UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING DI BEI
SKRIPSI
OLEH:
ENDA NATANAEL GINTING 080501131
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG LISTING di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya
sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang belaku.
Medan,…..,…..,2014
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING DI BEI
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Pertumbuhan Aktiva, Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), dan Ukuran Perusahaan terhadap struktur modal perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan 11 perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode purpose sampling dengan kriteria; (1) bank listed di BEI yang menyajikan laporan keuangan periode 31 Desember 2010 sampai 31 Desember 2012; (2) bank listed di BEI yang sahamnya selalu diperdagangkan pada periode 31 Desember 2010 sampai 31 Desember 2012.
Penelitian ini menggunakan Data Panel (time series dan cross section) dan pengestimasian memakai software eviews 5.1. Penelitian ini menghasilkan penemuan sebagaimana yang telah diajukan dalam hipotesis, yaitu bahwa secara simultan pertumbuhan aktiva, PER, ROA, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%, sedangkan secara parsial hanya variabel pertumbuhan aktiva dan ukuran variabel yang signifikan terhadap struktur modal dengan tingkat kepercayaan 90% untuk variabel pertumbuhan aktiva dan 99% tingkat kepercayaan untuk variabel ukuran perusahaan. Kekmampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap variabel struktur modal dapat dilihat dari besarnya R-square sebesar 88.08%, sedangakan sisanya 12.92% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE CAPITAL STRUCTURE OF THE BANKING LISTING IN BEI
This study was conducted to examine the effect of variable Asset Growth, Price Earning Ratio (PER), Return on Assets (ROA), and the size of the Company's capital structure of the banking company in Indonesia Stock Exchange.
This study used 11 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange using purposive sampling method with the criteria; (1) a bank listed on the Stock Exchange serving the financial statements of December 31, 2010 until December 31, 2012; (2) banks whose shares are listed on the Stock Exchange are always traded in the period December 31, 2010 until December 31, 2012.
This study uses panel data (time series and cross section) and estimating wear eviews 5.1 software. This research resulted in the discovery as has been proposed in the hypothesis, namely that the simultaneous growth of assets, PER, ROA, firm size significantly influence the capital structure of listed banking companies in Indonesia Stock Exchange with a confidence level of 99%, whereas only partial asset growth variable and the size of the significant variables on capital structure with 90% confidence level for the variable growth assets and 99% confidence level for the variable size of the company. Predictive ability of the four variables to variable capital structure can be seen from the R-square of 88.08%, while the remaining 12.92% influenced by other factors that are not included in this research model.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan Rahmat-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Departemen Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Kepada kedua orang tua yang tercinta, bapak AIPDA, Surya Abadi
Ginting, dan mama Rosmawaty Br Hareva. Terima kasih atas cinta kasih dan
pengorbanan bapak dan mama yang tidak akan pernah dapat terbalas.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bei”. Peneliti telah banyak
menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu:
1. Bapak Prof Dr. Azhar Maksum selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Utomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.
Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dan Bapak Paidi
Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan.
4. Ibu Drs, Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan mulai dari awal pengerjaan skripsi sampai dengan
selesainya skripsi ini.
5. Bapak Syarif Fauzie, SE, M.Ak, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai.
6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan
banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Teman – teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2008 yang telah banyak
memberikan dukungan moril kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan,…..,…..,2014
Penulis
3.8.2 Analisis Regresi Data Panel ... 32
3.9 Uji Hausman ... 33
3.9.1 Pengujian Hipotesis ... 35
3.9.1.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 35
3.9.1.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1 Deskriptif Obyek Penelitian ... 38
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 38
4.2Analisis Data ... 39
4.3.1 Statistik Deskriptif ... 39
4.3 Analisis Hasil dan Pembahasan ... 42
4.3.1 Uji Uji Hausman ... 43
4.3.2 Fixed Effect Model (FEM) ... 44
4.4 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of fit) ... 48
4.4.1 Uji F-Statistik ... 48
4.4.2 Uji T-test(Uji parsial) ... 49
4.5 Pembahasan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
Daftar Tabel
No. Tab Judul Halaman 1.1 Nilai DER Perusahaan Perbankan Go Public
Tahun 2012 – 2012 ... 3
3.1 Skala Pengukuran Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 29
3.2 Pemilihan Sampel Perusahaan ... 31
4.1 Descriptive Statistics ... 39
4.2 Uji Hausman... 43
Daftar Gambar
No. Tab Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 26
4.1 Uji F-Statistik ... 48
4.2 Uji t-statistik terhadap GROWTH ... 50
4.3 Uji t-statistik terhadap PER ... 51
4.4 Uji t-statistik terhadap ROA ... 52
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING DI BEI
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Pertumbuhan Aktiva, Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), dan Ukuran Perusahaan terhadap struktur modal perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan 11 perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode purpose sampling dengan kriteria; (1) bank listed di BEI yang menyajikan laporan keuangan periode 31 Desember 2010 sampai 31 Desember 2012; (2) bank listed di BEI yang sahamnya selalu diperdagangkan pada periode 31 Desember 2010 sampai 31 Desember 2012.
Penelitian ini menggunakan Data Panel (time series dan cross section) dan pengestimasian memakai software eviews 5.1. Penelitian ini menghasilkan penemuan sebagaimana yang telah diajukan dalam hipotesis, yaitu bahwa secara simultan pertumbuhan aktiva, PER, ROA, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%, sedangkan secara parsial hanya variabel pertumbuhan aktiva dan ukuran variabel yang signifikan terhadap struktur modal dengan tingkat kepercayaan 90% untuk variabel pertumbuhan aktiva dan 99% tingkat kepercayaan untuk variabel ukuran perusahaan. Kekmampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap variabel struktur modal dapat dilihat dari besarnya R-square sebesar 88.08%, sedangakan sisanya 12.92% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE CAPITAL STRUCTURE OF THE BANKING LISTING IN BEI
This study was conducted to examine the effect of variable Asset Growth, Price Earning Ratio (PER), Return on Assets (ROA), and the size of the Company's capital structure of the banking company in Indonesia Stock Exchange.
This study used 11 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange using purposive sampling method with the criteria; (1) a bank listed on the Stock Exchange serving the financial statements of December 31, 2010 until December 31, 2012; (2) banks whose shares are listed on the Stock Exchange are always traded in the period December 31, 2010 until December 31, 2012.
This study uses panel data (time series and cross section) and estimating wear eviews 5.1 software. This research resulted in the discovery as has been proposed in the hypothesis, namely that the simultaneous growth of assets, PER, ROA, firm size significantly influence the capital structure of listed banking companies in Indonesia Stock Exchange with a confidence level of 99%, whereas only partial asset growth variable and the size of the significant variables on capital structure with 90% confidence level for the variable growth assets and 99% confidence level for the variable size of the company. Predictive ability of the four variables to variable capital structure can be seen from the R-square of 88.08%, while the remaining 12.92% influenced by other factors that are not included in this research model.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
Sejalan dengan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perusahaan
perbankan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modalnya dalam
rangka pengembangan usahanya. Permodalan bagi industri perbankan sangat
penting karena merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank. Besar
kecilnya modal bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank tersebut
dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Dunia perbankan merupakan bagian terpenting dalam perekonomian
Indonesia sebagai salah satu pelaku utama dalam pasar uang. Setelah krisis
moneter tahun 1997 silam, perbankan di indonesia sudah mulai bergairah kembali.
Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa saham
khususnya di sektor perbankan. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh
e-bursa.com, 2 0ktober2013, terdapat 36 perusahaan perbankan tercatat yang
melakukan penawaran saham perdananya di BEI (Bursa Efek Indonesia),
Secara historis, pasar modal telah lahir sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah ada sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Indonesia memiliki 2
bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang
masing-masing dijalankan oleh perseroan terbatas yang kemudian bergabung
Melalui penggabungan ini diharapkan menjadikan semakin banyaknya
pilihan investasi karena tidak ada lagi perbedaan antara pasa BEJ dan BES
dikarenakan produk yang ditawarkan berada dalam satu pasar yaitu pasar BEI.
Keuntungan dari penggabungan ini diharapkan memberikan peluang bagi
peruahaan untuk berdagang dipasar modal dimana biaya pencatatan menjadi lebih
murah karena hanya mencatat saham secara single listing dan sudah terakreditasi
di BEI, dan semua jenis produk investasi sudah tersedia sehingga memudahkan
bagi para investor memilih produk yang mereka inginkan. Namun resiko yang
ditimbulkan juga semakin besar. Dikarenakan semakin besar suatu bursa, jumlah
pemain nakal juga akan semakin banyak.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali
pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
Perkembangan perusahaan perbankan yang go public yang menjadi sampel
dalam penelitian ini berjumlah 11 bank dengan nilai DER masing-masing yang
Tabel 1.1
DER Perusahaan Perbankan Go Public Tahun 2010-2012
No Nama Perusahaan DER
8 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 5.47 5.35 4.93
9 Bank Mega Tbk 9.63 10.04 8.33
10 Bank NISP OCBC Tbk 7.59 8.07 7.84
11 Bank Pan Indonesia Tbk 7.07 6.85 7.43
Rata-rata 8.124 7.794 7.191
Sumbe
Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata DER perusahaan berada
diatas satu. Rata-rata DER untuk tahun 2010 sebesar 8.124, tahun 2011 sebesar
7.794, serta tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 7.191. Hal ini
menggambarkan perusahaan industri perbankan yang listing di BEI mempunyai
proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri. Dengan adanya
proporsi hutang yang lebih besar, maka perusahaan yang mempunyai DER lebih
dari satu akan memiliki resiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki DER kurang dari satu.
Dengan nilai DER yang berada diatas satu berarti perusahaan memiliki
jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri dan hal ini tidak
hutang perusahaan tidak boleh lebih besar daripada modal sendiri. Sementara itu
kebanyakan investor lebih tertarik
menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang
mempunyai DER tertentu yang besarnya kurang dari satu. Karena jika DER lebih
besar dari satu berarti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.
Namun demikian jika kegiatan atau proyek yang dilakukan manajemen
memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya justru akan
memberikan keuntungan yang lebih tinggi juga bagi perusahaan.
Pada perusahaan perbankan rata-rata mempunyai tingkat DER yang tinggi,
hal ini dikarenakan karakteristik dari bank itu sendiri adalah mengumpulkan dana
sebanyak-banyaknya dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito
maupun pinjaman dari pihak lain dan Bank Indonesia. Sementara ekuitas bank
tersebut diperoleh dari modal disetor dan laba bank itu sendiri. Dengan jumlah
hutang yang tinggi harus didukung dengan modal sendiri dikarenakan bank harus
mengcover resiko ketidakpastian akan tingkat keuntungan yang didapat, karena
sewaktu – waktu dapat terjadi penarikan dana yang besar dari nasabah
Struktur modal pada perusahaan sangat penting dalam rangka membiayai
aktivitas operasional perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001), saat kita
menghitung biaya modal rata-rata tertimbang untuk digunakan dalam
modal tertentu. Akan tetapi, struktur modal yang optimal dapat berubah
sewaktu-waktu, perubahan ini dapat mempengaruhi tingka resiko dan biaya dari setiap
jenis modal, yang pada gilirannya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
Resiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, akan tetapi
meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga
saham. Menurut Brigham dan Houston (2001) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, antara lain : stabilitas
penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas,
pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, kondisi pasar,
kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan.
Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang
terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER).
Rasio DER menunjukan tingkat resiko perusahaan dimana semakin tinggi rasio
DER, maka semakin tinggi resiko perusahaan, karena pendanaan dari hutang
besar pula. Cara menghitungnya yaitu total utang dibagi total modal. Tentunya
jika jumlahnya lebih kecil dari modalnya, alias DER-nya dibawah 1.
Pertumbuhan aktiva dijadikan variabel independen yang mempengaruhi
struktur modal.Dalam perusahaan, struktur aktiva menunjukkan aktiva yang
digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset
diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan perusahaan.
Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah
kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan
lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur
atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang
dimiliki perusahaan (Robert Ang, 1997).
PER dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal
didasarkan atas logika teori dari Robert Ang (1997), yang menyatakan bahwa
peningkatan PER akan berampak semakin menarik perhatian para calon kreditor.
Semakin meningkatnya perhatian calon kreitor terhadap perusahaan, maka sangat
dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah
utang yang lebih besar dari modal sendiri akan meningkatkan debt ratio.
ROA dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal
yang mengemukakan bahwa perusahaan yang tingkat pengembalian investasinya
yang tinggi akan menggunakan hutang yang kecil. Namun demikian
meningkatnya ROA akan meningkatkan daya tarik pihak investor dan kreditor,
dan jika kreditor semakin tertarik untuk menanamkan modalnya kedalam
perusahaan, sangat dimungkinkan DER juga semakin meningkat (Hsien & Chi,
2003).
Ukuran perusahaan dijadikan variabel indepenen yang mempengaruhi
struktur modal.Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki oleh perusahaan (Saidi, 2004). Menurut Riyanto (2001) perusahaan yang
lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan
saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan
penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar
besar. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan kecenderungan untuk
menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dananya daripada
perusahaan kecil.
Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian
(research gap) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berpengaruh
terhadap struktur modal perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode
2010-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
aktiva, price earning ratio, return on asset, dan ukuran perusahaan. Dengan
adanya hal tersebut tentunya akan membantu penulis dalam hal analisis untuk
menentukan bank yang terbaik yang listing diBEI.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan bertitik tolak pada uraian
diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ANALISIS FAKTOR –
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA
PERBANKAN YANG LISTING DI BEI”.
1.2Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penyusunan ini penulis
terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang
dilakukan, yakni:
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh price earning ratio terhadap struktur modal
3. Bagaimana pengaruh return on asset terhadap struktur modal perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian.
Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Menganalisis pengaruhprice earning ratio terhadap struktur modal
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Menganalisis pengaruh return on asset terhadap struktur modal perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.4. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan dapat dijadikan bahan referensi berkaitan dengan
pengambilan keputusan dalam hal penentuan kebijakan struktur modal,
dan dapat menunjukan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap
2. Bagi investor dapat memberikan masukan dalam rangka pengambilan
keputusan investasi atas saham – saham perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indinesia.
3. Bagi akademisi dan peneliti diharapkan penelitian ini dapat memberikan
bukti empiris mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan struktur modal sehingga dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan struktur modal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka.
2.1.1. Teori Struktur Modal.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan. Struktur modal sendiri merupakan bagian dari
struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang
keputusan keuangan lainnya mencerminkan keseimbangan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur keuangan tercermin pada
keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada
utang jangka panjang dan unsur unsur modal sendiri, dimana kedua golongan
tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian
maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur keuangan(Laili,
2001).Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (1998), struktur modal
adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang
ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa.
Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin
kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal dibutuhkan
setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut akan melakukan ekspansi.
Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang
dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan modal
tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang
hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur
modal (Suad Husnan, 2004).
2.1.1.1 The Modigliani-Miller Model.
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada 1958, ketika dua
professor yaitu mengatakan bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan dengan
menggunakan hutang yang lebih banyak), perusahaan bisa meningkatkan nilainya
kalau ada pajak. Dengan kata lain, kalau tujuan pembelanjaan perusahaan adalah
untuk meningkatkan nilai perusahaan maka perusahaan perlu menggunakan
hutang.
Asumsi MM mencakup hal – hal (Brigham dan Houston, 2001) :
1. Tidak ada biaya broker (perantaraan)
2. Tidak ada pajak perorangan
3. Para investor dapat meminjam suku bunga yang sama dengan peusahaan
4. Investor dan manajemen mempunyai informasi yang sama mengenai
peluang investasi perusahaan dimasa mendatang
5. Semua hutang perusahaan tidak mengandung resiko, berapapun jumlah
utang yang digunakan
6. EBIT tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang.
Penggunaan asumsi-asumsi tersebut membuat teori ini dianggap tidak
relevan karena asumsi-asumsi tersebut hampir tidak mungkin dapat dipenuhi.
Meskipun demikian, penelitian ini menimbulkan minat peneliti – peneliti lain juga
termasuk penelitian oleh Franco Modigliani dan Milton Miller sendiri. MM juga
struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Hasil kerja MM ini menandai awal dari riset atas struktur modal
modern, dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan asumsi-asumsi MM
dalam upaya pengembangan teori struktur modal yang lebih realistis. Perbaikan
asumsi tersebut dapat diringkas sebagai berikut :
1. Adanya efek dari pajak.
2. Adanya efek dari biaya kebangkrutan (bankruptcy cost).
3. Trade of Theory, yang intinya perusahaan membandingkan manfaat
penggunaan utang dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dan
kebangkrutan.
4. Signalling Theory, yaitu pengaruh yang disebabkan akibat adanya
informasi asimetri (informasi yang hanya diketahui oleh manajemen, atau
informasi yang berbeda/lebih baik mengenai prospek perusahaan dari pada
yang dimiliki investor). Model MM sebelumnya menganggap bahwa
informasi yang dimiliki investor sama dengan yang dimiliki manajemen.
Informasi ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang
optimal.
2.1.1.2. Pecking Order Theory.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan
yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit.
yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan
karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih
disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya
emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi
saham. Penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984.
Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan
akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori
tersebut menyatakan bahwa (Brealey and Myers, 1995 dalam Suad Husnan,2004);
1. Perusahaan lebih menyukai internal financing (pendanaan dari hasil
operasi perusahaan).
2. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan
kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan
perubahan pembayaran yang terlalu besar.
3. Pembayaran dividen yang cendrung konstan dan fluktuasi laba yang
diperoleh mengakibatkan dana internal kadang – kadang berlebih ataupun
kurang untuk investasi.
4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan
sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang
dapat dikonversikan menjadi model sendiri, baru akhirnya menerbitkan
saham baru.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis
dahulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir).Rasio hutang setiap
perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi. Urutan
penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory
adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri).
(Saidi, 2004).
2.1.1.3 Balancing Theory.
Sejak tahun 1976, teori keuangan memakai model ekonomi standar untuk
menggambarkan perilaku perusahaan. Model tersebut menganggap perusahaan
seperti sebuah kotak hitam yang memproses input menjadi suatu output dan
perusahaan diasumsikan akan memberikan respon rasional terhadap adanya
insentif ekonomi.
Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories (Myers,1984 dan
Bayles and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu
menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya
yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai
akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah.
Tetapi bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka
hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut
bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan
(agency cost). Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya
yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress
price yaitu kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah
kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik
menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan,
biaya modal sendiri akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai
akibatnya, meskipun memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan
hutang yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam,
sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan.
Masulis (1980),dalam Suad Husnan (1998), juga membahas biaya
kebangkrutan saat membuktikan dampak perubahan komposisi hutang terhadap
harga saham. Masulis menunjukkan bahwa abnormal returns pada hari
pengumuman dan sehari setelah pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang
meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata positif.
Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh
abnormal returns yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya.
Abnormal returns yang positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh para
pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya. Abnormal returns yang
positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti
bahwa peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal dalam
bentuk penghematan pajak. Disamping itu mereka juga menunjukkan bahwa
nampaknya manfaat dari penghematan pajak lebih dari kerugian karena
kemungkinan munculnya biaya kebangkrutan.
Menurut MM dalam Dermawan Sjahrial (2009), Biaya lain yang timbul
adalah biaya keagenan yaitu biaya yang muncul kerena perusahaan menggunakan
dan kreditur. Ada kemungkinan pemilik perusahaan yang menggunakan hutang
melakukan tindakan yang merugikan kreditur, sebagai misal perusahaan
melakukan investasi pada proyek-proyek beresiko tinggi. Biaya keagenan ini
antara lain terdiri dari biaya kehilangan kebebasan karena kreditur melindungi diri
dengan perjanjian-perjanjian pada saat memberikan kredit, dan biaya memonitor
perusahaan untuk menjamin perusahaan menaati perjanjian yang dibebankan pada
perusahaan dalam bentuk bunga hutang yang lebih.
2.1.1.4. Trade Off Theory.
Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko
kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal
yang diambil perusahaan (Brealey dan Myers,1991).Teori ini merupakan
keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang.
Modeltrade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang
dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut
(Hartono, 2003), dalam Laksmi,2010. Esensi trade-off theory dalam struktur
modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai
akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih
diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih
besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah
mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan,
dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur
akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu.
Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan
(Hartono, 2003).
Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan secara tepat
struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi
penting yaitu (Hartono, 2003); dalam laksmi,2010:
1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan
sedikit hutang.
2. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak
rendah.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.
Dalam menentukan keseimbangan antara besarnya jumlah utang dan
jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan, perlu
memperhitungkan adanya factor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Pendapat yang dominan dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1958).bahwa
struktur modal yang optimal terdiri dari keseimbangan antara resiko kebangkrutan
dan penghematan pajak yang disebabkan oleh utang. Struktur modal seharusnya
memberikan tingkat pengembalian yang besar kepada pemegang saham dari pada
yang mereka terima dari penerbitan ekuitas perusahaan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Weston dan
Brigham, (1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan
pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi
pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal
perusahaan, dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
Suad Husnan(2001), menyatakan bahwa yang paling mempengaruhi
struktur modal adalah lokasi distribusi keuntungan, stabilitas penjualan dan
keuntungan, kebijakan deviden, pengendalian dan risiko kebangkrutan.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal antara lain; tingkat bunga, stabilitas pendapatan, susunan aktiva,
kadar risiko aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar
modal, sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan antara lain growth of asset,
price earning ratio, return on asset,dan ukuran perusahaansebagai faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan.
2.1.2.1. Pertumbuhan aktiva (Growth of Asset)
Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan.Perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang yang lebih besar karena memiliki aktiva sebagai
penjaminnya (Weston dan Copeland, 1997).Semakin besar asset diharapkan
semakin besar hasil operasi yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset
yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan
pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar
terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin besar dibandingkan
Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini karena dari skalanya perusahaan
besar akan lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan
kecil, besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan (Sartono,
2001).
Menurut Weston dan Brigham (1997), perusahaan yang aktivanya sesuai
untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak
utang. Sedangkan menurut balancing theory, perusahaan yang memiliki struktur
aktiva yang besar cenderung risiko kebangkrutan (pailit) yang relatif lebih rendah
dibandingkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang lebih rendah. Asset
menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan.
Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan
perusahaan.
Laili Hidayat (2001), mengemukakan bahwa struktur aktiva berpengaruh
positif terhadap struktur modal. Penelitian dari Sekar Mayang Sari (2001), serta
Bhaduri (2002), mendukung penelitian Laili tersebut, di mana struktur aktiva
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sehingga dalam penelitian ini,
struktur aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
2.1.2.2. Price Earning Ratio (PER).
Rasio pengukuran yang paling komprehensif tentang prestasi perusahaan
adalah PER, karena rasio penilaiaan tersebut mencerminkan perpaduan antara
pengaruh rasio resiko, yaitu: rasio liquiditas dan rasio laverage serta rasio
merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (Market Price) dengan
earning per share (EPS) dari saham bersangkutan.
Kegunaan dari PER ini adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan EPS-nya.
Semakin besar PER suatu saham, maka saham tersebut semakin mahal terhadap
pendapatan bersih per sahamnya. Sedangkan saham dengan PER rendah akan
semakin bagus yang berarti saham tersebut semakin murah (Robert Ang, 1997).
Peningkatan PER dinilai investor menunjukan kinerja yang semakin baik, juga
berdampak semakin menarik perhatian kreditor terhadap perusahaan. Peningkatan
jumlah utang yang relatif lebih besar dari pada modal sendiri akan meningkatkan
debt ratio. Dengan demikian price earning ratio (PER) berpengaruh terhadap
DER.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrijanti & Jogiyanto (2002), pada
sektor non keuangan menunjukan bahwa PER terbukti berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal (DER).
2.1.2.3. Return on Asset (ROA).
ROA adalah salah satu rasio rentabilitas yang terpenting yang digunakan
untuk memprediksi harga atau return saham perusahaan publik. Rentabilitas
merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk analisis fundamental.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk analisis fundamental dapat dikelompokkan
dalam 5 jenis yaitu : rasio likuiditas, aktivitas, rentabilitas, solvabilitas dan rasio
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya.
ROA adalah rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax terhadap
total asset. Semakin beras ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik,
karena return semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net
income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukan
kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh
perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukan seberapa jauh perusahaan
mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.
Apabila salah satu dari faktor ini meningkat (atau keduanya), maka ROA
juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan
akan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas
yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Laba bank diperoleh dari
bunga kredit dan fee based income, bila kualitas kredit dan fee based income
rendah, maka pendapatan bank akan rendah dan kemungkinan bank menderita
rugi. Sebaliknya bila kualitas kredit dan fee based income tinggi, maka penapatan
bank akan tinggi dan laba bank akan meningkat. Ukuran yang ditentukan Bank
Indoneisa untuk ROA bank dinilai sehat apabila rasio minimal 1,215% pada tahun
yang bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan Hsien dan Chi (2003), menunjukan ROA
2.1.2.4. Ukuran Perusahaan ( firm size)
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
oleh perusahaan (Saidi, 2004).Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran
perusahaan mengacu pada penelitian Saidi (2004), dimana ukuran perusahaan
di-proxy dengan nilai logaritma natural dari total asset (natural logarithm of asset).
Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang
lebih terdiversifikasi sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan
lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Rajan dan
Zingales, 1995 dalam R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999). Logaritma dari
total assets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan karena jika semakin besar
ukuran perusahaan maka asset tetap yang dibutuhkan juga akan semakin besar.
Menurut Riyanto (2001) perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan,
kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin besar. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu
alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal yaitu
dengan menggunakan hutang. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan
cenderung untuk menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan
2.2. Penelitian Terdahulu.
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian
sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan
beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.
Titman and Wessel(1988), menganalisis delapan faktor yang
mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini adalah
aset yang dijadikan jaminan (collateral value of assets), penghematan pajak selain
hutang (non-debt tax shield), pertumbuhan (growth), dan volatilitas pendapatan
(earning volatility) terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur
modal perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang lain seperti keunikan
(uniqueness), jenis industri (industry classification), ukuran perusahaan (firm
size),dankeuntungan (profitability)terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
struktur modal perusahaan.
R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto (1999), dalam penelitiannya yang
berjudul Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di
Indonesia, berusaha menganalisis variabel-variabel apa saja yang berpengaruh
terhadap sturktur modal. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel size, dan
growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan
variabel tangibility of assets, growth opportunities, dan uniqueness tidak
berpengaruh terhadap struktur modal .
Penelitian tentang struktur modal juga dilakukan oleh Sartono dan Sriharto
modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil yang diperoleh bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan mempengaruhi secara kuat struktur
modal di Indonesia.
Dengan menggunakan periode tahun 1996, Mayangsari (2001),
menganalisis variabel-variabel yaitu: struktur asset, tingkat pertumbuhan, besaran
perusahaan, profitabilitas, operating leverage, dividend payout ratio dan
perubahan modal kerja berpengaruh pada sumber pendanaan perusahaan
manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel
yang signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal adalah besaran
perusahaan, profitabilitas, struktur asset, dan perubahan modal.
Laili Hidayati, et al (2001), melakukan penelitian dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Perusahaan Manufaktur
yang go public di Indonesia. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa
firm size dan profitability berpengaruh signifikan negatif terhadap faktor leverage.
Fixed assets ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor leverage.
Sedangkan market to book ratio, corporate tax rate, non debt tax shields ratio,
volatility, dan assets uniqueness tidak terbukti mempengaruhi struktur keuangan.
Hsien dan Chi (2003), melakukan penelitian dengan judul The
Determinants of The Capital Structure of Commercial Banks in Taiwan, dengan
variabel dependen adalah DER dan variabel independennya adalah ROA, NPM,
dan LDR, menunjukan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang
Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004), tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel independen antara
lain : ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas dan
struktur kepemilikan, menghasilkan suatu temuan yang menyatakan bahwa secara
simultan, semua variable independen berpengaruh terhadap struktur modal.
Namun, secara parsial hanya variabel risiko bisnis berpengaruh tidak signifikan
terhadap struktur modal.
Nugroho (2009), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2007. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa risiko
bisnis dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal. Sedangkan struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian yang dilakukan Laksmi (2010), yang menganalisis pengaruh
size, resiko bisnis, pertumbuhan asset, dan profitabilitas terhadap struktur modal
pada sektor automotive and allied product, Hasilnya adalah variabel ukuran
perusahaan (size) dan resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal (DER), kemampulabaan (profitability) yang di proxy dengan net profit
margin (NPM) berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal serta
pertumbuhan asset (growth of assets) berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal (DER).
Penelitian yang dilakukan oleh Arli (2010), pada Perusahaan Manufaktur
dari ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas
mendapatkan hasil bahwa risiko bisnis (DOL) dan Pertumbuhan aktiva (GROW)
tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan (SIZE)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal dan Profitabilitas
(NPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu. Perbedaan
antara penelitian yang akan dilakukan dan penelitian terdahulu terletak pada
periode pengamatan yang digunakan yaitu tahun 2010-2012. Periode penelitian
yang lebih up date dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh
variabel-variabel independen tersebut terhadap struktur modal. Selain itu sampel
perusahaan yang digunakan yaitu perusahaan perbankan yang listing di Bursa
Efek Indonesia.
2.3. Kerangka Pemikiran.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Price Earning Ratio
Return on Aseet
Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Aktiva
Mengacu kepada beberapa penelitian mengenai struktur modal yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya, maka variabel penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen
yang berupa struktur modal perusahaan yang diproksi dengan DER. Variabel
independen dalam penelitian ini berupa pertumbuhan aktiva, price earning ratio,
return on asset,dan ukuran perusahaan sebagai factor yang mempengaruhi
struktur modal perusahaan.
Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian
sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar
untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang
dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1, kerangka pemikiran tersebut
menunjukkan variabel independen baik secara parsial maupun simultan
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan perbankan yang listing di BEI.
2.4. Hipotesis.
Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan
bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini,
hipotesis yang dapat dikemukakan berdasarkan kerangka pemikiran adalah :
antara pertumbuhan aktiva, price earning ratio, return on asset,dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal (DER).
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut:
1. H1 : Pertumbuhan Aktiva memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity
2. H2 :Price Earning Ratio memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity
Ratio, ceteris paribus.
3. H3 :Return on Asset memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio,
ceteris paribus.
4. H4 :Ukuran Perusahaanmemiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity
Ratio, ceteris paribus.
5. H5 : Pertumbuhan total asset (GROWTH), Price Earning Ratio(EPS), Return
on Asset(ROA), Ukuran Perusahaan (SIZE) secara simultan terhadap Debt to
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
menggunakan data sekunder dengan jenis data panel, yang bersumber dari Bursa
Efek Indonesia serta instansi lainnya yang mendukung penelitian ini.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di kota Medan dan waktu penelitiannya dari tanggal
31 Oktober 2012 –November 2013
3.3. Batasan Operasional
Batasan yang akan diteliti adalah pertumbuhan aktiva, Price Earning Ratio
(PER) ,return on asset (ROA), dan ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio
pada beberapa perusahaan sektor jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2012
3.4. Defenisi Operasional Variabel.
Berdasarkan telah pustaka, maka defenisi operasional variabel penelitian
dapat diidentifikasi terdiri dari sebagai mana terlihat di tabel 3.1 berikut :
TABEL 3.1
SKALA PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL
No. Variabel Defenisi Skala Pengukuran
1 Struktur modal (DER)
Diproksi dengan Debt to Equity Ratio (DER), yang mengambarkan proporsi utang dibanding total
Rasio
DER = Total debt
ekuitas (asset t) minus periode sebelumnya (asset‐t) terhadap total asset periode sebelumnya saham (Ps) terhadap laba per lembar saham (EPS)
Rasio
PER = Ps
EPS
4 ROA Rasio antara laba bersih setelah pajak (earning after tax – EAT)terhadap total asset yang digunakan
Rasio
ROA = EAT
Total Asset
5 Firm size Ukuran perusahaan di-proxy dengan nilai logaritma natural dari total asset
Rasio
Log Total Asset
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri perbankan yang
sahamnya terdaftar di BEI dengan periode penelitian 2010-2012. Jumlah
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sampai akhir tahun 2013 adalah 35
bank. Untuk menentukan sampel digunakan teknik samplingdengan kriteria :
1. Perusahaan industri perbankan yang selalu menyajikan laporan keuangan
selama periode pengamatan (2010-2012).
2. Masih beroperasi hingga tahun 2012.
3. Bank mempublikasikan laporan tahunan untuk periode 31 Desember
Berdasarkan data dari BEI pada tahun 2010-2012, populasi perusahaan
sebanyak 105 (35 perusahaan perbankan), tapi berdasarkan kriteria sampel diatas
maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel sebanyak33 (berasal dari 11
nama perusahaan perbankan di indonesia.
Tabel 3.2
Pemilihan Sampel Perusahaan
Keterangan Jumlah
Perusahaan Perbankan yang listing di BEI dari tahun 2010-2012 35
Perusahaan yang tidak masuk sebagai sampel:
1. Perusahaan yang baru listing di BEI diatas tahun 2010
2. Tidak memenuhi kriteria sampel
8
16
Total Sampel penelitian 11
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012
3.6. Jenis dan Pengolahan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data time series dan cross section (data panel) yang bersifat kuantitatif
yaitu data yang berbentuk angka-angka selama kurun waktu 3 tahun yaitu dari
mulai tahun 2010-2012.
Pada penelitian ini, pengolahan data-data yang diperoleh diformulasikan
terlebih dahulu dengan menggunakan program microsoft excel kemudian untuk
menganalisis data menggunakan program eviews 5.1.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library
berhubungan dengan penelitian. Data keuangan setiap bank diperoleh dari website
yaitHal ini dilakukan untuk mendukung proses penelitian ini.
3.8. Teknik Analisis.
Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang
terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan
suatu masalah (Ghozali, 2011).
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewnes (kemencengan distribusi)
3.8.2 Analisis Regresi Data Panel
Teknik analisis untuk mengetahui variabel indepenen yang mempengaruhi
secara signifikan terhadap struktur modal (DER) pada perusahaan perbankan yang
listing di Bursa Efek Indonesia yaitu pertumbuhan aktiva,price earning ratio
(PER), return on asset (ROA), dan ukuran perusahaan, maka dalam penelitian ini
digunakan analisis regresi data panel dengan persamaan kuadrat terkecil (ordinary
least square – OLS) namun penggunaan estimasi dengan model ini tidak realistis
atau tidak cocok digunakan dalam analisis data panel. Oleh karena itu pengunaan
metode lainnya seperti Fixed Effect Model dan Random Effect Model jauh lebih
baik dengan model dasar sebagai berikut :
Y : Debt to Equity Ratio (DER)
a : Konstanta
β 1- β4 : Koefisien Regresi
X1 : Pertumbuhan Aktiva (GROWTH)
X2 : Price Earning Ratio (PER)
X3 : Return on Asset (REA)
X4 : Ukuran Perusahaan (SIZE)
e : Variabel Residual (tingkat kesalahan)
i : Perusahaan individu
t : Tahun
3.9.Uji Hausman
Mengingat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel,
maka untuk menguji hipotesis digunakan Fixed Effect Model dan Random Effect
Model. Penjelasan Fixed Effect Model dan Random Effect Model adalah sebagai
berikut :
1. Fixed Effect Model
Dasar pemikiran bahwa setiap individu observasi memiliki karakteristik
masing-masing maka model ini memungkinkan adanya intercept yang tidak
konstanta untuk tiap-tiap individu. Model ini memiliki kekurangan dimana tidak
dihasilkan satu estimasi umum (general estimates) karena tidak terdapat general
intercept atau konstanta untuk mewakili seluruh individu.
2. Random Effect Model
Pada Efek tetap perbedaan antar individu dicerminkan oleh intercept atau
error terms masing-masing individu. Metode ini memiliki keuntungan karena
menghilangkan heteroskedastisitas (data tidak homogen) jika memang ada.
3. Fixed Effect Model atau Random Effect Model
4. Pengujian untuk menentukan apakah Fixed Effect Model atau Random Effect
Model yang dipilih adalah dengan uji Hausman. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 :Random Effect Model
H1 :Fixed Effect Model
Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan statistik
Chi-Square. Jika Chi-Square statistik >Chi-Square tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima, dan begitujuga sebaliknya.
Menurut beberapa ahli ekonometri (Nachrowi, 2007) pemilihan Fixed Effect
Model atau Random Effect Model dapat dilakukan dengan melihat:
a. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih besar
dibandingkan jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan
Model Efek Tetap.
T > N → gunakan Fixed Effect Model
b. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil
dibandingkan jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan
Random Effect Model.
Dalam penelitian ini jumlah waktu (time series) lebih besar daripada jumlah
individu (cross section) yaitu T (4) < N (11) maka model yang digunakan adalah
Random Effect Model.
Uji Hausman
Untuk memilih model yang akan digunakan, maka dilakukan uji Hausman test.
Uji Hausman akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-Square
statistic sehingga akan diketahui keputusan untuk memilih model manakah yang
tepat. Uji ini dilakukan untuk menentukan model manakah yang terbaik antara
fixed effects model (FEM) dan random effects model (REM).
Pemilihan apakan FEM atau REM yang dipilih menurut Gujarati (2003),
yaitu:
1. Apabila nilai chi square statistik pada Uji Hausman signifikan, berarti
model dapat diestimasi menggunakan FEM
2. Apabila nilai chi square statistik pada Uji Hausman tidak signifikan,
berarti peneliti dapat menggunakan model REM atau FEM karena nilainya
tidak berbeda secara substansi.
3.9.1. Pengujian Hipotesis
3.9.1.1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen mampu secara bersama – sama mempengaruhi peningkatan variabel
dependen.
Ho : b1≠ b2 ... bk = (tidak ada pengaruh)
Ha: b2 = 0 ... i = (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel.
Jika F-hitung>F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara
bersama – sama mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
F-hitung = R2/ (k – 1) (1 – R2)/(n – k)
Dimana: R2 : Koefisien determinasi K : Jumlah variable independen n : Jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho: β1 = β2=β2= 0 Ho diterima (F-hitung<F-tabel), artinya variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Ha: β1≠ β2≠β2= 0 Ha diterima (F-hitung>F-tabel), artinya variabel independen
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
3.9.1.2.Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen,
dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan.
Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
HO : bi = 0
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i adalah parameter
hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi
terhadap Y, bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan
tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel dependen yang diuji
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
t-hitung = (b1 – b) Sbi
Dimana:
bi : Koefisien variabel independen ke-i b : Nilai hipotesis nol
Sbi : Simpanan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho: β = 0 Ho diterima (t-hitung<t-tabel), artinya variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
Ha: β ≠ 0 Ha diterima (t-hitung>t-tabel), artinya variabel independen secara
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
yang telah mengeluarkan data keuangan. Pada periode tahun 2010 sampai dengan
tahun 2012 jumlah keseluruhan perusahaan perbankan adalah 32 perusahaan.
Setelah dilakukan penelitian sampel dengan metode purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan industri perbankan yang selalu menyajikan laporan keuangan
selama periode pengamatan (2010-2012).
2. Masih beroperasi hingga tahun 2012.
3. Bank mempublikasikan laporan tahunan untuk periode 31 desember
2010-2012 didalam website Bursa Efek Indonesia.
4. Tidak memiliki ekuitas negatif dan memiliki data yang lengkap.
Berdasarkan kriteria diatas, maka yang menjadi sampel adalah sebanyak
11 perusahaan. Dengan menggunakan metode penggabungan data (pooling) maka
diperoleh data penelitian sebanyak 3 x 11 = 33 data observasi. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan perbankan
Nama-nama perusahaan yang menjadi sampel penelitian pada
masing-masing tahun disajikan pada lampiran. Sebelum membahas terhadap pembuktian
hipotesis, secara deskriptif akan dijelaskan mengenai kondisi masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
4.2. Analisis Data
4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dari data yang diambil untuk penelitian ini adalah dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 33 data pengamatan.
Deskripsi variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian ini
meliputi nilai minimum, maksimum, mean, median dan standar deviasi dari satu
variabel dependen yaitu struktur modal dan empat variabel independen,
pertumbuhan asset (growth), price earning ratio (PER), return on asset (ROA), dan
yaitu ukuran perusahaan (size). Statistik deskriptif berkaitan dengan
pengumpulan dan peringkat data.Statistik deskriptif menggambarkan karakter
sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Distribusi statistik deskriptif untuk
masing-masing variabel terdapat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi variabel Penelitian Perusahaan Sampel Descriptive Statistics
Keterangan Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. DER 7.695758 7.470000 10.04000 4.220000 1.677956
GROWTH 0.252424 0.190000 1.900000 0.020000 0.314176
ROA 2.909091 2.750000 5.150000 0.670000 1.105239
PER 15.57364 13.02000 40.96000 6.530000 8.609799
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata masing-masing variabel berada pada
angka positif,
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa selama periode pengamatan,
variabel struktur modal yang diukur dengan rasio debt to equity ratio (DER) yang
merupakan rasio total hutang dengan total ekuitas perusahaan menunjukkan nilai
rata-rata sebesar 7.695758 kali dengan standar deviasi sebesar 1.677965. Hal ini
berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 7.695758 kali
dari modal sendiri (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Nilai debt to equity ratio
(DER) di atas angka 1 menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan
hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Nilai terkecil dari debt to equity
ratio (DER) diperoleh sebesar 4.220000 kali yang dimiliki oleh Bank Danamon
Tbk pada tahun 2012, sedangkan debt to equity ratio (DER) terbesar adalah
sebesar 10.04000 kali dari modal sendiri yang dimiliki Bank Mega Tbk pada
tahun 2011.
Pertumbuhan asset (growth of assets) merupakan variabel yang
dipertimbangkan dalam keputusan hutang. Dari tabel 4.1 dapat dilihat hasil
penelitian ini mendapatkan rata-rata pertumbuhan asset sebesar 0,252424 atau
23,09 persen dengan standar deviasi sebesar 0,314176. Nilai pertumbuhan
terkecil adalah sebesar 0,02 Bank Agro Niaga Tbk pada tahun 2010, dan
pertumbuhan asset terbesar adalah sebesar 1,90 Bank Agro Niaga Tbk pada tahun
Berdasarkan tabel 4.1 price earning ratio (PER) dilihat dari ukuran kinerja
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan menunjukkan rata-rata nilai PER
sebesar 15,57364, dengan nilai tertinggi sebesar 40,96 tahun 2010 yang dimiliki
oleh Bank Agro Niaga Tbk, dan nilai terendahnya adalah sebesar 6,53 yang
dimiliki oleh Bank Bumi Arta Tbk pada tahun 2012 dengan nilai standar deviasi
sebesar 8,609799.
Return on asset (ROA) dilihat dari tabel 4.1 menunjukkan ukuran kinerja
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang dilihat dari total assetnya yang
tidak merata, hal ini dapat dilihat dari selisih nilai minimum dan maximum dari
ROA. Dimana nilai terbesarnya adalah 5,15 yang dimiliki oleh Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai terendahnya adalah
sebesar 0,67 pada tahun 2010 yang dimiliki oleh Bank Agro Niaga Tbk, dengan
nilai rata-rata sebesar 2,909091 dan standar deviasi sebesar 1,105239.
Ukuran perusahaan (size) dilihat dari total asset yang dimiliki oleh
perusahaan. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa angka total asset terendah adalah
sebesar 12,48 yang dimiliki oleh Bank Agro Niaga Tbk pada tahun 2010.
Sebaliknya total asset tertinggi dimiliki oleh Bank Mandiri (Persero) Tbk pada
tahun 2012 yaitu sebesar 14,8. Dari tabel tersebut dapat juga dilihat nilai rata-rata