KOM UNI KASI ANT AR P RIB ADI
DAN EFEKTIVITAS KERJA
(Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan
Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 )
SKRIPSI
Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh :
YESSI SONIA ATARINI SINULINGGA
050922009
Ilmu Komunikasi
(Ekstension)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
Penelitian ini mengambil judul Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja (Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008).
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 46 orang dan penarikan sampelnya menggunakan teori arikunto.Oleh karena subjek kurang dari 100 orang, maka penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Total Sampling”. Dimana populasi merupakan sampel.. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan kuesioner.
Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan korelasi Rank Spearman. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan untuk N<50 dapat menggunakan rumus ttest. Dan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.
Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.
Berdasarkan analisa data diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi pegawai terhadap komunikasi antar pribadi dengan efektivitas kerja pegawai di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rs = 0,99 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Merujuk pada skala Guilford hubungan ini menunjukkan hubungan yang berarti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : YESSI SONIA ATARINI SINULINGGA
Nim : 050922009
Jurusan : Ilmu Komunikasi Ekstension
Judul : Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja
(Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam
meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)
Medan, November 2007
Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Dewi K, Msi Drs. Amir Purba, MA
Nip : 131 837 036 Nip : 131 654 104
Dekan
Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168
LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA : YESSI S. A. SINULINGGA
NIM : 050922009
PEMBIMBING : Dra. Dewi K, Msi
NO TANGGAL
PERTEMUAN
PEMBAHASAN PARAF
PEMBIMBING
Penyerahan Bab I
Perbaikan Bab I
ACC Bab I
Penyerahan Bab II
Perbaikan Bab II
ACC Bab II
Penyerahan Bab III Dan Kuesioner
Perbaikan Bab III Dan Kuesioner
Acc Bab III Dan Kuesioner
Penyerahan Bab IV Dan V
Pengembalian Bab IV Dan V
Acc Bab IV Dan V Sekaligus
Acc Untuk Meja Hijau
Catatan :
BIODATA PENELITI
Nama : Yessi Sonia Atarini, Amd
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 09 Januari 1983
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Berat/Tinggi : 53 kg / 169 cm
Alamat : Jl.Karyawisata, Komp. Johor Indah Permai Blok. V
No. 41, Medan.
Telepon/Hp : 061-7867575 / 08153189293
Pendidikan Formal : 1. SD. ST ANTONIUS Medan
2. SMP HARAPAN 2 Medan
3. SMU KARTIKA I-1 Medan
4. D III Bahasa Inggris USU
Nama Orang Tua
1. Ayah : Drs. Johan Sinulingga
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 3
I.3. Pembatasan Masalah ... 3
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
I.4.1. Tujuan Penelitian ... 4
I.4.2. Manfaat Penelitian ... 5
I.5. Kerangka Teori ... 5
I.5.1. Komunikasi ... 6
I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi ... 8
I.5.3. Teori Self Discloser ... 9
I.5.4. Komunikasi Organisasi... 10
I.5.5. Efektivitas Kerja ... 11
I.6. Kerangka Konsep ... 13
I.7. Model Teoritis ... 14
I.8. Operasionalisasi Variabel ... 15
I.9. Defenisi Operasional ... 16
I.10. Hipotesis ... 19
BAB II URAIAN TEORITIS ... 20
II.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 20
II.1.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi... 22
II.1.2. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 28
II.1.3. Teori Self Discloser ... 30
II.2. Komunikasi Antar Organisasi ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
III.1.1. Gambaran Umum Sekrt. KPU-SU ... 48
III.1.2. Lokasi Penelitian ... 51
III.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian tugas Sekrt. KPU-SU ... 52
III.2. Metode Penelitian ... 56
III.3. Populasi dan Sampel ... 56
III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 57
III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 57
III.6. Teknik Analisa Data ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62
IV.1. Analisa Tabel Tunggal ... 62
IV.2. Analisa Tabel Silang ... 86
IV.3. Uji Hipotesis ... 89
IV.4. Pembahasan ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93
V.1. Kesimpulan ... 93
V.2. Saran ... 95
DAFTAR REFERENSI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Umur Responden ... 62
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden ... 63
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden ... 63
Tabel 4. Masa Kerja Responden ... 64
Tabel 5. Penghasilan Responden ... 65
Tabel 6. Intensitas Komunikasi dengan Pimpinan... 65
Tabel 7. Waktu Berkomunikasi dengan Pimpinan ... 67
Tabel 8. Berapa Lama Berkomunikasi dengan Pimpinan ... 69
Tabel 9. Keleluasaan Berbicara Dengan Pimpinan Mengenai Pekerjaan ... 70
Tabel 10. Pesan yang Disampaikan ... 70
Tabel 11. Hal yang Disampaikan kepada Pimpinan ... 71
Tabel 12. Sosok Pimpinan... ... 73
Tabel 13. Memberi Ide Dan Saran Kepada Pimpinan……… 75
Tabel 14. Memberi Ide Tentang Kebijakan Baru ... 76
Tabel 15. Apakah Ide dan Saran Diterima Pimpinan ... 76
Tabel 16. Peningkatan Efektivitas ... 77
Tabel 17. Inisiatif yang dilakukan ... 80
Tabel 18. Peningkatan Efektivitas Kerja ... 82
Tabel 19. Yang Anda Lakukan Terhadap Pekerjaan Sekarang ... 84
Tabel 20. Hubungan Koordinasi Antar Bagian ... 85
Tabel 21. Pengaruh KAP Terhadap Efektivitas Kerja ... 85
Tabel 22. Hubungan jenis kelamin terhadap mudahnya beradaptasi dengan ritme kerja yang meningkat……… 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner
Lampiran 2 Tabel Foltron Cobol
Lampiran 3 Tabel Data Mentah
Lampiran 4 Nilai-nilai Dalam Distibusi t
Lampiran 5 Tabel Skor Rank
Lampiran 6 Lembar Catatan Bimbingan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja” dengan sebaik-baiknya.
Selama melakukan penulisan skripsi ini, banyak hal-hal yang merupakan
hambatan-hambatan maupun keterbatasan yang penulis alami, kesemuanya ini
disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan, masukan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu izinkan penulis menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Nasution,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU.
3. Ibu Dra. Dewi K, Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan selama penelitian dalam
penulisan skrpsi ini.
4. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku dosen wali.
