• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA BETINA DAN POLEN

YANG TERBAWA KUMBANG Elaeidobius kamerunicus

PADA KELAPA SAWIT

HANA PUTRI PRATIWI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawitadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HANA PUTRI PRATIWI. Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan YOHANA C. SULISTYANINGSIH.

Bunga betina kelapa sawit reseptif mengeluarkan senyawa volatil yang menarik serangga untuk mengunjungi bunga. Penelitian ini bertujuan mempelajari serangga pengunjung bunga betina dan polen yang terbawa kumbang Elaeidobius kamerunicus pada kelapa sawit. Pengamatan serangga pengunjung dilakukan dengan metode sampel tetap (fix sample method) selama 10 menit pada bunga betina kelapa sawit reseptif. Faktor lingkungan, meliputi suhu udara, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan kecepatan angin diukur bersamaan dengan pengamatan serangga pengunjung. Selama pengamatan, dilakukan pengambilan sampel serangga pengunjung untuk keperluan identifikasi dan kumbang E. kamerunicus untuk penghitungan jumlah polen. Serangga pengunjung yang ditemukan pada bunga betina kelapa sawit ialah E. kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches sp., Forficula sp. (Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp. (Hymenoptera), dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera). Serangga pengunjung dominan ialah E. kamerunicus. Keragaman dan kemerataan serangga pengunjung tergolong rendah (H’=0,85; E=0,35). Polen terbawa kumbang E. kamerunicus jantan (1604 polen) lebih banyak dibandingkan betina (719 polen).

Kata kunci: serangga pengunjung bunga, kelapa sawit, polen, Elaeidobius kamerunicus.

ABSTRACT

HANA PUTRI PRATIWI. Female Flowers Visiting Insect and Pollen Load on Weevil Elaeidobius kamerunicus of Oil Palm. Supervised by TRI ATMOWIDI and YOHANA C. SULISTYANINGSIH.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA BETINA DAN POLEN

YANG TERBAWA KUMBANG Elaeidobius kamerunicus

PADA KELAPA SAWIT

HANA PUTRI PRATIWI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit

Nama : Hana Putri Pratiwi NIM : G34090123

Disetujui oleh

Dr. Tri Atmowidi, M. Si Pembimbing I

Dr. Yohana C. Sulistyaningsih, M. Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah serangga pengunjung, dengan judul Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M. Si dan Dr. Yohana C. Sulistyaningsih, M. Si atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah (Hari Pramono), ibu (Almh. Dewi Permanasari), serta seluruh keluarga tercinta, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya yang selalu diberikan selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dra. Dewi Sartiami, M. Si, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor atas bantuan mengidentifikasi spesimen. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Tini dan Mbak Ani sebagai laboran Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi yang telah banyak membantu dalam proses penelitian di laboratorium. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Pupud, Bapak Ari, Bapak Rahmat, dan seluruh staf PTPN VIII Kebun Sukamaju, Cikidang, Sukabumi yang telah membantu selama penelitian di lapangan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Mirah Ayuningsih sebagai rekan seperjuangan dalam penelitian; Dimas Adjie Prasetyo dan Royhani Laily Aswari atas semangat dan dukungannya; serta rekan-rekan mahasiswa Departemen Biologi angkatan 46 atas kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Analisis Data ... 3

HASIL ... 3

Serangga Pengunjung Bunga Betina Kelapa Sawit ... 3

Serangga Pengunjung dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan... 6

Polen Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus ... 6

PEMBAHASAN ... 7

SIMPULAN ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rerata individu, spesies, indeks keragaman, dan kemerataan serangga

pengunjung bunga betina kelapa sawit ... 4 2 Kesamaan Sorenson kuantitatif serangga pengunjung bunga betina

kelapa sawit ... 5 3 Data faktor lingkungan di lokasi pengamatan pada periode waktu pagi,

siang, sore ... 6 4 Hubungan jumlah individu serangga pengunjung dengan faktor

lingkungan ... 6

DAFTAR GAMBAR

1 Serangga-serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit: E. kamerunicus (Coleoptera) (a), Chelisoches sp. (b), Forficula sp. (Dermaptera) (c), Scaptodrosophila sp. (Diptera) (d), Camponotus sp. (e), Oecophylla sp. (f), Plagiolepis sp. (g), Polyrhachis sp. (h), Leptanilla sp. (i), Odontoponera sp. (Hymenoptera) (j), Thrips

hawaiiensis (Thysanoptera) (k). 5

2 Kumbang E. kamerunicus betina (a) dan jantan (b): moncong (1), antena (2), tonjolan pada elytra (3), rambut dorsal (4), rambut pleural

(5), dan tungkai (6) 7

3 Polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamerunicus 7 4 Rerata polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamerunicus 7

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis) merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari Afrika dan menjadi salah satu sumber penghasil devisa nonmigas di Indonesia. Pada tahun 2010 perkebunan kelapa sawit di Indonesia menghasilkan 14.038.148 ton minyak sawit. Pada tahun 2012 produksi minyak kelapa sawit lebih dari 14.788.270 ton (BPS 2012). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu (monoecious). Dalam satu tandan bunga betina memiliki lebih dari 2.000 bunga. Waktu reseptif bunga betina kelapa sawit adalah 3-5 hari. Pada saat reseptif, bunga betina mengeluarkan senyawa volatil, yaitu p-metoksialilbenzena (estragol) yang berfungsi sebagai penarik serangga untuk mengunjungi bunga (Lajis et al. 1985). Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit memiliki waktu mekar yang berbeda, sehingga tanaman ini memerlukan penyerbukan silang (Tandon et al. 2001).

Penelitian tentang serangga pengunjung pada bunga jantan kelapa sawit telah dilaporkan, Kusumawardhani (2011) melaporkan serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit di kebun Cikasungka, Bogor, yaitu dua genus lalat, dua genus cocopet, dan lima genus semut. Bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang, Bogor dikunjungi oleh sembilan genus semut, yang termasuk dalam empat subfamili (Fitria 2013)dan tiga spesies cocopet (Famukti 2013). Penelitian tentang frekuensi kunjungan kumbang Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina kelapa sawit telah dilaporkan di kebun Cikasungka (Aminah 2011) dan kebun Cimulang, Bogor (Komal 2011).

Kumbang E. kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae) berasal dari Kamerun (Afrika) dan diintroduksi ke Sumatra Utara, Indonesia melalui Malaysia pada tahun 1982 (Susanto et al. 2007). Kumbang ini merupakan penyerbuk yang efektif pada tanaman kelapa sawit (Syed et al. 1982). Hutahuruk et al. (1982) melaporkan kumbang E. kamerunicus bersifat monofag dan hanya makan serta berkembang biak pada bunga kelapa sawit. Serangga lainnya yang berperan sebagai penyerbuk, yaitu Thrips hawaiiensis dan Pyroderces sp. Kedua serangga ini tidak efektif dalam penyerbukan kelapa sawit karena sifatnya yang polifag dan frekuensi kunjungannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Susanto et al. 2007).

Pollen load merupakan jumlah polen yang terbawa oleh serangga ketika mengunjungi bunga jantan antesis. Rerata pollen load pada kumbang E. kamerunicus berkisar 610-2620 polen (Dhileepan 1992). Syed et al. (1982) melaporkan satu kumbang jantan E. kamerunicus dapat membawa 985 polen, sedangkan kumbang betina membawa 446 butir polen. Dalam penelitian ini dipelajari serangga pengunjung bunga betina dan polen yangterbawa kumbang E. kamerunicus pada kelapa sawit di kebun kelapa sawit Sukamaju.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari serangga pengunjung bunga betina dan polen yangterbawa kumbang E. kamerunicus pada kelapa sawit.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 sampai dengan April 2013 di perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Afdeling (AFD) IV Parabon, Kebun Sukamaju, Sukabumi. Identifikasi spesimen serangga dan penghitungan polen dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Taksonomi dan Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian Pengamatan Serangga Pengunjung

Pengamatan serangga pengunjung pada bunga betina kelapa sawit dilakukan dalam tiga periode waktu, yaitu pagi (pukul 09.00-10.00), siang (pukul 13.00-14.00), dan sore hari (pukul 16.00-17.00) selama 10 menit dengan metode sampel tetap (fix sample method) (Dafni 1992). Setiap periode waktu dilakukan pengamatan sebanyak 4 kali. Pengamatan dilakukan 8 hari setiap bulannya, yang berlangsung pada bulan November dan Desember 2012. Dalam satu hari, pengamatan serangga pengunjung dilakukan pada bunga reseptif dalam satu pohon. Selama pengamatan, dihitung jumlah spesies dan jumlah individu serangga yang mengunjungi bunga betina. Beberapa individu spesies serangga dikoleksi untuk identifikasi. Selain itu, dilakukan juga pengukuran faktor lingkungan, yang meliputi suhu udara dengan termometer, kelembapan udara dengan higrometer, intensitas cahaya dengan luxmeter, dan kecepatan angin dengan anemometer.

Pengawetan dan Pembuatan Preparat Serangga

Serangga yang dikoleksi dari bunga betina reseptif diawetkan secara basah dengan menggunakan etanol 70% (Borror et al. 1996). Pembuatan preparat awetan serangga dikhususkan pada Thrips yang berukuran kecil. Spesimen Thrips yang telah diawetkan dengan alkohol 70% diambil, dan dimasukkan ke dalam cawan berisi akuades, kemudian didiamkan sehingga spesimen terapung di permukaan. Larutan Hoyers diteteskan pada kaca preparat dan spesimen Thrips diletakkan di atas larutan. Bagian sayap dan antena Thrips direntangkan, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Kegiatan tersebut dilakukan di bawah mikroskop stereo. Setelah itu, preparat awetan dipanaskan di atas hot-plate pada suhu 37 oC selama 1-2 hari (Mound 2006).

Identifikasi Spesimen Serangga

(13)

3 Wheeler (1982), Oosterbroek (1998), Mound dan Kibby (1998), dan Mound dan Azidah (2009).

Penglepasan dan Penghitungan Polen Terbawa Kumbang E. kamerunicus

Satu ekor kumbang diambil dari bunga betina kelapa sawit, kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang berisi etanol 70% dan gliserol (4:1) sebanyak 0.5 ml. Tabung yang telah berisi kumbang tersebut diputar dengan rotator [TAITEC tipe RT-50] selama 24 jam, setelah itu kumbang dikeluarkan dari tabung. Tabung berisi larutan yang telah tercampur dengan polen disentrifugasi dengan sentrifuge [HITACHI himac CF 15D2 tipe RT15A8] dengan kecepatan 787,49 g selama 10 menit. Selanjutnya supernatan dibuang sampai batas 0,1 ml. Pelet yang mengandung polen diaduk dan diteteskan di atas hemasitometer tipe Neubauer untuk dihitung jumlah polennya. Polen diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x. Polen yang dihitung adalah polen yang berada pada daerah empat kotak besar hemasitometer (Dafni 1992). Penghitungan ini dilakukan sebanyak 80 kali ulangan untuk masing-masing kumbang jantan dan betina.

