Dinas Tata Ruang Kota

(7)

Data dan informasi yang diperoleh dari survei primer dan sekunder, biasanya masih bersifat kasar, yang mana masih diperlukan adanya pengolahan lebih lanjut sehingga data dan informasi yang disajikan lebih informatif serta mudah dibaca dan dipahami. Adapun teknik pengolahan dan penyusunan data didasarkan pada jenis dan sifat data bersangkutan, antara lain :

1. Data yang sifatnya kuantitatif, diolah dan disusun dengan tabulasi, yang dalam penyajian akhir berupa tabel-tabel, grafik maupun uraian.

2. Data yang bersifat kualitatif, diolah dan disusun secara diskriptif, yaitu berupa uraian yang menerangkan keadaan data tersebut.

3. Data yang sifatnya menunjukkan letak, diolah dan disusun dengan menggunakan peta-peta data.

4. Data yang sifatnya menunjukkan suasana, diolah serta disusun yang berupa foto-foto serta uraian-uraian.

1.6.2. Metode Analisis

Secara umum analisis yang digunakan dalam Penyusunan KLHS RDTR Kawasan I Kota Surakarta dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1) Metode Kualitatif

Metode ini digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk non numerik atau data yang tidak dapat diterjemahkan dalam bentuk angka-angka, misalnya data mengenai keadaan sosial masyarakat, politik, kebijaksanaan, budaya dan kondisi fisik alam khususnya yang terkait dengan isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan. Metode ini digunakan karena dianggap praktis dan mudah dipahami. Kekurangan metode ini kurang mampu menerangkan secara nyata dan sifatnya kadang-kadang terlalu umum bagi sebagian masalah. Metode ini dapat bersifat:

 Deskriptif. Analisa yang memberikan gambaran pengertian dan penjelasan terhadap kondisi wilayah studi.

 Normatif. Analisa mengenai keadaan yang seharusnya menurut pedoman ideal atau norma-norma tertentu. Pedoman atau norma ini dapat berbentuk standar-standar, landasan hukum, batasan-batasan yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.

 Asumtif. Analisa dengan menggunakan asumsi-asumsi atau anggapan-anggapan tertentu yang dibuat berdasarkan kondisi tertentu dan diperkirakan dapat terjadi dalam waktu yang relatif lama pada wilayah studi, asumsi ini harus layak dan dapat diterima secara umum.

(8)

 Komparatif. Melakukan perbandingan antara berbagai kondisi dan permasalahan untuk mendapatkan suatu karakteristik struktur wilayah studi. Misalnya membandingkan suatu masalah dengan masalah lain atau suatu kondisi dengan kondisi lain yang memiliki kesamaan sehingga dapat diperoleh karakteristik struktur wilayah yang jelas.

2) Metode Kuantitatif

Metode ini digunakan untuk memprediksi serta analisa lain yang sifatnya kuantitatif. Teknik yang digunakan, yaitu:

 Proyektif; menganalisa bahwa kebijakan, rencana dan/atau program bukanlah sekedar untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan, melainkan juga untuk merencanakan dan mengendalikan langkah-langkah yang diperlukan sehingga menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.

 Ekonomi; menganalisa potensi dan masalah sektor ekonomi yang terdapat di wilayah studi yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program, misalnya dampak sosial ekonomi yang mungkin ditimbulkan dari KRP tersebut.

 Super-impose; menganalisis dengan melakukan overlay dari data, misalnya untuk mengetahui kemampuan lahan, dilakukan dengan melakukan overlay peta.

 Skoring/ Pembobotan, analisis pembobotan digunakan untuk memberikan penilaian/ bobot terhadap suatu faktor/parameter untuk menghasilkan nilai suatu kelas. Analisis skoring/pembobotan ini digunakan dalam pengkajian pengaruh KRP terhadap dampak atau resiko lingkungan hidup dari KRP yang dihasilkan produk RDTR Kawasan I Kota Surakarta.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan laporan Akhir penyusunan dokumen KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I mencakup 5 (lima) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup (lingkup wilayah, materi dan waktu), definisi operasional, serta sistematika penulisan laporan akhir.

(9)

BAB II LINGKUP KAJIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah Kota Surakarta, Tinjauan Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Surakarta, Gambaran Umum Wilayah Perencanaan, Identifikasi isu-isu pengembangan wilayah berkelanjutan dan rumusan tujuan penataan, prinsip-prinsip penataan ruang dan/atau program yang telah disepakati ditelaah.

BAB III PENGKAJIAN PENGARUH TUJUAN PENATAAN RUANG,

PRINSIP-PRINSIP PENATAAN RUANG DAN/ATAU PROGRAM TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Bab ini menguraikan tentang penapisan dan pengkajian pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup.

BAB IV ALTERNATIF TUJUAN PENATAAN, PRINSIP PENATAAN

RUANG, DAN/ATAU PROGRAM

Bab ini menguraikan tentang alternatif tujuan penataan, prinsip penataan ruang, dan/atau program.

BAB V REKOMENDASI

Bab ini menguraikan tentang Rekomendasi KRP RDTR Kota Surakarta Kawasan I.

(10)
(11)

Penyusunan KLHS RDTR Kota Surakarta

Kawasan I

(12)
(13)

BAB II

LINGKUP KAJIAN

2.1. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA

2.1.1 Kondisi Geografi Wilayah

Kota Surakarta secara geografis terletak antara 1100 45’15” dan 1100 45’35“ Bujur Timur

dan antara 70 36’ dan 70 56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di

Pulau Jawa bagian tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota Solo”, secara geografis terletak pada cekungan di antara dua gunung berapi yaitu Lawu di sebelah timur dan gunung Merapi di sebelah barat, sehingga topografis relatif rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo.

Berikut ini adalah wilayah-wilayah yang secara administrasi berbatasan dengan Kota Surakarta :

 Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali  Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar  Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo

(14)

2.1.2 Topografi

Berdasarkan kondisi topografi atau ketinggian wilayah Kota Surakarta secara umumdapat dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :

 Kota Surakarta terletak pada ketinggian antara 80 – 130 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan kemiringan lahan angtara 0 % sampai 15 %.

 Kota Surakarta terletak diantara 2 gunung berapi yaitu Gunung Lawu (Kabupaten Karanganyar)disebelah timur dan Gunung Merapi serta Merbabu sebelah barat. Dengan posisi demikian maka Kota Surakarta termasuk sebagai wilayah cekungan air.

 Dibagian timur dan selatan Kota Surakarta mengalir Sungai Bengawan Solo yang menjadi batas fisik administrasi dengan Kabupaten Karanganyar serta Kabupaten Sukoharjo.

2.1.3 Geologi

Struktur batuan di Kota Surakarta secara umum sebagian besar merupakan Alluvial, dengan uraian sebagai berikut :

 Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai. Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa yang lebih ringan akan terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahan-bahan yang lebih halus diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah bengawan solo dan merupakan batuan dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara kota (Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa senti sampai beberapa meter. Kawasan I dalam hal ini termasuk dalam jenis struktur geologi Aluvium ini.

