• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Petani Padi Di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Petani Padi Di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PETANI PADI DI DAERAH

ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO, KABUPATEN

BOJONEGORO, PROVINSI JAWA TIMUR

NATASA APRIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAANMENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Risiko Produksi Petani Padi di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timuradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2017

Natasa Apriana

(4)

RINGKASAN

NATASA APRIANA. Analisis Risiko Produksi Petani Padi di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI dan BURHANUDDIN.

Sektor pertanian di Kabupaten Bojonegoro memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian wilayah dan cadangan pangan khususnya padi. Namun disisi lain, Kabupaten Bojonegoro terletak dibagian hilir dan wilayah terluas yang dilalui oleh sungai Bengawan Solo. Hal ini menjadikan Kabupaten Bojonegoro menjadi wilayah paling rentan banjir luapan sungai Bengawan Solo.

Fluktuasi produktivitas selama enam tahun terakhir di Kabupaten Bojonegoro diduga karena adanya risiko produksi yang disebabkan oleh banjir. Risiko produksi akan berpengaruh terhadap perilaku risiko petani dan pendapatan usahatani. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap kesenjangan produksi sebagai indikator risiko produksi petani padi di Kecamatan Kanor (2) menganalisis pendapatan usahatani padi dengan adanya risiko produksi di Kecamatan Kanor dan (3) menganalisis preferensi risiko petani padi di Kecamatan Kanor dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari hasil penelitian Pusat Studi Bencana IPB tahun 2016 yang dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 di Desa Kegungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro dengan sampel yang digunakan yaitu 50 petani padi. Data yang digunakan yaitu data usahatani padi pada musim tanam kedua tahun 2013 (dalam kondisi banjir) dan musim tanam kedua tahun 2015 (dalam kondisi normal). Model Just dan Pope digunakan untuk mengidentifikasi Risiko produksi dan preferensi risiko.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel luas lahan dan dummy

bencana merupakan faktor peningkat risiko, sedangkan tenaga kerja, pestisida, dan pupuk merupakan faktor pengurang risiko. Hasil analisis usahatani menunjukan bahwa pendapatan usahatani dalam kondisi banjir merugikan petani, namun untuk nilai ekspektasi pendapatan usahatani selama lima tahun terakhir bernilai positif.Preferensi risiko petani secara keseluruhan menunjukkan bahwa petani padi yang ada di Desa Kedungprimpen bersifat menyukai risiko(risk taker). Faktor faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap preferensi risiko padi yaitu aset,umur, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, dan penghasilan di luar usahatani.

Implikasi kebijakan yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah petani dapat menggunakan varietas tahan banjir yang telah disediakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro,mengatur pola tanam, menambah tenaga kerja,pestisida,dan pupuk serta tidak menambah luas lahan garapan untuk mengurangi risiko produksi. Pemerintah daerah dapat mengurangi sumber risiko banjir dengan membangun tanggul, bendungan,menyediakan pompa air, dan asuransi pertanian. Bagi perguruan tinggi dapat mengembangkan teknologi untuk mengurangi risiko produksi.

(5)

SUMMARY

NATASA APRIANA. Risk Analysis of the Production Paddy Farmers in Bengawan Solo Watershed, Bojonegoro District of East Java. Supervised by ANNA FARIYANTI and BURHANUDDIN.

The agricultural sector in Bojonegoro regency contributes to the economy of the region and food reserves in particular rice. But on the other hand, Bojonegoro is located in the lower reaches and the extensive area traversed by the Bengawan Solo watershed.This makes the Bojonegoro regency became the most vulnerable region flood overflow the river Bengawan Solo River.

Fluctuations in productivity during the last six years in Bojonegoro is suspected because of the risk of production caused by flooding. Risk production will have an effect on the behavior of farmers and income. Under these conditions, the study aims to (1) analyse the influence of production factors against the production gap as an indicator risk production of paddy farmers in Kanor (2) analyse the income of rice farming with risk production in Kanor, and (3) analyze the risk preferences of the paddy farmers in Kanor and socio economic factors affected it.

The data in this research used secondary data from the Research Center for Disaster IPB 2016 held in March-April 2016 in the village of Kegungprimpen, Kanor subdistrict, Bojonegoro Regency with the samples being used i.e. 50 paddy farmers. The data used are data cropping paddy farmers both the second planting season by 2013 (in flood condition) and the second planting season by 2015 (in normal conditions).

Research results show that land area and variable dummy are risk increasing factors, while labor, pesticides, and fertilizers are reducing risk factors. The results of the analysis show that the income of farmer in flood conditions is detrimental but the value of farming income expectations during the last five years is positive. Risk preferences of farmers as a whole shows that paddy farmers in the village Kedungprimpen are risk takers. Socio-economic factors that influence risk preferences are assets, age, family, formal education, experience, and earnings outside of farming.

Implications related to the results of this study is farmers can use of flood-resistant varieties that have been provided by Department of agriculture District Bojonegoro, set the pattern for planting, adding labor, pesticides, and fertilizers as well as extensive arable land does not add to reduce risk production. Local governments can reduce the risk of flooding with sources to build levees, dams, providing water pumps, and agricultural insurance. For the College to develop technology to reduce the risk production.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya

untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;

dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PETANI PADI DI DAERAH

ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO, KABUPATEN

BOJONEGORO, PROVINSI JAWA TIMUR

NATASA APRIANA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Analisis Risiko Produksi Petani Padi di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur Nama : Natasa Apriana

NIM : H351140201

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Dr Ir Burhanuddin, MM

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Magister Sains Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWTatas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan April 2016 ini ialah risiko produksi dengan judul Analisis Risiko Produksi Petani Padi Di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi dan Bapak Dr Ir Burhanuddin,MM selaku dosen pembimbing atas motivasi, bimbingan, dan segala bantuan yang diberikan hingga penyelesaian tesis ini. Terimakasih kepada Bapak Dr Ir Suharno,M Adev selaku dosen penguji luar komisi dan Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen wakil komisi program studi yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Pusat Studi Bencana Institut Pertanian Bogor (PSB IPB) dan ketua tim peneliti Bapak Dr Ir Burhanuddin,MM yang telah memberikan kesempatan untuk bergabung dan memfasilitasi selama kegiatan penelitian. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada petani padi di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro yang telah membantu selama penelitian.

Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Subari, Ibu Siti Munawaroh, Ali Nasihun,S.Farm, dan Iqbal Ramadhan atas doa dan kasih sayangnya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa MSA, khususnya angkatan 2014 atas segala support dan inspirasinya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bpk/Ibu/Sdr semua.

Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2017

(11)

DAFTAR ISI

Analisis Pendapatan Usahatani Padi 10

Preferensi Risiko dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang

Mempengaruhinya 11

Analisis Pendapatan Usahatani dengan Adanya Risiko Produksi 30

Analisis Preferensi Risiko 31

Identifikasi Risiko Produksi di Desa Kedungprimpen 39

Agribisnis Padi di Desa Kedungprimpen 42

Penggunaan Input dan Produksi Usahatani Padi 44

Harga Input dan Produksi Usahatani Padi 47

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADI 49

Hasil Pengujian Asumsi Klasik 50

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan Produksi

(12)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DENGAN ADANYA RISIKO

PRODUKSI PADI 59

Penerimaan Usahatani Padi 59

Pengeluaran Usahatani Padi 60

Pendapatan Usahatani Padi 63

PREFERENSI RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI

YANG MEMPENGARUHINYA 64

Preferensi Risiko Petani padi 64

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Preferensi Risiko 67

KESIMPULAN DAN SARAN 70

Kesimpulan 70

Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN 78

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor

1. Frekuensi banjir dan kerusakan lahan sawah wilayah administratif

hilir DAS Bengawan Solo tahun 2011-2015 2

2. Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Kabupaten

Bojonegoro tahun 2009-2014 3

3. Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Kecamatan

Kanor Tahun 2009-2014 5

4. Komponen pendapatan usahatani padi 30

5. Luas panen tanaman pangan Kabupaten Bojonegoro tahun 2011-2014 34 6. Luas lahan berdasarkan ketersedian sarana irigasi di Kecamatan

