ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL
EKONOMI USAHATERNAK KAMBING
(Studi Kasus : Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
TRI NOVALINA
040304049/SEP
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL
EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING
(Studi Kasus : Desa Bangun Purbadan Desa Batu Gingging, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
TRI NOVALINA
040304049/SEP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakutas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. H. Hasman Hasyim, MSi) ( Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi) NIP : 130 936 323 NIP : 132 207 411
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Tri Novalina, NIM 040304049/SEP. Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing. Studi kasus Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. (Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Ketua Pembimbing dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi selaku Anggota Pembimbing).
Penelitian bertujuan untuk menganalisis perkembangan usahaternak kambing selama 5 tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara, menganalisis hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 2002-2006. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan dengan metode Korelasi Pearson. Alat bantu dalam mengolah data adalah Program SPSS 13.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan usahaternak kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 (lima) tahun belakangan ini (2002-2006) mengalami penurunan. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa secara parsial variabel lama beternak, jumlah ternak kambing, jumlah investasi dan total penerimaan dari usahaternak kambing memiliki hubungan yang nyata terhadap besarnya pendapatan bersih yang diterima dari usahaternak kambing sedangkan variabel lainnya yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat kosmopolitan, luas kandang dan total biaya tidak memiliki hubungan yang nyata dengan besarnya pendapatan bersih. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa pendapatan diluar usahaternak kambing tidak memiliki hubungan yang nyata dengan jumlah ternak kambing yang dimiliki oleh peternak kambing.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.
Terimakasih Penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP Sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, Msi selaku Ketua Komisi Pembimbing
3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.
4. Seluruh Dosen dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Satia Darma Tarigan, SE, selaku kepala Desa Bangun Purba dan Bapak
Dody Supriawan selaku Kepala Desa Batu Gingging beserta seluruh staff.
6. Seluruh peternak sampel yang telah membantu Penulis dalam melengkapi
data-data yang dibutuhkan selama penelitian.
7. Ungkapan terima kasih yang setulusnya Penulis sampaikan kepada kedua Orang
tua tercinta yang telah memberikan dukungan yang luar biasa baik secara moral
maupun materi.
8. Ketiga adik-adik dan seluruh keluarga Penulis yang menjadi inspirasi dan
penyemangat untuk terus mengejar cita-cita dan atas doa mereka yang tulus.
9. Rekan-rekan sepelayanan di Gereja GPdI Metanoia yang terus mendoakan
Penulis dan terus memberikan semangat, terutama kepada Bapak Gembala
Sidang Pdt. Parlindungan Hutagalung, S.Th dan Keluarga serta seluruh abang
10.Teman-teman terbaik Nancy, Vidya, Lina, Marook, Vena dan seluruh stambuk
04 yang telah memberikan dukunganya dan doa yang tulus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Medan, Desember 2008
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Populasi Kambing ……… 7
2.2. Potensi Ternak Kambing ……….. 8
2.2.1. Potensi Ekonomi Ternak Kambing ………. 8
2.2.2. Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing ………... 9
2.2.3. Beberapa Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Usahaternak Kambing ……….. 10
4.2.1. Luas dan Topografi Desa .……….…... 33
4.2.2. Keadaan Penduduk .……….… 34
4.2.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah ..……….……….. 36
4.2.4. Sarana dan Prasarana ..………. 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Kambing di Daerah Penelitian ……….…. 39
5.2. Perkembangan Usahaternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara ... 42
5.2.1. Populasi Ternak Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi
5.4. Hubungan Karakteristik Sosial Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih ... 61
5.5. Hubungan Karakteristik Ekonomi Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih ………..……. 66
5.6. Hubungan Pendapatan di Luar Ternak Kambing dengan Jumlah Ternak Kambing ... 70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 72
6.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 Gram Daging Dari Beberapa Jenis
Ternak ……….. 2
2. Perkembangan Populasi Ternak Kambing Per Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ……. ………. 3
3. Populasi Ternak Kambing Menurut Desa di Kecamatan Bangun Purba
Kabupaten Deli serdang Tahun 2006 ……….. 4
4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford ……… 22
5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Purba
Tahun 2008 ………... 28
6. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Bangun Purba
Tahun 2008 ……….. 29
7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bangun Purba
Tahun 2008 ……….. 30
8. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Purba
Tahun 2008 ………. 31
9. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bangun Purba
Tahun 2008 ……….. 32
10.Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Batu Gingging
Tahun 2008 ……….. 34
11. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Batu Gingging
Tahun 2008 ……….. 35
12. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Batu Gingging
Tahun 2008 ……….. 36
13. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Batu Gingging
Tahun 2008... 37
14. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Batu Gingging
15. Populasi Ternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 43
16. Produksi Daging Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 44
17. Konsumsi Daging Kambing Perkapita di Propinsi Sumatera Utara Tahun
2002-2006 ... 45
18. Pemotongan Ternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-
2006 ... 47
19. Karakteristik Peternak Kambing di Daerah Penelitian Tahun 2008 ...…... 48
20.Curahan Tenaga Kerja Pada Tiap Tahapan Kegiatan Pemeliharaan
Per Peternak Sampel Per Tahun (HKP/Tahun) ……… 53
21. Rata-Rata Penerimaan Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing
Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 58
22. Rata-Rata Pendapatan Bersih Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 59
23. Rata-Rata Total Pendapatan Keluarga Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan dan Karateristik Sosial
Ekonomi Usahaternak Kambing ……….. 19
2. Populasi Ternak Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 43
3. Produksi Daging Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 44
4. Konsumsi Daging Kambing Perkapita di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 46
5. Jumlah Pemotongan Ternak Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 47
6. Ternak Kambing Pada Saat Berada di Kandang ... 110
7. Ternak Kambing yang Sedang Diangonkan ... 110
8. Gambar Kandang Kambing ... 111
9. Induk Kambing Yang Sedang Bunting ... 111
10. Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT.LONSUM ... 112
11. Foto Bersama Dosen Pembimbing Saat Supervisi ... 112
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Pengukuran Tingkat Kosmopolitan ..………. 78
2. Hasil Skor Pengukuran Tingkat Kosmopolitan ... 80
3. Karakteristik Peternak Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2008 ... 81
4. Produktifitas Ternak Kambing di Daerah Penelitian Per Tahun ... 82
5a. Curahan Tenaga Kerja Anak-Anak dan Dewasa Pada Setiap Tahapan Kegiatan Usaha Ternak Kambing Per Peternak Sampel Per Tahun (HKP/Tahun) ... 83
5b. Curahan Tenaga Kerja Anak-Anak dan Dewasa Pada Setiap Tahapan Kegiatan Usaha Ternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (HKP/Tahun)... 86
6. Pertambahan Nilai Ternak Per Peternak Kambing Per Tahun (Rp/Tahun) ... 89
7a. Total Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun) ..……….………..…. 90
7b. Total Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ……….. 91
8. Biaya Kandang Pada Usahaternak Kambing Per Peternak di Desa Bangun Purba Tahun 2008 ...……….. 92
9. Biaya Perlengkapan dan Peralatan Pada Usahaternak Kambing Per Peternak di Daerah Penelitian Tahun 2008 ... 93
10a. Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Kambing Per Peternak perTahun (Rp/Tahun) ... 95
10b. Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 96
11. Penerimaan Usaha Ternak Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 97
12b. Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per
Tahun (Rp/Tahun) ... 100
13a. Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 101
13b. Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 102
14. Total pendapatan Keluarga Peternak Kambing Per Tahun (Rp/Tahun) .... 103
15. Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Keluarga Pada Peternak Kambing Per Tahun Terhadap Total Pendapatan Keluarga (%/Tahun) ... 104
16. Korelasi Sederhana Umur dengan Pendapatan Bersih ... 105
17. Korelasi Sederhana Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Bersih ... 105
18. Korelasi Sederhana Lamanya Beternak dengan Pendapatan Bersih ... 106
19. Korelasi Sederhana Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan Bersih ... 106
20. Korelasi Sederhana Tingkat Kosmopolitan dengan Pendapatan Bersih .... 107
21. Korelasi Sederhana Luas Kandang dengan Pendapatan Bersih ... 107
22. Korelasi Sederhana Jumlah Ternak dengan Pendapatan Bersih ... 108
23. Korelasi Sederhana Total Penerimaan dengan Pendapatan Bersih ... 108
24. Korelasi Sederhana Investasi dengan Pendapatan dari Usahaternak Kambing Per Tahun ... 109
25. Korelasi Sederhana Total Biaya Produksi dengan Pendapatan Bersih ... 109
ABSTRAK
Tri Novalina, NIM 040304049/SEP. Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing. Studi kasus Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. (Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Ketua Pembimbing dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi selaku Anggota Pembimbing).
Penelitian bertujuan untuk menganalisis perkembangan usahaternak kambing selama 5 tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara, menganalisis hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 2002-2006. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan dengan metode Korelasi Pearson. Alat bantu dalam mengolah data adalah Program SPSS 13.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan usahaternak kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 (lima) tahun belakangan ini (2002-2006) mengalami penurunan. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa secara parsial variabel lama beternak, jumlah ternak kambing, jumlah investasi dan total penerimaan dari usahaternak kambing memiliki hubungan yang nyata terhadap besarnya pendapatan bersih yang diterima dari usahaternak kambing sedangkan variabel lainnya yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat kosmopolitan, luas kandang dan total biaya tidak memiliki hubungan yang nyata dengan besarnya pendapatan bersih. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa pendapatan diluar usahaternak kambing tidak memiliki hubungan yang nyata dengan jumlah ternak kambing yang dimiliki oleh peternak kambing.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan
perekonomian nasional mengingat sektor pertanian terbukti dapat memberikan
kontribusi pada perekonomian nasional meskipun terjadi krisis perekonomian. Hal
ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan besarnya
sumbangan devisa yang dihasilkan. Selain itu dapat dilihat bahwa peran sektor
pertanian dalam perekonomian Indonesia tahun 2003 sebesar 15,80% dan
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tahun 2003 sebesar 46,26 %
(Mulyasri dan Hidayati, 2003).
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan
adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya ini
akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santoso, 1997).
Kambing sering disebut ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora
yang sangat popular di kalangan petani di Indonesia terutama masyarakat pedesaan.
Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan
pertanian dan industri, mudah dikembangbiakkan dan pasarnya selalu tersedia setiap
saat serta memerlukan modal yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan ternak
yang lebih besar (Rangkuti dkk, 1991).
Daging kambing sebagai makanan yang berkualitas tinggi, dapat dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga petani/peternak terutama penting bagi
masyarakat di daerah rawan gizi. Kandungan gizi daging beberapa jenis ternak dapat
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging dari Beberapa Jenis Ternak
No. 100 gr Daging Kalori (cal) Protein (gr) Lemak (Gr)
1. Sapi 281 13,8 17,7
2. Domba 254 12,6 22,2
3. Kambing 86 12,2 15,9
4. Kerbau 96 14,2 3,9
5. Ayam 193 11,5 16,0
6. Kelinci 111 16 - 20 2,5 – 6,5
Sumber : Hatardi, dkk, 1986
Pembangunan peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak
sekaligus meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak, yang pada akhirnya
sangat bermanfaat bagi penyediaan tenaga kerja dan penyediaan pupuk dalam rangka
intensifikasi pertanian (Tohir, 1991).
Usahaternak kambing sudah menyebar rata diseluruh Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa kambing mempunyai potensi yang cepat menyesuaikan diri
dengan baik pada lingkungan dan kultur masyarakat Indonesia (Murtidjo, 1993).
Menurut Soedomo (1995), keadaan iklim di Indonesia yang beriklim tropis
sangat mendukung tersedianya beraneka ragam tumbuh–tumbuhan dan tanaman
tropis yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti sapi, kerbau, domba,
kambing, kuda, babi dan berbagai jenis ternak unggas. Keadaan iklim ini
memungkinkan tumbuhnya beranekaragam jenis tanaman sehingga hijauan untuk
makanan ternak dapat tersedia sepanjang tahun.
Indonesia mempunyai potensi peternakan yang sangat besar, kekayaan alam
Indonesia akan berjenis–jenis tanaman dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.
Selain itu, di beberapa pulau seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan pulau lainnya masih terdapat
padahal tempat–tempat tersebut sangat cocok untuk pengembangan peternakan
termasuk untuk peternakan kambing (Cahyono, 1998).
Kabupaten Deli Serdang di Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten
yang menjadi sentra produksi peternakan kambing. Perkembangan populasi ternak
kambing per kabupaten/kota di Sumatera Utara dari tahun 2002–2006 dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Populasi Ternak Kambing Per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006
Keterangan : * Angka Sementara
Sumber : Statistik Peternakan Propinsi Sumatera Utara 2006, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa di kabupaten Deli Serdang,
perkembangan populasi ternak kambing cenderung mengalami penurunan. Tahun
pada tahun 2003 populasi ternak kambing mengalami penurunan sebanyak 51.839
ekor menjadi 111.308 ekor. Tahun 2004 populasi ternak kambing 112.031 ekor
meningkat sebanyak 723 ekor dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 populasi ternak
kambing menurun menjadi 44.947 ekor dan diakhir tahun 2006 populasinya kembali
meningkat menjadi 45.533 ekor.
Tabel 3. Populasi Ternak Kambing Menurut Desa di Kecamatan
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Deli Serdang/Kecamatan Bangun Purba Dalam Angka Tahun 2006
Berdasarkan Tabel 3 di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba jumlah
populasi ternak kambing pada tahun 2006 berada di urutan kedua yaitu 103 ekor atau
posisi pertama adalah Desa Batu Gingging sebanyak 113 ekor atau sekitar 8,38%
dari total populasi ternak kambing di Kecamatan Bangun Purba pada tahun 2006
yang berjumlah 1.348 ekor.
Bertitik tolak dari hal sebelumnya, maka perlu diadakan suatu penelitian
ilmiah mengenai analisis pendapatan dan karakteristik sosial ekonomi usahaternak
kambing.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan usahatenak kambing selama 5 tahun terakhir di
Propinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya
beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing
terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian?
3. Bagaimana hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak,
jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya
produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak
kambing di daerah penelitian?
4. Apakah ada hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut adalah untuk :
1. Menganalisis perkembangan usahaternak kambing selama 5 tahun terakhir di
Propinsi Sumatera Utara.
2. Menganalisis hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya
beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing
terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian.
3. Menganalisis hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak,
jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya
produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak
kambing di daerah penelitian.
4. Menganalisis hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan
jumlah ternak kambing.
1.4. Kegunaan Penelitian :
1. Sebagai bahan informasi bagi peternak kambing dalam mengembangkan
usahaternak kambingnya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak–pihak yang berkepentingan dalam
membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan
usahaternak kambing.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak–pihak yang membutuhkan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Populasi Kambing
Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran
tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak,
jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek
dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat (Sarwono (b), 2007).
Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk
sepasang menggantung. Ternak kambing mampu memanfaatkan sumber makanan
bermutu rendah menjadi makanan bergizi tinggi seperti daging dan susu
(Sarwono (a), 1991).
Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan yang
cerdik dan mudah merasa kesepian, periang, suka bermain dan suka merusak
tanaman. Kambing lebih suka makan pada pagi dan sore hari. Perlakuan yang baik
pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya (Sumoprastowo, 1997).
Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah kambing
lokal atau kambing kacang. Meskipun populasi ternak kambing yang berkembang di
Indonesia terdiri dari banyak jenis (ras), tetapi dalam pemeliharaannya hanya dapat
dibedakan untuk tiga tujuan yaitu, penghasil daging (kambing potong), penghasil
2.2. Potensi Ternak Kambing
Nilai ekonomi, sosial dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata yaitu
dapat menyumbangkan 14–25% dari total pandapatan keluarga petani. Peranan
kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat merupakan
sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial peternak. Potensi
kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena belum memperhatikan
peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai,
sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan
dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan (Mulyono dan
Sarwono, 2007).
Dalam skala agribisnis, peluang meningkatkan potensi ternak kambing masih
cukup besar. Kambing cukup potensial dikembangkan sebagai ternak pedaging
karena calving interval (jarak beranak) pendek. Pada umur 1-2 tahun anak kambing
sudah bisa dipotong untuk dikonsumsi dagingnya. Agar pengelolaan ternak dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan maka pakan ternak, kandang,
perkembangbiakan, kesehatan, ketersediaan bibit, kondisi lingkungan setempat, dan
permintaan pasar perlu diperhatikan (Mulyono dan Sarwono, 2007).
2.2.1. Potensi Ekonomi Ternak Kambing
Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain :
a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga
tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi
b. Modal usaha (uang) cepat berputar karena pamasarannya mudah
c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan
d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem
pengembalaan akan lebih efisien
e. Proses perkembangbiakan dapat diatur (terpola) karena betina/induk dapat
dilakukan penjadwalan birahi/estrus
f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk
dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18
ekor (Mulyono, 1998).
2.2.2. Sistem Pemelihataan Ternak Kambing
Beternak kambing dapat dilakukan secara tradisional, semi-intensif dan
intensif. Dari ketiga sistem tersebut semuanya baik untuk dilakukan, tergantung
kondisi lahan, tujuan usaha, ketersediaan dana dan keterampilan mengelola ternak.
Bila tujuan beternak kambing untuk dijadikan mata pencaharian sistem yang paling
tepat adalah sistem intensif. Namun, bila tujuan beternak sekedar untuk usaha
sambilan, sistem semi intensif atau tradisional cukup memadai
(Mulyono dan Sarwono, 2007).
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari beternak kambing. Namun,
pengembangannya sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami
hambatan karena pemeliharaan kambing masih dilakukan secara tradisional.
Pemeliharaan kambing secara tradisonal kurang menguntungkan karena tidak dapat
diharapkan berproduksi secara maksimal (kambing tetap kecil dan kurus) karena
tidak adanya pengawasan yang baik tentang makanan, baik jumlahnya maupun
kualitasnya. Perhatian terhadap mutu bibit juga kurang (tanpa seleksi yang baik) dan
dilakukan secara intensif sebagai ternak pedaging berat badan kambing dapat
meningkat 150gr/ekor/hari (Siregar, 1994).
2.2.3. Beberapa Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Usahaternak Kambing
Dalam usahaternak kambing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain :
a. Kandang Kambing
Kandang berfungsi untuk memudahkan dalam pemeliharaan ternak
sehari-hari seperti pemberian pakan dan minuman, pengendalian penyakit serta vaksinasi.
Kandang juga dapat menghemat pemakaian tempat untuk pemeliharaan, membantu
memudahkan pengumpulan dan pembersihan kotoran (Sarwono (b), 2007).
b. Pembibitan
Tujuan pemilihan/seleksi bibit adalah mendapatkan kambing yang memiliki
sifat unggul seperti, tingkat kesuburannya tinggi dimana dalam 2 tahun mampu
beranak 3 kali, kemungkinan melahirkan anak kembar lebih dari 50% dan setiap
kelahiran lebih dari 2 ekor, kecepatan pertumbuhan baik, memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga tidak mudah terserang penyakit
dan angka kematian yang rendah terutama pada anak kambing yang masih kecil dan
pada induk saat melahirkan (Cahyono, 1998).
c. Pakan Untuk Kambing
Mutu makanan yang diberikan pada ternak kambing akan menentukan tingkat
produktifitasnya. Oleh karena itu penyediaan pakan harus memperhatikan mutu
disamping kuantitasnya. Mutu makanan dimaksud adalah kandungan zat gizi yang
d. Perawatan Ternak dan Sanitasi lingkungan
Tujuan beternak kambing adalah untuk menghasilkan daging, susu, bulu,
kulit dan hasil lainnya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pengelolaan ternak
yang baik dalam hal memilih calon induk, menentukan usia kambing, menentukan
masa perkawinan, merawat kambing bunting, menangani kelahiran anak kambing,
penanganan masa laktasi dan penanganan induk/anak lepas sapih
(Sarwono (b), 2007).
e. Pengendalian Penyakit Kambing
Kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Oleh
karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi prioritas utama disamping
kualitas makanan ternak dan tatalaksana yang memadai (Murtidjo, 1993).
2.2.4. Produktifitas Ternak Kambing
Produktifitas adalah kemampuan ternak kambing untuk menghasilkan
produksi dari tiap periode yang ditentukan. Produktifitas yang diamati meliputi :
a. Jumlah anak lahir/Liter size (ekor/kelahiran/tahun), yaitu jumlah ternak kambing
yang lahir dari setiap induk dari kelahiran periode terakhir atau per tahun.
b. Pertambahan berat anak kambing atau PBB (Kg/hari), merupakan pertambahan
berat kambing dari lahir sampai berumur < 6 bulan, kemudian antara 6-12 bulan
sampai dewasa (>12 bulan).
c. Periode antara 2 kelahiran/Calving interval adalah lama periode antara kelahiran
terakhir dengan kelahiran sebelumnya yang dihitung dalam bulan.
d. Tingkat kematian ternak kambing (%/tahun), dalam hal ini dihitung seluruh
ternak kambing yang mati dan dibandingkan dengan jumlah populasi awal tahun
2.3. Landasan Teori
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu
kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu
masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.
Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan
pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).
Analisis usahaternak kambing sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu
usahaternak komersial. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan mencari
langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan, rencana
penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu (Murtidjo, 1993).
Usahaternak kambing telah memberi kontribusi dalam peningkatan
pendapatan keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak kambing
tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usahaternaknya
yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor sosial dan
faktor ekonomi (Soekartawi (c), 1995).
Para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit
untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja
dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru
(Soekartawi (e), 2002).
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan
Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu
memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang itu
akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya
(Soekartawi (d), 1996).
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan
inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai
sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut
sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup
yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani
dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya
semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan
produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap dunia
luar yang selanjutnya akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam
menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan diukur berdasarkan perkembangan
inovasi baru antara lain media elektronik, media cetak dan banyaknya melakukan
kunjungan ke luar daerah tinggal atau keluar desa dalam rangka memasarkan
usahatani mereka serta memperoleh pendidikan dan informasi mengenai inovasi
pertanian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).
Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya
mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian
maka lahan semakin tidak efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan
pengawasan terhadap pemakaian faktor produksi semakin baik sehingga lebih
efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha
yang tidak efisien pula (Soekartawi (a), 1989).
Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usahaternak kambing sangat
dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga
semakin banyak jumlah ternak kambing maka semakin tinggi pendapatan bersih
yang diperoleh.
Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil
setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga terlebih dahulu,
kemudian mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan
modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usahatani lain untuk
mendukung usahanya (Tohir, 1991).
Faktor produksi (input) sering disebut dengan korbanan produksi, karena
faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor
produksi, jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen dalam
menghasilkan suatu produk/output (Soekartawi (b), 1994).
Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan
usahatani. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah perlu diperhatikan
seperti tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status kepemilikan tanah dan faktor
lingkungan. Nilai atau harga tanah dengan status milik lebih mahal bila
dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Luas lahan pertanian akan
mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha
Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap.
Modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis
dalam sekali proses produksi berlaku dalam jangka waktu yang relatif pendek dan
tidak berlaku untuk jangka panjang, seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin. Modal
tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam
satu kali proses, misalnya biaya bibit, obat-obatan atau gaji tenaga kerja. Besar
kecilnya modal yang digunakan dalam usaha pertanian tergantung pada skala usaha,
macam komoditas dan tersedianya kredit (Soekartawi (b), 1994).
Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja
berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah
semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial dapat
bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari
pekerjaan (Rusli, 1993).
Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak
yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria
(1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standart :
Tenaga kerja pria dewasa >15 tahun = 1 HKP
Tenaga kerja wanita dewasa >15 tahun = 0,8 HKP
Tenaga kerja anak-anak 10-15 tahun = 0,5 HKP
(Hernanto, 1993).
Produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Satuan
dari produksi adalah satuan berat. Hasil merupakan keluaran (output) yang diperoleh
juga merupakan fungsi tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen sebagai suatu
kesatuan yang mutlak diperlukan dalam proses produksi atau usahatani
(Daniel, 2002).
Penerimaan usahaternak meliputi penjualan ternak dan hasil ikutannya,
produk yang sudah dikonsumsi dan yang diberikan selama kegiatan, dan kenaikan
nilai inventaris dan jasa yang lain. Pengeluaran usahaternak terdiri dari biaya tetap
dan biaya tidak tetap baik secara tunai maupun kredit (Aritonang, 1993).
Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak
tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh, misalnya
bunga modal, sewa tanah dan pajak. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah
biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya
untuk sarana produksi (ransum, obat dan upah). Pendapatan yang diterima dalam
usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan
usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan
(Soekartawi (c), 1995).
2.4. Kerangka Berpikir
Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia
yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani memelihara
ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga kerja
keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani yang
ditangani para petani secara keseluruhan. Kegunaan ternak dalam sistem usahatani
apabila diperlukan sewaktu–waktu dan untuk tenaga kerja seperti sapi atau kerbau
dimana tenaganya dapat dimanfaatkan untuk mengolah lahan pertanian.
Usahaternak kambing sistem tradisional adalah kegiatan pemeliharaan ternak
kambing dimana campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir tidak
ada. Pemberian pakannya hanya sekedar saja tanpa memperhitungkan standart gizi.
Kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tata laksana
pemeliharaannya tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat
sekedar tempat berlindung pada saat siang dan malam hari.
Dalam melaksanakan usahaternak kambingnya, peternak berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien
dalam menjalankan dan mengelola usahaternaknya. Karakteristik sosial ekonomi
peternak (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan, tingkat
kosmopolitan, luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan
produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil
keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usahaternaknya.
Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan
tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal.
Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti perkandangan, seleksi
bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak dan obat-obatan.
Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual.
Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila harga
naik maka permintaan akan menurun.
Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya
yang telah dewasa, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan
uang tunai untuk keperluan keluarganya.
Pendapatan bersih usahaternak kambing diperoleh dari hasil pengurangan
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/pemeliharaan.
Pendapatan keluarga diperoleh dengan menjumlahkan nilai total tenaga kerja dalam
keluarga dengan pendapatan bersih usahaternak kambing.
Pendapatan keluarga usahaternak kambing diperoleh dari penjumlahan
pendapatan bersih usahaternak kambing dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga
peternak kambing. Total pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh
keluarga peternak dari hasil usahaternak kambingnya ditambah dengan pendapatan
yang diterima peternak dari usahaternak lain selain ternak kambing dan pendapatan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran dibawah ini:
Keterangan : : menyatakan hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing
Usahaternak Kambing
Total Biaya Produksi
Faktor Produksi
Proses Produksi/ Pemeliharaan
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan,
lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak
kambing dengan pendapatan bersih dari usahaternak kambing.
2. Terdapat hubungan antara karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak,
jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya
produksi) peternak kambing dengan pendapatan bersih dari usahaternak kambing.
3. Terdapat hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa
Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang. Daerah penelitian ini dipilih karena daerah ini memiliki populasi ternak
kambing yang cukup banyak dari total populasi ternak kambing di kecamatan
Bangun Purba.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode
sensus dimana semua populasi peternak kambing dipilih sebagai sampel. Jumlah
populasi peternak kambing yang terdapat di daerah penelitian adalah 26 KK, maka
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 KK.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari para perternak kambing melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah disiapkan. Data sekunder
diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat
Statistik Sumatera Utara, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian
Kabupaten Deli Serdang, Kantor Kepala Desa Bangun Purba, Kantor Kepala Desa
3.4. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, kemudian dinalisis dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan hipotesis.
Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan metode
analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis variabel yang mempengaruhi
perkembangan usahaternak kambing yaitu populasi kambing, produksi daging
kambing, konsumsi daging kambing perkapita dan jumlah pemotongan ternak
kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir.
Untuk hipotesis (1), (2) dan (3) dianalisis dengan menggunakan model
penduga Analisis Korelasi Linier Sederhana dengan bantuan program SPSS 13 yaitu
dengan Analisis Korelasi Pearson.
Uji kriteria adalah :
Apabila nilai signifikasi < α maka Ho ditolak
Apabila nilai signifikasi > α maka Ho diterima (Trihendradi, 2005; 2007).
Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan
kedua variabel. Untuk membaca nilai dari derajat keeratan dapat digunakan
klasifikasi hubungan statistika dua peubah menurut Guilford berikut ini :
Tabel 4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Hubungan Statistika Dua
Peubah
Keterangan
< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua
peubah
antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua peubah lemah
antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua peubah sedang
antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua peubah kuat
antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua peubah sangat kuat
Sumber : Guildford, 2003
Pendapatan bersih dari usahaternak kambing dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan : PB = Pendapatan bersih usahaternak kambing (Rp)
Q = Jumlah produksi (ekor)
Py = Harga jual ternak kambing (Rp)
Xi = Jumlah masing-masing input untuk ternak kambing
Pi = Harga masing-masing input untuk ternak kambing
Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak
tetap (VC), maka untuk menghitung seluruh biaya (TC) dengan rumus :
Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan
pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
semua biaya yang dikeluarkan. Jadi pendapatan usahatani dihitung dengan rumus :
Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
(Soekartawi (c), 1995 : 56-58).
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini,
maka diberi definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
1. Usahaternak kambing adalah kegiatan pemeliharaan ternak kambing sistem
tradisional dimana campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir
tidak ada. Pemberian pakannya hanya sekedar saja tanpa memperhitungkan
standart gizi. Kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri.
VC FC
TC = +
Tatalaksana pemeliharaannya tidak terprogram dengan baik dan kandangnya
hanya dibuat sekedar tempat berlindung pada saat siang dan malam hari.
2. Karakteristik sosial adalah faktor yang ada pada diri peternak sebagai responden
yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam usahaternaknya.
a. Umur (X1) adalah usia peternak pada saat penelitian dilakukan yang diukur
berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.
b. Tingkat pendidikan peternak (X2) adalah pendidikan formal terakhir yang
pernah ditempuh oleh peternak dinyatakan dalam tahun.
c. Lamanya beternak (X3) adalah pengalaman peternak dalam usahaternak
kambing dinyatakan dalam tahun.
d. Jumlah tanggungan keluarga (X4) merupakan banyaknya orang (jiwa) yang
ditanggung dan dibiayai oleh kepala rumah tangga peternak dalam satu
kepala keluarga.
e. Tingkat kosmopolitan (X5) adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap
dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan ke luar
desa serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan media
elektronik.
3. Karakteristik ekonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi besarnya
pendapatan yang akan diperoleh peternak dalam usahaternaknya.
a. Luas kandang (X6) adalah luas lahan yang diatasnya dibangun kandang
kambing dalam usahaternak kambing yang dimiliki oleh peternak kambing
dan dinyatakan dalam m2.
b. Jumlah ternak (X7) adalah banyaknya ternak kambing (ekor) yang dimiliki
4. Investasi (X8) merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak
dan pertambahan nilai ternak per tahun.
5. Total penerimaan pada usahaternak kambing (X9) meliputi penerimaan dari
penjualan ternak kambing, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan
pertambahan nilai ternak.
6. Total biaya produksi (X10) pada usahaternak kambing meliputi biaya investasi
atau biaya tetap yakni biaya penyusustan (kandang, perlengkapan dan peralatan)
dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja dan
obat-obatan dihitung per tahun.
7. Pendapatan bersih usahaternak kambing merupakan selisih antara penerimaan
usahaternak per tahun dengan total biaya produksi per tahun.
8. Pendapatan keluarga usahaternak kambing merupakan hasil penjumlahan dari
pendapatan bersih usahaternak kambing dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga
yang dmiliki oleh peternak kambing.
9. Pendapatan luar usahaternak kambing adalah pendapatan yang dapat dihasilkan
oleh keluarga peternak kambing diluar usahanya sebagai peternak kambing baik
dari usahaternak lain maupun dari non usahaternak.
10.Total pendapatan keluarga merupakan total keseluruhan sumber pendapatan
keluarga, dalam hal ini total pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari
pendapatan keluarga usahaternak kambing, pendapatan dari usahaternak selain
3.5.2. Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging
Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2008.
3. Sampel penelitian adalah peternak yang mengusahakan ternak kambing sebagai
pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di desa Bangun
Purba dan desa Batu Gingging, kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli
Serdang.
4. Jenis usahaternak kambing yang diteliti adalah usaha pembibitan yang
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Desa Bangun Purba
4.1.1. Luas dan Topografi Desa
Desa Bangun Purba terletak di Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 255,40 Ha dan jumlah
penduduk Desa Bangun Purba sebanyak 2.626 jiwa. Daerah ini berada pada
ketinggian 120-155 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-300 C.
Desa Bangun Purba merupakan ibukota kecamatan Bangun Purba yang
berjarak 0 Km dari ibukota kecamatan dan 28 Km dari ibukota kabupaten serta 52
Km dari ibukota propinsi. Secara administratif batas wilayah Desa Bangun Purba
dapat digambarkan sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Bah perak
Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III
Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Batu Gingging
Sebelah Utara berbatasan dengan PT. LONSUM
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Bangun Purba berjumlah 2.626 jiwa yang terdiri dari 712
Kepala Keluarga. Kelompok umur yang paling besar terdapat pada kelompok umur
19-25 tahun yaitu 379 jiwa (14,43%). Jika Mangkuprawiro (1979) menganggap
bahwa umur 16-60 tahun sebagai usia produktif, maka di Desa Bangun Purba
terdapat 1.531 jiwa usia produktif (58,30%), sedangkan usia non-produktif (dari
umur 0 bulan-15 tahun dan >60 tahun) sebanyak 1.095 jiwa (41,70%). Berdasarkan
Purba cukup besar dalam melaksanakan usaha ternak.Distribusi penduduk desa
Bangun Purba untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Purba Tahun 2008
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Total Persentase
(%)
Laki-laki Perempuan
1. 0-12 bulan 23 27 50 1,90
2. 13 bulan-4 tahun 78 115 193 7.35
3. 5-6 tahun 123 108 231 8,80
4. 7-12 tahun 108 118 226 8,61
5. 13-15 tahun 131 146 277 10,55
6. 16-18 tahun 148 123 271 10,32
7. 19-25 tahun 186 193 379 14,43
8. 26-35 tahun 122 145 267 10,17
9. 36-45 tahun 125 155 280 10,66
10. 46-50 tahun 111 123 234 8,91
11. 51-60 tahun 45 55 100 3,81
12. 61-75 tahun 40 50 90 3,43
13. > 76 tahun 13 15 28 1,07
Jumlah 1.253 1.373 2.626 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008
Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam
membangun dan mengembangkan masyarakat karena pendidikan merupakan dasar
dalam pembentukan pola pikir dan pandangan masyarakat ditengah-tengah
lingkungannya. Pendidikan telah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah
juga bagi penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari sarana pendidikan yang ada
dan sebagian besar penduduk desa telah mengerti akan pentingnya pendidikan.
Adapun distribusi Penduduk Desa Bangun Purba berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Bangun Purba Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Belum Sekolah 243 9,25
2. Tidak Tamat SD 85 3,23
3. Tamat SD 345 13,14
4. Tamat SLTP 553 21,07
5. Tamat SLTA 1.194 45,47
6. Tamat Akademia (D1-D3) 79 3,01
7. Sarjana S1 S2
123 4
4,68 0,15
Jumlah 2.626 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008
Tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk Desa Bangun Purba mempunyai
tingkat pendidikan yang baik. Hal ini diketahui bahwa sebagian besar penduduk
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (yaitu : Tamat SLTA, D1-D3, S1-S2)
sebanyak 1.400 jiwa (53,31%), sedangkan penduduk yang memiliki tingkat
pendidikan rendah (yaitu : tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP) sebanyak 983
jiwa (37,43%). Berdasarkan data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa penduduk
Desa Bangun Purba tingkat pendidikannya tergolong tinggi, karena tingkat
pendidikan masyarakat Desa Bangun Purba didominasi pada tamatan SLTA.
Selain itu kita juga dapat melihat distribusi penduduk menurut mata
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bangun Purba Tahun 2008
No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)
1. Jasa Pemerintahan :
Guru
PNS/ ABRI
Pensiunan ABRI/ Sipil
Pensiunan Swasta
Angutan tak bermotor
Kendaraan Umum
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Bangun Purba
memiliki mata pencaharian yang beragam. Mata pencaharian penduduk yang paling
dominan adalah di bidang jasa pemerinatahan sebanyak 326 jiwa (58,32%), disusul
di bidang jasa transportasi sebanyak 127 jiwa (22,72%), bidang jasa perdagangan
sebanyak 51 jiwa (9,12%), bidang jasa keterampilan sebanyak 41 jiwa (7,33%).
Penduduk yang bekerja di bidang jasa persewaan sebanyak 11 jiwa (1,98%) dan yang
4.1.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah
Desa Bangun Purba mempunyai luas wilayah keseluruhan sebesar 255,40 Ha
yang menurut fungsinya paling dominan digunakan sebagai lahan pertanian seperti
perladangan, perkebunan rakyat, persawahan dan lahan tanaman keras. Selain untuk
lahan pertanian juga digunakan sebagai areal pemukiman penduduk, sarana dan
fasilitas lainnya. Lebih jelasnya distribusi luas lahan dan jenis penggunaan tanahnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Purba Tahun 2008
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1. Pemukiman 37,0 14,49
2. Perkantoran 6,50 2,55
3. Pendidikan 5,75 2,25
4. Persawahan 10,0 3,92
5. Perladangan 125,0 48,94
6. Jalan Kereta Api 0,20 0,08
7. Peribadatan 4,00 1,56
8. Perkebunan Rakyat 40,0 15,66
9. Tanaman Keras 22,95 8,99
10. Pasar 2,0 0,78
11. Kuburan 2,0 0,78
Jumlah 255,40 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008
Tabel 8 memperlihatkan bahwa penggunaan jenis tanah didominasi untuk
areal pertanian (persawahan, perladangan, perkebunan rakyat dan tanaman keras)
seluas 197,95 Ha (77,51%), dimana areal terluas digunalan sebagai perladangan
seluas 125 Ha sekitar 48,94% dari total luas lahan Desa bangun Purba.
Selain itu, sebagian lahan lainnya digunakan untuk sarana dan prasarana
seperti pemukiman penduduk, perkantoran, pendidikan, peribadatan, pasar, kuburan
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat desa juga dapat dipengaruhi
oleh keadaan sarana dan prasarana desa tersebut. Dimana semakin baik sarana dan
prasarana desa tersebut maka desa tersebut semakin mudah dijangkau dan
kesempatan untuk berkembang semakin baik. Sarana dan prasarana yang terdapat di
Desa Bangun Purba dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bangun Purba Tahun 2008
No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1. Pendidikan TK 2. Kesehatan Posyandu
Poliklinik Umum Puskesmas
3 4 1 3. Perekonomian Perbankan
Perkreditan rakyat Asuransi
1 1 1 4. Perkantoran Kantor Kecamatan
Kantor Kepala Desa 5. Transportasi Jalan Aspal
Jalan Tanah
10 Km2 3 Km2 6. Olahraga Lapangan Sepak Bola
Lapangan Badminton Lapangan Bola Voli
1 1 1 7. Peribadatan Mesjid
Gereja
1 5
8. Sosial Balai Desa 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa di Desa Bangun Purba terdapat sarana
dan prasarana di bidang pendidikan sebanyak 8 unit yang meliputi TK, SD, SLTP
dan SLTA. Sarana dan prasarana di bidang kesehatan sebanyak 8 unit yang terdiri
dari 3 unit Posyandu, 4 unit Poliklinik umum dan 1 unit Puskesmas. Sarana dan
prasarana di bidang perekonomian yaitu perbankan, perkreditan rakyat dan asuransi
sudah beraspal sejauh 10 Km2 dari panjang jalan desa yang ada, artinya pada
umumnya seluruh jalan di Desa Bangun Purba sudah beraspal.
Di Desa Bangun Purba terdapat 3 unit sarana olahraga dan sebuah balai desa
tempat masyarakat melakukan pertemuan. Sarana dan prasarana peribadatan
terbanyak berupa gereja sebanyak 5 unit sedangkan mesjid sebanyak 1 unit. Selain
itu daerah ini dapat dicapai dengan angkutan roda empat sehingga peternak tidak
mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan juga dalam hal
penjualan hasil karena sarana transportasi sudah cukup tersedia.
4.2. Desa Batu Gingging
4.2.1. Luas dan Topografi Desa
Desa Batu Gingging terletak di Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1.065,25 Ha dan jumlah
penduduk Desa Batu Gingging sebanyak 1.290 jiwa. Daerah ini berada pada
ketinggian 82,5 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-300 C.
Desa Batu Gingging berjarak 0,1 Km dari ibukota kecamatan dan 29 Km dari
ibukota kabupaten serta 48 Km dari ibukota propinsi. Secara administratif batas
wilayah Desa Batu Gingging dapat digambarkan sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bah perak
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bangun Purba Tengah
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Greahan
4.2.2. Keadaan penduduk
Penduduk Desa Batu Gingging berjumlah 1.290 jiwa yang terdiri dari 262
Kepala Keluarga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Batu Gingging Tahun 2008
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Total Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008
Tabel 10 memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling besar adalah
terdapat pada kelompok umur 7-12 tahun yaitu 196 jiwa (15,19%). Jika
Mangkuprawiro (1979) menganggap bahwa umur 16-60 tahun sebagai usia
produktif, maka di Desa Batu Gingging terdapat 722 jiwa usia produktif (55,97%),
sedangkan usia non-produktif (dari umur 0 bulan-15 tahun dan >60 tahun) sebanyak
568 jiwa (44,03%). Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan tenaga kerja di Desa Batu Gingging cukup besar dalam melaksanakan
usaha ternak.
Untuk distribusi penduduk desa Batu Gingging menurut pendidikan
Tabel 11. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Batu Gingging Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Buta Aksara dan Angka 3 0,23
2. Belum Sekolah 111 8,60
3. Tidak Tamat SD 36 2,80
4. Tamat SD 427 33,10
5. Tamat SLTP 441 34,19
6. Tamat SLTA 259 20,07
7. Tamat Akademia (D1-D3) 8 0,62
8. Sarjana S1 5 0,39
Jumlah 1.290 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008
Tabel 11 menunjukkan bahwa penduduk Desa Batu Gingging mempunyai
tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini diketahui bahwa sebagian besar penduduk
memiliki tingakat pendidikan yang rendah (yaitu : buta aksara dan angka, tidak tamat
SD, tamat SD dan tamat SLTP) sebanyak 907 jiwa (70,31%), sedangkan penduduk
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (yaitu : Tamat SLTA, D1-D3, S1-S2)
sebanyak 272 jiwa (21,09%). Berdasarkan data yang ada maka dapat disimpulkan
bahwa penduduk Desa Batu Gingging tingkat pendidikannya tergolong rendah,
karena tingkat pendidikan masyarakat Desa Batu Gingging didominasi pada tamatan
SLTP.
Mata pencaharian penduduk Desa Batu Gingging yang paling dominan
adalah di bidang pertanian sebanyak 267 jiwa (82,92%), disusul di bidang jasa
pemerintahan sebanyak 26 jiwa (8,07%), bidang usaha industri kecil sebanyak 12
jiwa (3,73%) sama dengan bidang jasa perdagangan sebanyak 12 jiwa (3,73%). Mata
pencaharian penduduk yang paling sedikit berada di bidang jasa keterampilan yaitu
sebanyak 5 jiwa (1,55%). Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Batu Gingging mata
pencaharian utama penduduknya yang paling dominan adalah sebagai buruh
Tabel 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Batu Gingging Tahun 2008
No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)
1. Jasa Pemerintahan :
Sub Sektor Tan. Pangan
Penyewa/Penggarap
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008
4.2.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah
Desa Batu Gingging mempunyai luas wilayah keseluruhan sebesar
1.065,25 Ha yang menurut fungsinya paling dominan digunakan sebagai lahan
perkebunan swasta yang ditanami dengan tanaman karet dan kelapa sawit. Selain
untuk lahan perkebunan swasta, wilayah ini juga digunakan sebagai areal
pemukiman penduduk, sarana dan fasilitas lainnya. Lebih jelasnya distribusi luas
Tabel 13. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Batu Gingging Tahun 2008
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1. Pemukiman :
Pemukiman Real Estate
Pemukiman Umum
3. Perkebunan Swasta 1007,61 94,58
4. Sarana Olah raga 2 0,19
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008
Tabel 13 memperlihatkan bahwa penggunaan jenis tanah didominasi untuk
areal perkebunan swasta seluas 1.007,61 Ha (94,58%). Perkebunan swasta itu adalah
milik PT.LONSUM dimana tanaman yang paling dominan ditanam adalah tanaman
karet dan kelapa sawit. Selain itu, sebagian lahan lainnya digunakan untuk sarana
dan prasarana seperti pemukiman penduduk, perkantoran, pendidikan, peribadatan,
sarana olah raga, taman rekreasi, jalan, kuburan dan lain-lain seluas 57,64 Ha
(5,42%).
4.2.4. Sarana dan Prasarana
Perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat desa juga dapat dipengaruhi
oleh keadaan sarana dan prasarana desa tersebut. Dimana semakin baik sarana dan
prasarana desa tersebut maka desa tersebut semakin mudah dijangkau dan
kesempatan untuk berkembang semakin baik. Sarana dan prasarana yang terdapat di
Tabel 14. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Batu Gingging Tahun 2008
No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1. Pendidikan SD
SLTP/ Tsanawiah SLTA/ Aliyah
1 1 1 2. Kesehatan Posyandu
Poliklinik Umum
1 1
3. Perkantoran Kantor Kepala Desa 1
4. Olahraga Lapangan Sepak Bola Lapangan Badminton Lapangan Bola Voli
1 1 3
7. Peribadatan Mesjid 1
8. Sosial Budaya Balai Umum 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa di Desa Batu Gingging terdapat
sarana dan prasarana di bidang pendidikan sebanyak 3 unit yang meliputi SD,
SLTP/Tsanawiyah dan SLTA/Aliyah. Sarana dan prasarana di bidang kesehatan
meliputi 1 unit Posyandu dan 1 unit Poliklinik umum. Untuk perkantoran, hanya
terdapat 1 unit yaitu kantor Kepala Desa, sedangkan sarana olah raga ada 5 unit.
Desa Batu Gingging hanya memiliki 1 unit rumah ibadah yaitu mesjid. Balai desa
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Kambing di Daerah Penelitian
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada usahaternak kambing sistem
pemeliharaan tradisional yang terdapat di daerah penelitian adalah sebagai berikut :
5.1.1. Pengelolaan Reproduksi
Pengelolaan reproduksi pada usahaternak kambing bertujuan untuk
mengembangkan ternak kambing untuk memperoleh keturunan yang banyak,
berkualitas baik dan sehat. Hal yang harus diketahui oleh para peternak dalam
pengelolaan reproduksi adalah pemilihan atau seleksi bibit, pengaturan perkawinan
yang terencana dan tepat waktu serta perlakuan penanganan ternak melahirkan.
Pada usahaternak kambing di daerah penelitian, perkawinan ternak dilakukan
dengan pejantan yang sudah ditentukan, dengan waktu dan usia ternak yang diatur
sesuai dengan kebutuhan. Penyeleksian bibit dilakukan pada ternak yang berumur
6 bulan keatas. Induk melahirkan sekali dalam 6-7 bulan. Ternak kambing sering
dibiarkan bebas berkeliaran dan lebih banyak melakukan aktivitas diluar kandang,
hal ini menyebabkan banyak ternak yang melahirkan di alam terbuka.
Perkawinan ternak yang terjadi di alam terbuka cenderung tidak terencana
dan dengan pejantan jenis apapun, pada usia yang tidak ditentukan dan waktu yang
tidak ditentukan juga. Hal tersebut disebabkan adanya dorongan/keinginan biologis
dari ternak itu sendiri yang tidak dapat diduga oleh peternak. Tidak jarang ditemukan
ternak kambing yang bunting pada usia muda. Hal ini memungkinkan ternak mati
ketika dilahirkan dan daya tahan tubuhnya baik induk maupun anak yang dilahirkan