EFEK
ZINK
DALAM
MENGURANGI
KEPARAHAN
DIARE
AKUT
BAKTERI
DAN
NONBAKTERI
PADA
ANAK
TESIS
HAFAZ ZAKKY ABDILLAH 087103008/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEK
ZINK
DALAM
MENGURANGI
KEPARAHAN
DIARE
AKUT
BAKTERI
DAN
NONBAKTERI
PADA
ANAK
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M. Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
HAFAZ ZAKKY ABDILLAH 087103008/IKA
PROGRAM MAGISTER KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Efek Zink Dalam Mengurangi Keparahan Diare Akut Bakteri dan Nonbakteri pada Anak
Nama Mahasiswa : Hafaz Zakky Abdillah Nomor Induk Mahasiswa : 087103008
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr. Supriatmo, SpA(K) Ketua
Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) Anggota
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)
Telah diuji pada
Tanggal: 21 Januari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : dr. Supriatmo, SpA (K) ... Anggota : dr. Hj. Melda Deliana, SpA (K) ... Prof. dr.H. M.,Sjabaroeddin Loebis, SpA (K) ... Prof. DR. dr. Harun Alrasyid. D, SpPD, SpGK ... dr. Lily Irsa, SpA (K) ...
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya sehingga memberikan kesempatan kepada penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir
pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak
di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama dr. Supriatmo, SpA (K) dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA
(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang
sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak FK USU, dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai
Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam
3. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan FK USU yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter
Spesialis Anak di FK USU.
4. dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA (K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli
2007 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan
penyelesaian tesis ini.
5. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA (K), Prof. dr. H.M. Sjabaroeddin loebis SpA
(K), Prof.dr. Gontar Alamsyah, SpPD KGEH, Prof. DR. dr. Harun Alrasyid. D.
SpPD. SpGK, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr Muhammad Ali, SpA (K), dan dr Selvi
Nafianti, SpA yang telah memberi masukan dan membimbing saya dalam
penyelesaian tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP
H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
7. Kepala PUSKESMAS dan Kepala Desa Secanggang, Hinai Kiri, dan Tanjung
Ibus yang telah memberikan izin serta atas keramah tamahannya selama
pelaksanaan penelitian.
8. Teman-teman PPDS periode Juli 2008 yang tidak mungkin dapat saya
lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun
penyelesaian tesis ini, khususnya Marlisye Marpaung, Ade Amelia, Ade
Rahmalia, terima kasih untuk kebersamaan kita dalam melaksanakan
penelitian dan pendidikan selama ini.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis
ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya dr.H.M. Ilyas
Achdy, SpTHT dan Ibunda dr.Hj. Maria Ulfah Lubis, SpA atas jerih payah, usaha,
do’a dan motivasi yang sangat besar dalam mendidik saya, jasa-jasa nya tidak
dapat saya gantikan dengan apapun. Semoga ilmu yang saya dapatkan akan
menjadi amal jariyah bagi Ayah dan Ibu dan bermanfaat bagi orang lain. Kepada
saudara-saudara saya yang tidak bosan-bosanya memberikan dukungan moril,
abang saya dr. Zakhri Ilma Fadly, kakak saya drg. Ulfi Fatwa Khasni, dan dr.
Syamsidah Lubis, M.Ked (Ped), SpA.
Kepada adek tersayang drg.Lanna Sari Lubis yang telah mendo’a kan dan
memberikan dukungan moril sehingga saya dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dalam mengikuti pendidikan ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, 21 januari 2011
DAFTAR ISI
Lembaran Persetujuan Pembimbing iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi viii
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Singkatan xii
Daftar Lambang xiii
Abstrak xiv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 2
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya 4
2.2. Manfaat Zink pada Terapi Diare Akut 7
2.3. Manfaat Zink pada Terapi Diare Bakteri 11
2.4 Kerangka Konseptual 12
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain 13
3.2. Tempat dan Waktu 13
3.3. Populasi dan Sampel 13
3.4. Perkiraan Besar Sampel 13
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 14
3.5.1. Kriteria Inklusi 14
3.5.2. Kriteria Eksklusi 14
3.6. Persetujuan / Informed Consent 15
3.7. Etika Penelitian 15
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 15
3.9. Identifikasi Variabel 18
3.10. Definisi Operasional 18
3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 19
BAB 4. HASIL 20
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 29
6.2. Saran 29
Ringkasan 30
Daftar Pustaka 36
Lampiran
1. Personil Penelitian 43
2. Biaya penelitian 43
3. Jadwal Penelitian 44
4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua 45
5. Kuesioner 47
6. Lembar Pemantauan Diare 49
7. Persetujuan Komite Etik 51
8. Prosedur pembuatan sediaan tinja mikroskopis 52
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian 12
2. Gambar 3.1 Alur penelitian 17
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi pada diare 5 2. Tabel 4.1 Karakteristik sampel penelitian 22 3. Tabel 4.2 Frekuensi diare/hari setelah terapi 23 4. Tabel 4.3 Frekuensi, lama diare, dan masa rawatan 24
DAFTAR SINGKATAN
1. SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
2. DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. BALITA : Bayi usia dibawah lima tahun
4. SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional
5. LPB : Lapangan pandang besar
6. WHO : World Health Organization
7. ASI : Air susu Ibu
8. DKK : Dan kawan-kawan
9. DNA : Deoxyribonucleic Acid
10. TNF α : Tumor Necrosis Factor α
11. c AMP : c Adenosine Monophosphate
12. Ig G : Immunoglobulin G
13. Ig A : Immunoglobulin A
14. PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
15. BAB : Buang air besar
DAFTAR LAMBANG
1. Kg : Kilogram
2. Km : Kilometer
3. Km2 : Kilometer Kuadrat
4. n1 : Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I
5. n2 : Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II
6. α : Kesalahan tipe I
7. β : Kesalahan tipe II
8. S : Simpang baku frekuensi BAB dari kedua kelompok :
9. X1 – X2 : Perbedaan frekuensi BAB yang diinginkan
10. SD : Standard Deviasi
Latar Belakang Insiden diare di Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir, namun angka kematian pada Balita masih tinggi, diperlukan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi tentang penanganan diare akut telah banyak dilakukan, terutama zink . Namun belum diketahui apakah zink lebih baik dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan dengan diare nonbakteri.
ABSTRAK
Tujuan Menilai efek terapi zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri.
Metode Suatu penelitian Cross-Sectional, dilakukan pada anak usia 2 bulan sampai 14 tahun di PUSKESMAS Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Agustus 2009 sampai November 2009. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian, dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk memisahkan kelompok diare bakteri dengan diare nonbakteri. Kedua kelompok mendapatkan zink sulfat 10mg/hari untuk usia < 6 bulan, dan 20mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan selama 10 hari. Keparahan diare ditentukan berdasarkan frekuensi diare dan lamanya diare setelah pemberian terapi. Untuk membandingkan perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji-t independen.
