KULINER DI KOTA MEDAN
KERTAS KARYA
OLEH
TARA SAID PERMANA
082204054
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MAKANAN TRADISIONAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
KULINER DI KOTA MEDAN
KERTAS KARYA
OLEH
TARA SAID PERMANA
082204054
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MAKANAN TRADISIONAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
KULINER DI KOTA MEDAN
OLEH
TARA SAID PERMANA
082204054
Dosen Pembimbing,
Dosen Pembaca,
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik
Wisata Kuliner di Kota Medan
Oleh
: TARA SAID PERMANA
NIM
: 082204054
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP. 19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
Ketua,
judul:Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan
Kebudayaan merupakan seluruh totalitas dari pikiran, aktivitas, dan hasil karya manusia yang tidak berakar dari dorongan naluri (perasaan/kebatinan) akan tetapi didapat dari proses belajar. Yang dimaksud dengan proses belajar adalah terwujud dari suatu pengalaman /bernalar yang bisa diperoleh dengan terus berusaha. Kebudayaan tidak berdiri dalam satu kesatuan, karena di dalamnya terkandung 7 (tujuh) unsur yang membuatnya mampu berdiri dan dimana ketujuh unsur tersebut akan dapat mempengaruhi perubahan kebudayaan yang asli menjadi campuran karena salah satu unsurnya mengalami kemajuan. Kota Medan menjadi salah satu contoh yang kebudayaannya mengalami kemajuan dalam hal ini, kota Medan banyak mengalami perkembangan di bidang makanan. Makanan tradisional misalnya, dengan munculnya istilah pariwisata makanan tradisional yang di miliki oleh kota Medan mampu dikenal banyak orang baik dari dalam maupun luar kota Medan, dan itu menjadi salah satu daya tarik para wisatawan untuk datang ke kota Medan. Maka dari itu makanan-makanan tersebut harus tetap di perkenalkan dan dikembangkan, karena merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan dunia pariwisata.
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya kertas karya yang berjudul “Makan Tradisional Sebagai Daya Tarik
Wisata Kuliner di Kota Medan” dapat diselsaikan dengan baik, adapun kertas karya
ini merupakan tugas akhir sekaligus syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Syahron Lubis, M.A., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Arwina Sufika, S.E., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Arwina Sufika, S.E., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing yang sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
4. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., Selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia memeriksa kertas karya ini.
5. Bapak Solahudin Nasution M.SP, Selaku Koordinator Praktek Bidang Usaha Wisata yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan
nasehatnya kepada penulis.
6. Selurh dosen dan staff pengajar Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
7. Untuk kedua orang tua penulis tercinta, ayahanda Muhammad Said dan ibunda
Zuhelmi, dan saudara penulis abang Sazly Said Permana dan adik Ulia Said
Pertiwi, atas semua kasih sayang dan dukungan dalam pembuatan kertas karya
Rosi Vebri Verrial, Arum Pranawengrum, Muhammad Rizky Perdana Damanik,
Ucup, yang telah membantu, memberikan motivasi dan inspirasi dalam
pengerjaan kertas karya ini. bertualang bersama mengelilingi pulau Sumatera.
9. Tidak lupa juga teman-teman Usaha Wisata ’08, D.E Doom, Said Art
Photography, sanggar tari Lembaga Kesenian USU, dan teman-teman yang
namannya tidak mungkin disebutkan satu per satu
Pada kesempatan ini pula penulis mohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan
pada nama atau sebutan dan isi dari kertas karya ini, penulis juga meminta kritik dan
saran dari pembaca agar kedepannya penulis bisa memberikan yang lebih baik lagi.
Medan, Juni 2011
Penulis,
Tara Said Permana
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i-v
KATA PENGANTAR...ii-iii
DAFTAR ISI...iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….………...………..1
1.2. Alasan Pemilihan Judul………...………..2
1.3. Batasan Masalah ………...3
1.4. Tujuan Penulisan……….………..3
1.5. Metode Penelitian………..4
1.6. Sistematika Penulisan……….4-5
BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1. Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata ..…….……...……...……6-9
2.2. Pengertian Wisatawan, Excurtionist, dan Tourist ..……….…………9-10
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN
3.1. Sejarah Kota Medan………...………...…...13-14
3.2. Kota Medan Secara Geografis...………....14-16
3.3. Kota Medan secara Demografis……….………16-17
3.4. Kota Medan secara Administratif……….…….17-18
3.5. Bagan Pemerintahan di Medan……….…..19
BAB IV KEANEKARAGAMAN DI KOTA MEDAN
4.1. Keanekaragaman Makanan Tradisional di Medan………...20-24
4.2. Keunggulan dan Potensi Pariwisata Kota Medan………...24-30
4.3. Peran Makanan Tradisional dalam Pengembangan Wisata Kuliner di Kota
Medan……...……….………31-33
BAB V PENUTUP...34-35
ABSTRAK
judul:Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan
Kebudayaan merupakan seluruh totalitas dari pikiran, aktivitas, dan hasil karya manusia yang tidak berakar dari dorongan naluri (perasaan/kebatinan) akan tetapi didapat dari proses belajar. Yang dimaksud dengan proses belajar adalah terwujud dari suatu pengalaman /bernalar yang bisa diperoleh dengan terus berusaha. Kebudayaan tidak berdiri dalam satu kesatuan, karena di dalamnya terkandung 7 (tujuh) unsur yang membuatnya mampu berdiri dan dimana ketujuh unsur tersebut akan dapat mempengaruhi perubahan kebudayaan yang asli menjadi campuran karena salah satu unsurnya mengalami kemajuan. Kota Medan menjadi salah satu contoh yang kebudayaannya mengalami kemajuan dalam hal ini, kota Medan banyak mengalami perkembangan di bidang makanan. Makanan tradisional misalnya, dengan munculnya istilah pariwisata makanan tradisional yang di miliki oleh kota Medan mampu dikenal banyak orang baik dari dalam maupun luar kota Medan, dan itu menjadi salah satu daya tarik para wisatawan untuk datang ke kota Medan. Maka dari itu makanan-makanan tersebut harus tetap di perkenalkan dan dikembangkan, karena merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan dunia pariwisata.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selain sebagai salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia, setelah Jakarta
dan Surabaya, Medan pantas untuk mendapatkan suatu acungan jempol dari segala
sudut karena perkembangannya yang sangat pesat dan hampir menyamai kedua kota
terbesar di atasnya. Kini, Medan telah menjadi suatu sosok “metropolitan” dan telah
berkembang cukup pesat.
Tampil menarik karena adanya keanekaragaman budaya dalam komunitas
penduduk kota Medan. Jika kita lihat dalam setiap kebudayaan pastilah ada sesuatu
yang ditonjolkan dan memiliki keunikan yang bisa menjadi suatu pengaruh bagi
perkembangan bagi kebudayaan itu sendiri yakni semakin luasnya pengetahuan
seseorang akan kebudayaan tersebut.
Beragam budaya tentu beragam makanan khas yang disajikan dengan cara
tertentu dan mampu menggoyangkan lidah siapa pun peminat kuliner. Makanan khas
Medan yang terdiri lebih dari satu hidangan akan semakin menggoda kita untuk
menikmati makanan yang ada. Bayangkan apabila dalam hidup ini hanya ada satu
hidangan / makanan saja, pasti akan sangat membosankan. Berikut adalah aneka
makanan khas yang ada di kota Medan, yaitu : Soto Medan, sate mamang, bika
Dengan tersedianya beragam makanan khas dan tradisional Medan, maka
akan lebih menarik lagi bagi wisatawan untuk lebih sering berkunjung ke Medan,
untuk menikmati makanan khas dan tradisionalnya kota Medan, atau lebih lazim kita
namakan dengan wisata kuliner.Dengan adanya contoh kasus di atas, membuat saya
semakin tertarik untuk membahas masalah ini. Hal ini jarang kita pikirkan dalam
dunia pariwisata karena kebanyakan dari kita hanya fokus kepada potensi alam saja,
objek wisata dan itupun terdapat di luar kota Medan.
1.2. Alasan Pemilihan Judul
Dengan berbagai pernyataan di atas, mempengaruhi saya dalam hal
pengembangan kalimat tersebut dengan judul yang lebih sederhana. Judul yang
dimaksud adalah “Makanan Tradisional Sebgai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan”. Keanekaragaman yang ada di sekitar penduduk kota Medan terdiri dari
keanekaragaman budaya, agama, ras, dan pola pikir. Namun dapat kita lihat bahwa
keanekaragaman tersebut menghasilkan suatu daya tarik yang memiliki rasa, yaitu
tertuang dalam beragamnya makanan khas serta memiliki pengaruh dan peranan
dalam pengembangan wisata kuliner di kota Medan kelak menjadi lebih dikenal dan
semakin terbuka keberadaannya tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga sampai
mancanegara.
Judul kertas karya yang akan saya kerjakan diharapkan mampu menarik
oleh kota Medan sejak masa lampau, dan mengembangkan aset yang dimiliki
sekarang tentunya.
1.3. Batasan Masalah
Sejauh ini saya selaku penulis berpikir untuk menuangkan pikiran saya
melalui sebuah karya tulis ini dibatasi oleh berbagai permasalahan yang nantinya
akan lebih fokus terhadap makanan khas dan wisata kuliner.
Karya tulis ini juga lebih mengutamakan apa dan bagaimana peran makanan
khas tersebut dalam pengembangan wisata kuliner. Kita dapat melihat hubungan
keduanya melalui jenis makanan tradisional yang semakin disukai para penduduk
kota Medan maupun orang-orang dari luar kota Medan. Serta sejauh mana
keberadaan makanan tradisional itu diminati sehingga dapat dikategorikan sebagai
pencetus lahirnya wisata kuliner di Medan. Namun demikian, keanekaragamanlah yang menciptakan warna dalam hidup dan menciptakan suatu daya tarik.
1.4. Tujuan Penulisan
Tujuan dari terciptanya kertas karya ini diharapkan memberikan sumbangsih
yang baik dan positif bagi banyak orang diantaranya adalah sebagai berikut :
• Memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya jurusan Usaha wisata
Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
• Menganalisis peran makanan khas dan tradisional kota Medan tersebut dalam
pengembangan wisata kuliner di kota Medan.
1.5. Metode Penelitian
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan 2 metode untuk
mengumpulkan data, yaitu :
1. Library research
Yakni mengumpulkan data dan informasi melalui buku-buku, diktat selama
perkuliahan serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan kertas karya ini.
2. Field Research
Yakni memperoleh informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan yang
kemungkinan data dapat diperoleh melalui : observasi atau pengamatan
langsung.
1.6. Sistematika Penulisan
Mengingat sangat luasnya bidang yang diteliti dalam masalah ini, maka
untuk mempermudah pembahasan, penulis akan menguraikannya dalam 5 bab yang
di dalamnya terbagi atas sub bagian :
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, alasan pemilihan judul, tujuan
BAB II Tinjauan teoritis kepariwisataan
Bab ini meliputi pengertian pariwisata, wisatawan, excurtionis, tourist,
dan wisata kuliner.
BAB III Gambaran umum mengenai kota Medan
Bab ini menerangkan kota Medan baik itu dari segi sejarah, letak
geografis, demografis, dan secara administratif.
BAB IV Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner di Kota Medan. Bab ini menerangkan keanekaragaman makanan tradisional serta
perannya dalam pengembangan dan menjadi daya tarik wisata kuliner di
kota Medan.
BAB V Penutup dan simpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana.
Jakarta. Pradnya Pramita
2. Khodyat, H. 1992. Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta. PT. Gramedia
Widiasarana
3. Wikipedia Bahasa Indonesia, Kota Medan
tanggal 16 Maret 2011)
4. International Culinary Tourism Association, Culinary Tourism,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1. Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata
Sesunguhnya pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia
itu sendiri, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah
atau perjalanan agama lainnya. Namun demikian tonggak-tonggak serjarah dalam
pariwisata sebagai fenomena modern dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo
(1254- 1324). Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun
1990 pada bab I pasal 1, bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan
yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan,
pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut
kepariwisataan.
Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai
berkut Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan
kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara),
jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program-program kebersihan atau kesehatan, pilot
proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya.
Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
Dengan demikian pariwisata meliputi :
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti :
Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam),
museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang
bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.
3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni :
• Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata,
pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat,
konsultan pariwisata, informasi pariwisata);
• Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar,
angkutan wisata dan sebagainya.
• Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.
Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (Yoeti ;
1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan,
bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik
dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.
Menurut Richard Sihite (dalam Marpaung dan Bahar 2000:46-47)
yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan
dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi
atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab
I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu :
(1) Kegiatan perjalanan;
(2) Dilakukan secara sukarela;
(3) Bersifat sementara;
(4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan
daya tarik wisata.
Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi
masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi
wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan
dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor
lainnya.
2.2. Pengertian Wisatawan, Excurtionist, dan Tourist
Wisatawan adalah Orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut
pengertian tersebut, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan
"wisatawan". Pendefinisian wisatawan biasanya berada dalam perpektif kepentingan
suatu wilayah atau Negara. Pendefinisian secara teknikal mencerminkan beragam
kepentingan, mulai dari tujuan bisnis, organisasi, statistic, dan sebagainya, yang
berhubungan dengan peramalan suatu kawasan destinasi pariwisata.
Excurtionosts adalah pelancong semantara ygn tinggal kurang dari 24 jam di
Negara yang dikunjungi, termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar/
penyebrangan. Menurut definisi IUOTO, kini UN-WTO (dalam Khodyat dan
Ramaini, 1992 : 38), maksud dari excurtionist adalah setiap orang yang melintasi
suatu negara dalam jangka waktu lebih dari 24 jam tanpa singgah atau setiap orang
(pengunjung sementara) yang melintasi suatu negara dalam jangka waktu lebih dari
24 jam, asal saja orang tersebut mengadakan persinggahan tidak memakan waktu
lama dan bukan untuk maksud kunjungan wisata.
Dalam bahasa Inggris wisatawan itu disebut tourist. Menurut definisi
IUOTO (dalam Khodyat dan Ramaini 1992 : 109), sebagaimana disebutkan Annex II,
• Orang yang bepergian hanya untuk bersenang-senang (pleasure), keperluan
keluarga, kesehatan, dan sebagainya.
• Orang yang bepergian untuk menghadiri pertemuan-pertemuan (meetings).
• Orang yang bepergian untuk keperluan usaha (business).
• Orang yang datang dalam rangka pelayaran wisata (sea cruise), walaupun mereka
singgah kurang dari 24 jam.
• Siswa atau orang muda yagn tinggal di asrama atau sekolah.
Oleh para pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan
tertentu, pengertian tourist ini diberi persyaratan seperti :
• Perjalanan dilakukan secara sukarela.
• Perjalan ke tempat lain diluar wilayah/daerah/negara tempat tinggalnya.
• Tidak untuk mencari nafkah.
• Tujuannya semata-mata untuk :
- Pesiar, liburan, kesehatan, belajar, keagamaan dan olahraga.
- Kunjungan usaha, mengunjungi kelurga, tugas dan menghadiri pertemuan.
2.3. Culinary Tourism (Wisata Kuliner)
Culinary tourism (wisata kuliner) merupakan relatif baru di dunia industri
pariwisata, buktinya tampak dimana wisata kuliner mulai berkembang sejak tahun
2001, dimana seorang Erik Wolf selaku Presiden Ikatan Wisata Kuliner Internasional
(Internatioal Culinary Tourism Association). Sepanjang tahun 2001, perakademian
pariwisata di seluruh dunia telah mengadakan penelitian yang lebih serius akan wisata
kuliner. Namun demikian, badan penelitian sangat khawatir kalau penemuan tersebut
merupakan suatu jalan untuk jalannya usaha dunia. Nyatanya, seorang peneliti Lucy
Long, dari Universitas Bowling Green di Ohio (USA) yang pertama kali mencetuskan
kata – kata wisata kuliner di tahun 1998.
Kemudian di tahun 2001 di bawah kepemimpinan kelompok industri
penasihat, Erik Wolf menemukan International Culinary Tourism Association
(ICTA). ICTA terbentuk setiap tahunnya dengan sejumlah anggota dan dirancang
dengan berbagai penawaran akan beragam program mengenai kuliner. Pada tahun
2006, ICTA menciptakan sebuah Institut Wisata Kuliner Internasional, yang
mengutamakan pendidikan dan pelatihan akan berbagai program yang ada di dalam
komponen ICTA. Kemudian, di awal tahun 2007, mulai menyediakan beberapa solusi
untuk pengembangan wisata kuliner untuk menghadapi meningkatnya jumlah
permintaan akan industri ini bagi petunjuk dan kepemimpinan dalam pengembangan
dan pemasaran wisata kuliner.
Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu pencarian akan pengalaman
kuliner yang unik dan selalu terkenang dengan beragam jenis, yang sering dinikmati
dalam setiap perjalanan , akan tetapi bisa juga kita menjadi wisatawan kuliner di
culinary experience of all kinds, often while travelling, but one can also be a culinary tourist at home.)
Wisata kuliner tidak termasuk ke dalam wisata pertanian. Meskipun di
dalamnya masakan terdapat unsur pertanian. Pertanian dan masakan merupakan satu
hubungan yang tak mungkin dapat dipisahkan, namun tetap merupakan dua kata yang
sangat berbeda. Wisata pertanian (agritourism) merupakan bagian dari wisata
pedesaan (rural tourism), sedangkan santapan / masakan (cuisine) merupakan bagian
dari dari wisata budaya (cultural tourism), dan sebagai masakan maka ia merupakan
manifestasi/wujud dari budaya itu.
Wisata kuliner (culinary tourism), meliputi berbagai pengalaman akan
beragam kuliner. Wisata kuliner melebihi dari tuntunan makan malam dan restoran
akhir pekan. Akan tetapi wisata kuliner meliputi beberapa unsur yaitu : kursus
memasak, buku panduan memasak dan toko-toko penjual perkakas dapur, tur kuliner
(culinary tours) dan pemandu wisata, media kuliner dan buku panduan, pemborong
makanan untuk pesta/katering, penyalur anggur (wineries), pengusaha dan penanam
tumbuhan pangan, atraksi kuliner seperti festival jajanan yang diadakan suatu produk
usaha swasta (Kecap Bango) di Merdeka Walk di bulan ramadhan lalu (dalam
Introduction to Culinary Tourism).
GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,
kedudukan, fungsi dan peranan kota Medan cukup penting dan strategis secara
regional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota Medan sering
digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Secara geografis, kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian utara, sehingga relatif dekat
dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura,
dan lain-lain.
3.1 Sejarah Kota Medan
Dalam catatan riwayat Hamparan Perak yang aslinya ditulis dalam bahasa
Karo, Medan hanya sebuah perkampungan yang dibangun oleh seorang tokoh
masyarakat bernama Guru Patimpus, bermarga Karo Sembiring, pada tahun 1950-an.
Letaknya di Tanah Deli, tepatnya di pertemuan antara Sungai Deli dan Sungai
Babura, yakni dua sungai yang kini mengalir di tengah-tengah kota Medan.
Tanggal 01 Juli 1950 ditetapkan sebagai tanggal lahir kota Medan. Dalam
perkembangannya Medan menjadi kota ketiga terbesar di Indonesia. Medan juga
Posisinya yang strategis karena berdekatan dengan Singapura, Malaysia, dan
Thailand, adalah jaminan kalau kota Medan menyimpan potensi yang besar untuk
menyedot wisatawan-wisatawan mancanegara.
3.2. Kota Medan secara Geografis
Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja
pembangunan kota :
(1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosialekonomi.
Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan
mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk
pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota
Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang
menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59
kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah
kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973
kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 ha yang terdiri
dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama
maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD,
tanggal 5 Mei 1986, kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144
Kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996
tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara
administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.
Secara administratif , wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan
timur. Sepanjang wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang
diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA),
Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang
kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli
Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja
sama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan
daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah yang berada di jalur pelayaran Selat Malaka,
maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri
(ekspor-impor). Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota
dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan
pusat kota Medan saat ini.
3.3. Kota Medan Secara Demografis
Secara demografi, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu
keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir
masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan
gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu
pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan
kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah.
Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain perubahan pola berpikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan
juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat
kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan
pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah
tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak
banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang
diterapkan.
3.3. Kota Medan secara Administratif
Wilayah Kota Medan kemudian dibagi lagi menjadi 21 kecamatan dan 151
1. Medan Tuntungan 12. Medan Helvetia
2. Medan Johor 13. Medan Petisah
3. Medan Amplas 14. Medan Barat
4. Medan Denai 15. Medan Timur
5. Medan Area 16. Medan Perjuangan
6. Medan Kota 17. Medan Tembung
7. Medan Maimun 18. Medan Marelan
8. Medan Polonia 19. Medan Labuhan
9. Medan Baru 20. Medan Deli
10.Medan Selayang 21. Medan Belawan
11.Medan Sunggal
3.4.Bagan Pemerintahan di Medan
BAB IV
KEANEKARAGAMAN DI KOTA MEDAN
4.1. Keanekaragaman Makanan Tradisional di Medan
Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat - istiadat. Hal ini
memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka
(open-minded). Keanekaragaman ini dapat kita rasakan dan lihat dengan beragamnya
bahasa yang digunakan masyarakat di Medan apabila mereka berbincang-bincang
dengan orang yang satu suku ataupun mereka yang tahu bahasa dari lawan bicaranya.
Keberagaman budaya dan dan etnis masyarakatnya itu tercermin dari sajian makanan
yang beranekaragam. Kelebihan ini memberikan dampak positif karena citarasa
makanan yang khasnya dapat dinikmati oleh lidah setiap orang, sekalipun mereka
adalah masyarakat pendatang. Anugerah ini dimanfaatkan betul oleh masyarakat kota
Medan. Hampir di setiap sudut kota ditemui tempat-tempat jajanan yang dengan
konsep-konsep yang menarik dan istimewa, serta telah dijadikan suatu ajang usaha
yang begitu menggiurkan.
Istilah multikulturalisme menjadi perbincangan yang hangat akhir-akhir ini.
Bagi sebagian orang, konsep ini diharapkan menjadi oase di tengah hubungan antar
menjadikannya obat mujarab dalam menyembuhkan penyakit disintegrasi yang
sedang menggerogoti batang tubuh bangsa.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Berikut adalah komposisi dari etnis (suku) yang ada di Medan (sekalipun
tidak up-to-date/ terkini lagi), yaitu :
Komposisi Etnis Kota Medan
N o. Et n is Ta h u n 1 9 3 0 Ta h u n 1 9 8 0
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jawa
Bat ak Toba
Cina
Mandailing/ Sipirok
Minangkabau
Melayu
K a r o
12.
13.
Nias
Lain- lain
-
14,28%
0, 18%
3,04%
Jum lah 100, 00% 100, 00%
[image:32.612.115.491.83.203.2]Sum ber : Pelly, 1983
Tabel 4.1.1
Berdasarkan keterangan tabel di atas, kita sudah tahu bahwa ada beragam
suku yang menetap di kota Medan dalam segala profesi yang digambarkan dalam
persentase. Namun, apabila kita memperhatikan dengan seksama bahwa suku Melayu
yang merupakan suku asli kota Medan selalu berada diurutan keenam dalam jumlah.
Padahal kita semua tahu bahwa orang-orang Melayulah yang pertama kalinya
menginjakkan kakinya di tanah Deli (sekarang Medan).
Suku Melayu sangat memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan suku
lainnya. Mengapa? Karena dulunya sesuai dengan peninggalan sejarah bahwa bahasa
persatuan kita, bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu tua (Proto-Malay).
Menyinggung dari suku-suku lainnya seperti :Minangkabau, Manado, dan
Bugis hanyalah sebagian saja mereka menetap di kota Medan. Kebanyakan mereka
hanya menanamkan modalnya di berbagai perusahaan.
Sudah lama diberitakan bahwa makanan di kota Medan enak-enak.
Tergantung selera, tinggal sebut kita bisa dapatkan segala jenis makanan di berbagai
tempat di Medan. Hebatnya lagi kota Medan memang seolah menegaskan
kekuatannya di wisata kulinernya, yang tampak pada banyakanya ragam makanan
tradisional yang ada di kota terbesar ketiga Indonesia ini.
Berikut adalah sebagian dari contoh makanan khas daerah ataupun makanan
tradisional yang banyak sekali dijual di Medan dengan harga yang terjangkau, yaitu :
• Suku Jawa (nasi uduk, pecel lele, es dawet, pecel sayur, ayam penyet, sate
Madura, dan sebagainya).
• Suku Batak (ikan arsik, babi/sapi panggang, ikan mas diasami/naniura, dsb.).
• Suku Aceh (mie goreng Aceh).
• Suku Padang (sate padang).
Semua jenis makanan tersebut dapat ditemui di sepanjang jalan kota Medan.
Banyak tempat makan yang tersebar di pelosok kota mulai dari kelas café, restoran,
maupun yang kelas kaki lima, namun terjamin kebersihannya. Beberapa diantaranya
sangat mirip dengan negara Singapura dan Malaysia. Tidak heran mengingat posisi
mereka sangat berdekatan yang mana apabila ditempuh dengan pesawat hanya
membutuhkan waktu kurang dari 1 jam saja.
Nah, bagi Anda yang beragama Muslim tidak perlu khawatir karena ada
banyak sekali makanan tradisional Indonesia tersedia secara halal dan bersih. Bagi
yang Kristiani, dapat menikmati semua jenis makanan tradisional dari setiap suku
karena tidak adanya pantangan.
Demikian juga secara demografis kota Medan diperkirakan memiliki pangsa
pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya
yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa.
tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat
perdagangan dan keuangan regional/nasional.
4.2. Keunggulan dan Potensi Pariwisata Kota Medan
Kota Medan sebagai kota transit atau pintu gerbang masuknya para
wisatawan yang datang dari luar kota maupun negeri sebelum melakukan perjalanan
ke daerah-daerah tujuan wisata lain seperti : Berastagi, Parapat, Pulau Samosir
(Danau Toba), Bukit Lawang, dan berbagai daerah tujuan wisata yang ada di
Sumatera Utara, maka kota Medan mempunyai beberapa potensi dan keunggulan
pariwisata berupa objek – objek wisata yang bisa di kunjungi dan dinikmati baik
secara kolektif maupun pribadi.
Perjalanan yang dengan waktu singkat serta hanya melihat-lihat sepintas
mengenai keunikan yang dimiliki oleh sebuah kota disebut dengan city sight seeing
tour. Seperti yang telah diungkapkan pada halaman sebelumnya bahwa kota Medan
memiliki beberapa tempat yang layak untuk dikunjungi dan pantas untuk diabadikan
dalam sebuah bentuk gambar.
Sebelum melakukan perjalanan city tour atau yang dikenal dengan keliling
kota, perlu kita mengenal terlebih dahulu apa jenis objek wisata yang akan kita
kunjungi sehingga kita akan cepat mengingat kesan yang kita peroleh setelah
melakukan perjalanan. Ya! Melakukan perjalanan membutuhkan persiapan yang tidak
untuk mencerna apa yang menjadi keunikan dari objek wisata yang kita kunjungi
tersebut.
Keunikan dan potensi yang selama ini kita (khusus orang Medan) masih
sedikit yang paham dan mau berpartisipasi untuk melestarikannya. Apakah itu
keunikan dan potensi yang dimiliki kota Medan? Selain sebagai kota transit, kota
ketiga terbesar, dan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan memiliki masyarakat
yang kondusif (di luar masalah demonstrasi mahasiswa SM.Raja sehingga
menyebabkan kematian seorang ketua DPRD Sumatera Utara), yang selalu mengerti
satu sama lain. Sering kita mendapati di tiap sudut jalan dan gang bahwa ada berdiri
gereja dan mesjid atau pura dan vihara saling berhadapan dan berdampingan. Akan
tetapi, hal ini tidak menjadi masalah yang besar bagi orang Medan.
Anda pernah mendengar kata “Ini Medan Bung!” Mungkin bagi kita yang
pertama kali menginjakkan kaki di Medan merasa takut atau takut mendengar slogan
gaul tersebut. Tapi Anda tidak perlu khawatir, karena itu bukanlah sebuah kata yang
mengancam melainkan menunjukkan bahwa kehidupan di kota Medan sangat tegas
(bukan keras) dan berprinsip. Prinsip untuk selalu menjaga keamanan dan
kenyamanan yang sudah lama dibangun serta merupakan imbauan bagi para
pendatang untuk menghormati dan memiliki rasa santun apabila berkunjung ke
Medan (hal ini bukan untuk menunjukkan bahwa ada banyak preman di Medan).
Memang benar, banyak orang beranggapan bahwa Medan adalah sarang
preman dan dipenuhi oleh orang – orang Batak yang sangat menyeramkan. Semua
orang Batak saja, tetapi ada beragam suku yang hidup rukun serta ragam agama juga
ada.
Kedua kata di atas memiliki hubungan yang sangat erat. Dan juga tidak
dapat dipisahkan karena adanya ketergantungan satu sama lainnya. Selain itu, ada
juga elemen lainnya yang paling mendasar dari hubungan yang erat itu, yaitu pelaku /
masyarakat yang menjadi subjek ataupun pemeran utama dalam terjadinya
keanekaragaman dan menimbulkan suatu dampak terhadap pariwisata.
Dapat kita buat suatu gambaran mengenai hal di atas. Berikut adalah
diagram yang menunjukkan hubungan ataupun keterkaitan antara ketiga elemen di
[image:36.612.133.480.339.516.2]atas, yaitu :
Gambar 4.2.1
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling bertahan keberadaannya
untuk dijual ke luar negeri setelah migas. Pariwisata juga mampu menampung beribu
pekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam pariwisata apapun dapat
dijual apabila benda ataupun jasa yang ditawarkan memiliki sesuatu yang unik dan
khas yang mana keunikannya tidak dimiliki oleh kota lainnya. Jadi, pariwisata
merupakan sarana yang menyatukan antara masyarakat dan budaya sehingga
WISATA KULINER
MAKANAN TRADISIONAL
MASYARAKAT KOTA MEDAN
melahirkan fenomena kerjasama yang erat sampai akhirnya menghasilkan daya tarik
yang memiliki nilai jual lebih.
Keunikan yang dimiliki kota Medan adalah dapat kita nikmati dari
makanannya yang beragam sekali dan disertai oleh harga yang beragam pula.
Keanekaragaman budaya melahirkan kuliner yang beragam. Kita bisa menikmati
segala aneka makanan yang pas di lidah juga pas di kantong. Salah satu contohnya,
soto Medan, yang sebenarnya membuat berbeda dari soto lainnya tidak begitu
menonjol hanya saja soto khas Medan lebih kental dan aroma kaldunya lebih terasa,
dan yang paling penting adalah harganya tidak akan membuat kantong Anda menipis.
Dapat kita temui di sepanjang jalan besar dan terutama di Jl. Setia Budi. Selain itu,
adapula yang namanya rujak menteng, bakso urat, es krim tip-top, dan sebagainya
yang tidak dapat saya sebut satu per satu.
Bila Anda berkunjung ke Medan, jangan lupa membeli oleh-oleh khas
Medan. Hampir semua orang di Tanah Air ini apa saja yang menjadi ciri khas Medan,
tidak terkecuali warga asing. Yup! Tepat sekali, yaitu kue serabi dan kue talam.
Makanan ini sangat banyak dijajakkan di Jl. Mojopahit. Ada beragam rasa kue serabi
di sana. Entah bagaimana bisa namanya menjadi bika ambon tapi yang pasti rasanya
sangat lezat dan gurih, apalagi kalau dimakan bersama keluarga.
Karena Medan adalah surganya makanan enak dan sekaligus mulai
dipandang sebagai kota wisata kuliner, maka berikut adalah tempat-tempat yang tepat
untuk dikunjungi untuk menikmati makanan tradisional juga makanan yang modern,
• Merdeka Walk
Tempat ini merupakan salah satu objek wisata kuliner yang menawarkan
konsep food, fun and leisure. Di sini Anda akan makan di udara terbuka, di
bawah langit cerah penuh bintang dan bulan sedang purnama. Keistimewaan
tempat ini karena tepat di jantungnya kota Medan, Lapangan Merdeka.
Sekalipun penataannya yang semakin modern, akan tetapi kelestarian
makanan tradisional tetap terjamin karena jika Anda berkunjung ke tempat ini,
maka masih dapat Anda temui beragam makanan tradisional.
• Tip top restoran
Berada di jalan Ahmad Yani, sebuah kawasan yang masih dipenuhi oleh
bangunan-bangunan abad ke – 20, Anda akan dibawa ke nuansa Medan
tempo doeloe. Tak heran kalau tip top restoran selalu jadi pilihan utama para
wisatawan terutama dari luar negeri.
• Makanan Laut (Sea-food)
Banyak yang bilang kalau seafood (makanan laut) Medan tak terlukiskan kelezatannya. Makanya, menu yang satu ini selalu ada di setiap hotel, mall,
restoran, bahkan sampai jajanan pinggir jalan. Sejumlah lokasi yang kerap
dikunjungi adalah Rumah Makan Waringin (Jl. Waringin/ sebelah hotel Best
Serdang (Ocean Pacific Beach & Seafood) di Jl. Ujung Baru, Belawan. Dasar
dari masakan yang disediakan adalah merupakan unsur masakan tradisional
yang mana hanya sedikit diberi sentuhan modern dari sisi tampilan luarnya
saja.
• Makanan khas tradisional
Kenikmatan makanan tradisional Sumatera Utara tak bisa diungkapkan
dengan kata-kata. Lemak, pedas, manis, atau perpaduan ketiganya sangat erat.
Jika Anda ingin makan soto khas Medan, jangan khawatir jika Anda tak bisa
menikmatinya. Cukup dengan datang ke Jl. Sei Deli yaitu Rumah Makan
Sinar Pagi merupakan rumah makan yang menawarkan kenikmatan soto
Medan yang lezat dan nikmat.
Menu khas Mandailing silahkan berkunjung ke Rumah Makan Padang
Sidempuan di Jl. SM Raja, Jl. Juanda Baru dan Jl. Letda Sudjono. Makanan
khas Karo/Batak Toba tersebar di sepanjang jalan Jamin Ginting (kawasan
Padang Bulan). Dan khusus menikmati makanan khas Melayu, silakan datang
ke Jl. Sltn Hasanudin, yaitu Rumah Makan Serai Wangi.
• Durian
Akhirnya, kuliner terbaik dari kota Medan adalah duriannya. Buah
(5-10 ribu rupiah saja/buah), rasa yang nikmat, serta mudah didapat di
sepanjang jalan kota Medan, yaitu di Jl. Iskandar Muda, Jl. Abdul Haris, Jl.
Adam Malik, Jl.Sumatera, Jl. Bogor, dan Jl. Gatot Subroto.
Makanan tradisional yang beragam dan banyak sekali ditemui di setiap jalan
kota Medan, menjadikan kota Medan semakin dikenal dengan wisata kulinernya.
Betapa tidak, apabila kita melihat di sekeliling kita, maka Anda akan meyadari bahwa
banyak sekali orang berkunjung ke tempat-tempat tertentu di jalanan kota Medan.
Mereka ingin menikmati makanan yang ada setelah menyelesaikan segala
aktifitasnya.
Wisata kuliner telah menjadi bagian dalam diri masyarakat kota Medan
setelah mereka menyadari bahwa betapa besarnya anugerah yang didapatkan dari
dampak positif akan keberadaan keanekaragaman budaya mereka. Bisa kita
simpulkan juga, itu sebabnya mengapa selama ini keadaan penduduk kota Medan
hampir selalu kondusif dan aman sejahtera, karena hampir semuanya mulai
memanfaatkan keadaan ini demi memperoleh rupiah.
Jelas sekali dari penjelasan di atas, bahwa makanan tradisional telah
memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan wisata kuliner, yakni
semakin banyak makanan tradisional ditawarkan dalam bentuk yang beragam dan
rasa yang berbeda , maka akan semakin majulah wisata kuliner yang ada dan bahkan
semakin diperluas penjualannya (dengan mengupayakan promosi ke luar negeri).
4.3. Peran Makanan Tradisional dalam Pengembangan Wisata Kuliner
Kota Medan kini dikenal bukan hanya karena ia merupakan kota terbesar di
Sumatera Utara, akan tetapi mulai memperkenalkan dirinya karena kulinernya (wisata
kuliner yang dimiliki). Kita semua mengenal bahwa kota Medan memiliki penduduk
kurang lebih 2 juta dengan latar belakang yang berbeda dan beragam. Baik dari segi
budaya, suku, pola pikir, dan sampai agama. Tidak terlepas dari itu semua, bahwa
karena adanya keanekaragaman, maka dalam setiap budaya pasti ada sesuatu yang
unik dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi apabila dikelola dengan tepat dan
sungguh-sungguh.
Sesuatu yang unik itu bisa terwujud ke dalam makanan, artefak, kesenian,
dan bahasa. Kali ini kita sedang fokus pada wujud makanan tradisional yang beragam
dan tersedia dalam beragam rasa dan warna. Makanan tradisional suku asli bangsa
Indonesia yang ada di Medan (Jawa, Batak, Padang, Melayu, dan sebagainya) telah
mampu mencuri perhatian pasar pariwisata dewasa ini.
Dulunya kebanyakan orang menilai bahwa makanan tradisional hanya dapat
dinikmati oleh orang-orang yang berada di pedesaan ataupun khusus bagi mereka
yang berkalangan menengah ke bawah, sedangkan yang selebihnya adalah
orang-orang yang menikmati makanan cepat saji (fast-food) dan kebarat-baratan.
Kini, tampilan makanan tradisional semakin berkelas dan telah mulai
diminati orang-orang kalangan atas juga termasuk para wisatawan dari luar negeri.
Makanan tradisional memiliki aneka rasa dan tampilan yang mampu
dengan menikmati makanan yang beraneka ragam itu Di mana-mana setiap orang
membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, namun dewasa ini
kebanyakan orang menikmati makanan tidak hanya menginginkan kepuasan lidah dan
perut saja, akan tetapi ada rasa kepuasan dalam batin dan pikiran. Inilah yang
dinamakan adanya pengalaman yang selalu dikenang dan tak terlupakan.
Sejumlah aneka ragam makanan tradisional dapat kita temui di Medan, di
sepanjang jalan kota ini kita bisa menemukannya baik di mall, hotel, bahkan sampai
kaki lima. Tergantung kepada kita mana yang dapat dijangkau, kita bisa menikmati
makanan tradisional dan kita juga harus bisa memilih tempat yang bersih dan
nyaman.
Sering menjadi pertanyaan dalam hati kita, sebenarnya bagaimana peran
makanan tradisional dalam pengembangan wisata kuliner di kota Medan? Tepat
sekali jika Anda menjawab sebelumnya bahwa kedua hal ini memiliki hubungan yang
sangat erat. Keberadaan makanan tradisional merupakan tolok ukur bagi lahirnya
wisata kuliner di Medan. Tanpa adanya makanan tradisional yang khas, belum tentu
bisa melahirkan wisata kuliner yang mantap dan berkembang. Mengenai wisata
kuliner telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa lebih mengutamakan hasil
pertanian dan diolah dengan bumbu asli suku bangsa Indonesia tanpa ada campuran
dari bumbu luar negeri, dan tidak ada kompromi dalam pencampuradukan rasa antara
makanan tradisional yang satu dengan yang lainnya. Setiap masakan suku tertentu
memiliki ciri khas dan keunikan rasa yang berbeda (walaupun hampir ada kemiripan),
(lebih mengutamakan rasa bumbu kacang yang kering dan gurih tapi tidak terlalu
pedas).
Wisata kuliner yang lahir karena adanya makanan tradisional di kota Medan,
semakin hari semakin berkembang karena adanya eksplorasi (penemuan resep-resep
kelezatan yang lebih nikmat) dalam masakan tradisional disertai dengan penampilan
yang semakin modern (tidak monoton gayanya). Jadi, jelas sekali bahwa makanan
tradisional memiliki peran dalam pengembangan wisata kuliner (terlihat dari
BAB V
PENUTUP
Terlahir sebagai perkampungan yang sangat harmoni, kini menjadi
sesosok yang begitu menonjolkan dirinya karena adanya keragaman budaya terutama
keragaman makanan tradisional sehingga memiliki keunggulan di bidang wisata
kuliner yang semakin disukai oleh orang pendatang baik dari luar maupun dalam
negeri. Dulunya kota Medan merupakan perkampungan bagi warga Muslim yang
hanya hidup dalam satu dominasi saja, dan umum dihuni oleh suku Melayu.
Hingga pada akhirnya mengikuti perkembangan zaman dan peradaban
manusia yang semakin jauh ke depan, menjadikan kota Medan serasa mempercantik
diri dengan cara melakukan pemekaran sesuai dengan keadaan perubahan zaman.
Semakin banyak jumlah penduduk yang bermukim di Medan, hingga mencapai
sekitar 2 juta jiwa yang terdiri dari beragam suku dan bangsa. Keanekaragaman inilah
yang menjadikan kota Medan mulai berpikir untuk menciptakan suatu
image/gambaran diri untuk mengarah kepada status yang lebih maju dan menjadi
metropolitan (kota besar yang memiliki sejumlah gedung pencakar langit serta
memiliki banyak lapangan pekerjaan).
Menurut saya adapun upaya dalam menggalakkan dunia pariwisata terutama
di bidang wisata kuliner, baik oleh pihak pemerintah ataupun masyarakat sendiri
adalah dengan cara seperti berikut :
1. Melestarikan makanan tradisional masing – masing sehingga terhindar dari
kontaminasi makanan barat.
2. Meningkatkan penghijauan kota dengan merawat taman-taman kota yang telah
disediakan agar terhindar dari pencemaran udara (global warming / pemanasan
global), guna meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan agar lebih enak apabila
menikmati makanan tradisional yang disediakan.
3. Meningkatkan kebersihan dan keteraturan di saat menjajakkan jualan.
4. Diuupayakan agar para pedagang kaki lima tidak ada di sekitar jalan besar
ataupun taman kota karena akan sangat merusak pemandangan sehingga yang
timbul adalah kesemerautan, usahakan agar ada tempat yang spesial bagi mereka
berjualan.
5. Meningkatkan jumlah aparat keamanan di tiap jalan kota agar dapat menghindari
tindak kriminal bahkan kemacetan lalu lintas (ada yang memantau jalan raya).
6. Lebih baik di tiap jalan tertentu (jalan-jalan utama jalur angkot ataupun jalur
khusus pejalan kaki) disediakan tong sampah agar tidak ada lagi sampah yang
berserakan, dan dapat mengurangi beban para pekerja kebersihan.
7. Bila perlu setiap minggu wajib diadakan pentas seni dan budaya di balai kota agar
orang – orang yang berasal dari luar kota bahkan luar negeri tahu mengenai
kebudayaan apa saja yang ada di kota Medan.
8. Dengan adanya tv swasta lokal yaitu Deli TV akan mampu membuka mata kita
kalau Medan juga dapat berperan dalam pengembangan teknologi dan diupayakan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta. Pradnya Pramita.
2. Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
3. Khodyat, H. (1992). Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana
4. Wikipedia Bahasa Indonesia, Kota Medan,
akses tanggal 16 Maret 2011)
5. International Culinary Tourism Association, Culinary Tourism,
6. Ardiansyah, Medan The Real Trully City of Asia (di akses tanggal 17 Maret 2011)
7. Gus Wai, Wisata Kuliner di Kota Medan
tanggal 17 Maret 2011)
8. Ardiansyah, Tempat Makan Enak di Kota Medan,
(di akses tanggal 18 Maret 2011)
9. Bayu Listiaji, Wisata Sumatera Utara : Tempat Makan di Medan,