• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja (Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja (Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sum"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KOM UNI KASI ANT AR P RIB ADI

DAN EFEKTIVITAS KERJA

(Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan

Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 )

SKRIPSI

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh :

YESSI SONIA ATARINI SINULINGGA

050922009

Ilmu Komunikasi

(Ekstension)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini mengambil judul Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja (Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 46 orang dan penarikan sampelnya menggunakan teori arikunto.Oleh karena subjek kurang dari 100 orang, maka penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Total Sampling”. Dimana populasi merupakan sampel.. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan kuesioner.

Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan korelasi Rank Spearman. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan untuk N<50 dapat menggunakan rumus ttest. Dan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.

Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.

Berdasarkan analisa data diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi pegawai terhadap komunikasi antar pribadi dengan efektivitas kerja pegawai di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rs = 0,99 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Merujuk pada skala Guilford hubungan ini menunjukkan hubungan yang berarti.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : YESSI SONIA ATARINI SINULINGGA

Nim : 050922009

Jurusan : Ilmu Komunikasi Ekstension

Judul : Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja

(Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam

meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan

Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)

Medan, November 2007

Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dewi K, Msi Drs. Amir Purba, MA

Nip : 131 837 036 Nip : 131 654 104

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA

(4)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : YESSI S. A. SINULINGGA

NIM : 050922009

PEMBIMBING : Dra. Dewi K, Msi

NO TANGGAL

PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING

Penyerahan Bab I

Perbaikan Bab I

ACC Bab I

Penyerahan Bab II

Perbaikan Bab II

ACC Bab II

Penyerahan Bab III Dan Kuesioner

Perbaikan Bab III Dan Kuesioner

Acc Bab III Dan Kuesioner

Penyerahan Bab IV Dan V

Pengembalian Bab IV Dan V

Acc Bab IV Dan V Sekaligus

Acc Untuk Meja Hijau

Catatan :

(5)

BIODATA PENELITI

Nama : Yessi Sonia Atarini, Amd

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 09 Januari 1983

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Berat/Tinggi : 53 kg / 169 cm

Alamat : Jl.Karyawisata, Komp. Johor Indah Permai Blok. V

No. 41, Medan.

Telepon/Hp : 061-7867575 / 08153189293

Pendidikan Formal : 1. SD. ST ANTONIUS Medan

2. SMP HARAPAN 2 Medan

3. SMU KARTIKA I-1 Medan

4. D III Bahasa Inggris USU

Nama Orang Tua

1. Ayah : Drs. Johan Sinulingga

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 3

I.3. Pembatasan Masalah ... 3

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 4

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 5

I.5. Kerangka Teori ... 5

I.5.1. Komunikasi ... 6

I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi ... 8

I.5.3. Teori Self Discloser ... 9

I.5.4. Komunikasi Organisasi... 10

I.5.5. Efektivitas Kerja ... 11

I.6. Kerangka Konsep ... 13

I.7. Model Teoritis ... 14

I.8. Operasionalisasi Variabel ... 15

I.9. Defenisi Operasional ... 16

I.10. Hipotesis ... 19

BAB II URAIAN TEORITIS ... 20

II.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 20

II.1.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi... 22

II.1.2. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 28

II.1.3. Teori Self Discloser ... 30

II.2. Komunikasi Antar Organisasi ... 34

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

III.1.1. Gambaran Umum Sekrt. KPU-SU ... 48

III.1.2. Lokasi Penelitian ... 51

III.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian tugas Sekrt. KPU-SU ... 52

III.2. Metode Penelitian ... 56

III.3. Populasi dan Sampel ... 56

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 57

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 57

III.6. Teknik Analisa Data ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

IV.1. Analisa Tabel Tunggal ... 62

IV.2. Analisa Tabel Silang ... 86

IV.3. Uji Hipotesis ... 89

IV.4. Pembahasan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

V.1. Kesimpulan ... 93

V.2. Saran ... 95

DAFTAR REFERENSI

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Umur Responden ... 62

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden ... 63

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden ... 63

Tabel 4. Masa Kerja Responden ... 64

Tabel 5. Penghasilan Responden ... 65

Tabel 6. Intensitas Komunikasi dengan Pimpinan... 65

Tabel 7. Waktu Berkomunikasi dengan Pimpinan ... 67

Tabel 8. Berapa Lama Berkomunikasi dengan Pimpinan ... 69

Tabel 9. Keleluasaan Berbicara Dengan Pimpinan Mengenai Pekerjaan ... 70

Tabel 10. Pesan yang Disampaikan ... 70

Tabel 11. Hal yang Disampaikan kepada Pimpinan ... 71

Tabel 12. Sosok Pimpinan... ... 73

Tabel 13. Memberi Ide Dan Saran Kepada Pimpinan……… 75

Tabel 14. Memberi Ide Tentang Kebijakan Baru ... 76

Tabel 15. Apakah Ide dan Saran Diterima Pimpinan ... 76

Tabel 16. Peningkatan Efektivitas ... 77

Tabel 17. Inisiatif yang dilakukan ... 80

Tabel 18. Peningkatan Efektivitas Kerja ... 82

Tabel 19. Yang Anda Lakukan Terhadap Pekerjaan Sekarang ... 84

Tabel 20. Hubungan Koordinasi Antar Bagian ... 85

Tabel 21. Pengaruh KAP Terhadap Efektivitas Kerja ... 85

Tabel 22. Hubungan jenis kelamin terhadap mudahnya beradaptasi dengan ritme kerja yang meningkat……… 86

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Tabel Foltron Cobol

Lampiran 3 Tabel Data Mentah

Lampiran 4 Nilai-nilai Dalam Distibusi t

Lampiran 5 Tabel Skor Rank

Lampiran 6 Lembar Catatan Bimbingan

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja” dengan sebaik-baiknya.

Selama melakukan penulisan skripsi ini, banyak hal-hal yang merupakan

hambatan-hambatan maupun keterbatasan yang penulis alami, kesemuanya ini

disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan, masukan

dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu izinkan penulis menyampaikan

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Nasution,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dewi K, Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan selama penelitian dalam

penulisan skrpsi ini.

4. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku dosen wali.

5. Bapak dan Ibu dosen, serta staf departemen ilmu komunikasi Universitas

(11)

6. Pimpinan dan seluruh Pegawai Set. Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Sumatera Utara, yang telah banyak membantu selama penulis melakukan riset

di Instansi tersebut.

7. Papa, Mama, dan kedua adikku (Tria dan Manda) serta seluruh Keluarga besar

yang telah banyak memberikan dukungan dan inspirasi kepada penulis.

8. Riki Aulia, Anggi, Oki, Shelly, Hendra, Kiki, Melvin, Mario, Bota, yang telah

banyak membantu dan memberi semangat agar penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya.

9. Teman-teman Ekstension 05’ Habibi, Vada, Fahmi, Tony, Niko, Edo, Jo, Mail

sebagai teman seperjuangan menimba ilmu, pendidikan, wawasan dan yang

lainnya yang tak mungkin penulis sebut satu persatu yang telah banyak

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima kritik

dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2007

Penulis,

YESSI S. A. SINULINGGA

(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini mengambil judul Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja (Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 46 orang dan penarikan sampelnya menggunakan teori arikunto.Oleh karena subjek kurang dari 100 orang, maka penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Total Sampling”. Dimana populasi merupakan sampel.. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan kuesioner.

Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan korelasi Rank Spearman. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan untuk N<50 dapat menggunakan rumus ttest. Dan hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.

Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.

Berdasarkan analisa data diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi pegawai terhadap komunikasi antar pribadi dengan efektivitas kerja pegawai di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rs = 0,99 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Merujuk pada skala Guilford hubungan ini menunjukkan hubungan yang berarti.

Hasil uji signifikan nilai rxy ditemukan nilai ttest sebesar 32,5 dan ttabel 2,021 yang

berarti thitung>ttabel maka hubungan signifikan. Hal ini berarti hubungan antara

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang Masalah

Setiap hari semua orang selalu berbicara dan berkomunikasi. Setiap

manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang

selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Faktor kedekatan

atau proximity bisa menyatakan dua orang yang mempunyai hubungan erat.

Dalam komunikasi antar pribadi, apabila tujuan komunikator untuk

megubah sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan dapat tercapai, maka

komunikasi antar pribadi disebut efektif.

Komunikasi antar pribadi tidak akan terlepas dari kehidupan

sehari-hari baik di rumah, tempat bekerja dan di masyarakat luas.

Khususnya Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara merupakan

suatu Lembaga Pemerintahan Indonesia yang Independent, Otonom dan

Non Partisan yang terbentuk dariKeputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 70 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum.

Memiliki 46 orang pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan yang

berbeda dan memiliki perbedaan lain seperti suku, ras, agama dan

lain-lain.

Dalam mensukseskan tujuan dari Sekretariat Komisi Pemilihan

(14)

satu dengan yang lainnya. Suasana yang tercipta di Sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara juga harus dijaga

keharmonisannya, agar efektifitas kerja tidak terganggu hanya karena

terjadinya kesalahpahaman antara sesama pegawai karena komunikasi

antar pribadi yang kurang baik. Terlebih pada waktu dekat ini Sekretariat

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara akan melaksanakan

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2008. Karena akan

semakin dekatnya waktu pemilihan maka akan dibutuhkan peningkatan

efektivitas kerja yang baik, sehingga secara tidak langsung dibutuhkan

juga komunikasi yang baik antar pribadi pada seluruh pegawai Sekretariat

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara

pada Tahun 2004 yang lalu juga memiliki catatan sukses dalam

melaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik

Indonesia untuk Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Namun menjelang

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

yang akan datang, terdapat permasalahan-permasalahan yang harus

dihadapi oleh Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Sumatera Utara, salah satunya adalah perbedaan jumlah penduduk pada

Pemilihan Umum yang lalu dengan Pemilihan Kepala Daerah yang akan

dilaksanakan pada Tahun 2008 yang akan datang, serta terdapatnya

pemekaran Daerah yang terjadi di Kabupaten/Kota dan permasalahan

(15)

Oleh karena itu maka penulis merasa tertarik untuk meneliti

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara yang

efektivitas kerja pegawainya menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara ini

melakukan Pilkada yang sukses, aman dan jauh dari kerusuhan.

Dibutuhkan tim yang solid untuk mensukseskan Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 dan komunikasi yang baik

antar pribadi pegawai yang satu dengan yang lainnya. Efektivitas kerja

tidak terganggu dan Pilkada dapat berjalan dengan semestinya.

.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Sejauhmanakah hubungan Komunikasi Antar Pribadi dalam

meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan

Umum Provinsi Sumatera Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008? ”.

.3 Pembatasan masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya

lebih khusus, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran ragam identitas/karakteristik pegawai (usia, jenis

(16)

2. Bagaimana pelaksanaan waktu, cara, dan isi pesan / informasi yang

disampaikan pimpinan dalam komunikasi antar pribadi kepada

pegawai.

3. Bagaimana kesan, efek dan berapa besar bobot terpaan komunikasi

antar pribadi terhadap efektivitas kerja pegawai.

.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

.4.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan

yang akan dicapai, adapun tujuan penelitian ini adalah:

1.Untuk menemukan, mengetahui keterangan, data faktual yang

terkait dengan komunikasi antar pribadi di lingkungan Sekretariat

KPU Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui dan membahas ragam identitas responden dan

kaitannya dengan terpaan komunikasi antar pribadi.

3. Untuk mengetahui, mencari, mengungkapkan dan membahas

pelaksanaan, waktu, cara, dan isi pesan yang disampaikan

pimpinan kepada pegawai dalam komunikasi antar pribadi.

4. Untuk mengetahui dan mengungkapkan ragam kesan terhadap

terpaan pesan pada komunikasi antar pribadi yang mempengaruhi

(17)

.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara Akademis:

1. Menguji seberapa besar kemampuan mahasiswa untuk

menerapkan serta mengaplikasikan teori-teori yang telah

didapat selama masa perkuliahan di USU.

2. Penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU

khususnya jurusan ilmu komunikasi dalam rangka

memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

3. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa jurusan

komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi

antar pribadi.

b. Secara Praktis

1. Memberi masukan kepada pimpinan Sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara agar

mengetahui efek komunikasi antar pribadi terhadap

efektivitas kerja pegawai.

2. Memberi masukan kepada pimpinan Sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara untuk

meningkatkan frekuensi komunikasi antar pribadi dengan

pegawai dalam menunjang efektivitas kerja.

3. Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin

(18)

.5 Kerangka Teori

Ilmu pengetahuan terdiri atas seperangkat teori dalam bidang tertentu,

dengan teori ini kita dapat membaca kenyataan empiris yang terjadi disekitar

kita. Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berfikir

yang mendukung pemecahan masalah secara sistematis. Untuk itu perlu

disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang dapat

menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi,

1995:39).

Dengan adanya kerangka teori, maka peneliti akan mempunyai

landasan untuk menentukan tujuan arah penelitiannya. Kerangka teori

membantu peneliti dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna membentuk

hipotesis-hipotesis selanjutnya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan

dengan masalah penelitian ini adalah: Teori Komunikasi, Komunikasi Antar

Pribadi, Teori Komunikasi Organisasi dan Teori Efektivitas Kerja.

.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi sebenarnya berasal dari bahasa latin

communication” dan berasal dari kata communis yang berarti sama.

Yang dimaksud sama disini adalah sama makna. Komunikasi dapat

terjadi apabila ada kesamaan makna mengenai suatu pesan yang

disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendi,

(19)

Komunikasi juga merupakan sarana untuk memodifikasi

perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi dan

sarana untuk mencapai tujuan.

Sehingga dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

komunikasi sangat penting artinya, karena tanpa komunikasi tidak

mungkin suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi antara

orang-orang yang ada di dalamnya. Sedangkan di dalam organisasi

diperlukan adanya informasi dari para orang yang terkait di dalamnya,

baik itu dari atasan maupun dari bawahan yang tergabung dalam

organisasi tersebut.

Menurut Effendy Onong U (1992:5) komunikasi adalah proses

penyampaian pesan seseorang kepada orang lain, untuk

memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik

langsung maupun tidak langsung melalui media.

Dari keseluruhan defenisi yang di kemukakan di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa komunikasi itu sangatlah penting artinya

karena komunikasi memadukan fungsi-fungsi manajemen. Secara

khusus komunikasi diperlakukan untuk menetapkan dan

menyebarluaskan tujuan Perusahaan, menyusun rencana dalam

mencapai tujuan, mengorganisir sumber daya manusia dan sumber

daya lain, serta sumber-sumber yang diperlukan dalam menggapai

(20)

.5.2 Komunikasi Antar Pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara

manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat

bekerja, organisasi sosial dan lain sebagainya.

Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di

dalam lingkungan, namun frekwensi pertemuan, jenis relasi mutu dari

interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa

jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya saling

mempengaruhi.

Proses mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat

psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan

psikologis antara manusia yang memiliki pribadi dan memberikan

peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang

tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.

Menurut Effendy Onong U (1992:35), Komunikasi Antar

Pribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak

langsung dalam percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung

secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah

medium, contohnya telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini

ialah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two way traffic

communication). Dalam komunikasi antar pribadi komunikator dan

(21)

Sukses atau tidaknya sebuah komunikasi antar pribadi banyak

tergantung pada kualitas konsep diri yaitu positif atau negatif. Sebagai

peminat komunikasi, sebaiknya kita mampu mengidentifikasi

tanda-tanda konsep diri yang positif dan negatif.

Dari pengertian komunikasi antar pribadi yang telah dikemukakan,

dapat dilihat bahwa komunikasi antar pribadi dapat tercapai dengan

baik apabila komunikasi yang dilakukan secara langsung, bergantung

pada proses penyampaian pesan dan seberapa jauh interaksi

keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya saling

mempengaruhi. Begitu juga komunikasi antar pribadi yang dilakukan

antara atasan dengan bawahan, komunikasi antar pribadi tersebut harus

mampu menarik perhatian komunikan sehingga terjadi umpan balik

kepada komunikator baik yang dilakukan atasan maupun bawahan,

maka dengan sendirinya tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai

dengan baik yaitu efektivitas kerja pegawai perusahaan tersebut.

.5.3 Teori Self Disclosure

Teori self disclosure sering juga disebut teori “Johari Window”

atau Jendela Johari (Liliweri, 1997:49). Para pakar psikologi

menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar

untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara

manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat

(22)

Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan

orang lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak

diketahui orang lain

Tidak dikenal

Tidak diketahui diri sendiri dan

orang lain

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing

bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu

mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan

orang lain.

Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri

sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat

berhubungan dengan orang lain.

Proses komunikasi antar pribadi akan datang berlangsung

dengan baik bila pribadi-pribadi yang terlibat didalam proses

komunikasi antar pribadi tersebut saling memiliki keterbukaan. Atau

dalam bahasa lain komunikasi antar pribadi tidak akan berjalan dengan

baik bila masing-masing orang yang terlibat saling menutup diri.

.5.4 Komunikasi Organisasi

Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi organisasi.

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam

(23)

berpendapat bahwa organisasi sangat memerlukan informasi, dengan

berkembangnya organisasi maka kebutuhan akan informasi juga akan

bertambah. Oleh karena itu seorang pimpinan dalam suatu perusahaan

harus memperlihatkan bahwa hal ini merupakan hal yang penting

dalam kelancaran jalannya organisasi atau perusahaan.

Dalam Muhammad Arni (1995:67) komunikasi organisasi

adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam jaringan

hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi

lingkungan yang pasti atau yang selalu berubah. Sehingga arus pesan

dalam jaringan komunikasi yang bersifat formal atau non formal

sangat mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah

organisasi.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan

organisasi di dalam kelompok formal dan informal dari suatu

organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh

organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada kepentingan

organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang

disetujui secara sosial. Komunikasi yang dilakukan lebih kepada

komunikasi antar anggotanya secara individual.

.5.5 Efektivitas Kerja

Sebelum penulis menjelaskan tentang efektivitas kerja, ada

(24)

Gibson (1995:25) dalam hal ini membagi keefektifan individu

adalah: kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap , dan motivasi:

sedangkan keefektifan kelompok dipengaruhi oleh kepaduan,

kepemimpinan, struktur, status dan norma: terakhir keefektifan

organisasi dipengaruhi oleh teknologi, pilihan strategis, struktur,

proses dan budaya.

Emerson (Handayaningrat, 1993:88) mengatakan efektivitas

merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam membina efektivitas kerja

tersebut beberapa analisis organisasi berusaha menandai hal-hal yang

menonjol walaupun sebenarnya jika dijejerkan terdapat deretan

panjang hal-hal yang dapat menjadi kriteria evaluasi dan efektivitas

kerja tersebut, namun berdasarkan pendapat Sterrs (1985:46) kriteria

yang paling banyak dipakai adalah:

1. Kemampuan menyesuaikan diri / keluwesan

2. Produktivitas

3. Kemampuan berlaba

4. Pencarian sumber daya

Dari semua defenisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa

sesuatu itu dikatakan efektif, apabila telah dapat mencapai sasaran atau

tujuan dari yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain,

penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sarana maupun

(25)

Dalam hal ini bahwa seseorang itu dapat dikatakan bekerja

dengan efektif, sangat tergantung pada saat tugas itu dapat diselesaikan

dengan baik.

.6 Kerangka Konsep

Nawawi (1995 : 37), mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan

setelah sejumlah teori diuraikan adalah merumuskan kerangka konsep

sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan

kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas, maka ada

beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan menjadi:

1. Variabel Bebas atau Independen Variabel (X)

Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel bebas adalah komunikasi antar pribadi

antara pimpinan dengan bawahan. Hal ini dapat dilihat melalui

indikator-indikator sebagai berikut:

- Cara berkomunikasi yang dilakukan pimpinan

- Isi pesan yang pimpinan komunikasi pada bawahan

- Waktu berkomunikasi yang dilakukan pimpinan

2.Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)

Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable bebas (X). Dalam

(26)

kerja pegawai. Hal ini dapat dilihat melalui indikator-indikator

sebagai berikut:

- Keseriusan kerja - Disiplin kerja - Partisipasi kerja - Mutu kerja - Semangat kerja

3. Variabel Antara atau intervening variabel (Z)

Yaitu variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel

terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan

antar variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Dalam penelitian

ini variabel antara (Z) adalah Karakteristik Sosial Responden .

Hal ini dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut:

- Umur - Kelamin - Agama

- Tingkat Pendidikan - Lamanya Bekerja - Golongan Jabatan

.7 Model Teoritis

Variabel Bebas (X) Kegiatan Komunikasi

Antar Pribadi

Variabel Terikat (Y) Efektivitas Kerja

Pegawai

Variabel Bebas (Z) Karakteristik

(27)

.8 Operasional Variabel

VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL

1. Variabel Bebas (X)

Kegiatan Komunikasi

Antar Pribadi

1. Frekwensi tatap muka

2. Pertemuan formal melalui:

Rapat Pleno, Rapat Intern,

Diskusi

3. Konsultasi tentang masalah

pekerjaan, saran pekerjaan.

4. Keterbukaan

5. Dukungan

2. Variabel Terikat (Y)

Tingkat Efektivitas

Kerja

1. Keseriusan kerja

2. Disiplin kerja

3. Partisipasi kerja

4. Mutu kerja

5. Semangat kerja

3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik sosial

Responden

1. Umur

2. Kelamin

3. Agama

4. Tingkat Pendidikan

5. Lamanya Bekerja

(28)

.9 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang

konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi

operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara

mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu

informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan

menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1989 : 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

- Kegiatan Komunikasi Antar Pribadi:

Komunikasi yang dilakukan oleh Pimpinan kepada Pegawainya

ataupun sebaliknya secara langsung untuk meningkatkan

efektivitas kerja pegawai.

- Frekwensi tatap muka:

Jumlah (Kuantitas) komunikasi antar pribadi yang terjadi.

- Pertemuan Formal:

Pertemuan resmi yang di pimpin oleh Pimpinan Rapat guna

memecahkan suatu masalah atau untuk membuat suatu keputusan

bersama.

(29)

Komunikasi yang dilakukan antara pimpinan dan pegawai yang

lebih bersifat pribadi dan dilakukan untuk memecahkan masalah

yang berhubungan dengan pekerjaan.

- Keterbukaan:

Suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuka diri, menyatakan

tentang keadaan diri sendiri sehubungan dengan kegiatan

komunikasi.

- Dukungan:

Suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi

tanpa merasa suatu tekanan atau ketakutan atas kritik yang

ditujukan kepadanya.

2. Variabel Terikat (Y)

- Efektivitas Kerja:

Suatu kegiatan dalam meningkatkan keterampilan dan kerajinan di

dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

- Keseriusan kerja:

Sikap untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan

tidak mengabaikan peraturan yang berlaku.

- Disiplin kerja:

Sikap dan tingkah laku dalam menaati dan mematuhi peraturan

yang telah ditetapkan secara sadar pada lingkungan pekerjaan guna

mencapai tujuan yang lebih baik.

(30)

Keikutsertaan para pegawai dalam usaha mencapai tujuan yang

ingin dicapai organisasi.

- Mutu kerja:

Suatu hasil yang di berikan oleh seorang pekerja di dalam

melakukan aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya.

- Semangat kerja:

Suatu hasil yang diberikan oleh seseorang di dalam melakukan

aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya.

3. Variabel Bebas (Z)

- Umur: Umur seseorang dimana responden dijadikan samperl yaitu

pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera

Utara

- Kelamin: Yaitu identitas para pegawai Sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara yang terbagi dalam pria

dan wanita.

- Agama: Yaitu kepercayaan yang dianut oleh pegawai Sekretariat

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.

- Tingkat Pendidikan: Yaitu jenjang pendidikan yang dimilikinya

pada saat bekerja di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Sumatera Utara.

- Lamanya Bekerja: Yaitu seberapa lama pegawai tersebut bekerja di

lingkungan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi

(31)

- Golongan Jabatan: Yaitu pada tingkatan golongan apa seorang

pegawai tersebut berada.

.10 Hipotesa

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting yang tidak bisa

di tinggalkan, karena hipotesis merupakan instrumen dari teori. Suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungi

antara dua variabel atau lebih.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar

Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan

peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.

Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi

yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi

dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu : a) komunikasi antar pribadi,

b) komunikasi kelompok dan c) komunikasi massa. Sehubungan dengan

penelitian ini, maka yang dibahas hanyalah yang menyangkut komunikasi

antar pribadi.

Komunikasi antar pribadi (sering juga disebut Diadic Communication)

adalah : “komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam

bentuk percakapan, bisa secara berhadapan muka (face to face) atau bisa juga

melalui sebuah medium, umpanya telepon” (Effendy, 1981 : 48).

Jadi komunikasi jenis ini selalu membutuhkan adanya seorang lain

sebagai lawan komunikasi. Ciri khas komunikasi antar pribadi ialah sifatnya

dua arah atau timbal balik (two way traffic of communication). Dalam

komunikasi seperti komunikasi antar pribadi, komunikator dan komunikan

saling bergantian fungsi. Pada suatu ketika komunikan menjadi komunikator,

demikian sebaliknya. Dalam situasi seperti itu, maka komunikator utama

adalah orang yang pertama-tama menyampaikan pesan (message), sebab

dialah yang memulai komunikasi, dialah yang mempunyai tujuan tertentu

dengan menggunakan komunikasi itu. Demikian seterusnya selama proses

(33)

Jika Onong U. Effendy memberikan defenisi seperti di atas yaitu :

komunikasi antar pribadi itu antara dua orang, maka William F. Gluck yang

dikutip oleh A.W. Widjaja lain lagi memberikan defenisi komunikasi antar

pribadi, yaitu :“proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar

dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia” (A.W. Widjaja,

1986 : 8).

Jadi bagi beliau komunikasi antar pribadi itu bukan hanya ditujukan

kepada dua orang saja, tetapi bisa lebih dari dua orang, yang penting dalam

suatu kelompok kecil. Hanya saja beliau tidak memberikan batasan kelompok

kecil itu berapa orang.

Selanjutnya untuk menjelaskan pengertian komunikasi antar pribadi,

De Vito (1976) (dalam Liliweri, 1997:12) memberikan beberapa ciri

komunikasi interpersonal yang terdiri atas adanya :

a. Keterbukaan (openess)

Pihak komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau

gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka

tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling mengerti dan memahami

pribadi masing-masing.

b. Empati (empathy)

Segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh

perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan

(34)

c. Dukungan (supportiveness)

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan

dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Sehingga dengan demikian

keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan

membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan

aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa positif

Jika setiap pembicaraan yang dibicarakan mendapat tanggapan pertama

yang positif, maka lebih mudah melanjutkan percakapan yang selanjutnya.

Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga

atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

e. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadipun lebih kuat,

apabila mempunyai kesamaan pandangan, kesamaan sikap, kesamaan

ideologi dan sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi

adalah terdapatnya suatu hubungan komunikasi yang bukan saja sekedar

menyampaikan informasi, tetapi terdapat unsur pendekatan pribadi. Karena

hal ini penting dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku.

2.1.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi

Kegiatan komunikasi antar pribadi tentu terjadi tidak dengan

sendirinya. Dia membutuhkan suatu rangkaian peristiwa yang

(35)

Sementara itu dalam lingkup ilmu komunikasi, proses yang dimaksud

memuat komponen-komponen yang dibutuhkan. Sejumlah komponen

atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya

komunikasi, maka perlu diperhatikan paradigma Lasswell yang

berbunyi : “who says what in which channel to whom with what effect

atau siapa, mengatakan apa, dengan media apa, kepada siapa, dengan

efek apa” (Effendy, 1992:10).

Tepatnya cara menjelaskan proses komunikasi Lasswell dengan

menjawab :

- who ? siapa : komunikator

- says what ? mengatakan apa : pesan (message)

- in which channel ? saluran apa : saluran / media

- to whom ? kepada siapa : komunikan

- with what effect ? dengan efek apa : efek yang terjadi

Maka dalam proses komunikasi (baik interpersonal atau massa)

Lasswell menunjukkan terhadap lima unsur di dalamnya, yaitu :

1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan.

2. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang (verbal

ataupun non verbal).

3. Media :sarana / saluran yang mendukung pesan yang

dilontarkan.

4. Komunikan : orang yang menerima pesan.

(36)

Melalui formula Lasswell ini, jalannya proses komunikasi dapat

dilihat seperti di bawah ini :

PROSES KOMUNIKASI

Selanjutnya Everett M. Rogers memberikan karakteristik dari

komunikasi antar pribadi (Edward Depari dan Collin Mc. Andrews,

1988:18).

KARAKTERISTIK KOMUNIKASI

ANTAR PRIBADI

1 Arus pesan Cenderung dua arah

2 Konteks komunikasi Tatap muka / bermedia

3 Tingkat umpan balik Tinggi

4 Tingkat selektivias Tinggi

5 Kecepatan jangkauan terhadap audiens Relatif lambat

Berdasarkan uraian sebelumnya tentang pengertian komunikasi

antar pribadi, komponen komunikasi Lasswell serta karakteristik

komunikasi antar pribadi Everett M. Rogers, maka dapat dibuat Who

komunikator

says what pesan

in which channel

media

to whom komunikan

to whom effect efek yang

(37)

visualisasi dari proses komunikasi antar pribadi dilembar berikutnya

ini.

PROSES LENGKAP KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Maka dari gambar diatas jelas proses komunikasi antar pribadi

itu, adanya pihak pelaku inisiatif dan penerima pesan yang kita

artikan pemberi stimulus dan penerima stimulus dimana arus pesan

itu secara timbal balik (dua arah) dan umpan baliknya itu segera atau

langsung dengan menggunakan media tertentu, dan yang tidak boleh

diabaikan bahwa komunikator dan komunikan saling berganti

peranan, satu saat sebagai komunikator saat lain jadi komunikan

(berganti peran).

Feed back (umpan balik)

Penyebar pesan

komunikator

pesan Media channel

Penerima pesan

komunikan

feed back (umpan balik)

(38)

Proses komunikasi antar pribadi dapat diuraikan sebagai

berikut :

“Pertama-tama, sumber memberikan pesan atau informasi kepada

komunikator (apabila sumber adalah suatu kejadian), kemudian oleh

komunikator pesan itu disampaikan dengan atau tanpa media kepada

komunikan. Penerimaan pesan itu oleh komunikan melalui

tahapan-tahapan yang dikenal dengan sensasi, persepsi, memori dan berpikir”

(Rakhmat, 1986:89).

- Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Proses itu berhubungan

dengan keterlibatan alat indra.

- Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan penafsiran pesan.

- Memori adalah sistem yang bersrtuktur yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan

menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.

Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat pula stimuli

direkam secara sadar atau tidak sadar.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka proses lengkap dari

(39)

PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM

PENELITIAN YANG DIMAKSUD

Proses komunikasi antar pribadi mempergunakan lambang

sebagai media. lambang sebagai media yang terdapat dalam

komunikasi antar pribadi terbagi dua, yaitu :

- Lambang Verbal

Lambang verbal artinya penggunaan bahasa sebagai media.

Bahasa adalah lambang yang dapat mewakili kenyataan yang

konkrit dan objektif dalam dunia sekeliling kita, dan juga

mewakili hal yang abstrak.

- Lambang Non Verbal

Lambang non verbal berlangsung dengan gejala yang

menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (pastures), ekspresi

(40)

Dalam proses komunikasi, baik antar pribadi atau massa,

lambang-lambang yang dipergunakan harus dipahami dan dimengerti

baik oleh kominukator maupun komunikan, jika lambang yang

dipergunakan atau diperlukan tidak saling dimengerti itu bukan

komunikasi, hanya kontak sosial. Komunikasi lebih mudah

berlangsung dan berlanjut antara orang-orang yang sependapat tentang

sesuatu masalah.

Proses komunikasi antar pribadi berhasil apabila terjadi

kesesuaian antara komunikator dan komunikan dalam arti tercapainya

tujuan dari komunikasi yaitu perubahan sikap.

2.1.2. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Yang dimaksud dengan efektif adalah mengenai sasaran atau

mencapai tujuan sesuai dengan maksud si pembicara. Jadi, dalam

komunikasi antar pribadi apabila tujuan untuk mengubah pendapat, sifat

dan tingkah laku komunikasi dapat tercapai, maka komunikasi antar

pribadi itu efektif.

Efektivitas komunikasi juga tergantung pada “siapa” serta “cara”

penyampaian pesan kepada komunikan. Apabila kita berbicara dengan

rekan sejawat, guru, orang tua, atau pimpinan, kita harus menentukan

sikap terlebih dahulu, tempat kita berada, posisi, kemudian hal apa yang

kita pesankan. Setelah itu kita harus mendefenisikan diri kita pada saat

(41)

dengan “cara” dan “sikap” yang tepat agar dapat menjadi sasaran yang

kita inginkan.

Selanjutnya Cutlip dan Center didalam bukunya “Effective

Public Relations” menggunakan fakta tanda mental yang perlu diingat

oleh komunikator yaitu :

1. Bahwa komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup, bekerja

dan bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial.

Karena itu, setiap orang adalah subjek bagi lembaga pengaruh,

diantaranya adalah pengaruh bagi komunikator.

2. Bahwa komunikan membaca, mendengar dan menonton

komunikasi yang menyajikan pandangan hubungan pribadi yang

mendalam.

3. Bahwa tanggapan yang diinginkan oleh komunikator dari

komunikan harus menguntungkan bagi komunikan : kalau tidak,

ia tidak akan memberikan tanggapan. (Effendy, 1981:38).

Dari sudut komunikator, ada dua faktor penting dari

komunikator yaitu kepercayaan pada komunikator (source credibility)

dan daya tarik komunikator (source attractiveness). Kedua hal ini

berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan:

a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang

benar. Jadi komunikator mendapat kualitas komunikasinya

sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh

(42)

b. Hasrat seseorang untuk menyamakan diri dengan komunikator

atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator yang secara

emosional memuaskan. Jadi komunikator akan sukses dalam

komunikasinya, bila ia berhasil memikat perhatian komunikan.

(Effendy, 1981:39).

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

komunikasi antar pribadi pada prinsipnya adalah :

1. Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyesuaikan

diri baik secara fisik maupun psikis. Hal ini tidak mungkin

disebabkan oleh daya arus balik langsung.

2. Adanya keseimbangan atau keharmonisan antara komunikator

dan pesan yang disampaikan.

3. Adanya respon atau tindakan nyata dari komunikan berupa

perubahan sikap, memperkuat pendapat dan sebagainya.

2.1.3. Teori Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang

menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui

tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat

dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang

ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela Johari

(Johari Window). (Liliweri, 1997:49).

Berikut gambar jendela Johari tentang bidang pengenalan diri

(43)

Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan orang

lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak

diketahui orang lain

Tidak dikenal

Tidak dikethui diri sendiri dan orang

lain

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa

dalam pengembangan hubungan antar seorang dengan yang lainnya

terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana

dikeempat bidang (jendela) itu.

- Bidang 1 (Daerah Terbuka)

Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, prilaku,

sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang

diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Daerah terbuka

masing-masing individu akan berbeda-beda besarnya bergantung

pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Ada orang yang

membuat kita merasa nyaman dan mendukung kita, terhadap

mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar. Terhadap orang yang

lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita. Tetapi

kebanyakan diantar kita, membuka diri kepada orang-orang

(44)

Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri

kepada orang lain dan kepada kita sendiri. Jika kita tidak

membiarkan orang lain mengenal kita, komunikasi menjadi sangat

sukar, jika malah tidak mungkin. Kita dapat berkomunikasi secara

bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga mengenal diri

sendiri. Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu

harus memperbesar daerah terbuka ini.

- Bidang 2 (Daerah Buta)

Daerah buta (blind self) berisikan informasi tentang diri kita yang

diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini

dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan”

atau memegang-megang hidung bila marah atau hal-hal lain yang

lebih berarti seperti sikap defensif, atau pengalaman terpendam.

Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila

daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini

akan selalu ada pada diri kita masing-masing. Walaupun kita

mungkin dapat menciutkan daerah ini, menghilangkannya sama

sekali tidaklah mungkin.

- Bagian 3 (Daerah Tersembunyi)

Daerah tersembunyi (hidden self) mengandung semua hal yang kita

ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi kita

(45)

merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang

lain.

- Bagian 4 ( Daerah Tidak Dikenal)

Daerah tidak dikenal (unknown self) adalah bagian dari diri kita

yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain.

Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau

sesuatu yang luput dari perhatian.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi

antar pribadi khususnya didalam sebuah perusahaan adalah bidang 1

(daerah terbuka), dimana antar komunikator (pimpinan) dengan

komunikan (pegawai) saling mengetahui makna pesan yang sama.

Meskipun demikian kenyataan hubungan antar pribadi tidak seideal

yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan

orang lain baik pimpinan dan bawahan betapa sering mempunyai

peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang

dihadapinya.

Menurut Luft (Deddy Mulyana, 1996:19) menggambarkan

beberapa ciri penyingkapan diri (self disclosure) yang tepat. Lima ciri

terpenting adalah sebagai berikut:

1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung

2. Dilakukan oleh kedua belah pihak.

(46)

4. Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antar

orang-orang yang terlibat.

5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit.

2.2 Komunikasi dalam Organisasi

Haber memberikan defenisi “Komunikasi Organisasi adalah proses

menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang

saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti

atau yang selalu berubah-ubah” (Muhammad Arni 1995:160).

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi

adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang

kompleks (Muhammad Arni 1995:163). Yang termasuk dalam bidang ini

adalah komunikasi internal atau komunikasi dari atasan kepada bawahan

(downlward communication), komunikasi dari bawahan kepada atasan

(upward communication), dan komunikasi horizontal atau komunikasi dari

orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan

berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

Meskipun dari bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai

komunikasi organisasi ini namun demekian ada beberapa hal yang umum

yang dapat disimpulkan, yaitu:

a. Komunikasi Organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang

kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungan sendiri baik internal maupun

(47)

b. Komunikasi organisasi mengikuti pesan dan arusnya.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,

hubungan dan keterampilannya.

Sehingga apabila disimpulkan ketiganya, maka diperoleh bahwa

komunikasi organisasi itu merupakan proses untuk saling menukar pesan

dalam rangkaian hubungan yang saling bergantung antara satu dengan yang

lain untuk menyelesaikan suatu masalah yang berlaku di lingkungan yang

tidak tentu.

A. Jaringan Komunikasi Formal

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh

hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu

menurut jaringan formal. Ada tiga bentuk utama arus pesan dalam

jaringan komunikasi formal yang mengikuti struktur organisasi, yaitu:

A.1 Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang

mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Secara

umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe,

yaitu:

1. Instruksi Tugas

Yaitu, pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa

yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana

melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti perintah

(48)

tertentu, alat-alat Bantu melihat dan mendengar yang berisi

pesan-pesan tugas dan sebagainya. Instruksi tugas yang tepat

dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang

sederhana yang hanya menghendaki keterampilan pengalaman

yang minimal.

2. Rasional

Yaitu, pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan

bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam

organisasi atau objektif organisasi, kualitas dan kuantitas dari

komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi

pimpinan mengenai bawahannya.

3. Ideologi

Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari

pesan rasional. Pada pesan rasional, penenekanannya ada pada

penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi,

sedangkan pada ideologi sebaliknya. Mencari sokongan dan

antusias dari anggota guna memperkuat loyalitas, moral dan

motivasi.

4. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan

dengan praktek-praktek organisasi, peraturan-peratuan

(49)

berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya handbook

bagi karyawan adalah contoh pesan informasi.

5. Balikan

Yaitu, pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu

dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana

dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah

siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi

dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya

sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan

kurang baik, balikannya mungkin berupa kritikan atau

peringatan terhadap karyawan tersebut.

A.1.1 Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah

Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah

selalu berjalan dengan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain(Muhammad Arni 1995:110):

a. Keterbukaan

Kurangnya sifat terbuka pimpinan dan karyawan akan

menyebabkan pembelokan atau tidak mau menyampaikan

pesan dan gangguan dalam pesan.

b. Kepercayaan pada pesan tulisan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan

(50)

elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan

dengan tatap muka.

c. Pesan yang berlebihan

Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara

tulisan maka banyak karyawan yang hanya membaca

pesan-pesan tertentu yang hanya dianggap penting bagi

dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.

d. Timing

Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan

mempengaruhi komunikasi kebawah.

e. Penyaringan

Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah

semuanya mereka terima. Tetapi mereka saring mana yang

mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan

oleh macam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi

di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan

komunikasi, perasaan percaya.

A.2 Komunikasi ke Atas (Upward Communication)

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan

kepada atasan atau dari tingkat rendah kepada tingkat yang lebih

tinggi. Menurut Muhammad Arni (1995:117) pimpinan haruslah

(51)

a. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang

dicapai, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan

datang.

b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak

terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.

c. Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan

organisasi secara keseluruhan.

d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka

mengenai pekerjaannya, teman sekerja dan organisasi.

A.3 Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara

orang-orang yang sama tingkat otoritasnya di dalam organisasi.

Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya,

sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan tugas.

b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas.

c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang

berada dalam tingkatan yang sama.

d. Menyelesaikan konflik diantara anggota organisasi.

e. Menjamin pemahaman yang sama.

(52)

B. Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi

Ketidak efektifan komunikasi dalam suatu organisasi dapat

dsebabkan oleh berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis.

Bentuk-bentuk hambatan itu menurut Soekanto dan Hondoko T. Hani

(1991:185) dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu: diri

pribadi, antar pribadi, organisasional dan teknologi.

1.Faktor Hambatan Dalam Diri Sendiri

a. Persepsi Selektif

Persepsi selektif adalah suatu proses menyeluruh dimana

seseorang dapat menyeleksi, mengorganisasikan dan

mengartikan segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya.

Dalam hal ini individu mempunyai kecenderungan untuk

melihat dan mendengar hanya terbatas pada apa yang

diinginkannya.

b. Perbedaan Individual Dalam Keterampilan Komunikasi

Disamping perbedaan persepsi, individu juga memiliki

perbedaan dalam hal kemampuan untuk mengembangkan dan

menerapkan keterampilan komunikasi. Ada individu yang

merupakan pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar yang

jelek. Ada yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara

verbal (lisan) tetapi mampu menulis berita-berita dengan sangat

(53)

2.Faktor Hambatan Antar Pribadi

a. Iklim

Iklim akan mempengaruhi proses komunikasi. Pada saat

pimpinan dan bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang

muncul akan membatasi atau mendorong isi maupun frekuensi

komunikasi mereka. Suasana yang kurang mendukung dapat

dengan mudah menjadi sebuah penolakan bagi aliran

komunikasi yang dilakukan. Hal ini dapat mengakibatkan

ketidakpercayaan dari komunikan terhadap komunikator

b. Kepercayaan

Tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikator sangat

dipengaruhi oleh pandangan dan reaksi komunikan terhadap

gagasan dan tindakan komunikator. Ketidakpercayaan dapat

menyebabkan salah satu pihak bersikap defensive sehingga

dapat mengurangi kemungkinan untuk mlakukan komunikasi

yang efektif.

c. Kreadibilitas

Kreadibilitas berhubungan erat dengan kepercayaan.

Kreadibilitas itu sendiri menyangkut unsur: kejujuran, keahlian

atau kemampuan, dinamisme atau antusiasme dan keterbukaan

atau objektivitas. Para pegawai akan lebih mempercayai

informasi yang berasal dari sumber yang menurut mereka paling

(54)

d. Kesamaan komunikator dan komunikan

Adanya kesamaan seperti unsure jenis kelamin, ras atau suku

bangsa, sikap, minat dan kemampuan seseorang akan dapat

meningkatkan efektivitas komunikasi antara komunikator dan

komunikan.

3.Faktor Hambatan Organisasional

a. Status

Status seseorang dalam organisasi bergantung pada posisi yang

sedang ia duduki. Kenyataan menunjukkan bahwa:

• Orang yang memiliki status lebih tinggi biasanya lebih senang

melakukan komunikasi dengan mereka yang sama derajatnya

daripada mereka yang sama derajatnya dan mereka yang

berstatus lebih rendah.

• Semakin lebar perbedaan status, semakin besar

kecenderungan bahwa informasi akan mengalir dari individu

yang berstatus lebih tinggi ke individu yang berstatus lebih

rendah dan ini tidak berlaku sebaliknya.

• Individu yang berstatus lebih tinggi pada umumnya lebih

mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan individu

yang berstatus lebih rendah.

b.Transmisi Hirarki

Perbedaan hirarki merupakan aspek pokok pengembangan sebuah

(55)

kegiatan-kegiatan melalui informasi yang disalurkan secara

sistematik keseluruh bagian organisasi. Namun kesulitan

komunikasi juga akan timbul, jika semakin banyak tingkatan yang

harus dilalui pesan atau informasi maka semakin lama waktu

yang dibutuhkan untuk sampai ketempat tujuan sehingga

ketepatan berita akan semakin kecil pula.

4.Faktor Hambatan Teknologi

Salah satu hambatan yang terbesar takurasi komunikasi adalah

anggapan bahwa setiap kata yang sama akan mengandung pengertian

yang sama pula. Latar belakang seseorang, kepentingan dan

pendidikan seseorang akan menentukan pengertian terhadap pesan

yang diterima sebagai contoh perintah atasan untuk mengerjakan

tugas “secepat mungkin” dapat mengandung arti satu jam, satu hari

bahkan satu minggu.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Tidak ada

manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Pentingnya

komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga

halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik

suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula

sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat

macet atau berantakan.

Komunikasi dalam organisasi membuat kita mampu menggunakan

(56)

1. Menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang

organisator.

2. Bagaimana operasi jaringan kerja yang menaikkan mereka satu

sama lain, jadi bagaimana kedudukan mereka sebagai human

actors.

Pengertian Efektivitas Kerja

Pemerintah sebagai pembangkit partisipasi seluruh masyarakat juga

harus mampu melihat dan mengantisipasi keadaan, dalam arti lebih baik

mencegah akan terjadinya kemungkinan kendala daripada menganggulangi

dikemudian hari. Sebagai instansi yang memiliki kewenangan Sekretariat

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dalam melangsungkan

Pilkada sangat membutuhkan pegawai yang dapat bekerja secara

profesional dan berhati-hati dalam menuntaskan tugas-tugasnya.

Dalam hal ini Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Sumatera Utara membutuhkan pegawai yang memiliki tanggungjawab kerja

serta memiliki skill yang dapat membantu mensukseskan Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Pegawai juga

diharapkan mampu bekerja secara lebih efektif agar kemampuan yang

dimiliki setipa pegawai dapat dimanfaatkan dengan baik dan terciptanya

efektivitas kerja pegawai.

Emerson (Handayaningrat, 1993:88) mengatakan efektivitas

merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang

(57)

beberapa analisis organisasi berusaha menandai hal-hal yang menonjol

walaupun sebenarnya jika dijejerkan terdapat deretan panjang hal-hal yang

dapat menjadi kriteria evaluasi dan efektivitas kerja tersebut.

Selanjutnya Handoko (1993:7) mengatakan bahwa efektivitas adalah

kemampuan untuk sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya, untuk menghasilkan

sejumlah barang / jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti

efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti 4 hal, yakni:

1. Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah

ditentukan dan dibatasi.

2. Jumlah dan mutu barang atau jasa yang dihasilkan sudah ditentukan.

3. Batas waktu untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut sudah

ditentukan.

4. Tata cara yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah ditentukan.

Kemudian berdasarkan sintesis dari penemuan ini kita dapat menarik

beberapa kesimpulan yang berarti sehubungan dengan variabel yang

berakibat langsung kepada keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi.

Gibson (1995:25) dalam hal ini membagi keefektifan individu adalah:

kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap , dan motivasi: sedangkan

keefektifan kelompok dipengaruhi oleh kepaduan, kepemimpinan, struktur,

status dan norma: terakhir keefektifan organisasi dipengaruhi oleh

(58)

Indrawijaya (2000:214) prestasi yang dicapai oleh sebuah organisasi

juga merupakan prestasi perseorangan, karena efektivitas/prestasi organisasi

pada dasarnya adalah efektivitas perseorangan atau dengan perkataan lain

bila setiap anggota pada organisasi secara terkoordinir melakukan dan

mengerjakan tugas serta tanggung jawab masing-masing dengan baik,

efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.

Efektivitas itu sendiri menurut Sarwoto (1979:127) memberikan

gambaran bagaimana kerja mampu tercapai dengan baik. Gibson & Wahid

(1983:56) koordinasi yang dilakukan akan berkaitan dengan efektivitas

kerja, karena pencapaian yang telah disepakati atas dasar usaha bersama

dimana tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas

yakni bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Steers (1985: 124) efektivitas dapat didefinisikan

sebagian besar bertumbu pada pencapaian tujuan organisasi, efektivitas

dijalankan berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan

memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga seperlu mungkin

dalam usahanya mengejar tujuan opersional. Lebih lanjut dikatakan bahwa

pengukuran efektivitas yang paling umum dipakai dalam organisasi,

sebagai berikut:

1. Program kerja, yaitu suatu rencana kerja yang telah dijadikan sasaran

(59)

2. Pelaksanaan kerja, yaitu suatu usaha yang sungguh-sungguh dari setiap

pegawai untuk mencapai program kerja/tujuan yang telah ditentukan

lebih lanjut.

3. Hasil pekerjaan, yaitu hasil yang dapat dicapai oleh setiap pegawai.

Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan mengenai efektivitas

diatas dapat kita simpulkan bahwa efektivitas yaitu suatu bentuk usaha yang

dilaksanakan secara bersama terhadap pencapaian tujuan organisasi yang

dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organisasi yang

bersangkutan, jelas bahwa efektivitas adalah suatu kerjaan yang

dilaksanakan oleh seseorang untuk menghasilkan kegunaan yang

Gambar

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa
Tabel 1 Umur Responden
Tabel 2 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4 Masa Kerja Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil penelitian pada evaluasi gel pembersih tangan ekstrak umbi bawang tiwai meliputi organoleptis, homogenitas, daya sebar, pH, konsistensi, dan viskositas

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga siswa mudah untuk memahami tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang digunakan pada pertemuan ini.

Jika potensiometer diubah dalam keadaan 0%, maka arus dan tegangan listrik yang mengalir akan maksimal, karena nilai tahanan dalam potensiometer menjadi 0 sehingga arus

Surat Keputusan Keberatan dan putusan banding yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan,

Daya tanggap yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap, yakni motivasi para karyawan dalam memecahkan masalah

Dalam urusan legalitas lapangan nakama futsal zone tidak mendapatkan masalah karena nakama futsal zone akan dibangun di jalan raya antara dua kecamatan dan waktu usaha pun tidak

¾ Biaya Pengadaan Tanah yang semula dianggarkan Rp 700 Miliar , diperkirakan meningkat menjadi lebih dari Rp 2 triliun (peningkatan 300% dari business meningkat menjadi lebih dari

Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian menunjukan bahwa (pengetahuan hidup bersih dan sehat) pada pengetahuan mencuci tangan pakai sabun, yang terbanyak ada pada