• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi sistem operasional koperasi dalam kesejahteraan ekonomi anggota di kopontren Al-Amanah Al-Gontory

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi sistem operasional koperasi dalam kesejahteraan ekonomi anggota di kopontren Al-Amanah Al-Gontory"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Ahmad Zaelani NIM: 1110053000006

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Sfrripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakrvah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Symat-syarat Mencapai

Gelr

Sajana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

0leh:

AHMAD ZAELAI\II NIM: I110053000006

Dibawah Bimbingan

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUAFIGAN SYARIAH

JURUSAN MANAJEMEN

DAKII'AII

FAKUL'TAS ILMU DAKWAH DAIY ILMU KOMUN{IKASI TJNIVERSITAS ISLAM I\IEGERI

SYARTF HIDAYATT}LLAH

(3)

Kesejahteraan Ekonomi Anggota

di

Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas

Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 07

April

2015. Skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi Islam (S.Kom.I) Strata

I

pada program studi Manajemen Dakwah.

Ciputat, 09 April2015

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

st,

..-"r

Drs. Cecep Castrawijaya. MM NIP: 196708 1 8 199803 1002

Anggota,

Penguji

I

Penguji II

Prof. Dr. H. Murodi. MA

NIP: 1 9640705 199203 1003

mg

il

S. Ag, MA

Sekertaris Merangkap Anggota,

NIP: 19550101 198302 1001

195608281982031002

(4)

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi

sdah

satu persyaratan memperoleh

gelar

Sarjana Komrmikasi Islam (S,Kom-t) di Fakultas Ilmu

kkwalr

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah

Jakarta-Sernua surrber yang sllya gunakan dalmr penulism ini telah saya cmttrmkm sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di

Universitas Islarn Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jika di kemudian hari terbukti bahnia karya ini bukan hasil karya asli saya atau menrpakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang

b€rlaku

di

Universitas

Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

Jakarta-1.

2.

-r-Ciputat, Februai 2015

(5)

i

Al-Gontory, Pembimbing: Muhammad Zen, S.Ag, MA.

Upaya pengembangan koperasi di pesantren hanya dapat diupayakan jika koperasi yang telah didirikan itu dianggap bermanfaat atau memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat dirasakan oleh para anggotanya. Hal ini ditandai dengan keuntungan finansial yang meningkat dari tahun ke tahun, kesan positif dari para penghuni pesantren dan masyarakat sekitarnya. Adanya potensi yang mendukung, memungkinkan koperasi dapat dikelola secara baik oleh pesantren dengan menambah pengetahuan-pengetahuan teknis operasional perkoperasian, pengetahuan prinsip-prinsip dasar koperasi, dan latihan-latihan keterampilannya kepada para pengelolanya.

Seperti halnya yang ada di Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi anggotanya, kopontren yang letaknya berada di lingkungan lembaga pendidikan pondok pesantren ini selalu melakukan terobosan baru dengan ide-ide kreatif dari para pengurusnya dalam memanfaatkan peluang agar dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomis untuk kesejahteraan bagi para anggota Kopontren Amanah Al-Gontory.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagimana sistem operasional yang dijalankankan oleh Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, dan bagaimana tingkat kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren Amanah Al-Gontory.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun catatan dari sumber terkait lainnya.

Dari hasil penilitian ini dapat disimpulkan bahwa optimalisasi sistem operasional kopontren Al-Amanah Al-Gontory telah banyak memberikan dampak yang positif dan manfaat yang baik bagi kehidupan masayarakat pondok pesantren serta dapat membantu dalam memberikan kesejahteraan dari pendapatan SHU dan kigiatan-kegiatan usaha yang dijalankannya, yang langsung dapat dirasakan oleh para anggota kopontren dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

(6)

ii

yang berwujud skripsi ini. Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini.

Sebagaisebuahskripsi, penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tanpa dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin karya ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs, Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah. 3. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen

Dakwah.

4. Muhammad Zen, S.Ag, MA, selaku Pembimbing penulis, yang dengan kesabarannya memotivasi penulis dan senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak pernah leleh memberikan ilmunya kepada penulis hingga detik ini. Dan segenap karyawan Perpustakaan Umum UIN dan Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan kepada penulis dalam hal pencarian referensi yang penulis butuhkan.

6. Bapak Bule dan Ibu Winah selaku kedua orangtua penulis yang selalu

memberikan do’a yang tidak pernah putus sampai saat ini.

7. Keluarga besar pengurus Kopontren Al-Amanah Al-Gontory, Drs. Ahmad

Rafe’i, serta jajaran lainnya yang tidak bisa disebutkan datu pesatu.

(7)

iii

Jakarta, Maret 2015

(8)

iv

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Metodologi Penelitian... 8

F. Penelitian Terdahulu... 11

G. Sistematika Penulisan... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Optimalisasi... 15

B. Koperasi... 17

1. Pengertian Koperasi... 18

2. Macam-macam Koperasi... 20

3. Sisa Hasil Usaha (SHU)... 22

4. Koperasi di Lingkungan Pesantren... 23

C. Sistem Operasional Koperasi... 29

(9)

v

2. Kesejahteraan Ekonomi Anggota... 37

3. Indikator Kesejahteraan Ekonomi... 42

BAB III GAMBARAN UMUM KOPONTREN AMANAH

AL-GONTORY

A. Sejarah Berdirinya... 46

B. Visi dan Misi... 47

C. Struktur Organisasi... 47

BAB IV OPTIMALISASI SISTEM OPERASIONAL KOPONTREN

AL-AMANAH AL-GONTORY DALAM KESEJAHTERAAN EKONOMI

ANGGOTA

A. Optimalisasi Sistem Operasional yang

dijalankan oleh Kopontren Al-Amanah Al-Gontory... 50

B. Kesejahteraan Ekonomi Anggota Kopontren

Al-Amanah Al-Gontory... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 65

B. Saran... 66

DAFTARPUSTAKA

(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sejak zaman purbakala hingga sekarang ini, kerjasama merupakan pola

hidup masyarakat dengan segala manifestasinya. Naluri kejasama ini

penjelmaannya tampak di dalam pergaulan hidup masyarakat, yaitu dengan

berdirinya perserikatan-perserikatan/perkumpulan-perkumpulan.1

Hingga abad modern seperti sekarang ini tidak ada manusia yang dapat

hidup menyendiri, sama sekali terlepas dari pengaruh lingkungannya. Lebih

dari itu dapat disimpulkan bahwa, salah satu ciri dari dunia modern adalah

semakin banyaknya organisasi di mana seseorang menjadi anggotanya.

Berorganisasi atau berserikat menjadi kebutuhan manusia.

Belbagai cara telah dilakukan manusia untuk memecahkan

permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Bahwa jika semula dalam

pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual,

maka dalam perkembangannya manusia berusaha melakukannya secara

bersama-sama dan dalam perkembangannya lebih lanjut, cara-cara yang

dilakukan oleh masyarakat untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang

mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya zaman.2

1

Sudarsono dan Edilius, Koperasi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Renika Cipta, 2010), Cet. Ke-5, h. 13

2

(11)

Kerjasama dalam masyarakat modern telah tampak wujudnya dalam

suatu jaringan sistem yang lebih kompleks. Bentuk-bentuk persekutuan hidup

telah berkembang dan untuk menjaga kelangsungan hidup dan rasa aman,

juga untuk memperoleh kasih sayang dan persahabatan seperti dalam

keluarga dan paguyuban juga telah digunakan untuk mencapai tujuan tertentu

yang diinginkan, seperti terlihat pada bentuk-bentuk organisasi yang resmi.

