• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange di PT. Buanasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange di PT. Buanasari"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MOCHAMAD BUYUNG SYAHRIAL

ANALISIS DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN

METODE STUDI GERAK DAN WAKTU PADA LINI PRODUKSI

SQUASH ORANGE

DI PT. BUANASARI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange di PT. Buanasari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Mochamad Buyung Syahrial

NIM F24080052

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

(3)

ABSTRAK

MOCHAMAD BUYUNG SYAHRIAL. Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange

di PT. Buanasari. Dibimbing oleh FAHIM MUHAMMAD TAQI dan KEZIA WONG.

Pengukuran produktivitas kerja harus dilakukan secara rutin oleh perusahaan. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi perlu diperhatikannya faktor efisiensi dan efektifitas kerja. Oleh karena itu, diperlukan analisis studi gerak dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk satu kali siklus kerja. Waktu yang dibutuhkan di awal dan akhir proses berbeda tergantung dari penurunan motivasi dan stamina pekerja yang berkaitan dengan kondisi kelelahan kerja. Gerakan kerja dikelompokkan dan dianalisis tiap siklus dan tipe gerakannya. Waktu rata-rata yang diperoleh disesuaikan dengan faktor penyesuaian dan kelonggaran menurut

Westinghouse untuk mendapatkan waktu standar. Waktu standar untuk produksi

squash orange adalah 25.46 sekon/botol, sedangkan waktu standar untuk proses pengemasan adalah 20.22 sekon/botol. Produktivitas dapat dihitung dengan membagi jumlah produk dengan jumlah pekerja dalam satu siklus kerja. Produktivitas kerja pada bagian produksi adalah 36 botol/jam, sedangkan produktivitas pekerja pada bagian pengemasan adalah 7 karton/jam.

Kata kunci : produktivitas, efektifitas kerja, efisiensi kerja, waktu siklus, waktu standar, squash orange

ABSTRACT

MOCHAMAD BUYUNG SYAHRIAL. Analysis and Repair Work System Based on Time and Motion Studies in Production Line of Squash Orange at PT. Buanasari. Supervised by FAHIM MUHAMMAD TAQI and KEZIA WONG.

Assessment of work productivity should be done routinely by a company. Achieving high productivity required special attention to efficiency and effectiveness of work. For that reason, there was a need to analyze working movement and work time required for one cycle of process. Time required at the beginning and the end of a process shift was different depends on the decrease of

labor’s motivation and stamina, which related to fatique condition of labor.

Fatique could be caused by working conditions and work capacity of workers. Motions were analyzed and grouped according to the cycle and type of motion. Average time of each motion adjusted with Westinghouse rating and allowances to obtain the standard time. Standard time for the squash orange production from was 25.46 seconds/bottle, while the standard time for the packaging process was 20.22 seconds/bottle. Productivity can be calculated by dividing the daily product output with the number of workers and duration to finish one cycle of process. It was obtained from the calculation that each production worker’s productivity was 36 bottles/hour, while the packaging worker’s productivity was 7 cartons/hour.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

ANALISIS DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN

METODE STUDI GERAK DAN WAKTU PADA LINI PRODUKSI

SQUASH ORANGE

DI PT. BUANASARI

MOCHAMAD BUYUNG SYAHRIAL

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange di PT. Buanasari

Nama : Mochamad Buyung Syahrial NIM : F24080052

Disetujui oleh

Dr. Fahim M Taqi, S.TP, DEA NIP 19700101.199512.1.002

Pembimbing I

Kezia Wong

Pembimbing Lapang

Diketahui oleh

Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc NIP 19680526 199303.1.004

Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange di PT. Buanasari”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Hadi Sucipto dan Ibu Arum Darmiati serta adik-adik, Dinar Ratna Damayanti dan Mochamad Fajar Wisnu Murti atas semua doa dan dukungan baik moral maupun material yang telah diberikan kepada penulis, hingga penulis berhasil menyelesaikan studi.

2. Bapak Dr. Fahim M Taqi, S.TP, DEA; Dr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr; Dr. Tjahja Muhandri; S.TP, MT; dan Dr. Ir. Muhammad Arpah, MSi atas dukungan, bimbingan, kritik, dan sarannya selama ini.

3. Ibu Kezia Wong, Bapak Adam, Mbak Elin, dan keluarga besar PT. Buanasari atas kesediaan sebagai pembimbing lapang, bantuan, kerja sama, serta kepercayaan yang diberikan kepada penulis.

4. Teman dekat penulis Gressayana Suciari atas semua dukungan, doa, dan bantuannya kepada penulis selama di IPB.

5. Chon-chon, teman seperjuangan satu bimbingan dan tempat magang dalam penyelesaian tugas akhir, terima kasih untuk semangat, doa, dan kebersamaannya.

6. Teman-teman ITP 45 (Gita, Tain, Fika, Arum, Rista, Irul, Ary, dan Taufik) atas kebersamaan dan sarannya.

7. Teman-teman Wisma Ash Shobirin (Angga, Bos Hakim, Robin, Kamal, dan Ipul) atas cerita, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman HKRB 45 (Jijah, Sabti, Ninggar, Kethu, Fery, Londo, Riza, Mak’e, Intan, Vita, Harum, dan Aji), Asrama TPB C1 Lorong 5, Kelas B 24, dan ITP 45 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan serta penyempurnaan sangat diharapkan. Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA ··· ··· vi

DAFTAR ISI ··· vii

DAFTAR TABEL ··· ··· viii

DAFTAR GAMBAR ··· viii

DAFTAR LAMPIRAN ··· ix

PENDAHULUAN ··· ··· 1

Latar Belakang ··· ··· 1

Tujuan ··· ··· 2

Manfaat ··· ··· 2

METODE PENDEKATAN ··· ··· 3

Waktu dan Lokasi Kegiatan Magang ··· 3

Prosedur Kegiatan Magang ··· 3

Pengambilan data ··· ··· 3

Tahapan penelitian ··· ··· 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ··· 9

Proses Produksi Sirup Buanasari ··· ··· 9

Analisis Gerakan dan Waktu Kerja ···18

Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja ···19

Studi waktu pada proses produksi sirup ··· 27

Analisis Metode Kerja ··· ··· 32

Produktivitas ··· 32

Perbaikan metode kerja ··· 35

SIMPULAN DAN SARAN ··· ··· 39

DAFTAR PUSTAKA ··· 41

LAMPIRAN ··· 43

(8)

DAFTAR TABEL

2.1 Jenis dan metode pengumpulan data 4

3.1 Pengaruh temperatur terhadap pekerja 12

3.2

3.3

Rangkaian gerak produksi dan pengemasan sirup Buanasari (sebelum perbaikan)

Rangkaian gerak produksi dan pengemasan sirup Buanasari (setelah perbaikan)

19

26

3.4 Waktu standar di bagian produksi sirup dari proses

filling sampai pengeringan botol

31

3.5 Waktu standar di bagian pengemasan sirup yang terdiri dari labelling dan cartoning

31

DAFTAR GAMBAR

2.1 Contoh time and motion sheet 3

2.2 Diagram alir pengukuran untuk mendapatkan waktu standar

6

2.3 Diagram alir metode kegiatan magang 7

3.1 Diagram alir proses pencucian botol (washing) 9

3.2 Proses pencucian botol (washing) 10

3.3 Penirisan dengan bantuan sinar matahari 11

3.4 Penirisan dengan bantuan oven 11

3.5 Penggunaan botol baru 12

3.6 Diagram alir proses produksi sirup Buanasari 13 3.7 Alat yang digunakan untuk perebusan air 14

3.8 Proses pencampuran (mixing) 15

3.9 Proses penyaringan dalam tangki filling 15 3.10 Proses pengisian sirup (filling) 16 3.11 Proses penutupan botol (capping) 17

3.12 Proses pembilasan botol 17

3.13 Proses pengeringan botol 17

3.14 Proses pelabelan botol 17

3.15 Skema pencarian waktu baku 27

3.16 Mesin filling termodifikasi 35

3.17 Sistem nozzle pada mesin filling termodifikasi 35

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah pabrik PT. Buanasari 43

2 Proses produksi sirup 44

3 Faktor penyesuaian dan kelonggaran di bagian produksi dari proses filling sampai pengeringan botol

45

4 Faktor penyesuaian dan kelonggaran di bagian pengemasan yang terdiri dari labelling dan cartoning

49

5 Data waktu di bagian produksi dan pengemasan 51 6 Faktor penyesuaian menurut Westinghouse 54 7 Performance Rating menurut Westinghouse 57 8 Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang

berpengaruh

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banyak hal yang dilakukan perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu hal yang dilakukan perusahaan adalah optimasi produktivitas kerja, sehingga dapat dihasilkan produk optimum dan berkualitas yang mampu meningkatkan profit perusahaan. Peningkatan produktivitas kerja dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas kerja adalah metode atau cara kerja, studi terhadap waktu kerja (time study), dan gaji atau upah pekerja.

Metode kerja perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Perhatian terhadap desain sistem kerja dan metodenya merupakan suatu awal langkah untuk menemukan metode kerja yang ideal sehingga mudah digunakan. Menemukan masalah, mendefinisikan masalah, dan menemukan solusi yang baik adalah beberapa tahapan dalam memperbaiki kondisi kerja yang ada. Perbaikan pada setiap bagian kerja akan mempermudah pekerja dalam mengefisienkan gerakan agar kelelahan kerja dapat dikurangi sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk menjadi semakin singkat.

Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut (Sutalaksana et al 1979). Oleh karena itu, kita dapat merancang suatu sistem atau metode kerja yang sedapat mungkin mengefektifkan semua gerakan sehingga produktivitas kerja dapat tercapai.

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu (Sutalaksana et al 1979). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja, da n kelambatan yang tidak dapat dihindarkan.

(11)

Tujuan

Tujuan pelaksanaan magang ini adalah :

1. Mempelajari aliran proses produksi sirup dan metode kerja yang berlangsung di PT. Buanasari.

2. Menganalisa studi gerak (motion study) pada bagian produksi dan pengemasan sirup di PT. Buanasari.

3. Melakukan pengukuran waktu kerja (time study) untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian produksi dan pengemasan sirup di PT. Buanasari sehingga dapat dijadikan sebagai waktu standar masing-masing stasiun kerja (work station).

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja khususnya di bagian produksi dan pengemasan sirup di PT. Buanasari.

Manfaat

Adapun manfaat pelaksanaan magang ini adalah :

1. Memberikan masukan kepada perusahaan agar menetapkan waktu standar bagi pekerja untuk masing-masing stasiun kerja (work station) di PT. Buanasari.

2. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai usulan sistem dan metode kerja yang efektif dengan indikasi beban kerja yang lebih ringan dan waktu yang lebih cepat.

3. Memberikan bahan pertimbangan kepada perusahaan untuk meningkatkan kinerja menuju kondisi yang lebih baik agar tercipta keefektifan waktu. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan biaya dan waktu yang diperlukan selama proses produksi sirup.

4. Memberikan masukan kepada perusahaan untuk membuat mesin filling

(12)

METODE PENDEKATAN

Waktu dan Lokasi Kegiatan Magang

Kegiatan magang ini dilakukan di PT. Buanasari selama lima bulan dari bulan Maret sampai September 2012 di daerah Tangerang Selatan. Pelaksanaan magang dilakukan pada hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-17.00 WIB. Pengambilan data dilakukan pada bagian produksi squash orange mulai dari proses pengisian (filling) sampai dengan pengeringan botol sirup serta pada bagian pengemasan botol sirup yang terdiri dari proses labelling dan cartoning

selama beberapa kali siklus kerja. Objek kegiatan magang ini adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi dan pengemasan kemudian dipilih berdasarkan kemampuan pekerja di setiap elemen kerja.

Prosedur Kegiatan Magang

Pengambilan Data

Data yang diperlukan adalah aliran proses produksi dan pengemasan, sistem dan metode kerja, lama waktu penyelesaian setiap stasiun kerja, dan jumlah tenaga kerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung dan pencatatan data. Dalam metode ini juga diamati mengenai kenyamanan kerja untuk mengetahui keadaan pekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan dan juga kelelahan, serta faktor ergonomika yang lainnya seperti posisi kerja, dimensi ruang kerja, temperatur ruang kerja, kelembaban, dan lain-lain.

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama seperti hasil dari pengamatan secara langsung, meliputi jalannya proses produksi, pengukuran, pencatatan data, dan wawancara dengan pemilik usaha, serta karyawan perusahaan. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan produksi baik secara kontinyu ataupun berulang. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data gambaran umum perusahaan, data proses produksi, lama waktu penyelesaian pekerja di masing-masing stasiun kerja, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Elemen Kerja : Satuan :

No Elemen Siklus Rataan

1 2 3 dst

Gambar 2.1 Contoh time and motion sheet

(13)

dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian tersebut. Dari data tersebut dapat dilihat waktu siklus yang pantas diberikan untuk setiap elemen kerja yang dilakukan. Setelah waktu yang pantas didapat barulah kemudian dilakukan pengambilan waktu per kegiatan, untuk kegiatan yang siklus gerakannya terjadi kurang dari 10 detik pengambilan datanya dilakukan dengan cara menghitung berapa banyak gerakan tersebut terjadi dalam waktu 30 detik, sedangkan untuk gerakan yang waktu siklusnya lebih dari 10 detik pengambilan datanya dilakukan dengan menggunakan stopwatch dan dicatat pada time and motion sheet.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, literatur, dan dokumen perusahaan. Dalam pelaksanaan magang ini, metode yang digunakan, yaitu pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur. Jenis dan metode pengumpulan data primer dan sekunder secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1. Penjelasan metode pengambilan data sekunder tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan langsung, penulis secara langsung mencatat untuk mengamati rangkaian gerakan yang sering dilakukan. Selanjutnya melakukan pencatatan waktu kerja dari gerakan tersebut dengan menggunakan stopwatch dan digital camera.

2. Wawancara dan diskusi, dilakukan dengan tanya jawab kepada pemilik usaha sirup PT. Buanasari.

3. Studi literatur, berupa tulisan-tulisan atau teori tentang produktivitas kerja, kondisi lingkungan fisik, dan tata cara kerja yang meliputi studi gerak, pengukuran waktu, dan peta proses produksi.

Tabel 2.1 Jenis dan metode pengumpulan data

No Data yang diperlukan Jenis data Metode pengumpulan data

1 Teknik tata cara kerja

1) Proses produksi squash orange

a)Peta aliran proses

Alat yang dibutuhkan dalam kegiatan magang ini adalah: 1. Lembar pengamatan (Time and Motion Sheet)

(14)

2. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk melihat waktu kerja setiap elemen kerja dan dicatat dalam time and motion sheet. Jenis stopwatch yang digunakan adalah

stopwatch digital.

3. Seperangkat komputer dan alat tulis

Komputer dan alat tulis ini digunakan untuk proses pengolahan data. Beberapa software utama yang digunakan adalah Ms. Office dan Ms. Excel untuk mengolah data yang telah didapat selama kegiatan magang.

4. Digital camera atau Video recording

Digital camera digunakan untuk dokumentasi seluruh kegiatan produksi sirup yang berlangsung di PT. Buanasari.