 Aluvum tua (Qt) berbetuk konglomerat, batu pasir, lanau dan lempung. Pada batuan ini terdapat di bagian utara kota Surakarta (sebagain Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari). Pada satuan iniditemukan struktur silang-siur, toreh dan isi dan pelapisan bersusun. Secara setempat ditemukan fosil Bibos sp. Dan Cervus sp yang diduga berumur

(15)

Plistosen. Ketebalan batuan ini maksimum 8 meter kedudukannya menindih tidak selaras batuan yang lebih tua dan tertindih tak selaras oleh aluvium. Umumnya batuan ini berupa endapan sungai.

 Batuan Gunung merapi (Qvm) berbentuk breksi gunung api, lava dan tuf. Batuan ini terdapat di bagian barat kota Surakarta. Batuan ini umumnya bersusun andesit. Fosil tidak ditemukan. Kegiatanya diduga sejak Plistosen akhir.

Gambar 2.1 Ilustrasi Profil Penampang Geologi Bawah Permukaan Kota Surakarta

Kawasan I

(16)

Penyusunan KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I

(17)

2.1.4 Hidrogeologi

Kondisi Hidrogeologi di Kota Surakarta berdasarkan kedalaman akuifer yang ada di Kota Surakarta, maka dapat dibagi benjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

 Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

 Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Di samping itu, di Kota Surakarta terdapat beberapa badan air yang semuanya bermuara di Sungai Bengawan Solo.

2.1.5 Klimatologi

Gambaran kondisi iklim di Kota Surakarta dapat dideskripsikan sebagaimana penjelasan berikut:

 Kota Surakarta beriklim tropis dengan suhu rata-rata 24,8°C sampai 18,1°C ;  Kelembaban udara berkisar antara 66-84% ;

 Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan radiasi matahari antara 80 – 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember atau Januari dengan radiasi matahari sekitar 48 – 50%.

 Tekanan udara antara 1.007-1011 atmosfir, rata-rata sebesar 1.010 atmosfir;

 Curah hujan pada tahun 2011 sebesar 2.548,50 mm/th, yang lebih kecil dibandingkan tahun 2010 sebesar 3.408 mm/thn dan tahun 2009 sebesar 2.332,5 mm/th.

 Banyaknya hari hujan mencapai 163 hari.

 Jumlah bulan kering mencapai 5 bulan (Mei sampai September) dan bulan basah sebanyak 7 bulan (Oktober sampai April) dengan suhu rata-rata 24,8°C sampai 18,1°C ;

(18)

 Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan radiasi matahari 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember atau Januari

 Kecepatan angin tertinggi 8 knot terjadi pada bulan September dan bulan Oktober.  Tekanan udara tertinggi 1011,3 atmosfir pada bulan September, rata-rata sebesar 1.008,8

atmosfir.

2.1.6 Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kota Surakarta adalah tanah Aluvial yang memiliki karakateristik sebagai berikut :

 Tanah Aluvial berasal dari endapan batu, tanah Aluvial berlapis-lapis dan memiliki kandungan pasir sekitar 60 %. Kawasan I dalam hal ini termasuk dalam kategori jenis tanah ini.

 Sebagai tanah berpasir, maka jenis tanah ini memiliki permeabilitas lambat sampai sedang (0,51 cm/jam – 6,35 cm/jam) serta kapasitas infiltrasi sedang (7,50 mm/jam – 15,00 mm/jam), serta cukup peka terhadap gejala erosi.

(19)
(20)

2.1.7 Kependudukan dan Sosial A. Kependudukan

Data mengenai kependudukan digunakan sabagai dasar untuk perencanaan pada berbagai bidang pembangunan dan untuk melakukan evaluasi dari hasil pembangunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, pada tahun 2013 Penduduk Kota Surakarta mencapai 586.978 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 97,15 %; yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 97 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2013 mencapai 13.328 jiwa/km2.

Tahun 2013 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.109 jiwa/km2.Rasio jenis kelamin dan kepadatan penduduk tiap

kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel II.1

Kondisi Kependudukan Kota Surakarta Tahun 2013

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah Rasio Jenis Kelamin Tingkat Kepadatan (Jiwa/km2) 1 Laweyan 8,64 53.712 55.860 109.572 96,15 12.682 2 Serengan 3,19 29.885 31.072 60.957 96,18 19.109 3 Pasar Kliwon 4,82 44.329 46.167 90.496 96,02 18.775 4 Jebres 12,58 73.251 74.305 147.556 98,58 11.729 5 Banjarsari 14,81 88.069 90.328 178.397 97,50 12.046 Jumlah 44,04 289.246 297.732 586.978 97,15 13.328

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2014

B. Kondisi Sosial

Kota Surakarta terkenal dengan kekayaan kehidupan seni dan budaya tradisionalnya.Baik berupa tari, musik, teater, seni rupa, dan lain-lain. Kekayaan seni budaya ini menjadi aset yang sangat berharga yang menjadi daya tarik Kota Surakarta untuk mengundang wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjungi kota Surakarta dan memperdalam pengalaman di bidang seni dan budaya lokal.

Kota Surakarta memiliki beragam budaya yang hingga saat ini masih menjadi tradisi masyarakatnya.Salah satunya adalah perayaan Upacara Sekaten di Surakarta.Upacara tradisi ini merupakan bagian dari adat istiadat yang berasal dari salah satu upaya masyarakat Jawa untuk menjaga keharmonisan dengan alam dan sesame manusia.Sebagai perwujudan dari itu, Keraton Kasunanan Surakarta sekarang ini masih memiliki beranekaragam hasil

(21)

kebudayaan.Hal tersebut masih tercermin dengan dilakukannya beberapa upacara tradisional yang hingga saat ini masih sangat diagungkan, diantaranya adalah sebagai berikut upacara jamasan pusaka, Sekaten, upacara labuhan, upacara garebeg besar, sesaji mahesa, dan lawung.

2.1.8 Perekonomian

Kondisi Perekonomian Kota Surakarta dapat diketahui melalui besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta pada tahun 2010 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 9.941.136.560.000,- dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 19.908.672,03. Sementara Nilai PDRB Kota Surakarta tahun 2010 berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 5.103.886.240.000,- atau dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 10.221.325,97.

PDRB Kota Surakarta pada tahun 2011 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 10.992.971.190.000,- atau dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 21.984.535,37. Nilai PDRB Kota Surakarta tahun 2011 berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 5.411.912.320.000,- atau dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 10.823.131,95. Berdasarkan data yang ada, maka terdapat kenaikan nilai PDRB Kota Surakarta menurut Lapangan Usaha atas dasar harga berlaku sebesar 10,58%. Sedangkan kenaikan nilai PDRB Kota Surakarta menurut Lapangan Usaha atas dasar harga konstan sebesar 6,04%.