Analisis Data

Serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit dihitung rerata individu pada periode waktu pengamatan. Keragaman serangga pengunjung dihitung dengan indeks Shannon dan nilai kemerataan (evenness/ E) (Krebs 1999). Kesamaan serangga pengunjung antar periode waktu pengamatan (pagi, siang, sore hari) dihitung dengan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif (Magurran 1987). Rumus yang digunakan adalah:

H’= -Ʃ Pi ln Pi Pi = ni/N E = H’/ln S CN = 2 jN/(aN+bN) Keterangan :

H’ : indeks keragaman Shannon

Pi : proporsi genus ke-i terhadap total individu seluruh spesies ni : jumlah individu dalam spesies ke – i

N : jumlah total individu seluruh spesies CN : indeks kesamaan Sorenson

jN : total individu spesies terendah yang ditemukan pada waktu a dan b aN : jumlah individu spesies yang ditemukan pada waktu a

bN : jumlah individu spesies yang ditemukan pada waktu b E : indeks kemerataan

S : jumlah spesies atau genus

Hubungan antara jumlah individu serangga pengunjung dengan faktor lingkungan dianalisis dengan korelasi Pearson menggunakan program SPSS versi 16.0. Jumlah polen yang terbawa kumbang jantan dibandingkan dengan kumbang betina.

HASIL

Serangga Pengunjung Bunga Betina Kelapa Sawit

(14)

4

Hymenoptera, dan Thysanoptera. Spesies yang ditemukan mengunjungi bunga betina ialah Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches sp., Forficula sp. (Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp. (Hymenoptera), dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera) (Gambar 1).

Rerata serangga pengunjung yang ditemukan pada bunga betina kelapa sawit selama 10 menit ialah 81 ekor, terdiri dari 145 ekor di pagi hari, 65 ekor di siang hari, dan 33 ekor di sore hari. Spesies serangga pengunjung yang dominan pada bunga betina kelapa sawit ialah E. kamerunicus (52 ekor) diikuti oleh Camponotus sp. (11 ekor). Spesies serangga pengunjung lainnya, yaitu Chelisoches sp., Forficula sp., Scaptodrosophila sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp., dan Thrips hawaiiensis dengan jumlah kurang dari 4 ekor (Tabel 1).

Keragaman dan kemerataan serangga pengunjung sore (H’ = 1,50, E = 0,65) dan siang hari (H’ = 1,45, E = 0,61) lebih tinggi dibandingkan pagi hari (H’ = 0,47, E = 0,20) (Tabel 1). Kesamaan spesies serangga pengunjung pada siang-sore hari (CN = 0,62) lebih tinggi dibandingkan dengan siang (CN = 0,43) dan pagi-sore hari (CN = 0,26) (Tabel 2).

(15)

5

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j) (k)

Gambar 1 Serangga-serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit: E. kamerunicus

(Coleoptera) (a), Chelisoches sp. (b), Forficula sp. (Dermaptera) (c),

Scaptodrosophila sp. (Diptera) (d), Camponotus sp. (e), Oecophylla sp. (f),

Plagiolepis sp. (g), Polyrhachis sp. (h), Leptanilla sp. (i), Odontoponera sp. (Hymenoptera) (j), Thrips hawaiiensis (Thysanoptera) (k).

Tabel 2 Kesamaan Sorenson kuantitatif serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit

Waktu Pagi

(09.00-10.00)

Siang (13.00-14.00)

Sore (16.00-17.00) Pagi

(09.00-10.00) 1

Siang

(13.00-14.00) 0,43 1

Sore

(16)

6

Serangga Pengunjung dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan

Berdasarkan hasil pengukuran, suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 20-34,6 oC, kelembapan udara berkisar antara 39-85%, intensitas cahaya berkisar antara 1.020-18.800 lux, dan kecepatan angin berkisar antara 0-1,4 m/s (Tabel 3). Kelimpahan serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit paling tinggi terjadi pada kisaran suhu udara 26-29 oC, kelembapan udara 65-77%, intensitas cahaya 1.020-9.000 lux, dan kecepatan angin 0-0,5 m/s.

Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa suhu udara (r = 0,18, R2 = 0,33), kelembapan udara (r = -0,11, R2 = 0,12), intensitas cahaya (r = 0,13, R2 = 0,16), dan kecepatan angin (r = -0,21, R2 = 0,45) tidak berkorelasi dengan jumlah serangga yang berkunjung pada bunga betina kelapa sawit (Tabel 4). Tabel 3 Data faktor lingkungan di lokasi pengamatan pada periode waktu pagi,

siang, sore hari

* Nilai di dalam tabel merupakan nilai rerata setiap faktor lingkungan dan angka di dalam kurung merupakan nilai minimum dan maksimum.

Tabel 4 Hubungan jumlah individu serangga pengunjung dengan faktor lingkungan

Faktor lingkungan Korelai Pearson (r) Koefisien Determinasi (R2)

Suhu udara (oC) 0,18 0,33

Kelembapan udara (%) -0,11 0,12

Intensitas cahaya (lux) 0,13 0,16

Kecepatan angin (m/s) -0,21 0,45

Polen Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus

Kumbang E. kamerunicus memiliki tubuh berwarna cokelat kehitaman dan bentuk tubuh elips memanjang. Pada bagian mulut terdapat moncong, tiga pasang tungkai, pada bagian toraks terdapat satu pasang sayap depan yang tebal (elytra) dan sayap belakang yang tipis (membraneus). Kumbang betina berukuran lebih kecil (2-3 mm) dibandingkan dengan kumbang jantan, ukuran moncong lebih panjang, dan tidak memiliki tonjolan pada bagian pangkal elytra (Gambar 2a). Kumbang jantan berukuran lebih besar (3-4 mm) dibandingkan dengan kumbang betina, ukuran moncong lebih pendek, terdapat tonjolan pada bagian pangkal elytra, dan memiliki rambut-rambut halus (Gambar 2b).

(17)

(a

Gambar 2 Kumbang tonjolan pa (6)

Gambar 3 Pol

Gambar 4 Rerata

Serangga pen terdiri dari 11 spesies sp., Forficula sp. (De Oecophylla sp., Plagi (Hymenoptera), dan ditemukan tertera pada sari dan nektar yang dibutuhkan oleh serangga

(a) (b)

ng E. kamerunicus betina (a) dan jantan (b): moncong n pada elytra (3), rambut dorsal (4), rambut pleural

Polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamer

ata polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kam

PEMBAHASAN

pengunjung yang ditemukan pada bunga betina ies, yaitu Elaeidobius kamerunicus (Coleopter Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), C agiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odont

Thrips hawaiiensis (Thysanoptera). Deskrips ada Lampiran 1. Serangga pengunjung tersebut

g terdapat pada bunga sebagai sumber protein rangga (Kearns dan Inouye 1993). Bunga beti

7

oncong (1), antena (2), ural (5), dan tungkai

amerunicus

. kamerunicus

(18)

8

reseptif mengeluarkan senyawa volatil yaitu 1-metoksi-4- (2-propenil) benzena (estragol) yang menarik serangga. Pada umumnya, senyawa volatil merupakan turunan asam lemak yang disintesis di bagian pistil, stigma, dan petal (Lajis et al. 1985).

Berdasarkan hasil penelitian, kumbang E. kamerunicus merupakan serangga yang dominan pada bunga betina kelapa sawit (52 ekor). Puncak kunjungan serangga ini terjadi pada pagi hari (pukul 09.00-10.00) (117,61 ekor/10 menit). Banyaknya kumbang yang berkunjung di pagi hari kemungkinan berkaitan dengan tingginya konsentrasi estragol. Misztal et al. (2010) melaporkan bunga betina kelapa sawit reseptif memiliki konsentrasi estragol yang tinggi pada pagi hari (77 g l--1). Labarca et al. (2007) melaporkan kumbang E. kamerunicus aktif pukul 08.30-14.00. Tingginya keragaman serangga penyerbuk juga dilaporkan oleh Atmowidi et al. (2007) pada tanaman caisin (Brassica rapa). Puncak kunjungan serangga penyerbuk dominan, yaitu Apis cerana, Apis dorsata, dan Ceratina sp. terjadi pada pagi hari (pukul 08.30-09.30). Kumbang E. kamerunicus merupakan serangga bersifat monofag dan hanya berkembang biak pada bunga kelapa sawit. Selain itu, kumbang ini memiliki tingkat adaptasi yang baik pada semua musim, sehingga populasinya tetap tinggi pada perkebunan kelapa sawit. Kumbang ini mampu meningkatkan produksi kelapa sawit dari 44% menjadi 75% (Hutahuruk et al. 1982).

Thrips yang ditemukan sebagai pengunjung bunga betina kelapa sawit dalam penelitian ini ialah Thrips hawaiiensis (Sub-ordo Terebrantia, famili Thripidae). Thripidae merupakan famili terbesar dalam subordo Terebrantia. Serangga ini dikenal sebagai serangga dengan sayap berduri (Mound 2006) dengan ukuran tubuh berkisar 0,5-5,0 mm (Borror et al. 1996). Spesies ini tersebar luas dari Pakistan hingga Pasifik, termasuk Tahiti, Hawai, Australia Utara, Jamaika, dan Amerika bagian Selatan (Lewis 1973). Berdasarkan periode waktu pengamatan, spesies Thrips ini banyak ditemukan di pagi hari (4 ekor/10menit) dan tidak ditemukan pada sore hari. Besarnya populasi Thrips dipengaruhi oleh kesesuaian tanaman inang, keadaan cuaca, peran predator, parasit, penyakit, dan musim dingin yang panjang. Suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi banyaknya populasi Thrips. Suhu optimum bagi Thrips berkisar antara 24-29 oC dan curah hujan yang rendah (114 mm) (Lewis 1973). Curah hujan di lokasi penelitian pada bulan November sebesar 513 mm, sedangkan Desember sebesar 479 mm. Serangga T. hawaiiensis dilaporkan sebagai serangga utama yang membantu penyerbukan bunga kelapa sawit di Indonesia, sebelum E. kamerunicus diintroduksikan. Namun, T. hawaiiensis tidak efektif sebagai polinator bunga kelapa sawit jika dibandingkan dengan E. kamerunicus. Kumbang E. kamerunicus mampu meningkatkan produksi kelapa sawit dari 44% menjadi 75% (Hutahuruk et al. 1982), sedangkan produksi buah yang dibantu oleh T. hawaiiensis hanya 43,4% (Susanto et al. 2007). Faktor yang menyebabkan T. hawaiiensis tidak efektif sebagai polinator bunga kelapa sawit karena bersifat polifag dan tidak memiliki adaptasi yang baik (Susanto et al. 2007).

(19)

9 pengamatan. Spesies ini merupakan serangga yang aktif pada sore-malam hari (nokturnal) dan juga sering ditemukan aktif pada siang hari (diurnal) (Haas dan Gorb 2004). Cocopet hitam (C. morio) merupakan spesies tunggal dari famili Chelisochedae dan berasal dari daerah tropik (Borror et al. 1996). Spesies ini tersebar di wilayah Asia tropis dan Australia (Burr 1910). Forficulidae disebut cocopet berekor duri atau cocopet Eropa (Borror et al. 1996). Berdasarkan hasil penelitian, Forficula sp. banyak ditemukan pada pagi dan sore hari. Berbeda dengan Famukti (2013) pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit Cimulang, Forficula sp. ditemukan melimpah pada sore hari. Cocopet Forficula sp. merupakan serangga yang aktif pada sore-malam hari. Spesies ini tersebar di Eropa, Afrika, dan Asia (Burr 1910). Cocopet F. auricularia dilaporkan berpotensi sebagai pengendali hayati yang sangat efisien terhadap hama tanaman apel (Dasineura mali) (He et al. 2008). Pada umumnya, ordo Dermaptera hidup pada kulit pohon yang lapuk, pada bunga jantan kelapa sawit yang telah membusuk, dan pada buah kelapa sawit yang padat (Kalshoven 1981). Dermaptera bersifat predator, sehingga dapat berperan dalam pengendalian hayati. Pada tanaman kelapa sawit, Dermaptera memangsa larva E. kamerunicus, sehingga menurunkan populasi kumbang tersebut (Tjahjadi 1989).

Spesies lain ditemukan adalah famili Drosophilidae, yaitu Scaptodrosophila sp.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata jumlah individu Scaptodrosophila paling banyak ditemukan pada siang hari (5 ekor) dibanding dengan pagi (3 ekor) dan sore hari (2 ekor). Yuromiyati (2012) melaporkan bahwa populasi Scaptodrosophila pada bunga jantan banyak ditemukan pada kisaran suhu 30-34 oC dan intensitas cahaya 10.000-14.000 lux. Kusumawardani (2011) melaporkan bahwa selain E. kamerunicus, genus Scaptodrosophila merupakan serangga yang banyak ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cikasungka, Bogor. Lalat Scaptodrosophila tersebar luas di Asia tropik dan genus ini makan atau berkembang biak pada buah, bunga, dan daun (Bock 1978).

(20)

10

sarang yang berukuran kecil dan tersebar di batang pohon dan semut ini merupakan serangga yang paling dominan (Nielsen 2000). Semut Camponotus merupakan semut yang umum dan selalu ditemukan di setiap habitat diseluruh wilayah penyebaran (Agosti et al. 2000). Kusumawardhani (2011) melaporkan bahwa Camponotus berpotensi sebagai predator kumbang E. kamerunicus di kebun Cikasungka, Bogor.

Semut lain yang ditemukan di bunga betina kelapa sawit ialah Oecophylla sp.. Pfeiffer et al. (2008) melaporkan bahwa O. smaragdina termasuk spesies yang dominan di perkebunan kelapa sawit di Semenanjung Melayu, Malaysia. Spesies ini merupakan salah satu semut arboreal yang bersarang di bagian tajuk pohon (Kalshoven 1981). Semut Oecophylla bersifat predator dan agresif, sehingga sering digunakan sebagai agen pengendali hayati (Mele dan Cuc 2000). Semut O. smaragdina dapat menurunkan serangan hama bagworm (Pteroma pendula) pada tanaman kelapa sawit di perkebunan Teluk Intan, Malaysia (Pierre dan Idris 2012). Berdasarkan hasil penelitian, Oecophylla sp. ditemukan pada setiap periode waktu pengamatan. Puncak aktivitas Oechophylla terjadi pada siang hari, yaitu pukul 13.00-14.00. Harlan (2006) melaporkan bahwa O. smaragdina memiliki puncak aktivitas pada kisaran waktu antara pukul 09.00-11.00 dan pukul 13.00-15.00. Semut O. smaragdina tersebar di India, Asia Tenggara, dan Australia (Holldobler dan Wilson 1990).

Semut Plagiolepis termasuk genus polygynous (dalam koloni terdapat banyak ratu) yang menyebabkan genus ini mempunyai banyak sarang (Thurin dan Aron 2007). Fitria (2013) melaporkan bahwa genus Plagiolepis (subfamili Formicinae) merupakan genus dengan jumlah individu paling banyak yang ditemukan mengunjungi bunga jantan kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit Cimulang, Bogor. Berbeda dengan hasil penelitian ini, Plagiolepis sp. yang ditemukan pada bunga betina kelapa sawit dalam jumlah individu yang sedikit. Konsentrasi senyawa volatil yang dihasilkan oleh bunga jantan kelapa sawit antesis lebih tinggi dibandingkan dengan bunga betina reseptif, sehingga semut akan lebih tertarik mengunjungi bunga jantan kelapa sawit (Susanto et al. 2007). Spesies semut lain yang ditemukan adalah Polyrhachis sp.. Polyrhachis terdiri dari 639 spesies dan dapat ditemukan di daerah tropis, seperti Afrika, Asia dan Australia. Semut Polyrhachis termasuk semut arboreal (Agosti et al. 2000) dan terrestrial (Yamane 2009). Pada umumnya, Polyrhachis memakan nektar dan serangga lain (Morley 1953). Hasil penelitian menunjukkan Polyrhachis sp. merupakan spesies dengan rerata jumlah individu paling sedikit (1 ekor, 5%) ditemukan dibandingkan dengan spesies semut yang lain.

Spesies semut yang ditemukan dari subfamili Ponerinae dalam penelitian ini adalah Odontoponera sp.. Spesies ini tersebar di wilayah Indomalayan (Agosti et al. 2000). Anggota subfamili Ponerinae bersarang di tanah (Borror et al. 1996). Bruhl dan Eltz (2010) melaporkan bahwa Odontoponera merupakan salah satu genus yang mendominasi perkebunan kelapa sawit di Sabah, Malaysia. Pada pengamatan ini, semut Odontoponera sp. sering mengganggu kumbang E. kamerunicus. Genus Odontoponera juga dilaporkan sebagai predator rayap dan semut kecil lainnya (Agosti et al. 2000).

(21)

11 tomat (Lycopersicon esculentum Mill) (Fajarwati et al. 2009) dan caisin (Brassica rapa) (Atmowidi et al. 2007). Tingginya keragaman serangga pengunjung pada pagi hari berkaitan dengan kelimpahan bunga (Atmowidi et al. 2007), senyawa volatil yang dihasilkan (Misztal 2010), dan faktor lingkungan (Dafni 1992). Nilai indeks keragaman yang rendah pada pagi hari dalam penelitian ini disebabkan karena sangat dominannya kumbang E. kamerunicus. Rerata kunjungan kumbang E. kamerunicus mencapai 118 ekor/10 menit pada pagi hari, sedangkan rerata jumlah individu serangga lain kurang dari 12 ekor/10 menit. Komal (2011) juga melaporkan frekuensi rerata kunjungan kumbang E. kamerunicus pada pagi hari mencapai 130 ekor/10 menit. Berdasarkan kriteria Krebs (1999), indeks keragaman serangga pengunjung yang diamati pada siang dan sore hari tergolong kategori sedang (1< H’< 3), sedangkan pada pagi hari tergolong kategori rendah (H’<1). Penyebaran spesies pada siang dan sore hari lebih tinggi (E = 0,61-0,80) dibandingkan pagi hari (E = 0-0,20).

Kesamaan spesies serangga pengunjung antara siang-sore hari lebih tinggi (CN=62%) dibandingkan pagi-sore hari (CN=26%). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah individu masing-masing serangga yang terdapat pada setiap periode pengamatan dan adanya serangga yang dominan, yaitu E. kamerunicus. Hasil analisis menunjukkan bahwa keempat faktor lingkungan yang diukur tidak berpengaruh terhadap jumlah serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit. Kecepatan angin memiliki nilai korelasi yang paling besar (r = -0,21) dibandingkan dengan ketiga faktor lingkungan yang lainnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka jumlah kunjungan serangga akan semakin rendah. Aktivitas terbang kumbang E. kamerunicus dapat terganggu pada kecepatan angin yang tinggi (Aminah 2011).

Suhu udara mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas serangga (Speight et al. 1999). Umumnya lebah dapat terbang dengan baik pada saat suhu toraknya sekitar 35-45 oC (Heinrich 1979). Serangga pengunjung yang ditemukan pada bunga betina kelapa sawit umumnya pada kisaran suhu 26-29 oC. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap termoregulasi suhu tubuh serangga. Populasi Scaptodrosophila melimpah pada kisaran intensitas cahaya 10.000-14.000 lux (Yuromiyati 2012). Setiap serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktivitasnya, seperti mencari pakan dan menentukan tempat tinggalnya (Borror et al. 1996). Kelembapan udara dapat menghambat aktivitas serangga, sehingga spesies tersebut tidak mampu berkembang dan memperluas wilayah pencarian pakan (Torres 1984).

(22)

12

terbanyak (Gambar 2) (Dhileepan 1992). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa polen yang menempel pada tubuh kumbang di bunga betina kelapa sawit lebih sedikit dibandingkan dengan polen yang menempel pada tubuh kumbang yang berada di bunga jantan. Dhileepan (1992) melaporkan bahwa polen yang menempel pada bagian dorsal tubuh kumbang akan berkurang pada saat terbang, sehingga hanya 54-83% dari total polen yang menempel pada tubuh kumbang dapat ditransfer oleh kumbang ke bunga betina kelapa sawit.

SIMPULAN

Serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit yang ditemukan di PTPN VIII, AFD IV Parabon, Kebun Sukamaju Sukabumi terdiri dari 11 spesies, yaitu E. kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches sp., Forficula sp. (Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp. (Hymenoptera), dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera). Serangga pengunjung yang dominan dominan ialah E. kamerunicus, diikuti oleh Camponotus sp.. Kesamaan spesies serangga pengunjung pada siang-sore hari lebih tinggi dibandingkan dengan pagi-siang dan pagi-sore hari. Keempat faktor lingkungan yang diukur tidak berpengaruh terhadap jumlah individu serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit. Rerata polen yang dibawa kumbang E. kamerunicus jantan ialah 1604 polen dan kumbang betina ialah 719 polen.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah. 2011. Frekuensi kunjungan kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina tanaman kelapa sawit di perkebunan PTPN VIII Cikasungka, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Agosti D, Majer DJ, Alonso LE, Schultz TR. 2000. ANTS. Standard Methods For Measuring and Monitoring Biodiversity. Washington (US): Smithsonian Institution Pr.

Atmowidi T, Buchori D, Manuworoto S, Suryobroto B, Hidayat P. 2007. Diversity of insect pollinators and seed set of mustard (Brassica rapa: Brassicaceae). Hayati 14:155-161.

Billen J, Ito F, Maile R, Morgan ED. 1998. The mandibular gland, probably the source of the alarm substance in Leptanilla sp. (Hymenoptera, Formicidae) Naturwissenschafte 85:596-597.

Bock IR, Parsons PA. 1978. The subgenus Scaptodrosophila (Diptera: Drosophilidae). Syst Entomol 3: 91-102.

Bolton B. 1994. The Identification Guide to the Ant Genera of The World. Cambridge Massachusetts (US): Harvard Univ.Pr.

(23)

13 [BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2012. Produksi perkebunan besar menurut jenis

tanaman, Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Feb 17]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php.

Bruhl CA, Eltz T. 2010. Fuelling the biodiversity crisis: species loss of ground-dwelling forest ants in oil palm plantations in Sabah, Malaysia (Borneo). Biodivers Conserv 19:519-529.

Burr M. 1910. The Fauna of British India: Dermaptera. London (GB): Fleet Street.

Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A Pratical Approach. Oxford (US): Univ Pr. Dejean A. 1990. Circadian rhythm of Oecophylla longinoda in relation to

territoriality and predatory behavior. J Physiol Entomol 15(4): 393-400. Dhileepan K. 1992. Pollen carrying capacity, pollen load and pollen transferring

ability of the oil palm pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus Faust in India. Oleagineux 47: 55-61.

Famukti DA. 2013. Keanekaragaman cocopet (ordo Dermaptera) pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang PTPN VIII Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fitria N. 2013. Komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fajarwati MR, Atmowidi T, Dorly. 2009. Keanekaragaman serangga pada bunga tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di lahan pertanian organik. J Entomol Indones 6:77-85.

Haas F, Gorb S. 2004. Evolution of locomory attachment peds in the Dermaptera (insect). Arthropod Struc Dev 33: 45-66.

Harlan I. 2006. Aktivitas pencarian makan dan pemindahan larva semut rangrang Oecophylla smaragdina (Formicidae: Hymenoptera) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

He XZ, Wang Q, Xu J. 2008. European earwig as a potential biological control agent of apple leaf-curling midge. New Zealand Plant Protection 61:343-349.

Heinrich B. 1979. Bumblebee Economics. Cambridge Massachusetts (US): Harvard Univ.Pr.

Holldobler B, Wilson EO. 1990. The Ants. Cambridge Massachusetts (US): The Belknap Pr of Harvard Univ Pr.

Hutahuruk CH, Sipayung A, Soedharto PS. 1982. Elaeidobius amerunicus hasil uji kekhususan inang dan peranannya sebagai penyerbuk kelapa sawit. Bull PPM 3: 7-21.

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

(24)

14

Komal. 2011. Frekuensi kunjungan kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina tanaman kelapa sawit di perkebunan PTPN VIII Cimulang, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Krebs. 1999. Pollinator as bioindicators of the state the environment: species, activity and diversity. Agric Ecosyt Environ 74:373-393.

Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Labarca MV, Portillo E, Narvaez YZ. 2007. Relationship between inflorescences, climate and the pollinating in oil palm (Elaeis guineensis Jacquin) plantations located in south lake of Maracaiba, Zulia state. Rev Fac Agron 24: 303-320.

Lajis NH, Hussein MY, Toia RF. 1985. Extraction and identification of the main compound present in Elaeis guineensis flower volatiles. Pertanika 8: 105-108.

Lewis T. 1973. Thrips, Their Biology, Ecology and Economic Importance. London (GB): Academic Pr. Inc. Ltd.

Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton Univ Pr.

Mele PV, Cuc NTT. 2000. Evolution and status of Oecophylla smaragdina (Fabricius) as a pest control agent in citrus in the Mekong Delta, Vietnam. Int J Pest Management 46: 295–301.

Misztal PK, Owen SM, Guenther AB, Rasmussen R, Geron C, Harley P, Phillips GJ, Ryan A, Edwards DP, Hewitt CN et al. 2010. Large estragole fluxes from oil palm in Borneo. J Atmos Chem Phys 10: 1517-1557.

Morley DW. 1953. The Ant World. London (GB): Riverside Books Pty Ltd. Mound LA, Kibby G. 1998. Thysanoptera an Identification Guide, 2nd Ed.

London (GB): CAB International.

Mound LA. 2006. Taxonomy of The Insect Order Thysanoptera. Taxonomy Workshop No. 1 (Thrips); Malaysia, 3-7 Juli 2006. Malaysia: Institute of Biological Science, University Malaya, Kuala Lumpur.

Mound LA, Azidah AA. 2009. Species of the genus Thrips (Thysanoptera) from Penisular Malaysia, with a checklist of recorded Thripidae. Zootaxa 2023: 55-68.

Nielsen MG. 2000. Distribution of the ant (Hymenoptera: Formicidae) fauna in canopy of the mangrove tree Sonneratia alba J. Smith in Northern Australia. Aus J Entomol 39: 275-279.

Oosterbroek P. 1998. The Families of Diptera of The Malay Archipelago. Boston: Brill.

Pfeiffer M, Tuck CH, Lay TC. 2008. Exploring arboreal ant community composition and co-occurrence patterns in plantation of oil palm Elaeis guinensis in Borneo and Peninsular Malaysia. Ecography 31: 21-32 Pierre EM, Idris AH. 2012. Studies on the predatory activities of Oecophylla

(25)

15 Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999. Ecology of Insect. UK: Blackwell

Science.

Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007. Elaeidobius kamerunicus: Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Syed RA, Law IH, Corley RHV. 1982. Insect pollination of oil palm introduction,

establishment, and pollinating efficiency of Elaeidobius kamerunicus in Malaysia. Planter 58: 547-561.

Tandon R, Manohara TN, Nijalingappa BHM, Shivana KR. 2001. Pollination and pollen-pistil interaction in oil palm, Elaeis guineensis. Ann Bot 87: 831-838.

Thurin N, Aron S. 2007. Seasonal nestmate recognition in the polydomous ant Plagiolepis pygmaea. Anim Behav 75:1023-1030.

Tjahjadi N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius Torres JA. 1984. Diversity and distribution of ant communities in Puerto Rico.

Biotropica 16: 296-303.

Wheeler MR. 1982. The Genetic and Biology of Drosophila. London (GB): Academic Pr.

Yamane S. 2009. Odontoponera denticulata (F. Smith) (Formicidae: Ponerinae), a distinct species inhabiting disturbed areas. ARI 32: 1-8.

(26)

16

Lampiran 1 Deskripsi spesies serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit di PTPN VIII AFD IV Parabon, kebun Sukamaju, Sukabumi

Ordo Coleoptera

Elaeidobius kamerunicus

Spesies ini memiliki panjang tubuh 2-4 mm, bentuk tubuh seperti elips memanjang dan berwarna cokelat kehitaman, terdapat sepasang sayap depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang yang tipis (membraneus). Spesies jantan memiliki moncong lebih pendek dan memiliki bulu-bulu halus yang lebih banyak dibandingkan dengan spesies betina. Ciri spesifik spesies jantan yaitu memiliki tonjolan pada pangkal elytra.

Ordo Dermaptera

Chelisoches sp.

Memiliki antenna terdiri dari 15-21 segmen, ukuran tubuh medium, tubuh berwarna hitam kecokelatan, pronotum sama lebarnya dengan kepala, bagian posterior pronotum membulat, elytra halus, sayap berkembang dengan baik, tarsus berwarna kecokelatan.

Forficula sp.

Antena terdiri atas 10-15 ruas, tubuh cembung dan berwarna kekuning-kuningan atau kecokelat-cokelatan, pronotum berbentuk kotak, elytra halus dan berkembang dengan baik, sayap jelas terlihat atau absen, tungkai ramping, pigidium jelas terlihat.

Ordo Diptera

Scaptodrosophila sp.

Spesies ini memiliki panjang tubuh sekitar 1,5 mm, warna tubuh kehitaman, sayap hyaline tanpa ada daerah yang berwarna gelap, antena pendek, arista dengan beberapa garis dorsal, terdapat bulu prescutellar acrostichal, scutum dengan garis-garis memanjang berselang-seling.

Ordo Hymenoptera

Camponotus sp.

Spesies ini memiliki ciri antena terdiri 12 segmen mandibula terdapat lebih dari 5-7 gigi, lubang kelenjar metapleural terlihat dari sisi metepleuron diatas koksa kaki belakang dan dibawah spirakel propodeum, petiol tanpa duri atau gigi, segmen pertama dari gaster pendek yaitu kurang dari total panjang gaster.

Oecophylla sp.

Oecophylla memiliki ciri antena terdiri dari 12 segmen, mandibula terdiri dari 10 gigi, dan tungkai belakang terdapat lubang tetapi tidak terbuka

Plagiolepis sp.

(27)

17 Polyrhachis sp.

Antena terdiri 12 segmen, ujung segmen dari antena tidak membentuk club, mandibula biasanya terdiri dari 5-7 gigi, tidak terdapat lubang kelenjar metapleural, terdapat duri atau gigi pada petiol, segmen pertama dari gaster sangat panjang yaitu kurang lebih setengah dari total panjang gaster jika dilihat dari bagian dorsal.

Leptanilla sp.

Spesies ini memiliki ciri-ciri panjang tubuh kurang dari 2,5 mm, mandibula berbentuk segitiga dengan 3-5 gigi.

Odontoponera sp.

Odontoponera meiliki mandibula terdiri dari 5 gigi, mandibula tidak berbentuk lurus, bagian basal dari mandibula tanpa lubang dorsolaterally rongga antena dibelakang garis clypeus, lubang frontal jauh dibelakang garis clypeus.

Ordo Thysanoptera

Thrips hawaiiensis

(28)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 07 Januari 1991 dari pasangan Hari Pramono dan Almh. Dewi Permanasari. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di MTs Yasti 1 Cisaat, Sukabumi pada tahun 2002, dan SMAN 4 Sukabumi pada tahun 2008. Setahun setelah itu penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Dasar pada tahun 2013 dan Fungsi Hayati Hewan pada tahun 2013. Penulis juga aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA sebagai Bendahara Departemen Sains dan Teknologi tahun 2010 dan Himpunan Mahasiswa Biologi sebagai Anggota Pengembangan Sumber Daya Manusia tahun 2011.

Gambar

Tabel 1 Jumlah individu, spesies, indeks keragaman, dan kemerataan serangga
Gambar 1   Serangga-serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit: E. kamerunicus

Referensi

Dokumen terkait

Budi Daya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Marihat, Pematang Siantar, Medan. Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit E. kamerunicus di Indonesia.

paling efektif untuk tanaman kelapa sawit terdapat serangga yang juga.. berfungsi sebagai penyerbuk yaitu Thrips hawaiiensis

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memelajari jenis dan keanekaragaman spesies serangga pengunjung bunga kelapa sawit di tipe habitat yang berbatasan dengan

Selain anggota Diptera dan Dermaptera, serangga lain yang ditemukan berkunjung ke bunga jantan kelapa sawit ialah semut yang berasal dari ordo Hymenoptera dan

Sebagai Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Kebun Kelapa Sawit Rakyat Kabupaten Blitar; Ichwan Gayuh Firmansyah, 081510501007; 2012; 34 halaman;

Elaedobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) yang Efektif dalam Menyerbuk Tandan Kelapa Sawit” merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program

Pada perkebunan kelapa sawit yang populasi kumbangnya tinggi, fruit set paling banyak dipengaruhi oleh kumbang, sebaliknya, perkebunan yang populasi kumbangnya rendah, maka peran

Keanekaragaman dan Potensi Musuh Alami dari Kumbang Elaidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) di Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Penajam Paser Utara,