• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Switching Barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair And Make Up Salon Setiabudi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Switching Barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair And Make Up Salon Setiabudi Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA I

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

FAKTOR-FAKTOR SWITCHING BARRIER TERHADAP PELANGGAN PADA PALAZZO HAIR AND MAKE UP SALON SETIA BUDI

MEDAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH

NAMIRA 060502063

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Namira. (2010). FAKTOR-FAKTOR SWITCHING BARRIER TERHADAP

PELANGGAN PADA PALAZZO HAIR AND MAKE UP SALON

SETIABUDI MEDAN. Dibawah bimbingan : Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si Ketua Departemen Manajemen : Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si. Dosen Penguji I : Ibu Dra. Lucy Anna, MS Dosen Penguji II : Bapak Doli Muhammad J Dalimunthe, S.E, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair and make up Salon Setiabudi Medan Metode analisis yang digunakan untuk meneliti Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair and make up Salon Setiabudi Medan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Kuantitatif dengan Metode Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif dapat dilihat karakteristik responden dengan masing-masing variabel yang diteliti. Sedangkan dari Analisis Kuantitatif dengan metode regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel nilai-nilai ekonomis, ritual, dan fungsional terhadap pelanggan pada Palazzo Hair and Make up Salon Setia Budi Medan, sedangkan variabel psikologis dan sosial tidak berpengaruh positif dan signifikan, dengan persamaan regresi Y = 0,772 + 0,310 X1 + 0,132 X2 + 0,146 X3 + 0,294 X4 + -0,399 X5 + e dan nilai Fhitung

adalah 41,542 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,505 dimana kemampuan variabel Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan adalah sebesar 50,5% sedangkan sisanya 49,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Pada Uji t, variabel fungsional merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi pelanggan pada Palazzo Hair and Make up Salon Setia Budi Medan.

Kata kunci : Faktor-Faktor Switching Barrier, Pelanggan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan ridho-Nya yang telah menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis selama mengerjakan penelitian ini telah banyak menerima saran,

motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan dalam penulisan

skripsi ini.

5. Ibu Dra. Lucy Anna, M.S selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak Doli Muhammad J Dalimunthe, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II yang

telah banyak memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

7. Kepada dosen-dosen departemen manajemen yang telah memberikan

pengajaran selama perkuliahan.

8. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta H. Ir Aja

Ibrafan, MM dan Hj. Langgasari Pulungan atas dukungan moral, material dan

doa selama ini yang tidak putus-putusnya bagi penulis.

9. Kepada Ketiga adikku tersayang Adja nazlia, Arif Hidayat, Dienda Khairani.

10.Kepada seluruh pegawai departemen manajemen (Kak Dani, Bang Zum, Kak

Vina, Kak Susi) yang selama ini telah banyak membantu penulis.

11.Kepada sahabat-sahabat di departemen manajemen stambuk 2006 Rizky

(4)

Sitepu, Dicky Sukenji, Hadryansyah azhari, Khairulsyah Alam Nst, Boyke

Piay, Erfandy Prasetyo, Vidi Isra Hsb, Rifwan Syahputra, Rifky Fathoni, Fariz

Mahmud, Musa Sembiring dan nama - nama yang tidak bisa penulis paparkan

satu persatu yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

12.Kepada junior stambuk 2007, 2008, 2009, dan 2010.

13.Kepada Maulana Helmi S.Kom yang selalu mengingatkan penulis dan

memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna mengingat

keterbatasan penulis. Dengan demikian, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2011

Penulis

Namira

(5)

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

BAB IIURAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Pengertian Jasa ... 17

C. Pengambilan Keputusan Pelanggan ... 18

D. Switching Barrier ... 21

E. Hubungan Relationship dengan Switching Barrier dan Custumor loyalty ... 25

F. Kepuasan Pelanggan ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM PALAZZO HAIR AND MAKE UP SALON A. Deskripsi Perusahaan ... 27

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 27

C. Visi dan Misi Perusahaan ... 29

D. Kegiatan Operasional Perusahaan ... 30

(6)

2. Destibusi Jawaban Responden ... 35

B.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

C.Analisis Kuantitatif ... 43

1. Uji Asumsi Klasik ... 43

2. Uji Regresi Linear Berganda ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Defenisi Operasional Variabel ... 7

Tabel 1.2 Populasi dan Sampel Pelanggan Salon April – Juni 2010 ... 10

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 33

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ... 34

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi ... 34

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Nilai-nilai Ekonomis... 35

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Psikologis 36

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Sosial ... 37

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Ritual ... 38

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Fungsional 39

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Pelaggan ... 40

Tabel 4.10 Item – Total Statistic ... 41

Tabel 4.11 Reliability Statistic ... 42

Tabel 4.12 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 46

Tabel 4.13 Uji Glejser ... 48

Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas ... 49

Tabel 4.15 Hasil Uji F ... 50

Tabel 4.16 Hasil Uji t ... 51

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 4

Gambar 2.1 Pengambilan Keputusan Pelanggan ... 19

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Palazzo Salon ... 28

Gambar 4.1 Histogram ... 44

Gambar 4.2 Normal P- P Plot of Regression Standardized Residual ... 45

Gambar 4.3 Scatterplot ... 47

(9)

ABSTRAK

Namira. (2010). FAKTOR-FAKTOR SWITCHING BARRIER TERHADAP

PELANGGAN PADA PALAZZO HAIR AND MAKE UP SALON

SETIABUDI MEDAN. Dibawah bimbingan : Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si Ketua Departemen Manajemen : Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si. Dosen Penguji I : Ibu Dra. Lucy Anna, MS Dosen Penguji II : Bapak Doli Muhammad J Dalimunthe, S.E, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair and make up Salon Setiabudi Medan Metode analisis yang digunakan untuk meneliti Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair and make up Salon Setiabudi Medan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Kuantitatif dengan Metode Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif dapat dilihat karakteristik responden dengan masing-masing variabel yang diteliti. Sedangkan dari Analisis Kuantitatif dengan metode regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel nilai-nilai ekonomis, ritual, dan fungsional terhadap pelanggan pada Palazzo Hair and Make up Salon Setia Budi Medan, sedangkan variabel psikologis dan sosial tidak berpengaruh positif dan signifikan, dengan persamaan regresi Y = 0,772 + 0,310 X1 + 0,132 X2 + 0,146 X3 + 0,294 X4 + -0,399 X5 + e dan nilai Fhitung

adalah 41,542 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,505 dimana kemampuan variabel Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan adalah sebesar 50,5% sedangkan sisanya 49,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Pada Uji t, variabel fungsional merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi pelanggan pada Palazzo Hair and Make up Salon Setia Budi Medan.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perekonomian dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, dimana

dapat dilihat dengan semakin banyak bertumbuhnya sektor dunia usaha yang telah

menjadi suatu area persaingan yang sangat tajam. Perkembangan dunia usaha

yang semakin cepat diiringi dengan meningkatnya persaingan yang menuntut

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya yang bertujuan untuk mendapatkan

laba. Pertambahan dan kelangsungan hidup perusahaan pada saat ini banyak

mengubah kualitas menjadi senjata strategis yang lebih potensial, dapat

menjalankan persaingan secara konsisten, menguntungkan dan memenuhi

kebutuhan serta preferensi pelanggan atas kualitas yang didapatkan dari

perusahaan tersebut. Ada banyak perusahaan yang menjual produk yang sama

namun bersaing dengan memberikan keunggulan tertentu pada produknya.

Salon yang bermunculan saat ini sangat banyak sehingga menyebabkan

persaingan yang semakin ketat diantara sesama pengusaha salon di Medan. Oleh

karena itu agar dapat menarik pelanggan yang sebanyak-banyaknya, para pemilik

salon harus melakukan sesuatu agar pelanggan menjadi loyal. Bahkan perusahaan

rela mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk mengejar dan mempertahankan

pelanggan agar tetap menggunakan jasa salon tersebut. Dalam mengembangkan

bisnis salon pada umumnya, penerapan suatu jasa yang berkualitas mempengaruhi

perkembangan kepuasan konsumen dan mempertahankan pelanggan yang sudah

dimiliki. Salon selalu memberikan beragam produk dan layanan yang berkualitas

(11)

bagi semua pelanggannya. Salon juga percaya bahwa keberhasilan suatu usaha di

pasar ditentukan oleh dukungan dari pelanggan yang puas akan pelayanan yang

diberikan.

Salon merupakan salah satu sektor dunia usaha yang mulai berkembang

di kota Medan, dimana banyak bermunculan usaha sejenis yang menarik

antusiasme masyarakat untuk menggunakan jasa tersebut, dimana salon dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya kaum wanita atas kebutuhan akan

kecantikan diri.

Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan merupakan salah satu jenis usaha dimana bergerak pada bidang kecantikan yang dimana Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan berdiri pada tanggal 2 Maret tahun 2008 yang didirikan oleh Ibu Rina atas keinginannya menderikan usaha salon

kecantikan sendiri serta untuk menyalurkan hobbynya didalam dunia kecantikan.

Palazzo Hair and make up salon diminati oleh banyak pelanggannya karena salon menyediakan produk jasa yang bervariasi dan sangat memperhatikan

kualitasnya. Penataan ruangan yang minimalis, bersih dan baik sehingga

menciptakan suasana yang nyaman. Pemilik salon selalu berusaha memperhatikan

kebutuhan spesifik pelanggannya secara seksama. Kualitas kedekatan antara

pegawai salon dengan pelanggan sangat erat sehingga membuat pelanggan

diperlakukan sebagai keluarga dan menjadi faktor hambatan bagi pelanggan untuk

pindah ke salon lain. Keterampilan pemilik salon dan pegawainya yang cukup

(12)

Switching barrier atau biaya peralihan adalah resiko beralih. Jones et.al dikutip oleh Claes (2003) menjelaskan bahwa: “Switching barrier is any factor which makes it difficult or costly consumers to change providers”. Dengan perkataan lain yaitu “biaya peralihan adalah segala faktor yang mempersulit atau

memberikan biaya kepada pelanggan jika beralih penyedia jasa. Claes (2003)

membedakan tiga jenis biaya peralihan yaitu : Transaction cost, Learning Cost, dan Artificial Cost.

Budi Suharjo (dalam Palupi, Swa, 2006) telah menjelaskan beberapa

variabel dalam switching barrier. Adapun penjelasan dari variabel-variabel switching barrier itu sebagai berikut: 1. Nilai-nilai ekonomis yaitu Nilai-nilai ekonomis memiliki dua komponen utama yang menentukan nilai dari suatu

produk atau jasa yaitu manfaat dan pengorbanan. 2. Psikologis yaitu adalah upaya

mental, rasa tidak sanggup, atau ketakutan yang terjadi pada saat menilai berbagai

alternatif jasa. 3. Sosial yaitu seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang,

keluarga, ataupun peran dan status yaitu posisi seseorang dalam setiap kelompok,

4. Ritual adalah upacara tentang kebenaran religius yang berarti, dan 5.

Fungsional yaitu kemampuan suatu penyedia jasa untuk menjalankan

fungsi-fungsinya apakah nantinya memuaskan atau tidak memuaskan bagi pelanggan.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian pada Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan dengan judul “ Faktor-Faktor switching barrier Terhadap Pelanggan Pada Palazzo Hair and make up Salon Setiabudi Medan

(13)

B. Perumusan Masalah

Apakah variabel switching barrier seperti nilai-nilai ekonomis, faktor psikologis, sosial, ritual dan fungsional berpengaruh terhadap pelanggan pada

Palazzo Hair and make up Salon Setiabudi Medan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiono, 2005 : 49).

Seiring dengan banyaknya salon yang ada di kota Medan maka penulis ingin

mengetahui bagaimana switching barrier berpengaruh terhadap pelanggan pada Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan. Untuk membentuk switching barrier yang kuat, maka pemilik salon harus memperhatikan variabel-variabel dari switching barrier itu sendiri. Menurut Budi Suharjo (Palupi, Swa, 2006), faktor-faktor switching barrier selain terdiri dari hambatan nilai-nilai ekonomis juga terdapat faktor psikologis, sosial, fungsional dan ritual. Melalui pernyataan

tersebut, kerangka pemikirannya adalah:

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Sumber : Budi Suharjo (Palupi, Swa, 2006, data diolah 2010)

Switching Barrier 1. Nilai-nilai ekonomis (X1) 2. Psikologis (X2)

3. Sosial (X3) 4. Ritual (X4) 5. Fungsional (X5)

(14)

Kerangka tersebut menjelaskan bahwa switching barrier mempengaruhi pelanggan. Hal ini disebabkan konsumen tidak mau mengambil resiko yang besar

jika berganti penyedia jasa.

2. Hipotesis

Variabel switching barrier seperti nilai-nilai ekonomis, psikologis, sosial, ritual dan fungsional berpengaruh positif terhadap pelanggan pada Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis variabel-variabel switching barrier yang mempengaruhi pelanggan pada Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Palazzo

Hair and make up salon Setiabudi Medan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan usahanya di masa yang akan

datang.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi

peneliti lain dalam melakukan penelitian objek maupun masalah yang

sama di masa yang akan datang.

(15)

c. Bagi Penulis

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan

dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan

kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis khususnya

tentang switching barrier.

E. Metode Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian :

a. Variabel bebas adalah yang nilainya tidak tergantung pada

variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas antara lain :

1. Nilai-nilai ekonomis (X1) meliputi perilaku pelanggan untuk tidak

pindah ke salon lain karena biaya/harga yang ditanggung dengan

manfaat yang diterimanya sebagai pelanggan Palazzo Hair and make up salon Setiabudi tidak ditemuka n di salon lain.

2. Psikologis (X2), yaitu kecemasan dan ketakutan emosi pribadi

pelanggan jika ia pindah ke salon lain.

3. Sosial (X3) adalah loyalitas pelanggan kepada Palazzo Hair and

make up salon Setiabudi disebabkan karena takutnya kehilangan status sosial jika pindah ke salon lain.

4. Ritual (X4), yaitu loyalitas pelanggan disebabkan pegawai Palazzo

Hair and make up salon Setiabudi sudah mengenal baik keinginan pelanggan dan merupakan aktivitas rutin untuk mendapatkan

(16)

5. Fungsional (X5), yaitu loyalitas pelanggan disebabkan karena

Palazzo Hair and make up salon Setiabudi mampu menjalankan fungsinya dengan baik sebagai salon yaitu mempercantik semua

pelanggannya dengan kualitas yang baik dan pelayanan yang

profesional. Sehingga pelanggan takut tidak akan menemukannya

di salon lain.

b. Variabel terikat, yaitu pelanggan adalah individu yang datang ke

salon Palazzo secara rutin untuk melakukan perawatan kecantikan.

2. Operasional Variabel

Tabel 1.1.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala

Ukur Variabel

Nilai-nilai ekonomis

(X1)

Perilaku loyalitas pelanggan untuk tidak pindah ke salon lain karena biaya/harga yang ditanggung dengan manfaat yang diterimanya sebagai pelanggan Palazzo Hair and make up salon Setiabudi tidak ditemuka n di salon lain.

1. Produk salon berkualitas sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan 2. Harga yang sesuai dengan

pelayanan yang diberikan pada pelanggan

3. Harga yang diberikan terjangkau oleh pelanggan

Skala Likert

Variabel Psikologis

(X2)

Kecemasan dan ketakutan emosi pribadi pelanggan jika ia pindah ke salon lain

1. Pegawai bersikap ramah kepada pelanggan

Loyalitas pelanggan kepada Palazzo Hair and make up salon Setiabudi disebabkan karena takutnya kehilangan status sosial jika pindah ke salon lain.

1. Menjadi pelanggan salon memiliki rasa prestise tersendiri

2. Salon suda h terkenal di kalangan umum

3. Salon membuat pelanggan merasa bangga sebagai pelanggan setianya

Skala Likert

(17)

Variabel Ritual

(X4)

Loyalitas pelanggan disebabkan pegawai Palazzo Hair and make

up salon Setiabudi sudah

mengenal baik keinginan pelanggan dan merupakan aktivitas rutin untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan perusahaan.

1. Pegawai salon cepat tanggap dengan keinginan pelanggan

2. Pegawai salon berpenampilan baik

3. Ruangan salon yang selalu bersih

Loyalitas pelanggan disebabkan karena Palazzo Hair and make up salon Setiabudi mampu menjalankan fungsinya dengan baik sebagai salon yaitu

mempercantik semua pelanggannya dengan kualitas

yang baik dan pelayanan yang profesional. Sehingga pelanggan takut tidak akan menemukannya di salon lain.

1. Pegawai salon sangat cekatan dalam melakukan pekerjaannya

2. Pegawai salon dapat diandalkan kemampuannya 3. Kualitas pekerjaan

pegawai salon sangat memuaskan

Skala Likert

Pelanggan (Y)

Individu yang datang ke salon Palazzo secara rutin untuk melakukan perawatan kecantikan

1. Pelanggan tidak ingin pindah ke salon lain

2. Pelanggan yakin ini adalah salon terbaik

3. Pelanggan selalu

merekomendasikan salon ini kepada orang lain 4. Menjadi pelanggan salon

ini adalah pilihan tepat

Skala Likert

Sumber : Anastasia (2008) (data diolah, 2010)

3. Skala Pengukuran Data

Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dalam penelitian

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik olah peneliti yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian ( Sugiyono, 2004 : 86 ).

Kriteria pengukuran data adalah sebagai berikut :

(18)

3 = Cukup

2 = Tidak Setuju

1 = Sangat Tidak Setuju

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan yang beralamat di Jalan Setiabudi No 275 B Medan. Penelitian

berlangsung dari bulan Juli sampai September 2010.

5. Jenis dan Sumber Data

Karangan ilmiah membutuhkan data – data yang akan dianalisis untuk

memecahkan permasalahan – permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu dalam

penelitian ini digunakan dua jenis sumber data yakni :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden

terpillih pada lokasi penelitian melalui kuesioner dan wawancara kepada

responden.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi

pustaka, dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal dan

majalah untuk mendukung penelitian ini.

6. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau

menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 103). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pelanggan yang datang ke Palazzo Hair and make up salon Setiabudi Medan selama tiga bulan terakhir sebanyak 400 orang.

(19)

b. Sampel

Menurut Gay dalam buku Umar (2007: 79), menjelaskan bahwa ukuran

minimum sampel yang diterima berdasarkan pada desain penelitian yang

digunakan untuk populasi relatif kecil minimal 20% dari populasi.

Populasi dan sampel dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Populasi dan Sampel Pelanggan Salon April-Juni 2010

Pelanggan Salon

Total April

(Orang)

Mei (Orang)

Juni (Orang)

Jumlah 125 135 140 400

Sumber: Palazzo Hair And Makeup Salon Setia Budi Medan (data diolah, 2010)

Dimana : n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = taraf kesalahan yaitu 5 % atau 0,05

Populasi (N) berjumlah 400 orang, sehingga jumlah sampel adalah :

400

n

=

1 + (400 x 0,052)

n

= 200 atau 200 orang

(20)

Schindler, 2006). Penulis menyebarkan kuesioner secara acak kepada

pelanggan Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi Medan. 7. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara berikut:

a. Wawancara (interview)

Pengumpulan data dengan cara wawancara langsung dengan wawancara

(interview) dengan Pemilik Palazzo Hair and Make up Salon Medan. b. Daftar Pertanyaan (questionnaire)

Teknik dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden

untuk dijawab, dari jawaban ditentukan skornya dengan skala likert. Yang

nantinya didalam daftar pertanyaan tersebut akan diisi oleh Pelanggan

Palazzo Hair and Make up Salon Medan.

c. Observasi yaitu Pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian

disertai dengan pertanyaan dan komunikasi dengan objek yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk menguji apakah

kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Valid berarti instrument

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan

reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek

yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiono, 2005:109). Uji validitas

dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan program

SPSS 16,00 for Windows.

(21)

.

9. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan cara menyusun,

mengelompokkan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran tentang

masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Metode Analisis Statistik

Analisis statistik adalah metode yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh nilai-nilai ekonomis, faktor psikologis, sosial, ritual, fungsional Palazzo

Hair and make up salon Setiabudi terhadap pelanggan dengan pengujian : 1. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa

besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (pelanggan) Palazzo Hair and make up salon Setiabudi (Sugiyono, 2005:204).

Model regresi berganda yang digunakan :

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e , dimana :

Y = pelanggan

a = konstanta

b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi

X1 = nilai-nilai ekonomis

X2 = psikologis

X3 = sosial

(22)

X5 = fungsional

e = standard error

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaiknya

disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana

H0 diterima. Analisis regresi ada 3 jenis kriteria ketepatan, yaitu :

a. Uji Signifikansi (F)

Uji F statistik dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah ada

pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) berupa

nilai-nilai ekonomis, psikologis, sosial, ritual dan fungsional terhadap pelanggan

yaitu variabel dependen (Y). model hipotesis yang digunakan dalam uji F-statistik

ini adalah :

H0 : bi = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh positif

terhadap variabel terikat.

Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh positif

terhadap variabel terikat.

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima

b. Signifikansi Individual (Uji-t)

Uji-T dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (Xi) apakah

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Yi) secara parsial.

Bentuk pengujiannya adalah:

(23)

H0 : b1, b2 b3, b4 b5 = 0, artinya secara parsial tidak berpengaruh positif dari

variabel bebas terhadap variabel terikat .

