HUBUNGAN IKLAN SABUN LUX DENGAN SIKAP PUBLIK
(Studi Korelasional Hubungan Iklan Sabun Lux Dengan Sikap Mahasiswa Fisip UMA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Komunikasi (Ekstension)
Disusun oleh :
YURIZA HUSNI 050922058
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : YURIZA HUSNI
NIM : 050922058
Departemen : ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION
Judul : HUBUNGAN IKLAN SABUN LUX DENGAN SIKAP PUBLIK
Medan, Februari 2008
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Yovita Sabarina,S.Sos Drs. Amir Purba, MA NIP. 132 307 626 NIP. 131 654 104
Dekan FISIP – USU
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah melihat apakah
terdapat hubungan antara iklan sabun Lux sebagai salah satu iklan sabun kecantikan
yang bernuansa sensual dengan sikap mahasiswa Fisip UMA. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh kejelasan dari hubungan antara iklan dengan sikap
responden.
Penelitian ini menggunakan metodologi (pendekatan) korelasional, yaitu
merupakan penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan (korelasi) antara suatu
gejala sosial satu (variabel X) dengan gejala-gejala sosial lain (variabel y), sekaligus
menjawab mengapa itu terjadi melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa-mahasiswi Fisip UMA Medan dengan jumlah populasi sebanyak
288 orang, yang terdiri dari stambuk 2005, 2006, dan 2007. Untuk menghitung jumlah
sample dari data populasi yang ada lebih dari 100 orang, maka sample yang diajukan
adalah 25% dari 288 orang yaitu 72 orang. Untuk menentukan jumlah setiap
angkatannya digunakan teknik purposive sampling dan untuk menentukan responden
dari 72 orang digunakan teknik penarikan sampel dengan cara simpel random
sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang
relevan dan mendukung. Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Data yang diperoleh dari hasil
pengujian hipotesa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara iklan
sabun Lux yang bernuansa sensual di TV swasta Indosiar dengan sikap public. Hasil rs
yang diperoleh adalah 0,9698 berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada
skala > 0,91 yang menunjukkan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan dapat
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….i
KATA PENGANTAR ………...………...ii
DAFTAR ISI ………...………...v
DAFTAR TABEL ………...vii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………...………1
1.2. Perumusan Masalah ……….4
1.3. Pembatasan Masalah ………....5
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………....5
1.5. Kerangka Teori ………..……..6
1.6. Kerangka Konsep ………..…….14
1.7. Model Teoritis ………....14
1.8. Operasionalisasi Konsep ………..…..15
1.9. Defenisi Operasional ………...16
1.10. Hipotesis ………...………..18
BAB II: URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian dan Perkembangan Iklan... ………...19
II.2. Fungsi, Jenis Dan Manfaat Iklan...………...…23
II.3. Strategi Periklanan... ………...26
II.4. Media Iklan dan Kreativitas Dalam Iklan TV ………...…34
II.6. Etika Pariwara Indonesia (EPI)... ...44
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian ...………45
III.2. Populasi dan Sampel ………...45
III.3. Teknik Pengumpulan Data ………...……….49
III.4. Teknik Analisa Data ………...………..50
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisa Tabel Tunggal... ………....53
IV.2. Analisa Tabel silang …...………...53
IV.3. Pengujian Hipotesa ………...…………..………..55
IV.4. Pembahasan... ………..………...68
BAB V: PENUTUP V.1. Kesimpulan ………...76
V.2. Saran ………...77
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah melihat apakah
terdapat hubungan antara iklan sabun Lux sebagai salah satu iklan sabun kecantikan
yang bernuansa sensual dengan sikap mahasiswa Fisip UMA. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh kejelasan dari hubungan antara iklan dengan sikap
responden.
Penelitian ini menggunakan metodologi (pendekatan) korelasional, yaitu
merupakan penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan (korelasi) antara suatu
gejala sosial satu (variabel X) dengan gejala-gejala sosial lain (variabel y), sekaligus
menjawab mengapa itu terjadi melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa-mahasiswi Fisip UMA Medan dengan jumlah populasi sebanyak
288 orang, yang terdiri dari stambuk 2005, 2006, dan 2007. Untuk menghitung jumlah
sample dari data populasi yang ada lebih dari 100 orang, maka sample yang diajukan
adalah 25% dari 288 orang yaitu 72 orang. Untuk menentukan jumlah setiap
angkatannya digunakan teknik purposive sampling dan untuk menentukan responden
dari 72 orang digunakan teknik penarikan sampel dengan cara simpel random
sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang
relevan dan mendukung. Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Data yang diperoleh dari hasil
pengujian hipotesa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara iklan
sabun Lux yang bernuansa sensual di TV swasta Indosiar dengan sikap public. Hasil rs
yang diperoleh adalah 0,9698 berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada
skala > 0,91 yang menunjukkan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan dapat
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang Masalah
Iklan adalah salah satu bidang promosi yang penggunaannya dapat dilakukan
secara serempak, berulang-ulang, dan berkelanjutan sesuai dengan keinginan dari si
pemesan. Di samping itu, dengan iklan maka penyebaran pesan dapat dilakukan
seluas-luasnya pada masyarakat baik dalam arti horizontal maupun dalam arti vertikal.
Keadaan ini, disebabkan oleh penyampaian iklan yang pada umumnya
mempergunakan mass media terutama radio yang mudah dan murah untuk didapat dan
sekaligus dimiliki masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa iklan merupakan
salah satu sarana penunjang bagi perusahaan di dalam mencapai tujuannya
yaitu meraih lebih banyak calon pembeli dan pelanggan dengan biaya yang
lebih rendah, dan dalam waktu yang lebih singkat. Sedangkan pengaruhnya, lebih
lama melekat pada ingatan masyarakat. Malah iklan yang baik tidak hanya mampu
menggugah, dan menarik minat masyarakat sehingga terdorong ke arah tindakan
pembelian, namun juga dapat memberikan keuntungan-keuntungan yang lain kepada
perusahaan. Sebagaimana yang dikatakan oleh William Spriegel sebagai dikutip Phil
Astrid S Susanto (1997:207) bahwa :
Dari definisi yang terakhir yaitu calon konsumen sendiri mencari barang atau
jasa yang dibutuhkannya itu, maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa betapa
iklan begitu mempengaruhi minat masyarakat dalam membeli barang atau jasa yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya, tidaklah semua iklan
yang dapat menjalankan fungsi dan tujuannya sebagaimana yang diharapkan. Hal ini
dikarenakan, masyarakat juga mempunyai pandangan dan penilaian sendiri-sendiri
akibat dari berbagai pengaruh lain terhadap komunikator, pesan maupun media yang
digunakan. Bahkan masyarakat bukan hanya satu kesatuan manusia yang berkumpul
atau berinteraksi, melainkan harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Seperti
yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat (1993:139) bahwa “Masyarakat adalah kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
bersifat kontiniu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.
Dengan demikian untuk individu sesuatu akan lebih bernilai dan mempunyai
daya tarik yang lebih tinggi, apalagi banyak orang dalam kelompok hidupnya merasa
tertarik kepada barang atau jasa yang dianjurkan. Sehubungan dengan ini maka
ditegaskan, bahwa inti dari setiap kegiatan periklanan ialah: “Berdasarkan simpati
yang mengarahkan sikap, pikiran, perasaan dan cara pandang orang lain sedemikian
rupa, sehingga melaksanakan apa yang dianjurkan oleh pemasang iklan. Langkah
pertama, ialah dengan meniadakan semua unsur yang bersifat anti atau berpengaruh
negatif terhadap apa yang dianjurkan”.( Phil Astrid S Susanto (1997:236)
Penayangan iklan dapat dilakukan oleh berbagai sarana media komunikasi
satu media penayangan iklan, kelangsungan hidup sebuah televisi sangat digantungkan
dengan adanya iklan. Kedudukan dan keberadaan televisi sebagai sarana penayangan
iklan sangat efektif sekali keberadaannya, karena selain menghadirkan suara televisi
juga menghadirkan gambar sebagai bahasa gerak bagi pemirsanya. Konsekuensinya
dari keberadaan televisi tersebut memberikan akibat bahwa iklan yang ditayangkan
akan tergambar secara jelas baik kegunaan barang yang diiklankan maupun juga
bentuk dari benda tersebut.
Sebagaimana diterangkan di atas bahwa pada dasarnya sebuah penayangan
iklan harus memiliki sensor norma bagi pemirsanya. Tetapi keadaan tersebut sangat
sulit dihilangkan dalam konteks penayangan iklan yang bernuansa sensual.
Penayangan sebuah iklan yang bernuansa sensual akan secara jelas memperlihatkan
dalam bahasa dan gambar secara jelas tentang kegunaan benda yang bernuansa sensual
itu. Membentuk opini publik dari sesuatu yang tidak bernuansa sensual pada
penayangan sebuah iklan mungkin mudah dilakukan, tetapi sebaliknya keadaan
tersebut akan sangat sulit dilakukan pada benda-benda yang akan diiklankan tersebut
mengandung nilai sensual.
Sensual dalam Kamus Bahasa Indonesia sensual diterjemahkan sebagai
“sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan yang bersifat naluri” (Dinas
Pendidikan Nasional, 2003:1039). Salah satu hal yang berhubungan dengan
kenikmatan yang bersifat naluri tersebut adalah nafsu sex. Nafsu sex tersebut akan
muncul ke atas apabila ada hal-hal yang memacunya. Membicarakan suatu hal yang
berhubungan dengan nafsu sex khususnya memaparkannya atau mempertontonkan
menjadi sebab terjadinya hal-hal yang bertentangan dengan hukum, memunculkan
pelanggaran terhadap norma agama dan tiang tertib masyarakat.
Sensualitas menjernihkan pikiran seseorang akan perbuatan kotor,
membayangkannya dan selanjutnya apabila tidak terkawal akan merugikan dirinya
sendiri, korban dan juga masyarakat luas. Oleh sebab itu masalah sensualitas adalah
suatu masalah yang sangat tertutup yang dibicarakan hanya pada tingkatan dan
keadaan tertentu, tidak serampangan dan sembarangan tempat. Sensualitas amat sangat
peka dalam menarik perhatian setiap individu dewasa, baik itu dalam bentuk
pembicaraan, gambar dan hal-hal lainnya yang dapat dipakai sebagai sarana
pengungkapan sensualitas, yang salah satunya adalah melalui periklanan.
Keberadaan iklan sebagai suatu sarana promosi tidaklah dapat dipisahkan
dengan hajat si pemasang iklan untuk mempengaruhi pemirsa, terutama tanggapan
mereka akan iklan yang ditayangkan atau dengan kata lain sebuah iklan tampil
kepermukaan sebagai suatu sarana pembentuk opini publik sehingga akan tampil
berbagai macam respon pemirsa atas iklan yang ditayangkan. Jadi dengan demikian
ada sikap yang ditimbulkan. Sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 :
1063) adalah merupakan perbuatan yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan yang
dimunculkan dalam perilaku.
Bila ditanyakan tentang “sikap”, umumnya orang menjawabnya dengan opini,
keyakinan, perasaan, resep (preferensi perilaku atau kesungguhan perilaku),
pernyataan fakta, dan pernyataan tentang perilakunya sendiri.
Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti juga semua wujud psikologis, sikap
yang tak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para
ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk
menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap
tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik
kesimpulan dan hasil-hasilnya.
Definisi Thurstone menyatakan sikap adalah : 1) pengaruh atau penolakan, 2)
penilaian, 3) suka atau tidak suka, 4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek
psikologis.
Sedangkan Frazier mengatakan sikap dengan istilah attitude yaitu perasaan
atau suasana hati seseorang mengenai orang, organisasi atau objek. Sikap
menggambarkan predisposisi seseorang untuk mengevaluasi masalah kontroversial
dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Secara singkat sikap
adalah suatu cara untuk melihat situasi.
Bahkan tidak jarang opini yang ditampilkan publik tersebut akan secara
langsung merangsang daya belinya. Tetapi meskipun demikian tetap saja ditemukan
keadaan bahwa sebuah iklan terkadang hadir di depan pemirsanya dengan latar
belakang yang bernuansa sensual sehingga tujuan si pemasang iklan tidak mengarah
kepada apa yang dihajatkannya dalam meningkatkan minat beli konsumen, sehingga
dengan dasar tersebut penulis merasa tertarik bagaimana sebenarnya sikap publik
tersebut terpengaruhi dengan adanya iklan yang bernuansa sensual ini.
Sebagai suatu bidang periklanan tentunya iklan yang memaparkan kondisi
kesensualitasan biasanya didominasi oleh sabun-sabun kecantikan, pelembab,
luasnya kajian tentang iklan yang menggambarkan kesensualitasan. Berdasarkan
keadaan tersebut maka dalam penelitian ini objek iklan dibatasi yaitu pada iklan sabun
mandi merek Lux. Selain iklan tersebut memiliki durasi yang sering ditayangkan di
televisi, masyarakat luas juga mengetahui jenis dan benda sabun mandi merek Lux.
Selama ini iklan Lux memang sangat menarik, dengan bintang iklan yang
cantik dan elegan. Secara otomatis pemirsa televisipun akan menganggap bahwa
produk Lux produk yang elegan. Daya tarik iklan dengan menggunakan selebritis
memang sangat sesuai untuk produk-produk kosmetik seperti halnya sabun mandi Lux
yang dinilai benar-benar pandai dalam memilih model iklan. Tamara Blezinsky, Dian
Sastro, Mariana Renata dan paling baru Luna Maya adalah sederatan selebriti lokal
yang dianggap paling cantik dan elegan.
Antara selebritis dan perusahaan sendiri mempunyai keterkaitan yang erat. Lux
memilih selebritis tertentu yang dianggap “hebat”, para selebritispun berbangga hati
bila mereka terpilih untuk bintang sabun mandi yang terkenal elegan dan mewah ini.
Selama ini penjualan produk Lux sudah sangat tinggi. Kehadiran selebritis ditujukan
untuk menjaga image yang melekat pada sabun mandi Lux tidak kalah dengan produk
pesaing baru.(www.playwithbeauty.co.id)
Terakhir iklan sabun Lux yang sering muncul di televisi versi balon udara dan
bathup terbang, yang dibintangi oleh selebritis asing yakni model dari Inggris Keira
Knightly dan artis Bollywood Aishwarya Rai dikatakan cukup sensual. Iklan sabun
Lux yang berslogan “Play With Beauty” ini menampilkan model wanita berupa artis
terkenal. Para artis dalam iklan ini memperlihatkan aurat-aurat kewanitaan dengan
kulitnya dalam setting ritual mandi. Meskipun ditampilkan elegan, hal ini cenderung
memperlihatkan sexual appeal dalam iklan. Dalam urusan gender, iklan ini bisa
dikatakan menempatkan wanita sebagai objek seks pria. Keadaan ini akan
memberikan pandangan bagi sebagian pemirsa dewasa dan yang mengerti akan seks,
bahwa perilaku iklana dalah objek seks yang diminati, sehingga akan memunculkan
keadaan-keadaan yang berhubungan dengan kehendak ingin melakukan seks.
Karena itulah penulis berhasrat mengadakan penelitian secara langsung dengan
harapan mendapat jawaban yang pasti mengenai “Hubungan Iklan Sabun Lux Dengan
Sikap Publik (Studi Korelasional Hubungan Iklan Sabun Lux Yang Bernuansa Sensual
di Stasiun TV Swasta Indosiar Dengan Sikap Mahasiswa Fisip UMA”.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah terdapat hubungan iklan sabun Lux yang bernuansa sensual dengan sikap
mahasiswa Fisip UMA”.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memudahkan dan menghindari ruang lingkup permasalahan yang
terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian ini maka peneliti membuat batasan
permasalahan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan hanya terhadap iklan sabun mandi merek Lux sebagai
iklan yang bernuansa sensual di Televisi Swasta Indosiar,
3. Pelaksanaan penelitian dibatasi pada respon mahasiswa terhadap iklan sabun
mandi Lux dalam tempo 1 bulan yaitu November 2007.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Hubungan antara gambar dengan perhatian, gambar dengan ketertarikan, gambar
dengan keinginan, gambar dengan keputusan, atau gambar dengan tindakan.
b. Hubungan antara headline dengan perhatian, headline dengan ketertarikan,
headline dengan keinginan, headline dengan keinginan, headline dengan
keputusan, atau headline dengan tindakan.
c. Hubungan antara bodycopy dengan perhatian, bodycopy dengan ketertarikan,
bodycopy dengan keinginan, bodycopy dengan keputusan, atau bodycopy dengan
tindakan.
d. Hubungan antara brand name dengan perhatian, brand name dengan ketertarikan,
brand name dengan keinginan, brand name dengan keputusan, atau brand name
dengan tindakan.
e. Hubungan antara waktu dengan perhatian, waktu dengan ketertarikan, waktu
dengan keinginan, waktu dengan keputusan, atau waktu dengan tindakan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah penelitian
dilingkungan FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
terkait dalam bidang usaha khususnya di bidang pemakaian sarana periklanan.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak
yang ingin melakukan penelitian sejenis.
1.6. Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian diperlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya, untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39-40).
Karlinger, menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk atau konsep,
definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala
dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut (Rahmat, 2006:6). Maka dengan adanya kerangka teori, akan
mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Dalam penelitian
ini teori-teori yang dianggap relevan adalah teori SOR, AIDDA, Periklanan, dan teori
Sikap.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model S-O-R (Stimulus, Organism,
Respons). Menurut model ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada
kondisi Stimulus tertentu pula. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini
adalah :
1. Pesan (Stimulus)
2. Komunikan (Organism)
3. Efek (Respons)
Teori S-O-R ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar I.1.
(Sumber : Effendy, 1993 : 225)
Dapat di lihat pada gambar di atas bahwa respon atau perubahan sikap
tergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang
disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak. Komunikasi yang terjadi
dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang
disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya
sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan
sikap terjadi dapat berupa perubahan kognitif, afektif, atau behavioral.
Adapun keterkaitan S-O-R dalam penelitian ini, yaitu : Stimulus
Organism : Perhatian Pengertian Penerimaan
1. Stimulus yang dimaksud adalah penayangan iklan sabun Lux yang bernuansa
sensual di televisi swasta Indosiar.
2. Organism yang dimaksud adalah mahasiswa Fisip UMA.
3. Respons yang dimaksud adalah sikap mahasiswa.
Selanjutnya yang berhubungan dengan landasan teori di atas yaitu Teori AIDDA.
Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action procedure, yang
dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendi (1999:89) AIDDA adalah
akronim dari kata-kata Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire (Hasrat),
Decision (Keputusan) dan Action (tingkatan/kegiatan). Konsep AIDDA ini adalah
proses psikologis pada diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA itu agar khalayak
membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan pihak penyusun berita atau tajuk
atau artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention).
Konsep komunikasi juga tidak dapat melepaskan diri dari konsep AIDDA.
Dengan konsep AIDDA maka diharapkan konsumen melakukan tindakan (action)
setelah perhatiannya (Attention) dialihkan kepada suatu produk.
Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan, dan,
atau menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek sebuah iklan menurut Jefkins,
(1996:234-235) adalah :
a. Perhatian (Attention)
Kecuali suatu iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan perhatian
pembaca dari berita editorial atau iklan lain, iklan yang dihasilkan tidak akan
diperhatikan sedikitpun oleh pembaca. Beberapa stimulus mampu menarik
iklan. Sebagai contoh, musik/sound seperti telepon atau bel pintu, dan sirine yang
meraung-raung terkadang dimasukkan sebagai latar belakang iklan radio dan
televisi. Jalan cerita yang menggambarkan pesan iklan itu sendiri juga dianggap
mampu menarik perhatian.
b. Ketertarikan (Interest).
Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna
membuat orang tertarik pada iklan kecuali iklan itu juga berhasil meraih rasa
ketertarikan mereka. Daya tarik iklan disini dengan menggunakan sederatan
selebritis yang dianggap paling cantik dan elegan yang sesuai dengan image
produk.
c. Keinginan (Desire)
Pembaca harus dibuat lebih dari sekadar merasa tertarik dan terpikat, mereka harus
didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan. Pengetahuan juga
meningkatkan kemampuan konsumen untuk memahami suatu pesan. Efek
menguntungkan pemahaman ini akan disertai berkurangnya kesalahpahaman. Jadi
harapan yang diciptakan label merk cukup kuat untuk mengubah persepsi
konsumen atas suatu produk. Sifat kebutuhan konsumen pada waktu disodori suatu
iklan akan mempengaruhi penekanan yang diberikan pada sifat pemikat perhatian
suatu iklan, karena konsumen sudah dimotivasi kebutuhannya sendiri untuk
memproses iklan itu.
d. Keputusan (Decision).
Adalah sudah sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan untuk
perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang
layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasaan
sebagaimana yang mereka inginkan, tentu saja keputusan disini mungkin dapat
diraih dengan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
diiklankan.
e. Tindakan (Action).
Bagaimana iklan mampu menimbulkan respon. Iklan cetak bersifat statis dan tidak
mudah untuk membuat pembaca melakukan tindakan sesuai yang diinginkan.
Tentu saja mungkin ada suatu pendekatan yang langsung memunculkan aksi pada
headline, atau mungkin implisit dikeseluruhan iklan, Respon disini diharapkan
dapat mengarah pada tindakan pembelian nyata dan atau pembelian ulang bagi
konsumen yang mempunyai loyalitas.
Selain teori yang diuraikan di atas, berikutnya akan diuraikan teori tentang
sikap. Karena akibat yang ditemukan dari penayangan iklan sabun Lux adalah sikap
publik yang diwakili oleh mahasiswa Fisip UMA.
Menurut Effendy (2002:19) sikap (attitude) adalah suatu kesiapan kegiatan
(preparatory activity), suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial.
Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1999), sikap dapat didefinisikan
sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Dapat
dikatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon hanya akan dapat
timbul jika individu dihadapkan pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya
sikap yang muncul yang didasari proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap rangsangan dalam bentuk nilai baik dan buruk, menyenangkan
dan tidak menyenangkan, positif dan negatif, yang kemudian mengkristal menjadi
potensi dan reaksi terhadap suatu objek.
Menurut Gordon Allport dalam Azwar (1995), sikap konsumen didefinisikan
sebagai suatu kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan
pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya respon.
Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering
tergantung pada sikap konsumen. Iklan yang diminati atau dievaluasi secara
menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk. Iklan
yang tidak diminati dapat mengurangi minat pembelian produk. Suatu penelitian
berulang-ulang menunjukkan bahwa sikap terhadap suatu iklan dapat berfungsi
sebagai peramal yang signifikan atas sikap terhadap suatu produk. Hal ini tertulis
dalam buku Engel, Blackwell dan Miniard (1994). Namun tidak berarti bahwa
konsumen harus selalu menyukai suatu iklan agar iklan tersebut efektif. Barangkali
ada iklan yang tidak disukai tetapi tetap saja berhasil. Beberapa pengiklanan, bahkan
dengan sengaja membuat iklan yang menganggu dengan harapan pesannya dapat
menerobos konsumen.
Sikap konsumen merupakan elemen kedua dari elemen-elemen yang
membentuk kesan merek. Sikap konsumen terhadap merek dapat diartikan sebagai
penyampaian apa yang diharapkan pembeli agar dapat memuaskan kebutuhan
pembeli. Oleh karena itu, sikap konsumen dapat memacu keinginan atau niat untuk
Menurut John A. Howard (1994), sikap konsumen terhadap merek dapat
timbul setelah konsumen mengenali suatu merek atau langsung mendengar pesan iklan
(konsumen) yang disampaikan produsen.
1.7. Kerangka Konsep
Seorang peneliti harus menetapkan variabel-variabel penelitian dalam
penelitiannya sebelum memulai pengumpulan data. Kerangka konsep merupakan
pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang
akan dicapai (Nawawi, 1991:56).
Dalam penelitian ini ditetapkan konsep dalam kelompok-kelompok variabel
sebagai berikut :
1. Variabel bebas (Independent variable)
Adalah : variabel yang memberikan pengaruh atau menentukan perubahan pada
variabel berikutnya. Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel bebas
(X) yaitu Iklan Bernuansa Sensual.
