• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye Dan Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010 (Studi terhadap Efektifitas Kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kampanye Dan Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010 (Studi terhadap Efektifitas Kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM

KEPALA DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2010.

(Studi terhadap Efektifitas Kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty

Damanik, SH. di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten

Simalungun)

DISUSUN OLEH:

RUTH AGNESIA SEMBIRING

070906043

Dosen Pembimbing : Dra. Evi Novida Ginting, M.SP.

Dosen Pembaca : Drs. Tony P. Situmorang, M.Si.

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM

KEPALA DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2010

(Studi terhadap Efektifitas Kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten

Simalungun)

RUTH AGNESIA SEMBIRING

Departemen Ilmu Politik, FISIP USU

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang hubungan kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. pada saat Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010 dengan perilaku pemilih di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi antara kandidat calon bupati dan calon wakil bupati yang melakukan kampanye politik dengan perilaku pemilih. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari studi kepustakaan dan juga data-data dari lapangan yang diperoleh dengan menyebarkan angket atau kuesioner kepada para pemilih serta wawancara dengan tim pemenangan pasangan calon. Hasilnya menunjukkan kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. telah berhasil menjangkau seluruh masyarakat di Kelurahan Pematang Raya dan masyarakat di Kelurahan Pematang Raya adalah termasuk jenis pemilih rasional karena memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. berdasarkan kampanye yang mereka sampaikan kepada masyarakat, yaitu dengan melihat keuntungan yang mungkin mereka dapatkan apabila pasangan calon berhasil memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Bapa di surga atas rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2010 (Studi terhadap Efektifitas Kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun).” Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara kampanye calon Bupati dan calon Wakil Bupati Simalungun, DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. dengan perilaku pemilih yang ada di Kelurahan Pematang Raya. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar efektifitas kampanye yang dilakukan oleh DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. dalam menarik perhatian masyarakat dan meyakinkan hati masyarakat yang ada di Kelurahan Pematang Raya untuk memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan HJ. Nuriaty Damanik, SH. menjadi Bupati dan Wakil Bupati Simalungun Periode 2010-2014.

(4)

maupun fakta yang diperoleh dari lapangan tersebut. Bab yang terakhir yaitu Bab IV berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi kemungkinan adanya saran-saran yang saya peroleh setelah melaksanakan penelitian.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya mendapat banyak bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si. sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si. sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran-saran yang baik pada saat revisi judul skripsi saya yang terdahulu. 4. Ibu Dra. Evi Novida Ginting, M.SP. sebagai dosen wali selama saya menjalankan

perkuliahan sekaligus sebagai pembimbing saya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan, saran-saran yang baik, dan bimbingan kepada saya selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tony P. Situmorang, M.Si. sebagai dosen pembaca bagi skripsi saya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran-saran maupun kritikan yang membangun bagi penulisan skripsi saya ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, khususnya para staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama saya menjalankan perkuliahan.

(5)

kepada Bapak B. Ginting & Bibi N.D. Sitepu; kepada Bibi L. Saragih & Kila F. Tarigan; dan kepada Bapak Jonsah Sinaga, terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada saya dalam memperoleh data-data dan informasi pada saat melaksanakan penelitian lapangan.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak P. Sembiring dan Ibu G. Sitepu yang telah memberikan motivasi, doa, materi, dan tenaga selama masa perkuliahan hingga selesainya skripsi ini, khususnya bapak yang telah rela meluangkan waktu kerjanya untuk mendampingi saya pada saat melaksanakan penelitian lapangan. Saya persembahkan skripsi ini untuk bapak dan ibu tercinta.

9. Kepada abang saya Agust Pranata Sembiring dan kakak sepupu saya Marsella Sembiring yang selama memberikan motivasi dan doa bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada sepupu-sepupu saya Bang Josten, Bang Anto, Tia, Trixie, Kak Linda, Kak Maret, Melly, Kak Nia, Selvi dan Lia yang juga ikut memberikan motivasi dan penghiburan kepada saya selama menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman yang sangat membantu, Eka, Elisabeth, Roma, Ika, Maria, Christy, Echi, Pipin, Maharani, Risky, Yossy, Jenius, Rahmat Hidayat, dan seluruh teman-teman dari Departemen Ilmu Politik stambuk 2007 yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan motivasi dan penghiburan kepada saya. 11. Kepada senior saya Bang Rolas (Politik ’05) dan Bang Ferdinan (Sosiologi ‘03) yang memberikan dorongan semangat dan juga penghiburan saat saya menyelesaikan skripsi ini.

(6)

Dengan kerendahan hati saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Namun saya berharap skripsi ini tetap dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai hubungan kampanye pasangan calon bupati dan calon wakil bupati dengan perilaku pemilih di suatu daerah pada saat Pemilihan Umum Kepala Daerah.

Medan, Juni 2011.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……….... vi

DAFTAR TABEL………. ix

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG……… 1

I.2. PERUMUSAN MASALAH……….. 7

I.3. PEMBATASAN MASALAH……… 7

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……….. 8

I.4.1. TUJUAN PENELITIAN……… 8

I.4.2. MANFAAT PENELITIAN……… 8

I.5. KERANGKA TEORI………. 9

I.5.1. Partisipasi Politik……… 9

I.5.2. Perilaku Pemilih……….... 10

I.5.2.1. Orientasi Pemilih……… 13

I.5.2.2. Konfigurasi Pemilih……… 14

I.5.3. Kampanye……… 18

I.5.3.1. Jenis-Jenis Kampanye………. 19

I.5.3.2. Media Kampanye……… 19

I.5.4. Partai Politik………. 20

I.5.4.1. Fungsi Partai Politik……… 21

I.5.5. Pemilihan Umum………. 24

I.5.5.1. Pemilihan Kepala Daerah Langsung……….. 25

(8)

I.5. METODOLOGI PENELITIAN………. 29

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN PEMATANG RAYA DAN TIM PEMENANGAN JR -NUR II.1. DESKRIPSI KELURAHAN PEMATANG RAYA……….. 35

II.1.1. Keadaan Geografis………. 35

II.1.2. Demografi Penduduk……….. 36

II.2. TIM PEMENANGAN JR –NUR……… 47

II.2.1. Struktur Tim Pemenangan DR. J.R. Saragih, SH, MM. – HJ. Nuriaty Damanik, SH.……… 47

II.2.2. Dana Kampanye………. 53

II.2.3. Partai-Partai Politik Pendukung DR. J.R. Saragih, SH, MM. – HJ. Nuriaty Damanik, SH………... 54

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III.1. DATA RESPONDEN……… 55

III.2. ANALISIS JAWABAN RESPONDEN……… 59

III.3. STRATEGI TIM PEMENANGAN JR – NUR DI KECAMATAN RAYA………. 84

III.3.1. Tugas Pokok Tim Pemenangan JR – NUR (Tim 21) di Kecamatan Raya………. 84

III.3.2. Dana Untuk Keperluan Kampanye Tim 21……… 86

III.3.3. Isu yang Dikembangkan Tim 21 Pada Penduduk………. 86

(9)

III.4. Program 100 Hari Pertama Kepemimpinan DR. J.R. Saragih, SH, MM. Dengan

HJ. Nuriaty Damanik, SH. Memimpin Simalungun... 89

BAB IV PENUTUP

IV.1. KESIMPULAN……….. 91 IV.2. SARAN……….. 98

DAFTAR PUSTAKA……….. 99

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Klasifikasi penduduk berdasarkan jenis kelamin………. 36

TABEL 2 : Klasifikasi penduduk berdasarkan usia……… 37

TABEL 3 : Klasifikasi penduduk berdasarkan agama……… 38

TABEL 4 : Klasifikasi penduduk berdasarkan pendidikan………. 39

TABEL 5 : Klasifikasi penduduk berdasarkan kemampuan membaca & menulis.. 40

TABEL 6 : Sarana Pendidikan……… 41

TABEL 7 : Sarana Kesehatan……….. 42

TABEL 8 : Jumlah pemilih tetap untuk tiap TPS……… 43

TABEL 9 : Jumlah pemilih tetap yang menggunakan hak pilihnya………. 45

TABEL 10 : Distribusi responden berdasarkan umur……… 55

TABEL 11 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin……… 56

TABEL 12 : Distribusi responden berdasarkan agama……….. 57

TABEL 13 : Distribusi responden berdasarkan suku……… 58

TABEL 14 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir……… 58

TABEL 15 : Distribusi responden yang menggunakan hak pilihnya………. 59

TABEL 16 : Distribusi responden yang memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH……….. 59

TABEL 17 : Keberhasilan kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. dalam menjangkau penduduk……….. 60

TABEL 18 : Jenis/ media kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. yang menjangkau penduduk……… 62

TABEL 19 : Jenis/ media kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. yang paling sering dilihat, didengar, dan ditonton penduduk………. 64

TABEL 20 : Jenis/ media kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. yang paling menarik dan meyakinkan penduduk…… 66

(11)

TABEL 22 : Alasan penduduk memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH………. 69 TABEL 23 : Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi penduduk untuk

memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH… 69 TABEL 24 : Hal yang paling menjadi pertimbangan penduduk saat memilih DR. J.R.

Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH………... 71 TABEL 25 : Hal yang menjadi pertimbangan penduduk saat memilih berdasarkan jenis kelamin………. 74 TABEL 26 : Hal yang menjadi pertimbangan penduduk saat memilih berdasarkan

pendidikan terakhir………... 76 TABEL 27 : Daya ingat penduduk terhadap partai-partai politik yang mendukung DR.

J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH………. 78 TABEL 28 : Daya ingat penduduk terhadap isi kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM.

– Hj. Nuriaty Damanik, SH……….. 80 TABEL 29 : Kepercayaan penduduk terhadap DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj.

(12)

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM

KEPALA DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2010

(Studi terhadap Efektifitas Kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten

Simalungun)

RUTH AGNESIA SEMBIRING

Departemen Ilmu Politik, FISIP USU

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang hubungan kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. pada saat Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010 dengan perilaku pemilih di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi antara kandidat calon bupati dan calon wakil bupati yang melakukan kampanye politik dengan perilaku pemilih. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari studi kepustakaan dan juga data-data dari lapangan yang diperoleh dengan menyebarkan angket atau kuesioner kepada para pemilih serta wawancara dengan tim pemenangan pasangan calon. Hasilnya menunjukkan kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. telah berhasil menjangkau seluruh masyarakat di Kelurahan Pematang Raya dan masyarakat di Kelurahan Pematang Raya adalah termasuk jenis pemilih rasional karena memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. berdasarkan kampanye yang mereka sampaikan kepada masyarakat, yaitu dengan melihat keuntungan yang mungkin mereka dapatkan apabila pasangan calon berhasil memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik. Dalam suatu sistem politik yang demokratis para pemimpin dipilih langsung oleh rakyat, para politisi atau pejabat publik sebagai wakil rakyat akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sebab, pertama, dalam kacamata “mandat,” pilkada yang dilakukan secara reguler dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyeleksi kebijakan-kebijakan politik yang baik sesuai dengan keinginan masyarakat luas. Selama kampanye pilkada dan pemilu misalnya, para calon guberbur, para calon bupati maupun para calon walikota menawarkan berbagai isu dan program untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga hal ini menjadi daya tarik bagi pemilih untuk memilihnya. Kedua, dalam kacamata akuntabilitas, pilkada dan pemilu merupakan sarana bagi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai keputusan dan tindakannya di masa lalu. Konsekuensinya, pemerintahan dan politisi akan selalu memperhitungkan penilaian masyarakat, sehingga akan memilih kebijakan atau program yang berdampak pada penilaian positif pemilih terhadap dirinya, agar terpilih kembali pada pilkada atau pemilu berikutnya.1

Ada beberapa argumen bagi pilkada langsung terkait dengan kedaulatan rakyat, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut:2

Pertama, rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-haknya secara utuh.

Menjadi kewajiban negara memberikan perlindungan terhadap hak pilih rakyat. Salah satu hak politik rakyat adalah hak memilih calon pemimpin. Penundaan atau peniadaan hak pilih

1

Ahmad Nadir, Pilkada Langsung, dan Masa Depan Demokrasi, Malang: Averroes Press, 2005, hlm. viii. 2

(14)

tidak hanya mengurangi signifikansi nilai-nilai demokrasi dalam pilkada langsung tetapi juga mangancam legitimasi pemimpin daerah.

Kedua, wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas (accountability)

publik seorang pemimpin merupakan landasan amat penting guna menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada langsung, maka seorang Kepala Daerah harus dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat kepada Kepala Daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan.

Ketiga, menciptakan suasana kondisif bagi terciptanya hubungan senergis antara

pemerintahan dan rakyat. Pemerintahan akan melaksanakan kehendaknya sesuai dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara keduanya membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya suatu pemerintahan yang demokratis.

Pemilihan langsung telah mendekatkan antara kandidat dengan masyarakat. Seleksi kepemimpinan lokal di laksanakan langsung dan pemilih akan menjatuhkan pilihannya kepada sang idola saat sudah dibilik suara. Rakyat memilih langsung siapa yang pantas menjadi kepala daerah di wilayahnya. Bupati, walikota dan gubernur adalah jabatan-jabatan publik untuk siapa saja yang ingin maju tampil menjadi kontestan. Bursa pencalonan lebih terbuka, kompetitif, dan partisipatif. Sementara siklus dan rotasi kepemimpinan dipastikan berjalan dinamis sambil memberi ruang-ruang kebebasan sepanjang proses transisi demokratik yang tak mungkin lagi terhindarkan.3

Sebagai bagian dari konstitusi demokrasi yang bebas, maka pemilu harus didahului oleh kampanye pemilu. Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik modern adalah cara yang digunakan para warga negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan

3

(15)

memerintah mereka. Kampanye politik adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtarkan orang dicalonkan, dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi. Setiap kampanye adalah suatu usaha hubungan masyarakat, yakni membujuk sejumlah pemberi suara yang sudah terdaftar untuk mendukung calon. Kampanye yang berorientasi hubungan masyarakat, berusaha menarik perhatian orang kepada sang calon. Ia mencoba meningkatkan identifikasi dan citra sang calon di antara kelompok pemberi suara, menyebarluaskan pandangan sang calon tentang berbagai masalah penting, dan mendorong para pemberi suara menuju ke tempat pemilihan umum untuk memberi suara kepada sang calon. Kampanye politik juga berikhtar membujuk orang-orang yang masih bimbang dan malah kadang menjurusbalikkan orang-orang yang cenderung untuk mendukung calon lain pihak penentang.4

Dari konteks aktivitas politik, pemasaran politik dimaksudkan adalah penyebaran informasi tentang kandidat, partai, dan program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik (komunikator) melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap, dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi.

Dalam kampanye politik terdapat pemasaran politik. Pemasaran politik didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi, prosedur-prosedur, dan melibatkan analisis, pengembangan, eksekusi, dan strategi manajemen kampanye oleh kandidat, partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk mengarahkan opini publik terhadap ideologi mereka.

5

4

Toni Andrianus Pito, dkk, Mengenal Teori-Teori Politik dari Sistem Politik Sampai Korupsi, Bandung: Nuansa, 2006, hlm.186.

5

(16)

Platform program juga dibutuhkan para calon kandidat untuk menarik simpati dari

masyarakat pada saat pemilihan Kepala Daerah. Adapun medium penyampaian program dilakukan melalui agen (orang atau institusi), event (kegiatan atau pertunjukan tertentu) dan objek (media audia visual, atribut, poster, spanduk, billboard, posko, brosur, pamlet, pernak-pernik, selebaran, balon udara, bendera, dll. Pentingnya pengolahan kreatif media-media tadi adalah untuk merangsang gairah minat orang mencari informasi sebagai input mengambil keputusan. Hal ini mengingat kebanyakan masyarakat awam di kalangan para pemilih kurang memiliki perhatian penuh terhadap tawaran-tawaran kandidat politik.6

Berikut ini adalah Nomor Urut Calon Bupati dan Wakil Bupati Simalungun Pada Pilkada Simalungun 2010:

Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2010-2015 yang dilaksanakan pada 26 Agustus 2010 merupakan salah satu wujud demokrasi di mana semua masyarakat di Kabupaten Simalungun memiliki hak untuk memilih sendiri pemimpinnya secara langsung.

Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun diikuti oleh lima pasangan calon bupati dan wakil bupati. Kelima pasangan itu masing-masing tiga pasangan berdasarkan dukungan partai politik dan dua pasangan lain merupakan dari jalur perseorangan (independent). Mereka adalah pasangan Drs. T. Zulkarnain Damanik, MM - Marsiaman Saragih, SH, Dr. J.R. Saragih, SH, MM - Hj. Nuriaty Damanik, SH, pasangan Samsudin Siregar, SH - Kusdiyanto, SH, ketiga pasangan ini dukungan partai politik. Sedangkan pasangan Ir. H. Muknir Damanik - Miko dan pasangan Kabel Saragih, SH – Ir. Mulyno dari jalur independent.

7

6

Agung Wibawanto, dkk, Op. Cit., hlm 19. 7

(17)

• Nomor Urut 1 : Samsudin Siregar, SH. berpasangan dengan Kusdianto, SH.

• Nomor Urut 2 : Kabel Saragih, SH. berpasangan dengan Ir. Mulyono.

• Nomor Urut 3 : Ir. H. Muknir Damanik berpasangan dengan Miko.

Nomor Urut 4 : Dr. J.R. Jopinus Ramli Saragih, SH, MM. berpasangan

dengan Hj. Nuriaty Damanik, SH.

• Nomor Urut 5 : Drs. T. Zulkarnain Damanik, MM. berpasangan dengan Marsiaman Saragih, SH.

Para calon bupati dan calon wakil yang tersebut di atas saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari masyarakat agar dapat memperoleh suara terbanyak pada saat dilaksanakannya Pemilihan Umum Kepala Daerah. Dari kelima calon bupati dan calon wakil bupati tersebut pasangan dengan Nomor Urut 4 Dr. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. berhasil memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2010-2015, yaitu dengan rincian suara: Pasangan Dr. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriati Damanik, SH. (Nomor Urut 4) meraih suara sebanyak 150.076 suara (38,62 persen) disusul Calon Incumbent, Drs. T. Zulkarnain Damanik, MM. - Marsiaman Saragih, SH. (Nomor Urut 5) mendapat 110.943 suara (28,55 persen), serta urutan ke tiga Samsudin Siregar, SH. – Kusdianto, SH. (Nomor Urut 1) dengan 103.843 (26,72 persen). Selanjutnya, pasangan Ir. H. Muknir Damanik - Miko (Nomor Urut 3) memperoleh 17.716 suara (4,50 persen), dan urutan terakhir Kabel Saragih, SH. – Ir. Mulyono (Nomor Urut 2) dengan mendapatkan 5.931 suara (1,52 persen).

(18)

Untuk tingkat kehadiran para pemilih yang menggunakan hak suaranya pada setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) dengan jumlah 1.494 yang tersebar di 31 Kecamatan, maka diperkirakan mencapai 67 persen.8

Untuk hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun di Kelurahan/ Nagori Pematang Raya, Kecamatan Raya, pasangan DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. memperoleh kemenangan mutlak daripada pasangan calon bupati dan calon wakil bupati yang lain. Adapun rincian perolehan suara di Kelurahan Pematang Raya yaitu dari 2.750 jumlah pemilih di Kelurahan Pematang Raya (jumlah laki-laki 1.408 jiwa dan jumlah perempuan 1.342 jiwa), terdapat 2.088 masyarakat yang memilih DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. Adapun rincian perolehan suara di Kelurahan Pematang Raya adalah:9

Dari studi-studi yang telah dilakukan oleh para mahasiswa Departemen Ilmu Politik sebelumnya ditemukan adanya hubungan kampanye calon kandidat dengan perilaku pemilih. Berangkat dari hasil penelitian terdahulu dan juga data-data yang telah saya kemukakan di atas maka saya tertarik untuk meneliti kembali pengaruh ataupun hubungan kampanye dengan perilaku pemilih, yaitu efektifitas kampanye yang dilakukan DR. J.R. Saragih, SH, Samsudin Siregar, SH. – Kusdianto, SH. : 53 suara.

Kabel Saragih, SH. – Ir. Mulyono, SH. : 21 suara.

Ir. H. Muknir Damanik - Miko : 4 suara.

Dr. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. : 2.088 suara.

Drs. T. Zulkarnain Damanik, MM. - Marsiaman Saragih, SH. : 553 suara.

9

(19)

MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. dalam menarik perhatian dan memperoleh dukungan dari masyarakat. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Kampanye dan Perilaku Pemilih

Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010 (Studi

Efektifitas Kampanye Dr. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. di

Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun).”

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan kampanye kandidat calon bupati

dan calon wakil bupati DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH.

terhadap perilaku pemilih di Kelurahan/ Nagori Pematang Raya pada Pemilihan

Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun 2010?”

I.3. PEMBATASAN MASALAH

(20)

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

I.4.1. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sikap dan perilaku pemilih terhadap kampanye DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010 khususnya masyarakat Kelurahan/ Nagori Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui faktor apakah yang paling dominan dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun Tahun 2010.

I.4.2. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat kepada semua pihak yang secara umum dapat bermanfaat bagi:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran terhadap Ilmu Politik, yaitu dalam hal keterkaitan kampanye dengan perilaku pemilih pada pemilihan kepala daerah.

2. Menambah rujukan bagi Mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP-USU mengenai penelitian studi kampanye dan perilaku pemilih.

(21)

I.5. KERANGKA TEORI

I.5.1. PARTISIPASI POLITIK

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.10

Partisipasi politik merupakan cerminan dari sikap politik (political behavior) warga negara yang berwujud dalam perilaku baik secara psikis maupun secara fisik. Partisipasi yang berlangsung bersifat legal dan berada dalam ikatan normatif. Partisipasi politik yang dikehendaki adalah partisipasi yang tumbuh atas kesadaran sebagai partisipasi murni (pure

participation) tanpa adanya paksaan.

Menurut Closky (1982) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela

(voluntary) dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses

pemilihan penguasa dan secara langsung (direct) atau tidak langsung (indirect) dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum.

Kegiatan partisipasi politik pada intinya tertuju kepada dua subjek, yaitu: (1) pemilihan penguasa, dan (2) melaksanakan segala kebijaksanaan penguasa (pemerintah).

11

10

Miriam Budiardjo, Loc. Cit., hlm. 184. 11

(22)

Perilaku politik dan perilaku memilih adalah paket dalam diskusi pemilu. Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Partisipasi politik menyoalkan hubungan antara kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintahan.12

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka ‘menunggu’ sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih.

I.5.2. PERILAKU PEMILIH

13

12

Joko J. Prihatmiko, Loc, Cit., hlm. 46. 13

Firmanzah, Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, hlm. 102.

(23)

Untuk memahami kecenderungan perilaku memilih mayoritas masyarakat secara akurat dapat dikombinasikan dalam beberapa pendekatan yang relevan, yaitu:14

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pendekatan sosiologis dilandasi oleh pemikiran bahwa determinan pemilih dalam respon politiknya adalah status sosio ekonomi, afiliasi religius. Dengan kata lain, pendekatan ini didasarkan pada ikatan sosial pemilih dari segi etnik, ras, agama, keluarga, dan pertemanan yang dialami oleh agen pemilih secara historis.

2. Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini pada dasarnya melihat sosialisasi sebagai determinasi dalam menentukan perilaku politik pemilih, bukan karakter sosiologis. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang yang menjadi variabel yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang, karena itu pendekatan ini menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama, yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, isu-isu, dan kandidat-kandidat.

3. Pendekatan Rasional

Pendekatan ini menempatkan pemilih pada suatu keadaan yang bebas, di mana pemilih melaksanakan perilaku politik dengan pikiran rasionalnya dalam menilai calon/ kandidiat yang terbaik menurut rasionalitas yang dimilikinya. Model ini ingin melihat pemilih sebagai produk kalkulasi untung rugi.

14

(24)

Mayoritas pemilih biasanya selalu mempertimbangkan faktor untung rugi dalam menentukan pilihannya terhadap calon yang dipilih. Seorang pemilih rasional adalah pemilih yang menghitung untung rugi tindakannya dalam memilih calon.

Pada pendekatan rasional, perilaku politik dapat terjadi kapan saja, dan dapat berubah sesuai dengan rasionalitasnya, bahkan keputusan dalam menentukan pilihan dapat berubah di balik bilik suara.

4. Pendekatan Domain Kognitif

Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh tujuh domain kognitif yang berbeda, yaitu:

 Isu dan Kebijakan Politik

Komponen ini mempresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh partai atau kandidat politik jika kelak menang pemilu.

 Citra Sosial

Komponen ini adalah citra kandidat dalam pikiran pemilih mengenai “berada” di dalam kelompok sosial mana atau tergolong sebagai apa sebuah partai atau kandidat politik. Citra sosial dapat terjadi oleh banyak faktor diantaranya, demografi (meliputi usia, gender, dan agama). Sosio ekonomi (meliputi pekerjaan dan pendapatan), kultural dan etnik, dan politis-ideologi.

 Perasaaan Emosional

(25)

 Citra Kandidat

Citra kandidat yaitu mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting dan dianggap sebagai karakter seorang kandidat.

 Peristiwa Mutahir

Ini mengacu pada himbauan peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye.

 Peristiwa Personal

Ini mengacu pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang dialami secara pribadi oleh seorang kandidat, misalnya skandal seksual, bisnis, dll.

 Faktor-Faktor Epistemis

Faktor-faktor epistemis yaitu isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat memicu keingintahuan para pemilih mengenai hal-hal baru.

I.5.2.1. Orientasi Pemilih

Dalam diri masing-masing pemilih terdapat dua orientasi sekaligus yaitu:15

1) Orientasi ‘policy-problem-solving.’

Ketika pemilih menilai partai politik atau seorang kontestan dari kacamata

‘policy-problem-solving,’ yang terpenting bagi mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu

menawarkan program kerja atas solusi bagi suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan cenderung secara memilih partai politik atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap

15

(26)

masalah nasional dan kejelasan program kerja. Partai politik atau kontestan yang arah kebijakannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih.

2) Orientasi ‘ideology.’

Suatu partai atau seorang kontestan, akan lebih menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai politik atau calon kontestan, pemilih jelas ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai dan kontestan tersebut.

I.5.2.2. Konfigurasi Pemilih16

1) Pemilih Rasional

Konfigurasi pemilih terdiri dari 4 (empat) jenis pemilih, yaitu:

Dalam konfigurasi pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Program kerja atau ‘platform’ partai bisa dianalisis dalam dua hal: (1) kinerja partai di masa lampau (back ward looking), dan (2) tawaran program untuk menyelesaikan permasalahan nasional yang ada (forward-looking). Pemilih tidak hanya melihat program kerja atau ‘platform’ partai yang berorientasi ke masa depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai tersebut di masa lampau. Kinerja partai atau calon kontestan biasanya termanivestasikan pada reputasi dan ‘citra’ (image) yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.

