• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan pembelajaran konstrutifisme pada pendidikan agama Islam Di Madrasah Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan pembelajaran konstrutifisme pada pendidikan agama Islam Di Madrasah Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MADRASAH ALIYAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Oleh:

NOVI GIYANTI

104011000108

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i DAFTAR ISI

1. DAFTAR ISI ... i

2. Ucapan Terima kasih ... iii

3. Abstraksi ... iv

4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan masalah . ... 4

3. Perumusan Masalah . ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

5. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengembangan dan Pembelajaran 1. Pengertian Pengembangan dan Pembelajaran ... 7

2. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

B. Pendidikan Agama Islam 1. Ruang Lingkup ... 13

2. Karakteristik Pendidikan Agama Islam ... 14

C. Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Pendidikan Agama Islam 1. Implikasi Konstruktivisme Pada Teori-Teori Belajar.. ... 15

2. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran ... 16

D. Kedududkan CBSA dalam Konstruktivisme 1. Dasar-Dasar Pemikiran CBSA. ... 18

6. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Unit Analisis 1. Key Informent ... 21

(6)

i B. Disain Penelitian

1. Metode Penelitian ... 22

C. Aspek Penelitian ... 23

D. Tekhnik Pengumpulan Data 1. Observasi ... 23

2. Wawancara ... 24

3. Analisis Dokumen ... 24

4. Angket ... 24

E. Tekhnik Analisis Data ... 26

7. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah ... 28

B. Analisis Data . ... 35

C. Interpretasi Data . ... 54

8. BAB V KESIMPULAN ...63

(7)

i UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil'alamiin akhirnya selesai Juga penulisan karya ilmiah

ini. segala keringat dan jerih payah yang telah diupayakan hingga selesainya

tulisan ini juga tak luput dari dukungan semua pihak yang terkait. Dukungan

materi, dan non materi amatlah dirasakan penulis dalam menyelesaikan rangkaian

kata-demi kata dalam karya ilmiah ini, ucapan terima kasih tersebut diberikan

khusus kepada :

1. Allah SWT yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas

ilmiah ini.

2. Muhammad saw sebagai sang motivator dan inspirator pertama penulis

dalam berjuang untuk kehidupan pendidikan islam yang lebih baik.

3. Orang tua tercinta, bapak Lukman Hakim dan Ibu Prihatin yang tak

pemah lelah memberikan dukungan moril dan materil serta

menyematkan nama ananda penulis dalam setiap bait doanya. You are my everythingwithout you I am nothing ..

4. Dosen pembimbing skripsi Ibu Zunaydatul Munawwaroah M.Ag dan

ibu Siti Khadijah M.A yang telah membimbing dan memberikan

dorongan semangat selama kepenulisan karya ilmiah ini.

5. Drs. Eni Rosyda Syarbaini M.Psi selaku dosen pembimbing akademik

yang tak pemah lelah memberikan semangat selama masa-masa kuliah

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Dr. Abd. Fattah Wibisono.dan Dra. Manerah selaku dosen penguji yang

memberikan banyak masukan dalam proses sidang dan pengujian

skripsi.

7. Dr. Abd. Fattah Wibisono selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam beserta jajarannya yang telah banyak memberikan bantuan berupa

(8)

i 8. Teman-teman seperjuangan di jurusan PAI. Selama 4 tahun

kebersamaan kita susah dan senang kita lalui dalam sebuah harapan

mimpi kita di masa depan akan terwujud indah.

9. Teman-teman seperjuangan dalam kepenulisan skripsi. Deden

Sholihatunnida, Fitria Muthaminnah, Nadzirotulilmiah dan Winniy.

Selamat dan sukses untuk kita semua

10. Teman-teman Kelas C PAI angkatan 2004 baik yang masih setia

dikelas C ataupun yang sudah tumbang satu persatu. Susah senang

kita bersama, kita muda, beda dan berkarya. Teruskan perjuangan

mimpimu kawan. You rock!!

11. Sahabatku Era, Yuli dan Pipit yang memberikan semangat dan

keceriaan saat penulis mengalami kebosanan. Peluk dan cium untuk

kalian akhwat cihuy!!

12. Sahabat-sahabat di Lembaga Dakwah Kampus, KAMMI, DPMU

PIM, dan BEM-J PAI yang selalu menjadi inspirator. Kalian semua

kereeenn!!

13.Teman-teman team relawan RZ cabang Jaksel. Tak ada kata aku yang

ada adalah KITA.

14. Remaja Al-Hasanah Tonny, Yudi, Kak Bunga, Mas Ari, Mbak Ida,

Mas Ali, Vila, Afa, Feli dan lain-lain. Terima kasih atas doa dan

(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berlandaskan pada Undang-undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang tujuan pendidikan yaitu membentuk peradaban bangsa yang bermartabat, cerdas, kreatif. kompetitif dan memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan dibidang skill dan keilmuwan dan beriman serta bertakwa kepada tuhan yang maha esa. Selain itu terdapat sebuah keingintahuan penulis pada pendidikan yang berupaya melejitkan semua potensi Siswa.

Pembelajaran konstruktifisme memiliki daya tarik tersendiri bagi penulis dalam meneliti pengembangan pembelajaran ini secara lebih jauh. Terdapat keingin tahuan penulis kepada pembelajaran konstruktifisme khususnya yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah ternama. Point penting yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini adalah tahapan-tahapan pengembangan dan sesuaikah pengembangan yang dilakukan sekolah objek penelitian dengan idealnya pembelajaran konstruktifisme khususnya pada pendidikan agama islam.

Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin melihat gambaran dari pengembangan pembelajaran konstruktifisme dari sekolah objek penelitian, menguraikan langkah-langkahnya dan mencari faktor-faktor penunjang pengembangan pembelajaran. Selain tujuan, penelitian ini juga memiliki beberapa manfaat yaitu menambah pengetahuan tentang pembelajaran konstruktifisme, sebagai bahan rujukan para tenaga pendidik dalam mengembangkan pembelajaran lebih efektif, dan memotivasi peneliti lain dalam meneliti pembelajaran ini lebih jauh.

Kajian teori yang dibahas dalam penelitian ini menguraikan beberapa poin penting yaitu hakikat dari pengembangan dan pembelajaran konstruktifisme, sejarah lahirnya pembalajaran konstruktifisme hingga ciri-ciri pembelajaran konstruktifisme. Karena pembelajaran ini dikolaborasikan dengan pendidikan agama islam, penulis juga mengkaji tentang bagaimana pendidikan agama islam, tujuan pendidikan agama islam hingga tujuan pendidikan agama islam. Bukan hanya itu, dalam penulisan ini penulis juga mengungkapkan beberapa karakteristik pendidikan agama islam yang dapat dikombinasikan dengan pembelajaran konstruktifisme.

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terutama di kelas II. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan data statistik yang diuraikan secara deskriptif. Dengan kata lain, penelitian ini bukanlah penelitian kualitatif murni. Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, observasi, wawancara, dan analisis dokument RPP dan silabus. Key informent dalam penelitian ini adalah guru Agama Islam. Tujuan dari key informent itu sendiri untuk melengkapi data dan memferifikasi kecocokan dari data angket yang telah disebar kepada 20 siswa.

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah keseluruhan siswa

2. Tabel 2 Angket

3. Tabel 3 Diskripsi data angket

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pengesahan Judul

2. Surat Keterangan Penelitian

3. Surat Pernyataan Karya Sendiri

4. Struktur program

5. Angket

6. Hasil wawancara

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi SDM.

melalui kegiatan belajar mengajar, karena pendidikan merupakan bagian dari

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat meningkatkan kualitas manusia

Indonesia. Agar terwujud masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan,

berbudaya saing, maju dan sejahtera. Mak.a haruslah didukung oteh sumber daya

manusia yang berilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

pada bab II pasal 3 tentang fungsi dan Pendidikan Nasional, Yakni :

"Pendidikan nasional berfungi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, herakhlak mulia, sehat berilmu cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” 1

Secara umum, kondisi pendidikan di Indonesia masih relatif memprihatinkan.

Nengsih Juanengsih mengidentifikasi pendidikan dari tujuh indikator misalnya,

lulusan PT belum sepenuhnya siap memasuki dunia kerja, Humas Development index Indonesia masih rendah (HDI), yakni peringkat III dari 117 negara,

International Education Achivement (IEA) menunjukkan kemampuan siswa SD di Indonesia berada pada tingkat 38 dari 39 yang disurvey, Programme for International Student Assesement (PISA) pada tahun 2003 menempatkan peringkat Indonesia pada 38 dari 41 negara yang disuvey, perguruan tinggi favorit

di Indonesia berada di posisi ke 61 dan 68 dari 77 PT yang disurvey di Asia

(Asiaweek,2000) dan IPTEK masih ketinggalan dibanding dengan negara-negara

tetangga. 2

1

Undang.Undang RI Nomor 10 Thun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: PT. Kloang Klede Putra Timur.2003), h.6

2

(13)

2 Bukan hanya itu, pendidikan yang memiliki visi dan tujuan selain

mencerdaskan kehidupan bangsa juga harus dapat mengembangkan potensi

peserta didik agar dapat menjadi makhluk yang beriman dan bertakwa, belum juga

mampu memerangi bahaya-bahaya pergaulan yang kemungkinan dapat terjadi

pada peserta didik.

Lazimnya, pengajaran di negara kita adalah pembelajaran yang bersifat

klasik dan telah sekian lama dilakukan oleh para pendidik. Inilah yang dimaksud

dengan pernbelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang lazim dan pada

umumnya digunakan. 3

Pembelajaran monoton dan konvensional semakin lama semakin

diarahkan menjadi pembelajaran dengan sistem student centre. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat aktif dalam pembelajaran yang tengah mereka jalani

sehingga mereka dapat memberi solusi terhadap permasalahan baru yang ia

hadapi khususnya di lndonesia dengan mengedepankan akal dan hati yang harus

berjalan dengan beriringan.

Dewasa ini, pemerintahan pusat dan daerah mulai menggiatkan sosialisasi

dan pelatihan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menjadi acuan

bagi pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini adalah kelanjutan dari kurikulum

berbasis kompetensi yang menekankan pada kompetensi peserta didik dalam

pembelajaran.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memberikan banyak

peluang kepada sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pada

dasarnya kurikulum ini membiasakan institusi pendidikan seperti sekolah, untuk

dapat mengembangkan kelebihan yang dimiliki oleh sekolah. Karena

bagaimanapun juga sekolah adalah tempat terdekat peserta didik disamping

keluarga dan masyarakat yang juga memiliki andil besar dalam mengoptimalkan

peran peserta didik dalam belajar.

3

(14)

3 Dari lahirnya kurikulum ini, para pakar pendidikan banyak menelurkan

gagasan-gagasan baru dalam pendidikan nasional. Salah satunya adalah

pembelajaran kontekstual yang mengarah kepada pembelajaran konstruktivisme.

Walaupun teori konstruktivisme ini telah lama ada, namun baru kali ini mulai

digaungkan oleh banyak kalangan pakar pendidikan. Terlepas dari manakah yang

lebih dulu antara kontekstual yang menjadi dasar pembelajaran konstruk atau juga

sebaliknya.

Pembelajaran konstruktivisme, yang lebih mengedepankan pembangunan

ilmu pengetahuan anak didik oleh dirinya sendiri menjadi trend center pendidikan saat ini. Pembelajaran ini diharapkan membawa angin segar dalam dunia

pendidikan terlebih lagi dalam Pendidikan Agama Islam yang cenderung

mengajarkan pada anak hanya sebatas pembelajaran yang bersifat dogmatic

dengan metode yang konvensional, monoton, dan kurang rnernperhatikan daya

fikir dan kreatifitas peserta didik.

Proses berfikir ada karena adanya keingintahuan. Dan rasa ingin tahu

timbulah proses berfikir dan kemudian menjadi suatu ilmu pengetahuan. Manusia

adalah satu makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara bersungguh-

sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan namun sebatas untuk kelangsungan

hidup.4

Guru merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kreatifitas siswa

di sekolah. Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk merangsang dan

meningkatkan potensi siswa, sikap dan perilaku kreatif siswa khususnya dalam

Pendidikan Agama Islam.

Setelah dikemukakan beberapa penjelasan mengenai latar belakang fakta

pendidikan di lndonesia peneliti tergelitik untuk mengungkapkan bagaimana

pengembangan pembelajaran konstruktifisme dalam pembelajaran agarna islam

yang bersifat dogmatik. Oleh karena itu, peneliti rnengambil judul:

"Pengembangan Pembelajaran Konstruktifisme Pada Pendidikan Agama

Islam di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta"

4

(15)

4 Adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah :

a. Sifat dari pembelajaran agama islam yang dogmatik dan hampir tidak

memberikan ruang kepada anak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

secara optimal

b. Mengambalikan identitas pembelajaran ke arah sebenamya yaitu reinvensi

kebermaknaan dalam pembelajaran.

c. Mencari altematif pada model pembelajaran yang lebih dinamis

B. Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain

a) Apakah pembelajaran konstruktivisme telah dilaksanakan secara optimal

pada Pendidikan Agama Islam

b) Bagaimanakah tahapan pengembangan pembelajaran konstruktivisme pada

Pendidikan Agama Islam

c) Apakah faktor-faktor penghambat pada pelaksanaan pengembangan

kontstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan masalah yang telah diungkapkan maka

perlu dibatasi, diantaranya adalah :

a) Konstruktifisme yang diteliti adalah konstruktifisme sosiologis, karena

melihat pembelajaran agama islam ini adalah termasuk ke dalam bidang

sosial.

b) Tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi faktor-faktor pendukung dan

penghambat

c) Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah Pendidikan Agama Islam

(16)

5 d) Selain konstruktifisme yang dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran,

konstruktifisme ini juga ditinjau dari sikap dan tingkah laku langsung

siswa

3. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah dibatasi, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

a). Bagaimana langkah-langkah pengembangan pembelajaran

konstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam?

b). Apa sajakah faktor-faktor penunjang pengembangan konstruktivisme

pada Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah terlahirlah tujuan dari penelitian. Penelitian ini

memiliki beberapa tujuan sebagai barometer keberhasilan yang telah dirumuskan

yaitu:

a). Penelitian ini berupaya melihat gambaran mengenai langkah-langkah

pengembangan pembelajaran yang telah digunakan oleh Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah jakarta pada Pendidikan

Agama Islam

b). Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari faktor-faktor penunjang

pengembangan konstruktifisme pada agama islam begitu pula faktor

penghambatnya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

a) Menambah pengetahuan lebih dalam lagi tentang pembelajaran

konstruktivisme khususnya bagi para pendidik atau guru.

b) Sebagai bahan rujukan untuk para guru Pendidikan Agama Islam dalam

(17)

6

(18)

7 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Pembelajaran konstruktivisme

1. Pengertian Pengembangan dan Pembelajaran

Pengembangan berasal dan kata dasar kembang yang berarti tumbuh.

Sedangkan imbuhan pe-akhiran an diartikan sebagai prefiks nominal atau bertalian dengan prefiks verbal juga dapat diartikan sebagai sebuah proses.5 Pengembangan juga diartikan dalam kamus B.lndonesia karangan W.J.S

Purwadarminto sebagai (1). Mekar dan terbuka, (2). Menjadi besar (luas dan

banyak), (3). Menjadi bertambah-tambah sempuma. 6 jika diartikan secara istilah,

pengembangan adalah suatu proses yang terus menerus tumbuh dan berkembang.

Pengembangan senantiasa diikuti oleh pengalaman-pengalaman,

prinsip-prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang

terkendali. 7

Sedangkan untuk mengetahui makna pembelajaran memang tidak bisa

dipisahkan dengan kata dasamya yaitu belajar. Banyak para ahli yang

mendefinisikan perilaku belajar salah satunya yaitu Gagne. Gagne mendefinisikan

belajar sebagai perubahan kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara

terus menerus dan bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. 8

Definisi yang agak sistematik dikemukakan oleh Lindgren dalam bukunya

Psyhcology of personal and social adjusment adalah: "Learning is the process of

5

DepDikbud, Kamus Besar B.ldonesia (Ba1ai Pustaka: Jakarta,1988) h.

6

W.J.S. Purwadarminto (Balai Pustaka: Jakarta, 1986) h. 473

7

A.Tresna Sastra Wijaya. M.sc. pe:ngembangan program pengajaran. (Surabaya:Rineka Cipta 1991), cet. 1 h. 14

8

(19)

8

becoming nature emotionally, intellectually add socially". 9 menurut Lindgren, orang yang belajar akan terbebas dari ilusi dan delusi (angan-angan, khayalan dan

kecerobohan).

Secara psikologis belajar itu adalah suatu usaha sadar yang terjadi dalam

diri manusia. Melalui input dan alat indera yang dapat mengetahui serta merasakan yang kemudian diinternalisasikan melalui proses kejiwaan yaitu

diolah, diasosiasikan dan disimpulkan. Kemudian proses itu menjadi bagian dari

diri orang yang belajar dan dikenal sebagai output. Dengan input yang beraneka ragam dan diproses, maka individu yang belajar tersebut akan mengalami

perubahan atau modification.

Pengertian pengembangan dan pembelajaran diawali dengan kata dasar

masing-masing kata. Kata dasar dan masing-masing kata yang telah diketahui,

kemudian ditambahkan imbuhan yang menjadi prefiks nominalnya.

Sedangkan Pembelajaran berasal dari kata dasar 'Belajar' yang memiliki

arti sebuah perubahan yang terjadi. dalam diri seseorang setelah berakhimya

melakukan aklivitas belajar. 10 Pembelajaran atau instruction berpusat kepada tujuan yang hendak dicapai didasarkan pada perencanaan. Pembelajaran adalah

proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta

didik untuk melakukan proses belajar sesuai dengan rencana belajar yang telah

diprograrnkan. Upaya pembelajaran yang berporos pada pihak guru, direncanakan

secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah yang teratur dan terarah

dengan memperhatikan berbagai aspek. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan

proses belajar mengajar adalah merupakan dua kegiatan yang berproses dalam

satu sistem. 11

Menurut konsep komunikasi. pembelajaran adalah proses komunikasi

fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka

9

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. (jakarta: kencana, 2006), h. 258

10

Saiful Bahri Djamarah.dkk. Strategi Belajar mengajar(Rineka Cipta: Jakarta.2002)h.44

11

(20)

9 perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi suatu kebiasaan bagi siswa

yang bersangkutan. 12

Pengembangan pembelajaran yang telah diketahui dari makna

masing-masing kata dan induk kata dasarnya dapat disimpulkan bahwa pengembangan

pembelajaran adalah, suatu proses yang secara terus menerus mengembangkan

pola interaksi antara siswa, guru dan lingkungan belajar dalam rangka perubahan

sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan untuk siswa yang bersangkutan.

Karena guru dan siswa, keduanya adalah subjek dari pembelajaran yang akan

mengalami pcngembangan tersebut. Guru dan siswa dituntut melakukan inovasi

baru dalam dunia pendidikan.

2. Pembelajaran konstruktivisme

Pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajsran yang berawal dari teori

filsafat konstruktif yang dikemukakan oleh Giambatista Vico seorang

epistemology dari Itali. Dialah cikal bakal teori ini dalam ranah filsafat yang

mengemukakan “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan

dari ciptaan".13

Sedangkan dalam ranah pendidikan teori filsafat ini banyak

dikembangakan oleh Jean Piagel seorang psikolog pertama yang menggunakan

konstruktivisme dalam belajar. 14

Sedangkan pembelajaran konstruktivisme sendiri adalah pembelajaran

yang menekankan pada kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri

melalui interaksi mereka dengan objek renomena dan lingkungan sekitar. 15

Teori konstruktivisme Piagel ini juga mengemukakan beberapa istilah

yang baku untuk seseorang mencapai pengertian.

a. Skema

Skema adalah suatu struktur mental alau kognitir yang dengannya

seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi

lingkungan sekitamya. Contoh: seorang siswa yang baru melihat

12

Erman suherman dkk.,strategi pembelajaran... ,h.30

13

Paul Supamo, Filsafar Knstruktivisme Dalam Pendidikan (Kanisius:Yogyakarta,I997) h. 24

14

Paul Supamo, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan.h. 30

15

(21)

10 belut mengatakan bahwa itu ular. Dalam hal ini, anak tersebut telah

memiliki skema atau konsep tentang ular yang menurutnya saran

dengan belut. Kedua binatang yang berbeda itu dianggap saran karena

memiliki beberapa persamaan yaitu berbadan panjang tidak berkaki

dan memiliki dua mata. Anak tersebut belum dapat membedakan

antara ular dan belut yang jelas berbeda. Bila ia telah mampu melihat

perbedaan-perbedaanya, ia akan memperkembangkan skemanya

tentang belut, tidak sebagai ular lagi.

b. Asimilasi

Proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi,

konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang

sudah ada dalam pikirannya. Contoh seorang siswa yang baru pertama

kali mengenal konsep pluralisme. Dalam pikirannya ia memiliki konsep pluralism, jika ia menambahkan unsur lain dalam konsep

pluralisme ini, hingga banyak spekulasi yang memposisikan konsep

pluralisme hampir bersentuhan dengan liberalisme. ia akan tetap

memiliki skema yang sama tentang pluralisme. Bedanya adalah

skemanya tentang pluralisme semakin berkembang diperluas dan

diperinci lebih lengkap, bukan hanya sebagai pluralisme yang sempit,

melainkan pluralisme dengan bermacam-macam bentuknya dan

sifatnya.

c. Akomodasi

Akomodasi adalah memhentuk skema baru yang dapat cocok dengan

rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga

cocok dengan rangsangan itu. Contoh: seorang siswa mempunyai

skema bahwa semua agama islam itu fiqih. Hal ini diperoleh dari

abstraksinya terhadap permasalahan-permasalahan agama islam yang

pernah ditemuinya selalu bersentuhan dengan masalah hukum halal

(22)

11 agama islam tidak hanya pada masalah hukum halal haram, tetapi

permasalahan akhlak, kenegaraan, pendidikan dll. Siswa tersebut

mengalami bahwa skema lamanya tidak cocok lagi, terjadi konflik

dalam pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan terhadap skema

lamanya. Ia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema baru

bahwa permasalahan agama islam bukan hanya berputar pada hukum

halal dan haram tetapi juga akhlak, ketatanegaraan, pendidikan dll.

d. Equilibration

Equalibration adalah pengaturan diri seeara mekanis untuk mengatur

keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga sebaliknya

disequilibrition, adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan

akomodasi. Equalibrition adalah proses dari disequalibrium ke

equalibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri orang melalui

asimilasi dan akomodasi. Equalibriton membuat orang dapat

menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata).

Bila terjadi ketidak seimbangan dengan jalan asimilasi atau

akomodasi.

e. Teori adaptasi Intelek

Bagi Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual yang

dengannya pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan

dengan apa yang sudah diketahui seseorang yang sedang belajar

dengan membentuk struktur pengertian yang baru. 16. Contoh: seorang

siswa yang memiliki gambaran bahwa shalat Jum'at hanya dilakukan

oleh kaum pria saja pada hari Jum'at. Namun kenyataan baru yang ia

peroleh bahwa shalat Jum'at tidak hanya dilakukan oleh kaum pria

bahkan wanita pun diperbolehkan untuk melakukan shalat Jum'at

tetapi takaran hukumnya saja yang berbeda. Siswa tersebut

` 16

(23)

12 pada akhirnya mengubah gambaran awalnya dengan mengatakan

bahwa shalat Jum'at tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga

perempuan. Orang ini sekarang membentuk pengetahuan yang baru. Ia

telah merubah skema lama dan membentuk skema baru yang lebih

cocok dengan pengalamannya yang baru.

Pembelajaran konstruktivisme juga merupakan tujuh element penting dalam

pembelajaran kontekstual17 Pembelajaran konstruktivisme juga lebih

dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

yang lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar akan

menghasilkan kualitas yang efektif dan efisien. 18

Dalam pembelajaran konstruktivisme, posisi siswa adalah sebagai subjek,

siswa aktif, kreatif, dan juga kritis. Sedangkan guru adalah sebagai mediator.

Teori pembelajaran ini juga memandang sarana pembelajaran baik soft ware

maupun hard ware harus didesign oleh guru guna memperlancar proses pembelajaran. 19

Pengembangan pembelajaran konstruktivisme dimaksudkan untuk

menumbuh kembangkan pembelajaran yang lebih dinamis dan bermakna dengan

langkah-Iangkah yang diambil sesuai dengan ciri-ciri pernbelajaran

konstuktivisme . ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme sendiri antara lain adalah:

a) Memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan

b) Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa

c) Memperhatikan ide dan problem yang di munculkan oleh siswa

d) Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa

c) Menciptakan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen

f) Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog

g) Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama

pentingnya dengan hasil belajar

17

Tujuh Komponen pembelajaran kontekstual article ini diakses dari

http://pakguruonline.pendidikan.net/pend konteks bab2a.html pada tanggal 8-12-2008 18

M. Saechan Muchith. M.Pd. Pembelajaran Kontekstual (RaSAiL: Semarang ,2008) h. 2

19

(24)

13 h) Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa

i) Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif 20

B. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah sebuah aktivitas yang memiliki maksud tertentu, yang

diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Konsep pendidikan dalam

islam tidak dapat sepenuhnya difahami tanpa lebih dahulu memahami penafsiran

islam tentang pengembangan individu sepenuhnya.21

Pendidikan Agama Islam biasanya sering dikaitkan dengan menejemen

sikap pada diri seseorang. Pendidikan Agama Islam yang bersifat kognitif tidak

dapat dipisahkan dengan ruh didalamnya yang lebih bersifat afektif yang mengacu

pada kemantapan sikap bagi peserta didik. Secara garis besar Pendidikan Agama

diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia

agamis dengan menanamkan aqidah dan keimanan, amaliyah, dan budi pekerti

luhur atau dengan kata lain akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang

taqwa kepada Allah swt. 22 dalam buku yang sama (Metodologi Pembelajaran

Agama Islam) diterangkan bahwa metode Pendidikan Agama Islam yang sering

digunakan dalam pembelajaranya lebih banyak menggunakan kata seruan atau

ajakan, namun tidak menutup kemungkinan seorang pendidik menggunakan

pendekatan yang berbeda dengan pendekatan biasa yang digunakan.

1.Ruang Lingkup

Dalam buku ilmu pendidikan Islam, Prof. Dr.M.Arifin mengatakan bahwa

ruang lingkup Pendidikan Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di

20

Zurinal. Z, Ilmu Pendidikan:Pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan.(UIN Jakarta Press:Jakarta,2006)h.117

21

Ali Ashraf, Horison baru pendidikan islam, (pustaka firdaus, 1996) h.1

22

(25)

14 dunia. Oleh karenanya pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah islamiyah

dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses

kependidikan yang berjalan diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan

kependidikan.23

Selain itu, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga melipuli aspek

aspek sebagai berikut. 1. AI Qur'an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5.

Tarikh dan Kebudayaan islam.24 Pendidikan Agama Islam menekankan

keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan

Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia

dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya

Dari penjelasan di atas, jelas sudah bahwa Pendidikan Agama Islam

bersifat menyeluruh, Pendidikan Agama Islam tidak hanya berbicara mengenai

kognitif saja ataupun afektif namun Pendidikan Agama Islam melingkupi semua

bidang kehidupan manusia.

Bila kita jabarkan Pendidikan Agama Islam yang ada dalam

kurikulum-kurikulum sekolah, seperti aqidah akhlak, fiqih, tarsir hadits dan juga sejarah

kebudayaan islam, memiliki karakteristik-karakteristik yang membidani semua

aspek pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keempat kategori

dalam agama islam di sekolah, masing-masing memiliki implementasi sendiri

dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.Karakteristik Pendidikan Agama Islam

Islam sebagai sebuah ajaran agama juga merupakan jalan hidup manusia

sangatlah apresiatif terhadap perkemhangan diri dan fikiran manusia. Bahkan

islam sendiri mengakui akal manusia sebagai salah satu sumber untuk

mendapatkan pengetahuan. Namun, pada realitanya. akal tidak mampu berdiri

sendiri tanpa bantuan indera yang berperan sebagai navigator. Kemudian diantara

23

M Arifin. IImu Pendididkan Islam; tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy,……….h. 9

24

(26)

15 keduanya terdapat wahyu yang menjadi penengah yang menetralisir keduanya saat

beroprasi karena kondisi keduanyalah yang amat terbata. Akhirnya ilmu dirancang

dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan

kekuatan spiritual yang bersumber dari wahyu Allah S.W.T. berupa wahyu.25

Dengan demikian kurikulurn Pendidikan Agama Islam di sekolah memuat

materi dari ketiga hal tersebut, yakni akal, indera, dan wahyu. Dalam konteks

konstruktivisme, materi Pendidikan Agama Islam yang memiliki karakteristik

akliyah dan inderawi secara penuh dapat digunakan, sedangkan yang bersifat

transenden (wahyu) secara penuh tidak dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivisme.

Begitu pula materi Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki ciri dan

karakteristik tertentu. Akidah keimanan memiliki karakteristik sebagai dogmatic doktriner, kemudian, fiqih berkarakteristik legal-formal, akhlak yang memiliki karakteristik normatif, sejarah yang informatif-faktual, dan AI-Qur'an Hadits yang memiliki karakteristik teknis-kontekstual. 26

Pembelajaran Konstruktivisme Pada Pendidikan Agama Islam

1. Implikasi konstruktivisme pada teori-teori belajar

Membedah suatu teori yang mendasari suatu pembelajaran dalam

pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan teori-teori belajar yang menjadi

landasan dalam pelaksanaan pendidikan. Ada beberapa teori dalam belajar yaitu:

Teori perubahan konsep, teori Bermakna Ausebel, teori Conectionisme, Behaviourisme dan maturasionisme.

Teori perubahan membedakan perubaban menjadi dua macam perubahan

konsep yaitu : perubahan yang kuat dan yang lemah. Perubahan konsep yang kuat

terjadi bila seseorang mengakomodasi terhadap konsep yang telah ia punyai

ketika berhadapan dengan fenomena yang baru.

25

Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik (Jakarta : Penerbit Erlangga,2005).h. 125

26

(27)

16 Sedangkan teori asimilasi Ausebel bagaimana belajar terjadi. yaitu bila

siswa mengasimilasi apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang telah ia

punyai sebelumnya. Dalam hal ini pengetahuan seseorang harus selalu

diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena dan pengalaman-pengalaman

yang baru.

Selanjutnya teori conectionisme yang lebih dikenal dengan teori stimulus dan respen ini mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dengan adanya

stimulus dan respon. 27 dengan kata lain belajar adalah suatu yang

mengintegrasikan, mengakomodasi serta mengkoordinasi keadaan lingkungan

sekitar. Keadaan lingkungan sekitar adalah stimulus yang akan merangsang

kembali pengetahuan yang kemudian dilanjutkan oleh respon dari fenomena yang

telah diakomodasi menjadi sebuah pengetahuan.

2. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukan sekedar memindahkan dari guru

ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan dari siswa membangun

sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam

membentuk pengetahuan, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu

bentuk belajar sendiri.

Menurut teori ini seorang guru berperan sebagai mediator dan bukan

seseorang yang serba mengerti. Guru sebagai fasilitator yang membantu agar

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Tekanan ada pada siswa yang belajar

bukan pada guru dan disiplin. Fungsi-fungsi mediator pun salah satunya adalah:

(1) menyediakan pengalaman belajar, (2) menyediakan atau memberikan

kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid, (3) Memonitor,

mengevaluasi dan menunjukkan apakah pengetahuan murid berjalan atau tidak.

Agar pembelajaran berjalan secara optimal langkah-Iangkah guru dalam

hal ini adalah (1) Penguasaan bahan dan materi. (2) Strategi mengajar. (3). Trik

mengevaluasi proses belajar siswa.

Dalam strategi pembelajaran. guru harus dapat berinteraksi dengan siswa

untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui, guru harus terlebih dahulu

27

(28)

17 membicarakan tujuan materi yang dipelajari dikelas, mengerti pengalaman belajar

mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan melibatkan siswa dalam

setiap belajar dengan memberikan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka

mampu belajar. Selain itu guru sebagai seorang seniman ulung juga harus dapat

memiliki pemikiran yang fleksible untuk dapat mengerti dan menghargai

pemikiran dan hasil kajian siswa.

Dalam Pendidikan Agama Islam, konstruktivisme sendiri memiliki

pengaruh penting dalam mengantarkan Siswa lebih bersikap kritis dan mandiri.

Konstruktivisme mengharapkan siswa menjadi seorang pembelajar dengan

membangun pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi, akomodasi, hingga

adaptasi intelek.

Problematika yang harus dientaskan dewasa ini, menjadikan pembelajaran

konstruktivisme sebuah solusi dalam melakukan pemikiran mendalam terhadap

semua problematika yang berkaitan dengan masalah akhlak, aqidah, hukum

hingga ketatanegaraan.

Pendidikan Agama Islam yang disebut-sebut sebagai bengkel akhlak

dalam institusi-institusi pendidikan di Indonesia memiliki peranan penting dalam

mengentaskan permasalahan yang terjadi dewasa ini pada masyarakat Indonesia.

Karena Pendidikan Agama Islam memiliki tiga unsur yang dibutuhkan dalam

pembelajaran seperti kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu

Pendidikan Agama Islam juga memiliki kekuatan motivasi dalam mendorong

siswanya untuk mengintegrasikan kecerdasan intektual, emosi dan spiritual.

Hanya saja masih terdapat banyak guru agama islam yang masih terkungkung

pada satu kecerdasan saja dengan menggunakan pembelajaran yang masih bersifat

konvensional dan monoton.

Metodologi Pendidikan Agama Islam juga dinyatakan didalam AI-Qur'an

bersifat multi approach yang meliputi antara lain:

a). Pendekatan religius yang menitik beratkan kepada pandangan bahwa manusia

adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaan

b). Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk.

(29)

18 pengembanganya didasari pada sejauh mana kemampuan berpikimya dapat

dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.

c). Pendekatan sosiokultural yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia

adalah makhluk yang berrnasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang

sebagai homo sosius dan homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat.

d). Pendekatan scientific yang menitik beratkan pada pandangan bahwa manusia

memiliki kemampuan menciptakan (kognitif), berkemampuan (konatif), dan

merasa (emosional atau afektif).28

Beberapa metodologi bagi Pendidikan Agama Islam yang telah disebutkan

diatas, terdapat implikasi dari pembelajaran konstruktifisme. Pembelajaran

konstruktifisme seperti yang dimaksudkan pada uraian diatas. Memiliki

karakteristik yang berkaitan dengan beberapa metodologi Pendidikan Agama

Islam di atas.

Pembelajaran konstruktifisme yang menitik beratkan pada daya kritis

siswa dan kemampuan siswa dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang mereka

miliki baik secara kognitif, afektif. maupun psikomotorik sesungguhnya telah

sesuai dengan metodologi Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam, yang memiliki Multi Approach seharusnya dapat difungsikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran konstruktifisme

pada Pendidikan Agama Islam. Pendekatan-pendekatan filosofi. sosiocultural

hingga scientific sangat dapat digunakan guru untuk membangun pengetahuan

siswa secara mandiri dengan bantuan pengalaman belajar yang telah siswa dapati

pada kehidupannya. Sedangkan pendekatan religius dapat difungsikan sebagai

dasar materi Pendidikan Agama Islam yang trasendem dan l'tiqodi

D. Kedudukan CBSA dalam Konstruktifisme

CBSA atau caa belajar siswa aktif pertama kali dipopulerkan oleh mantan

rektor IKIP Prof. Dr Connie Semiawan. Beliau juga sempat disebut-sebut sebagai

28

(30)

19 pendekar CBSA karena hingga kini masih lincah dalam menjawab pertanyaan

mengenai CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

CBSA adalah sebuah pendekatan atau dalam bahasa Inggris disebut juga

Approuch. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar

tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar, ia pun dituntut memiliki

pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menguasai dan

memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajaran

akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan.

Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktit) menuntut keterlibatan

mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut

keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang

berhubungan dengan aspek-aspek kognitif. afektif dan psikomotorik. Melalui

proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

1. Dasar-Dasar Pemikiran GBSA

Secara rasional dasar-dasar CBSA adalah sebagai berikut:

a. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA

dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu

sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi,

tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik

pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga

pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen

proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini

mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan

secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur,

mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik

disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak

bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan

(31)

20 kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional.

mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.

b. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin

dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai

yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat.

Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusara atau

kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah

yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit

yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh

aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi

kesempatan untuk melakukan proses belajar berikutnya dan akan

menimbulkan kreativitas sesuai deengan isi materi pelajaran.

c. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak

metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara

seperti itu juga akan memberi Peluang memperoleh umpan balik

untuk menilai efektivitas pembelajar itu.

d. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di

LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan

pendekatan CBSA layak mcndapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggaris

bawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung

jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar.

(32)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Unit analisis

Unit analisis ini difokuskan pada sasaran kegiatan penelilian.Kegiatan

penelitian ini dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam dengan

melakukanwawancara kemudian melakukan tindakan pengamatan yang

dilengkapi dengandaftar checklist hingga studi analisis dokumentasi silabus dan

rancanganpembelajaran dan pengajaran yang telah guru susun untuk

pembelajaranPendidikan Agarna Islam dalam mengembangkan pembelajaran

konstruktivisme.

1. Key Informent

Untuk mencari informasi dari keseluruhan yang akan dite1iti maka

penelitimengambil sumber untuk dapat membantu dan menunjang analisis data

yang telahdikumpulkan. Key informant yang dijadikan sebagai penunjang data

adalah GuruPendidikan Agarna Islam di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta.

Madrasah Aliyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif

HidayatullahJakarta memiliki siswa dan guru yang tidak sebanyak sekolah lain.

Data pertama yang berhasil dikumpulkan peneliti mengenai jumlah keseluruhan

siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah sebagai berikut

Tabel 1

Kelas/tingkatan Jumlah siswa Jumlah Rombel

I 50 2 kelas

II 50 2 kelas

III 50 2 kelas

2. Tempat dan waktu

Penelitian ini juga terdapat pertimbangan lokasi. Lokasi yang dituju bertempat di

(33)

22 berlokasi di Jl. Ibnu Sina II Komplek Dosen UIN Ciputat. Alasan

mengambiltempat dilokasi ini adalah karena letaknya yang strategis dengan

kampus UIN dimana peneliti dapat dengan mudah mengakses buku-buku

penunjang penelitian.Selain itu, madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayalullah

adalah salah satu madrasah favorite yang menjadi sumber penelitian pembelajaran

setiap tahunnya.Kemudian rnengingat bahwa madrasah pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini adalah sebagai dasar tempat penelitian pendidikan yang

sengaja diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan untuk mengembangkan riset

dalam bidang pendidikan. Waktu yang dipilih peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah berkisar dua hingga tiga minggu pada bulan februari alasan

rnengarnbil waktu ini karena mengingat awal masuk siswa sehabis liburan yang

terkadang belum mengalami pembelajaran yang normal, melihat penelitian ini

tidak memakan waktu yang lama dan mengingat persiapan-persiapan yang harus

dilakukan sekolah karena mempersiapkan siswa kelas XII yang akan segera

menghadapi ujian akhir. Maka penelitian ini sengaja diminimalisir waktunya agar

tidak mengganggu pekerjaan guru yang menjadi key informent dalam penelitian

ini untuk berkonsentrasi pada tugas lainnnya.

B. Disain Penelitian

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain diskriptif analisis.

Disain penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menemukan fakta dengan

interpretasi yang tepat mengenai fenomena-fenomena yang akan dijadikan bahan

studi selanjutnya.

1. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

bertujuanmenggambarkan fenomena-fenomena sosial dari sudut atau persepektif

(34)

23

29

. Selain itu metode yang digunakan adalah metode diskriptif yang

bertujuanuntuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.30

Metode deskriptif yang akan digunakan juga memiliki berbagai jenis

seperti studi kasus, survey, studi perkembangan, studi tindak lanjut, analisis

kecenderungan, studi korelasi, dan analisis dokumenter.31Dalam penelitian yang

akan dilaksanakan ini peneliti menggunakan jenis survey dengan teknik

pengumpulan data melalui angket, observasi, wawancara dan juga analisis

dokumen silabus dan RPP. Penelitian kualitatif ini menghasilkan data diskriptif

yang di kombinasikan dengan data kuantitatif. Dengan kata lain, penelitian

kualitatif dapat dilaksanakan seeara bersamaan dengan kuantitatif, namun dengan

pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama

C. Aspek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan hasil akhir berupa data

deskriptif maka penelitian ini menggunakan aspek penelitian yaitu :

1. Pengembangan pembelajaran Kontruktiivisme pada PendidikanAgama Islam

2. Penerapan pembelajaran konstruktifisme dalam Pendidikan Agarna Islam

yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa pengambilan dan pengumpulan data

yaitu:

1. Observasi

Observasi yaitu kegiatan mengamati keadaan, kejadian sertaperubahan

yang terjadi di lapangan penelitian. Observasi yang dilakukan

29

Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (PT.Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007) h. 94

30

Moh.Nadzir Ph.D, Metode Penelitian (Ghalia lndonesia:Bogor 2005) h. 54

31

(35)

24 adalah observasi terbuka yaitu observasi atau pengamatan dengan langsung

mencatat segala yang terjadi dan sedang diamati dalam proses

pembelajaran.32Observasi ini tertuju kepada kegiatan pembelajaran antara guru

dan murid pada Pendidikan Agama Islam, kelengkapan sarana dan fasilitas

dalam memperlancar proses pembelajaran serta kondisi lingkungan sekolah

yang dapat menstimulus siswa dalam pengembangan karakter dan potensinya.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengambiJan data dengan caramemberikan

pertanyaan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan

informasi atau penjelasana hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara yang

digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu wawancara yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti dalam melaksanakan tugas

wawancara.

Wawancara ini diperuntukkan kepada dewan guru khususnya guru

Pendidikan Agama Islam, dan murid dalam partisipasinya sebagai subjek

pembelajaran.

3. Analisis Dokumen

Dokument juga dapat menjadi sumber informasi dalam

melengkapipenelitian ini. Dokument-dokument yang dapat membantu

penelitian antara lain adalah : silabus dan rencana pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

4. Angket

32

(36)

25 Angket diupayakan membantu peneliti untuk dapat menggabungkandata

bagi penelitian.Selain itu angket juga dimaksudkan untuk menyesuaikan

kebenaran data yang terjadi dilapangan.

Tabel 2

Kisi-kisi

Dimensi Indikator No. Butir

memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan

pengetahuan

-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teori pelajaran sesuai pemahaman siswa

-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi -Guru mempersilahkan siswa untuk

mengomentari mengenai teori yang telah ia dapatkan

1,2,3

Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa

-Guru menghargai hasil karya siswa -Guru memberikan penghargaan terhadap hasil karya siswa

-Guru menstimulus pengetahuan siswa -Guru memperhatikan ide dan

permasalahan dalam kajian siswa

-Guru dan siswa saling bekerja sama dalam memberkan solusi pada problem yang dimunculan siswa.

6,7,8

Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa

-Guru tidak memaksakan teorinya kepada siswa

-Guru tidak berupaya menjadi yang paling benar dalam pengetahuannya

-Guru bersikap bijak dalam

mengeksplorasi pengetahuan siswa

9,10,11

Menciptakan proses -Guru mempersilahkan siswa untuk menganalisis hasil kajian teorinya sendiri

(37)

26

Inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen

-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan praktek dari teori yang telah ia dapatkan.

-Siswa diberi kesempatan untuk melakukan uji teori terhadap hasil karyanya.

Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog

-Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

-Guru memberikan umpan kepada siswa untuk saling berdiskusi

-Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan pelajaran

-Guru memberikan perhatian dalam proses pembelajaran yang sama besarnya dengan hasil pembelajaran.

-Guru selalu mendampingi siswa dalam melakukan interaksi belajar mengajar

18,19

Memperhatikan

kecenderungan sikap dan pembawaan siswa

-Guru memahami apa yang sering difahami siswa -Guru memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa

-Guru mengontrol segala perilaku siswa

20,21,22

Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif

-Guru mengajak siswa berdiskusi

-Guru mengajak siswa untuk bekerja sama dalam mencari solusi terhadap permasalahan yang didapati siswa

23,24,25

E. Teknik Analisis Data

(38)

27 antara lain adalah: mengkode, catatan pinggir dan catatan reflektif,

pembuatanmatriks, dan pembuatan tabulasi. 33

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini rnenggunakan

teknik analisis dengan menggabungkan data-data yang telah terkumpulkemudian

ditriangulasikan

Teknik pengkodean sendiri terdapat tiga tipe yaitu penama : adalah

kodedeskriptif yang memberikan kode pada alinea, kedua interpretatif.

Yangmemuat analisa lebih kompleks, ketiga adalah yang lebih infrensial dan

menjelaskan. Alinea tersebut ternyata menunjukkan timbulnya (emerged)atau pola pada waktu peneliti memeriksa aspek-aspek kejadian lokal danrelasi-relasi lokal

dihubungkan dengan motivasi tersebut.

33

(39)

28 BAD IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah

1. Madrasah Aliyah Pembangunan

Madrasah Pernbangunan berdiri pada awal tahun 1972 oleh para

panitiamadrasah komprehensif yang dibentuk oleh rektor IAIN (Sejak tahun

2002berubah nama menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M Toha

YahyaOmar(alm)

Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum IIIUIN Syarif

Hidayatullah,dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan

peletakkan batupertama oleh menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof.H.A.

Mukti Ali danrektor UIN SyarifHidayatuliah

Pada tanggaI 17 Nopember 1973, gedung madrasah diserah terirnakan

daripirnpinan bagian proyek pembinaan bantuan untuk madrasah Swasta Pemda

DKIJakarta kepada UIN Syarif Hidayatullah.

Pertama kali madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah (MP

UIN)jakarta membuka tingkat ibtidaiyah. Jumlah muridnya haru 58 orang, terdiri

darikelas satu sebanyak 43 orang kelas dua sebanyak delapan orang, kelas tiga

sebanyak tujuh orang. Permulaan kegiatan bclajar mengajar dimulai pada tanggal

7 Januari 1974.tanggal 7 Januari inilah yang kemudian ditetapkan sebagai "hari

kelahiran" MP UIN Jakarta.

Pada awal tahun 1977, MP UIN jakarta membuka tingkat tsanawiyah.

Siswaangkatan pertama berjumlah 19 orang.Bulan Juli 1991 dibuka kelasjauh

tingkatibtidaiyah di Pamulang.

Pada tahun pelajaran 2006/2007 MP UIN Jakarta kembali membuka tingkat aliyah.Jumlah peserta didik pada tahun pertama berjumlah 47 orang siswa

yang dibagi dalam dua kelas.

Sesuai dengan keputusan rektor UIN syarif Hidayatullah, sejak awal

September 1974 pembinaan MP UIN jakarta dilaksanakan oleh tim pembinaan

(40)

29 menyiapkan MP UIN Jakarta Jakarta sebagai madrasah laboratorium

Fakultastarbiyah UIN Syarif Hidayatullah.

Pada tahun 1978, sesuai dengan keputusan dirjen Bimas Islam Depag RI.

Nomor: Kep/D/03/1978, MP UIN Jakarta dinyatakan sebagai Madrasah Pilot Proyek Percontohan. Berdasarkan keputusan tersebut diselenggarakan

kegiatanpenataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem

modul.

Sampai dengan tahun 1985, empat modul bidang study telah

diujicobakan,yaitu AI-Qur'an Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan

Matematika.

Pada tahun 1988, sesuai dengan Keputusan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Nomor 06 Tahun 1988, wewenang pembinaan dan pengelolaan MP

UIN Jakarta, dilimpahkan kepada Yayasan Syarif Hidayatullah.Sedangkan

pengembangan sebagai madrasah laboratorium dilaksanakan bersama-sama

dengan FakultasTarbiyah UIN Syarif Hidayatullah.

Kini diusianya yang ke 34 tahun, siswa MP UIN Jakarta betjumlah 2.486

orang, yang terdiri dari siswa tingkat.

Pembangunan Madrasah Pembangunan UIN SyarifHidayatullah Jakarta

tidak terlepas dari para maestro yang selalu persistance dan peduli terhadap

generasi muda islam yakni pejabatIAIN Jakarta dan Depag. Pada masa itu, antara

lain: Drs. H. Kafrawi Ridwan, Prof. Dr. H.A Rahman Partosentono, Drs. H.

Husein Segaf, Drs. H. Bakran Yakob, Dr. 1-1. Agustiar, M.S,Drs. H.A.

Muzak.kir, Drs. H.M Ali Hasan

Visi dan misi yang dimiliki oleh madrasah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta juga berafiliasi terhadap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan. Berikut ini adalah visi dan misi yang dibangun oleh Madrasah

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

Visi

(41)

30

mengapresiasi potensi-potensi anak serta perkembangan era globalisasi danperkembangan zaman.

Misi

2. Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang beriman dan

bertakwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komprehensif.

3. Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk keseimbangan antara

kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani siswa serta dapat

melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat.

4. Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan

keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan

globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia.

5. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan sebagai tenaga

profesional yang menguasai aspek keilmuwan, keterampilan mengajar (skill

teaching), kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak

mulia.

6. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan yang

profesional yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja

yang tinggi. serta kepribadian yang islami.

7. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang

dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk dapat mengikuti

kegiatan belajar seluas-luasnya. sehingga madrasah benar-benar berfungsi

sebagai center oflearning

8. Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui berbagai aktivitas

belajar baik intra maupun ekstra kurikuler.

Tujuan

(42)

31 1. Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang beriman dan

bertakwa dengan kemampuan kompetitifserta kcunggulan komperatif.

2. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaankeislaman.

sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderunganglobalisasi dengan

tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dankemarnpuan potensi anak.

3. Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai

bidangkeilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif

sertamemiliki kemarnpuan untuk mengajarkan (teching skill)

berkepribadianpedagogis dan berakhlak mulia.

4. Tersedianya tenaga pendidikan profesional yang dalam melaksanakan tugasnya

didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etoskerja, loyalitasdan

dedikasi yang tinggi yang dilandasi akhlak mulia.

5. Tersedianya saraoa prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapatmemberi

kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah

benar-benar berfungsi sebagai center for learning.

6. Terwujudnya siswa yang memiliki kcseimbangan kekuatan jasmani danrohani

serta kepekaan dan kepedulian sosial.

7. Terwujudnya siswa yang mandiri dan mampu melakukan teamworkmelalui

berbagai aktifitas belajar baik intra maupun ekstra.

2. Larnbang

Madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayatullah memiliki lambang yangterdiri

dari unsur-unsur dan pengertian sebagai berikut:

1. Garis lengkung membentuk lima sudut melambangkan sila dan

(43)

32

2. Dua bulu angsa yang pangkalnya berbentuk pana

melambangkankeilmuan.

3. Konfigurasi kubah masjid yang terbentuk dari lengkung bulu

angsadan pita melambangkan keislaman.

4. Kitab AI-Qur'an yang terbentuk melambangkan keilmuan islam.

5. Garis 17 pada pita, garis 8 pada AI-Qur'an dan garis 45 pada

keduabelah bulu angsa melambangkan hari kemerdekaan

RepublikaIndonesia.

6. Tiga simpul pada pangkal bulu angsa melambangkan kesatuaniman,

islam dan Ihsan.

7. Warna dasar hijau daun melambangkan kedamaian dan warnakuning

pada garis lengkung melambangkan kemuliaan dankebesaran jiwa.

8. Gambar tugu Monument Nasional (Monas) di belakang

gambarAIQur'andan diantara duabulu angsa melambangkan

lokasiadministratif Madrasah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullahyaitu DKI Jakarta.

9. Tulisan Madrasah Pembangunan di atas bulu angsa dan UIN

SyarifHidayatullah Jakarta berwarna hitam pada pita merupakan

namalembaga.

3. Tenaga Educatif, dan kurikulum

Tenaga edukatif yang diperuntukan kepada siswa aliyah berasal dari

tenaga-tenagaahli yang telah terseleksi sedemikian ketat.Standarisasi tenaga pengajar

diMadrasah Pembangunan adalah sarjana lulusan S I dari dalam negeri maupun

luarnegeri. Dibawah ini adalah tenaga-tenaga pengajar yang mendedikasikan

dirinyaditingkat Madrasah Aliyah:

1. Eny R Rosyidatun.M.A

(44)

33 3. Iwan Permana Suwarna.M.Pd

4. Tonih Feronika, M.Pd

5. Abdul mu'in, M.Pd

6. Rahmiati Dewi Agustini, S.Sos

7. Zakariyah S.Pd.I

8. Tri Sunarsih, Dra

9. Wage Wardana, S.Pd

10. Dini Andriyani, SS

11. lsmah Maryam, S.Pd

12. Ahmad Shohibul Wafa S.Pd

13. FitriYuni Miralda Siregar, S.Pd

14. Tri Harjawati, S.Pd. M.Si

15. Wahyu Ramdani, S.Pd

16. Puti Nuryani, S.Pd

17. Denden Permana Sidiq

18. Zaki Mubarok S.Pd

19. Nidya Khoerina. S.Pd34

Madrasah Pernbangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah

menetapkanciri khas sebagai landasan yang berpijak pada proses pembelajaran.

Trade markMP UIN Jakarta menitik beratkan pada basic sains, bahasa, dan akhlakul karimah.Dengan penetapan Trade Mark tersebut membawa konsekuensi logis padaperubahan kurikulum yang telah dilaksanakan sejak tahun

2003/2004.Hal iniadalah sebuah landasan peningkatan kualitas MP UIN dalam bidang prestasi danreputasi dalam melahirkan lulusan yang kompetitif dan handal.

Beberapa program yang terdapat dalam kurikulum Madrasah

Pembangunanadalah:

1. Program Pembinaan Kesiswaan Intrakurikuler

34

(45)

34 Program pembinaan kesiswaan intrakurikuler ini berisi

bahan-bahankajianyang diambil sebagai pengembangan dari beberapamata

pelajaran dan cakupan materinya meliputi:

a. AI-Qur'an Hadits

b. Aqidah Akhlak

c. Fiqih

d. PKn dan Bahasa Indonesia

8. Struktur Program dan Alokasi Waktu

Struktur program pembelajaran yang terdapat dalam Madrasah

AliyahPembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki delapan belas

matapelajaran yang semuanya diatur dalam struktur program dan alokasi

waktu.Dalampembangianya, alokasi waktu Madrasah Aliyah ini menggunakan

dua alokasi

waktu yaitu alokasi waktu yang mengikuti struktur program Madrasah

AliyahPembangunan dan alokasi waktu yang mengikuti BSNP. Jika BSNP

hanyamemberikan waktu kepada satu pelajaran sebanyak dua jam madrasah

aliyahpembangunan menambah bobot waktunya menjadi 4 jam pelajaran. Semua

inidapat diketahui dalam struktur program dan alokasi waktu yang terdapat

dalamlampiran

Dalam visi misi dan juga tujuan Madrasah Pembangunan telah

berupayamensinkronisasikan dalam pembelajaran konstruktifisme.Berawal dari

dedikasipara pengajar dan juga latar belakang pendidikan para pengajar yang

mumpuni dalam bidangnya.Dalam paparan visi dan misi, madrasah pembangunan

bercitacitamenjadikan pembelajaran yang dilakukan memberikan hasil yang

memuaskanpada lulusan-lulusannya untuk menjadi seorang compititor dalam

bidang yangdikuasianya.

Dalam realisasinya pada Pendidikan Agarna Islam,

MadrasahPembangunan juga memiliki cita-cita yang mulia dalam

menghasilkanlulusan-lulusanyang bukan hanya unggul dalam bidang ilmu

pengetahuan tetapi jugaakhlak dan keimanan.Karena akhlak dan keimanan adalah

sebuah fondasi terbaikbagi para peserta didik yang kemudian diiringi oleh

(46)

35 B. Analisis Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik analisis data

yaitumenyebarkan angket kepada responden, wawancara kepada key informent

yaitu

guru Pendidikan Agama Islam, studi dok..umentasi dan obseravasi.

Angket yang disebarkan kepada semua respondent berjumlah 44 yaitu

keseluruhan dari kelas tiga aliyah baik dari kelas IPA maupun IPS.

Yangberjumlah IPA : 24 dan IPS: 20. Data yang diperoleh kemudian diolah

dengan

tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus :

P =

Hasil angket yang telah dimasukkan ke dalam tabel tabulasi yang

merupakanproses mengubah data menjadi angka (presentase).Setelah hasil angket

diketahuikemudian disesuaikan dengan analisis dokument dan

observasilapangan.Sehingga terlihat kesimpulan terakhir yang akan

dideskripsikan.

1. Hasil Angket Pengembangan Pembelajar Konstruktivisme Dalam

Pendidikan Agama Islam

Tabel3.1

Guru Tidak Memberikan Kesempatan Siswa untuk Memahami

Sendiri Materi Pelajaran

(47)

36

Berdasarkan table diatas dapat dilihat presentase yang keluar dari hasil

angketyang telah tersebar kepada 21 siswa kelas sembilan Madrasah

Pembangunan UINSyarif Hidayatullah Jakarta. Table pertma adalah hasil dan

pernyataan negativedalam angket dapat diambil kesimpulan bahwva 42,86%

mengatakan siswamengatakan kadang-kadang gurutidak memberikan kesempatan

siswa untukmemahami materi pelajaran. Dan 33,33% siswa bahkan mengatakan

tidak pernah guru di MP tidak memberikan kesempatan siswa untuk dapat

memahami materipelajarannya. Dapat diambil satu kesimpulan bahwa guru

Agama Islam diMadrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

memberikankesempatan kepada siswa uotuk memahami sendiri mateo pelajaran

hanya sebataskadang-kadang

Tabel3.2

Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Bertanya dan

Berdiskusi

Berdasarkan hasil table diatas.90% siswa menyatakan guru Agama

IslamdiMP selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 9,52 %

Gambar

Kelas/tingkatan  Tabel 1 Jumlah siswa
Tabel 2 Kisi-kisi
Gambar tugu
tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif melalui pendekatan secara kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan permasalahan

Dari hasil pengolahan data dapat kita lihat bahwa perlakuan perebus serat sangat berpengaruh terhadap kekuatan tarik spesimen, hal ini terlihat dari hasil

Mengingat betapa pentingnya untuk melakukan pencatatan perkawinan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pencatatan perkawinan yaitu untuk memberikan kepastian hukum

Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi. 

Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa transformator wye-delta menunjukkan kinerja yang stabil dalam mengurangi arus rms yang mengalir pada penghantar netral yaitu dengan

Jika menilik prinsip-prinsip hukum Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana telah diuraikan, di situ juga terdapat adanya prinsip sosial disamping prinsip-prinsip lainnya

Uji analisis regresi pada taraf signifikansi 95% di peroleh FReg lebih besar daripada Ftabel (12,326 > 4,10) maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara media

[r]