Kerjasama dalam lapangan ekonomi bagi masyarakat modern sudah

sangat berkembang, bukan saja dalam rangka kegiatannya, tetapi juga sangat

luas lingkupnya. Kerjasama terjalin dalam sistem pembagian kerja yang rumit

pada setiap lapangan ekonomi, seperti pertanian, industri, perdagangan,

koperasi, dan lain-lain.3

Perekonomian Indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi

negara, yaitu Pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan Pancasila

adalah ekonomi Pancasila. Kalimat utama pada salah satu pasal utama

mengenai ekonomi pada UUD 1945 mengatakan: “perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Perkataan

disusun mengisyaratkan adanya tindakan aktif, yaitu menyusun melalui

rencana.4

Sesuai dengan Sila-sila pada Pancasila dan isi pasal-pasal di dalam

maupun diluar Bab Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan kehidupan

perekonomian. Maka secara garis besar Ekonomi Pancasila adalah ekonomi

3

Ninik Widiyanti dan Y.W. Shunindia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h. 2

4

(12)

yang berorientasi pada Sila-sila daripada Pancasila, yaitu berorientasi pada:

Ketuhanan yang Maha Esa (adanya etika moral agama, bukan materialisme);

Kemanusiaan Yang Yang Adil dan Beradab (tidak mengenal

pemerasan/eksploitasi, modernisasi); Persatuan (kekeluargaan, kebersamaan,

gotong-royong, tidak saling mematikan, bantu-membantu antara yang kuat

dan yang lemah, nasionalisme, dan patriotisme ekonomi); Kerakyatan

(demokrasi ekonomi, mengutamakan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang

banyak); serta Keadilan Sosial (persamaan, kemakmuran masyarakat yang

utama, bukan kemakmuran orang-seorang).5

Perkembangan perkoperasian di Indonesia menunjukan bahwa koperasi

mula-mula berkembang di kalangan pegawai pemerintah, kemudian di daerah

pedesaan. Pada akhirnya saat ini sudah meluas di segala lapisan masyarakat

seperti petani, buruh/karyawan, pedagang, pegawai negeri, nelayan, guru

(ustadz), santri dan sebagainya.

Koperasi didirikan dengan tujuan untuk membantu dalam hal

pemenuhan kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Prinsip seperti ini harus benar-benar dijalankan oleh organisasi yang

menanamkan dirinya sebagai koperasi. Dan manfaat koperasi yaitu memberi

keutungan kepada para anggota pemilik saham, membuka lapangan kerja bagi

calon karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usahanya

untuk mendirikan sarana ibadah sekolah dan sebagainya. Maka jelaslah

bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezhaliman dan pemerasan,

5

(13)

pengelolanya demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan

kerugian kepada anggota sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.6

Dalam UU No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian pasal 4

menyebutkan bahwa Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan

Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang

demokratis dan berkeadilan.7

Tujuan koperasi tersebut masih bersifat umum. Karena itu, setiap

koperasi perlu menjabarkannya ke dalam bentuk tujuan yang lebih

operasional bagi koperasi sebagai badan usaha. Tujuan yang jelas dan dapat

dioperasikan akan memudahkan pihak manajemen dalam mengelola koperasi.

Pada kasus anggota juga bertindak sebagai pemilik, pelanggan dan pemodal

akan dapat lebih mudah melakukan pengawasan terhadap proses pencapaian

tujuan koperasi, sehingga penyimpangan dari tujuan tersebut akan dapat lebih

cepat diketahui.8

Dengan semakin pesatnya pertumbuhan koperasi belakangan ini dengan

segala jenisnya di dunia pada umumnya, dan di Indonesia khususnya,

merupakan fenomena meningkatnya animo dan pengertian masyarakat akan

peranan koperasi dilingkungan mereka. Ikatan yang dapat mempersatukan

kepentingan anggota-anggota dalam jenis-jenis koperasi seperti kesamaan

lingkungan kerja, misalnya pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta,

6

H. Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Bandung: Gunung Djati Press, 1997), h. 297 7

Undang-undang, Perkoperasian, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2013), h.5

8

(14)

TNI, wartawan, guru/ustadz, dan sebagainya. Kesamaan tempat tinggal

misalnya kampung, desa, kecamatan, pondok pesantren, dan sebagainya.9

Dari ikatan yang mempersatukan kepentingan-kepentingan, mereka

berkumpul, bersatu, dan membentuk koperasi yang sesuai dengan

kepentingan masing-masing kelompok. Hal inilah yang mendasari

terbentuknya sebuah koperasi di dalam pondok pesantren, dan biasanya juga

dikenal sebagai Kopontren.

Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua saat ini. Pendidikan ini

merupakan pendidikan agama Islam sejak munculnya masyarakat Islam pada

abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini

semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian dan sebagai

tempat penginapan bagi para santri.10 Kelahiran pondok pesantren salah

satunya dapat meningkatkan perekonomian melalui kegiatan-kegiatan yang

menguntungkan, seperti salah satunya dengan mendirikan kopontren.

Kehadiran koperasi dilingkungan pondok pesantren pada dewasa ini

bukan merupakan barang baru. Populer dengan sebutan Kopontren, sebagai

singkatan dari Koperasi Pondok Pesantren. Kopontren bukan saja menandai

masyarakatnya koperasi di Indonesia, melainkan juga menandai

pengembangan peran fungsi dan dinamika pesantren itu sendiri di satu pihak

9

Sudarsono dan Edilius, Koperasi: dalam Teori dan Praktik, h.178 10

(15)

serta potensinya sebagai detonator bagi pengembangan koperasi selanjutnya

di masyarakat di pihak lain.11

Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Amanah Al-Gontory

adalah salah satu dari bentuk kopontren-kopontren yang sekarang ini sedang

berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Seluruh anggotanya

adalah para guru (ustadz), dan masyarakat sekitar pondok, telah banyak

dibantu dengan kehadiran koperasi tersebut, karena mereka bisa menabung,

membeli barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari, dan yang lainnya.

Koperasi Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory sebagai salah satu

penyumbang dana pesantren yang seluruh anggotanya bisa dipastikan

muslim, untuk menjaga kredibilitasnya di mata masyarakat pesantren pada

khususnya, umumnya di mata masyarakat luar pesantren, harus bisa

mengoptimalisasikan sistem operasional yang dapat memberikan

kesejahteraan bagi para anggotanya.

Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil

judul “Optimalisasi Sistem Operasional Koperasi dalam Kesejahteraan

Ekonomi Anggota di Kopontren Al-Amanah Al-Gontory”

11

(16)

B. PembatasandanPerumusanMasalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah ini lebih terarah maka penulis membatasi

masalah pada: Optimalisasi sistem operasional koperasi dalam

kesejahteraan ekonomi anggota di kopontren Al-Amanah Al-Gontory.