Kanor tahun 2014 35

7. Keragaan umur petani di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor

Tahun 2016 36

8. Tingkat pendidikan petani padi di Desa Kedungprimpen,Kecamatan

Kanor Tahun 2016 37

9. Keragaan pengalaman petani padi di Desa Kedungprimpen,

Kecamatan Kanor Tahun 2016 37

10. Sebaran luas lahan garapan petani padi di Desa Kedungprimpen,

Kecamatan Kanor Tahun 2016 38

11. Sebaran penghasilan petani di luar usahatani

di Desa Kedungprimpen,Kecamatan Kanor Tahun 2016 38 12. Sebaran status lahan garapan petani padi di Desa Kedungprimpen,

Kecamatan Kanor Tahun 2016 38

13. Status usahatani petani padi di Desa Kedungprimpen, Kecamatan

Kanor Tahun 2016 39

14. Jumlah tanggungan keluarga petani petani padi di

Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor tahun 2016 39 15. Rata- rata penggunaan input dan produktivitas petani sampel

di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor tahun 2016 46 16. Rata -rata harga input dan produksi petani sampel

di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor tahun 2016 48 17. Statistik deskriptif produksi dan variabel-variabel yang berpengaruh

terhadap kesenjangan produksi 50

18. Hasil pengujian multikolinearitas model awal fungsi produksi

petani sampel di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor 51 19. Hasil pengujian multikolinearitas perbaikan model fungsi produksi

dan fungsi risiko produksi rata-rata petani padi di Desa

Kedungprimpen, Kecamatan Kanor tahun 2016 52

20. Hasil pendugaan fungsi produksi dan fungsi risiko produksi usahatani padi petani sampel di Desa kedungprimpen,

Kecamatan Kanor tahun 2016 53

21. Rata-rata penerimaan usahatani padi petani sampel per hetar

pada musim tanam II tahun 2013 dan musim tanam II tahun 2015 60 22. Rata-rata pengeluaran usahatani padi petani sampel per hetar

(14)

23. Rata-rata pendapatan usahatani padi petani sampel per hetar

pada musim tanam II tahun 2013 dan musim tanam II tahun 2015 63 24. Preferensi risiko petani padi di Desa Kedungprimpen dalam

penggunaan input produksi 65

25. Hasil estimasi faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh pada

preferensi risiko petani padi di Desa Kedungprimpen 67

DAFTAR GAMBAR

1. Peta aliran DAS Bengawan Solo 1

2. Kurva produksi neoklasik 16

3. Respon produktivitas terhadap penggunaan pestisida dengan

kondisi curah hujan yang berbeda 17

4. Kurva Indiffenence yang menghubungkan varians income dengan

income yang diharapkan 20

5. Teori utilitas dari pilihan-pilihan yang mengandung risiko 21

6. Kerangka pemikiran operasional 23

7. Statistic d Durbin - Watson 28

DAFTAR LAMPIRAN

1. Luas lahan yang terkena banjir 79

2. Hasil regresi faktor produksi 80

3. Hasil regresi faktor risiko produksi 81

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sungai Bengawan Solo melintasi 2 Daerah Administratif tingkat I yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Sungai Bengawan Solo merupakan Sungai terpanjang di Pulau Jawa dengan panjang 548,53 km. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dibagi ke dalam tiga sub DAS yang meliputi, Sub DAS Bengawan Solo Hulu, sub DAS Bengawan Solo Madiun, dan sub DAS Bengawan Solo Hilir. Daerah-daerah yang dilewati oleh Sungai Bengawan Solo antara lain, KabupatenWonogiri, KabupatenPacitan, KabupatenSukoharjo, KabupatenKlaten, Kota Solo, KabupatenSragen, KabupatenNgawi, KabupatenBlora, KabupatenBojonegoro, KabupatenTuban, KabupatenLamongan dan bermuara di KabupatenGresik. Hulu Sungai Bengawan Solo terletak di KabupatenWonogiri dan bermuara di KabupatenGresik. Wilayah KabupatenBojonegoro merupakan wilayah terluas, sedangkan Kota Madiun merupakan wilayah terkecil.

DAS Bengawan Solo berada dalam daerah yang beriklim tropis dengan suhu udara, kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi dan relatif seragam selama musim hujan. DAS Bengawan Solo memiliki dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Mei sampai Oktober dan musim hujan pada bulan November sampai April (BBWS 2012). Peta aliran DAS Bengawan Solo dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta aliran DAS Bengawan Solo Sumber : BPBD (2015)

Pada tahun 1966terjadiBanjir besar di sub DAShulu Bengawan Solo. Luas daerah genangan banjir di sebelah hulu Kota Surakarta sekitar 18.000 hektar dan di Sragen sekitar 10.000 hektar. Hampir seluruh daerah Surakarta tergenang banjir termasuk daerah perkotaaan. Tinggi genangan yang terjadi di Kota Surakarta mencapai 1 sampai 2 m dan korban meninggal sebanyak 90 orang (BNPB 2013).

(16)

banjir (Hakim 2005). Fasilitas utama pengendali banjir DAS Bengawan Solo adalah bendungan Waduk Gajah Mungkur yang terletak sekitar 55 km disebelah hulu kota Surakarta. Fasilitas lain yang berfungsi sebagai pengendali banjir,yaituFlood Forecasting and Warning System (FFDAS). Sistem tersebut telah dipasang pada tahun 1982 sebagai peralatan tambahan bendungan untuk memantau dan memperkirakan banjir yang masuk kedalam waduk dan memberikan peringatan dini untuk daerah hilir. Selain itu, juga terdapat sejumlah bangunan seperti bendungan dan embung. Namun kondisi Bengawan Solo saat ini berbeda dengan kondisi sebelumnya(KLH 2013).

Purwanto (2014) menyatakan bahwa saat ini kondisi Bengawan Solo mengalami kerusakan yang semakin parah. Seperti yang dikatakan oleh Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (KRUHA), bahwa kerusakannya sudah mencapai 92 persen. Bengawan Solo merupakan salah satu dari lima DAS di Indonesia yang mengalami kerusakan parah, baik kerusakan di hulu maupun di hilir sungai. Penyebab kerusakan antara lain disebabkan oleh erosi tanah, penebangan liar, penambangan pasir yang tidak terkendali, pembuangan limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Tingkat erosi tanah Bengawan Solo telah mencapai batas yang ditoleransi,yaitu 3.14 mm/tahun. Kerusakan lainnya yaitukondisi sungai semakin dangkal, dikarenakan terjadi sedimentasi baik di hulu maupun di hilir serta kerusakan tanggul akibat erosi (KLH 2013). Selain itu, perubahan iklim menyebabkan banjir sulit untuk diprediksi (Marfai 2014).

Banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo yang terjadi tiap tahun kususnya di daerah hilir mengakibatkan kerugian disektor pertanian (Adisukma 2014). Wilayah administratif yang terdapat pada hilir DAS Bengawan Solo, yaitu Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Gresik. Kabupaten Bojonegoro merupakan Kabupaten dengan frekuensi banjir terbanyak dibandingkan dengan wilayah lain, yaitu mencapai 35 kali dengan total kerusakan lahan 8 626 hektar, dapat dilihat pada Tabel 1.Hasil penelitian Raharjo (2009) juga menunjukan bahwa Kabupaten Bojonegoro merupakan wilayah paling rentan banjir sungai Bengawan Solo.