Tabel II.2

PDRB BERDASARKAN HARGA KONSTAN 2000 dan HARGA BERLAKU (JUTA RUPIAH) KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2011

No Sektor 2010 2011

Berlaku Konstan Berlaku Konstan

1 Pertanian 5.532,79 2.908,82 5.927,58 2.911,03 a. Tanaman Pangan 3400,59 1.677,25 3.553,64 1.613,51 b. Perkebunan 413,15 262,95 447,29 261,95 c. Peternakan 1.703,68 961,78 1.909,46 1.028,29 d. Perikanan 15,37 6,84 17,19 7,28 2 Penggalian 2.942,37 1.832,36 3.010,49 1.809,03 3 Industri 2.081.494,89 1.277.210,09 2.233.247,76 1.312.945,81

a. Makanan, minuman &

tembakau 936.017,15 560.822,14 991.016,02 574.513,67

(22)

No Sektor 2010 2011

Berlaku Konstan Berlaku Konstan

c. Barang kayu & hasil hutan

lainnya 126.521,66 80.066,55 131.726,21 79.806,77

d. Kertas & Barang cetakan 222.839,14 150.417,79 244.908,95 156.126,42 e. Pupuk, Kimia & barang dari

karet 15.737,09 10.477,02 18.195,40 10.770,16

f. Semen & barang lain bukan

logam 34.343,93 22.677,30 38.436,32 23.811,80

g. Alat Angkutan, Mesin &

peralatan 109.230,22 78.537,19 119.881,81 81.734,62

h. Barang lainnya 290.782,50 167.765,01 309.489,73 171.458,99 4 Listrik dan air bersih 259.004,48 119.194,83 287.576,62 128.648,33

a. Listrik 2253240,07 111.767,33 250.735,64 120.631,74

b. Air Bersih 33.764,41 7.427,50 36.840,98 8.016,59

5 Konstruksi bangunan 1.440.525,31 671.926,81 1.584.659,42 717.165,29

6 Perdagangan 2.556.483,24 1.367.808,36 2.885.293,49 1.466.845,97

a. Perdaangan besar dan eceran 2.320.693,29 1.235.796,02 2.622.179,91 135.493,23

b. Hotel 83.420,58 43.817,85 92.027,72 46.346,12

c. Restoran 152.369,37 88.195,49 171.085,86 95.006,62

7 Pengangkuran & Komunikasi 1.106.229,42 514.407,73 1.206.106,83 549.760,87

a. Angkutan 797.068,93 361.093,56 867.723,40 384.941,67

b. Komunikasi 309.160,49 153.314,17 338.383,43 164.819,20 8 Keungan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 1.123.362,50 518.980,77 1.282.678,53 567.860,96

a. Bank 619.197,82 222.925,84 703.653,12 238.337,47

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 172.823,40 116.085,92 197.741,08 130.399,34 c. Jasa Penunjang Keuangan 138.561,45 79.646,61 160.166,88 88.747,25 d. Sewa Bangunan 183.872,30 94.901,63 210.148,81 103.794.59

e. Jasa Perusahaan 8.907,53 5.420,77 10.968,64 6.582,31

9 Jasa - jasa 1.365.561,57 629.616,47 1.504.470,47 663.965,04

a. Pemerintahan Umum 939.846,48 449.935,55 1.046.956,89 476.920,63

b. Swasta 425.715,09 179.680,92 457.513,58 187.044,41

Produk Domestik Regional Bruto 9.941.136,56 4.993.370,00 10.992,971,19 5.411.912.32

PDRB Per Kapita 19,91 10,22 21,98 10,82

Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka, 2012

Lapangan usaha yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai domestik kota Surakarta yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp. 2.885.293,49 juta. Yang kedua adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 2.233.247,76 juta. Yang terendah adalah sektor penggalian yang hanya berkontribusi sebesar Rp. 3.010,49 juta.

(23)

2.2.

TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA

SURA-KARTA

2.2.1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi

Tujuan Penataan Ruang dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2011 – 2031 adalah untuk mewujudkan kota sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga.

2.2.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Sistem Pusat Pelayanan Kota

Rencana sistem pusat pelayanan kota terkait dengan Kawasan I meliputi :

a. SPK kawasan Ipada Kelurahan Kemlayan yang melayani sebagian wilayah Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan, dengan fungsi pelayanan, sebagai berikut: pariwisata budaya; perdagangan dan jasa; olah raga; dan industri kreatif.

b. PL pada kawasan I adalah Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan Baluwarti, dengan pelayanan pariwisata (budaya), perdagangan dan jasa, olah raga serta industri kreatif.;

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota

Sistem jaringan prasarana wilayah kotaterkait Kawasan I terdiri atas: 1. Rencana Pengembangan Sistem prasarana utama terdiri atas:

A. Rencana Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:

1) Rencana Sistem Pengembangan Jaringan jalan diantaranya terdiri atas:

a) Pengembangan jaringan ruas jalan diantaranya pada ruas Jalan Brigjend. Slamet Riyadi - Jalan Jend. Ahmad Yani - Jalan Tentara Pelajar - Jalan Ir. Sutami - Jalan Brigjend. Slamet Riyadi - Jalan Jend. Sudirman - Jalan Jend. Urip Sumoharjo - Jalan Kol. Sutarto - Jalan Ir. Sutami.

b) Pengembangan jaringan jalan kolektor jalan yang menghubungkan kota dengan kabupaten sekitar dan antar sub pusat kota (pusat kawasan) dan

(24)

Pembangunan jalan akses untuk mengantisipasi pembangunan jalan tol Semarang – Surakarta – Mantingan. Pengembangan jaringan jalan kolektor meliputi:

 Jalan Brigjend. Sudiarto - Jalan Veteran - Jalan Bhayangkara - Jalan Dr. Rajiman - Jalan KH. Agus Salim;

 Jalan Kom. Yos Sudarso - Jalan Veteran - Jalan Bhayangkara - Jalan Dr. Rajiman - Jalan KH. Agus Salim;

 Jalan Kol. Sugiyono;

 Jalan Kapten Piere Tendean;

 Jalan Ir. H. Juanda Kartasanjaya - Jalan Kapt. Mulyadi - Jalan Kampung Sewu – Jalan Laks. RE Martadinata - Jalan Kapten Mulyadi - Jalan Prof. KH. Kahar Muzakir - Jalan Brigjen. Sudiarto;

 Jalan Sutan Syahrir - Jalan Letjend. Suparman - Jalan A.W. Monginsidi. 2) Rencana prasarana lalu lintas dan angkutan umum meliputi terminal penumpang

dan terminal barang. Rencana pengembangan terminal penumpang di kawasan I meliputi:

 pengembangan terminal tipe C di Kelurahan Semanggi-Kecamatan Pasarkliwon dan Kelurahan Pajang-Kecamatan Laweyan.

3) Rencana pelayanan lalu lintas dan angkutan umum dikembangkan di seluruh wilayah PPK, SPK dan PL.

a) Prasarana angkutan umum terdiri atas:

 pengembangan pelayanan angkutan umum yang diarahkan pada sistem pengembangan Sarana Angkutan Umum Massal;

 pengembangan jaringan angkutan umum massal berbasis jalan terdiri dari jaringan utama (trunk line), Bus Priority, Bus Kota, Rail Bus, dan jaringan pengumpang (feeder line) disesuaikan dengan hierarki jalan; dan

 pengembangan jaringan angkutan umum massal didukung oleh terminal/stasiun angkutan antar kota dan terminal/stasiun terpadu antar moda dalam kota.

b) Pengembangan Sarana Angkutan Umum Massal meliputi jalur Terminal Kartosuro – Jalan Brigjend. Slamet Riyadi – Simpang Empat Gendengan -

(25)

Bundaran Gladag – Jalan Jend. Sudirman - Pasar Gede – Jalan Urip Sumohardjo - Panggung – Jalan Ir. Sutami – Terminal Palur.

c) Pengembangan jaringan angkutan umum massal berbasis jalan meliputi: .  ke arah timur meliputi: Jl. Brigjend. Slamet Riyadi, Jl. Jend. Sudirman, Jl.