2. Rumusan Masalah

Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan fokus dalam penulisan

skripsi ini maka dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan

sebagai berikut:

a. Bagaimana optimalisasi sistem operasional yang dijalankankan oleh

Kopontren Al-Amanah Al-Gontory?

b. Bagaimana tingkat kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren

Al-Amanah Al-Gontory?

C. TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui optimalisasi sistem operasional koperasi yang

dijalankan oleh Kopontren Al-Amanah Al-gontory.

2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren

(17)

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

1. Untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dan sebagai

referensi atau literature yang bermanfaat bagi mahasiswa serta staf

pengajar yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sistem operasional

koperasi pondok pesantren.

2. Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca dalam rangka

mengimplementasikan sistem operasional koperasi yang berada di

lingkungan pondok pesantren dalam pengembangannya.

E. Metodologi Penelitian

1. JenisPenelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang

atau perilaku yang dapat diamati secara langsung.

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan

pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.12 Adapun desain

penelitian yang diperlukan adalah deskriptif analisis. Yaitu penelitian

yang akan menjelaskan apa adanya kemudian akan mencoba

menganalisis dan mengungkapkan serta mendeskripsikan secara faktual,

12

(18)

akurat dan sistematis, mengenai Optimalisasi Sistem Operasional

Kopontren Al-Amanah Al-Gontory Pondok Aren Tang-Sel. Sehingga ada

suatu penyelesaian dari permasalahan tersebut.

2. PendekatanPenelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa penelitian langsung pada Kopontren Al-Amanah Al-Gontory Kec.

Pondok Aren Kota Tangerang Selatan dan pendekatan penelitian ini juga

dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi agar data yang

diterima oleh penulis benar adanya dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Sumber data

a. Data primer, merupakan sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data, dalam hal ini adalah penulis. Data yang

diperoleh penulis berupa dari hasil wawancara dengan pihak yang

terkait pada pengurus koperasi serta dokumen-dokumen koperasi,

berupa arsip atau dokumen yang relevan dengan pembahasan

penelitian penulis.

b. Data Sekunder, merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari

literatur-literatur kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, internet,

artikel serta sumber-sumber data lainnya yang mempunyai relevansi

(19)

4. TeknikPengumpulanData

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam setiap penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan

catatan lapangan.

a. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam hal ini

penelitian terjun langsung ketempat yang diteliti yaitu Kopontren

Al-Amanah Al-Gontory Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

b. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Jadi penelitian melakukan wawancara

langsung kepada dua orang yang bersangkutan tersebut di Kopontren

Al-Amanah Al-Gontory Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

c. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Jadi

peneliti meminta dokumen-dokumen Kopontren Amanah

Al-Gontory serta berfoto (mengambil gambar) di lokasi penelitian.

5. TeknikAnalisisData

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu upaya yang

dilakukan dengan cara analisis data dengan cara melakukan wawancara

(20)

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality

Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007.13

F. Penelitian Terdahulu

Di dalam penyusunan skripsi ini, telah dilakukan tinjauan terhadap hasil

penelitian yang terdahulu oleh penulis dan ternyata ada beberapa mahasiswa

sebelumnya menulis masalah yang hampir sama, tetapi dalam hal

pembahasan dan objek sangatlah jauh berbeda. Oleh karena itu, untuk

menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menjiplak” hasil

karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara

masing-masing judul dengan masalah yang sedang dibahas sebagai berikut:

1. Siti Hajar, dengan judul skripsi: “Peran Guru Al-Qur’an dalam

Menanggulangi Kesulitan Membaca Al-Qur’an pada Santriwati MTS

Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory Perigi Baru Pondok Aren

Tangerang Selatan”. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Skripsi ini menjelaskan tentang peran

guru serta pembinaan yang dilakukan guru Al-Qur’an khususnya dalam

menanggulangi kesulitan yang dihadapi santriwati dalam membaca

Al-Qur’an di MTS Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory.

13

(21)

2. Abdul Latif, dengan judul skripsi: “Strategi Koperasi Kossuma Syariah

Dalam Upaya Membangun Usaha Mikro Produktif Di Kelurahan Tugu

Depok”. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang peran

Koperasi Kossuma Syariah yang mana telah bekerjasama dengan

Lembaga Amil Zakat BSM (Bank Syariah Mandiri) dalam program

pinjaman dana bergulir yang disalurkan Koperasi Kossuma dalam bentuk

pinjaman dengan akad Qardul Hasan dimana pinjaman ini diberikan

tanpa margin sedikitpun agar memudahkan kaum miskin dalam

membangun usaha mikro produktifnya.

3. Kamaludin, dengan judul skripsi: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Sistem Operasional Koperasi Simpan Pinjam (Studi Kasus Pada Koperasi

Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor)”. Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. Skripsi ini

menjelaskan tentang tinjauan hukum Islam terhadap sistem operasional

koperasi USP Darul Muttaqien yang mencakup: Hasil, Unsur Riba Uang,

dan Relevansi Hukum Islam terhadap Sistem Operasional Koperasi USP

(22)

G. SistematikaPenulisan

Untuk memudahkan pembahasan pada skripsi ini, penulis menyusun

sistematika penulisan kedalam lima Bab. Dimana setiap lima Bab terdiri dari

sub-sub Bab tersendiri. Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya

maka penulis mensistematikan pembahasan yang akan ditulis kedalam

bab-bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara ringkas tentang latar belakang masalah yang

mendasari keseluruhan penulisan skripsi, pembatasan dan

perumusan masalah yang menjadi permasalahan, tujuan dan

manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metodologi penelitian,

serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang optimalisasi sistem operasional koperasi

dalam kesejahteraan ekonomi anggota di kopontren Al-Amanah

Al-Gontory yang terdiri dari pengertian optimalisasi, pengertian

koperasi, macam-macam koperasi, Sisa Hasil Usaha, koperasi di

lingkungan pesantren, sistem operasional koperasi, pengertian

sistem, sistem operasional, kesejahteraan ekonomi, pengertian

kesejahteraan, kesejahteraan ekonomi anggota, dan indikator

(23)

BAB III GAMBARAN UMUM KOPONTREN AMANAH

AL-GONTORY

Menggambarkan tentang sejarah berdirinya kopontren

Amanah Gontory, visi dan misi kopontren Amanah

Gontory, dan struktur organisasi kopontren Amanah

Al-Gontory.

BAB IV OPTIMALISASI SISTEM OPERASIONAL KOPONTREN

AL-AMANAH AL-GONTORY

Bab ini menganalisis hasil penelitian tentang optimalisasi sistem

operasional yang dijalankan oleh Kopontren Amanah

Al-Gontory.

Kesejahteraan ekonomi anggota Kopontren Amanah

Al-Gontory.

BAB V PENUTUP

Merupakan penutup dari keselurusan penulisan skripsi ini yang

menyajikan kesimpulan tentang pembahasan yang telah

[image:23.595.113.517.183.587.2]
(24)

15 A. Optimalisasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen pendidikan

nasional, kata optimalisasi dapat diartikan sebagai berikut:1

1. Menjadikan paling baik

2. Paling tinggi, dsb.

Optimalisasi menurut WJS Poerwadarminta berasal dari kata optimum

yang berarti yang terbaik, paling menguntungkan. Dalam hal ini, optimalisasi

membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi. Sedangkan optimum adalah

tingkatan yang sangat menguntungkan dalam batas-batas tertentu dan

pengoptimalan merupakan penyempurnaan suatu sistem supaya berprestasi

sebaik-baiknya atas dasar kriteria-kriteria tertentu.2

Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu

keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan

adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling

kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan

biaya.3

1

KBBI, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 800

2

http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00531-MTIF%202.pdf. Di Akses pada pukul 21.02 WIB 02 Nov 2014

3

(25)

Ada tiga elemen permasalahan optimalisasi yang harus diidentifikasi,

yaitu tujuan, alternatif keputusan, dan sumberdaya yang dibatasi.

1. Tujuan

Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk

maksimisasi digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan

keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih

jika tujun pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan

sejenisnya. Penentuan tujuan harus memperhatikan apa yang

diminimumkan atau maksimumkan.

2. Alternatif Keputusan

Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia

tentunya alternatif yang menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki

pengambil keputusan. Alternatif keputusan merupakan aktifitas atau

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

3. Sumberdaya yang Dibatasi

Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas.

Keterlibatan ini yang mengakibatkan dibutuhkannya proses optimalisasi.4

Dengan demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah sebagai

upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk menggunakan sumber-sumber yang

4

(26)

dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling menguntungkan

dan paling diinginkan dalam batas-batas tertentu dan kriteria tertentu.

B. Koperasi

1. PengertianKoperasi

Secara harfiah kata “koperasi” berasal dari : Cooperation (Latin),

atau Cooperation (Inggris), atau Co-operatie (Belanda), dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai : bekerja bersama, bekerja sama, atau

kerjasama, merupakan koperasi. Menurut Sri Edi Swasono.5

Koperasi yang kita maksudkan di sini dalam kaitannya dengan

demokrasi ekonomi, adalah koperasi sebagai organisasi atau lembaga

ekonomi modern yang mempunyai tujuan, mempunyai sistem

pengelolaan, mempunyai tertib organisasi (mempunyai rules dan

relugations) bahkan mempunyai asas dan sendi-sendi dasar.

Di tanah air kita sejarah perkembangan bentuk kerjasama tersebut

kemudian mengarah ke dua muara, yaitu yang satu disebut sebagai

“kerjasama sosial” dan yang lainnya, sebagai akibat adanya

perkembangan zaman baru, disebut sebagai “kerjasama ekonomi”.6

Menurut undang-undang No.12 tahun 1967 pasal 3 menyatakan

bahwa:

5

Kamaralsyah, DH. SKK, Pancawindu Gerakan Koperasi, (Jakarta: Dekopin, 1987), Cet. Ke-1, h. 190

6

(27)

“Koperasi Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial,

beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang

merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan

asas kekeluargaan.”7

Definisi lain tentang koperasi dikemukakan oleh:

a. Muhammad Hatta: Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum

lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan

hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang

dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan

keuntungan.

b. ILO mendefinisikan bahwa: koperasi ialah suatu kumpulan orang,

biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang

melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara

demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara

terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko

serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka

lakukan.

c. Dr. G. Mladenata, di dalam bukunya “Histoire Desdactrines

Cooperative” mengemukakan bahwa koperasi terdiri atas

produsen-produsen yang bergabung secara sukarela untuk

mencapai tujuan bersama, dengan saling bertukar jasa secara

7

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah, Teori, dan Praktek,

(28)

kolektif dan menanggung resiko bersama, dengan mengerjakan

sumber-sumber yang disumbangkan oleh anggota.

d. H.E Erdman, dalam bukunya “Passing Monopoly as an aim of

Cooperative” bahwa koperasi ialah usaha bersama, merupakan

badan hukum, anggota ialah pemilik yang menggunakan jasanya

dan mengembalikan semua penerimaan di atas biayanya kepada

anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan dengan

koperasi.8

e. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu

perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat

sebagai manusia dengan tidak memandang haluan agama dan

politik dan secara sukarela masuk untuk sekadar memenuhi

kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan

bersama.

f. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Perkumpulan

Perseroan dan Koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi

adalah bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk

golongan kurang mampu, yang ingin bersama untuk meringankan

beban hidup atau beban kerja.9

Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan, bahwa

koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang

8

Sudarsono dan Edilius, Koperasi: dalam Teori dan Praktik, h. 18-19 9

(29)

memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya.

2. Macam-macam Koperasi

Sesuai ketentuan yang terdapat dalam pasal 16 UU RI No.25 Tahun

1992 beserta panjelasannya dinyatakan bahwa “jenis koperasi didasarkan

pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya”. Dasar

untuk menentukan jenis koperasi adalah sesama aktivitas, kepentingan

dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain koperasi simpan

pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan

koperasi jasa. Khusus untuk koperasi yang dibentuk oleh golongan

fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan, dan

sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri.10

Penjenisan koperasi dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan,

antara lain sebagai berikut:11

a. Jenis koperasi berdasarkan kegiatan usaha koperasi.

Berdasarkan kegiatan usaha secara umum, koperasi dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Koperasi Konsumen.

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya

memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.

10

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, h. 62

11

(30)

2) Koperasi Produsen.

Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya

menghasilkan produk yang kemudian dijual atau dipasarkan

melalui koperasi.

3) Koperasi simpan-pinjam.

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani

kegiatan peminjaman dan penyimpanan uang para anggota.

b. Jenis koperasi berdasarkan latar belakang anggota.

Berdasarkan latar belakang anggota, koperasi dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Koperasi Unit Desa (KUD).

Yaitu koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan

dan melayani kebutuhan mereka, terutama kebutuhan di bidang

pertanian.

2) Koperasi Pasar.

Yaitu koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.

3) Koperasi Sekolah.

Yaitu koperasi yang beranggotakan siswa sekolah,

karyawan sekolah, dan guru.

4) Koperasi Pegawai Negeri.

(31)

c. Jenis koperasi berdasarkan kondisi anggotanya

Berdasarkan kondisi anggotanya, koperasi koperasi secara

umum dapat dikelompokkan menjadi:

1) Koperasi Primer.

Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan orang-seorang. Koperasi primer dibentuk

sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.

2) Koperasi Sekunder.

Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh

dan beranggotakan koperasi. Koperasi sekunder dibentuk oleh

sekurang-kurangnya 3 koperasi.

3. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dalam Pasal 45 UU No. 25 Tahun 1992 di rumuskan bahwa:

(1) Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang

diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan

dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang

bersangkutan.

(2) Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada

anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh

masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan

(32)

(3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat

anggota.12

4. Koperasi di Lingkungan Pesantren

a. Pesantren dan Peranannya di Indonesia

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiaran

Islam. Pada umumnya pondok pesantren didirikan oleh para ulama

secara mandiri, sebagai tanggungjawab ketaatan kepada Allah Swt.

Untuk mengajarkan, mengamalkan dan mendakwahkan ajaran-ajaran

agamanya. Karena pesantren didirikan oleh para ulama atau tokoh

agama dengan visinya masing-masing, maka kurikulumnya pun

sangat beragam. Tetapi terdapat kesamaan fungsi pendidikan

pesantren, yaitu pesantren sebagai pusat pendidikan dan pendalaman

ilmu-ilmu pengetahuan Islam (tafaqquh fiddin) dan pusat dakwah

Islam.13

Dengan begitu pesantren adalah pendidikan yang lebih tua

dibandingkan lembaga-lembaga pendidikan yang disebut sebagai

sekolah atau madrasah. Hal ini bisa dimengerti mengingat sekolah

12

Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004), Cet. Ke-2, h. 82

13

(33)

mulai diperkenalkan di Indonesia sejak abad 19 oleh pemerintah

Belanda dan menandingi pengaruh pesantren yang luar biasa.14

Ciri umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki

kultur khas yang berbeda dengan budaya sekitarnya. Beberapa

peneliti menyebut sebagai sebuah sub-kultur yang bersifat

idio-syncratic. Cara pengajarannya pun unik. Sang kyai, yang biasanya

adalah pendiri sekaligus pemilik pesantren, membacakan

manuskrip-manuskrip keagamaan klasik berbahasa Arab (dikenal dengan

sebutan “kitab kuning”), sementara para santri mendengarkan sambil

memberi catatan (ngesahi, Jawa) pada kitab yang sedang dibaca.

Metode ini disebut bandongan atau layanan kolektif (collective

learning process). Selain itu para santri juga ditugaskan membaca

kitab, sementara kyai atau ustadz yang sudah mumpuni menyimak

sambil mengoreksi dan mengevaluasi bacaan seorang santri. Metode

ini dikenal dengan istilah sorogan atau layanan individual

(individual learning process). Kegiatan belajar mengajar diatas

berlangsung tanpa penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat, dan

biasanya dengan memisahkan jenis kelamin siswa.15

Menurut hasil studi Prof. Wolfgang Karcher dalam tulisannya

Pesantren Education, Practice Without Theory, pendidikan

14

Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, (Jakarta: Koperasi Jasa Informasi, 1989), h. 140

15

H. M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,

(34)

pesantren mempunyai perbedaan dengan sekolah umum, sebagai

berikut:16

1) Pesantren adalah lembaga otonomi sedangkan sekolah umum

sangat bergantung pada pusat

2) Guru pesantren ikhlas tanpa bergantung pada gaji sedangkan

guru sekolah umum sebaliknya

3) Santri belajar secara ikhlas menambah pengetahuan sedangkan

murid sekolah umum untuk ujian dan test

4) Konsep belajar pesantren luas dalam pengembangan sesuatu

yang dibutuhkan individual santri. Sedangkan murid sekolah

umum hanya meningkatkan apa yang tertulis di dalam

buku-buku pegangan di sekolah atau apa yang diucapkan oleh sang

guru

5) Kriteria keberhasilan pesantren berdasarkan penambahan

pengetahuan, keahlian dan pengembangan individual santri.

Sedangkan sekolah umum berdasarkan hasil ujian dan test

sehingga pengetahuan-pengetahuan itu bisa terlupakan di

kemudian hari

6) Droup Out pesantren lebih sedikit ketimbang sekolah umum dan

para santri lebih percaya pada diri sendiri. Sedangkan sekolah

umum percaya pada pengkuan orang lain.

16

(35)

b. Kelayakan Koperasi Pondok Pesantren

Seiring dengan perkembangan zaman serta pengetahuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pondok pesantren juga terus berbenah

diri dan meningkatkan kualitas pendidikannya, baik dalam

materi/kurikulumnya, maupun metode pembelajarannya. Pendidikan

keterampilan juga dapat perhatian diberbagai pesantren, guna

membekali para santri untuk kehidupan masa depan. Pendidikan

keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan

potensi lingkungan pesantren, seperti keterampilan bidang

peternakan, pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Untuk melatih

para santri dalam kewirausahaan, pada umumnya pondok pesantren

telah mamiliki koperasi pondok pesantren (Kopontren) yang dikelola

oleh para santri senior. Beberapa pesantren telah mampu memiliki

koperasi yang cukup maju bahkan mampu mengembangkan ekonomi

masyarakat sekitarnya.17

Pada umumnya, kemandirian dan kegiatan kewirausahaan

pesantren dapat berjalan dengan lancar dan maju, karena adanya

beberapa faktor, antara lain:18

1) Pada umumnya lokasi pondok pesantren berada di daerah

pedesaan, sehingga banyak memiliki lahan, baik milik sendiri,

maupun wakaf umat;

17

Sudradjat Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri, h. 28 18

(36)

2) Banyak tersedia SDM, yaitu para santri, ustadz, keluarga besar

pesantren;

3) Tersedia waktu yang cukup banyak, karena para santri tinggal di

asrama;

4) Adanya tokoh pesantren (Kyai/Ajengan/Tuan Guru/Buya) yang

memiliki kharisma dan menjadi panutan masyarakat;

5) Tumbuhnya jiwa dan sikap kemandirian, keikhlasan, dan

kesederhanaan di kalangan keluarga besar pesantren.

6) Jumlah santri yang cukup banyak serta masyarakat Islam

sekitarnya yang biasa menjadi jamaah ta’lim di pesantren

merupakan pasar yang cukup potensial.

7) Di dalam lingkungan Pondok Pesantren terutama para santrinya

adalah merupakan potensi konsumen, dan juga potensi

produsen.

Keanggotaan kopontren sangat bervariasi dan sangat

bergantung pada kondisi pondok pesantren tersebut. Pada umumnya

sistem keanggotaannya dapat dikelompokkan dalam tiga macam,

sebagai berikut:19

1) Anggotanya terdiri dari santri yunior dan santri beserta

guru-guru/ustadz

2) Anggotanya terdiri dari santri, guru/ustadz, kyai, dan anggota

majelis taklim termasuk masyarakat sekitarnya

19

(37)

3) Anggotanya terdiri dari guru/ustadz, kyai, dan anggota majlis

taklim termasuk masyarakat sekitarnya.

Selain itu, pesantren dengan demikian turut besama-sama

lembaga-lembaga lainnya serta masyarakat luar mewujudkan

cita-cita bangsa sebagaimana diamanatkan UUD 1945 menjadikan

koperasi sebagai soko guru ekonomi nasional.20

c. Prospek Pesantren dalam Pengembangan Koperasi

Upaya pengembangan koperasi di pesantren hanya dapat

diupayakan jika koperasi yang telah didirikan itu dianggap bermanfaat

atau memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat dirasakan oleh para

anggotanya dan masyarakat sekitarnya. Hal ini ditandai dengan

keuntungan finansial yang meningkat dari tahun ke tahun, kesan positif

dari para penghuni pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan

peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari para santri yang pernah

mengelola koperasi. Adanya potensi yang mendukung, memungkinkan

koperasi dapat dikelola secara baik oleh pesantren dengan menambah

pengetahuan-pengetahuan teknis operasional perkoperasian,

pengetahuan prinsip-prinsip dasar koperasi, dan latihan-latihan

keterampilannya kepada para pengelolanya. Akan tetapi pengembangan

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan tersebut juga menjadi

bertambah. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan para

20

(38)

pengurus koperasi harus sudah sampai pada pengetahuan dan

keterampilan pemasaran, studi kelayakan, manajemen, dan

sebagainya.21

Kopontren sebagai lembaga usaha dan ekonomi dituntut

kemampuannya untuk dapat menunjang gerak laju program anggotanya,

maupun program pokok pesantrennya itu sendiri sebagai lembaga

induknya. Hubungan timbal balik antara kopontren dan pesantrennya

secara kelembagaan sangat diperlukan. Sebagai pembinaan manajemen

dan teknik-teknik usaha, kopontren bersama-sama pihak pimpinan

pesantren perlu berhubungan dengan instansi terkait atau departemen

teknis yang sesuai dengan bidang usahanya. Tigkat pendidikan banyak

berpengaruh, kesempatan mengikuti latihan-latihan. Hal ini tidak hanya

untuk fungsionaris, tetapi juga bagi anggota pada umumnya karena hal

ini berkaitan dengan tingkat partisipasi anggota dan kaderisasi.22

C. Sistem Operasional Koperasi

1. PengertianSistem

Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen

pendidikan nasional, kata sistem dapat diartikan sebagai berikut:23

a. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga

membentuk suatu totalitas.

b. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.

21

Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, h. 152-154. 22

Ibid, h. 155-156. 23

(39)

c. Metode (cara).

Sistem (system) dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur

dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem

dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang

mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan

pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan

sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran

kas, penjualan, pembelian, dan buku besar.

Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai

kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang

lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini adalah sistem

komputer yang didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan

perangkat lunak.

Menurut Gerald. J., 1991, dalam mendefinisikan sistem terdapat

dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang menekankan pada

prosedur dan komponennya. Prosedur didefinisikan sebagai suatu

urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa

yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan

bagaimana mengerjakannya.24

Penganut pendekatan elemen Davis (1985) yang mendefinisikan

sistem sebagai bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi

24

(40)

bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Sedangkan

Lucas (1989) mendefinisikan sistem sebagai suatu komponen atau

variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling bergantung, satu

sama lain dan terpadu. Sebuah sistem mempunyai tujuan atau sasaran.

McLeod berpendapat, sistem adalah sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Begitu pula Robert G. Mudrick (1993), mendefinisikan sistem sebagai

seperangkat elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama

untuk mencapai suatu tujuan bersama.25

Elemen dari sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.

Sebagai contoh: sistem penjualan harus mencapai target penjualan

perusahaan. Sistem akuntansi perusahaan harus dapat mengawasi harta

perusahaan dan menyajikan laporan keuangan yang tepat waktu dan

bebas saji. Sistem sumber daya manusia harus memiliki data mengenai

keahlian, latar belakang pendidikan dan kompetensi dari semua karyawan

perusahaan.

Elemen dalam sistem harus berhubungan dan berkaitan dalam

pencapaian tujuan organisasi pada umumnya dan pencapaian divisi atau

departemen pada khususnya. Maksudnya departemen akuntansi yang

memiliki sistem akuntansi yang handal dan efektif, departemen sumber

daya manusia dengan merekrut karyawan yang berkualitas dan bermoral

dapat mendukung departemen penjualan dalam pencapaian tujuan

25

(41)

organisasi yaitu meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya

meningkatkan laba perusahaan sehingga kekayaan pemegang saham

meningkat.26

Seperti yang telah disebutkan, setiap sistem (yang umumnya

terbuka itu) merupakan tempat memproses, mengolah, mengubah, atau

mentransformasikan bahan-bahan yang disebut masukan (input) menjadi

sesuatu hasil karya yang biasa disebut keluaran (out-put). Contoh berikut

akan lebih memperjelas kegiatan transformasi tersebut (Shcrode dan

Voich).

Manusia Perusahaan

Mengubah makanan Mengubah unsur manusiawi

menjadi energi dan fisik menjadi energi

Mengubah energi menjadi Mengubah energi menjadi

gerakan fisik dan kegiatan mental hasil produksi

Merubah kegiatan fisik Mengubah hasil produksi

dan mental menjadi kebutuhan menjadi keuntungan

26

(42)

akan organisasi, masyarakat dan pendapatan

atau pemenuhan kebutuhan

pribadi (ego)

Proses transformasi sistem operasional ini sering dilukiskan orang

mempergunakan model masukan-keluaran (input-output model). Model

masukan-keluaran ini biasa disebut juga dengan model kotak hitam

(black-box model). Model adalah gambaran mengenai sesuatu realitas untuk

menggambarkan bagaimana sesuatu itu tampaknya atau bagaimana

bekerjanya guna memudahkan memahami dan atau mengkajinya. Istilah

kotak hitam di sini dipergunakan untuk menunjukkan bahwa isi yang

terkandung di dalam satuan (unit) pemroses (transformasi) atau jelasnya

sistem itu tidak diketahui, jadi seperti kotak hitam. Model kotak hitam itu

sendiri digambarkan atau dilukiskan orang bermacam-macam. Konsep

dasarnya demikian:27

Masukan Keluaran

27

(43)

Sering pula orang menggambarkan model kotak hitam ini dengan cara

lain, yaitu dengan menyebut si “kotak hitam” itu dengan “proses” karena

melihatnya dari sudut ada kegiatan pemrosesan di dalam kotak tersebut.28

2. SistemOperasional

Fungsi sistem operasional di dalam organisasi bisnis merupakan

bagian yang memproduksi barang atau jasa di dalam menghasilkan

produk. Sistem opersional itu sendiri merupakan bagian dari sistem di

dalam organisasi yang memproduksi barang secara fisik, seperti Mobil,

TV, Kulkas, Susu Instan, Boneka, dan lain-lain. Sedangkan jasa

pelayanan, seperti asuransi, rumah sakit, kurir, jasa transportasi

(penerbangan, darat, dan laut), dan perhotelan.29

Sistem operasional harus melakukan langkah-langkah perkiraan

berdasarkan informasi tentang permintaan yang diperoleh (hasil

pengamatan dan penelitian).

Di dalam memproduksi barang atau jasa, akan dapat terjadi

penambahan sumberdaya lainnya yang dibutuhkan untuk melengkapi dan

28

Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori sistem, h. 41 29

Manahan P.Tampubolon, Manajemen Operasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 1

(44)

menyempurnakan proses konversi tersebut, sehingga output yang

dihasilkan sesuai dengan selera yang diinginkan.

Sistem konversi di dalam operasional jasa dapat dilihat pada

gambar berikut ini. Di mana sistem operasioal dilihat dari beberapa

organisasi atau perusahaan, seperti hotel, restoran, rumah sakit, bank,

jasa penerbangan, jasa pendidikan universitas.

Sistem Operasional Usaha Jasa.30

OPERASIONAL MASUKAN (INPUTS) KELUARAN (OUTPUTS)

HOTEL Resepsionis, BellBoy,

Laundry, Staf, Peralatan,

Perlengkapan dan Energi

Jasapenginapan, Layanan

menyenangkan, Kepuasan

layanan Laundry, Transpor

RESTORAN Juru masak, Penerima tamu,

Bahan makanan, Peralatan

Makanan, Layanan yang

menyenangkan, Kepuasan

RUMAH SAKIT Dokter, Perawat, Staf,

Peralatan, Perlengkapan

Jasa pelayanan kesehatan,

dan Kesehatan pasien

BANK Teller, Staf, Peralatan

komputer dan Sistem Up to

Date, dan Energi

Pelayanan jasa keuangan

PENERBANGAN Pesawat, Perlengkapan

pilot, Pelayanan

penerbangan, Perawatan,

Transportasi udara dari satu

lokasi ke lokasi lain

30

[image:44.595.109.519.212.736.2]
(45)

Tenaga kerja, dan Energi

UNIVERSITAS Fakultas, Staf pengajar, Staf

administrasi keuangan,

Peralatan, Perlengkapan,

Energi dan Ilmiah

Mahasiswa yang didik,

Penelitian, Pengabdian pada

masyarakat

Dari uraian definisi tentang sistem operasional diatas maka penulis

menyimpulkan bahwasannya yang dimaksud dengan sistem operasional

koperasi yaitu merupakan keterkaitan kumpulan sasaran dan aktivitas di

dalam organisasi koperasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya

dalam mencapai tujuan dari organisasi koperasi. Jika di dalam organisasi

bisnis sistem operasional merupakan bagian yang memproduksi barang atau

jasa di dalam menghasilkan produk. Maka di dalam organisasi koperasi

adalah bagian yang menghasilkan kegiatan-kegiatan usaha yang mengarah

kepada tujuan organisasi. Adapun tujuan yang paling umum dari berbagai

macam jenis koperasi yang ada di Indonesia adalah kesejahteraan ekonomi

bagi para anggotanya.

D. KesejahteraanEkonomi

1. PengertianKesejahteraan

Kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan

individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup

(46)

relatif oleh berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat

tingkat kelayakan ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat

atas kondisi sosial, material, dan psikologis tertentu.31

Kesejahteraan dapat diperoleh dengan berbagai cara, Midgley

(1997) mengulas beberapa usaha yang dilakukan masyarakat guna

mencapai taraf kesejahteraan, antara lain pembangunan ekonomi dan

penciptaan lapangan kerja. Pembangunan bidang pendidikan kesehatan

dan penciptaan kebijakan-kebijakan sosial yang memberi jaminan atas

pemeliharaan dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Selain itu

kesejahteraan juga dapat dipahami sebagai keadaan lahiriyah yang

diperoleh dalam kehidupan duniawi yang meliputi kesehatan, sandang,

pangan, papan, perlindungan hak asasi dan sebagainya.

Kesejahteraan dipahami sebagai hak dasar manusia yang bersifat

universal, sehingga setiap orang berhak atas suatu tingkat kesejahteraan

yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu, usaha-usaha

pemeliharaan tingkat kesejahteraan dapat dipandang sebagai usaha

pemenuhan hak-hak asasi manusia.32

2. Kesejahteraan Ekonomi Anggota

Koperasi sebagai badan usaha harus mampu mengembangkan

usaha dan kelembagaan, termasuk menciptakan profit, benefit, dan

efisiensi serta meningkatkan kesejahteraan anggota. Koperasi sebagai

31

Kusmana, Bunga Rampai: Islam dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project, 2006), h. 32.

32

(47)

gerakan ekonomi rakyat berperan serta untuk mewujudkan masyarakat

yang maju, adil, makmur dalam tata perekonomian nasional yang disusun

sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi,

oleh karena itu pemberdayaan koperasi bukan hanya di tangan

pemerintah, tetapi seluruh masyarakat, khususnya para anggota koperasi.

Koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan usaha lainnya

dan secara spesifik memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi,

dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur moral dan etika. Nilai-nilai

dasar koperasi merupakan aspek penting yang membedakan antara

koperasi dan badan usaha ekonomi lainnya karena dalam nilai koperasi

terkandung unsur moral dan etika yang tidak dimiliki oleh semua badan

ekonomi lainnya. Adapun rumusan nilai yang dianut adalah merupakan

landasan untuk pengambilan keputusan, yang terdiri atas menolong diri

sendiri, memiliki tanggung jawab pribadi, demokrasi, persamaan,

keadilan, dan kesetiakawanan.

Nilai-nilai yag terkandung dalam menolong diri sendiri (self-help)

dan percaya pada diri sendiri (self-reliance) serta kebersamaan

(cooperation) dalam lembaga koperasi akan melahirkan efek sinergis.

Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi

untuk mampu bersaing dengan lembaga ekonomi lainnya. Hal itu dapat

(48)

sertanya, baik sebagai pemilik maupun sebagai pengguna jasa dalam

koperasi yang bersangkutan.33

Sebagai organisasi ekonomi, pendirian koperasi tidak mungkin

dilepaskan dari alasan-alasan ekonomis. Yang dimaksud dengan alasan

ekonomis ialah pertimbangan kemanfaatan ekonomis yang akan

diperoleh seseorang bila ia bergabung menjadi anggota koperasi. Tanpa

alasan ekonomis, maka dasar pendirian koperasi serta alasan seseorang

untuk menjadi anggota koperasi sulit dipertanggungjawabkan.

Alasan-alasan ekonomis untuk pendirian dan atau menjadi anggota koperasi

dalam garis besarnya sebagai berikut:34

a. Menekan biaya usaha

Salah satu alasan terpenting untuk mendirikan dan bergabung

menjadi anggota koperasi adalah untuk menekan biaya usaha. Jika

petani kecil menyatukan usahanya ke dalam Koperasi Unit Desa

(KUD), maka beban usaha petani tersebut akan berkurang

dibandingkan kalau tiap petani mengerjakan usahanya

sendiri-sendiri.

b. Meningkatkan pelayanan kepada anggota

Salah satu tujuan koperasi adalah mendirikan atau

meningkatkan pelayanan kepada para anggota. Jasa-jasa ini

sebelumnya sulit diperoleh. Sebagai contoh, Koperasi Pertanian

sebagaimana di atas, maka sebelum bersatu dalam koperasi, para

33

Pariaman Sinaga, Koperasi Dalam Sorotan Peneliti, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 448

34

(49)

petani tidak dapat menikmati manfaat dari pembelian pupuk

bersama.

c. Membuka kesempatan bergabung dalam suatu badan usaha.

Dengan menjadi anggota koperasi, maka orang yang bermodal

kecil akan terangkat harga dirinya. Sebagai anggota koperasi ia

berhak ikut serta menentukan jalannya perusahaan bersama-sama

dengan anggota lainnyayang turut dalam rapat anggota. Pendek kata

dengan ikut sertanya orang-orang yang terbatas kemampuan

ekonominya dalam koperasi akan memberi peluang bagi mereka

untuk ikut serta secara aktif dalam membangun perekonomian.

Dalam UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3

disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut mengandung makna bahwa

meningkatkan kesejahteraan anggota adalah menjadi program utama

koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi, pelayanan anggota merupakan

prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.35

Dan apabila nantinya mempunyai kelebihan kemampuan, maka

usaha tersebut diperluas ke masyarakat di sekitarnya. Karena anggota

koperasi pada dasarnya juga merupakan anggota masyarakat, maka

35

(50)

dengan jalan ini secara bertahap koperasi ikut berperan meningkatkan

taraf hidup masyarakat.36

Karena disamping itu juga tujuan utama ekonomi kerakyatan pada

dasarnya adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

mengendalikan jalannya roda perekonomian.

Tujuan mendirikan sebuah koperasi adalah untuk membangun

sebuah organisasi usaha dalam memenuhi kepentingan bersama, dari para

pendiri dan anggotanya di bidang ekonomi. Sebagai organisasi usaha,

penerapan asas ekonomi dan asas hukum menjadi jelas, asas ekonomi

adalah memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi dalam berusaha, sedangkan asas hukum adalah

memenuhi semua prinsip-prinsip hukum dalam usaha yang berbadan

hukum.

Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak

hanya dituntut mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi

juga mengembangkan sumber daya anggota melalui pendidikan dan

pelatihan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan

sehingga anggota semakin profesional dalam melakukan usaha-usaha

sebagaimana badan usaha lain, seperti sektor perdagangan, industri

manufaktur, jasa keuangan dan pembiayaan, dan lain-lain. Maksud dan

tujuan pendiriran koperasi juga merupakan ketentuan yang harus

dimasukkan ke dalam AD. Maksud dan tujuan pendirian koperasi

36

(51)

tersebut secara formal dan umum dapat dirumuskan untuk mewujudkan

kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat non-anggota

pada umumnya.37

Selanjutnya, fungsi koperasi tertuang dalam pasal 4 UU No 25

tahun 1992 tentang perkoperasian yaitu:38

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagi

sokogurunya

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

3. Indikator Kesejahteraan Ekonomi

Koperasi didirikan dengan tujuan untuk membantu dalam hal

pemenuhan kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada

umumnya. Prinsip seperti ini harus benar-benar dijalankan oleh

organisasi yang menanamkan dirinya sebagai koperasi. Dan manfaat

37

Andjar Pachta W, dkk, hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha, Cet. Ke-2, h. 82-83

38

(52)

koperasi yaitu memberi keutungan kepada para anggota pemilik saham,

membuka lapangan kerja bagi calon karyawannya, memberi bantuan

keuangan dari sebagian hasil usahanya untuk mendirikan sarana ibadah

sekolah dan sebagainya. Maka jelaslah bahwa dalam koperasi ini tidak

ada unsur kezhaliman dan pemerasan, pengelolanya demokratis dan

terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian kepada anggota sesuai

dengan peraturan-peraturan yang berlaku.39

Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari

peningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna sangat luas

dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat

berbeda satu sama lain. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang

tidak pernah merasa puas, karena itu kesejahteraan akan terus dikejar

tanpa batas. Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan

sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas

ekonomi yang dilakukan oleh anggota dilakukan melalui koperasi. Dalam

pengertian ekonomi, tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan

tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil seseorang atau

masyarakat meningkat, maka kesejahteraan ekonomi seseorang atau

masyarakat tersebut meningkat pula. Sejalan dengan hal itu, maka

apabila tujuan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya,

39

(53)

maka berarti pula koperasi tersebut diwujudkan dalam bentuk

meningkatnya pendapatan riil para anggotanya.40

Menurut Poernomosidi pendapatan per kapita bukan merupakan

indikator tingkat kesejahteraan wilayah yang tepat. Sebagai contoh, suatu

wilayah berpendapatan per kapita tinggi karena merupakan penghasil

kekayaan sumberdaya alam (pertambangan) yang sangat potensial, tetapi

tidak tersedia pelayanan dokter ahli bedah jantung, sehingga penderita

sakit jantung terpaksa harus berobat ke ibu kota negara (Jakarta).

Tersedianya pelayanan dokter ahli (dalam contoh) merupakan suatu

kemudahan dalam memenuhi pelayanan di bidang kesehatan.

Kemudahan (easyness) diartikan sebagai tersedianya fasilitas

pelayanan (ekonomi dan sosial) sehingga masyarakat dapat memenuhi

berbagai kebutuhan hidupnya, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan,

informasi, pelayanan ibadah, dan lainnya. Tersedianya fasilitas

kemudahan yang mampu memberikan pelayanan pemenuhan sebagai

kebutuhan kepada masyarakat, berarti masyarakat merasa berkecukupan

atau berkesejahteraan. Karena berbagai kebutuhan, keinginan, dan

kepentingan hidupnya dapat terpenuhi dengan cukup, dengan mudah dan

lancar.

Mengingat potensi, kondisi, dan karakteristik wilayah-wilayah itu

berbeda-beda (bervariasi) secara fisik, ekonomi, dan sosial satu sama

lainnya dan bilamana berbagai kebutuhan hidup masyarakatnya dapat

40

(54)

dipenuhi dengan mudah, cukup dan lancar, maka dapat dikatakan

masyarakat wilayah tersebut sudah sejahtera. Dengan demikian, tingkat

kemudahan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan

terutama dilihat dalam konteks pencapaian sasaran pengembangan

wilayah. Teori simpul jasa distribusi menghubungkan simpul (pada

umumnya adalah kota) yang merupakan konsentrasi penduduk dalam

jumlah besar dan berbagai kegiatan produktif serta tersedianya

kemudahan (yang umumnya terdiri dari fasilitas pelayanan). Semakin

tersedia fasilitas pelayanan yang memberikan kemudahan,

memungkinkan berkembangnya kegiatan ekonomi, yang berpengaruh

terhadap meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, yang berarti

peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.41

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan, bahwa dalam

mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pendapatan riil

masyarakat dan dari fasilitas ekonomi-sosial yang mudah dijangkau oleh

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam

koperasi pendapatan riil, dapat dilihat melalui SHU yang dibagikan

kepada anggota koperasi, dan dari fasilitas ekonomi-sosial yang mudah

dijangkau, dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan usaha koperasinya.

41

(55)

46 A. Sejarah Berdirinya <

Gambar

GAMBARAN UMUM KOPONTREN AL-AMANAH AL-
gambar berikut ini. Di mana sistem operasioal dilihat dari beberapa
GAMBARAN UMUM KOPONTREN
Tabel Sisa Hasil Usaha (SHU) Tahun 2012 dan 20139
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa khusyuk dalam al-Qur’an mengandung beberapa pesan, yaitu: Pertama, khusyuk merupakan sikap yang harus dihadirkan

Menunjuk salah satu siswa mengulang mufradat yang baru saja diucapkan guru, dilanjutkan dengan siswa yang lain. 11 Mengulangi lagi dengan mufradat

Prosentase yang sangat kecil pada sumbangan dari kemampuan kalkulus integral kemungkinan disebabkan oleh cakupan materi persamaan differensial yang lebih banyak melibatkan

1.20.14 Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan. Belanja

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk cabang Pasuruan khususnya dalam prosedur penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) pada masyarakat kota Pasuruan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksnakan pada tanggal 6 Februari sampai 21 Maret di Tunas Farm Desa Kalisari Dusun

pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal