• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Oleh:

Nama : Eko Prasetiono

NIM : 00.41010.0156

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : Eko Prasetiono

NIM : 00.41010.0156

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(3)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Telah diperiksa, diuji dan disetujui

Surabaya, Februari 2005

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sulis Janu Hartati, M.T Titik Lusiani, M.Kom

NIP/NID 07.085.03.00458 NIP/NID 07.085.05.01422

Mengetahui:

Wakil Ketua Bidang Akademik

(4)

Banyak orang sukses yang menemukan peluang di dalam kegagalan dan kesengsaraan …… yang tidak mereka kenali

(5)
(6)

ABSTRAKSI ………...……….. v

KATA PENGANTAR ……….... vi

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ………...……….. x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ………...……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………...…………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………...…….…... 2

1.3 Pembatasan Masalah ………...……... 2

1.4 Tujuan ………...………... 3

1.5 Sistematika Penulisan ………... 3

BAB II LANDASAN TEORI ………...……... 5

2.1 Sistem Informasi…………...…... 5

2.2 Konsep Dasar Sistem..……...………... 5

2.3 Sistem Pendukung Keputusan... 6

2.4 Perumahan dan Pengembang... 8

2.5 Analytical Hierarchy Process... 9

2.6 Analisa Spasial... 14

2.7 Sistem Flow... 15

2.8 Data Flow Diagram... 17

(7)

2.10 MapInfo Professional... 21

BAB III PERANCANGAN SISTEM………...………...………... 22

3.1 Analisa Sistem ...………...……... 22

3.2 Desain Sistem...………...………... 25

3.3 Data Flow Diagram...……...…………...……... 26

3.4 Entity Relationship Diagram..………...…... 30

3.5 Struktur Database..………...…... 32

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI………...…………... 37

4.1 Implementasi……. ……….. ………... 37

4.2 Evaluasi……….…... 61

BAB V PENUTUP ………... 69

5.1 Kesimpulan ………... 69

5.2 Saran ………... 69

DAFTAR PUSTAKA ………... 71

LAMPIRAN ……….. 72

(8)

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Sri Susanti Boediono (2003) dalam penelitian tugas akhirnya

menjelaskan bahwa seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kebutuhan

untuk memiliki rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang

sangat penting. Berbagai cara telah dilakukan orang untuk dapat memenuhi

kebutuhan tersebut, antara lain dengan cara membangun rumah sendiri atau

membeli rumah dari pihak lain. Setiap perumahan dikembangkan dengan

dilengkapi berbagai fasilitas yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang memiliki kriteria pemilihan rumah yang beragam.

Dalam menentukan pilihan rumah, user akan mendapatkan masalah

apabila hanya tersedia satu pilihan rumah saja yang sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Kriteria pemilihan rumah tersebut antara lain tipe rumah,

fasilitas, harga rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran.

Masalah di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process untuk membantu user dalam mengambil suatu

keputusan. Metode Analytical Hierarchy Process sering digunakan dalam

menyelesaikan masalah, misalnya masalah pemilihan sekolah yang dilakukan

sendiri oleh Prof. T.L. Saaty, untuk membantu anaknya dalam menentukan

perguruan tinggi apa yang akan dimasukinya setelah lulus dari sekolah menengah

atas. Untuk membantu menemukan jalan keluar maka Prof. T. L. Saaty

memutuskan untuk membuat suatu hirarki sederhana yang terdiri dari tiga level

(9)

yaitu goal, kriteria dan alternatif. Responden dari hirarki ini tidak lain adalah sang

anak sendiri karena ia memenuhi kriteria expert untuk masalah ini yaitu orang yang mengerti benar permasalahannya dan punya kepentingan akan masalah

tersebut. Sebelum mengisi hirarki ini, terlebih dahulu ia sudah mengadakan

pengamatan terhadap masing-masing calon sekolah yang akan dimasukinya

(Permadi, 1992:54).

Dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan yang menggunakan

metode Analytical Hierarchy Process maka diharapkan dapat mempercepat dan

mempermudah user dalam mengambil keputusan untuk memilih rumah sesuai

dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta mendapatkan informasi

mengenai lokasi rumah dalam bentuk peta digital.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya yaitu

“Bagaimana membuat sistem yang dapat memudahkan user dalam mengambil

suatu keputusan untuk memilih rumah yang sesuai dengan kriteria-kriteria dan

alternatif yang telah ditetapkan”.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Informasi yang diolah hanya sebatas data perumahan yang berada dikawasan

Surabaya.

2. Teknik pengambilan keputusan yang dipergunakan dalam Sistem Pendukung

(10)

3. Pemetaan lokasi perumahan menggunakan Sistem Informasi Geografis secara

sederhana.

4. Sistem ini digunakan oleh orang yang telah memenuhi kriteria expert

khususnya dalam bidang perumahan.

5. Sistem ini tidak menangani masalah transaksi pemesanan atau pembelian

suatu rumah, transaksi tersebut dilakukan secara langsung pada

masing-masing pengembang.

6. Pada sistem ini, aplikasi program menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0,

sedangkan aplikasi grafiknya menggunakan MapInfo Professional 7.5.

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan Sistem Pendukung Keputusan ini adalah

membuat suatu sistem yang dapat menentukan pengambilan keputusan untuk

memilih rumah berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah ditetapkan, beserta

informasi lokasi rumah dalam bentuk peta.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan secara singkat dasar-dasar teori yang digunakan

(11)

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi penjelasan tentang analisa sistem dan perancangan

sistem yang dijabarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram

(DFD) dan Entity Relationship Diagram (ERD). BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi dan evaluasi sistem

yang dibuat apakah telah sesuai yang diharapkan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diambil sesuai dengan hasil

(12)

2.1 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan,

memperbaharui atau merubah, memanipulasi dan diolah untuk menghasilkan

informasi yang berguna bagi pengunanya.

Dengan menggunakan Sistem Informasi, para pengguna memperoleh

keuntungan, diantaranya adalah:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

2. Dokumentasi atau penyimpanan data lebih teratur.

3. Mengendalikan sistem dengan lebih mudah.

2.2 Konsep Dasar Sistem

Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling terkait dan

bertanggungjawab memproses masukan sehingga menghasilkan keluaran.

Elemen-elemen dari sistem informasi adalah:

1. Tujuan merupakan tujuan dari sistem tersebut yang dapat berupa tujuan usaha,

kebutuhan masalah, serta prosedur pencapaian tujuan.

2. Batasan merupakan batasan-batasan yang ada dalam mencapai tujuan dari

sistem, dapat berupa peraturan, biaya, personil, dan peralatan.

3. Kontrol merupakan pengawas dari pelaksanaan pencapaian tujuan sistem yang

dapat berupa kontrol masukan data, pengeluaran data dan pengoperasian.

(13)

4. Input merupakan bagian dari sistem yang bertugas menerima data masukan,

frekuensi pemasukan dan jenis pemasukan data.

5. Proses merupakan bagian yang memproses data menjadi informasi sesuai

dengan keinginan penerima, berupa klasifikasi, peringkasan dan pencarian.

6. Umpan balik dapat berupa perbaikan dan pemeliharaan (Daihani, 2001:10).

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Dalam mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan

diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan. Tujuannya adalah untuk

membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang

merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh dengan

menggunakan model-model pengambilan keputusan. Ciri utama, sekaligus

keunggulan dari Sistem Pendukung Keputusan tersebut adalah kemampuannya

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur.

Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan

pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputerisasi,

yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya.

Sifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai

komponen dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur, kebijakan,

teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu

kerangka keputusan yang bersifat fleksibel.

Sistem Pendukung Keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung

seseorang yang harus mengambil keputusan-keputusan tertentu. Berikut ini

(14)

1. Kapabilitas interaktif; Sistem Pendukung Keputusan memberi pengambilan keputusan akses cepat ke data dan informasi yang dibutuhkan.

2. Fleksibilitas; Sistem Pendukung Keputusan dapat menunjang para manajer pembuat keputusan diberbagai bidang fungsional (keuangan, pemasaran,

operasi produksi, dan lain-lain).

3. Kemampuan mengintegrasikan model; Sistem Pendukung Keputusan memungkinkan para pembuat keputusan berinteraksi dengan model-model,

termasuk memanipulasi model-model tersebut sesuai dengan kebutuhan.

4. Fleksibilitas output; Sistem Pendukung Keputusan mendukung para pembuat keputusan dengan menyediakan berbagai macam output, termasuk

kemampuan grafik menyeluruh atas pertanyaan-pertanyaan pengandaian

(Suryadi, 1998:6).

Gambar Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan dapat dilihat pada Gambar 2.1

berikut: revisi Ilmu Manajemen atau

Operation research

Analisis data Analisis data

Pengambaran dukungan keputusan dan kontrolnya

(15)

2.4 Perumahan dan Pengembang

Rumah merupakan tempat tinggal yang sangat dibutuhkan oleh manusia

yang digunakan sebagai tempat berteduh, tidur dan melakukan aktivitas lainnya.

Rumah banyak macamnya, dari rumah kampung, perumahan maupun rumah

dalam bentuk apartemen. Di era yang serba cepat ini kebutuhan akan perumahan

berkembang pesat oleh karena itu para pengembang berlomba-lomba membangun

lingkungan perumahan sebagai tempat tinggal yang ideal dengan masyarakat.

Perumahan adalah tempat tinggal atau lingkungan hunian yang

mempunyai batasan-batasan dan ukuran yang jelas dengan penataan tanah dan

ruang, prasarana serta lingkungan yang terstruktur pada kawasan perumahan dan

pemukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang. Lingkungan hunian yang

berimbang adalah lingkungan perumahan yang meliputi rumah sederhana, rumah

sangat sederhana, rumah menengah dan rumah mewah atau dengan perbandingan

tertentu sehingga dapat menampung secara serasi berbagai kelompok masyarakat.

Rumah terdiri dari berbagai macam sebagai berikut:

1. Rumah sederhana

Adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan yang tidak lebih

dari 70 m2 yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai

dengan 200 m2.

2. Rumah sangat sederhana

Adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan 21 m2 sampai

dengan 36 m2 dan sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC,

dan ruang serba guna dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah dari

(16)

3. Rumah menengah

Adalah rumah tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling

54 m2 sampai dengan 60 m2.

4. Rumah mewah

Adalah rumah tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling

54 m2 sampai dengan 2000 m2.

5. Kavling siap bagian

Adalah lahan tanah yang terencana, yang luasnya 54 m2 sampai 72 m2 dalam

suatu lingkungan perumahan dengan prasarana lingkungan berupa jalan serta

dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa jaringan listrik,

air bersih, MCK (mandi, cuci, kakus) untuk umum, tempat bermain dan

swalayan.

Pengembang adalah perusahaan pembangunan perumahan, baik koperasi,

Badan Umum Milik Negara (BUMN), Badan Umum Milik Daerah (BUMD)

maupun badan usaha swasta yang menyelenggarakan pembangunan perumahan

dan pemukiman yang berimbang.

2.5 Analytical Hierarchy Process

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu

alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu

masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam

kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu

(17)

Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku

politis, yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan

pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusannya.

Model AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, dapat

memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil

cukup banyak. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa model-model lainnya

ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan

AHP, khususnya dalam memahami para pengambil keputusan individual pada

saat proses penerapan pendekatan ini. Kelebihan dari metode AHP adalah sebagai

berikut:

1. Mampu memberikan dukungan pengambilan keputusan pada permasalahan

yang multi-kriteria dan multi-alternatif.

2. Memberikan dukungan pengambilan keputusan secara menyeluruh dengan

memperhitungkan data kualitatif dan kuantitatif.

3. Bersifat fleksibel yaitu menangkap beberapa tujuan dan kriteria sekaligus dalam sebuah model/hierarki.

4. Inputan utamanya berupa data kualitatif yaitu persepsi manusia yang dianggap

sebagai expert.

5. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai

pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

6. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

7. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

(18)

Sedangkan kelemahan dari metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Karena inputan utamanya berupa persepsi manusia (seorang expert) akan

membuat hasil akhir dari model menjadi tidak ada artinya apabila seorang

expert tersebut memberikan penilaian yang keliru.

2. Belum adanya kriteria dan batasan tegas dari seorang expert.

3. Pengambil keputusan yang terbiasa dengan model kuantitatif menganggap

AHP adalah model sederhana sehingga tidak cocok dalam pengambilan

keputusan, karena mereka beranggapan bahwa semakin rumit model dan

semakin banyak perhitungannya semakin tinggi keakuratan model tersebut

(Permadi, 1992:6).

Metode AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang

komprehensif karena memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif

sekaligus. Langkah-langkah dalam metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan

alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau

kriteria yang setingkat diatasnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh hasil matrik

perbandingannya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya

(19)

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

vektor eigen merupakan bobot setiap elemen.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka

penilaian hasil matrik perbandingannya harus diperbaiki (Suryadi, 1998:132).

Gambar Arsitektur Analytical Hierarchy Process dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Arsitektur Analytical Hierarchy Process

Proses yang paling mudah dalam mengestimasi besaran sederhana adalah

membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan. Untuk itu Saaty (1980)

menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan

tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain, yang digambarkan pada

tabel 2.1 berikut:

Goal

C1.1 C1.2 C1.3 C2.1 C2.2 C2.3 C3.1 C3.2 C3.3

(20)

Tabel 2.1 Skala Banding Berpasang

Intensitas

Skala Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya.

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besarnya terhadap tujuan.

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen

dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu lebih penting

daripada elemen lainnya.

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya.

Satu elemen dengan kuat didukung, dan dominan terlihat dalam praktek.

9

Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya.

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi dan mungkin juga menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua elemen pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan nilai i

Konsistensi merupakan suatu jenis pengukuran yang tidak dapat terjadi

begitu saja atau mempunyai syarat tertentu yang harus dipenuhi. Misalkan pada

suatu matrik perbandingan yang memiliki 3 ( tiga ) buah unsur, yaitu i, j dan k

dimana setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, dikatakan konsisten apabila

memenuhi hubungan kardinal sebagai berikut:

aij . ajk = aik

dan memenuhi hubungan ordinal sebagai berikut:

(21)

Setiap angka dalam matrik perbandingan pada dasarnya adalah sebuah rasio,

oleh sebab itu angka yang timbul didasarkan atas sebuah perbandingan anatara 2

(dua) elemen. Misal angka 5 yang muncul, maka perbandingannya adalah 5/1.

Dengan dasar tersebut maka dapat dijelaskan bahwa:

aij = wi / wj i , j = 1 .. n

Karena itu,

aij . ajk = ( wi / wj ) . ( wj / wk ) = wi / wk = aik

dan juga dapat dibuktikan bahwa:

aji = ( wj / wi ) = 1 / ( wi / wj ) = 1 / aij

AHP mengharuskan rasio-rasio yang muncul dalam matrik perbandingan,

baik perbandingan kriteria maupun alternatif harus konsisten. Konsistensi matrik

perbandingan dalam AHP diperiksa dengan mempergunakan rumus-rumus di atas.

2.6 Analisa Spasial

Kekuatan Sistem Informasi Geografis sebenarnya terletak pada

kemampuannya untuk menganalisis dan mengolah data dengan volume yang

besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana

menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam Sistem Informasi Geografis.

Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh Sistem

Informasi Geografis antara lain:

1. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk

pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data

(22)

2. Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan

meng-overlay-kan data ketinggian, jenis tanah dan kadar air.

3. Networking, yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai

dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa

minyak, air minum atau saluran pembangunan.

4. Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau poligon yang melengkapi suatu obyek sebagai

pusatnya, sehingga kita bisa mengetahui berapa parameter obyek dan luas

wilayahnya.

5. Analisis 3 Dimensi, yaitu analisis yang sering digunakan untuk memudahkan pemahaman, karena data divisualisasikan dalam 3 dimensi. Contoh

penggunaannya adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava

(Yousman, 2004:17).

2.7 Sistem Flow

Merupakan suatu bagan alir yang digunakan untuk menunjukkan arus

pekerjaan suatu proses secara menyeluruh dari bagian sistem dimana bagian ini

menjelaskan urutan prosedur yang ada dalam sistem. Simbol-simbol untuk sistem

flow adalah sebagai berikut:

a. Proses

(23)

b. Input-Output

Simbol ini digunakan sebagai operasi input-output.

c. Connector

Simbol ini digunakan sebagai penghubung di dalam satu halaman.

d. Kartu

Simbol ini digunakan sebagai sumber inputan berupa kartu.

e. Magnetic tape

Simbol ini digunakan sebagai sumber inputan berupa magnetic tape. f. Disk

Simbol ini digunakan sebagai sumber inputan berupa disk.

g. Dokumen

(24)

2.8 Data Flow Diagram

Menurut Jogiyanto (1999:700) Data Flow Diagram adalah diagram yang

digunakan untuk menggambarkan sistem yang telah ada atau sistem baru yang

akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik

dimana data tersebut mengalir (misalnya: telepon, surat, dan sebagainya) atau data

tersebut akan disimpan (misalnya: file kartu, microfiche, hardisk, dan tape).

Keuntungan menggunakan Data Flow Diagram adalah memudahkan

pemakai yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang

akan dikerjakan atau dikembangkan. Simbol-simbol yang digunakan dapat dilihat

pada gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Simbol Data Flow Diagram

Keterangan:

a. Sumber Data; Kesatuan di luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lain yang akan memberikan input atau output dari sistem.

b. Proses; Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, mesin, atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk menghasilkan arus

data yang keluar dari proses.

Sumber data

Proses

Penyimpanan data

(25)

c. Penyimpanan Data; Penyimpanan data yang berupa file atau database dalam sistem komputer.

d. Aliran Data; Aliran data yang dapat berupa masukan untuk proses atau keluaran dari proses.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian lebih tentang Data Flow

Diagram adalah sebagai berikut:

1. Antara sumber data tidak boleh langsung saling berhubungan.

2. Diperbolehkan untuk mengambil sumber data yang sama, dengan tujuan untuk

menyederhanakan permodelan.

3. Hindari dialog-dialog yang tidak perlu dalam Data Flow Diagram.

2.9 Entity Relationship Diagram

Entity Relationship Diagram adalah gambaran pada sistem dimana

didalamnya terdapat hubungan antara entity dengan relasi. Setiap entity

mempunyai atribut yang merupakan ciri dari entity itu sendiri. Relasi adalah

hubungan antar entity yang berfungsi sebagai hubungan yang mewujudkan

pemetaan antar entity.

1. Entity; Entity merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata

eksistensinya dan dapat dibedakan dengan yang lainnya. Sekumpulan entity

yang sama atau sejenis yang terdapat di dalam lingkup yang sama akan

membentuk sekumpulan entity.

2. Atribut; Setiap entity memiliki atribut yang akan mendeskripsikan karakteristik dari entity yang bersangkutan. Penentuan atau pemilihan atribut

yang relevan bagi suatu entity merupakan hal penting di dalam pembentukan

(26)

3. Relasi; Relasi menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antara suatu

entity dengan entity lain yang berbeda. Jika relasinya banyak, maka kumpulan semua relasi yang ada diantara entity yang terdapat pada sekumpulan entity- sekumpulan entity yang berbeda akan membentuk sekumpulan relasi.

4. Tingkat Relasi; Tingkat relasi menunjukkan adanya batas jumlah maksimum

entity yang dapat berelasi dengan entity yang terdapat pada sekumpulan entity

yang berbeda.

Beberapa tingkatan relasi yang terdapat pada sekumpulan entity adalah: 1. Satu ke satu (one to one)

Setiap entity pada sekumpulan entity R berhubungan satu (paling banyak)

entity pada entity S. Demikian pula sebaliknya.

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi Satu ke Satu

2. Satu ke banyak (one to many)

Setiap entity pada sekumpulan entity R dapat berhubungan dengan lebih dari satu (banyak) entity pada sekumpulan entity S. Tetapi tidak sebaliknya, setiap

(27)

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi Satu ke Banyak

3. Banyak ke Satu (many to one)

Setiap entity pada sekumpulan entity R hanya dapat berhubungan dengan satu (paling banyak) entity dari sekumpulan entity S, sementara setiap entity pada

sekumpulan entity S boleh berhubungan dengan banyak entity pada

sekumpulan entity R.

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi banyak ke Satu

4. Banyak ke Banyak (many to many)

Setiap entity pada sekumpulan entity R boleh berhubungan dengan banyak

entity dari sekumpulan entity S. Begitu juga sebaliknya, setiap entity pada

sekumpulan entity S boleh berhubungan dengan banyak entity pada

(28)

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi banyak ke banyak

2.10 MapInfo Professional

MapInfo Professional merupakan perangkat lunak aplikasi untuk

keperluan Sistem Informasi Geografis, dimana memiliki karakteristik yang

menarik, mudah digunakan, user friendly, dan memiliki tampilan yang interaktif. Elemen-elemen dasar dari MapInfo Professional adalah sebagai berikut:

1. Icon Menu Control yang digunakan untuk mengontrol jendela MapInfo yang sedang aktif.

2. Title Bar yang berisi nama program aplikasi dan nama file yang sedang aktif. Title Bar (Baris Judul) ini dapat digunakan untuk memindahkan jendela ke

posisi lain yang digunakan.

3. Menu Bar yang berisi barisan perintah berupa menu-menu, misalnya menu File, Edit, Tools, Object, Query, Table, Options, Window dan Help.

4. Toolbars yang berisi tombol-tombol yang digunakan untuk menjalankan suatu perintah secara tepat dan mudah, terutama perintah-perintah yang sering

digunakan.

(29)

3.1 Analisa Sistem

Pemilihan rumah merupakan suatu bentuk pengambilan keputusan yang

cukup sulit dan perlu diperhitungkan secara tepat, terlebih saat ini banyak terdapat

alternatif rumah di beberapa lokasi perumahan dengan berbagai fasilitas yang

bervariasi. Hal ini sering membuat user menjadi bingung dalam memutuskan

rumah mana yang paling tepat untuk dipilih.

Salah satu cara untuk membantu user dalam memutuskan rumah mana yang

paling tepat untuk dipilih adalah mempergunakan suatu Sistem Pendukung

Keputusan. Sistem Pendukung Keputusan ini berdasarkan input dari user yang

memberikan saran urutan rumah mana yang sebaiknya dipilih berdasarkan inputan

yang diterima dan diproses dengan mempergunakan suatu model pengambilan

keputusan yang tepat.

Pemilihan rumah merupakan pengambilan keputusan yang memiliki

beberapa kriteria dan alternatif yang dapat dipilih. Untuk itu diperlukan suatu

model pengambilan keputusan yang tepat sehingga dapat mengakomodasikan

semua permasalahan yang bersifat multi-kriteria dan multi-alternatif, dimana model tersebut menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.

Selain permasalahan di atas, user juga mengalami kesulitan dalam hal

mengetahui lokasi perumahannya. Untuk itu diperlukan suatu aplikasi grafik yang

dapat menampilkan informasi lokasi perumahan secara langsung dan tepat,

dimana aplikasi grafik tersebut disajikan dalam bentuk peta digital.

(30)

Memperhatikan permasalahan dan alternatif solusi yang cukup baik di atas

maka kiranya solusi yang layak dibuat untuk membantu user dalam memilih

rumah adalah membuat suatu Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan

metode Analytical Hierarchy Process.

3.1.1 Implementasi Analytical Hierarchy Process

Menerapkan rancangan algoritma Analytical Hierarchy Process pada

sebuah perancangan suatu aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Algoritma dari

Analytical Hierarchy Process adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan pohon hirarki, seperti pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Pohon Hirarki Pemilihan Property

2. Rangking dari tiap-tiap kriteria

Dari kriteria yang ada dilakukan perbandingan tingkat elemennya dengan

skala antara 1 sampai 9, seperti pada tabel 3.1 berikut:

Memilih Property

Tipe Rumah Fasilitas Harga Rumah

1. Tipe 45 - 80 2. Tipe 81 - 120 3. Tipe 121 - 240 4. Tipe 240 keatas

1. Sarana Ibadah 2. Sekolah 3. Swalayan 4. Sarana OlahRaga

1. Dibawah Rp. 50 juta 2. Rp. 51 juta - Rp. 200 juta 3. Rp. 201 juta - Rp. 500 juta 4. Diatas Rp. 501 juta

Property 1 2. Kredit 5 tahun 3. Kredit 10 tahun 4. Kredit 15 tahun

(31)

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Property

Keterangan Tipe

(a)

3. Rangking dari prioritas

Dari rangking kriteria yang sudah ada, maka dibuat matriknya untuk dapat

dibuat perhitungannya dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a.Kuadratkan matrik kriteria

b.Jumlahkan hasil dari matrik kriteria per barisnya, kemudian jumlah total

dari matrik tersebut dibagi dengan jumlah hasil matrik per barisnya apabila

dijumlah lagi totalnya harus mendekati 1,0

c.Hasil dari pembagian tersebut dibuat matrik

Contoh dari matrik 3*3 :

1 0,5 3 3 1,75 8

Dari matrik kedua dikuadratkan lagi dan didapat:

0,3196

0,5584

(32)

4. Preference

Gambar 3.2 Preference Pemilihan Property 5. Rangking alternatif

Kemudian dicari matrik dari tiap-tiap alternatifnya. Matrik tipe rumah,

fasilitas, harga rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran. Hasil dari tiap-tiap

matrik tersebut akan dikalikan preferencenya. Rumah yang memiliki nilai

tertinggi nantinya akan menjadi alternatif rumah terbaik.

3.2 Desain Sistem

3.2.1 Dokumen Flow pemilihan property dengan AHP

Gambar 3.3 Dokumen Flow Pemilihan Property dengan AHP

Pemilihan Property

SPK pemilihan property dengan metode AHP

(33)

Dokumen Flow Pemilihan Property dengan AHP di atas menggambarkan proses Analytical Hierarchy Process dan proses query data spatial dari pengguna Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Metode

Analytical Hierarchy Process.

Pemilihan property seperti terlihat pada gambar 3.3 di atas melibatkan 2

bagian, yaitu user dan server. User menginputkan kriteria property ke dalam

sistem kemudian diproses Analytical Hierarchy Process untuk mendapatkan

beberapa alternatif property. Untuk memperoleh informasi lokasi property,

terlebih dahulu user menginputkan data wilayah ke dalam sistem kemudian akan

dilakukan proses query data spatial untuk mendapatkan informasi lokasi property berupa peta digital.

3.3 Data Flow Diagram

Setelah proses desain dengan menggunakan dokumen flow, langkah

selanjutnya dalam desain sistem adalah pembuatan Data Flow Diagram yang

merupakan representasi grafik dalam menggambarkan arus data sistem secara

terstruktur dan jelas sehingga dapat menjadi sarana dokumentasi sistem yang baik.

3.3.1 Context Diagram

Gambar 3.4 Context Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan

Property Menggunakan Analytical Hierarchy Process

Laporan Bobot Sub KriteriaLaporan Bobot Kriteria Laporan Data User Laporan Data Property

Data Property Bobot Sub Pembayaran

Bobot Sub Lokasi Bobot Sub Harga Rumah

(34)

Context Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process, seperti terlihat pada gambar 3.4 di atas melibatkan 2 buah entity eksternal, yaitu pemakai dan pengembang.

3.3.2 DFD level 0 SPK Laporan Bobot Sub Kriteria Laporan Bobot Kriteria Bobot Sub Harga Rumah

Bobot Sub Tipe Rumah Bobot Sub Fasilitas Bobot Sub Pengembang

(35)

DFD Level 0 SPK seperti pada gambar 3.5 di atas menunjukkan bahwa

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan

Analytical Hierarchy Process terdiri dari 3 buah proses, yaitu proses AHP, proses

query data spatial dan proses membuat laporan. Proses AHP dipergunakan pemakai untuk menginputkan kriteria property, sehingga diperoleh beberapa

alternatif property. Proses query data spatial dipergunakan pemakai untuk

memperoleh informasi lokasi property berupa peta digital. Sedangkan proses

membuat laporan dipergunakan pengembang untuk melihat hasil dari proses

maintenance dan proses perhitungan AHP.

3.3.3 DFD level 1 proses AHP

Gambar 3.6 DFD Level 1 Proses AHP

[Alternatif Property] [Sub T ipe Rumah]

[Sub Pengembang] [Data Kriteria]

[Data User]

[Bobot Sub Lokasi]

[Bobot Sub Pembayaran] [Bobot Sub Harga Rumah] [Bobot Sub Fasilitas] [Bobot Sub T ipe Rumah] [Bobot Sub Pengembang] [Bobot Pembayaran]

[Bobot Lokasi] [Bobot Harga Rumah]

[Bobot Fasilitas] [Bobot T ipe Rumah] [Bobot Pengembang]

10 Sub Harga Rumah

(36)

Pada gambar 3.6 di atas, proses AHP dikembangkan menjadi 3 (tiga)

buah proses, yaitu proses menentukan kriteria, menentukan sub kriteria dan

menentukan alternatif. Terlebih dahulu pemakai menginputkan beberapa kriteria

dan sub kriteria ke dalam sistem kemudian sistem akan melakukan proses

perhitungan AHP sehingga diperoleh beberapa alternatif property.

3.3.4 DFD level 1 proses query data spatial

Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Query Data Spatial

Pada gambar 3.7 di atas, proses Query Data Spatial dikembangkan

menjadi 1 buah proses, yaitu proses data spatial. Pengembang menginputkan data

wilayah ke dalam sistem kemudian dilakukan proses data spatial sehingga

diperoleh informasi peta property sesuai dengan pilihan user berupa peta digital.

3.3.5 DFD level 1 proses membuat laporan

Pada gambar 3.8 di bawah, proses membuat laporan dikembangkan

menjadi 4 buah proses, yaitu laporan data property, laporan data user, laporan

bobot kriteria dan laporan bobot sub kriteria. Keempat laporan tersebut dibuat

berdasarkan database sistem sehingga dapat mempermudah pengembang dalam

melihat semua proses maintenance dan perhitungan AHP.

(37)

Gambar 3.8 DFD Level 1 Proses Membuat Laporan

3.4 Entity Relationship Diagram

Pada gambar berikut dijelaskan tentang relasi – relasi antar tabel dalam

perancangan sebuah Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process, dalam bentuk Conseptual

Data Model (CDM) pada gambar 3.9 dan Physical Data Model (PDM) pada gambar 3.10.

kode_subpembayaran kode_subl okasi

kode_subhargarumah kode_subfasi l i tas kode_subti perumah

kode_subpengembang kode_pembayaran kode_l okasi

kode_hargarumah kode_fasi l i tas kode_ti perumah

kode_pengembang kd_user

kode_property

Laporan Data Property

Laporan Bobot Kri teri a

(38)

Gambar 3.9 Conseptual Data Model

Gambar 3.10 Physical Data Model

KODE_FASILITAS = KODE_FASILITAS

KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY

P ROPE RT Y K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) NAMA_P ROP ERT Y V ARCHAR2(30) NAMA_P ENGEMBA NG V ARCHAR2(30) FA SILIT AS V ARCHAR2(30) T IPE RUMA H NUMBE R(10 ) HARGA RUMAH NUMBE R(10 )

LOKA SI V ARCHAR2(30)

P EMBA YA RAN V ARCHAR2(30)

B OB OT _FAS ILIT AS K ODE_FA SI LIT A S NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _FA S ILIT A S NUMBE R(3) B OB OT _T IP E RUMA H

K ODE_T IPE RUMAH NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _T IPE RUMAH NUMBE R(3)

B OB OT _HA RGA RUMA H K ODE_HARGARUMAH NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _HARGARUMAH NUMBE R(3)

B OB OT _LOK A SI K ODE_LOKA S I NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3)

K ODE_HARGARUMAH NUMBE R(3) HARGA RUMAH1 NUMBE R(3) HARGA RUMAH2 NUMBE R(3) HARGA RUMAH3 NUMBE R(3) HARGA RUMAH4 NUMBE R(3)

B OB OT _SUB _T IP ERUMA H K ODE_T IPE RUMAH NUMBE R(3) T IPE RUMA H NUMBE R(3) T IPE RUMA H2 NUMBE R(3) T IPE RUMA H3 NUMBE R(3) T IPE RUMA H4 NUMBE R(3)

B OB OT _SUB _LOK AS I K ODE_LOKA S I NUMBE R(3) LOKA SI1 NUMBE R(3) LOKA SI2 NUMBE R(3) LOKA SI3 NUMBE R(3) LOKA SI4 NUMBE R(3)

B OB OT _SUB _FAS ILIT A S k riteria_ ha rg aru mah

k riteria_ tipe ru mah k riteria_ fa silitas

P roperty K ode_Pro perty N am a_Pr operty N am a Pe ngem bang K ode_Ha rgaRum a h P oi nt_Ha rgaRum a h

B obot Lokas i K ode_Lokas i P oi nt_Lokas i

B obot Pe m bayaran K ode_Ba yar

(39)

3.5 Struktur Database

Struktur Database merupakan penjabaran dan penjelasan database

tersebut, dari fungsi masing-masing table sampai masing-masing field yang ada dalam table. Adapun struktur database yang telah dibuat berdasarkan Entity Relationship Diagram, yaitu:

1. Nama : Property

Primary key : Kode_Property

Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan data property

Tabel 3.2 Tabel Property

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Property Number 3 Kode property

2. Nama_Property Varchar 30 -

Primary key : Kode_TipeRumah

Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria tipe rumah

Tabel 3.3 Tabel Bobot Tipe Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_TipeRumah Number 3 Kode Tipe Rumah

(40)

3. Nama : Bobot_Sub_TipeRumah

Primary key : -

Foreign key : Kode_TipeRumah references pada tabel Bobot_TipeRumah,

Column Kode_TipeRumah

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria tipe rumah

Tabel 3.4 Tabel Bobot Sub Tipe Rumah

No Column Data Type Length Comments

Primary key : Kode_Fasilitas

Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria fasilitas

Tabel 3.5 Tabel Bobot Fasilitas

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Fasilitas Number 3 Kode Fasilitas

2. Point_Fasilitas Number 3 -

5. Nama : Bobot_Sub_Fasilitas

Primary key : -

Foreign key : Kode_Fasilitas references pada tabel Bobot_Fasilitas, Column Kode_Fasilitas

(41)

Tabel 3.6 Tabel Bobot Sub Fasilitas

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Fasilitas Number 3 Kode Fasilitas

2. Fasilitas1 Number 3 -

3. Fasilitas2 Number 3 -

4. Fasilitas3 Number 3 -

5. Fasilitas4 Number 3 -

6. Nama : Bobot_HargaRumah

Primary key : Kode_HargaRumah

Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria harga rumah

Tabel 3.7 Tabel Bobot Harga Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_HargaRumah Number 3 Kode Harga Rumah

2. Point_HargaRumah Number 3 -

7. Nama : Bobot_Sub_HargaRumah

Primary key : -

Foreign key : Kode_HargaRumah references pada tabel

Bobot_HargaRumah, Column Kode_HargaRumah

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria harga rumah

Tabel 3.8 Tabel Bobot Sub Harga Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_HargaRumah Number 3 Kode Harga Rumah

2. HargaRumah1 Number 3 -

3. HargaRumah2 Number 3 -

4. HargaRumah3 Number 3 -

(42)

8. Nama : Bobot_Lokasi

Primary key : Kode_Lokasi

Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria lokasi

Tabel 3.9 Tabel Bobot Lokasi

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Lokasi Number 3 Kode Lokasi

2. Point_Lokasi Number 3 -

9. Nama : Bobot_Sub_Lokasi

Primary key : -

Foreign key : Kode_Lokasi references pada tabel Bobot_Lokasi, Column Kode_Lokasi

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria lokasi

Tabel 3.10 Tabel Bobot Sub Lokasi

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Lokasi Number 3 Kode Lokasi

2. Lokasi1 Number 3 -

3. Lokasi2 Number 3 -

4. Lokasi3 Number 3 -

5. Lokasi4 Number 3 -

10.Nama : Bobot_Pembayaran

Primary key : Kode_Bayar

Foreign key : -

(43)

Tabel 3.11 Tabel Bobot Pembayaran

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Bayar Number 3 Kode Bayar

2. Point_Bayar Number 3 -

11.Nama : Bobot_Sub_Pembayaran

Primary key : -

Foreign key : Kode_Bayar references pada tabel Bobot_Pembayaran, Column Kode_Bayar

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria pembayaran

Tabel 3.12 Tabel Bobot Sub Pembayaran

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Bayar Number 3 Kode Bayar

2. Bayar1 Number 3 -

3. Bayar2 Number 3 -

4. Bayar3 Number 3 -

(44)

4.1 Implementasi

Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain

sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya

implementasi ini dapat dipahami jalannya suatu Sistem Pendukung Keputusan

Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process.

Sebelumnya user harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan dari program yang

akan diimplementasikan baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunak

komputer.

4.1.1 Kebutuhan sistem

Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak yang

telah dikembangkan. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan

Menggunakan Analytical Hierarchy Process ini memerlukan perangkat lunak

(software) dan perangkat keras (hardware) agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun perangkat lunak yang digunakan, yaitu:

a. Sistem operasi Windows 98/XP/2000/NT.

b. Penyimpanan Database adalah Microsoft Access. c. Aplikasi program adalah Microsoft Visual Basic 6.0.

d. Aplikasi grafik adalah MapInfo Professional 7.5.

e. Pembuatan laporan menggunakan Crystal Report 8.5.

(45)

Perangkat keras yang digunakan, yaitu:

a. Processor minimal Pentium II (sebaiknya lebih).

b. RAM minimal 128 Mb.

c. VGA Card minimal 4 Mb.

d. Harddisk 20 GB.

e. Monitor SVGA resolusi 800 x 600.

f. Keyboard dan mouse.

4.1.2 Instalasi program

Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property

Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process membutuhkan perangkat

lunak yang sudah terinstalasi, adapun tahapan-tahapan instalasi dan pengaturan

(setting) sistem, yaitu:

a. Install sistem operasi Windows 98/XP/2000/NT.

b. Install aplikasi pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.

c. Install aplikasi database Microsoft Access 2000.

d. Install aplikasi grafik MapInfo Professional 7.5.

e. Install aplikasi laporan Crystal Report 8.5.

4.2 Penjelasan Pemakaian Program 4.2.1 Menu pembuka

(46)

Menu pada gambar 4.1 ini merupakan menu pembukaan dalam

menjalankan sistem. Terdapat nama program dan lisensi program.

4.2.2 Menu utama

Gambar 4.2 Menu Utama

Seluruh aplikasi dapat dilakukan pada menu utama yang digambarkan

pada gambar 4.2 di atas. Terdapat empat menu utama yang dapat digunakan, yaitu

menu file, menu maintenance, menu proses, dan menu laporan. Adapun

penjelasan isi masing-masing menu adalah:

a. Menu file, berisi submenu Login, submenu Logout, submenu user password

dan keluar.

b. Menu maintenance, berisi submenu property, submenu fasilitas, submenu tipe rumah, submenu harga rumah, submenu lokasi, dan submenu jenis

pembayaran.

c. Menu proses, berisi submenu perhitungan AHP dan submenu peta digital.

d. Menu laporan, berisi laporan data property, laporan data user, dan laporan sub

(47)

4.2.3 Menu file A. Submenu Login

Gambar 4.3 Form Login

Pada tampilan awal program terdapat form yang mempunyai fasilitas

untuk login user. Bentuk dari form login digambarkan seperti pada gambar 4.3 di

atas. Untuk proses ini user diharuskan untuk menginputkan User Name dan

Password. User Name dan Password disini menggunakan case sensitive, artinya besar kecilnya huruf akan sangat berpengaruh. Sehingga keamanan aplikasi ini

bisa terjamin dari user yang tidak berhak mengakses.

Terdapat dua macam user yang dapat mengakses sistem tersebut, yaitu

Administrator dan Guest. User yang mempunyai hak administrator memiliki mempunyai kewenangan yang lebih dibandingkan dengan user yang mempunyai

hak guest. User yang memiliki hak administrator, dapat menjalankan menu

(48)

B. Submenu Logout

Gambar 4.4 Menu Logout

Menu Logout yang terlihat seperti pada gambar 4.4 di atas merupakan

menu yang digunakan user untuk keluar dari salah satu menu yang telah

dijalankannya. Apabila user memilih option yes maka user akan keluar dari salah

satu menu yang sudah dijalankannya, sedangkan option no maka user akan tetap

pada menu yang sedang dijalankannya.

C. Submenu User Password

Gambar 4.5 Form User Password

Form User Password yang terlihat pada gambar 4.5 ini digunakan untuk

menambah, merubah dan menghapus username serta password dari user yang

sudah ada di sistem tersebut. Dengan memasukkan nama user yang ingin diganti

atau dihapus, maka admin tinggal merubah semua data yang berhubungan dengan

(49)

D. Submenu Keluar

Gambar 4.6 Menu Keluar

Menu Keluar yang terlihat seperti pada gambar 4.6 di atas merupakan

menu yang digunakan user untuk keluar dari aplikasi dijalankannya. Apabila

user memilih option yes maka user akan keluar dari aplikasi yang dijalankannya,

sedangkan option no maka user akan tetap pada aplikasi yang sedang

dijalankannya.

4.2.4 Menu maintenance A. Submenu Property

Gambar 4.7 Form Data Property

Form Data Property yang terlihat pada gambar 4.7 di atas digunakan

(50)

B. Submenu Fasilitas

Gambar 4.8 Form Data Fasilitas

Form Data Fasilitas yang terlihat seperti pada gambar 4.8 di atas

digunakan administrator untuk melakukan maintenance data fasilitas. Nilai dari kriteria fasilitas yang dapat diinputkan user adalah 1-9.

C. Submenu Tipe Rumah

Gambar 4.9 Form Data Tipe Rumah

Form Data Tipe Rumah yang terlihat seperti pada gambar 4.9 di atas

(51)

D. Submenu Harga Rumah

Gambar 4.10 Form Data Harga Rumah

Form Data Harga Rumah yang terlihat seperti pada gambar 4.10 di atas

digunakan administrator untuk melakukan maintenance data harga rumah. Nilai dari kriteria harga rumah yang dapat diinputkan user adalah 1-9.

E. Submenu Lokasi

Gambar 4.11 Form Data Lokasi

Form Data Lokasi yang terlihat seperti pada gambar 4.11 di atas

(52)

F. Submenu Pembayaran

Gambar 4.12 Form Data Pembayaran

Form Data Jenis Pembayaran yang terlihat seperti pada gambar 4.12 di

atas digunakan administrator untuk melakukan maintenance data pembayaran. Nilai dari kriteria pembayaran yang dapat diinputkan user adalah 1-9.

4.2.5 Menu proses

A. Submenu Perhitungan AHP

Seperti terlihat pada gambar 4.13 di bawah, menu ini digunakan untuk

menentukan jumlah kriteria property. Pada menu ini terdapat pilihan 4 dan 5

kriteria yang dapat digunakan user untuk menentukan bobot kriteria dalam

memilih property yang diinginkan. Dalam menentukan bobot tiap kriteria

tersebut, user menginputkan nilai bobot tiap kriteria antara 1–9.

(53)

Setelah user memilih jalan yang akan dicari prioritasnya, klik tombol

lanjut untuk melakukan proses selanjutnya.

Gambar 4.14 Form Pemilihan Property berdasarkan kriteria property

Pada gambar 4.14 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari

kriteria property yang sudah user pilih sebelumnya. Jika user memilih empat

kriteria yang akan dicari prioritasnya, maka user akan mengisi nilai point

sebanyak empat kali juga. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan

nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil

perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

(54)

Pada gambar 4.15 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari

kriteria tipe rumah. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai

point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil

perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

Gambar 4.16 Form Pemilihan Property dengan kriteria fasilitas

Pada gambar 4.16 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari

kriteria fasilitas. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point

antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai

point yang telah diinputkan.

(55)

Pada gambar 4.17 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari

kriteria harga rumah. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai

point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil

perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

Gambar 4.18 Form Pemilihan Property dengan kriteria lokasi

Pada gambar 4.18 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari

kriteria lokasi. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point

antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai

point yang telah diinputkan.

(56)

Pada gambar 4.19 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari

kriteria pembayaran. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai

point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil

perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

Selanjutnya user menekan tombol lanjut untuk melanjutkan ke proses

berikutnya, seperti perhitungan matrik kuadrat pada gambar 4.20, perhitungan

matrik alternatif pada gambar 4.21, perhitungan perkalian matrik alternatif pada

gambar 4.22, perhitungan hasil matrik alternatif pada gambar 4.23, perhitungan

matrik akhir pada gambar 4.24, perhitungan uji konsistensi pada gambar 4.25

serta hasil alternatif property pada gambar 4.26.

Gambar 4.20 Matrik Kuadrat

(57)

Gambar 4.22 Matrik Perkalian

Gambar 4.23 Matrik Hasil Alternatif

(58)

Gambar 4.25 Uji Konsistensi

Berdasarkan gambar 4.25 di atas terlihat bahwa uji konsistensi matrik

perbandingannya adalah 0.00 (matrik konsisten). Apabila nilai konsistensi dari

matrik perbandingannya lebih dari 10% maka matrik tersebut tidak konsisten

(inkonsistensi) maka penilaian data dari matrik perbandingannya harus diperbaiki.

Gambar 4.26 Hasil Alternatif Property

Pada gambar 4.26 di atas merupakan hasil alternatif property dari

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pengguna. Hasil alternatif property

memberikan 3 pilihan alternatif dimana alternatif property ke-1 merupakan

(59)

B. Submenu Peta Digital

Gambar 4.27 Form Peta Digital

Seluruh aplikasi grafik dapat dilakukan pada form peta digital yang

digambarkan pada gambar 4.27 di atas. Aplikasi grafik ini dapat menampilkan

informasi yang dibutuhkan oleh user, seperti pada gambar 4.28 di bawah ini:

Gambar 4.28 Form Pencarian Lokasi

Form Pencarian Lokasi yang terlihat pada gambar 4.28 di atas, digunakan

user untuk menampilkan obyek-obyek aktif sesuai dengan pilihan user. Terdapat 9

pilihan pencarian yang dapat digunakan yaitu mencari lokasi kotamadya, lokasi

kecamatan, lokasi jalan, lokasi sungai, lokasi tempat ibadah, lokasi universitas,

(60)

Gambar 4.29 Form Pencarian Lokasi Kotamadya

Form Pencarian Lokasi Kotamadya yang terlihat pada gambar 4.29 di atas,

digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi

kotamadya di Surabaya.

Gambar 4.30 Form Pencarian Lokasi Kecamatan

Form Pencarian Lokasi Kecamatan yang terlihat pada gambar 4.30 di atas,

digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi

(61)

Gambar 4.31 Form Pencarian Jalan

Form Pencarian Jalan yang terlihat pada gambar 4.31 di atas, digunakan

user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi jalan-jalan

protokol di Surabaya.

Gambar 4.32 Form Pencarian Sungai

Form Pencarian Sungai yang terlihat pada gambar 4.32 di atas, digunakan

user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi sungai di

(62)

Gambar 4.33 Form Pencarian Tempat Ibadah

Form Pencarian Tempat Ibadah yang terlihat pada gambar 4.33 di atas,

digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi

tempat ibadah di Surabaya.

Gambar 4.34 Form Pencarian Universitas

Form Pencarian Universitas yang terlihat pada gambar 4.34 di atas,

digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi

(63)

Gambar 4.35 Form Pencarian Rumah Sakit

Form Pencarian Rumah Sakit yang terlihat pada gambar 4.35 di atas,

digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi

rumah sakit di Surabaya.

Gambar 4.36 Form Pencarian Property

Form Pencarian Property yang terlihat pada gambar 4.36 di atas,

digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi

(64)

4.2.6 Menu laporan

A. Laporan Data Property

Gambar 4.37 Laporan Data Property

Laporan Data Property yang terlihat seperti pada gambar 4.37 di atas,

merupakan laporan yang berisi data property yang ada di kota Surabaya. Laporan

tersebut berisikan nama property, nama pengembang, fasilitas, tipe rumah, harga

rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran.

B. Laporan Nilai Sub Kriteria Tipe Rumah

Gambar 4.38 Laporan Nilai Sub Kriteria Tipe Rumah

Laporan Nilai Sub Kriteria Tipe Rumah yang terlihat pada gambar 4.38

di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap

(65)

C. Laporan Nilai Sub Kriteria Fasilitas

Gambar 4.39 Laporan Nilai Sub Kriteria Fasilitas

Laporan Nilai Sub Kriteria Fasilitas yang terlihat pada gambar 4.39 di

atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap property

berdasarkan pada sub kriteria fasilitas.

D. Laporan Nilai Sub Kriteria Harga Rumah

Gambar 4.40 Laporan Nilai Sub Kriteria Harga Rumah

Laporan Nilai Sub Kriteria Harga Rumah yang terlihat pada gambar

4.40 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap

(66)

E. Laporan Nilai Sub Kriteria Lokasi Rumah

Gambar 4.41 Laporan Nilai Sub Kriteria Lokasi Rumah

Laporan Nilai Sub Kriteria Lokasi Rumah yang terlihat pada gambar

4.41 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap

property berdasarkan pada sub kriteria lokasi rumah.

F. Laporan Nilai Sub Kriteria Jenis Pembayaran

Gambar 4.42 Laporan Nilai Sub Kriteria Jenis Pembayaran

Laporan Nilai Sub Kriteria Jenis Pembayaran yang terlihat pada gambar

4.42 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap

(67)

G. Laporan History Property

Gambar 4.43 Laporan History Property

Laporan History Property yang terlihat pada gambar 4.43 di atas,

merupakan laporan yang berisikan tentang history alternatif property yang

diberikan ke pengguna.

H. Laporan Data User

Gambar 4.44 Laporan Data User

Laporan Data User yang terlihat pada gambar 4.44 di atas, merupakan

laporan yang berisikan tentang data user yang dapat menjalankan aplikasi sistem.

Laporan tersebut terdiri dari username, password, konfirmasipassword dan status

(68)

4.3. Evaluasi Sistem

Pada tahap ini dijelaskan mengenai evaluasi dari aplikasi AHP dimulai

dari masalah yang paling sederhana yaitu menentukan prioritas dari berbagai

pilihan yang dihadapi oleh seorang pengambil keputusan. Untuk memecahkan

suatu masalah penentuan prioritas yang sederhana, hirarki yang dibentuk cukup

terdiri dari tiga level: goal atau tujuan utama, kriteria dan alternatif. Ada kasus

yang dipakai sebagai contoh aplikasi AHP untuk penentuan prioritas secara

sederhana yaitu: kasus memilih property.

1. Membuat suatu hierarki sederhana yang terdiri dari empat level: goal atau

tujuan utama, kriteria, sub kriteria dan alternatif.

2. Responden dari hierarki ini adalah orang yang telah memenuhi kriteria expert

untuk masalah property yaitu orang yang mengerti benar permasalahannya

dan punya kepentingan akan masalah tersebut.

3. Goal atau tujuan utama dari hierarki ini adalah memilih property yang paling

cocok atau paling memuaskan bagi responden.

4. Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam menentukan pilihan property

adalah tipe rumah, fasilitas, harga rumah dan lokasi.

5. Setelah level kriteria terisi, maka level alternatif diisi dengan empat alternatif

property, yaitu property Ciputra Citra Raya, property Pondok Tjandra Indah,

property Pantai Mentari dan property Puri Mas.

Property Ciputra Citra Raya = Property A

Property Pondok Tjandra Indah = Property B

Property Pantai Mentari = Property C

(69)

6. Menyusun Hirarki pemilihan property

Gambar 4.45 Hirarki pemilihan property

7. Setelah penyusunan hierarki selesai maka langkah selanjutnya adalah

melakukan perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dengan

memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya. Perbandingan pertama

dilakukan untuk elemen-elemen pada level kriteria dengan memperhatikan

level diatasnya, yaitu goal atau tujuan utama. Perbandingan dilakukan dengan

skala satu sampai sembilan dan memenuhi aksioma-aksioma AHP. Matriks

pembandingan dari level dua dengan memperhatikan keterkaitannya dengan

level satu, yang digambarkan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Tabel Matriks Perbandingan Level 2

KT KF KH KL Bobot Prioritas

KT 1 0.14 0.5 0.3 0.50

KF 7 1 3.5 2.3 0.07

KH 2 0.28 1 0.6 0.25

KL 3 0.43 1.5 1 0.17

Memilih Property

Fasilitas Harga Rumah Lokasi Tipe Rumah

(70)

Keterangan:

KT = Kriteria Tipe Rumah

KF = Kriteria Fasilitas

KH = Kriteria Harga Rumah

KL = Kriteria Lokasi

8. Dari matriks perbandingan di atas terlihat bahwa tipe rumah adalah kriteria

terpenting dalam memilih property disusul harga rumah, lokasi dan fasilitas.

Urutan ini keluar berdasarkan bobot prioritas yang dihasilkan matriks

perbandingan di atas di mana elemen yang mempunyai bobot prioritas

tertinggi akan mendapat urutan tertinggi dan seterusnya.

9. Setelah matriks perbandingan level dua selesai diisi dan dihitung bobot

prioritasnya maka langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan

antara elemen-elemen level tiga dengan memperhatikan keterkaitannya

dengan elemen level dua.

10.Pada tahap ini ada empat matriks perbandingan yang harus dibuat yaitu

perbandingan elemen-elemen level tiga (property A, property B, property C

dan property D) terhadap tipe rumah dan fasilitas, yang digambarkan pada

tabel 4.2 dan tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.2 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Tipe Rumah

KT PA PB PC PD

PA 1 0.25 1 0.16

PB 4 1 4 0.6

PC 1 0.25 1 0.16

(71)

Tabel 4.3 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Fasilitas

KF = Kriteria Fasilitas

PA = Property A

PB = Property B

PC = Property C

PD = Property D

11.Dari matriks perbandingan elemen level tiga terhadap tipe rumah terlihat

bahwa elemen PD adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas belum

dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PD lebih disukai daripada elemen PA,

PB dan PC. Sedangkan pada matriks perbandingan elemen level tiga terhadap

fasilitas terlihat bahwa elemen PC adalah yang terbaik meskipun bobot

prioritas belum dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PC lebih disukai

daripada elemen PA, PB dan PD.

12.Hasil dari matriks perbandingan elemen-elemen level tiga terhadap harga

rumah dan lokasi digambarkan pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.4 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Harga Rumah

KH PA PB PC PD

PA 1 0.2 0.5 0.33

PB 5 1 2.5 1.67

PC 2 0.4 1 0.67

(72)

Tabel 4.5 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Lokasi

13.Dari matriks perbandingan elemen level tiga terhadap harga rumah terlihat

bahwa elemen PB adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas belum

dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PB lebih disukai daripada elemen PA,

PC dan PD. Sedangkan pada matriks perbandingan elemen level tiga terhadap

lokasi terlihat bahwa elemen PB adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas

belum dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PB lebih disukai daripada

elemen PA, PC dan PD.

14.Setelah semua matriks perbandingan untuk level tiga selesai diisi dan diolah

maka kita sudah mendapatkan semua prioritas lokal. Langkah berikutnya

adalah melakukan operasi perkalian antara matriks-matriks yang memuat

prioritas lokal tersebut sehingga akhirnya akan menghasilkan prioritas global.

Dari setiap matriks perbandingan level tiga, akan didapatkan vektor prioritas

(73)

gabungan vektor-vektor prioritas tersebut akan menghasilkan matriks 4x4.

Sedangkan dari matriks perbandingan pada level dua akan didapatkan vektor

prioritas 4x1. Perkalian antara matriks 4x4 dengan matriks 4x1 akan

menghasilkan suatu matriks atau vektor prioritas 4x1 yang tidak lain

merupakan prioritas global dari semua elemen pada level tiga. Prioritas lokal

dan prioritas global dari masalah pemilihan property ditunjukkan pada tabel

4.6 berikut:

Tabel 4.6 Tabel Prioritas Lokal dan Prioritas Global

KT

15.Angka-angka di bawah garis menunjukkan prioritas lokal dari setiap matriks

perbandingan pada level tiga, sedangkan angka-angka di atas elemen-elemen

level dua menunjukkan prioritas lokal dari level dua. Apabila hanya

angka-angka di bawah garis yang diperhatikan maka property D dianggap terbaik

untuk kriteria yaitu kriteria tipe rumah, sedangkan property B unggul di dua

kriteria yaitu kriteria harga rumah dan lokasi. Tetapi karena property D unggul

pada kriteria yang dianggap terpenting yaitu KT (0.5) maka property D

dianggap sebagai property terbaik untuk si responden dengan bobot prioritas

(0.373). Keadaan ini sedikit lebih tinggi dari property B yang unggul pada

kriteria yang tidak begitu penting sehingga bobot prioritas globalnya hanya

mencapai (0.365). Sedangkan property C mendapat bobot prioritas global

Gambar

Gambar 3.1 Pohon Hirarki Pemilihan Property
Gambar 3.2 Preference Pemilihan Property
Gambar 3.5 DFD Level 0 SPK
Gambar 3.6 DFD Level 1 Proses AHP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitiian ini penulis telah membuat Sistem pendukung keputusan penentuan pembimbing skripsi yang dibuat dengan menggunakan metode analytical

IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARAKTER DOTA 2 merupakan hasil karya saya sendiri bukan plagiat dari karya ilmiah

Sistem pendukung keputusan penerimaan karyawan baru dengan metode Analytical Hierarchy Process memberikan hasil seleksi yang terbaik dari nilai-nilai yang dianggap tidak

Oleh karena itu, dirancang penelitian dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Hotel Kelas Melati Di Kabupaten Wonosobo Menggunakan Metode Analytical

Sistem pendukung keputusan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan pemilihan

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai pendukung keputusan (decision support) pemilihan lokasi pembangunan rumah kos untuk karyawan dengan

PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SEPEDA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN.. WEIGHTED

Salah satu metode sistem pengambilan keputusan dalam menentukan persoalan yang melibatkan multi kriteria adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process