Jend. Urip Sumoharjo, Jl. Ir. Sutami, Jl. Kol. Sutarto; dan

 ke arah barat meliputi: Jl. Kol. Sutarto, Jl. Ir. Sutami, Jl. Jend. Urip Sumoharjo, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Brigjend. Slamet Riyadi.

d) Penerapan teknologi moda sistem angkutan umum dan koridor/rute pelayanan pada sistem jaringan angkutan umum massal dimungkinkan bisa berubah disesuaikan dengan kapasitas pelayanan yang lebih maksimal. B. Rencana sistem jaringan transportasi perkeretaapian meliputi:

1) revitalisasi jalur kereta api jalur selatan yang menghubungkan Surakarta – Bandung, Surakarta – Jakarta, dan Surakarta – Surabaya;

2) pengembangan jalur utara – selatan yang menghubungkan Semarang – Surakarta – Malang – Surabaya;

3) pengembangan jalur tengah yang menghubungkan Semarang – Surakarta; dan 4) pengembangan rel ganda yang meliputi Surakarta – Yogyakarta – Kutoarjo –

Kroya, dan Surakarta – Madiun;

5) pengembangan kereta api komuter yang menghubungkan Surakarta – Boyolali, Sragen – Surakarta – Klaten – Jogyakarta – Kutoarjo, Surakarta – Sukoharjo – Wonogiri;

6) pengembangan jalur kereta api yang menghubungkan Kota dengan Bandar Udara Adisumarmo;

7) peningkatan kapasitas pelayanan Stasiun Surakarta Balapan, Stasiun Purwosari, Stasiun Jebres (Jakarta – Semarang - Surakarta – Surabaya) dan Stasiun Sangkrah (Surakarta – Wonogiri);

8) pengembangan transportasi yang terintegrasi antara angkutan jalan raya dengan Kereta Api Komuter Surakarta – Boyolali, Surakarta – Wonogiri, dan Surakarta – Sukoharjo; dan

(26)

simpul-2. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya a. Rencana sistem jaringan energi meliputi:

1) Pengembangan prasarana kelistrikan dilaksanakan dengan arahan sebagai berikut: a) rencana umum energi listrik daerah yang meliputi perluasan jaringan

transmisi listrik, jaringan distribusi listrik, dan penambahan kapasitas listrik kota disesuaikan dengan rencana umum energi Provinsi dan Nasional;

b) sumber energi listrik berasal dari Pembangkit Jawa Bali;

c) rencana penambahan kapasitas gardu distribusi kurang lebih sebesar 175.000 (seratus tujuh puluh lima ribu) KVA;

d) pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik yang terpadu dengan RTH, jaringan jalan, dan/atau prasarana lainnya di Kecamatan Jebres.

2) Pengembangan energi listrik meliputi: a) pemanfaatan tenaga surya; dan

b) optimalisasi badan-badan air sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) di aliran sungai Bengawan Solo;

b. Rencana sistem jaringan telekomunikasi melalui pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi sistem kabel dan sistem nirkabel yang menjangkau seluruh wilayah kota. Pengembangan dan pemerataan jaringan telepon kabel yang menjangkau seluruh wilayah kota meliputi: jaringan telepon kabel primer dan jaringan telepon kabel sekunder yang mengikuti ruas jalan perkotaan. Pengembangan dan pemerataan jaringan telepon nirkabel yang menjangkau seluruh wilayah kota berupa telepon seluler pengembangan dan penataan Tower Base Transceiver Station (BTS) secara terpadu di wilayah kota.

c. Rencana sistem jaringan sumber daya air kota meliputi: 1) Sistem jaringan sumber daya air meliputi :

a) Wilayah Sungai (WS);

b) Cekungan Air Tanah (CAT);

c) sistem jaringan air baku untuk air bersih; dan d) sistem pengendali banjir.

2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian

(27)

daya rusak air dengan memperhatikan arahan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Bengawan Solo yang ditetapkan Pemerintah. 3) Wilayah Sungai yang berada pada kota yaitu Wilayah Sungai Bengawan Solo yang

merupakan Wilayah Sungai lintas Propinsi mencakup DAS Bengawan Solo. 4) Cekungan Air Tanah yang berada di kota meliputi Cekungan Air Tanah

Karanganyar – Boyolali.

5) Pengelolaan DAS dilakukan melalui peningkatan, pemeliharaan, dan rehabilitasi pada DAS Bengawan Solo dengan anak-anak sungainya;

6) Pengembangan sistem jaringan air baku untuk penyediaan air bersih dengan pemanfaatan air baku dari air permukaan Sungai Bengawan Solo dan mata air Ingas Cokrotulung, serta penerapan konsep zero deep well.

7) Penyediaan air bersih dengan memanfaatkan air baku meliputi:

a) bagian utara wilayah kota dilayani oleh IPA Jebres dengan kapasitas 50 liter per detik dan SPAM Regional melalui IPA Mojosongo;

b) bagian tengah wilayah kota dilayani oleh mata air Ingas Cokrotulung dengan kapasitas 400 liter per detik, IPA Fiber dengan kapasitas 50 liter per detik dan IPA Jurug dengan kapasitas 200 - 300 liter per detik; dan

c) bagian selatan wilayah kota dilayani dengan IPA Semanggi dengan kapasitas 300 liter per detik.

8) Rencana sistem pengendalian banjir terdiri atas pengendalian banjir jangka panjang dan jangka pendek, di kawasan sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem Wulung, dan Kali Tanggul, antara lain:

a) mengembangkan jalur hijau di sepanjang sepanjang sungai dan kali;

b) pengendalian banjir jangka panjang dengan pengerukan/normalisasi sungai; c) menetapkan badan air berupa saluran dan sungai sesuai peruntukannya; d) pengembangan prasarana dan sarana untuk pengendalian banjir di pintu air

(28)

Rencana Pengembangan Infrastruktur Kota 1. Sistem drainase meliputi:

a. sistem drainase perkotaan yang terdiri dari jaringan sungai atau kali dan saluran primer penuntasan permukiman berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan; b. jaringan sungai atau kali adalah Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali

Gajah Putih, Kali Pepe Hulu, Kali Pepe Hilir, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali Pelem Wulung, dan Kali Tanggul; dan

c. pengaturan mengenai jaringan saluran primer penuntasan permukiman ditetapkan melalui Peraturan Walikota.

2. Sistem persampahan meliputi:

a. mengelola sampah dengan menerapkan konsep reduce, reuse and recycle (3R); b. optimalisasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo; dan

c. mengembangkan konsep Tempat Pembuangan Akhir sampah regional.

3. Sistem penyediaan air bersih meliputi peningkatan pelayanan jaringan primer dari Cokrotulung Kabupaten Klaten ke jaringan sekunder dan tersier yang mencakup seluruh jaringan jalan di kota serta pengembangan sistem penyediaan air bersih regional yang mengambil sumber air dari Waduk Gajah Mungkur. Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka penyediaan air bersih yaitu:

a. meningkatkan pelayanan air bersih dari 57,26 % (lima puluh tujuh koma dua puluh enam per seratus) menjadi 80% (delapan puluh perseratus);

b. mengurangi tingkat kebocoran/kehilangan air dari 39,26% (tiga puluh sembilan koma dua puluh enam persen) menjadi 20% (dua puluh persen) di akhir tahun perencanaan; c. meningkatkan produksi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kota dari 859,54

(delapan ratus lima puluh sembilan koma lima empat) liter per detik menjadi 1.770,17 (seribu tujuh ratus tujuh puluh koma tujuh belas per seratus) liter per detik;

d. membangun reservoir baru dengan kapasitas sebesar 300 liter per detik di IPA Semanggi, dan IPA Mojosongo; dan

e. meningkatkan kapasitas sebesar 900 liter per detik melalui SPAM regional.

Pelayanan dan pengelolaan air minum kota disediakan oleh PDAM ke seluruh wilayah. 4. Sistem pengelolaan air limbah kota meliputi:

(29)

a. Sistem pengelolaan terpusat di wilayah pelayanan yaitu :wilayah pelayanan kota bagian selatan dengan pengolahan IPAL di Kelurahan Semanggi.

b. Sistem pengelolaan komunal berbasis masyarakat dilakukan di luar sistem perpipaan. c. Sistem pengelolaan prasarana air limbah dilakukan melalui:

1) merehabilitasi jaringan pipa peninggalan Belanda (jaringan saluran disebutkan daerah pelayanannya sampai ke IPAL Semanggi);

2) mengoptimalisasi IPAL Semanggi;

3) meningkatan cakupan pelayanan sambungan air limbah perumahan; dan 4) membangun IPAL di Kelurahan Pucang Sawit dengan kapasitas 6.000 SR. d. Sistem pengelolaan air limbah B3 diatur melalui peraturan perundang-undangan. 5. Sistem jaringan pedestrian meliputi:

a. pengembangan sistem pedestrian pada pusat-pusat kegiatan serta berada pada kawasan pariwisata dan tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem transportasi/sirkulasi yang ada;

b. jalur pedestrian dan jalur sepeda diintegrasikan dengan jaringan angkutan umum berikut fasilitas pendukungnya yang memadai dengan memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat;

c. peningkatan penataan jalur pedestrian pada koridor Purwosari – Brengosan – Gendhengan – Sriwedari – Ngapeman – Gladag – Pasar Gedhe;

d. pembangunan jalur pedestrian pada koridor menuju kawasan cagar budaya di seluruh wilayah kota; dan

e. pembangunan jalur pedestrian pada koridor menuju kawasan strategis di seluruh wilayah kota.

6. Sistem jaringan jalur sepeda meliputi:

a. pengembangan dan perbaikan jalur khusus untuk sepeda di Jalan Brigjend. Slamet Riyadi, Jalan L.U. Adi Sucipto, Jalan MT. Haryono, Jalan Jend. Urip Sumoharjo, Jalan Kol. Sutarto, Jalan Ir. Sutami dan Jalan Dr. Rajiman;

b. menanam pohon-pohon yang rindang di sepanjang jalur sepeda;

c. mengadakan tempat parkir sepeda yang aman di tempat umum dan tempat kerja; d. memperbaiki rambu di setiap simpang, sehingga memudahkan pengendara sepeda

(30)

7. Sistem jaringan pejalan kaki meliputi:

a. meningkatan kualitas jalur pejalan kaki; dan

b. mengembangan jalur pejalan kaki dilaksanakan berdasarkan arahan pengembangan dan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah.

8. Lokasi parkir dan perpindahan moda terletak di Kelurahan Sondakan-Kecamatan Laweyan, Kelurahan Joyotakan-Kecamatan Pasarkliwon, Kelurahan Pucangsawit dan Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres

9. Jalur evakuasi bencana meliputi:

a. jalur evakuasi (escape way) bencana, meliputi:

1) arah Selatan, melalui Jalan Veteran – Jalan Bhayangkara – Jalan Radjiman – Jalan dr. Wahidin Sudiro Husodo – Jalan Dr. Muwardi – Lapangan Manahan;

2) arah Tenggara, melalui Jalan Kapten Mulyadi – Jalan Urip Sumohardjo – Jalan Jend. Ahmad Yani – Lapangan Manahan;

3) arah Timur, melalui Jalan Ir. Sutami – Jalan Kol. Sutarto – Jalan Jend. Ahmad Yani – Lapangan Manahan; dan

b. jalur evakuasi menuju tempat evakuasi (melting point) skala kota yang berlokasi di Gelanggang/Lapangan Olah Raga Manahan serta tempat evakuasi untuk skala kawasan dan lokal berlokasi di kantor kecamatan atau kantor kelurahan yang ada pada masing-masing kawasan.

2.2.3. Rencana Pola Ruang Wilayah

Kebijakan pengembangan pola ruang Kota Surakarta berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011 – 2031 yaitu :

Kawasan Lindung

Kawasan lindung terdiri atas:

1. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dengan arahan pengembangan meliputi:

a. Sungai Bengawan Solo yang melalui kota memiliki garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul; dan

(31)

b. Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali Pelem Wulung yang melalui kota memiliki garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Luas kawasan perlindungan setempat kurang lebih 401 (empat ratus satu) ha dengan sebaran lokasi di Kawasan I seluas 47 (empat puluh tujuh) ha, terletak di Kecamatan Jebres seluas 12 (dua belas) ha, Kecamatan Laweyan seluas 5 (lima) Ha dan Kecamatan Pasarkliwon seluas 30 (tiga puluh) ha;

Rencana pengembangan kawasan perlindungan setempat, meliputi:

a. mempertahankan fungsi sempadan sungai dan mengendalikan perkembangannya; b. mengembalikan fungsi sempadan sungai di seluruh wilayah kota sebagai RTH secara

bertahap; dan

c. merehabilitasi kawasan sempadan sungai yang mengalami penurunan fungsi.

2. Penyediaan RTH untuk mencapai luasan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah kota, dikembangkan RTH privat minimal 10% (sepuluh persen) dan RTH publik sebesar 20% (dua puluh persen) dari luas wilayah kota. Penyediaan RTH privat meliputi pekarangan rumah, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha, kawasan peruntukan industri, fasilitas umum, dengan luasan sekitar 446,32 (empat ratus empat puluh enam koma tiga puluh dua) ha atau sekitar 10,13% (sepuluh koma tiga belas persen) dari luas kota. RTH publik dengan luasan sekitar 882,04 (delapan ratus delapan puluh dua koma nol empat) ha atau sekitar 20,03% (dua puluh koma nol tiga persen) dari luas kota meliputi: a. RTH taman kota/alun-alun/monumen dikembangkan secara bertahap dengan luas

pengembangan sekitar 357 (tiga ratus lima puluh tujuh) ha.

b. RTH taman pemakaman dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 50 (lima puluh) ha.

c. RTH penyangga air (resapan air) dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 11,55 (sebelas koma lima puluh lima) ha.

d. RTH jalur jalan kota dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 214,55 (dua ratus empat belas koma lima puluh lima) ha.

e. RTH sempadan sungai dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 77,61 (tujuh puluh tujuh koma enam puluh satu) ha.

(32)

f. RTH sempadan rel dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 73 (tujuh puluh tiga) ha.

g. RTH tanah negara dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 77,23 (tujuh puluh tujuh koma dua puluh tiga) ha.

h. RTH kebun binatang dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar 21,10 (dua puluh satu koma sepuluh) ha.

3. Kawasan cagar budaya seluas 81 (delapan puluh satu) ha, dengan sebaran lokasi di Kawasan I seluas 57 (lima puluh tujuh) ha yang tersebar di Kecamatan Laweyan seluas 4 (empat) ha dan Kecamatan Pasar kliwon seluas 53 (lima puluh tiga) ha;

Kawasan cagar budaya yang terbagi dalam:

a. kelompok kawasan, meliputi ruang terbuka/taman, dan kawasan bangunan cagar budaya lainnya yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. kelompok bangunan, meliputi bangunan rumah tradisional, bangunan umum kolonial, bangunan peribadatan, gapura, tugu, monumen, dan perabot jalan.

Pengembangan dan pengelolaan kawasan cagar budaya melalui:

a. Pengembangan jalur khusus wisata yang menghubungkan antar kawasan cagar budaya diatur dalam rencana induk pariwisata kota.

b. Pelestarian cagar budaya yang mengalami penurunan fungsi dan kondisi bangunan diatur dalam rencana induk pelestarian cagar budaya.

4. Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan bencana banjir. Kawasan rawan bencana banjir meliputi kawasan sepanjang sisi Sungai Bengawan Solo dan sekitarnya. Kawasan rawan bencana banjir meliputi:

a. Kecamatan Pasarkliwon di Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Gajahan, Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Kauman, Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Pasarkliwon, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Semanggi; dan b. Kecamatan Serengan di Kelurahan Danukusuman, Jayengan, Joyotakan, Kemlayan,

Kratonan, Serengan, dan Tipes.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana banjir meliputi:

a. normalisasi Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dan Kali Tanggul;

(33)

b. penguatan tanggul sungai di sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali Wingko, Kali Anyar, Kali Gajah Putih;

c. pemeliharaan kolam retensi; dan d. revitalisasi drainase perkotaan. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya terdiri atas:

 Kawasan peruntukan industri meliputi:

a. Industri rumah tangga diantaranya industri rumah tangga pembuatan shuttle cock dan gitar di Kecamatan Pasarkliwon;

b. Industri kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Laweyan. Kawasan peruntukan industri meliputi:

a. penetapan kegiatan industri ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah; dan

b. pengembangan kawasan industri yang didukung oleh jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan.

 Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari pariwisata cagar budaya dan nilai-nilai tradisional, pariwisata sejarah, pariwisata belanja dan pariwisata kuliner serta transportasi pariwisata. Kawasan pariwisata cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional terletak di Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, dan Kecamatan Pasarkliwon. Kawasan pariwisata belanja meliputi wisata belanja batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Laweyan. Kawasan pariwisata kuliner yang tersebar di wilayah kota. Untuk menunjang pariwisata dikembangkan transportasi wisata yang meliputi:

a. pengembangan prasarana transportasi wisata menggunakan jaringan jalan rel, jalan raya, dan sungai;

b. jaringan transportasi wisata menggunakan jalan rel dan jalan raya berada pada koridor yang menghubungkan Stasiun Jebres, Stasiun Surakarta Balapan, Stasiun Purwosari, dan Stasiun Sangkrah;

c. jaringan transportasi wisata sungai dikembangkan di Kali Pepe, Kali Anyar, dan Sungai Bengawan Solo.

(34)

b. pengembangan kegiatan pendukung yang meliputi hotel, restoran, pusat penukaran uang asing, pusat souvenir, dan oleh-oleh; dan

c. Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata kota lebih lanjut akan diatur dalam rencana induk pariwisata.

 Kawasan peruntukan permukiman dikembangkan seluas 2.275 (dua ribu dua ratus tujuh puluh lima) ha, yang tersebar di seluruh wilayah Kota. Pengembangan perumahan vertikal berupa Rumah Susun Sewa (Rusunawa) di Kecamatan Serengan. Kawasan peruntukan permukiman yaitu kawasan permukiman kepadatan tinggi dengan sebaran di Kawasan I seluas 464 (empat ratus enam puluh empat) ha yaitu di:

a) Kecamatan Jebres seluas 62 (enam puluh dua) ha; b) Kecamatan Laweyan seluas 111 (seratus sebelas) ha;

c) Kecamatan Pasarkliwon seluas 186 (seratus delapan puluh enam) ha; d) Kecamatan Serengan seluas 105 (seratus lima) ha;

Peningkatan kualitas permukiman kumuh di seluruh wilayah kota. Pengembangan perumahan yang menyediakan ruang terbuka di seluruh wilayah kota. Pengembangan taman pada masing-masing PPK, SPK dan PL; dan Pengembangan sumur–sumur resapan individu dan kolektif di setiap pengembangan lahan terbangun.

 Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi:

a. Pasar tradisional berada di wilayah Kelurahan Kauman, Kelurahan Kemlayan, Kelurahan Semanggi, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Danusuman, Kelurahan Panjang, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Karangasem, Kelurahan Manahan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Pasarkliwon.

b. Pusat perbelanjaan meliputi:

1) pengembangan perdagangan skala regional kota diantaranya di Kelurahan Danusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Kedung Lumbu-Kecamatan Pasarkliwon dan Kelurahan Panularan-Kecamatan Laweyan berupa perdagangan grosir dan pasar besar; dan

2) pengembangan kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan protokol.

(35)

c. Toko modern berupa pengembangan pusat perbelanjaan dan toko modern di wilayah kota yang penempatannya ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

 Pengembangan kawasan peruntukan perkantoran di Kawasan I seluas 1 (satu) ha, yaitu di Kecamatan Laweyan;

 Kawasan RTNH di kawasan I seluas 3 (tiga) ha, terletak di Kecamatan Jebres seluas 1 (satu) ha dan Kecamatan Pasarkliwon seluas 2 (dua) Ha;

 Kawasan peruntukan kegiatan sektor informal meliputi:

a. ruang yang sudah ditetapkan sebagai ruang relokasi dan pengelompokkan PKL oleh Pemerintah Daerah;

b. ruang sekitar pusat perdagangan disediakan oleh pemilik pusat perdagangan sebagai bentuk dari Coorporate Social Responsibility (CSR);

c. ruang tempat penyelenggaraan acara Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta sebagai pasar malam (night market), di Jalan Diponegoro dan Jalan Gatot Subroto; dan d. sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, di Kawasan I yaitu di Kelurahan Kedunglumbu, Kelurahan Jayengan, Kelurahan Keratonan dan Kelurahan Sriwedari-Kecamatan Pasarkliwon;

 Kawasan peruntukan lain pertanian seluas sekitar 111 (seratus sebelas) ha yang terletak di Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres, terdiri dari lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering yang ditetapkan dan dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Lahan pertanian kering meliputi lahan kering di kawasan I seluas 3 (tiga) ha yaitu di Kelurahan Semanggi-Kecamatan Pasarkliwon.

Kawasan peruntukan lain perikanan terdiri dari: a. kawasan perikanan tangkap;

b. Kawasan perikanan budidaya dialokasikan di perairan umum darat tersebar di Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari dan Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres.

c. Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebar di Balekambang di depo Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Manahan-Kecamatan Banjarsari.

(36)

Kawasan peruntukan lain pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan dikembangkan di seluruh wilayah kota.

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di seluruh wilayah diantaranya meliputi: a. Korem 074/ Warastratama di Kecamatan Laweyan;

b. Komando Rayon Militer (Koramil) yang terdapat di kecamatan-kecamatan; c. Pusdiktop Kodiklat di Kecamatan Pasarkliwon;

d. Kantor Polisi Militer di Kecamatan Pasarkliwon.

2.2.4. Rencana Kawasan Strategis

Kawasan strategis Kota diantaranya adalah :

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi merupakan kawasan terpadu yang diantaranya pada koridor Jalan Jend. Gatot Subroto dan sebagian ruas Jalan Dr. Rajiman (Coyudan) Kelurahan Kemlayan-Kecamatan Serengan; dan

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya diarahkan di kawasan Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, dan Taman Sriwedari.

c. Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ilmu pengetahuan di kawasan Solo Techno Park.

d. Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan lingkungan di Kawasan Satwa Taru Jurug

2.3.

GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

2.3.1 Wilayah Administrasi

Kawasan I Kota Surakarta terdiri dari 22 Kelurahan dengan wilayah administrasi seluas 1.063,45 ha. Kelurahan yang termasuk dalam Kawasan I Kota Surakarta berasal dari 4 Kecamatan yang berbeda antara lain Kecamatan Pasar kliwon sebanyak 9 Kelurahan, Kecamatan Serengan sebanyak 7 Kelurahan dan Kecamatan laweyan sebanyak 3 Kelurahan serta Kecamatan Jebres sebanyak 3 Kelurahan. Kelurahan yang memiliki wilayah terluas adalah Kelurahan Semanggi yaitu seluas 166,82 ha sedangkan Kelurahan dengan wilayah administrasi paling sedikit adalah Kelurahan Kauman yaitu seluas 19,2 ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luasan wilayah administrasi Kawasan I Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel II.5.

(37)

2.3.2 Kondisi Sosial dan Kependudukan Kawasan I Kota Surakarta A. Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 memiliki penduduk sebanyak 193.435 jiwa.Kelurahan yang memiliki penduduk paling banyak adalah Kelurahan Semanggi yaitu sebanyak 34.439 jiwa, kelurahan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah Kelurahan Kauman yaitu sebanyak 3.515 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 182 jiwa/ha.Kelurahan dengan angka kepadatan penduduk paling banyak adalah Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres yaitu sebanyak 275 jiwa/ha, sedangkan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Kelurahan Sriwedari yaitu sebanyak 83 jiwa/ha.

Tabel II.3

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk (Jiwa/ha) Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013

No Kecamatan/Kelurahan Luas (ha) Jumlah Penduduk Kepadatan Jiwa/ha

A Kecamatan Pasar Kliwon

1 Joyosuran 54 11.778 218 2 Semanggi 166,82 34.439 206 3 Pasar Kliwon 36 7.188 200 4 Baluwarti 40,7 7.480 184 5 Gajahan 33,9 5.233 154 6 Kauman 19,2 3.515 183 7 Kampung Baru 30,6 3.635 119 8 Kedung Lumbu 55,1 5.696 103 9 Sangkrah 45,2 11.532 255 Jumlah A 481,52 90.496 188 B Kecamatan Serengan 1 Joyokatan 45,9 8.936 195 2 Danukusuman 50,8 11.871 234 3 Serengan 64 13.211 206 4 Tipes 64 11.597 181 5 Kratonan 32,4 5.699 176 6 Jayengan 29,3 5.764 197 7 Kemlayan 33 3.879 118 Jumlah B 319,4 60.957 191 C Kecamatan Laweyan

(38)

No Kecamatan/Kelurahan Luas (ha) Jumlah Penduduk Kepadatan Jiwa/ha 2 Sriwedari 51,3 4.245 83 3 Penumping 50,33 5.625 112 Jumlah C 156,03 19.800 127 D Kecamatan Jebres 1 Sudiroprajan 23 4.999 217 2 Gandekan 35 9.625 275 3 Sewu 48,5 7.558 156 Jumlah D 106,5 22.182 208 TOTAL 1063,45 193.435 182

Sumber : BPS dalam Angka 2014

B. Jumlah penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebanyak 193.435 jiwa yang terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 94.990 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 98.445 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki paling banyak terdapat di Kelurahan Semanggi yaitu sebanyak 17.224 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Kelurahan Kampung Baru yaitu sebanyak 1.554 jiwa.

Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan paling banyak berada di Kelurahan Semanggi yaitu sebanyak 17.215 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan paling sedikit berada di Kelurahan Kauman yaitu sebanyak 1.720 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel yang ada berikut.

Tabel II.4

Penduduk Menurut Jenis KelaminKawasan I Kota Surakarta Tahun 2013

No Kecamatan/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

A Kecamatan Pasar Kliwon

1 Joyosuran 5.730 6.048 11.778 2 Semanggi 17.224 17.215 34.439 3 Pasar Kliwon 3.456 3.732 7.188 4 Baluwarti 3.585 3.895 7.480 5 Gajahan 2.548 2.685 5.233 6 Kauman 1.795 1.720 3.515 7 Kampung Baru 1.554 2.081 3.635 8 Kedung Lumbu 2.890 2.806 5.696

(39)

No Kecamatan/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah 9 Sangkrah 5.547 5.985 11.532 Jumlah A 44.329 46.167 90.496 B Kecamatan Serengan 1 Joyokatan 4.496 4.440 8.936 2 Danukusuman 5.674 6.197 11.871 3 Serengan 6.516 6.695 13.211 4 Tipes 5.730 5.867 11.597 5 Kratonan 2.756 2.943 5.699 6 Jayengan 2.849 2.915 5.764 7 Kemlayan 1.864 2.015 3.879 Jumlah B 29.885 31.072 60.957 C Kecamatan Laweyan 1 Panularan 4.903 5.027 9.930 2 Sriwedari 2.062 2.183 4.245 3 Penumping 2.671 2.954 5.625 Jumlah C 9.636 10.164 19.800 D Kecamatan Jebres 1 Sudiroprajan 2.492 2.507 4.999 2 Gandekan 4.826 4.799 9.625 3 Sewu 3.822 3.736 7.558 Jumlah D 11.140 11.042 22.182 TOTAL 94.990 98.445 193.435

Sumber : BPS dalam Angka 2014

C. Jumlah penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebanyak 93.435 jiwa. Kelompok umur yang paling banyak penduduknya adalah kelompok umur 30 – 39 yaitu sebanyak 28.608 jiwa, sedangkan kelompok umur paling sedikit jumlahnya adalah kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 12.277 jiwa. Berdasarkan kelompok umur yang ada, maka jumlah penduduk usia produktif (usia 20 sampai dengan 49 tahun) sebanyak 92.151 jiwa, sedangkan penduduk yang tidak produktif (usia 50 tahun keatas) sebanyak 31.337 jiwa.

(40)

Tabel II.5

Penduduk Menurut Kelompok Umum di Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013

No Kecamatan/Kelurahan 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-39 40-49 50-59 +60 Jumlah

A Kecamatan Pasar Kliwon

1 Joyosuran 1.027 887 735 829 1.442 1.741 1.741 1.690 1.519 167 11.778 2 Semanggi 3.117 2.662 2.692 2.917 2.782 3.170 5.738 4.753 3.670 2.938 34.439 3 Pasar Kliwon 568 515 573 593 610 659 1.092 1.412 829 337 7.188 4 Baluwarti 1.306 566 645 783 749 893 862 742 537 397 7.480 5 Gajahan 325 296 338 390 442 555 908 864 564 551 5.233 6 Kauman 395 234 295 320 239 291 766 497 439 39 3.515 7 Kampung Baru 485 255 345 383 372 302 743 437 271 42 3.635 8 Kedung Lumbu 310 402 453 422 405 376 1.154 887 677 610 5.696 9 Sangkrah 966 959 885 1.019 1.032 1.248 2.046 1.512 1.099 766 11.532 Jumlah A 8.499 6.776 6.961 7.656 8.073 9.235 15.050 12.794 9.605 5.847 90.496 B Kecamatan Serengan 1 Joyokatan 1.384 368 867 1.293 1.200 1.022 968 867 662 305 8.936 2 Danukusuman 975 756 1.486 1.526 1.525 1.350 1.588 1.287 889 489 11.871 3 Serengan 1.040 987 1.687 1.634 1.649 1.576 1.446 1.250 1.181 761 13.211 4 Tipes 789 640 857 943 887 930 2.226 1.843 1.320 1.162 11.597 5 Kratonan 245 235 473 428 405 414 1.030 943 817 709 5.699 6 Jayengan 695 342 591 562 713 728 849 607 416 261 5.764 7 Kemlayan 993 522 327 359 350 358 284 245 262 179 3.879 Jumlah B 6.121 3.850 6.288 6.745 6.729 6.378 8.391 7.042 5.547 3.866 60.957 C Kecamatan Laweyan 1 Panularan 2.438 913 851 1.058 900 861 950 887 832 240 9.930 2 Sriwedari 273 309 302 296 313 319 767 693 478 495 4.245 3 Penumping 577 469 721 652 717 674 672 587 444 112 5.625 Jumlah C 3.288 1.691 1.874 2.006 1.930 1.854 2.389 2.167 1.754 847 19.800

(41)

No Kecamatan/Kelurahan 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-39 40-49 50-59 +60 Jumlah D Kecamatan Jebres 1 Sudiroprajan 280 425 381 378 409 499 832 647 617 531 4.999 2 Gandekan 813 847 828 1.297 1.200 987 1.075 1.115 717 746 9.625 3 Sewu 860 654 612 817 965 682 871 837 820 440 7.558 Jumlah D 1.953 1.926 1.821 2.492 2.574 2.168 2.778 2.599 2.154 1.717 22.182 TOTAL 19.861 14.243 16.944 18.899 19.306 19.635 28.608 24.602 19.060 12.289 193.435

(42)

D. Jumlah penduduk Menurut Pendidikan

Jumlah penduduk usia 5 tahun keatas di Kawasan I Kota Surakarta menurut pendidikan pada tahun 2013 sebanyak 176.236 jiwa. Tingkat pendidikan paling banyak di Kawasan I Kota Surakarta adalah penduduk Tamatan SLTA yaitu sebanyak 37.515 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang tidak sekolah sebanyak 13.319 jiwa.Penduduk yang berpendidikan tamat akademi/perguruan tinggi di Kawasan I Kota Surakarta sebanyak 18.606 jiwa.

Tabel II.6

Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan di Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013

No Kecamatan/ Kelurahan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah A Kecamatan Pasar Kliwon 1 Joyosuran 1.166 3.405 1.931 1.664 915 687 1.074 10.842 2 Semanggi 3.193 8.128 7.006 2.320 3.084 5.483 2.109 31.323 3 Pasar Kliwon 209 2.562 1.746 671 777 644 10 6.619 4 Baluwarti 598 1.571 1.698 1.080 313 433 481 6.174 5 Gajahan 842 1.780 928 412 124 405 415 4.906 6 Kauman 603 664 496 297 129 566 365 3.120 7 Kampung Baru 577 1.132 482 311 115 211 320 3.148 8 Kedung Lumbu 656 1.284 943 850 798 642 213 5.386 9 Sangkrah 679 3.050 2.185 2.602 203 903 944 10.566 Jumlah A 8.523 23.576 17.415 10.207 6.458 9.974 5.931 82.084 B Kecamatan Serengan 1 Joyokatan 151 1.446 1.639 2.895 317 565 561 7.574 2 Danukusuman 601 3.246 2.758 3.363 367 287 334 10.956 3 Serengan 1.979 4.505 2.786 1.167 686 874 168 12.165 4 Tipes 1.447 3.433 1.839 1.776 812 411 1.190 10.908 5 Kratonan 907 1.880 822 600 417 232 660 5.518 6 Jayengan 725 1.424 971 710 273 754 309 5.166 7 Kemlayan 377 439 441 318 267 868 276 2.986 Jumlah B 6.187 16.373 11.256 10.829 3.139 3.991 3.498 55.273 C Kecamatan Laweyan 1 Panularan 757 2.978 2.865 2.625 254 75 76 9.630 2 Sriwedari 775 1.449 586 363 248 184 367 3.972 3 Penumping 776 1.743 1053 672 90 657 57 5.048 Jumlah C 2.308 6.170 4504 3.660 592 916 500 18.650

Gambar

Tabel II. 2.
Gambar 2.1  Ilustrasi Profil Penampang Geologi Bawah Permukaan Kota Surakarta
Tabel II.2
Tabel II.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2005 terjadi pemecahan dan penggabungan menjadi 3 (tiga) Kantor

[r]

Obyek penelitian adalah variabel yang diteliti yang terdapat dalam tema penelitian Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Terhadap Pajak

Senyawa Biner adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur, yang berasal dari satu unsur logam dan satu unsur nonlogam atau dari dua unsur nonlogam... 1) Tata Nama Senyawa Biner

Suatu Invensi dianggap baru ( novel ) apabila pada tanggal penerimaan, Invensi tersebut berbeda atau tidak sama dengan teknologi yang. diungkapkan sebelumnya ( prior

Ini adalah sumber daya yang bagus dan strategi yang mudah untuk mempertahankan situs mana yang akan memberi peluang terbaik untuk menang.. situs sering diperbarui, mereka

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara adiksi game online dengan keterampilan penyesuaian sosial, artinya semakin tinggi adiksi remaja terhadap game online,

fitur yaitu login, materi, tugas, forum , pengumuman, berita, data ajar, kelas siswa, kelas, pelajaran, pengguna, orangtua, siswa, guru, jadwal, absen, nilai telah