Ha : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0, artinya secara parsial berpengaruh positif dari variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas <

α

0,05, maka H0 di tolak

Jika probabilitas >

α

0,05, maka H0 di terima

c. Pengujian Koefisien Determinan (R2)

Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain koefisien determinan digunakan

untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yang diteliti (X1, X2, X3, X4,

X5) yaitu nilai-nilai ekonomis, psikologis, sosial, ritual, dan fungsional terhadap

variabel terikat yaitu pelanggan (Y). Koefisien determinan (R2) berkisar antara nol

sampai dengan satu ( 0 < R2 < 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak

adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan bila R2 mendekati 1

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian terdahulu

Kencanawati (2004) melakukan penelitian “Pengaruh Switching Barrier

terhadap Attidudinal Loyalty dan Customer Retention Pelanggan Selular Pasca

Bayar”. Kesimpulannya adalah bahwa dari hasil analisa tersebut didapatkan hasil

bahwa dari 3 dimensi pembentuk switching barrier, hubungan interpersonal

adalah switching yang paling dominan mempengaruhi attitudional loyalty dan

customer retention. Lalu switching cost tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap attitudional loyalty. Dari 6 dimensi pembentuk switching cost, hanya lost

performance cost dan uncertainty cost saja yang berpengaruh secara signifikan

positif terhadap attitudional loyalty dan hanya sunk cost dan set up saja yang

berpengaruh signifikan positif terhadap customer retention.

Anastasia (2008) “Pengaruh Switching Barrier Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Su’Yan Salon dan Fitri Salon Jalan Bunga Asoka Medan”. Hasil Analisis

data pada Su’Yan Salon dengan metode regresi linier berganda menunjukkan

bahwa variabel switching barrier nilai-nilai ekonomis (X1) berpengaruh negatif

terhadap loyalitas pelanggan (Y). Variabel lain seperti psikologis (X2), sosial

(X3), ritual (X4), dan fungsional (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

loyalitas pelanggan (Y) dengan nilai koefisien regresi X1 (b1) = -0.210, nilai

koefisien regresi X2 (b2) = 0,274, nilai koefisien regresi X3 (b3) = 0,029, nilai

15

(25)

koefisien regresi X4 (b4) = 0,328, nilai koefisien regresi X5 (b5) = 0,833.

Selanjutnya hasil uji thitung diperoleh t-hitung untuk variabel nilai – nilai ekonomis

(X1) = 0,565, psikologis (X2) =0,434 , sosial ( X3) = 0,923, ritual (X4) = 0,106,

dan fungsional (X5) = 0,000 artinya variabel fungsional paling dominan

mempengaruhi loyalitas pelanggan. Selanjutnya hasil uji Fhitung diperoleh hasil

bahwa variabel nilai – nilai ekonomis (X1) psikologis (X2), sosial ( X3), ritual

(X4), dan fungsional (X5) secara bersama – sama atau serentak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Su’Yan Salon. Koefisien determinan

sebesar 57,9 %. Hasil Analisis data pada Fitri Salon dengan metode regresi linier

berganda menunjukkan bahwa variabel switching barrier nilai-nilai ekonomis

(X1), psikologis (X2), sosial ( X3), dan ritual (X4) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap loyalitas pelanggan (Y) sedangkan variabel fungsional (X5)

berpengaruh negatif terhadap loyalitas pelanggan (Y) dengan nilai koefisien

regresi X1 (b1) = 0,567, nilai koefisien regresi X2 (b2) = 0,952, nilai koefisien

regresi X3 (b3) = 0,294, nilai koefisien regresi X4 (b4) = 0,046, nilai koefisien

regresi X5 (b5) = -0,204. Selanjutnya hasil uji thitung diperoleh Thitung untuk

variabel nilai – nilai ekonomis (X1) = 0,006, psikologis (X2) = 0,001 , sosial ( X3)

= 0,235, ritual (X4) = 0,779, dan fungsional (X5) = 0,439 artinya variabel

psikologis paling dominan mempengaruhi loyalitas pelanggan. Selanjutnya hasil

uji Fhitung diperoleh hasil bahwa variabel nilai – nilai ekonomis (X1) psikologis

(X2), sosial ( X3), ritual (X4), dan fungsional (X5) secara bersama – sama atau

seretak berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Fitri

(26)

B. Pengertian Jasa

Jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah

satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak

menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa terikat dan bisa

juga tidak terikat pada suatu produk fisik.

Zethaml dan Bitner (dalam Lupiyoadi, 2001: 5) menyatakan bahwa jasa

merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk

dalam bentuk fisik atau kontruksi yang biasana dikonsumsi pada saat yang sama

dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti

kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah

yang dihadapi konsumen.

Tjiptono (2002 : 136) menjelaskan beberapa karakteristik unik jasa yang

membedakan dengan barang adalah :

a. Intangibility (Tidak Berwujud)

Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau

benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha.

Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,

didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.

b. Inseparability (Tidak Terpisahkan)

Barang-barang diproduksi, dijual, dan kemudian dikonsumsi. Sebaliknya, jasa

sering dijual, diproduksi, dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan.

(27)

c. Variability

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa,

kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

d. Perishability (Tidak Tahan Lama)

Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi

kereta api yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu

tanpa pasien di tempat praktik seorang dokter, akan berlalu/hilang begitu saja

karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan di waktu yang lain.

C. Pengambilan Keputusan Pelanggan

Pelanggan ketika memutuskan untuk membeli suatu jasa guna memenuhi

kebutuhannya yang belum terpenuhi, umumnya melewati proses pembelian yang

lebih rumit jika dibandingkan apabila membeli barang. Jasa memiliki ciri-ciri

seperti ketidakberwujudan dan keragaman membuat pelanggan sulit menilai

berbagai pilihan sebelum membeli suatau jasa. Berikut akan dijelaskan

(28)

Sadar akan adanya kebutuhan

Pencarian Informasi :

a. Mendefenisikan kebutuhan b. Mencari-cari solusi

c. Mengidentifikasi pemasok jasa alternatif

Evaluasi terhadap Penyedia Jasa Alternatif a. Mengkaji dokumen (mis : iklan, brosur,

situs, web, dll)

b. Berkonsultasi dengan orang lain (mis : teman, keluarga, dan pelanggan lain) c. Mengunjungi penyedia jasa

Minta layanan dari penyedia terpilih (Atau mengusulkan layanan sendiri)

Penyerahan atau penyedia terpilih

Evaluasi terhadap kinerja jasa

Keinginan Datang

TAHAP PRA PEMBELIAN

Tahap Pertemuan atau Pelaksanaan Jasa

Tahap Pasca – Pembelian

(29)

Gambar 2.1. : Pengambilan Keputusan Pelanggan Sumber : Lovelock dan Wright (2005 : 75)

Keterangan

1. Tahap Pra-Pembelian

Tahap Pra-pembelian yaitu proses dimulai saat pelanggan menyadari

adanya masalah atau kebutuhan. Setelah pelanggan melakukan

pengumpulan informasi, yang dapat bervariasi mulai dari yang umum

hingga yang rinci dan lengkap, pelanggan mengidentifikasi beberapa

alternatif penyedia jasa dan kemudian menilai manfaat dan risiko

masing-masing pilihan sebelum mengambil keputusan pembelian.

2. Tahap Pertemuan Jasa

Tahap pertemuan jasa yaitu tahap dimana setelah pelanggan memutuskan

membeli jasa tertentu, pelanggan terlibat dalam satu pertemuan jasa atau

lebih dengan penyedia jasa. Pertemuan-pertemuan jasa ini sering dimulai

dengan permintaan jasa dari penyedia yang dipilih, melalui mengambil

formulir aplikasi, reservasi, atau sekedar pemesanan. Dalam jasa kontak

tinggi, seperti restoran, perawatan kesehatan, hotel, salon kecantikan atau

transportasi umum, pelanggan dapat mengalami berbagai jenis pertemuan

jasa selama penyerahan jasa berlangsung.

Pelanggan mendasarkan keputusan tentang kualitas jasa pada beberapa

faktor yang mempengaruhi hasil tahap pertemuan jasa. Faktor-faktor ini

termasuk:

a. Lingkungan jasa, meliputi semua karakteristik lingkungan yang

(30)

perlengkapan serta suasana perusahaan (termasuk kebersihan, bau

udara, atau kebisingan).

b. Karyawan penyedia jasa, karena dalam proses penyerahan jasa,

pelanggan berinteraksi langsung dengan karyawan. Karyawan harus

dengan hati-hati diseleksi, dilatih, dan diberi kompensasi untuk

menangani penyerahan jsasa secara efektif.

c. Jasa pendukung, terdiri atas bahan atau perlengkapan serta semua

proses di belakang panggung yang memungkinkan karyawan di garis

depan melakukan dengan baik.

3. Tahap Pasca-Pembelian

Tahap Pasca-pembelian, pelanggan mengevaluasi kualitas jasa dengan

membandingkan apa yang pelanggan harapkan dengan yang diterima

pelanggan. Jika harapan pelanggan terpenuhi bahkan terlampaui,

pelanggan yakin telah menerima jasa yang berkualitas tinggi. Pelanggan

yang puas ini akan cenderung menjadi pelanggan yang loyal.

D. Switching Barrier

Tipe switching barrier atau biaya peralihan adalah resiko beralih. Jones et.al dikutip oleh Claes (2003) menjelaskan bahwa: “Switching barrier is any factor which makes it difficult or costly consumers to change providers”. Dengan perkataan lain yaitu “biaya peralihan adalah segala faktor yang mempersulit atau

memberikan biaya kepada pelanggan jika beralih penyedia jasa.

Claes (2003) membedakan tiga jenis biaya peralihan :

1. Transaction cost

(31)

Sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pelanggan berganti penyedia

jasa sebagai balas jasa. Contohnya: bila menabung di Bank, dan ingin

menutup rekening karena ingin pindah ke Bank lain maka sejumlah

uang dan tabungan harus dipotong sebagai biaya administrasi.

2. Learning Cost

Setiadi (2003 : 185) menyatakan bahwa pembelajaran dapat dipandang

sebagai proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam

pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Sehingga jika konsumen beralih

dari penyedia jasa tempat ia berlangganan, konsumen harus

menyesuaikan diri kembali dengan tempat ia berlangganan sekarang.

3. Artificial Cost

Artificial Cost berasal dari dalam perusahaan itu sendiri untuk mempertahankan pelanggannya. Perusahaan memberikan pelayanan

pelengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan pelangggan. Sebagai

contoh : kupon potongan harga yang diberikan perusahaan untuk

pembelian berikutnya jika konsumen melakukan transaksi minimal Rp

100.000. Dengan begitu, maka seorang pelanggan terikat untuk

melakukan ransaksi lagi dengan perusahaan.

Budi Suharjo (dalam Palupi, Swa, 2006) telah menjelaskan beberapa

variabel dalam switching barrier. Adapun penjelasan dari variabel-variabel switching barrier itu sebagai berikut:

1. Nilai- nilai Ekonomis

Nilai ekonomis memiliki dua komponen utama yang menentukan nilai dari

(32)

dilihat dari suatu solusi alternatif, kualitas serta kustomisasi yang dimilki

produk tersebut, sedangkan manfaat jasa yang menyertai produk tersebut

dapat dilihat dari dimensi kualitas jasa. Selain manfaat dari produk dan jasa

terdapat lagi manfaat dari sisi relationship yang terdiri dari citra, kepercayaan

dan solidaritas. Oleh karena itu, pengorbanan terdiri dari harga (moneter)

yang harus dibayar untuk mendapatkan produk (termasuk jasa yang

menyertainya) dan pengorbanan dari sisi waktu, upaya dan energi yang

diperlukan untuk memperolehnya dan juga konflik yang ditimbulkannya

(Lapierre, dalam Hurriyati, 2005 : 109).

2. Psikologis

Faktor psikologis adalah upaya mental, rasa tidak sanggup,atau ketakutan

yang terjadi pada saat menilai berbagai alternatif jasa. Faktor psikologis

timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga

diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya (Simamora, 2003 :

90).

3. Sosial

Faktor sosial terdiri atas kelompok referensi yaitu seluruh kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang, keluarga, ataupun peran dan status yaitu posisi seseorang

dalam setiap kelompok.

4. Ritual

Ritual adalah upacara tentang kebenaran religius yang berarti. Dalam

membangun kesetiaan pelanggan, hal ini adalah aktivitas rutin untuk

menaikkan perusahaan kepada tujuan-tujuan serta nilai-nilai yang dinginkan.

(33)

Tindakan setiap hari seperti misalnya penampilan pribadi dan tempat kerja,

kebiasaan berterima kasih, memuji pelanggan, sambutan yang tepat dan

hangat, cepat tanggap kepada pelanggan dan secara keseluruhan semua

tingkah laku rutin yang diperlukan untuk membangun kesetiaan pelanggan

adalah contoh ritual (Timm, 2005 : 148).

5. Fungsional

Fungsional sangat erat kaitannya dengan kualitas, yaitu kemampuan suatu

penyedia jasa untuk menjalankan fungsi-fungsinya apakah nantinya

memuaskan atau tidak memuaskan bagi pelanggan.

Sudarmadi (Swa, 19 januari 2005/ www.swa.co.id

Caranya :

) menjelaskan bahwa

loyalitas adalah antusiasme. Dan antusiasme konsumen dpat dimanfaatkan oleh

perusahaan sebagai switching barrier. Yang pasti, tiap-tiap pemasar harus bisa membuat program yang bersifat customer feedback yang secara tidak langsung bisa menciptakan emosional konsumen untuk lebih loyal.

a. Create a cause; menciptakan emosional konsumen untuk lebih loyal. Contoh: Nokia dengan tagline nya : “Nokia, connecting people

b. Bit rate of change; seperti memberikan sampel produk sehingga diharapkan konsumen akan mencobanya.

c. Communitty System, yang bisa dilakukan dengan dua hal: netralize knowledge (publikasi produk melalui situs web, jurnal atau majalah internal) untuk

(34)

Contoh: Telkomsel membuat wadah simPATI Zone kepada pengguna kartu

prabayar simPATI.

E. Hubungan Relationship Marketing dengan Switching Barrier dan

Customer Loyalty

Paradigma perubahan dalam dunia pemasaran adalah pergeseran

dari transactional marketing menjadi relationship marketing. Rhenald Kasali (dalam Chan, 2003 : 10) menyatakan bahwa business relationship jelas berbeda dengan bisnis transaksional (transactional marketing) yang hanya bertukar fungsional tanpa melibatkan perhatian dan kesetiaan jangka panjang. Dengan

perkiraan bahwa kesetiaan akan diperoleh maka bisnis mempunyai motif yang

kuat untuk menjaga hubungan dengan pelanggannya. Hubungan yang kuat ini

berarti referensi bagi orang lain. Bahkan persepsi terhadap kualitas suatu

pelayanan atau barang yang dibeli seseorang dipercaya berhubungan erat dengan

seberapa baik relationship terbina.

Relationship marketing berusaha mengenal pelanggan secara lebih dekat lebih daripada sekedar memberi harga yang rendah. Relationship marketing ini akan makin meningkat karena adanya peningkatan emotional value pada pelanggan. Karena jika pelanggan sudah beralih dari rational value ke tingkat emotional value ia sudah tidak mempedulikan harga lagi. Bagi konsumen yang terpenting adalah tetap selalu berhubungan dengan perusahaan langganannya yang

sudah dia kenal daripada harus berpindah ke perusahaan baru (pesaing) yang

belum diketahuinya. (Alma, 2003 : 168-169).

(35)

Relationship marketing juga mendorong para marketer untuk selalu berpikir dalam framework jangka panjang. Pelanggan hari ini akan tetap menjadi pelanggan setia perusahaan 10 tahun mendatang.

F. Kepuasan Pelanggan

Persaingan yang semakin ketat dimana semakin banyak produsen yang

terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen menyebabkan

setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasaan pelanggan

sebagai tujuan utama. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

perusahaan yang menyertakan kepuasaan pelanggan dalam pernyataan misinya

maupun dalam iklan ( Simamora, 2003 : 17 ).

Pada prinsipnya, definisi kepuasaan pelanggan dapat diklasifikasikan

kedalam lima kategori pokok yaitu :

a. Perspektif defisit normatif, yaitu perbandingan antara hasil (outcome) aktual dengan hasil yang secara kultural dapat diterima.

b. Perspektif ekuitas/keadilan, yaitu perbandingan perolehan/keuntungan yang

didapatkan dari pertukaran sosial. Bila perolehan tidak sama, maka pihak yang

dirugikan akan tidak puas.

c. Perspektif standar normatif, yaitu perbandingan antara hasil aktual dengan

ekspektasi standar pelanggan.

d. Perspektif keadilan prosedural, yaitu kepuasan merupakan fungsi dari

(36)

e. Perspektif atribusional, yaitu kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada

tidaknya diskonfirmasi harapan, namun juga sumber penyebab diskonfirmasi.

( Tjiptono, 2005 : 350 ).

BAB III

GAMBARAN UMUM PALAZZO HAIR AND MAKE UP SALON

A. Deskripsi Perusahaan

1. Deskripsi Palazzo Hair and make up Salon

Palazzo Hair and make up Salon adalah salah satu usaha jasa yang bergerak pada sektor jasa salon. Usaha ini dirintis oleh Rina pada tanggal 2 Maret

2008. Lokasi Palazzo Salon berada pada jalan Setiabudi no. 275 B Medan. Salah

satu alasan pemilik memilih lokasi ini karena lokasinya yang strategis dan

harganya yang terjangkau untuk dibangun sebuah usaha, selain itu juga banyak

pelanggan yang Palazzo yang bertempat tinggal di sekitar daerah tersebut.

Penggunaan nama Palazzo Salon dipilih karena merupakan nama yang familiar

dan terkesan unik dan membuat konsumen merasa penasaran untuk menikmati

perawatan di salon tersebut.

Palazzo Salon pada awalnya ide dari Rina yang dulunya pernah bejkerja

menjadi Hairstylist di salon Picasso dan salon Setiabudi. Melihat prospek perkembangan bisnis salon sangat cerah dan sudah banyaknya pelanggan yang

dikenal maka Rina memberanikan diri untuk mengembangkan usaha ini. Semakin

(37)

lama pelanggannya semakin banyak sehingga Palazzo Hair and Make Up Salon menjadi salon yang berkualitas dan terkenal.

B.Struktur Organisasi Perusahaan

1. Struktur Organisasi Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi

Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi dipimpin oleh Rina yang membawahi 6 orang pegawai salon yang bertugas untuk mengerjakan semua tugas

yang diberikan oleh pemilik. Struktur organisasi memiliki fleksibilitas yang tinggi

jadi tidak adanya pembagian kerja yang jelas sehingga semua pegawai dapat

mengerjakan apa yang diperintahkan oleh pemilik dan tetap didalam pengawasan

pemilik.

Gambar 3.1 Bagan Stuktur Organisasi pada Palazzo Hair and Make up Salon Sumber : Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi

Pemilik bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di

perusahaan baik yang mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan dalam

rangka untuk kepentingan perusahaan. Pemilik Salon langsung membawahi

hairstylist dan anak creambath. Rina selain sebagai pemilik salon juga merangkap sebagai hairstylist, make up artist dan supervisor (pengawas). Rina juga bertugas untuk menjaga hubungan baik dengan para pelanggan sehingga pelanggan akan

(38)

Rina juga bertindak sebagai kasir pada salon ini. Pemilik bertugas untuk

menerima pembayaran dari pengunjung kemudian membuat laporan keuangan.

Pemilik harus bisa memperhitungkan pengeluaran dan pemasukan yang diterima

salon agar tidak mengalami kerugian. Kemudian agar pemasukan juga meningkat

maka pemilik harus menerima tamu dengan baik dan menjalin hubungan yang

baik dengan pelanggan agar pelanggan menjadi loyal.

Hairstylist adalah penata rambut bagi pelanggan salon. Hal ini sangat penting diperhatikan karena ini menyangkut kualitas Palazzo Hair and Make Up Salon itu sendiri. Hairstylist juga harus melakukan hubungan yang baik agar dapat menjadi sebagai konsultan untuk membantu pelanggan dalam pemilihan model

rambut, warna rambut serta perawatan rambut yang sesuai dengan masing –

masing pelanggan.

Tugas – tugas hairstylist adalah : a. Cutting (memotong rambut).

b. Hair Rebonding (pelurusan rambut). c. Coloring and toning (pewarnaan rambut). d. Blow.

e. Perming (pengeritingan).

f. Hair Extension (penyambungan rambut).

Anak creambath mempunyai tugas – tugas yang ringan seperti mencuci rambut, melakukan creambath, masker rambut, refleksi, backtherapy dan nail treatment.

C.Visi dan Misi Perusahaan

(39)

1. Visi dan Misi Palazzo Hair and Make up Salon

Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi mempunyai visi yaitu menjadi salah satu salon yang go internasional dalam kualitasnya melayani pelanggan.

Misi Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi adalah :

a. Memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya melalui kualitas kerja,

kecepatan dan ketepatan pelayanan yang sopan terhadap pelanggan.

b. Menjalankan kegiatan usaha yang mengutamakan kepuasan pelanggan.

c. Meningkatkan keterampilan dalam menjalankan tugas – tugasnya.

d. Memaksimalkan ruangan salon yang bersih, rapi dan nyaman.

Tujuan Palazzo Hair and Make up Salon adalah :

a. Mencari keuntungan demi mengembangkan usaha salon ini agar dapat

diperluas.

b. Membuat citra atau nama baik salon yang baik.

c. Memberikan layanan yang baik sehingga tercapainya kepuasan pelanggan.

Keunggulan dari Palazzo Salon adalah kualitas dan keterampilan pemilik

salon dan pegawainya yang dapat diandalkan sehingga merupakan jasa salon yang

professional.

D.Kegiatan Operasional Perusahaan

1. Kegiatan Operasional Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi

Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi tepat berada di sebelah Kompleks Tasbi Medan sehingga memiliki daerah pemasaan yaitu Kompleks

(40)

untuk pasar sasarannya adalah semua kalangan bisa datang ke Palazzo Salon

tersebut dan tidak terbatas.

Palazzo Hair and Make up Salon Setiabudi beroperasi dari hari Senin sampai hari Minggu dan mulai buka dari pukul 09.00-19.00 WIB. Salon hanya

tutup pada hari libur tertentu seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Tetapi tidak

ditutup kemungkinan bahwa pemilik tetap menerima pelanggannya diluar jam

operasional mengingat hubungan baik yang terjalin antara pemilik salon dengan

pelanggan – pelanggan yang ada. Jasa salon juga dapat digunakan untuk acara

pernikahan atau pesta ulang tahun untuk merias wajah pelanggan sehingga

pemilik bisa datang ke lokasi pesta sesuai dengan permintaan pelanggan

Jasa – jasa yang ditawarkan Palazzo Hair and make up Salon adalah : a. Hair Treatment

1. Cutting

2. Coloring

3. Toning

4. Bleeching

5. Smoothing / Hair Rebonding 6. Hair Extension

7. Blow variasi

8. Perming

9. Digital wave b. Massage

1. Creambath

2. Foot Reflexy

(41)

3. Back Therapy Massage c. Beauty Care

1. Make Up Artist 2. Body Whitening d. Nail Treatment

1. Manicure

2. Prdicure

3. Nail Painting e. Lulur and Spa

1. Lulur

(42)
(43)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif 1. Deskriptif Responden

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, jumlah

pernyataan berupa 14 butir pernyataan untuk variabel X dan 4 butir pernyataan

untuk variabel Y, jumlah seluruh pernyataan adalah 18 butir. Kuesioner yang

disebarkan kepada responden berupa pernyataan-pernyataan mengenai

faktor-faktor switching barrier sebagai variabel X terhadap pelanggan sebagai variabel Y.

Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan pada Palazzo Hair and make up, salon Setia Budi Medan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 200 orang.

Gambaran umum responden adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Frekuensi Persentase

< 17 20 10

18 – 26 135 67,5

> 27 45 22,5

Jumlah 200 100

Sumber: hasil penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 tersebut diketahui bahwa kategori usia yang paling

(44)

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 15 7,5

Wanita 185 92,5

Jumlah 200 100

Sumber: hasil penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak

diteliti adalah wanita sebanyak 185 pelanggan atau 92,5% sedangkan sisanya

adalah sebanyak 15 pelanggan atau 7,5% adalah pria.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Status Frekuensi Persentase

Belum menikah 89 44,5

Menikah 63 31,5

Duda/Janda 48 24

Jumlah 200 100

Sumber: hasil penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa responden yang paling banyak

diteliti adalah yang dengan status belum menikah sebanyak 89 pelanggan atau

44,5%.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi

Profesi Frekuensi Persentase

Pelajar/Mahasiswa 34 17

Pegawai Negeri 17 8,5

Sumber: hasil penelitian, 2010 (diolah)

(45)

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa responden yang paling banyak

memiliki profesi sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 58 pelanggan atau

29%.

2. Distribusi Jawaban Responden

Pengambilan keputusan dalam analisis deskriptif mengenai distribusi

jawaban responden terhadap masing-masing item pertanyaan mengenai variabel yang diteliti menggunakan desain skala Likert, yaitu dengan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif.

Distribusi jawaban responden mengenai variabel yang ditanyakan, yaitu :

a. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai-Nilai Ekonomis Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Nilai-Nilai Ekonomis No

Item

STS TS KS S SS Total

(%)

Total Responden

F % F % F % F % F % 100 200

1 0 0 0 0 12 6,0 122 61,0 66 33,0 100 200

2 0 0 4 2,0 30 15,0 119 59,5 47 23,5 100 200

3 0 0 3 1,5 25 12,5 126 63,0 46 23,0 100 200

Sumber : Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

1) Frekuensi jawaban responden tentang “Salon menjual produk yang

berkualitas sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan”. Diketahui

bahwa 66 orang menyatakan sangat setuju, 122 orang menyatakan setuju,

12 orang menyatakan kurang setuju, tidak ada orang yang menyatakakan

tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju.

2) Frekuensi jawaban responden tentang “Salon menawarkan harga yang

(46)

setuju, 4 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada yang

menyatakan sangat tidak setuju.

3) Frekuensi jawaban responden tentang “Salon memberikan harga yang

terjangkau”. Diketahui 46 orang sangat setuju, 126 orang menyatakan

setuju, 25 orang menyatakan kurang setuju, 3 orang yang menyatakan

tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

b. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Psikologis Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Psikologis No

Sumber: Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

4) Frekuensi jawaban responden tentang “Pegawai salon memperlakukan

Konsumen dengan ramah”. Diketahui bahwa 48 orang menyatakan sangat

setuju, 116 orang menyatakan setuju, 31 orang menyatakan kurang setuju,

dan 5 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada yang menyatakan

sangat tidak setuju.

5) Frekuensi jawaban responden tentang “Pegawai salon yang ramah

membuat Pelanggan merasa nyaman sebagai pelanggannya”. Diketahui

bahwa 34 orang menyatakan sangat setuju, 124 orang menyatakan setuju,

32 orang menyatakan kurang setuju, dan 10 orang yang menyatakan tidak

setuju dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

c. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Sosial

(47)

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Sosial No

Item

STS TS KS S SS Total

(%)

Total Responden

F % F % F % F % F % 100 200

6. 0 0 4 2,0 12 6,0 131 65,5 53 26,5 100 200

7. 0 0 3 1,5 48 24,0 109 54,5 40 20,0 100 200

8. 0 0 0 0 3 1,5 148 74,0 49 24,5 100 200

Sumber : Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa :

6) Frekuensi jawaban responden tentang menjadi “Pelanggan salon ini

memiliki rasa prestise tersendiri karena merupakan salon yang berkelas”.

Diketahui 53 orang menyatakan sangat setuju, 131 orang menyatakan

setuju, 12 menyatakan kurang setuju, 4 orang yang menyatakan tidak

setuju dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

7) Frekuensi jawaban responden tentang “Salon ini merupakan salon yang

sudah terkenal di kalangan umum”. Diketahui 40 orang menyatakan sangat

setuju, 109 orang menyatakan setuju, 48 orang menyatakan kurang setuju,

3 orang yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan

sangat tidak setuju.

8) Frekuensi jawaban responden “Salon ini merupakan salon yang membuat

Pelanggan merasa bangga sebagai pelanggannya”. Diketahui bahwa 49

orang menyatakan sangat setuju, 148 orang menyatakan setuju, 3 orang

menyatakan kurang setuju, tidak ada orang yang menyatakan tidak setuju

(48)

d. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Ritual Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Ritual No

Item

STS TS KS S SS Total

(%)

Total Responden

F % F % F % F % F % 100 200

9. 0 0 0 0 17 8,5 132 66,0 51 25,5 100 200

10. 0 0 7 3,5 61 30,5 106 53,0 26 13,0 100 200

11. 0 0 3 1,5 53 26,5 120 60,0 24 12,0 100 200

Sumber : Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa :

9) Frekuensi jawaban responden tentang “Pegawai salon cepat tanggap

dengan keinginan pelanggannya”. Diketahui 51 orang menyatakan sangat

setuju, 132 orang menyatakan setuju, 17 menyatakan kurang setuju, tidak

ada yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada yang menyatakan sangat

tidak setuju.

10)Frekuensi jawaban responden tentang “Pegawai salon memiliki

penampilan yang baik”. Diketahui 26 orang menyatakan sangat setuju, 106

orang menyatakan setuju, 61 orang menyatakan kurang setuju, 7 orang

yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat

tidak setuju.

11)Frekuensi jawaban responden tentang “Salon ini memiliki ruangan yang

selalu bersih dan nyaman”. Diketahui bahwa 24 orang menyatakan sangat

setuju, 120 orang menyatakan setuju, 53 orang menyatakan kurang setuju,

3 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada yang menyatakan

sangat tidak setuju.

(49)

e. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Fungsional Tabel 4.8

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Fungsional No

Item

STS TS KS S SS Tota

l (%)

Total Responden

F % F % F % F % F % 100 200

12. 0 0 1 0,5 6 3,0 131 65,5 62 31,0 100 200

13. 0 0 0 0 9 4,5 126 63,0 65 32,5 100 200

14. 0 0 0 0 18 9,0 134 67,0 48 24,0 100 200

Sumber : Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa :

12)Frekuensi jawaban responden tentang “Salon memiliki pegawai yang

sangat cekatan dalam melakukan pekerjaannya”. Diketahui 62 orang

menyatakan sangat setuju, 131 orang menyatakan setuju, 6 orang

menyatakan kurang setuju, 1 orang yang menyatakan tidak setuju dan

tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

13)Frekuensi jawaban responden tentang “Salon memiliki pegawai yang

dapat diandalkan kemampuannya”. Diketahui 65 orang menyatakan sangat

setuju, 126 orang menyatakan setuju, 9 orang menyatakan kurang setuju,

tidak ada orang yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang

menyatakan sangat tidak setuju.

14)Frekuensi jawaban responden tentang “Salon ini memiliki kualitas

pekerjaan pegawai yang sangat memuaskan”. Diketahui 48 orang

menyatakan sangat setuju, 134 orang menyatakan setuju, 18 orang

menyatakan kurang setuju, tidak ada orang yang menyatakan tidak setuju,

(50)

f. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pelanggan Tabel 4.9

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pelanggan No

Sumber : Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa :

15) Frekuensi jawaban responden tentang “Saudara tidak berkeinginan pindah

ke salon lain”. Diketahui 56 orang menyatakan sangat setuju, 136 orang

menyatakan setuju, 7 menyatakan kurang setuju, 1 orang yang menyatakan

tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

16) Frekuensi jawaban responden tentang “Saudara yakin salon ini adalah

salon terbaik”. Diketahui 58 orang menyatakan sangat setuju, 128 orang

menyatakan setuju, 13 orang menyatakan kurang setuju, 1 orang yang

menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak

setuju.

17) Frekuensi jawaban responden tentang “Saudara selalu merekomendasikan

salon ini kepada orang lain”. Diketahui bahwa 23 orang menyatakan

sangat setuju, 112 orang menyatakan setuju, 61 orang menyatakan kurang

setuju, 4 orang yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang

menyatakan sangant tidak setuju.

18) Frekuensi jawaban responden tentang “Menjadi pelanggan salon ini adalah

pilihan tepat”. Diketahui bahwa 17 orang menyatakan sangat setuju, 119

orang menyatakan setuju, 63 orang menyatakan kurang setuju, 1 orang

(51)

yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangant

tidak setuju.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden yang

merupakan pelanggan salon Anna Sui yang memiliki kesamaan kondisi dengan

Palazzo hair and Make up Salon Setiabudi Medan. Uji validitas ini menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan dinyatakan valid

b. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Hasil pengolahan dari uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Item-Total Statistics

63.5667 73.082 .562 .921

63.2000 75.752 .512 .921

63.4333 72.254 .732 .916

63.3000 75.872 .692 .918

63.7333 71.857 .706 .916

63.6333 73.620 .644 .918

63.5000 72.948 .603 .919

63.5667 75.633 .530 .921

63.1000 77.197 .599 .920

63.1333 75.223 .635 .918

63.1333 78.671 .474 .922

63.3000 75.872 .692 .918

63.7333 71.857 .706 .916

63.6333 73.620 .644 .918

63.5000 72.948 .603 .919

63.5667 75.633 .530 .921

63.1000 77.197 .599 .920

63.1333 75.223 .635 .918

(52)

Pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa seluruh data variabel dinyatakan valid,

karena nilai r tabel untuksampel yang berjumlah 30 orang adalah sebesar 0,361 dan

seluruh nilai Corrected Item Total Correlation yang merupakan r hitung diatas 0,361.

2. Uji Reliabilitas

Setelah seluruh data variabel dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,8. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16,0 for windows. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16,0 dengan kriteria sebagai berikut :

Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16,0 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika ralpha positif atau lebih besar dari rtabel maka dinyatakan reliabel.

b. Jika ralpha negatif atau ralpha lebih kecil dari rtabel maka dinyatakan tidak

reliabel.

Tabel 4.11

Sumber : Hasil Data Penelitian, 2010 (diolah)

Dari Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai ralpha sebesar 0,923 dan rtabel sebesar

0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ralpha positif dan lebih besar dari rtabel

(0,919 > 0,8) maka kuisioner tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

untuk penelitian.

Re liability Statistic s

.92 3 18

Cronba ch's

Alp ha N of Ite ms

(53)

C. Analisis Kuantitatif 1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penganggu atau residual berdistribusi normal. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik. Untuk melihat normalitas residual penulis menganalisis

grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi

yang mendekati distribusi normal dan juga menganalisis probabilitas plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.

Hipotesis:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal,

(54)

Regression Standardized Residual

3 2 1 0 -1 -2 -3

Frequency

25

20

15

10

5

0

Histogram Dependent Variable: PELANGGAN

Sumber : Hasil Penelitian, 2010 diolah Gambar 4.1 : Grafik Histogram

Interpretasi dari gambar 4.1, menunjukkan bahwa grafik histogram menunjukkan

pola distribusi normal.

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 4.1
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Psikologis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diameter Umbi per Sampel, Bobot Basah Umbi per Sampel dan Bobot Kering Umbi per Sampel Tanaman Bawang Merah Pada Perlakuan Pemberian Kompos Azolla .... Lahan Penelitian

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Dengan semua latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dilakukan pada karyawan Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang dengan

Figure 5 shows the plots of wave height to stroke ratio for flap type of wavemaker using the full linear theory, equation (10), compared to Galvin’s theory, equation (1), when d =

Hasil yang didapatkan dalam penelitian kali ini adalah peneliti menemukan banyak sekali pesan dakwah dalam sinetron Jodoh Wasiat Bapak di ANTV episode 194

Untuk melakukan analisis data peneliti terlebih dahulu dilakukan deskriptif frekuensi terhadap pelaksanaan KTSP dengan menggunakan SPSS 16, baik data tersebut di

Nilai tersebut menunjukkan bahwa penguasaan warga belajar atas ketrampilan membuat kue apem baik; Warga belajar memperoleh nilai rata-rata 3,39 atas penguasaan

Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pemberian Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota