• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKANAN TRADISIONAL ETNIS TAMIL DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKANAN TRADISIONAL ETNIS TAMIL DI KOTA MEDAN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKANAN TRADISIONAL ETNIS TAMIL

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh :

YOSI PRATIWI TANJUNG NIM. 8136152011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

Yosi Pratiwi Tanjung. Makanan Tradisional Etnis Tamil Di Kota Medan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini membahas tentang makanan tradisional etnis Tamil di Kota Medan dengan tujuan untuk mendeskripsikan ragam dan fungsi makanan tradisional etnis Tamil, menganalisis makna simbolik makanan tradisional etnis Tamil, dan menganalisis akulturasi didalam ragam dan fungsi makanan tradisional etnis Tamil di kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil dari penelitian ini adalah, makanan tradisional etnis Tamil dalam acara khusus yaitu pada upacara aadimasem (tolak bala) makanan yang disajikan adalah kanjiute (bubur) dan sayur kelor, makanan tradisional dalam acara thirumanam (perkawinan) yaitu kari, pacri nenas dan parpukari. Makanan dalam upacara Deepavali adalah tosei. Makanan jajanan (kudapan) yaitu, samosa, kue adersem, kaleurnde (kue batu). Makna simbolik pada makanan upacara aadimasem terlihat dari sarana sesajian berupa kanjiute dan sayur kelor yang dipersembahkan untuk Dewi, agar mereka terhindar dari penyakit dan marabahaya. Dalam upacara thirumanam (perkawinan), sirih melambangkan sebagai mempelai perempuan yang masih muda (hijau), dan pinang melambangkan mempelai laki-laki yang harus membimbing mempelai perempuan dalam mahligai rumah tangga. Kelapa bermakna agar mempelai perempuan dapat penyelamatan harkat dan martabat rumah tangganya serta pisang melambangkan keturunan. Sudah terjadi akulturasi di dalam makanan tradisional etnis Tamil di kota Medan. Terlihat dari makanan sehari-hari yang mereka konsumsi yang sudah ada unsur dari budaya lokal. Hal ini dikarenakan, adanya gerak migrasi etnis Tamil yang menyebabkan pertemuan-pertemuan antar berbagai etnis. Di samping mereka mempertahankan kebudayaannya, mereka juga tetap berinteraksi dan mengkonsumsi makanan dari etnis lain di sekitarnya.

(5)

ii ABSTRACT

Yosi Pratiwi Tanjung. The Traditional Food Of Tamil Ethnic In Medan City. Post Graduate Programme, State University Of Medan, 2015.

The research learns about the traditional food of Tamil ethnic in Medan City for the purpose of describing the function and variety of the traditional food. Analyze the symbolic meaning of the traditional food of Tamil ethnic and analyze the acculturation in variety and the traditional food of Tamil ethnic in Medan city. The research method used is qualitative research with etnography approach. The result of the research is the traditional food of Tamil ethnic in special programme namely at the aadimasem ceremony, the served food is kanjiute (porridge) and kelor vegetable, the traditional food in thirumanam (wedding) namely curry, pineapple vegetable and parpukari food in Deepavali ceremony is tosei. The extra meal (kudapan) are samosa, adersem cake, kaleurnde (stone cakes). The symbolic meaning at the aadimasem looks from the facility of the dishes such as kanjiute and kelor vegetable that presented to Godness, in order to make them avoid from disease and danger. In thirumanam ceremony (wedding), piper betle symbolize as a still young bride (green) and arca palm symbolize a bridegroom should guide the bride in house hold life. Coconut means to make the bride can salvage the dignities of her household life and bananas symbolize children. It had happened an acculturation in traditional food of Tamil ethnic in Medan city. It looks from the daily food they consume that had been risen the element from local culture. There fore the existence of Tamil ethnic migration movement cause some meeting, among several ethnic. Not only they maintained then culture, but also they keep on interactive one another and consumed some food from others ethnic in their neighbourhood.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Makanan Tradisional Etnis Tamil Di Kota Medan” dengan baik dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Antropologi Sosial Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang hebat yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Teristimewa kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dan banggakan, Ayahanda Drs. Asrizal Manday, M.M., dan Almh Ibunda Maziarni Tanjung. Terima kasih untuk segala limpahan kasih sayang, cinta, semangat, dukungan serta motivasi yang sangat membantu penulis selama ini. Terima kasih telah menjadi motivator dan tempat bersandar yang paling indah bagi penulis.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., dan bapak Dr. Hidayat, M.Si., selaku dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, baik itu waktu, motivasi, serta saran sejak awal sampai akhir penulisan sesuai dengan apa yang diharapkan penulis.

(7)

iv

5. Bapak Prof. Usman Pelly, M.A. Ph.D., dan Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., selaku narasumber tesis yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, berupa saran dan masukan yang sangat membantu penulis.

6. Terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Antropologi Sosial yang telah memberikan kedalaman paradigma berfikir dan keluasan cakrawala tentang antropologi selama penulis menempuh pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Terima kasih kepada Bapak Narain Sami, S.H., ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumatera Utara, beserta masyarakat etnis Tamil di Kota Medan yang telah membimbing penulis serta bersedia memberikan data dan menjadi informan dalam penelitian ini untuk terselesaikannya tesis penulis.

8. Terima kasih kepada Ibu Nur’aini yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Teristimewa kepada keluarga penulis yang telah banyak membantu, mendukung, memotivasi dan selalu ada di sisi penulis dan menjadi orang-orang yang sangat hebat. Terima kasih kepada Abangda Harfan Habib Tanjung, S.E., Kakak Astri Purweni Tanjung, S.Pd., dan Adik Tri Ananda Putri Tanjung tersayang yang telah memberikan doa, dan motivasi yang tidak ada hentinya kepada penulis, dalam menyelesaikan pendidikan sampai saat ini, dan tidak ketinggalan untuk keponaan penulis Farhan Azhar Tanjung yang ganteng dan lucu, karena canda dan tawanya membuat penulis semakin bersemangat menyelesaikan tesis ini.

10. Teristimewa kepada Paman, Ibu, serta Sepupu penulis baik dari keluarga yang berada di Kabanjahe, Jakarta, Tiga Binanga, dan Medan, yang telah mendoakan, membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

(8)

v

bimbingan, motivasi yang luar biasa untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Sebelumnya penulis ingin meminta maaf kepada rekan-rekan semua, apabila selama ini ada perbuatan penulis yang tidak berkenan, mohon dimaafkan. Rekan-rekan semua sudah penulis anggap sebagai abang dan kakak yang penulis sayangi. Penulis berharap kebersamaan ini tetap terus terjalin Amin.

12. Terima kasih untuk Abangda M. Zusandri Batubara, M.Si., dan terkhusus untuk Elva Yeni Br Ginting, M.Si., yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Elva teman seperjuangan penulis dari S1 sampai dengan pendidikan S2 yang memberikan banyak dukungan dan semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan waktu yang diharapkan.

13. Terima kasih kepada adik-adik penulis Eka Lestari, Aziza Fajar Ningrum, Sri Endang Lestari dan Samsul Bahri, S.Pd., yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis, semoga tulisan ini dapat menjadi motivator buat adik-adik untuk melanjutkan studi ke S2.

14. Untuk sahabat terbaik penulis yang selama ini banyak memberikan dukungan, motivasi, dan semangat, Wiyanna Mathofani Siregar, S.Kep., Nining Purnama Sari Harahap, Amd., dan Fina Ayunda, Amd., yang telah momotivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Semoga kebaikan yang mereka berikan mendapat imbalan dari Allah SWT dan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya antropologi.

Medan, September 2015 Penulis.

(9)

vi

2.1.1. Makna dan Fungsi Makanan Tradisional ... 8

2.1.2. Kebudayaan Etnis Tamil ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2. Jenis Penelitian ... 30

3.3. Sumber Data ... 31

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.4.1. Observasi Partisipasi... 34

3.4.2. Wawancara Mendalam (In-DeptIntrview) ... 35

(10)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Deskripsi Wilayah Kota Medan ... 37

4.1.1. Sejarah Kota Medan ... 37

4.1.2. Keadaan Geografi Kota Medan ... 38

4.1.3. Kependudukan ... 39

4.2. Sejarah Kedatangan Etnis Tamil ke Sumatera Utara ... 43

4.2.1. Perkembangan Masyarakat Etnis Tamil Di Kota Medan ... 45

4.2.2. Gambaran Umum Rumah Ibadah Etnis Tamil ... 46

4.2.3. Karekteristik Kebudayaan Etnis Tamil ... 48

4.3. Konsep Makanan Bagi Etnis Tamil ... 55

4.4. Ragam, Fungsi dan Makna Makanan Tradisional Pada Etnis Tamil Di Kota Medan ... 59

4.4.1. Acara Khusus ... 60

4.4.1.1. Makanan Tradisional Dalam Upacara Tolak Bala ... 61

4.4.1.2. Makanan Sajian Untuk Acara Pesta Perkawinan (Thirumanam) ... 73

4.4.1.3. Tosei Makanan Tradisional Etnis Tamil Pada Hari Raya Deapavali ... 78

4.4.2. Makanan Sehari-hari ... 82

4.4.2.1.Dalca Vegetarian ... 82

4.4.2.2. Sambal Ikan Goreng ... 84

4.5. Makna Simbolik Pada Makanan Tradisional Etnis Tamil .. 95

(11)

viii

4.5.2. Makna Simbolik Makanan Bubur Dalam

Upacara Sembahyang Adimasem ... 97

4.5.3. Makna Simbolik Dalam Acara Perkawinan (Thirumanam) ... 106

4.6. Pola Akulturasi ... 111

4.7. Makanan Tradisional Etnis Tamil Yang Telah Mengalami Proses Akulturasi ... 113

4.7.1. Makanan Upacara Sembahyang Adimasem (Tolak Bala) ... 113

4.7.2. Makanan Sehari-hari ... 116

4.8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Akulturasi Dalam Makanan Tradisional Etnis Tamil ... 119

BAB V KESIMPULAN ... 131

5.1. Kesimpulan ... 131

5.2. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Informan ... 32

Tabel 4.1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut

Kecamatan Tahun 2013 ... 40

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis

Kelamin Tahun 2013 ... 41

Tabel 4.3. Jumlah penduduk Menurut Kelompok Umur

dan Jenis kelamin Tahun 2013 ... 42

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan

Agama Tahun 2010 ... 43

Tabel 4.5. Matriks Perbedaan Etnis India Tamil dengan India Punjabi 50

Tabel 4.6. Matriks Perubahan Makanan Tradisional Etnis Tamil di

Kota Medan ... 118

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Kerangka Berfikir ... 28

2. Peta Salah Satu Lokasi Penelitian ... 29

3. Bubur (Kanjiu) ... 62

4. Sambrani (Kemenyan) ... 65

5. Sayur Yang Berbahan Daun Kelor Yang Dicampurkan Ke Dalam Bubur Tolak Bala ... 67

6. Daun Weplei (Daun Dewa) ... 70

7. Hidangan dalam Upacara Aadimasem ... 71

8. Tata Cara Mengambil Makanan Pada Upacara Aadimasem .. 72

9. Kolembe (Kari) Kambing ... 74

10. Parpukari ... 76

11. Pacri Nenas ... 77

12. Pengolahan Tosei/Dosa ... 79

13. Towe Dan Sambal Bumbu Pelengkap Makan Tosei ... 80

14. Tosei/Dosa ... 80

15. Dalca Vegetarian ... 82

16. Kacang Dall ... 83

17. Sambal Ikan Goreng ... 84

18. Sayur Genjer ... 85

19. Samosa ... 86

20. Isi Di Dalam Samosa ... 87

(14)

xi

22. Kaluwede (Kue Batu) ... 90

23. Roti Cane ... 91

24. Nasi Briyani ... 93

25. Pandita Membelah Kelapa Untuk Sembahyang ... 100

26. Sesajian Yang Dipersembahkan Untuk Dewi kaliamman ... 101

27. Masyarakat Etnis Tamil Sedang Mengangkat Arca Dewi Kaliamman Yang Akan Diarak Keliling Kuil ... 102

28. Dewi Kaliamman Dibawa Masuk Kembali Ke Dalam Kuil . 103 29. Kelapa Yang Digunakan Pada Acara Thirumanam ... 107

30. Makan Bersama Pada Saat Upacara Thirumanam ... 108

31. Atchathai (Beras Kuning) ... 111

32. Sambal Tempe Goreng ... 116

33. Sayur Bunga Kol ... 116

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Makan merupakan kebutuhan paling dasar dan utama bagi setiap makhluk

hidup yang sifatnya naluriah, tetapi jenis makanan apa yang layak dan tidak layak

dimakan, cara mengolah, menyajikan, fungsi dan perilaku makannya adalah

termasuk dalam lingkup kebudayaan. Setiap hari manusia melakukan kegiatan

makan dengan tujuan untuk menguatkan tubuh, menjaga kesehatan, untuk

kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut.

Sedangkan, sebagai konsep budaya, adakalanya suatu makanan tidak dapat

dikonsumsi oleh manusia karena latar belakang budaya masyarakat, seperti

pandangan tradisional suatu adat-istiadat, pandangan hidup maupun agama.

Makanan bisa menjadi petunjuk tentang kehadiran umat manusia dan

kebudayaannya. Sardar, seorang penulis buku dan wartawan, memaparkan tentang

kehadiran sepiring kari disebuah restoran di Kota Birmingham. Dalam buku

tersebut, penulisnya menyatakan kari bukan sekadar sepiring makanan saja, tetapi

di dalamnya ada asal usul imigran, pemukiman awal, asimilasi dan kebudayaan di

Inggris. Lebih dari apa yang ditulis Sardar, perjalanan panjang umat manusia bisa

ditelusuri melalui kehadiran berbagai jenis makanan1.

Makanan mempunyai fungsi majemuk dalam masyarakat setiap bangsa.

Tidak hanya sebagai fungsi biologis, makanan juga fungsi sosial, budaya, dan

1

(16)

agama. Makanan erat kaitannya dengan tradisi suatu masyarakat setempat, karena

itu makanan memiliki fenomena lokal. Seluruh aspek makanan tersebut

merupakan bagian-bagian dari warisan tradisi suatu golongan masyarakat.

Makanan tradisional dapat digunakan sebagai aset atau modal bagi suatu bangsa

untuk mempertahankan nilai kebiasaan dari suatu masyarakat yang dihasilkan

oleh masyarakat itu sendiri.

Setiap unsur kebudayaan universal tersebut tentu juga terdapat dalam tiga

wujud kebudayaan, yakni sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur

kebudayaan fisik. Sebagai contoh, makanan tradisional sebagai konsep, dan

upacara budaya yang ada hubungannya dengan makanan tradisional2.

Makanan tradisional merupakan salah satu unsur kebudayaan yang

tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Hal ini mengingat masing-masing

wilayah memiliki ragam makanan yang disertai variasi, fungsi, dan cara

penyajiannya. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), misalnya, makanan pokok orang

Sasak umumnya adalah nasi kecuali warga Sasak yang merupakan penduduk

Santong Lombok Utara yang makanan pokoknya campuran biji-bijian atau

campuran biji-bijian dengan ketela atau ubi jalar 3. Selain itu, ada juga makanan

khas Sampang di Madura yakni Nasi Kuning. Makanan ini selalu disajikan dalam

upacara adat masyarakat di sana4.

2

Koentjaranigrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. h. 81.

3

Umar, Rika. 1986. Makanan Wujud, Variasi dan Fungsi Serta Cara Penyajiannya Daerah Nusa

Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah.h. 2.

4

Ernayanti. 2003. Ensiklopedi Makanan Tradisional di Pulau Jawa dan Pulau Madura. Jakarta:Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Asdep Urusan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Proyek Pelestarian dan Pengembangan Tradisi Dan

Kepercayaan.h. 158.

(17)

Namun kini, nasi Kuning telah populer dan tidak lagi diidentikkan hanya

sebatas makanan khas Sampang Madura saja. Ragam makanan tadi juga berlaku

bagi etnis Tamil, salah satu entitas minoritas di Indonesia. Diungkapkan Sardar

etnis Tamil berkontribusi terhadap kekayaan kuliner di Indonesia. Salah satu

contohnya, keberadaan makanan bersantan dan menggunakan rempah seperti

‘Kari’ yang menjadi kuliner populer masyarakat. Padahal, ‘Kari’ merupakan

menu sehari-hari di India, daerah asal etnis Tamil5.

Etnis pendatang dari India yang berada di kota Medan seperti etnis India

Utara dan India Selatan memiliki makanan yang sangat berbeda. Ciri khas

masakan India Utara pada penggunaan produk ternak perah, seperti susu, paneer,

minyak samin, dan yogurt. Makanan pokok sebagian besar penduduk India Utara

adalah lentil dan berbagai jenis roti dari tepung gandum. Iklim di utara lebih sejuk

dan kering sehingga ideal untuk bertanam gandum. Sedangkan makanan yang

berasal dari India Selatan identik dengan rempah-rempahnya yang khas. Ciri khas

masakan India Selatan adalah penggunaan asam jawa (imli), kelapa, lentil, beras,

dan berbagai jenis sayuran.

Dalam catatan kepustakaan pada masa lalu, etnis Tamil memiliki

klasifikasi sendiri dalam makanannya. Pada Pustaka Suci Srimad Bhagavad Gita,

klasifikasi tersebut yakni makanan Satvam (sifat baik), makanan Rajas (sifat

nafsu), dan makanan Tamas (sifat kebodohan). Jenis makanan apa yang kita

makan, sifat itulah yang dominan dalam diri kita serta akan memengaruhi hidup

dan kehidupan. Selain klasifikasi itu, masyarakat Tamil memang kerap

mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (vegetarian).

(18)

Keuntungan dari berpantang makan daging, ikan, telur, antara lain dari

segi kurangnya penyakit, hemat, kekuatan sifat alamiah, bergizi, dibanding

dengan makanan non vegetarian dan berpantang makan daging merupakan

pelaksanaan agama yang murni dan patut diikuti. Oleh sebab itu, untuk dapat

mengetahui bahan makanan yang lazim dikonsumsi oleh suatu suku bangsa, harus

pula dicermati mengapa mereka memilih bahan mentah tertentu berdasarkan nilai

budaya dan kepercayaan masyarakat yang bersangkutan6 .

Sesuai perkembangan zaman, makanan tradisional dalam perayaan

upacara, bahkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, banyak mengalami

perubahan. Salah satu informan kunci, Narain Sami, yang juga Ketua Parisada

Hindu Dharma Indonesia di Sumatera Utara, menyatakan klasifikasi makanan

tersebut tidak lagi diperhitungkan dimasa kini. Menurutnya, klasifikasi tersebut

hanya sebagai penggolongan berdasarkan kasta. Di lingkungan keluarga pun,

melalui hasil studi pendahuluan peneliti, tampaknya juga ada kecenderungan

terjadi perubahan pola makan, ibu-ibu rumah tangga telah jarang memasak

makanan khas daerah asal etnis Tamil. Sebaliknya, mereka lebih suka memasak

masakan lokal. Kehadiran masyarakat Tamil ke Indonesia, khususnya di Kota

Medan, perlahan telah mengalami penyesuaian kebudayaan asli dengan

kebudayaan masyarakat setempat. Mereka, etnis Tamil, dapat beradaptasi dengan

kebudayaan yang ada dilingkungan di mana menetap.

Pendapat di atas didukung oleh pernyataan Ihroni7 bahwa:

6

Kobalen, A. S. 2004. Idealnya Sebuah Perkawinan Hindu Tamil. Jakarta: Pustaka Mitra Jaya.h. 80-81.

7

(19)

“Bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis, ia selalu berubah. Dalam setiap kebudayaan selalu ada kebebasan tertentu pada setiap individu, dan kebebasan individu untuk memperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku dan variasi itu akhirnya menjadi milik bersama dan dengan demikian dikemudian hari menjadi bagian dari kebudayaan. Tradisi memang selalu menjadi perkara yang tak lekang dimakan waktu. Sejak ribuan tahun yang lalu upacara budaya selalu dilaksanakan setiap tahunnya”.

Etnis Tamil selalu mengingat tradisi yang mereka pertahankan, di

manapun berada. Perayaan upacara budaya selalu dilaksanakan dan tidak pernah

mereka tinggalkan, misalnya Perayaan Hari Raya Deepawali, yang dikaitkan

dengan makanan tradisional yaitu tosei. Makanan sebagai lambang peradaban

menjadi salah satu bagian terpenting dalam sebuah perkembangan tradisi. Setiap

perayaan upacara budaya Tamil, ada banyak hidangan yang disajikan. Hidangan

tersebut juga lekat dengan makna dari makanan tradisional yakni harapan,

misalnya umur panjang, kemakmuran, kesehatan, keberuntungan, dan

kebahagiaan. Deretan harapan tersebut juga disemaikan dalam hati semua orang

yang merayakannya.

Selain karena hal-hal tersebut di atas, ketertarikan terhadap rumusan

masalah penelitian ini juga karena adanya hubungan kekerabatan antara peneliti

dengan beberapa informan. Sebelumnya tahun 2012, peneliti telah melakukan

penelitian ke salah satu perkampungan etnis Tamil di Kota Medan, yaitu

Kampung Madras dalam hal penyelesaian Skripsi bertemakan “Proses

Thirumanam pada Etnis Tamil di Kota Medan”. Saat itu, peneliti sering

berinteraksi dengan para informan, baik kepada Pandita di Kuil Shri Mariamman

maupun rumah-rumah warga. Peneliti juga tetap menjalin silaturahmi bahkan

(20)

ketertarikan tersebut di atas, maka peneliti tertarik ingin meneliti tentang

”Makanan Tradisional Etnis Tamil di Kota Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :

1. Bagaimana ragam dan fungsi makanan tradisional etnis Tamil di Kota

Medan?

2. Apakah makna simbolik pada makanan tradisional etnis Tamil di kota

Medan?

3. Apakah ada akulturasi di dalam ragam makanan tradisional etnis Tamil

di Kota Medan, mengapa hal itu terjadi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan ragam dan fungsi makanan tradisional etnis Tamil di

Kota Medan.

2. Menganalisis makna simbolik makanan tradisional etnis Tamil di Kota

Medan.

3. Menganalisis akulturasi didalam ragam dan fungsi makanan tradisional

etnis Tamil di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

(21)

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian yang

komprehensif mengenai kebudayaan Tamil di Kota Medan, khususnya

terhadap makanan tradisional pada masyarakat Tamil di Medan yang

memiliki keunikan tersendiri.

b. Sebagai sarana akademik diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmu khususnya bidang Antropologi yang membahas makanan

tradisional Etnis Tamil di Kota Medan.

c. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi

(22)

131

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Makanan tradisional etnis Tamil terdiri dari acara khusus (adat), makanan

sehari-hari (hari biasa), makanan jajanan (kudapan). Jenis makanan

berdasarkan acara khusus (adat) adalah makanan dalam upacara

aadimasem yaitu kanjiute (bubur) dan sayur daun kelor. Makanan dalam

upacara aadimasem adalah makanan yang dipersembahkan untuk Dewi

Kaliamman. Dengan rasa hormat yang tinggi masyarakat etnis Tamil

setiap tahunnya pada bulan aadi memperingati upacara aadimasem ini.

Sajian makanan kanjiute dan sayur kelor, tidak hanya dipersembahkan

untuk Dewi Kaliamman, tetapi juga disajikan untuk para tamu agar mereka

juga tirhindar dari marabahaya. Makanan dalam acara pesta thirumanam

(perkawinan) yaitu kari, parpukari, dan pacri nenas. Makanan dalam acara

Deepavali yaitu tosei/dosa. Makanan sehari-hari etnis Tamil di Kota

Medan sudah terakulturasi dengan penduduk lokal, dulunya di India

selatan masyarakat etnis Tamil memakan Tosei sebagai makanan

sehari-hari, dan juga sebagai makanan di Hari Raya. Tetapi sekarang masyarakat

etnis Tamil di kota Medan sudah mengkonsumsi makanan dari etnis lokal.

Karena mereka telah beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka

tinggal. Seperti mengkonsumsi sambal belacan, sayur genjer, tauco dan

(23)

2. Makna simbolik terhadap makanan etnis Tamil di Kota Medan terlihat

pada upacara aadimasem. Upacara tersebut memiliki makna penghormatan

kepada Dewi Kaliamman yang telah bemberikan kesehatan kepada

umatnya. Selain itu upacara ini untuk mengenang kejadian dimasa lalu,

ketika banyak dari masyarakat etnis Tamil terkena penyakit campak, dan

diberikan kesembuhan oleh Dewi. Masyarakat etnis Tamil yang berbudaya

penuh diwarnai dengan simbolisme. Contohnya ketika mereka

memberikan kanjiute (bubur) sebagai simbol penghormatan kepada Dewi

Kaliamman, yang sampai sekarang memberikan kesehatan dan

menjauhkan mereka dari marabahaya. Melalui ritual aadimasem ini dan

sarana sesajian yang mereka sembahkan, adalah bukti bahwa mereka

percaya kepada kebesaran Dewi Kaliamman. Hal ini sudah menjadi tradisi

dari generasi ke generasi berikutnya. Selain itu dalam upacara thirumanam

(perkawinan), salah satu benda yang dipakai dalam ritual adalah Atchathai

(beras kuning). Atchathai adalah beras yang merupakan tanaman pangan

utama bagi kita. Masyarakat Tamil mempercayai bahwa atchathai persis

seperti benih yang ditaburkan di atas tanah akan berakar dan subur. Maka

dari itu dengan berdoa semoga kehidupan pasangan yang baru menikah

juga akan berakar dan melahirkan anak-anak yang berguna.

3. Adanya akulturasi yang terdapat dalam makanan tradisional etnis Tamil di

kota Medan dikarena oleh gerak migrasi etnis Tamil, maka menyebabkan

pertemuan-pertemuan antara etnis Tamil dengan etnis lainnya, terutama di

Medan yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, maka dari itu

(24)

makanan tradisional etnis Tamil di Kota medan sudah mengalami

perubahan. Terlihat dari pola makanan sehari-hari yang mengkonsumsi

makanan etnis lokal. Proses akulturasi budaya berlangsung dalam jangka

waktu yang relatif lama. Beragamnya makanan yang disajikan etnis Tamil

pada acara pesta thirumanam (perkawinan) bentuk dari adaptasi mereka di

lingkungan tempat tinggal. Itu salah satu bentuk akulturasi terhadap

kehidupan mereka. Maka dari hasil penelitian peneliti, bahwa akulturasi

yang terdapat pada makanan tradisional etnis Tamil termasuk kedalam

strategi integrasi. Karena mereka tetap mempertahankan budaya asal dan

berinteraksi dengan budaya lain. Maka dari itu walaupun mereka tetap

mengkonsumsi makanan khas etnis Tamil tetapi juga meniru makanan

orang lain disekitarnya.

5.2. Saran

Sesuai dengan uraian kesimpulan, maka dikemukakan beberapa saran

antara lain:

1. Kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat etnis Tamil

agar tetap menjaga dan melstarikan seluruh jenis-jenis makanan tradisional

India Tamil, agar tetap lestari dan tetap menjalankan adat istiadatnya yang

berkaitan dengan makanan tradisional.

2. Bagi pemuka agama serta tokoh adat Tamil agar tetap membimbing dan

mengajarkan kepada kaum muda mengenai adat istiadat dan tradisi Tamil.

3. Dengan memanfaatkan peluang yang begitu luas, pemerintah diharapkan

(25)

tradisional etnis Tamil agar bisa lebih mengangkat potensi yang ada pada

setiap makanan tradisional Tamil.

4. Bagi para akademisi atau peneliti selanjutnya, penelitian terhadap makanan

tradisional etnis Tamil sangat perlu dilanjutkan untuk menghasilkan

(26)

135

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek.Jakarta: Rineka Cipta

Anderson, Foster. 2013. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press

Azhari, Ichwan, dkk. 2013. Kebudayaan Orang India Tamil di Propinsi Sumatera

Utara. Medan. Unimed Press

Batubara, Muhammad Zusanri.2015.Kuliner Tradisional Etnik Mandailing di

Kota Medan dan Prospeknya dalam Pengembangan Pariwisata.(dalam

tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan).

Brown, Peter J. 2002. Applying Anthropology: an Introductory Reader. United

States of America: McGrow-Hill Company

Bujang, Ibrahim, S.H. 1994. Makanan Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta Cara

Penyajiannya Pada Orang Melayu, Jambi. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat.

Daulay, Umar Syahputra. 2012. Sejarah Kuliner Bangsa Belanda, Cina, India, di

Kota Medan. (dalam Skripsi Jurusn Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNIMED).

Endaswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Ernayanti. 2003. Ensiklopedi Makanan Tradisional di Pulau Jawa dan Pulau

Madura. Jakarta:Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan

Kebudayaan Asdep Urusan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Proyek Pelestarian dan Pengembangan Tradisi Dan Kepercayaan

Haviland, A. William. 1985.Antropologi.Surakarta: Erlangga

Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak

Ihroni, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor

Jamison, Bill dan Cheryl. 2010. AroundThe World in Dinners: Petualangan

Kuliner Spektakuler. Jakarta: Gagas Media

Kobalen, A. S. 2004. Idealnya Sebuah Perkawinan Hindu Tamil. Jakarta: Pustaka

(27)

136

Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: P. T.

DianRakyat

. 1987. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UniversitasIndonesia

(UI-Press)

. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kumar, Siwa. 2009. Komunitas Tamil Di Kota Medan Etnografi Etnik Tamil

Hindu di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.(dalam Skripsi Program Sarjana Siwa Kumar. Medan:FISIP-Universitas Sumatera Utara)

Lauer, H. Robert. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka

Cipta

Lubis, Zulkifli. 2005. Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi Di

Medan.Medan: Universitas Sumatera Utara

Maria, Siti. 2004. Ensiklopedi Makanan Tradisional Indonesia

(Sumatera).Jakarta:Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek

Pelestarian dan Pengembangan Tradisi dan Kepercayaan

Maryoto, Andreas. Jejak Pangan Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan.

Jakarta: Kompas

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nur’aini. 2015. Pengaruh Akulturasi Dan Identitas Etnik Terhadap Penyesuaian

Diri Pada Komunitas Remaja Suku Punjabi Di Kota Medan. (Dalam Disertasi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung).

Pratini, Retno. 2012. Kehidupan Etnis Tamil Di Batang Kuis (1930-2012). (dalam

Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNIMED).

Ritzer, George dkk. 2004. Teori Sosiologi Medern. Jakarta: Kencana.

Sembiring, Sartika. 2014. Analisis Makna Simbolis Perhiasan Yang Dikenakan

Pengantin Karo Dalam Upacara Pesta Perkawinan. (dalam skripsi

Fakultas Ilmu Sosial UNIMED).

Sibuea, Posman. 2013. Fungsi Makanan Untuk Kesehatan. Medan: Bina Media

Perintis

Sinar, Lukman. 2008. Orang India di Sumatera Utara. Medan: Forkala Sumut

(28)

137

Suci, Ketut. 1986. Pengolahan Makanan Khas Bali. Denpasar: Proyek Penelitian

Dan Pengkajian Kebudayaan Bali Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Suriani, Lilis. 2010. Sejarah Kehidupan Etnis Tamil Di Sei Semayang Kecamatan

Sunggal Kabupaten Deli Serdang, (dalam skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan).

Takari, Muhammad.2008.Mengenal Budaya Masyarakat Tamil Di Kota

Medan.Medan: Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dan Departemen Adat dan Seni Budaya Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.

Tanjung, Yosi Pratiwi. 2012. Proses Thirumanam Pada Etnis Tamil Di Kelurahan

Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia. (dalam skripsi, Program Studi

Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan).

Umar, Rika. 1986. Makanan Wujud, Variasi dan Fungsi Serta Cara Penyajiannya

Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Majalah Tempo.Antropologi Kuliner Indonesia “Ekonomi, Politik, dan Sejarah

di Belakang Bumbu Makanan Nusantara”. Edisi Desember 2014.

Proyek KHPPIA-LSM Agama Program Kerjasama antara Penerintah RI dan

UNICEF. 2009. Pedoman Hidup Sehat Menurut Agama Hindu Dharma.

Jurnal

Adrianto, Ambar. 2014. Jajan PasarMakanan Tradisional Masyarakat Jawa,

dalam Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol. 9, No. 1.21 Mei.

Alexander, 2014.Makna Simbolik Mangan Indahan Sipaet-Paet (Makan Nasi

Pahit) Dalam Acara Mangapuli (Penghiburan) AdatBatak Toba Sebagai

Bentuk Kearifan Lokal diPekanbaru,dalam jurnal Jurusan Ilmu

Komunikasi-Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu PolitikUniversitas Riau. Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014

Hidajat, Robby. 2014. Struktur Simbolik Kuliner Rendang Di Tanah Rantau, dalam Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol. 9, No. 1. 21 Mei

(29)

138

Lutfi Eliazer, Stefanus (dkk). 2013 .Pembuatan Buku Makanan Tradisional

Surabaya Sebagai Upaya Pelestarian Produk Lokal, dalam jurnal Desain Komunikasi Visual.Vol.1, No. 1, Art Nouveau. Hal 87-95.

Rosyidi, Djalal. 2006. Macam-Macam Makanan Tradisional Yang Terbuat Dari

Hasil Ternak Yang Beredar Di Kota Malang, dalam jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 1, No. 1, Agustus: 24-34.

Sabana, Setiawan. 2007. Nilai Estetis Pada Kemasan Makanan Tradisional

Yogyakarta, dalam Jurnal KK Senirupa-Fakultas Senirupa dan Desain ITB. Vol. 1 D, No. 1. Hal 10-25.

(BPS) Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2014. Medan dalam Angka 2014.

Medan: BPS Kota Medan.

Gambar

Tabel 3.1  Daftar Informan ..................................................................

Referensi

Dokumen terkait

c.bahwa berdasarkan Indikator Kinerja yang mendukung Tujuan dan Sasaran Perubahan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013-2018 dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a

Salah satu cara memanfaatkan energi surya adalah dengan mengubahnya menjadi energi listrik menggunakan modul fotovoltaik atau modul surya yang disebut pembangkit

- Tersusunnya laporan hasil kegiatan pelaksanaan pemeliharaan jalan dan jembatan provinsi - Terlaksananya

Rangkaian VOX terdiri dari mikrofon dan speaker, penguat, pengganda tegangan, komparator, multivibrator monostabil dan relay.. Rangkaian VOX hanya membutuhkan berbagai suara

Jumlah Dokumen Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Pelaporan Program & Kegiatan Pembangunan Sulsel Yang Tersusun 6

Memberikan pengesahan tentang kebijakan, strategi usaha, dan pedoman perencanaan perusahaan baik jangka pendek (program kerja tahunan), jangka menengah, maupun

The contributions of this study are threefold: (1) to develop a spatial-temporal classification framework to discriminate crops using a sequence of multitemporal TerraSAR-X images,

Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah