Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Ahmad Zaelani NIM: 1110053000006
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Sfrripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakrvah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Symat-syarat Mencapai
Gelr
Sajana Komunikasi Islam (S.Kom.I)0leh:
AHMAD ZAELAI\II NIM: I110053000006
Dibawah Bimbingan
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUAFIGAN SYARIAH
JURUSAN MANAJEMEN
DAKII'AII
FAKUL'TAS ILMU DAKWAH DAIY ILMU KOMUN{IKASI TJNIVERSITAS ISLAM I\IEGERI
SYARTF HIDAYATT}LLAH
Kesejahteraan Ekonomi Anggota
di
Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, telah diajukan dalam sidang Munaqasyah FakultasIlmu
Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 07April
2015. Skripsiini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKomunikasi Islam (S.Kom.I) Strata
I
pada program studi Manajemen Dakwah.Ciputat, 09 April2015
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
st,
..-"r
Drs. Cecep Castrawijaya. MM NIP: 196708 1 8 199803 1002
Anggota,
Penguji
I
Penguji IIProf. Dr. H. Murodi. MA
NIP: 1 9640705 199203 1003
mg
il
S. Ag, MASekertaris Merangkap Anggota,
NIP: 19550101 198302 1001
195608281982031002
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi
sdah
satu persyaratan memperolehgelar
Sarjana Komrmikasi Islam (S,Kom-t) di Fakultas Ilmukkwalr
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif HidaytullahJakarta-Sernua surrber yang sllya gunakan dalmr penulism ini telah saya cmttrmkm sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
Universitas Islarn Negeri Syarif Hidayatullah JakartaJika di kemudian hari terbukti bahnia karya ini bukan hasil karya asli saya atau menrpakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang
b€rlakudi
UniversitasIslam Negeri
Syarif HidayatullahJakarta-1.
2.
-r-Ciputat, Februai 2015
i
Al-Gontory, Pembimbing: Muhammad Zen, S.Ag, MA.
Upaya pengembangan koperasi di pesantren hanya dapat diupayakan jika koperasi yang telah didirikan itu dianggap bermanfaat atau memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat dirasakan oleh para anggotanya. Hal ini ditandai dengan keuntungan finansial yang meningkat dari tahun ke tahun, kesan positif dari para penghuni pesantren dan masyarakat sekitarnya. Adanya potensi yang mendukung, memungkinkan koperasi dapat dikelola secara baik oleh pesantren dengan menambah pengetahuan-pengetahuan teknis operasional perkoperasian, pengetahuan prinsip-prinsip dasar koperasi, dan latihan-latihan keterampilannya kepada para pengelolanya.
Seperti halnya yang ada di Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi anggotanya, kopontren yang letaknya berada di lingkungan lembaga pendidikan pondok pesantren ini selalu melakukan terobosan baru dengan ide-ide kreatif dari para pengurusnya dalam memanfaatkan peluang agar dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomis untuk kesejahteraan bagi para anggota Kopontren Amanah Al-Gontory.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagimana sistem operasional yang dijalankankan oleh Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, dan bagaimana tingkat kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren Amanah Al-Gontory.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun catatan dari sumber terkait lainnya.
Dari hasil penilitian ini dapat disimpulkan bahwa optimalisasi sistem operasional kopontren Al-Amanah Al-Gontory telah banyak memberikan dampak yang positif dan manfaat yang baik bagi kehidupan masayarakat pondok pesantren serta dapat membantu dalam memberikan kesejahteraan dari pendapatan SHU dan kigiatan-kegiatan usaha yang dijalankannya, yang langsung dapat dirasakan oleh para anggota kopontren dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
ii
yang berwujud skripsi ini. Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini.
Sebagaisebuahskripsi, penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tanpa dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin karya ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs, Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah. 3. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
4. Muhammad Zen, S.Ag, MA, selaku Pembimbing penulis, yang dengan kesabarannya memotivasi penulis dan senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak pernah leleh memberikan ilmunya kepada penulis hingga detik ini. Dan segenap karyawan Perpustakaan Umum UIN dan Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan kepada penulis dalam hal pencarian referensi yang penulis butuhkan.
6. Bapak Bule dan Ibu Winah selaku kedua orangtua penulis yang selalu
memberikan do’a yang tidak pernah putus sampai saat ini.
7. Keluarga besar pengurus Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, Drs. Ahmad
Rafe’i, serta jajaran lainnya yang tidak bisa disebutkan datu pesatu.
iii
Jakarta, Maret 2015
iv
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Metodologi Penelitian... 8
F. Penelitian Terdahulu... 11
G. Sistematika Penulisan... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Optimalisasi... 15
B. Koperasi... 17
1. Pengertian Koperasi... 18
2. Macam-macam Koperasi... 20
3. Sisa Hasil Usaha (SHU)... 22
4. Koperasi di Lingkungan Pesantren... 23
C. Sistem Operasional Koperasi... 29
v
2. Kesejahteraan Ekonomi Anggota... 37
3. Indikator Kesejahteraan Ekonomi... 42
BAB III GAMBARAN UMUM KOPONTREN AMANAH
AL-GONTORY
A. Sejarah Berdirinya... 46
B. Visi dan Misi... 47
C. Struktur Organisasi... 47
BAB IV OPTIMALISASI SISTEM OPERASIONAL KOPONTREN
AL-AMANAH AL-GONTORY DALAM KESEJAHTERAAN EKONOMI
ANGGOTA
A. Optimalisasi Sistem Operasional yang
dijalankan oleh Kopontren Al-Amanah Al-Gontory... 50
B. Kesejahteraan Ekonomi Anggota Kopontren
Al-Amanah Al-Gontory... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 65
B. Saran... 66
DAFTARPUSTAKA
1 A. Latar Belakang Masalah
Sejak zaman purbakala hingga sekarang ini, kerjasama merupakan pola
hidup masyarakat dengan segala manifestasinya. Naluri kejasama ini
penjelmaannya tampak di dalam pergaulan hidup masyarakat, yaitu dengan
berdirinya perserikatan-perserikatan/perkumpulan-perkumpulan.1
Hingga abad modern seperti sekarang ini tidak ada manusia yang dapat
hidup menyendiri, sama sekali terlepas dari pengaruh lingkungannya. Lebih
dari itu dapat disimpulkan bahwa, salah satu ciri dari dunia modern adalah
semakin banyaknya organisasi di mana seseorang menjadi anggotanya.
Berorganisasi atau berserikat menjadi kebutuhan manusia.
Belbagai cara telah dilakukan manusia untuk memecahkan
permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Bahwa jika semula dalam
pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual,
maka dalam perkembangannya manusia berusaha melakukannya secara
bersama-sama dan dalam perkembangannya lebih lanjut, cara-cara yang
dilakukan oleh masyarakat untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang
mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya zaman.2
1
Sudarsono dan Edilius, Koperasi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Renika Cipta, 2010), Cet. Ke-5, h. 13
2
Kerjasama dalam masyarakat modern telah tampak wujudnya dalam
suatu jaringan sistem yang lebih kompleks. Bentuk-bentuk persekutuan hidup
telah berkembang dan untuk menjaga kelangsungan hidup dan rasa aman,
juga untuk memperoleh kasih sayang dan persahabatan seperti dalam
keluarga dan paguyuban juga telah digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
yang diinginkan, seperti terlihat pada bentuk-bentuk organisasi yang resmi.
Kerjasama dalam lapangan ekonomi bagi masyarakat modern sudah
sangat berkembang, bukan saja dalam rangka kegiatannya, tetapi juga sangat
luas lingkupnya. Kerjasama terjalin dalam sistem pembagian kerja yang rumit
pada setiap lapangan ekonomi, seperti pertanian, industri, perdagangan,
koperasi, dan lain-lain.3
Perekonomian Indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi
negara, yaitu Pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan Pancasila
adalah ekonomi Pancasila. Kalimat utama pada salah satu pasal utama
mengenai ekonomi pada UUD 1945 mengatakan: “perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Perkataan
disusun mengisyaratkan adanya tindakan aktif, yaitu menyusun melalui
rencana.4
Sesuai dengan Sila-sila pada Pancasila dan isi pasal-pasal di dalam
maupun diluar Bab Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan kehidupan
perekonomian. Maka secara garis besar Ekonomi Pancasila adalah ekonomi
3
Ninik Widiyanti dan Y.W. Shunindia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h. 2
4
yang berorientasi pada Sila-sila daripada Pancasila, yaitu berorientasi pada:
Ketuhanan yang Maha Esa (adanya etika moral agama, bukan materialisme);
Kemanusiaan Yang Yang Adil dan Beradab (tidak mengenal
pemerasan/eksploitasi, modernisasi); Persatuan (kekeluargaan, kebersamaan,
gotong-royong, tidak saling mematikan, bantu-membantu antara yang kuat
dan yang lemah, nasionalisme, dan patriotisme ekonomi); Kerakyatan
(demokrasi ekonomi, mengutamakan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang
banyak); serta Keadilan Sosial (persamaan, kemakmuran masyarakat yang
utama, bukan kemakmuran orang-seorang).5
Perkembangan perkoperasian di Indonesia menunjukan bahwa koperasi
mula-mula berkembang di kalangan pegawai pemerintah, kemudian di daerah
pedesaan. Pada akhirnya saat ini sudah meluas di segala lapisan masyarakat
seperti petani, buruh/karyawan, pedagang, pegawai negeri, nelayan, guru
(ustadz), santri dan sebagainya.
Koperasi didirikan dengan tujuan untuk membantu dalam hal
pemenuhan kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Prinsip seperti ini harus benar-benar dijalankan oleh organisasi yang
menanamkan dirinya sebagai koperasi. Dan manfaat koperasi yaitu memberi
keutungan kepada para anggota pemilik saham, membuka lapangan kerja bagi
calon karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usahanya
untuk mendirikan sarana ibadah sekolah dan sebagainya. Maka jelaslah
bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezhaliman dan pemerasan,
5
pengelolanya demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan
kerugian kepada anggota sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.6
Dalam UU No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian pasal 4
menyebutkan bahwa Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan
Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang
demokratis dan berkeadilan.7
Tujuan koperasi tersebut masih bersifat umum. Karena itu, setiap
koperasi perlu menjabarkannya ke dalam bentuk tujuan yang lebih
operasional bagi koperasi sebagai badan usaha. Tujuan yang jelas dan dapat
dioperasikan akan memudahkan pihak manajemen dalam mengelola koperasi.
Pada kasus anggota juga bertindak sebagai pemilik, pelanggan dan pemodal
akan dapat lebih mudah melakukan pengawasan terhadap proses pencapaian
tujuan koperasi, sehingga penyimpangan dari tujuan tersebut akan dapat lebih
cepat diketahui.8
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan koperasi belakangan ini dengan
segala jenisnya di dunia pada umumnya, dan di Indonesia khususnya,
merupakan fenomena meningkatnya animo dan pengertian masyarakat akan
peranan koperasi dilingkungan mereka. Ikatan yang dapat mempersatukan
kepentingan anggota-anggota dalam jenis-jenis koperasi seperti kesamaan
lingkungan kerja, misalnya pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta,
6
H. Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Bandung: Gunung Djati Press, 1997), h. 297 7
Undang-undang, Perkoperasian, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2013), h.5
8
TNI, wartawan, guru/ustadz, dan sebagainya. Kesamaan tempat tinggal
misalnya kampung, desa, kecamatan, pondok pesantren, dan sebagainya.9
Dari ikatan yang mempersatukan kepentingan-kepentingan, mereka
berkumpul, bersatu, dan membentuk koperasi yang sesuai dengan
kepentingan masing-masing kelompok. Hal inilah yang mendasari
terbentuknya sebuah koperasi di dalam pondok pesantren, dan biasanya juga
dikenal sebagai Kopontren.
Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua saat ini. Pendidikan ini
merupakan pendidikan agama Islam sejak munculnya masyarakat Islam pada
abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini
semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian dan sebagai
tempat penginapan bagi para santri.10 Kelahiran pondok pesantren salah
satunya dapat meningkatkan perekonomian melalui kegiatan-kegiatan yang
menguntungkan, seperti salah satunya dengan mendirikan kopontren.
Kehadiran koperasi dilingkungan pondok pesantren pada dewasa ini
bukan merupakan barang baru. Populer dengan sebutan Kopontren, sebagai
singkatan dari Koperasi Pondok Pesantren. Kopontren bukan saja menandai
masyarakatnya koperasi di Indonesia, melainkan juga menandai
pengembangan peran fungsi dan dinamika pesantren itu sendiri di satu pihak
9
Sudarsono dan Edilius, Koperasi: dalam Teori dan Praktik, h.178 10
serta potensinya sebagai detonator bagi pengembangan koperasi selanjutnya
di masyarakat di pihak lain.11
Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Amanah Al-Gontory
adalah salah satu dari bentuk kopontren-kopontren yang sekarang ini sedang
berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Seluruh anggotanya
adalah para guru (ustadz), dan masyarakat sekitar pondok, telah banyak
dibantu dengan kehadiran koperasi tersebut, karena mereka bisa menabung,
membeli barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari, dan yang lainnya.
Koperasi Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory sebagai salah satu
penyumbang dana pesantren yang seluruh anggotanya bisa dipastikan
muslim, untuk menjaga kredibilitasnya di mata masyarakat pesantren pada
khususnya, umumnya di mata masyarakat luar pesantren, harus bisa
mengoptimalisasikan sistem operasional yang dapat memberikan
kesejahteraan bagi para anggotanya.
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Optimalisasi Sistem Operasional Koperasi dalam Kesejahteraan
Ekonomi Anggota di Kopontren Al-Amanah Al-Gontory”
11
B. PembatasandanPerumusanMasalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah ini lebih terarah maka penulis membatasi
masalah pada: Optimalisasi sistem operasional koperasi dalam
kesejahteraan ekonomi anggota di kopontren Al-Amanah Al-Gontory.
2. Rumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan fokus dalam penulisan
skripsi ini maka dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana optimalisasi sistem operasional yang dijalankankan oleh
Kopontren Al-Amanah Al-Gontory?
b. Bagaimana tingkat kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren
Al-Amanah Al-Gontory?
C. TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui optimalisasi sistem operasional koperasi yang
dijalankan oleh Kopontren Al-Amanah Al-gontory.
2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:
1. Untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dan sebagai
referensi atau literature yang bermanfaat bagi mahasiswa serta staf
pengajar yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sistem operasional
koperasi pondok pesantren.
2. Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca dalam rangka
mengimplementasikan sistem operasional koperasi yang berada di
lingkungan pondok pesantren dalam pengembangannya.
E. Metodologi Penelitian
1. JenisPenelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang
atau perilaku yang dapat diamati secara langsung.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan
pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.12 Adapun desain
penelitian yang diperlukan adalah deskriptif analisis. Yaitu penelitian
yang akan menjelaskan apa adanya kemudian akan mencoba
menganalisis dan mengungkapkan serta mendeskripsikan secara faktual,
12
akurat dan sistematis, mengenai Optimalisasi Sistem Operasional
Kopontren Al-Amanah Al-Gontory Pondok Aren Tang-Sel. Sehingga ada
suatu penyelesaian dari permasalahan tersebut.
2. PendekatanPenelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa penelitian langsung pada Kopontren Al-Amanah Al-Gontory Kec.
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan dan pendekatan penelitian ini juga
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi agar data yang
diterima oleh penulis benar adanya dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Sumber data
a. Data primer, merupakan sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dalam hal ini adalah penulis. Data yang
diperoleh penulis berupa dari hasil wawancara dengan pihak yang
terkait pada pengurus koperasi serta dokumen-dokumen koperasi,
berupa arsip atau dokumen yang relevan dengan pembahasan
penelitian penulis.
b. Data Sekunder, merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari
literatur-literatur kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, internet,
artikel serta sumber-sumber data lainnya yang mempunyai relevansi
4. TeknikPengumpulanData
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam setiap penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan
catatan lapangan.
a. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam hal ini
penelitian terjun langsung ketempat yang diteliti yaitu Kopontren
Al-Amanah Al-Gontory Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
b. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Jadi penelitian melakukan wawancara
langsung kepada dua orang yang bersangkutan tersebut di Kopontren
Al-Amanah Al-Gontory Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
c. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Jadi
peneliti meminta dokumen-dokumen Kopontren Amanah
Al-Gontory serta berfoto (mengambil gambar) di lokasi penelitian.
5. TeknikAnalisisData
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu upaya yang
dilakukan dengan cara analisis data dengan cara melakukan wawancara
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007.13
F. Penelitian Terdahulu
Di dalam penyusunan skripsi ini, telah dilakukan tinjauan terhadap hasil
penelitian yang terdahulu oleh penulis dan ternyata ada beberapa mahasiswa
sebelumnya menulis masalah yang hampir sama, tetapi dalam hal
pembahasan dan objek sangatlah jauh berbeda. Oleh karena itu, untuk
menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menjiplak” hasil
karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara
masing-masing judul dengan masalah yang sedang dibahas sebagai berikut:
1. Siti Hajar, dengan judul skripsi: “Peran Guru Al-Qur’an dalam
Menanggulangi Kesulitan Membaca Al-Qur’an pada Santriwati MTS
Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory Perigi Baru Pondok Aren
Tangerang Selatan”. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Skripsi ini menjelaskan tentang peran
guru serta pembinaan yang dilakukan guru Al-Qur’an khususnya dalam
menanggulangi kesulitan yang dihadapi santriwati dalam membaca
Al-Qur’an di MTS Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory.
13
2. Abdul Latif, dengan judul skripsi: “Strategi Koperasi Kossuma Syariah
Dalam Upaya Membangun Usaha Mikro Produktif Di Kelurahan Tugu
Depok”. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang peran
Koperasi Kossuma Syariah yang mana telah bekerjasama dengan
Lembaga Amil Zakat BSM (Bank Syariah Mandiri) dalam program
pinjaman dana bergulir yang disalurkan Koperasi Kossuma dalam bentuk
pinjaman dengan akad Qardul Hasan dimana pinjaman ini diberikan
tanpa margin sedikitpun agar memudahkan kaum miskin dalam
membangun usaha mikro produktifnya.
3. Kamaludin, dengan judul skripsi: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Sistem Operasional Koperasi Simpan Pinjam (Studi Kasus Pada Koperasi
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor)”. Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. Skripsi ini
menjelaskan tentang tinjauan hukum Islam terhadap sistem operasional
koperasi USP Darul Muttaqien yang mencakup: Hasil, Unsur Riba Uang,
dan Relevansi Hukum Islam terhadap Sistem Operasional Koperasi USP
G. SistematikaPenulisan
Untuk memudahkan pembahasan pada skripsi ini, penulis menyusun
sistematika penulisan kedalam lima Bab. Dimana setiap lima Bab terdiri dari
sub-sub Bab tersendiri. Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya
maka penulis mensistematikan pembahasan yang akan ditulis kedalam
bab-bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara ringkas tentang latar belakang masalah yang
mendasari keseluruhan penulisan skripsi, pembatasan dan
perumusan masalah yang menjadi permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metodologi penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas tentang optimalisasi sistem operasional koperasi
dalam kesejahteraan ekonomi anggota di kopontren Al-Amanah
Al-Gontory yang terdiri dari pengertian optimalisasi, pengertian
koperasi, macam-macam koperasi, Sisa Hasil Usaha, koperasi di
lingkungan pesantren, sistem operasional koperasi, pengertian
sistem, sistem operasional, kesejahteraan ekonomi, pengertian
kesejahteraan, kesejahteraan ekonomi anggota, dan indikator
BAB III GAMBARAN UMUM KOPONTREN AMANAH
AL-GONTORY
Menggambarkan tentang sejarah berdirinya kopontren
Amanah Gontory, visi dan misi kopontren Amanah
Gontory, dan struktur organisasi kopontren Amanah
Al-Gontory.
BAB IV OPTIMALISASI SISTEM OPERASIONAL KOPONTREN
AL-AMANAH AL-GONTORY
Bab ini menganalisis hasil penelitian tentang optimalisasi sistem
operasional yang dijalankan oleh Kopontren Amanah
Al-Gontory.
Kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren Amanah
Al-Gontory.
BAB V PENUTUP
Merupakan penutup dari keselurusan penulisan skripsi ini yang
menyajikan kesimpulan tentang pembahasan yang telah
[image:23.595.113.517.183.587.2]15 A. Optimalisasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen pendidikan
nasional, kata optimalisasi dapat diartikan sebagai berikut:1
1. Menjadikan paling baik
2. Paling tinggi, dsb.
Optimalisasi menurut WJS Poerwadarminta berasal dari kata optimum
yang berarti yang terbaik, paling menguntungkan. Dalam hal ini, optimalisasi
membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi. Sedangkan optimum adalah
tingkatan yang sangat menguntungkan dalam batas-batas tertentu dan
pengoptimalan merupakan penyempurnaan suatu sistem supaya berprestasi
sebaik-baiknya atas dasar kriteria-kriteria tertentu.2
Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu
keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan
adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling
kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan
biaya.3
1
KBBI, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 800
2
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00531-MTIF%202.pdf. Di Akses pada pukul 21.02 WIB 02 Nov 2014
3
Ada tiga elemen permasalahan optimalisasi yang harus diidentifikasi,
yaitu tujuan, alternatif keputusan, dan sumberdaya yang dibatasi.
1. Tujuan
Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk
maksimisasi digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan
keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih
jika tujun pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan
sejenisnya. Penentuan tujuan harus memperhatikan apa yang
diminimumkan atau maksimumkan.
2. Alternatif Keputusan
Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia
tentunya alternatif yang menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki
pengambil keputusan. Alternatif keputusan merupakan aktifitas atau
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
3. Sumberdaya yang Dibatasi
Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas.
Keterlibatan ini yang mengakibatkan dibutuhkannya proses optimalisasi.4
Dengan demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah sebagai
upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk menggunakan sumber-sumber yang
4
dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling menguntungkan
dan paling diinginkan dalam batas-batas tertentu dan kriteria tertentu.
B. Koperasi
1. PengertianKoperasi
Secara harfiah kata “koperasi” berasal dari : Cooperation (Latin),
atau Cooperation (Inggris), atau Co-operatie (Belanda), dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai : bekerja bersama, bekerja sama, atau
kerjasama, merupakan koperasi. Menurut Sri Edi Swasono.5
Koperasi yang kita maksudkan di sini dalam kaitannya dengan
demokrasi ekonomi, adalah koperasi sebagai organisasi atau lembaga
ekonomi modern yang mempunyai tujuan, mempunyai sistem
pengelolaan, mempunyai tertib organisasi (mempunyai rules dan
relugations) bahkan mempunyai asas dan sendi-sendi dasar.
Di tanah air kita sejarah perkembangan bentuk kerjasama tersebut
kemudian mengarah ke dua muara, yaitu yang satu disebut sebagai
“kerjasama sosial” dan yang lainnya, sebagai akibat adanya
perkembangan zaman baru, disebut sebagai “kerjasama ekonomi”.6
Menurut undang-undang No.12 tahun 1967 pasal 3 menyatakan
bahwa:
5
Kamaralsyah, DH. SKK, Pancawindu Gerakan Koperasi, (Jakarta: Dekopin, 1987), Cet. Ke-1, h. 190
6
“Koperasi Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang
merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan
asas kekeluargaan.”7
Definisi lain tentang koperasi dikemukakan oleh:
a. Muhammad Hatta: Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum
lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan
hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang
dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan
keuntungan.
b. ILO mendefinisikan bahwa: koperasi ialah suatu kumpulan orang,
biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang
melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara
demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara
terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko
serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka
lakukan.
c. Dr. G. Mladenata, di dalam bukunya “Histoire Desdactrines
Cooperative” mengemukakan bahwa koperasi terdiri atas
produsen-produsen yang bergabung secara sukarela untuk
mencapai tujuan bersama, dengan saling bertukar jasa secara
7
Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah, Teori, dan Praktek,
kolektif dan menanggung resiko bersama, dengan mengerjakan
sumber-sumber yang disumbangkan oleh anggota.
d. H.E Erdman, dalam bukunya “Passing Monopoly as an aim of
Cooperative” bahwa koperasi ialah usaha bersama, merupakan
badan hukum, anggota ialah pemilik yang menggunakan jasanya
dan mengembalikan semua penerimaan di atas biayanya kepada
anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan dengan
koperasi.8
e. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu
perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat
sebagai manusia dengan tidak memandang haluan agama dan
politik dan secara sukarela masuk untuk sekadar memenuhi
kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan
bersama.
f. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Perkumpulan
Perseroan dan Koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi
adalah bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk
golongan kurang mampu, yang ingin bersama untuk meringankan
beban hidup atau beban kerja.9
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan, bahwa
koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang
8
Sudarsono dan Edilius, Koperasi: dalam Teori dan Praktik, h. 18-19 9
memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya.
2. Macam-macam Koperasi
Sesuai ketentuan yang terdapat dalam pasal 16 UU RI No.25 Tahun
1992 beserta panjelasannya dinyatakan bahwa “jenis koperasi didasarkan
pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya”. Dasar
untuk menentukan jenis koperasi adalah sesama aktivitas, kepentingan
dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain koperasi simpan
pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan
koperasi jasa. Khusus untuk koperasi yang dibentuk oleh golongan
fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan, dan
sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri.10
Penjenisan koperasi dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan,
antara lain sebagai berikut:11
a. Jenis koperasi berdasarkan kegiatan usaha koperasi.
Berdasarkan kegiatan usaha secara umum, koperasi dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Koperasi Konsumen.
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.
10
Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, h. 62
11
2) Koperasi Produsen.
Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya
menghasilkan produk yang kemudian dijual atau dipasarkan
melalui koperasi.
3) Koperasi simpan-pinjam.
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani
kegiatan peminjaman dan penyimpanan uang para anggota.
b. Jenis koperasi berdasarkan latar belakang anggota.
Berdasarkan latar belakang anggota, koperasi dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Koperasi Unit Desa (KUD).
Yaitu koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan
dan melayani kebutuhan mereka, terutama kebutuhan di bidang
pertanian.
2) Koperasi Pasar.
Yaitu koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.
3) Koperasi Sekolah.
Yaitu koperasi yang beranggotakan siswa sekolah,
karyawan sekolah, dan guru.
4) Koperasi Pegawai Negeri.
c. Jenis koperasi berdasarkan kondisi anggotanya
Berdasarkan kondisi anggotanya, koperasi koperasi secara
umum dapat dikelompokkan menjadi:
1) Koperasi Primer.
Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang-seorang. Koperasi primer dibentuk
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.
2) Koperasi Sekunder.
Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh
dan beranggotakan koperasi. Koperasi sekunder dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 3 koperasi.
3. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Dalam Pasal 45 UU No. 25 Tahun 1992 di rumuskan bahwa:
(1) Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan
dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
(2) Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh
masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan
(3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat
anggota.12
4. Koperasi di Lingkungan Pesantren
a. Pesantren dan Peranannya di Indonesia
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiaran
Islam. Pada umumnya pondok pesantren didirikan oleh para ulama
secara mandiri, sebagai tanggungjawab ketaatan kepada Allah Swt.
Untuk mengajarkan, mengamalkan dan mendakwahkan ajaran-ajaran
agamanya. Karena pesantren didirikan oleh para ulama atau tokoh
agama dengan visinya masing-masing, maka kurikulumnya pun
sangat beragam. Tetapi terdapat kesamaan fungsi pendidikan
pesantren, yaitu pesantren sebagai pusat pendidikan dan pendalaman
ilmu-ilmu pengetahuan Islam (tafaqquh fiddin) dan pusat dakwah
Islam.13
Dengan begitu pesantren adalah pendidikan yang lebih tua
dibandingkan lembaga-lembaga pendidikan yang disebut sebagai
sekolah atau madrasah. Hal ini bisa dimengerti mengingat sekolah
12
Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004), Cet. Ke-2, h. 82
13
mulai diperkenalkan di Indonesia sejak abad 19 oleh pemerintah
Belanda dan menandingi pengaruh pesantren yang luar biasa.14
Ciri umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki
kultur khas yang berbeda dengan budaya sekitarnya. Beberapa
peneliti menyebut sebagai sebuah sub-kultur yang bersifat
idio-syncratic. Cara pengajarannya pun unik. Sang kyai, yang biasanya
adalah pendiri sekaligus pemilik pesantren, membacakan
manuskrip-manuskrip keagamaan klasik berbahasa Arab (dikenal dengan
sebutan “kitab kuning”), sementara para santri mendengarkan sambil
memberi catatan (ngesahi, Jawa) pada kitab yang sedang dibaca.
Metode ini disebut bandongan atau layanan kolektif (collective
learning process). Selain itu para santri juga ditugaskan membaca
kitab, sementara kyai atau ustadz yang sudah mumpuni menyimak
sambil mengoreksi dan mengevaluasi bacaan seorang santri. Metode
ini dikenal dengan istilah sorogan atau layanan individual
(individual learning process). Kegiatan belajar mengajar diatas
berlangsung tanpa penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat, dan
biasanya dengan memisahkan jenis kelamin siswa.15
Menurut hasil studi Prof. Wolfgang Karcher dalam tulisannya
Pesantren Education, Practice Without Theory, pendidikan
14
Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, (Jakarta: Koperasi Jasa Informasi, 1989), h. 140
15
H. M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,
pesantren mempunyai perbedaan dengan sekolah umum, sebagai
berikut:16
1) Pesantren adalah lembaga otonomi sedangkan sekolah umum
sangat bergantung pada pusat
2) Guru pesantren ikhlas tanpa bergantung pada gaji sedangkan
guru sekolah umum sebaliknya
3) Santri belajar secara ikhlas menambah pengetahuan sedangkan
murid sekolah umum untuk ujian dan test
4) Konsep belajar pesantren luas dalam pengembangan sesuatu
yang dibutuhkan individual santri. Sedangkan murid sekolah
umum hanya meningkatkan apa yang tertulis di dalam
buku-buku pegangan di sekolah atau apa yang diucapkan oleh sang
guru
5) Kriteria keberhasilan pesantren berdasarkan penambahan
pengetahuan, keahlian dan pengembangan individual santri.
Sedangkan sekolah umum berdasarkan hasil ujian dan test
sehingga pengetahuan-pengetahuan itu bisa terlupakan di
kemudian hari
6) Droup Out pesantren lebih sedikit ketimbang sekolah umum dan
para santri lebih percaya pada diri sendiri. Sedangkan sekolah
umum percaya pada pengkuan orang lain.
16
b. Kelayakan Koperasi Pondok Pesantren
Seiring dengan perkembangan zaman serta pengetahuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pondok pesantren juga terus berbenah
diri dan meningkatkan kualitas pendidikannya, baik dalam
materi/kurikulumnya, maupun metode pembelajarannya. Pendidikan
keterampilan juga dapat perhatian diberbagai pesantren, guna
membekali para santri untuk kehidupan masa depan. Pendidikan
keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan
potensi lingkungan pesantren, seperti keterampilan bidang
peternakan, pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Untuk melatih
para santri dalam kewirausahaan, pada umumnya pondok pesantren
telah mamiliki koperasi pondok pesantren (Kopontren) yang dikelola
oleh para santri senior. Beberapa pesantren telah mampu memiliki
koperasi yang cukup maju bahkan mampu mengembangkan ekonomi
masyarakat sekitarnya.17
Pada umumnya, kemandirian dan kegiatan kewirausahaan
pesantren dapat berjalan dengan lancar dan maju, karena adanya
beberapa faktor, antara lain:18
1) Pada umumnya lokasi pondok pesantren berada di daerah
pedesaan, sehingga banyak memiliki lahan, baik milik sendiri,
maupun wakaf umat;
17
Sudradjat Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri, h. 28 18
2) Banyak tersedia SDM, yaitu para santri, ustadz, keluarga besar
pesantren;
3) Tersedia waktu yang cukup banyak, karena para santri tinggal di
asrama;
4) Adanya tokoh pesantren (Kyai/Ajengan/Tuan Guru/Buya) yang
memiliki kharisma dan menjadi panutan masyarakat;
5) Tumbuhnya jiwa dan sikap kemandirian, keikhlasan, dan
kesederhanaan di kalangan keluarga besar pesantren.
6) Jumlah santri yang cukup banyak serta masyarakat Islam
sekitarnya yang biasa menjadi jamaah ta’lim di pesantren
merupakan pasar yang cukup potensial.
7) Di dalam lingkungan Pondok Pesantren terutama para santrinya
adalah merupakan potensi konsumen, dan juga potensi
produsen.
Keanggotaan kopontren sangat bervariasi dan sangat
bergantung pada kondisi pondok pesantren tersebut. Pada umumnya
sistem keanggotaannya dapat dikelompokkan dalam tiga macam,
sebagai berikut:19
1) Anggotanya terdiri dari santri yunior dan santri beserta
guru-guru/ustadz
2) Anggotanya terdiri dari santri, guru/ustadz, kyai, dan anggota
majelis taklim termasuk masyarakat sekitarnya
19
3) Anggotanya terdiri dari guru/ustadz, kyai, dan anggota majlis
taklim termasuk masyarakat sekitarnya.
Selain itu, pesantren dengan demikian turut besama-sama
lembaga-lembaga lainnya serta masyarakat luar mewujudkan
cita-cita bangsa sebagaimana diamanatkan UUD 1945 menjadikan
koperasi sebagai soko guru ekonomi nasional.20
c. Prospek Pesantren dalam Pengembangan Koperasi
Upaya pengembangan koperasi di pesantren hanya dapat
diupayakan jika koperasi yang telah didirikan itu dianggap bermanfaat
atau memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat dirasakan oleh para
anggotanya dan masyarakat sekitarnya. Hal ini ditandai dengan
keuntungan finansial yang meningkat dari tahun ke tahun, kesan positif
dari para penghuni pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari para santri yang pernah
mengelola koperasi. Adanya potensi yang mendukung, memungkinkan
koperasi dapat dikelola secara baik oleh pesantren dengan menambah
pengetahuan-pengetahuan teknis operasional perkoperasian,
pengetahuan prinsip-prinsip dasar koperasi, dan latihan-latihan
keterampilannya kepada para pengelolanya. Akan tetapi pengembangan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan tersebut juga menjadi
bertambah. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan para
20
pengurus koperasi harus sudah sampai pada pengetahuan dan
keterampilan pemasaran, studi kelayakan, manajemen, dan
sebagainya.21
Kopontren sebagai lembaga usaha dan ekonomi dituntut
kemampuannya untuk dapat menunjang gerak laju program anggotanya,
maupun program pokok pesantrennya itu sendiri sebagai lembaga
induknya. Hubungan timbal balik antara kopontren dan pesantrennya
secara kelembagaan sangat diperlukan. Sebagai pembinaan manajemen
dan teknik-teknik usaha, kopontren bersama-sama pihak pimpinan
pesantren perlu berhubungan dengan instansi terkait atau departemen
teknis yang sesuai dengan bidang usahanya. Tigkat pendidikan banyak
berpengaruh, kesempatan mengikuti latihan-latihan. Hal ini tidak hanya
untuk fungsionaris, tetapi juga bagi anggota pada umumnya karena hal
ini berkaitan dengan tingkat partisipasi anggota dan kaderisasi.22
C. Sistem Operasional Koperasi
1. PengertianSistem
Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen
pendidikan nasional, kata sistem dapat diartikan sebagai berikut:23
a. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas.
b. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.
21
Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, h. 152-154. 22
Ibid, h. 155-156. 23
c. Metode (cara).
Sistem (system) dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur
dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem
dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang
mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan
pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan
sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran
kas, penjualan, pembelian, dan buku besar.
Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini adalah sistem
komputer yang didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan
perangkat lunak.
Menurut Gerald. J., 1991, dalam mendefinisikan sistem terdapat
dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang menekankan pada
prosedur dan komponennya. Prosedur didefinisikan sebagai suatu
urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa
yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya.24
Penganut pendekatan elemen Davis (1985) yang mendefinisikan
sistem sebagai bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi
24
bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Sedangkan
Lucas (1989) mendefinisikan sistem sebagai suatu komponen atau
variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling bergantung, satu
sama lain dan terpadu. Sebuah sistem mempunyai tujuan atau sasaran.
McLeod berpendapat, sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Begitu pula Robert G. Mudrick (1993), mendefinisikan sistem sebagai
seperangkat elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan bersama.25
Elemen dari sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
Sebagai contoh: sistem penjualan harus mencapai target penjualan
perusahaan. Sistem akuntansi perusahaan harus dapat mengawasi harta
perusahaan dan menyajikan laporan keuangan yang tepat waktu dan
bebas saji. Sistem sumber daya manusia harus memiliki data mengenai
keahlian, latar belakang pendidikan dan kompetensi dari semua karyawan
perusahaan.
Elemen dalam sistem harus berhubungan dan berkaitan dalam
pencapaian tujuan organisasi pada umumnya dan pencapaian divisi atau
departemen pada khususnya. Maksudnya departemen akuntansi yang
memiliki sistem akuntansi yang handal dan efektif, departemen sumber
daya manusia dengan merekrut karyawan yang berkualitas dan bermoral
dapat mendukung departemen penjualan dalam pencapaian tujuan
25
organisasi yaitu meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya
meningkatkan laba perusahaan sehingga kekayaan pemegang saham
meningkat.26
Seperti yang telah disebutkan, setiap sistem (yang umumnya
terbuka itu) merupakan tempat memproses, mengolah, mengubah, atau
mentransformasikan bahan-bahan yang disebut masukan (input) menjadi
sesuatu hasil karya yang biasa disebut keluaran (out-put). Contoh berikut
akan lebih memperjelas kegiatan transformasi tersebut (Shcrode dan
Voich).
Manusia Perusahaan
Mengubah makanan Mengubah unsur manusiawi
menjadi energi dan fisik menjadi energi
Mengubah energi menjadi Mengubah energi menjadi
gerakan fisik dan kegiatan mental hasil produksi
Merubah kegiatan fisik Mengubah hasil produksi
dan mental menjadi kebutuhan menjadi keuntungan
26
akan organisasi, masyarakat dan pendapatan
atau pemenuhan kebutuhan
pribadi (ego)
Proses transformasi sistem operasional ini sering dilukiskan orang
mempergunakan model masukan-keluaran (input-output model). Model
masukan-keluaran ini biasa disebut juga dengan model kotak hitam
(black-box model). Model adalah gambaran mengenai sesuatu realitas untuk
menggambarkan bagaimana sesuatu itu tampaknya atau bagaimana
bekerjanya guna memudahkan memahami dan atau mengkajinya. Istilah
kotak hitam di sini dipergunakan untuk menunjukkan bahwa isi yang
terkandung di dalam satuan (unit) pemroses (transformasi) atau jelasnya
sistem itu tidak diketahui, jadi seperti kotak hitam. Model kotak hitam itu
sendiri digambarkan atau dilukiskan orang bermacam-macam. Konsep
dasarnya demikian:27
Masukan Keluaran
27
Sering pula orang menggambarkan model kotak hitam ini dengan cara
lain, yaitu dengan menyebut si “kotak hitam” itu dengan “proses” karena
melihatnya dari sudut ada kegiatan pemrosesan di dalam kotak tersebut.28
2. SistemOperasional
Fungsi sistem operasional di dalam organisasi bisnis merupakan
bagian yang memproduksi barang atau jasa di dalam menghasilkan
produk. Sistem opersional itu sendiri merupakan bagian dari sistem di
dalam organisasi yang memproduksi barang secara fisik, seperti Mobil,
TV, Kulkas, Susu Instan, Boneka, dan lain-lain. Sedangkan jasa
pelayanan, seperti asuransi, rumah sakit, kurir, jasa transportasi
(penerbangan, darat, dan laut), dan perhotelan.29
Sistem operasional harus melakukan langkah-langkah perkiraan
berdasarkan informasi tentang permintaan yang diperoleh (hasil
pengamatan dan penelitian).
Di dalam memproduksi barang atau jasa, akan dapat terjadi
penambahan sumberdaya lainnya yang dibutuhkan untuk melengkapi dan
28
Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori sistem, h. 41 29
Manahan P.Tampubolon, Manajemen Operasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 1
menyempurnakan proses konversi tersebut, sehingga output yang
dihasilkan sesuai dengan selera yang diinginkan.
Sistem konversi di dalam operasional jasa dapat dilihat pada
gambar berikut ini. Di mana sistem operasioal dilihat dari beberapa
organisasi atau perusahaan, seperti hotel, restoran, rumah sakit, bank,
jasa penerbangan, jasa pendidikan universitas.
Sistem Operasional Usaha Jasa.30
OPERASIONAL MASUKAN (INPUTS) KELUARAN (OUTPUTS)
HOTEL Resepsionis, BellBoy,
Laundry, Staf, Peralatan,
Perlengkapan dan Energi
Jasapenginapan, Layanan
menyenangkan, Kepuasan
layanan Laundry, Transpor
RESTORAN Juru masak, Penerima tamu,
Bahan makanan, Peralatan
Makanan, Layanan yang
menyenangkan, Kepuasan
RUMAH SAKIT Dokter, Perawat, Staf,
Peralatan, Perlengkapan
Jasa pelayanan kesehatan,
dan Kesehatan pasien
BANK Teller, Staf, Peralatan
komputer dan Sistem Up to
Date, dan Energi
Pelayanan jasa keuangan
PENERBANGAN Pesawat, Perlengkapan
pilot, Pelayanan
penerbangan, Perawatan,
Transportasi udara dari satu
lokasi ke lokasi lain
30
[image:44.595.109.519.212.736.2]Tenaga kerja, dan Energi
UNIVERSITAS Fakultas, Staf pengajar, Staf
administrasi keuangan,
Peralatan, Perlengkapan,
Energi dan Ilmiah
Mahasiswa yang didik,
Penelitian, Pengabdian pada
masyarakat
Dari uraian definisi tentang sistem operasional diatas maka penulis
menyimpulkan bahwasannya yang dimaksud dengan sistem operasional
koperasi yaitu merupakan keterkaitan kumpulan sasaran dan aktivitas di
dalam organisasi koperasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
dalam mencapai tujuan dari organisasi koperasi. Jika di dalam organisasi
bisnis sistem operasional merupakan bagian yang memproduksi barang atau
jasa di dalam menghasilkan produk. Maka di dalam organisasi koperasi
adalah bagian yang menghasilkan kegiatan-kegiatan usaha yang mengarah
kepada tujuan organisasi. Adapun tujuan yang paling umum dari berbagai
macam jenis koperasi yang ada di Indonesia adalah kesejahteraan ekonomi
bagi para anggotanya.
D. KesejahteraanEkonomi
1. PengertianKesejahteraan
Kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan
individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup
relatif oleh berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat
tingkat kelayakan ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat
atas kondisi sosial, material, dan psikologis tertentu.31
Kesejahteraan dapat diperoleh dengan berbagai cara, Midgley
(1997) mengulas beberapa usaha yang dilakukan masyarakat guna
mencapai taraf kesejahteraan, antara lain pembangunan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja. Pembangunan bidang pendidikan kesehatan
dan penciptaan kebijakan-kebijakan sosial yang memberi jaminan atas
pemeliharaan dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Selain itu
kesejahteraan juga dapat dipahami sebagai keadaan lahiriyah yang
diperoleh dalam kehidupan duniawi yang meliputi kesehatan, sandang,
pangan, papan, perlindungan hak asasi dan sebagainya.
Kesejahteraan dipahami sebagai hak dasar manusia yang bersifat
universal, sehingga setiap orang berhak atas suatu tingkat kesejahteraan
yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu, usaha-usaha
pemeliharaan tingkat kesejahteraan dapat dipandang sebagai usaha
pemenuhan hak-hak asasi manusia.32
2. Kesejahteraan Ekonomi Anggota
Koperasi sebagai badan usaha harus mampu mengembangkan
usaha dan kelembagaan, termasuk menciptakan profit, benefit, dan
efisiensi serta meningkatkan kesejahteraan anggota. Koperasi sebagai
31
Kusmana, Bunga Rampai: Islam dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project, 2006), h. 32.
32
gerakan ekonomi rakyat berperan serta untuk mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, makmur dalam tata perekonomian nasional yang disusun
sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi,
oleh karena itu pemberdayaan koperasi bukan hanya di tangan
pemerintah, tetapi seluruh masyarakat, khususnya para anggota koperasi.
Koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan usaha lainnya
dan secara spesifik memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi,
dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur moral dan etika. Nilai-nilai
dasar koperasi merupakan aspek penting yang membedakan antara
koperasi dan badan usaha ekonomi lainnya karena dalam nilai koperasi
terkandung unsur moral dan etika yang tidak dimiliki oleh semua badan
ekonomi lainnya. Adapun rumusan nilai yang dianut adalah merupakan
landasan untuk pengambilan keputusan, yang terdiri atas menolong diri
sendiri, memiliki tanggung jawab pribadi, demokrasi, persamaan,
keadilan, dan kesetiakawanan.
Nilai-nilai yag terkandung dalam menolong diri sendiri (self-help)
dan percaya pada diri sendiri (self-reliance) serta kebersamaan
(cooperation) dalam lembaga koperasi akan melahirkan efek sinergis.
Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi
untuk mampu bersaing dengan lembaga ekonomi lainnya. Hal itu dapat
sertanya, baik sebagai pemilik maupun sebagai pengguna jasa dalam
koperasi yang bersangkutan.33
Sebagai organisasi ekonomi, pendirian koperasi tidak mungkin
dilepaskan dari alasan-alasan ekonomis. Yang dimaksud dengan alasan
ekonomis ialah pertimbangan kemanfaatan ekonomis yang akan
diperoleh seseorang bila ia bergabung menjadi anggota koperasi. Tanpa
alasan ekonomis, maka dasar pendirian koperasi serta alasan seseorang
untuk menjadi anggota koperasi sulit dipertanggungjawabkan.
Alasan-alasan ekonomis untuk pendirian dan atau menjadi anggota koperasi
dalam garis besarnya sebagai berikut:34
a. Menekan biaya usaha
Salah satu alasan terpenting untuk mendirikan dan bergabung
menjadi anggota koperasi adalah untuk menekan biaya usaha. Jika
petani kecil menyatukan usahanya ke dalam Koperasi Unit Desa
(KUD), maka beban usaha petani tersebut akan berkurang
dibandingkan kalau tiap petani mengerjakan usahanya
sendiri-sendiri.
b. Meningkatkan pelayanan kepada anggota
Salah satu tujuan koperasi adalah mendirikan atau
meningkatkan pelayanan kepada para anggota. Jasa-jasa ini
sebelumnya sulit diperoleh. Sebagai contoh, Koperasi Pertanian
sebagaimana di atas, maka sebelum bersatu dalam koperasi, para
33
Pariaman Sinaga, Koperasi Dalam Sorotan Peneliti, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 448
34
petani tidak dapat menikmati manfaat dari pembelian pupuk
bersama.
c. Membuka kesempatan bergabung dalam suatu badan usaha.
Dengan menjadi anggota koperasi, maka orang yang bermodal
kecil akan terangkat harga dirinya. Sebagai anggota koperasi ia
berhak ikut serta menentukan jalannya perusahaan bersama-sama
dengan anggota lainnyayang turut dalam rapat anggota. Pendek kata
dengan ikut sertanya orang-orang yang terbatas kemampuan
ekonominya dalam koperasi akan memberi peluang bagi mereka
untuk ikut serta secara aktif dalam membangun perekonomian.
Dalam UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3
disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut mengandung makna bahwa
meningkatkan kesejahteraan anggota adalah menjadi program utama
koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi, pelayanan anggota merupakan
prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.35
Dan apabila nantinya mempunyai kelebihan kemampuan, maka
usaha tersebut diperluas ke masyarakat di sekitarnya. Karena anggota
koperasi pada dasarnya juga merupakan anggota masyarakat, maka
35
dengan jalan ini secara bertahap koperasi ikut berperan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.36
Karena disamping itu juga tujuan utama ekonomi kerakyatan pada
dasarnya adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan jalannya roda perekonomian.
Tujuan mendirikan sebuah koperasi adalah untuk membangun
sebuah organisasi usaha dalam memenuhi kepentingan bersama, dari para
pendiri dan anggotanya di bidang ekonomi. Sebagai organisasi usaha,
penerapan asas ekonomi dan asas hukum menjadi jelas, asas ekonomi
adalah memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi dalam berusaha, sedangkan asas hukum adalah
memenuhi semua prinsip-prinsip hukum dalam usaha yang berbadan
hukum.
Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak
hanya dituntut mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi
juga mengembangkan sumber daya anggota melalui pendidikan dan
pelatihan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan
sehingga anggota semakin profesional dalam melakukan usaha-usaha
sebagaimana badan usaha lain, seperti sektor perdagangan, industri
manufaktur, jasa keuangan dan pembiayaan, dan lain-lain. Maksud dan
tujuan pendiriran koperasi juga merupakan ketentuan yang harus
dimasukkan ke dalam AD. Maksud dan tujuan pendirian koperasi
36
tersebut secara formal dan umum dapat dirumuskan untuk mewujudkan
kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat non-anggota
pada umumnya.37
Selanjutnya, fungsi koperasi tertuang dalam pasal 4 UU No 25
tahun 1992 tentang perkoperasian yaitu:38
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagi
sokogurunya
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
3. Indikator Kesejahteraan Ekonomi
Koperasi didirikan dengan tujuan untuk membantu dalam hal
pemenuhan kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Prinsip seperti ini harus benar-benar dijalankan oleh
organisasi yang menanamkan dirinya sebagai koperasi. Dan manfaat
37
Andjar Pachta W, dkk, hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha, Cet. Ke-2, h. 82-83
38
koperasi yaitu memberi keutungan kepada para anggota pemilik saham,
membuka lapangan kerja bagi calon karyawannya, memberi bantuan
keuangan dari sebagian hasil usahanya untuk mendirikan sarana ibadah
sekolah dan sebagainya. Maka jelaslah bahwa dalam koperasi ini tidak
ada unsur kezhaliman dan pemerasan, pengelolanya demokratis dan
terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian kepada anggota sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.39
Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari
peningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna sangat luas
dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat
berbeda satu sama lain. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang
tidak pernah merasa puas, karena itu kesejahteraan akan terus dikejar
tanpa batas. Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas
ekonomi yang dilakukan oleh anggota dilakukan melalui koperasi. Dalam
pengertian ekonomi, tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan
tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil seseorang atau
masyarakat meningkat, maka kesejahteraan ekonomi seseorang atau
masyarakat tersebut meningkat pula. Sejalan dengan hal itu, maka
apabila tujuan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya,
39
maka berarti pula koperasi tersebut diwujudkan dalam bentuk
meningkatnya pendapatan riil para anggotanya.40
Menurut Poernomosidi pendapatan per kapita bukan merupakan
indikator tingkat kesejahteraan wilayah yang tepat. Sebagai contoh, suatu
wilayah berpendapatan per kapita tinggi karena merupakan penghasil
kekayaan sumberdaya alam (pertambangan) yang sangat potensial, tetapi
tidak tersedia pelayanan dokter ahli bedah jantung, sehingga penderita
sakit jantung terpaksa harus berobat ke ibu kota negara (Jakarta).
Tersedianya pelayanan dokter ahli (dalam contoh) merupakan suatu
kemudahan dalam memenuhi pelayanan di bidang kesehatan.
Kemudahan (easyness) diartikan sebagai tersedianya fasilitas
pelayanan (ekonomi dan sosial) sehingga masyarakat dapat memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan,
informasi, pelayanan ibadah, dan lainnya. Tersedianya fasilitas
kemudahan yang mampu memberikan pelayanan pemenuhan sebagai
kebutuhan kepada masyarakat, berarti masyarakat merasa berkecukupan
atau berkesejahteraan. Karena berbagai kebutuhan, keinginan, dan
kepentingan hidupnya dapat terpenuhi dengan cukup, dengan mudah dan
lancar.
Mengingat potensi, kondisi, dan karakteristik wilayah-wilayah itu
berbeda-beda (bervariasi) secara fisik, ekonomi, dan sosial satu sama
lainnya dan bilamana berbagai kebutuhan hidup masyarakatnya dapat
40
dipenuhi dengan mudah, cukup dan lancar, maka dapat dikatakan
masyarakat wilayah tersebut sudah sejahtera. Dengan demikian, tingkat
kemudahan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan
terutama dilihat dalam konteks pencapaian sasaran pengembangan
wilayah. Teori simpul jasa distribusi menghubungkan simpul (pada
umumnya adalah kota) yang merupakan konsentrasi penduduk dalam
jumlah besar dan berbagai kegiatan produktif serta tersedianya
kemudahan (yang umumnya terdiri dari fasilitas pelayanan). Semakin
tersedia fasilitas pelayanan yang memberikan kemudahan,
memungkinkan berkembangnya kegiatan ekonomi, yang berpengaruh
terhadap meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, yang berarti
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.41
Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan, bahwa dalam
mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pendapatan riil
masyarakat dan dari fasilitas ekonomi-sosial yang mudah dijangkau oleh
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam
koperasi pendapatan riil, dapat dilihat melalui SHU yang dibagikan
kepada anggota koperasi, dan dari fasilitas ekonomi-sosial yang mudah
dijangkau, dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan usaha koperasinya.
41
46 A. Sejarah Berdirinya <