2. Variabel terikat (Dependent variable).
Adalah variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel lainnya. Dalam penelitian
ini yang ditetapkan menjadi variabel terikat (Y) yaitu Sikap Publik. Variabel Y
pada penelitian ini terdiri dari 5 sub variabel, yaitu:
a. Perhatian (Attention).
b. Ketertarikan (Interest).
c. Keinginan (Desire).
e. Tindakan (Action).
2. Variabel antara (Intervening variable)
Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat
diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
ditetapkan menjadi variabel antara yaitu karekteristik responden.
Gambar I.2. Kerangka Konsep
1.8. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut: Variabel Bebas (X)
Iklan Bernuansa Sensual
Variabel Terikat (Y) Sikap Publik
Variabel Antara (Z) Karakteristik
Gambar 1.2.
Model Teoritis SOR dan AIDDA Dimodofikasi Oleh Penulis
1.9. Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan,
variabel-variabel teoritis tersebut diajukan sebagai acuan untuk memecahkan masalah.
Agar variabel-variabel teoritis lebih jelas penggunaannya, maka dioperasionalisasikan
sebagai berikut : S (Stimulus)
O (Organism)
R (Respon)
Iklan (Variabel X) - Gambar
- Kata-kata - Body copy - Brand name - Slogan - Durasi - Intensitas
Tabel 1.1
OPERASIONALISASI VARIABEL
Varibel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel bebas (X)
Iklan Bernuansa Sensual
2. Variabel terikat (Y)
Sikap Publik
1. Sub Variabel (X1), Gambar (Ilustrasi)
a. Model
b. Pemandangan
c. Warna
2. Sub Variabel (X2), Headline (Kata-kata)
a. Iklan produk
b. Keuntungan produk
c. Anjuran pemakaian
3. Sub Variabel (X3), Body Copy (Info Produk)
a. Ciri-ciri produk
b. Kelebihan produk
3. Merek Paten (Brand Name): Lux
a. Slogan : Play With Beauty
4. Waktu
a. Durasi:
- 1 – 3 menit
- 3 – 5 menit
- Lebih 5 menit
b. Intensitas (perhari)
- Heavy (5x)
- Moderat (10 – 15x)
- High (lebih 15x)
1. Perhatian
a. Alur Cerita
b. Musik/Sound
a. Model Iklan
b. Image produk
3. Keinginan
a. Pengetahuan
b. Kebutuhan/motivasi
4. Keputusan
a. Kepercayaan
b. Keyakinan
5. Tindakan
a. Pembelian nyata
b. Pembelian ulang
1.10. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara
mengukur variabel penelitian.
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Ilustrasi (gambar) : biasanya berupa potret model atau pemandangan
2. Headline (kata-kata) : berupa kata-kata yang mencoba untuk menyampaikan inti
pesan terpenting yang mutlak untuk disampaikan kepada para pembaca.
3. Identifikasi headline : mengidentifikasi iklan langsung ke bentuk produk.
4. Advice or benefit : memberikan ansehat dan mengklasifikasikan keuntungan.
5. Common headline : merupakan perintah/anjuran.
6. Body copy : merupakan penjelasan yang logis dari tema sentral yang terdapat pada
headline. Biasanya menyampaikan jenis informasi tentang produk yang
7. Suggestive information : yang mencoba untuk memberitahukan kegunaan dan
kelebihan dari produk yang diiklankan dengan produk lain yang sejenis.
8. Merk (brand name) : adalah nama, tanda, simbol, desain atau kombinasi hal-hal
tersebut yang ditujukan untuk mengidentifikasi (membedakan) suatu barang.
9. Slogan : merupakan kalimat atau kata-kata yang pada umumnya digunakan untuk
lebih meyakinkan dan memperkuat sikap calon konsumen untuk memilih produk
atau jasa yang ditawarkan.
10.Waktu penayangan : ketika, saat, masa penayangan iklan sabun Lux.
11.Durasi : merupakan jumlah waktu tertentu yang disediakan untuk mengiklankan
barang atau jasa.
12.Intensitas : Biasanya dilihat dari seberapoa seringnya iklan barang atau jasa
tersebut muncul di televisi.
Variabel-variabel penelitian Variabe l Sub Variabel Konsep Variabel dan Defenisi
Indikator Alat Ukur Skala
No. Pertanyaa n X Iklan Lux Versi Play With Beauty Gambar (X1)
Biasanya berupa potret model atau pemandangan
Model Model iklan
Bercitra positif
Ordinal
7
Warna Iklan Lux full
colour 8
Pemandanga n Pemandangan merupakan sarana pendukung 9 Headline (X2)
Berupa kata-kata yang mencoba
untuk
menyampaika n inti pesan
terpenting yang mutlak untuk disampaikan kepada para pembaca Anjuran pemakaian Anjuran pemakaian sabun Lux 12 Body Copy
(X3)
Merupakan penjelasan yang logis dari tema sentral yang terdapat pada headline. Biasanya menyampaika n jenis informasi tentang produk yang diiklankan Ciri-ciri produk Kemasan Lux Ordinal 13 Kelebihan produk Penggunaan sabun dan kepercayaan diri 14 Merk Paten/ Brand name (X4)
Adalah nama, tanda, simbol,, desain atau kombinasi hal-hal tersebut yang ditujukan untuk mengidentifik asi suatu barang
Slogan Slogan Play with beauty dan pengaruhnya
Ordinal 15
Durasi (X5)
Merupakan jumlah waktu tertentu yang disediakan untuk mengiklankan barang/jasa
1 – 3 menit Durasi iklan Lux cukup menarik perhatian
Ordinal 16 3 – 5 menit
Lebih 5 menit
(X5) dilihat dari seberapa seringnya iklan barang/jasa tersebut muncul di televisi
Moderat Lux cukup memadai
Perhatian (Y1)
Beberapa stimulus mampu menarik perhatian, karena orang diajari atau dikondisikan untuk berreaksi terhadap suatu iklan
Alur cerita Alur cerita mampu menarik perhatian penonton. Ordinal 18 Musik/sound Musik/sound mampu menarik perhatian 19 Ketertarik an (Y2)
Daya tarik iklan biasanya menggunakan model iklan yang sesuai dengan image produk
Model iklan Model iklan menimbulkan ketertarikan penonton Ordinal 20 Image produk Image produk menimbulkan ketertarikan penonton Ordinal 21 Keinginan (Y3)
Keputusan (Y4)
Mungkin dapat diraih dengan cara meningkatkan kepercayaan konsumen akan produk yang diiklankan
Kepercayaan Dengan adanya kepercayaan, penonton berkeinginan untuk menggunakan sabunnya Ordinal 24
Keyakinan Dengan adanya keyakinan, penonton berkeinginan untuk menggunakan sabunnya Ordinal 25 Tindakan (Y5)
Bagaimana iklan dapat menimbulkan respon positif dari konsumen Pembelian nyata Penonton membeli sabun secara nyata Ordinal 26 Pembelian ulang Penonton mau untuk terus menerus memakai sabun Lux 27 1.11. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan permasalahan yang
diajukan. Menurut Singarimbun dan Effendi (1992:56): “Hipotesis merupakan
kesimpulan sementara atau proposisi tentatif hubungan antara 2 (dua) variabel atau
lebih”.
Adapun hipotesis yang diajukan terhadap rumusan masalah yang telah
diajukan adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara Iklan Sabun Lux yang Bernuansa Sensual di
Stasiun Televisi Swasta Indosiar dengan Sikap Mahasiswa Fisip UMA.
Ha : Terdapat hubungan antara Iklan Sabun Lux yang Bernuansa Sensual di Stasiun
1.12. Metode Penelitian 1. Metodologi
Metode penelitian yang dipergunakan dalam studi ini adalah metode
korelasional, yaitu suatu metode yang menjelaskan hubungan diantara dua variabel.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
variabel dan seberapa jauh hubungan kedua variabel tersebut (yang dapat diukur) atau
lebih.
