KECAMATAN SIBOLANGIT TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh:
SISKA RISTIANA M
061000233
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN INDEKS PRESTASI ANAK SEKOLAH DASAR
DI SD NEGERI NO.101835 BINGKAWAN KECAMATAN SIBOLANGIT
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
SISKA RISTIANA M 061000233
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN INDEKS PRESTASI ANAK SEKOLAH DASAR
DI SD NEGERI NO.101835 BINGKAWAN KECAMATAN SIBOLANGIT TAHUN 2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
Pada Hari Rabu, Tanggal 14 Januari 2009 Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(
SISKA RISTIANA M NIM. 061000233
Telah Diuji dan dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Dr. Ir. Evawany Y Aritonang,MSi) (Ernawati Nasution,SKM,MKes) NIP: 132 049 788 NIP. 132 126 844
Penguji II Penguji III
(Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) (dr. Mhd. Arifin Siregar, MS) NIP.132 049 786 NIP. 131 695 307
Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Keadaan status gizi dan kemampuan dalam menerima pelajaran (indeks prestasi) merupakan gambaran dari apa yang dikonsumsi anak sekolah dasar dalam jangka waktu yang lama. Perlu disadari bahwa keadaan ini sangat dipengaruhi oleh perilaku makan anak sekolah dasar khususnya kebiasaan sarapan pagi. Untuk itu diadakan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap, tindakan sarapan, dengan status gizi dan indeks prestasi anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101835 Kecamatan Sibolangit.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional, yang dilakukan di sekolah SD Negeri No. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Jumlah sampel adalah 89 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan status gizi diukur dengan indeks BB/U dan TB/U terhadap standar WHO-NCHS. Data sekunder diperoleh dari dokumen sekolah dan data indeks prestasi anak sekolah dasar yang diperoleh dari nilai rata-rata ujian bulanan kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik Uji Chi-Square.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan seluruh murid tergolong baik. Presentase status gizi menurut indikator TB/U paling besar bertubuh pendek (79,8%) sedangkan menurut indikator BB/U paling besar dengan status gizi baik (94,4%). Untuk indeks prestasi paling besar adalah indeks prestasi cukup (75,3%).Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan sarapan dengan tindakan sarapan, tindakan sarapan dan status gizi menurut indeks TB/U dengan indeks prestasi, dan antara tindakan sarapan dengan status gizi menurut indeks TB/U dan BB/U, status gizi BB/U dengan indeks prestasi.
Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini diharapkan para orangtua lebih memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi khususnya kualitas sarapan, dan perlunya peningkatan perilaku sarapan pagi pada anak sekolah.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siska Ristiana M
Tempat/tanggal lahir : Medan, 10 Juni 1983
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang bersaudara
Alamat Rumah : Jln. Menteng VII No. 71 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. 1989 – 1995 SD ST. ANTONIUS V/VI Medan
2. 1995 – 1998 SMP TRISAKTI Medan
3. 1998 – 2001 SMU Negeri 14 Medan
4. 2001 – 2004 AKBID NUSANTARA 2000 Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang atas berkat dan kasih-Nya yang melimpah sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul : HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP,
TINDAKAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN INDEKS PRESTASI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI NO.101835 BINGKAWAN KECAMATAN SIBOLANGIT TAHUN 2009.
Selama proses penyusunan skripsi ini, mulai dari proposal, penelitian dan
pembuatan laporan penelitian (skripsi), saya mendapatkan banyak bimbingan dan
arahan dari dosen pembimbing. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi, selaku dosen
pembimbing I, dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku dosen pembimbing
II, yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran dan motivasi yang sangat
berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, saya juga berterima kasih kepada berbagai pihak atas
bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih saya yang tulus, saya
tujukan kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama penulis menjadi mahasiswa
bimbingan beliau.
3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat, FKM Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Almida Victioria Tarigan, selaku Kepala Sekolah SD Negeri No.
5. Semua dosen dan pegawai adiministrasi di lingkup FKM USU, khususnya
pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada kedua orang tuaku M. Manurung dan K. Sitorus yang telah
memberikan semangat dan dorongan baik moril maupun materil serta doa
yang tak henti-hentinya menyertaiku dalam melanjutkan pendidikan sarjana di
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
7. Kepada adik-adikku Hendra SKed, Dina AMKeb, Indra yang telah
mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih buat teman-temanku tersayang Juli, Endang, Yuni, Uli, Duma
dan Enike “ teman seperjuangan” yang telah memberikan dukungan kepada
penulis serta kebersamaan selama ini.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa melimpahkan
karunia-Nya kepada kita semua dan saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Konsep Perilaku ... 6
2.1.1.Tingkat Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar ... 6
2.1.2. Sikap Gizi Anak Sekolah Dasar ... 7
2.1.3. Tindakan Gizi Anak Sekolah Dasar ... 8
2.2. Perilaku Konsumsi Sarapan Pagi Anak SD ... 8
2.3. Kebiasaan Sarapan Pagi dan Indeks Prestasi ... 9
2.4. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 11
2.5. Kebutuhan Gizi pada anak Usia Sekolah Dasar ... 12
2.6. Kebiasaan Sarapan, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD ... 14
2.7. Penilaian Status Gizi Anak Sekolah ... 15
2.8. Kerangka Konsep Penelitian... 16
2.9. Hipotesa Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
3.3. Populasi dan Sampel ... 18
3.3.1. Populasi ... 18
3.3.2. Sampel ... 19
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 19
3.5. Instrumen Penelitian ... 20
3.6. Definisi Operasional... 20
3.7. Aspek Pengukuran ... 21
3.8. Teknik Analisa Data ... 23
3.8.1. Pengolahan Data ... 23
3.8.2. Analisa Data ... 23
BAB IV HASIL ... 24
4.1. Gambaran Umum Sekolah Dasar... 24
4.2. Karakteristik Responden ... 25
4.3. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Sarapan ... 26
4.4. Hubungan antara Dua Variabel... 32
4.4.1. Hubungan antara Tindakan Sarapan dengan Status Gizi ... 34
4.4.2. Hubungan antara Tindakan Sarapan dengan Indeks Prestasi ... 35
4.4.3. Hubungan antara Status Gizi dengan Indeks Prestasi ... 36
BAB V PEMBAHASAN ... 38
5.1. Hubungan Pengetahuan Sarapan dengan Sikap tentang Sarapan ... 38
5.2. Hubungan Pengetahuan Sarapan dengan Tindakan Sarapan ... 39
5.3. Hubungan Sikap Tentang Sarapan dengan Tindakan Sarapan ... 40
5.4. Hubungan Tindakan Sarapan dengan Status Gizi ... 41
5.5. Hubungan Tindakan Sarapan dengan Indeks Prestasi ... 42
5.6. Hubungan Status Gizi dengan Indeks Prestasi ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
6.1. Kesimpulan ... 46
6.2. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:
Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data dari Instansi terkait Lampiran 2. Kuesioner
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.5. Daftar Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) yang dianjurkan bagi anak usia Sekolah Dasar di Indonesia ... ... 13
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Murid Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 ... ... 25
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... ... 25
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 26
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Sarapan di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 26
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 27
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan tentang Sarapan Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 ... 29
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan tentang Sarapan ... 30
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut TB/U di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 31
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut BB/U di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 31
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Prestasi di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 31
Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Sarapan Responden Berdasarkan Tindakan Sarapan di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 32
Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Sarapan Responden Berdasarkan Sikap Sarapan di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 33
Tabel 4.15. Distribusi Sikap tentang Sarapan Responden Berdasarkan Tindakan Sarapan di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 33
Tabel 4.16. Distribusi Tindakan tentang Sarapan Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut Indeks TB/U di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 34
Tabel 4.17. Distribusi Tindakan tentang Sarapan Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut Indeks BB/U di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 34
Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi Menurut Indeks TB/U Responden Berdasarkan Indeks Prestasi di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 35
Tabel 4.20. Distribusi Status Gizi Menurut Indeks BB/U Responden Berdasarkan Indeks Prestasi di Sekolah Dasar Negeri No.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008 ... 36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Visi Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk pembangunan kesehatan yang pada
dasarnya lebih mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa
mengabaikan pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi serta meningkatkan
pemberdayaan sumber daya kesehatan dalam menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja yang berakibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan
gizi (Hamurwono, 2001).
Salah satu upaya kesehatan adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah
khususnya pada usia 7-12 tahun. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin(Almatsier, 2001).
Berbagai masalah kesehatan banyak dijumpai dikalangan anak sekolah
diantaranya adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor
yang menentukan adalah faktor gizi. Asupan gizi anak-anak sekolah dasar atau SD di
beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal, asupan gizi yang baik
setiap harinya dibutuhkan supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan, kesehatan,
dan kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa
yang unggul (Santoso, 2004).
Untuk itu, perhatian terhadap anak termasuk anak usia Sekolah Dasar (SD)
semakin ditingkatkan, terutama berkaitan dengan masalah gizi. Perhatian terhadap
kelompok ini perlu, karena kenyataannya golongan ini merupakan sumber daya
manusia yang sangat potensial dan perlu diberikan perhatian, pembinaan dan
pengawasan sedini mungkin agar menghasilkan kualitas yang baik. Pertumbuhan
anak yang baik dalam lingkungan yang sehat penting untuk menciptakan generasi
penerus yang berkualitas dan berpotensi (Santoso, 1999).
Keadaan status gizi dan kemampuan dalam menerima pelajaran (indeks
prestasi) merupakan gambaran apa yang dikonsumsi anak sekolah dasar dalam jangka
waktu yang lama, dapat berupa gizi kurang maupun gizi lebih. Peranan zat-zat gizi
seperti energi, protein, maupun zat gizi lainnya khususnya zat besi, dalam
metabolisme tubuh berperan pada proses berpikir atau proses penalaran serta daya
ini sangat dipengaruhi oleh perilaku makan anak sekolah dasar khususnya kebiasaan
tidak sarapan pagi (Karyadi, 1996).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sibuea di sebuah SD Negeri di Medan,
bahwa ada sekitar 57,50 % anak Indonesia tidak sarapan sebelum berangkat ke
sekolah. Dan hal itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan akan memberikan
kontribusi penting akan pemenuhan beberapa zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
seperti energi, protein, vitamin, lemak dan mineral. Ketersediaan sarapan yang
bermutu mampu meningkatkan kapasitas belajar sehingga lebih mudah menerima
pelajaran.
Selain itu, hal ini juga berpengaruh pada status gizi, ternyata dari SD yang
diteliti diketahui prevalensi anak SD yang mengalami status gizi kurang kalori (50%),
kurang protein( 55%), dan kurang Vitamain A (40%). Sementara itu, status gizi
kurang yang dihitung berdasarkan berat badan, prevalensinya lebih tinggi lagi sekitar
62,5% (Anonim,2002).
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalynn (2001) di SD
Negeri No.060925 Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Denai menemukan bahwa
sebanyak 40,91 % anak yang tidak sarapan pagi dan jika dihubungkan dengan indeks
prestasi pada umumnya terdapat 57,6% dengan indeks prestasi sedang, 21,2 %
dengan indeks prestasi kurang sedangkan untuk indeks prestasi baik terdapat 21,2 %.
Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri No.101835 Bingkawan
dengan indeks prestasi terdapat (10%) indeks prestasi kurang, (60%) indeks prestasi
sedang dan (30%) indeks prestasi baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap murid SD Negeri No.101835 Bingkawan guna mengetahui hubungan
pengetahuan, sikap, tindakan sarapan dengan status gizi dan indeks prestasi anak
Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian :” Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap, tindakan Sarapan,
dengan status gizi dan indeks prestasi anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101835
Kecamatan Sibolangit”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, tindakan sarapan dengan
status gizi dan indeks prestasi anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101835
Kecamatan Sibolangit
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang sarapan dengan sikap
tentang sarapan anak Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang sarapan, dengan tindakan
tentang sarapan anak Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
3. Untuk mengetahui hubungan sikap tentang sarapan dengan tindakan tentang
sarapan anak Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
4. Untuk mengetahui hubungan tindakan tentang sarapan dengan status gizi anak
Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
5. Untuk mengetahui hubungan tindakan tentang sarapan dengan indeks prestasi
anak Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
6. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan indeks prestasi anak
Sekolah Dasar di Kecamatan Sibolangit.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang pentingnya manfaat sarapan pagi terhadap
status gizi dan peningkatan indeks prestasi anak Sekolah Dasar kepada
orangtua murid dalam hal penyediaan makanan.
2. Meningkatkan kesadaran murid SD Negeri No.101835 tentang manfaat dan
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku seseorang terdiri dari 3 bagian penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap, tanggapan dan psikomotor
diukur melalui tindakan yang dilakukan (Notoadtmodjo, 1993).
2.1.1. Tingkat Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar.
Pengetahuan adalah pemahaman seseorang akan suatu hal yang didapat baik
secara formal maupun informal, dan merupakan hal yang sangat penting bagi
terjadinya proses perilaku. Anak-anak relatif lebih mudah dididik pada usia sekolah
dibandingkan pada usia sebelum dan sesudahnya. Karena itu, sangat tepat jika pada
anak sekolah dasar ditanamkan dasar-dasar pengetahuan gizi dan kebiasaan makan
yang baik (Sadli, 1990).
Husaini (1995) mengemukakan bahwa kurang pengetahuan gizi, masa bodoh
dan curiga terhadap makanan tertentu dapat menimbulkan kurang gizi walaupun
bahan makanan cukup tersedia. Berbeda bila ia mempunyai pengetahuan yang cukup,
maka seseorang dapat berubah sikap dan perilakunya.
Berdasarkan hasil penelitian Agusri (2001) tentang pengetahuan gizi, murid
yang baik akan berusaha mendapatkan makanan yang sehat dan memenuhi
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan
sesuatu yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian atau responden
( Notoatmodjo, 1997). Untuk mengukur pengetahuan anak SD tentang sarapan maka
perlu dipertanyakan tentang manfaat sarapan bagi kesehatan responden.
2.1.2. Sikap Gizi Anak Sekolah Dasar.
Sikap adalah juga renspon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Notoatmodjo menjelaskan bahwa sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:
1. Kepercayaan atau kenyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek .
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan,
pikiran, kenyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti yang telah disebutkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak praktik). Namun sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab
terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana
2.1.3. Tindakan Gizi Anak Sekolah Dasar.
Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan
aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara
sikap dan pengetahuan merupakan kecenderungan untuk bertindak. Tindakan nampak
menjadi lebih konsisten serasi, sesuai dengan sikap bila sikap individu sama dengan
sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya (Purwanto,1999).
2.2. Perilaku Konsumsi Sarapan Pagi Anak SD.
Permasalahan makan pada anak biasanya adalah sulit makan atau tidak mau
makan. Apabila hal tersebut tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan anak
kekurangan gizi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Selain itu, anak-anak sekolah umumnya sering tidak mau makan pagi( sarapan)
karena berbagai alasan, misalnya tidak terbiasa sarapan, takut terlambat sampai ke
sekolah sehingga tergesa-gesa berangkat ke sekolah, atau malas makan dll. Kebiasaan
tidak sarapan pada anak-anak akan menyebabkan lambung kosong dan kadar gula
darah berkurang (keadaan hipoglikemia) sehingga menyebabkan badan lemas,
mengantuk, sulit menerima pelajaran, serta turunya gairah belajar dan kemampuan
merespons (Irianto, 2006).
Membiasakan sarapan pada anak memang terasa sulit. Adanya citra sarapan
sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjelaskan perlu diubah menjadi suatu
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah citra tersebut adalah
sebagai berikut:
- Anak-anak perlu dibiasakan bangun lebih pagi, agar tersedia waktu yang
cukup untuk makan pagi.
- Para orangtua hendaknya memberi contoh yang baik, yaitu membiasakan
sarapan.
- Pada saat sarapan, sebaiknya anak ditemani oleh salah seorang anggota
keluarga.
- Orangtua atau guru hendaknya tidak bosan untuk mengingatkan anak selalu
makan pagi, dan memberi penjelasan mengenai manfaat sarapan.
- Bagi anak yang tidak sempat sarapan, sebaiknya makanan dibawa ke sekolah.
- Untuk membiasakan anak yang belum biasa sarapan dengan takaran (porsi)
yang sedikit. Kemudian secara bertahap, porsi makanan ditambah sesuai
dengan anjuran (Depkes RI, 1996).
2.3. Kebiasaan Sarapan dan Indeks Prestasi.
Prestasi belajar murid SD dapat diartikan sebagai hasil belajar yang diperoleh
setelah mengikuti program pengajaran, dalam hal mata pelajaran tertentu. Prestasi
belajar diperoleh setelah terjadi interaksi belajar mengajar (Nasution, 1993).
Selanjutnya Bloom (1994) mengemukakan Indeks Prestasi (hasil belajar)
dapat dikategorikan ke dalam aspek, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil
kemampuan intelektual. Hasil belajar afektif meliputi perubahan dalam hal minat,
sikap dan nilai.
Menurut Moehji (2003), manusia membutuhkan sarapan pagi, karena dalam
sarapan pagi diharapkan memenuhi kecukupan energi yang diperlukan untuk jam
pertama dalam melakukan aktivitas. Jika tidak sarapan, maka tubuh akan tidak
mempunyai energi yang cukup terutama pada proses belajar mengajar.
Konsumsi sarapan memang tidak perlu selengkap dan sebanyak porsi makan
siang. Artinya sarapan bukan hanya mengenyangkan, tapi juga bergizi lengkap dan
seimbang. Menu sarapan, sebaiknya mengandung zat tenaga, protein atau zat
pembangun, vitamin dan mineral, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan.
Karbohidrat juga sangat penting, karena kandungannya akan merangsang glukosa dan
mikro nutrient dalam otak. Nutrien berfungsi untuk menghasilkan energi dan
memacu otak. Dari dua jenis karbohidrat, simpleks dan kompleks, karbohidrat
kompleks lebih bermanfaat bagi kecerdasan otak karena mengandung serat dan
vitamin yang bisa dicerna dan diserap perlahan-lahan, sehingga kadar gula darah
dalam tubuh naik secara perlahan-lahan. Karbohidrat kompleks banyak dijumpai pada
nasi, roti, jagung, bubur, mi. dan kentang (Anonim, 2008).
Menurut para ilmuwan, sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak.
Bahkan dalam sebuah penelitian, menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat
dengan kecerdasan mental. Sehingga memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak,
menjadi lebih cerdas, peka dan mudah konsentrasi. Dari sebuah survei, anak- anak
lebih, mampu mencurahkan perhatian pada pelajaran, ceria, kooperatif, gampang
berteman (Anonim, 2008).
Hasil penelitian terbaru dari Divisi Kedokteran Pencegahan Fakultas
Kedokteran Universitas Massachusetts membuktikan bahwa orang yang rutin sarapan
tiap hari resiko menderita obesitas lebih kecil. Para peneliti juga menemukan bahwa
kebutuhan energi cenderung meningkat ketika sarapan dilewatkan (Anonim, 2006).
Dengan kata lain sarapan yang rutin bagi anak sekolah akan memacu
pertumbuhan yang tepat dan memaksimalkan kemampuan di sekolah, meningkatkan
konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar
menjadi lebih baik.
2.4. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pertmbuhan merupakan parameter kesehatan dan gizi yang cukup peka untuk
menilai kesehatan anak. Para ahli membedakan antara pertumbuhan dan
perkembangan dimana pertumbuhan adalah bertambahnya materi/ukuran tubuh
sedangkan perkembangan adalah kemajuan fungsi atau kapasitas fisiologis organ
tubuh. Parameter yang digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan yang
paling sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan (Sediaoetama, A. 1991).
Pada usia anak Sekolah Dasar (7-12 tahun) merupakan puncak pertumbuhan
tertinggi kedua setelah usia 0-3 tahun. Dalam periode ini pertumbuhan berjalan terus
dengan mantap walaupun tidak secepat seperti bayi. Anak dari golongan umur ini
prasekolah terkecuali porsinya harus lebih besar oleh sebab kebutuhannya lebih
banyak mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya.
Periode Adolensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt)
baik tinggi maupun beratnya. Kebutuhan zat gizi berhubungan sangat dengan
besarnya tubuh, hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan
yang cepat. Growth Spurt pada anak perempuan sudah dimulai pada umur 10-12
tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada umur 12-14 tahun, hingga pada periode
tertentu tinggi badan anak perempuan melebihi tinggi badan anak laki-laki. Namun
perlu diketahui bahwa permulaan Growth Spurt pada anak tidak selalu pada umur
yang sama melainkan terdapat perbedaan secara individual (Pudjiadi, 1990).
Pada dasarnya tidak ada suatu bahan makanan yang lengkap mengandung
semua zat gizi alam jumlah yang mencukupi untuk tumbuh, oleh karena itu perlu
berbagai bahan makanan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh
dapat dipenuhi dalam jumlah yang mencukupi ( Sayoga, 1995).
2.5. Kebutuhan gizi pada anak Usia Sekolah Dasar.
Tubuh manusia memerlukan berbagai macam zat gizi yang berguna untuk
kelangsungan hidup, untuk itu diperlukan zat-zat gizi yang cukup/ sempurna dalam
makanan sehari-hari agar dapat hidup dengan normal, sehat dan cerdas. Kebutuhan
gizi anak usia Sekolah Dasar sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan menurut
kelompok umur dan jenis kelamin sebagai berikut:
Pada kelompok umur 7-9 tahun kecukupan energi yang dibutuhkan sebesar
1900 kalori ( 80 kal/kg bb/ hari) dan untuk kelompok umur 10-12 tahun
kecukupan energi antara laki-laki dan perempuan dimana untuk laki-laki
sebesar 2000 kalori (66 kal/kg bb/hari) dan untuk wanita sebesar 1900 kalori
(55 kal/kg bb/hari). Perbedaan ini didasarkan pada ukuran tubuh, aktivitas dan
angka percepatan pertumbuhan.
- Kebutuhan Protein
Protein diperlukan untuk pertumbuhan otot dan pembentukan darah beserta
komponen-komponennya bersama zat besi.
Kebutuhan protein yang dianjurkan adalah 10-15 % dari total kalori yang
dibutuhkan, berdasarkan Pola Pangan Harapan sekitar setengah dari 10-15%
tersebut berasal dari pangan hewani. Konsumsi protein dapat dipenuhi bila
bahan makanan yang diberikan beraneka ragam termasuk protein dari bahan
makanan yang diberikan beraneka ragam termasuk protein dari bahan
makanan sumber karbohidrat. Sumber protein yang baik adalah susu, daging,
ikan , telur dan kacang- kacangan.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (per orang per hari)
dinyatakan bahwa kebutuhan energi dan protein bagi usia anak Sekolah Dasar
menurut umur dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 2.5.Daftar Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) yang dianjurkan bagi anak Usia Sekolah Dasar di Indonesia.
Gol. Umur ( tahun) BB(Kg) TB(cm) Energi(kalori) Protein(gram)
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V. LIPI. Jakarta, 1998.
2.6. Kebiasaan Sarapan, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD
Usia anak sekolah merupakan masa pertumbuhan yang cepat, sehingga tubuh
memerlukan macam dan jumlah zat gizi dalam jumlah yang cukup tinggi, kebutuhan
energi anak tergantung dari fase pertambahan umur, tinggi badan, jenis kelamin, dan
tingkat aktivitasnya.
Kekurangan energi yang berasal dari makanan, menyebabkan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas bekerja, orang
menjadi malas, merasa lemah, produktifitas kerja dan konsentrasi belajar menurun.
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
dengan demikian kemampuan berpikir menurun (Almatsier, 2003).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Soemantri (1985) dan Almatsier (1989)
menunjukkan ada hubungan antara pemberian zat besi terhadap peningkatan prestasi
belajar. Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi dalam darah meningkat
selama pertambahan hingga remaja. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap
fungsi otak, terutama terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem
neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin
berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut dan dapat
mengakibatkan daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu
2.7. Penilaian Status Gizi Pada Anak Sekolah.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya
penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk
mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi
anak (Irianto, 2006).
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu:
1. Antropometri.
2. Pemeriksaan Klinis
3. Biokimia
4. Biofisik.
Cara pengukuran yang paling sering digunakan dalam masyarakat adalah
antropometri gizi. Beberapa indikator antropometri yang umum dikenal dalam
penilaian status gizi yaitu: Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
umur (TB/U).
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya makanan yang dimakan. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U).
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal/tulang/rangka. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat
badan, relative kurang sensitive terhadap masalah gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat besi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan status
gizi masa lalu.
Keterangan: Berdasarkan skema di atas dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan, sikap
dan tindakan anak Sekolah Dasar terhadap konsumsi sarapan pagi akan
mempengaruhi status gizi dan indeks prestasi.
2.9. Hipotesa Penelitian
- Ada hubungan antara pengetahuan sarapan dengan sikap sarapan anak sekolah
dasar.
- Tidak ada hubungan antara pengetahuan sarapan dengan sikap sarapan anak
sekolah dasar.
- Ada hubungan antara pengetahuan sarapan dengan tindakan sarapan anak
sekolah dasar.
- Tidak ada hubungan antara pengetahuan sarapan dengan tindakan sarapan
anak sekolah dasar.
- Ada hubungan antara sikap sarapan dengan tindakan sarapan anak sekolah
dasar.
- Tidak ada ada hubungan antara sikap sarapan dengan tindakan sarapan anak
sekolah dasar.
- Ada hubungan antara tindakan sarapan dengan status gizi anak sekolah dasar.
- Tidak ada hubungan antara tindakan sarapan dengan status gizi anak sekolah
- Ada hubungan antara tindakan sarapan dengan indeks prestasi anak sekolah
dasar.
- Tidak ada hubungan antara tindakan sarapan dengan indeks prestasi anak
sekolah dasar.
- Ada hubungan antara status gizi dengan indeks prestasi anak sekolah dasar.
- Tidak ada hubungan antara status gizi dengan indeks prestasi anak sekolah
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan crosssectional
yaitu ingin mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, tindakan sarapan dengan status
gizi dan indeks prestasi anak Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri No.101835
Kecamatan Sibolangit.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Bingkawan Kecamatan Sibolangit dari bulan
Maret sampai Januari 2009. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini karena:
1. Dari hasil survei pendahuluan diketahui sebagian besar murid bertubuh pendek.
2. Jika dilihat indeks prestasinya secara umum dari nilai raport anak SD terdapat
(10%) indeks prestasi kurang, (60%) indeks prestasi sedang dan (30%) indeks
prestasi baik.
Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap,
tindakan sarapan, dengan status gizi dan indeks prestasi anak sekolah dasar di SD
Bingkawan.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah murid sekolah dasar (SD)
sebanyak 89 murid. Adapun alasan karena penulis menganggap bahwa murid pada
kelas tersebut cukup mengerti diwawancarai untuk memperoleh informasi.
3.3.2.Sampel
Semua jumlah siswa SD Negeri No.101835 Kelas IV, V dan VI pada saat
penelitian. Dalam hal ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Sampling.
3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer
Data primer mencakup data:
1. Perilaku makan berdasarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan diukur dengan
menggunakan kuesioner.
2. Karekteristik responden (nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin) dengan
wawancara langsung menggunakan kuesioner.
3. Status gizi diukur melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan yang
kemudian diukur berdasarkan baku WHO-NCHS.
3.4.2.Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah yang diperoleh dari
dokumen sekolah dan data indeks prestasi anak sekolah dasar yang diperoleh dari
nilai ujian responden yang dilakukan pada bulan Oktober meliputi mata pelajaran
Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, IPA dan IPS yang kemudian rata-rata dari
seluruh mata pelajaran tersebut diklasifikasikan berdasarkan Hasil Rapat Komite
Sekolah dan Orangtua Murid SD Negeri NO.101835 Bingkawan. Adapun alasan
3.5. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Penelitian
2. Timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg
3. Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm
3.6. Definisi Operasional
1. Sarapan pagi adalah makanan ataupun minuman yang dikonsumsi pada pagi
hari.
2. Pengetahuan tentang sarapan adalah segala sesuatu yang diketahui anak usia
sekolah dasar tentang sarapan .
3. Sikap tentang sarapan adalah tanggapan anak usia sekolah dasar terhadap
sarapan .
4. Tindakan sarapan adalah bentuk nyata perbuatan anak usia sekolah dasar
terhadap sarapan .
5. Status gizi adalah keadaan kesehatan anak sekolah yang diukur secara
antropometri dengan indeks BB/U, TB/U.
6. Indeks prestasi adalah kemampuan anak sekolah dasar untuk menerima atau
menyerap pelajaran di sekolah yang dilihat dari nilai rata-rata ujian bulanan
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKN dan Matematika.
7. Anak Sekolah Dasar adalah seluruh murid sekolah dasar (SD) kelas IV, V
dan VI yang bersekolah di SD Negeri NO.101835 Bingkawan Kecamatan
3.7. Aspek Pengukuran
1. a. Pengetahuan anak sekolah dasar tentang sarapan pagi diukur melalui 10
pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan memilih jawaban yang
disediakan.Jawaban paling benar diberi nilai 3 dan paling rendah diberi nilai1.
Pengukuran tingkat pengetahuan tentang sarapan pagi dibedakan atas 3
kategori menurut Pratomo (1990):
- Baik, jika jawaban responden yang benar > 75 % dengan skor >23
- Sedang,jika jawaban responden yang benar 40%-75% dengan skor 12-23
- Kurang, jika jawaban responden yang benar < 40% dengan skor < 12
b. Sikap anak sekolah dasar tentang sarapan pagi diukur diukur melalui 10
pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan memilih jawaban
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pada jawaban setuju untuk pertanyaan 1,2,3,4,5, ,7, dan 9 diberi nilai 3
tetapi untuk pertanyaan 8 dan 10 diberi nilai 1.
2. Pada jawaban kurang setuju untuk pertanyaan 1,2,3,4,5,7,8,9,10 diberi
nilai 2.
3. Pada jawaban tidak setuju untuk pertanyaan 1,2,3,4,5, ,7, dan 9 diberi
nilai 1 tetapi untuk pertanyaan 8 dan 10 diberi nilai 3.
4. Tetapi pertanyaan 6 untuk jawaban paling benar diberi nilai 3 dan paling
rendah diberi nilai 1.
- Baik, jika jawaban responden yang benar > 75% dengan skor > 23
- Sedang, jika jawaban responden yang benar 40%-75% dengan skor 12-23.
- Kurang, jika jawaban responden yang benar < 40% dengan skor < 12
c. Tindakan anak sekolah dasar dalam mengkomsumsi sarapan pagi diukur
diukur melalui 8 pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan
memilih jawaban yang disediakan. Jawaban paling benar diberi nilai 3 dan
paling rendah diberi nilai 1. Pengukuran tingkat pengetahuan tentang sarapan
pagi dibedakan atas 3 kategori menurut Pratomo (1990):
- Baik, jika jawaban responden yang benar > 75% dengan skor > 18
9. Sedang, jika jawaban responden yang benar 40%-75% dengan skor 10-18
10.Kurang, jika jawaban responden yang benar < 40% dengan skor <10
2. Status gizi dinilai dengan cara pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi
Badan (TB) kemudian dihitung nilai Z-Score dengan rumus:
Z-Score= Nilai Individu Subjek- Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpangan Baku Rujukan
Kategori status gizi menurut ukuran BB/U berdasarkan baku WHO NCHS
- Gizi lebih > + 2,0 SD
- Gizi baik > - 2,0 SD s/d < + 2,0 SD
- Gizi kurang > - 3,0 SD s/d < - 2,0 SD
- Gizi buruk < - 3,0 SD
- Pendek < - 2,0 SD
3. Indeks prestasi dinilai dengan cara melihat nilai ujian bulanan mata ujian
Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika dan PPKN kemudian dibandingkan
dengan klasifikasi berdasarkan Hasil Rapat Komite Sekolah dan Orangtua
Murid SD Negeri NO.101835 Bingkawan .
- Baik = 7,5-10
- Cukup = 6,0-7,4
- Kurang = < 5,9
3.8. Teknik Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyan sudah diteliti ada proses
pengolahan data.
2. Koding, yaitu memberi kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner.
3. Entri data.
3.8.2. Analisa Data
Untuk melihat ada tidaknya hubungan secara bermakna diantara variabel yang
diteliti maka digunakan statistik Uji Chi-Square pada program SPSS for Windows
Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Sekolah Dasar
Sekolah Dasar Negeri NO.101835 Bingkawan merupakan salah satu sekolah
yang berlokasi di desa Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Luas areal sekolah ini
adalah 1628 m . Sarana gedung yang dimiliki oleh SD Negeri NO.101835 adalah
sebagai berikut:
- Ruang belajar : 6 buah
- Kantor : 2 buah
Sekolah dasar ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 10
orang guru. Jumlah murid sekolah dasar kelas I, II, III, IV, V, VI sebanyak 187 orang
yang terdiri dari 40 orang kelas I, 33 orang kelas II, 25 orang kelas III, 32 orang kelas
IV, 26 orang kelas V, dan 31 orang kelas VI.
Dari 187 orang murid tersebut, 85 orang laki-laki dan 102 orang perempuan.
Untuk lebih jelasnya distribusi banyak murid sekolah Dasar Negeri NO.101835
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Murid Sekolah Dasar Negeri NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa dari 187 orang murid SD Negeri NO. 101835
Bingkawan terdapat 85 orang (45,45%) murid berjenis kelamin laki-laki dan 102
orang murid (54,55%) berjenis kelamin perempuan.
4.2. Karakteristik Responden
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
Jenis
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa dari 89 orang responden SD Negeri NO.
101835 Bingkawan terdapat 43 orang (48,3%) responden berjenis kelamin laki-laki
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Menurut Umur Tahun 2008
No Umur Jumlah %
1 8-10 52 58,43
2 11-13 36 40,45
3 14-16 1 1,12
Jumlah 89 100,00
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa dari 89 orang responden SD Negeri NO 101835
Bingkawan terdapat 52 orang ( 58,43%) responden berumur 8-10 tahun, 36 orang
(40,45%) yang berumur 11-13 tahun dan 1 orang (1,12%) responden yang berumur
14-16 tahun.
4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku tentang Sarapan
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No Pengetahuan n %
1. Baik 54 60,70
2. Sedang 35 39,32
89 100,00
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang sarapan
pagi pada SD Negeri NO. 101835 Bingkawan dikategorikan baik sebesar 54 orang
Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Responden tentang sarapan
No Pengetahuan Responden n %
1. Sarapan pagi
a. Makanan yang dikonsumsi pada pagi hari di
rumah.
b. Makanan yang dikonsumsi jika lapar pada pagi hari.
c. Makanan yang dimakan sebelum berangkat di sekolah.
2. Manfaat sarapan pagi
a. Menambah energi dan agar lebih mudah menerima pelajaran .
b. Agar sehat dan tidak sakit. c. Tidak lapar di pagi hari.
45
3. Kerugian jika tidak sarapan pagi a. Lemas dan cepat mengantuk b. Sakit
4. Akibat bila tubuh kekurangan energi a. lemas, kurus dan lambat berpikir. b. Lemas dan kurus
5. Makanan yang cocok saat sarapan a. menu utama
6. Kapan sebaiknya sarapan
a. Setelah bangun pagi dan sebelum berangkat pulang sekolah.
b. Saat di sekolah
c. Setelah pulang dari sekolah
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa dari 89 murid Sekolah Dasar Negeri NO.101835
Bingkawan terdapat 47 orang (52,81%) responden menyatakan bahwa sarapan pagi
adalah makanan yang dimakan sebelum berangkat ke sekolah, 45 orang (50,56%)
responden menyatakan bahwa manfaat sarapan pagi adalah menambah energi dan
agar lebih mudah menerima pelajaran, 39 orang (43,82%) responden menyatakan
bahwa kerugian jika tidak sarapan pagi adalah sakit, 75 orang (84,27%) responden
menyatakan bahwa akibat bila tubuh kekurangan energi adalah lemas, kurus dan
lambat berpikir, 51 orang (57,30 %) responden menyatakan bahwa makanan yang
cocok untuk sarapan adalah kue atau roti dan 78 orang (87,64%) responden
menyatakan bahwa kapan sebaiknya sarapan adalah setelah bangun pagi dan sebelum
berangkat ke sekolah.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No Sikap n %
1. Baik 68 76,40
2. Sedang 21 23,60
Total 89 100,00
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sikap responden tentang sarapan pagi
pada SD Negeri NO. 101835 Bingkawan dikategorikan baik sebesar 68 orang
Tabel 4.7. Distribusi Sikap Responden tentang sarapan
No Sikap S KS TS
n % n % n %
1. Sarapan setiap pagi. 87 97,75 2 2,25 0 0
2. Sarapan membuat kamu lebih mudah menerima pelajaran.
43 48,32 42 47,19 4 4,49
3. Sarapan dapat memberi tenaga dan tidak cepat mengantuk.
45 50,56 43 48,32 1 1,10
4. Sarapan pagi mempengaruhi kegiatan belajar.
69 77,53 10 11,24 10 11,23
5. Minum teh manis atau minum susu cukup sebagai pengganti sarapan.
15 16,85 21 23,60 53 59,55
6. Sarapan memberi energi sehingga tidak lemas saat di sekolah.
72 80,90 9 10,11 8 8,99
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 89 murid Sekolah Dasar Negeri
NO.101835 Bingkawan terdapat 87 orang (97,75%) responden menyatakan setuju
terhadap sarapan setiap pagi, karena jika sarapan dapat membuat lebih mudah
menerima pelajaran sebesar 43 orang (48,32%), selain itu agar dapat memberi tenaga
dan tidak cepat mengantuk sebesar 45 orang (50,56%), sarapan pagi mempengaruhi
kegiatan belajar sebesar 69 orang (77,53%) dan sebagian besar responden setuju
sarapan dapat memberi energi sehingga tidak lemas saat di sekolah sebesar 72 orang
(80,9%). Tetapi terdapat 53 responden (59,55%) menyatakan tidak setuju minum teh
manis atau minum susu cukup sebagai pengganti sarapan.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No Tindakan n %
1. Baik 64 71,90
2. Sedang 23 25,90
3. Kurang 2 2,20
Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa tindakan responden tentang sarapan
pagi pada SD Negeri NO. 101835 Bingkawan dikategorikan baik sebesar 64 orang
(71,9%), 23 orang dikategorikan sedang (25,9%) dan dikategorikan kurang sebesar 2
orang (2,2%).
Tabel 4.9. Distribusi Tindakan Responden sarapan
No Tindakan Jumlah
n %
1. Sarapan setiap hari
a. Selalu (5-7x seminggu)
b. Kadang-kadang (3-4x seminggu)
c. Tidak pernah dilakukan (1-2x seminggu)
49
2. Pada saat kapan kamu sarapan
a. setiap pagi dan makan bersama anggota keluarga b. setiap mau pergi sekolah
c. kalau lapar pagi-pagi
46
3. Jam berapa kamu sarapan a. jam 6-7 pagi
b. saat istirahat sekolah ( jam 9.30) c. Pulang sekolah
4. Apabila tidak sempat sarapan kamu bawa bekal dan tidak jajan di sekolah
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah dilakukan
38
Dari tabel 4.9 dapat terlihat bahwa dari 89 orang murid SD Negeri
NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit terdapat 49 orang (55,06%)
menyatakan selalu (5-7x seminggu) sarapan setiap hari, 46 orang (51,68%)
responden menyatakan setiap pagi sarapan dan makan bersama anggota keluarga, 45
(42,7%) responden menyatakan apabila tidak sempat sarapan selalu bawa bekal dan
tidak jajan di sekolah.
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut TB/U di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No. Status Gizi n %
1. Normal 18 20,20
2. Pendek 71 79,80
Jumlah 89 100,00
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 89 orang anak SD Negeri
No.101835 Bingkawan terdapat 71 orang (79,8%) responden berstatus gizi pendek
dan 18 orang (20,2%) responden berstatus gizi normal.
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut BB/U di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 89 orang anak SD Negeri
No.101835 Bingkawan terdapat 84 orang (94,4%) responden berstatus gizi baik dan
18 orang (94,4%), 1 orang (1,1%) responden berstatus gizi buruk .
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Prestasi di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No. Indeks Prestasi n %
1. Baik 10 11,2
2. Cukup 67 75,3
3. Kurang 12 13,5
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 89 orang anak SD Negeri
No.101835 Bingkawan terdapat 67 orang (75,3%) responden dengan indeks prestsi
cukup dan 12 orang (13,5%) dengan indeks prestasi kurang, 10 orang (11,2%)
responden dengan indeks prestasi baik.
4.4. Hubungan Antara Dua Variabel
Hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, tindakan sarapan dengan status
gizi dan indeks prestasi pada anak SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan
Sibolangit Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi berikut:
Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Tentang Sarapan Responden Berdasarkan Tindakan Sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No Pengetahuan Tindakan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
1 Baik 45 83,33 7 12,96 2 3,71 54 100,0
2 Sedang 19 54,29 16 45,71 0 0 35 100,0
3 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari tabel silang 4.13 ternyata ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan tentang sarapan dengan tindakan sarapan diketahui bahwa, murid yang
mempunyai pengetahuan baik sebagian besar tindakan sarapannya baik sebesar 45
murid (83,33%). Sedangkan murid yang mempunyai pengetahuan sedang memiliki
tindakan sarapan yang baik sebesar 19 murid (54,29%). Dan dari hasil analisa
statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,002 (p<0,05), yang
artinya ada hubungan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Tentang Sarapan Berdasarkan Sikap Tentang Sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
Dari tabel silang antara pengetahuan tentang sarapan dengan sikap tentang
sarapan diketahui bahwa murid yang mempunyai tingkat pengetahuan baik pada
umumnya bersikap baik tentang sarapan (79,6%) dan murid yang mempunyai tingkat
pengetahuan sedang sebahagian besar bersikap baik (71,4%). Dan dari hasil analisa
statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,373 (p>0,05), yang
artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan sarapan dengan sikap murid
tentang sarapan.
Tabel 4.15. Distribusi Sikap Tentang Sarapan Responden Berdasarkan Tindakan Sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No. Sikap Tindakan Total
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 89 orang murid SD Negeri NO.
101835 Bingkawan terdapat 49 orang (72,1%) responden yang sikapnya baik
sebagian besar memiliki tindakan yang baik tentang sarapan pagi dan 15 orang
dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,705 (p>0,05), yang artinya tidak
ada menunjukkan hubungan yang bermakna antara sikap tentang sarapan dengan
tindakan sarapan pagi.
4.4.1. Hubungan antara Tindakan Sarapan dengan Status Gizi.
Tabel 4.16. Distrbusi Tindakan Tentang Sarapan Berdasarkan Status Gizi Menurut Indeks TB/U di SD Negeri NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008.
No. Tindakan Status Gizi Total
Dari tabel silang 4.16 dapat dilihat antara tindakan sarapan berdasarkan status
gizi menurut indeks TB/U bahwa dari 64 murid dengan tindakan yang baik tentang
sarapan terdapat 50 murid (78,12%) dengan status gizi pendek. Jika dilihat dari hasil
analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,694 (p>0,05),
yang artinya tidak ada menunjukkan hubungan yang bermakna antara tindakan
tentang sarapan dengan status gizi menurut indeks TB/U.
Tabel 4.17. Distribusi Tindakan Tentang Sarapan Berdasarkan Status Gizi Menurut Indeks BB/U di SD Negeri NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008.
Dari tabel silang 4.17 antara tindakan tentang sarapan berdasarkan status gizi
menurut indeks BB/U bahwa dari 64 murid dengan tindakan yang baik terdapat 60
murid (93,75%) dengan status gizi normal. Dari hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,936 (p>0,05), yang artinya tidak ada
menunjukkan hubungan yang bermakna antara tindakan tentang sarapan dengan
status gizi menurut indeks BB/U.
4.4.2. Hubungan antara Tindakan Sarapan dengan Indeks Prestasi.
Tabel 4.18. Distibusi Tindakan Tentang Sarapan Berdasarkan Indeks Prestasi di SD Negeri NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008.
No. Tindakan Indeks Prestasi Total
Baik Cukup Baik
n % N % n % n %
1. Baik 10 15,63 49 76,56 5 7,81 64 100,00
2. Sedang 0 0 17 73,91 6 26,09 23 100,00
3. Kurang 0 0 1 50,00 1 50,00 2 100,00
Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari 64 murid SD Negeri NO. 101835
Bingkawan terdapat 49 murid (76,56%) yang tindakannya baik tentang sarapan
sebagian besar memiliki indeks prestasi cukup dan 17 orang (73,91%) murid yang
tindakannya sedang tentang sarapan sebagian besar memiliki indeks prestasi cukup.
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,036
(p<0,05), yang artinya menunjukkan hubungan yang bermakna antara tindakan
4.4.3. Hubungan antara Status Gizi dengan Indeks Prestasi
Hubungan antara status gizi dengan indeks prestasi pada anak SD Negeri
NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit dapat dilihat pada tabel distribusi
berikut:
Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi Menurut Indeks TB/U Responden Berdasarkan Indeks Prestasi Tentang Sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No Status Gizi
Indeks Prestasi Total
Baik Sedang Kurang
n % N % n % n %
1. Normal 3 16,67 10 55,55 5 27,78 18 100,0
2. Pendek 7 9,86 57 80,28 7 9,86 71 100,0
Pada tabel 4.19 dapat diketahui bahwa murid SD Negeri NO. 101835
Bingkawan terdapat 71 murid dengan status gizi pendek menurut indeks TB/U
sebagian besar memiliki indeks prestasi sedang sebanyak 57 murid (80,28%).
Sedangkan pada status gizi normal menurut indeks TB/U sebagian murid memiliki
indeks prestasi sedang sebesar 10 orang (55,55%). Dari hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,075 (p<0,05), artinya ada hubungan
yang bermakna antara status gizi menurut indeks TB/U dengan indeks prestasi.
Tabel 4.20. Distribusi Status Gizi Menurut Indeks BB/U Responden Berdasarkan Indeks Prestasi Tentang Sarapan di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2008
No Status Gizi
Indeks Prestasi Total
Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa murid SD Negeri NO. 101835
Bingkawan terdapat 84 orang responden dengan status gizi baik menurut indeks
BB/U pada umumnya memiliki indeks prestasi sedang sebesar (75%) dan 2 orang
(100,00%) responden dengan status gizi lebih memiliki indeks prestasi sedang. Dari
hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,655
(p>0,05), yang artinya tidak ada menunjukkan hubungan yang bermakna antara
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan, sikap,
tindakan sarapan terhadap status gizi dan indeks prestasi serta hubungan antara
variabel tersebut pada anak Sekolah Dasar Negeri NO. 101835 Bingkawan , maka
dapat dijelaskan sebagai berikut:
5.1. Hubungan Pengetahuan tentang sarapan dengan Sikap tentang Sarapan
Sarapan merupakan suatu kegiatan yang penting khususnya bagi anak sekolah
dasar sebelum melakukan aktivitas fisik, proses belajar mengajar. Paling tidak murid
harus mengetahui manfaat sarapan bagi dirinya sendiri. Secara umum pengetahuan
anak sekolah di SD Negeri NO. 101835 Bingkawan umumnya sudah baik. Dari hasil
penelitian yang dilakukan para murid sudah mengerti manfaat maupun kerugian
sarapan itu bagi dirinya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan
sebagian besar para murid mengerti kapan waktu sarapan yaitu sarapan dilakukan
pagi hari dan sebelum berangkat ke sekolah karena mereka mengetahui bahwa
dengan sarapan mereka akan memperoleh energi sehingga membuat mereka lebih
mudah menerima pelajaran.
Dari pernyataan di atas penulis berasumsi bahwa selain dari pendidikan
formal yang didapat di sekolah responden mungkin mendapatkkan pengetahuan
tentang sarapan melalui media cetak ataupun elektronik seperti buku-buku pustaka,
televisi, majalah,dll ataupun dari keluarga khususnya orangtua.
merupakan hal yang sangat penting bagi terjadinya proses perilaku. Anak-anak relatif
lebih mudah dididik pada usia sekolah dibandingkan pada usia sebelum dan
sesudahnya. Karena itu, sangat tepat jika pada anak sekolah dasar ditanamkan
dasar-dasar pengetahuan gizi dan kebiasaan makan khususnya sarapan yang baik.
Begitu juga dengan sikap responden tentang sarapan di SD Negeri
No.101835 Bingkawan dapat dikategorikan cukup baik. Hal ini dapat ditunjukkan
bahwa sebahagian besar responden setuju terhadap pernyataan untuk sarapan setiap
hari, sarapan membuat kamu lebih mudah menerima pelajaran, selain itu sarapan pagi
dapat memberi tenaga dan tidak cepat mengantuk, dan sarapan mempengaruhi
kegiatan belajar, dan tidak setuju minum teh manis atau minum susu cukup sebagai
pengganti sarapan pagi tetapi setuju terhadap pernyataan sarapan memberi energi
sehingga tidak lemas saat di sekolah.
Berdasarkan hasil uji Chi Square test, dimana (p>0,05) didapatkan
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
sarapan dengan sikap murid tentang sarapan.
Dari wawancara terbuka didapat salah satu penyebab para orangtua jarang
atau tidak sempat dalam menyediakan sarapan setiap paginya. Walaupun responden
mengerti manfaat sarapan dan setuju dengan sarapan tetapi semuanya tidak terwujud
5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan tentang Sarapan
Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden tentang sarapan dapat
dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat sarapan selalu dilakukan responden sebelum
berangkat ke sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian Agusri (2001), pengetahuan gizi yang didapat
para murid membuat mereka berusaha untuk mendapatkan makanan yang sehat dan
memenuhi kecukupan gizinya setiap hari khususnya untuk sarapan setiap hari.
Peran keluarga sangat berperan penting dalam hal ini khususnya dalam
menyediakaan sarapan di rumah. Tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan ada
sebagian kecil responden yang jarang sarapan bahkan ada beberapa responden yang
tidak pernah sarapan. Hal ini disebabkan ada sebagian orangtua yang tidak sempat
menyediakan sarapan karena harus bekerja di ladang. Tetapi ada juga responden
beralasan tidak sempat sarapan karena terburu-buru, bangun kesiangan, jarak sekolah
yang terlalu jauh dan malas harus sarapan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut
tidak jarang para orangtua memberikan bekal untuk dibawa ke sekolah atau malah
memberikan uang jajan.
Berdasarkan hasil uji Chi Square test dimana p=0,002 (p<0,05) didapatkan
kesimpulan bahwa ternyata ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang
sarapan dan tindakan sarapan pagi.
Berdasarkan hasil penelitian wawancara dengan responden didapat 44,9%
tidak pernah sarapan karena sudah menjadi kebiasaan. Hal ini berarti walaupun
tingkat pengetahuan tentang sarapan sudah baik tidak menjamin tindakan responden
terhadap sarapan baik.
5.3. Hubungan Sikap dengan Tindakan tentang Sarapan
Begitu juga hubungan antara sikap sarapan berdasarkan tindakan tentang
sarapan. Bila dilihat dari hasil statistik dengan menggunakan Chi Square ternyata
tidak ada hubungan yang bermakna p=0,705 (p>0,05). Hal ini berarti meskipun
responden memiliki sikap yang baik tentang sarapan tetapi tidak selamanya
berpengaruh pada tindakan mereka untuk melakukan sarapan pagi.
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak praktik. Namun sikap belum
tentu terwujud dalam tindakan yang nyata, sebab terwujudnya tindakan perlu faktor
lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoatmodjo,2005).
5.4. Hubungan Tindakan Sarapan Dengan Status Gizi
Pada responden yang tindakan sarapannya dikategorikan baik didapatkan
kebanyakan berstatus gizi pendek (78,12%) menurut indeks TB/U sedangkan jika
pada status gizi menurut indeks BB/U terdapat responden yang tindakan sarapannya
dikategorikan baik (93,75%) dengan status gizi normal.
Dari hasil penelitian tentang hubungan tindakan sarapan dengan status gizi
dilakukan uji Chi Square test dimana (p>0,05) sehingga didapatkan kesimpulan
baik menurut indeks TB/U dan BB/U pada anak sekolah di SD Negeri NO. 101835
Bingkawan.
Dari pernyataan di atas berarti sarapan hanya memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi pada pagi hari saja, sarapan hanya memiliki asupan gizi 25% dari kebutuhan
sehari-hari dan merupakan salah satu faktor pendukung dalam pemenuhan kebutuhan
akan zat-zat gizi untuk sehari tetapi tidak menjadi penyebab utama mempengaruhi
status gizi seseorang. Faktor lain adalah dimana sarapan anak kurang bervariasi
karena ketersediaan bahan makanan dalam keluarga yang tidak mencukupi gizi
anggota keluarga baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dari hasil wawancara
didapat sebahagian responden memilih makanan jajanan untuk mengganti sarapan
seperti indomie, kue-kue atau minuman teh gelas. Kemungkinan lain disebabkan
tingkat ekonomi keluarga masih rendah, sehingga makanan yng disediakan
disesuaikan dengan ekonomi keluarga.
Menurut Sediaoetama (1999) kualitas dan kuantitas menunjukkan adanya
zat-zat gizi dan jumlah masing-masing zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, dan tingkat
konsumsi seseorang dapat mempengaruhi status gizi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwita (1999) di SD
Negeri NO. 064992 Kecamatan Amplas Kodya Medan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara tindakan makan dengan status gizi menurut indeks BB/U
ternyata murid yang memiliki tindakan sarapan baik pada umumnya berstatus gizi
5.5. Hubungan Tindakan Sarapan Dengan Indeks Prestasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat antara tindakan tentang sarapan
dengan indeks prestasi bahwa pada umumnya murid dengan tindakan sarapan yang
baik memiliki indeks prestasi cukup. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan
uji Chi Square diperoleh p=0,036 (p<0,05), yang artinya menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara tindakan sarapan dengan indeks prestasi murid SD.
Penulis berasumsi bahwa adanya tindakan sarapan yang dilakukan responden setiap
hari secara teratur dapat menunjang indeks prestasi yang baik dalam belajar.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan sarapan pagi memenuhi
kecukupan energi yang diperlukan untuk jam pertama dalam melakukan aktivitas.
Jika tidak sarapan, maka tubuh akan tidak mempunyai energi yang cukup terutama
pada proses belajar mengajar (Khomsan, 2003).
5.6. Hubungan Status Gizi dengan Indeks Prestasi
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi menurut indeks
TB/U responden di SD Negeri No.101835 Bingkawan dikategorikan berstatus gizi
pendek (79,8%).
Hal ini mungkin disebabkan defisiensi zat-zat gizi pada saat yang cukup lama,
Sedangkan status gizi responden menurut indeks BB/U terdapat (94,4%)
responden berstatus gizi baik. Ini berarti status gizi responden sekarang ini baik,
tetapi masih ada di antara responden dengan status gizi kurang dan buruk.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong
dalam indeks prestasi cukup. Hasil ini dilihat berdasarkan nilai ujian bulanan
responden yang dilakukan setiap bulan meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia,
PPKN, Matematika, IPA dan IPS yang kemudian rata-rata dari seluruh mata pelajaran
tersebut diklasifikasikan berdasarkan Hasil Rapat Komite Sekolah dan Orangtua
Murid SD Negeri NO.101835 Bingkawan. Adapun alasan Sekolah Dasar tersebut
tidak menggunakan klasifikasi dari Dirjen Pendidikan disebabkan karena para guru
menganggap bahwa jika mereka menggunakan klasifikasi yang ada maka persentasi
Indeks Prestasi dari seluruh murid tidak akan tercapai atau jauh dari yang
diharapkan. Hasil ini tidak jauh berbeda dari data nilai raport akhir semester yang
diambil saat survei pendahuluan terdapat (10%) indeks prestasi cukup (60%) indeks
prestasi sedang dan (30%) indeks prestasi baik. Hal ini disebabkan karena para guru
tidak hanya melihat dari prestasi para murid pada saat ujian tetapi dilihat dari
keterampilan maupun kemampuan murid dalam berinteraksi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan status gizi menurut
indikator TB/U terhadap Indeks Prestasi di SD Negeri No. 101835 Bingkawan,
diketahui bahwa sebagian besar anak SD yang berstatus gizi pendek memiliki indeks
prestasi sedang. Dari wawancara terbuka yang dilakukan peneliti bahwa nafsu makan