ENDOMETRIUM
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134
HALAMAN J UDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
ENDOMETRIUM
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134
HALAMAN J UDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
ENDOMETRIUM
Disusun Oleh:
ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal: 21 April 2016
Dosen Pembimbing Dosen Penguji
dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.Kes NIK: 1971028199709 173 027 NIK : 198402204201504 1730241
Mengetahui,
Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
Nama : Abi Nubli Muhammad Yusuf
NIM : 20110310134
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 21 April 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
SWT atas berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan, karena telah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) Terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Endometrium” ini.
Selain untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Penulis berharap hasil dari KTI ini bermanfaat bagi masyarakat untuk kedepannya. Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan FKIK UMY.
2. dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes selaku dosen pembimbing, yang selalu dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.Kes selaku dosen penguji yang selalu menyempatkan diri untuk membantu dan dengan sabar selalu memberikan arahan penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan penuh untuk keberhasilan penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Eyang Sumarti yang selalu memberi perhatian kepada penulis agar penulis tetap semangat dalam melakukan penelitian
6. Aqmarlia selaku adik penulis sebagai salah satu alasan penulis ingin segera menyelesaikan penelitian ini.
7. Nindhy Marchelia R. sebagai sahabat dekat penulis yang selalu memberi motivasi agar penulis tidak menyerah dalam usahanya dan penelitian ini danat selesai tepat waktu.
v
Ilmiah selesai dibuat. Seperti yang penulis katakana sebelumnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi masyarakat serta bernilai dihadapan Allah SWT. Amin.
Yogyakarta, 21 April 2016
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 17
B. Subyek Penelitian ... 17
C. Variabel Penelitian ... 18
D. Definisi Operasional... 18
E. Alat dan Bahan Penelitian ... 19
F. Alur Penelitian ... 21
G. Analisis Data ... 22
H. Kesamaan Sampel Hewan Coba ... 22
I. Etika Penelitian ... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 24
B. Pembahasan. ... 30
C. Kelemahan Penelitian... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32
B. Saran ... 32
vii
Tabel 3.2 Alur Penelitian ... 21
Tabel 3.3 Karakteristik Sampel ... 23
Tabel 4.1 Kelompok Perlakuan ... 24
Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Kelenjar ... 24
Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar ... 26
viii
Pemberian suplemen yang mengandung phytoestrogendapat mengurangi gejala tersebut, contohnya adalah kandungan ekstrak biji labu kuning yang bagi sebagian masyarakat adalah limbah yang tidak berguna.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium. Dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan ketebalan epitel
Metode: Desain true experimentalin vivodengan rancangan post-test only with control group design. Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat 148 -280 gram,30 ekor.Perlakuan meliputi kontrol normal, kontrol negatif, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (pemberian ekstrak 100, 200, dan 400 mg/kgBB)serta pemberian estradiol 2 µg/kgBB sebagai kontrol positif. Pengumpulan data menggunakan preparat histologi yang diamati dengan mikroskop dan mikrometer. Data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Analisis statistik menggunakan uji One Way ANOVA.
Hasil:Rata-rata pada parameter jumlah kelenjar kelompok kontrol normal adalah 4,70± 2,2, kelompok kontrol negatif adalah 1,35± 1,36, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 6,2± 1,20, 5,65± 1,73, 9,75± 2,28, kelompok kontrol positif adalah 13,04± 4,51. Hasil uji statistik One Way ANOVA, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada jumlah kelenjar pada kelompok kontrol positif dengan prelakuan 3 dan ada nya perbedaan yang signifikan , p > 0,05 (p = 0,230) dan ekstrak biji labu kuning belum terbukti memiliki efek estrogenik dalam meningkatkan ketebalan endometrium tikus ovariektomi.
phytoestrogens supplements giving can reduce this syndrome, for example isthe pumpkin seeds extract which for most people is unuseful thing.
Objective:To determine the estrogenic effects of pumpkin seeds extract (Cucurbita moschata) toward the endometrium thickness of ovariectomized rats.
Methods: This research used true eksperimental in vivo design with the post - test only with control group design. The subjects of the research were30 of 8 weeks old Spraque - Dawley female rats, which werebetween 148 -280 grams. The treatmentsthat given were the normal control, the negative control,the treatment groups 1, 2, and 3 (extract 100, 200, and 400 mg/kgBB) and also the giving of estradiol 2 µg/kgBB asthe positive control. Thedata collectionmethodwasthe histological smearsthat were observed with microscope and micrometer. The normality of the data was tested with with Shapiro - Wilk test. Additionally the statistical wasanalyzed usedOne Way ANOVA test.
Results:The average of the endometrium thickness of normal control group was 48.83±0,76 µm, negative control group was 56.70±11,96 µm, 1, 2, and 3treatment groups were 50.83±5,99 µm, 46.87±6,05µm, 51.12±8,14µm, positive control groupwas 43.65±10,51 µm. The result of the statistic test usingOne Way ANOVA, represented that there was no significant differencesof the endometrium thickness in every group, p> 0.05 (p = 0.230) and pumpkin seed extract evidently did not have any estrogenic effectin the endometrium thickness increasingof ovariectomized rats.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak sekali wanita yang mengalami menopause. Gejala dari
menopause ini membuat mereka merasa tidak nyaman, dan tentunya
mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Saat ini telah dikembangkan
berbagai macam cara untuk mengurangi gejala tersebut, salah satunya adalah
terapi sulih hormon.
Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan
jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun
2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta (Pratiwi & Raksanagara, 2014).
Di Amerika, 50 hingga 80 persen gejala menopause wanita meliputi hot
flashes ("flushes"), night sweat (berkeringat malam hari), vagina kering,
insomnia, mood swing, dan depresi. Ada bukti yang kuat, dari data
randomized clinical trials, terapi estrogen sangat efektif untuk mengontrol
gejala vasomotor dan genitourinary tersebut (Manson & Martin, 2001).
Dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa saat terjadinya
menopause umumnya pada usia sekitar 45 sampai 55 tahun pada 60–70%
wanita. Usia rata-rata pada populasi barat adalah sekitar umur 50 tahun dan
terjadi lebih awal pada wanita di negara-negara berkembang dibandingkan
dengan populasi barat. Menopause terjadi oleh karena keadaan
hipo-estrogenik akibat penurunan fungsi dari ovarium (Sawitri, Fauzi, & Widyani,
Gejala seperti hot flushes, kecemasan dan iritabel dilaporkan menghilang
pada beberapa wanita dengan suplemen yang mengandung phytoestrogen.
Phytoestrogen diperkirakan bekerja sebagai agonis estrogen dengan cara
mengisi tempat reseptor estrogen ketika tidak tersedia natural estrogen dalam
tubuh (Sawitri, Fauzi, & Widyani, 2009).