Tabel 1 Frekuensi banjir dan kerusakan lahan sawah wilayah administratif hilir DAS Bengawan Solo tahun 2011-2015

No Wilayah Frekuensi Banjir Kerusakan Lahan Sawah (ha)

(17)

Banjir menyebabkan produktivitas padi di Kabupaten Bojonegoro menjadi fluktuatif. Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Kabupaten Bojonegoro berfluktuatif selama 6 tahun terkahir. Fluktuasi tersebut, diduga dikarenakan adanya banjir sebagai faktor pengaruh risiko produksi yang berlangsung di Kabupaten Bojonegoro. Luas panen tahun 2010 meningkat dari tahun 2009 kemudian menurun di tahun 2011. Trend positif luas panen mulai terlihat dari tahun 2012 hingga tahun 2014 yang selalu meningkat. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah Bojonegoro menerapkan ekstensifikasi lahan pertanian sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi (BPS 2015). Selain itu, peningkatan luas panen juga disebabkan oleh banjir luapan sungai Bengawan Solo yang tidak menimbulkan kerusakan lahan tanam (Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro 2015). Luas panen tahun 2014 meningkat sebesar 12.2 persen dibandingkan dengan tahun 2013. Sedangkan produktivitas padi dari tahun 2009 sampai tahun 2011 menurun kemudian meningkat ditahun 2012. Namun pada tahun 2013 dan tahun 2014 produktivitas padi menurun kembali. Perkembangan produktivitas tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 5.8 persen dibandingkan dengan tahun 2013.Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luaspanen, produksi dan produktivitas padi di KabupatenBojonegoro tahun2009-2014

Fluktuasi produktivitas padi di Kabupaten Bojonegoro dapat disebabkan karena adanya risiko produksi seperti yang diungkapkan oleh Dillon (1979) yang menyatakan bahwa risiko produksi dapat dilihat dari adanya variasi produksi yang diterima petani. Risiko produksi disebabkan oleh faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh petani seperti banjir dan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh petani seperti manajemen penggunaan input (McConell dan Dillon 1997).

(18)

Risiko produksi akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk mengalokasikan input produksi (Villano et al.2005). Perilaku petani dalam menghadapirisiko produksi akan menjadi dasar bagi petani untuk membuat keputusanmengenai seberapa besar alokasi input-input yang akan digunakan dalam kegiatanusahataninya. Hasil penelitian Nurhapsa (2013) dan Hidayati (2016) menunjukan bahwa preferensi risiko petani bersifat risk averse sehingga jumlah penggunaan input-input produksi pada usahatani masih dibawah dosis yang dianjurkan sehingga produktivitas masih rendah. Berbeda dengan hasil penelitian Fauziyah (2010) yang menunjukan bahwa petani bersifat risk takersehingga dalam penggunaan input-input produksi dilakukan secara optimal. Petani yang bersifat risk taker memiliki tingkat produksi yang lebih besar dibandingkan dengan yang bersifat risk averse.

Risiko produksi dalam usahatanidapat menyebabkan penurunan jumlah produksi bahkan gagal panen yang berdampak terhadap pendapatan petani (Dillon 1977). Besar kecilnya pendapatan dalam usahatani dipengaruhi oleh penerimaan (hasil produksi)dan pengeluaran (biaya produksi), sehingga apabila penerimaan berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Lumintang 2013). Oleh karena itu, risiko produksi memegang peranan penting dalam pendapatan usahatani petani.

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa fluktuasi produksi di Kabupaten Bojonegoro dipengaruhi oleh faktor eksternal banjir dan faktor internal penggunaan input yang dipengaruhi oleh perilaku petani yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Sehingga perlu untuk dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan produksi sebagai indikator risiko produksi padi, perilaku petani menghadapi risiko dan pendapatan petani padi di Kabupaten Bojonegoro dengan adanya risiko produksi.

Perumusan Masalah

Kecamatan Kanor merupakan wilayah paling rentan banjir di Kabupaten Bojonegoro.Banjir luapan sungai Bengawan Solo di Kecamatan Kanor terjadi setiap tahun antara bulan Desember sampai Maretyaitu ketika kegiatan usahatani padi petani di Kecamatan Kanor berada dalam periode musim tanam II (KATAM 2015).Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan merata di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo. Selain itu, Perubahan iklim yang terjadi menyulitkan BMKG dalam memprediksi curah hujan sehingga sulit untuk memprediksi banjir. Pada tahun 2011-2013banjir berlangsung pada akhir bulan Desember sampai awal Januari selama 18 hari, ketika tanaman padi berumur 60-70 hst. Hal ini menyebabkan lahan pertanian di Kecamatan Kanor terendam banjir dan menyebabkan kegagalan panen, sedangkan pada tahun 2014-2015 banjir berlangsung pada akhir bulan Februari sampai awal Maret, ketika petani telah panen, sehinggabanjir tidak menyebabkan kegagalan panen.

(19)

Tabel 3Luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di KecamatanKanor,

Faktor internal penggunaan input seperti luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja,dan pestisida juga berpengaruh terhadap produksi pertanian.Penggunaan inputyang tidak sesuai dengan standar yang dianjurkan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.Jumlah dan jenis input yang digunakan petani akan mempengaruhi risiko produksi yang dihadapi oleh petani, karena input usahatani bisa bersifat pengurang risiko atau meningkatkan risiko produksi. Seperti yang dinyatakan oleh Robison dan Barry (1987),Villano (2005),dan Fariyanti (2008)bahwa input pestisida merupakan input yang bersifat pengurang risiko, sehingga keberhasilan pengendalian hama dan penyakit akan berpengaruh terhadap penurunan risiko produksi. Berbeda dengan hasil penelitian Fufa dan Hasan (2003) yang menunjukan bahwa input pestisida merupakan input yang dapat meningkatkan risiko. Hasil penelitian Khumbakar (2001) menunjukan bahwa tenaga kerja dapat menurunkan risiko dan Guan dan Wu (2009) menunjukan bahwa pupuk merupakan input yang dapat menurunkan risiko.

Risiko produksi berpengaruh terhadap hasil panen yang dapat merugikan petani. Hasil panen yang berfluktuasi akan mengakibatkan pendapatan usahatani padi petani juga mengalami fluktuasi. Risiko dapat berdampak besar terhadap pendapatan petani. Kahan (2008) menjelaskan dalam setiap proses produksi, petani harus mempertimbangkan risiko yang dihadapi dibandingkan dengan keuntungan yang akan didapat. Hasil penelitian Armah et al. (2010), Brown et al.

(2011) dan Suriya et al. (2012) menunjukkan bahwa banjir menyebabkan kegagalan panen dan mengurangi pendapatan petani.

(20)

Perilaku risiko produksi petani dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu petani yang menyukai risiko (risk taker), petani yang netral terhadap risiko (risk neutral), dan petani yang selalu menghindari risiko (risk averse). Perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi akan menjadi dasar bagi petani untuk membuat keputusan mengenai seberapa besar alokasi input-input yang akan digunakan dalam kegiatan usahataninya. Perilaku risiko petani dipengaruhi oleh faktor faktor sosial ekonomi yang melekat pada diri petani. Seperti yang diungkapkan Guan dan Wu (2009) dalam hasil uji hubungan antara preferensi risiko dengan faktor sosial ekonomi petani menunjukkan bahwa umur dan pendidikan petani tidak berpengaruh pada preferensi risiko petani, sedangkan jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani dan besarnya subsidi berpengaruh pada preferensi risiko petani. Penelitian lain dilakukan oleh Rahayu (2011) menunjukan bahwa preferensi risiko petani dipengaruhi oleh faktor pendapatan di luar usahatani padi, pengalaman usahatani, dan status kepemilikan lahan berpengaruh positif pada preferensi petani padi organik yang bersifat risk taker.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan usahatani padi di Kecamatan Kanor terdapat risiko produksi yang diduga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu banjir dan faktor internal yaitu penggunaan input produksi. Namun hal ini tidak menjadikan petani padi di Kecamatan Kanor meninggalkan usahatani tersebut. Disisi lain, adanya risiko produksi akan berdampak pada pendapatan usahatani padi.Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor-faktor produksi yang mempengaruhi kesenjangan produksi sebagai indikator risiko produksi padi di Kecamatan Kanor?

2. Apakah risiko produksi mempengaruhipendapatan usahatani padi di Kecamatan Kanor?

3. Apa sajafaktor sosial ekonomi yang mempengaruhi preferensi risiko produksi?

Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasipengaruh faktor-faktor produksi terhadap kesenjangan produksi sebagai indikator risiko produksi padi di Kecamatan Kanor

2. Menganalisis pendapatan usahatani padi dengan adanya risiko produksi di Kecamatan Kanor

3. Mengidentifikasipreferensi risiko produksi di Kecamatan Kanor dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya

Manfaat Penelitian

(21)

1. Sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam rangka mengatasi risiko produksi padi yang terdapat di Kecamatan Kanor.

2. Informasi bagi petani tentang perilaku risiko produksi mereka dan kegiatan-kegiatan yang bisa petani lakukan untuk mengurangi risiko produksi.

3. Sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian terbatas pada petani yang mengusahakan tanaman padi yang berlokasi di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro. Analisis risiko produksi hanya terbatas pada risiko produksi yang disebabkan oleh bencana banjir, tidak memperhatikan sumber risiko yang disebabkan oleh lainnya, seperti hamadan penyakit tanaman dan risiko harga. Penetapan variabel input produksi disesuaikan dengan penggunaan input di lapangan dan berdasarkan studi literatur. Analisis pendapatan usahatani padi akan menggunakan data usahatani pada dua waktu, yaitu pada musim tanam kedua tahun 2013 dalam kondisi banjirdan pada musim tanam kedua tahun 2015 dalam kondisi normal.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan Produksi sebagai Indikator Risiko Produksi

Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. Salah satu metode analisis yang digunakan untuk mencari faktor-fakor yang mempengaruhi produksi yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang diolah dengan regesi linier berganda. Beberapa studi yang melakukannya antara lain Diantoro et al.(2009),Mahanantoet al.(2009),Meisheng (2009),Ionita et al. (2010),Rahayu (2011),Yuan (2011),Prabandari et al.(2013),Alfiati et al. (2014), dan Ningsih (2016).Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan pada masing-masing pengaruh input terhadap output produksi.

(22)

Tingkat kesuburan tanah dapat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk. Pupuk mengandung unsur hara penting baik mikro maupun makro yang dibutuhkan oleh tanah. Penggunaan pupuk sesuai dengan aturan yang direkomendasikan oleh Kementrian Pertanian secara signifikan mampu meningkatkan produksi pertanian (Yuan 2011). Meisheng (2009) juga menunjukan bahwa penggunaan pupuk dapat meningkatkan produksi meskipun belum secara nyata signifikan. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan aturan tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap produksi pertanian (Alfiati 2014).

Input benih merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya pertanian. Penggunaan benih unggul secara nyata mampu meningkakan produksi pertanian(Rahayu 2011). Namun disisi lain, penggunaan benih unggul secara terus menerus akan mengurangi tingkat ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman sehingga penambahan penggunaan benih akan mengurangi produksi (Prabandari

et al.2013). Untuk mengatasi hal tersebut, petani mulai memproduksi benih lokal sebagai salah satu upaya penanggulangan hama dan penyakit tanaman. Hasil penelitian Alfiati (2014) menunjukan bahwa penggunaan benih lokal berpengaruh meningkatkan produksi.

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja terkandung unsur fisik, pikiran serta kemampuan yang dimiliki tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu, keahlian tenaga kerja menjadi faktor penting dalam peningkatan produksi (Prabandari et al. 2013). Rubinos et al. (2007) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan input tenaga kerja pada usahatani padi di Magsaysay berpengaruh positif terhadap produksi. Penambahan tenaga kerja akan diikuti dengan meningkatnya output. Hartoyo et al. (2004) menyatakan bahwa input tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap produksi padi.Penggunaan tenaga kerja yang tidak terampil dalam kegiatan budidaya pertanian akan menurunkan produksi (Ionita et al. 2010)

Kegiatan usahatani tidak terlepas dari adanya hama dan penyakit tanaman. Penggunaan benih secara terus menerus dan kondisi curah hujan merupakan beberapa sumber hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman akan lebih cepat berkembang biak pada kondisi curah hujan tinggi. Penggunaan pestisida tidak hanya memberikan dampak positif terhadap penanggulangan hama dan penyakit tanaman namun juga dapat mengakibatkan dampak negatif. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida terdapat aturan yang direkomendasikan oleh Kementrian Pertanian sebagai stakeholder kegiatan usahatani. Penggunaan pestisida secara tepat dapat meningkatkan produksi pertanian (Mahananto et al.2009). Namun banyak petani dalam aplikasinya yang menggunakan pestisida tidak sesuai dengan anjuran. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pendampingan secara intensif dari penyuluh pertanian sehingga petani tidak memiliki informasi yang tepat dalam penggunaan pestisida tersebut. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap tanaman sehingga penggunaan pestisida menyebabkan produksi menurun (Rahayu 2011).

(23)

yang digunakan terdapat variabel sumber risiko produksi yang dibuat dalam veriabel Dummy bencana.

Fungsi produksi model Just dan Pope terdiri atas fungsi produksi rata-rata(mean production function) dan fungsi produksi varian (variance productionfunction). Hasil estimasi fungsi produksi model Just dan Pope akan mengungkapkan bahwa beberapa input dapat menjadi faktor yang bersifat meningkatkan risiko produksi (risk inducing factors) danfaktor pengurang risiko produksi (risk reducing factors) (Robison dan Barry 1987).Beberapa metodologi telah banyak dikembangkan untuk menganalisis risiko produksi. Beberapa diantaranya yaitu, model yang dikembangkan oleh Just and Pope (1976)dan model yang dikembangkan oleh Khumbakar (2002). Rahayu (2011),Kurniati (2012), Zakirin et al.(2013),Prihtanti (2014),dan Suharyanto (2015)menggunakan model yang dikembangkan oleh Just dan Pope, sedangkan Saptana(2011),Nurhapsa (2013),dan Hidayati (2016), menggunakan model yang dikembangkan oleh Khumbakar.

Risiko yang sering terjadi disebabkan oleh budidaya yang masih bergantung pada kondisi alam seperti musim, curah hujan, hama, dan penyakit, serta bencana alam. Selain itu, risiko juga disebabkan oleh faktor internal seperti penggunaan berbagai input produksi. Dalam model ini, fungsi produksi maupun risiko dipengaruhioleh variabel bencana alam banjir dan variabel input seperti lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Just dan Pope.

Penambahan luas lahan pada kegiatan usahatani non organik dengan manajemen yang baik akanmenurunkan risiko produksi (Suharyanto 2015). Berbeda dengan kegiatan usahatani organik yang cenderung memiliki risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani non organik. Hasil penelitian Hidayati (2016)pada kubis organik menunjukan bahwa luas lahan merupakan faktor peningkat risiko produksi (risk increasing). Hal ini berhubungan dengan budidaya kubis organik yang memberikan risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya kubis non organik. Sehingga kegiatan diversifikasi tanaman dipilih oleh petani sebagai upaya dalam menurunkan risiko produksi.

Robison dan Barry (1987) menjelaskan bahwa input benih dan pupuk merupakan faktor peningkat risiko. Hal ini dikarenakan penggunaan benih dan pupuk telah memiliki aturan penggunaan. Sehingga penggunaan pupuk dan benih yang tidak sesuai dengan aturan yang dianjurkan dapat meningkatkan risiko produksi (Hidayati 2016). Hasil penelitian Guan dan Wu (2009)dan Asnah et al.(2015)menunjukan bahwa penambahan penggunaan input benih dan pupuk dapat mengurangi risiko produksi (risk decreasing).Hal ini berhubungan dengan kualitas benih yang digunakan dan tingkat kesuburan lahan yang masih membutuhkan unsur hara dari pupuk.

(24)

Pada kegiatan usahatani kentang, petani menggunakan pestisida dengan tepat waktu sehingga pestisida mampu menurunkan risiko, sedangkan pada kegiatan produksi kubis, petani menggunakan pestisida tidak tepat waktu sehingga menimbulkan variasi yang lebih besar. Oleh karena itu, penggunaan pestisida yang tidak tepat mampu dapat menigkatkan risiko produksi (Espinoza dan Rand (2015),Nurhapsa (2013)).

Penggunaan input tenaga kerja berhubungan dengan keterampilan atau keahlian. Penggunaan tenaga kerja dengan keterampilan yang baik akan menurunkan risiko produksi (Fauziyah (2010) dan Kurniati (2012). Namun penggunaan teaga kerja yang tidak sesuai dengan keahliannya akan meningkatkan risiko produksi (Saptana 2011).

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan produksi menggunakan model Just dan Pope. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam variabel independen menggunakan dummy bencana banjir.

Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian. Besar kecilnya pendapatan usahatani padi di pengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Lumintang 2013).

Pendapatan usahatani tiap petani berbeda berdasarkan ketepatan dalam penggunaan input, pengaruh iklim, dan pengetahuan dalam penerapan teknologi. Penelitian mengenai pendapatan berdasarkan penggunaan teknologi dilakukan oleh Machmuddin (2016) dan Novianto (2009) yang manyatakan bahwa pendapatan pada lahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lahan konvensional. Penerapan teknologi lain dengan menggunakan program PTT menunjukan bahwa pendapatan petani padi yang mengikuti program PTT lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak mengikuti program PTT (Hidayat et al. 2012 dan Putri et al. 2013). Penelitian lain dilakukan oleh Asmarantaka et al.

(2011) menganalisis tingkat pendapatan usahatani tebu di Lampung menunjukkan bahwa pendapatan total adalah sebesar Rp 22 141 936.02. R/C rasio atas biaya total sebesar 1.94. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tebu masih menguntungkan bagi petani.

(25)

kedua mengalami penurunan disebabkan oleh adanya risiko produksi hama penyakit dan kekeringan.

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis pendapatan usahatani padi yang sama digunakan seperti pada penelitian Machmuddin (2016), Novianto (2009),Hidayat et al.(2012), Putri et al.(2013),Asmarantaka (2011),dan Ambarsari (2014). Penelitian ini berbeda dengan yang lain karenaperhitungan analisis usahatani akan diakomodasi dengan adanya risiko produksi padi di Kecamatan Kanor menggunakan probabilitas banjir selama lima tahun terkhir.

Preferensi Risikodan Faktor–Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhinya

Setiap aktivitas atau kegiatan yang diambil oleh pengambil keputusan atau petani selalu dihadapkan pada risiko. Setiap pengambil keputusan atau petani memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam menghadapi risiko. Ada petani yang berperilaku sebagai penggemar risiko, netral terhadap risiko dan menghindari risiko. Beberapa metode analisis yang digunakan untuk melihat perilaku petani dalam menghadapi risiko yaitu model Khumbakar dan model Arrow-Pratt Just dan Pope.

Nurhapsa (2013), meneliti mengenai perilaku risiko petani terhadap penerapan varietas unggul pada usahatani kentang di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan model Khumbhakar. Perilaku petani yang menanam kentang varietas granola dan yang menanam kentang varietas kalosi terhadap input bibit adalah risk averse dan rata-rata perilaku risiko petani yang menanam kentang varietas granola dan petani yang menanam kentang varietas kalosi terhadap penggunaan input-input adalah risk averse. Petani yang berperilaku menghindari risiko akan mengalokasikan input yang lebih rendah sehingga berdampak pada produktivitas yang rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan penggunaan input-input pada usahatani kentang varietas granola dan usahatani kentang varietas kalosi masih di bawah dosis anjuran sehingga produktivitas usahatani kentang varietas granola dan usahatani kentang varietas kalosi masih rendah.Penelitian lain menggunakan model Khumbakar dilakukan oleh Fauziyah (2010) tentang pengaruh perilaku risiko produksi petani terhadap alokasi input usahatani tembakau. Perilaku resiko produksi petani tembakau pegunungan yang menggunakan sistem kemitraan tergolong sebagai petani risk taker. Sedangkan pada petani tembakau pegunungan dengan sistem swadaya, petani tembakau tegal dengan sistem kemitraan maupun petani tembakau sawah dengan sistem kemitraan dan sistem swadaya, semuanya berperilaku risk averse, sementara itu satu-satunya kelompok petani tembakau yang berperilaku risk neutral adalah petani tembakau tegalan yang menggunakan sistem swadaya. Perbedaan perilaku risiko produksi ini, membawa konsekuensi yang berbeda yaitu petani yang risk averse menghasilkan tingkat produktivitas dan efisiensi teknis yang lebih rendah dibandingkan dengan petani yang risk taker. Sikap risk taker

(26)

bahwa Preferensi risiko petani kubis organik terhadap penggunaan input-input produksi bersifat risk averse, sedangkan preferensi risiko produksi petani kubis non organik bersifat risk taker. Teknologi organik yang belum terstandar baik dari sisi pembuatan input-input produksi maupun dari sisi dosis penggunaannya menyebabkan petani kubis organik bersifat risk averse. Preferensi risiko petani kubis organik yang risk averse memiliki konsekuensi pada lambatnya penerapan pertanian organik dan petani masih mengusahakan kubis non organik selain mengusahakan kubis organik.

Model Arrow-Pratt dengan maksimisasi utilitas dilakukan oleh Gardebroek (2006) dan Rahayu (2011). Gardebroek (2006) menganalisis perbandingan antara preferensi risiko petani organik dan non organik. Hasil penelitian menunjukan bahwa petani organik lebih bersifat menghindari risiko karena kegiatan usahatani organik lebih risiko dibandingkan dengan konvensional. Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2011) yang menunjukan bahwa lebih banyak petani padi organik bersifat risk taker dibandingkan dengan kelompok petani padi non organik.

Vieder et al. (2015) menggunakan model expected utility theorydanprospect theory untuk menganalisis preferensi risiko petani di Vietnam. Hasil penelitian menunjukan bahwa, preferensi risiko berhubungan dengan tingkat pendapatan. Petani dengan pendapatan kecil dan tidak adanya kredit modal lebih memilih bersifat risk averse. Risiko kerugian menyebabkan petani menghindari kegiatan demi kebutuhan ekonomi. Berbeda dengan petani yang memiliki pendapatan tinggi dan tingkat kesejahteraan tinggi lebih bersifat berani menghadapi risiko karena adanya jaminan terhadap pendapatan mereka. Secara keseluruhan, rata-rata petani di Vietnam bersifat netral terhadap risiko.Hasil penelitian sama dengan Roe (2011) yang membandingkan antara preferensi petani dengan pemilik usaha di United State dilihat dari tingkat pendapatan. Petani dengan tingkat pendapatan rendah lebih menghindari risiko dibandingkan dengan pemilik usaha. Tetapi petani dengan pendapatan tinggi memiliki sifat berani menghadapi risiko sama seperti para pemilik usaha.

Pada penelitian ini perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi padi di Kecamatan Kanor dianalisimenggunakan fungsi absolute risk aversion AR(y) yang dihubungkan dengan fungsi utilitas (pendapatan usahatani padi) yang dimiliki petani U(π) seperti yang dilakukan oleh Gardebroek (2006) dan Rahayu (2011). Perbedaan penelitian ini dengan yang penelitian lain yaitu pada lokasi penelitian.

(27)

relatif lebih menyerap inovasi baru (teknologi tinggi) dan cenderung berani menghadapi resiko daripada petani dengan tingkat teknologi rendah (Nyanga et al.2011).

Sulewski dan Gajewska (2014) juga menganalisis preferensi risiko petani di Polandia berdasarkan tingkat kesejahteraan yang dihubungkan dengan finansial, hutang, kerugian tahun sebelumnya dan kualitas tanah yang dimiliki. Petani dengan kondisi finansial atau pendapatan yang baik dari kegiatan ushatani maupun non usahatani akan cenderung menyukai risiko (Lucas dan Pabuayon 2007). Pendapatan usahatani berhubungan dengan kualitas tanah dan luas lahan garapan yang dimiliki oleh petani. Petani yang memiliki lahan garapan yang luas akan cenderung menyukai risiko (Fauziyah 2010). Hal ini berbanding lurus dengan pendapatan di luar usahatani (off farm). Petani yang memiliki pendapatan non usahatani akan cenderung menyukai risiko karena pendapatan non usahatani dapat menutupi kebutuhan keluarga apabila terjadi kegagalan panen akibat risiko (Aini 2015).

Pada hasil penelitian Hartati (2007)dan Olbrich etal. (2011) menunjukan bahwa semakin tua umur petani, maka petani cenderung berani menghadapi risiko. Umur petani dikaitkan dengan pengalaman berusahatani. Petani dengan pengalaman yang memadai akan lebih memahami kondisi risiko dan lebih mudah menentukan perhitungan berdasarkan penilaian subjektif (Herminingsih 2014). Namun berbeda dengan hasil penelitian Aini (2015) yang menunjukkan bahwa semakin tua umur petani, maka petani cenderung menghindari risiko.

Preferensi risiko juga dipengaruhi oleh ukuran keluarga. Semakin besar ukuran keluarga maka semakin tinggi kebutuhan konsumsi (ekonomi rumah tangga). Hal ini akan mempengaruhi preferensi petani untuk cenderung lebih berani menghadapi risiko (Kahan 2008). Berbeda dengan hasil penelitian Amaefula et al.(2012) yang melihat ukuran keluarga sebagai kapasitas tenaga kerja dalam keluarga. Ukuran keluarga yang lebih besar berarti kapasitas risiko juga lebih besar sehingga petani di Negeria cenderung menghindari risiko.

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis preferensi risiko menggunakan model Just dan Pope. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena lokasi penelitian berada pada wilayah risiko banjir .Selain itu, penelitian ini tidak hanya menganalisis preferensi risiko saja namun juga sosial ekonomi yang mempengaruhinya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(28)

Teori Risiko Produksi

Just dan Pope (1976) menyatakan bahwa dalam menganalisis sektor pertanian sangat penting untuk mempertimbangkan faktor risiko, utamanya risiko produksi, karena jika tidak memasukkan faktor risiko produksi, maka akan membawa konsekuensi kesimpulan yang diperoleh menjadi bias. Model risiko yang dikembangkan oleh Just dan Pope (1976) terdiri atas fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan fungsi produksi varian (variance production function) Input-input yang digunakan dalam proses produksi bukan hanya berpengaruh pada produksi yang dicapai, tetapi juga berpengaruh pada risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Input dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko produksi (risk increasing) dan faktor pengurang risiko produksi (risk decresing) (Robison dan Barry 1987). Untuk menjelaskan mengenai risiko produksi yang terdapat dalam suatu proses produksi, maka perlu mempelajari teori produksi.

Besanko dan David (2010) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan representasi matematika yang menunjukan kuantitas output maksimum sebuah perusahaan yang dihasilkan dari penggunaan input.Sedangkan Debertin (2012) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan gambaran hubungan teknis yang mengubah input (sumber daya) menjadi output (komoditas). Menurut Frank (2015) produksi merupakan kombinasi antara input seperti tenaga kerja dan modal untuk menciptakan output. Teori produksi terdiri dari beberapa analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha dalam tingkat teknologi tertentu, mampu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan seefisien mungkin. Penekanan proses produksi dalam teori produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan berbagai macam masukan (input) untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Barang atau jasa yang memiliki nilai tambah atau guna dalam proses produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

y = f(x) y = f (x1, x2, x3,…,xn) dimana :

y = output

x = input(Debertin 2012)

(29)

input variabel yang dapat diubah dan input tetap yang tidak dapat diubah (Debertin (2012),Frank(2015)).

Produsen memiliki pilihan dalam proses produksi untuk menggunakan hanya satu input saja atau dua atau lebih input. Misalnya petani dalam upaya meningkatkan produksi, dapat dengan menambah luas lahan, menambah penggunaan pestisida, dan lain sebagainya. Dalam teori produksi, terdapat istilah produk total, produk rata-rata dan produk marjinal. Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika semua inputkecuali satu faktor produksi dijaga konstan, produk total akan berubah menurut banyak sedikitnya faktor produksi variabel yang digunakan. Produk rata-rata (AP) adalah produk total dibagi dengan jumlah unit faktor variabel yang digunakan untuk memproduksinya. Semakin banyak faktor produksi variabel yang digunakan, produk rata-rata pada awalnya akan meningkat dan kemudian menurun. Perubahan dalam output yang terkait denganperubahan penambahan dalam penggunaan input disebut sebagai produk marjinal. Produk marjinal (MP) adalah perubahan dalam produk total sebagai akibat adanya satu unit tambahan penggunaan variabel (Debertin 2012). Hubungan fisik antara output dan input dapat diukurdengan elastisitas input yang juga diistilahkan sebagai elastisitas parsial dari produksi. Elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan produk marjinal dengan produk rata-rata.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TP = y

(30)

penggunaan hasil input variabel x1 akan menurunkan total output (TP) yang disebut sebagai daerah III yang terletak sebelah kanan MP=0. Daerah III termasuk ke dalam daerah yang tidak rasional karena setiap penambahan faktor produksi akan menurunkan outputyang dihasilkan. Contohnya di mana seorang petani menggunakan pupuk melebihi dosis yang seharusnya yang pada akhirnya merusak tanaman.Kurva fungsi produksi neoklasik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2Kurvaproduksi neoklasik Sumber :Debertin (2012)

Salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk mewakili kondisi yang sesungguhnya adalah fungsi produksi Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan salah satu model yang umum dibahas dan digunakan oleh para peneliti. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dalam kasus produksi pertanian, variabel independen mewakili faktor produksi sedangkan variabel dependen mewakili hasil produksi (Debertin 2012).

Petani menghadapi situasi di mana hasil dapat bervariasi. Alammemiliki dampak signifikan pada pertanian. Misalnya, kemungkinan tidak hujan atau kemungkinancurah hujan tinggi.Dengan demikian pertanian terkait dengan kondisi alam. Kondisi pasar juga mempengaruhi pendapatan petani. Ketika petani belum panen harga jual tinggi, namun sebaliknya ketika petani panen harga jual rendah. Hargauntuk komoditas pertanian sangat ditentukan oleh kekuatan di luar kendaliindividu petani. Pertanian berlangsung di sebuah lingkungan yang ditandai dengan adanya risiko (Debertin 2012).

(31)

(1976) mengemukakan bahwa sifat stochastic produksi pertanian merupakan sumber utama risiko sehingga variabilitas terhadap hasil tidak hanya dijelaskan oleh faktor di luar kendali petani seperti harga input dan harga output tetapi juga oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan petani, misalnya dalam alokasi penggunaan input. Debertin (2012) menyebutkan bahwa Frank Knight membedakan definisi antara risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko dapat didefinisikan sebagai situasi dimana pembuat keputusan mengetahui alternatif hasil dan kemungkinan dengan setiap hasilnya. Menurut Ellis (1988), risiko dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suatu peristiwa yang mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Menurut Debertin (2012) risiko adalah suatu kejadian yang kemungkinan muncul dan menyebabkan fluktuasi hasil dimana kemungkinan atau probabilitas hasil yang diterima dapat diestimasi.

Risiko yang dihadapi petani bisa berupa risiko hasil atau risiko produksi, risiko penggunaan input dan risiko harga jual produksi. Risiko hasil ditimbulkan antara lain karena adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca/alam, pasokan air yang bermasalah dan variasi input yang digunakan. Serangan hama dan penyakit yang diatasi secara organik mempunyai dampak terhadap variasi produksi yang lebih tinggi dari pada jika serangan hama penyakit diatasi secara kimia. Kondisi alam juga berpengaruh terhadap variasi hasil misalnya dengan kondisi curah hujan yang sangat besar ataupun curah hujan yang sangat kecil bisa menimbulkan gagal panen, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Respon produktivitas terhadap penggunaan pestisidadengan kondisi curah hujan yang berbeda

Sumber :McConnell dan Dillon (1997)

(32)

Pengaruh faktor internal juga dapat meninimbulkan risiko diantaranya penggunaan input produksi pengurang risiko, misalnya penggunaan sistim irigasi, penggunaan pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk memprediksi kondisi pasar yang akan datang, menyewa jasa konsultan profesional dan pemakaian peralatan/mesin baru merupakan beberapa cara dalam merespon adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku produksi (Robison dan Barry 1987). Dengan kata lain bahwa risiko yang dihadapi petani akan berpengaruh pada pemilihan jenis input yang digunakan. Jika petani bersifat risk averse, maka input yang menyebabkan variasi hasil akan dihindari oleh petani dan petani akan memilih input lain yang diperkirakan tidak menimbulkan variasi hasil yang besar. Dalam menentukan risiko produksi dapat digunakan dengan berbagai pendekatan salah satunya dengan pendekatan fungsi produksi Just dan Pope (1976). Secara matematis, persamaan model risiko fungsi produksi Just dan Pope dapat ditulis sebagai berikut (Robison dan Barry 1987):

q = f(x) + h(x)e dimana:

q = Hasil produksi yang dihasilkan (output) f(x) = Fungsi produksi rata-rata

h(x) = Fungsi varian (fungsi risiko)

x = Inputatau faktor produksi yang digunakan e = Komponen error

Teori Pendapatan Usahatani dengan Adanya Risiko

Kegiatan usahatani melibatkan proses untung atau rugi. Keuntungan didapat dari produksi output dan kerugian didapat dari komsumsi input. Kondisi terbaik adalah ketika keuntungan maksimum. Analisis pendapatan diperlukan untuk mengukur penggunaan input. Penggunaan input harus diukur dengan tepat, tidak hanya berdasarkan proses produksi sederhana tetapi berdasarkan penelitian secara keseluruhan untuk mendapatkan kondisi terbaik (Dillon 1977). Secara matematis, keuntungan (π) dari output (Y) yang diterima dengan penggunaan input(X), dapat ditulis sebagai berikut :

π

=PyY - ΣPiXi (py,pi≥0) dimana :

PyY = penerimaan ΣPiXi = pengeluaran

(33)

atas peluang kondisi baik (p1) dan kondisi buruk (p2) (Ellis 1988,Dillon 1977).Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut :

E(h) = f(w)= E(R) = p1π1 + p2π2 dimana:

E(R) = Pendapatan yang diharapkan (expexted return) p1 = peluang kondisi baik

p2 = peluang kondisi buruk

π1 = pendapatan saat kondisi baik π2 = pendapatan saat kondisi buruk

Teori Preferensi Risiko

KesediaanPetani untuk mengambil risiko terkait dengan kondisi psikisnya. Kepuasan atau utilitas yang petani terima dari setiap hasil usahatani menentukan strategi yang akan dipilih. Memaksimalkan utilitasmenjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh petani. Utilitas atau kepuasan seorang petani berhubungan denganhasil yang diharapkan, tetapihal ini tidak sama. Jika utilitas dengan pendapatan yang diharapkanhal yang sama, petani akan selalu memilihstrategi yang menghasilkan laba tertinggi yang diharapkan (Debertin 2012)

Preferensi risiko petani dapat dikategorikan menjadi: (1) pembuat keputusan yang takut terhadap risiko atau menghindari risiko (risk aversion), (2) pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker), dan (3) pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral) (Debertin 2012, Robison dan Barry 1987, dan Ellis 1988).Kahan (2008) menjelaskan bahwa petani yang bersifat menghindari risiko cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan meninggalkan kondisi dimana pendapatan akan turun ketika terdapat risiko. Berbeda dengan para petani yang bersifat menyukai risiko mereka cenderung terbuka dalam menggambil keputusan beresiko. Petani menerima kondisi dimana kemungkinan pendapatan akan rugi atau pendapatan tinggi ketika tidak terjadi kondisi risiko. Petani yang bersifat netral berada diantara keduanya.

Gambar 4 menunjukkan perbedaan perilaku petani terhadap risiko income yang dihadapi. Petani risk averse mengharapkan income yang lebih tinggi dengan bertambahnya risiko income yang dihadapi, artinya apabila petani risk averse

(34)

Gambar 4KurvaIndiffenenceyang Menghubungkan Varians Income dengan Income yang Diharapkan

Sumber : Debertin (2012)

Debertin (2012) menjelaskan, dalam melakukan usahatani petani memilihmenggunakan input x dengan jumlah tertentu dengan harapan mampumemaksimalkan utilitas (dalam hal ini utilitas petani didekati dengan besarnya

penerimaan). Dengan asumsi bahwa fungsi utilitas merupakan fungsi yangmemaksimalkan utilitas yang diharapkan (EU/expected utility) maka :

EU [π(x;p,w)] dapat ditulis sebagai :

U = U [E(π(.)), var(π(.))]

dimanaEπ(.) adalah fungsi keuntungan dan var π(.) adalah variansnya. Jadi fungsi U merupakan suatu fungsi utilitas yang terdiri dari keuntungan dan varians dari keuntungan tersebut,

Eπ = p.g(x) –w’x = p. Ey –w’x danvar π = p2. var y

∂U/∂Eπ(.) >≤= 0 maka petani bisa bersifat risk averse, risk taker dan

riskneutral. Dengan penggunaan model fungsi Just Pope, maksimisasi terhadap utilitasyang diharapkan adalah sama dengan memaksimalkan rata-rata standar deviasi, atau

EU (π(x; p, w)) = max V(μ, σ) dimana :

μ = Eπ = p.g(x) –w’x σ = p.h(x)σε

Ada tiga macam tipe seorang pengambil keputusan sehubungan dengan preferensi terhadap risiko yang dihadapinya. Ketiga tipe tersebut adalah (1) risk taker,(2) risk neutral, dan (3) risk averse. Preferensi terhadap suatu risiko dapat diidentifikasi dengan menggunakan fungsi utilitas yang diasumsikan sebagai fungsikuadratik :

U = z + bz2

Variabel z merupakan variabel tingkat utilitas yang dicapai (didekati dengan besarnyaincome) sehingga, apabila z diganti dengan harapan income atau E(z) maka utilitasyang diharapkan adalah

(35)

Jadi, fungsi utilitas bukan hanya fungsi dari harapan income, tetapi juga merupakanfungsi dari variansnyaHubungan antara tingkat utilitas dengan income petani pada preferensi risiko petani diilustrasikan pada Gambar 5Garis DC merupakan garis linier yangmengambarkan hubungan antara utilitas dan income dan mempunyai kemiringan/slope positif, yang berarti semakin banyak income, semakin besar kepuasan atau utilitas seseorang. I1 dan I2 merupakan income dengan tingkat risiko yang berbeda dengan kemungkinan kejadian p1 dan p2 dimana p1 + p2 = 1. Apabila seseorang mempunyai income sebesar IA dimana IA

mempunyai utilitas yang sama dengan IE dan orang tersebut akan menolak untuk mendapatkan income yang lebih besar dari IA (yaitu IE) dengan tujuan untuk mencari kepastian income, maka orangtersebut dikatakan bersifat risk averse, seperti yang ditunjukkan dalam fungsi utilitas DAC yang bersifat decreasing marginal utility. Apabila seseorang yang utilitasnya sama antara income yang pasti diperoleh (IE) dan dengan income yang beresiko (IA dan IB) dan dia memilih untuk mendapatkan income sebesar IE, maka orang tersebut dikatakan bersifat risk neutral, seperti ditunjukkan dalam garis fungsi utilitas DC. Sedangkan apabila seseorang lebih suka untuk memilih income yang lebih tinggi lagi untuk mencapai utilitasnya, dan orang tersebut tidak memilih untuk income sebesar IA ataupun IE, tetapi akan memilih untuk mencapai income sebesar IB, maka orang tersebut bersifat risk taker, dengan kurva utilitas DBC yang bersifat

increasingmarginal utility (Elis, 1988).

Petani dalam melakukan usahtani padi akan selalu menghadapi risiko produksi. Seperti yang dijelaskan pada perumusan masalah, terdapat indikasi bahwa pada usahatani di Kecamatan Kanor menghadapi risiko produksi yang disebabkan oleh banjir dari luapan sungai DAS Bengawan Solo. Perilaku petani yang bersifat risk averseakan meninggalkan usahatani tersebut, namun sebaliknya perilaku petani yang bersifat risk taker akan tetap memilih untuk usahatani meskipun hasil yang didapat akan kecil bahkan merugi. Setelah mengetahui bagaimana preferensi risiko petani di Kecamatan Kanor selanjutnya adalah akan melihat faktor faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi perilaku risiko petani tersebut.

Gambar 5Teori utilitas dari pilihan-pilihan yang mengandung risiko Sumber : Ellis(1988)

(36)

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu wilayah lumbung pangan dan energi serta sentra produksi padi tertinggi ke 4 di provinsi Jawa Timur dengan kontribusi mencapai 7 persen. Peyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Bojonegoro mencapai 41.6 persen (BPS 2015). Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Bojonegoro memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian wilayah dan cadangan pangan kususnya padi. Namun disisi lain, Kabupaten Bojonegoro terletak dibagian hilir dan wilayah terluas yang dilalui oleh sungai Bengawan Solo. Hal ini menjadikan Kabupaten Bojonegoro menjadi wilayah paling rentan banjir luapan sungai Bengawan Solo (BNPB (2016),Raharjo (2009)).

Kecamatan Kanor sebagai salah satu sentra tanaman pangan padi di Kabupaten Bojonegoro tidak terlepas dari permasalahan risiko produksi. Risiko produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor eksternal banjir dan faktor internal penggunaan input. Banjir di Kecamatan Kanor menyebabkan penurunan produksi bahkan menyebabkan kegagalan panen. Penggunaan inputyang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman juga menyebabkan hasil panen yang bervariasi. Penggunaan inputproduksi dapat mengakibatkan peningkatan risiko dan ada pula yang dapat menurunkan risiko produksi. Adanya risiko produksi dapat mempengaruhi terhadap penerimaan petani dalam kegiatan usahatani padi yang akan mempengaruhi pendapatan usahatani.

Adanya risiko produksi di Kecamatan Kanor, tidak membuat petani untuk meninggalkan kegiatan budidaya padi. Hal ini menjadi penting untuk dikaji perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi di Kecamatan Kanor. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi risiko dalam produksi, pendapatan usahatani padi dengan mengakomodasi probabilitas risiko banjir, serta menganalisis perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi risiko produksi yang terdapat di Kecamatan Kanor.

Tujuan pertama penelitian mengenai analisis faktor faktor yang mempengaruhi risiko produksi dianalisis menggunakan model risiko produksi Just and Pope dengan pendekatan fungsi produksi dan fungsi risiko produksi. Tujuan kedua mengenai pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kanor dengan mengakomodasi probabilitas banjir menggunakan pendekatan analisis pendapatan usahatani, dan tujuan ketiga mengenai perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi menggunakan fungsi absolute risk aversion R(y) yang dihubungkan dengan fungsi utilitas yang dimiliki petani U(π). Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagram alur kerangka berpikir dalam Gambar 6.

Banjir di sektor pertanian tanaman pangan padi di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro

Adanya fluktuasi produktivitas tanaman padi di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro

(37)

Gambar 6 Kerangkapemikiran operasional

(38)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di Desa Kedungprimpen,Kecamatan Kanor, KabupatenBojonegoro. Pemilihan lokasi ditentukan karena Bojonegoro merupakan daerah hilir DAS Bengawan Solo yang rentan terhadap risiko banjir dan merupakan salah satu wilayah produksi padi. Pemilihan Kecamatan Kanor dikarenakan Kanor, merupakan Kecamatan yang paling rentan terkena banjir Bengawan Solo (BPBD 2015). Dari 25 desa yang terdapat di Kecamatan Kanor dipilih secara sengaja (purposive) 1 desa yang mempunyai kriteria :

1. Merupakan desa yang rutin terkena banjir dari luapan DAS Bengawan Solo dengan luas lahan pertanian padi sawah tergenang banjir lebih luas dibandingkan dengan desa lainnya (lampiran 1)

2. Mempunyai keragaman luas lahan yang diusahakan oleh petani 3. Kondisi lahan pertanian yang relatif tidak jauh berbeda

Kriteria tersebut dimaksudkan agar dapat menangkap keragaman informasi mengenai luas lahan yang terdapat di lokasi penelitian dan menghindari perbedaan produktivitas yang yang disebabkan karena adanya perbedaan tingkat kesuburan lahan pertanian.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Studi Bencana (PSB) Institut Pertanian Bogor tahun 2016dengan jumlah sampel yang digunakan yaitu 50 petani padi di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor. Data yang digunakan yaitu data karakteristik dan usahatani padi pada musim tanam kedua tahun 2013 dalam kondisi banjir dan musim tanam kedua tahun 2015 dalam kondisi normal.Hasil studi pustaka, pengunduhan dari internet, dan laporan berbagai instansi yang berhubungan dengan penelitian yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro dan Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kanor digunakan sebagai data pendukung.

Metode Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pengaruh input terhadap risiko produksi, analisis pendapatan usahatani, dananalisis preferensi risiko.

(39)

Risiko produksi dapat diidentifikasi menggunakan nilai risikoproduksi. Salah satu model yang digunakan untuk mengetahui risiko produksi yaitu model Just dan Pope (1977). Fungsi risiko didapatkan dari error term fungsi produksi atau selisih (gap) antara produksi aktual dengan produksi dugaan. Fungsi produksi yang digunakan dalam model ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Produksi padi di Kecamatan Kanor, dipengaruhi oleh faktor eksternal banjir dan faktor internal produksi penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan menyesuaikan dengan kondisi dilapangan, maka faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi, yaitu luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan dummy bencana. Adapun fungsi produksi dan fungsi risikoproduksi padi sebagai berikut:

y = f(x, α) + u = f(x, α) + g(x, β)ε Fungsi produksi :

f(x) = LnY = α0+ α 1LnX1i + α 2LnX2i + α3LnX3i+ α 4LnX4i + α 5LnX5i +α6D+ + εi

Error

εi2= (Yi-��)2 Fungsi risikoproduksi :

g(x) = Lnεi2= β0+ β1LnX1i+ β2LnX2i+ β3LnX3i + β4LnX4i + β5LnX5i +β6D + εi dimana :

f(x) = fungsi produksi g(x) = fungsi risiko produksi Yi = produksi aktual (kg) �� = produksi dugaan X1 = luas lahan (ha) X2 = tenaga kerja (HOK) X3 = pestisida (mililiter) X4 = pupuk (kg)

X5 = benih (kg)

D = Dummy Bencana (1 = saat banjir (MT II tahun 2013) dan 0 = saat tidak banjir (MT II tahun 2015))

α 1..α6 = koefisien parameter dugaan produksi X1, X2,..., X6

β1…β6 = koefisien parameter dugaan risiko produksi X1, X2,..., X6

Hipotesis

1. Hipotesis untuk fungsi produksi

Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa petani bertindak rasional dalam melakukan proses produksi sehingga setiap faktor produksi berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi padi. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Luas lahan (X1)

α1> 0, artinya semakin luas lahan yang digunakan dalam proses produksi maka produksi padi semakin meningkat.

Gambar

Gambar 2Kurvaproduksi neoklasik
Gambar 4 menunjukkan perbedaan perilaku petani terhadap risiko income
Gambar 4KurvaIndiffenenceyang Menghubungkan Varians Income dengan
Tabel 4  Komponen pendapatan usahatani padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Reliabilitas merupakann sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu instrument (Rasyid dan Mansur,2007).. Masalah dalam penelitian ini

Kepentingan non pengendali mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada

a. Izin pemanfaatan ruang pada masing-masing wilayah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa

Besarnya PPh Pasal 25 dalam hal WP memperoleh penghasilan tidak teratur adalah sebesar PPh yang dihitung dengan dasar penghitungan PPh dikurangi dengan PPh

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan segala referensi, mendoakan, serta memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir

Modul ini berfungsi untuk memasukkan data login pengguna kedalam sistem, tugas dari seorang login pengguna adalah melakuan input data sesuai dengan hak aksesnya

Dengan demikian, semakin tinggi nilai CAR semakin besar kemampuan modal yang dimiliki oleh bank untuk menanggung risiko dari setiap kredit yang berisiko dan mampu membiayai

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi sopir angkot jurusan K02 Pondok Gede -