• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Atas Merek Kajian Normatif Hak Merek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hak Atas Merek Kajian Normatif Hak Merek"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

HAK ATAS MEREK

Kajian Normatif Hak Merek Dagang Sebagai Bagian Hak Kekayaan Intelektual

Oleh : Agung Mazkuriy

Contact : mazkuriy.agung@gmail.com

Abstractions

It's time, a marks is categorized as Intellectual Property Rights. So, the

protection of a marks by the legal is required. This meant that is legal

certainty among producers and consumers. Furthermore, as part of

Intellectual Property Rights and a sub-system of private laws, so there are the principles of law that should not be ruled out too.The article will explore a marks as part of intellectual property rights through normatively approach to get an understanding why a marks can be categorized as part of Intellectual Property Rights.

Keywords: #Intellectual Proerty Rights #Industrial Property Rights #Kepastian Hukum #Marks #Trademarks #Normatively Approach

Abstraksi

Saat ini, merek dikategorikan sebagai Hak Kekayaan Intelektual, maka perlindungan sebuah merek oleh Undang-Undang dibutuhkan. Ini dimaksudkan adanya kepastian hukum antara produsen dan konsumen. Selain itu, sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual dan sub-sistem hukum privat, maka ada prinsip-prinsip hukum yang tidak boleh dikesampingkan juga. Artikel ini akan mengeksplorasi merek sebagai bagian dari hak kekayaan intelektual melalui pendekatan secara normatif untuk mendapatkan pemahaman mengapa tanda dapat dikategorikan sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.

(2)

2

1. Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu sistem yang sekarang ini melekat pada

tata kehidupan modern.1 Peradaban yang semakin berkembang sedemikian rupa telah mengantarkan umat manusia pada era di mana bukan hanya hak berupa materi yang bisa diindera saja yang berlaku hak milik (persoonlijk). Manusia mulai mengenal sistem hak milik yang bersifat immateriil (immateriil property right) yang mana hak ini merupakan dari hasil cipta, cita dan karsa manusia sebagai mahluk yang selalu berpikir dan selalu berkembang dalam berkehidupan. Hak-hak ini di kemudian hari dikenal sebagai bagian Hak Kekayaan Intelektual (intellectual property right), atau biasa disingkat HKI2 dalam istilah hukum Indonesia. Di antara hak-hak yang dikategorikan ke dalam Hak Kekayaan Intelektual tersebut adalah Hak Merek. Merek sendiri memiliki fungsi sangat vital, merek memiliki fungsi sebagai sebuah tanda (Jawa : ciri atau tenger) pembeda atas suatu barang terhadap barang lainnya. Dalam dunia perdagangan, merek dagang/cap dagang (trademark/brandmarks), yang (dalam

pemahaman aktual sekarang ini) merupakan bagian dari Hak Kekayaan Industri

(industrial property right), dan memiliki nilai penting ditinjau dari aspek ekonomi.3

Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pilihan barang dari merek tertentu

karena puas akan standar kualitasnya cenderung untuk menggunakan barang dengan merek tersebut dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi. Sehingga fungsi merek/cap sebagai jaminan kualitas semakin nyata peranannya. Berkenaan dengan hal itu, maka perlu adanya mekanisme yang mengatur tentang bagaimana melindungi hak secara hukum atas merek-merek (yang merupakan simbol produk dan perusahaan) bagi kalangan dunia industri oleh negara selaku pihak yang memiliki

1 Achmad Zen Umar Purba., Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni, Bandung, 2005,

hal. 1.

2

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor M.03.PR07 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Surat Nomor 24/M-PAN/ / istilah Hak Kekayaa I telektual ta pa atas dapat disi gkat de ga HKI, atau de ga akro o HaKI . Alasa perubaha a tara lai adalah untuk menyesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia

3

(3)

3 otoritas penyelenggaraan Pemerintahanan. Hal ini bertujuan untuk memberikan suatu jaminan hukum serta untuk memudahkan jika ada peralihan hak.

Pentingnya adanya regulasi tersebut bertujuan menciptakan kepastian hukum dan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran, atau, keberadaan merek/cap untuk dilindungi sangat dibutuhkan agar terciptanya hubungan keperdataan antara Produsen dan Konsumen yang bisa dipertanggungjawabkan, yaitu berkaitan kepastian hukum dalam hubungan hukum antara penjual/produsen dengan pembeli/konsumen.

Hak Kekayaan Intelektual merupakan sub-sistem dari hukum kebendaan, dan hukum kebendaan merupakan sub-sistem dari Hukum Keperdataan. Lebih lanjut, dalam hukum terdapat asas-asas/norma-norma/prinsip-prinsip yang tak boleh disimpangi, tak terkecuali dalam hukum Hak Kekayaan Intelektual, Dari titik anjak inilah penulis mencoba memahami merek sebagai bagian kekayaan intelektual. Oleh Karena itu dalam tulisan ini, penulis ingin mengangkat judul “Hak atas Merek :

Kajian Normatif Hak Merek Dagang Sebagai Bagian Hak Kekayaan

Intelektual”.

2. Rumusan Masalah

Apa yang ingin dicapai dalam penulisan ini, dan agar tidak terjadi bias dalam kajiannya, maka perlu kiranya bagi penulis membatasi lingkupan kajian tulisan ini dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Hak Kekayaan Intelektual?

2. Apa yang dimaksud merek/cap dan apa fungsinya dalam lingkup Hak Kekayaan Industri?

3. HKI merupakan hak yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan temuan

kreatifnya dan memiliki nilai jual, dimanakah letak nilai kreatifitas dan

keekonomian merek/cap dagang?

4. Kenapa merek/cap dagang harus dilindungi oleh suatu hukum (Undang-Undang/Regulasi)?

(4)

4 Penelitian ini adalah penelitian hukum. Ilmu hukum termasuk rumpun

bilangan ilmu terapan yang sui generis. Obyek penelitian hukum (legal research)

adalah hukum4 itu sendiri. Tujuan penelitian hukum, yakni memberikan preskripsi

mengenai apa yang seyogyanya,5 bukan membuktikan hipotesis sebagaimana

dalam penelitian empiris.

Hukum merupakan salah satu norma sosial yang di dalamnya sarat akan

nilai,6 Maka metode untuk mendekati kebenaran dalam penelitian hukum adalah

metode koherensif, karena apa yang ingin diteliti adalah gagasan-gagasan hukum

yang bersifat mendasar, universal, umum, dan teoretis serta landasan-landasan

pemikiran yang mendasarinya.7 Sedangkan landasan hukum berkaitan dengan

dengan berbagai macam konsep mengenai kebenaran, pemahaman, dan makna.8

Dalam berbagai perbincangan ilmu yang bersifat preskriptif adakalanya disebut

juga ilmu normatif.

4

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, cet. Ke-7, Jakarta, 2011, hlm. 18

5

Ibdi., hlm. 69

6 Ibid,. 7

Ibid., hlm. 42

(5)

5

PEMBAHASAN

Hak

Pemahaman komperhensif

Tabel 1. Sistematika memahami Bab II.

1. Tinjauan Umum Sistem Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Meski mengkaji hukum dari perspektif kesejarahan bukanlah bagian dari berpikir koherensif, tetapi pembangunan hukum tentu tak bisa lepas dari latar belakang kesejarahannya, ditambah lagi hukum adalah produk politik. Oleh karenanya, penulis anggap perlu melihat permasalahan yang coba dikaji dari sudut pandang kesejarahan.

Pengakuan akan Hak Cipta (Copyright/Kopijrecht) secara hukum belum lama usianya dibanding pengakuan terhadap hak atas benda berwujud, misalnya rumah dan tanah yang telah lama diakui sejak awal peradaban manusia. Pada awal abad

Memahami Hak Kebendaan

(Pembahasan angka 2)

Tinjauan Umum HKI di Indonesia

(Pembahasan angka 1) Memahami Hak

Kekayaan Intelektual (Tinjauan Umum)

( Pembahasan angka 3)

Kesimpulan

Memahami merek secara umum (dalam arti ‘kenapa merek bisa

(6)

6 kedelapanbelas copyright tidak diakui sebagai hak tersendiri.9 Baru setelah Konvensi Bern tahun 1886, hak cipta ini diakui secara internasional.10

Pengaturan merek di Indonesia sendiri dimulai ketika masa Pemerintahan Hindia Belanda memberlakukan ”Reglement Industrieele Eigendom Tahun 1912” (Reglemen tentang Hak Milik Perindustrian 1912), Stb.1912 Nomor 545. Sistem pengakuan atas hak dalam reglemen tersebut berdasarkan deklaratif, artinya sistem ini tidak menerbitkan hak hukum tetapi memberikan sangkaan hukum.11

Indonesia berusaha memberi perlindungan lebih terhadap merek dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961). Pun begitu, UU Merek 1961 tersebut sebenarnya hanya merupakan ulangan dari UU sebelumnya.12 Kemudian, pada tahun 1992, UU Merek 1961 diubah dengan UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek. Dalam UU yang baru ini, sistem deklaratif diganti dengan sistem konstitutif. Sistem ini mendasarkan bahwa pihak pertama yang mendaftarkan merek tersebut adalah pihak yang sah secara hukum atas suatu merek tersebut.

Indonesia resmi mejadi anggota WTO sejak 1995. Konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam WTO adalah kewajiban meratifikasi semua instrument Internasional yang berkaitan dengan perdagangan: Indonesia menuju globalisasi.

World Trade Organisation (WTO) sebenarnya adalah pengganti General

Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1947. Memahami WTO tentu tak bisa lepas

membahas GATT itu sendiri, karena WTO pada hakikatnya adalah kesinambungan

dari GATT. GATT yang berdasarkan provisional yang didirikan selepas Perang Dunia II bersamaan dengan pembentukan lembaga-lembaga multirateral lain yang ditujukan guna menata kerjasama ekonomi internasional. Lembaga-lembaga yang

9

Sudargo Gautama, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Penerbit Eresco, Bandung, 1990, hlm. 6.

10

Ibid., hlm. 7.

11

Irwansyah Okcap Halomoan,Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Terkenal Asing dari Pelanggaran Merek Di Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm. 25-26.

12

(7)

7 pendiriannya berbarengan pendirian lembaga GATT itu biasa disebut lembaga

Bretton Woods, yakni World Bank dan International Monetary Fund.13

Sebenarnya negara-negara anggota konferensi Bretton Woods bertujuan mendirikan lembaga International Trade Organization (ITO) yang mana nantinya di bawah naungan PBB dan bertugas menangani permasalahan perdagangan dunia dan juga menciptakan aturan-aturan ketenagakerjaan, perjanijian komoditi, investasi internasional dan jasa, dan praktek bisnis curang.14

Pada Juli 2008 organisasi ini memiliki 153 negara anggota. Seluruh anggota WTO diharuskan memberikan satu sama lain status negara paling disukai, sehingga pemberian keuntungan yang diberikan kepada sebuah anggota WTO kepada negara lain harus diberikan ke seluruh anggota WTO.15

2. Hak Kekayaan Intelektual sebagai Bagian Hukum Privat

Menurut Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.16 Artinya Hukum Privat merupakan satu kesatuan sistem bangunan hukum Nasional. Di Indonesia lapangan hukum privat ini secara umum diatur dalam KUHPerdata.

Sebagaimana bunyi Pasal 499 dalam Buku Kedua KUHPerdata, dikatakan bahwa ‘yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik’. Hak kebendaan ini oleh Prof. Sri Soedewi dan Masjchoen Sofwan dirumuskan sebagai ‘hak mutlak atas suatu benda di mana hak itu memberikan kuasa langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan oleh

13

Hata, Hukum Internasional : Sejarah dan Perkembangan hingga Paska Perang Dingin, Setara Press, Malang, 2012, hlm. 144.

14 Ibid,. 15

https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Perdagangan_Dunia, diakses pada 9 Desember 2016.

16

(8)

8 siapapun’.17

Pada dasarnya hak immaterial dalam HKI merupakan sub-sistem atas suatu benda.

Berangkat dari memahami rumusan Pasal 499 KUHPerdata tersebut, maka perlu kiranya kita mengkaji dulu apa yang dimaksud tentang hak sebelum mengerucut membahas Hak Kekayaan Intelektual.

2.1 Tinjauan Hak Secara Umum

Secara kodrati, manusia selain mahluk individual, merupakan mahluk sosial sebagai bentuk modus survival, dan membutuhkan orang lain guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri yang mana tidak mungkin dipenuhinya secara langsung. Masing-masing manusia yang hidup bersama tersebut memiliki kepentingan. Dari interaksi orang dengan orang lain ini muncul apa yang disebut hukum dengan tujuan untuk melindungi setiap hak masing-masing individu.

Menurut Jeremy Bentham bahwa hak dan kewajiban muncul bersamaan, kendati sifatnya berbeda dan berlawanan.18 Dalam arti, hukum tidak mungkin memberikan keuntungan kepada satu pihak tanpa membebankan kewajiban yang setara kepada orang lain. Dikemudian hari, pendapat Bentham tersebut diluruskan oleh Peter Mahmud Marzuki bahwa hak merupakan sesuatu yang melekat pada manusia secara kodrati dan karena adanya hak inilah diperlukan hukum untuk menjaga kelangsungan eksistensi hak dalam pola kehidupan masyarakat,19 hak

memiliki derajat lebih subtansial dibanding hukum.20 Penjelasan ini menegaskan bahwa hukum diciptakan karena adanya hak-hak. 21

17 Sri Soedewi dan Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta,

1981,hlm. 24. Dikutip dari Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Rajawali Press, Jakarta, cet. Ke-2, 1997, hlm. 23.

18

Jeremy Bentham, Teori Perundang-Undangan, Nusa Media, Bandung, 2013, hlm. 123

(9)

9

2.2 Hak dalam Lapangan Hukum Perdata

Hukum mengenal adanya suatu dikotomi atau pembagian hak menjadi dua, yakni hak perseorangan (jus in personam) dan hak kebendaan (jus in rem).22 Hak perseorangan secara sederhana bisa dipahami suatu hak yang melekat pada seseorang. Hak yang melekat pada perseorangan adalah hak bersifat relatif. Hak relatif sendiri biasa diartikan hak yang hanya dapat dituntut kepada orang-orang tertentu saja,23 yaitu orang perorang yang melakukan hubungan hukum perikatan. Contoh jual beli. Artinya jika terjadi kesepakatan harga, masing-masing pihak harus melakukan prestasi. Sehingga hak perseorangan tidak dapat dituntut kepada orang/pihak lain yang tidak memiliki hubungan hukum perikatan dengan pihak yang menuntut. Tuntutan pihak yang menuntut hanya bisa dilakukan kepada pihak lain yang terikat dalam hubungan hukum ketika pihak yang disebut kedua melakukan wanprestasi . Hak perseorangan sendiri adakalanya disebut hak nisbi atau hak relatif.

Sedangkan jus in rem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu hak (yang melekat: penulis) atas suatu benda24 secara mutlak. Berbeda dengan hak perseorangan yang bersifat relatif, hak kebendaan adalah hak-hak kekayaan yang mepunyai ciri-ciri: bersifat absolut (bisa ditujukan kepada semua orang pada umumnya) dan yang lahir lebih dulu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan melekat terhadap suatu benda tertentu.25 Dalam setiap hak mutlak acapkali diikuti

oleh hak relatif sebagai turunan hak yang disebut lebih awal.

Agar lebih mudah memahami kedudukan hukum kebendaan, ada baiknya kita membuatnya ke dalam sebuah table sebagai berikut:

22

Hans Kelsen, The General Theory of Law and State, Harvard University Pers, Cambridge, 1949, hlm. 20

23

J. Satrio, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung,1999, hlm. 5

24 Loc.cit,. 25

(10)

10 Tabel 2. Kedudukan merek/cap serta fungsinya menurut menurut pemahaman Quo.

Hak Kebendaan (Zakelijke Zaak)

Lihat Ps. 499 KUHPerdata

--- Benda tak Bergerak (Onroerend)

Ps. 506, 507, 508 KUHPerdata

Benda Bergerak (Roerend Goed)

Ps. 509, 510, 511 KUHPerdata

HKI

Opstal, dan sbagainya Hak Memetik Hasil

Hak Cipta (Kopijrecht)

Hak Kekayaan Industri Sistem Tata Hukum

Nasional

Publik Privat

Pidana

Hukum Tata Negara

Hk. Administrasi

Negara

Agraria Perikatan Dagang

Merek/Cap Dagang Merek/Cap

Jasa

(11)

11

3. Hak Kekayaan Intelektual.

Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI merupakan hasil

kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar dalam suatu bentuk, baik materiil maupun immaterial.26 Daya cipta itu dapat berwujud dalam bidang seni, industri, dan ilmu pengetahuan atau paduan ketiganya (Bouwman-Noor Mout, 1989:80). Dari uraian singkat di atas, bisa dipahami bahwa obyek adanya HKI

secara fundamental adalah perlindungan terhadap daya kreatifitas manusia yang terwujudkan. Misalnya, rasa Coca-Cola yang berkarbonasi yang bisa dirasakan keberadaannya melalui indera pengecap, orkestra gubahan Kitaro yang bisa dideteksi oleh indera pendengar, dan sebagainya.

Hak Kekayaan Intelektual, menurut Saidin dalam bukunya Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, bisa diklasifikasikan ke dalam bentuk bagan sebagai berikut:27

Tabel 3. Skema pembagian Hak Kekayaan Intelektual.

26

Saidin, Loc.cit., hlm. 9.

27

(12)

12 Mengamati tabel di atas, maka Hak Cipta (Copyright) dan Hak yang berpadu-padan dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights)28 keduanya masih merupakan satu

kesatuan hak, tetapi dapat dipisahkan. Hak kedua sendiri merupakan hak yang terkandung dalam Hak Cipta tetapi data dipisahkan. Contohnya adalah Hak Cipta lagu dan hak untuk memperbanyak lagu tersebut untuk tujuan komersil atau lainnya. Dalam kasus ini, hak pertama adalah Hak Cipta (copyrecht) dan yang kedua adalah Hak Terkait/Hak yang Berpadupadan dengan Hak Cipta (neighbouring rights).

3.1Prinsip-Prinsip Hukum Kekayaan Intelektual

Hukum yang mengatur HKI merupakan bagian hukum kebendaan dan merupakan lingkup hukum keperdataan (private laws). Dalam hukum, terdapat prinsip-prinsip hukum yang harus dipegang oleh kaum akademisi dalam menelaah suatu kajian hukum, maupun oleh legislator dalam pekerjaan legislasinya. Dalam hukum juga terdapat norma. Norma yang berupa pedoman tingkah laku harus berlandaskan prinsip hukum yang selanjutnya berpangkal kepada moral.29 Lebih lanjut, aturan hukum harus koheren dengan norma hukum dan norma hukum koheren dengan prinsip hukum.30

Hukum ada karena untuk mengatur setiap hak yang dimiliki oleh setiap individu dalam bermasyarakat, baik dalam ranah Hukum Publik maupun Perdata. Pun, dalam hukum HKI, juga terdapat prinsip-prinsip hukum yang tak boleh disimpangi. Ada 4 prinsip dalam HKI menurut Tim Lindsey dkk, yaitu sebagai

berikut:31 (1) Prinsip keadilan (the principle of natural justice), (2) Prinsip Ekonomi (the economic argument), (3) Prinsip sosial (the social argument), (4) Prinsip kebudayaan (the cultural argument).

28 Dala Pasal A gka 8 UU No. 5/ , Istilah neighbouring rights disebut de ga

istilah hak terkait.

29Peter Mah ud Marzuki, Pe elitia …, Loc.cit., hlm.64 30Ibid,.

31

(13)

13

3.2Kreatifitas dan Nilai Keekonomian sebagai Unsur Universal yang Paling

Mendasar dalam Hukum HKI

Hak Kekayaan Intelektual ‘merupakan hasil kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar dalam suatu bentuk, baik material maupun immaterial (lihat footnote nomor 19)’ dan memiliki nilai keekonomian dalam ciptaan tersebut.32 Artinya secara universal, sesuatu bisa dikategorikan sebagai Kekayaan Intelektual dalam lingkup HKI harus mengandung dua hal: (i) ciptaan/karya cipta yang yang dihasilkan dari olah pikir manusia tersebut terwujud dengan bentuk khas33, dan (ii) mampu memberi nilai ekonomi.

Berkaitan dengan industrial property rights, di Indonesia sendiri telah disahkan dan diundangkan; UU No. 14/2001 Tentang Paten, UU No. 15/2001 Tentang Merek, UU No. 31/2000 tentang Desain Industri, UU No. 31/2000 tentang Desain Industri, UU No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU No. 32/2000 tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan peraturan-peraturan turunan lainnya.34

4. Hak Merek sebagai Hak Kekayaan Intelektual : Benar atau Salah?

Merek dalam perbendaharaan bahasa Indonesia kemungkinan merupakan kata saduran dari bahasa Inggris mark,35 yang artinya a symbol that is used for giving

32

Lihat konsideran Alenia ke-4 UU No. 15/2001 tentang Merek. Lihat juga catatan kaki nomor 41.

33 Lihat Pasal Pasal 1 Angka (2) UU No.19/2002 tentang Hak Cipta.

34 Peraturan Pemerintah RI No.32/2000, Peraturan Pemerintah RI No.27/2000, Peraturan

Pemerintah RI No.1/2005, Peraturan Pemerintah RI No.2/2005, Peraturan Pemerintah RI No.7/2005, Peraturan Pemerintah RI No. 20/2005, Peraturan Pemerintah RI No.21/2005, Peraturan Pemerintah RI No. 40/2005, Peraturan Presiden RI No. 40/2005, Peraturan Presiden RI No. 20/2005, Peraturan Presiden RI No. 4/2006, Keputusan Menkumham Nomor M.11.PR.07.06/2003, Keputusan Dirjen HKI RI Nomor H-17.PR.07.10/2005, Keputusan Dirjen HKI RI Nomor H-01.PR.07.06/2004, dan Lampiran Keputusan Dirjen HKI RI Nomor H-01.PR.07/2004.

35

(14)

14

information.36 Mark juga bersinonim dengan code, brand, point, attach, tag,

calibrate, label, atau badge.37 Secara umum, bisa dipahami bahwa yang dimaksud

merek/cap adalah ‘suatu hal’ untuk membedakan,itu saja.

Menurut UU No. 15/2001, merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi diantaranya yang memiliki daya pembeda yang digunakan di dalam perdagangan barang atau jasa.38 Merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian/dunia usaha.39

Bentuk atau wujud merek (cap) itu menurut Suryatin, bentuk merek bisa dalam wujud sebagai berikut: (1) merek lukisan; (2) merek kata; (3) merek bentuk; (4) merek bunyi-bunyian; dan (5) merek judul.40 Lebih lanjut, kata merek, dalam beberapa literatur lama Indonesia disebut cap.41 Merek sendiri secara fungsi terbagi menjadi dua: (1) merek jasa, dan (2) merek dagang.42

Untuk memahami apakah yang dimaksud merek/cap lebih komperhensif, perlu kiranya Penulis mengutip beberapa pendapat ahli di sini. Merek menurut HMN Purwo Sutjipto adalah ‘suatu tanda, dengan mana suatu benda43tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain sejenis (cetak miring oleh Penulis)’.44 Sedangkan menurut Suyud Margono dikatakan bahwa:

merek dalam dunia industri memiliki arti bukan sekedar penanda suatu produk satu dengan produk lain yang sama, arti penting untuk melindungi merek yang memiliki fungsi jaminan atau kualitas barang45 dan memiliki

36

http://cambridge.org/dictionary/english/mark, diakses pada tanggal 14 Desember 2016.

37

http://synonym.com/synonyms/mark, diakses pada tanggal 14 Desember 2016.

38

Lihat Pasal 1 Ayat (1) UU No. 15/2001.

39 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, Alinea ke-4. 40 Saidin, Loc.cit, hlm. 271.

41 Lihat catatan kaki nomor 41. Lihat juga dalam 42

Lihat Pasal 2 UU No.15/2001 tentang Merek.

43Me urut KBBI, arti be da adalah: segala ya g ada dala ala ya g berwujud atau

berjasad (bukan roh): zat (misalnya air, minyak); (2) barang yang berharga sebagai kekayaan; harta. Lihat http://kbbi.web.id/benda. Diakses pada 7 Desember 2017.

44

Saidin, Op.cit,. hlm. 267.

45Me urut KBBI, arti bara g adalah: be da u u segala sesuatu ya g berwujud atau

(15)

15 daya tarik bagi konsumen dan juga untuk mempertahankan kredibilitas orang-orang yang berkecimpung dalam produksi atau penjualan, terhadap pihak lain yang tidak berhak.46

Drs. Ius Soeryatin mengemukakan rumusannya dengan meninjau aspek fungsi sebagai berikut:

Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.47

Melihat beberapa rumusan di atas, hemat penulis bahwa rumusan beberapa ahli di atas dalam mendeskripsikan ‘merek’ masih bertitik tolak pada pemahaman fungsi merek dalam ranah industri karena perumusan arti merek di atas tidak mewakili definisi fungsi merek dalam ranah Merek Jasa, tentu beberapa definisi di atas akan sangat membantu ketika memahami Hak Merek Industri.

Merek menurut Tim Lindsey dkk dalam buku ‘Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar’ terbitan Alumni Bandung (1997: 131) dirumuskan sebagai sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran.48 Dalam Penjelasan Umum UU No. 15/2001 Alinea keempat, dikatakan bahwa ‘merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian/dunia usaha’. Bisa disimpulkan bahwa adanya perlindungan hukum merek (cap) murni untuk kepentingan industri. Sebagaimana dikatakan Wirjono Prodjodikoro sebagai berikut:

Hak ini (hak atas merek/cap, marken recht) berlainan dari hak pengarang (hak cipta) dan hak oktroi (hak paten). Perbedaannya, bahwa hak cap ini tidak mengandung suatu penghargaan dari suatu kepandaian seorang,

46

Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm. 4.

47

Suryatin, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, hlm, 80. Dikutip dari Saidin, Loc.cit., hlm. 268.

48

(16)

16 melainkan hanya bermaksud untuk menjernihkan suasana perdagangan dan perindustrian dalam hal memakai cap barang-barangnya, jangan sampai ada kekacauan sebagai satu cap bersama-sama untuk beberapa barang yang ternyata lain embikinnya, wujud dan nilainya.49

Dari pemaparan dalam pembahasan mengenai merek/cap di sini (Pembahasan dalam angka 4). Maka, jika dibuat dalam bentuk tabel akan menjadi sebagai berikut (bandingkan dengan tabel nomor 2):

49

(17)

17 Perlindungan 2 Arah: Produsen &Konsumen Tabel 3. Kedudukan merek/cap serta fungsinya menurut menurut penulis.

Hak Kebendaan

Ps. 499 KUHPerdata

Benda tak Bergerak (Onroerend) Ps. 506, 507, 508 KUHPerdata

Benda Bergerak (Roerend Goed) Ps. 509, 510, 511 KUHPerdata

(18)

18

4.1 Merek : Kenapa Harus Dilindungi?

Melihat uraian sebelumnya, maka merek/cap (menurut penulis) tidak bisa

dikategorikan sebagai Hak Kekayaan Inteletual. Merek/cap hanya berfungsi untuk membedakan suatu produk dengan produk lainnya. Alasannya, merek/cap tidak terdapat memenuhi 2 unsur universal HKI, yaitu unsur kratifitas/daya cipta dan nilai keekonomian, melainkan barang/produklah yang diwakili merek/cap tersebutlah yang memiliki nilai keekonomian. Meski begitu, perlindungan merek/cap sangat dibutuhkan karena:

a. bilamana konsumen dirugikan oleh suatu produk bisa dengan mudah kepada siapa meminta pertanggungjawaban;

b. produsen perlu mengontrol kualitas mutu produknya (product liability) yang dipasarkan.

Berkaitan dengan standar mutu produk. Akan sangat merugikan bagi produsen bila mana ada pihak-pihak lain memakai trademarks mereka secara illegal, terutama bila terjadi gugatan dari pihak konsumen kepada produsen padahal yang mereka konsumsi ternyata produk bukan dari produsen pemegang merek dagang sah, topik ini berkaitan dengan Hukum Perlindungan Konsumen.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas, penulis memahami bahwa merek seharusnya tidak dikelompokan sebagai Hak Kekayaan Intelektual, karena prinsip paling universal dan mendasar (daya cipta dan bernilai keekonomian) tidak terpenuhi oleh keberadaan merek sebagai bagian suatu bangunan hukum hak immaterial, yang mana HKI sendiri meruakan sub-sistem Hukum Keperdataan.