5. Bapak dan Ibu dosen, serta staf departemen ilmu komunikasi Universitas
6. Pimpinan dan seluruh Pegawai Set. Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sumatera Utara, yang telah banyak membantu selama penulis melakukan riset
di Instansi tersebut.
7. Papa, Mama, dan kedua adikku (Tria dan Manda) serta seluruh Keluarga besar
yang telah banyak memberikan dukungan dan inspirasi kepada penulis.
8. Riki Aulia, Anggi, Oki, Shelly, Hendra, Kiki, Melvin, Mario, Bota, yang telah
banyak membantu dan memberi semangat agar penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
9. Teman-teman Ekstension 05’ Habibi, Vada, Fahmi, Tony, Niko, Edo, Jo, Mail
sebagai teman seperjuangan menimba ilmu, pendidikan, wawasan dan yang
lainnya yang tak mungkin penulis sebut satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima kritik
dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, September 2007
Penulis,
YESSI S. A. SINULINGGA
ABSTRAKSI
Penelitian ini mengambil judul Komunikasi Antar Pribadi dan Efektivitas Kerja (Studi Korelasional peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008).
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 46 orang dan penarikan sampelnya menggunakan teori arikunto.Oleh karena subjek kurang dari 100 orang, maka penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Total Sampling”. Dimana populasi merupakan sampel.. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan kuesioner.
Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan korelasi Rank Spearman. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan untuk N<50 dapat menggunakan rumus ttest. Dan hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.
Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.
Berdasarkan analisa data diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi pegawai terhadap komunikasi antar pribadi dengan efektivitas kerja pegawai di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rs = 0,99 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Merujuk pada skala Guilford hubungan ini menunjukkan hubungan yang berarti.
Hasil uji signifikan nilai rxy ditemukan nilai ttest sebesar 32,5 dan ttabel 2,021 yang
berarti thitung>ttabel maka hubungan signifikan. Hal ini berarti hubungan antara
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang Masalah
Setiap hari semua orang selalu berbicara dan berkomunikasi. Setiap
manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang
selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Faktor kedekatan
atau proximity bisa menyatakan dua orang yang mempunyai hubungan erat.
Dalam komunikasi antar pribadi, apabila tujuan komunikator untuk
megubah sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan dapat tercapai, maka
komunikasi antar pribadi disebut efektif.
Komunikasi antar pribadi tidak akan terlepas dari kehidupan
sehari-hari baik di rumah, tempat bekerja dan di masyarakat luas.
Khususnya Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara merupakan
suatu Lembaga Pemerintahan Indonesia yang Independent, Otonom dan
Non Partisan yang terbentuk dariKeputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum.
Memiliki 46 orang pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan yang
berbeda dan memiliki perbedaan lain seperti suku, ras, agama dan
lain-lain.
Dalam mensukseskan tujuan dari Sekretariat Komisi Pemilihan
satu dengan yang lainnya. Suasana yang tercipta di Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara juga harus dijaga
keharmonisannya, agar efektifitas kerja tidak terganggu hanya karena
terjadinya kesalahpahaman antara sesama pegawai karena komunikasi
antar pribadi yang kurang baik. Terlebih pada waktu dekat ini Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara akan melaksanakan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2008. Karena akan
semakin dekatnya waktu pemilihan maka akan dibutuhkan peningkatan
efektivitas kerja yang baik, sehingga secara tidak langsung dibutuhkan
juga komunikasi yang baik antar pribadi pada seluruh pegawai Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara
pada Tahun 2004 yang lalu juga memiliki catatan sukses dalam
melaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia untuk Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Namun menjelang
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008
yang akan datang, terdapat permasalahan-permasalahan yang harus
dihadapi oleh Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sumatera Utara, salah satunya adalah perbedaan jumlah penduduk pada
Pemilihan Umum yang lalu dengan Pemilihan Kepala Daerah yang akan
dilaksanakan pada Tahun 2008 yang akan datang, serta terdapatnya
pemekaran Daerah yang terjadi di Kabupaten/Kota dan permasalahan
Oleh karena itu maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara yang
efektivitas kerja pegawainya menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara ini
melakukan Pilkada yang sukses, aman dan jauh dari kerusuhan.
Dibutuhkan tim yang solid untuk mensukseskan Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008 dan komunikasi yang baik
antar pribadi pegawai yang satu dengan yang lainnya. Efektivitas kerja
tidak terganggu dan Pilkada dapat berjalan dengan semestinya.
.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Sejauhmanakah hubungan Komunikasi Antar Pribadi dalam
meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Sumatera Utara menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008? ”.
.3 Pembatasan masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya
lebih khusus, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran ragam identitas/karakteristik pegawai (usia, jenis
2. Bagaimana pelaksanaan waktu, cara, dan isi pesan / informasi yang
disampaikan pimpinan dalam komunikasi antar pribadi kepada
pegawai.
3. Bagaimana kesan, efek dan berapa besar bobot terpaan komunikasi
antar pribadi terhadap efektivitas kerja pegawai.
.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
.4.1 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan
yang akan dicapai, adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.Untuk menemukan, mengetahui keterangan, data faktual yang
terkait dengan komunikasi antar pribadi di lingkungan Sekretariat
KPU Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui dan membahas ragam identitas responden dan
kaitannya dengan terpaan komunikasi antar pribadi.
3. Untuk mengetahui, mencari, mengungkapkan dan membahas
pelaksanaan, waktu, cara, dan isi pesan yang disampaikan
pimpinan kepada pegawai dalam komunikasi antar pribadi.
4. Untuk mengetahui dan mengungkapkan ragam kesan terhadap
terpaan pesan pada komunikasi antar pribadi yang mempengaruhi
.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Secara Akademis:
1. Menguji seberapa besar kemampuan mahasiswa untuk
menerapkan serta mengaplikasikan teori-teori yang telah
didapat selama masa perkuliahan di USU.
2. Penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU
khususnya jurusan ilmu komunikasi dalam rangka
memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.
3. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa jurusan
komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi
antar pribadi.
b. Secara Praktis
1. Memberi masukan kepada pimpinan Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara agar
mengetahui efek komunikasi antar pribadi terhadap
efektivitas kerja pegawai.
2. Memberi masukan kepada pimpinan Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara untuk
meningkatkan frekuensi komunikasi antar pribadi dengan
pegawai dalam menunjang efektivitas kerja.
3. Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin
.5 Kerangka Teori
Ilmu pengetahuan terdiri atas seperangkat teori dalam bidang tertentu,
dengan teori ini kita dapat membaca kenyataan empiris yang terjadi disekitar
kita. Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berfikir
yang mendukung pemecahan masalah secara sistematis. Untuk itu perlu
disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang dapat
menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi,
1995:39).
Dengan adanya kerangka teori, maka peneliti akan mempunyai
landasan untuk menentukan tujuan arah penelitiannya. Kerangka teori
membantu peneliti dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna membentuk
hipotesis-hipotesis selanjutnya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan
dengan masalah penelitian ini adalah: Teori Komunikasi, Komunikasi Antar
Pribadi, Teori Komunikasi Organisasi dan Teori Efektivitas Kerja.
.5.1 Komunikasi
Istilah komunikasi sebenarnya berasal dari bahasa latin
“communication” dan berasal dari kata communis yang berarti sama.
Yang dimaksud sama disini adalah sama makna. Komunikasi dapat
terjadi apabila ada kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendi,
Komunikasi juga merupakan sarana untuk memodifikasi
perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi dan
sarana untuk mencapai tujuan.
Sehingga dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi sangat penting artinya, karena tanpa komunikasi tidak
mungkin suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi antara
orang-orang yang ada di dalamnya. Sedangkan di dalam organisasi
diperlukan adanya informasi dari para orang yang terkait di dalamnya,
baik itu dari atasan maupun dari bawahan yang tergabung dalam
organisasi tersebut.
Menurut Effendy Onong U (1992:5) komunikasi adalah proses
penyampaian pesan seseorang kepada orang lain, untuk
memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik
langsung maupun tidak langsung melalui media.
Dari keseluruhan defenisi yang di kemukakan di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa komunikasi itu sangatlah penting artinya
karena komunikasi memadukan fungsi-fungsi manajemen. Secara
khusus komunikasi diperlakukan untuk menetapkan dan
menyebarluaskan tujuan Perusahaan, menyusun rencana dalam
mencapai tujuan, mengorganisir sumber daya manusia dan sumber
daya lain, serta sumber-sumber yang diperlukan dalam menggapai
.5.2 Komunikasi Antar Pribadi
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara
manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat
bekerja, organisasi sosial dan lain sebagainya.
Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di
dalam lingkungan, namun frekwensi pertemuan, jenis relasi mutu dari
interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa
jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi.
Proses mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat
psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan
psikologis antara manusia yang memiliki pribadi dan memberikan
peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang
tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.
Menurut Effendy Onong U (1992:35), Komunikasi Antar
Pribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak
langsung dalam percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung
secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah
medium, contohnya telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini
ialah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two way traffic
communication). Dalam komunikasi antar pribadi komunikator dan
Sukses atau tidaknya sebuah komunikasi antar pribadi banyak
tergantung pada kualitas konsep diri yaitu positif atau negatif. Sebagai
peminat komunikasi, sebaiknya kita mampu mengidentifikasi
tanda-tanda konsep diri yang positif dan negatif.
Dari pengertian komunikasi antar pribadi yang telah dikemukakan,
dapat dilihat bahwa komunikasi antar pribadi dapat tercapai dengan
baik apabila komunikasi yang dilakukan secara langsung, bergantung
pada proses penyampaian pesan dan seberapa jauh interaksi
keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi. Begitu juga komunikasi antar pribadi yang dilakukan
antara atasan dengan bawahan, komunikasi antar pribadi tersebut harus
mampu menarik perhatian komunikan sehingga terjadi umpan balik
kepada komunikator baik yang dilakukan atasan maupun bawahan,
maka dengan sendirinya tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai
dengan baik yaitu efektivitas kerja pegawai perusahaan tersebut.
.5.3 Teori Self Disclosure
Teori self disclosure sering juga disebut teori “Johari Window”
atau Jendela Johari (Liliweri, 1997:49). Para pakar psikologi
menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar
untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara
manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat
Terbuka
Diketahui diri sendiri dan orang lain
Buta
Tidak diketahui diri sendiri dan
orang lain tahu
Tersembunyi
Diketahui diri sendiri tetapi tidak
diketahui orang lain
Tidak dikenal
Tidak diketahui diri sendiri dan
orang lain
Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing
bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu
mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan
orang lain.
Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri
sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat
berhubungan dengan orang lain.
Proses komunikasi antar pribadi akan datang berlangsung
dengan baik bila pribadi-pribadi yang terlibat didalam proses
komunikasi antar pribadi tersebut saling memiliki keterbukaan. Atau
dalam bahasa lain komunikasi antar pribadi tidak akan berjalan dengan
baik bila masing-masing orang yang terlibat saling menutup diri.
.5.4 Komunikasi Organisasi
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi organisasi.
Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam
berpendapat bahwa organisasi sangat memerlukan informasi, dengan
berkembangnya organisasi maka kebutuhan akan informasi juga akan
bertambah. Oleh karena itu seorang pimpinan dalam suatu perusahaan
harus memperlihatkan bahwa hal ini merupakan hal yang penting
dalam kelancaran jalannya organisasi atau perusahaan.
Dalam Muhammad Arni (1995:67) komunikasi organisasi
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam jaringan
hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang pasti atau yang selalu berubah. Sehingga arus pesan
dalam jaringan komunikasi yang bersifat formal atau non formal
sangat mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah
organisasi.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal dan informal dari suatu
organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada kepentingan
organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Komunikasi yang dilakukan lebih kepada
komunikasi antar anggotanya secara individual.
.5.5 Efektivitas Kerja
Sebelum penulis menjelaskan tentang efektivitas kerja, ada
Gibson (1995:25) dalam hal ini membagi keefektifan individu
adalah: kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap , dan motivasi:
sedangkan keefektifan kelompok dipengaruhi oleh kepaduan,
kepemimpinan, struktur, status dan norma: terakhir keefektifan
organisasi dipengaruhi oleh teknologi, pilihan strategis, struktur,
proses dan budaya.
Emerson (Handayaningrat, 1993:88) mengatakan efektivitas
merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam membina efektivitas kerja
tersebut beberapa analisis organisasi berusaha menandai hal-hal yang
menonjol walaupun sebenarnya jika dijejerkan terdapat deretan
panjang hal-hal yang dapat menjadi kriteria evaluasi dan efektivitas
kerja tersebut, namun berdasarkan pendapat Sterrs (1985:46) kriteria
yang paling banyak dipakai adalah:
1. Kemampuan menyesuaikan diri / keluwesan
2. Produktivitas
3. Kemampuan berlaba
4. Pencarian sumber daya
Dari semua defenisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa
sesuatu itu dikatakan efektif, apabila telah dapat mencapai sasaran atau
tujuan dari yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain,
penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sarana maupun
Dalam hal ini bahwa seseorang itu dapat dikatakan bekerja
dengan efektif, sangat tergantung pada saat tugas itu dapat diselesaikan
dengan baik.
.6 Kerangka Konsep
Nawawi (1995 : 37), mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan
setelah sejumlah teori diuraikan adalah merumuskan kerangka konsep
sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan
kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas, maka ada
beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan menjadi:
1. Variabel Bebas atau Independen Variabel (X)
Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel bebas adalah komunikasi antar pribadi
antara pimpinan dengan bawahan. Hal ini dapat dilihat melalui
indikator-indikator sebagai berikut:
- Cara berkomunikasi yang dilakukan pimpinan
- Isi pesan yang pimpinan komunikasi pada bawahan
- Waktu berkomunikasi yang dilakukan pimpinan
2.Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)
Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable bebas (X). Dalam
kerja pegawai. Hal ini dapat dilihat melalui indikator-indikator
sebagai berikut:
- Keseriusan kerja - Disiplin kerja - Partisipasi kerja - Mutu kerja - Semangat kerja
3. Variabel Antara atau intervening variabel (Z)
Yaitu variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel
terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan
antar variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Dalam penelitian
ini variabel antara (Z) adalah Karakteristik Sosial Responden .
Hal ini dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut:
- Umur - Kelamin - Agama
- Tingkat Pendidikan - Lamanya Bekerja - Golongan Jabatan
.7 Model Teoritis
Variabel Bebas (X) Kegiatan Komunikasi
Antar Pribadi
Variabel Terikat (Y) Efektivitas Kerja
Pegawai
Variabel Bebas (Z) Karakteristik
.8 Operasional Variabel
VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL
1. Variabel Bebas (X)
Kegiatan Komunikasi
Antar Pribadi
1. Frekwensi tatap muka
2. Pertemuan formal melalui:
Rapat Pleno, Rapat Intern,
Diskusi
3. Konsultasi tentang masalah
pekerjaan, saran pekerjaan.
4. Keterbukaan
5. Dukungan
2. Variabel Terikat (Y)
Tingkat Efektivitas
Kerja
1. Keseriusan kerja
2. Disiplin kerja
3. Partisipasi kerja
4. Mutu kerja
5. Semangat kerja
3. Variabel Antara (Z)
Karakteristik sosial
Responden
1. Umur
2. Kelamin
3. Agama
4. Tingkat Pendidikan
5. Lamanya Bekerja
.9 Defenisi Operasional
Defenisi Operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang
konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi
operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara
mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu
informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan
menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1989 : 46).
Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X)
- Kegiatan Komunikasi Antar Pribadi:
Komunikasi yang dilakukan oleh Pimpinan kepada Pegawainya
ataupun sebaliknya secara langsung untuk meningkatkan
efektivitas kerja pegawai.
- Frekwensi tatap muka:
Jumlah (Kuantitas) komunikasi antar pribadi yang terjadi.
- Pertemuan Formal:
Pertemuan resmi yang di pimpin oleh Pimpinan Rapat guna
memecahkan suatu masalah atau untuk membuat suatu keputusan
bersama.
Komunikasi yang dilakukan antara pimpinan dan pegawai yang
lebih bersifat pribadi dan dilakukan untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan pekerjaan.
- Keterbukaan:
Suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuka diri, menyatakan
tentang keadaan diri sendiri sehubungan dengan kegiatan
komunikasi.
- Dukungan:
Suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi
tanpa merasa suatu tekanan atau ketakutan atas kritik yang
ditujukan kepadanya.
2. Variabel Terikat (Y)
- Efektivitas Kerja:
Suatu kegiatan dalam meningkatkan keterampilan dan kerajinan di
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
- Keseriusan kerja:
Sikap untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan
tidak mengabaikan peraturan yang berlaku.
- Disiplin kerja:
Sikap dan tingkah laku dalam menaati dan mematuhi peraturan
yang telah ditetapkan secara sadar pada lingkungan pekerjaan guna
mencapai tujuan yang lebih baik.
Keikutsertaan para pegawai dalam usaha mencapai tujuan yang
ingin dicapai organisasi.
- Mutu kerja:
Suatu hasil yang di berikan oleh seorang pekerja di dalam
melakukan aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya.
- Semangat kerja:
Suatu hasil yang diberikan oleh seseorang di dalam melakukan
aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya.
3. Variabel Bebas (Z)
- Umur: Umur seseorang dimana responden dijadikan samperl yaitu
pegawai Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera
Utara
- Kelamin: Yaitu identitas para pegawai Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara yang terbagi dalam pria
dan wanita.
- Agama: Yaitu kepercayaan yang dianut oleh pegawai Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.
- Tingkat Pendidikan: Yaitu jenjang pendidikan yang dimilikinya
pada saat bekerja di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sumatera Utara.
- Lamanya Bekerja: Yaitu seberapa lama pegawai tersebut bekerja di
lingkungan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
- Golongan Jabatan: Yaitu pada tingkatan golongan apa seorang
pegawai tersebut berada.
.10 Hipotesa
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting yang tidak bisa
di tinggalkan, karena hipotesis merupakan instrumen dari teori. Suatu
hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungi
antara dua variabel atau lebih.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar
Pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan
peningkatan Efektivitas Kerja pegawai.
Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan Komunikasi Antar Pribadi
yang dilakukan pimpinan dan bawahan Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dengan peningkatan
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi
dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu : a) komunikasi antar pribadi,
b) komunikasi kelompok dan c) komunikasi massa. Sehubungan dengan
penelitian ini, maka yang dibahas hanyalah yang menyangkut komunikasi
antar pribadi.
Komunikasi antar pribadi (sering juga disebut Diadic Communication)
adalah : “komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam
bentuk percakapan, bisa secara berhadapan muka (face to face) atau bisa juga
melalui sebuah medium, umpanya telepon” (Effendy, 1981 : 48).
Jadi komunikasi jenis ini selalu membutuhkan adanya seorang lain
sebagai lawan komunikasi. Ciri khas komunikasi antar pribadi ialah sifatnya
dua arah atau timbal balik (two way traffic of communication). Dalam
komunikasi seperti komunikasi antar pribadi, komunikator dan komunikan
saling bergantian fungsi. Pada suatu ketika komunikan menjadi komunikator,
demikian sebaliknya. Dalam situasi seperti itu, maka komunikator utama
adalah orang yang pertama-tama menyampaikan pesan (message), sebab
dialah yang memulai komunikasi, dialah yang mempunyai tujuan tertentu
dengan menggunakan komunikasi itu. Demikian seterusnya selama proses
Jika Onong U. Effendy memberikan defenisi seperti di atas yaitu :
komunikasi antar pribadi itu antara dua orang, maka William F. Gluck yang
dikutip oleh A.W. Widjaja lain lagi memberikan defenisi komunikasi antar
pribadi, yaitu :“proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar
dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia” (A.W. Widjaja,
1986 : 8).
Jadi bagi beliau komunikasi antar pribadi itu bukan hanya ditujukan
kepada dua orang saja, tetapi bisa lebih dari dua orang, yang penting dalam
suatu kelompok kecil. Hanya saja beliau tidak memberikan batasan kelompok
kecil itu berapa orang.
Selanjutnya untuk menjelaskan pengertian komunikasi antar pribadi,
De Vito (1976) (dalam Liliweri, 1997:12) memberikan beberapa ciri
komunikasi interpersonal yang terdiri atas adanya :
a. Keterbukaan (openess)
Pihak komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau
gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka
tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling mengerti dan memahami
pribadi masing-masing.
b. Empati (empathy)
Segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh
perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan
c. Dukungan (supportiveness)
Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan
dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Sehingga dengan demikian
keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan
membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan
aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.
d. Rasa positif
Jika setiap pembicaraan yang dibicarakan mendapat tanggapan pertama
yang positif, maka lebih mudah melanjutkan percakapan yang selanjutnya.
Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga
atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.
e. Kesamaan
Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadipun lebih kuat,
apabila mempunyai kesamaan pandangan, kesamaan sikap, kesamaan
ideologi dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi
adalah terdapatnya suatu hubungan komunikasi yang bukan saja sekedar
menyampaikan informasi, tetapi terdapat unsur pendekatan pribadi. Karena
hal ini penting dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku.
2.1.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi
Kegiatan komunikasi antar pribadi tentu terjadi tidak dengan
sendirinya. Dia membutuhkan suatu rangkaian peristiwa yang
Sementara itu dalam lingkup ilmu komunikasi, proses yang dimaksud
memuat komponen-komponen yang dibutuhkan. Sejumlah komponen
atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya
komunikasi, maka perlu diperhatikan paradigma Lasswell yang
berbunyi : “who says what in which channel to whom with what effect
atau siapa, mengatakan apa, dengan media apa, kepada siapa, dengan
efek apa” (Effendy, 1992:10).
Tepatnya cara menjelaskan proses komunikasi Lasswell dengan
menjawab :
- who ? siapa : komunikator
- says what ? mengatakan apa : pesan (message)
- in which channel ? saluran apa : saluran / media
- to whom ? kepada siapa : komunikan
- with what effect ? dengan efek apa : efek yang terjadi
Maka dalam proses komunikasi (baik interpersonal atau massa)
Lasswell menunjukkan terhadap lima unsur di dalamnya, yaitu :
1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang (verbal
ataupun non verbal).
3. Media :sarana / saluran yang mendukung pesan yang
dilontarkan.
4. Komunikan : orang yang menerima pesan.
Melalui formula Lasswell ini, jalannya proses komunikasi dapat
dilihat seperti di bawah ini :
PROSES KOMUNIKASI
Selanjutnya Everett M. Rogers memberikan karakteristik dari
komunikasi antar pribadi (Edward Depari dan Collin Mc. Andrews,
1988:18).
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI
1 Arus pesan Cenderung dua arah
2 Konteks komunikasi Tatap muka / bermedia
3 Tingkat umpan balik Tinggi
4 Tingkat selektivias Tinggi
5 Kecepatan jangkauan terhadap audiens Relatif lambat
Berdasarkan uraian sebelumnya tentang pengertian komunikasi
antar pribadi, komponen komunikasi Lasswell serta karakteristik
komunikasi antar pribadi Everett M. Rogers, maka dapat dibuat Who
komunikator
says what pesan
in which channel
media
to whom komunikan
to whom effect efek yang
visualisasi dari proses komunikasi antar pribadi dilembar berikutnya
ini.
PROSES LENGKAP KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Maka dari gambar diatas jelas proses komunikasi antar pribadi
itu, adanya pihak pelaku inisiatif dan penerima pesan yang kita
artikan pemberi stimulus dan penerima stimulus dimana arus pesan
itu secara timbal balik (dua arah) dan umpan baliknya itu segera atau
langsung dengan menggunakan media tertentu, dan yang tidak boleh
diabaikan bahwa komunikator dan komunikan saling berganti
peranan, satu saat sebagai komunikator saat lain jadi komunikan
(berganti peran).
Feed back (umpan balik)
Penyebar pesan
komunikator
pesan Media channel
Penerima pesan
komunikan
feed back (umpan balik)
Proses komunikasi antar pribadi dapat diuraikan sebagai
berikut :
“Pertama-tama, sumber memberikan pesan atau informasi kepada
komunikator (apabila sumber adalah suatu kejadian), kemudian oleh
komunikator pesan itu disampaikan dengan atau tanpa media kepada
komunikan. Penerimaan pesan itu oleh komunikan melalui
tahapan-tahapan yang dikenal dengan sensasi, persepsi, memori dan berpikir”
(Rakhmat, 1986:89).
- Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Proses itu berhubungan
dengan keterlibatan alat indra.
- Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan penafsiran pesan.
- Memori adalah sistem yang bersrtuktur yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.
Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat pula stimuli
direkam secara sadar atau tidak sadar.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka proses lengkap dari
PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM
PENELITIAN YANG DIMAKSUD
Proses komunikasi antar pribadi mempergunakan lambang
sebagai media. lambang sebagai media yang terdapat dalam
komunikasi antar pribadi terbagi dua, yaitu :
- Lambang Verbal
Lambang verbal artinya penggunaan bahasa sebagai media.
Bahasa adalah lambang yang dapat mewakili kenyataan yang
konkrit dan objektif dalam dunia sekeliling kita, dan juga
mewakili hal yang abstrak.
- Lambang Non Verbal
Lambang non verbal berlangsung dengan gejala yang
menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (pastures), ekspresi
Dalam proses komunikasi, baik antar pribadi atau massa,
lambang-lambang yang dipergunakan harus dipahami dan dimengerti
baik oleh kominukator maupun komunikan, jika lambang yang
dipergunakan atau diperlukan tidak saling dimengerti itu bukan
komunikasi, hanya kontak sosial. Komunikasi lebih mudah
berlangsung dan berlanjut antara orang-orang yang sependapat tentang
sesuatu masalah.
Proses komunikasi antar pribadi berhasil apabila terjadi
kesesuaian antara komunikator dan komunikan dalam arti tercapainya
tujuan dari komunikasi yaitu perubahan sikap.
2.1.2. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi
Yang dimaksud dengan efektif adalah mengenai sasaran atau
mencapai tujuan sesuai dengan maksud si pembicara. Jadi, dalam
komunikasi antar pribadi apabila tujuan untuk mengubah pendapat, sifat
dan tingkah laku komunikasi dapat tercapai, maka komunikasi antar
pribadi itu efektif.
Efektivitas komunikasi juga tergantung pada “siapa” serta “cara”
penyampaian pesan kepada komunikan. Apabila kita berbicara dengan
rekan sejawat, guru, orang tua, atau pimpinan, kita harus menentukan
sikap terlebih dahulu, tempat kita berada, posisi, kemudian hal apa yang
kita pesankan. Setelah itu kita harus mendefenisikan diri kita pada saat
dengan “cara” dan “sikap” yang tepat agar dapat menjadi sasaran yang
kita inginkan.
Selanjutnya Cutlip dan Center didalam bukunya “Effective
Public Relations” menggunakan fakta tanda mental yang perlu diingat
oleh komunikator yaitu :
1. Bahwa komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup, bekerja
dan bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial.
Karena itu, setiap orang adalah subjek bagi lembaga pengaruh,
diantaranya adalah pengaruh bagi komunikator.
2. Bahwa komunikan membaca, mendengar dan menonton
komunikasi yang menyajikan pandangan hubungan pribadi yang
mendalam.
3. Bahwa tanggapan yang diinginkan oleh komunikator dari
komunikan harus menguntungkan bagi komunikan : kalau tidak,
ia tidak akan memberikan tanggapan. (Effendy, 1981:38).
Dari sudut komunikator, ada dua faktor penting dari
komunikator yaitu kepercayaan pada komunikator (source credibility)
dan daya tarik komunikator (source attractiveness). Kedua hal ini
berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan:
a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang
benar. Jadi komunikator mendapat kualitas komunikasinya
sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh
b. Hasrat seseorang untuk menyamakan diri dengan komunikator
atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator yang secara
emosional memuaskan. Jadi komunikator akan sukses dalam
komunikasinya, bila ia berhasil memikat perhatian komunikan.
(Effendy, 1981:39).
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
komunikasi antar pribadi pada prinsipnya adalah :
1. Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyesuaikan
diri baik secara fisik maupun psikis. Hal ini tidak mungkin
disebabkan oleh daya arus balik langsung.
2. Adanya keseimbangan atau keharmonisan antara komunikator
dan pesan yang disampaikan.
3. Adanya respon atau tindakan nyata dari komunikan berupa
perubahan sikap, memperkuat pendapat dan sebagainya.
2.1.3. Teori Self Disclosure
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang
menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui
tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat
dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang
ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela Johari
(Johari Window). (Liliweri, 1997:49).
Berikut gambar jendela Johari tentang bidang pengenalan diri
Terbuka
Diketahui diri sendiri dan orang lain
Buta
Tidak diketahui diri sendiri dan orang
lain tahu
Tersembunyi
Diketahui diri sendiri tetapi tidak
diketahui orang lain
Tidak dikenal
Tidak dikethui diri sendiri dan orang
lain
Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa
dalam pengembangan hubungan antar seorang dengan yang lainnya
terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana
dikeempat bidang (jendela) itu.
- Bidang 1 (Daerah Terbuka)
Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, prilaku,
sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang
diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Daerah terbuka
masing-masing individu akan berbeda-beda besarnya bergantung
pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Ada orang yang
membuat kita merasa nyaman dan mendukung kita, terhadap
mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar. Terhadap orang yang
lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita. Tetapi
kebanyakan diantar kita, membuka diri kepada orang-orang
Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri
kepada orang lain dan kepada kita sendiri. Jika kita tidak
membiarkan orang lain mengenal kita, komunikasi menjadi sangat
sukar, jika malah tidak mungkin. Kita dapat berkomunikasi secara
bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga mengenal diri
sendiri. Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu
harus memperbesar daerah terbuka ini.
- Bidang 2 (Daerah Buta)
Daerah buta (blind self) berisikan informasi tentang diri kita yang
diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini
dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan”
atau memegang-megang hidung bila marah atau hal-hal lain yang
lebih berarti seperti sikap defensif, atau pengalaman terpendam.
Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila
daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini
akan selalu ada pada diri kita masing-masing. Walaupun kita
mungkin dapat menciutkan daerah ini, menghilangkannya sama
sekali tidaklah mungkin.
- Bagian 3 (Daerah Tersembunyi)
Daerah tersembunyi (hidden self) mengandung semua hal yang kita
ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi kita
merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang
lain.
- Bagian 4 ( Daerah Tidak Dikenal)
Daerah tidak dikenal (unknown self) adalah bagian dari diri kita
yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain.
Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau
sesuatu yang luput dari perhatian.
Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi
antar pribadi khususnya didalam sebuah perusahaan adalah bidang 1
(daerah terbuka), dimana antar komunikator (pimpinan) dengan
komunikan (pegawai) saling mengetahui makna pesan yang sama.
Meskipun demikian kenyataan hubungan antar pribadi tidak seideal
yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan
orang lain baik pimpinan dan bawahan betapa sering mempunyai
peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang
dihadapinya.
Menurut Luft (Deddy Mulyana, 1996:19) menggambarkan
beberapa ciri penyingkapan diri (self disclosure) yang tepat. Lima ciri
terpenting adalah sebagai berikut:
1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung
2. Dilakukan oleh kedua belah pihak.
4. Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antar
orang-orang yang terlibat.
5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit.
2.2 Komunikasi dalam Organisasi
Haber memberikan defenisi “Komunikasi Organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti
atau yang selalu berubah-ubah” (Muhammad Arni 1995:160).
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks (Muhammad Arni 1995:163). Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal atau komunikasi dari atasan kepada bawahan
(downlward communication), komunikasi dari bawahan kepada atasan
(upward communication), dan komunikasi horizontal atau komunikasi dari
orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan
berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.
Meskipun dari bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai
komunikasi organisasi ini namun demekian ada beberapa hal yang umum
yang dapat disimpulkan, yaitu:
a. Komunikasi Organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungan sendiri baik internal maupun
b. Komunikasi organisasi mengikuti pesan dan arusnya.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungan dan keterampilannya.
Sehingga apabila disimpulkan ketiganya, maka diperoleh bahwa
komunikasi organisasi itu merupakan proses untuk saling menukar pesan
dalam rangkaian hubungan yang saling bergantung antara satu dengan yang
lain untuk menyelesaikan suatu masalah yang berlaku di lingkungan yang
tidak tentu.
A. Jaringan Komunikasi Formal
Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh
hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu
menurut jaringan formal. Ada tiga bentuk utama arus pesan dalam
jaringan komunikasi formal yang mengikuti struktur organisasi, yaitu:
A.1 Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang
mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Secara
umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe,
yaitu:
1. Instruksi Tugas
Yaitu, pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa
yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti perintah
tertentu, alat-alat Bantu melihat dan mendengar yang berisi
pesan-pesan tugas dan sebagainya. Instruksi tugas yang tepat
dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang
sederhana yang hanya menghendaki keterampilan pengalaman
yang minimal.
2. Rasional
Yaitu, pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan
bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam
organisasi atau objektif organisasi, kualitas dan kuantitas dari
komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi
pimpinan mengenai bawahannya.
3. Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari
pesan rasional. Pada pesan rasional, penenekanannya ada pada
penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi,
sedangkan pada ideologi sebaliknya. Mencari sokongan dan
antusias dari anggota guna memperkuat loyalitas, moral dan
motivasi.
4. Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan
dengan praktek-praktek organisasi, peraturan-peratuan
berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya handbook
bagi karyawan adalah contoh pesan informasi.
5. Balikan
Yaitu, pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu
dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana
dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah
siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi
dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya
sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan
kurang baik, balikannya mungkin berupa kritikan atau
peringatan terhadap karyawan tersebut.
A.1.1 Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah
selalu berjalan dengan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain(Muhammad Arni 1995:110):
a. Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pembelokan atau tidak mau menyampaikan
pesan dan gangguan dalam pesan.
b. Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan
elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan
dengan tatap muka.
c. Pesan yang berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara
tulisan maka banyak karyawan yang hanya membaca
pesan-pesan tertentu yang hanya dianggap penting bagi
dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.
d. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan
mempengaruhi komunikasi kebawah.
e. Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah
semuanya mereka terima. Tetapi mereka saring mana yang
mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan
oleh macam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi
di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan
komunikasi, perasaan percaya.
A.2 Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan
kepada atasan atau dari tingkat rendah kepada tingkat yang lebih
tinggi. Menurut Muhammad Arni (1995:117) pimpinan haruslah
a. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang
dicapai, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan
datang.
b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak
terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.
c. Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan
organisasi secara keseluruhan.
d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka
mengenai pekerjaannya, teman sekerja dan organisasi.
A.3 Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara
orang-orang yang sama tingkat otoritasnya di dalam organisasi.
Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya,
sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan tugas.
b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas.
c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang
berada dalam tingkatan yang sama.
d. Menyelesaikan konflik diantara anggota organisasi.
e. Menjamin pemahaman yang sama.
B. Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
Ketidak efektifan komunikasi dalam suatu organisasi dapat
dsebabkan oleh berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis.
Bentuk-bentuk hambatan itu menurut Soekanto dan Hondoko T. Hani
(1991:185) dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu: diri
pribadi, antar pribadi, organisasional dan teknologi.
1.Faktor Hambatan Dalam Diri Sendiri
a. Persepsi Selektif
Persepsi selektif adalah suatu proses menyeluruh dimana
seseorang dapat menyeleksi, mengorganisasikan dan
mengartikan segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya.
Dalam hal ini individu mempunyai kecenderungan untuk
melihat dan mendengar hanya terbatas pada apa yang
diinginkannya.
b. Perbedaan Individual Dalam Keterampilan Komunikasi
Disamping perbedaan persepsi, individu juga memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan untuk mengembangkan dan
menerapkan keterampilan komunikasi. Ada individu yang
merupakan pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar yang
jelek. Ada yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara
verbal (lisan) tetapi mampu menulis berita-berita dengan sangat
2.Faktor Hambatan Antar Pribadi
a. Iklim
Iklim akan mempengaruhi proses komunikasi. Pada saat
pimpinan dan bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang
muncul akan membatasi atau mendorong isi maupun frekuensi
komunikasi mereka. Suasana yang kurang mendukung dapat
dengan mudah menjadi sebuah penolakan bagi aliran
komunikasi yang dilakukan. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakpercayaan dari komunikan terhadap komunikator
b. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikator sangat
dipengaruhi oleh pandangan dan reaksi komunikan terhadap
gagasan dan tindakan komunikator. Ketidakpercayaan dapat
menyebabkan salah satu pihak bersikap defensive sehingga
dapat mengurangi kemungkinan untuk mlakukan komunikasi
yang efektif.
c. Kreadibilitas
Kreadibilitas berhubungan erat dengan kepercayaan.
Kreadibilitas itu sendiri menyangkut unsur: kejujuran, keahlian
atau kemampuan, dinamisme atau antusiasme dan keterbukaan
atau objektivitas. Para pegawai akan lebih mempercayai
informasi yang berasal dari sumber yang menurut mereka paling
d. Kesamaan komunikator dan komunikan
Adanya kesamaan seperti unsure jenis kelamin, ras atau suku
bangsa, sikap, minat dan kemampuan seseorang akan dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi antara komunikator dan
komunikan.
3.Faktor Hambatan Organisasional
a. Status
Status seseorang dalam organisasi bergantung pada posisi yang
sedang ia duduki. Kenyataan menunjukkan bahwa:
• Orang yang memiliki status lebih tinggi biasanya lebih senang
melakukan komunikasi dengan mereka yang sama derajatnya
daripada mereka yang sama derajatnya dan mereka yang
berstatus lebih rendah.
• Semakin lebar perbedaan status, semakin besar
kecenderungan bahwa informasi akan mengalir dari individu
yang berstatus lebih tinggi ke individu yang berstatus lebih
rendah dan ini tidak berlaku sebaliknya.
• Individu yang berstatus lebih tinggi pada umumnya lebih
mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan individu
yang berstatus lebih rendah.
b.Transmisi Hirarki
Perbedaan hirarki merupakan aspek pokok pengembangan sebuah
kegiatan-kegiatan melalui informasi yang disalurkan secara
sistematik keseluruh bagian organisasi. Namun kesulitan
komunikasi juga akan timbul, jika semakin banyak tingkatan yang
harus dilalui pesan atau informasi maka semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk sampai ketempat tujuan sehingga
ketepatan berita akan semakin kecil pula.
4.Faktor Hambatan Teknologi
Salah satu hambatan yang terbesar takurasi komunikasi adalah
anggapan bahwa setiap kata yang sama akan mengandung pengertian
yang sama pula. Latar belakang seseorang, kepentingan dan
pendidikan seseorang akan menentukan pengertian terhadap pesan
yang diterima sebagai contoh perintah atasan untuk mengerjakan
tugas “secepat mungkin” dapat mengandung arti satu jam, satu hari
bahkan satu minggu.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Tidak ada
manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Pentingnya
komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik
suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat
macet atau berantakan.
Komunikasi dalam organisasi membuat kita mampu menggunakan
1. Menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang
organisator.
2. Bagaimana operasi jaringan kerja yang menaikkan mereka satu
sama lain, jadi bagaimana kedudukan mereka sebagai human
actors.
Pengertian Efektivitas Kerja
Pemerintah sebagai pembangkit partisipasi seluruh masyarakat juga
harus mampu melihat dan mengantisipasi keadaan, dalam arti lebih baik
mencegah akan terjadinya kemungkinan kendala daripada menganggulangi
dikemudian hari. Sebagai instansi yang memiliki kewenangan Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dalam melangsungkan
Pilkada sangat membutuhkan pegawai yang dapat bekerja secara
profesional dan berhati-hati dalam menuntaskan tugas-tugasnya.
Dalam hal ini Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sumatera Utara membutuhkan pegawai yang memiliki tanggungjawab kerja
serta memiliki skill yang dapat membantu mensukseskan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Pegawai juga
diharapkan mampu bekerja secara lebih efektif agar kemampuan yang
dimiliki setipa pegawai dapat dimanfaatkan dengan baik dan terciptanya
efektivitas kerja pegawai.
Emerson (Handayaningrat, 1993:88) mengatakan efektivitas
merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang
beberapa analisis organisasi berusaha menandai hal-hal yang menonjol
walaupun sebenarnya jika dijejerkan terdapat deretan panjang hal-hal yang
dapat menjadi kriteria evaluasi dan efektivitas kerja tersebut.
Selanjutnya Handoko (1993:7) mengatakan bahwa efektivitas adalah
kemampuan untuk sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya, untuk menghasilkan
sejumlah barang / jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti
efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti 4 hal, yakni:
1. Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah
ditentukan dan dibatasi.
2. Jumlah dan mutu barang atau jasa yang dihasilkan sudah ditentukan.
3. Batas waktu untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut sudah
ditentukan.
4. Tata cara yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah ditentukan.
Kemudian berdasarkan sintesis dari penemuan ini kita dapat menarik
beberapa kesimpulan yang berarti sehubungan dengan variabel yang
berakibat langsung kepada keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi.
Gibson (1995:25) dalam hal ini membagi keefektifan individu adalah:
kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap , dan motivasi: sedangkan
keefektifan kelompok dipengaruhi oleh kepaduan, kepemimpinan, struktur,
status dan norma: terakhir keefektifan organisasi dipengaruhi oleh
Indrawijaya (2000:214) prestasi yang dicapai oleh sebuah organisasi
juga merupakan prestasi perseorangan, karena efektivitas/prestasi organisasi
pada dasarnya adalah efektivitas perseorangan atau dengan perkataan lain
bila setiap anggota pada organisasi secara terkoordinir melakukan dan
mengerjakan tugas serta tanggung jawab masing-masing dengan baik,
efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.
Efektivitas itu sendiri menurut Sarwoto (1979:127) memberikan
gambaran bagaimana kerja mampu tercapai dengan baik. Gibson & Wahid
(1983:56) koordinasi yang dilakukan akan berkaitan dengan efektivitas
kerja, karena pencapaian yang telah disepakati atas dasar usaha bersama
dimana tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas
yakni bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Steers (1985: 124) efektivitas dapat didefinisikan
sebagian besar bertumbu pada pencapaian tujuan organisasi, efektivitas
dijalankan berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan
memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga seperlu mungkin
dalam usahanya mengejar tujuan opersional. Lebih lanjut dikatakan bahwa
pengukuran efektivitas yang paling umum dipakai dalam organisasi,
sebagai berikut:
1. Program kerja, yaitu suatu rencana kerja yang telah dijadikan sasaran
2. Pelaksanaan kerja, yaitu suatu usaha yang sungguh-sungguh dari setiap
pegawai untuk mencapai program kerja/tujuan yang telah ditentukan
lebih lanjut.
3. Hasil pekerjaan, yaitu hasil yang dapat dicapai oleh setiap pegawai.
Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan mengenai efektivitas
diatas dapat kita simpulkan bahwa efektivitas yaitu suatu bentuk usaha yang
dilaksanakan secara bersama terhadap pencapaian tujuan organisasi yang
dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organisasi yang
bersangkutan, jelas bahwa efektivitas adalah suatu kerjaan yang
dilaksanakan oleh seseorang untuk menghasilkan kegunaan yang