16

(27)

Ciri khas pemilih jenis ini adalah tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Faktor seperti faham, asal-usul, nilai tradisional, budaya, agama, dan psikografis memang dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang signifikan. Hal yang terpenting bagi jenis pemilih adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan, daripada faham dan nilai partai dan kontestan. Oleh karena itu, ketika sebuah partai politik atau calon kontestan ingin menarik perhatian pemilih dalam matriks ini, mereka harus mengedepankan solusi logis akan permasalahan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, sosial-budaya, hubungan luar negeri, pemerataan pendapatan, disintegrasi nasional, dan lain-lain. Pemilih tipe ini tidak akan segan-segan beralih dari sebuah partai atau seorang kontestan ke partai politik atau kontestan lain ketika mereka dianggap tidak mampu menyelesaikan permasalahan nasional.

2) Pemilih Kritis

(28)

Pemilih jenis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan ‘platform’ partai: (1) memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru yang memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi, radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai. Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan parta biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.

3) Pemilih Tradisional

(29)

politik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.

Pemilh tradisional adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama periode kampanye. Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri khas yang paling kelihatan bagi pemilih jenis ini. Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam membuat suatu keputusan serta bertindak, dan kadang kebenarannya tidak bisa diganggu-gugat.

4) Pemilih Skeptis

(30)

I.5.3. KAMPANYE

Menurut Kotler dan Roberto (1989), kampanye adalah sebuah upaya yang dikelola oleh satu kelompok (agen perubahan) yang ditunjuk untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu. Dalam studi perencanaan komunikasi dikenal beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kampanye. Assifi dan French (1982) menyusun delapan langkah yang dapat dilakukan dalam perencanaan komunikasi untuk kampanye, yakni: (1) menganalisis masalah; (2) menganalisis khalayak; (3) merumuskan tujuan; (4) memilih media; (5) mengembangkan pesan; (6) merencanakan produksi media; (7) merencanakan manajemen program; (8) monitoring dan evaluasi.17

Dalam konteks antarpartai ada tiga tujuan kampanye. Pertama, ada upaya untuk membangkitkan kesetiaan alami para pengikut suatu partai dan agar mereka memilih sesuai dengan kesetiaan itu; kedua, ada kegiatan untuk menjajaki warga negara yang terikat pada partai dan, menurut istilah Kenneth Burke untuk menciptakan pengidentifikasi di antara golongan independen; ketiga, ada kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang untuk mengalihkan kepercayaan dan nilai anggota partai, melainkan untuk meyakinkan rakyat bahwa keadaan akan lebih baik jika dalam kampanye ini mereka memilih dari partai lain.18

17

Hafied Cangara, Op. Cit., hlm. 284, 287. 18

(31)

I.5.3.1. Jenis-Jenis Kampanye

Menurut Charles U. Larson, kampanye dibagi dalam 3 (tiga) kategori yakni:19

1) Product-oriented campaigns (commercial campaigns atau corporate campaign) atau

kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan.

2) Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat

umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah.

3) Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi

pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial.

I.5.3.2. Media Kampanye

Dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah telah ditetapkan bahwa kampanye calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan selama 14 (empat belas) hari dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara. Jadwal kampanye ditetapkan oleh KPUD dengan memperhatikan usul dari pasangan calon.

19

(32)

Dalam kampanye, pasangan calon wajib menyampaikan visi, misi, dan program secara lisan maupun tertulis. Rakyat mempunyai kebebasan untuk menghadiri atau tidak menghadiri kampanye.

Menurut Pasal 56 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah, kampanye dapat dilaksanakan melalui:20

a. Pertemuan terbatas; b. Tatap muka dan dialog;

c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik; d. Penyiaran melalui radio dan/atau televisi;

e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum; f. Pemasangan alat peraga di tempat umum; g. Rapat umum;

h. Debat publik/debat terbuka antarcalon; dan/atau

i. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

I.5.4. PARTAI POLITIK

Bagi suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang sedang membangun proses demokratisasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintahan. Pembentukan partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan pemerintahan yang mayoritas, diperlukan partai-partai yang dapat digunakan sebagai kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum. Melalui partai politik rakyat berhak menentukan; siapa yang akan menjadi

20

Daniel S. Salossa, Mekanisme, Persyaratan, dan Tata Cara Pilkada Langsung menurut Undang-Undang No.

(33)

wakil mereka serta siapa akan menjadi pemimpin yang menentukan kebijakan umum (public

policy).21

Ada beberapa fungsi partai politik yang terdapat di negara demokrasi, yaitu:

I.5.4.1. Fungsi Partai Politik

22

1) Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintahan bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai “pengeras suara.”

Menurut Sigmund Neumann dalam hubungannya dengan komunikasi politik, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.

Di masyarakat yag luas dan kompleks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang. Pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur atau dinamakan perumusan kepentingan (interest articulation).

Partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintahan. Dengan demikian terjadi arus informasi dan

21

Hafied Cangara, Op. Cit., hlm.207. 22

(34)

dialog dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Dalam pada itu partai politik memainkan peran sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat penting, karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat, dan di lain pihak pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.

2) Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban.

Sebagai sarana sosialisasi politik, partai politik melaksanakan fungsinya melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran, dan sebagainya.

(35)

3) Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

Selain itu tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan memperluas atau memperbanyak keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan didirikannya organisasi-organisasi massa (sebagai

onderbouw) yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani, mahasiswa, wanita, dan

sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada beberapa cara untuk melakukan rekrutmen politik, yaitu melalui kontak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lain.

4) Sebagai Sarana Pengatur Konflik

Menurut Arend Liphart (1968) perbedaan-perbedaan atau perpecahan di tingkat massa bawah dapat diatasi oleh kerja sama di antara elite-elite politik.

(36)

negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik.

Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, elite partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungya.

I.5.5. PEMILIHAN UMUM

Pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/ masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propoganda, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya seperti, spanduk, pamflet, selebaran bahkan komunikasi antara pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform, asas, ideologi serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada waktu dilaksanakannya pemilihan umum dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif.23

23

(37)

I.5.5.1. Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pemilihan kepala daerah langsung (pilkada langsung) juga merupakan jalan keluar terbaik untuk mencairkan kebekuan demokrasi. Kekuatan pilkada langsung terletak pada pembentukan dan implikasi legistimasi tersendiri sehingga harus dipilih sendiri oleh rakyat. Mereka juga wajib bertanggung jawab kepada rakyat. Dengan pemilihan terpisah dari DPRD, kepala daerah memiliki kekuatan yang seimbang dengan DPRD sehingga mekanisme check

and balances niscaya akan bekerja. Kepala daerah dituntut mengoptimalkan fungsi

pemerintahan daerah (protective, public service, development).

Pilkada langsung tidak dengan sendirinya menjamin (taken for granted) peningkatan kualitas demokrasi itu sendiri tetapi jelas membuka akses terhadap peningkatan kualitas demokrasi tersebut. Akses itu berarti berfungsinya mekanisme check and balances. Dimensi

check and balances meliputi hubungan kepala daerah dengan rakyat; DPRD dengan rakyat;

kepala daerah dengan DPRD; DPRD dengan kepala daerah tetapi juga kepala daerah dan DPRD dengan lembaga yudikatif dan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat.24

Pemilihan kepala daerah langsung merupakan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung oleh masyarakat yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil melalui pemungutan suara. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kehidupan demokratis, keadilan, pemerataan, kesejahteraan masyarakat,

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, serta Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.

24

(38)

memelihara hubungan yang serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.25

David Easton menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat itu adalah (1) terdiri dari banyak bagian-bagian; (2) bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung; dan (3) mampunyai perbatasan (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain.

I.5.5.2. Sistem Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung

26

Sistem pemilihan adalah suatu mekanisme atau tata cara untuk menentukan pasangan calon yang berhak menduduki jabatan kepala daerah/wakil kepala daerah. Kualitas kompetisi

Sebagai suatu sistem, sistem pilkada langsung mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder (secondary system) atau sub-sub sistem (subsystems). Bagian-bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforcement.

Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pilkada langsung yang

berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Electoral law enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pilkada baik politis, administratif atau pidana. Ketiga bagian pilkada langsung tersebut sangat menentukan sejauh mana kapasitas sistem dapat menjembatani pencapaian tujuan dari proses awalnya. Masing-masing bagian tidak dapat dipisah-pisahkan karena merupakan suatu kesatuan utuh yang komplementer.

25

Dikutip dari Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

26

(39)

dalam pilkada langsung dapat dilihat dari sistem pemilihan yang digunakan. Ada 5 (lima) sistem dalam pemilihan kepala daerah langsung, yaitu:27

a. First Past The Post System

Sistem first past the post ini dikenal sebagai sistem yang sederhana dan efisien. Calon Kepala Daerah yang memperoleh suara terbanyak otomatis memenangkan pilkada dan menduduki kursi Kepala Daerah. Karenanya sistem ini dikenal juga dengan sistem mayoritas sederhana (simple majority). Konsekuensinya, calon Kepala Daerah dapat memenangkan pilkada walaupun hanya meraih kurang dari separoh suara jumlah pemilih sehingga legitimasinya sering dipersoalkan.

b. Preferantial Voting System atau Aprroval Voting System

Cara kerja sistem preferential voting atau aprroval voting adalah pemilih memberikan peringkat pertama, kedua, ketiga dan seterusnya terhadap calon-calon Kepala Daerah yang ada pada saat pemilihan. Seorang calon akan otomatis memenangkan pilkada langsung dan terpilih menjadi Kepala Daerah jika perolehan suaranya mencapai peringkat pertama terbesar. Sistem ini dikenal sebagai mengakomodasi sistem mayoritas sederhana (simple majority) namun dapat membingungkan proses penghitungan suara di setiap tempat pemungutan suara (TPS) sehingga perhitungan suara di tempat pemungutan suara mungkin harus dilakukan secara terpusat.

27

(40)

c. Two Round System atau Run-off System

Cara kerja sistem two round ini pemilihan dilakukan dengan dua putaran (run off) dengan catatan jika tidak ada calon yang memperoleh mayoritas absolut (lebih dari 50 persen) dari keseluruhan suara dalam pemilihan putaran pertama. Dua pasangan calon Kepala Daerah dengan perolehan suara terbanyak harus melalui putaran kedua beberapa waktu setelah pemilihan putaran pertama. Lazimnya, jumlah suara minimum yang harus diperoleh para calon pada pemilihan putaran pertama agar dapat ikut dalam pemilihan putaran kedua bervariasi, dari 20 persen sampai 30 persen. Sistem ini paling populer di negara-negara demokrasi presidensial.

d. Sistem Electoral College

(41)

e. Sistem (Pemilihan Presiden) Nigeria

Seorang calon Kepala Daerah dinyatakan sebagai pemenang pilkada apabila calon bersangkutan dapat meraih suara mayoritas sederhana (suara terbanyak di antara calon-calon yang ada) dan minimum 25 persen dari sedikitnya ²/³ (dua pertiga) dari daerah pemilihan. Sistem ini diterapkan untuk menjamin bahwa Kepala Daerah terpilih memperoleh dukungan dari mayoritas penduduk yang terbesar di berbagai daerah pemilihan.

I.6. METODOLOGI PENELITIAN

I.6.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih didasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehe). Metode kualitatif pada penelitian ini berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi antara kandidat yang melakukan kampanye politik dengan perilaku pemilih pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2010-2015 di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.28

1. Populasi

I.6.2. POPULASI DAN SAMPLING

Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Kelurahan/ Nagori Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun yang menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010, yaitu: 2.750 jiwa jumlah pemilih (yang terdiri dari 1.408 pemilih laki-laki dan 1.342 pemilih perempuan) yang tersebar di 10

28

(42)

TPS (Tempat Pemungutan Suara). Adapun jumlah suara yang sah adalah 2.719 dan jumlah suara yang tidak sah adalah 31.29

2. Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan Taro Yamane:

Keterangan:

Jumlah Sampel.

N = Jumlah Populasi.

d² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %.

96,49 (96 responden)

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah teknik probability

sample, artinya penarikan sampel atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki

29

(43)

kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian, dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu dengan unit yang lainnya.30

1. Studi Pustaka (Library Research).

Cara pengambilan sampel dibagi per TPS (Tempat Pemungutan Suara) dengan jumlah yang sama rata mengingat jumlah pemilih pada setiap TPS hampir sama, jadi setiap TPS diambil sampel sebanyak 96: 10 TPS = 9,6 (10 orang).

I.6.2. LOKASI PENELITIAN

Yang menjadi lokasi penelitian adalah Kelurahan/ Nagori Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena peneliti berasal dari Kabupaten Simalungun, di samping itu pemilihan lokasi penelitian dikhususkan di Kelurahan/ Nagori Pematang Raya karena daerah tersebut merupakan daerah tempat kemenangan mutlak kandidat calon bupati DR. J.R. Saragih, SH, MM. – Hj. Nuriaty Damanik, SH. sehingga diharapkan peneliti akan lebih mudah mendapatkan data mengenai faktor yang melatarbelakangi keberhasilan kandidat calon bupati dan calon wakil bupati, DR. J.R. Saragih, SH, MM. dan Hj. Nuriaty Damanik, SH. dalam memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun di daerah tersebut.

I.6.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Data-data dalam penelitian merupakan data-data tertulis yang berasal dari buku-buku, dokumen-dokumen, undang-undang, media internet maupun skripsi yang memiliki kesamaan dengan masalah penelitian ini yakni mengenai kampanye dan perilaku pemilih. Data-data pustaka tersebut berguna khususnya sebagai referensi yang melengkapi latar belakang masalah dan kerangka teori dalam penelitian ini.

30

(44)

2. Studi Lapangan (Field Research).

Dengan cara interaksi langsung dengan narasumber dan menyebarkan angket. Data yang diperoleh langsung dari lapangan ini nantinya merupakan data utama yang menunjang keberhasilan penelitian ini, karena objek utama dari penelitian ini adalah dari responden (narasumber) khususnya yang memberikan suara dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Simalungun Tahun 2010 dan juga key informan yaitu tim pemenangan kandidat calon bupati.

I.6.4. TEKNIK ANALISIS DATA

(45)

I.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terinci, serta untuk mempermudah isi dari skripsi ini, maka skripsi ini terdiri ke dalam 4 (empat) bab. Susunan sistematika penulisan skripsi ii adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI KELURAHAN PEMATANG RAYA DAN STRUKTUR

TIM PEMENANGAN JR - NUR

Dalam bab ini menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu gambaran umum wilayah Kelurahan/ Nagori Pematang Raya yang dilihat dari geografis dan luas wilayah, komposisi penduduk, perekonomian masyarakat, sarana dan prasarana serta struktur tim pemenangan DR. J.R Saragih, SH, MM. – Hj. Huriaty Damanik, SH.

BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

(46)

BAB IV : PENUTUP

(47)

BAB. II.

DESKRIPSI KELURAHAN PEMATANG RAYA DAN TIM

PEMENANGAN JR - NUR

II.1. DESKRIPSI KELURAHAN PEMATANG RAYA

II.1.1. KEADAAN GEOGRAFIS

Kelurahan/ Nagori Pematang Raya memiliki luas wilayah 230.000 km². Kelurahan Pematang Raya merupakan satu-satunya Kelurahan di Kecamatan Raya. Di Kecamatan Raya terdapat 17 (tujuh belas) desa, yaitu:

1. Merek Raya

Kelurahan/ Nagori Pematang Raya berbatasan dengan rincian sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Silaubuttu, Kecamatan Raya.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Sigodang, Kecamatan Pane.

Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sondi Raya, Kecamatan Raya.

(48)

Kelurahan Pematang Raya, Kecamtan Raya, Kabupaten Simalungun terdiri dari 5 lingkungan, yaitu:

Lingkungan 1 : Naga Tongah,

Lingkungan 2 : Jalan Wismar,

Lingkungan 3 : Pematang Raya,

Lingkungan 4 : Baringin Raya,

Lingkungan 5 : Sinondang.

II.1.2. DEMOGRAFI PENDUDUK

TABEL 1

No. Jenis Kelamin

Lingkungan

Jumlah Persentase

1 2 3 4 5

1 Laki-Laki 475 987 982 430 426 3.300 48,83 % 2 Perempuan 523 1.020 1.013 458 443 3.457 51,16 %

Jumlah 998 2.007 1.995 888 869 6.757 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Raya Tahun 2010

(49)

TABEL 2

Klasifikasi Penduduk Kelurahan Pematang Raya Berdasarkan Usia

No. Umur

Lingkungan

Jumlah Persentase

1 2 3 4 5

1. 0-6 Tahun 101 342 341 73 99 956 14,14 % 2. 7-10 Tahun 127 317 322 78 115 959 14,19 % 3. 11-16 Tahun 119 321 297 103 102 942 13,94 % 4. 17-55 Tahun 538 722 721 510 420 2.911 43,08 % 5. 55 Keatas 113 305 314 124 133 989 14,63 %

Jumlah 998 2.007 1.995 888 869 6.757 100%

Sumber: Profil Kelurahan/ Nagori Pematang Raya

Dari Tabel 2 di atas dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kelurahan/ Nagori Pematang Raya mayoritas berusia 17-55 Tahun (termasuk usia produktif dan memiliki hak pilih dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Simalungun Tahun 2010).

(50)

TABEL 3

Klasifikasi Penduduk Kelurahan Pematang Raya Berdasarkan Agama

No. Agama

Lingkungan

Jumlah Persentase

1 2 3 4 5

1. Islam 47 193 203 33 49 525 7,76 % 2. Katolik 24 402 323 58 83 890 13,17 % 3. Protestan 927 1.412 1.469 797 737 5.342 79,05 % 4. Buddha - - - -

Jumlah 998 2.007 1.995 888 869 6.757 100%

Sumber: Profil Kelurahan/ Nagori Pematang Raya

Dari Tabel 3 dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kelurahan/ Nagori Pematang Raya mayoritas beragama Kristen Protestan, yaitu hampir separuh penduduk Kelurahan/ Nagori Pematang Raya (79,05 %) menganut agama Kristen Protestan. Apabila penduduk Kelurahan Pematang Raya lebih ke arah pemilih yang bersifat tradisional, yaitu lebih mengutamakan kedekatan sosial budaya, asal-usul dan agama, maka calon bupati atau calon wakil bupati yang menganut agama Kristen Protestan akan lebih memiliki peluang dalam memperoleh suara terbanyak di kelurahan ini.

(51)

Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan hasil Sensus Penduduk Republik Indonesia yang dilaksanakan pada Tahun 2010. Namun demikian, peneliti menyadari keterbatasan pengetahuan dan juga kemampuan pada para pegawai Kantor Lurah Pematang Raya untuk melakukan pencatatan ulang data-data hasil Sensus Penduduk yang pernah dilaksanakan di Kelurahan Pematang Raya.

TABEL 4

Klasifikasi Penduduk Kelurahan Pematang Raya Berdasarkan Pendidikan

No.

Sumber: Profil Kelurahan/ Nagori Pematang Raya

Dari Tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan/ Nagori Pematang Raya tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu 4.648 penduduk (jumlah seluruh penduduk yang tidak sekolah, tamatan SD, dan yang hanya tamatan SMP/ sederajat). Sementara jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya tinggi hanya 2.109 (jumlah seluruh penduduk yang berpendidikan SMA/ sederajat, Akademi, dan Perguruan Tinggi).

(52)

agama, keluarga, dan pertemanan yang dialami oleh pemilih secara historis. Pendekatan Sosiologis tersebut akan berhasil apabila penduduk di Kelurahan Pematang Raya tersebut juga merupakan jenis pemilih tradisional yang sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, faham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih suatu partai politik. Tingkat pendidikan pemilih sering sekali dikaitkan dengan perilaku pemilih, yaitu dengan adanya anggapan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pemilih maka semakin tinggi pula tingkat rasionalitasnya dalam memilih seorang kandidat.

TABEL 5

Klasifikasi Penduduk Kelurahan Pematang Raya Berdasarkan Kemampuan Membaca

dan Menulis

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Raya

(53)

informasi mengenai program kerja calon bupati dan calon bupati melalui media cetak atau bahan kampanye tersebut akan mempermudah mereka dalam memilih bupati dan wakil bupati yang dianggap mampu memperjuangkan hak penduduk dan juga mensejahterakan kehidupan penduduk.

TABEL 6

Sarana Pendidikan di Kelurahan Pematang Raya

No. Sarana Pendidikan Jumlah Persentase

1. SD (Sekolah Dasar) 10 (10 SD Negeri) 58,82 % 2. SMP (Sekolah Menengah Pertama) 3 (2 SMP Negeri, 1 SMP Swasta) 17,64 % 3. SMEA (Sekolah Menengah Atas) 1 (Swasta) 5,88 % 4. STM (Sekolah Teknik Menengah) 3 (1 STM Negeri, 2 STM Swasta) 17,64 %

Jumlah 17 100%

Sumber: Profil Kelurahan/ Nagori Pematang Raya

Dari Tabel 7 dapat kita simpulkan bahwa sarana pendidikan yang ada di Kelurahan/ Nagori Pematang Raya khususnya untuk tingkat SMP sampai SMA/ sederajat adalah kurang memadai, yaitu hanya 7 sekolah dan dinilai kurang memadai menampung jumlah penduduk Kelurahan Pematang Raya yang masih berusia sekolah. Oleh sebab itu, kebanyakan penduduk Kelurahan Pematang Raya sering kali melanjutkan sekolah mereka untuk tingkat SMP sampai SMA/ sedejarat di luar wilayah tempat tinggal mereka. Mereka lebih memilih melanjutkan pendidikan mereka ke kota-kota seperti Kotamadya Pematang Siantar maupun Kota Besar separti Medan.

(54)

dan prasarana di Kelurahan tersebut untuk menarik perhatian dan memperoleh dukungan penduduk di Kelurahan tersebut pada saat Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2010.

TABEL 7

Sarana Kesehatan di Kelurahan Pematang Raya

No. Sarana Kesehatan Jumlah Pesentase

1. Rumah Sakit Umum 1 (RSU Swasta GKPS) 5,26 % 2. Puskesmas Pembantu 1 5,26 % 3. Poliklinik/ Balai Pengobatan 6 31,57 %

4. Apotek 3 15,78 %

5. Posyandu 7 36,84 %

6. Tempat Praktek Dokter 1 5,26 %

Jumlah 19 100%

Sumber: Profil Kelurahan/ Nagori Pematang Raya

(55)

Sakit Umum Swasta GKPS yang merupakan satu-satunya rumah sakit di kelurahan tersebut juga dinilai kurang memadai sehingga masyarakat terpaksa pergi ke daerah lain untuk berobat.

Para calon bupati dan calon bupati yang mengetahui kondisi sarana dan prasarana di Kelurahan Pematang Raya tentunya dapat menggunakan ini untuk menarik perhatian dan mendapatkan dukungan dari penduduk dengan melakukan Pendekatan Domain Kognitif berdasarkan isu dan kebijakan yang akan disampaikan kepada penduduk, yaitu dengan menawarkan program kerja yang meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di kelurahan tersebut agar mereka dapat memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun di Kelurahan Pematang Raya tersebut.

TABEL 8

Jumlah Pemilih Tetap Untuk TPS di Kelurahan Pematang Raya Pada Pemilihan

Umum Bupati dan Wakil Bupati Simalungun Tahun 2010

No.

TPS (Tempat Pemungutan

Suara) Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase

1. I 236 213 449 12,43 %

Sumber: Ketua KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara), Kelurahan

(56)

Berdasarkan data pada Tabel 8 maka dapat kita lihat bahwa pemilih tetap pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Simalungun di Kelurahan Pematang Raya lebih banyak didominasi oleh pemilih tetap yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 51,27 %, sedangkan pemilih tetap yang berjenis kelamin perempuan sebesar 48,72 %.

(57)

TABEL 9

Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya di Kelurahan Pematang Raya Saat

Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Simalungun Tahun 2010

No.

TPS (Tempat Pemungutan

Suara) Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase

1. I 180 162 342 12,43 5

Sumber: Ketua KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara), Kelurahan

Pematang Raya, Sabar Damanik

Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa pemilih tetap yang menggunakan hal pilihnya pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Simalungun di Kelurahan Pematang Raya juga lebih banyak didominasi oleh pemilih tetap yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 51,2 %, sedangkan pemilih tetap yang berjenis kelamin perempuan sebesar 48,8 %. Hal ini dinilai wajar karena pemilih tetap di Kelurahan Pematang Raya memang didominasi oleh pemilih tetap yang berjenis kelamin laki-laki.

(58)

Berikut ini rincian keberadaan kesepuluh TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang ada di Kelurahan/ Nagori Pematang Raya:

TPS I : Kampung Jawa ( SD II Pematang Raya).

TPS II : Los Pematang Raya.

TPS III : Jalan Rajamin Pematang Raya.

TPS IV : SMP GKPS Pematang Raya.

TPS V : SMEA GKPS Pematang Raya.

TPS VI : SD I Pematang Raya.

TPS VII : Dologkasian.

TPS VIII : Baringin Raya.

TPS IX : Sinondang.

(59)

II.2. TIM PEMENANGAN JR – NUR

II.2.1. STRUKTUR TIM PEMENANGAN DR. J.R. SARAGIH, SH, MM. – HJ.

NURIATY DAMANIK, SH.31

1. Prof. DR. Bungaran Saragih

GERAKAN PEREKONOMIAN DESA MANTAP

Badan Penasehat:

2. Prof. DR. Bintan Saragih 3. Letjen (Purn) Cornel Simbolon 4. Letjen (Purn) Rumulo Simbolon 5. Mayjen (Purn) Mangasa Saragih 6. Mayjen (Purn) Sulaiman AB

7. Brigjen (Purn) Raja Mantan Purba Sidagambir 8. H. Robinson Saragih, SH, MH.

9. DR. H. Syech Salman Daim 10.DR. H. Anton Saragih, SE, MM. 11.H. Syahmidun Saragih, S. Sos. 12.Drs. Sariaman Saragih

13.DR. Polentino Girsang 14.DR. Sarmedi Purba 15.St. Drs. Japiten Sumbayak 16.H. Ngatijan Toha

17.Drs. H. Leo Djamariah Damanik 18.Drs. H. Zulkarnaen Daulay

31

Gambar

TABEL 1
TABEL 2 Klasifikasi Penduduk Kelurahan Pematang Raya Berdasarkan Usia
TABEL 3 Klasifikasi Penduduk Kelurahan Pematang Raya Berdasarkan Agama
TABEL 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi lnformasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2015 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas

Damar Wulan adalah perusahaan besar yang mengekspor barang kantor ke luar negeri dengan berkembang pesat dan membutuhkan banyak pasokan peralatan kantor dengan harga

berdasarkan rata-rata N- Gain, peningkatan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa adalah 0,17 dan 0,27 yang dikelompokkan dalam kategori rendah.. Dari

Dari hasil pengujian foto struktur mikro permukaan diatas maka dapat diketahui bahwa kuat arus dan waktu pencelupan pada proses anodizing sangat berpengaruh pada pori-pori

Mungkin bagi masyarakat perkotaan sekarang ini telah semarak olah raga jet sky, dengan begitu rental jet sky brewok melihat peluang yang ada dengan pertimbangan makin marak jet sky

fasilitasi dengan baik dan lancar/- Jumlah total kegiatan yang di fasilitasi3. kegiatan bidang

Karena kenikmatan akhirat tidaklah menyempitkan orang yang memburunya, ia adalah kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak