• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (CIRC) COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DI KELAS VII YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH T.A. 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (CIRC) COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DI KELAS VII YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH T.A. 2016/2017."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (CIRC) COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DI KELAS VII YAYASAN

MADRASAH ISLAMIYAH MEDAN

Oleh :

Damayanti Damanik NIM. 4123311006

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integred Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan T.A. 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

(3)

v

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada ayahanda tercinta Sahdan Damanik dan Ibunda tercinta Esnauli Sinaga serta kepada adik tercinta Doni Syahyudi Damanik, Dasman Damanik, Aldiman Damanik yang telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat, do’a dan materi sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksanakan dengan baik. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasi kepada teman-teman seperjuangan, Jurusan Matematika terkhususnya kepada kelas grup HIDUP SEGAN MATI TAK MAU (Eks’ A 2012) yaitu Upik Abu Mutiara Tampubolon (Mutung), TinkerBell Leni Harahap (Lekong), Rita Malona Butar-butar (Satpan Eks’ A), Ade Fadilah Rambe (Kriting Kombang), Nazmi Handayani Harahap (BOMBOM) dan teman- teman yang tidak bisa penulis cantumkan namanya satu persatu namun senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skrispi ini, namun penulis menyadari dan masih banyak kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skrispi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

Medan, 27 Januari 2017

Penulis,

Damayanti Damanik

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

1.7. Defenisi Operasional 10

1.7.1.Kemampuan Komunikasi matematika 10

1.7.2.Model Pembelajaran CIRC 10

1.7.3.Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 11 1.7.4.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 12

2.1.1. Pengertian Belajar 12

2.1.2. Pembelajaran 14

2.1.3. Pembelajaran Matematika 16

(5)

vii

2.1.6. Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Komunikasi

Matematika 24

2.1.7. Model Pembelajaran 25

2.1.8. Pembelajaran Kooperatif 27

2.1.9. Model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 30 2.1.10.Materi Aritmatika Sosial 45

2.1.11.Kerangka Konseptual 52

2.1.12.Hipotesis Tindakan 52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 53

3.1.1. Lokasi Penelitian 53

3.1.2. Waktu Penelitian 53

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 53

3.2.1. Subjek Penelitian 53

3.2.2. Objek Penelitian 53

3.3. Jenis Peneliatian 53

3.4. Alat dan Pengumpulan Data 55

3.4.1. Tes 55

3.4.2. Observasi 55

3.4.3. Wawancara 56

3.5. Prosedur Penelitian 56

3.5.1. Siklus I 56

3.5.1.1. Permasalahan Siklus I 56 3.5.1.2. Perencanaan Tindakan Siklus I 56 3.5.1.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I 57 3.5.1.4. Tahap Observasi Siklus I 58 3.5.1.5. Tahap Analisis Data Siklus I 58 3.5.1.6. Tahap Refleksi Siklus I 58

3.5.2. Siklus II 59

(6)

viii

3.6.1. Reduksi Data 60

3.6.2. Paparan Data 61

3.7. Menarik Kesimpulan 62

3.8. Indikator keberhasilan 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian 64

4.1.1. Siklus I 64

4.1.1.1. Permasalahan Siklus I 64 4.1.1.2. Perencanaan Tindakan Siklus I 67 4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 68

4.1.1.4. Observasi Siklus I 71

4.1.1.5. Analisis Data Siklus I 75

4.1.1.6. Refleksi Siklus I 79

4.1.2. Siklus II 81

4.1.2.1. Permasalahan Siklus II 81 4.1.2.2. Perencanaan Tindakan Siklus II 82 4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 83

4.1.2.4. Observasi Siklus II 85

4.1.2.5. Analisis Data Siklus II 89

4.1.3. Temuan Penelitian 94

4.1.4. Pembahasan Hasil Penelitian 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 97

5.2. Saran 98

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-langkah model pembelajaran 28 Tabel 2.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran CIRC 32 Tabel 2.3. Tabel Penerapan Model Pembelajaran CIRC 34 Tabel 2.4. Tabel Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 36 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa pada Tes Awal 65

Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Awal 66 Tabel 4.3. Hasil Observasi Guru Siklus I 73 Tabel 4.4. Hasil Observasi Siswa Siklus I 74 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa pada Tes Siklus I 77