(19)

19 tertentu. Pun begitu, merek yang ‘memiliki nilai jual’ tersebut agar tidak ditiru oleh pihak lain dan sebagai: (i) upaya melindungi jaminan mutu suatu produk, dan (ii)

sebagai pertanggungjawaban produsen atas kualitas mutu produknya (product

liability) terhadap konsumen, maka perlu kiranya Otoritas hukum membuat aturan

hukum berkaitan dengan itu.

Jika menilik prinsip-prinsip hukum Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana telah diuraikan, di situ juga terdapat adanya prinsip sosial disamping prinsip-prinsip lainnya (prinsip moral, keekonomian, kebudayaan, keadilan), jika mengindahkan prinsip sosial ini dalam Hukum Merek/Cap yang dikatakan sebagai bagian dari HKI tidaklah memenuhi prinsip ini.(menurut penulis lebih tepat diklasifikasikan sebagai sub-sistem dalam Hukum Dagang yang mana nanti fungsi pemberian hak atas merek itu bertujuan untuk melindungi beberapa hak kekayaan industri yang memenuhi kualifikasi Hak Kekayaan Intelektual).

Meski merek bukan bagian dari hasil daya cipta manusia dan memiliki nilai keekonomian, tetapi perlindungan terhadap merek/cap diperlukan sebagai upaya melindungi hak-hak yang terkategorikan sebagai kekayaan intelektual, yang mana sisi ekploitasi nilai keekonomiannya lebih ditekankan, misalnya temuan sistem operasi android yang dibenamkan di smartphone oleh Google.Inc. Dalam kasus ini bukan merek goggle berupa gambar ‘robot hijau’ yang memiliki nilai keekonomian, melainkansistem operasi terbuka milik google bernama android yang memiliki nilai jual, sedangkan ‘robot hijau’ berfungsi sebagai merek ‘perwujudan.

(20)

20

DAFTAR PUSTAKA

Regulasi

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Buku-Buku

Achmad Zen Umar Purba., Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, PT.

Alumni, Bandung, 2005.

Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual : Suatu Pengantar, Alumni,

Bandung, 2006

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media, cet. Ke-7, Jakarta, 2011.

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media, Jakaarta, cet. ke-5, 2013.

Sudargo Gautama, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Penerbit Eresco, Bandung, 1990.

Irwansyah Okcap Halomoan, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang

Merek Dagang Terkenal Asing dari Pelanggaran Merek Di Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2008.

Hata, Hukum Internasional : Sejarahdan Perkembangan hingga PAska

(21)

21 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Hak atas Benda,

Intermasa, Jakarta, 1986.

Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Rajawali Press, Jakarta, cet. Ke-2, 1997.

Jeremy Bentham, Teori Perundang-Undangan, Nusa Media, Bandung, 2013.

Mahda El Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Kencana, Jakarta, cet. Ke-5, 2015.

Hans Kelsen, The General Theory of Law and State, Harvard University

Pers, Cambridge, 1949.

J. Satrio, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung ,1999.

Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Sumber Internet

 https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Perdagangan_Dunia

 http://goooblogbisnis.blogspot.co.id/2012_12_01_archive.html?m=1

 http://cambridge.org/dictionary/english/mark  http://synonym.com/synonyms/mark

 http://kbbi.web.id/benda

Gambar

Tabel 1. Sistematika memahami Bab II.
Tabel 2. Kedudukan merek/cap serta  fungsinya menurut menurut pemahaman Quo.
Tabel 3. Skema pembagian Hak Kekayaan Intelektual.
Tabel 3. Kedudukan merek/cap serta  fungsinya menurut menurut penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Di Kabupaten Aceh Utara data yang peneliti terima dari pihak Dinas Kesehatan sendiri adalah sebesar 103 kasus HIV AIDS, 36 diantaranya meninggal dunia karena tidak

Hasil prosedur yang disusun oleh peserta dinilai sesuai dan mampu telusur terhadap pedoman BNSP 201 tahun 2014 tentang Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi pada

108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah (Studi Kasus Di Kampung Coklat Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ukuran partikel (P), dan suhu ekstraksi (S) berpengaruh sangat nyata (P ≤ 0,01) ter- hadap sisa pelarut pada

coli , sedangkan pada sampel D menunjukkan hasil sampel positif bakteri E.coli yang ditandai dengan perubahan warna media menjadi hijau metalik. Hasil pada

Usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions. Start