• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan perbaikan sistem kerja berdasarkan metode studi gerak dan waktu pada proses produksi biskuit long stick

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dan perbaikan sistem kerja berdasarkan metode studi gerak dan waktu pada proses produksi biskuit long stick"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN

METODE STUDI GERAK DAN WAKTU PADA

PROSES PRODUKSI BISKUIT

LONG STICK

SKRIPSI

RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI

F14070113

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

ANALYSIS AND REPAIR WORK SYSTEM BASED

ON TIME AND MOTION STUDIES IN PRODUCTION PROCCESS OF

LONG STICK BISCUIT

Ratih Kartikasari Nugraha Putri and Sam Herodian

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone +62 89 88 488 098, e-mail: ratihkartikasarinp@yahoo.com

ABSTRACT

Every company want to increase their productivity. To achieve high productivity required special attention to effectiveness and efficiency of work accomplished. For that reason there is a need for analysis working movement and labor time required for one cycle of proccess. Time required to perform a proccess at the beginning and the end of a shift is different, related to decrement of labor’s motivation and stamina due to fatigue. Fatigue can be caused by working conditions, work capacity of workers, and others. Standard time is a “factor looseness and the adjustment factor is summed with the cycle time”. Standard time for the proccess of preparation of raw flour is 112.68 seconds, while the standard time for the packaging process is 90.74 seconds. Productivity can be calculated by dividing the output of that day with the number of workers and duration to accomplish one proccess, was obtained from the calculation of productivity of each workers in the process of preparation of wheat flour is 400 kilogram/hour, while the packaging productivity of each workers is 3.76 cartons/hour.

(3)

Ratih Kartikasari Nugraha Putri. F14070113. Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit long stick. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sam Herodian, MS. 2011

RINGKASAN

Analisa dan penelitian kerja pada hakikatnya berupaya mengidentifikasikan kondisi-kondisi kerja yang tidak produktif. Perusahaan menyadari jika menginginkan produktivitas perusahaan tinggi, maka yang perlu diperhatikan adalah kenyamanan pekerja saat sedang bekerja, kesehatan pekerjanya, gerakan pekerja, dan juga waktu yang dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaanya.

Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu standar kerja pada sejumlah komponen kerja yang terlibat dalam proses produksi biskuit long stick dan memberikan usulan sistem, serta metode kerja yang lebih baik dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih cepat.

Pengambilan data dilakukan pada proses preparasi dan proses pengemasan biskuit long stick

melalui pengamatan langsung dan mencatat seluruh kegiatan pekerja, yang dicatat adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk setiap kegiatan yang dilakukan serta bagaimana gerakan dan posisi pekerja saat melakukan kegiatan tersebut. Untuk kegiatan yang waktu siklusnya terjadi kurang dari 6 detik digunakan pengambilan data dengan cara menghitung banyaknya siklus gerakan yang terjadi dalam waktu 30 detik.

Waktu normal yang dibutuhkan pekerja untuk mengerjakan pekerjaannya berbeda saat awal dan akhir shift, pada awal shift pekerja membutuhkan waktu 84.70 detik untuk kegiatan preparasi, sedangkan pada akhir shift pekerja membutuhkan waktu 94.10 detik untuk satu siklusnya. Pada proses pengemasan pekerja membutuhkan waktu selama 67.04 detik untuk satu siklusnya, sedangkan di akhir

shift pekerja membutuhkan waktu selama 71.81 detik. Perbedaan waktu yang dibutuhkan pekerja

untuk satu siklusnya di awal dan akhir shift disebabkan oleh sudah menurunnya motivasi dan stamina dari pekerja saat melakukan kerjanya. Banyak hal yang menyebabkan turunnya motivasi dan stamina pekerja diantaranya adalah kejenuhan pekerja karena melakukan kerjanya selama 8 jam. Kondisi lingkungan seperti temperatur, pencahayaan, kebisingan, kelembaban, bau-bauan, dan lain-lain juga sangat mempengaruhi kualitas kerja dari pekerja, hal ini juga yang dapat menurunkan motivasi dan stamina pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

Waktu siklus yang dibutuhkan pekerja untuk satu kali siklus proses preparasi adalah 89.40 detik, dalam satu siklus yang diolah oleh pekerja adalah 25 kilogram tepung, sedangkan untuk waktu siklus yang dibutuhkan pekerja untuk satu siklus mengemas 1 cup biskuit long stick adalah 69.42 detik. Waktu baku/standar yang ditetapkan adalah waktu yang didapat melalui perhitungan dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Dari perhitungan tersebut didapat bahwa waktu baku untuk satu siklus proses preparasi adalah 112.68 detik, sedangkan waktu baku yang dibutuhkan untuk satu siklus proses pengemasan 1 cup biskuit long stick adalah 90.74 detik. Produktivitas pekerja di proses preparasi adalah 400 kilogram tepung/jam, sedangkan pada pengemasan produktivitas pekerjanya adalah 3.76 karton/jam.

(4)

ini hanya terjadi sebanyak 20% dari keseluruhan proses, baik pada proses preparasi dan pengemasan. Gerakan menganggur banyak terjadi di akhir shift, gerakan ini kebanyakan terjadi karena pekerja sudah mengalami kelelahan.

Proses preparasi dan pengemasan ini termasuk dalam kegiatan high repetitive task sehingga diduga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bagian preparasi diantaranya adalah sakit pada bagian pinggang, leher, bahu kanan dan kiri atas, pergelangan tangan, kemungkinan rasa sakit ini timbul karena pekerja harus mengangkat beban seberat 25 kilogram setiap 1.5 menit, meskipun masih dapat ditolerir namun sebaiknya dikurangi. Untuk proses pengemasan diduga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan adalah sakit pada bagian pinggang dan bokong karena posisi dan duduk terlalu lama di kursi plastik yang tidak ada busanya, sakit pada lengan kanan dan kiri atas karena gerakan yang dilakukan oleh pekerja di bagian ini memiliki waktu siklus kurang dari 6 detik.

(5)

ANALISIS DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN METODE

STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PRODUKSI BISKUIT

LONG

STICK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RATIH KARTIKASARI NUGRAHA PUTRI

F14070113

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(6)

Judul Skripsi : Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick

Nama : Ratih Kartikasari Nugraha Putri

NIM : F14070113

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Sam Herodian, MS

19620529 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departmen Teknik Mesin dan Biosistem

Dr. Ir. Desrial, M.Eng

19661201 199103 1 004

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan

(8)

© Hak cipta milik Ratih Kartikasari Nugraha Putri, tahun 2011 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

(9)

BIODATA PENULIS

(10)

vii 

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi Biskuit Long Stick dilaksanakan di PT. Arnott’s Indonesia sejak bulan Mei sampai Juli 2011.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan.

2. Bapak Pandi Sutardi selaku Operations Improvement Manager pada PT. Arnotts Indonesiayang telah mengijinkan Penulis melakukan penelitian di departemen yang dipimpinnya.

3. Bapak M. Sukri selaku mentor yang telah membimbing dan membantu Penulis menyelesaikan penelitian di PT. Arnotts Indonesia.

4. Bapak Anjar, Bapak Yono, dan Bapak Azis selaku department head pada Packaging Nyam-nyam, Oven 4, dan Preparasi yang telah mengijinkan Penulis melakukan pengambilan data di linenya.

5. Bapak Diperanata dan Bapak Eko atas kesediaannya memberikan pengetahuan dan bantuan selama Penulis melakukan penelitian di PT. Arnotts Indonesia.

6. Segenap karyawan PT. Arnotts, khususnya departemen Operations Improvement yang selama ini memberikan saran dan dukungan selama Penulis melakukan penelitian di PT. Arnotts Indonesia.

7. Papa, Mama, dan Adik yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materiil, semangat serta do’a yang diberikan hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak akan dapat melakukan yang terbaik tanpa adanya do’a, dukungan, cinta, kasih sayang, perhatian, serta semangat dan didikan dari Papa dan Mama sejak kecil.

8. Kistiar Primadiono yang memberikan dukungan, semangat, do’a, bantuan dan kesetiaan mendampingi Penulis selama kurang lebih lima tahun.

9. Keluarga Bapak Kamsi atas dukungan dan do’a yang telah diberikan selama ini.

10. Teman-teman TEP 44 untuk kebersamaan selama 3 tahun di Teknik Pertanian, canda, tawa, ilmu, dan pengalaman yang dijalani bersama.

(11)

viii 

 

12. Dewi Sartika TEP 44 dan Dela Ayu Basuki ITP 44 yang mengizinkan Penulis menginap di kostannya selama Penulis menyusun skripsi.

13. Adissa AD dan Dany AS selaku teman-teman seperjuangan praktek kerja di PT. Arnott’s Indonesia yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian, khususnya pada studi gerak dan waktu.

Bekasi, Agustus 2011

(12)

xii

 

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 TUJUAN ... 2

1.3 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT ... 3

2.2 PROSES PENGEMASAN ... 4

2.3 ERGONOMI ... 5

2.4 TEKNIK TATA CARA KERJA ... 6

2.5 STUDI GERAK ... 7

2.6 STUDI WAKTU ... 10

2.7 PETA KERJA ... 11

III. METODOLOGI ... 12

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 12

3.2 PERALATAN ... 12

3.3 PROSEDUR PENELITIAN ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 PROSES PRODUKSI LONG STICK ... 16

(13)

xiii

 

4.3 ANALISIS WAKTU KERJA ... 29

4.4 ANALISIS METODE KERJA ... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 SIMPULAN ... 56

5.2 SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 59

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(14)

xiv

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Gerakan Therblig ... 7

Tabel 2. Berat Beban Yang Dapat Ditolerir Untuk Aktivitas Angkat Yang Sering ... 24

Tabel 3. Tindakan Yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat ... 24

Tabel 4. Pengaruh Temperatur Terhadap Pekerja ... 25

Tabel 5. Standar Tinggi Kursi Untuk Pekerjaan Yang Dilakukan Sambil Berdiri ... 28

Tabel 6. Waktu Normal Preparasi Pada Awal Shift ... 42

Tabel 7. Waktu Normal Preparasi Pada Akhir Shift ... 43

Tabel 8. Waktu Normal Pengemasan Pada Awal Shift ... 45

Tabel 9. Waktu Normal Pengemasan Pada Akhir Shift ... 46

Tabel 10. Nilai Penyesuaian ... 48

Tabel 11. Nilai Kelonggaran ... 50

Tabel 12. Waktu Baku Preparasi ... 50

Tabel 13. Waktu Baku Pengemasan ... 51

 

 

 

 

 

 

(15)

xv

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Sistematis Dari Langkah-langkah Penelitian Kerja ... 6

Gambar 2. Stopwatch ... 12

Gambar 3. Termometer ... 13

Gambar 4. Contoh time and motion sheet ... 14

Gambar 5. Diagram Alir Metode Penelitian... 15

Gambar 6. Diagram alir proses preparasi tepung ... 16

Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick ... 21

Gambar 8. Simulasi Gerakan Memilih Biskuit ... 31

Gambar 9. Simulasi Gerakan Menjangkau Tepung ... 32

Gambar 10. Simulasi Gerakan Menjangkau cup ... 33

Gambar 11. Simulasi Gerakan Menjangkau tray ... 33

Gambar 12. Simulasi Gerakan Melepas Ring ke Atas Cup ... 36

Gambar 13. Simulasi Gerakan Melepas Biskuit ke Dalam Cup ... 37

Gambar 14. Simulasi Gerakan Melepas Cup Ke Dalam Tray ... 37

Gambar 15. Simulasi Gerakan Melepas Tray Ke Dalam Karton ... 37

Gambar 16. Simulasi Gerakan Memeriksa Kualitas Cup Yang Baru Keluar Dari Mesin Welding ... 39

Gambar 17. Simulasi gerakan Memeriksa kualitas cup yang baru keluar dari mesin cup sealer dan cutting seal ... 39

Gambar 18. Sarung Tangan Latex Food Grade ... 55

 

(16)

xvi

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengayakan Tepung Saat Ini ... 60

Lampiran 2. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengayakan Tepung Usulan ... 61

Lampiran 3. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Pengemasan Tepung ... 62

Lampiran 4. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Meletakkan Ring ... 63

Lampiran 5. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Memasukkan Biskuit ... 64

Lampiran 6. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Memasukkan Cup Ke Tray ... 65

Lampiran 7. Peta Tangan Kiri dan Kanan Pada Proses Memasukkan Tray Ke Karton ... 66

Lampiran 8. Denah Ruang Proses Pengayakan Tepung ... 67

Lampiran 9. Denah Ruang Proses Pengemasan Tepung ... 68

Lampiran 10. Denah Ruang Proses Pengemasan Long Stick ... 69

Lampiran 11. Peta Kerja Proses Pengemasan ... 70

Lampiran 12. Hasil pengolahan data proses preparasi dengan SPSS ... 71

Lampiran 13. Hasil pengolahan data proses pengemasan dengan SPSS ... 72

Lampiran 14. Time and motion sheet pada masing-masing proses ... 73  

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Salah satu hal yang diharapkan oleh perusahaan adalah optimasi produktivitas kerja, sehingga dapat dihasilkan produk yang optimum dan berkualitas yang akan meningkatkan profit perusahaan. Peningkatan produktivitas dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode atau cara kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah. Pekerjaan dikatakan efektif dan tepat waktu apabila kita tinjau dengan adanya gerakan yang membentuk kerja tersebut. Gerakan–gerakan yang dilakukan seorang pekerja adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan gerakan yang diperlukan, tetapi adakalanya pula seorang pekerja melakukan gerakan yang tidak efektif atau tidak diperlukan. Sehingga kita dapat merancang suatu sistem atau metode kerja yang sedapat mungkin mengefektifkan semua gerakan sehingga produktivitas dapat tercapai. Dalam sistem kerja diperlukan pengukuran terhadap waktu untuk menentukan produktivitas. Unsur manusia, mesin dan peralatan, dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan baik secara individual maupun dalam kaitannya satu sama lainnya karena dari semua unsur ini adalah bagian dari sistem kerja. Sistem kerja terbaik didapatkan dengan pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, tenaga, akibat psikologis dan sosiologis.

Metode kerja perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Perhatian terhadap desain sistem kerja dan metodenya merupakan suatu awal langkah untuk menemukan metode yang ideal sehingga mudah digunakan. Menemukan masalah, mendefinisikan masalah dan menemukan solusi yang baik adalah tahapan dalam memperbaiki kondisi kerja yang ada. Perbaikan pada setiap bagian kerja akan mempermudah pekerja dalam mengefisienkan gerakan agar kelelahan kerja dapat dikurangi sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk menjadi semakin singkat. Penentuan waktu standar dari setiap bagian kerja akan menghasilkan suatu metode kerja yang baik.

Proses produksi biskuit terdiri dari proses preparasi atau proses penyiapan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan biskuit, kemudian proses pembuatan biskuit, dan proses pengemasan biskuit. Proses pembuatan biskuit terdiri dari 3 proses utama yaitu proses pencampuran (mixing), proses pembentukan/pencetakan (forming), dan proses pemanggangan (baking). Proses pencampuran (mixing) adalah proses dimana bahan-bahan untuk membuat biskuit dicampur menjadi satu dengan air dan zat pengembang sehingga terbentuk adonan, sedangkan proses pembentukan/pencetakan (forming) adalah proses dibentuk/dicetaknya adonan biskuit yang sudah dibuat sebelumnya, kemudian proses pemanggangan (baking) adalah proses pematangan adonan biskuit yang telah dibentuk/dicetak.

(18)

1.2

TUJUAN

Studi gerak dan waktu yang dilakukan pada proses produksi biskuit long stick ini bertujuan untuk:

1. Menentukan waktu standar kerja pada sejumlah komponen kerja yang terlibat dalam proses produksi biskuit long stick.

2. Memberikan usulan sistem dan metode kerja yang lebih baik dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih cepat.

1.3

RUANG LINGKUP PERMASALAHAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain :

1. Penelitian akan dilakukan pada proses produksi biskuit long stick, khususnya pada proses preparasi dan pengemasan.

2. Proses preparasi yang diteliti adalah proses preparasi tepung yang digunakan untuk membuat biskuit long stick.

3. Produk yang akan diteliti adalah produk biskuit long stick.

4. Metode dan sistem kerja yang akan diteliti hanya pada satu jenis produk biskuit long stick. 5. Posisi pekerja saat melakukan pekerjaan.

(19)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

PROSES PEMBUATAN BISKUIT

Biskuit merupakan produk pangan hasil pemanggangan yang dibuat dengan bahan dasar tepung terigu, dengan kadar air akhir kurang dari 5%.Biasanya formulasi biskuit dibuat dengan diperkaya bahan-bahan tambahan seperti lemak, gula (ataupun garam) serta bahan pengembang. Biskuit dibuat dengan bermacam-macam jenis, terutama dibedakan atas keseimbangan yang ada antara bahan utama tepung, gula, lemak, dan telur. Kemudian juga bahan tambahan seperti cokelat, buah-buahan, dan rempah-rempah yang memiliki pengaruh terhadap cita rasa (Omobuwoajo 2003 dalam Anonim 2010).

Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran (mixing), pembentukan

(forming) dan pemanggangan (baking). Tahap pencampuran bertujuan meratakan pendistribusian

bahan-bahan yang digunakan dan untuk memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus. Terdapat tiga metode pencampuran yaitu single-stage, multiple-stage dan continous. Pada metode single-stage, semua bahan dicampur menjadi satu dan dimixer bersamaan. Pada multiple-stage, mungkin terdiri dari dua tahap atau lebih. Pertama yang dicampur adalah lemak dan gula., kemudian bahan-bahan cair, selanjutnya bahan-bahan lainnya. Pada metode continous biasanya dipilih karena keefektifannya, memaksimalkan output dan meminimalkan input karena proses yang kontinyu (Kobs 2001 dalam Anonim 2010).

Pencampuran adonan biskuit biasanya diawali pencampuran antara gula dan shortening

(disebut creaming method) kemudian bahan-bahan lain seperti tepung dan bahan pengembang dimasukkan (Bennion 1980 dalam Anonim 2010). Adonan yang diperoleh selanjutnya dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Adonan biskuit dibentuk lembaran-lembaran dan dipotong-potong dengan pisau pemotong atau alat pencetak biskuit. Adonan yang telah dicetak selanjutnya dipanggang dengan oven. Menurut Desrisier (1998) dalam Anonim (2010) pemanggangan merupakan hal yang penting dari seluruh urutan proses yang mengarah pada produk yang berkualitas. Selama pemanggangan, lemak mencair, gula larut, bahan pengembang melanjutkan aktifitasnya, struktur terbentuk, cairan dipindahkan dan terjadi crust pada permukaan dan pembentukan warna (Kobs 2001 dalam Anonim 2010).

Temperatur oven untuk proses pemanggangan tergantung pada jenis, bentuk, dan ukuran dari produk yang dibuat dan dijaga sifat-sifat dari bahan-bahan penyusunnya. Pada umumnya temperatur pemanggangan biskuit antara lain 218-2320C dalam waktu 15-20 menit (Fellows 1992 dalam Anonim 2010). Hui (1992) dalam Anonim (2010) juga menyatakan pemanggangan dilakukan dengan oven dan jenis biskuit. Semakin sedikit kandungan gula dan lemak, temperatur pemanggangan dapat lebih tinggi. Oven sebaiknya tidak terlalu panas ketika bahan dimasukkan sebab bagian luar akan terlalu cepat matang. Hal ini dapat menghambat pengembangan dan permukaan biskuit menjadi retak-retak.

(20)

2.2

PROSES PENGEMASAN

Secara umum pengemasan adalah suatu cara atau suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan/produk agar supaya bahan/produk tersebut baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dengan selamat. Di dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan antara seni, ilmu dan teknologi penyiapan bahan untuk pengangkutan dan penjualan, karena pengemasan harus mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan yang dilindungi. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk yang memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke masyarakat pembeli. Fungsi pengemasan yang lainnya adalah :

1. Melindungi bahan terhadap kontaminasi dari luar, baik dari mikroorganisme maupun kotoran-kotoran serta gigitan serangga dan binatang pengerat.

2. Menghindarkan terjadinya penurunan atau peningkatan kadar air bahan yang dikemas. Jadi bahan yang dikemas tersebut tidak boleh berkurang kadar airnya karena merembes ke luar atau bertambah kadar airnya karena menyerap uap air dari atmosfer. 3. Menghindarkan terjadinya penurunan kadar lemak bahan yang dikemasnya seperti

pada pengemasan mentega digunakan pengemas yang tidak bisa ditembus lemak. 4. Mencegah masuknya bau dan gas-gas yang tidak diinginkan dan mencegah keluarnya

bau dan gas-gas yang diinginkan.

5. Melindungi bahan yang dikemas terhadap pengaruh sinar. Hal ini terutama ditujukan untuk bahan pangan yang tidak tahan terhadap sinar seperti minyak dikemas dalam pengemas yang tidak tembus sinar.

6. Melindungi bahan dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran.

7. Membantu konsumen untuk dapat melihat produk yang diinginkan. Misalnya dengan digunakan pengemas yang transparan (tembus pandang).

8. Merangsang atau meningkatkan daya tarik pembeli, sehingga bentuk, warna dan dekorasi pengemas perlu direncanakan dengan baik.

Persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda dengan yang lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas yang perlu mendapat perhatian adalah :

1. Permeabilitasnya terhadap udara (oksigen dan gas lain).

2. Harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan cita rasa produk yang dikemas.

3. Harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain.

4. Harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan gangguan dari cahaya (penyinaran).

5. Harus mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya selama proses penempatan bahan ke dalam kemasan.

6. Harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan, pengangkutan dan distribusi.

(21)

8. Harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya, sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.

Efek perlindungan pengemas terhadap bahan yang dikemas terutama disebabkan oleh kemampuan pengemas tersebut untuk mengisolasi dan melindungi bahan dari pengaruh luar atau pengaruh lingkungan. Efektifitas pengemas dalam melindungi bahan yang dikemas tidak hanya tergantung dari kondisinya, tetapi juga kondisi bahan dan perlakuan yang diberikan pada bahan. Secara ideal pengemas dapat melindungi bahan yang dikemas dengan cara mencegah terjadinya kerusakan mekanis, kerusakan kimiawi dan kerusakan mikrobiologis. Namun demikian tidak semua jenis pengemas dapat mencegah ketiga tipe kerusakan tersebut dengan baik, karena masing-masing pengemas mempunyai ambang batas kemampuan dan spesifikasi kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan penilaian dan pemilihan pengemas yang tepat jika ingin mendapatkan efek perlindungan yang optimal.

2.3

ERGONOMI

Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu “ergo” yang berarti kerja, dan “nomos” yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek–aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, yang dapat ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan perancangan (Nurmianto, 2004). Di dalam ergonomi, diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Metode pendekatannya dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerjanya.

Pada dasarnya, ergonomika memiliki tujuan penting. Tujuan pertama adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain yang dilakukan, termasuk meningkatkan kemampuan pengguna, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Tujuan kedua adalah, meningkatkan keinginan tertentu; seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan stres (Fitriani 2003 dalam Rohman 2008).

Menurut Bridger (1995), ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekejaan dengan manusia. Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan antara ergonomi dengan human factors, yaitu ergonomi lebih menenkankan kepada faktor manusia sebagai sistem biologis, sedangkan human factors lebih menekankan kepada aspek psikologis (psikologi eksperimental dan psikologi teknik) dan menekankan kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total desain. Walaupun demikian, human factors dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama.

(22)

ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat fatal kronis.

2.4

TEKNIK TATA CARA KERJA

Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman, 2008 adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan-kemampuannya, bahan baku, mesin dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya.

Menurut Meyers (1992) teknik tata cara kerja merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan metode terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Pengaturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui ergonomi, studi gerakan dan ekonomi gerakan. Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampak-dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2003)

PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN METODE KERJA

• Ergonomi • Studi Gerakan • Ekonomi Gerakan

PENELITIAN KERJA

TEKNIK-TEKNIK PENGUKURAN KERJA

• Pengukuran Waktu

• Pengukuran Tenaga

• Pengukuran Dampak

• Psikologis & Sosiologis 

Beberapa alternatif sistem kerja

lebih baik

Alternatif sistem kerja

terbaik 

(23)

2.5

STUDI GERAK

Studi gerak adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja dan kelelahan dari pekerja dapat diminimalisasi. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi beberapa elemen gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian gerakan yang lebih efisien dengan cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal.

Metode kerja perlu untuk dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik (Nurmianto, 2004). Hal tersebut perlu dilakukan karena semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Untuk itu, dalam rangka untuk meminimumkan kelelahan dan resiko terhadap rusaknya tulang dan otot dalam kondisi kerja yang repetitive, maka dalam penempatan dan pengoperasian posisi pengendali (Control) harus seergonomis mungkin sehingga pengoperasiannya dalam keadaan paling efisien.

Frank B. Gilberth dan istrinya (1909) dalam Wignjosoebroto (2003) merupakan pelopor studi gerakan secara manual. Mereka juga membuat teknik gambar-gerakan yang membuat detail dari studi gerakan ini yang dikenal dengan “micromotion studies” (studi gerakan mikro), yang telah teruji sangat berharga dalam mempelajari operasi manual yang berulang. Jenis dari studi ini melibatkan observasi yang teliti dari operasi dan gambaran mengenai proses pekerjaan operator dan gambaran analisis berdasarkan hukum dari ekonomi gerakan. Bagian dasar untuk menyempurnakan konsep ini, Gilberth dan istrinya menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar THERBLIG. Sebagian besar dari elemen-elemen dasar Therblig merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila bersifat manual. Tujuh belas elemen kerja dalam therblig ditampilkan dalam Tabel 1. dan telah dibedakan antara gerakan efektif dan tidak efektif dalam tabel tersebut.

Tabel 1. Gerakan Therblig

Gerakan Therblig

Gerakan Efektif Gerakan Tidak Efektif

a. Menjangkau (Reach ) i. Mencari (Search) b. Memegang (Grasp) j. Memilih (Select)

c. Membawa (Move) k. Mengarahkan (Position) d. Mengarahkan awal (Preposition) l. Memeriksa (Inspection)

e. Memakai (Use) m. Merencanakan (Plan) f. Merakit (Assemble) n. Menahan (Hold) g. Mengurai rakit (Dissamble) o. Avoidable delay

h. Melepas (Release) p. Unavoidable delay q. Rest to overcome fatigue

(24)

Secara garis besar masing-masing Therbligs tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Mencari (Search)

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan.

2. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila objek sudah ditemukan.

3. Memegang (Grasp)

Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Elemen Therblig ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa.

4. Menjangkau (Reach)

Pengertian menjangkau dalam Therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang.

5. Membawa (Move)

Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan dengan gerakan melepas. Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi waktu geraknya pun hampir sama yaitu jarak pindah dan macamnya.

6. Memegang untuk Memakai (Hold)

Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut. Perbedaan dengan elemen gerak memegang, tangan memegang objek dan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan elemen gerakan memegang untuk memakai ini terjadi dimana tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol objek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap objek tersebut.

7. Melepas (Release)

Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali objek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari objek yang dibawa dan berkahir begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang objek lagi.

8. Mengarahkan (Position)

(25)

tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan merakit atau melepas/memakai dimulai.

9. Mengarahkan Sementara (Pre position)

Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan objek pada suatu tempat sementara. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tesebut akan dipakai kembali.

10. Pemeriksaan (Inspect)

Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu atau belum. Elemen gerakan ini dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan lidah.

11. Perakitan (Assemble)

Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas.

12. Lepas Rakit (Disassemble)

Therblig ini merupakan kebalikan dari Therblig di atas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau bisa juga dilanjutkan oleh melepas.

13. Memakai (Use)

Yang dimaksud dengan memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat.

14. Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable delay)

Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi di luar kemampuan mengendalikan pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan lainnya bekerja.

15. Kelambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable delay)

Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya sendiri baik disengaja maupun tidak disengaja.

16. Merencana (Plan)

Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.

17. Istirahat untuk Menghilangkan Fatigue (Rest to Overcome Fatigue)

(26)

Dalam menganalisa gerakan kerja seringkali dijumpai kesulitan dalam menentukan batas-batas suatu elemen Therblig dengan elemen Therblig lainnya karena waktu gerakan kerja terlalu singkat. Demikian juga seringkali kita jumpai bahwa elemen Therblig itu sendiri dengan singkat pelaksanaanya sehingga sangat sulit untuk diamati secara visual. Analisa gerakan kerja dengan rekaman film (studi gerakan mikro/ micromotion study) dilakukan dengan merekam gerakan-gerakan kerja dengan menggunakan rekaman film dan segala perlengkapannya. Hasil rekaman yang diambil dapat diputar ulang sehingga analisis gerakan kerja bisa dilakukan dengan lebih teliti.

2.6

STUDI WAKTU

Waktu merupakan salah satu sumber input seperti halnya dengan dengan material, energi, dan sebagainya. Waktu adalah sumber yang tidak dapat digantikan, sekali terlewat maka tidak bisa diulang kembali. Penggunaan waktu yang efektif akan memberi dampak langsung terhadap produktivitas. Aktivitas pengaturan dalam hal ini harus dirancang untuk menangani lebih banyak pekerjaan.

Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, dimana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan untuk mengukur “human time” untuk beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994). Pengukuran kerja sendiri adalah sebuah ketentuan umum yang digunakan oleh banyak teknik sistematik dalam pengembangan koefisien numerik untuk mengubah pernyataan kuantitatif dari beban kerja menjadi sebuah pernyataan kuantitatif dari waktu yang dibutuhkan dalam penggunaan sumberdaya seperti mesin, manusia atau robot. Aspek studi waktu terdiri dari bermacam-macam prosedur untuk menentukan jumlah waktu yang diperlukan dan kondisi standar yang dapat diukur, yang meliputi tugas manusia, mesin atau kombinasi keduanya. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman, 2008).

Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Anggraini, 2006).

Standar waktu digunakan untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan; untuk membantu dalam pengembangan metode kerja yang efektif; untuk mengatur pekerja dalam melakukan pekerjaannya; untuk membantu dalam membandingkan performansi kerja dari suatu rencana yang sudah ditetapkan dengan beban kerja dan sumberdaya yang digunakan; dan untuk melaksanakan pengukuran produktivitas secara total (Mundel and Danner, 1994 dalam Rohman, 2008).

(27)

fair day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat secara lebih akurat.

Produktivitas kerja pada negara berkembang akan selalu terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang digunakan, yaitu mengenai efektivitas dan efisiensi kerja. Nilai efisiensi tersebut dapat diartikan suatu rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input). Efisiensi atau produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Total tenaga kerja ini direpresentasikan sebagai jam-manusia (man hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 2 unsur yang membentuk produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Masukan berupa waktu ini dapat diteliti dan diperoleh dengan cara melakukan studi mengenai tata cara kerja dan pengukuran waktu kerja (motion & time study).

2.7

PETA KERJA

Menurut Wignjosoebroto (2003) peta kerja atau sering disebut dengan peta proses adalah suatu alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Sedangkan menurut Sutalaksana, dkk. (2004) peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengetahui operasi dari stasiunstasiun kerja dan bagaimana untuk memperbaikinya (Meyers, 1992). Peta kerja akan merupakan alat yang baik untuk dipakai menganalisa suatu operasi kerja dengan tujuan mempermudah atau menyederhanakan proses kerja yang ada. Jika dilakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka usaha untuk memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan-perbaikan yang mungkin dilakukan anatara lain :

1. Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien.

2. Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja dari suatu elemen ke elemen yang lain. 3. Mengurangi waktu-waktu yang tidak produktif seperti waktu menunggu (delay). 4. Mengatur operasi kerja menurut langkah-langkah kerja yang lebih efektif dan efisien. 5. Menggabungkan suatu operasi kerja dengan operasi kerja yang lain bilamana mungkin. 6. Menemukan operasi kerja yang lebih efektif dengan maksud mempermudah pelaksanaan. 7. Menemukan mesin atau fasilitas-fasilitas produksi lainnya yang mampu bekerja lebih

produktif.

8. Menunjukkan aktivitas-aktivitas inspeksi yang berlebihan.

(28)

III.

METODOLOGI

3.1

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Kegiatan Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2011. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Arnott’s Indonesia dan Laboratorium Ergonomi dan Elektronika Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data dilakukan pada unit produksi biskuit long stick, mulai dari preparasi sampai pengemasan selama beberapa kali siklus pada awal dan akhir shift pertama. Objek penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada proses produksi biskuit long stick dan dipilih secara acak.

3.2

PERALATAN

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar pengamatan (Time and motion Sheet)

Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengamatan secara langsung di lapangan. Form ini digunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu siklus pekerjaan dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja.

2. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk melihat waktu kerja setiap elemen kerja dan dicatat dalam time and motion sheet. Stopwatch yang digunakan adalah stopwatch digital seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Stopwatch

3. Termometer

(29)

Gambar 3. Termometer

4. Seperangkat komputer dan alat tulis

Komputer dan alat tulis ini digunakan untuk proses pengolahan data. Beberapa software

utama yang digunakan adalah Ms. Office, Ms. Excel, dan software SPSS 16.0 for Windows untuk megolah data yang telah didapat selama penelitian.

3.3

PROSEDUR PENELITIAN

Pengambilan Data

Data yang diperlukan adalah proses produksi, metode kerja, lama waktu penyelesaian setiap kegiatan dan jumlah tenaga kerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan data. Dalam metode ini juga diamati mengenai kenyamanan untuk mengetahui keadaan pekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan dan juga kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya seperti posisi kerja, dimensi ruang kerja, temperatur ruang kerja, kelembaban, dan lain-lain.

Cara pengambilan datanya adalah saat pekerja melakukan kegiatannya stopwatch dinyalakan dan tidak berhenti sampai batas akhir penelitian. Selama penelitian tersebut apapun kegiatan yang dilakukan oleh pekerja dicatat dalam time and motion sheet, baik kegiatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut, dari data yang didapat maka dapat dilihat waktu siklus yang pantas diberikan untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Contoh Time and motion sheet

untuk melihat waktu yang pantas untuk tiap kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini, sedangkan data hasil dari penelitian dapat dilihat pada Lampiran 20.

(30)

Kegiatan : Banyaknya Pekerja :

Shift : Keterangan :

Lama : Pengukuran

Waktu 

Simbol    

Waktu 

Simbol 

Menit  Detik     Menit  Detik 

     

              

              

        

              

        

              

        

              

[image:30.595.107.527.78.341.2]

        

Gambar 4. Contoh time and motion sheet

Tahapan Penelitian

1. Tahap Pendahuluan

Dalam tahap pendahuluan didapatkan pengukuran waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Terlebih dahulu dilakukan pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap proses produksi agar dapat ditentukan titik awal dan titik patah dari setiap elemen.

2. Tahap Pengukuran

Alat yang digunakan adalah Time and Motion Sheet dan stopwatch. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan, baik secara kontinyu maupun berulang. Kondisi kerja, lingkungan, dan tata letak tempat pekerjaan dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan waktu penyesuaian dan kelonggaran.

3. Tahap Pengolahan Data

Data-data hasil pengamatan yang ada di Time and Motion sheet digunakan sebagai sumber data utama untuk dianalisis. Data dioalah menggunakan software Ms. Excel. Data yang dicatat pada time and motion sheet dapat dilihat pada Lampiran 12.

4. Tahap Analisis

a. Analisis Elemen gerak

(31)

b. Analisis Elemen Waktu

Waktu standar yang dijadikan acuan adalah waktu standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, kemudian dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung.

5. Tahap Perbaikan

[image:31.595.118.494.329.730.2]

Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, maka tahap yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin atau peralatan yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi, dan menemukan gerakan dengan beban yang lebih kecil. Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan (Alwi dalam Anggraini, 2006). Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Diagram alir metode penelitian Mulai

Mempelajari perusahaan secara umum, proses produksi Nyam-nyam, sketsa tempat kerja

Mempelajari metode kerja dan memecahkan masalah operasi ke dalam elemen kerja

Memilih operator

Menghitung waktu siklus dan pola kerja

Waktu normal Kelonggaran

Pribadi Hambatan yang tak terhindarkan

Waktu baku

(32)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian preparasi dan pengemasan merupakan bagian yang prosesnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan produksi tipe flow shop karena proses produksi terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang, menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, spesifikasi produk sedikit dan standar dalam jangka waktu yang lama, dan siklus waktu produksi relatif singkat.

4.1 Proses Produksi biskuit

long stick

Pada proses produksi long stick terdapat banyak sekali kegiatan yang dilakukan, mulai dari preparasi tepung yang baru masuk dari supplier sampai biskuit long stick yang sudah jadi dan siap untuk dikemas dan dimassukkan ke dalam gudang penyimpanan untuk dikirim ke distributor. Beberapa kegiatan untuk memproduksi biskuit long stick ada yang sudah menggunakan mesin, ada pula yang masih menggunakan tenaga manusia.

Proses preparasi adalah proses dilakukannya persiapan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat biskuit sebelum menjadi adonan, salah satu bahan yang digunakan untuk adonan tersebut adalah tepung. Sebelum tepung masuk ke dalam proses produksi untuk dibuat menjadi adonan, tepung perlu melewati beberapa proses agar lebih steril dan memiliki ukuran yang seragam, sehingga adonan yang nantinya akan terbentuk pun menjadi adonan yang baik. Proses yang perlu dilewati oleh tepung di antaranya adalah proses pengayakan, kemudian tepung akan ditempatkan di dalam karung yang telah ditetapkan beratnya sebelumnya. Setelah tepung melewati beberapa proses dan dinyatakan steril maka tepung langsung dibawa ke bagian yang akan membuat adonan untuk produk, seperti untuk bagian pembuatan long stick. Pada proses preparasi tepung ini masih banyak menggunakan tenaga manual (manusia), namun menggunakan beberapa alat bantu seperti mesin pengayak tepung, timbangan, forklift, dan lain-lain. Proses preparasi dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Manusia Manusia Mesin

Manusia Manusia

Gambar 6. Diagram alir proses preparasi tepung

Ruangan untuk mengayak tepung berada di lantai 2 dengan lubang yang diberi pipa sebagai penyalur tepung yang sudah diayak ke ruang pengemasan di bawahnya yang biasa dipakai untuk membungkus tepung ke dalam plastik. Ruangan pengayak ini berlantaikan besi dan selalu terasa

Mulai

Menuang Tepung

Mengayak tepung Membuka karung

tepung

Memindahkan tepung ke pallet

(33)

bergetar karena adanya mesin pengayak. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang selalu bergetar dirasa kurang baik karena dapat menghilangkan konsentrasi pekerjanya bila terlalu lama berada di ruangan tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya getaran ini akan menyebabkan tubuh dari pekerja yang bekerja dalam jangka waktu yang lama di ruangan tersebut akan selalu terasa bergetar. Untuk mengurangi efek getaran yang sangat terasa, sebaiknya mesin pengayak yang ada di ruangan ini diberi bantalan karet atau peredam getaran dan jarak antara lubang peletakan mesin pengayak dengan lantai diperbesar.

Ruangan ini kurang memiliki ventilasi yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam karena tidak terdapat jendela yang menjadi tempat sirkulasi udara yang ada di dalam ruang ayak dengan udara yang lebih segar di luar, hanya terdapat satu pintu besar yang biasanya menjadi tempat masuknya pallet-pallet berisi tepung yang akan diayak yang diangkat naik dengan menggunakan

forklift. Pallet-pallet itu biasanya tidak akan dipindahkan mendekat dengan mesin sampai tepung-tepung yang berada pada pallet yang dekat dengan mesin telah habis diayak. Pallet-pallet yang tidak dipindahkan ini dibiarkan saja di ambang pintu besar tersebut dan tidak dipindahkan kemana-mana karena tidak terlalu banyak bagian yang kosong yang terdapat di ruangan ini.

Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam sebaiknya memiliki sedikit ruang gerak bebas agar ruang kerja dari pekerja tidak terbatas, untuk itu sebaiknya ruangan ini agak sedikit diperluas dan ditambah dengan adanya ventilasi alami (jendela) yang baik karena tidak mungkin di dalam ruangan ini diberikan ventilasi buatan seperti kipas angin, hal ini dapat menyebabkan tepung-tepung terbang dan berhamburan, jika menggunakan air conditioner maka dapat dipastikan air conditioner yang ada di ruangan ini akan cepat rusak karena pori-porinya tertutupi oleh tepung-tepung yang diproses. Ventilasi buatan yang mungkin dibuat di ruangan ini adalah exhaust fan yang diletakkan di atap ruangan. Lantainya pun sebaiknya bukan menggunakan besi/baja, melainkan menggunakan semen dan permukaannya dibuat kasar. Lantai yang terbuat dari semen dapat mengurangi resiko pekerja terjatuh akibat lantai yang licin karena banyak tepung yang berceceran, apalagi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja ini cukup berbahaya mengingat bahwa tepung-tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 sampai 50 kilogram. Denah ruang pengayakan tepung ini dapat dilihat pada Lampiran 8.

Satu pallet yang diangkut ke ruang ayak berisi 30 karung tepung. Jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 kilogram maka satu pallet ini beratnya 750 kilogram atau sekitar 0.75 ton, sementara jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 50 kilogram maka berat satu

palletnya adalah 1500 kilogram atau sekitar 1.5 ton. Pekerja biasanya mengangkat satu karung tepung ini sendiri atau berdua dengan rekannya saat menuang ke mesin pengayak, mungkin pada saat karungnya masih banyak pekerja tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar karena hanya menggeser tepung tersebut ke mulut mesin pengayak, namun jika tepung yang akan diayak sudah sedikit pekerja akan sangat mengalami kesulitan saat menuang tepung ke mesin pengayak. Hal berbahaya yang dapat terjadi adalah jatuhnya pekerja dari ketinggian saat sedang menuang tepung ke mesin pengayak. Aktivitas dari gerakan-gerakan seperti menarik dan mengangkat adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pekerja di ruangan ini, hal ini dapat menyebabkan pegal-pegal atau sakit di daerah sekitar pinggang, bahu kiri dan kanan, serta lengan atas kiri dan kanan.

(34)

proses pembungkusan dengan plastik, maka sebaiknya jarak antara atap ruang pengemasan dengan lantai ruangan ayak perlu diperbesar. Keadaan lingkungan yang kurang baik ditambah dengan pekerjaan berat yang harus dilakukan pekerja akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa kelelahan, untuk itu mungkin perlu dilakukan adanya perbaikan-perbaikan lingkungan kerja seperti yang telah disebutkan di atas.

Tempat membuang sampah yang terlalu jauh menyebabkan waktu yang dipakai untuk membuang sampah menjadi lebih lama, sebaiknya tempat sampah atau pallet-pallet yang sudah tidak terpakai dan karung-karung bekas diletakkan di tengah-tengah antara mesin ayak satu dengan mesin ayak lain sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk membuang sampah, hal ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membuang sampah. Pekerja juga sering terlihat meratakan tepung yang ada di atas mesin pengayak, hal ini mungkin disebabkan oleh masih penuhnya pipa penyalur karena tepung belum dimasukkan ke dalam plastik oleh pekerja-pekerja yang berada di ruangan pengemasan yang bertugas membungkus tepung-tepung yang telah diayak ke dalam plastik dengan berat maksimum nantinya adalah 25 kilogram. Tersumbatnya mesh atau saringan yang terdapat pada mesin pengayak juga bisa menjadi salah satu penyebab terhambatnya aliran tepung ke pipa penyalur.

Mesin pengayak yang digunakan di ruangan ini terdiri dari tiga tingkat, tingkat pertama (yang paling atas) adalah kawat yang ukuran lubangnya masih besar, kemudian di bawahnya adalah kawat kotak, sementara lapisan yang paling bawah adalah mesh dengan bola dan gelang di atasnya. Bola dan gelang yang terdapat di atas mesh ini berfungsi sebagai perata agar tepung yang sudah tersaring langsung turun ke bawah. Mesh yang digunakan pada mesin ini adalah mesh 40.

Untuk mengambil air minum pekerja harus turun ke bawah, sebaiknya air minum untuk pekerja yang bekerja di ruang ayak ini diletakkan di setiap ruangan agar pekerja tidak perlu turun untuk mengambil air minum. Hal ini selain dapat memperlambat kerja dari pekerja juga dapat membuat terjadinya gangguan metabolisme pada pekerja karena kurang minum.

Setelah tepung selesai diayak dan masuk ke pipa penyalur maka tepung-tepung ini dikemas oleh tiga operator, dua operator yang bertugas untuk mengemas tepung dan satu orang yang lain bertugas mengikat plastik, memindahkan pallet, dan lain-lain. Mereka bertiga melakukan pekerjaan ini secara bergantian, hal ini dirasa cukup baik karena mengurangi kejenuhan dan keletihan dalam menjalankan satu jenis pekerjaan. Denah ruang pengemasan tepung dapat dilihat pada Lampiran 9.

Setelah proses preparasi selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah proses pembuatan long stick. Proses pembuatan long stick dianggap merupakan proses pembuatan biskuit yang paling sulit, alasan di antaranya adalah karena bentuk long stick dan cetakannya yang pipih dan panjang, sering terselip sisa adonan di dalam cetakan yang membuat biskuit hasil cetakan yang berikutnya menjadi kurang sempurna, sementara parameter yang dikontrol untuk produk biskuit long stick sangat banyak, seperti warna harus kuning kecoklatan, permukaaan biskuit halus dan tidak retak, bentuknya harus sempurna, tidak boleh bertumpuk, tidak boleh bengkok, tidak boleh mengkerut, dan lain-lain. Pada proses pembuatan biskuit long stick ini terdapat empat proses utama yang berurutan sampai pada akhirnya biskuit sudah dalam keadaan finished goods dan siap didistribusikan ke bagian pengemasan. Berikut ini adalah empat proses utama yang dilakukan pada saat pembuatan biskuit long stick.

(35)

setelah bahan-bahan dimasukkan maka dilakukan mixing sebanyak 150 putaran, setelah itu masukkan tepung, setelah menjadi adonan maka adonan tersebut diukur temperaturnya, jika temperatur dinyatakan baik maka adonan dituang ke bak adonan dan diistirahatkan selama 15 menit, kemudian dilanjutkan ke reduction roller. Dari mixer menuju reduction roller dibutuhkan waktu 5 menit. Pekerja yang mengerjakan semua pekerjaan di bagian mixing ini adalah 3-4 orang. Temperatur di bagian mixer adalah sekitar 32-32.3oC dengan kelembaban 56-58%. Temperatur ini akan mempengaruhi kinerja dari para pekerja yang bekerja di bagian ini, namun pada bagian ini sudah tersedia kipas angin untuk mengurangi panasnya temperatur yang dirasakan oleh pekerja. Setelah melewati tahap pencampuran maka tahap selanjutnya adalah pemotongan.

Proses pemotongan (cutting) adalah proses lanjutan pada pembuatan biskuit long stick, yang dilakukan pada proses ini adalah pencetakan atau pemotongan adonan menjadi bentuk seperti yang diinginkan yaitu bentuk seperti batang yang panjangnya 60.5 mm dan tebalnya 6 mm . Proses pencetakan atau pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan mesin, sementara untuk memeriksa kualitas baik tidaknya biskuit yang tercetak ini biasanya ditempatkan dua orang pekerja di sana. Pekerja tersebut bertugas memeriksa kualitas dan menimbang berat biskuit yang telah tercetak. Biskuit yang tercetak dikumpulkan sebanyak 20 pieces, setelah 20 pieces biskuit tersebut ditimbang. Waktu yang dibutuhkan biskuit dari reduction roller sampai dengan oven adalah 10 menit.

Pekerja yang bertugas di bagian cutting ini melakukan tugasnya dengan cara duduk di samping mesin dan posisinya hampir seperti bersujud, pekerjaan ini dilakukan selama 8 jam. Temperatur yang ada di sekitar mesin cutting (tempat bekerjanya operator) adalah sekitar 33-34oC dengan kelembaban 51-58%. Temperatur yang tinggi akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pekerja sehingga pekerja akan cepat merasa lelah, namun adanya kipas angin sebagai ventilasi buatan cukup membantu meringankan beban pekerja akibat tingginya temperatur di bagian cutting tersebut. Pekerja yang bekerja di bagian cutting harus memiliki sifat fokus dan teliti karena harus memperhatikan biskuit-biskuit tersebut selama 8 jam. Mata dari pekerja harus bekerja ekstra karena memperhatikan benda yang bentuknya sama secara terus menerus, pencahayaan di ruangan ini juga harus baik agar mendukung kerja dari mata pekerja yang dituntut untuk teliti memeriksa hasil cetakan.

Sebaiknya tinggi dari mesin cutting ini dikurangi agar pekerja tidak perlu lagi naik untuk duduk di samping mesin memeriksa biskuit yang tercetak, lebih baik mesin dibuat lebih rendah dan pekerja bekerja di samping mesin namun duduk di atas kursi. Agar mengurangi kelelahan yang terjadi pada pekerja akibat jenuh yang dirasakan maka pekerja perlu diberikan jadwal menimbang biskuit secara bergantian tiap jamnya, biasanya penimbangan biskuit dilakukan setiap 15 menit, sehingga dalam 1 jam pekerja akan menimbang biskuit sebanyak 4 kali. Setelah biskuit melewati proses pemotongan maka proses selanjutnya adalah proses pemanggangan.

Pemanggangan (baking) adalah proses pematangan biskuit yang telah dicetak dengan cara dibakar/dipanggang. Oven yang digunakan untuk proses pemanggangan ini panjangnya mencapai 79 meter, yang terdiri dari empat zona, masing-masing zona harus diatur temperaturnya agar kematangan biskuit benar-benar sempurna. Pada zona pertama oven dilengkapi dengan proses preheating atau pemanasan awal yang berguna untuk mencegah terjadinya biskuit yang bengkok ataupun tidak mengembang, untuk preheating ini temperatur yang diatur pada oven adalah 230.7oC, namun aktualnya yang terjadi temperatur pada bagian preheating adalah antara 177.7-177.9oC, preheating

juga berfungsi untuk mengembangkan biskuit. Sebenarnya temperatur di oven dapat terus diubah asal kadar air dari biskuit yang sudah matang masih memenuhi standar yang telah ditetapkan dan temperaturnya harus di atas 100oC.

(36)

pemanggangan biskuit ini adalah 5 menit. Pada oven ini terdapat banyak sekali burner, burner ini dibagi menjadi dua tempat yaitu burner bawah dan burner atas.

Pada bagian baking ini operator yang bekrja hanya satu orang. Pekerja yang bekerja di bagian

baking ini mempunyai tugas untuk selalu memeriksa kadar air, warna, berat, tebal, dan panjang long stick setiap 15 menit. Selain itu pekerja yang bekerja pada bagian baking ini harus selalu memeriksa

burner oven setiap saat, karena itulah hampir tidak pernah ditemukan pekerja di bagian baking ini diam. Temperatur di sekitar oven ini sangat tinggi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, yaitu sekitar 35-38oC dengan kelembaban 47-55%. Untuk mengurangi kelelahan akibat kondisi lingkungan yang kurang baik maka di bagian ini disediakan exhaust fan agar terjadi sirkulasi udara antara udara yang di dalam ruangan dengan udara luar. Setelah melewati proses pemanggangan maka long stick harus disiapkan untuk dikirim ke bagian pengemasan.

Pada bagian ini dilakukan pembungkusan long stick dengan menggunakan bantuan bak, baik bak kecil dan bak besar, jika menggunakan bak besar maka long stick yang dimasukkan seberat 9 kilogram, namun jika yang digunakan adalah bak kecil maka berat long stick yang dimasukkan adalah 7 kilogram. Bagian ini merupakan bagian yang paling banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan dengan bagian-bagian lain pada proses pembuatan long stick ini yaitu 7-8 orang, pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah memeriksa atau menyortir long stick sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, menyiapkan bak dan plastik sebagai wadah long stick, menimbang dan membungkus long stick, memindahkan bak-bak yang telah terisi long stick, dan juga membawa pallet

yang telah terisi bak ke gudang untuk dikirimkan ke bagian pengemasan long stick.

Untuk menyortir long stick dipekerjakan 2 orang operator, tugas mereka hanya menyortir long stick yang masuk ke ruang pengemasan long stick, sementara itu untuk menampung, menimbang dan membungkus long stick dipekerjakan 3 orang operator. Satu orang operator dipekerjakan untuk memindahkan bak yang telah terisi long stick dan juga membawa pallet ke gudang, satu orang pekerja lainnya yang menyiapkan plastik dan bak untuk menjadi wadah long stick. Kondisi lingkungan di ruangan ini cukup baik untuk bekerja karena temperatur di ruangan ini memenuhi standar temperatur yang baik untuk bekerja, yaitu antara 27-29oC dengan kelembaban ruangan sebesar 50-54%. Kondisi ini dirasa cukup baik untuk bekerja sehingga pekerja yang bekerja di bagian ini tidak cepat merasa lelah, apalagi pekerjaan yang harus dilakukannya tidak begitu mengharuskan mereka untuk bekerja dengan cepat. Long stick yang sudah dibungkus dibawa ke ruang pengemasan.

Proses pengemasan dilakukan setelah wadah (cup) dan biskuitnya sudah siap untuk dikemas. Biasanya saat wadah (cup) tiba di bagian pengemasan maka cup tersebut disimpan di gudang pengemasan sampai pada saat yang ditentukan untuk dipakai, sedangkan biskuit yang baru tiba dari oven 4 (long stick) yang baru tiba biasanya diambil sampel pada salah satu baknya, sampel diambil dari bagian atas bak, tengah bak, dan bawah bak. Sampel yang sudah diambil kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke sebuah alat pengukur kadar air. Setelah kadar air dari biskuit ini didapat maka selanjutnya biskuit yang kadar airnya layak untuk dipakai akan diproses, sementara jika kadar airnya tidak laayak untuk diproses maka biskuit tersebut akan dikembalikan ke proses pembuatan.

Proses pengemasan (packaging) ini dilakukan di sebuah ruangan yang atapnya terbuat dari seng dan kurangnya ventilasi. Di ruangan ini memang terdapat ventilasi alami dan ventilasi buatan, namun hal ini dirasa kurang karena di dalam ruangan ini masih sangat terasa panas, kecuali di

(37)

dalam ruangan dengan yang berada di luar ruangan. Denah ruang pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 10.

Proses yang terjadi pada bagian pengemasan di antaranya adalah penyatuan antara cup dan

ring, pemasukan biskuit, pemasukan cream, sealing cup, pengkodean cup, pemasukan cup-cup ke dalam tray, sampai penyusunan karton yang telah terisi beberapa tray ke atas pallet. Diagram alir proses pengemasan ini dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. Pada proses memasukkan cup yang dilakukan adalah beberapa cup dimasukkan ke dalam feeder mesin, gasket yang terdapat dalam mesin yang akan memisahkan satu per satu cup tersebut dan memasukkannya ke dalam jalur conveyor

berlubang untuk kemudian dimasukkan ring ke dalamnya. Setelah cup sudah berada di dalam

conveyor, maka dilakukan pemasukan ring yang biasanya dikerjakan juga oleh mesin, namun mesin yang digunakan kebanyakan rusak pada bagian ini, maka akhirnya pekerjaan ini dikerjakan oleh pekerja sebanyak dua orang, sedangkan satu orang operator yang lain bertugas untuk mengambil cup

dan ring ke gudang, mengisi mesin dengan cup-cup yang telah diambil, membuka dan menyiapkan

ring untuk diberikan ke dua operator lainnya yang bertugas untuk meletakkan ring di atas cup.

Mesin Manusia Mesin

Manusia Mesin Mesin Manusia

Mesin Mesin Mesin Mesin

[image:37.595.112.520.281.668.2]

Manusia

Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick

Ketiga operator yang bekerja pada proses meletakkan cup diharuskan untuk memakai ear muff karena berada sangat dekat dengan sumber bising yaitu mesin press (welding) yang memiliki kebisingan sebesar 89 dB. Batas yang diizinkan untuk tidak memakai ear plug atau ear muff adalah 85 dB, jika kebisingan lebih besar dari 85 dB maka pekerja diwajibkan menggunakan ear plug atau ear muff. Setelah ring diletakkan di atas cup, maka ring dan cup tersebut disatukan dengan cara mengepressring kepada cup agar dapat merekat dan tidak terlepas. Pengepressan ini dilakukan oleh

Mulai Meletakkan cup ke conveyor

Sealing cup and Cutting Seal

Meletakkan

cup ke tray

Memasukkan

cream ke cup

Jalan di atas

conveyor

Welding

Memasukkan biskuit ke cup

Meletakkan ring

ke atas cup

Shrinking Wrapping

Memasukkan

tray ke dalam Jalan di atas

conveyor

(38)

mesin welding yang memiliki tekanan 30 bar. Dengan adanya tekanan yang besar maka cup dan ring

akan melekat dan sangat sulit untuk dilepaskan dan mencegah terjadinya kebocoran. Hal ini dimaksudkan agar biskuit yang ada di dalamnya tidak berkurang kerenyahannya.

Setelah cup dan ring menyatu, barulah dilakukan pengisian biskuit long stick ke dalam cup. Biskuit dimasukkan dengan cara manual menggunakan tenaga manusia sebanyak 8-10 orang. Biskuit yang dimasukkan harus disesuaikan dengan standar baik dari bentuk, ukuran, kadar air, maupun banyaknya biskuit yang dimasukkan. Cream yang dimasukkan ke dalam cup ini berasal dari holding tank yang dialirkan melalui pipa dan masuk ke dalam penampungan di mesin cup sealer dan

Gambar

Gambar 4. Contoh time and motion sheet
Gambar 5. Diagram alir metode penelitian
Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick
Tabel 2. Berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkut yang sering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang perlu dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah bahwa beberapa fungsi dari bagian logistik di Pos Indonesia (Persero) sering mengalami keterlambatan dalam

Konsep dalam penelitian ini adalah memperbaiki tata letak area kerja di UMKM Bintang Jaya Gypsum berdasarkan proses dan aliran proses produksi untuk mengurangi

Dalam hal ini penelitian hanya dibatasi pada perbaikan dari sisi SDM, yaitu dilakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui seberapa besar beban tenaga kerja yang digunakan dalam

resiko yang jelas sehingga perlu segera diadakan tindakan korektif pada saat itu juga. Pada proses pengangkatan batu gamping dan Proses memasukkan batu gamping ke dalam Bag

Selain karena kelebihannya khususnya dalam kategori tegel polos yakni memiliki jumlah keterlambatan job yang paling kecil, penggunaan metode LPT ini cocok digunakan pada

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur efisiensi waktu dengan biaya pada pelaksanaan kegiatan proses pro- duksi perusahaan Mujur Jaya dan untuk mengetahui

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap metode penentuan harga pokok produksi dengan metode perusahaan, penulis menemukan memasukkan semua biaya ke dalam biaya

Kenaikan kadar ion P, K, dan Mg sampai minggu ke- 6 sedangkan pada minggu ke-7 mengalami penurunan hal ini disebabkan karena ion – ion yang berada dalam cairan akan teradsorpsi