2. Metode
Metode yang digunakan adalah survey, yaitu meneliti populasi yang relatif
luas dengan cara menentukan sample yang mewakili (reprensentative) dari populasi
yang diteliti. Metode survey ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
sebagai instrument pengumpulan datanya (Kriyantono, 2006:60).
3. Jenis atau tipe
Jenis atau tipe penelitiannya adalah jenis penelitian eksplanatif (analitik),
karena merupakan penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan (korelasi) antara
suatu gejala sosial satu (variabel x) dengan gejala-gejala sosial lain (variabel y),
sekaligus menjawab mengapa itu terjadi melalui penguji hipotesis (Kriyantono,
2006:61).
Menurut Singarimbun dan Effendy (1992:301) populasi adalah keseluruhan
objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan,
gejala alam. Nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh mahasiswa Fisip UMA Medan
untuk stambuk 2005, 2006 dan 2007 yang berjumlah 288 orang mahasiswa.
2. Sampel
Menurut Arikunto (1998 : 112), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Untuk sekedar contoh maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang,
lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%
atau lebih.
Dari pendapat di atas maka dalam penelitian ini populasi yang ada lebih dari
100 orang, maka sampel yang diajukan adalah 25% dari 288 orang yaitu 72 orang.
Dengan demikian sampel yang diajukan sebanyak 72 orang.
Tabel I.1
JUMLAH SEBARAN SAMPEL UNTUK POPULASI MAHASISWA FISIP UMA STAMBUK 2005, 2006 dan 2007
No. Stambuk Keterangan
Populasi Sampel
1. 2005 98 25
2. 2006 93 23
3. 2007 97 24
Jumlah 288 72
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Dalam pengambilan sampel secara purposive sampling. Oleh Umar (2001:92) “Dalam
hal ini pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya”. Peneliti diberi kebebasan untuk menentukan kriteria berdasarkan tujuan
penelitian :
a. Kuliah di Fisip UMA
b. Stambuk 2005, 2006, dan 2007.
c. Pernah menyaksikan iklan sabun mandi Lux di Televisi Swasta Indosiar.
Selain dengan cara purposive sampling teknik pengambilan juga dilakukan
dengan cara simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen.
1.14. Teknik Pengumpulan Data
Agar didapatkan data yang obyektif, maka penulis mempergunakan teknik
untuk memperoleh data tersebut dengan melalui cara :
a. Field Research/Angket
Penelitian lapangan ini merupakan data primer yang diperoleh dengan terjun
langsung kelapangan terhadap obyek yang telah dipilih yaitu dengan cara
mengedarkan angket. Angket ini adalah merupakan sebaran pertanyaan kepada
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan ini merupakan data sekunder yaitu data yang didapat
melalui kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku, dan bahan perkuliahan yang
kiranya punya relevansi langsung dengan masalah skripsi penulis.
c. Wawancara
Penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara/berbicara langsung dengan pihak
Unilever via telepon, guna mendapatkan data akurat yang penulis butuhkan untuk
kelengkapan skripsi.
1.15. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995:263). Data yang
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis yaitu:
a. Analisa Tabel Tunggal
Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel
penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel
tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua
kolom yaitu sejumlah frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori
(Singarimbun, 1995:266).
b. Analisa Tabel Silang
Teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu
memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah
1.16. Uji Hipotesa
Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesa
yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan antara
kedua variabel yang dikorelasikan dalam penelitian digunakan koefisien korelasi
yaitu:
1. Menganalisa tabel tunggal
2. Menganalisa tabel silang
3. Uji hipotesis dengan menggunakan rumus Korelasi Spearman Rank
rs = Koefisien Korelasi Spearman Rank
n = Jumlah Sampel
d2 = Jumlah perbedaan rangking pada tiap pasangan.
4. Uji-t.
Uji – t adalah rumus untuk menguji tingkat signifikan hubungan antara kedua
variabel yang diajukan sebagai pedoman penelitian.
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
Pada taraf signifikan dan derajat kebebasan dk = n-2 ,maka dapat dilihat
pengujian hipotesis penelitian dan melihat signifikan variabel bebas dan variabel
terikat dengan ketentuan:
- Bila t hitung > t tabel, maka ada pengaruh signifikan antara x dan y.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Pengertian dan Perkembangan Iklan 1. Pengertian Iklan
Iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal dari bahasa Perancis, yaitu
re-clamare yang berarti “ meneriakkan berulang-ulang “. Oleh karena yang demikian
meneriakkan berulang-ulang di pinggir jalan, lorong, ataupun yang sejenisnya sudah
merupakan bersifat iklan. Bedanya hanyalah, bahwa iklan pada umumnya
menggunakan media sehingga reklame dagangan dapat tersebar luas dan tidak perlu
bersusah payah membawa barang atau jasa yang hendak dijual.
Kehadiran iklan tidak hanya diperlukan oleh perusahaan semata-mata, tetapi
juga oleh masyarakat luas. Artinya dengan adanya iklan maka masyarakat jadi tahu
akan kelebihan dan keuntungan yang akan diperoleh daripada barang atau jasa yang
dianjurkan tersebut. Kemudian dengan adanya iklan pula, masyarakat jadi mudah
mencari dimana tempat untuk mendapatkan barang atau jasa, sesuai dengan yang
Selain itu, masyarakat adalah sekumpulan dari berbagai macam individu yang
selalu disibukkan dengan kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak jarang lupa atau
memang sengaja melupakan hal-hal yang kurang berkenaan dengan dirinya. Pokok
umpamanya, sebagai salah satu kebutuhan tambahan dalam hidup manusia. Oleh
karena itu, memberitahukan, menggerakkan, meyakinkan, dan menggiatkan
masyarakat adalah sangat penting terutama bagi perusahaan di dalam upaya meraih
pasaran/peminat dari pada barang atau jasa yang telah dihasilkan.
Mengenai pengertian iklan sendiri, banyak para ahli yang telah
menyumbangkan pemikiran, seperti C.H. Sandage dalam bukunya Advertising Theori
and practice yang mengatakan, bahwa iklan adalah :
“The dissemination of information, concerningidea, service or product to compel
action in accordance with the intent of the advertiser, (Iklan adalah penyebaran
informasi berupa ide, pelayanan atau produk untuk menimbulkan kegiatan sesuai
dengan yang diinginkan oleh si pemasang iklan )“. (H.R. Danan Djaja, 1985:110).
Disini jelas dikatakan, bahwa iklan merupakan penyebar informasi yang tidak
hanya sekedar untuk memberitahukan sesuatu, tetapi juga sekaligus untuk
menimbulkan kegiatan dari masyarakat sesuai dengan yang dianjurkan. Kemudian
William Spriegel memberikan pedoman tentang pengertian iklan, seperti berikut ;
“kegiatan periklanan mengandung unsur penyewaan ruangan atau waktu dalam suatu
media massa demi penggunaannya, serta penyajian yang non-pribadi (artinya bukan
oleh seseorang secara berhadapan)”. (Phil Astrid S. Susanto, 1997:200).
Dari pendapat William Spriegel ini menunjukkan bahwa penyajian suatu iklan
melalui suatu media. Oleh karena itu, periklanan mungkin lebih lama memberikan
reaksi positif, akan tetapi mencari jaminan dalam jangka panjang. Sementara Kode
Etik Periklanan Indonesia menguraikan sebagai berikut :
“Iklan adalah publikasi atau penyiaran yang berupa reklame, pemberitahuan atau
pernyataan yang bersifat bukan berita (news) dengan menyewa suatu ruangan yang
khusus disediakan untuk itu, dengan maksud memperkenalkan atau memberitahukan
sesuatu melalui mass media”. (H.R. Danan Djaja, 1985:110).
Iklan adalah publikasi yang dapat berupa reklame, pemberitahuan atau
pernyataan yang bukan bersifat berita dan disampaikan dengan menyewa satu ruang
khusus yang ada pada suatu mass media. Dalam pengertian lain, dengan iklan sesuatu
perusahaan membangunkan kesadaran masyarakat untuk memiliki barang yang
dibutuhkannya, baik di rumah tangga, kantor dan sebagainya lewat penyiaran di
televisi, radio, surat kabar, film dan majalah ataupun tabloit mingguan.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa
pengertian iklan adalah :
a. Tindakan atau usaha memperkenalkan hasil produksi melalui gambar, kata-kata
slogan atau simbol dari pada hasil produk tersebut melalui komunikasi langsung
yang ditujukan kepada khalayak ramai agar dibeli dan menimbulkan minat
masyarakat untuk membeli dan memilikinya.
b. Usaha peningkatan penjualan hasil produk melalui media komunikasi massa
supaya dikenal secara cepat dan tersebar di pasar.
c. Sarana informasi bagi masyarakat dalam menentukan dan menumbuhkan minat,
d. Salah satu sarana penghidupan bagi media massa dan surat kabar pada khususnya.
2. Perkembangan Iklan
Periklanan dalam arti modern, merupakan usaha untuk memberi informasi
tentang suatu produk atau jasa kepada khalayak dan merupakan suatu gejala
masyarakat yang maju. Gejala ini boleh dikatakan khas, mengingat bahwa barang atau
jasa tidak dijual bersamaan dengan pemberian informasi, serta bahwa pemberian
informasi terjadi pada umumnya melalui media massa. Karena itu syarat utama bagi
apa yang kini disebut periklanan ialah adanya media, terutama media massa.
Walaupun surat kabar yang dikenal sebagai surat kabar pertama seperti Nathaniel
Butter’s Weekly News sudah dikenal dalam tahun 1622 di Inggris, namun ternyata
bahwa surat kabar itu belum memuat iklan. Yang dikenal di Inggris sebagai pembawa
iklan yang pertama, ialah Mercurius Eritannius.
Di Inggris kemudian dikenal suatu surat kabar yang mengkhususkan diri dalam
periklanan pada tahun 1682, yaitu “A collection for the Improvement of Husbandry
and Trade”, sehingga terbitan bukan saja membawa berita jual-jual produk pertanian
dan perdagangan pada umumnya, tetapi juga sudah membawa iklan tentang
“lowongan kerja” dan “mencari pekerjaan”, seperti juga “berita benda yang hilang”
dan “berita ditemukan”. Surat kabar yang diterbitkan oleh Jhon Houghton ini,
akhirnya juga memuat berita pernikahan dan pencaharian jodoh, juga seperti ulasan
buku serta berita dimana dapat membelinya. Dalam abad ke-18 dan ke-19 di dalam
dunia persurat kabaran Inggris terjadi satu kemunduran di bidang kegiatan periklanan,
penerbit dari surat kabar berbobot elit Anhenaum and Frazer’s menghindari iklan
berbau “picisan”. Akibat daripadanya ialah bahwa dalam periode ini iklan mini
(classifiedads) berkembang, yang akhirnya dapat menghasilkan 9.000 poundstarling.
Lambat laun pasaran massa sebagaimana dikenal sekarang, makin berkembang terutama dalam abad ke-19 dengan menggunakan berbagai tricks seperti penggunaan lagu-lagu populer atau pepatah yang mudah mengingatkan seseorang akan suatu produk tertentu, menggunakan pengulangan serta pendekatan tehnik erudisi dengan menggunakan tehnik pseudo ilmiah demi “ peningkatan status sosial “ kepada pemakai satu produk. Namun tidak semua pedagang kaya menganggap bahwa surat kabar sebagai satu-satunya media yang dapat menghubungkan dirinya (produk atau jasanya) dengan khalayak sasaran, sehingga mulai penggunaan tehnik penggunaan papan tempel (billboards) serta penggunaan iklan pada kendaraan – kendaraan yang membawa produknya, sehingga pemerintah kotamadya London dalam tahun 1839 sudah mengeluarkan apa yang dikenal sebagai metropolitan Police Act, 1839 yaitu yang mewajibkan izin penempelan poster atau pemasangan papan tempel di tempat-tempat umum, di samping izin rekomendasi dari polisi setempat. Dalam suasana ini kegiatan periklanan memperoleh citra negatif dan terutama dikenal sebagai “ kasar dan tidak benar “, sehingga perusahaan-perusahaan besar akhirnya kembali dengan hanya mencantumkan pada papan tempel sekedar nama perusahaan dan produknya untuk mengingatkan khalayak. (Phil Astrid S. Susanto, 1997:188).
Langkah kemajuan berikut dalam periklanan terutama melalui pers dilakukan
oleh Thomas J. Bart dari Pears Soap Co, yang untuk pertama kalinya menggunakan
artis-artis yang terkenal sebagai pembawa iklannya. Demikian pula kemajuan dalam
bidang Lithography yang diperkenalkan dari Perancis, akhirnya mengakibatkan
penggunaan pengaruh artis-artis untuk iklan. Dalam abad ke-19 terutama cara
pencetakan iklan dalam cara Toulouse Lautrec dari Moulin Rouge sangat menonjol
dan hingga kini kadang-kadang masih dipakai. Namun baru sejak akhir abad ke- 19
yaitu dalam tahun 1880 Lord Northcliffe sendiri, yang mengubah citra dari
iklan karena mengaitkannya dengan eksistensi surat kabar. Sejak itu pendapat, bahwa
yang dipergunakan ditunjang oleh iklan, menjadi populer. Sehingga lahirlah apa yang
dikenal sebagai Display Advertisements atau iklan berukuran besar dalam surat kabar.
Hal ini dimungkinkan karena pada akhir abad ke-19 sistem distributor untuk penjualan
produk makin berkembang, yaitu berkembangnya sistem penjual eceran.
2.2. Fungsi, Jenis dan Manfaat Iklan 1. Fungsi Iklan
Menurut Alo Liliweri (1998) yang dikutip dari beberapa sumber seperti Wright
(1978), S.W. Dunn (1978) dan Bover (1976) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Pemasaran
Adalah fungsi untuk menjual informasi tentang barang, jasa maupun gagasan
melalui media sebagai upaya:
- Mengidentifikasi produk dan menjelaskan perbedaannya dengan produk lain.
- Menganjurkan penggunaan produk baru secara bertahap.
- Menunjang penyebaran untuk peningkatan penggunaan produk.
- Membangun rasa cinta dan dekat pada produk untuk mengikat konsumen
dalam jangka waktu yang lama.
b. Fungsi Komunikasi
Adalah upaya penerangan dan informasi tentang produk, memberi pesan yang
berbau pendidikan, menciptakan pesan yang bersifat menghibur dan
mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu membeli dan memakai produk
c. Fungsi Pendidikan.
Melali iklan orang dapat belajar sesuatu dari yang dibacanya, ditonton maupun
didengar. Khalayak dapat mengkonsumsi produk yang sesuai untuk merek dan
merek dapat memperbaiki gaya hidup menjadi lebih baik.
d. Fungsi Ekonomi.
Keuntungan ekonomis yang diperoleh khalayak melalui iklan adalah mereka lebih
mudah mengakses produk yang dibutuhkan yang bisa menjadi khalayak efisien
dari segi biaya.
e. Fungsi Sosial.
Dalam fungsi sosial iklan membantu menggerakkan perilaku khalayak untuk lebih
baik.
2. Jenis Iklan
Jika seseorang berhadapan dengan surat kabar, majalah, radio dan televisi,
seketika melihat adanya pesan yang menawarkan mengenai keunikan suatu barang
atau melayani suatu jasa, maka kita mengatakan itu iklan. Iklan juga ada di
papan-papan reklame di perempatan ramai dengan lampu berwarna-warni, ditempelkan di
dinding bis-bis kota, atau dibagikan pedagang asongan waktu menunggu lampu hijau
dalam kendaraan untuk bergerak maju.
Iklan terdiri atas dua jenis : pertama iklan standar, dan kedua iklan layanan
masyarakat. Jika kemudian terdapat jenis-jenis yang lain, maka itu merupakan
perluasan dari kehadiran kedua jenis iklan tersebut, demikian dinyatakan oleh Bitter
Iklan standar, adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan
memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media
massa. Tujuan iklan standar, adalah merangsang motif serta minat para pembeli atau
para pemakai. Karena akibat iklan telah merangsang pembeli melalui daya tariknya
yang besar, maka iklan menggugah minat, perasaan konsumen dan mengambil sikap
terhadap barang atau jasa yang ditawarkan tersebut. Sebagian besar iklan standar
pesan-pesannya ditata secara profesional oleh lembaga periklanan. Kehadiran lembaga
seperti ini, sangat dibutuhkan oleh para pemasang iklan yaitu mereka yang
mempunyai barang, jasa, ide serta gagasan yang ingin ditawarkannya itu.
Pesan-pesan iklan ini disusun secara mantap baik dalam kata, kalimat, memilih
gambar dan warna, tempat pemasangan atau media yang cocok, menjangkau jenis
khalayak sasaran tertentu, menyebarkannya pada waktu yang pas yang seluruhnya
berada dalam penanganan orang-orang profesional.
Jenis iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat nonprofit, jadi iklan
ini tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Hal ini berbeda
dengan iklan standar, yang mengharapkan dari pemasangan iklannya menggaet
keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya iklan layanan masyarakat,
bertujuan memberikan informasi dalam rangka pelayanan dengan mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
Dan iklan layanan masyarakat tidak terlalu terikat pada penetapan yang ketat,
perancangan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai, sampai pada penentuan
khalayak sasaran serta pemilihan tempat dan juga waktu yang benar-benar pas.
a. Iklan Tanggung Jawab Sosial
Adalah iklan yang bertujuan untuk menyebarkan pesan – pesan yang bersifat
informatif, penerangan, dan pendidikan agar membentuk sikap warga masyarakat
sehingga mereka bertanggung jawab terhadap masalah sosial juga kemasyarakatan
tertentu. Tanggung-jawab ini merupakan bagian dari kewajiban masyarakat secara
moral maupun material yang ditunjukkannya dalam aktivitas sosial.
b. Iklan Bantahan
Iklan ini diajukan melalui media massa untuk membantah dan memperbaiki citra
suatu produk, yang namanya sudah tercemar di kalangan masyarakat akibat suatu
informasi yang tidak benar. Perusahaan yang memproduksi produk itu dapat
mengajukan iklan melalui kuasa hukum/pengacara untuk membantah ketidak
benaran informasi tersebut.
c. Iklan Pembelaan
Iklan ini mirip sebenarnya dengan iklan bantahan, namun iklan pembelaan
merupakan iklan yang diajukan untuk membela keberadaan suatu barang, jasa, ide
atau gagasan tertentu dari pengajuan atau klaim dari pihak yang lain terhadap
suatu produk tertentu, terutama sekali pembelaan ini terhadap hak paten.
d. Iklan Perbaikan
Iklan perbaikan adalah iklan yang memperbaiki pesan-pesan tentang suatu produk
tertentu yang terlanjur salah dan disebarluaskan melalui media massa.
Jenis iklan seperti ini terlihat misalnya dalam iklan untuk memperbaiki isi iklan
yang sama tentang suatu produk pada edisi terbitnya suatu media beberapa waktu
e. Iklan Keluarga
Iklan keluarga adalah iklan yang pesan-pesannya merupakan pemberitahuan
tentang terjadinya suatu peristiwa kekeluargaan kepada keluarga/khalayak lainnya.
Sebagai contoh, iklan perkawinan, iklan ucapan selamat hari raya, iklan ucapan
selamat sukses, iklan kematian atau turut berduka cita dan sebagainya.
Sementara itu Bovee membuat pembagian iklan yang lebih spesifik, yaitu:
a. Iklan berdasarkan khalayak sasaran psikografis.
Berdasarkan khalayak sasarannya, iklan dapat dibagi atas iklan untuk konsumen
dan iklan untuk bisnis.
b. Iklan berdasarkan khalayak sasaran geografis.
Jenis iklan ini diarahkan untuk menjangkau khalayak dalam suatu wilayah tertentu.
Berdasarkan itu, iklan dibagi atas iklan internasional, iklan nasional, iklan regional
dan iklan lokal.
c. Iklan berdasarkan penggunaan media.
Penyebarluasan iklan harus melalui media yang dipilih secara khas sesuai dengan
keputusan pengiklannya. Pilihan terhadap media yang digunakan sebagai penyebar
iklan dapat dilakukan melalui media cetak dan media elektronik.
d. Iklan berdasarkan fungsi dan tujuan.
Setiap iklan mempunyai fungsi tertentu serta mempunyai tujuan tertentu pula.
Jenis iklan ini terbagi atas iklan tentang produk-produk, iklan komersial bukan
3. Manfaat Iklan
Manfaat iklan bagi produsen:
a. Bagi bisnis komersial untuk menjual barang/jasa.
b. Bagi lembaga rekrutmen untuk mencari pekerja.
c. Bagi pemerintah untuk memberi informasi.
d. Jasa/industri hiburan.
e. Informasi perjalanan wisata/ibadah.
f. Informasi pendidikan.
g. Informasi prodok kesehatan, contoh: CNI.
h. Informasi pembelian/penjualan barang pribadi, contoh: HP.
Sedangkan bagi konsumen, iklan bermanfaat untuk:
a. Menumbuhkan kesadaran kepada calon konsumen.
b. Menumbuhkan/membangun sikap-sikap yang diinginkan.
c. Menumbuhkan identitas merek.
d. Menanmkan cita/ciri-ciri tertentu kepada konsumen.
e. Menumbuhkan permintaan akan produk.
2.3. Strategi Periklanan
1. Periklanan Yang Berorientasi Pada Manfaat Produk Atau Keistimewaan Produk (Product Benefit Or Feature Oriented Advertising)
Strategi iklan yang berorientasi pada manfaat produk atau
keistimewaan-keistimewaan produk adalah “suatu strategi periklanan yang mengkomunikasikan
konsumen”. Hasil yang diperoleh akan lebih memuaskan jika product feature atau
product benefit yang ditonjolkan bersifat unik, dalam arti tidak dimiliki oleh pesaing.
Dasar pertimbangan untuk menonjolkan benefit adalah karena iklan termasuk
selling atau lebih tepatnya mass seling. Sebagaimana diketahui dalam salesmanship
selalu ditekankan bagaimana menjual keistimewaan atau benefit suatu produk. Iklan
sabun mandi Lux adalah salah satu contoh advertising campaigns yang menganut
aliran ini dan telah meraup sukses.
Strategi iklan yang berorientasi pada produk atau manfaat diterapkan jika:
a. Produk yang diiklankan merupakan suatu produk kategori baru (bukan merek
baru), sehingga perusahaan produk tersebut masih harus mendidik konsumen
tentang manfaat produknya. Pada produk kategori baru, benefit yang terpakai
biasanya masih belum ada atau masih sedikit, sehingga memungkinkan pemasar
untuk menonjolkan keunggulan dari sisi benefit atau feature.
b. Benefit yang utama belum semuanya terpakai oleh pesaing. Perlu diteliti, apakah
masih ada benefit/feature yang bisa dikomunikasikan kepasar. Jika pasaran telah
dipenuhi benefit/feature, maka strategi ini tidak bisa dipakai lagi.
c. Benefit/product feature yang ditonjolkan benar-benar unik dan substansial di mata
konsumen. Kriteria ini sangat penting. Jika segmen yang akan dituju pasarnya
kecil, maka resikonya akan tinggi, walaupun benefit/feature yang ditonjolkan
relatif baru. Salah satu contohnya adalah kegagalan PT. Unilever dalam
memasarkan Tara Nasiku, produk nasi goreng instant. Produk ini meskipun unik,
tetapi ukuran pasarnya relatif kecil dan konsumen mengganggap benefit yang
2. Periklanan Yang Berorientasi Pada Citra Merek (Brand Image Oriented Advertising)
Strategi ini merupakan suatu cara periklanan untuk memberikan atau
menempelkan suatu kepribadian (personality) pada suatu merek. Strategi ini sering
dijadikan bilamana produk yang diiklankan tidak memiliki product feature atau
benefit yang unik.
Aliran ini dipelopori oleh David Ogilvy dari Ogilvy & Mather pada dekade
1960-an. Latar belakang lahirnya aliran ini karena perusahaan-perusahaan semakin
lama semakin sulit untuk membuat product feature yang unik dan substansial.
Daripada menonjolkan suatu product feature yang bersifat marginal, lebih baik
dipikirkan untuk “menciptakan” suatu image atau personality tertentu. Untuk
membangun citra atau kepribadian dibutuhkan waktu yang sangat lama, maka
perusahaan diharapakan tidak dengan mudah mengubah-ubah citra tersebut.
3. Periklanan Yang Berorientasi Pada Permasalahan atau Peluang (Problem and/or Opportunity Oriented Advertising)
Strategi iklan merupakan suatu strategi periklanan yang dijalankan dengan mencari
permasalahn suatu produk untuk dinetralisir melalui iklan. Alternatif lainnya adalah
mencari yang menjadi peluang produk untk dieksploitir dalam periklanan. Strategi ini
didasarkan pada pandangan bahwa selama masih ada sales resistance problem,
mayoritas konsumen tidak akan mau membeli produk tersebut. Karena itu,
terapan strategi iklan ini adalah iklan jamu Sido Muncul dan Nyonya Meneer. Masalah
utamanya adalah persepsi masyarakat, bahwa produk jamu biasanya dikonsumsi oleh
masyarakat kelas bawah. Usaha untuk mengubah persepsi ini adalah dengan
menggunakan foto model atau seorang pengusaha sebagai pembawa image produk.
Saat ini, banyak eksekutif yang mengkonsumsi jamu, padahal dahulu mereka menolak
produk ini.
4. Periklanan Yang Berorientasi Pada Competitive Positioning (Competitive Positioning Oriented Advertising)
Sebagai akibat perkembangan ekonomi dan teknologi informasi, konsumen atau
calon konsumen dipaksa menerima informasi diluar batas kemampuan untuk
menyimpan dan mengingatnya. Kita dipaksa menyimpan jutaan nama perusahaan,
produk, merek, tempat, nama orang, konsep dan sebagainya.
Akhirnya dikepala manusia nama-nama itu disederhanakan, disusun menurut
tangga-tangga. Anak tangga teratas dipersepsikan sebagai yang paling bermutu, tangga kedua
untuk merek kedua, dan seterusnya. Hal ini tidak mudah, sebab ini menyangkut
persepsi bagaimana meyakinkan calon pembeli bahwa produk tersebut berada
ditangga pertama. Posisi ini dicapai melalui suatu komunikasi periklanan dengan
strategi merebut sepotong kapling dari suatu ceruk yang masih tersedia dipasar yang
dikenal dengan istilah Konsep Positioning.
Konsep ini diperkenalkan oleh Al Ries dan Jack Trout dalam bukunya
“Positioning, The Battle for Your Mind, New York, Mc Graw Hill (1981). Positioning
saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya.
Strategi Positioning
Menurut David A. Aaker dan J. Gary Shansby dalam bukunya “Positioning
your Product” (1982), strategi positioning dapat diterapkan melalui:
1. Penonjolan Karakteristik Produk:
Karakteristik fisik kemasan
Penonjolan karakter ini meliputi sifat-sifat suatu produk seperti suhu, warna,
ketebalan, kahalusan, jarak dan sejenisnya.
Karakteristik fisik semu
Karakter ini meliputi sifat-sifat yang bertalian dengan rasa, selera,
symbol-simbol dan sebagainya.
Keuntungan ini mengacu pada keuntungan yang dapat dinikmati oleh calon
pembeli, misalnya tidak berbahaya bagi kulit, aman bagi anak-anak, tidak
berlemak, mudah dihidangkan, dan sebagainya. Keuntungan ini sering juga
disebut keuntungan ekstra.
2. Penonjolan Harga dan Mutu
Konsumen seringkali mempersepsikan harga sama dengan mutu. Harga yang
tinggi diimbangi dengan mutu yang baik pula. Sementara itu barang-barang
yang harganya rendah seringkali dipersepsikan tidak bermutu. Tidak
selamanya benar tentunya, sebab seringkali produk yang murah memiliki
demikian, sesungguhnya jalan pikiran sedemikian memang sudah tercetak
dalam kerangka berpikir konsumen. Dalam konsep positioning, produk yang
harganya tinggi perlu diimbangi dengan adanya bagian riset dan
pengembangan untuk meningkatkan mutu produk. Tanpa itu, posisi yang telah
dicapai akan mudah digeser pesaing, dan segera lenyap dari peredaran.
3. Penonjolan Penggunaan Produk
Cara lain adalah dengan mengaitkannya dengan penggunaan produk. Bisa saja
suatu produk memiliki fungsi yang sama dengan produk pesaingnya, namun
penonjolan penggunaan yang berbeda dapat meningkatkan keunggulan produk
tersebut dibandingkan pesaingnya.
Contoh: Close up utnuk remaja dan Pepsodent untuk family.
4. Positioning Menurut Pemakaiannya
Strategi yang sering digunakan disini adalah dengan penggunaan model,
terutama artis yang terkenal sebagi bintang iklan ataupun perwakilan
produknya. Artis ini diharapkan dapat meningkatkan posisi produk tersebut
dibandingkan produk sejenis, sekaligus untuk memudahkan daya ingat
konsumen pada produk tersebut.
Contoh: Rexona for men, Feminax.
5. Positioning Menurut Kelas Produk
Strategi ini sering dilakukan produk tertentu yang “terjepit” dengan strategi
mengaitkan produk tersebut dengan kelas produk yang bersangkutan. Cara
dari produk saingannya.
Contoh: Direktur menggunakan BMW, Karimun = The Real City Car.
6. Positioning Menggunakan Simbol Budaya
Penggunaan simbol-simbol budaya dimaksudkan untuk menciptakan citra yang
berbeda dimata calon pembeli terhadap produk para pesaing. Strategi ini
mengupayakan identifikasi atas sejumlah simbol yang memiliki arti penting
bagi calon pembeli, namun tidak digunakan oleh para pesaing.
Contoh: Jamu Nyonya Meneer, Mustika Ratu.
7. Positioning Langsung Terhadap Pesaing
Penggunaan pesaing sebagai acuan positioning sering juga disebut sebagai
periklanan kreatif. Namun seringkali pula cara ini berjalan mulus. Ini
dikarenakan orang-orang kreatif dalam dunia periklanan sering terjebak untuk
saling menyerang dan membalik badannya menumpang pada pesaing yang
tengah memposisikan dirinya.
Contoh: Kratingdaeng dan Ekstrajoss.
Strategi iklan yang berorientasi positioning tepat diterapkan jika:
Ketiga aliran yang disebutkan sebelumnya sudah kurang tepat diterapkan.
Dapat dijalankan tanpa menyalahi kode etik periklanan.
Jangan sekali-kali terlibat dalam head on attack dengan produk yang merupakan
market leader, dan memungkinkan suatu perusahaan untuk mengaitkan dirinya
dengan market leader.
Memilih iklan paling efektif dengan melakukan serangkaian penelitian terhadap
media yang meliputi :
a. Mampu mencapai khalayak sasaran selengkap mungkin
b. Mampu menyampaikan pesan sejelas-jelasnya
c. Mampu menyampaikan pesan secara ekonomis dalam batas naggaran yang
dimungkinkan.
1. Televisi Sebagai Media Iklan
Sebagai media pengiklan, televise memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat
mempengaruhi penerimaan iklan, yaitu:
Kelebihan:
a. Biaya yang dikeluarkan lebih efisien karena televisi dipandang sebagai media
yang paling efektif untuk menyampaikan pesa-pesan komersialnya.
b. Dampak yang dihasilkan kepada konsumen kuat, karena penekanan iklan
televisi sekaligus pada dua indera, yaitu indera penglihatan dan pendengaran.
Kekurangan:
a. Biaya yang harus dikeluarkan besar.
b. Khalayaknya tidak selektif karena segmentasinya tidak setajam surat kabar
ataupun majalah.
c. Kesulitan teknis. Jadwal tayang iklan ditelevisi tidak mudah diubah sehingga
seringkali tidak fleksibel. Kebutuhan pengiklan yang mendesak dalam
menghadapi event-event tertentu, seringkali pihak pengiklan akan menghadapi
2. Kreativitas Dalam Iklan Televisi
Bentuk-bentuk iklan televisi sangat tergantung pada bentuk siarannya, apakah
merupakan bagian dari suatu kongsi atau sindikat, jaringan, lokal, kabel, atau bentuk
lainnya, namun secara umum terdapat beberapa bentuk iklan televisi yaitu: