• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Dalam Memasarkan Kota Medan Sebagai Kota Wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Dalam Memasarkan Kota Medan Sebagai Kota Wisata"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap sektor kehidupan, komunikasi memainkan peranan yang sangat penting, baik pada bidang perekonomian, sosial, budaya, hukum, pariwisata, dan sektor-sektor lainnya. Secara umum, komunikasi diartikan sebagai proses sosial yang terjadi di antara dua orang atau lebih, dimana terjadi pertukaran simbol-simbol satu dengan lainnya. Sebuah proses komunikasi dikatakan akan berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikan dapat saling mengolah dengan baik simbol-simbol tersebut dalam proses komunikasi (Bungin, 2015:45).

Komunikasi juga memainkan peranan penting pada sektor pemasaran pariwisata sebuah daerah atau kota. Shimp (2003:4) melalui pemaparannya mengungkapkan bahwa keberadaan komunikasi pemasaran dalam dekade ini menjadi sangat penting dan telah diklaim bahwa pemasaran adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran.

(2)

mengkomunikasikan kepada masyarakat atau wisatawan mengenai citra destinasi sebuah kota dan berbagai manfaat yang ditawarkan sebuah kota. Promosi pariwisata ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, word of mouth marketing (baik online maupun offline) dan cara cara lainnya

seperti website, email, faks, e-news letter, komunitas pariwisata, press-kit, brosur, hubungan media serta kartu pos (Hasan, 2015: 263-291). Stakeholder seperti PHRI (Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia) dan ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) memiliki berberapa peranan dalam

melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat. PHRI (Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia) memposisikan diri di garda terdepan dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri pariwisata Indonesia maupun insan-insan yang tergabung dalam usaha perhotelan dan restoran sedangkan ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) termasuk dalam usaha biro perjalanan. Adanya komunikasi yang terjalin baik dan sinergitas antara pemerintah daerah setempat dan seluruh stakeholder yang ada akan berhasil dalam pembangunan di sektor pariwisata.

(3)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut, daerah semakin bersaing dalam meningkatkan potensi daerahnya. Daerah harus saling berebut satu sama lain, terutama dalam menarik perhatian wisatawan, memberikan pengaruh, meningkatkan bisnis dan investasi, meningkatkan sumber daya manusia, serta dalam mengadakan kegiatan-kegiatan. Perkembangan di era globalisasi tersebut tentunya membawa berbagai perubahan yang mengakibatkan kota semakin berbenah untuk lebih meningkatkan pembangunan di segala bidang. Untuk itu, setiap stakeholder harus mampu mengerahkan kemampuan komunikasinya dalam memasarkan sebuah daerah kepada masyarakat ataupun wisatawan.

Dilihat dari perspektif komunikasi pemasaran, tentunya sebuah kota harus mengemas sebaik mungkin konsep ataupun strategi yang tepat dalam menarik wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebuah kota harus dianggap sebagai sebuah produk yang harus disusun secara baik sehingga memiliki kualitas dan brand yang kuat di mata masyarakat. Brand adalah suatu item yang sangat diperlukan dalam sebuah produk agar mampu terjual dengan baik di pasaran (Kotler dalam Bungin, 2015:69). Brand memiliki sifat untuk diberitahukan kepada publik, dengan demikian brand memiliki sifat publisitas, karena itu brand hanya hidup di dalam ruang komunikasi. Brand yang terpublikasi dalam ruang komunikasi akan terukur sebagai brand yang kuat atau lemah.

(4)

secara kreatif. Segmentasi dapat dikategorikan berdasarkan geografis, demografis, psikografis, behavioral, dan segmentasi multi atribut (Kartajaya & Yuswohady, 2005:72). Targeting adalah proses evaluasi dan pemilihan satu atau berberapa segmen yang akan dilayani. Sedangkan positioning adalah strategi untuk menempatkan produk dan merek di benak pelanggan. Positioning pada hakekatnya adalah sebuah janji yang diberikan daerah kepada pelanggan. Seperti contoh, ketika Hongkong memposisikan dirinya sebagai Asia’s World City, maka sesungguhnya Hongkong berjanji kepada pelanggannya bahwa ia merupakan kota yang selalu hidup dan dinamis (Kartajaya & Yuswohady, 2005:94).

Penelitian yang dilakukan oleh Peterson pada tahun 2006 yang dikutip Bungin, (2015:21) mengkaji tentang brand Qatar dengan pendekatan kajian kasus menggunakan laboratorium, museum, karya seni dan kebudayaan. Kajian ini menyimpulkan bahwa konstruksi brand negara dengan baik akan mengkonstruksi citra sosial yang baik, termasuk bagi negara-negara yang kecil. Jika brand negara dan brand destinasi dibina dengan baik, maka akan tercipta citra sosial yang baik. Citra sosial brand negara dapat dilakukan melalui pembangunan destinasi-destinasi yang baik di negara itu, seperti museum, taman kota, festival, acara pariwisata, perhotelan dan restoran yang bagus dan bersih, sikap masyarakat yang menunggu-nunggu kedatangan wisatawan, perhubungan dan pengangkutan yang lancar, aman serta produk-produk cendera mata yang menarik.

(5)

Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta yaitu dengan melakukan branding terhadap kota Solo dari sisi budayanya. Selain itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta juga melakukan road show ke kota-kota lain untuk mempromosikan kota Solo dan melakukan bauran promosi sebagai sarana untuk menarik calon wisatawan. Misalnya dengan menggunakan media iklan seperti radio, televisi, brosur, spanduk, koran, majalah, imternet, dan lain-lain. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta memberikan strategi agar kota Solo dapat bersaing dan tidak kalah dengan kota-kota lain dengan mengutamakan kota Solo dari sisi budayanya. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan jumlah wisatawan kota Solo.

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dengan predikat kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya, yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki potensi wisata yang amat beragam dan menakjubkan dengan karakteristik yang unik. Kota Medan awalnya dibangun oleh Guru Patimpus pada tahun 1590, yang sampai pada saat ini terus berkembang menjadi kota yang cukup banyak dikunjungi masyarakat dalam rangka tujuan bisnis maupun wisata (www.pemkomedan.go.id). Penduduk Kota Medan sangat beragam, terdiri dari empat belas etnis yang dominan berasal dari Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara. Ragam budaya , kesenian daerah, serta kuliner yang khas merupakan ciri khas yang unik yang menjadikan kota ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Kota Medan mengusung tema pariwisata dalam visinya “menjadikan Kota

Medan sebagai kota tujuan wisata”. Visi ini memberi arti bahwa Pemerintah Kota

(6)

mengembangkan sebuah daerah, karena meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah, secara langsung dapat meningkatkan pendapatan daerah yang pada akhirnya berimbas pada kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ataupun aktivitas komunikasi pemasaran pariwisata tidak terlepas dari visi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, penerapan program dan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kota Medan memiliki beberapa potensi pariwisata, diantaranya adalah objek wisata religi, kuliner, minat khusus, belanja, MICE (Meeting, Incentive, Conference, Event) serta wisata sejarah dan budaya. Berbagai objek wisata di

Kota Medan ini cukup banyak mendapat perhatian dari wisatawan. Hal ini dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Medan dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, menunjukkan peningkatan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, di mana pada tahun 2012 kunjungan wisatawan mencapai 214.742 orang, tahun 2013 mencapai 233.998 orang, tahun 2014 mencapai 243.641 orang. Namun, pada tahun 2015 jumlah wisatawan yang datang ke Kota Medan mengalami penurunan, yakni sebanyak 205.926 orang.

Tantangan kepariwisataan Kota Medan dalam 20 tahun mendatang adalah (RPJP Kota Medan tahun 2026-2025):

1. Mempertahankan adat dan budaya lokal

2. Mempertahankan situs dan lokasi bersejarah, serta

3. Mempertahankan ciri Kota Medan sebagai bagian dari lintasan sejarah bangsa, dan

(7)

Oleh sebab itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan harus bekerja lebih keras lagi dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke kota Medan dan dalam menghadapi tantangan tersebut, mengingat kota Medan diusung sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam kegiatan promosinya melaksanakan berbagai kegiatan atau event dalam upaya memasarkan kota Medan sebagai kota wisata dan sekaligus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Namun, sejumlah event yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan seperti Ramadhan Fair dan pergelaran multietnis dinilai hanya seremonial, karena tidak memiliki dampak balik dalam menarik kunjungan wisatawan. Hal ini diungkapkan sendiri oleh seorang pengusaha travel R.Siahaan (http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/06/08/238694/pariwisata-medan-stagnan/).

Berbagai potensi pariwisata yang dimiliki Kota Medan tentunya harus didukung oleh infrastruktur serta sarana dan prasarana yang tersedia. Upaya promosi juga menjadi hal yang sangat penting untuk mengusung kota Medan sebagai kota tujuan wisata. Berbagai kendala yang saat ini dihadapi pemerintah kota Medan maupun masyarakat terkait dengan sektor pariwisata di Kota Medan adalah masih minimnya sarana dan prasarana yang memadai, minimnya upaya promosi yang dilakukan pemerintah setempat, kesemrawutan jalanan serta kemacetan lalu lintas di tengah-tengah kota Medan, dan peningkatan harga barang

dan jasa di sekitar tempat-tempat wisata

(8)

(http://kehutanan5a2010.blogspot.co.id/2013/01/potensi-wilayah-kota-medan-dalam-bidang.html). Hal inilah yang akan menyebabkan wisatawan berpikir

kembali untuk melakukan perjalanan ke Kota Medan.

Proses komunikasi tentunya menjadi hal yang sangat penting dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata di Kota Medan. Saat ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merasakan bahwa aktivitas komunikasi pemasaran pariwisata sebuah kota dinilai menjadi hal yang cukup penting, mengingat seluruh daerah memiliki berbagai potensi yang unik untuk dijual kepada masyarakat luas. Untuk itu, diperlukan strategi komunikasi pemasaran yang tepat dalam memasarkan potensi-potensi pariwisata yang ada di Kota Medan.

Melihat latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam penelitian ini dengan mengangkat judul “Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam Memasarkan Kota Medan Sebagai Kota Wisata”.

1.2.Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini adalah :

(1) Bagaimana strategi komunikasi pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata?

(9)

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata. (2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi komunikasi khususnya dalam kajian komunikasi pemasaran sebuah kota.

(2) Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam bidang studi komunikasi pemasaran dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata.

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder dari laporan keuangan Bank Umum Go Public yang terdaftar

Keberadaan tambalan amalgam di dalam rongga mulut menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme sel epitel pada mukosa oral.Sel epitel terlepas didapatkan melalui eksfoliatif

Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

Analisis Pengaruh Promosi, Harga, Kualitas Produk Dan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda. Jurnal Fakultas

183/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan. Surat

Kemajuan teknologi dan informasi yang ditandai dengan munculnya internet dan makin canggihnya alat-alat komunikasi secara langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh

In conclusion, the result showed that the changes in human factors affects human stress value/index, although the subjects stated that their stress level on the

dengan 2014, hal ini disebabkan menurunnya konsumen karena persaingan yang semakin tinggi dengan pesaing lainnya yang berada diarea Resto Seafood New Javana