• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Ibu Dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN IBU DALAM PERAWATAN LUKA EPISOTOMI DI DESA BANDAR BARU KECAMATAN SIBOLANGIT

ANITA LOREN BR.GURUSINGA 105102095

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Anita Loren Br.Gurusinga

Pengalaman Ibu Dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

Vii + 45 + 1 tabel + 5 lampiran Abstrak

Perawatan luka episiotomi penting dilakukan karena luka bekas jahitan jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi. Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Selama pasca persalinan setiap ibu post partum mempunyai pengalaman mengenai perawatan luka bekas episiotomi. Pengalaman inilah yang menentukan cara pandang/pola pikir ibu dalam melakukan perawatan luka bekas episiotomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan 6 orang. Waktu penelitian ini dari bulan September 2010 sampai Mei 2011. Hasil penelitian bahwa ada lima kategori pengalaman ibu dalam melakukan perawatan luka episiotomi yaitu Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi, Upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi, Interval melakukan perawatan luka episiotomi, Perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan luka episiotomi, Dampak perawatan luka episiotomi

Kepada ibu yang baru melahirkan dengan luka episiotomi dianjurkan untuk memperhatikan luka dan menjaga kebersihkan luka. Keluarga termasuk suami, ibu/ibu mertua agar mendukung dalam perawatan luka episiotomi.

Daftar pustaka : 24 (1994-2010)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengalaman Ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar baru Kecamatan Sibolangit’’

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang. S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Sarma N.Lumbanraja SpOG selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah

4. Kepala Desa Bandar baru, Kecamatan Sibolangit Salomo Sembiring.SE

5. Seluruh dosen, staf Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(5)

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan, dorongan, dan semangat yang telah diberikan. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengalaman ... 5

B. Episiotomi ... 6

1. Pengertian Episiotomi ... 6

2. Pengertian Perawatan Luka Episotomi ... 6

3. Tujuan Perawatan Luka Episiotomi ... 7

4. Lingkup perawatan Luka Episiotomi... 7

5. Waktu Perawatan ... 7

6. Penatalaksanaan... 8

7. Dampak dari Perawatan Luka Episiotomi ... 9

C. Penelitian Fenomenologi ... 9

D. Tingkat Kepercayaan Data ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 13

A. Desain Penelitian ... 13

B. Populasi dan Partisipan ... 13

1. Populasi ... 13

(7)

C. Tempat Penelitian ... 14

D. Waktu Penelitian ... 14

E. Etika Penelitian ... 14

F. Alat Pengumpulan Data ... 15

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 15

H. Analisa Data ... 16

I. Tingkat Keabsahan Data ... 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

1. Hasil ... 19

A. Karakteristik Partisipan ... 19

B. Pengalaman Ibu dalam perawatan Luka Episiotomi ... 21

2. Pembahasan ... 31

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 31

B. Keterbatasan Penelitian ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Anita Loren Br.Gurusinga

Pengalaman Ibu Dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

Vii + 45 + 1 tabel + 5 lampiran Abstrak

Perawatan luka episiotomi penting dilakukan karena luka bekas jahitan jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi. Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Selama pasca persalinan setiap ibu post partum mempunyai pengalaman mengenai perawatan luka bekas episiotomi. Pengalaman inilah yang menentukan cara pandang/pola pikir ibu dalam melakukan perawatan luka bekas episiotomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan 6 orang. Waktu penelitian ini dari bulan September 2010 sampai Mei 2011. Hasil penelitian bahwa ada lima kategori pengalaman ibu dalam melakukan perawatan luka episiotomi yaitu Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi, Upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi, Interval melakukan perawatan luka episiotomi, Perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan luka episiotomi, Dampak perawatan luka episiotomi

Kepada ibu yang baru melahirkan dengan luka episiotomi dianjurkan untuk memperhatikan luka dan menjaga kebersihkan luka. Keluarga termasuk suami, ibu/ibu mertua agar mendukung dalam perawatan luka episiotomi.

Daftar pustaka : 24 (1994-2010)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu yang bersalin secara normal, beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses persalinan. Namun ada ibu yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk memperlebar jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah perineum yakni jaringan otot antara anus dan vagina. Pengguntingan jaringan otot perineum ini disebut tindakan episiotomi.

Episiotomi adalah irisan yang dibuat dokter untuk melebarkan vagina sehingga kelahiran menjadi lebih lancar. Hal ini untuk menjaga vagina sobek tidak teratur sebagai akibat dorongan kelahiran. Hal tersebut juga mempermudah dokter untuk mempercepat kelahiran, misalnya karena bayi susah keluar.

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin. Indikasi pada janin yaitu, Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin. Dan Sewaktu melahirkan janin letak sunsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.

Indikasi pada ibu yaitu, Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi robekan perineum, misalnya pada primipara, persalinan sunsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.

(12)

sempurna. Untuk mempercepat pemulihan luka tersebut diperlukan perawatan yang benar.

Luka pada perenium akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.(helen farrer).`

Perawatan luka episiotomi penting dilakukan karena luka bekas jahitan jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina).

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

(13)

dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan berjalan.Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan.

Selama pasca persalinan setiap ibu post partum mempunyai pengalaman mengenai perawatan luka bekas episiotomi. Pengalaman inilah yang menentukan cara pandang/pola pikir ibu dalam melakukan perawatan luka bekas episiotomi

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa perawatan luka episiotomi penting dilakukan karena luka bekas jahitan jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengalaman Ibu terhadap Perawatan Luka Episiotomi”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman Ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi.

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana penagalaman ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan

(14)

2. Penelitian Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan memperluas cara pandang, khususnya tentang perawatan luka episiotomi, sehingga dapat menerapkan pengalaman yang diperoleh untuk penelitian dimasa yang akan datang.

3. Pendidikan Kebidanan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

1. Pengertian Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003).

Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Pengalaman ibu dalam perawatan Luka Episiotomi juga merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua ibu yang merawat luka bekas episiotomi mengharapkan hal yang terbaik untuk mempercepat penyembuhan luka episiotomi.

B. Episiotomi

1. Pengertian Episiotomi

(16)

a. Episiotomi medial b. Episiotomi mediolateral

2. Pengertian Perawatan Luka Episiotomi

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

3. Tujuan Perawatan Luka Episiotomi

Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Hamilton (2002).

4. Lingkup Perawatan Luka Episiotomi

Menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah sebagai berikut : 1. Mencegah kontaminasi dari rektum

(17)

5. Waktu Perawatan 1. Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

2. Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

3. Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan. Feerer (2001).

6. Penatalaksanaan 1. Persiapan

a. Ibu Pos Partum

(18)

b. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).

2. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidak nyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangannya

b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.

d. Berkemih dan BAB ke toilet

e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang. g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.

h. Cuci kembali tangan 3. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah : a. Perineum tidak lembab

(19)

7. Dampak Dari Perawatan Luka Episiotomi

Perawatan lika episiotomi yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :

1. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

2. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

2. Penelitian Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang (Moleong, 2005). Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2005).

(20)

deskriptif) dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut (fenomenologi interpretif). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi. Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu; ruang kehidupan, kehidupan tubuh (memenuhi kebutuhan badaniah), usia (kesementaraan), kehidupan hubungan manusia (hubungan).

Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu penomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2005).

Ahli penomenologi percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Ungkapan menjadi sesuatu di dunia (perwujudan) adalah suatu konsep tentang ketajaman ikatan fisik seseorang pada dunia mereka, seperti berfikir, melihat, mendengar, rasa, dan interaksi antara perasaan yang terus menerus pada tubuh mereka dengan dunia (Polit, et al., 2001).

(21)

hari (Moleong, 2005). Percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup. Selanjutnya, dalam percakapan yang mendalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka (Polit, et al., 2001).

Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi, sebuah penelitian fenomenologi deskriptif melibatkan empat tahap yaitu: (1) menggolongkan data, yang berarti proses mengidentifikasi dan memegang praduga kepercayaan dan pendapat yang ditangguhkan tentang fenomena yang diteliti: (2) intuisi, yang terbentuk ketika peneliti membuka arti sifat dari fenomena dari orang yang pernah mengalaminya; (3) analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengkategorikan, dan membuat pengertian tentang hal-hal yang baru dari fenomena; (4) menggambarkan, yaitu tahap menggambarkan ketika peneliti mulai mengerti dan mengartikan fenomena (Polit, et al., 2001)

3. Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan berpegang kepada empat prinsip dan kriteria menurut Lincoln dan Guba (1985). Ke empat prinsip dan kriteria tersebut ialah; (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability.

(22)

Prinsip dependabilitas (dependability) merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan peneliti mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat penafsiran atas fenomena.

Prinsip konfirmabilitas (confirmability) bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada ahli penelitian kualitatif.

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Fenomenologi merupakan studi yang berkaitan dengan prespektif pokok seseorang (Moleong, 2005). Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui pengalaman ibu dalam perawatan luka episiotomi.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mengalami luka episiotomi di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yaitu sebanyak 15 orang

2. Sampel

(24)

tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti atau mengulang data yang sudah ada (Saryono, 2010). adapun sampel yang diambil memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Ibu/Ibu post partum yang mengalami luka episiotomi 2. Ibu dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia 3. Bersedia untuk diwawancarai atau menjadi responden

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar baru, Kecamatan Sibolangit.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September 2010 sampai bulan Mei 2011. Waktu pengumpulan data dilakukan mulai dari Februari 2011 sampai April 2011

E. Etika Penelitian

(25)

menjadi partisipan. Selanjutnya kerahasiaan identitas informasi yang diberikan tetap terjaga.

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai alat pengumpulan data utama dengan dibantukan kuesioner data demografi serta panduan wawancara berikut ini :

1. Kuesioner data demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data ( kuesioner ) yakni : usia, agama, pendidikan, pekerjaan.

2. Panduan wawancara mendalam ( dept interview ) berupa pertanyaan seputar kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan luka episiotomi.

G. Prosedur Pengumpulan Data

(26)

H. Rencana Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, peneliti menganalisa data dengan menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam polit, et al., 2001). Analisa data dalam penelitian ini adalah membaca semua panduan untuk mendapatkan data dari partisipan, menerangkan pengertian dari setiap pertanyaan penting, mengumpulkan data dan kemudian mengelompokkan, mencatat dan menghindarkan pengabaian data. Setelah itu peneliti menyatukan hasil kedalam deskripsi lengkap tentang fenomena yang diteliti, kemudian menyarankan kepada partisipan tentang sejauh mana temuan sebagai akhir pengesahan langkah peneliti yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan analisapun langsung dilakukan.

I. Tingkat Keabsahan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan berpegang kepada beberapa prinsip dan kriteria menurut Lincoln dan Guba (1985). Adapun prinsip dan kriteria tersebut ialah :

1. Prinsip kredibilitas (credibility) merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti melakukan member check dengan menyamakan hasil penelitian dengan cara mengecek ulang hasil data tersebut. 2. Prinsip konfirmabilitas (confirmability) bermakna keyakinan atas data penelitian

(27)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari enam partisipan memiliki lima kategori yaitu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi, upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi, interval melakukan perawatan luka episiotomi, perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan luka episiotomi, dampak dari perawatan luka episiotomi.

1. Karakteristik partisipan

(28)
[image:28.612.118.523.120.563.2]

Tabel 4.1 data demografi partisipan

2. Pengalaman Ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi

Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengalaman ibu dalam perawatan luka episiotomi ini menjadi lima kategori yaitu; faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi, upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi, interval melakukan

No. Karakteristik Partisipan Jumlah

1. Usia Ibu

20-26 tahun 6

2. Jumlah anak 1 2 5 1 3. Agama Islam Kristen protestan Katolik 2 3 1 4. Suku Jawa Batak 2 4 5. Pekerjaan

(29)

perawatan luka episiotomi, perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan luka episiotomi, Dampak dari perawatan luka episiotomi.

a. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi • Faktor pendukung

Diperoleh bahwa semua partisipan merasakan adanya dukungan dari diri sendiri, suami, ibu/ibu mertua dan tenaga kesehatan. hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

o Suami

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka merasakan adanya dukungan suami yang sangat kuat dalam Perawatan Luka Episiotomi ini. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Suami saya sangatlah terlibat dalam Perawatan Luka ini, karena dia selalu

mengingatkan saya untuk membersihkan kemaluan saya, dan mau membantu saya

untuk mengoleskan salep betadine ke luka hecting saya

( Partisipan 1 )

Pagi - pagi suami saya udah nyedian air hangat untuk cebok saya.

( Partisipan 5 )

o Ibu / Ibu mertua

(30)

Ibu saya bilang rajin bersihkan dan tarok obatnya biar cepat kering dari pada udah

infeksi nanti harus pula kerumah sakit

( Partisipan 4 )

o Tenaga kesehatan

Seluruh partisipan menyatakan bahwa dukungan dari tenaga kesehatan sangatlah penting dalam perawatan luka episiotomi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Bidan saya dulu menganjurkan untuk rajin membersihkan luka saya, biar cepat

sembuh katanya

( Partisipan 2 ) waktu saya mau pulang kerumah selesai melahirkan bidannya kasi saya betadine,

kemudian saya diingatkan untuk pakai betadine stiap selesai cebok, biar lukanya

cepat sembuh

( Partisipan 6 )

o Niat sendiri

Seluruh partisipan menyatakan bahwa dalam perawatan luka episiotomi ini berawal dari niat sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut;

Saya liat tetangga saya kemaren luka hectingnya lama sembuh, jadi sya takut itu

terjadi pada saya jadi karena itu saya termotivasi untuk betul-betul mengobatinya

dan menjaga luka hecting saya

(31)

saya antusias sekali ngobati luka hecting ini karena saya takut benangnya lepas

dan lama sembuhnya

( Partisipan 2 ) • Tradisi

Berdasarkan pernyataan beberapa partisipan terdapat perawatan vulva hiegiene yang menggunakan air rebusan daun sirih. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Pakai air rebusan daun sirih dan airnya yang hangat dipakai untuk membersihkan

kemaluan, biar gak bau dan lukapun cepat sembuh, karena itu sudah menjadi

tradisi di adat kami.

( Partisipan 1 )

Kami orang karo biasa pakai air rebusan daun sirih aja ceboknya biar lukanya

cepat sembuh, kemaluanpun gak bau kalo pake sirih ini

( Partisipan 4 ) Selain cebok pake rebusan daun sirih pake daun sirih yang dibakar, daun sirihnya

diolesin minyak terus dibakar, daun yang masi hangat ditempel diluka..., gunanya

biar lukanya cepat tua, cepat sembuh.

( Partisipan 6 ) b. Upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi

(32)

Beberapa partisipan menyatakan bahwa kebersihan adalah hal utama yang harus diperhatikan dalam perawatan Luka Episiotomi, hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

Intinya kita harus menjaga kebersihan luka, karena kalau tidak dibersihkan bisa

infeksi nanti, jadi lukanya lama sembuhnya

( partisipan 1 )

Yang perlu diperhatikan kita harus utamakan kebersihan, dan obat – obat

tradisional sebaiknya dihindari agar tidak terjadi infeksi

( Partisipan 3 )

Adik saya yang paling kecilkan bidan dek, dia marah kalau saya pake ramuan

tradisional, bisa infeksi katanya

( Partisipan 6 )

• Perawatan luka episiotomi

Beberapa partisipan menyatakan cara melakukan perawatan luka episiotomi sebagai salah satu upaya untuk mempercepat penyembuhan luka. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan partisipan berikut:

Setiap saya mandi pagi dan sore, saya akan bersihkan luka saya dengan sabun

dan membilasnya pake air yang bersih, kemudian saya elap pelan – pelan pake tisu,

terus saya lakukan pecahayaan atau penyinaran pake lampu, setelah kering saya

(33)

yang bersih. Hal itu dilakukan bukan hanya pada saat mandi saja, tapi tiap kali kita

buang air kecil atau buang air besar. Dan upaya lain untuk mempercepat

penyembuhan saya banyak mengkonsumsi buah – buahan dan sayuran.

( Partisipan 3 )

Ya setiap saya mandi atau buang air kecil dan air besar, saya bersihkan atau cebok

pake air hangat, baru saya keringkanlah pake hair drayer itu, kebetulan ada pula

hair drayer dirumah, barulah saya taroklah betadine di luka hecting saya, baru

pake pembalut yang bersih. Gitulah terus saya buat. Baru kalo ada yang lembab

langsung saya ganti, karena takut saya lukanya basah, lama sembuhnya. terus biar

cepat sembuh luka ku disuruh adikkulah makan – makanan yang bergizi katanya .

( Partisipan 5 )

Lukanya dicuci tiap hari pake rebusan daun sirih pagi sorelah, siap mandi atau

buang air kecil, cebok pake airnya yang masih hangat, baru saya keringkanlah dulu

pelan – pelan kadang disinari pake lampu biar cepat kering, baru pake betadine

yang dikasi bidan, teru saya tempelkan lagi sirih yang udah dibakar baru pake

pembalut yang bersih. Kalau udah kotor diganti yang baru lagi Biar lukanya cepat

sembuh.

(34)

c. Interval waktu perawatan luka episiotomi

Hasil wawancara partisipan dapat diperoleh bahwa interval dalam perawatan luka episiotomi dilakukan dengan tidak mengenal waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Untuk membersihkan luka episiotomi saya, saya tidak mengenal waktu, waktu

mandi wajiblah saya bersihkan. Dan setiap saya mau buang urine dan feces pas

ti akan saya bersihkan juga... dam mengganti pakaian pembalut dan celana dalam

yang lembab.

( Partisipan 3 ) Saya biasanya bersihkan luka hecting pada saat mandi, gak ada pake waktu atau

brapa jam sekali, tapi kalau habis buang air kecil juga saya bersihkan dan ganti

pembalut yang baru... jadi gak risih rasanya .

( Partisipan 5 ) Kalau masalah membersihkan luka hecting tidak ada aturannya jadi setiap saya

buang air besar atau buang air kecil. Saya bersihkan dan keringkan luka saya.

( Partisipan 6 )

d. Perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan

luka episiotomi

(35)

o Khawatir/takut

Hasil wawancara diperoleh bahwa beberapa partisipan menyatakan bahwa partisipan merasa khawatir dan takut dalam melakukan perawatan LukaEpisiotomi, hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Takut ngobatinnya, karena kesenggol dikit aja sakit

( Partisipan 2 )

Kadang males bersihinnya, karena takut tertendang lukannya sakit kali...

( Partisipan 4 )

o Nyeri

Hasil wawancara diperoleh bahwa seluruh partisipan menyatakan nyeri pada saat bergerak, hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Waduh,,, kalau mau duduk rasanya kayak ada yang tertarik gitu, nyeri, macam

perih –perih gitulah

( Partisipan 6 )

kalo gerak, sakitnya minta ampun...

( Partisipan 5 ) Pas mau cebok itu mesti pelan –pelanlah karena kesenggol dikit aja sakit kali dek,

perih rasanya,,,,

( Partisipan 1 ) Belum bisa banyak bergeraklah, belum bisa ngapain – ngapain, karena terasa nyeri

kalo gerak

(36)

Yang pastinya baru selesai melahirkan saya hanya berbaring ditempat tidur saja,

masih sakit kalo bergerak

( Partisipan 2 )

Rasa nyeri sedikit udah pasti ada dek, setiap kita gerak atau pada saat

membersihkannya lukanya tersentuh ya pasti ada rasa sakit...

( Partisipan 3 ) • Perasaan ibu setelah melakukan perawatan

Seluruh partisipan menyatakan bahwa setelah melakukan perawatan luka episiotomi ini ibu merasa nyaman. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Rasanya seger, gak ada aroma yang gak enak , ya bau bekas darah kotor yang

keluar itu dek

( Partisipan 2 )

Ya enak aja rajin perawatan, kemaluan saya jadi bersih terus gak bau,

( Partisipan 5 )

Kalo udah bersih semuanya kan tenang, udah diganti semua nyamanlah rasanya

( Partisipan 6 ) Nyaman aja dek, habis mandi udah bersih semua, gak risih lagi rasanya

(37)

Nyaman sekali rasanya setelah melakukan perawatan, ya memang itukan tujuannya

kita melakukan perawatan...

( Partisipan 3 ) Bersih, segar, nyaman, semuanyalah dek, yang pastinya gak sia-sialah kita

bersihkan setiap hari

(Partisipan 4) e. Dampak dari perawatan luka episiotomi

Seluruh partisipan menyatakan bahwa setelah melakukan perawatan luka episiotomi partisipan tidak ada mengalami dampak yang merugikan partisipan, melainkan merupakan suatu keutungan bagi partisipan setelah melakukan perawatan luka episiotomi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

Bagi saya gak ada dampak yang merugikan saya, malahan luka saya cepat sembuh

setelah melakukan perawatan

( partisipan 1 )

Karena saya betul – betul jaga dan rawat luka hecting saya, jadi luka saya gak

sempat kena infeksi, luka saya pun cepat sembuhnya

( partisipan 5 )

Gak ada, soalnya luka saya baik – baik aja dan cepat kering, seminggu udah

sembuh lukanya

(38)

Gak ada dek, saya kan rajin bersihkan, gak nyampeklah dua minggu udah sembuh

kering lukanya

( partisipan 6 )

hampir dua mingguan jugalah dek sembuhnya, masalah gak ada, karena pada

umumnya kalau kita rajin rawat dan bersihkan, kemungkinan untuk terinfeksi itu

sangat kecil.

(39)

2. Pembahasan

Hasil pembahasan ini akan diuraikan secara literatur yang berhubungan dengan pengalaman ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi, yang meliputi : faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi, upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi, interval melakukan perawatan luka episiotomi, perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan luka episiotomi, dampak dari perawatan luka episiotomi.

1. Interpretasi dan diskusi hasil

a. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi • Dukungan

Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor pendukung selama partisipan melakukan Perawatan Luka Episiotomi yaitu adanya dukungan dari suami, Ibu/Ibu mertua, tenaga kesehatan dan niat sendiri.

Langkah-langkah yang terpenting dalam Perawatan Luka Episiotomi adalah dengan menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya, selain itu harus ada dukungan dari tenaga kesehatan yang mendukung keberhasilan Perawatan Luka tersebut (Maryunani anik, 2009). Keluarga termasuk suami, ibu kandung / ibu mertua dapat berperan aktif dalam keberhasilan perawatan luka episiotomi dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya.

(40)

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi tiap-tiap individu, bahwa manusia butuh diakui oleh manusia lain, butuh dikenal, butuh dihargai, butuh diperhatikan, butuh hubungan yang sehat, dan sebagainya. Perlu diingat setelah melahirkan keadaan psikis ibu mengalami distress karena adanya kelelahan dan kekecewaan, keadaan ini disebut postpartum syndrom (depresi setelah melahirkan).

Dalam pemenuhan kebutuhan psikologis ini perawat dan semua petugas kesehatan yang berhubungan, serta keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana. Harus dapat menunjukkan rasa simpatik, mengakui, menghargai, menghormati ibu sebagaimana adanya, memperhatikan ibu dengan memberikan ucapan selamat misalnya, akan dapat memberikan perasaan senang. Dengan adanya a good human relationship diharapkan dapat memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan (Ibrahim, 1980).

• Tradisi

Dalam penelitian ini empat orang partisipan mengatakan bahwa membersihkan luka episiotomi dengan rebusan air daun sirih sudah menjadi tradisi diadat suku karo.

(41)

b. Upaya Mempercepat penyembuhan luka episiotomi • Menjaga kebersihan dan menghindari obat tradisional

Dari hasil Penelitian dua orang partisipan mengatakan bahwa menjaga kebersihan luka episiotomi harus diperhatikan yaitu dengan cara membersihkannya setiap hari, dan menjaga luka agar tetap kering atau tidak lembab yang gunanya untuk mempercepat proses penyembuhan. Dan tidak menggunakan obat – obat tradisional sembarangan yang dapat menyebabkan infeksi pada luka episiotomi.

Oleh karena itu hal – hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan Luka Episiotomi Kuncinya adalah memulihkan kesehatan secara umum dan menjaga kebersihan luka episiotomi. Lakukan perawatan rutin seperti yang disarankan dokter, dengan membasuh luka dengan cairan antiseptic, Menghindari pemberian obat trandisional, Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari, dan Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan penyembuhan luka. (Morison, 2003).

Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.

(42)

Perawatan vulva dapat dimulai dengan menyiram genitalia eksterna dan anus dengan air yang bersih kemudian cuci dengan sabun sampai kotoran-kotoran yang keluar dari vagina bersih. Kemudian bilas dengan air bersih. Lakukan perawatan vulva ketika mandi dan setiap kali ibu merasa tidak nyaman. ( Handayani, 2003).

Dan upaya untuk mencapai penyembuhan yaitu personal hygine. Tidak dilakukannya Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan Luka episiotomi, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat penyembuhan dan kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah (Ruth dan Wendy, 2004). Luka yang kotor harus dicuci bersih. Bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang buruk. Oleh karena itu menjaga kebersihan luka merupakan upaya untuk mempercepat penyembuhan.

Dari hasil penelitian seluruh partisipan memiliki cara tersendiri untuk merawat luka episiotomi baik itu yang dimulai dari pencucian, pengeringan, dan atiseptic yang digunakan.

• Cara melakukan perawatan

o Membersihkan

Langkah pertama yang dilakukan dari dua partisipan yaitu membersihkan luka dengan cara mencuci luka dengan air sabun dan membilasnya dengan air yang bersih.

(43)

proses penyembuhan, dan baik untuk keputihan dan menghilangkan aroma yang tidak sedap atau bau pada daerah kemaluan.

Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern. Misalnya untuk perawatan kebersihan genital, masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang direbus dengan air kemudian dipakai untuk cebok. Penggunaan ramuan obat untuk perawatan luka dan tehnik perawatan luka yang kurang benar merupakan penyebab terlambatnya penyembuhan (Morison, 2003).

Air rebusannya yang mengandung antiseptik digunakan untuk kumur guna menjaga kesehatan rongga mulut, selain itu dapat pula dipakai untuk mencuci organ kewanitaan guna menyembuhkan penyakit keputihan dan bau tak sedap.

Daun sirih berkasiat untuk menyehatkan sekaligus merawat kulit. Apalagi aromanya segar. lulur sirih merah, teh herbal sirih merah dan kapsul ekstrak sirih merah ini diproduksi secara massal dengan standar mutu dan khasiat yang bisa dipertanggungjawabkan. (Morison, 2003).

o Mengeringkan

(44)

Menurut (Hamilton, 1995) Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih dahulu untuk membuang sekresi. Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum. Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20 menit.

o Menggunakan betadine

Langkah selanjutnya setelah pengeringan seluruh partisipan menggunakan betadine salep maupun yang cair didaerah luka dengan dilapisi kain kasa yang dilakukan dengan lembut karena menurut pernyataan partisipan apa bila luka tersentuh luka terasa sakit. Pemberian antiseptic ini juga merupakan salah satu upaya untuk mempercepat penyembuhan luka.

Dan satu dari enam partisipan tersebut selain betadine, partisipan menggunakan daun sirih bakar yang sudah diolesi minyak sebelumnya, karena menurut tradisi diadat istiadat partisipan minyak dari daun sirih ini dapat menuakan luka, luka cepat kering dan sangat bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan luka.

o Menggunakan Pembalut/ pakaian dalam yang bersih

(45)

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorgan-organisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).

o Mengkonsumsi makanan yang bergizi

selain dari pada itu upaya yang dilakukan pertisipan untuk mempercepat penyembuhan luka yaitu dengan cara mengkonsunsi makanan – makanan yang bergizi yang mengandung banyak protein.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. Hamilton (2002).

c. Interval waktu perawatan luka episiotomi

Dari hasil penelitian yang ditemukan bahwa seluruh partisipan mengatakan bahwa interval untuk melakukann perawatan luka episiotomi tidak memperlihatkan waktu. hal ini diketahui bahwa selain pada waktu mandi partisipan melakukan perawatan atau membersihkan luka episiotomi setiap kali selesai buang air besar atau buang air kecil.

(46)

pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis buang air kecil dan buang air besar yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika. (Saifudin AB, 2002 : N – 25).

d. Perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan Luka Episiotomi

• Perasaan ibu pada saat melakukan perawatan

Dari hasil penelitian ini seluruh partisipan mengatakan bahwa selama masa perawatan partisipan berhadapan dengan masalah seperti adanya rasa nyeri pada luka jahitan pada saat bergerak, dan sakit bila tersentuh pada saat membersihkannya. Sehingga mengakibatkan partisipan khawatir untuk melakukan perawatan tersebut.

o Nyeri

(47)

menyenangkan yang muncul dari nyeri insisi, kram, nyeri tekan pada abdomen, perilaku melindungi, wajah kemerahan .

o Khawatir

Banyak perempuan merasa terlalu khawatir terhadap luka perineumnya sehingga takut melakukan aktivitas seperti berjalan, buang air kecil, mandi., pada hari-hari pertama usai melahirkan. Sebenarnya hal ini berlebihan karena luka episiotomi bisa pulih lebih cepat, tak perlu menunggu hingga 4 – 6 minggu.

Kuncinya adalah memulihkan kesehatan secara umum dan menjaga kebersihan luka episiotomi. Lakukan perawatan rutin seperti yang disarankan dokter, misal, membasuh luka dengan cairan antiseptik (bisa juga menggunakan air rebusan daun sirih), mengganti pembalut dengan teratur, menjaga daerah perineum agar tak lembab — karena lembab akan mengundang jamur — dan mandi secara teratur.

• Perasaan ibu setelah melakukan perawatan

Rasa nyaman adalah suatu hal yang terpenting bagi partisipan, oleh karena itu setiap masing – masing partisipan memiliki cara tersendiri untuk memperoleh kenyamanan itu.

(48)

Hal ini sependapat dengan (Saifudin AB, 2002) Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. (feerer)

e. Dampak dari Perawatan Luka Episiotomi

Dari hasil penelitian seluruh partisipan mengatakan bahwa dengan melakukan perawatan Luka Episiotomi dengan benar partisipan tidak ada mengalami dampak yang tidak baik pada luka. Tetapi merupakan keuntungan bagi partisipan karena dengan melakukan perawatan yang benar partisipan merasa nyaman dan Luka Episiotomi cepat sembuh dan terhindar dari infeksi.

Hal ini sependapat dengan feerrer (2001) Perawatan Luka Episiotomi yang dilakukan dengan baik terhindar dari :

Infeksi, dmna Kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

Komplikasi Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

(49)

2. Keterbatasan Penelitian

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Jenis penelitian ini adalah penelitian fenomenologi dan jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak tujuh orang dengan metode pengumpulan data dan partisipan sampai mencapai saturasi data dan dalam pengambilan partisipan harus dilakukan dengan pertimbangan dan kriteria tertentu. Setelah partisipan bersedia diwawancarai maka peneliti melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman dalam perawatan luka episiotomi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ibu dalam perawatan luka episiotomi menjadi lima kategori yaitu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi, upaya mempercepat penyembuhan luka episiotomi, interval melakukan perawatan luka episiotomi, perasaan ibu pada saat melakukan perawatan dan setelah melakukan perawatan luka episiotomi, dampak dari perawatan luka episiotomi.

B. Saran

Saran yang perlu dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Petugas kesehatan

(51)

2. Masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu nifas dan keluarga diharapkan agar dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang perawatan luka episiotomi

3. Karena partisipan mengerti manfaat perawatan luka episiotomi maka disarankan bagi ibu yang baru melahirkan untuk melakukan perawatan pada luka episiotomi

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Albar, E. (2000). Perawatan Luka Jalan Lahir, Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Benson,R. C., Pernoll M. L. (1994). Hand book of Obstetric & Gynaecology , Mc Graw-Hill, Inc, 9 th ed.

Bungin, B. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: EGC

Creasoft. (2008). Konsep Penyembuhan Luka. Jakarta: Cunningham, F. G., (2006). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.

Handayani, L. (2003). Tanaman Obat Untuk Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan, cet I Jakarta: Agromedia Pustaka

Hamilton, P.(2002). Dasar – dasar Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC

IBI. (2006). Bidan Penyongsong Masa Depan. Jakarta.

Ibrahim, C.S. (1996). Perawatan Kebidanan Jilid 3. Jakarta: Bharata

Johnson, Ruth et all. 2004. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta : EGC

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta : Trans Info Media.

(53)

Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Morison, Moya J. 2003. Manajemen Luka. Jakarta : EGC

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunitas. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Saifuddin,A.B. (2002). Buku acuan pelayanan kesehatan mateonatal. Jakarta: YBS-SP Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Taber, B. (2002). kapita selekta. Kedaruratan obstetri dan ginokologi.EGC.

(54)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Anita Loren Br.Gurusinga NIM : 105102095

Adalah mahasiswa D-IV bidan pendidik Faultas keperawatan USU yang akan melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengalaman Ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi ”. Tujuan dari penelitian ini adalah memotivasi ibu-ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi.

Ibu dapat berpartisipasi dalam penelitian dengan cara menjawab kuesioner yang akan diberikan. Saya mengharapkan jawaban ibu sesuai dengan pendapat ibu sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjaga kerahasiaan identitas ibu dengan tidak menuliskan nama dan alamat ibu pada penelitian ini dan menggantinya dengan menggunakan nomor partisipan.

Partisipan ini bersifat sukarela, ibu bebas menentuan untuk menjadi partisipan atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi partisipan, ibu dapat menandatangani surat persetujuan ini.

Atas perhatian dan kesediaan ibu, saya ucapkan terima kasih.

Partisipan Medan, Desember 2009

Peneliti

(55)

Lampiran 2

KUISIONER DATA DEMOGRAFI

Pengkajian Data Demografi

Petunjuk Pengisian

- Semua pertanyaan harus dijawab

- Untuk nomor 1,2 dan 3 dijawab dengan mengisi pertanyaan yang diuraikan - Untuk pertanyaan selajutnya dijawab dengan memberikan tanda check list (√)

pada tempat yang telah disediakan

- Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda. Nomor partisipan :

1. Usia ibu : th

2. Lama usia perkawinan : th 3. Jumlah anak hidup : orang 4. Agama : ( ) Islam

( ) Kristen protestan ( ) Kristen katolik ( ) Hindu

( ) budha

5. Suku : ( ) Batak

(56)

( ) Melayu ( ) Minang ( ) Lain-lain 6. Pekerjaan : ( ) PNS

( ) Peg swasta

( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Wiraswasta

7. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMU

(57)

PANDUAN WAWANCARA

(58)

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA

Nama : Anita Loren Br.Gurusinga NIM : 105102095

Judul : Pengalaman Ibu dalam Perawatan Luka Episiotomi di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan pengeditan bahasa Indonesia dan telah sesuai dengan kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EyD) dalam karya ilmiah.

Medan, Juni 2011 Diuji oleh

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anita Loren Br.Gurusinga Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Baru/31 Agustus 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Mbella Yusuf Gurusinga Nama Ibu : Ely Berthy Br.Ginting Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Alamat : Jln. Jamin Ginting No 72 Bandar baru

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1992-1993 : TK GLORA KASIH SUKAMAKMUR Tahun 1993-1999 : SD NEGRI NO.1018643

Tahun 1999-2002 : SLTP RK. DELI MURNI BANDAR BARU Tahun 2002-2005 : SMU RK. DELI MURNI BANDAR BARU Tahun 2006-2009 : AKADEMI KEBIDANAN SENIOR MEDAN

Gambar

Tabel 4.1 data demografi partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap kemiripan merek- merek HP yang beredar berdasarkan dimensi kualitas dan model antara kon- sumen di kota Bandung dan di

Memahami prinsip- prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran desain dan produk kria.. Menerapkan prinsip-prinsip

Selanjutnya diutarakan juga oleh NS (Narasumber) 2, yaitu Mukmin Suprayogi dari hasil wawancara dengan penulis: “Dengan sebuah jaringan kerjasama yang telah dibuat membuat

Struktur pasambahan sirih, pasambahan juadah, dan pasambahan makan minum terdiri atas empat bagian, yaitu: 1) pembukaan kata dari si pangka kepada si alek, 2)

Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat

Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi nematoda parasit pada saluran pencernaan marmut (Cavia cobaya) yang terserang sakit strongilodiasis.. Marmut (

Melalui Program PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa- Kewirausahaan) ini berjudul “ ES SINGKE ( Singkong Keju) Sebagai Upaya Diserfikasi Singkong Menjadi

Kemud'in bila d i l i a t rata-rata skor frekuensi konsumsi sumber karbohidrat lainnya yaitu singkong dan umbi lainnya, ternyata skor frekuensi konsumsi singkong juga