Tebel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Siklus I 78 Tabel 4.7. Hasil Observasi Guru Siklus II 86 Tabel 4.8. Hasil Observasi Siswa Siklus II 89 Tebel 4.9. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Siklus II 91 Tebel 4.10. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

(8)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Jawaban Tes Awal 4

Gambar 1.2. Jawaban Tes Awal 4

Gambar 1.3 Jawaban Tes Awal 5

Gambar 2.1. Komponen Pembelajaran 15

Gambar 2.2. Aspek – Aspek Komunikasi Matematika 23 Gambar 3.1. Skema prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas 60 Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada

Tes Awal 65

Gambar 4.2. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa per Indikator pada Tes Awal 66 Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada

Tes Siklus I 77

Gambar 4.4. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa per Indikator pada Tes Siklus I 78 Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada

Tes Siklus II 92

Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP I Siklus I 101

Lampiran 2. RPP II Siklus I 107

Lampiran 3. RPP III Siklus II 113

Lampiran 4. RPP IV Siklus II 119

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 125 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 129 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I Siklus II 134 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II Siklus II 141 Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS I Siklus I 147 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS II Siklus I 153 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS I Siklus II 156 Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS II Siklus II 160

Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal 163

Lampiran 14. Tes Awal 164

Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 165 Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Awal 167 Lampiran 17. Pedoman Penskoran Tes Awal 170 Lampiran 18. Kisi-kisi TKKM Siklus I 172

(10)

xii

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian TKKM Siklus I 175 Lampiran 21. Lembar Validasi TKKM Siklus I 177 Lampiran 22. Pedoman Penskoran TKKM Siklus I 180 Lampiran 23. Kisi-kisi TKKM Siklus II 182

Lampiran 24. TKKM Siklus II 183

Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian TKKM Siklus II 184 Lampiran 26. Lembar Validasi TKKM Siklus II 187 Lampiran 27. Pedoman Penskoran TKKM Siklus II 190 Lampiran 28. Lembar Observasi Kegiatan Guru 192 Lampiran 29. Lembar Observasi Siswa 200

Lampiran 30. Pedoman Wawancara 208

Lampiran 3.1. Data TKKM Tes Awal 211

Lampiran 3.2. Data TKKM I Siklus I 213

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang penting dalam kehidupan manusia untuk mempersiapkan dan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan dalam pengertian yang amat luas dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam memahami dunia luar, dirinya sendiri, dan hubungan dirinya dengan orang lain dan obyek-obyek yang ada di lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut ilmu yang diperoleh dari proses pendidikan yang bermutu dapat dijadikan bekal untuk mengahadapi proses hidup yang selanjutnya. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal.

De Lange (dalam Shadiq, 2014) menyatakan:

Mathematics could be seen as the language that describes patterns-

both patterns in nature and patterns invented by the human mind.

Those patterns can either be real or imagined, visual or mental, static

or dynamic, qualitative or quantitative, purel utilitarian or of little

more than recreational interest. They can arise from the world around

us, from depth of space and time, or from the inner workings of the

human mind.

(12)

2

Ada alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204) mengemukakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua pelajaran memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Pada TIMSS (Thrends International Mathematics Science Study) pada tahun 2011 yang lalu, hasil studi ini menunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia SMP berada di peringkat 42 dari 45 negara. Indonesia hanya mampu mengumpulkan 406 poin dari skor rata-rata 500. Poin Indonesia berada di antara negara benua Afrika seperti Lebanon dengan 406 poin, Marocco dengan 376 poin, atau Ghana dengan 306 poin. Negara Asia Tenggara yang paling dekat adalah Malaysia dengan 426 poin.Sementara itu 5 besar peringkat tertinggi adalah Singapura, dikuti oleh Cina, Jepang, Finlandia, serta Slovenia.

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkap oleh hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2012. Indonesia berada di urutan dua

terbawah dari 65 peserta negara di dunia karena hanya mampu mendapatkan skor 375 untuk penguasaan kemampuan matematika. Hasil ini juga jauh berada di bawah rata-rata ke 65 negara di dunia yaitu sebesar 494 dan juga rata-rata yang ditetapkan oleh OECD (Organisation for Economics Co-operation and Development) yaitu sebesar 500 poin.

(13)

3

lisan diungkap melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Kemampuan komunikasi lisan siswa sulit diukur sehingga untuk mendapatkan informasi tersebut dibutuhkan lembar observasi untuk mengamati kualitas diskusi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sementara kemampuan komunikasi tulisan adalah kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah. Komunikasi matematika tertulis dapat diukur melalui soal.

Peran dan tugas guru sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa yakni : (a) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (b) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, (c) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; (d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (e) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; (f) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Baroody (dalam Ansari, 2009) menyatakan dua alasan mengapa komunikasi matematika penting dikembangkan di sekolah, yakni:

Pertama, Matematics as languange, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat (an invaluabel tool for communicating a varriety of ideas clearly, precisely, and succintly). Kedua, matematics learning as social activity, artinyasebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

(14)

4

temannya. Sebagian siswa mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru lebih memilih untuk diam, namun ada juga yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tindakan-tindakan yang dilakukan siswa tersebut adalah fakta yang menunjukkan bahwa minat siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

Untuk mengetahui mengapa minat siswa masih rendah maka dilakukan wawancara terhadap beberapa siswa. Mereka mengatakan terkadang mereka merasa bosan belajar matematika, apalagi jika mempelajarinya sendirian. Mereka tidak berani atau malu untuk bertanya kepada guru. Sehingga jika mereka tidak tahu, mereka hanya diam dan membiarkan ketidaktahuannya tersebut. Dari hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa siswa masih belum terbiasa berkomunikasi. Hal ini sangat disayangkan, karena kemampuan berkomunikasi dalam matematika sangat penting. Jika siswa tidak terlatih dalam berkomunikasi, maka akan berpengaruh dalam hasil belajar siswa.

Selain itu juga memberikan tes awal kepada siswa kelas VII untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa. Soal yang diberikan sebanyak 4 buah. Dari tes tersebut didapatkan hasil bahwa kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa masih rendah.

Berikut ini beberapa jawaban tes awal yang dikerjakan siswa.

Gambar 1.1. Jawaban tes awal siswa

Dari jawaban siswa pada soal no. 1 terlihat bahwa masih belum mampu memahami soal apa yang ditanya.

(15)

5

Dari jawaban siswa pada soal no. 2, Siswa belum mampu menuliskan penjelasan atau alasan tentang jawaban yang telah dituliskan.

Gambar 1.3. Jawaban tes awal siswa

Dari jawaban siswa pada soal no.3, hasil jawaban siswa sudah benar, hanya saja proses siswa menyelesaikannya belum tepat. Siswa belum mampu merekontruksi pemikirannya dalam memodifikasi pertanyaan melalui apa yang sudah diketahui.

(16)

6

Menurut Ansari (2009), Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antara siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Ada banyak tipe pembelajaran kooperatif dalam matematika, diantaranya adalah model kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Compositon (CIRC) yang dapat membantu siswa untuk mengasa kemampuan komunikasi. Sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa mampu meningkatkan kemampuan komunikasinya terutama dalam soal cerita dengan langkah-langkah yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC memandukan antara kamampuan siswa membaca dan menuliskan kembali dengan susunan yang tepat. Membaca dalam hal ini bukan sekedar melafalkan kata demi kata, tetapi harus mampu memahami ide, mengamati data yang tersirat, mengaitkan informasi, dan menalar masalah yang ada. Hal ini sangat sesuai dengan aspek komunikasi yang didalamnya termasuk kemampuan membaca dan menulis dalam matematika. CIRC juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengkomunikasikan ide matematikanya dalam kelompok baik secara lisan mau tulisan.

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 5 atau 6 siswa. Dalam kelompok-kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi

(17)

7

Beberapa peneliti mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CIRC telah banyak dilakukan dan terbukti bahwa CIRC mampu membantu guru dalam menjelaskan suatu materi. Hasil dari beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa model CIRC mampu mendorong siswa untuk mengasah kemampuan belajar secara mandiri (individual maupun kelompok) dan dapat maningkatkan aktivitas masing-masing kelompok secara efektif sehingga mampu mangukur hasil belajar pada ranah aspek kognitif, efektif, dan psikomotor, yang artinya mampu membuat siswa menjadi lebih kreatif.

Dari uraian diatas terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Compositon (CIRC) dianggap mampu

mengoptimalkan partisipasi siswa dan keaktifan siswa dalam bekerja sama ataupun bekerja secara individu yang semuanya membutuhkan kemampuan komunikasi matematika. yang akan diterapkan di Yayasan Madrasah Islamiyah untuk membantu persoalan tentang rendahnya kemampuan komunikasi siswa telah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan .

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di Kelas VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa masih beranggapan bahwa matematika marupakan mata pelajaran yang sulit.

2. Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika disebabkan karena rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa.

(18)

8

4. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dikelas VII di sekolah Yayasan Madrasah Islamiyah Medan dalam menyelesaikan suatu soal di kelas berdasarkan hasil observasi.

5. Belum diterapkannya model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) oleh guru mata pelajaran matematika

kelas VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan.

1.3. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah agar masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Penelitian ini dibatasi pada poin (4) Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan, poin (5) Pembelajaran di kelas VII yayasan Madrasah islamiyah Medan belum menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Coposition (CIRC) dapat meningkatkan komunikasi

matematika siswa kelas VII yayasan Madrasah Islamiyah Medan ?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Coposition (CIRC) kelas VII yayasan Madrasah Islamiyah

(19)

9

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Cooperative integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan T.A. 2016/2017.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Cooperative integrated Reading and Composition (CIRC) pada materi aritmatika sosial di kelas

VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan T.A. 2016/2017.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat berarti yaitu:

1. Bagi Siswa

 Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematikanya sehingga dapat memahami konsep matematika yang dipelajari dan menerapkannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Sekolah

 Memberi masukan kepada guru agar dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

 Dapat memberikan informasi tentang model-model pembelajaran inovatif sehingga dapat digunakan untuk kedepannya dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi Penulis

(20)

10

Meningkatkan kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada materi pokok Aritmatika Sosial di Kelas VII.

4. Bagi Peneliti Lain

 Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya tentunya tentang implementasi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan kemampuan

Komunikasi Matematika.

1.7. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang disajikan pada judul pengkajian materi perlu didefenisikan untuk memberikan arti yang lebih spesifik dan terarah. Istilah-istilah yang dimaksud diantaranya :

1.7.1. Kemampuan Komunikasi Matematika

Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya peristiwa saling berhubungan yang terjadi di lingkungan. Beberapa indikator dalam kemampuan komunikasi matematika, yaitu : 1) menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam ide matematika, 2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar, 3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

1.7.2. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

(21)

11

bacaan/topik utama dalam bacaan, kosa kata, latihan membaca pemahaman dan menulis dengan menggunakan proses penelitian.

1.7.3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

LAS adalah adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, menyatakan bahwa untuk mendukung pembelajaran matematika yang mampu menumbuhkan kemampuan siswa dalam membangun (mengonstruk) pengetahuan sendiri dibutuhkan perangkat pembelajaran termasuk LAS yang pengembanganya berbasis konstruktivis.

Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diharapkan penggunaan LAS dapat meningkatkan keterlibatan siswa sehingga aktivitas belajar siswa semakin meningkat. Melalui LAS siswa merasa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi jika guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan mereka, sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

1.7.4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

(22)

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

(23)

98

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika disarankan guru menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan memberikan

penghargaan/hadiah untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa.

2. Dalam penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) hendaknya guru tetap melakukan pembimbingan kepada siswa.

3. Kepada siswa Yayasan Madrasah Islamiyah Medan khususnya siswa yang berkemampuan komunikasi matematika rendah agar lebih banyak berlatih, membaca, dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.

Gambar

Gambar 1.2. Jawaban tes awal siswa
Gambar 1.3. Jawaban tes awal siswa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Kata- kata dirangkai dengan tepat untuk mendeskripsikan orang yang terkait dengan profesi, kebangsaan, ciri-ciri fisik, kualitas, dan aktifitasnya..  Kata-kata dirangkai

Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,

Arthroscope juga dapat dilengkapi dengan alat untuk mengambil sample biopsy atau untuk memotong, membersihkan serta mengelurakan loose fragments dari jaringan, tulang,

[r]

Soporcoma: Soporcoma: reflek motoris terjadi hanya bila reflek motoris terjadi hanya bila dirangsang dengan rangsangan nyeriP. dirangsang dengan

[r]

Ukuran serbuk sekecil ini diperlukan agar komponen- komponen pembentuk bahan magnet dapat saling berdeposisi (bereaksi) ketika bahan mengalami pemanasan