• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner Di Kota Medan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KULINER DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH

TARA SAID PERMANA

082204054

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

MAKANAN TRADISIONAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

KULINER DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH

TARA SAID PERMANA

082204054

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

MAKANAN TRADISIONAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

KULINER DI KOTA MEDAN

OLEH

TARA SAID PERMANA

082204054

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik

Wisata Kuliner di Kota Medan

Oleh

: TARA SAID PERMANA

NIM

: 082204054

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

(5)

judul:Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan

Kebudayaan merupakan seluruh totalitas dari pikiran, aktivitas, dan hasil karya manusia yang tidak berakar dari dorongan naluri (perasaan/kebatinan) akan tetapi didapat dari proses belajar. Yang dimaksud dengan proses belajar adalah terwujud dari suatu pengalaman /bernalar yang bisa diperoleh dengan terus berusaha. Kebudayaan tidak berdiri dalam satu kesatuan, karena di dalamnya terkandung 7 (tujuh) unsur yang membuatnya mampu berdiri dan dimana ketujuh unsur tersebut akan dapat mempengaruhi perubahan kebudayaan yang asli menjadi campuran karena salah satu unsurnya mengalami kemajuan. Kota Medan menjadi salah satu contoh yang kebudayaannya mengalami kemajuan dalam hal ini, kota Medan banyak mengalami perkembangan di bidang makanan. Makanan tradisional misalnya, dengan munculnya istilah pariwisata makanan tradisional yang di miliki oleh kota Medan mampu dikenal banyak orang baik dari dalam maupun luar kota Medan, dan itu menjadi salah satu daya tarik para wisatawan untuk datang ke kota Medan. Maka dari itu makanan-makanan tersebut harus tetap di perkenalkan dan dikembangkan, karena merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan dunia pariwisata.

(6)

Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunianya kertas karya yang berjudul “Makan Tradisional Sebagai Daya Tarik

Wisata Kuliner di Kota Medan” dapat diselsaikan dengan baik, adapun kertas karya

ini merupakan tugas akhir sekaligus syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di

Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Arwina Sufika, S.E., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing yang sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., Selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia memeriksa kertas karya ini.

5. Bapak Solahudin Nasution M.SP, Selaku Koordinator Praktek Bidang Usaha Wisata yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan

nasehatnya kepada penulis.

6. Selurh dosen dan staff pengajar Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Untuk kedua orang tua penulis tercinta, ayahanda Muhammad Said dan ibunda

Zuhelmi, dan saudara penulis abang Sazly Said Permana dan adik Ulia Said

Pertiwi, atas semua kasih sayang dan dukungan dalam pembuatan kertas karya

(7)

Rosi Vebri Verrial, Arum Pranawengrum, Muhammad Rizky Perdana Damanik,

Ucup, yang telah membantu, memberikan motivasi dan inspirasi dalam

pengerjaan kertas karya ini. bertualang bersama mengelilingi pulau Sumatera.

9. Tidak lupa juga teman-teman Usaha Wisata ’08, D.E Doom, Said Art

Photography, sanggar tari Lembaga Kesenian USU, dan teman-teman yang

namannya tidak mungkin disebutkan satu per satu

Pada kesempatan ini pula penulis mohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan

pada nama atau sebutan dan isi dari kertas karya ini, penulis juga meminta kritik dan

saran dari pembaca agar kedepannya penulis bisa memberikan yang lebih baik lagi.

Medan, Juni 2011

Penulis,

Tara Said Permana

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i-v

KATA PENGANTAR...ii-iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….………...………..1

1.2. Alasan Pemilihan Judul………...………..2

1.3. Batasan Masalah ………...3

1.4. Tujuan Penulisan……….………..3

1.5. Metode Penelitian………..4

1.6. Sistematika Penulisan……….4-5

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1. Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata ..…….……...……...……6-9

2.2. Pengertian Wisatawan, Excurtionist, dan Tourist ..……….…………9-10

(9)

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

3.1. Sejarah Kota Medan………...………...…...13-14

3.2. Kota Medan Secara Geografis...………....14-16

3.3. Kota Medan secara Demografis……….………16-17

3.4. Kota Medan secara Administratif……….…….17-18

3.5. Bagan Pemerintahan di Medan……….…..19

BAB IV KEANEKARAGAMAN DI KOTA MEDAN

4.1. Keanekaragaman Makanan Tradisional di Medan………...20-24

4.2. Keunggulan dan Potensi Pariwisata Kota Medan………...24-30

4.3. Peran Makanan Tradisional dalam Pengembangan Wisata Kuliner di Kota

Medan……...……….………31-33

BAB V PENUTUP...34-35

(10)

ABSTRAK

judul:Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan

Kebudayaan merupakan seluruh totalitas dari pikiran, aktivitas, dan hasil karya manusia yang tidak berakar dari dorongan naluri (perasaan/kebatinan) akan tetapi didapat dari proses belajar. Yang dimaksud dengan proses belajar adalah terwujud dari suatu pengalaman /bernalar yang bisa diperoleh dengan terus berusaha. Kebudayaan tidak berdiri dalam satu kesatuan, karena di dalamnya terkandung 7 (tujuh) unsur yang membuatnya mampu berdiri dan dimana ketujuh unsur tersebut akan dapat mempengaruhi perubahan kebudayaan yang asli menjadi campuran karena salah satu unsurnya mengalami kemajuan. Kota Medan menjadi salah satu contoh yang kebudayaannya mengalami kemajuan dalam hal ini, kota Medan banyak mengalami perkembangan di bidang makanan. Makanan tradisional misalnya, dengan munculnya istilah pariwisata makanan tradisional yang di miliki oleh kota Medan mampu dikenal banyak orang baik dari dalam maupun luar kota Medan, dan itu menjadi salah satu daya tarik para wisatawan untuk datang ke kota Medan. Maka dari itu makanan-makanan tersebut harus tetap di perkenalkan dan dikembangkan, karena merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan dunia pariwisata.

(11)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selain sebagai salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia, setelah Jakarta

dan Surabaya, Medan pantas untuk mendapatkan suatu acungan jempol dari segala

sudut karena perkembangannya yang sangat pesat dan hampir menyamai kedua kota

terbesar di atasnya. Kini, Medan telah menjadi suatu sosok “metropolitan” dan telah

berkembang cukup pesat.

Tampil menarik karena adanya keanekaragaman budaya dalam komunitas

penduduk kota Medan. Jika kita lihat dalam setiap kebudayaan pastilah ada sesuatu

yang ditonjolkan dan memiliki keunikan yang bisa menjadi suatu pengaruh bagi

perkembangan bagi kebudayaan itu sendiri yakni semakin luasnya pengetahuan

seseorang akan kebudayaan tersebut.

Beragam budaya tentu beragam makanan khas yang disajikan dengan cara

tertentu dan mampu menggoyangkan lidah siapa pun peminat kuliner. Makanan khas

Medan yang terdiri lebih dari satu hidangan akan semakin menggoda kita untuk

menikmati makanan yang ada. Bayangkan apabila dalam hidup ini hanya ada satu

hidangan / makanan saja, pasti akan sangat membosankan. Berikut adalah aneka

makanan khas yang ada di kota Medan, yaitu : Soto Medan, sate mamang, bika

(12)

Dengan tersedianya beragam makanan khas dan tradisional Medan, maka

akan lebih menarik lagi bagi wisatawan untuk lebih sering berkunjung ke Medan,

untuk menikmati makanan khas dan tradisionalnya kota Medan, atau lebih lazim kita

namakan dengan wisata kuliner.Dengan adanya contoh kasus di atas, membuat saya

semakin tertarik untuk membahas masalah ini. Hal ini jarang kita pikirkan dalam

dunia pariwisata karena kebanyakan dari kita hanya fokus kepada potensi alam saja,

objek wisata dan itupun terdapat di luar kota Medan.

1.2. Alasan Pemilihan Judul

Dengan berbagai pernyataan di atas, mempengaruhi saya dalam hal

pengembangan kalimat tersebut dengan judul yang lebih sederhana. Judul yang

dimaksud adalah “Makanan Tradisional Sebgai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan”. Keanekaragaman yang ada di sekitar penduduk kota Medan terdiri dari

keanekaragaman budaya, agama, ras, dan pola pikir. Namun dapat kita lihat bahwa

keanekaragaman tersebut menghasilkan suatu daya tarik yang memiliki rasa, yaitu

tertuang dalam beragamnya makanan khas serta memiliki pengaruh dan peranan

dalam pengembangan wisata kuliner di kota Medan kelak menjadi lebih dikenal dan

semakin terbuka keberadaannya tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga sampai

mancanegara.

Judul kertas karya yang akan saya kerjakan diharapkan mampu menarik

(13)

oleh kota Medan sejak masa lampau, dan mengembangkan aset yang dimiliki

sekarang tentunya.

1.3. Batasan Masalah

Sejauh ini saya selaku penulis berpikir untuk menuangkan pikiran saya

melalui sebuah karya tulis ini dibatasi oleh berbagai permasalahan yang nantinya

akan lebih fokus terhadap makanan khas dan wisata kuliner.

Karya tulis ini juga lebih mengutamakan apa dan bagaimana peran makanan

khas tersebut dalam pengembangan wisata kuliner. Kita dapat melihat hubungan

keduanya melalui jenis makanan tradisional yang semakin disukai para penduduk

kota Medan maupun orang-orang dari luar kota Medan. Serta sejauh mana

keberadaan makanan tradisional itu diminati sehingga dapat dikategorikan sebagai

pencetus lahirnya wisata kuliner di Medan. Namun demikian, keanekaragamanlah yang menciptakan warna dalam hidup dan menciptakan suatu daya tarik.

1.4. Tujuan Penulisan

Tujuan dari terciptanya kertas karya ini diharapkan memberikan sumbangsih

yang baik dan positif bagi banyak orang diantaranya adalah sebagai berikut :

• Memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya jurusan Usaha wisata

Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

(14)

• Menganalisis peran makanan khas dan tradisional kota Medan tersebut dalam

pengembangan wisata kuliner di kota Medan.

1.5. Metode Penelitian

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan 2 metode untuk

mengumpulkan data, yaitu :

1. Library research

Yakni mengumpulkan data dan informasi melalui buku-buku, diktat selama

perkuliahan serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan kertas karya ini.

2. Field Research

Yakni memperoleh informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan yang

kemungkinan data dapat diperoleh melalui : observasi atau pengamatan

langsung.

1.6. Sistematika Penulisan

Mengingat sangat luasnya bidang yang diteliti dalam masalah ini, maka

untuk mempermudah pembahasan, penulis akan menguraikannya dalam 5 bab yang

di dalamnya terbagi atas sub bagian :

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, alasan pemilihan judul, tujuan

(15)

BAB II Tinjauan teoritis kepariwisataan

Bab ini meliputi pengertian pariwisata, wisatawan, excurtionis, tourist,

dan wisata kuliner.

BAB III Gambaran umum mengenai kota Medan

Bab ini menerangkan kota Medan baik itu dari segi sejarah, letak

geografis, demografis, dan secara administratif.

BAB IV Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan. Bab ini menerangkan keanekaragaman makanan tradisional serta

perannya dalam pengembangan dan menjadi daya tarik wisata kuliner di

kota Medan.

BAB V Penutup dan simpulan

DAFTAR PUSTAKA

1. Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta. Pradnya Pramita

2. Khodyat, H. 1992. Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta. PT. Gramedia

Widiasarana

3. Wikipedia Bahasa Indonesia, Kota Medan

tanggal 16 Maret 2011)

4. International Culinary Tourism Association, Culinary Tourism,

(16)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1. Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata

Sesunguhnya pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia

itu sendiri, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah

atau perjalanan agama lainnya. Namun demikian tonggak-tonggak serjarah dalam

pariwisata sebagai fenomena modern dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo

(1254- 1324). Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun

1990 pada bab I pasal 1, bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan

yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan,

pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut

kepariwisataan.

Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai

berkut Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan

kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara),

jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program-program kebersihan atau kesehatan, pilot

proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya.

Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990

(17)

wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang tersebut.

Dengan demikian pariwisata meliputi :

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti :

Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam),

museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang

bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni :

• Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata,

pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat,

konsultan pariwisata, informasi pariwisata);

• Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar,

angkutan wisata dan sebagainya.

• Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (Yoeti ;

1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan,

bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik

dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

Menurut Richard Sihite (dalam Marpaung dan Bahar 2000:46-47)

(18)

yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu

tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan

dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi

atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab

I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari

kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu :

(1) Kegiatan perjalanan;

(2) Dilakukan secara sukarela;

(3) Bersifat sementara;

(4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan

daya tarik wisata.

Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi

masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi

wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan

dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor

(19)

lainnya.

2.2. Pengertian Wisatawan, Excurtionist, dan Tourist

Wisatawan adalah Orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut

pengertian tersebut, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan

"wisatawan". Pendefinisian wisatawan biasanya berada dalam perpektif kepentingan

suatu wilayah atau Negara. Pendefinisian secara teknikal mencerminkan beragam

kepentingan, mulai dari tujuan bisnis, organisasi, statistic, dan sebagainya, yang

berhubungan dengan peramalan suatu kawasan destinasi pariwisata.

Excurtionosts adalah pelancong semantara ygn tinggal kurang dari 24 jam di

Negara yang dikunjungi, termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar/

penyebrangan. Menurut definisi IUOTO, kini UN-WTO (dalam Khodyat dan

Ramaini, 1992 : 38), maksud dari excurtionist adalah setiap orang yang melintasi

suatu negara dalam jangka waktu lebih dari 24 jam tanpa singgah atau setiap orang

(pengunjung sementara) yang melintasi suatu negara dalam jangka waktu lebih dari

24 jam, asal saja orang tersebut mengadakan persinggahan tidak memakan waktu

lama dan bukan untuk maksud kunjungan wisata.

Dalam bahasa Inggris wisatawan itu disebut tourist. Menurut definisi

IUOTO (dalam Khodyat dan Ramaini 1992 : 109), sebagaimana disebutkan Annex II,

(20)

• Orang yang bepergian hanya untuk bersenang-senang (pleasure), keperluan

keluarga, kesehatan, dan sebagainya.

• Orang yang bepergian untuk menghadiri pertemuan-pertemuan (meetings).

• Orang yang bepergian untuk keperluan usaha (business).

• Orang yang datang dalam rangka pelayaran wisata (sea cruise), walaupun mereka

singgah kurang dari 24 jam.

• Siswa atau orang muda yagn tinggal di asrama atau sekolah.

Oleh para pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan

tertentu, pengertian tourist ini diberi persyaratan seperti :

• Perjalanan dilakukan secara sukarela.

• Perjalan ke tempat lain diluar wilayah/daerah/negara tempat tinggalnya.

• Tidak untuk mencari nafkah.

• Tujuannya semata-mata untuk :

- Pesiar, liburan, kesehatan, belajar, keagamaan dan olahraga.

- Kunjungan usaha, mengunjungi kelurga, tugas dan menghadiri pertemuan.

2.3. Culinary Tourism (Wisata Kuliner)

Culinary tourism (wisata kuliner) merupakan relatif baru di dunia industri

pariwisata, buktinya tampak dimana wisata kuliner mulai berkembang sejak tahun

2001, dimana seorang Erik Wolf selaku Presiden Ikatan Wisata Kuliner Internasional

(21)

(Internatioal Culinary Tourism Association). Sepanjang tahun 2001, perakademian

pariwisata di seluruh dunia telah mengadakan penelitian yang lebih serius akan wisata

kuliner. Namun demikian, badan penelitian sangat khawatir kalau penemuan tersebut

merupakan suatu jalan untuk jalannya usaha dunia. Nyatanya, seorang peneliti Lucy

Long, dari Universitas Bowling Green di Ohio (USA) yang pertama kali mencetuskan

kata – kata wisata kuliner di tahun 1998.

Kemudian di tahun 2001 di bawah kepemimpinan kelompok industri

penasihat, Erik Wolf menemukan International Culinary Tourism Association

(ICTA). ICTA terbentuk setiap tahunnya dengan sejumlah anggota dan dirancang

dengan berbagai penawaran akan beragam program mengenai kuliner. Pada tahun

2006, ICTA menciptakan sebuah Institut Wisata Kuliner Internasional, yang

mengutamakan pendidikan dan pelatihan akan berbagai program yang ada di dalam

komponen ICTA. Kemudian, di awal tahun 2007, mulai menyediakan beberapa solusi

untuk pengembangan wisata kuliner untuk menghadapi meningkatnya jumlah

permintaan akan industri ini bagi petunjuk dan kepemimpinan dalam pengembangan

dan pemasaran wisata kuliner.

Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu pencarian akan pengalaman

kuliner yang unik dan selalu terkenang dengan beragam jenis, yang sering dinikmati

dalam setiap perjalanan , akan tetapi bisa juga kita menjadi wisatawan kuliner di

(22)

culinary experience of all kinds, often while travelling, but one can also be a culinary tourist at home.)

Wisata kuliner tidak termasuk ke dalam wisata pertanian. Meskipun di

dalamnya masakan terdapat unsur pertanian. Pertanian dan masakan merupakan satu

hubungan yang tak mungkin dapat dipisahkan, namun tetap merupakan dua kata yang

sangat berbeda. Wisata pertanian (agritourism) merupakan bagian dari wisata

pedesaan (rural tourism), sedangkan santapan / masakan (cuisine) merupakan bagian

dari dari wisata budaya (cultural tourism), dan sebagai masakan maka ia merupakan

manifestasi/wujud dari budaya itu.

Wisata kuliner (culinary tourism), meliputi berbagai pengalaman akan

beragam kuliner. Wisata kuliner melebihi dari tuntunan makan malam dan restoran

akhir pekan. Akan tetapi wisata kuliner meliputi beberapa unsur yaitu : kursus

memasak, buku panduan memasak dan toko-toko penjual perkakas dapur, tur kuliner

(culinary tours) dan pemandu wisata, media kuliner dan buku panduan, pemborong

makanan untuk pesta/katering, penyalur anggur (wineries), pengusaha dan penanam

tumbuhan pangan, atraksi kuliner seperti festival jajanan yang diadakan suatu produk

usaha swasta (Kecap Bango) di Merdeka Walk di bulan ramadhan lalu (dalam

Introduction to Culinary Tourism).

(23)

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

kedudukan, fungsi dan peranan kota Medan cukup penting dan strategis secara

regional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota Medan sering

digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Secara geografis, kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab

berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian utara, sehingga relatif dekat

dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura,

dan lain-lain.

3.1 Sejarah Kota Medan

Dalam catatan riwayat Hamparan Perak yang aslinya ditulis dalam bahasa

Karo, Medan hanya sebuah perkampungan yang dibangun oleh seorang tokoh

masyarakat bernama Guru Patimpus, bermarga Karo Sembiring, pada tahun 1950-an.

Letaknya di Tanah Deli, tepatnya di pertemuan antara Sungai Deli dan Sungai

Babura, yakni dua sungai yang kini mengalir di tengah-tengah kota Medan.

Tanggal 01 Juli 1950 ditetapkan sebagai tanggal lahir kota Medan. Dalam

perkembangannya Medan menjadi kota ketiga terbesar di Indonesia. Medan juga

(24)

Posisinya yang strategis karena berdekatan dengan Singapura, Malaysia, dan

Thailand, adalah jaminan kalau kota Medan menyimpan potensi yang besar untuk

menyedot wisatawan-wisatawan mancanegara.

3.2. Kota Medan secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja

pembangunan kota :

(1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosialekonomi.

Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan

mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk

pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi kota

Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota

Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang

menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59

kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan

Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah

kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

(25)

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973

kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 ha yang terdiri

dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama

maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD,

tanggal 5 Mei 1986, kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144

Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH

Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996

tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang

Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara

administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif , wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan

timur. Sepanjang wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang

diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli

Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA),

(26)

Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang

kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini

menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja

sama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan

daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang berada di jalur pelayaran Selat Malaka,

maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan

perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri

(ekspor-impor). Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota

dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan

pusat kota Medan saat ini.

3.3. Kota Medan Secara Demografis

Secara demografi, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu

keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana

tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang

mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir

masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan

gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

(27)

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu

pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan

kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah.

Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara

lain perubahan pola berpikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan

juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat

kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan

pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah

tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak

banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai

dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.

Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,

termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang

diterapkan.

3.3. Kota Medan secara Administratif

Wilayah Kota Medan kemudian dibagi lagi menjadi 21 kecamatan dan 151

(28)

1. Medan Tuntungan 12. Medan Helvetia

2. Medan Johor 13. Medan Petisah

3. Medan Amplas 14. Medan Barat

4. Medan Denai 15. Medan Timur

5. Medan Area 16. Medan Perjuangan

6. Medan Kota 17. Medan Tembung

7. Medan Maimun 18. Medan Marelan

8. Medan Polonia 19. Medan Labuhan

9. Medan Baru 20. Medan Deli

10.Medan Selayang 21. Medan Belawan

11.Medan Sunggal

(29)
[image:29.612.117.521.111.416.2]

3.4.Bagan Pemerintahan di Medan

(30)

BAB IV

KEANEKARAGAMAN DI KOTA MEDAN

4.1. Keanekaragaman Makanan Tradisional di Medan

Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur

agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat - istiadat. Hal ini

memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka

(open-minded). Keanekaragaman ini dapat kita rasakan dan lihat dengan beragamnya

bahasa yang digunakan masyarakat di Medan apabila mereka berbincang-bincang

dengan orang yang satu suku ataupun mereka yang tahu bahasa dari lawan bicaranya.

Keberagaman budaya dan dan etnis masyarakatnya itu tercermin dari sajian makanan

yang beranekaragam. Kelebihan ini memberikan dampak positif karena citarasa

makanan yang khasnya dapat dinikmati oleh lidah setiap orang, sekalipun mereka

adalah masyarakat pendatang. Anugerah ini dimanfaatkan betul oleh masyarakat kota

Medan. Hampir di setiap sudut kota ditemui tempat-tempat jajanan yang dengan

konsep-konsep yang menarik dan istimewa, serta telah dijadikan suatu ajang usaha

yang begitu menggiurkan.

Istilah multikulturalisme menjadi perbincangan yang hangat akhir-akhir ini.

Bagi sebagian orang, konsep ini diharapkan menjadi oase di tengah hubungan antar

(31)

menjadikannya obat mujarab dalam menyembuhkan penyakit disintegrasi yang

sedang menggerogoti batang tubuh bangsa.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai

dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.

Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,

termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Berikut adalah komposisi dari etnis (suku) yang ada di Medan (sekalipun

tidak up-to-date/ terkini lagi), yaitu :

Komposisi Etnis Kota Medan

N o. Et n is Ta h u n 1 9 3 0 Ta h u n 1 9 8 0

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jawa

Bat ak Toba

Cina

Mandailing/ Sipirok

Minangkabau

Melayu

K a r o

(32)

12.

13.

Nias

Lain- lain

-

14,28%

0, 18%

3,04%

Jum lah 100, 00% 100, 00%

[image:32.612.115.491.83.203.2]

Sum ber : Pelly, 1983

Tabel 4.1.1

Berdasarkan keterangan tabel di atas, kita sudah tahu bahwa ada beragam

suku yang menetap di kota Medan dalam segala profesi yang digambarkan dalam

persentase. Namun, apabila kita memperhatikan dengan seksama bahwa suku Melayu

yang merupakan suku asli kota Medan selalu berada diurutan keenam dalam jumlah.

Padahal kita semua tahu bahwa orang-orang Melayulah yang pertama kalinya

menginjakkan kakinya di tanah Deli (sekarang Medan).

Suku Melayu sangat memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan suku

lainnya. Mengapa? Karena dulunya sesuai dengan peninggalan sejarah bahwa bahasa

persatuan kita, bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu tua (Proto-Malay).

Menyinggung dari suku-suku lainnya seperti :Minangkabau, Manado, dan

Bugis hanyalah sebagian saja mereka menetap di kota Medan. Kebanyakan mereka

hanya menanamkan modalnya di berbagai perusahaan.

Sudah lama diberitakan bahwa makanan di kota Medan enak-enak.

Tergantung selera, tinggal sebut kita bisa dapatkan segala jenis makanan di berbagai

tempat di Medan. Hebatnya lagi kota Medan memang seolah menegaskan

kekuatannya di wisata kulinernya, yang tampak pada banyakanya ragam makanan

tradisional yang ada di kota terbesar ketiga Indonesia ini.

(33)

Berikut adalah sebagian dari contoh makanan khas daerah ataupun makanan

tradisional yang banyak sekali dijual di Medan dengan harga yang terjangkau, yaitu :

• Suku Jawa (nasi uduk, pecel lele, es dawet, pecel sayur, ayam penyet, sate

Madura, dan sebagainya).

• Suku Batak (ikan arsik, babi/sapi panggang, ikan mas diasami/naniura, dsb.).

• Suku Aceh (mie goreng Aceh).

• Suku Padang (sate padang).

Semua jenis makanan tersebut dapat ditemui di sepanjang jalan kota Medan.

Banyak tempat makan yang tersebar di pelosok kota mulai dari kelas café, restoran,

maupun yang kelas kaki lima, namun terjamin kebersihannya. Beberapa diantaranya

sangat mirip dengan negara Singapura dan Malaysia. Tidak heran mengingat posisi

mereka sangat berdekatan yang mana apabila ditempuh dengan pesawat hanya

membutuhkan waktu kurang dari 1 jam saja.

Nah, bagi Anda yang beragama Muslim tidak perlu khawatir karena ada

banyak sekali makanan tradisional Indonesia tersedia secara halal dan bersih. Bagi

yang Kristiani, dapat menikmati semua jenis makanan tradisional dari setiap suku

karena tidak adanya pantangan.

Demikian juga secara demografis kota Medan diperkirakan memiliki pangsa

pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya

yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa.

(34)

tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat

perdagangan dan keuangan regional/nasional.

4.2. Keunggulan dan Potensi Pariwisata Kota Medan

Kota Medan sebagai kota transit atau pintu gerbang masuknya para

wisatawan yang datang dari luar kota maupun negeri sebelum melakukan perjalanan

ke daerah-daerah tujuan wisata lain seperti : Berastagi, Parapat, Pulau Samosir

(Danau Toba), Bukit Lawang, dan berbagai daerah tujuan wisata yang ada di

Sumatera Utara, maka kota Medan mempunyai beberapa potensi dan keunggulan

pariwisata berupa objek – objek wisata yang bisa di kunjungi dan dinikmati baik

secara kolektif maupun pribadi.

Perjalanan yang dengan waktu singkat serta hanya melihat-lihat sepintas

mengenai keunikan yang dimiliki oleh sebuah kota disebut dengan city sight seeing

tour. Seperti yang telah diungkapkan pada halaman sebelumnya bahwa kota Medan

memiliki beberapa tempat yang layak untuk dikunjungi dan pantas untuk diabadikan

dalam sebuah bentuk gambar.

Sebelum melakukan perjalanan city tour atau yang dikenal dengan keliling

kota, perlu kita mengenal terlebih dahulu apa jenis objek wisata yang akan kita

kunjungi sehingga kita akan cepat mengingat kesan yang kita peroleh setelah

melakukan perjalanan. Ya! Melakukan perjalanan membutuhkan persiapan yang tidak

(35)

untuk mencerna apa yang menjadi keunikan dari objek wisata yang kita kunjungi

tersebut.

Keunikan dan potensi yang selama ini kita (khusus orang Medan) masih

sedikit yang paham dan mau berpartisipasi untuk melestarikannya. Apakah itu

keunikan dan potensi yang dimiliki kota Medan? Selain sebagai kota transit, kota

ketiga terbesar, dan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan memiliki masyarakat

yang kondusif (di luar masalah demonstrasi mahasiswa SM.Raja sehingga

menyebabkan kematian seorang ketua DPRD Sumatera Utara), yang selalu mengerti

satu sama lain. Sering kita mendapati di tiap sudut jalan dan gang bahwa ada berdiri

gereja dan mesjid atau pura dan vihara saling berhadapan dan berdampingan. Akan

tetapi, hal ini tidak menjadi masalah yang besar bagi orang Medan.

Anda pernah mendengar kata “Ini Medan Bung!” Mungkin bagi kita yang

pertama kali menginjakkan kaki di Medan merasa takut atau takut mendengar slogan

gaul tersebut. Tapi Anda tidak perlu khawatir, karena itu bukanlah sebuah kata yang

mengancam melainkan menunjukkan bahwa kehidupan di kota Medan sangat tegas

(bukan keras) dan berprinsip. Prinsip untuk selalu menjaga keamanan dan

kenyamanan yang sudah lama dibangun serta merupakan imbauan bagi para

pendatang untuk menghormati dan memiliki rasa santun apabila berkunjung ke

Medan (hal ini bukan untuk menunjukkan bahwa ada banyak preman di Medan).

Memang benar, banyak orang beranggapan bahwa Medan adalah sarang

preman dan dipenuhi oleh orang – orang Batak yang sangat menyeramkan. Semua

(36)

orang Batak saja, tetapi ada beragam suku yang hidup rukun serta ragam agama juga

ada.

Kedua kata di atas memiliki hubungan yang sangat erat. Dan juga tidak

dapat dipisahkan karena adanya ketergantungan satu sama lainnya. Selain itu, ada

juga elemen lainnya yang paling mendasar dari hubungan yang erat itu, yaitu pelaku /

masyarakat yang menjadi subjek ataupun pemeran utama dalam terjadinya

keanekaragaman dan menimbulkan suatu dampak terhadap pariwisata.

Dapat kita buat suatu gambaran mengenai hal di atas. Berikut adalah

diagram yang menunjukkan hubungan ataupun keterkaitan antara ketiga elemen di

[image:36.612.133.480.339.516.2]

atas, yaitu :

Gambar 4.2.1

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling bertahan keberadaannya

untuk dijual ke luar negeri setelah migas. Pariwisata juga mampu menampung beribu

pekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam pariwisata apapun dapat

dijual apabila benda ataupun jasa yang ditawarkan memiliki sesuatu yang unik dan

khas yang mana keunikannya tidak dimiliki oleh kota lainnya. Jadi, pariwisata

merupakan sarana yang menyatukan antara masyarakat dan budaya sehingga

WISATA KULINER

MAKANAN TRADISIONAL

MASYARAKAT KOTA MEDAN

(37)

melahirkan fenomena kerjasama yang erat sampai akhirnya menghasilkan daya tarik

yang memiliki nilai jual lebih.

Keunikan yang dimiliki kota Medan adalah dapat kita nikmati dari

makanannya yang beragam sekali dan disertai oleh harga yang beragam pula.

Keanekaragaman budaya melahirkan kuliner yang beragam. Kita bisa menikmati

segala aneka makanan yang pas di lidah juga pas di kantong. Salah satu contohnya,

soto Medan, yang sebenarnya membuat berbeda dari soto lainnya tidak begitu

menonjol hanya saja soto khas Medan lebih kental dan aroma kaldunya lebih terasa,

dan yang paling penting adalah harganya tidak akan membuat kantong Anda menipis.

Dapat kita temui di sepanjang jalan besar dan terutama di Jl. Setia Budi. Selain itu,

adapula yang namanya rujak menteng, bakso urat, es krim tip-top, dan sebagainya

yang tidak dapat saya sebut satu per satu.

Bila Anda berkunjung ke Medan, jangan lupa membeli oleh-oleh khas

Medan. Hampir semua orang di Tanah Air ini apa saja yang menjadi ciri khas Medan,

tidak terkecuali warga asing. Yup! Tepat sekali, yaitu kue serabi dan kue talam.

Makanan ini sangat banyak dijajakkan di Jl. Mojopahit. Ada beragam rasa kue serabi

di sana. Entah bagaimana bisa namanya menjadi bika ambon tapi yang pasti rasanya

sangat lezat dan gurih, apalagi kalau dimakan bersama keluarga.

Karena Medan adalah surganya makanan enak dan sekaligus mulai

dipandang sebagai kota wisata kuliner, maka berikut adalah tempat-tempat yang tepat

untuk dikunjungi untuk menikmati makanan tradisional juga makanan yang modern,

(38)

Merdeka Walk

Tempat ini merupakan salah satu objek wisata kuliner yang menawarkan

konsep food, fun and leisure. Di sini Anda akan makan di udara terbuka, di

bawah langit cerah penuh bintang dan bulan sedang purnama. Keistimewaan

tempat ini karena tepat di jantungnya kota Medan, Lapangan Merdeka.

Sekalipun penataannya yang semakin modern, akan tetapi kelestarian

makanan tradisional tetap terjamin karena jika Anda berkunjung ke tempat ini,

maka masih dapat Anda temui beragam makanan tradisional.

Tip top restoran

Berada di jalan Ahmad Yani, sebuah kawasan yang masih dipenuhi oleh

bangunan-bangunan abad ke – 20, Anda akan dibawa ke nuansa Medan

tempo doeloe. Tak heran kalau tip top restoran selalu jadi pilihan utama para

wisatawan terutama dari luar negeri.

Makanan Laut (Sea-food)

Banyak yang bilang kalau seafood (makanan laut) Medan tak terlukiskan kelezatannya. Makanya, menu yang satu ini selalu ada di setiap hotel, mall,

restoran, bahkan sampai jajanan pinggir jalan. Sejumlah lokasi yang kerap

dikunjungi adalah Rumah Makan Waringin (Jl. Waringin/ sebelah hotel Best

(39)

Serdang (Ocean Pacific Beach & Seafood) di Jl. Ujung Baru, Belawan. Dasar

dari masakan yang disediakan adalah merupakan unsur masakan tradisional

yang mana hanya sedikit diberi sentuhan modern dari sisi tampilan luarnya

saja.

Makanan khas tradisional

Kenikmatan makanan tradisional Sumatera Utara tak bisa diungkapkan

dengan kata-kata. Lemak, pedas, manis, atau perpaduan ketiganya sangat erat.

Jika Anda ingin makan soto khas Medan, jangan khawatir jika Anda tak bisa

menikmatinya. Cukup dengan datang ke Jl. Sei Deli yaitu Rumah Makan

Sinar Pagi merupakan rumah makan yang menawarkan kenikmatan soto

Medan yang lezat dan nikmat.

Menu khas Mandailing silahkan berkunjung ke Rumah Makan Padang

Sidempuan di Jl. SM Raja, Jl. Juanda Baru dan Jl. Letda Sudjono. Makanan

khas Karo/Batak Toba tersebar di sepanjang jalan Jamin Ginting (kawasan

Padang Bulan). Dan khusus menikmati makanan khas Melayu, silakan datang

ke Jl. Sltn Hasanudin, yaitu Rumah Makan Serai Wangi.

Durian

Akhirnya, kuliner terbaik dari kota Medan adalah duriannya. Buah

(40)

(5-10 ribu rupiah saja/buah), rasa yang nikmat, serta mudah didapat di

sepanjang jalan kota Medan, yaitu di Jl. Iskandar Muda, Jl. Abdul Haris, Jl.

Adam Malik, Jl.Sumatera, Jl. Bogor, dan Jl. Gatot Subroto.

Makanan tradisional yang beragam dan banyak sekali ditemui di setiap jalan

kota Medan, menjadikan kota Medan semakin dikenal dengan wisata kulinernya.

Betapa tidak, apabila kita melihat di sekeliling kita, maka Anda akan meyadari bahwa

banyak sekali orang berkunjung ke tempat-tempat tertentu di jalanan kota Medan.

Mereka ingin menikmati makanan yang ada setelah menyelesaikan segala

aktifitasnya.

Wisata kuliner telah menjadi bagian dalam diri masyarakat kota Medan

setelah mereka menyadari bahwa betapa besarnya anugerah yang didapatkan dari

dampak positif akan keberadaan keanekaragaman budaya mereka. Bisa kita

simpulkan juga, itu sebabnya mengapa selama ini keadaan penduduk kota Medan

hampir selalu kondusif dan aman sejahtera, karena hampir semuanya mulai

memanfaatkan keadaan ini demi memperoleh rupiah.

Jelas sekali dari penjelasan di atas, bahwa makanan tradisional telah

memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan wisata kuliner, yakni

semakin banyak makanan tradisional ditawarkan dalam bentuk yang beragam dan

rasa yang berbeda , maka akan semakin majulah wisata kuliner yang ada dan bahkan

semakin diperluas penjualannya (dengan mengupayakan promosi ke luar negeri).

(41)

4.3. Peran Makanan Tradisional dalam Pengembangan Wisata Kuliner

Kota Medan kini dikenal bukan hanya karena ia merupakan kota terbesar di

Sumatera Utara, akan tetapi mulai memperkenalkan dirinya karena kulinernya (wisata

kuliner yang dimiliki). Kita semua mengenal bahwa kota Medan memiliki penduduk

kurang lebih 2 juta dengan latar belakang yang berbeda dan beragam. Baik dari segi

budaya, suku, pola pikir, dan sampai agama. Tidak terlepas dari itu semua, bahwa

karena adanya keanekaragaman, maka dalam setiap budaya pasti ada sesuatu yang

unik dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi apabila dikelola dengan tepat dan

sungguh-sungguh.

Sesuatu yang unik itu bisa terwujud ke dalam makanan, artefak, kesenian,

dan bahasa. Kali ini kita sedang fokus pada wujud makanan tradisional yang beragam

dan tersedia dalam beragam rasa dan warna. Makanan tradisional suku asli bangsa

Indonesia yang ada di Medan (Jawa, Batak, Padang, Melayu, dan sebagainya) telah

mampu mencuri perhatian pasar pariwisata dewasa ini.

Dulunya kebanyakan orang menilai bahwa makanan tradisional hanya dapat

dinikmati oleh orang-orang yang berada di pedesaan ataupun khusus bagi mereka

yang berkalangan menengah ke bawah, sedangkan yang selebihnya adalah

orang-orang yang menikmati makanan cepat saji (fast-food) dan kebarat-baratan.

Kini, tampilan makanan tradisional semakin berkelas dan telah mulai

diminati orang-orang kalangan atas juga termasuk para wisatawan dari luar negeri.

Makanan tradisional memiliki aneka rasa dan tampilan yang mampu

(42)

dengan menikmati makanan yang beraneka ragam itu Di mana-mana setiap orang

membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, namun dewasa ini

kebanyakan orang menikmati makanan tidak hanya menginginkan kepuasan lidah dan

perut saja, akan tetapi ada rasa kepuasan dalam batin dan pikiran. Inilah yang

dinamakan adanya pengalaman yang selalu dikenang dan tak terlupakan.

Sejumlah aneka ragam makanan tradisional dapat kita temui di Medan, di

sepanjang jalan kota ini kita bisa menemukannya baik di mall, hotel, bahkan sampai

kaki lima. Tergantung kepada kita mana yang dapat dijangkau, kita bisa menikmati

makanan tradisional dan kita juga harus bisa memilih tempat yang bersih dan

nyaman.

Sering menjadi pertanyaan dalam hati kita, sebenarnya bagaimana peran

makanan tradisional dalam pengembangan wisata kuliner di kota Medan? Tepat

sekali jika Anda menjawab sebelumnya bahwa kedua hal ini memiliki hubungan yang

sangat erat. Keberadaan makanan tradisional merupakan tolok ukur bagi lahirnya

wisata kuliner di Medan. Tanpa adanya makanan tradisional yang khas, belum tentu

bisa melahirkan wisata kuliner yang mantap dan berkembang. Mengenai wisata

kuliner telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa lebih mengutamakan hasil

pertanian dan diolah dengan bumbu asli suku bangsa Indonesia tanpa ada campuran

dari bumbu luar negeri, dan tidak ada kompromi dalam pencampuradukan rasa antara

makanan tradisional yang satu dengan yang lainnya. Setiap masakan suku tertentu

memiliki ciri khas dan keunikan rasa yang berbeda (walaupun hampir ada kemiripan),

(43)

(lebih mengutamakan rasa bumbu kacang yang kering dan gurih tapi tidak terlalu

pedas).

Wisata kuliner yang lahir karena adanya makanan tradisional di kota Medan,

semakin hari semakin berkembang karena adanya eksplorasi (penemuan resep-resep

kelezatan yang lebih nikmat) dalam masakan tradisional disertai dengan penampilan

yang semakin modern (tidak monoton gayanya). Jadi, jelas sekali bahwa makanan

tradisional memiliki peran dalam pengembangan wisata kuliner (terlihat dari

(44)

BAB V

PENUTUP

Terlahir sebagai perkampungan yang sangat harmoni, kini menjadi

sesosok yang begitu menonjolkan dirinya karena adanya keragaman budaya terutama

keragaman makanan tradisional sehingga memiliki keunggulan di bidang wisata

kuliner yang semakin disukai oleh orang pendatang baik dari luar maupun dalam

negeri. Dulunya kota Medan merupakan perkampungan bagi warga Muslim yang

hanya hidup dalam satu dominasi saja, dan umum dihuni oleh suku Melayu.

Hingga pada akhirnya mengikuti perkembangan zaman dan peradaban

manusia yang semakin jauh ke depan, menjadikan kota Medan serasa mempercantik

diri dengan cara melakukan pemekaran sesuai dengan keadaan perubahan zaman.

Semakin banyak jumlah penduduk yang bermukim di Medan, hingga mencapai

sekitar 2 juta jiwa yang terdiri dari beragam suku dan bangsa. Keanekaragaman inilah

yang menjadikan kota Medan mulai berpikir untuk menciptakan suatu

image/gambaran diri untuk mengarah kepada status yang lebih maju dan menjadi

metropolitan (kota besar yang memiliki sejumlah gedung pencakar langit serta

memiliki banyak lapangan pekerjaan).

Menurut saya adapun upaya dalam menggalakkan dunia pariwisata terutama

di bidang wisata kuliner, baik oleh pihak pemerintah ataupun masyarakat sendiri

adalah dengan cara seperti berikut :

(45)

1. Melestarikan makanan tradisional masing – masing sehingga terhindar dari

kontaminasi makanan barat.

2. Meningkatkan penghijauan kota dengan merawat taman-taman kota yang telah

disediakan agar terhindar dari pencemaran udara (global warming / pemanasan

global), guna meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan agar lebih enak apabila

menikmati makanan tradisional yang disediakan.

3. Meningkatkan kebersihan dan keteraturan di saat menjajakkan jualan.

4. Diuupayakan agar para pedagang kaki lima tidak ada di sekitar jalan besar

ataupun taman kota karena akan sangat merusak pemandangan sehingga yang

timbul adalah kesemerautan, usahakan agar ada tempat yang spesial bagi mereka

berjualan.

5. Meningkatkan jumlah aparat keamanan di tiap jalan kota agar dapat menghindari

tindak kriminal bahkan kemacetan lalu lintas (ada yang memantau jalan raya).

6. Lebih baik di tiap jalan tertentu (jalan-jalan utama jalur angkot ataupun jalur

khusus pejalan kaki) disediakan tong sampah agar tidak ada lagi sampah yang

berserakan, dan dapat mengurangi beban para pekerja kebersihan.

7. Bila perlu setiap minggu wajib diadakan pentas seni dan budaya di balai kota agar

orang – orang yang berasal dari luar kota bahkan luar negeri tahu mengenai

kebudayaan apa saja yang ada di kota Medan.

8. Dengan adanya tv swasta lokal yaitu Deli TV akan mampu membuka mata kita

kalau Medan juga dapat berperan dalam pengembangan teknologi dan diupayakan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta. Pradnya Pramita.

2. Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

3. Khodyat, H. (1992). Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana

4. Wikipedia Bahasa Indonesia, Kota Medan,

akses tanggal 16 Maret 2011)

5. International Culinary Tourism Association, Culinary Tourism,

6. Ardiansyah, Medan The Real Trully City of Asia (di akses tanggal 17 Maret 2011)

7. Gus Wai, Wisata Kuliner di Kota Medan

tanggal 17 Maret 2011)

8. Ardiansyah, Tempat Makan Enak di Kota Medan,

(di akses tanggal 18 Maret 2011)

9. Bayu Listiaji, Wisata Sumatera Utara : Tempat Makan di Medan,

Gambar

Gambar 3.4.1
Tabel 4.1.1
Gambar 4.2.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah, makanan tradisional etnis Tamil dalam acara khusus yaitu pada upacara aadimasem (tolak bala) makanan yang disajikan adalah kanjiute

Diharapkan dengan adanya usaha makanan tradisional alternatif ini, dapat menambah varian makanan tradisional sebagai ciri khas yang sudah ada di Kota

Saat ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merasakan bahwa aktivitas komunikasi pemasaran pariwisata sebuah kota dinilai menjadi hal yang cukup penting,

Media komunikasi pemasaran apa saja yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata.. Jawab: Media tersebut

Pekanbaru menjadi peluang untuk menjadikan Kota Pekanbaru sebagai Daerah Tujuan Wisata Kuliner.Namun demikian ketersediaan pusat-pusat penjualan makanan tersebut tidak

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan makanan tradisional sebagai kuliner lokal dengan jenis Surabi Mila sebagai daya tarik wisata Kota Bandung.Metode penelitian

Diantara beberapa kuliner khas tersebut, nasi boranan atau sego boranan adalah kuliner khas dan tradisional yang otentik dan hanya dijual di kota Lamongan saja, sehingga

Komodifikasi dalam seni tradisional Sunda dapat dijadikan sebagai upaya pengem- bangan wisata budaya dikota Bandung, ini dikarenakan produk hasil komodfikasi seni