Hasil Enam puluh dua anak yang memenuhi kriteria inklusi berpartisipasi pada studi ini, dimana 31 anak menderita diare bakteri, dan sisanya menderita diare nonbakteri. Didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok diare nonbakteri dan bakteri. Frekuensi diare setelah terapi (2.61 vs 2.70, p=0.27), dan lama diare (63.39 vs 66.68, p=0.06).
Kesimpulan Pemberian zink tidak lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.
ABSTRACT
Background. The incidence of diarrhea in Indonesia has declined in the last five years, but mortality remains high in children under five years, required an appropriate and comprehensive treatment. Studies on the treatment of acute diarrhea have been increasing, especially zinc. But not yet known whether the zinc is better in reducing the severity of acute bacterial diarrhea compared with nonbacterial diarrhea.
Objective. The effect of zinc therapy purpose in reducing the severity of acute bacterial diarrhea and nonbacterial.
Methods. A cross-sectional study, conducted in children aged 2 months to 14 years in Public Health Secanggang Langkat district, North Sumatra, in August 2009 until November 2009. Patients who met the inclusion criteria are included in the study, carried out by microscopic stool examination to separate groups of bacterial diarrhea with nonbacterial. Both groups get zinc sulphate 10mg/day for age <6 months, and 20mg/day for ≥ 6 months of age for 10 days. Severity of diarrhea is determined by frequency of diarrhea and duration of diarrhea after administration of therapy. To compare the difference between the two groups used the independent t-test.
Results. Sixty-two children who met the inclusion criteria participated in this study, where 31 children suffering from bacterial diarrhea and the rest suffered from nonbacterial. There were no significant differences between groups bacterial and nonbacterial diarrhea. Frequency of diarrhea after therapy (2.61 vs. 2.70, p = 0,27), and duration of diarrhea (63.39vs.66.68,p=0,06).
Conclusion. The zinc is not more effective in reducing the
severity of acute bacterial diarrhea compared nonbacterial.
Latar Belakang Insiden diare di Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir, namun angka kematian pada Balita masih tinggi, diperlukan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi tentang penanganan diare akut telah banyak dilakukan, terutama zink . Namun belum diketahui apakah zink lebih baik dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan dengan diare nonbakteri.
ABSTRAK
Tujuan Menilai efek terapi zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri.
Metode Suatu penelitian Cross-Sectional, dilakukan pada anak usia 2 bulan sampai 14 tahun di PUSKESMAS Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Agustus 2009 sampai November 2009. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian, dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk memisahkan kelompok diare bakteri dengan diare nonbakteri. Kedua kelompok mendapatkan zink sulfat 10mg/hari untuk usia < 6 bulan, dan 20mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan selama 10 hari. Keparahan diare ditentukan berdasarkan frekuensi diare dan lamanya diare setelah pemberian terapi. Untuk membandingkan perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji-t independen.
Hasil Enam puluh dua anak yang memenuhi kriteria inklusi berpartisipasi pada studi ini, dimana 31 anak menderita diare bakteri, dan sisanya menderita diare nonbakteri. Didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok diare nonbakteri dan bakteri. Frekuensi diare setelah terapi (2.61 vs 2.70, p=0.27), dan lama diare (63.39 vs 66.68, p=0.06).
Kesimpulan Pemberian zink tidak lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.
ABSTRACT
Background. The incidence of diarrhea in Indonesia has declined in the last five years, but mortality remains high in children under five years, required an appropriate and comprehensive treatment. Studies on the treatment of acute diarrhea have been increasing, especially zinc. But not yet known whether the zinc is better in reducing the severity of acute bacterial diarrhea compared with nonbacterial diarrhea.
Objective. The effect of zinc therapy purpose in reducing the severity of acute bacterial diarrhea and nonbacterial.
Methods. A cross-sectional study, conducted in children aged 2 months to 14 years in Public Health Secanggang Langkat district, North Sumatra, in August 2009 until November 2009. Patients who met the inclusion criteria are included in the study, carried out by microscopic stool examination to separate groups of bacterial diarrhea with nonbacterial. Both groups get zinc sulphate 10mg/day for age <6 months, and 20mg/day for ≥ 6 months of age for 10 days. Severity of diarrhea is determined by frequency of diarrhea and duration of diarrhea after administration of therapy. To compare the difference between the two groups used the independent t-test.
Results. Sixty-two children who met the inclusion criteria participated in this study, where 31 children suffering from bacterial diarrhea and the rest suffered from nonbacterial. There were no significant differences between groups bacterial and nonbacterial diarrhea. Frequency of diarrhea after therapy (2.61 vs. 2.70, p = 0,27), and duration of diarrhea (63.39vs.66.68,p=0,06).
Conclusion. The zinc is not more effective in reducing the
severity of acute bacterial diarrhea compared nonbacterial.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu manifestasi gangguan fungsi saluran cerna.
Umumnya episode diare adalah akut, pada keadaan tertentu dapat
berlangsung sampai berminggu – minggu atau disebut juga dengan diare
persisten.1 Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab kematian utama
pada bayi dan anak. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
2001 yang diselenggarakan Depkes RI diare menempati urutan ketiga (10%)
dari 10 penyebab kematian Balita setelah gangguan perinatal (26%) dan
penyakit saluran nafas (16%).2
Studi pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia yang merupakan
analisa sekunder dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2001
pada kelompok Balita didapatkan keluhan terbanyak adalah panas, batuk
dan pilek, serta diare dimana Balita merupakan kelompok ketiga terbanyak
menderita keluhan (35,1%) setelah kelompok usia lanjut (>65 tahun) yaitu
sebesar 52,8% dan kelompok 56-65 tahun (40,2%).3
Walaupun persentase diare sebagai penyebab kematian pada anak di
Indonesia cenderung menurun 5 tahun terakhir tetapi angka kematian masih
tetap tinggi,2 maka diperlukan penanganan yang komprehensif dan rasional.
Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh
Telah banyak studi mengenai penanganan diare akut beberapa
dekade terakhir khususnya pemakaian zink. Suatu meta-analisis
mengemukakan suplementasi zink secara bermakna menurunkan frekuensi,
berat serta morbiditas diare akut.4 Studi awal zink, memberikan diet yang
diberi tambahan zink dalam terapi diare akut pada anak di bawah usia 1
tahun, didapatkan penurunan berat dan lamanya diare.5 Akan tetapi belum
diketahui apakah pemberian zink lebih efektif dalam mengurangi keparahan
diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.
1.2. Perumusan Masalah
Apakah pemberian zink lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut
bakteri dibandingkan nonbakteri?
1.3. Hipotesis
Pemberian zink lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri
dibandingkan nonbakteri.
1.4. Tujuan Penelitian
Menilai efek terapi zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan
1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di
bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam tatalaksana diare
akut bakteri dan nonbakteri.
2. Di bidang pelayanan masyarakat : Dengan terapi yang lebih efektif maka
angka kesakitan dan kematian yang disebabkan diare akut pada anak
dapat berkurang.
3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan masukan terhadap
bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam tatalaksana diare
akut bakteri dan nonbakteri.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥
3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau
tanpa darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah.6 Diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih
dari 14 hari disebut diare persisten. 7
Diare akut di negara berkembang umumnya merupakan diare infeksius
yang disebabkan virus, bakteri dan parasit. Pada diare infeksius terjadi
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi serta
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Selain itu
terjadi invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorpsi. Bila penderita tidak mendapatkan penanganan adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.5
World Health Organization (WHO) dalam revisi ke-4 tahun 2005
mengenai tatalaksana diare akut pada anak menyebutkan tujuan pengobatan
diare akut pada anak adalah: 8,9
2. Pengobatan dehidrasi : bila dijumpai tanda-tanda dehidrasi (Tabel 2.1).
3. Mencegah timbulnya kurang kalori protein:dengan cara memberikan
makanan selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti.
4. Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan
diare pada hari-hari mendatang: dengan memberikan zink dengan
dosis 10 sampai 20 mg selama 10 sampai 14 hari.
Tabel.2.1 Penentuan derajat dehidrasi pada diare. 8
KLASIFIKASI DEHIDRASI* GEJALA/ TANDA
TANPA DEHIDRASI RINGAN-SEDANG BERAT
Keadaan
umum
Baik, Sadar Gelisah Letargi/Tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Rasa haus Minum biasa,
tidak haus
Sangat haus Tidak bisa minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
(≥ 2 detik) ∗ Pembacaan tabel dari kanan ke kiri
∗ Kesimpulan derajat dehidrasi ditentukan bila dijumpai ≥ 2 gejala/tanda pada kolom yang sama.
WHO menganjurkan pemberian oralit untuk mengganti cairan yang
hilang melalui diare, pemberian oralit berguna untuk mencegah terjadinya
dehidrasi dan mengobati dehidrasi (treatment) pada diare akut. Bila
penderita harus dirawat di rumah sakit. 7 Pemberian cairan dilakukan
berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi. Pada penderita diare dehidrasi
ringan-sedang diberikan cairan rehidrasi 75 cc/Kg berat badan selama 4 jam,
sedangkan pada dehidrasi berat diberikan 100 cc/Kg berat badan dalam
waktu 3 sampai 6 jam. 8
Antibiotik diberikan hanya pada kolera, disentri basiler, amubiasis dan
giardiasis atau adanya penyakit penyerta (sepsis, pneumonia, dan lain-lain).
Pemberian antidiare dan antimuntah tidak dianjurkan karena tidak terbukti
menguntungkan bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan usus atau
membuat bayi tertidur lama bahkan menimbulkan kematian pada bayi.8,9
Setelah rehidrasi selesai, makanan segera diberikan walaupun diare
masih terus berlangsung, pemberian makanan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kurang kalori protein karena anak yang menderita diare akan
kehilangan berat badan sebanyak 1% setiap harinya, mempercepat
rehabilitasi mukosa usus yang rusak dan mengurangi pemecahan lemak dan
protein tubuh sehingga mengurangi pembentukan asam-asam organik dan
mencegah terjadinya asidosis metabolik. 9 Selain itu, ASI (Air Susu Ibu) pada
anak yang menderita diare harus tetap diberikan.9-11
Keberadaan oralit sebagai terapi pencegahan dehidrasi telah
menurunkan angka kematian yang disebabkan diare akut, dari 5 juta anak /
mengurangi keparahan diare (konsistensi tinja, frekuensi dan lamanya
diare).12
2.2. Manfaat Zink pada Terapi Diare Akut
Zink termasuk dalam trace element, yaitu elemen – elemen yang terdapat
dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan, sumber
zink terbaik pada makanan adalah protein hewani terutama daging, hati,
kerang dan telur.13
Manfaat pemberian zink pada diare telah dibuktikan banyak studi di
berbagai negara terutama di negara berkembang, umumnya studi tersebut
merupakan studi acak tersamar ganda. WHO telah merekomendasikan
pemberian zink untuk terapi diare akut,10 mg untuk anak < 6 bulan dan 20
mg untuk anak ≥ 6 bulan selama 10 sampai 14 hari.8 Sazawal dkk
mendapatkan penurunan keparahan dan lama diare pada anak 6 sampai 35
bulan setelah pemberian zink glukonas. Risiko untuk berlanjutnya diare
berkurang, episode diare berlangsung kurang dari 7 hari setelah pemberian
zink hari ketiga onset diare dan berkurangnya frekuensi buang air besar
berair perhari.14 Di Nepal, Strand dkk juga mendapatkan berkurangnya lama
diare pada anak 6 sampai 35 bulan penderita diare akut yang diberikan
suplemen zink.15
Bhatnagar dkk memberikan zink sulfat dengan dosis 15 mg (usia < 12
hari dan oralit pada anak 3-36 bulan dengan diare akut nonkolera yang
mengalami dehidrasi. Didapatkan berkurangnya frekuensi buang air besar
berair, lama dan episode diare yang menetap lebih dari 7 hari pada anak
yang mendapatkan oralit disertai zink.16
Pemberian zink pada anak penderita kolera dilakukan oleh Roy dkk.
Pada anak usia 3 sampai 14 tahun dengan diare yang disebabkan kolera
selain diberikan antibiotik juga diberikan zink asetat 30 mg perhari dalam 2
dosis sampai diare mengalami perbaikan atau sampai 7 hari, didapatkan
berkurangnya lama diare dan frekuensi buang air besar berair pada anak
yang diberi zink dibandingkan yang diberi plasebo.17
Studi acak tersamar ganda pada anak 6 sampai 9 bulan yang diberi
suplementasi zink perhari selama 7 bulan di Guatemala mendapatkan
kurangnya kejadian diare akut dan kemungkinan untuk berlanjut menjadi
diare persisten pada anak yang mendapat suplementasi zink.18 Hal serupa
didapatkan Baqui dkk dan Bhandari dkk pada studi acak tersamar ganda
yang dilakukannya.19,20 Studi Sazawal dkk menyimpulkan suplementasi zink
glukonas perhari selama 6 bulan menurunkan keparahan diare akut pada
anak yang berusia lebih dari 11 bulan dan anak dengan kadar zink plasma
rendah.21
Efek suplementasi zink terhadap kejadian dan morbiditas diare akut
bulan, didapatkan rendahnya kejadian diare pada kelompok yang diberi
suplemen zink dibandingkan anak yang mendapatkan plasebo.22 Efek
suplementasi zink pada bayi dengan berat lahir rendah diungkapkan oleh
studi Sur dkk. Kejadian diare pada bayi yang mendapat 5 mg zink sulfat
sampai usia 1 tahun lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat
plasebo.23 Studi meta analisis yang dilakukan oleh Bhutta dkk dan Anggarwal
dkk menyimpulkan suplementasi zink mengurangi frekuensi dan keparahan
diare serta lamanya diare. 24,25
Mekanisme yang menjelaskan pengaruh zink terhadap diare
kemungkinan adalah sebagai berikut. Diare akut pada anak di negara
berkembang umumnya diare infeksius, zink mempunyai efek terhadap
enterosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada
diare. Zink secara utama bekerja pada jaringan dengan kecepatan turnover
yang tinggi seperti halnya pada saluran cerna dan sistem imun dimana zink
dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein. Pada binatang percobaan
ditemukan sel-sel leukosit terikut dalam sekresi usus halus selama diare
infeksius. Pemeriksaan mikroskop elektron usus penderita diare kolera
memperlihatkan degranulasi sel mast dan eosinofil mukosa, peningkatan
neutrofil serta adanya perubahan serabut syaraf enterik. Inflamasi dan
mediator inflamasi dapat terlibat dalam sekresi yang berkaitan dengan diare
infeksius. Zink juga bekerja pada tight junction level untuk mencegah
mencegah pelepasan histamin oleh sel mast dan respon kontraksi serta
sekretori terhadap histamin dan serotonin pada usus dan mencegah
peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai TNFα yang juga
merangsang kerusakan permeabilitas epitel usus.26
Zink menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi
membran dengan cara berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur
makromolekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan. Zink melindungi membran
dari efek agen infeksius dan dari peroksidasi lemak dengan meningkatkan
pembentukan immunoglobulin A sekretori.27 Pada usus tikus, defisiensi zink
menurunkan absorpsi air dan natrium dan dapat mempengaruhi aktifitas
disakaridase.28 Pada penelitian lain yang juga dilakukan pada tikus
mendapatkan bahwa zink menginhibisi cAMP yang meningkatkan sekresi
chlor dengan menghambat saluran membran basolateral kalium.29
2.3.. Manfaat Zink pada Terapi Diare Bakteri
Diare bakteri adalah inflamasi saluran cerna yang disebakan oleh bakteri.
Beberapa mikroorganisme yang menyebabkan diare bakteri, yaitu :
Campylobacter jejuni, Clostridium, E. Coli, Salmonella, Shigella,
Staphylococcus, Yersinia. Faktor risiko dari diare bakteri adalah makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri serta tinggal pada daerah
menegakkan diare bakteri, diantaranya dengan pemeriksaan kultur feses dan
dijumpai adanya leukosit pada feses yang bermakna secara mikroskopis.30
Crane JK dkk mengememukakan bahwa pemberian zink pada
penderita E.Coli akan mengurangi sekresi cairan dan mengurangi kerusakan
pada pada vili-vili usus secara histopatologi.31 Raqib dkk menjelaskan bahwa
pemberian zink pada penderita shigellosis pada usia 12 sampai 59 bulan
selama 14 hari ternyata dapat meningkatkan proliferasi limfosit, dan
2.4. Kerangka Konseptual
[image:29.612.113.533.196.620.2]Status pendidikan
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian
Gangguan transport air & elektrolit Diare akut -Lama diare -Frekuensi & ekonomi Defisiensi zink Pelepasan mediator inflamasi Gangguan stabilitas & integritas membran
usus halus
Gangguan imunitas Saluran cerna (Ig-A sekretori &
limfosit T) Infeksi mikroorganisme
(bakteri,virus¶sit) di saluran cerna
Asupan zink
Gangguan Keseimbangan mikroflora usus
:Hal yang diamati dalam penelitian Infeksi mikroorganisme
(bakteri,virus¶sit) di saluran cerna Komplikasi:
-Dehidrasi
-Asidosis Metabolik -Gangguan elektrolit
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini bersifat cross-sectional untuk melihat efek zink dalam
mengurahi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri pada anak.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan dan ruang rawat inap di
PUSKESMAS kecamatan Secanggang selama 4 bulan mulai Agustus 2009
sampai November 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak yang mengalami diare akut dengan memisahkan
etiologi, antara diare yang disebabkan oleh bakteri dengan nonbakteri.
Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia 2 bulan sampai 14
tahun selama bulan Agustus sampai November 2009. Sampel adalah
populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk
uji hipotesis terhadap 2 populasi independen, yaitu :33
n1 = n2 = 2 (Zα+Zβ) S 2
(X1 – X2)
n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I
n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II
α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%
Zα = nilai baku normal = 1,96
β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Zβ = 0,84
S = Simpang baku frekuensi BAB dari kedua kelompok : 9.9 34
X1 – X2= Perbedaan frekuensi BAB yang diinginkan : 7
Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk
masing-masing kelompok sebanyak 31 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Anak usia 2 bulan sampai 14 tahun
2. Anak yang menderita diare akut .
3. Mendapat terapi zink
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan penyakit penyerta yang berat seperti gizi buruk, ensefalitis,
meningitis, sepsis, bronkopneumonia dan lain – lain.
2.Diare persisten
3. Dijumpai darah yang nyata pada feses
3.6. Persetujuan / Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemberian zink pada penderita
diare akut dengan memisahkan etiologi, antara diare yang disebabkan oleh
bakteri dan nonbakteri.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
1. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner.
2. Penilaian derajat dehidrasi anak dengan diare akut berdasarkan derajat
dehidrasi WHO 2005 (terlampir).
3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat persetujuan orang
4. Dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis dengan pewarnaan
eosin 1-2% oleh peneliti untuk memisahkan antara kelompok diare bakteri
dengan kelompok diare nonbakteri
5. Pemberian terapi zink, yang diberikan oleh orang tua : zink sulfat dengan
dosis usia < 6 bulan 1x10 mg (1/2 tablet) dan usia ≥ 6 bulan 1x20 mg (1
tablet) selama 10 hari pada kedua kelompok.
6. Pemantauan lamanya diare dan frekuensi BAB (buang air besar) baik
selama rawat jalan atau dirawat di ruangan maupun setelah pasien
pulang ke rumah dengan cara home visit oleh peneliti.
Alur Penelitian
[image:34.612.128.544.155.595.2]
Gambar 3.1 Alur penelitian
Pemeriksaan Feses secara mikroskopis
Leukosit feses (+) : Diare bakteri Leukosit feses (-) :Diare non bakteri
Populasi terjangkau yang
Keparahan diare akut: 1. Lama diare
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Jenis diare Nominal dikotom
Variabel tergantung Skala
Lama Diare Numerik
Frekuensi BAB Numerik
3.10. Definisi Operasional
1. Diare akut adalah pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥ 3 x /hari
disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa
darah/ lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah yang berlangsung
kurang dari 14 hari.
2. Diare bakteri adalah diare yang dijumpai sel leukosit 10 – 20 / LPB
(dengan menggunakan pembesaran 200x) pada pemeriksaan feses
secara mikroskopis dengan pewarnaan eosin 1-2%.
3. Keparahan diare akut adalah beratnya diare akut yang dinilai dari lamanya
diare dan frekuensi BAB penderita.
4. Penyakit penyerta adalah semua penyakit berat yang ada saat diare akut
terjadi seperti gizi buruk, ensefalitis, meningitis, sepsis, bronkopneumonia
dan lain-lain.
konsistensi baik dengan frekuensi < 3 x per hari dalam empat delapan jam
terakhir.
6. Lama diare adalah waktu yang dihitung sejak mulai diare sampai
penyembuhan diare.
3.11. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan
program komputer (SPSS Versi 14.0, Microsoft Excell tahun 2003). Interval
kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan p < 0.05.
Untuk menilai hubungan antara diare bakteri dan diare nonbakteri
berskala nominal dengan lama diare dan frekuensi BAB yang berskala
BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Secanggang, kabupaten Langkat yang
berjarak ± 65 km dari kota Medan, dengan luas wilayah 223,27 Km2, memiliki
delapan desa pantai, yang terdiri dari 17.262 kepala keluarga. Mata
pecaharian sebagian penduduk adalah nelayan dan petani. Terdapat
beberapa tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan Secanggang, yaitu :
Rumah sakit 1 unit, PUSKESMAS 10 unit, dan POSYANDU 38 unit. Dimana
sampel diperoleh dari 3 PUSKESMAS yang ada di Kecamatan Secanggang,
yaitu PUSKESMAS Hinai Kiri, PUSKESMAS Secanggang, dan PUSKESMAS
Tanjung Ibus, baik yang dirawat inap maupun yang dirawat jalan. Dari ketiga
PUSKESMAS tersebut , didapati 67 anak yang menderita diare dengan
derajat dehidrasi yang berbeda, dimana 5 anak dieksklusikan dari penelitian
karena : 2 anak menderita gizi buruk, 1 anak menderita diare persisten, dan 2
anak tidak mendapat persetujuan dari orang tua. Dari 62 anak diare yang
diperiksa fesesnya didapatkan 31 anak menderita diare bakteri dan sisanya
menderita diare nonbakteri. 55 anak yang menderita diare dirawat di
PUSKESMAS rawat inap, dimana 30 orang di PUSKESMAS Tanjung Ibus
dan 25 orang di PUSKESMAS Hinai Kiri, sisanya merupakan pasien rawat
jalan. Pada kedua kelompok mendapatkan terapi zink selama 10 hari (
67 anak penderita diare yang dirawat PUSKESMAS (Dilakukan penanganan diare berdasarkan prosedur
Gambar 4.1. Profil penelitian
Rata-rata frekuensi diare sebelum terapi pada kelompok responden
yang mengalami diare non bakteri: 7.35 kali/hari dan 7.81 kali/hari pada
kelompok responden yang mengalami diare bakteri dengan lama diare
sebelum terapi: 53.10 jam (2.2 hari) pada kelompok diare non bakteri dan
44,39 jam (1,8 hari) pada kelompok diare bakteri. Dijumpai rata-rata usia
pada kelompok diare non bakteri dibawah usia 5 tahun ( tabel 4.1 ).
5 orang dieksklusikan: 2 menderita gizi buruk 1 menderita diare persiste 2 tidak disetujui orang tua ikut dalam penelitian
62 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat terapi zink
Diare non bakteri (n = 31) Diare bakteri ( n = 31 )
Mengikuti penelitian dan pemantauan dilakukan sampai hari ke-10 terapi Mengikuti penelitian dan pemantauan
dilakukan sampai hari ke-10 terapi
Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian Karakteristik Kelompok Non Bakteri n=31 Kelompok Bakteri n=31
Umur (bulan), rerata (SD) 47.8 (27.58) 82.4 (21.88)
Jenis kelamin, n (%)
Laki-laki 12 (38.70) 17 (54.80)
Perempuan 19 (61.30) 14 (45.20)
Status dehidrasi, n (%)
Tanpa dehidrasi 12 (38.70) 7 (22.60)
Dehidrasi ringan-sedang 19 (61.30) 24 (77.40)
Dehidrasi berat
Jumlah leukosit feses
0 (0)
1.7 (1.22)
0 (0)
13.4 (3.02)
Frekuensi diare sebelum terapi
(kali/hari), rerata (SD)
7.3 (1.02) 7.8 (0.98)
Lama diare sebelum terapi (jam),
rerata (SD)
53.1(13.86) 44.3 (16,10)
Selama pemberian terapi pada hari pertama sampai hari keenam tidak
terdapat perbedaan bermakna dalam hal frekuensi diare/hari pada kedua
kelompok. Pada hari ketujuh tidak ada seorang responden pun dalam kedua
kelompok mengalami diare, dengan kata lain seluruh responden telah
Tabel4.2. Frekuensi diare setelah pemberian zink (kali/hari) Hari pemberian terapi Kelompok Non Bakteri n=31 rerata (SD) Kelompok Bakteri n=31 rerata (SD) P Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII 8 (0.82) 6 (0.82) 2.9 (0.84) 1 (0.84) 0.4 (0.53) 0.1 (0.18) 0 (0.00) 8.(0,86) 6.1 (0.85) 3.1 (0.81) 1.2 (0.64) 0.5 (0.51) 0.1(0.30) 0 (0.00) 1.000 0.762 0.646 0.497 0.064 0.310
Pada penelitian ini didapatkan lama diare dan masa rawatan yang
tidak berbeda bermakna untuk kedua kelompok responden. Pada kelompok
responden yang mengalami diare non bakteri ditemukan lama diare selama
masa perawaratan lebih singkat dibandingkan pada responden yang
mengalami diare bakteri dengan nilai rerata masing-masing 63,39 jam dan
66.58 jam, dengan nilai p = 0,063, dan masa rawatan pada kelompok diare
non bakteri lebih singkat dibandingkan kelompok responden yang mengalami
[image:40.612.111.536.141.392.2]Tabel 4.3. Frekuensi, lama diare, dan masa rawatan setelah terapi pada
kedua kelompok
Kelompok Non
Bakteri n=31 rerata (SD)
KelompokBakteri n=31
rerata (SD)
P
Frekuensi diare
(kali/hari)
Lama diare (jam)
Masa rawatan (jam)
2.6 (0.32)
63.4 (10.31)
56.2 (14.52)
2.7 (0.30)
66.6 (10.66)
58.4 (16.09)
0.27
0.06
0.05
BAB 5. PEMBAHASAN
Studi pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia 2001 mendapatkan Balita
merupakan kelompok umur ketiga terbanyak menderita keluhan (35,1%)
dengan keluhan terbanyak panas, batuk-pilek dan diare.29 Sehingga
dibutuhkan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif, diantaranya
adalah penanganan diare akut yang lebih baik pada Balita. 4-7 Studi ini
mencoba untuk mendapatkan penanganan diare akut yang lebih baik dengan
melihat efek zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan
nonbakteri pada anak.
Studi sebelumnya menilai keparahan diare berdasarkan empat hal:
frekuensi diare, lama diare, volume, dan konsistensi tinja.23 Pada penelitian
ini keparahan diare hanya dinilai berdasarkan frekuensi diare (kali/hari) dan
lama diare (jam). Penilaian konsistensi tinja tidak disertakan karena bersifat
subjektif dan sulit menentukan skala penilaian, begitu juga dengan volume
tinja yang sangat sulit penilaiannya terutama pada anak perempuan.
Efek samping dari zink terjadi pada pemberian lebih dari 2 gram
perhari dalam periode lama.32 Keracunan zink melalui saluran cerna
mengakibatkan mual, muntah, sakit perut dan demam.34,35 Sebuah studi di
Nepal melaporkan munculnya efek samping dari anak penderita diare yang
WHO.36 Pada penelitian ini dosis yang diberikan hanya 10 mg sampai 20 mg
perhari, sesuai dengan rekomendasi WHO.
Pada penelitian ini didapati anak yang menderita diare nonbakteri
dengan usia rata-rata 47,8 bulan dan yang menderita diare bakteri dengan
usia rata-rata 82,4 bulan. Penyebab diare tersering pada anak usia dibawah
lima tahun adalah rotavirus.37.38
Pemeriksaan feses secara mikroskopis pada penderita diare bertujuan
untuk menemukan ada atau tidak leukosit pada feses, pada keadaan normal,
leukosit dapat dijumpai pada feses. Dikatakan suatu diare bakteri jika dengan
pemeriksaan mikroskop dijumpai leukosit pada feses 10 – 20/LPB (
pembesaran 200 kali ) menggunakan perwarnaan eosin 1-2%.1 Pada Studi ini
didapati anak yang menderita diare nonbakteri dengan jumlah leukosit feses
rata-rata 1,7/LPB dan anak yang menderita diare bakteri dengan jumlah
leukosit feses rata-rata 13,4/LPB. Pada studi ini pemeriksaan leukosit pada
feses hanya untuk memisahkan antara kelompok diare bakteri dengan
nonbakteri, bukan sebagai objek yang dievaluasi untuk keberhasilan terapi
zink. Tidak diketahuinya jenis mikroorganisme penyebab diare merupakan
salah satu keterbatasan studi ini, karena tidak dilakukan kultur feses pada
semua sampel.
Setelah pemberian terapi hari pertama sampai dengan hari keenam
bakteri dibandingkan pada kelompok bakteri (tabel 4.2). Rata – rata frekuensi
diare bakteri pada studi sebelumnya adalah hari pertama terapi 7,90 kali/hari,
hari kedua 6,10 kali/hari, hari ketiga 3,02 kali/hari, hari keempat 1,10 kali/hari,
hari kelima 0,50 dan tidak dijumpai adanya diare pada hari keenam.39
Sementara pada peneltian ini rata-rata frekuensi diare pada kelompok diare
bakteri: hari pertama 8.0 kali/hari, hari kedua 6.06 kali/hari, hari ketiga 3.06
kali/hari, hari keempat 1.16 kali/hari, hari kelima 0.48 kali/hari, hari keenam
0.1 kali/hari, dan tidak dijumpai diare pada hari ke tujuh.
Pada studi ini didapatkan hasil yang tidak bermakna dalam hal
frekuensi diare yang lebih rendah, lama diare dan masa rawatan yang lebih
singkat pada kelompok diare non bakteri dibandingkan pada kelompok diare
bakteri. Lama diare pada kelompok diare bakteri rata-rata 66.58 jam (2.77
hari) dengan masa rawatan 58.39 jam (2.43 hari). Pada studi diare bakteri
sebelumnya didapatkan rata-rata lama diare setelah terapi 2.34 ± 0.71 hari.40
Lama diare pada kelompok diare non bakteri rata-rata 63.39 jam (2.64
hari) dengan masa rawatan 56.19 jam (2.34 hari). Hasil dari studi ini sesuai
dengan studi sebelumnya. Pada studi sebelumnya didapatkan rata-rata lama
diare 2,84 hari.41,42
Dijumpai beberapa mekanisme terhadap efek zink yang
menguntungkan pada diare akut. Sebuah meta-analisis mengenai terapi zink
pada anak dengan diare akut didapati berkurangnya lama diare sebesar
fungsi dari mukosa usus dan menunjukkan peningkatan dalam absorpsi air
dan elektrolit. Zink juga dibutuhkan untuk meningkatkan sistem imun,
termasuk antibodi selular maupun humoral, sehingga mempercepat
pembersihan usus dari kuman patogen penyebab diare.43,44
Pemeriksaan histologi vili-vili usus dan kadar zink dalam plasma tidak
dilakukan pada penelitian ini, mengingat penelitian ini bersifat komunitas
sehingga pemeriksaan histologi vili-vili usus dan pengukuran zink dalam
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pemberian zink terbukti tidak lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare
akut bakteri dibandingkan nonbakteri.
6.2. Saran
Bagi pemerintah Kabupaten Langkat, kecamatan Secanggang, khususnya
Dinas Kesehatan setempat, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi
sebagai salah satu terapi diare akut selain cairan ORALIT yang telah
direkomendasikan oleh WHO pada anak. Diperlukan penelitian selanjutnya
untuk melihat efek zink pada anak yang menderita diare akut dengan
melakukan pemeriksaan kultur feses, sehingga dapat diketahui secara pasti
DAFTAR PUSTAKA
1. Noerasid H, Suratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam:
Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi anak
praktis. Edisi ke-4. Jakarta: FK-UI;2003.h.51-76.
2. Afifah T, Djaja S, Irianto J. Kecenderungan penyakit penyebab kematian
bayi dan anak balita di indonesia: 1992-2001. Bul. Penelit. Kesehat. 2003;31:48-59.
3. Handayani L, Siswanto. Pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia,
analisis data SUSENAS 2001. Bul. Penelit. Kesehat. 2002;30:189 – 200.
4. Anggarwal R, Sentz J, Miller MA. Role of zinc administration in prevention
of childhood diarrhea and respiratory illness: a meta-analysis. Pediatrics.
2006;3481:1120-30.
5. Van Niel CW, Feudtner C, Garrison MM, Christakis DA. Lactobacillus
therapy for acute infectious diarrhea in children: a meta-analysis.
Pediatrics. 2002;109:678-84.
6. Shamir R, Makhoul IR, Etzioni A, Shehadeh N. Evaluation of a diet
containing probiotics and zinc for the treatment of mild diarrheal illness in
children younger than one year of age. J Am Coll Nutr. 2005;24:370-5.
7. Sinuhaji AB, Sutanto AH. Mekanisme diare infektisius akut. Cerm. Dunia
8. WHO. Diarrhoea. penyunting: Pocket book of hospital care for children.
Guidelines for the management of common illnesses with limited
resources. China:WHO Press;2005. h.109-30.
9. Sinuhaji AB. Asidosis metabolik salah satu penyulit diare akut pada anak
yang seharusnya dapat dicegah (Pidato pengukuhan jabatan guru besar
tetap fakultas kedokteran USU). Medan: Universitas Sumatera Utara
(USU);2007.
10. King FS. Feeding sick people, especially children. Dalam: King FS,
Burgess A, penyunting. Nutrition for developing countries. Edisi ke-2. New
York: Oxford University Press;1996.h.155-64.
11. Krebs NF, Primak LE, Hambridge KM. Normal childhood nutrition & its
disorders. Dalam: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR,
penyunting. Current pediatric, diagnosis & treatment. Edisi ke-17. New
York: McGraw-Hill Companies;2003. h. 291-2.
12. Molla AM, Molla AM. Improved oral rehydration therapy. Dalam: Bhutta
ZA, penyunting. Contemporary issues in childhood diarrhea and
malnutrition. Karachi:Oxford University Press;2000.h.242-55.
13. Pudjiadi S. Kekurangan dan keracunan mineral. penyunting: Ilmu gizi
klinis pada anak. Edisi ke-4.Jakarta:FK-UI;2005.h.205-6.
14. Sazawal S, Black RE, Bhan MK, Bhandasari N, Sinha A, Jalla S. Zinc
supplementation in young children with acute diarrhea in India. N Engl J
15. Strand TA, Chandyo RK, Bahl R, Sharma PR, Adhikari K, Bhandari N,
dkk. Effectiveness and efficacy of zinc for the treatment of acute diarrhea
in young children. Pediatrics. 2002;109:898-903.
16. Bhatnagar S, Bahl R, Sharma PK, Kumar GT, Saxena K, Bahn MK. Zinc
with oral rehydration of diarrhea in hospitalized children: a randomized
controlled trial. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004;38:34-40.
17. Roy SK, Hossain MJ, Khatun W, Chakraborthy B, Chowdhury S, Begum
A, dkk. Zinc supplementation in children with cholera in Bangladesh:
randomised controlled trial. BMJ. 2007;39416:1-6.
18. Ruel MT, Rivera JA, Santizo MC, Lonnerdal B, Brown KH. Impact of zinc
supplementation on morbidity from diarrhea and respiratory infections
among rural Guateamalan children. Pediatrics.1997;99(6):808-13.
19. Baqui AH, Black RE, El Arifeen S, Yunus M, Chakraborty J, Ahmed S,
dkk. Effect of zinc supplementation started during diarrhoea on morbidity
and mortality in Bangladeshi children: community randomised trial. BMJ.
2002;325:1059.
20. Bhandari N, Bahl R, Taneja S, Strand T, Molbak K, Ulvik RJ, dkk.
Substantial reduction in severe diarrheal morbidity by daily zinc
supplementation in young north Indian children. Pediatrics.
2002;109(6):1-7.
diarrhea-a community-based, double-blind, controlled trial. Am J Clin Nutr.
1997;66:413-18.
22. Brooks WA, Santosham M, Naheed A, Gaswami D, Wahed MA, West MD,
dkk. Effect of weekly zinc supplements on incidence of pneumonia and
diarrhoea in children younger than 2 years in an urban, low income
population in Bangladesh: randomised controlled trial. Lancet.
2005;366:999-1004.
23. Sur D, Gupta DN, Mondal SK, Ghosh S, Manna B, Rajendran K, dkk.
Impact of zinc supplementation on diarrheal morbidity and growth paterrn
of low birth weight infants in Kolkata, India: a randomized, double-blind,
placebo-controlled, community-based study. Pediatrics.
2003;112:1327-32.
24. Bhutta ZA, Bird SM, Black RE, Brown KH, Meeks JG, Hidayat A, dkk.
Therapeutic effects of oral zinc in acute and persistent diarrhea in children
in developing countries: pooled analysis of randomized controlled trials.
Am J Clin Nutr. 2000:72;1516-22.
25. Anggarwal R, Sentz J, Miller MA. Role of zinc administration in prevention
of childhood diarrhea and respiratory illness: a meta-analysis. Pediatrics.
2006:3481;1120-30.
26. Armin SA. Zat gizi mikro zink, dari aspek molekuler sampai pada program
27. Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract. J
Nutr. 2000:130;1388S-92S.
28. Altaf W, Perveen S, Rehman KU, Teicberg S, Vancurova I, Harper RG,
dkk. Zinc supplementation in oral rehydration solutions: experimental
assessment and mechanisms of action. J Am Coll Nutr. 2002:21(1);26-32.
29. Hoque KM, Rajendran VM, Binder HJ. Zinc inhibits cAMP-stimulated Cl
secretion via basolateral K-channel blockade in rat ileum. Am J Physiol
Gastrointest Liver Physiol. 2005:288;G956-63.
30. Zulfiqar AB. Acute Gastroenteritis in Children. Dalam: Kliegman RM,
Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th Ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007. Chap:
337.
31. Crane JK, Naeher TM, Shulgina I, Zhu C, Boedeker EC. Effect of zink
enterophatogenic Escherichia coli infection. J infect and imunity.
2007;5974-5984.
32. Raqib R, Roy SK, Rahman MJ, Azim T, Ameer S. Effect of zinc
supplementation on immune and inflammatory responses in pediatric
patients with shigellosis. Am J Clin Nutr. 2004;79:444-50.
33. Madiyono B, Moechlisan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH.
Perkiraan besar sampel. Dalam:Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting.
34. Sazaawal S, Black RE, Bhan MK, Bhandari N, Sinha A, Jalla S. Zinc
Supplementation in young children with acute diarrhe in india. N Engl J
Med. 1995;333:839-44.
35. Walker CL, Fontaine O, Young MW, Black RE. Zinc and low osmolarity
oral rehydration salts for diarrhoea: a renewed call to action. Bull World
Health Organ. 2009; 87:780-86.
36. Black RE. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the
developing world. J Nutr. 2003;133:1485-89.
37. WinchPJ, Gilroy KE, Doumbia S, Patterson AE, Daou Z, Coulibaly S, dkk.
Short report: Prescription and administration of a 14-day regimen of zinc
treatment for childhood diarrhea in mali. Am J Trop Med. 2006;74: 880-83.
38. Brook WA, Santhosam M, Roy SK, Faruque AS, Wahed MA, Nahar K,
dkk. Efficacy of zinc in young infants with acute watery diarrhea. Am J Clin
Nutr. 2005;82:605-10.
39. Roy SK, Hossain MJ, Khatun W, Chakraborty B, Chowdhury S, Begum A,
dkk. Zinc supplementation in children with cholera in Bangladesh :
randomised cotrolled trial. BMJ. 2007:1-6.
40. Trivedi SS, Chudasama RK, Patel N. Effect of zinc supplementation in
children with acute diarrhea: Randomized double blind controlled trial. J
41. Hidayat A. The effect of zinc supplementation in children under three
years of age with acute diarrhoea in indonesia. Medical J. of Indon.
1998;7:237-241.
42. Walker CL, Black RE. Zinc for the treatment of diarrhoea: effect on
diarrhoea morbidity, mortality and incidence of future episodes. Int J
Epidemiology. 2010; 39:i63-i69.
43. Larson CP, Hoque M, Khan AM, Saha UR. Initiation of zinc treatment for
acute childhood diarrhoea and risk for vomiting or regurgation : A
randomized, double-blind, placebo-controlled trial. J Health Popul Nutr.
2005; 23:311-319.
44. Bahl R, Baqui A, Bhan MK, Bhatnagar S, Black RE, Brooks A, dkk. Effect
of zinc supplementation of clinical course of acute diarrhoea. J Health
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian
1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Hafaz Zakky Abdillah
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSHAM
2. Anggota Penelitian
1. dr. Supriatmo, SpA(K)
2. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K)
3. dr. Ade Rachmat W
4. dr. Ade Saifan S
5. dr. Marlisye Marpaung
6. dr. Ade Amalia
7. dr. Sri Yanti Harahap
2. Biaya Penelitian
1. Bahan / perlengkapan : Rp. 5.000.000
2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 2.000.000
3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000
4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000
3. Jadwal Penelitian WAKTU
KEGIATAN
AGUSTUS 2009
SEPTEMBER 2009
OKTOBER 2009
NOVEMBER 2009
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan laporan
4. Penjelasan kepada Subjek Penelitian
Yth. Bapak / Ibu ……….
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter
……….………….., bertugas di divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang perbandingan efek zink pada diare bakteri dengan diare nonbakteri dalam mengurangi keparahan diare akut pada anak .
Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, anak Bapak / Ibu mengalami diare akut. Bila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kekurangan cairan yang berat dan akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lain dan kematian. Untuk itu, kami berencana mengobati anak Bapak / Ibu dengan memberikan zink. Sebelumnya kami akan memeriksa tinja anak Bapak / ibu, dan setelah itu kami akan memeriksa lama diare dan frekuensi buang air besar (BAB) anak Bapak / Ibu untuk melihat efek obat tersebut mengurangi keparahan diare.
Zink merupakan mikronutrien yang dalam keadaan normal dapat diperoleh dari makanan sehari-hari, zink memiliki efek mengurangi keparahan diare dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh khususnya saluran cerna dan memperbaiki permeabilitas mukosa usus. Efek samping selama pengobatan dengan zink jarang terjadi, umumnya dapat berupa mual dan muntah.
Sebelum dilakukan pengobatan, kami akan menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit anak Bapak / Ibu berupa sudah berapa lama anak mengalami diare dan frekuensi BAB selama sakit dan membandingkannya setelah mendapat pengobatan.
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pengobatan diare akut terhadap anak saya :
Nama : ... Umur : ... tahun ... bulan L / P Alamat Rumah : ...
yang tujuan, sifat, dan perlunya pengobatan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
... , ... 2009 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan
dr. ... ...
Saksi-saksi : Tanda tangan
5. Kuesioner Penelitian
No Sampel : ……….
Tanggal Pengisian kuesioner : ……….
PUSKESMAS tempat rawat : ...
IDENTITAS PRIBADI
Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P
Umur/Tanggal Lahir : …....Tahun ….. Bulan/...
Anak Ke : ... dari ...bersaudara
Alamat Rumah : ………...……....
………...
Nomor Telpon/HP : ………...…
Berat Badan : ...Kg Panjang Badan :...cm
Derajat dehidrasi saat masuk
...
DATA ORANG TUA
Umur Orang Tua : Ayah…...Tahun, Ibu……….Tahun
Pendidikan Terakhir
Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2
Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2
Pekerjaan
Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta
4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja
Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta
4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja
Pendapatan / Bulan
Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta
3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta
3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta
ANAMNESE PENYAKIT:
1. Sejak kapan anak mengalami diare (sebelum dirawat di rumah sakit)? 1. < 1 hari 2. 1-2 hari 3. 3-4 hari 4. ≥ 5 hari
2. Sebelum dirawat, berapa kali anak buang air besar (BAB) / hari? 1. 3 - 5x/hari 2. 6 -10x/hari 3. >10x/hari
3. Apakah selama diare,pernah dijumpai darah pada tinja ?
1. Ya 2. Tidak
4. Apakah anak pernah mendapat zink sebelumnya ?
1. Ya 2. Tidak
5. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya:
... ...
LAMA RAWATAN DI RUMAH SAKIT SETELAH SEMBUH:
6. Pemantauan Lama Diare dan Frekuensi Buang Air Besar (BAB)
Nomor Sampel : ...
Nama Pasien : ...
Umur : ... L / P
Tanggal Masuk : ...
Lama Rawatan : ... Hari
Hari Rawatan Frekuensi BAB (x/jam)
Diare (jam) Efek samping
Pemantauan konsistensi buang air besar (BAB)
A Tinja cair /diare
C Tinja sedikit cair / masih diare
D Tinja normal
8. Prosedur pembuatan sediaan tinja mikroskopis
Alat : Objek gelas, dek gelas, lidi atau cotton but, pipet kaca
Reagensia : Larutan eosin 1-2%
Cara membuat :
1. Ambil objek gelas yang bersih, kering, bebas debu, bebas lemak, dan
juga dek gelas.
2. Ambil sedikit tinja dengan menggunakan lidi atau cotton but dan oles
kan secara tipis pada objek gelas.
3. Tetes kan larutan eosin 1-2% dengan menggunakan pipet kaca pada
olesan tinja sampai menutupi seluruhnya.
4. Tutup olesan tinja yang telah ditetesi larutan eosin 1-2% dengan
menggunakan dek gelas, dan sediaan siap dibaca dibawah mikroskop
9. Riwayat Hidup.
Nama lengkap : dr. hafaz Zakky Abdillah Tanggal lahir : 23 Oktober 1983
Tempat lahir : P.Siantar
NIP : 19831023 201001 1 019
Alamat : Jln. K.L. Yos Sudarso Km 6,8 no 18a Medan
Pendidikan
1. Sekolah Dasar di SDN 112134 R. Prapat, tamat tahun1995
2. Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 2 R.Prapat, tamat tahun
1998
3. Sekolah Menegah Atas di SMU Negeri 3 Medan, tamat tahun 2001
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, tamat tahun
2007
Riwayat Pekerjaan :
1. CPNS PEMKO Medan 2010
Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2007 s/d 30-12-2007 2. Pendidikan Tahap I : 01-01-2008 s/d 30-12-2008 3. Pendidikan Tahap II : 01-01-2009 s/d 30-12-2009 4. Pendidikan Tahap III : 01-01-2010 s/d 30-12-2010 5. Penelitian : Agustus sampai November 2009