• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Tubuh Kumbang Betina Elaeidobius kamerunicus Faust.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Tubuh Kumbang Betina Elaeidobius kamerunicus Faust."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA

PADA TUBUH KUMBANG BETINA

Elaeidobius kamerunicus

Faust.

EVA BRIALIN AGENGINARDI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

EVA BRIALIN AGENGINARDI. Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Kumbang Betina Elaeidobius kamerunicus Faust. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DORLY.

Salah satu faktor yang berkontribusi dalam peningkatan produksi tanaman kelapa sawit ialah penyerbukan yang efektif oleh E. kamerunicus. Efisiensi penyerbukan oleh kumbang sangat tergantung pada kemampuan kumbang mentransfer polen dari bunga jantan anthesis ke bunga reseptif. Penelitian ini bertujuan mempelajari jumlah dan viabilitas polen kelapa sawit yang menempel pada tubuh kumbang betina E. kamerunicus. Penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu pelepasan dan penghitungan jumlah polen kelapa sawit yang menempel pada tubuh kumbang betina, penyusunan peta polen, dan pengukuran viabilitas polen. Total polen yang menempel pada tubuh kumbang dan jumlah polen pada beberapa bagian tubuh kumbang ditampilkan dalam tabel dan grafik batang dengan softwareSigmaPlot versi 11.0. Viabilitas polen diukur dari persentase polen yang berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata polen yang dibawa oleh kumbang betina E. kamerunicus ialah 1.567 butir polen. Jumlah polen paling banyak ditemukan pada bagian sayap (elytra). Viabilitas polen yang dibawa kumbang betina ialah 76,23 %. Rata-rata panjang polen yang didapat ialah 39,9 µm dan lebar rata-ratanya 34,1 µm. Tabung polen yang terbentuk panjangnya berkisar 60-890 µm. Polen yang diamati memiliki struktur trikolpata.

Kata kunci: Polen, viabilitas, Elaeidobius kamerunicus betina, kelapa sawit.

ABSTRACT

EVA BRIALIN AGENGINARDI. Pollen Load and it’s Viability of Oil Palm Oil on Female Weevils Elaeidobius kamerunicus Faust. Supervised by TRI ATMOWIDI and DORLY.

One of the factors which contributed to higher crude palm oil production is the effective pollination by weevil, Elaeidobius kamerunicus Faust. The weevil's pollination efficiency depends on its ability to transfer pollens while visiting both the male and female oil palm flowers during anthesis. This research were aimed to study pollen load and pollen viability of oil palm plant on female weevils Elaeidobius kamerunicus. The procedures in this research were removing and counting the pollen load, mapping pollen, and measuring of pollen viability. The average of total pollen load and pollen attached on female weevils body were showed in table and bar graphic using software Sigma Plot version 11.0. Pollen viability was measured by percentage of germinated pollen. Results showed that the average of pollen load on female weevils was 1567 pollen grains. The highest number of pollen attached on the elytra. Pollen viability on female weevils was 76.23%. In average, pollen size was 39.9 µm in length and 34.1 µm in width. Pollen tube length was about 60-890 µm. The pollen structure was tricolpate.

(3)

JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA

PADA TUBUH KUMBANG BETINA

Elaeidobius kamerunicus

Faust.

EVA BRIALIN AGENGINARDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul

: Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Tubuh Kumbang

Betina

Elaeidobius kamerunicus

Faust.

Nama

: Eva Brialin Agenginardi

NIM

: G34070110

Menyetujui,

Dr. Tri Atmowidi, M.Si.

Dr. Dorly, M.Si.

Pembimbing I

Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.