Tahapan Penelitian

1. Tahap Pendahuluan

Dalam tahap pendahuluan didapatkan pengukuran waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Terlebih dahulu dilakukan pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap proses produksi. Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen-elemennya, pertama adalah untuk memperjelas catatan tentang cara kerja yang dibakukan, kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan bekerja operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya, ketiga adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar di tempat kerja yang bersangkutan.

2. Tahap Pengukuran

Alat yang digunakan adalah time and motion sheet dan stopwatch. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan, baik secara kontinyu maupun berulang. Kondisi kerja, lingkungan, dan tata letak tempat pekerjaan dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan waktu penyesuaian dan kelonggaran.

3. Tahap Pengolahan Data

Data-data hasil pengamatan yang ada di time and motion sheet digunakan sebagai sumber data utama untuk dianalisis. Data diolah menggunakan Software Ms. Excel. Data yang dicatat pada time and motion sheet dapat dilihat pada Lampiran 5.

4. Tahap Analisis

a. Analisis Elemen Gerak

(15)

mengetahui gerakan efektif dan tidak efektif yang dilakukan pekerja di masing-masing stasiun kerja.

b. Analisis Elemen Waktu

Waktu standar yang dijadikan acuan adalah waktu standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, kemudian dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung. Diagram alir untuk mendapatkan waktu standar dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Diagram alir pengukuran untuk mendapatkan waktu standar Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan normal (Sutalaksana 1979). Menghitung waktu normal dengan rumus di bawah ini.

Waktu baku atau waktu standar merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan (Sutalaksana 1979). Dengan demikian waktu baku dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Mulai

Mempelajari perusahaan secara umum, proses produksi, sketsa tempat kerja

Mempelajari metode kerja dan memecahkan masalah operasi ke dalam elemen kerja

Memilih operator

Menghitung waktu siklus dan pola kerja

Waktu normal Waktu normal

Waktu normal Hambatan yang tak terhindarkan

Waktu baku

(16)

5. Tahap Perbaikan

Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, maka tahap yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi-operasi dengan operasi-operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin atau peralatan yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi kerja, dan menemukan gerakan dengan beban yang lebih kecil (Sulistyadi dan Susanti 2003). Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur, dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan.

Gambar 2.3 Diagram alir metode kegiatan magang Mulai

Mempelajari proses produksi squash orange

Menentukan dan menguraikan elemen-elemen kerja

Mencatat bagian-bagian proses kerja, waktu, kondisi kerja, lingkungan, dan tata letak

Mengolah data waktu dan gerakan untuk mendapatkan waktu standar

Analisis sistem kerja setempat

Sesuai

Perbaikan sistem kerja

Layak

Sistem kerja yang sudah diperbaharui

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Produksi Sirup Buanasari

Pada proses produksi sirup Buanasari terdapat banyak sekali kegiatan yang dilakukan, mulai dari proses persiapan botol sampai sirup sudah jadi dan siap untuk dikemas kemudian dimasukan ke dalam gudang penyimpanan sirup (syrup warehouse). Beberapa kegiatan produksi sirup Buanasari ada yang sudah menggunakan mesin, ada pula yang masih manual dengan menggunakan tenaga manusia. Namun kebanyakan proses produksi yang berlangsung di PT. Buanasari dikerjakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Proses sortasi botol bekas dilakukan terlebih dahulu sebelum botol dicuci dan disimpan dalam gudang penyimpanan botol (bottle warehouse). Proses sortasi itu sendiri dilakukan secara manual oleh pekerja. Proses sortasi ini bertujuan untuk memilih botol yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Syarat utama botol yang digunakan dalam proses produksi, yaitu tidak mengalami kecacatan fisik, misalnya tidak terdapat bagian botol yang pecah atau retak dan warna botol tidak kusam. Botol yang tidak lolos sortasi langsung dibawa ke area botol tolakan untuk dibuang ke area pemecahan botol. Setelah proses sortasi dilakukan, terlebih dahulu botol mengalami proses pencucian botol (washing), penirisan, dan pengeringan supaya botol dalam kondisi steril saat memasuki ruang produksi.

Gambar 3.1 Diagram alir proses pencucian botol (washing) KETERANGAN

Kegiatan Simbol Jumlah

Operasi 4

Transportasi 3

Penyimpanan 2

Pemeriksaan 1

Penyimpanan botol

(bottle warehouse) Selesai

(18)

Proses pencucian botol (washing) merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran pada botol. Setelah dilakukan proses sortasi, botol hasil sortiran dimasukkan ke dalam keranjang. Setelah itu, keranjang dibawa ke area pencucian botol dengan menggunakan forklift. Kemudian dilakukan proses perendaman dan penyikatan bagian luar botol. Penyikatan bagian luar botol dilakukan secara manual oleh pekerja yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran pada bagian luar botol.

Pada proses selanjutnya, botol diberi sabun food grade dan dilakukan penyikatan bagian dalam botol dengan menggunakan mesin sehingga sikat mampu menjangkau bagian dalam botol. Penggunaan sabun food grade bertujuan untuk menghilangkan cemaran pada botol terutama cemaran mikrobiologi dan fisik. Jenis sabun food grade digunakan karena botol tersebut akan dipakai sebagai produk minuman. Botol yang sudah dibersihkan kemudian dilakukan pembilasan dengan air bersih untuk menghilangkan bekas dari sabun yang masih menempel pada botol. Air di dalam bak yang digunakan untuk perendaman dan pembilasan diganti secara periodik oleh pekerja. Namun sebaiknya digunakan air mengalir dalam proses perendaman dan pembilasan sehingga tetap terjaga kualitas air yang digunakan untuk pencucian botol. Proses pencucian botol dapat dilihat pada Gambar 3.2. di bawah ini.

Gambar 3.2 Proses pencucian botol (washing)

(19)

yang kasar dapat mengurangi resiko pekerja mengalami kecelakaan misalnya terjatuh akibat dari lantai yang licin.

Botol yang sudah bersih kemudian dimasukan ke dalam keranjang kayu yang berkapasitas ± 80 botol untuk dilakukan proses penirisan botol. Proses penirisan ini bertujuan untuk menghilangkan air yang menempel pada botol akibat dari proses pencucian botol. Tempat yang digunakan untuk proses penirisan menggunakan keranjang kayu dan botol disusun dalam kondisi terbalik untuk mempercepat proses penirisan. Penirisan botol dilakukan di tempat terbuka dengan menggunakan bantuan panas matahari dalam proses pengeringannya. Proses penirisan di tempat terbuka beresiko menimbulkan kontaminasi silang dari luar dan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Penggunaan keranjang kayu sebagai wadah botol mengakibatkan botol rawan akan kontaminasi silang karena kayu cepat lapuk dan mudah untuk ditumbuhi mikroorganisme berupa jamur. Proses penirisan botol dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini.

Untuk mengatasi masalah ketergantungan terhadap panas matahari maka dalam proses pengeringan perusahaan sudah menyediakan alternatif untuk sistem pengeringan botol dengan menggunakan mesin yang terlihat pada Gambar 3.4. Mesin tersebut bekerja dengan sistem hembusan udara panas (blower) dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari gas LPG. Dimana botol diletakkan dalam kondisi terbalik di setiap lubang yang mengeluarkan udara panas. Proses pengeringan tersebut berlangsung sekitar 10-15 menit. Akan tetapi mesin pengering tersebut kapasitas penggunaannya masih terbatas, yaitu sekitar 80-100 botol sehingga tidak memungkinkan perusahaan memakai mesin tersebut secara kontinyu dikarenakan permintaan sirup yang semakin meningkat menyebabkan proses produksi harus berlangsung dengan cepat dan efisien terutama dalam penyediaan botol sirup. Setelah botol benar-benar kering, botol dimasukan ke dalam karung dan disimpan dalam gudang penyimpanan botol kemudian siap untuk digunakan dalam produksi sirup.

Kendala muncul ketika persediaan botol bekas yang semakin terbatas sedangkan permintaan sirup yang semakin meningkat sehingga dibutuhkan proses produksi yang cepat dan efisien. Oleh karena itu, perusahaan mengambil tindakan untuk membeli botol baru. Dengan adanya botol baru tersebut diharapkan semua permasalahan yang dihadapi saat proses pencucian botol dapat dihilangkan. Akan tetapi, perusahaan tetap tidak menghilangkan proses pencucian botol sepenuhnya Gambar 3.3. Penirisan dengan

(20)

hanya kapasitas pemakaiannya saja yang mulai dikurangi. Penggunaan botol baru yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penggunaan botol baru

Kegiatan yang berlangsung di ruang produksi antara lain adalah proses perebusan air, penimbangan bahan, pencampuran bahan (mixing), penyaringan sirup secara manual pada tangki mixing, penyaringan sirup pada tangki filling

menggunakan filter, pengisian botol sirup (filling), penutupan botol sirup (capping), pembilasan botol sirup, pengeranjangan botol sirup, dan pengeringan botol sirup. Sedangkan di bagian pengemasan terdiri dari proses labelling dan

cartoning. Proses perebusan air berada di luar ruang produksi tepatnya berada di belakang ruang produksi. Hal itu dilakukan oleh perusahaan agar tidak terjadi peningkatan suhu yang signifikan di ruang produksi sebagai akibat panas yang ditimbulkan saat proses perebusan air. Untuk mengurangi peningkatan temperatur di ruangan produksi sebaiknya proses perebusan air dalam tangki ditambahkan sebuah cerobong sehingga uap panas yang timbul dapat keluar melalui cerobong tersebut.

Tabel 3.1. Pengaruh temperatur terhadap pekerja

Temperatur Akibat yang ditimbulkan

±49ºC

±30ºC

±24ºC ±10ºC

Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental

Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik

Kondisi paling nyaman bagi pekerja Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul Sumber : Nurmianto, Eko (2004)

(21)

untuk line dalam proses produksi sirup, proses capping, pembilasan botol, dan tempat penimbangan bahan. Meja produksi tersebut dilapisi kain terpal agar mudah dalam pembersihannya.

Proses produksi sirup Buanasari dimulai dari proses perebusan air terlebih dahulu. Dimana proses perebusan air ini dilakukan di dalam sebuah tangki besar. Proses perebusan air bertujuan untuk mempermudah pelarutan bahan utama sirup terutama gula. Proses perebusan air ini dilakukan pada saat memproduksi sirup Buanasari jenis premium. Hal ini dikarenakan untuk sirup premium memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan sirup squash. Kandungan gula pada sirup yang besar menyebabkan proses pelarutan gula menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, sirup premium sebagian menggunakan air panas dalam proses mixing supaya tercipta kondisi yang homogen. Sedangkan untuk sirup Buanasari jenis squash tidak memerlukan proses perebusan air terlebih dahulu untuk mencapai kondisi yang homogen.

KETERANGAN

Kegiatan Simbol Jumlah

Operasi 9

Gambar 3.6 Diagram alir proses produksi sirup Buanasari

Gula yang digunakan dalam proses produksi berupa sukrosa cair. Sukrosa cair ini digunakan untuk mempermudah dalam proses pelarutan gula saat mixing

karena jika digunakan sukrosa padat akan kesulitan tercapai kondisi yang homogen. Perebusan air ini dilakukan dalam tangki terpisah di luar tempat produksi, dimana suhu pemasakan yang digunakan sekitar 100ºC selama 60 menit. Setelah air mendidih kemudian air dicampurkan ke dalam tangki yang digunakan untuk proses mixing. Penyaluran air panas ke dalam tangki mixing

menggunakan selang yang berukuran relatif besar, tahan terhadap panas dan Penyimpanan sirup

(syrup warehouse) Selesai Penyaringan dalam

tangki filling menggunakan filter

Pengkardusan (cartoning)

Mulai Perebusan air Penimbangan bahan baku Pencampuran (mixing)

(22)

terbuat dari bahan yang food grade. Perbandingan air panas dengan air dingin sekitar 1:1 dari volume total dari tangki mixing sehingga diharapkan tercipta suhu sekitar 70ºC di dalam tangki mixing yang merupakan suhu pasteurisasi. Alat yang digunakan untuk merebus air dapat dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7. Alat yang digunakan untuk perebusan air

Proses penimbangan bahan baku dilakukan di ruang produksi dikarenakan keterbatasan dari tempat. Setelah bahan baku selesai ditimbang kemudian dicampur ke dalam tangki mixing untuk dilakukan proses pencampuran. Untuk saran jangka panjang sebaiknya proses penimbangan bahan baku dilakukan di ruangan khusus penimbangan. Ventilasi buatan yang mungkin dibuat di ruang penimbangan adalah exhaust fan yang diletakkan di atap ruangan. Kemudian untuk dindingnya dilapisi keramik supaya mudah untuk dibersihkan apabila terdapat bahan-bahan yang menempel di dinding terutama bahan pewarna minuman. Saat ini ruangan untuk penimbangan menggunakan air conditioner

maka dapat dipastikan air conditioner yang ada di ruangan ini akan cepat rusak kerena pori-porinya tertutupi oleh partikel kecil bahan-bahan dalam bentuk bubuk. Untuk mempermudah dan mengefisienkan pekerjaan sebaiknya bahan baku sirup ditimbang terlebih dahulu sebelum proses produksi berlangsung kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga pada saat proses produksi berlangsung pada hari berikutnya dapat segera digunakan dalam proses pencampuran bahan (mixing). Hal ini akan lebih mempersingkat waktu produksi.

Gambar 3.8. Proses pencampuran (mixing)

(23)

air panas dengan air dingin sebanyak 1:1 dari ¾ bagian volume tangki mixing. Setelah bahan-bahan dimasukan kemudian dilakukan proses mixing selama ± 60 menit dengan kecepatan 1150 rpm agar tercapai kondisi yang homogen. Proses

mixing menggunakan sistem pengadukan mekanis, yaitu metode pengadukan yang menggunakan pengaduk berupa impeller yang digerakan dengan motor bertenaga listrik.

Pengadukan mekanis terdiri dari motor listrik, poros pengaduk, dan

impeller. Proses mixing menggunakan pengaduk (impeller) yang dapat dilepas dan dipasang kembali pada saat pemakaiannya. Jenis pengadukyang digunakan proses

mixing adalah pengaduk baling-baling (propeller agitator) dua blade. Untuk sirup jenis premium menggunakan dua buah impeller dikarenakan viskositasnya lebih besar daripada sirup jenis squash. Impeller yang satu terpasang di tengah tangki

mixing, sedangkan impeller kedua dibawa secara manual oleh pekerja. Apabila dipasang batang pengaduk vertikal dan terletak di tengah tangki, akan menyebabkan terjadi vortex sehingga tangki perlu baffle. Namun bisa juga sebagai alternatif, batang pengaduk dipasang tidak di tengah tangki akan tetapi terletak pada sudut tertentu terhadap garis vertikal sehingga terjadinya vortex bisa dikurangi. Pengaduk yang dibawa pekerja secara manual sangat berbahaya bagi keselamatan kerja. Sebaiknya impeller yang digunakan saat ini dilakukan modifikasi kembali, misalnya penambahan impeller menjadi dua dalam satu pengaduk vertikal, menggunakan dua buah impeller atau memodifikasi kembali

impeller menjadi lebih besar tetapi dengan syarat penambahan daya pada mesin

mixing.

Gambar 3.9. Proses penyaringan dalam tangki filling

Proses selanjutnya adalah proses penyaringan dalam tangki mixing yang dilakukan secara manual oleh pekerja. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan cemaran fisik. Masalah ini timbul karena tempat untuk penyimpanan sukrosa cair berada di ruang produksi sehingga resiko datangnya serangga sangat besar. Proses penyaringan yang dilakukan dalam tangki mixing secara manual juga bisa menimbulkan cemaran pada sirup karena dikerjakan secara manual. Untuk mencegah hal itu perusahaan menyediakan alat penangkap serangga yang terpasang di dinding ruang produksi, namun kurang efektif dalam penggunaannya karena tidak menjangkau seluruh ruang produksi.

(24)

sukrosa cair. Kemudian sistem penyalurannya ke tangki mixing dapat dibuat dengan sistem pompa yang dapat diatur debitnya sesuai dengan kebutuhan.

Proses penyaringan juga dilakukan pada saat sirup yang berasal tangki

mixing dipompa masuk ke dalam tangki filling yang ukurannya lebih kecil dan kedudukannya lebih tinggi. Proses penyaringan ini juga disebut dengan filtrasi sekunder dengan menggunakan kain filter yang terpasang pada wadah filtrasi untuk memastikan bahwa sirup terbebas dari cemaran fisik. Kain filter tersebut diganti secara berkala oleh pekerja.

Sistem pengisian sirup (filling) ke dalam botol masih bersifat sederhana. Di samping tangki filling terdapat motor listrik yang digunakan untuk memompa dan menghisap sirup dari tangki mixing ke dalam tangki filling yang letaknya lebih tinggi. Pada tangki filling tersebut terpasang dua buah katup, yang pertama berfungsi sebagai saluran pengisian sirup ke botol dan yang kedua untuk mengatur secara manual apabila tangki filling sudah terisi penuh. Botol tersebut di isi secara manual dengan menempatkan mulut botol di bawah kran dan mengganti botol setelah penuh dengan sirup. Penggunaan kran tersebut menyebabkan pengisian volume pada sirup tidak terkendali, karena botol harus diisi secara penuh terlebih dahulu sampai tumpah agar volume yang dihasilkan tetap.

Gambar 3.10. Proses pengisian sirup (filling)

Pengisian juga masih manual, sehingga kecepatan pengisian sirup sangat tergantung pada keterampilan kerja dari operator yang melakukan pengisian sirup. Pengisian yang masih menggunakan tangan beresiko juga menimbulkan kontaminasi. Sirup yang tercecer ditampung dalam sebuah bak penampung sirup, kemudian sirup tersebut dipompa kembali ke tangki filling apabila bak penampungan sudah penuh dengan sirup. Terdapat tombol yang digunakan untuk menyalakan dan mematikan motor listrik secara manual apabila bak penampungan sirup sudah terisi penuh sirup. Dari segi proses, hal tersebut tidak efisien, menurunkan produktivitas sirup yang dihasilkan, dan berpotensi menimbulkan kontaminasi fisik, kimia, dan mikrobiologi sebagai akibat pengisian sirup yang belum terkendali.

Proses selanjutnya adalah proses capping, dimana proses ini bertujuan untuk menutup botol sirup setelah dilakukannya proses filling. Jenis tutup yang digunakan oleh perusahaan ada dua tipe, yaitu tipe crown cork untuk sirup jenis

squash dan tipe ulir untuk sirup jenis premium. Sirup squash ditutup dengan

(25)

botol sirup terlepas kembali akibat dari pekerja yang kurang kencang dalam melakukan penutupan baik tipe ulir maupun crown cork.

Proses pembilasan botol bertujuan untuk membersihkan botol sirup akibat proses filling yang belum terkendali. Botol yang sudah ditutup kemudian direndam air dalam sebuah ember dan dibersihkan dari sirup yang menempel di botol secara manual. Pembilasan ini diperlukan agar tidak terjadi korosi terutama pada tutup botol karena squash orange memiliki pH yang rendah. Setelah botol sirup selesai dibilas kemudian botol sirup ditiriskan terlebih dahulu dengan memasukannya ke dalam keranjang untuk menghilangkan sisa air yang masih ada pada botol akibat proses pembilasan. Selanjutnya adalah proses pengeringan botol dengan menggunakan kain lap. Pada proses pengeringan ini juga dilakukan penutupan dengan menggunakan tutup plastik untuk sirup squash. Pengeringan dan penggunaan tutup botol plastik berfungsi untuk mencegah terjadinya korosi pada tutup botol crown cork. Untuk mengatasi berbagai masalah dari proses pengisian sirup, perusahaan mengambil langkah untuk membuat mesin filling

termodifikasi agar proses pengisiannya terkendali sehingga proses pembilasan dan pengeringan botol dapat dihilangkan karena tidak adanya sirup yang tercecer.

Proses labelling dilakukan secara manual oleh pekerja. Dimana label diberi lem yang terbuat dari sagu kemudian ditempelkan di botol sirup. Pada saat proses labelling juga dilakukan quality control. Pada proses pemberian kode pada label ini yang terjadi adalah pemberian kode pada label dengan menggunakan alat cap yang dilakukan secara manual oleh pekerja. Kode yang tertera pada label ini sebelumnya harus diatur terlebih dahulu. Kode ini terdiri dari tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa.

Setelah label pada botol sirup kering, maka botol-botol tersebut dimasukan ke dalam karton. Proses cartoning menunggu lem dari label yang ditempel kering Gambar 3.11. Proses penutupan

botol (capping)

Gambar 3.12. Proses pembilasan botol

Gambar 3.13. Proses pengeringan botol

(26)

terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pergeseran label. Satu karton diisi oleh 12 botol sirup dengan diberi sekat karton tiap botolnya. Karton yang sudah terisi penuh oleh botol kemudian direkatkan secara manual dengan selotip. Pada bagian ini terdapat satu orang pekerja yang bertugas memasukan botol-botol ke dalam karton, merekatkan karton, dan membawa karton-karton yang telah siap ke atas

pallet dan menyusunnya. Biasanya akan ada satu orang pekerja sebagai operator tambahan karena ia hanya akan membantu jika operator di bagian ini tidak mampu mengerjakan tugasnya seorang diri. Setelah karton direkatkan maka operator melakukan pemindahan ke atas pallet, setelah itu karton juga harus disusun di atas pallet agar mudah dalam transportasinya. Penyusunan di atas

pallet ini juga harus dilakukan secara hati-hati agar membentuk posisi yang aman.

Analisis Gerakan dan Waktu Kerja

Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan di depan, bahwa proses produksi yang berlangsung di PT. Buanasari adalah proses sortasi botol, pencucian botol dan pengeringan botol yang merupakan tahapan persiapan botol. Pada bagian produksi sirup terdiri dari persiapan bahan, formulasi bahan, perebusan air, penimbangan bahan baku, mixing, penyaringan sirup secara manual tangki mixing, penyaringan tangki filling, filling, capping, pembilasan botol, pengeranjangan, dan pengeringan botol. Sedangkan di bagian pengemasan terdiri dari labelling dan cartoning. Namun batasan masalah yang ditetapkan secara spesifik adalah membahas mengenai filling sampai cartoning karena kegiatan produksi tersebut bersifat flow shop artinya proses produksi terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang, menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, spesifikasi produk sedikit, standar dalam jangka waktu yang lama, serta siklus waktu produksi relatif singkat.

Pekerjaan pada bagian produksi 80% dikerjakan oleh tenaga kerja pria, seperti proses capping, pengeranjangan, dan pengeringan botol. Namun pada bagian capping dan pengeringan botol terkadang dikerjakan oleh tenaga wanita juga. Sedangkan pada bagian pengeranjangan dikerjakan oleh tenaga kerja pria karena mengharuskan pekerjaannya mengangkat keranjang botol. Sedangkan 20% lainnya dikerjakan oleh tenaga kerja wanita, seperti filling dan pembilasan botol. Untuk proses filling memerlukan keterampilan khusus dalam bekerja karena prosesnya berlangsung secara manual. Pada proses pembilasan perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap kondisi botol. Pekerjaan pada bagian pengemasan,seperti labelling dikerjakan oleh tenaga kerja wanita karena proses tersebut membutuhkan ketelitian. Sedangkan pada proses cartoning dikerjakan oleh tenaga kerja pria karena mengharuskan pekerjaannya mengangkat barang-barang berat.

(27)

dihasilkan oleh pekerja selama 8,5 jam. Untuk kontinuitas, pekerjaan pada bagian produksi dari bagian filling sampai pengeringan botol serta pengemasan dilakukan selama lima hari, sedangkan untuk bagian pencucian botol hanya dilakukan jika ada permintaan dari bagian pengemasan karena saat ini perusahaan juga sudah menerapkan penggunaan botol baru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pada bagian produksi sirup pada bagian filling sampai pengeringan botol serta pengemasan yang terdiri dari labelling dan cartoning

memang layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja.

Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja

Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto 2008). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja, umumnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja. Berdasarkan 17 gerakan dasar yang diuraikan oleh Gilbreth, maka beberapa operasi kerja dari proses pengisian sirup (filling) sampai pengkardusan (cartoning) dapat diuraikan menjadi beberapa segmen gerakan yang diberi nama sesuai dengan elemen gerak yang terjadi. Segmen-segmen tersebut antara lain adalah :

Tabel 3.2 Rangkaian gerak produksi dan pengemasan sirup Buanasari (sebelum perbaikan)

No Langkah Gerakan

Therblig

Waktu (detik) 1 Proses pengisian sirup (filling)

Menjangkau botol dari keranjang kayu Memegang botol

Mengarahkan mulut botol ke kran pengisian Melakukan pengisian botol sirup

Membawa botol sirup

Meletakkan botol sirup yang sudah diisi ke meja produksi

2 Proses penutupan botol (capping) Menjangkau botol sirup yang sudah diisi Memegang botol sirup yang sudah diisi Mengarahkan botol sirup ke alat capping Menjangkau tutup crown cork

Memegang tutup crown cork

Mengarahkan crown cork ke magnet alat capping Melakukan penutupan botol dengan alat capping Memeriksa tutup botol apakah sudah kencang Membawa botol sirup

Meletakkan botol sirup setelah ke meja produksi

Menjangkau

Menjangkau botol sirup yang sudah di capping Memegang botol sirup yang sudah di capping Memeriksa botol terlihat kusam atau tidak Melakukan pembilasan botol sirup Membawa botol sirup

(28)

Tabel 3.2 Rangkaian gerak produksi dan pengemasan sirup Buanasari (sebelum

Menjangkau botol sirup hasil pembilasan Memegang botol sirup hasil pembilasan Meletakkan botol yang sudah dibilas ke dalam keranjang

Membawa keranjang berisi botol sirup Meletakkan keranjang berisi botol sirup

Mencari

Memeriksa apakah tutup crown cork basah atau tidak Melakukan pengeringan tutup botol

Melakukan quality control terhadap botol sirup Melakukan pengamplasan pada botol apabila tampak kusam

Melakukan penempelan label Meletakkan botol sirup ke lantai

Menjangkau 7 Pengkardusan (cartoning)

Membawa karton Meletakkan karton Memakai karton Menjangkau botol sirup Memegang botol sirup

Meletakkan botol sirup ke karton Membawa selotip

Menutup karton dengan selotip

Membawa karton berisi sirup ke atas pallet

Membawa

(29)

dihilangkan dengan cara menyediakan space khusus yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang produksi untuk penempatan keranjang kosong sehingga pekerja tidak perlu melakukan gerakan mencari.

2. Menjangkau (transport empty) dan Memegang (grasp)

Menjangkau (TE) adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek, sedangkan memegang (G) sendiri didefinisikan sebagai gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada suatu objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Untuk.memperbaiki elemen gerak memegang antara lain adalah beberapa objek memungkinkan dipegang sekaligus, bila objek dapat digelincirkan, bila objek diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan ketika dipegang, dan bila objek dipegang menggunakan suatu alat. Berdasarkan definisi tersebut, dalam elemen kerja pengambilan botol pada proses pengisian (filling) selama 0.51 detik, gerakan dimulai pada saat pekerja menggerakkan tangannya menuju botol yang ada di dalam keranjang kayu, sampai menutup jari-jari tangan setelah memegang botol tersebut. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kiri sedangkan tangan kanan dalam keadaan memegang botol lain yang sedang dilakukan pengisian sirup. Gerakan tangan kiri termasuk kedalam gerakan efektif karena menjangkau alat (transport empty) dan memegangnya (grasp) untuk digunakan.

Dalam elemen pengambilan botol sirup dari filling pada proses capping

selama 0.23 detik, gerakan ini dimulai pada saat pekerja menggerakkan tangannya menuju botol sirup sampai memegangnya dan menutup jari-jari tangan. Gerakan menjangkau dan memegang botol sirup menggunakan tangan kanan sedangkan kiri dalam keadaan mengambil tutup crown cork. Gerakan tangan kanan menjangkau botol dan memegangnya merupakan gerakan yang efektif. Dalam elemen pengambilan tutup crown cork selama 0.25 detik, pada proses capping

gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai menggerakkan tangannya menuju tutup botol sampai memegangnya dan menutup jari-jari tangan. Gerakan menjangkau dan memegang tutup crown cork dilakukan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan mengarahkan botol sirup yang akan di capping. Gerakan tangan kiri termasuk ke dalam gerakan efektif karena menjangkau tutup crown cork (transport empty) dan memegangnya (grasp) untuk digunakan.

Pada elemen kerja pengambilan botol sirup pada proses pembilasan selama 0.60 detik, gerakan ini dimulai pada saat pekerja menggerakkan kedua tangannya menuju botol sirup sampai memegangnya dan menutup jari-jari tangan. Hal yang sama terjadi pada elemen kerja pengambilan botol pada proses pengeranjangan botol gerakan ini dimulai pada saat pekerja menggerakkan kedua tangannya menuju botol sirup sampai memegangnya dan menutup jari-jari tangan. Gerakan kedua tangan menjangkau dan mengambil termasuk gerakan yang efektif.

Gerakan menjangkau dan mengambil juga terjadi pada saat proses

(30)

3. Membawa (move)

Membawa merupakan gerakan perpindahan tangan, hanya saja tangan yang berpindah ini bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Gerakan ini dimulai dan diakhiri pada tempat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau hanya saja tangan yang menjangkau ini dalam kondisi membawa beban. Berdasarkan definisi ini, di masing-masing stasiun kerja terdapat elemen gerak membawa botol sirup dari proses satu ke proses selanjutnya. Untuk memperbaiki gerakan membawa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain jarak tempuh sebisa mungkin dikurangi, cara terbaik bisa diterapkan baik menggunakan tangan atau alat, anggota badan digerakkan dengan tepat, perubahan arah gerak dihindari, dan waktu dapat dikurangi bila objek dapat diangkut sekaligus.

Pada proses pengeranjangan terdapat elemen gerak membawa keranjang kosong yang digunakan sebagai tempat penirisan botol sirup setelah proses pembilasan. Kemudian pekerja membawa keranjang yang sudah terisi botol sirup ke area pengeringan botol sirup selama 2.26 detik. Jarak tempuh ketika pekerja membawa keranjang ke area penirisan sebaiknya diminimalkan, supaya lebih efisien.

Pada proses pengeringan botol sirup, pekerja membawa kain lap yang digunakan untuk proses pengeringan dan juga membawa tutup plastik yang digunakan untuk menutup botol sirup squash supaya tidak mudah terjadi korosi masing-masing selama 0.30 detik.

Pada persiapan kardus untuk proses cartoning pekerja juga melakukan kegiatan membawa kardus yang dipersiapkan dengan menggunakan kedua tangan selama 2.10 detik. Setelah proses cartoning selesai pekerja juga menggunakan gerakan membawa kardus berisi botol dengan kedua tangan untuk diletakkan ke

pallet dan berakhir ketika melepas kardus berisi botol tersebut selama 1.27. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Perbaikan gerakan yang dapat dilakukan adalah kardus diangkut dalam jumlah banyak, peletakan kardus dalam posisi yang mudah dijangkau, dan jarak tempuh dikurangi

4. Memegang untuk memakai (Hold)

Gerakan ini terjadi saat tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol obyek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Gerakan ini dimulai saat satu tangan memegang dan memakai (mengendalikan) obyek dan berakhir ketika tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses filling sirup di bagian pengisian sirup selama 1.87 detik, gerakan ini dimulai ketika pekerja memegang botol sirup, sementara tangan yang lain mengatur katup pengisian sirup, gerakan ini berakhir ketika pekerja mengisi penuh botol sirup sampai tumpah. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif.

(31)

proses capping kurang kencang sehingga proses penutupan diulang kembali dengan tutup crown cork yang baru.

Pada proses pembilasan botol sirup terjadi gerakan hold selama 0.61 detik, yaitu ketika kedua tangan pekerja memegang botol sirup yang sudah di capping

kemudian melakukan gerakan pembilasan botol sirup. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan yang efektif. Hal yang dapat memperlambat waktu pembilasan ketika botol sirup sesekali dilakukan penyikatan bagian luar botol dan pada saat air untuk pembilasan diganti oleh pekerja.

Pada proses pengeringan botol masih dilakukan secara manual selama 0.47 detik. Dimana pekerja mengeringkan botol sirup yang sudah dilakukan pembilasan supaya tidak terjadi korosi terutama pada tutup botol crown cork. Gerakan memakai ini juga berlangsung pada saat pekerja melakukan penutupan botol plastik selama 0.50 detik.

Gerakan ini juga terjadi pada saat proses pelabelan pada elemen kerja

quality control dan penempelan label. Gerakan diawali pada satu tangan memegang botol sirup dan tangan yang lain melakukan pengamplasan terhadap bagian luar botol yang terlihat kusam selama 3.26 detik. Sedangkan pada elemen kerja penempelan label, gerakan ini diawali pada satu tangan memegang botol sirup dan tangan yang lain melakukan penempelan label botol sirup selama 5.55 detik. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan yang efektif. Hal yang dapat memperlambat waktu adalah ketika penempelan label kurang benar akibat dari proses labelling dilakukan secara manual.

Pada proses cartoning terjadi di bagian elemen kerja pembentukan karton gerakan ini dimulai pada saat salah satu tangan memegang kardus kemudian tangan yang lainnya bekerja untuk membentuk karton selama 0.50 detik. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan yang efektif.

5. Melepas (Release)

Elemen gerakan melepas (RL) terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang dipegang sebelumnya. Gerakan ini diawali saat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir ketika semua jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Untuk memperbaiki gerakan melepas dapat dilakukan dengan cara bila objek memungkinkan dilakukan bersamaan dengan gerakan membawa, merancang dengan baik tempat pelepasan objek, bila memungkinkan digunakan alat untuk melepas, dan bila keadaan tangan sudah siap untuk melakukan gerakan lainnya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses filling pada elemen kerja pengisian sirup gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas botol sirup yang telah terisi penuh di atas meja produksi dan berakhir ketika tangan pekerja tidak lagi menyentuh botol sirup selama 0.23 detik. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan pekerja ini merupakan gerakan yang efektif. Hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan botol sirup adalah ketika mesin filling mengalami

set up oleh karena itu mesin filling harus dilakukan pengecekan secara berkala terutama pada bagian motor listrik.

(32)

memperlambat waktu pelepasan botol sirup adalah tutup crown cork yang kurang kencang pada botol sirup pada saat proses capping.

Pada proses pembilasan botol di bagian elemen kerja pembersihan botol sirup gerakan ini dimulai ketika kedua tangan pekerja melepas botol sirup yang sudah dibersihkan dan berakhir ketika kedua tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh botol sirup selama 0.16 detik. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan pekerja merupakan gerakan efektif.

Pada proses pengeranjangan botol gerakan melepas terdapat elemen kerja meletakkan keranjang kosong selama 0.10 detik. Pada elemen kerja memasukan botol sirup ke dalam keranjang gerakan ini dimulai ketika kedua tangan pekerja melepas botol sirup yang sudah dibersihkan dan berakhir ketika kedua tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh botol sirup. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan pekerja merupakan gerakan yang efektif. Kemudian terdapat pula pada elemen kerja meletakkan keranjang yang sudah terisi ke area penirisan botol sirup.

Pada proses labelling di bagian elemen kerja penempelan label gerakan ini dimulai ketika salah satu tangan pekerja melepas botol di lantai dan berakhir ketika tangan pekerja sudah tidak lagi menyentuh botol sirup yang sudah terlabel tersebut selama 0.78 detik. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja merupakan gerakan yang efektif. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah ketika pekerja meletakkan botol sirup yang sudah terlabel pada lantai karena peletakkan botol sirup harus hati-hati agar botol tidak pecah.

Pada proses cartoning di bagian elemen kerja memasukan botol sirup ke dalam kardus, gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas botol sirup yang diletakkan ke dalam kardus dan berakhir ketika pekerja sudah tidak menyentuh botol sirup selama 0.31 detik. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan dan merupakan gerakan efektif. Gerakan ini juga terjadi pada saat pekerja melepas kardus yang berisi botol sirup yang diletakkan di atas pallet dan berakhir ketika pekerja sudah tidak menyentuh kardus tersebut.

6. Mengarahkan (Position)

Mengarahkan (P) adalah gerakan yang menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan ini dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen kerja pengisian sirup yang dimulai ketika pekerja mengarahkan botol sirup ke dalam kran pengisian sirup dan berakhir ketika botol sirup sudah terisi penuh selama 0.56 detik.

Pada elemen kerja penutupan botol dengan tutup botol crown cork dalam proses capping, gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan botol sirup pada alat capping dan berakhir ketika botol sirup sudah dilakukan penutupan selama 0.57 detik. Terdapat juga pada saat pekerja mengarahkan tutup crown cork ke bagian magnet dari alat capping.

7. Memeriksa (Inspect)

(33)

dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. Untuk memperbaiki gerakan memeriksa dapat dilakukan dengan cara penambahan cahaya dan jarak obyek yang tepat dengan mata. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses capping tipe crown cork sesekali tutup kurang kencang sehingga operator harus memeriksa terlebih dahulu apakah penutupan sudah kencang atau belum selama 0.53 detik. Gerakan memeriksa tersebut kurang efektif sehingga perlu dihilangkan.

Pada proses pembilasan terdapat elemen kerja memeriksa apakah botol terlihat kusam atau tidak selama 0.30 detik. Apabila terlihat kusam maka botol harus dilakukan penyikatan secara manual oleh pekerja.

Pada proses pengeringan botol operator memeriksa apakah tutup botol masih basah akibat dari proses pencucian botol kemudian dilakukan pengeringan menggunakan kain lap sebelum dilakukan penutupan botol plastik selama 1.14 detik. Gerakan memeriksa tersebut merupakan gerakan yang tidak efektif dan harus dihilangkan.

Pada proses pelabelan dimana terdapat elemen kerja untuk memeriksa apakah botol mengalami kecacatan fisik atau tidak selama 1.67 detik. Berdasarkan definisi ini, pada proses labelling dilakukan terlebih dahulu quality control

gerakan ini dimulai ketika tangan dan mata mulai bergerak memilih botol sirup di genggaman tangan dan berakhir saat botol sirup diletakkan di lantai untuk menunggu label kering terlebih dahulu dan siap untuk cartoning. Gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif sehingga perlu dihilangkan. Kegiatan memeriksa dapat dihapuskan jika kualitas botol sirup yang masuk ke bagian produksi sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan. Namun di bagian pencucian botol sering melewatkan botol yang kurang memenuhi standar, terkadang botol yang sudah memenuhi standar menjadi rusak karena proses pendistribusian botol dari bagian pencucian botol ke bagian produksi. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kegiatan memilih ini adalah adanya pekerja yang memeriksa atau memilih botol saat tiba di ruang produksi. Setelah dipilih dan diperiksa botol yang sudah memenuhi standar diletakkan di tempat tersendiri dengan perlakuan yang baik dan tidak ditumpuk-tumpuk untuk menghindari terjadinya kerusakan. Perusahaan sekarang ini sudah mulai untuk menggunakan botol baru dalam proses produksi sehingga kegiatan memilih ini bisa dihilangkan.

8. Menganggur (Delay)

Gerakan menganggur yang dimaksud adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini termasuk ke dalam elemen-elemen kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (UD), kelambatan yang dapat dihindarkan (AD) dan istirahat untuk menghilangkan lelah (R). Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh para pekerja di bagian preparasi dan pengemasan pada gerakan ini, yaitu berdiri diam, membersihkan kotoran pada baju seragam, menyapu (membersihkan ruangan kerja), bercanda dengan teman dan mengobrol.

(34)

telah diambil bahwa pekerja lebih banyak melakukan gerakan menganggur pada akhir shift dibanding dengan awal shift. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan stamina pekerja di akhir shift memang sudah jauh berkurang dibandingkan dengan motivasi dan stamina di awal shift. Stamina dari pekerja sudah jauh berkurang karena pekerjaan yang ia lakukan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang selama 8 jam.

Tabel 3.3 Rangkaian gerak produksi dan pengemasan sirup Buanasari (setelah perbaikan)

No Langkah Gerakan

Therblig

Waktu (detik)

1 Proses pengisian sirup (filling) Menjangkau botol dari keranjang kayu Memegang botol

Melakukan pengisian botol sirup Membawa botol sirup

Meletakkan botol sirup yang sudah diisi ke meja produksi

2 Proses penutupan botol (capping) Menjangkau botol sirup yang sudah diisi Memegang botol sirup yang sudah diisi Mengarahkan botol sirup ke alat capping Menjangkau tutup crown cork

Memegang tutup crown cork

Mengarahkan crown cork ke magnet alat capping Melakukan penutupan botol dengan alat capping Membawa botol sirup

Meletakkan botol sirup setelah ke meja

Menjangkau

Meletakkan botol ke dalam keranjang Membawa keranjang berisi botol sirup Meletakkan keranjang berisi botol sirup

Membawa Meletakkan botol sirup ke lantai

Menjangkau 5 Pengkardusan (cartoning)

Membawa karton Meletakkan karton Memakai karton Menjangkau botol sirup Memegang botol sirup

Meletakkan botol sirup ke karton Membawa selotip

Menutup karton dengan selotip Membawa karton berisi sirup ke pallet

(35)

Pada Tabel 3.3 menunjukkan perbaikan elemen kerja untuk masing-masing stasiun kerja. Bahkan terdapat stasiun kerja yang dihilangkan, yaitu pada proses pembilasan dan pengeringan botol karena pada proses pengisian sirup sudah terkendali dengan membuat mesin filling termodifikasi. Pada proses caping

diharapkan tidak ada lagi masalah proses penutupan botol sirup yang kurang kencang karena hal ini termasuk gerakan yang tidak efisien. Pada proses labelling

dilakukan perbaikan dengan cara menghilangkan elemen kerja quality control. Untuk menghilangkan elemen kerja tersebut perusahaan sudah menyediakan botol baru sehingga pekerja tidak perlu melakukan quality control yang tidak efisien.

Perhitungan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3, merupakan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses pembuatan sirup di bagian produksi dan pengemasan berdasarkan hasil perhitungan waktu per botol sirup. Sehingga dari saran perubahan gerak bagian produksi sirup didapatkan hasil waktu yang diperlukan untuk proses produksi per satu botol sirup adalah 23.37 detik/botol. Dibandingkan dengan hasil pada Tabel 3.2, waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi per botol sirup sebesar 36.21 detik/botol. Hal tersebut menunjukkan adanya penghematan waktu sebesar 12.94 detik/botol.

Studi Waktu Pada Proses Produksi Sirup

Waktu siklus adalah waktu yang didapat dari hasil pengamatan secara langsung dengan pengukuran jam henti (stopwatch). Waktu siklus pada proses produksi sirup yang meliputi proses pengisian (filling) sampai pengeringan botol, sedangkan waktu siklus untuk proses pengemasan yang terdiri dari labelling dan

cartoning. Seorang operator dianggap bekerja secara wajar jika operator dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kewajaran dalam menjalankan pekerjaannya. Teknik yang dipakai dalam kegiatan magang ini adalah cara Westinghouse. Waktu siklus rata-rata yang telah didapatkan harus melewati 2 faktor pertimbangan terlebih dahulu, yaitu faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran.

Gambar 3.15 Skema penentuan waktu baku

Sebelum mendapatkan waktu baku, terlebih dahulu diperoleh waktu normal yang perhitungannya melibatkan faktor penyesuaian. Setelah itu barulah dapat diperoleh waktu baku yang perhitungannya melibatkan faktor kelonggaran. Untuk dapat membentuk data waktu baku yang baik, maka pembentukannya pun harus mengikuti langkah-langkah teratur. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dapat dilakukan dengan pengukuran waktu dengan metode jam henti (stopwatch).

Waktu yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan

Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku Sistem Kerja

Gambar

Gambar 2.2 Diagram alir  pengukuran untuk mendapatkan waktu standar
Gambar 2.3 Diagram alir metode kegiatan magang
Gambar 3.1 Diagram alir proses pencucian botol (washing)
Gambar 3.3. Penirisan dengan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan yang signifikan anta ra motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa SMAN 3 Klaten tahun pelajaran 2012/2013”

Jika anda tertarik untuk membudidayakan tanaman buah berwarna merah ini, anda tidak perlu khawatir karena pada kesempatan kali ini JualBenihMurah.com akan memberikan ulasan

In image selection, 2.5m spatial resolution pan sharpened SPOT - 5 image and 1.5m spatial resolution pan sharpened SPOT 6 image were used as primary earth observation data

Mengingat biaya investasi pembangunan jalan tol yang sangat besar dengan harapan tinggi bahwa keberadaannya dapat menjadi solusi dari permasalahan transportasi dan menjadi

Urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi pemuliaan padi varietas unggul hibrida dalam pengembangan varietas padi varietas unggul hibrida yaitu: (1)

Pada saat Uni Eropa melakukan larangan impor minyak sawit, maka kebijakan yang perlu dilakukan Pemerintah adalah mempercepat pelaksanaan kegiatan replanting karena

Pengukuran terhadap debt to asset ratio dan debt to equity ratio menjadi penting karena dengan pengukuran ini dapat dilihat seberapa besar perusahaan didanai dari

Tujuan utama mengembangkan strategi komunikasi dalam manajemen perubahan adalah untuk meningkatkan komitmen pimpinan dan pegawai di lingkungan Kementerian Perhubungan dan