LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PROSEDUR DAN TATA CARA PENGAJUAN RESTITUSI PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
NAMA : CANDRA PERMANA PUTRA NIM : 102600014
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum wr….wb…
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga
penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
“Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.”
Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan disebabakan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan
dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang kepada :
1. Kepada yang tercinta dan tersayang kedua Orang Tua dan Keluarga
penulis yang telah memberikan kasih sayang yang melimpah kepada
penulis serta mendukung penulis baik secara moril maupun materil sejak
masih kecil hingga sekarang.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, SH, M. Hum selaku Sekretaris Jurusan Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Ibu Dra, Elita Dewi, MSP selaku Penasehat Akademik dari penulis yang
selama 3 (tiga) tahun telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.
6. Pegawai Diploma III Adminitrasi Perpajakan yang sudah mengurusi
administrasi penulis selama 3 (tiga) tahun di Administrasi Perpajak FISIP
USU.
7. Bapak Asep Hendarsyah, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing penulis
dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.
8. Kepada bapak Patar Novery M.P. Hutabarat selaku supervisor lapangan
penulis yang telah membantu penulis dalam penelitian dan juga membantu
dalam pemberian data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
9. Kepada teman-teman terbaikku selama perkuliahan khususnya Vivi
Andayani dan seluruh kelas TAX A 2010.
10.Kepada teman-teman perparkiran FISIP usu seperti Pak Naryo, Bang
Penulis telah berupaya dengan sebaik mungkin dalam penyusunan dan
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak
kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………...………. …... i
DAFTAR TABEL………...……….. iv
DAFTAR GAMBAR………...………. v
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……..……. 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……... 3
C.Uraian Teoritis……… 7
D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………….. 11
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 11
F. Metode Pengumpulan Data………... 12
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri…… 13
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)……….……. 16
A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………... 16
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………... 18
E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur………... 28
BAB III GAMBARAN MENGENAI PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)……… 29
A.Pengertian Pajak………... 29
B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai……….………... 30
C.Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai………..………... 30
D.Kelebihan Dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai..……… 32
E. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai………. 34
F. Dasar Pengenaan Pajak Dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (Ppn)….. 37
G.Restitusi………... 39
H.Restitusi Pajak Pertambahan Nilai………..……... 40
I. Dasar Hukum Restitusi Pajak Pertambahan Nilai………..……… 42
J. Sebab-Sebab Terjadinya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai…..…….. 43
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI………... 44
A.Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ………... 44
B. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ………... 56
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……….. 59
A.Kesimpulan………... 59
B. Saran………... 60
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur………. 26
Tabel IV.1 Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
BAB I PENDAHULUAN
H.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Esensi dari pada keadilan di bidang perpajakan adalah keseimbangan antara
hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk
memperoleh pembayaran pajak oleh warga Negara sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, tidak lebih dan tidak kurang. Hak wajib pajak adalah hak untuk dapat
perlakuan yang adil dari Negara dalam melaksanakan kewajibannya kepada Negara
tersebut dan hak untuk mendapat kepastian hukum apabila ia sudah memenuhi
kewajibannya.
Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar
berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan untuk
memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan
kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta mendorong kemajuan modernisasi di semua
bidang kehidupan. Mengingat isi dari UUD 1945 Pasal 23A yang berbunyi; “Pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-Undang”. Tersedianya dana yang bersumber dari dalam negeri, akan
memberikan jaminan lebih kepada rakyat, sebagai cerminan dari prinsip bantuan
nasional dalam upaya melepas ketergantungan pada sumber dana luar negeri,
Kesadaran sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang melakukan usaha
dan telah mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), dapat ditunjukkan
melalui kepatuhan terhadap pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah
dipungutnya dalam mewujudkan pembangunan nasional secara mandiri. Hal ini
disebabkan karena penerimaan negara yang bersumber dari pajak dari tahun ke tahun,
yang dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dinilai sebagai pendapatan negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan
negara secara internal lainnya, seperti penerimaan negara bukan pajak, disamping
penerimaan negara secara eksternal, yaitu pinjaman luar negeri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 36 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, dimana ciri dan corak dari sistem pemungutan
pajak di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, dari sistem pemungutan
pajak secara Official Assessment System berubah menjadi Self Assessment System.
Official Assessment System mengandung arti bahwa petugas pajak yang menetukan
sendiri berapa besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.
Sementara itu, Self Assessment System mengandung pengertian yang sebaliknya, yaitu
setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem ini, pemerintah
menuntut kesadaran, kejujuran dan peran serta masayarakat dalam mewujudkan
Dari tahun ke tahun Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu
sumber penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) salah
satu pajak yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas Penyerahan Barang
Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada konsumen akhir. Dengan
memperhatikan hal tersebut, maka Penulis merasa tertarik untuk mempelajari,
memahami, dan mendalami bagaimana sebenarnya mekanisme (tata cara) perpajakan
khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan bagi konsumen akhir.
Pajak merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik untuk dibahas dan
dipelajari oleh siapa saja di dalam meningkatkan penerimaan negara secara internal.
Hal ini dikarenakan pemungutan pajak berkaitan erat dengan aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa
dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung sesuai kenyataan di lapangan
tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berlangsung, yang akan dibahas
oleh Penulis. Oleh sebab itu, laporan ini saya beri judul : “Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.”
I. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa
tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak
Medan Timur dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang
dilaksanakan oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan
diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), antara lain :
1.1. Memenuhi syarat akademik untuk menyelesaikan program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
1.2. Untuk mengetahui banyaknya jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP)
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1.3. Untuk mengetahui prosedur dan tata cara restitusi kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur.
1.4. Untuk mendapatkan data-data, lampiran-lampiran, dan dokumentasi
lainnya yang dibutuhkan di dalam penulisan Tugas Akhir.
Manfaat yang dapat diambil dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) untuk peserta adalah :
a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung
pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori
yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.
b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan
keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam
masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk
bekerja di perusahaan.
c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,
kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi
pemerintahan.
d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan
seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktu-waktu
dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.
e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah
menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan
2.2.Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang dapat diambil bagi Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan ini adalah :
a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan
khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama MedanTimur.
b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan.
c. Upaya melakukan revisi kurikulum guna meningkatkan pendidikan.
d. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas
teori yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang
berada dalam praktik di lapangan.
e. Mendorong kemajuan alumni di masa yang akan datang.
2.3.Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Manfaat yang dapat diambil bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur adalah :
a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan
c. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
d. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra
Direktorat Jenderal Pajak.
J. Uraian Teoritis
1. Definisi Pajak
Beberapa definisi pajak menurut para ahli :
1.1.Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang
yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2009 : 1)
1.2. Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
1.3. Prof. Dr. M. J. H. Smeets
Dalam bukunya De Economische Betekenis der Belastingen 1951,
mengatakan : “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada
kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”
1.4. Dr. Soeparman Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum
(Suandy Erly, 2008:9)
2. Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Pasal 1 angka 2 UU KUP)
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas penyerahan barang
dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur
produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sangat
masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sesuai
dengan namanya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas nilai tambah
(added value) yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi,
sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan pajak berganda dapat
dihindarkan.
4. Pengusaha Kena Pajak
Adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang.
5. Dasar Pengenaan Pajak
Adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau
nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
6. Barang
Adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
7. Barang Kena Pajak
Adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai.
8. Penyerahan Barang Kena Pajak
9. Pembeli
Adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya
menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya
membayar harga Barang Kena Pajak tersebut.
10. Faktur Pajak
Adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena
Pajak.
11. Pajak Masukan
Adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya sudah dibayar
oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.
12. Pajak Keluaran
Adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak,
penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor
K.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui
beberapa masalah berikut :
a. Mengetahui tata cara pengajuan restitusi pembayaran Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
b. Hambatan-hambatan dalam tata cara dan prosedur pengajuan restitusi
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Timur.
c. Mengetahui jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
L.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari
penentuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM),
mencari bahan untuk pembuatan proposal dan juga konsultasi dengan dosen.
2. Studi Literatur
Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang
dibutuhkan seperti Undang-Undang dan buku-buku yang berhubungan dengan
3. Observasi Lapangan
Melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data
yang ada pada instansi bersangkutan mengenai judul dari Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini.
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data mengenai tata
cara dan prosedur pengajuan restitusi pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisa dan mengevaluasi
data-data yang dikumpulkan.
M. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), penulis mengumpulkan data dan informasi dengan mengunakan metode
sebagai berikut :
2. Studi Pustaka (Library Research)
Pengumpulan data mengenai Prosedur dan Tata Cara Restitusi
Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) melalui bahan-bahan
3. Field Research
Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau langsung ke
lapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk
memperoleh data yang diperlukan mengenai Prosedur dan Tata Cara Pengajuan
Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
N.Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini,
maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi
laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan
dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM,
metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)PRATAMA MEDAN TIMUR
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi
dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dilakukan.
penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Timur, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di
instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ATAS PROSEDUR DANTATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR
Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana
prosedur dan tata cara restitusi kelebihan pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh,
kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi
untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam
sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan
manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
F. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.
Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dengan induk
organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976
berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Padatahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua,
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka
didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat,
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan
berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor PelayananPajak Medan Timur
2. Kantor PelayananPajak Medan Barat
3. Kantor PelayananPajak Medan Utara
4. Kantor PelayananPajak Medan Selatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
443/KMK.01/2001 tentang “Organisasidan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah
kerja, yaitu :
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei
2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008
tanggal 19 Mei 2008.
G.Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran
Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang
berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus
1. Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan
di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang
atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan
Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan.
Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah
tangga seperti pembuatan sepatu.
2. Kecamatan Medan Timur
Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan
yang dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi
darat antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan
sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak
terdapat usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel
bubut, showroom serta usaha perdagangan dan jasa.
3. Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat
pemukiman di kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya
bergerak di sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah
maupun kecil. Di Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri
kecil seperti perabot rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/
H.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk
membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk
mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada di
bawah seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera
Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di bawah naungan
Kementeri Keuangan Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan
tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang
tergolong dalam skala besar dan biasanyaa berada di ibukota provinsi sedangkan
Kantor Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan
biasanya berada di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan penggolongan
tersebut maka KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A
karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Namun, berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.
Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994
tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe
A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur membawahi satu
sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga
fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni
terdiri dari :
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU);
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP);
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI);
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi;
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan;
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan;
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
8. Seksi Penagihan;
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan;
10.Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan;
Namun, setelah adanya modernisasi perpajakan pada tahun 2006, KPP
Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia No.
Direktorat Jendral Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi, antara
lain :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV
8. Seksi Jabatan Fungsioanal
Wilayah kerjamasing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut :
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Kecamatan Medan Timur yang terdiri
dari Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan
Kelurahan Perintis.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Kecamatan Medan Perjuangan yang
terdiri dari Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I
dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu,
Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Kecamatan Medan Tembung yang
Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan Sudirejo, Kelurahan
Sudirejo Hilir, Kelurahan Tembung.
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, Kecamatan Medan Timur yang
terdiri dari Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat
I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan
Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.
I. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Seksi
Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur
organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Sub Bagian Tata Usaha/Umum, mempunyai tugas :
1.1.Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu
menangani urusan Tata Usaha dan Kepegawaian.
1.2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan.
1.3.Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan dan
perlengkapan Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :
2.1.Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan.
2.2. Perekaman dokumen perpajakan.
2.3. Merekam SSP lembar ke-3.
2.5. Merekam SPT Masa PPh Pasal 21.
2.6. Merekam SPT Masa PPh Pasal 23/26.
2.7. Merekam SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat 2.
2.8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
2.9. Memberi pelayanan dukungan teknis komputer.
2.10. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.
2.11. Menyiapkan laporan kinerja.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :
3.1.Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
3.2.Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan.
3.3.Melakukan penyusunan profil wajib pajak.
3.4.Menganalisis kinerja wajib pajak.
3.5.Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.6.Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
3.7.Melakukan evaluasi banding.
4. Seksi Penagihan Pajak, mempunyai tugas :
4.1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak.
4.2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
4.4. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak.
4.5. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas :
5.1. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.
5.2. Pendataan objek dan subjek pajak.
5.3. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi.
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal, mempunyai tugas :
6.1. Melakukan penyusunan rencana pemerikasaan.
6.2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemerikasaan.
6.3.Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :
7.1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
7.2.Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan Wajib Pajak
dan surat-surat lainnya.
7.3.Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib
Pajaklainnya.
7.4.Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
Saat ini terdapat 81 pegawai di KPP Pratama Medan Timur dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel II.1
Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit
Jumlah Pegawai
(orang)
1 Kepala Kantor 1
2 Sub Bagian Umum 6
3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9
4 Seksi Pelayanan 16
5 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
6 Seksi Penagihan 4
7 Seksi Ekstensifikasi 4
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 6
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7
11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
12 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 9
Jumlah 81 orang
GambarII.1
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2013 KEPALA KANTOR
SUBBAG UMUM
SEKSI
PENAGIHAN
SEKSIPEMERIKSAAN DAN
KEPATUHAN INTERNAL SEKSI
PELAYANAN SEKSI PDI
SEKSI
EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN
SEKSI PENGAWASAN
DAN KONSULTASI
KELOMPOK JABATAN
J. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah
mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi : Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di
wilayah Asia Tenggara.
2. Misi : Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan
Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai
BAB III
GAMBARAN MENGENAI PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
A. Pengertian Pajak 1. Definisi Pajak
Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 berbeda dengan Pajak Penjualan (PPn) yang
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap
pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor
produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa
kepada para konsumen.
Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap
perpindahan/pertukaran barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak
berganda. Untuk Barang yang Tergolong Mewah, pajak berganda ini masih
diberlakukan dengan adanya Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Baik PPN maupun PPnBM akhirnya dibebankan pada konsumen.
Pengusaha Kenak Pajak (PKP) hanya Memungut dan kemudian menyetor ke
Kantor Kas Negara.
B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Undang-Undang yang mengatur pengenaan pajak Pertambahan Nilai (PPN)
adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
C. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai
Pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak
pada Kas Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. Sedangkan
penanggung jawab atas pembayaran pajak pada Kas Negara adalah Pengusaha
Kena Pajak yang bertindak selaku penjual Barang Kena Pajak atau pengusaha
Jasa Kena Pajak.
2. Pajak Objektif
Yang dimaksud dengan Pajak Objektif adalah suatu jenis pajak yang
saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya
keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang
juga disebut dengan nama objek pajak.
3. Multi Stage Tax
Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang
dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap
penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari
tingkat pabrikan (manufactured) kemudian ditingkat pedagang besar
(wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang
pengecer (retailer) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
4. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Menggunaka Faktur Pajak
Sebagai konsekuensi penggunaan metode kredit untuk menghitung
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan
diwajibkan untuk membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak.
5. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri
Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan dalam Negeri.
6. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral
Netralitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibentuk oleh 2 (dua) fakor,
yaitu :
a. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang atau jasa.
b. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan(destination
principle).
Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal 2 (dua) prinsip
pemungutan, yaitu :
a. Prinsip tempat asal (origin principle).
b. Prinsip tempat tujuan (destination principle).
7. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambahnya saja.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai
Dari beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai tersebut diatas, dapat
dikemukakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memiliki beberapa kelebihan yang
ternyata Pajak Pertambahan Nilai juga tidak bebas sama sekali dari beberapa
kekurangan.
1. Beberapa kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut :
1.1.Mencegah terjadinya pajak berganda.
1.2.Netral dalam perdagangan dalam dan luar Negeri.
1.3.Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan barang model dapat diperoleh
kembali pada bulan perolehan sesuai dengan tipe konsumsi dan metode
pengurangan tidak lansung. Dengan demikian dapat membantu likuiditas
perusahaan.
1.4.Ditinjau dari sumber pendapatan negara, Pajak Pertambahan Nilai
mendapat predikat sebagai “Money Changer” karena konsumen selaku
pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga
memudahkan fiskus untuk memungutnya.
2. Beberapa kelemahan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut :
2.1.Biaya administrasi relatif tinggi bila dibandingkan dengan Pajak Tidak
Lansung lainnya, baik dipihak administrasi pajak maupun dipihak Wajib
Pajak.
2.2.Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan
konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul, dan sebaliknya
semakin rendah tingkat kemampuan konsumen, semakin berat beban
pajak yang dipikul.
2.4.PPN menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh administrasi
pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
E. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Dalam buku “perpajakan indonesia” secara garis besar Subjek Pajak
adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan dari suatu
atau lebih pemberi kerja. (Waluyo, 2006:57-68)
Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau
badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean.
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
2.1.Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha kena pajak.
Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak.
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud.
c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
2.2.Impor Barang Kena Pajak
a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan
usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
2.3.Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak
Dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
2.4.Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean, untuk dapat memberikan perlakuan yang sama
2.5.Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh
siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
2.6.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
2.7.Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud/Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.
2.8.Eskpor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah
penyerahan Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah
Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
2.9.Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.
2.10. Penyerahan Barang Kena Pajak berupah aktiva yang menurut tujuan
F. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya
Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan DPP.
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai tahun 2000
merumuskan bahwa : “Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung
pajak yang terutang.”
Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai
ekspor, dan nilai impor adalah sebagai berikut :
1.1.Harga Jual
Harga Jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan
potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Apabila PKP, selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan
faktur penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak
tersebut juga tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam
pengertian potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa
1.2.Penggantian
Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan
JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
1.3.Nilai Ekspor
Nilai Ekspor ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat
diketahui dari dokumen ekspor, misalnya harga yang tercantum dalam
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
1.4.Nilai Impor
Nilai Impor ialah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diatur dalam pasal 7
Undang-Undang PPN Nomor 18 Tahun 2000, yaitu sebagai berikut :
2.1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (Sepuluh persen).
2.2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah
2.3. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen)
dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).
G. Restitusi
Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu harus
menerbitkan surat keterangan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat
permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Dirjen Pajak (Pasal 17B UU KUP). Apabila setelah lewat jangka waktu 12
bulan Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan
dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan tersebut (jangka waktu berahkir ) (Pasal
17B ayat 2).
Pengajuan restitusi dapat dilakukan dengan cara mengisi SPT Lebih Bayar
dan memilih kolom atau kotak restitusi (Pasal 17B) atau mengajukan restitusi secara
tertulis (setelah menerima SKPLB), KPP akan menerbitkan SPMKP (Surat Perintah
Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak) dan SKPKPP (Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak ) dalam jangka waktu 1 bulan sejak
Pasal 17B (Bila Wajib Pajak mempunyai utang pajak maka akan dilakukan
kompensasi terlebih dahulu).
Tatacara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak diatur
dalam Nomor 72/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010, Nomor Per-63/Pj/2010
Tanggal 22 Desember 2010, Nomor 76/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret, yang
mengatur tentang kelebihan pembayaran pajak.
H. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/PJ/2006 Restitusi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah kelebihan pajak masukan terhadap pajak
keluran dalam suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan tersebut diminta kembali
(restitusi) sebagimana dimaksud Pasal 9 ayat (4) Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN). Restitusi atau pengembalian kelebihan kelebihan pajak adalah hak bagi
Wajib Pajak manakala berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terbukti ada kelebihan
pembayaran pajak. Keputusan yang menetapkan adanya kelebihan pembayaran pajak
adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang diterbitkan setelah melalui
proses pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Masa adalah wajib
dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status
pembayaran pajak dari Pengusaha Kena Pajak.
Dalam rangka pengembalian kelebihan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah
memberikan fasilitas pembayaran pendahuluan kelebihan pajak bagi Pengusaha Kena
pemeriksaan. Sehingga dalam rangka pengembalian kelebihan pajak, Pengusaha
Kena Pajak dapat dibedakan menjadi :
1. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (4c) Undang-Undang PPN.
2. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C
Undang-Undang KUP.
3. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17D Undang-Undang KUP.
Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada nomor 1, 2 dan 3 pemerintah
memberikan fasiltas pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tanpa melalui proses
pemeriksaan, cukup melalui proses penelitian. Setelah proses penelitian selesai
Direktorat Jenderal Pajak akan mengeluarkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak yaitu surat keputusan yang menentukan jumlah
pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak untuk Wajib Pajak Tertentu. Berdasarkan
Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010, proses
pengembalian kelebihan pajak harus selesai dalam jangka waktu 1 bulan sejak
permohonan diterima lengkap.
Kepada Pengusaha Kena Pajak selain termasuk dalam tiga kriteria pertama,
pengembalian kelebihan pajak diberikan setelah melalui proses pemeriksaan. Setelah
proses pemeriksaan selesai Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Proses pemeriksaan harus sudah selesai dalam jangka
I. Dasar Hukum Restitusi Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) pada pasal 9 ayat (4), ayat (4a), ayat (4b), ayat (4c), ayat (4d), dan ayat
(4f), pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran
dalam masa pajak yang sama. Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan
faktur pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(5) dan ayat (9) Undang-Undang.
Berdasarkan hal tersebut, apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran
lebih besar daripada pajak masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) yang harus disetor oleh pengusaha kena pajak. Apabila dalam suatu masa
pajak, pajak masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada pajak keluaran,
selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya, hal ini yang mendasari restitusi.
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang,
dengan catatan wajib pajak tidak punya hutang pajak lain. Ketentuan restitusi diatur
lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang
J. Sebab-Sebab Terjadinya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai
Adapun yang menjadi sebab-sebab terjadinya restitusi PPN adalah sebagia
berikut :
1. Jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar daripada Pajak Keluaran dalam
suatu Masa Pajak yang disebabkan oleh :
1.1.Pembelian barang modal dan bahan baku atau bahan pembantu yang
dilakukan sebelum usaha dimulai atau pada awal usaha dimulai atau dalam
Tahun berjalan.
1.2.Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak
yang Pajak Keluaran dikenakan tarif PPN sebesar 0% (nol persen).
1.3.Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
1.4.Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Jasa Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak sehubungan dengan proyek milik pemerintah yang dananya berasal
dari hibah atau bantuan luar negri.
2. Disamping itu kemungkinan terjadi kelebihan pembayaran pajak bukan
disebabkan adanya selisih lebih pajak masukan dibandingkan dengan pajak
keluaran, melainkan semata-mata disebabkan oleh kekeliruan pemungutan
pajak yang dilakukan oleh PKP. Peristiwa ini dinamakan kelebihan pembayaran
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
D.Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Setelah proses pemeriksaan selesai dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
mengajukan restitusi lebih bayar PPN, dan ternyata pernyataan Wajib Pajak tersebut
benar maka Account Representative akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB) melalui Seksi Pelayanan dan kemudian dikirimkan kepada Wajib
Pajak. Setelah menerima SKPLB maka Wajib Pajak telah dapat mengajukan
Permohonan Pengembalian lebih bayar dengan mengajukan permohonan tersebut ke
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ/2011 tanggal 21 Maret
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, adalah sebagai
berikut :
1. Wajib pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak ke
Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian
meneliti kelengkapan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
hal surat permohonan belum lengkap, diberitahukan kepada Wajib Pajak
lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD.
BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan
dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan
Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutka dengan
meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account
Representative.
3. Account Representative memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak
berdasarkan :
3.1.SKPLB;
3.2.SKPPKP;
3.3.SKKP PPN; atau
3.4.Surat keputusan yang myebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak,
yaitu Surat Keputusan Keberatan, Keputusan Banding, Keputusan
Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Surat
Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan SKP, Surat Keputusan
Pengurangan STP, atau Surat Keputusan Pembatalan STP.
4. Account Representative meminta informasi utang pajak dengan membuat Nota
Konfirmasi utang pajak dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Waskon dan
lainAccount Representative membuat konsep surat pengantar dan Nota
Konfirmasi Utang Pajak dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Waskon.
5. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf konsep surat pengantar dan
menandatangani Nota Konfirmasi Utang Pajak kemudian meneruskan kepada
Kepala KPP untuk ditandatangani.
6. Kepala KPP menelitidan menandatangi konsep surat pengantar. Surat pengantar
dan Nota Konfirmasi Utang Pajak kemudian dikembalikan kepada Account
Representativeuntuk dikirim ke KPP lain.
7. Account Representativemengirimkan surat pengantar dan Nota Konfirmasi
Utang Pajak melalui faksimili dan memastikan melalui telepon bahwa faksimili
telah diterima oleh Seksi Penagihan KPP lain, mengarsipkan struk bukti
pengiriman faksimili dan kemudian mengirimkan surat pengantar dan Nota
Konfirmasi Utang Pajak tersebut sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen
di KPP.
8. Seksi Penagihan dan/atau KPP lain menindaklanjuti konfirmasi utang pajak dan
menyampaikan jawaban Nota Konfirmasi utang pajak berdasarkan SOP Tata
Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak paling lama 2 (dua)
hari kerja sejak diterimanya Nota Konfirmasi oleh Seksi Penagihan atau sejak
diterima faksimili konfirmasi utang pajak oleh KPP lain. Dalam hal terdapat
keraguan atas data utang pajak PBB yang akan dicantumkan dalam nota
konfirmasi, terlebih dahulu dilakukan konfirmasi kepada Wajib Pajak yang
melalui faksimili dan pos disertai dengan surat pengantar yang ditandatangani
Kepala KPP.
9. Account Representative kemudian meneliti jawaban konfirmasi Utang Pajak
dari Seksi Penagihan dan/atau dari KPP lain, kemudian memperhitungkan
kelebihan pembayaran pajak dengan mendahulukan utang pajak dengan urutan
prioritas sebagai berikut :
9.1. utang pajak yang mendekati tanggal daluwarsa penagihan;
9.2. utang pajak yang bernilai paling besar;
9.3. utang pajak yang dikompensasikan melalui potongan SPMKP.
Perhitungan kelebihan pembayaran pajak ke utang pajak dituangkan dalam
Nota Penghitungan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, yang
selanjutnya disebut Nothit.
10. Account Representative melengkapi Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep
Konsep SPMKP.
10.1. Dalam hal kelebihan pembayaran pajak akan diperhitungkan dengan
utang PBB, AR merekam Utang PBB tersebut ke dalam sistem
informasi perpajakan (SIDJP/SIPMOD).
10.2. Dalam hal KPP menggunakan aplikasi SIPMOD dan akan
memperhitungkan kelebihan pembayaran pajaknya dengan Utang PPh,
PPN dan/atau PPnBM yang terdaftar di KPP lain, AR merekam Utang
10.3. Dalam hal KPP penerbit SPMKP menggunakan aplikasi SIDJP dan
akan memperhitungkan kelebihan pembayaran pajaknya dengan Utang
PPh, PPN dan/atau PPnBM yang terdaftar di KPP lain yang
menggunakan aplikasi SIPMOD, AR merekam Utang PPh, PPN
dan/atau PPnBM tersebut kedalam aplikasi SIDJP.
11. Kepala Seksi Waskon meneliti, menyetujui dan memaraf Nothit kemudian
disampaikan kepada Kepala KPP untuk mendapatkan persetujuan.
12. Kepala KPP meneliti, menyetujui dan menandatangani Nothit.
13. Account Representative membuat konsep surat pemberitahuan ke KPP lain
yang telah mengirimkan jawaban konfirmasi utang pajak, bahwa Utang Pajak
yang dikonfirmasi dapat/tidak dapat diperhitungkan dengan kelebihan
pembayaran pajak.
14. Apabila terdapat kompensasi utang pajak selanjutnya mengikuti prosedur kerja
nomor 15 dan/atau nomor 16, dan bila tidak terdapat kompensasi utang pajak,
Account Representative menyampaikan Nothit, konsep SKPKPP, konsep
Konsep SPMKP, dan surat pemberitahuan ke KPP lain kepada Kepala Seksi
Pelayanan. Selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 17.
15. Untuk kompensasi utang melalui Potongan SMPKP :
15.1. Account Representative membuat SSP atas nama Wajib Pajak dengan
mencantumkan nomor surat ketetapan pajak, kemudian disampaikan
mengikuti prosedur kerja nomor 17.
15.2. Sedangkan untuk kompensasi utang pajak melalui Transfer
Pembayaran mengikuti prosedur kerja nomor 16.
16. Untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran :
16.1. dalam hal surat setoran dibuat oleh KPP yang menerbitkan SPMKP
yaitu untuk transfer pembayaran ke utang pajak PPh, PPN, atau
PPnBM, atau untuk transfer pembayaran ke utang pajak PBB yang
diadministrasikan oleh KPP yang menerbitkan SPMKP, Account
Representative membuat SSP atas nama Wajib Pajak untuk utang
pajak PPh, PPN, PPnBM dan/atau membuat SSP PBB atas nama
Wajib Pajak untuk utang pajak PBB, dan konsep surat pemberitahuan
ke Bank/Pos Persepsi tentang adanya kompensasi utang pajak melalui
transfer pembayaran kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi
Waskon untuk diteliti dan diparaf. Selanjutnya mengikuti prosedur
nomor 17.
16.2. Dalam hal surat setoran dibuat oleh KPP lain yang
mengadministrasikan utang pajak yaitu untuk transfer pembayaran ke
utang pajak PBB yang diadministrasikan oleh KPP lain lanjut ke
prosedur nomor 17.
17. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf SSP dan/atau SSP PBB, konsep
Persepsi, kemudian meneruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan beserta Nothit,
konsep SKPKPP, dan konsep Konsep SPMKP. SSP untuk kompensasi melalui
potongan SPMKP tidak perlu diparaf.
18. Kepala Seksi Pelayanan menerima berkas pengembalian kelebihan pembayaran
dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep SKPKPP
dan Konsep SMPKP.
19. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep SKPKPP dan Konsep SPMKP
dari aplikasi sistem informasi perpajakan. Berdasarkan Konsep SPMKP,
Pelaksana Seksi Pelayanan merekam dan mencetak pada aplikasi SPM berupa
konsep SPMKP (empat rangkap). Selanjutnya menyampaikan kepada Kepala
Seksi Pelayanan untuk diteliti.
20. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui dan memaraf konsep SKPKPP,
konsep Konsep SPMKP (satu rangkap), dan konsep SPMKP (empat rangkap)
kemudian menyampaikan seluruh berkas pengembalian kelebihan pembayaran
(nothit, konsep SKPKPP, konsep Konsep SPMKP, konsep SPMKP, SSP
dan/atau SSP PBB untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran, konsep
surat pemberitahuan ke KPP lain, dan konsep surat pemberitahuan ke Bank/Pos
Persepsi) kepada Kepala KPP.
21. Kepala KPP meneliti dan menandatangani SKPKPP, Konsep SPMKP, SPMKP,
SSP dan/atau SSP PBB untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran, surat
kemudian mengembalikan kepada Seksi Pelayanan untuk diselesaikan. SSP
untuk kompensasi melalui Potongan SPMKP tidak perlu ditandatangani.
22. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
penatausahaan dan penyampaian dokumen.
23. Pelaksana Seksi Pelayanan berkoordinasi dengan Account Representative
mengenai penyampaian dokumen ke pihak-pihak terkait.
24. Apabila ada kompensasi utang pajak pada KPP lain, terlebih dahulu mengikuti
prosedur kerja nomor 25, dan bila tidak ada atau prosedur nomor 25 telah
dilaksanakan langsung dilanjutkan ke prosedur kerja nomor 26.
25. Pelaksana Seksi Pelayanan mengirimkan via faksimili SKPKPP, SPMKP, dan
surat pemberitahuan ke KPP lain yang mengadministrasikan utang pajak,
memastikan faksimili telah diterima KPP lain dimaksud, dan mengarsipkan
struk bukti pengiriman faksimili. Selanjutnya KPP yang mengadministrasikan
utang pajak memproses berdasarkan SOP Tata Cara Tindak Lanjut Surat
Pemberitahuan Kompensasi Utang Pajak.
26. Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan :
26.1. kopi SKPKPP ke Seksi PDI jika ada kompensasi ke utang PBB di KPP
sendiri :
a. Kepala Seksi PDI menugaskan kepada Pelaksana Seksi PDI
untuk merekam data SKPKPP;
yang diperhitungkan dalam SKPKPP tersebut di Aplikasi
SISMIOP dan mengarsipkan kopi SKPKPP.
26.2. kopi surat pemberitahuan dan kopi SKPKPP ke Seksi Penagihan, jika
ada kompensasi utang pajak PPh, PPN dan/atau PPnBM di KPP
sendiri :
a. Kepala Seksi Penagihan menugaskan kepada Pelaksana Seksi
Penagihan untuk merekam nomor SKPKPP dan utang pajak
yang dikompensasikan pada system informasi perpajakan;
b. Pelaksana Seksi Penagihan merekam nomor SKPKPP dan utang
pajak yang dikompensasikan pada sistem informasi perpajakan.
27. Pelaksana Seksi Pelayanan :
27.1. mengarsipkan berkas melalui SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen
Wajib Pajak.
27.2. menyampaikan dokumen ke pihak terkait melalui SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen di KPP :
a. SKPKPP lembar ke-2, SPMKP lembar ke-1 dan ke-2, dan SSP
dalam hal ada kompensasi utang pajak melalui Potongan
SPMKP ke KPPN;
b. SSP dan/atau SSP PBB, dan surat pemberitahuan ke Bank/Pos
Persepsi dalam hal ada kompensasi melalui Transfer
c. SKPKPP lembar ke-1 dan SPMKP lembar ke-3 kepada Wajib
Pajak;
d. Kopi SKPKPP dan SPMKP beserta surat pemberitahuan ke KPP
lain yang terdapat utang pajak yang dikompensasikan;
e. Surat pemberitahuan ke KPP lain yang tidak terdapat utang pajak
yang dikompensasikan.
28. Dalam hal terdapat kompensasi utang pajak melalui transfer pembayaran untuk
utang PPh, PPN, atau PPnBM, dan/atau transfer pembayaran untuk utang PBB
yang diadministrasikan pada KPP sendiri, Pelaksana Seksi Pelayanan
mengambil SSP dan/atau SSP PBB yang telah ditera Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB) beserta Bukti
Penerimaan Negara (BPN) pada Bank/Pos Persepsi dan menyampaikan
SSP/SSP PBB dan BPN lembar kesatu kepada Account Representative.
SSP/SSP PBB dan BPN lembar ketiga ditatausahakan di Seksi Pelayanan.
29. Dalam hal Seksi Pelayanan menerima dokumen berupa :
29.1. SSP PBB yang dibuat KPP lain, Petugas TPT menerima SSP PBB dan
BPN lembar kesatu dari KPP lain dan meneruskan kepada Account
Representative;
29.2. SSP dan BPN hasil kompensasi utang pajak melalui potongan SPMKP
dari KPPN, Petugas TPT menyampaikan SSP dan BPN lembar kesatu