Ketua Departemen Biologi

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, rizki, dan rencana-Nya yang Maha Indah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini berjudul Jumlah dan Viabilitas Polen Kelapa Sawit pada Tubuh Kumbang Betina Elaeidobius kamerunicus

Faust. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Kebun Cimulang Bogor. Pengamatan kumbang dan polen dilakukan di Laboratorium Bioistematika Hewan dan Ekologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Pusat penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Dr. Dorly, M.Si. selaku pembimbing, serta Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si. selaku penguji karya ilmiah atas saran, motivasi, dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada seluruh staf PTPN VIII Kebun Cimulang Bogor atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua (Bapak Agus Suhardiman dan Mama Iin Hermina), kedua kakak (Muhammad Briyan Agunginardi dan Ibrahim Brimma Agunginardi), kedua adik (Zera Briadenti Agenginardi dan Xiane Briaventi Agenginardi), serta seluruh keluarga besar atas dukungan, doa, serta bantuan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini, Mba Ani, dan Bapak Adi atas bantuannya selama ini. Tidak lupa bagi Irham Fauzi, teman-teman seperjuangan (Siti Nabilah, Aminah, Ganisa Kusumawardhani, Komal, dan Kak Nicky Jaka Permana), sahabat-sahabat (Raisa Auliane Syafrina, Soraya Puspa Jelita, Yakub Hidayatullah, Rina Nurlia Wati, Agessty Ika Nurlita, Karina Swedianti, Novia Putri Setia Ayu, Nisa Nantami, Cery Chyntia, Bisri Mustofa, I Made Pradipta Krisnayana, Nisfulaila Yarhofatul Kuntibiati, Henny Widiastuti, Rita Handayani, Irwanto Adhi Nugroho, dan Ikra Nugraha), serta teman-teman Zoologi dan Biologi 44 atas segala motivasi, doa, dan kebersamaannya selama ini. Terima kasih pula kepada seluruh Dosen dan staf Departemen Biologi FMIPA IPB.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar tulisan ini menjadi lebih baik.

Bogor, September 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 5 Januari 1989 dari Ayahanda yang bernama Agus Suhardiman dan Ibunda yang bernama Iin Hermina. Penulis merupakan putri ketiga dari lima bersaudara.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1993 di TK Bina Ihsan Bekasi, kemudian melanjutkan pendidikan SDN Kayuringin Jaya I Bekasi tahun 1995. Selanjutnya pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan menengahnya di SMPN 7 Bekasi, dan tahun 2004 di SMAN 2 Bekasi. Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan di tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa Mayor di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Staf Informasi dan Komunikasi Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) pada tahun 2008-2009, Staf Bidang Olah raga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB tahun 2009-2010, sebagai anggota saman Biologi 44, sebagai panitia Divisi Acara pada Masa Perkenalan Departemen, Divisi Danus dan Usaha dalam Seminar Nasional Revolusi Sains tahun 2009, Divisi Acara di LCTB (Lomba Cepat Tepat Biologi) tahun 2009, Koordinator Acara IPB Art Contest tahun 2010, Koordinator Konsumsi dalam acara Gebyar Nusantara IPB 2010, menjadi asisten praktikum mata kuliah Avertebrata, Ilmu Lingkungan, Perkembangan Hewan, Mikroteknik, Sistematika Tumbuhan Berpembuluh untuk S1 Biologi FMIPA, IPB, dan Fisiologi Tumbuhan untuk S1 Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian (Faperta), IPB pada tahun 2011. Tahun 2009 penulis mengikuti kegiatan Studi Lapang (SL) dengan judul “Komunitas Arthropoda Arboreal di Wana Wisata Cangkuang” dan tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan (PL) dengan

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 2

Bahan dan Alat ... 2

Metode Koleksi Kumbang Betina ... 2

Pelepasan dan Pengukuran Jumlah Polen ... 2

Penyusunan Peta Polen ... 2

Pengukuran Viabilitas Polen ... 3

Analisis Data... 3

HASIL Jumlah Polen per Kumbang ... 3

Peta Polen ... 3

Viabilitas Polen ... 4

PEMBAHASAN ... 4

SIMPULAN ... 6

SARAN ... 6

DAFTAR PUSTAKA ... 6

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah polen kelapa sawit per kumbang betina E. kamerunicus ... 3 2 Rata-rata dan kisaran panjang dan lebar polen serta panjang tabung polen kelapa sawit ... 4

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Spikelet bunga jantan kelapa sawit. ... 2 2 Kumbang betina E. kamerunicus dengan polen kelapa sawit yang menempel di tubuhnya. ... 3 3 Jumlah rata-rata polen kelapa sawit pada bagian tubuh kumbang betina E. kamerunicus. ... 4 4 Polen kelapa sawit yang menempel antara kepala dan toraks E. kamerunicus betina (difoto

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam kelompok palem tropika. Tanaman tersebut sangat cocok ditanam di wilayah Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis. Salah satu spesies kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi ialah Elaeis guineensis (Purseglove 1975). Tanaman E. guineensis berasal dari Afrika Barat. Hasil panennya mencapai skala komersial di Indonesia dan Malaysia. Permintaan akan minyak sawit dari dalam maupun luar negeri mendorong pengusaha perkebunan untuk melakukan pemeliharaan yang intensif dalam pembudidayaan kelapa sawit (Risza 1994), untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.

Salah satu faktor yang berkontribusi dalam peningkatan produksi buah kelapa sawit, yaitu penyerbukan efektif yang dilakukan oleh kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. Aroma khas seperti adas yang dikeluarkan oleh bunga kelapa sawit saat anthesis merupakan faktor penarik kumbang (Lajis et al. 1985). Aroma tersebut dihasilkan oleh kandungan senyawa estragol dalam bunga jantan kelapa sawit. Bunga jantan kelapa sawit dikatakan anthesis apabila kepala sari (anther) pada bunga tersebut pecah dan menghamburkan polen.

Kumbang Elaeidobius kamerunicus

termasuk ke dalam ordo Coleoptera dan famili Curculionidae. Ukuran tubuh E. kamerunicus betina yaitu sekitar 2-3 mm, sedangkan jantan sekitar 3-4 mm. Kumbang betina memiliki moncong yang lebih panjang dibandingkan dengan kumbang jantan (Susanto et al. 2007). Secara umum, tubuh kumbang terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dan toraks. Pada kepala, terdapat satu moncong dan sepasang antena. Bagian toraks terdiri atas elytra, abdomen, dan tiga pasang tungkai. Kumbang tersebut berasal dari Kamerun, Afrika. Pada awal tahun 1982

E. kamerunicus mulai masuk ke Indonesia (Susanto et al. 2007) kemudian menyebar pada tanaman kelapa sawit di seluruh Indonesia.

Pada awalnya, serangga penyerbuk kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia ialah

Thrips hawaiiensis. T. Hawaiiensis dapat membawa 4-5 butir polen pada tubuhnya (Syed 1979). Kumbang E. kamerunicus

diketahui sebagai penyerbuk yang lebih efektif. Kumbang ini berkembang biak pada bunga jantan kelapa sawit. Kumbang

tersebut merupakan penyerbuk yang spesifik terhadap kelapa sawit dan dapat beradaptasi dengan sangat baik. Kumbang ini dapat bartahan, baik pada musim hujan ataupun kering. Kumbang tersebut bisa membawa banyak polen pada tubuhnya. Hutahuruk et al. (1982) melaporkan penyerbukan yang dilakukan oleh E. kamerunicus

meningkatkan pembentukan buah kelapa sawit dari 44% menjadi 75%. Hal itu mengindikasikan bahwa kumbang tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam membantu penyerbukan tanaman kelapa sawit.

Penyerbukan adalah proses transfer serbuk sari (polen) dari bunga jantan ke bunga betina. Penyerbukan dilanjutkan dengan pembuahan dan pembentukan buah (Mangoensoekarjo & Semangun 2003). Efisiensi penyerbukan oleh kumbang sangat tergantung pada kemampuan kumbang mentransfer polen dari bunga jantan anthesis ke bunga betina reseptif kelapa sawit. Kumbang tersebut memakan filamen anther pada bunga jantan. Ketika kumbang melakukan pergerakan di sekitar spikelet, butir polen menempel pada tubuhnya. Pada saat kumbang tersebut mengunjungi bunga betina, butir polen akan jatuh ke stigma (Ponnamma et al. 1986).

Total polen yang dibawa kumbang disebut total pollen load. Polen yang menempel di tubuh kumbang dan memiliki kesempatan besar untuk mencapai target, yaitu stigma disebut functional pollen load. Keberhasilan dalam polinasi tergantung pada

fungsional pollen load. Syed (1979b) melaporkan bahwa viabilitas atau daya hidup polen yang menempel pada kumbang sebesar 68%.

Polen memiliki dinding terluar yang tersusun oleh kompleks eksin dan terdiri dari sporopollenin. Dinding pada bagian dalam disebut intin yang mengandung selulosa. Selama perkembangannya, butir polen membentuk sel vegetatif yang berhubungan dengan pembentukan tabung dan sel generatif yang membentuk dua sel sperma (Dafni 1992).

Tujuan

(10)

2

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di PTPN VIII Cimulang Bogor (Lampiran 1). Pengamatan kumbang dan polen dilakukan di Laboratorium Biosistematika Hewan dan Ekologi, Departemen Biologi FMIPA Institut Pertanian Bogor dan di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kumbang betina E. kamerunicus dan bunga jantan anthesis kelapa sawit varietas tenera. Varietas ini memiliki daging buah yang cukup tebal, tempurungnya tipis, dan ada serabut di sekeliling tempurungnya.

Koleksi Kumbang Betina

Spikelet bunga jantan (Gambar 1) diambil dari pohon kelapa sawit. Kumbang betina yang ada pada permukaan bunga jantan tersebut diambil menggunakan pinset untuk perlakuan selanjutnya.

Gambar 1 Spikelet bunga jantan kelapa sawit yang sedang anthesis.

Pelepasan dan Pengukuran Jumlah Polen

Satu individu kumbang betina diambil dari bunga jantan kelapa sawit, kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi etanol 70% dan gliserol (4:1) sebanyak 0,5 ml. Tabung yang telah berisi kumbang tersebut diputar dengan rotator merk TAITEC tipe RT-50 selama 24 jam. Setelah itu, kumbang dikeluarkan dari tabung. Tabung yang berisi larutan yang telah bercampur polen dimasukkan ke dalam sentrifuse merk HITACHI himac CF 15D2 tipe RT15A8 selama 10 menit dengan kecepatan 787,49 g. Polen mengendap di bagian dasar tabung (pelet). Supernatan dipipet untuk dibuang sampai batas 0,1 ml.

Kemudian pelet tersebut diaduk dan dipipet secukupnya dan diteteskan di atas hemasitometer tipe Neubauer untuk dihitung jumlah polennya. Polen diamati dengan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 100×. Polen yang dihitung yaitu yang berada di daerah empat kotak besar pada hemasitomer (Dafni 1992). Pengamatan dilakukan satu kali setiap kumbang. Jumlah kumbang betina yang digunakan sebanyak 30 individu.

Penyusunan Peta Polen

Satu individu kumbang dimasukkan ke dalam tabung film yang telah ditetesi etil asetat pada tissue. Tabung ditutup dan didiamkan selama 2-3 menit. Kemudian kumbang dikeluarkan dan diletakkan di atas cawan Petri untuk diamati penyebaran polen pada tubuhnya. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop stereo menggunakan perbesaran 25×. Bagian tubuh yang diamati polennya adalah kepala, moncong, antena, sayap (elytra), abdomen, tungkai depan, tengah, dan belakang bagian kiri dan kanan. Pengamatan polen dilakukan pada 30 individu.

Pengamatan polen juga dilakukan dengan Scanning Electron Microscope

(SEM) di Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong. Tahapan yang dilakukan sebelum melakukan pengamatan dengan SEM meliputi dua tahap. Tahap awal ialah preparasi spesimen yang dilakukan oleh teknisi SEM, dilanjutkan dengan pelapisan permukaan spesimen (coating) menggunakan emas. Preparasi spesimen dilakukan melalui tahap pembersihan, prefiksasi, fiksasi, dehidrasi, dan pengeringan. Pada tahap pembersihan, spesimen direndam dalam caccodylate buffer

dengan pH 7,4 selama dua jam dan diagitasi dalam ultrasonic cleaner selama lima menit. Sampel diprefiksasi dalam larutan

glutaraldehyde 2,5% selama enam jam. Tahap fiksasi dilakukan dengan merendam sampel dalam tannic acid 2% selama lima belas jam, kemudian dicuci dengan

caccodylate buffer. Spesimen didehidrasi dalam seri alkohol bertingkat dan dilanjutkan ke tahap pengeringan. Pada tahap pengeringan, sampel direndam dalam butanol tersier, lalu dibekukan dalam

freezer, dan dimasukkan ke dalam freeze drier sampai kering. Sebelum dilakukan

coating, spesimen diletakkan di atas

specimen stub terlebih dahulu. Setelah itu, spesimen diamati dan difoto dengan SEM.

Kumbang

menempel

pada

(11)

3

SEM yang digunakan yaitu tipe JEOL JSM-5310LV.

Pengukuran Viabilitas Polen

Kumbang betina yang diambil dari bunga jantan dimasukkan ke dalam larutan sukrosa 8% yang dicampur dengan 15 mg asam borat/1 000 ml aquades (15 ppm) pada gelas preparat cekung. Setelah polen lepas dari tubuh kumbang, kumbang tersebut dikeluarkan dari larutan. Satu lipatan tissue

diletakkan di atas cawan Petri dan tissue

tersebut ditetesi air sampai lembab. Kemudian, kaca preparat cekung yang telah berisi larutan yang bercampur polen, diletakkan di atas tissue tersebut. Cawan Petri ditutup dan didiamkan selama 2 jam. Setelah 2 jam, dilakukan pengamatan perkecambahan polen di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 100× dan dihitung persentase perkecambahannya. Pengamatan dilakukan sebanyak 30 kali.

Analisis Data

Jumlah polen yang menempel pada tubuh kumbang datampilkan dalam tabel. Rata-rata jumlah polen pada beberapa bagian tubuh ditampilkan dalam grafik batang dengan program Sigma Plot 11.0. Viabilitas polen dihitung dengan rumus:

Jumlah polen yang berkecambah × 100 Total polen

HASIL

Jumlah Polen per Kumbang

Satu individu kumbang betina membawa banyak polen pada tubuhnya (Gambar 2). Jumlah polen rata-rata yang dibawa oleh satu individu kumbang betina ialah 1 567 polen dengan kisaran 500-2 500 polen (Tabel 1).

Gambar 2 Kumbang betina E. kamerunicus.

dengan polen kelapa sawit yang menempel di tubuhnya.

Tabel 1 Jumlah polen kelapa sawit per kumbang betina E. kamerunicus

Ulangan ke- Jumlah polen/ 4 kotak (butir) Jumlah polen/ kumbang (butir)

1 6 1 500

2 4 1 000

3 9 2 250

4 6 1 500

5 5 1 250

6 7 1 750

7 9 2 250

8 6 1 500

9 7 1 750

10 7 1 750

11 5 1 250

12 5 1 250

13 5 1 250

14 5 1 250

15 10 2 500

16 3 750

17 6 1 500

18 2 500

19 10 2 500

20 4 1 000

21 5 1 250

22 4 1 000

23 10 2 500

24 10 2 500

25 6 1 500

26 3 750

27 5 1 250

28 10 2 500

29 6 1 500

30 8 2 000

Rata-rata 1 567

Peta Polen

Polen paling banyak menempel pada bagian elytra, yaitu 110 polen. Pada bagian kepala (selain moncong dan antena) rata-rata terdapat 101 polen, abdomen terdapat 94 polen, dan bagian moncong terdapat 34 polen. Pada tungkai kiri depan terdapat 17 polen tungkai kanan depan 16 polen, tungkai kiri tengah 15 polen, dan pada tungkai kiri belakang terdapat 15 polen, tungkai kanan tengah 14 polen, tungkai kanan belakang 14 polen, dan antena 13 polen (Gambar 3). Hasil pengamatan menggunakan SEM, tampak beberapa butir polen kelapa sawit menempel pada bagian antara kepala dan toraks (Gambar 4).

(12)

4

Bagian Tubuh Kumbang

K M A S Ab TKaDTKaTTKaBTKiD TKiT TKiB

Ju mla h Pole n ( b u ti r) 0 20 40 60 80 100 120 140

Gambar 3 Jumlah rata-rata polen kelapa sawit pada setiap bagian tubuh kumbang betina E. kamerunicus. Garis bar pada grafik menunjukkan standar

error. K= kepala, M= moncong, A= antena, S= sayap, Ab= abdomen, TKaD= tungkai kanan depan, TKaT= tungkai kanan tengah, TKaB= tungkai kanan belakang, TKiD= tungkai kiri depan, TKiT= tungkai kiri tengah, dan TKiB= tungkai kiri belakang.

Gambar 4 Polen kelapa sawit yang menempel antara kepala dan toraks E. kamerunicus

betina (dengan SEM). Keterangan = polen.

Viabilitas Polen

Polen yang berkecambah ditandai dengan munculnya tabung polen yang ukuran panjangnya minimal dua kali panjang polen tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dalam penelitian ini, dari 1 318 polen yang menempel pada tubuh kumbang betina, 76,23% polen berkecambah dan 23,78 % tidak berkecambah (Gambar 5).

Perkecambahan polen

Berkecambah Tidak berkecambah

Per s entas e ( % ) 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 5 Perkecambahan polen kelapa sawit yang menempel pada tubuh kumbang betina E. kamerunicus.

[image:12.595.73.298.50.804.2]

Rata-rata panjang polen yang didapat adalah 39,9 µm dan lebar 34,1 µm (Tabel 2 dan Gambar 6). Tabung polen yang terbentuk panjangnya berkisar 60-890 µm (Tabel 2 dan Gambar 6). Polen yang diamati memiliki tipe apertur trikolpata.

Tabel 2 Rata-rata dan kisaran panjang dan lebar polen serta panjang tabung polen kelapa sawit

Karakteristik

Rata-rata (µm)

Kisaran (µm) Panjang polen 39,9 30-50 Lebar polen 34,1 30-45 Panjang tabung

[image:12.595.329.507.84.272.2]

polen 504,12 60-890

Gambar 6 Morfologi polen yang berkecambah. Keterangan

= polen trikolpata.

PEMBAHASAN

Pollen load merupakan jumlah polen yang dibawa oleh individu kumbang. Rata-rata total pollen load pada kumbang betina adalah 1 567 polen per kumbang (Tabel 1),

Kepala Toraks

Tabung polen

[image:12.595.329.512.383.688.2]
(13)

5

dengan kisaran 500 sampai 2 500. Menurut Syed et al. (1982) kumbang jantan dapat membawa 985 polen dan kumbang betina dapat membawa 446 polen. Hal tersebut menunjukkan jumlah polen yang dibawa kumbang betina pada hasil penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan yang dilaporkan Syed.

Jumlah polen yang dibawa berkaitan dengan morfologi kumbang. Pengamatan peta polen (pollen map) dilakukan pada sebelas bagian tubuh kumbang. Bagian tubuh tersebut merupakan bagian yang sering menempel pada permukaan bunga jantan kelapa sawit. Pada kumbang betina, polen paling banyak (110 polen) menempel pada bagian sayap (elytra). Pada bagian tersebut memiliki permukaan yang paling luas dan terdapat rambut-rambut halus. Jumlah polen paling sedikit (13 polen) ditemukan pada bagian antena. Berdasarkan

peta polen,, jumlah total polen yang dibawa oleh satu individu kumbang betina ialah 442 polen.

Ukuran tubuh juga berkaitan dengan jumlah polen yang dibawa oleh kumbang.

Semakin besar ukuran tubuh, maka

kemungkinan akan semakin banyak polen yang menempel pada tubuhnya. Ukuran tubuh E. kamerunicus betina lebih kecil (2-3 mm) daripada ukuran tubuh E. kamerunicus

jantan (3-4 mm). Nabilah (2011),

melaporkan bahwa setiap individu kumbang jantan dapat membawa 2 385 polen. Ciri lain

yang membedakan morfologi antara E.

kamerunicus jantan dan betina adalah moncongnya. Kumbang betina memiliki moncong yang lebih panjang dibandingkan dengan kumbang jantan (Susanto et al. 2007).

Pengecambahan polen dilakukan untuk mengetahui viabilitas polen yang berkaitan dengan penyerbukan dan pembuahan. Polen dinyatakan viabel apabila mampu menunjukkan fungsinya menghantarkan sperma ke ovul, segera setelah penyerbukan. Perkecambahan polen diindikasikan dengan pembentukan tabung polen dengan panjang minimal dua kali diameter polen. Tabung polen yang terbentuk saat perkecambahan menunjang proses pembuahan dan pembentukan biji.

Rata-rata panjang polen ialah 39,9 µm dan rata-rata lebarnya ialah 34,1 µm. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Weber (1998) bahwa polen kelapa sawit berdiameter kurang dari 100 µm. Damayanti (2008) melaporkan bahwa polen kelapa

sawit memiliki tipe apertur trikolpata, yaitu berbentuk segitiga dengan guratan yang mengelilingi ketiga sisinya. Tidak ditemukan lubang pada permukaan polen. Tabung polen muncul dari salah satu apertur tersebut. Polen pada kelapa sawit bersifat monad, yaitu terdiri atas satu butir polen (Roubik et al. 2003).

Viabilitas polen hasil penelitian ini, yaitu 76,23% tergolong tinggi. Pengecambahan tersebut sudah melebihi tingkat polinasi minimum, yaitu sebesar 50%. Viabilitas polen hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan Syed (1979a), yaitu sebesar 68%. Viabilitas polen yang rendah menyebabkan polen tidak dapat berkecambah sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi pembentukan buah dan biji karena pembuahan tidak terjadi. Rendahnya viabilitas polen dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam (internal) atau faktor lingkungan (eksternal). Faktor internal, misalnya kemampuan polen dalam menyerap nutrisi. Setiap polen memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap nutrisi pada media. Faktor lingkungan di antaranya adalah suhu dan media.

Pada proses perkecambahan polen, digunakan larutan boron dan sukrosa sebagai medianya. Boron merupakan unsur penting untuk menunjang kesempurnaan perkecambahan in vitro. Polen tanaman Angiospermae pada umumnya mengandung lebih banyak boron daripada Gimnospermae. Hal ini berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan dalam perkecambahan. Adiguno (1998) melaporkan bahwa waktu optimum yang dibutuhkan dalam perkecambahan polen kelapa sawit ialah 2 jam setelah perlakuan. Menurut Malik (1979), sukrosa dapat memperpanjang tabung polen dan meningkatkan persentase perkecambahan. Schreiber dan Dresselhaus (2003) juga melaporkan bahwa penambahan Boron 0,005% dapat meningkatkan perkecambahan polen sampai 90% pada Zea mays. Pengaruh penambahan boron dapat optimal apabila disertai dengan sukrosa (Rihova et al. 1996). Potensial osmotik air dapat diturunkan dengan penambahan sukrosa, sehingga kerusakan polen akibat tekanan osmotik media menurun. Hal tersebut bertujuan agar viabilitas polen dapat maksimal. Sukrosa juga berperan sebagai sumber energi dalam pembentukan tabung polen.

(14)

6

SIMPULAN

Rata-rata polen yang dibawa oleh kumbang betina E. kamerunicus ialah 1 567 butir polen. Jumlah polen paling banyak ditemukan pada bagian elytra. Viabilitas polen yang dibawa kumbang betina ialah 76,23 %.

SARAN

Penelitian pollen load pada kumbang perlu dilakukan di beberapa perkebunan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Selain itu, penelitian mengenai daya simpan polen kelapa sawit yang dibawa oleh kumbang E. kamerunicus juga perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiguno S. 1998. Pengadaan dan pengawasan mutu internal kecambah dan bibit kelapa sawit di pusat penelitian kelapa sawit marihot dan PT Socfindo Medan Sumatera Utara [laporan keterampilan profesi]. Bogor: Fakultas Pertanian Bogor. Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A

Practical Approach. New York: Oxford University Press.

Damayanti NS. 2008. Alergenitas polen di udara bebas pasar minggu Jakarta Selatan pada tikus wistar (Rattus norvegicus). [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Hutahuruk CH, Sipayung A, Soedharto PS.

1982. Elaeidobius kamerunicus hasil uji kekhususan inang dan perananya sebagai penyerbuk kelapa sawit. BuIl PPM 3: 7-21.

Lajis NH, Husein MY, Toia RF. 1985. Extraction and identification of the main compound present in Elaeis guineensis flower volatiles.

Pertanika 8: 105-108.

Malik CP. 1979. Current Advantages in Plant Reproductive Biology. New Delhi: Kalyani Publisher.

Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003.

Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nabilah S. 2011. Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Kumbang Jantan Elaeidobius kamerunicus

Faust [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Ponnamma KN, Dhileepan K, Sasidharan

VG. 1986. Record of the pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus

(Faust) (Coleoptera: Curculionidae) in oil palm plantations of Kerala.

Curr Sci 55: 19.

Purseglove JW. 1975. Tropical Crops: Monocotyledons. England: Longman.

Rihova L, E Hrrabetova, J Tupy. 1996. Optimization of conditions for in vitro pollen growth in potatoes. Int J. Plant Sci 157: 561-566.

Risza S. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas.

Yogyakarta: Kanisius.

Roubik DW, Patino JEM, Panama LCD. 2003. Pollen and Spores of Barro Corolado Island. Corolado: Mithsonian Tropical Research Institute.

Schreiber DN, T Dresselhaus. 2003. In vitro

pollen germination and transient transformation of Zea mays and other plant species. Plant Mol Biol Rep 21: 31 – 41.

Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007.

Elaeidobius Kamerunicus: Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit. Jakarta: PPKS.

Syed RA. 1979. Studies on oil palm pollination by insects. Bull Ent Res

69: 213 - 224.

Syed RA, Law IH, Corley RHV. 1982. Incest pollination of oil palm introduction, establishment, and pollinating efficiency of Elaeidobius kamerunicus in Malaysia. Planter

58: 547-561.

(15)
(16)

Lampiran 1 Lokasi pengambilan sampel kumbang di PTPN VIII, Cimulang, Bogor

Keterangan:

 PTPN VIII terletak di Desa Cimulang Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

 Warna (19) , (20), (26) menunjukkan lokasi pengambilan sampel bunga jantan kelapa sawit.

Gambar

Tabel 1 Jumlah polen kelapa sawit per kumbang betina E. kamerunicus
Gambar 3  Jumlah rata-rata polen kelapa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian untuk karya ilmiah ini dilakukan dari bulan Juni sampai Oktober 2010 dengan judul Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust pada Tanaman Kelapa Sawit

kamerunicus sebagai polinator paling efektif pada kelapa sawit, adalah frekuensi kunjungan ke bunga betina yang tinggi (71,86 %) dibandingkan serangga polinator

Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2011 ialah Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Tubuh Kumbang

Demografi dan Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust ( Coleoptera : Curculionidae) Sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq).. Program

Penelitian tentang peran lingkungan biotik terhadap populasi kumbang sawit dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau di perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Penajam Paser

Keanekaragaman dan Potensi Musuh Alami dari Kumbang Elaidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) di Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Penajam Paser Utara,

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah serangga pengunjung, dengan judul Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen

kamerunicus sebagai penyerbuk utama tanaman kelapa sawit, berupa kelimpahan populasi kumbang tertinggi 23.144 individu/tandan terdapat di Nagari Sungai Duo pada pagi hari di bulan