• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 1 KOTABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 1 KOTABUMI"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

MEDIA PICTURE IN THE BOX FOR INCREASE LEARNING OUTCOMES IN SOCIAL STUDIES LEARNING AT SMPN 1 KOTABUMI

By Dian Afuarita

This research aims to produce instructional media named "Picture in The Box" and to analyze the effectiveness of the use of media in the Picture Box in improving learning outcomes. The research method using the "Research and Davelopment" (R & D). Population taken from students of class VII SMPN 1 Kotabumi consisting of eight classes. The sampling technique used purposive sampling, the two classes of class VII A as a class experiment that uses media "Picture in The Box", and class VII F as the control class that uses the media "instead of Picture in The Box" (Map, Atlas, Globe, Whiteboard, Rock, and LCD). Data analysis using t-test, if t count larger than t-table, then the media "Picture in The Box" was declared effective in improving learning outcomes in social studies learning. Results of the study are (1) the media "Picture in The Box" which has been assessed by experts and learners with the design of media development using design Dick and Carey, declared fit for use; (2) use of media "Picture in The Box" is effective in improving learning outcomes. The average learning outcomes experimental class is higher than the average of the control class learning outcomes. The analysis results obtained coefficient t-count is greater than t-table, so learning to use the media "Picture in The Box" was declared effective in improving learning outcomes.

(2)

ABSTRAK

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

DI SMPN 1 KOTABUMI Oleh

Dian Afuarita

Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk media pembelajaran bernama media ‘Picture in The Box’ dan untuk menganalisis efektifas penggunaa media Picture in The Box dalam meningkatkan hasil belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMPN 1 Kotabumi yang terdiri dari delapan kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, pada dua kelas yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen yang menggunakan media Picture in The Box dan kelas VII F sebagai kelas kontrol yang menggunakan media bukan

Picture in The Box (Peta, Atlas, Globe, Papan Tulis, Batuan, dan LCD). Analisis data menggunakan uji t, yaitu jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka media

Picture in The Box dinyatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS. Hasil penelitian adalah (1) media "Picture in The Box" yang telah dinilai oleh para ahli dan peserta didik dengan desain pengembangan media menggunakan desain Dick and Carey, dinyatakan layak digunakan; (2) penggunaan media "Picture in The Box" efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Hasil analisis diperoleh nilai koefisien t-hitung lebih besar dari t-tabel, sehingga pembelajaran menggunakan media "Picture in The Box" dinyatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.

(3)

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

DI SMPN 1 KOTABUMI

Oleh

DIAN AFUARIT A

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

DI SMPN 1 KOTABUMI

(Tesis)

Oleh

DIAN AFUARIT A

PRO GRAM PAS CA SARJANA MAGIS TER PE NDIDI KAN I PS FAKULTAS KE GURUAN DAN IL MU PE NDIDI KAN

UNI VE RSITAS LAMPUNG BANDAR L AMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Fungsi media dalam proses pembelajaran ... 25

2.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 61

3.1. Prosedur Penelitian Pengembangan Borg dan Gall ... 64

3.2. Rumus t-test sampel related ... 80

3.3. Penilaian Ketuntasan Belajar Klasikal ... 82

3.4 Desain Produk Pengembangan Media Picture in The Box ... 83

3.5 Rumus Mencari Persentase Kelayakan Media ... 107

3.6 Contoh Flashcard ... 110

3.7 Satu Contoh Produk Awal Media Picture in The Box ... 111

3.8 Rancangan Uji Coba Produk ... 113

3.9 Satu Contoh Produk Jadi Media Picture in The Box... 131

3.10 Tahapan uji perorangan ... 134

3.11 Tahapan Evaluasi Kelompok Kecil ... 149

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian Pengembangan ... 8

1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 9

1.7 Pentingnya Pengembangan ... 9

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 10

1.9 Kegunaan Penelitian... 11

1.10 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1.10.1 Tempat Penelitian ... 12

1.10.2 Waktu Penelitian ... 12

1.10.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 13

1.10.4 Ruang Lingkup Keilmuan ... 13

II.KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 15

1.1 Teori-teori Belajar ... 15

2.1.1 Teori Belajar Behaviorisme ... 15

2.1.2 Teori Belajar Kognitif ... 17

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme ... 20

2.1.4 Teori Belajar Humanisme ... 22

2.2 Media Pembelajaran ... 23

2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 25

2.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 28

2.5 Media Gambar ... 29

2.6 Media Picture in The Box ... 33

2.7 Dasar Pengembangan Media Picture in The Box ... 37

2.8 Konsep Pembelajaran ... 42

2.8.1 Media Picture in The Box Dalam Proses Pemb. IPS ... 44

(7)

2.10 Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 52

2.11 Aktivitas Belajar ... 53

2.12 Hasil Belajar ... 56

2.13 Hasil Penelitian yang Relevan ... 59

2.14 Kerangka Pikir Penelitian ... 61

2.15 Hipotesis Penelitian ... 62

III. METODE PENELITIAN ... 63

3.1 Model dan Prosedur Pengembangan ... 63

3.2 Variabel Penelitian ... 66

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 67

3.4 Populasi dan Sampel ... 68

3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian ... 70

3.6 Data Penelitian ... 72

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.8 Uji Persyaratan Instrumen Butir Soal ... 75

3.9 Uji Persyaratan Analisa Data ... 79

3.10 Teknik Analisa Data ... 80

3.10 Rancangan Desain Penelitian dan Pengembangan ... 83

3.11 Desain Penelitian dan Pengembangan ... 84

3.11.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi ... 84

3.11.2 Perencanaan ... 86

3.11.3 Pengembangan Produk Awal ... 89

3.11.4 Uji Coba Produk ... 112

3.11.5 Revisi Produk Awal Menghasilkan Produk Utama . 117 A. Reviu Ahli Media ... 119

B. Reviu Ahli Materi ... 124

C. Reviu Ahli Proses Pembelajaran ... 128

D. Produk Jadi Setelah Validasi ... 131

3.11.6 Uji Coba Utama ... 132

A. Uji Perorangan... 133

B. Uji Kelompok Kecil ... 138

C. Uji Terbatas ... 143

3.11.7 Revisi Produk Hasil Uji Coba ... 146

3.11.8 Merancang dan Melaksanakan Uji Coba Lapangan . 147 IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 149

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 149

4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 156

4.2.1 Desain Uji Coba Produk ... 157

4.2.2 Identitas Peserta Didik ... 158

(8)

Bukan Picture in The Box (Kelas Kontrol)……… 165

4.3 Hasil Ujicoba Lapangan.. ... 171

4.3.1 Aktivitas Belajar Peserta didik ... 171

4.3.2 Hasil Belajar ... 208

4.3.2.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol . 209

4.3.3.2 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 210

4.4 Uji Persyaratan Analisis ... 211

4.5 Pengujian dan Pembahasan Hipotesis ... 214

4.6 Pembahasan Produk Akhir Media Picture in The Box..... 216

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 224

5.1 Simpulan ... 224

5.2 Implikasi ... 225

4.3 Saran .. ... 226

DAFTAR PUSTAKA ... 227

(9)

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi wawancara (need assessment) ... 234

2. Pertanyaan wawancara ... 236

3. Angket gaya belajar... 238

4. Kisi-kisi soal uji coba ... 239

5. Soal Pilihan Jamak ... 242

6. Skor bobot, reliabilitas, validitas soal ... 247

7. Analisis validitas soal ... 258

8. Analisis reliabilitas soal ... 259

9. Analisis media ... 260

10.Produk awal media Picture in The Box ... 264

11.Kisi-kisi dan angket para ahli ... 271

12.Reviu ahli media ... 274

13.Reviu ahli materi ... 275

14.Reviu ahli proses pembelajaran ... 276

15.Produk jadi media Picture in The Box ... 277

16.RPP ... 287

17.LKPD ... 328

18.Kisi-kisi dan angket uji perorangan, kel kecil, kel. terbatas ... 345

19.Penilaian uji perorangan ... 347

20.Penilaian uji kelompok kecil ... 348

21.Penilaian uji kelompok terbatas ... 349

22.Penilaian guru IPS ... 350

23.Kisi-kisi aktivitas belajar dan kriteria ... 351

24.Lembar observasi aktivitas belajar ... 352

25.Aktivitas belajar kelas VII A... 354

26.Aktivitas belajar kelas VII F ... 356

27.Data jawaban pretest kelas VII A ... 358

28.Nilai pretest kelas VII A ... 359

29.Data jawaban pretest kelas VII F ... 360

30.Nilai pretest kelas VII F ... 361

31.Data jawaban posttest kelas VII A ... 362

(10)

34.Nilai posttest kelas VII F ... 365

35.Normalitas kelas VII A ... 366

36.Normalitas kelas VII F ... 367

37.Kurva Normalitas Kelas VII A ... 368

38.Kurva Normalitas kelas VII F ... 369

39.Homogenitas Kelas VII A ... 370

40.Homogenitas Kelas VII F ... 371

41.Uji Efektifitas ... 372

42.Tabel Distribusi t ... 373

43.Tabel Nilai –nilai r Product Moment ... 374

44.Pembagian kelompok diskusi kelas VII A ... 375

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Hasil survei ketersediaan media pembelajaran IPS di SMP

Negeri 1 kotabumi tahun pelajaran 2013/2014. ... 2

1.2 Karakteristik Umum dan Prestasi Belajar IPS Ujian Akhir Semester Genap Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Kotabumi TP 2013/2014 ... 4

2.1 Tema, Sub Tema, dan Sub-sub Tema pada pembelajaran IPS ... 35

2.2 Penelitian yang relevan ………..……… 59

3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Kotabumi ... 69

3.2 Kriteria Reliabilita Soal………..………..……. 77

3.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal... 77

3.4 Klsifikasi Indeks Daya Beda Soal………..……….. 78

3.5 Hasil Uji Daya Pembeda Soal………..………. 78

3.6 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran sesuai dengan Media yang dikembangkan ... 88

3.7 Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran ………..……. 92

3.8 Prilaku spesifik peserta didik yang diharapkan (Behavior) dari setiap RPP ……….. 97

3.9 Peserta didik mendemonstrasikan prilaku yang dikehendaki (Condition) ... 98

3.10 Kisi-kisi Penilaian Media Picture in The Box oleh Para Ahli ... 118

3.11 Penilaian ahli media ... 121

(12)

3.14 Kisi-kisi Penilaian Uji kelompok Perorangan, kelompok kecil,

dan terbatas terhadap Media Picture in The Box ... 132

3.15 Hasil penilaian uji perorangan ... 135

3.16 Indikator Penilaian Media Picture in The Box oleh Kelompok Perorangan ... 136

3.17 Hasil Penilaian uji coba kelompok kecil ... 140

3.18 Indikator Penilaian Media Picture in The Box oleh Kelompok Kecil ... 141

3.19 Hasil Penilaian uji coba kelompok terbatas ... 143

3.20 Indikator Penilaian Media Picture in The Box oleh Kelompok Terbatas ... 144

4.1 Jumlah dan Jenis Ruangan SMPN 1 Kotabumi ... 152

4.2 Jumlah siswa dan rombongan belajar SMPN 1 Kotabumi ... 153

4.3 Waktu dan Tahapan Kegiatan Penelitian ... 156

4.4 Identitas Peserta Didik ... 158

4.5 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Memperhatikan Guru Pada Saat Menjelaskan Materi……….……… 173

4.6 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Memperhatikan Teman Pada Saat Menjelaskan Diskusi………. ……… 179

4.7 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Mengajukan Pertanyaan Pada Saat Diskusi ... 184

4.8 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Menanggapi/berkomentar Tentang Masalah yang Diajukan ... 189

4.9 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Mencatat Materi Hasil Diskusi ... 195

4.10 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Bekerjasama Memecahkan Masalah ……… 199

(13)

4.12 Nilai Hasil PretestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….. 209

4.13 Nilai Hasil PosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….. 210

4.14 Hasil Uji Normalitas ... 211

4.15 Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ... 212

4.16 Hasil Uji Homogenitas ... 213

4.17 Kesimpulan Hasil Uji Homogenitas... 213

(14)

MOTTO

Berusaha, tekun, sabar, doa, dan tawakal (Dian Afuarita)

Tidak ada yang kebetulan

Segala sesuatu yang kita alami entah itu baik atau buruk selalu ada hikmah dibalik semuanya.

Tidak ada yang kebetulan

Selalu ada yang dapat kita pelajari dari setiap orang yang datang dan pergi di dalam kehidupan kita.

Semua hanya dapat kita pahami, jika kita mau belajar untuk melihat dengan hati yang lapang dan pikiran yang terbuka.

(15)
(16)

Kupersembahkan kepada

 Bapak dan Mamak tercinta, yang selalu mendoakan untuk keberhasilanku.

 Suamiku Drs. Zumri dan anak-anakku tercinta: Muhammad Faisal Jauhar,

Aulia Marwah Paradhiba, dan Aslam Fazil Makarim, yang selalu sabar, mendorong dan mendoakan untuk keberhasilanku.

 Adik-adikku tersayang: Ety, Asep, Elvi, David, Indra, Samsidar, Mega

dan Romi, serta keponakanku: Haikal, Xenaya, Xayara, dan Raisya.  Bapak dan Ibu Dosen, yang telah mendidik dan membimbingku.

 Bapak dan Ibu Guru TK Bhayangkari, SDN 2 Kotabumi, SMPN 2

Kotabumi, dan SMAN 1 Kotabumi yang telah mendidikku.  Rekan-rekan mahasiswa MPIPS angkatan 2013.

(17)
(18)
(19)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat, dan hidayahNya tesis penelitian pengembangan ini berhasil diselesaikan. Tesis yang berjudul “Media Gambar di Dalam Kotak (Picture in The Box) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi” ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesainya tesis ini atas karunia Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P Hariyanto, M.Si. Rektor Universitas Lampung.

2. Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung, sekaligus pembimbing utama.

(20)

Universitas Lampung.

5. Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si. Selaku pembimbing kedua yang telah penuh kesabaran mengarahkan dan memberi petunjuk selama penyusunan tesis ini. 6. Dr. Hi. Darsono, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam

menyusun tesis ini.

7. Dr. Sumadi, M.S. yang telah memberikan masukan dan saran pada seminar proposal terdahulu.

8. Dr. Adelina Hasyim, M. Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam mengembangkan produk media Picture in The Box.

9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah ikhlas memberi ilmu kepada penulis.

10.Isroh, S.Pd.Ek., selaku Kepala SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara. 11.Rekan-rekan pendidik dan anak-anak didikku di SMPN 1 Kotabumi. 12. Keluarga besarku atas do’a dan dukungannya.

13.Seluruh teman seperjuangan mahasiswa Angkatan 2013 Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.

14.Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian pengembangan ini dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

(21)
(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan dan membina potensi yang dimiliki peserta didik. Sekolah juga menyediakan berbagai kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman pendidikan. Fungsi sekolah sangatlah penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik yaitu dengan meningkatkan mutu lulusan anak didiknya, hal itu harus didukung dengan proses pembelajaran yang efektif, terencana, dan sistematis agar hasil belajar peserta didik menjadi optimal.

(23)

Tenaga pendidik di SMPN 1 Kotabumi pada tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 65 orang pendidik. Kualifikasi S.2 (4 orang), S.1 (59 orang), dan D.III (4 orang). Tenaga pendididk mata pelajaran IPS sebanyak 6 orang. Empat orang pendidik untuk mata pelajaran IPS kurang dapat memanfaatkan teknologi pembelajaran secara optimal karena merupakan pendidik yang berumur sangat dewasa, sehingga dalam proses pembelajaranya sangat monoton dan cenderung berpusat pada guru.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Kotabumi, merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit atau tidak menarik. Hal tersebut disebabkan mata pelajaran IPS merupakan perpaduan dari berbagai kompetensi yang terintegrasi sehingga kompetensi yang harus dikuasai peserta didik cukup banyak, keterbatasan media pendukung yang ada di sekolah, dan kurangnya kreativitas pendidik, menyebabkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik kurang memuaskan.

Media pembelajaran di SMP Negeri 1 Kotabumi, khususnya untuk mata pelajaran IPS dinilai masih kurang dan jumlahnya terbatas. Ketersediaan media pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kotabumi pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Ketersediaan Media Pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.

Media Pembelajaran

Jenis Jumlah

L C D 2

CD Pembelajaran 3

Globe 3

Peta 20

Atlas (Atlas Dunia, Atlas Sejarah) 78

Batuan 2 kotak

Buku Pelajaran 737

(24)

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa media pembelajaran IPS yang tersedia di SMPN 1 Kotabumi L.U sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah peserta didik yang ada, seperti jumlah buku paket IPS hanya 737 buku sedangkan peserta didik sebanyak 1060, LCD hanya ada 2 sedangkan jumlah kelas seluruhnya adalah 29 kelas. Kondisi tersebut tentunya memerlukan kreativitas dan inovasi pendidik untuk mengatasinya, dikarenakan terbatasnya media pembelajaran yang tersedia di sekolah akan berdampak pada aktivitas belajar mengajar yang secara signifikan akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di SMPN 1 Kotabumi pada kelas VII A, F, H, dan I, maka dapat diketahui bahwa rendahnya hasil belajar dikarenakan rendahnya aktivitas peserta didik terhadap pelajaran IPS. Aktivitas belajar yang ditunjukkan peserta didik pada waktu pembelajaran IPS sangat rendah yaitu peserta didik tidak aktif bertanya, tidak aktif menjawab pertanyaan, dan berbicara dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan pendidik. Proses pembelajaran masih berpusat pada pendidik yaitu melalui metode ceramah yang diselingi tanya jawab, tulisan-tulisan di papan tulis, dan pendidik kurang kreatif dalam menentukan dan menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran. Akibatnya pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan sangat kurang.

(25)

Tabel 1.2 Karakteristik Umum dan Prestasi Belajar IPS Ujian Akhir Semester Ganjil Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kelas Jumlah siswa Usia rata-rata Asal rata-rata SDN/SDS Gaya belajar rata-rata

Nilai UAS Ganjil

KKM < 71 ≥ 71 Jlh VII A VII F VII H VII I 36 35 36 36 13-14 13-14 13-14 13-14 SDN SDN SDN SDN Visual Visual Visual Visual 71 71 71 71 30 30 33 34 6 5 3 2 36 35 36 36

jumlah 143 - - - - 127 16 143

Sumber: Hasil survei lapangan di kelas VII SMPN 1 Kotabumi L.U Januari 2014.

Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa peserta didik kelas VII A, F, H, dan I rata-rata memiliki gaya belajar visual dengan usia rata-rata 13-14 tahun dan prestasi belajar yang rendah yaitu dari 143 peserta didik, peserta didik yang tuntas belajar atau mencapai KKM (mencapai niai 71 atau lebih) hanya 16 peserta didik atau hanya 11,18% sedangkan peserta didik yang tidak mencapai KKM (tidak mencapai nilai 71) sebanyak 127 peserta didik atau 88,81%.

(26)

Media pembelajaran merupakan sarana untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada peserta didik. Dengan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran diharapkan dapat membantu pendidik meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran hendaknya pendidik mampu menyediakan dan menyiapkan media pembelajaran untuk membangkitkan aktivias peserta didik dan mempermudah proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media pembelajaran adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum tersedia maka pendidik berupaya untuk mengembangkanya sendiri. Adapun pengembangan media pembelajaran yang dapat dikerjakan sendiri oleh pendidik sebagai berikut; (1) media berbasis visual

yang meliputi gambar, chart, grafik, transparansi dan slide; (2) media berbasis

audio-visual yang meliputi video,dan audio-tape; (3) media berbasis komputer yang meliputi komputer dan video interaktif (Arsyad, 2014: 101).

(27)

sistematis, menggunakan rasio dan logika, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan serta berusaha mencari solusi berbagai problem kehidupan yang tiada berkesudahan. Jadi pada tahap ini, peserta didik sudah mampu untuk memecahkan masalah dan mencari solusi berbagai problem kehidupan, artinya kemampuan berpikirnya sudah berkembang semakin logis.

Terbatasnya media pembelajaran IPS, karakteristik peserta didik, dan secara umum gaya belajar peserta didik adalah gaya belajar visual, maka dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, penggunaan media visual dirasa sangat tepat. Media visual yang akan dikembangkan di SMPN 1 Kotabumi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, serta merangsang pendidik mata palajaran IPS lainnya untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya untuk mata palajaran IPS.

Pengembangan media pembelajaran yang dipilih yaitu media visual berupa gambar. Media gambar tersebut digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran yang bersifat kontekstual dan masih abstrak dalam pemahaman anak didik. Media gambar dapat merangsang respon peserta didik untuk mengamati, menganalisis, dan menanya berkaitan dengan gambar yang ditampilkan. Pemilihan media visual berupa gambar tersebut didasarkan pada ketersediaan media, karakteristik peserta didik, gaya belajar peserta didik, dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media gambar, serta disesuaikan dengan kondisi dan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Melalui penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS tersebut, peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dan pembelajaran tidak

(28)

Uraian tersebut menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian tentang pengembangan media visual berupa gambar dalam pembelajaran IPS SMP kelas VII. Media tersebut, diberi nama media pembelajaran Picture in The Box.

Pemilihan nama media Picture in The Box karena media gambar yang akan dikembangkan dalam bentuk kartu bergambar fenomena-fenomena alam dan sosial berukuran 7 cm x 10 cm yang diletakkan di dalam kotak, maka judul

penelitian ini adalah “Media Gambar di Dalam Kotak (Picture in The Box) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan untuk penelitian ini sebagai berikut.

1. Kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran karena materi pelajaran IPS yang cukup banyak.

2. Rendahnya prestasi belajar IPS peserta didik.

3. Rendahnya aktivitas belajar peserta didik terhadap pelajaran IPS. 4. Terbatasnya media pembelajaran IPS untuk kegiatan belajar mengajar.

5. Masih minimnya pengetahuan pendidik mengenai media yang dapat dikembangkan untuk menunjang proses belajar mengajar.

(29)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada “Media Gambar di Dalam Kotak (Picture in The Box) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS di

SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian pengembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penggunaan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah.

(30)

2. Menganalisis efektifitas penggunaan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk pengembangan yang akan dibuat dalam karya ilmiah ini adalah media pembelajaran mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester ganjil yang diberi nama media Picture in The Box. Secara spesifik media Picture in The Box yang akan dikembangkan adalah media visual berupa kartu bergambar fenomena alam dan sosial berukuran 10 cm x 7 cm, dilengkapi dengan tulisan singkat tentang materi atau fenomena-fenomena tersebut.

1.7 Pentingnya Pengembangan

Permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di SMP adalah mata

pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik karena perpaduan 4 aspek materi mata pelajaran, yaitu materi

(31)

Media Picture in The Box merupakan media yang dapat dibuat oleh pendidik dan dapat dengan mudah digunakan di tengah keterbatasan kemampuan pendidik dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Dengan pengembangan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) pada mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester 1, diharapkan dapat membantu peserta didik memahami konsep-konsep pada mata pelajaran IPS SMP yang begitu luas. Dengan media Picture in The Box yang dikembangkan tersebut hasil belajar perserta didik dapat ditingkatkan.

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.8.1 Asumsi Pengembangan

Karya ilmiah pengembangan berupa produk media Picture in The Box dilandasi oleh teori belajar beharviorisme, kognitivisme, kontruktivisme dan humanisme. Teori behaviorisme dan kognitivisme digunakan karena dari segi pemanfaatan media Picture in The Box dalam kaitannya dengan menstimulus minat belajar peserta didik. Sedangkan teori konstruktivisme dan humanisme digunakan karena berkaitan dengan kemandirian belajar peserta didik dan kemampuan memahami konsep-konsep IPS untuk kemudian merekonstruksi menjadi sebuah pengetahuan.

(32)

1.8.2 Keterbatasan Penelitian Pengembangan

[

Berkaitan dengan penelitian pengembangan ini, ada beberapa keterbatasan. Pertama; pengembangan media Picture in The Box ini hanya melalui uji coba skala kecil dan besar yang dilakukan di satu sekolah, sehingga belum representatif dalam mewakili sekolah tingkat SMP yang ada. Kedua; dalam penelitian pengembangan ini uji efektivitas hanya terbatas pada empat materi yang terdapat pada sub-sub tema 1 dan tema 2 pada mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester ganjil Kurikulum 2013, yang dikemas pada dua RPP (masing-masing satu RPP untuk dua pertemuan), sehingga hasil pengembangan ini tidak dapat digeneralisasikan sebagai hasil penelitian pada mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester ganjil.

1.9 Kegunaan Penelitian

Secara khusus kegunaan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut.

(33)

2. Secara praktis, (1) bagi pendidik hasil pengembangan berupa media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS tingkat SMP dapat digunakan sebagai media allternatif ditenggah keterbatasan media yang ada; (2) bagi peserta didik, media Picture in The Box diharapkan dapat membimbing dan membantu peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

1.10 Ruang Lingkup Penelitian

1.10.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian pengembangan media Picture in The Box mata pelajaran IPS dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara pada kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Dasar pertimbangannya, peneliti adalah pendidik yang bertugas di sekolah tersebut. Disamping itu peneliti ingin memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pengembangan sebuah media bagi sekolah, dan sumber inspirasi kepada pendidik lain untuk selalu mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran.

1.10.2 Waktu Penelitian

(34)

1.10.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian pengembangan ini adalah peserta didik kelas VII semester ganjil SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara dengan alasan bahwa peneliti adalah pendidik kelas VII, disamping itu terbatasnya media pembelajaran untuk kelas VII. Sedangkan objek penelitian pengembangan ini adalah media Picture in The Box

sebagai media pembelajaran IPS yang diujicobakan pada peserta didik kelas VII semester ganjil di SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara.

1.10.4 Ruang Lingkup Keilmuan

Media Picture in The Box merupakan media pembelajaran untuk mengatasi kepasifan peserta didik dalam proses pembelajaran IPS dalam rangka meningkatkan hasil belajar, termasuk dalam ruang lingkup pendidikan IPS. Menurut Sapriya (2009: 13-14), terdapat lima tradisi dalam pendidikan IPS. Adapun lima tradisi pada tujuan inti pendidikan IPS adalah sebagai berikut.

1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan. 2. Ilmu pengetahuan sosial sebagai ilmu-ilmu sosial.

3. Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inquiri.

4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai kritik kehidupan sosial.

5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembangan pribadi individu.

(35)

1. Penggunaan media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat menemukan dan memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran IPS. Menemukan konsep dan memahaminya menjadi sebuah pengetahuan termasuk dalam kawasan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial refleksi inquiri.

2. Konsep-konsep yang terdapat dalam media pembelajaran Picture in The Box

merupakan upaya untuk menyampaikan atau memberikan materi pendidikan IPS kepada peserta didik. Hal tersebut termasuk dalam kawasan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial.

3. Penggunan media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS, membantu peserta didik untuk kritik terhadap kehidupan sosial. Pengambilan keputusan yang rasional dan tindakan aksi sosial terlihat pada bagaimana peserta didik menemukan solusi dalam menjawab setiap permasalahan yang dihadapi, serta menentukan sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

(36)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Teori-teori belajar, media pembelajaran, konsep pembelajaran, media Picture in The Box dalam proses pembelajaran IPS, penggunaan media Picture in The Box

dalam pembelajaran IPS, pembuatan media Picture in The Box, pengertian Pendidian Ilmu Pengetahuan Sosial, aktivitas belajar, hasil belajar, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir penelitian.

2.1 Teori – Teori Belajar

[

Berdasarkan aliran psikologi banyak teori-teori belajar yang terus berkembang. Namun demikian dalam penelitian ini hanya akan menggunakan beberapa teori yang relevan dengan pengembangan media Picture in The Box sebagai media pembelajaran, seperti teori belajar Behaviorisme, Kognitif, Konstruktivisme, dan

Humanism.

2.1.1 Teori Belajar Behaviorisme

(37)

menguasai hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respson dilakukan melalui ulangan-ulangan (Sagala, 2012: 42).

Tokoh teori behaviorisme yang terkenal adalah Thorndike dengan teori belajar

connectionism. Tokoh teori behaviorisme lainya adalah Pavlov dengan teori

Classical Conditioning atau stimulus substitusion. Menurut Thorndike dalam Sagala, (2012: 42) mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu sebagai berikut.

1. Hukum kesiapan (Law of readiness), yaitu belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.

2. Hukum latihan (Law of exercise), yaitu belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan.

3. Hukum pengaruh (Law of effect), yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

Prinsip-prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley dan Davis dalam Sagala (2012: 43) yang banyak dipakai adalah.

1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya.

2. Materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu respon tertentu saja.

3. Tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak.

(38)

Menurut konsep pembelajaran behaviorisme, seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka pendidik memberikan penghargaan anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak akan belajar lebih rajin dan lebih semangat lagi. Jadi suatu respon diperkuat oleh penghargaan berupa nilai yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian. Diharapkan pendidik dapat memberikan penghargaan positif terhadap respon apapun dari peserta didik.

Berdasarkan teori behaviorisme, seorang pendidik harus mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan respon peserta didik berupa motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan intelektualnya yang diiringi dengan perubahan tingkah laku. Relevansi media Picture in The Box sebagai media pembelajaran dengan teori behaviorisme adalah dengan adanya media Picture in The Box dalam proses pembelajaran dapat menjadi stimulus yang dapat menarik perhatian dan merangsang kemampuan berfikir peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu konsep-konsep yang terdapat dalam media Picture in The Box akan membuat peserta didik terus mencari dan memahami konsep-konsep yang disajikan dan pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan peserta didik.

2.1.2 Teori Belajar Kognitif

(39)

stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetapi mengalir, bersambung-sambung menyeluruh (Riyanto, 2010: 9).

Belajar Gestalt menekankan pemahaman atau insight dan pengamatan sebagai suatu alternative. Berkat pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar-benar objektif sebelum mencapai pengertian. Suatu keseluruhan terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain. Dalam belajar siswa harus memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya (Sagala, 2012: 47-48).

Belajar bukanlah aktivitas reaktif mekanistis belaka, tetapi juga adanya pemahaman terhadap perangsang yang datang yang tengah dihadapi diwaktu seseorang melakukan aktivitas belajar. Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti

(meaningfull). Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada obyek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari (Sagala, 2012: 49).

(40)

1. Tahap Sensorimotor stage (dari lahir sampai 2 tahun).

Bercirikan tidak ada bahasa, interaksi dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini. Anak-anak pada tahap ini bersikap egosentris. Anak berusaha memperoleh pengalaman melalui eksplorasi dengan indera dan gerak motorik.

2. Tahap Preoperational (sekitar 2 - 7 tahun). Tahap ini terbagi menjadi dua yang meliputi:

- pemikiran Prakonseptual (sekitar 2 – 4 tahun ) pada tahap ini mulai membentuk konsep sederhana, mulai mengklasifikasi benda-benda tertentu berdasarkan kemiripanya.

- periode pemikiran Intuitif (sekitar 4 – 7 tahun ) pada tahap ini anak-anak memecahkan problem secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah logika. 3. Tahap Concrete operations (sekitar 7 – 11 atau 12 Tahun).

Pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi). Selama tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak.

4. Tahap Formal operations (11 atau 12 Tahun ke atas).

(41)

Keterkaitan teori belajar kognitif dengan penelitian pengembangan ini adalah media Picture in The Box dapat mengarahkan pola berfikir anak untuk memahami, memecahkan, dan menjabarkan konsep-konsep yang terdapat dalam media Picture in The Box sebagai suatu proses memecahan masalah. Media

Picture in The Box dapat meningkatkan pemahaman, minat, mengarahkan proses pembelajaran, mengarahkan perhatian, dan meningkakan prestasi belajar peserta didik.

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukan dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar (Pribadi, 2010: 157). Duffy dan Cunningham dalam Pribadi (2010: 159) mengemukakan dua hal yang menjadi essensi dari pandangan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran.

1. Belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan.

(42)

Proses belajar yang berlandaskan pada teori belajar konstruktivisme dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar memperoleh pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk membangun makna terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru tidak lagi berperan sebagai seorang yang menyiapkan diri untuk melakukan presentasi pengetahuan di depan kelas, tetapi merancang dan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat membantu siswa memberi makna terhadap konsep-konsep dan ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru perlu melatih siswa agar mampu mengaitkan, membuat rasional, dan memaknai konsep-konsep yang dipelajari (Pribadi, 2010: 161-162).

Salah satu kegiatan memfasilitasi peserta didik adalah dengan menyediakan media pembelajaran yang tepat. Teori belajar konstruktivisme dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian pengembangan ini, bahwa dengan media Picture in The Box diharapkan dapat menggali pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan, mengembangkan sikap ingin tahu peserta didik dan merekonstruksi sebuah konsep menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik.

2.1.4 Teori Belajar Humanistis

(43)

dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri) dapat tercapai (Riyanto, 2010: 17).

Pendapat tentang teori humanistis yaitu Bloom dan Rathwohl dalam Riyanto (2010: 17), menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan sebagai berikut.

1. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a. pengetahuan mengingat (menghafal), b. pemahaman (menginterprestasikan),

c. aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah), d. analisis (menjabarkan suatu konsep),

e. sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),

f. evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya). 2. Psikomotor, yang terdiri dari lima tingkatan:

a. peniruan (menirukan gerak),

b. penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), c. petepatan (melakukan gerak dengan benar),

d. perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e. naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

3. Efektif, yang terdiri dari lima tingkatan:

a. pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), b. merespons (aktif berpartisipasi),

c. penghargaan (menerima nilai-nilai, setiap pada nilai-nilai tertetu), d. pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), e. pengalaman (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Rogers dalam bukunya Freedom to Learn, menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting diantaranya sebagai berikut.

1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.

3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. 4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan

dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. 5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh

(44)

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung-jawab terhadap proses belajar (Soemanto,1990: 139).

Teori humanistis digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan media Picture in The box, peserta didik dapat menjabarkan suatu konsep dan menggabungkan suatu konsep menjadi suatu konsep yang utuh. Dengan demikian melalui pembelajaran dengan media Picture in The Box peserta didik dirangsang untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan mendapat pengalaman kongkrit dalam kegiatan belajar.

2.2 Media Pembelajaran

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa. Dengan demikian, proses belajar mengajar terjadi (Daryanto, 2011: 140).

Menurut Daryanto (2011: 11-15), ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Landasan filosofis, yaitu dengan penggunaan media pembelajaran siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

(45)

akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang kongkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan yang kongkrit dan abstrak dan kaitanya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat antara lain: (1) Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambar atau film, kemudian ke balajar dengan simbol; (2) Charles F.Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai sebuah media pembelajaarn terletak pada nilai realistiknya dalam proses penanaman konsep; (3) Edgar Dale, membuat jenjang kongkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudia menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

3. Landasan teknologis, mengemukakan bahwa teknologi pembelajaran adalah teori dari praktek rancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, pengolahan dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.

4. Landasan empiris, temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan jika pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.

(46)

peserta didik akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik.

2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Oleh karean proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secapa optimal.

[image:46.595.155.468.542.685.2]

Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Adapun metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto , 2011: 7). Dengan demikian, fungsi media dalam proses pembelajaran dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

(47)

Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai manfaat yang dapat menarik minat dan memotivasi belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (Sudjana dan Rivai, 2011:2), mengenai manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah sebagai berikut.

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak menghabiskan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Daryanto (2011: 8), mengemukakan tiga kelebihan kemampuan media, yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya.

1. Fiksatif (fixative property), artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali sutu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.

2. Manipulatif (manipulatif property), artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

(48)

Menurut Daryanto, (2011: 4-5) secara umum media mempunyai kegunaan antara lain.

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan) dan tujuan pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran IPS sangat dibutuhkan karena karakteristiknya kontekstual. Dalam hal ini, kehadiran media pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting, antara lain: (a) memperjelas sajian pesan dan tidak terlalu bersifat verbalistik, (b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya: (1) objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan relialitas, gambar, film bingkai, (2) konsep yang terlalu luas, seperti: gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain (Sanaky, 2009: 36).

[

(49)

2.4 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2008: 170-171), media pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing, seperti.

1. Dilihat dari sifatnya media dapat dibagi kedalam.

1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

2. Dilhat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam. 1. Media yang memiliki daya input yang luas dan serentak seperti radio

dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruang khusus.

2. Media yang mempunyai daya input yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam. 1. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi

dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film proyektor untuk memproyeksikan film,

slide proyektor untuk memproyeksikan film slide, operhead projector

(OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, tidak akan berfungsi apa-apa.

2. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.

Klasifikasi lain dari media pengajaran dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 3) adalah sebagai berikut.

1. Media Grafis/ Media Dua Dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan/diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain.

(50)

3. Media Proyeksi seperti slide, film strips, penggunaan OHP dan lain-lain. 4. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Bedasarkan uraian tersebut, maka jenis media yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah jenis media visual berupa gambar dikemas dalam bentuk kartu yang berisi konsep materi yang diajarkan, disesuaikan dengan konsep dan materi pembelajaran.

2.5 Media Gambar

Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit daripada yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran ada beberapa pendapat antara lain.

Pertama, Jerome Bruner mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambar

atau film kemudian belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata.

Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep.

Ketiga,Edgar Dale membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media dan terakhir siswa menjadi pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol (Daryanto, 2011: 12).

(51)

interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan jika pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.

Media gambar, merupakan media visual yang berkaitan dengan panca indra penglihatan. Persentase kemampuan daya serap manusia dari pengguna alat indra adalah penglihatan 82%, pendengaran 11%, penciuman 1%, pencecapan 2,5%, dan perabaan 3,5% (Daryanto, 2011: 13). Berdasarkan persentase tersebut, peran panca indra penglihatan sangat besar dalam kehidupan manusia. Media gambar sebagai media visual membutuhkan panca indra penglihatan untuk mengamati dan mempelajari gambar-gambar, sehingga sesuai dengan kemampuan daya serap manusia yang lebih besar bila menggunakan panca indra penglihatan. Kesesuain antara media gambar sebagai media pembelajaran dan kemampuan daya serap manusia (peserta didik) akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

(52)

dukungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi (http://bagawanabiyasa.wordpress.com).

Bentuk umum dari media gambar terangkum dalam pengertian dari media grafis. Karena media gambar merupakan bagian dari pembuatan media grafis. Nilai media grafis terletak pada kemampuan dalam menarik perhatian, minat dalam menyampaikan jenis informasi tertentu secara cepat. Peran utamanya adalah memvisualisasikan fakta-fakta dan gagasan dalam bentuk yang ringkas dan padat. Dengan kata lain, media grafis dapat didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu, melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar. Media ini sangat tepat untuk tujuan menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan. Dengan demikian, media grafis yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi atau citra anak didik. Daya imajinasi dapat ditimbulkan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam media pembelajaran (Sudjana dan Rivai, 2011: 20).

(53)

Sadiman (2010: 29) mengemukakan bahwa di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.

Pada dasarnya media gambar memiliki beberapa kelebihan: ”(1) bersifat konkret.

Gambar atau foto dapat dilihat oleh peserta didik dengan lebih jelas dan realistis menunjukkan materi atau pesan yang disampaikan, (2) mengatasi ruang dan waktu. Untuk menunjukkan gambar jenis batuan pembentuk muka bumi, gunung berapi, patahan, lipatan dan lain-lain tidak perlu melihat objek yang sesungguhnya melainkan cukup melihat gambar atau fotonya saja, (3) meminimalisasi keterbatasan pengamatan mata. Untuk menerangkan objek tertentu yang sulit untuk diamati maka digunakanlah gambar atau foto, (4) dapat memperjelas suatu masalah. Gambar memungkinkan suatu masalah dipahami secara sama, (5) murah

harganya dan mudah diperoleh” (Hamalik, 1994: 63).

[

Dale dalam Subana (1998: 322) menjabarkan bahwa guru dapat menggunakan gambar untuk memberikan gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasannya lebih kongkrit bila diuraikan dengan kata-kata. Melalui gambar, guru dapat menterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis. Dalam membuat paragraf, siswa bisa menyusun kata-kata dari gambar yang dilihat.

(54)

konkrit (nyata). Beberapa kelebihan media gambar dalam pembelajaran adalah: 1) sifatnya konkret, 2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, 3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita (Sadiman, 2010: 30).

Sedangkan tujuan penggunaan gambar dalam pembelajaran adalah: (1) menerjemahkan simbol verbal, (2) mengkonkritkan dan memperbaiki

kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan, (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas (Sadiman, 2010: 30).

2.6 Media Picture in The Box

Sebuah media yang dirancang dengan kreatif, umumnya akan meningkatkan daya tarik isi pesan atau informasi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh, media gambar akan membuat informasi dan pengetahuan yang dikomunikasikan menjadi lebih menarik. Daya tarik pesan dan informasi akan meningkat jika disampaikan dengan menggunakan gambar atau visual (Pribadi, 2011: 101).

Media Picture in The Box merupakan media visual yang berjenis gambar. Media

Picture in The Box memuat gambar-gambar tentang fenomena alam dan sosial yang berisi materi kajian pembelajaran IPS SMP/MTs di kelas VII semester ganjil. Gambar-gambar tersebut berukuran 10 cm X 7 cm, lalu diletakkan dalam kotak sebagai kemasannya. Efektivitas penggunaan media Picture in The Box

(55)

media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu memiliki (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi Kognitif, dan (d) fungsi konpensatoris. Dijelaskan sebagai berikut.

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.

2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya emosi yang menyangkut masalah sosial.

3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan ingormasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

(56)

1. Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia 2. Keadaan Penduduk Indonesia

3. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam

4. Dinamika Interaksi Manusia (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014: 4).

Penelitian pengembangan media Picture in The Box dilakukan pada semester ganjil dengan tema, sub tema, dan sub-sub tema pada tabel berikut.

[image:56.595.114.518.374.705.2]

Tabel 2. 1 Tema, Sub Tema, dan Sub-sub Tema Pada Pembelajaran IPS Kelas VII Semester Ganjil Kurikulum 2013.

Semester 1

Tema Sub tema Sub-sub Tema

Tema 1. Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia

A. Letak Wilayah dan

Pengaruhnya Bagi Keadaaan Alam Indonesia.

B. Keadaan Alam Indonesia

1. Keadaan Alam Indonesia 2. Bentuk Muka Bumi dan

Aktivitas Penduduk Indnesia 3. Keragaman Flora dan Fauna

di Indonesia.

C. Kehidupan Sosial

Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara, Hindu-Budha, dan Islam

1. Kehidupan Masyarakat Praaksara

2. Kehidupan Masyarakat Masa Hindu dan Budha

3. Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Islam

D. Konektivitas Antar Ruang dan Waktu

Tema 2. Keadaan Penduduk Indonesia

A. Asal Usul Penduduk Indonesia

B. Ciri atau Karakteristik Penduduk Indonesia

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Indonesia

2. Komposisi Penduduk C. Mobilitas Penduduk Antar

Wilayah di Indonesia D. Pengertian dan Jenis

Lembaga Sosial

(57)

Penelitian pengembangan media Picture in The Box, akan mengambil materi pada.

1. Tema 1. Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia

Sub tema: keadaan alam Indonesia. Sub-sub tema: keragaman flora dan fauna Indonesia. Menggunakan pendekatan saintifik, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka permasalahan yang harus dipecahkan oleh

peserta didik adalah “Persebaran Flora dan Kerusakan Hutan Indonesia”.

Media yang digunakan adalah media Picture in The Box (Media 1: Persebaran Flora dan Kerusakan Hutan Indonesia).

2. Tema 1. Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia.

Sub tema: keadaan alam Indonesia. Sub-sub tema: keragaman flora dan fauna Indonesia. Menggunakan pendekatan saintifik, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka permasalahan yang harus dipecahkan oleh

peserta didik adalah “Persebaran Fauna dan Fauna Langka yang Semakin

Langka”. Media yang digunakan adalah media Picture in The Box (Media 2: Persebaran Fauna dan Fauna Langka yang Semakin Langka).

3. Tema 2. Keadaan Penduduk Indonesia.

Sub tema: ciri atau karakteristik penduduk Indonesia. Sub-sub tema: jumlah dan kepadatan penduduk Indonesia. Menggunakan pendekatan saintifik, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik adalah “Kepadatan Penduduk dan Permasalahannya”. Media yang digunakan adalah media Picture in The Box

(58)

4. Tema 2. Keadaan Penduduk Indonesia.

Sub tema: ciri atau karakteristik penduduk Indonesia. Sub-sub tema: komposisi tingkat pendidikan di Indonesia. Menggunakan pendekatan saintifik, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik adalah “Rendahnya Tingkat Pendidikan dan Permasalahannya”. Media yang digunakan adalah media Picture in The Box (Media 4: Rendahnya Tingkat Pendidikan dan Permasalahannya).

2.7 Dasar Pengembangan Media Picture in The Box

Dasar pengembangan media Picture in The Box adalah hasil dari analisis kebutuhan berupa pengetahuan tentang ketersediaan media, karakteristik siswa (gaya belajar), pandangan tentang media visual berupa gambar, pendekatan dan model pembelajaran IPS di Kurikulum 2013.

a. Hasil Dari Analisis Kebutuhan.

(5

Gambar

Tabel 1.1 Ketersediaan Media Pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun  Pelajaran 2013/2014
Tabel 1.2   Karakteristik Umum dan Prestasi Belajar IPS Ujian Akhir Semester
Gambar 2.1 Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran (Daryanto, 2011:7).
Tabel  2. 1   Tema, Sub Tema, dan Sub-sub Tema Pada Pembelajaran IPS Kelas  VII Semester Ganjil Kurikulum 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar mata pelajaran IPS terpadu yang menggunakan model pembelajaran picture and picture lebih baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran picture and picture pada mata pelajaran IPS ekonomi tentang kegiatan pokok ekonomi yang meliputi

Berdasarkan hasil observasi dan angket, didapatkan bahwa media komik sangat baik atau praktis digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS

Sesuai dengan judul penelitian dan pengembangan diatas yaitu Pengembangan Media Puzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDN 2 Sukomulyo

Oleh karena itu untuk memperbaiki hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII J SMP Negeri 5 Singaraja adalah dengan penggunaan media pembelajaran Interaktif

pada siklus II dengan kriteria baik sekali.. Penerapan pembelajaran picture and picture dengan inovasi pada. mata pelajaran IPS menjadikan siswa lebih kreatif dan

Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas (observer) dan peneliti. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana penerapan metode pembelajaran picture and picture pada mata pelajaran

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode flash card terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII A di SMP Plus Raudlatut