Fitoestrogen merupakan bahan alami dari tumbuhan yang juga memiliki
sifat mirip estrogen. Sumber fitoestrogen salah satunya adalah isoflavon pada
susu kedelai (Cahyati, Santoso, & Juswono, 2013).
Isoflavonoid merupakan salah satu golongan dari fitoestrogen.
Isoflavonoid dibagi menjadi tiga kelompok yaitu isoflavon, isoflavan, dan
coumestan (Whitten & Pattisaul, 2001 cit. Sitasiwi, 2009). Beberapa bahan
herbal dapat digunakan sebagai agen terapi sulih hormon karena kandungan
estrogeniknya, salah satunya labu kuning.
Labu kuning (Cucurbita moschata), atau biasa disebut waluh (Jawa),
pumpkin (Inggris) merupakan buah yang kandungan gizinya cukup lengkap
dan harganya relatif murah (Hendrasty, 2003). Jenis labu kuning yang mampu
tumbuh bagus di Indonesia adalah varietas C. moschata dan jenis C. pepo, dan
kandungan nutrisi buah labu kuning ini lebih bagus tumbuh di daratan tropis,
termasuk Indonesia (Sushanty, 2013). Saat ini di Indonesia banyak sekali yang
memproduksi tepung labu kuning akan tetapi bijinya belum dimanfaatkan,
oleh karena itu, pada proposal penelitian ini akan meneliti apakah biji labu
kuning tersebut bisa dimanfaatkan atau tidak, dan bagaimana efeknya terhadap
terdapat senyawa glikosida fenolik baru dari biji C. moschata. Dan diketahui
bahwa senyawa glikosida termasuk dalam golongan isoflavon.
Penelitian ini mengujikan pada tikus yang diovariektomi untuk
menyerupai tikus yang menopause. Tidak dilakukan terhadap manusia dengan
alasan etika serta keterbatasan tempat dan waktu.
Tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar merupakan salah satu
hewan percobaan yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian. Hewan ini
telah banyak diketahui baik sifat, karakteristik, serta struktur anatominya dan
zat gizi yang diperlukannya hampir sama dengan manusia (Smith &
Mangkoewidjojo, 1998 cit. Wiyatna, Warsono, & Parakkasi, 2009).
Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan
merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal,
kelenjar-kelanjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi
banyak sekali (Bielak, 2008 cit. Laila, 2010).
Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesterone yang meningkat dan
terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan
menjadi seperti beludru (Hillegas, 2005 cit. Laila, 2010).
Wanita yang telah mengalami menopause harus memahami bahwa hal
tersebut sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, diejlaskan
bahwa manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda, dan
”… dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya…” (QS. AL-Hajj: 5).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana
pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap
gambaran histologi kelenjar endometrium
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning
(Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran histologi normal jumlah kelenjar, diameter
kelenjar dan tebal epitel kelenjar pada endometrium.
b. Mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita
moschata) terhadap gambaran histologi jumlah kelenjar, diameter
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu dan wawasan peneliti dan masyarakat akan
pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning terhadap gambaran histologi
kelenjar nedometrium.
2. Manfaat Praktisi
Efek estrogenik ekstrak biji labu kuning bermanfaat terhadap
gambaran histologi kelenjar endometrium.
E. Keaslian Penelitian
Sudah ada beberapa penelitian sebelumnya yang menyerupai
6 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian Metode Variabel Statistik Perbedaan dengan penelitian ini
Ardicho
Irfantian
(2015)
Uji Efek Estrogenik Ekstrak Biji
Labu Kuning (Cucurbita
moschata) terhadap Ketebalan
Endometrium pada Tikus
Ovariektomi
Pada penelitian ini variabel
bebasnya ekstrak biji labu kuning,
dan variabel terikatnya adalah
gambaran histologi endometrium
dengan parameter jumlah kelenjar,
diameter kelenjar dan lebar epitel
Adnan
(2004)
Pengaruh Ekstrak Heksan
Tumbuhan Pacing (Costus
True
Pada penelitian ini variabel
specious) terhadap Struktur
Histologis Uterus Mencit (Mus
munculus)
Terikat : Struktur
Histologis Uterus
Mencit
dan variabel terikatnya adalah
gambaran histologi endometrium
dengan parameter jumlah kelenjar,
diameter kelenjar dan lebar epitel
Ainun Nisa
Nur
Cahyatika
(2015)
Pengaruh Ekstrak Umbi Uwi
Ungu terhadap Gambaran
Histologis Ketebalan
Endometrium Tikus Ovariektomi
True
Pada penelitian ini variabel
bebasnya ekstrak biji labu kuning,
dan variabel terikatnya adalah
gambaran histologi endometrium
dengan parameter jumlah kelenjar,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Labu Kuning (Cucurbita moschata)
a. Asal dan Nama Tanaman
Tanaman labu kuning berasal dari Amerika Utara. Jenis-jenis
tanaman yang serumpun dengan tanaman labu kuning adalah timun
(Cucumis sativus L), semangka (Citrullu vulgaris), melon (Cucumis
melo L), blewah (Cucumis melo L), labu siam (Sechium edule Sw),
pare (Momordica charantia L), dan lain-lain. Tanaman labu kuning
berasal dari Amerika Utara. Jenis-jenis tanaman yang serumpun
dengan tanaman labu kuning adalah timun (Cucumis sativus L),
semangka (Citrullu vulgaris), melon (Cucumis melo L), blewah
(Cucumis melo L), labu siam (Sechium edule Sw), pare (Momordica
charantia L), dan lain-lain. Labu kuning dikenal juga dengan nama
waluh (Jawa), pumpkin (Inggris), labu parang (Jawa Barat), labu
merah dan labu manis (Sudarto, 2000 : 11)
Cucurbita moschata Duch ex Poret, memiliki beberapa nama
daerah yaitu labu parang (Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa
Tengah), Nama asing: butternut (Inggris). Terdapat lima spesies labu
yang dikenal, yaitu Cucubita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia
Bouche, Cucurbita mixta, Cucubita moschata Duchenes, dan
Cucurbita pipo L. Kelima spesies tersebut di Indonesia disebut labu
kuning (waluh) karena memiliki ciri-ciri yang hamper sama. Buah labu
kuning ini berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak
alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350
gram per hari (Sarmoko& Maryani, n.d.).
Gambar 2.1. Labu Kuning
Sumber :http://alamendah.org/2010/06/20/ labu-tumbuhan-kaya-manfaat
b. Klasifikasi Tanaman
Cucurbita moschata memiliki klasifikasi tanaman dari kingdom
Plantae, subkingdom Viridaeplantae, infrakingdom Streptophyta,
divisi Tracheophyta, subdivisi Spermatophytina, infradivisi
Angiospermae, kelasMagnoliopsida, superordo Rosanae, ordo
Cucurbitales, family Cucurbitaceae, genus Cucurbita, spesies
Cucurbita moschata Duchenes (Integrated Taxonomic Information
System, 2014).
c. Kandungan Kimia dan Manfaat Tanaman
Labu kuning mengandung karotenoid (betakaroten), Vitamin A
dan C, mineral, lemak, serta karbohidrat. Pada tahun 2005, ditemukan
2-(4-hydroxy)phenylethanol 4-O-(5-O-benzoyl)-beta-D-apiofuranosyl
(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (1), 2-(4-hydroxyphenyl)ethanol
4-O-[5-
O-(4-hydroxy)benzoyl]-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (2), 4-hydroxybenzyl alcohol
4-O-(5-O-benzoyl)-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (3),
4-hydroxybenzyl alcohol
4-O-[5-O-(4-hydroxy)benzoyl]-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (4) and
4-hydroxyphenyl 5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl
(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (5) (Koike et al., 2005).
Pada tahun 2009, ditemukan senyawa glikosid fenolik baru pada
biji Cucurbita moschata yaitu : phenylcarbinyl 5-O-(4-hydroxy)
benzoyl-beta-D-apiofuranosyl (1-->2)-beta-D-glucopyranoside (Li et
at., 2009).Senyawa glikosida fenolik dalam biji C. moschataini
termasuk dalam golongan isoflavon.
d. Fitoestrogen
Phytoestrogen atau disebut dengan phytosterols / phytochemical
adalah bahan yang terkandung dalam tananaman atau makanan yang
mempunyai kemiripan dengan estrogen dalam tubuh (Sawitri, Fauzi, &
Widyani, 2009). Isoflavon atau fitoestrogendapat berikatan dengan
reseptor estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal. Pada saat
kadar estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor
estrogen yang tidak terikat. Meskipun afinitasnya rendah, isoflavon
mendapatkan suplai isoflavon atau fitoestrogen yang cukup, maka akan
terjadi pengaruh pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen
shingga akan dapat meningkatkan kadar estrogen (Halliwell, 1991 cit.
Cahyati, Santoso, & Juswono, 2013).
Gambar 2.2 Struktur kimia Flavonoid pada Isoflavon Sumber : (Astuti, 2009 cit. Cahyati, Santoso, & Juswono, 2013)
e. Estrogen
Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17 β estradiol,
estron dan estriol, dimana 17β estradiol adalah yang paling dominan.
Zat-zat ini adalah steroid C18. Hormon-hormon ini disekresikan oleh
teka interna dan sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum dan
plasenta. Estrogen juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion di
dalam sirkulasi. Aromatase adalah enzim yang mengkatalisis
perubahan androstenedion menjadi estron dan perubahan testosteron
menjadi 17 β estradiol. 17 β estradiol berada dalam keseimbangan
dengan estron dan estron mengalami metabolisme lebih lanjut pada
Estradiol yang berada bebas dalam darah hanya 2% sedang yang lain
terikat yaitu : 6% ke albumin dan 38% ke gonadal steroid binding
globulin (GBG) serupa dengan yang mengikat testosteron. Hampir
semua estrogen berasal dari ovarium dan terdapat dua puncak sekresi
yaitu : pada saat sebelum ovulasi dan selama fase midluteal (Ganong,
2003; Sherwood, 2004). Aksi biologi estrogen diketahui melalui
reseptor estrogen. Reseptor estrogen (ERs) disintesis oleh beberapa
tipe sel dalam dua isoform yaitu ERα dan ERβ. Distribusi ERα dan
ERβ terdapat pada berbagai target organ antara lain: endometrium,
(Matsuzaki et al,1999), uterus, oviduct, cervix/vagina (Wang et
al,2000), tulang, otak, pembuluh darah dan jantung, sistem imun, kulit,
ginjal dan paru (Wierman, 2007).
2. Uterus
Keterangan
1 : Kelenjar Uterina
2 : Epitel Kelenjar Uterina
Gambar 2.3 Gambaran Histologi Kelenjar Uterus
Uterus manusia merupakan organ berbentuk buah pir dengan
dinding ototnya yang tebal dan kontinu, pada sisi lain bagian atas nya
luas, dengan dinding dua tuba Fallopian. Uterus hampir lurus dan
normalnya berujung di depan sehingga permukaan luasnyaa di sebelah
dorsal dan ventra. Peritonium yang menutupi permukaan dorsal dan
ventralnya dari sisi organ terhadap dinding pelvis membentuk dua
ligamen besar yang mendukung organ. Bagian atas uterus yang
berbentuk bundar di atas epitel yang menggabungkan oviduct yang
terbuka sebagai fundus. Bagian dinding uterys yang tebal dyang lebih
besar adalah otot polos miometrium dan ronggganya dilapisi oleh
b. Miometrium
Miometrium mempunyai tebal 1,25 cm dan tersusun atas berkas
otot polos berbentuk rata atau silindris yang terjalin pada semua arah,
tetapi empat lapisan berbeda dan dapat dilihat. Di bawah endometrium
terdapat lapisan tipis disebut stratum submukosa dengan berkas utama
yang longitudinal, tetapi dengan beberapa campuran berkas oblik. Di
luar stratum submukosa adalah stratum vaskular, dinamakan demikian
karena terdiri dari banyak pembuluh darah yang memberikan
gambaran seperti spon pada potongan. Pada lapisan perifer berikutnya,
stratum supravaskular, berkas yang terutama berbentuk sirkular tetapi
beberapa berkas longitudinal ditemukan di antaranya. Lapisan paling
luar, stratum subserosum adalah lapisan yang relatif tipis yang terletak
longitudinal terhadap berkas serat (Fawcett,2002).
c. Endometrium
Endometrium adalah istilah diskriptif untuk mukosa yang
melapisi rongga uterus. Tebal nya 4-5 mm pada puncak
perkembangannya, dan terdiri dari epitel kolumnar selapis dan
kelenjar tubular yang mengarah ke bawah lamia propia tebal yang
biasa disebut stroma endometrial. Terdapat dua zona dalam
endometrium yaitu Fungsionalis adalah setangah sampai dua pertiga
atas yang akan terkelupas pada menstruasi berikutnya dan Basalis
adalah bagian yang lebih dalam yang tetap dan melakukan regenerasi
d. Epitel Endometrium
Berbagai kategori epitel diberi ama berbeda sesuai jaringan dan
organnya oleh para ahli histologi dan patologi. Epitel epitel ini di
golong kan berdasarkan jumlah lapis sel, bentuk sel dan kekhusus an
permukaan bebasnya. Pada endometrium epitelnya berbentuk selapis
kolumnar. Pada epitel selapis kolumnar. Sel-sel mempunyai garis
bentuk empat persegi panjang dengan sumbu panjangnya tegak lurus
terhadap lamina basal. Tinggi selnya mungkin hanya sedikit melebihi
yang di epitel kuboid. Tetapi sering sel ini tinggi dan langsung dan
karenanya berbentuk kolumnar, dan nukleusnya cenderung tersebar
pada tingkat yang sama. Jenis epitel ini melapisi saluran cerna dari
kardia lambung sampai anus,dan ditemukan pada saluran kelenjar
tertentu yang lebih besar. Epitel selapis kolumnar bersilia ditemukan
melapisi uterus dan tuba falopii (Fawcett,2002).
e. Kelenjar Endometrium
Kelenjar eksokrin dapat berbentuk unisel atau multisel. Kelenjar
multisel digolongkan lagi sebagai tubular, alveolar, tubulo-alveolar
atau sakular, tergantung bentuk dan susunan epitelnya. Pada kelenjar
multisel bentuk paling sederhana kelenjar multi sel adalah epitel yang
semua, atau hampir semua selnya bersekresi. Contohnya ialah epitel
permukaan mukosa lambung dan epitel pelapis rongga rahim
Pada organ lain, pensekresi lendir berkelompok membentuk
kelenjar intra-epitel yang seluruhnya terletak dalam epitel, tetapi
tersusun di sekitar lumen kecil yang bergfungsi sebagai salurannya.
Kelenjar multi sel lain berkembang sebagai invaginasi tubular dari
epitel dan bertumbuh ke bawah ke dalam jaringan ikat dari lamina
propia. Produk sekresinnya mencapai permukaan epitel melalui saluran
pendek yang terdiri atas sel sel non-sekresi (Fawcett,2002).
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Fisiologi normal
: Meningkatkan
Bagan 2.1. Kerangka Konsep FSH/L
GnRH
Estrogen Hipothalamus Hipofisis
Anterior
Growth
Hormone
C. Kerangka Teori
Bagan 2.2. Kerangka Teori
D. Hipotesis
Ekstrak biji labu kuning dapat menyebabkan peningkatan jumlah dan
diameter kelenjar uterina serta lebar epithel kelenjar endometrium. Model Menopause dengan
tikus ovariektomi
FSH Naik Estrogen Turun
Atrofi Uterus dan
Endometrium
Peningkatan Diameter Kelenjar Endometrium,Jumlah Kelanjar Endometrium dan
Tebal Epitel Endometrium
Pemberian Ekstrak Bijih Labu Kuning
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada hewan uji
dengan desain posttest only control group design.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu,
berat badan 230-280 gram, diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan
Percobaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pakan tikus berupa pakan
standar BR I.
Jumlah kelompok subyek pada penelitian ini disesuaikan dengan
perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 4
bulan.
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Pembuatan & standarisasi ekstrak biji C. moschata
3 Aklimatisasi
tikus
Tempat penelitian adalah di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan
LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata)
2. Variabel tergantung : Gambaran histologi kelenjar endometrium
Dengan parameter : Jumlah Kelenjar, Diameter
3. Variabel terkendali : Tikus putih galur Spraque-Dawley, umur 8
minggu, berat badan 230 – 280 gram..
D. Definisi Operasional
1. Ekstrak etanol biji C. moschata diperoleh dengan cara dikeringkan dan
diekstraksi dengan teknik maserasi, penyari etanol 70% sehingga terbentuk
ekstrak etanol biji C. moschata.
2. Efek estrogenik adalah perubahan fisiologis dan struktur yang terjadi
karena terpapar bahan yang bersifat estrogenik. Efek ini bisa dilihat pada
organ-organ yang menjadi organ target estrogen, salah satunya kelenjar
endometrium. Parameter yang akan dilihat pada penelitian ini adalah
jumlah kelenjar endometrium, diameter kelenjar endometrium dan tebal
epitel kelenjar endometrium.
3. Gambaran histologi dinilai dengan mengamati jumlah kelenjar, diameter
kelenjar dan tebal epitel kelenjar endometrium.
E. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat pembuat ekstrak uji: timbangan, blender kering, alat-alat gelas
(erlenmeyer, gelas ukur, gelas beker, corong), homogenizer Heidolph®,
rotary evaporator Heidolph®.
2. Alat perlakuan hewan uji: kandang hewan uji, timbangan hewan,
timbangan analitik sonde lambung, alat gelas, peralatan bedah. Mikroskop
dilengkapi kamera Olympus®.
4. Alat pembuatan preparat histologi: oven, mikrotom, stainingjar/benjana
pereaksi warna, hot plate, lampu spiritus, spatula, kuas, pipet tetes.
5. Tikus putih galur Spraque Dawley, umur 8 minggu, berat badan 230-280
gram diperoleh dari UPHP (Unit Pengelolaan Hewan Percobaan) UGM,
pakan dan minum standar.
6. Biji labu kuning (Cucurbita moschata) yang diperoleh dari produsen
tepung labu kuning di Yogyakarta
7. Ekstrak etanol biji Cucurbita moschata diperoleh dari biji labu kuning
yang dikeringkan, dihaluskan, kemudian diekstrasi dengan cairan penyari
etanol 70%. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, ekstrak dibuat
F. Alur Penelitian
Tabel 3.2 Alur Penelitian
G. Analisis Data
Oleh karena data berupa data numeric, maka sebelum dilakukan analisis
data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji ini bertujuan untuk Tikus betina Spraque-Dawley, 8 minggu, 148 -280 gram, dibagi 6 kelompok (5
ekor/kelompok)
Tikus dikorbankan dengan anestesi Endometrium di ambil
Analisis data
Penyusunan laporan dan naskah publikasi Pembuatan kultur jaringan
menentukan jenis analisis yang akan digunakan. Bila data terdistribusi normal,
maka analisis menggunakan Uji Anova. Sebaliknya, bila data tidak
terdistribusi normal analisis akan menggunakan Uji Kruskal Wallis.
Uji normalitas dilakukan dengan Shapiro Wilks, karena data kurang dari
50. Apabila nilai P (signifikansi) pada uji ini lebih besar dari 0,05 maka data
terdistribusi normal.
Variabel P value Keterangan
Jumlah kelenjar 0,071 Terdistribusi normal
Diameter kelenjar 0.498 Terdistribusi normal
Lebar epitel kelenjar 0,814 Terdistribusi normal
H. Kesamaan Sampel Hewan Coba
Penelitian menggunakan subyek tikus betina sejumlah 30 ekor dibagi
menjadi 6 kelompok perlakuan. Tikus yang digunakan harus homogen, yaitu
strain Spraque-Dawley, umur 8 minggu,berat badan 148 -280 gram dengan uji
homogenitas berat badan tikus menunjukkan hasil yang homogen, yaitu p >
0,05 (p = 0,612), diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pakan tikus berupa pakan standar BR
I. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian
Tabel 3.3 Karakteristik Sampel
Variabel Karakteristik
Jenis tikus Spraque-Dawley
Usia 8 minggu
Jenis Kelamin Betina
I. Etika Penelitian
Proposal penelitian ini akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HA SIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN
A. Hasil Penelitian 1. Perlakuan
Subjek penelitian sebanyak 30 ekor tikus dengan perlakuan sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Kelompok Perlakuan
No Kode Kelompok Jumlah
1 K Kontrol Normal 5
2 K- Kontrol Negatif Ovariektomi 5
3 P1 Ovariektomi + Ekstrak C.
moschata 100 mg/kgBB
5
4 P2 Ovariektomi + Ekstrak C.
moschata 200 mg/kgBB
5
5 P3 Ovariektomi + Ekstrak C.
moschata 400 mg/kgBB
5
6 K+ Kontrol Positif = Ovariektomi
+ Estradiol 2 µg/kgBB
5
Total 30
2. Rata-rata Jumlah Kelenjar
Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata
hasil penghitungan jumlah kelenjar :
K- :Kontrol Negatif Ovariektomi
P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB
Dari tabel di atas, Nilai terendah sebesar 1,35 pada kelompok kontrol
negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-). Sedangkan nilai tertinggi
sebesar 13,04 pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+).
Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang
200mg/kgBB (P2) memberikan hasil jumlah kelenjar yang lebih rendah
sebesar 5,65 dibandingkan dosis 100mg/kgBB (P1) sebesar 6,2 dan dosis
400mg/kgBB (P3) sebesar 9,75. Kelompok kontrol normal (K) sebesar
4,70.
3. Rata-rata Ketebalan Kelenjar
Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata
Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar
Kelompok perlakuan Rata-rataKetebalan Kelenjar (µm) (mean ± SD) P value = 0,023
K- :Kontrol Negatif Ovariektomi
P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB
Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif /
tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 28,82 µm. Sedangkan nilai
tertinggi sebesar 46,27 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian
estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis
sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang
lebih rendah sebesar 41,66 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2)
sebesar 43,00 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 46,06 µm.
Kelompok kontrol normal (K) sebesar 43,27 µm.
4. Rata-rata Ketebalan Epitel
Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata
hasil penghitungan ketebalan epitel :
Tabel 4.4 Rata - Rata Ketebalan Epitel Kelompok
perlakuan
Rata-rataKetebalan Epitel (µm)
(mean ± SD) P Value = 0,202
K 13,90± 1,58
K- 11,45± 3,36
P1 14,42± 1,91
P2 14,85± 1,49
P3 14,77± 1,71
13.9 11.45 14.42 14.85 14.77 14.03
K- :Kontrol Negatif Ovariektomi
P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB
Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif /
tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 11,45 µm. Sedangkan nilai
tertinggi sebesar 14,03 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian
estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis
sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang
lebih rendah sebesar 14,42 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2)
sebesar 14,85 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 14,77 µm.
5. Perbedaan Gambaran Histologi pada Tiap Kelompok
B. Pembahasan.
1. Pengaruh Ekstrak Biji Labu Kuning terhadap Ketebalan Endometrium
Pada penelitian ini diharapkan ekstrak biji labu kuning memberikan
perubahan gambaran histologi endometrium terhadap tikus yang telah
dilakukan ovariektomi mengingat bahwa terdapat kandungan isoflavon
dalam ekstrak biji labu kuning yang merupakan fitoestrogen yang
menyerupai hormon estrogen dalam tubuh dan dapat berikatan dengan
reseptor estrogen dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan ketebalan
endometrium. Penelitian ini juga membandingkan pemberian estradiol
sebagai kontrol positif, karena estradiol telah terbukti berikatan dengan
reseptor estrogen dan dapat meningkatkan ketebalan endometrium.
Dari hasil penelitian pada ketiga parameter jumlah kelenjar, lebar
kelenjar dan tebal epitel kelompok kontrol positif (K+) menunjukkan hasil
paling tinggi secara teori, kelompok kontrol positif menunjukkan hasil
yang lebih tinggi. Tetapi pada ketebalan epitel menunjukkan nilai P value
yang tidak signifikan hal ini mungkin disebabkan karena efek dari hormon
estrogenik mempunyai target organ yang spesifik.
Keadaan kekurangan estrogen dapat diperbaiki dengan pemberian
senyawa fitoestrogen. Kandungan isoflavon sebagaimana hasil penelitian
oleh Wijono (2003) diketahui dapat memberikan efek estrogenik dan
mampu memperbaiki tebal endometrium. Proses ini melalui mekanisme
seperti yang dijelaskan oleh Cooke, et al (1998) yakni dengan cara
sehingga mampu mengubah konformasi reseptor hormon. Perubahan
konfirmasi ini menyebabkan komplek fitoestrogen-reseptor menjadi aktif
sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada
rantai DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara komplek
fitoestrogen-reseptor dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi
gen menjadi meningkat. Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA
polymerase yang menyebabkan peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis
tRNA juga akan meningkat sehingga pada akhirnya sintesis materi sel
menjadi meningkat yang mendukung aktivitas proliferasi sel.
Sehingga dapat diartikan bahwa pemberian - pemberian ekstrak biji
labu kuning (P1, P2, P3) menunjukkan efek yang hampir sama dengan
kelompok kontrol positif (K+) pada parameter jumlah kelenjar dan
diameter kelenjar hal ini menunjukkan bahwa efek dari estrogen
mempunyai target yang spesifik.
C. Kelemahan Penelitian
Peneliti menggunakan biji labu kuning dan fitoestrogen sebagai paparan.
Namun kemungkinan efek estrogen memiliki target organ spesifik sehingga
hasil menunjukkan efek estrogen tidak berpengaruh ke semua organ yang ada
32 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita
moschata) terhadap peningkatan jumlah kelenjar (uji One Way ANOVA p
< 0,05).
2. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita
moschata) terhadap peningkatan diameter kelenjar (uji One Way ANOVA p
< 0,05).
3. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol terhadap ketebalan epitel
(uji One Way ANOVA p > 0,05).
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif yang mampu
meningkatkan jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan lebar epitel tikus
secara signifikan.
2. Perlu dilakukan pembuktian keberhasilan ovariektomi pada prosedur yang
musculus ICR)Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Bloom, & Fawcett. (2012). Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.
Cahyati, Y., Santoso, D. R., & Juswono, U. P. (2013). Efek Radiasi pada Penurunan Estrogen yang Disertai Konsumsi Isoflavon untuk Mencegah Menopause Dini pada Terapi Radiasi. NATURAL B , 114.
P.S. Cooke, D.L. Buchanan, D.B. Lubahn, G.R. Cunha, Biology of Reproduction 59(1) (1998) 470-475.
Despopoulos, A., & Silbernagl, S. (2003). Color Atlas and Physiology (5th ed.).
New York: Thieme.
Ganong WF, 2003. Review of Medical Physiology. Apleton dan Lange inc : pp 376- 398.
Guyton, A. C. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
ITIS. (2014, April 19). Retrieved from ITIS:
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc h_value=22370
Junqueira, L. C., & Carneiro, J. (2003). Basic Histology : Text & Atlas, 10 Ed.
New York: McGraw-Hill.
Koike, K., Li, W., Liu, L., Hata, E., & Nikaido, T. (2005). New phenolic glucosides from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed .
Laila, S. N. (2010). Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate Dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta.
Li, F., Xu, J., Dou, D., Chi, X., Kang, T., & Kuang, H. (2009). Structure of new phenolic glycoside from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed .
Monteiro, M. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Labu Kuning Per Oral (Cucurbita Moschata Duchenes) Terhadap Kadar Trigliserid Tikus Jantan (Rattus novergicus Strain Wistar) Model Diabetes Melitus Tipe 2. 2-3.
Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., & Rodwell, V. W. (2003). Harper's Illustrated Biochemistry (26th ed.). New York: McGraw-Hill.
Pernoll, M. L. (2001). Benson & Pernoll's handbook of Obstertics and Gynecology. New York: McGraw-Hill.
Pratiwi, L., & Raksanagara, A. (2014). Pengaruh Gejala Menopause terhadap Kualitas Hidup Wanita Menopause. 1.
REMSEN, David. The use and limits of scientific names in biological informatics. ZooKeys, 2016, 550: 207.
Sarmoko, & Maryani, R. (n.d.). Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). Retrieved from http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=131
Sawitri, E. I., Fauzi, N., & Widyani, R. (2009). Kulit dan Mneopause dan Penatalaksanaan. 55.
Sitasiwi, A. J. (2009). Efek Paparan Tepung Kedelai dan Tepung Tempe sebagai Sumber Fitoestrogen terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus L.).
Sherwood L, 2004. Human Physiology From Cellls to Systems. Australia: Thomson pp:769
Sushanty, D. (2013, November 15). Retrieved from http://shanty.staff.ub.ac.id/2013/11/15/sekilas-si-labu-kuning/comment-page-1/
Sudarto, Y. 2000. Budidaya Waluh. Yogyakarta: Kanisius.
Wang C Y, Zhang ZT, Shen P, Loggie BWChang YCDeuel TF, 2006. a Varian of Estrogen Receptor hER36; Tranduction of Estrogen and Antiestrogen-Dependent Membran Initiated Mitogenic Signaling. PNAS 103(24): 9063-9068.
Weirman ME, 2007. Sex Steroid Effects at Target Tissue: Mechanism of Action.
Explore
Oneway
Tests of Normal ity
.143 30 .122 .936 30 .071
Jumlah Kelenjar
Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Descriptives
Jumlah Kelenjar
5 1.3500 1.95736 .87536 -1.0804 3.7804 .00 4.75 5 13.0500 4.58053 2.04848 7.3625 18.7375 8.75 18.50 5 4.7000 2.21077 .98869 1.9550 7.4450 1.25 6.50 5 6.2000 1.20416 .53852 4.7048 7.6952 4.75 7.75 5 5.6500 1.72844 .77298 3.5039 7.7961 3.50 8.00 5 9.7500 2.27761 1.01858 6.9220 12.5780 6.75 12.50 30 6.7833 4.45317 .81303 5.1205 8.4462 .00 18.50 Kontrol Negatif 95% Conf idence Interv al f or
Mean
Minimum Maximum
ANOVA
Jumlah Kelenjar
417.792 5 83.558 12.749 .000
157.300 24 6.554
Post Hoc Tests
Multi ple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Kelenjar LSD
-11.70000* 1.61916 .000 -15.0418 -8.3582
-3.35000* 1.61916 .049 -6.6918 -.0082
-4.85000* 1.61916 .006 -8.1918 -1.5082
-4.30000* 1.61916 .014 -7.6418 -.9582
-8.40000* 1.61916 .000 -11.7418 -5.0582
11.70000* 1.61916 .000 8.3582 15.0418
8.35000* 1.61916 .000 5.0082 11.6918
6.85000* 1.61916 .000 3.5082 10.1918
7.40000* 1.61916 .000 4.0582 10.7418
3.30000 1.61916 .053 -.0418 6.6418
3.35000* 1.61916 .049 .0082 6.6918
-8.35000* 1.61916 .000 -11.6918 -5.0082
-1.50000 1.61916 .363 -4.8418 1.8418
-.95000 1.61916 .563 -4.2918 2.3918
-5.05000* 1.61916 .005 -8.3918 -1.7082
4.85000* 1.61916 .006 1.5082 8.1918
-6.85000* 1.61916 .000 -10.1918 -3.5082
1.50000 1.61916 .363 -1.8418 4.8418
.55000 1.61916 .737 -2.7918 3.8918
-3.55000* 1.61916 .038 -6.8918 -.2082
4.30000* 1.61916 .014 .9582 7.6418
-7.40000* 1.61916 .000 -10.7418 -4.0582
.95000 1.61916 .563 -2.3918 4.2918
-.55000 1.61916 .737 -3.8918 2.7918
-4.10000* 1.61916 .018 -7.4418 -.7582
8.40000* 1.61916 .000 5.0582 11.7418
-3.30000 1.61916 .053 -6.6418 .0418
5.05000* 1.61916 .005 1.7082 8.3918
3.55000* 1.61916 .038 .2082 6.8918
4.10000* 1.61916 .018 .7582 7.4418
(J) Kelompok
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Conf idence Interv al
Explore
Oneway
Tests of Normal ity
.135 29 .188 .968 29 .498
Diamet er Kelenjar
Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Descriptives
Diameter Kelenjar
4 28.8188 8.05039 4.02519 16.0088 41.6287 20.52 39.68 5 46.2745 11.98346 5.35917 31.3951 61.1540 30.72 61.21 5 43.2681 7.40930 3.31354 34.0682 52.4680 31.70 51.33 5 41.6614 5.85037 2.61636 34.3972 48.9256 33.82 47.00 5 43.0084 5.09748 2.27966 36.6791 49.3378 37.32 50.75 5 46.0615 1.84367 .82451 43.7723 48.3507 44.02 48.55 29 41.9533 8.71232 1.61784 38.6393 45.2673 20.52 61.21 Kontrol Negatif 95% Conf idence Interv al f or
Mean
Minimum Maximum
ANOVA
Diameter Kelenjar
882.453 5 176.491 3.266 .023
1242.871 23 54.038
Post Hoc Tests
Multi ple Comparisons
Dependent Variable: Diameter Kelenjar LSD
-17.45578* 4.93123 .002 -27.6568 -7.2548
-14.44936* 4.93123 .008 -24.6504 -4.2483
-12.84264* 4.93123 .016 -23.0437 -2.6416
-14.18969* 4.93123 .009 -24.3907 -3.9887
-17.24272* 4.93123 .002 -27.4438 -7.0417
17.45578* 4.93123 .002 7.2548 27.6568
3.00642 4.64921 .524 -6.6112 12.6240
4.61315 4.64921 .331 -5.0045 14.2308
3.26609 4.64921 .489 -6.3515 12.8837
.21306 4.64921 .964 -9.4046 9.8307
14.44936* 4.93123 .008 4.2483 24.6504
-3.00642 4.64921 .524 -12.6240 6.6112
1.60672 4.64921 .733 -8.0109 11.2243
.25967 4.64921 .956 -9.3580 9.8773
-2.79336 4.64921 .554 -12.4110 6.8243
12.84264* 4.93123 .016 2.6416 23.0437
-4.61315 4.64921 .331 -14.2308 5.0045
-1.60672 4.64921 .733 -11.2243 8.0109
-1.34706 4.64921 .775 -10.9647 8.2706
-4.40009 4.64921 .354 -14.0177 5.2175
14.18969* 4.93123 .009 3.9887 24.3907
-3.26609 4.64921 .489 -12.8837 6.3515
-.25967 4.64921 .956 -9.8773 9.3580
1.34706 4.64921 .775 -8.2706 10.9647
-3.05303 4.64921 .518 -12.6707 6.5646
17.24272* 4.93123 .002 7.0417 27.4438
-.21306 4.64921 .964 -9.8307 9.4046
2.79336 4.64921 .554 -6.8243 12.4110
4.40009 4.64921 .354 -5.2175 14.0177
3.05303 4.64921 .518 -6.5646 12.6707
(J) Kelompok
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Conf idence Interv al
Explore
Oneway
Tests of Normali ty
.105 29 .200* .979 29 .814
Lebar Epitel Kelenjar
Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of t he true signif icance. *.
Lillief ors Signif icance Correct ion a.
Descriptives
Lebar Epitel Kelenjar
4 11.4544 3.35846 1.67923 6.1103 16.7984 9.11 16.40 5 14.0339 .67204 .30054 13.1995 14.8683 13.36 14.79 5 13.9003 1.57858 .70596 11.9402 15.8604 11.68 15.62 5 14.4236 1.90985 .85411 12.0523 16.7950 12.90 17.72 5 14.8520 2.49000 1.11356 11.7603 17.9438 12.43 18.60 5 14.7754 1.71161 .76545 12.6502 16.9007 12.72 16.94 29 13.9912 2.15662 .40047 13.1708 14.8115 9.11 18.60 Kontrol Negatif 95% Conf idence Interv al f or
Mean
Minimum Maximum
ANOVA
Lebar Epitel Kelenjar
33.508 5 6.702 1.594 .202
96.721 23 4.205
Post Hoc Tests
Multi ple Comparisons
Dependent Variable: Lebar Epitel Kelenjar LSD
-2.57952 1.37563 .074 -5.4252 .2662
-2.44593 1.37563 .089 -5.2916 .3998
-2.96927* 1.37563 .042 -5.8150 -.1236
-3.39765* 1.37563 .021 -6.2434 -.5519
-3.32107* 1.37563 .024 -6.1668 -.4754
2.57952 1.37563 .074 -.2662 5.4252
.13360 1.29696 .919 -2.5494 2.8166
-.38975 1.29696 .766 -3.0727 2.2932
-.81813 1.29696 .534 -3.5011 1.8648
-.74154 1.29696 .573 -3.4245 1.9414
2.44593 1.37563 .089 -.3998 5.2916
-.13360 1.29696 .919 -2.8166 2.5494
-.52335 1.29696 .690 -3.2063 2.1596
-.95173 1.29696 .470 -3.6347 1.7312
-.87514 1.29696 .507 -3.5581 1.8078
2.96927* 1.37563 .042 .1236 5.8150
.38975 1.29696 .766 -2.2932 3.0727
.52335 1.29696 .690 -2.1596 3.2063
-.42838 1.29696 .744 -3.1113 2.2546
-.35180 1.29696 .789 -3.0348 2.3312
3.39765* 1.37563 .021 .5519 6.2434
.81813 1.29696 .534 -1.8648 3.5011
.95173 1.29696 .470 -1.7312 3.6347
.42838 1.29696 .744 -2.2546 3.1113
.07658 1.29696 .953 -2.6064 2.7595
3.32107* 1.37563 .024 .4754 6.1668
.74154 1.29696 .573 -1.9414 3.4245
.87514 1.29696 .507 -1.8078 3.5581
.35180 1.29696 .789 -2.3312 3.0348
-.07658 1.29696 .953 -2.7595 2.6064
(J) Kelompok
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Conf idence Interv al
1
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH EKSTRAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI KELENJAR
ENDOMETRIUM
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134
HALAMAN J UDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
2
Pemberian suplemen yang mengandung phytoestrogendapat mengurangi gejala tersebut, contohnya adalah kandungan ekstrak biji labu kuning yang bagi sebagian masyarakat adalah limbah yang tidak berguna.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium. Dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan ketebalan epitel
Metode: Desain true experimentalin vivodengan rancangan post-test only with control group design. Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat 148 -280 gram,30 ekor.Perlakuan meliputi kontrol normal, kontrol negatif, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (pemberian ekstrak 100, 200, dan 400 mg/kgBB)serta pemberian estradiol 2 µg/kgBB sebagai kontrol positif. Pengumpulan data menggunakan preparat histologi yang diamati denganmikroskop dan mikrometer. Data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Analisis statistik menggunakan uji One Way ANOVA.
Hasil:Rata-rata pada parameter jumlah kelenjar kelompok kontrol normal adalah 4,70± 2,2, kelompok kontrol negatif adalah 1,35± 1,36, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 6,2± 1,20, 5,65± 1,73, 9,75± 2,28, kelompok kontrol positif adalah 13,04± 4,51. Hasil uji statistik One Way ANOVA, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada jumlah kelenjar pada kelompok kontrol positif dengan prelakuan 3 dan ada nya perbedaan yang signifikan , p > 0,05 (p = 0,230) dan ekstrak biji labu kuning belum terbukti memiliki efek estrogenik dalam meningkatkan ketebalan endometrium tikus ovariektomi.
3
phytoestrogens supplements giving can reduce this syndrome, for example isthe pumpkin seeds extract which for most people is unuseful thing.
Objective:To determine the estrogenic effects of pumpkin seeds extract (Cucurbita moschata) toward the endometrium thickness of ovariectomized rats.
Methods: This research used true eksperimental in vivo design with the post - test only with control group design. The subjects of the research were30 of 8 weeks old Spraque - Dawley female rats, which werebetween 148 -280 grams. The treatmentsthat given were the normal control, the negative control,the treatment groups 1, 2, and 3 (extract 100, 200, and 400 mg/kgBB) and also the giving of estradiol 2 µg/kgBB asthe positive control. Thedata collectionmethodwasthe histological smearsthat were observed with microscope and micrometer. The normality of the data was tested with with Shapiro - Wilk test. Additionally the statistical wasanalyzed usedOne Way ANOVA test.
Results:The average of the endometrium thickness of normal control group was 48.83±0,76 µm, negative control group was 56.70±11,96 µm, 1, 2, and 3treatment groups were 50.83±5,99 µm, 46.87±6,05µm, 51.12±8,14µm, positive control groupwas 43.65±10,51 µm. The result of the statistic test usingOne Way ANOVA, represented that there was no significant differencesof the endometrium thickness in every group, p> 0.05 (p = 0.230) and pumpkin seed extract evidently did not have any estrogenic effectin the endometrium thickness increasingof ovariectomized rats.
4 Pendahuluan
Banyak sekali wanita yang mengalami menopause. Gejala dari menopause ini membuat mereka merasa tidak nyaman, dan tentunya mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Saat ini telah dikembangkan berbagai macam cara untuk mengurangi gejala tersebut, salah satunya adalah terapi sulih hormon.
Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun 2030 diperkirakanakan mencapai 36 juta.1
Di Amerika, 50 hingga 80 persen gejala menopause wanita meliputi hot flashes ("flushes"), night sweat (berkeringat malam hari), vagina kering, insomnia, mood swing, dan depresi. Ada bukti yang kuat, dari data randomized clinical trials, terapi estrogen sangat efektif untuk mengontrol gejala vasomotor dan genitourinary tersebut.2
Dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa saat terjadinya menopause umumnya pada usia sekitar 45 sampai 55 tahun pada 60–70% wanita. Usia rata-rata pada populasi barat adalah sekitar umur 50 tahun dan terjadi lebih awal pada wanita di negara-negara berkembang dibandingkan dengan populasi barat. Menopause terjadi oleh karena keadaan hipo-estrogenik akibat penurunan fungsi dari ovarium.3
Labu kuning (Cucurbita moschata), atau biasa disebut waluh (Jawa), pumpkin (Inggris)merupakan buah yang kandungan gizinya cukup lengkap dan harganya relatif murah.4 Jenis labu kuning yang mampu banyak sekali yang memproduksi tepung labu kuning akan tetapi bijinya belum dimanfaatkan, oleh karena itu, pada proposal penelitian ini akan meneliti apakah biji labu kuning tersebut bisa dimanfaatkan atau tidak, dan bagaimana efeknya terhadap ketebalan endometrium pada tikus ovariektomi. Terdapat senyawa glikosida fenolik baru dari biji C. moschata.Dan diketahui bahwa senyawa glikosida termasuk dalam golongan isoflavon.6
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada hewan uji dengan desain posttest only control group design. Penelitian ini mencoba untuk melihat gambaran mengenai Pengaruh Ekstrak Biji Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Endometrium.
Subjek Penelitian
5 Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Perlakuan
Subjek penelitian sebanyak 30 ekor tikus dengan perlakuan sebagai berikut :
Tabel 4.1Kelompok Perlakuan No Kode Kelompok Jumlah
1 K Kontrol
3 P1 Ovariekto
mi +
4 P2 Ovariekto
mi +
5 P3 Ovariekto
mi +
2. Rata-rata Jumlah Kelenjar Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata –
rata hasil penghitungan jumlah kelenjar :
Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Kelenjar Kelompok
K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB
P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB
P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB
6 Dari tabel di atas, Nilai terendah sebesar 1,35 pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-). Sedangkan nilai tertinggi sebesar 13,04 pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 200mg/kgBB (P2) memberikan hasil jumlah kelenjar yang lebih rendah sebesar 5,65 dibandingkan dosis 100mg/kgBB (P1) sebesar 6,2 dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 9,75. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 4,70.
3. Rata-rata Ketebalan Kelenjar Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan kelenjar :
Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar
K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB
P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB
P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB
K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB
Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 28,82 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 46,27 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 41,66 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 43,00 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 46,06 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 43,27 µm.
7
K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB
P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB
P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB
K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB
Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi
saja (K-) sebesar 11,45 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 14,03 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 14,42 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 14,85 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 14,77 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 13,90 µm.
Pembahasan
Dari hasil penelitian pada ketiga parameter jumlah kelenjar, lebar kelenjar dan tebal epitel kelompok kontrol positif (K+) menunjukkan hasil paling tinggi secara teori, kelompok kontrol positif menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Tetapi pada ketebalan epitel menunjukkan nilai P value yang tidak signifikan hal ini mungkin disebabkan karena efek dari hormon estrogenik mempunyai target organ yang spesifik.
fitoestrogen-8 reseptor menjadi aktif sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada rantai DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara komplek fitoestrogen-reseptor dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi gen menjadi meningkat. Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA polymerase yang menyebabkan peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis tRNA juga akan meningkat sehingga pada akhirnya sintesis materi sel menjadi meningkat yang mendukung aktivitas proliferasi sel.7
Sehingga dapat diartikan bahwa pemberian pemberian ekstrak biji labu kuning (P1, P2, P3) menunjukkan efek yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif (K+) pada parameter jumlah kelenjar dan diameter kelenjar hal ini menunjukkan bahwa efek dari estrogen mempunyai target yang spesifik.
A. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada jumlah kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05).
2. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada diameter kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05). 3. Tidak terdapat perbedaan
bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada ketebalan epitel (uji One Way ANOVA p > 0,05).
4. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu
kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan jumlah kelenjar.
5. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan diameter kelenjar.
6. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol terhadap ketebalan epitel. B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif yang mampu meningkatkan jumlah kelenjar,diameter kelenjar dan lebar epitel tikus secara signifikan.
2. Perlu penghitungan jumlah leukosit PMN pada histologi endometrium masing-masing kelompok hewan uji, untuk memastikan bahwa penebalan endometrium disebabkan karena inflamasi atau faktor lain.
3. Perlu dilakukan pembuktian keberhasilan ovariektomipada prosedur yang dilakukan. Daftar Pustaka
1. Pratiwi, L., & Raksanagara, A. (2014). Pengaruh Gejala Menopause terhadap Kualitas Hidup Wanita Menopause. 2. Manson, J. E., & Martin, K.
(2001). Postmenopausal Hormone-Replacement
Therapy. The New England
Journal of Medicine , 35. 3. Sawitri, E. I., Fauzi, N., &
9
Mneopause dan
Penatalaksanaan. 55.
4. Hendrasty, H. K. (2003).
Tepung Labu Kuning.
Yogyakarta: Kanisius.
5. Sushanty, D. (2013, November 15). Retrieved from http://shanty.staff.ub.ac.id/201 3/11/15/sekilas-si-labu-kuning/comment-page-1/ 6. Li, F., Xu, J., Dou, D., Chi, X.,
Kang, T., & Kuang, H. (2009). Structure of new phenolic glycoside from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed . 7. Koike, K., Li, W., Liu, L.,
Hata, E., & Nikaido, T. (2005). New phenolic glucosides from the seeds of Cucurbita