• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII.A

SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh BUDI MERY

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A

SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh BUDI MERY

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa dalam membaca indah melalui teknik pemodelan. Masalah dalam penelitian ini ialah meningkatkan kemampuan membaca indah melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VII-A SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

(3)

evaluasi siklus II menunjukkan prestasi belajar siswa meningkat karena sesuai dengan indikator kerja yang menyatakan penelitian tindakan kelas berhasil, jika hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 75%.

(4)
(5)
(6)
(7)

i DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

MOTTO ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Membaca ... 8

2.1.1 Jenis-jenis Membaca ... 9

2.2 Puisi ... 11

2.2.1 Ciri-ciri Puisi ... 11

2.2.2 Unsur Puisi ... 11

2.2.2.1 Unsur Fisik ... 12

2.2.2.2 Unsur Batin ... 13

2.3 Membaca dan Mengapresiasikan Puisi ... 14

2.3.1 Faktor Penting dalam Membaca Puisi ... 14

2.3.2 Bentuk dan Gaya dalam Membaca Puisi ... 15

2.4 Tujuan Membaca ... 20

2.5 Kemampuan Membaca ... 21

2.6 Pengertian Teknik ... 22

2.6.1 Teknik Pemodelan ... 23

(8)

ii III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 29

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 30

3.2.1 Tempat Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Subjek Penelitian ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Prosedur Penelitian ... 32

3.5.1 Perencanaan Tindakan Siklus I ... 32

3.5.2 Pelaksanaan Tindakan ... 32

3.5.3 Pengamatan ... 35

3.5.4 Refleksi ... 35

3.6 Perencanaan Tindakan Siklus II ... 36

3.6.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 36

3.6.2 Pelaksanaan ... 38

3.6.3 Refleksi ... 39

3.7 Teknik Analisis Data ... 39

3.8 Langkah-Langkah Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Proses Belajar Siswa ... 49

4.1.2 Siklus I ... 50

4.1.2.1 Perencanaan ... 50

4.1.2.2 Tindakan ... 50

4.1.2.3 Pengamatan ... 52

4.1.2.4 Refleksi ... 55

4.1.3 Siklus II ... 56

4.1.3.1 Perencanaan ... 57

4.1.3.2 Tindakan ... 57

4.1.3.3 Pengamatan... 60

4.1.3.4 Refleksi ... 62

4.2 Pembahasan ... 64

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(9)
(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menenengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi secara benar. Penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan me- lalui pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah.

Sehubungan dengan hal itu, sejak jenjang pendidikan taman kanak-kanak (TK) siswa sudah dikenalkan dengan Bahasa Indonesia. Pada jenjang berikutnya Bahasa Indonesia diajarkan secara khusus dengan alokasi waktu yang cukup banyak. Adapun, tujuan utama pengajaran Bahasa Indonesia adalah membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dilatih untuk menguasai empat aspek berbahasa yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

(11)

proses pembelajaran menulis. Salah satu bentuk dan produk bahasa lisan yang sering dijumpai, yaitu membaca karya sastra. Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia. Ungkapan yang ditulis berupa pengalaman, pemikiran, ide, keyakinan atau suatu keyakinan dalam satu bentuk gambaran yang akan mem- bangkitkan pesona dengan bahasa sebagai alat tulis (Sumardjo, dkk 1991: 13). Hakikat pada karya sastra dapat dipahami oleh instuisi dan perasaan, karena memerlukan pemahaman yang sama sekali berbeda dengan ilmu sosial lainnya (Ratna, 2004: 11).

(12)

Berdasarkan hasil observasi terhadap nilai harian kemampuan membaca indah siswa kelas VII-A semester genap SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 belum mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 68,00. Jumlah siswa 26 orang yang mencapai KKM hanya 9 siswa atau dengan persentase 34,62% dan 17 siswa belum mencapai KKM atau dengan persentase 65,38%.

Pembelajaran membaca puisi di SMP SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 adalah sudah sering, bahkan berulang namun di- pandang belum berhasil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. a) siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar,

b) siswa kurang terbiasa menulis,

c) cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran yang tradisional,

d) guru belum mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa, se- hingga terkesan proses pembelajaran masih terpusat pada guru,

e) sistem evalusai tidak berorientasi pada proses, tetapi lebih ditekankan pada hasil akhir.

(13)

Berkaitan dengan pembelajaran membaca puisi, teknik permodelan dapat dijadikan pilihan yang paling tepat dan efektif. Kelebihan teknik ini dalam pembelajaran membaca puisi adalah; (1) Siswa dapat secara langsung mengamati bentuk pembacaan puisi, (2) Siswa dapat secara langsung mengetahui pelafalan kata, intonasi dalam membaca puisi dengan baik, (3) Siswa dapat secara langsung mengetahui pentingnya interpretasi, penampilan ketika membaca puisi, (4) Suasana kelas akan lebih hidup karena menghilangkan kejenuhan serta dapat dijadikan sebagai hiburan (Rustiyah, 2008: 31).

Sedangkan kelemahan teknik ini antara lain; (1) Siswa cenderung meniru model tanpa kreatifitas sendiri, (2) Siswa menganggap model adalah yang paling baik, (3) Tidak setiap guru menjadi model yang baik dan tidak mudah mencari model yang baik di luar guru (Rustiyah, 2008: 34).

(14)

Berdasarkan paparan di atas penulis merasa perlu melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Indah Melalui Teknik

Pemodelan Pada Siswa Kelas VII-A Semester Genap SMP Muhammadiyah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut.

1. Penguasaan cara membaca puisi pada siswa kelas VII-A SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 masih kurang.

2. Kemampuan membaca indah dengan puisi dengan`menggunakan irama, volume suara, dan kinestik yang sesuai dengan isi puisi pada siswa kelas VII-A SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 masih kurang.

3. Pengajaran membaca puisi pada perlu ditingkatkan.

4. Guru perlu mengadakan perubahan teknik pembelajaran membaca, khususnya pada materi membaca indah.

1.3 Rumusan Masalah

Peneliti mengamati pada proses pembelajaran membaca puisi di kelas, permasalahn yang muncul pada siswa adalah sebagai berikut;

(15)

3. Siswa kurang terlatih membaca berbagai macam karya sastra, khususnya membaca puisi.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Memperbaiki proses pembelajaran membaca khususnya membaca indah puisi dengan teknik permodelan.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa agar mampu membaca indah puisi dengan teknik permodelan khususnya bagi siswa kelas VII-A SMP Muhammadiyah Bandar Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat dalam penelitian ini diantaranya 1.4.1 Manfaat secara teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat memperdalam materi Bahasa Indonesia khususnya materi membaca indah puisi. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai masukan bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia untuk mengembangkan pembelajaran keterampilan membaca.

1.4.2 Manfaat Secara Praktis a. Manfaat Bagi Guru

1) Sebagai masukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi membaca puisi 2) Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam

(16)

b. Manfaat Bagi Siswa.

1) Untuk memotivasi siswa supaya berani tampil membacakan puisi 2) Meningkatkan aktivitas dan minat belajar dalam meningkatkan

keterampilan membaca

(17)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Membaca

Kegiatan membaca merupakan suatu proses yang kompleks, membaca memiliki nilai yang tinggi dalam perkembangan diri seseorang. Secara umum orang menilai bahwa membaca itu identik dengan belajar dalam artian memperoleh informasi. Berikut beberap pengertian membaca menurut ahli bahasa.

Membaca adalah suatu proses ganda meliputi proses penglihatan dan tanggapan. Proses penglihatan dijabarkan bahwa kegiatan membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol, oleh karena itu mata merupakan peran penting dalam membaca. Proses membaca juga meliputi indentifikasi simbol-simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol-simbol-simbol tersebut (Akhadiyah, dkk. 1997: 57). Pendapat lain berpendapat bahwa membaca merupa- kan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai pengertian membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, kegiatan mempersepsi tuturan tertulis, dan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan yang dibaca (Suwaryono, 1989: 55).

(18)

menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal yang dibacanya (Sandjaja, 1980: 63).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca suatu kegiatan yang kompleks karena meliputi proses mental dan kognitif yang di- dalamnya diharapkan seorang pembaca bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan sipenulis. Dari sini dapat dilihat bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif (Suharsimi, 1980: 67).

1.1.1 Jenis-Jenis Membaca

Beberapa jenis membaca

a. Membaca Indah

Membaca indah adalah membaca nyaring, membaca nyaring adalah kegiatan

membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan

intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi

yang disampaikan penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, dan

pengalaman penulis. Membaca dalam konteks membaca indah dapat diartikan

sebagai membaca agar orang lain paham dengan info yang di dengar, tertarik,

semangat, antusias, dan bisa ikut merasakan apa yang ingin disampaikan

penulis melalui hasil karyanya.

b. Membaca sekilas (Skimming)

Tipe membaca dengan menjelajah bacaan secara cepat agar dapat memetik

ide utama. Beberapa alasan seseorang melakukan membaca sekilas yaitu

(19)

secara cepat ide pokok. Memeriksa apakah bahan tersebut dapat diloncati

atau tidak. Memanfaatkan waktu setepat mungkin.

c. Membaca sepintas (Scanning)

Teknik pembacaan sekilas tetapi dengan teliti untuk menemukan informasi

khusus. Yang termasuk jenis membaca ini adalah membaca buku daftar

telepon, membaca kamus, indeks, dan lain-lain.

d. Membaca teliti (Close Reading)

Suatu cara dan upaya untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas suatu

bacaan. Tujuan membaca jenis ini lebih luas dibandingkan dengan jenis

membaca yang lain. Beberapa tujuan yang dapat dikemukakan adalah

mengingat dan memahami ide-ide pengarang, menganalisis para tokoh,

memahami konsep-konsep khusus melukiskan hubungan-hubungan, mencari

pola-pola, menganalisis gaya (Tarigan, 1986: 73).

Dari jenis membaca di atas, membaca pemahaman yang dimaksud dalam

peneliti- an ini termasuk jenis membaca teliti (close reading). Hal ini disebabkan

dalam pe- nelitian ini menekankan agar siswa paham mengenai ide-ide

pengarang dalam bacaannya. Dari semua uraian di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa apapun jenis membacanya, semuanya memiliki tujuan yang

sama yaitu mencari dan me- mahami informasi yang dibutuhkan. Membaca tanpa

memahami isi atau infor- masi yang dibaca berarti belum membaca dengan

(20)

2.2 Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan

kaya makna. Keindahan puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima atau irama

yang terkandung dalam karya itu. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas,

namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakan adalah kata konotatif,

yang me- ngandung banyak penafsiran dan pengertian.

2.2.1 Ciri-ciri Puisi

Ciri-ciri puisi berdasarkan isinya adalah sebagai berikut

1. dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur bahasa,

2. dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi,

3. puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif,

4. bahasa yang digunakan bersifat konotatif,

5. puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi)

(Waluyo, 2002: 73).

2.2.2 Unsur-unsur Puisi

Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni

(21)

2.2.2.1 Unsur Fisik

a. Diksi (Pemilihan Kata)

Penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata. kata-kata yang ditulis

sangat dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima atau

irama, kedudukan kata itu dalam konteks atau dalam hubungan demgam

kata yang lain, serta kedudukan kata dalam keselurihan isi puisi.

b. Pengimajian

Pengimajian dapat didefinisikan sebagi kata atau susunan kata yang

dapat mengungkan pengalaman imajinasi. Dengan daya imajinasi yang

dicipta- kan, kata-kata puisi itu seolah-seolah tercipta sesuatu yang dapat

didengar, dilihat, ataupun dirasakan pembacanya.

c. Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, kata-kata pada puisi

harus diperkonkretkan. Jika penyair mahir mengkonkretkan kata-kata,

maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang

dilukiskan oleh penyair. Dengan kata yang diperkonkret pembaca dapat

membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh

penyair.

d. Bahasa Figuratif (Majas)

Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu,

dengan pengkiasan, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.

e. Rima/Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. rima berfungsi untuk mem-

(22)

makna yang dikendaki penyair semakin indah dan makna yang ditimbul-

kan lebih kuat.

f. Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa

dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan bait

(Waluyo, 2002: 75).

2.2.2.2 Unsur Batin

Ada empat unsur batin puisi, yaitu

1. Tema dan Amanat

Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair.

Tema tersirat dari keseluran isi puisi.

Amanat merupakan sesuatu pesan yang disampaikan penyair dalam

puisinya. Amanat dalam puisi selaras dengan tema.

2. Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan

penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisan, atau

peng- agungan kepada kekasih, kepada alam, atau Sang Khalik.

3. Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah

keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

(23)

2.3 Membaca dan Mengapresiasikan Puisi

Membaca puisi umumnya dilakukan dengan nyaring atau dengan deklamasi.

Deklamasi adalah pembacaan puisi yang disertai gerak dan mimik yang sesuai.

Untuk itu pada waktu membacakan puisi hendaknya

a. memaknai puisi secara utuh,

b. memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi dalam menyampaikannua, sesuai dengan struktur fisik batin puisi itu.

2.3.1 Faktor-faktor Penting dalam Membaca Puisi

Setiap bentuk dan gaya baca dalam membacakan puisi selalu menuntut adanya ekspresi wajah (mimik), gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan (gestur). Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus memperhatikan

1. jenis acara;

Pertunjukkan, pembukaan acara resmi, performance–art all

2. pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema, perenungan, perjuangan, pem- berontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadil- an, kemanusiaan, dan lain- lain;

3. pemahaman puisi yang utuh;

4. pemilihan bantuk dan gaya baca puisi; 5. tempat acara;

6. audien;

7. kualitas komunikasi;

(24)

10.kesesuaian gerak;

11.jika menggunakan bentuk dan gaya teaterileal, harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

a. pemilihan kostum yang tepat,

b. menggunakan property yang efektif dan efisien, c. setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,

d. musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi (Sayuti, 1996: 79).

2.3.2 Bentuk dan Gaya dalam Membaca Puisi

Bentuk dan Gaya Bahasa Puisi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu a. Bentuk dan gaya baca puisi secara Poetry Reading

Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankanya pem- baca membawa teks puisi, adapun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan : (1) berdiri, (2) duduk, (3) berdiri, duduk, dan bergerak. Jika pembaca memiliki bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah di- lakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini, relatif mudah dilakukan jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi yang dibacakan dapat disampaikan melalui

(25)

4. Gerakan bibir tersenyum, mengatup, melongo.

5. Gerakan tangan, bahu, dan badan dilakukan seperlunya, sedangkan ntonasi baca dilakukan dengan cara

- Membaca dengan keras kata-kata tertentu - Membaca dengan lambat kata-kata tertentu - Membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu

Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri dan bergerak, maka yang harus dilakukan, pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai, (2) arah dan pandangan mata, dilakukan secara bervariasi, (3) me- lakukan gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya.

Jika puisi dibacakan pada berdiri adalah, maka pembaca harus mengambil sikap (1) sikap berdiri yang santai, (2) melakukan gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, (3) ekspresi wajah, kerutkan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar.

Jika seseorang membacakan puisi dengan diikuti beberapa gerakan, harus memperhatikan beberapa hal yang seperti; melakukan dengan tenang dan terkendali, dan menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan.

Agar menghasilkan suara yang baik pada saat membaca puisi hendaknya memperhatikan intonasi baca dengan cara

(26)

b. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris

Ciri khas gaya baca puisi secara deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihafalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi ; (1) berdiri, (2) duduk, (3) berdiri, duduk, dan bergerak. Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui

1. gerakan-gerakan tangan, mengepal, menunjuk, mengangkat kedua tangan, 2. gerakan-gerakan kepala, melihat kebawah, atas, samping kanan, samping kiri,

dan serong,

3. gerakan-garakan mata, membelalak, meredup, memejam, 4. gerakan-gerakan bibir, tersenyum, mengatup, melongo,

5. gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut wajah dilakukan dengan total. Agar mengasilkan suara yang baik, maka harus memperhatikan intonasi baca dengan cara

1. membaca dengan keras kata-kata tertentu, 2. membaca dengan lambat kata-kata tertentu, 3. membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

Jika deklamator memilih bantuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah

1. memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak di tekuk, posisi miring dan badan agak membungkuk,

2. arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariai, menatap dan menunduk. Sedangkan yang dilakukan pada posisi berdiri adalah

(27)

2. wajah berseri-seri dan bibir tersenyum yang dilakukan pada saat bergerak: a. Melakukan dengan tenang dan bertenaga.

b. Kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. intonasi dilakukan dengan cara

1. membaca dengan keras kata-kata tertentu, 2. membaca dengan lambat kata-kata tertentu, 3. membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

c. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Theatrical

Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi theatrical bertumpu pada totalitas ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misalnya; kostum, property, setting music dan lain- lain. Meskipun masih terikat oleh teks puisi atau tidak bantuk dan gaya baca puisi secara theatrical lebih rumit daripada Poetry Reading maupun deklamatoris, puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat mempesona.

(28)

2.3.2.1 Indikator Penilaian dalam Membaca Puisi

A. Faktor Kebahasaan 1. Indikator Pelafalan

Pelafalan bunyi bahasa yang kurang tepat, baik artikulasi maupun pemenggalan suku kata dapat mengalihkan perhatian pendengar. Kata-kata yang diucapkan baik jika tepat arti, tepat penempatannya, seksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan. Misalnya pengucapan kata belom, yang benar adalah belum, kata apotik yang benar adalah apotek, kata Rebo yang benar adalah Rabu, kata gimana yang benar adalah bagaimana, kata kebon yang benar adalah kebun.

2. Indikator Irama

Ketepatan pengunaan irama pada pembacaan puisi mempunyai daya tarik ter- sendiri. Dengan tinggi rendahnya dan keras lembutnya suara, tidak akan me- nimbulkan suatu kejenuhan pendengar.

3. Indikator Volume Suara

Ketepatan pengunaan volume suara pada pembacaan puisi mempunyai daya tarik tersendiri. Dengan tinggi rendahnya dan keras lembutnya suara, tidak akan me- nimbulkan suatu kejenuhan pendengar.

B. Faktor Non Kebahasaan

1. Indikator Mimik/Gerak-Gerik Wajah

(29)

bicara dan dapat menghidupkan komunikasi, semua gerak-gerik itu harus di- ekspresikan sesuai dengan isi pembicaraan.

2. Indikator Kinestik (bahasa tubuh)

Pada saat membacakan puisi bukan hanya intonasi, ketepatan pengucapan, sikap, mimik, dan pandangan mata saja yang harus diperhatikan, namun gerakan tubuh juga menjadi faktor pendukung keberhasilan puisi yang dibacakan. Karena dalam pembacaan puisi harus ada penghayatan yang dituangkan dengan gerakan tubuh misalnya membacakan puisi tentang kemerdekaan, maka bahasa tubuh yang di- tunjukkan harus bersemangat dan sesekali mengepalkan tangan tanda kemenang- an atau apabila puisi yang dibacakan mengenai percintaan sipembaca dapat me- nunjukkan gerak tubuh dengan menyatukan kedua tangan sehingga terbentuk tanda hati, dan lain-lain namun gerakan tubuh yang ditunjukkan harus sesuai dengan puisi yang dibacakan.

2.4 Tujuan Membaca

Membaca bertujuan untuk menentukan atau mengetahui beberapa hal sebagai berikut.

1) Penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para ahli.

2) Mengapa suatu hal merupakn topik yang baik dan menarik yang terdapat dalam cerita atau sesuatu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh untuk mencapai suatu tujuan, membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide- ide.

3) Apa-apa yang terjadi dalam setiap bagian cerita.

(30)

5) Bagaimana kehidupan barukah, bagaimana kehidupan berbeda dengan ke- hidupan yang kita kenal (Tarigan, 1986: 49).

Tujuan membaca yaitu untuk mengerti atau memahami isi suatu pengertian yang terkadang dalam bacaan seefesien. Tujuan membaca adalah modal utama dalam membaca (Akhadiah, 1987: 201).

2.5 Kemampuan Membaca Indah

Kemampuan artinya “Kesanggupan, kecakapan dan kekuatan (Poerwadarminta, 1987: 625). Membaca indah adalah proses penjiwaan yang sangat rumit dan berlangsung pada diri pembaca, dalam proses ini pembaca pada hakikatnya mengkonstruksikan amanat yang tersurat dan tersirat dapat memahami materi bacaan, untuk level yang setaraf seseorang yang dapat membaca dengan cepat belum tentu dikatakan mampu membaca dengan tingkat pemahaman yang tinggi, sebab kegiatan membaca adalah berfikir atau penalaran.

Seseorang reader sebelum membaca tentunya dia akan memilah dan memilih bahan bacaan yang seperti apa yang akan dibaca. Kemungkinan dia akan mem- baca tentang wacana yang terkait dengan kasus-kasus yang sedang hangat- hangatnya untuk dibicarakan masalah-masalah lain yang menjadi sorotan utama.

(31)

tidak saja membaca dengan kecapatan tinggi, tetapi harus menentukan kata per- menit misalnya membaca pemahaman dengan kecepatan tinggi.

2.6 Pengertian Teknik

Dalam proses belajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar

secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu

langkah untuk memilki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian

dalam mengajar.

Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tantang cara-cara

mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah

teknik adalah cara penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar di kelas, agar

pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan

baik (Rustiyah, 2008: 1). Di dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau

teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau

message lisan kepada siswa berbeda-beda, karena dalam prosesnya teknik

pembelajaran sangat be- ragam namun intinya adalah satu yaitu bagaimana

siswa dapat menerima pesan dari guru dan termotivasi untuk melaksanakan apa

yang sudah didapatnya.

Teknik mengajar sangat beragam, ada yang menekankan pada peranan guru

yang utama, tetapi ada juga yang memanfaatkan media seperti; televisi, radio

kaset, video-tape, film, dan lain-lain, bahkan sekarang sudah menggunakan

media satelit. Untuk itu guru harus mampu mengenal sifat-sifat yang khas dari

(32)

Jadi guru harus mengetahui, memahami dan terampil menggunakan, sesuai

dengan tujuan yang akan dicapai.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai standar pemahaman setiap

teknik pembelajaran adalah

a. mengerti apa yang dimaksud teknik pembelajaran,

b. mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan teknik tertentu,

c. teknik itu harus dapat digunakan dengan efektif dan efisien,

d. teknik tersebut harus memiliki keunggulan dan kelemahan,

e. dalam penggunaan teknik tertentu harus memperhatikan peranan guru dan siswa didalamnya,

f. mampu menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penggunaan teknik, agar teknik tesebut berhasilguna dan berdayaguna

(Rustiyah, 2008: 7).

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pemodelan, kerana penulis

berasumsi dengan pemanfaatan teknik pemodelan dapat meningkatkat minat

siswa dalam membaca puisi.

2.6.1 Teknik Pemodelan

(33)

tidak membosankan dan siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Banyak sekali teknik pembelajaran yang dikenal dalam dunia pendidikan, salah satunya teknik pemodelan (Rustiyah, 2008: 9).

Pendekatan contekstual teaching learning (CTL) khususnya strategi pemodelan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang selama ini menjadi kekurangan bagi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan teknik pemodelan diharapkan siswa mampu membaca indah dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinestik ssesuai dengan isi puisi menjadi sutu pembelajaran yang aktif, inovatis, kreatif, dan menyenangkan.

Untuk mendapatkan suatu definisi yang dapat dipahami dengan baik dari pengertian pemodelan, maka kita harus mengetahui sacara mendalam apa arti sebenarnya kata pemodelan atau model tersebut.

(34)

2.6.2 Karakteristik Pemodelan

Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan teknik pemodelan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini

1. dibuat dalam bentuk grafis dan tambahan keterangan secara tekstual, 2. dapat diamati dengan pola top-down dan partitioned,

3. dapat mempresentasikan tingkah laku pemodelan dengan cara transparan. Dari karakteristik pemodelan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model itu dibuat dalam bentuk grafis atau bergambar sehingga dapat memudahkan peserta didik dan dilengkapai juga dengan keterangan dari gambar atau grafis tersebut. Alur dari proses model tersebut dapat di lihat dan diamati, memenuhi syarat minimal reudansi dan yang terpenting adalah dapat mempresentsikan proses dari pada materi yang dibelajarkan dan harus dapat dipahami oleh siswa (Nasution, 2003: 59).

2.6.3 Prinsip-Prinsip Pemodelan

Prinsip teknik pemodelan dalam pembelajaran adalah

1. memilih model apa yang digunakan, bagaimana masalahnya dan bagaimana juga dengan solusinya,

2. setiap model dapat dinyatakan dalam tingkatan yang berbeda, 3. model yang terbaik adalah yang berhubungan dengan realita,

4. tidak pernah ada model tunggal yang cukup baik, setiap sistem yang baik memiliki serangkaian model kecil yang independen.

(35)

kan bentuk apa saja, sesuai dengan keinginan kita (Nasution, 2003: 61), contohnya mempresentasikan bagaimana membaca puisi yang baik dan menyampaikan pesan yang sesuai dengan tema puisi.

2.6.4 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Pemodelan

Setiap teknik yang digunakan guru dikelas, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan teknik pemodelan, berikut keunggulan teknik pemodelan.

1. Menyenangkan siswa.

2. Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa.

3. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

4. Mengurangi hal-hal yang bersifat verbal dan abstrak.

5. Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam, karena walau bukan guru langsung yang menjadi model (dapat mengambil orang lain), namun teknik pemodeln ini dapat berlangsung.

6. Menimbulkan interaksi antara model dengan siswa, yang dapat menimbulkan keutuhaan dan kegotongroyongan serta rasa keakraban.

(36)

Teknik pemodelan memiliki keunggulan, tetapi masih juga mempunyai kelemah- an yaitu

1. efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset, 2. banyak orang meragukan hasilnya karen sering tidak diikutsertakan dengan

elemen-elemen yang penting,

3. mengehendaki banyak imanjinasi dari guru maupun siswa,

4. menimbulkan hubungan informasi antara guru dan siswa yang melebihi batas. 5. sering mendapat krikitik dari orang tua murid, karena dianggap hanya per-

mainan saja.

Sebagai seorang guru harus mampu mensiasati untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut agar teknik pemodelan ini berhasil dengan cara

1. apabila dalam suatu materi menggunakan teknik ini maka, guru harus mempertimbangkan tingkat keefektipannya bagi siswa,

2. mengupayakan agar pelaksanaan teknik ini berjalan dengan baik, sehingga terjalin kerja sama serta komunakasi yang baik antara siswa dengan model (Nasution, 2003: 71).

Setelah pembelajaran usai diadakan evaluasi, agar guru dapat mengukur sejauh mana teknik ini berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan mental siswa.

2.7 Pengertian Kemampuan Membaca Indah

(37)

oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1986: 67). Membaca indah adalah suatu kesanggupan untuk membacakan karya sastra (puisi) agar memperoleh isi/makna dari karya tersebut. Jadi kemampuan membaca indah adalah suatu kesanggupan untuk membacakan karya sastra agar memperoleh isi/makna dari puisi.

Pada dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali memahami, menggairahi, memberi pengertian, materi penghargaan, membuat berfikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai bagaimana persajakannya, citra diksi, gaya bahasa dan apa saja yang dikemukakan oleh media.

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindak- an kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat (Kusumah, 2011: 9).

(39)

Bagan 3.1

Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Model Kurt Lewin.

Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung secara terus-menerus. Apabila pembelajaran membaca puisi dengan menerapkan teknik pemodelan belum meningkat pada siklus pertama, penulis akan merencana- kan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil yang diharapkan. Pelaksanaan tindakan siklus dalam penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali tatap muka (2 kali pertemuan) alokasi waktu dalam satu kali pertemuan adalah 2 x 40 menit.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan kemampuan membaca indah pada siswa kelas VII-A SMP Muhammadiyah Bandar Lampung dilaksanakan oleh guru peneliti dan seorang teman sejawat. Berikit rincian dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Tindakan

(acting)

Pengamatan

(observating)

Perencanaan

(planning)

Refleksi

(40)

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Bandar Lampung Jalan Z. A Pagar Alam Labuhan Ratu Bandar Lampung. SMP Muhammadiyah Bandar Lampung memiliki 13 rombongan belajar yang terdiri atas 5 ruang kelas VII, 4 ruang kelas VIII, dan 4 ruang kelas IX.

1.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 terhitung dari bulan Maret sampai dengan Mei 2013 (tiga bulan). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan tercapai, yaitu 75% siswa memperoleh nilai sesuai atau melebihi KKM mata pelajaran bahasa Indonesia pada SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yaitu (68,00).

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini dilaksanakan pada kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 26 siswa, yang terdiri atas 18 laki-laki dan 8 perempuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(41)

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang atau siklus. Tiap siklus terdiri atas 4 kegiatan inti, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan (perenungan). Lalu dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncana- kan sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.

3.5.1 Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini di direncanakan dalam dua siklus yang berlangsung selama dua minggu. Tiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri atas lima tahapan pelaksanaan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan pengumpulan data.

1.5.2 Pelaksanaan Tindakan

(42)

A. Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal

1) Sebagai pembuka guru terlebih dahulu mengucapkan salam kepada siswa dan sebagai bentuk perhatian guru menanyakan kabar siswa nya pada hari itu, apakah sehat dan baik-baik saja.

2) Apabila dirasa tidak ada permasalahan pada siswa, lalu guru mengecek kehadiran siswa,

3) Lalu guru mengadakan apersepsi, dengan menanyakan materi pelajaran yang telah lalu dan dikaitkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan pada hari itu yaitu membaca puisi dengan mengunakan irama, volume suara, mimik, serta kinestik, yang seuai dengan isi puisi, 4) Setelah itu guru menyampaikan/menginformasikan Kompetensi Dasar

(KD), indikator dan tujuan pembelajaran pada siswa.

2. Kegiatan Inti

1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan cara pembacaan puisi yang baik

2) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar membiasakan diri membaca puisi dengan memperhatikan kata yang tepat, sikap pada waktu membacakan puisi, dan penguasaan materi mengenai puisi untuk memperkaya kemampuan mengapresiasiakan puisi

3) Guru mempraktekkan cara membacakan puisi di depan kelas

4) Siswa memperhatikan contoh pembacaan puisi dari guru dan mencatat hal-hal pokok dalam membacakan puisi

(43)

3. Kegiatan Akhir

1) Siswa dan guru melakukan refleksi

2) Siswa menerima tugas rumah (mempraktekkan cara membaca puisi yang baik)

3) Diakhir pertemuan, guru mengucapkan salam.

B. Pertemuan Kedua 1. Kegitan Awal

1) Guru mengondisikan kelas

2) Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampai kan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu.

3) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan di pelajari, yaitu membaca puisi.

2. Kegiatan Inti

1) Siswa melihat kembali cara guru membaca puisi di depan kelas (dalam hal ini guru menggunakan teknik pemodelan, jadi guru yang menjadi model langsung di depan kelas, mencontohkan cara membacakan puisi).

2) Siswa membaca puisi di depan kelas.

(44)

3. Kegitan Akhir

1) Guru menanggapi hasil kerja siswa membacakan puisi di depan kelas.

2) Siswa dan guru melaksanakan refleksi.

3) Siswa menerima tugas rumah (mencari puisi dan berlatih mem-bacakannya).

1.5.3 Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai kolabor/teman sejawat dan penulis sebagai peneliti.

3.5.4 Refleksi

(45)

3.6 Perencanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan berlangsung didalam kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A selama 2 (dua) kali pertemuan (4x40 menit) dengan mengguna- kan langkah-langkah sebagai berikut.

3.6.1 Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan berlangsung pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A dalam dua kali pertemuan (1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x40 menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

A. Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal

1) Sebagai pembuka guru terlebih dahulu mengucapkan salam kepada siswa dan sebagai bentuk kepedulian guru terhadap siswanya, guru menanyakan keadaan siswanya pada hari itu apakah sehat dan baik-baik saja.

2) Apabila dirasa tidak ada permasalahan pada siswa, lalu guru mengecek kehadiran siswa,

(46)

4) Setelah itu guru menyampaikan/menginformasikan Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran pada siswa.

2. Kegiatan Inti

1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan cara pembacaan puisi yang baik

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar membiasakan diri membaca puisi dengan memperhatikan kata yang tepat, sikap pada waktu membacakan puisi, dan penguasaan materi mengenai puisi untuk memperkaya kemampuan mengapresiasiakan puisi

3. Guru memberikan contoh cara membacakan puisi di depan kelas

4. Siswa memperhatikan contoh pembacaan puisi dari guru dan mencatat hal-hal pokok dalam membacakan puisi

5. Siswa menuliskan cara-cara membacakan puisi

6. Siswa mempresentasikan pembacaan puisi di depan kelas (puisi yang dibacakan telah dipersiapkan sebelumnya oleh siswa)

3. Kegiatan Akhir

1) Siswa dan guru melakukan refleksi

2) Diakhir pertemuan, guru mengucapkan salam.

B. Pertemuan Kedua 1. Kegitan Awal

1) Guru mengondisikan kelas

(47)

3) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan di pelajari, yaitu membaca puisi.

2. Kegiatan Inti

1) Siswa melihat kembali cara membaca membaca puisi di depan kelas (dalam penerapan teknik pemodelan pada siklus II guru tidak lagi tampil sebagai model, melainkan guru menampilkan seorang siswa yang dinilai cukup baik dalam membacakan puisi).

2) Siswa menyampaikan hasil kerja minggu lalu mencari puisi dan membacakannya di depan kelas.

3) Siswa menanggapi presentase temannya (membaca puisi).

3. Kegitan Akhir

1) Guru menanggapi hasil kerja siswa membacakan puisi di depan kelas. 2) Siswa dan guru melaksanakan refleksi dengan cara bersama-sama

menyimpulkan materi pelajaran pada hari itu.

3.6.2 Pengamatan

(48)

3.6.3 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisi, mencermati, dan mengkaji secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan pada pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII-A SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.

3.7 Teknik Analisis Data

[image:48.595.114.517.584.738.2]

Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini ada tiga aspek, yaitu aktivitas siswa, kemampuan siswa dan aktivitas guru. Aspek aktivitas siswa, meliputi perhatian, partisipasi, kreativitas, dan keterampilan siswa. Aspek kemampuan siswa meliputi dua faktor yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi pelafalan, irama, dan volume suara. Faktor non kebahasaan meliputi aspek mimik, dan kinestik (bahasa tubuh). Aspek aktivitas guru meliputi penyaji- an materi dan pembimbingan.

Tabel 3.1

Indikator Penilaian Kemampuan Membaca Indah Melalui Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas VII-A

SMP Muhammadiyah Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor

1 Pelafalan Siswa melafalkan kalimat yang terdapat pada puisi dengan sangat tepat (semua kata yang diucapkan tepat )

4

Siswa melafalkan kalimat yang terdapat pada puisi dengan tepat, namun terdapat 1-5 kata yang tidak tepat

3

Siswa melafalkan kalimat yang terdapat pada puisi dengan kurang tepat (terdapat 6-10 kata yang tidak tepat)

(49)

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor Siswa melafalkan kalimat yang terdapat

pada puisi dengan tidak tepat (hampir semua kata yang diucapkan salah)

1

2 Irama Siswa membaca puisi dengan irama yang

sangat tepat 4

Siswa membaca puisi dengan irama yang

tepat 3

Siswa membaca puisi dengan irama yang

kurang tepat 2

Siswa membaca puisi dengan irama yang

tidak tepat 1

3 Volume Suara Siswa membaca puisi dengan volume suara yang sangat tepat sesuai dengan isi puisi 4 Siswa membaca puisi dengan volume suara yang tepat sesuai dengan isi puisi 3 Siswa membaca puisi namun volume suara kurang tepat sesuai dengan isi puisi 2 Siswa membaca puisi dengan volume suara yang tidak tepat sesuai dengan isi puisi 1 4 Mimik Pada saat membacakan puisi siswa mampu

menunjukkan mimik wajah yang sangat sesuai dengan isi puisi yang dibacakan

4 Pada saat membacakan puisi siswa

menunjukkan mimik wajah yang sesuai dengan isi puisi yang dibacakan

3 Pada saat membacakan puisi mimik wajah

siswa kurang sesuai dengan isi puisi yang dibacakan

2 Pada saat membacakan puisi siswa tidak

menunjukkan mimik wajah yang sesuai dengan isi puisi yan dibacakan

1 5 Kinestik (bahasa

tubuh)

Siswa mampu membacakan puisi dengan diimbangi oleh kinestik yang sangat sesuai dengan isi puisi yang dibacakan

4 Siswa membacakan puisi dengan kinestik

yang sesuai dengan isi puisi yang dibacakan

3 Siswa membacakan puisi namun kurang

menunjukkan kinestik sesuai dengan isi puisi yang dibacakan

2 Siswa membacakan puisi namun tidak

menampilkan gerakan tubuh sama sekali 1

(50)

Dari indikator penilaian di atas, untuk mencari nilai akhir kemampuan siswa membaca indah digunakan rumus sebagai berikut.

[image:50.595.138.485.320.419.2]

Untuk menentukan kemampuan sisw dalam membaca puisi, penulis berpedoman pada pendapat Nurgiantoro, seperti pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Siswa dalam Membaca Indah melalui Teknik Pemodelan

No Interval Nilai Tingkat Kemampuan

1 85 – 100 Baik Sekali

2 75 – 84 Baik

3 60 – 74 Cukup

4 40 – 59 Kurang

5 0 – 39 Kurang Sekali

(Nurgiantoro, 2001: 399)

Indikator penilaian kemampuan siswa dalam membaca indah dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Indikator Pelafalan

Pelafalan bunyi bahasa yang kurang tepat, baik artikulasi maupun pemenggalan suku kata dapat mengalihkan perhatian pendengar. Kata-kata yang diucapkan baik jika tepat arti, tepat penempatannya, seksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan. Misalnya pengucapan kata belom, yang benar adalah belum, kata apotik yang benar adalah apotek, kata Rebo yang benar adalah Rabu, kata gimana yang benar adalah bagaimana, kata kebon yang benar adalah kebun.

Apabila semua kata pada puisi yang dibacakan yang diucapkan tepat dan benar sesuai dengan kaidah ejaan, maka siswa mendapat skor 4. Apabila terdengar 1 – 5

(51)

pengucapan kata yang tidak tepat maka siswa mendapat skor 3. Apabila terdengar 6 – 10 pengucapan kata yang tidak tepat, maka siswa mendapat skor 2. Apabila terdengar lebih dari 16 pengucapan kata yang tidak tepat, maka siswa mendapat skor 1.

2. Indikator Irama

Ketepatan pengunaan irama pada pembacaan puisi mempunyai daya tarik ter- sendiri. Dengan tinggi rendahnya dan keras lembutnya suara, tidak akan me- nimbulkan suatu kejenuhan pendengar.

Apabila siswa membacakan puisi dengan irama yang sangat tepat, maka siswa mendapat skor 4. Apabila siswa membacakan puisi dengan irama yang tepat, maka siswa mendapat skor 3. Apabila siswa membacakan puisi dengan irama yang kurang tepat, maka siswa mendapat skor 2. Apabila siswa membacakan puisi dengan irama yang sangat tidak tepat, maka siswa mendapat skor 1.

3. Indikator Volume Suara

Ketepatan pengunaan volume suara pada pembacaan puisi mempunyai daya tarik tersendiri. Dengan tinggi rendahnya dan keras lembutnya suara, tidak akan me- nimbulkan suatu kejenuhan pendengar.

(52)

dengan volume suara kurang baik, maka siswa mendapat skor 3. Apabila siswa membacakan puisi dengan volume suara yang tepat, namun masih terdengar 7-10 kata yang diucapkan dengan volume suara kurang baik, maka siswa mendapat skor 2. Apabila siswa membacakan puisi dengan volume suara yang tepat, namun masih terdengar ≥ 10 kata yang diucapkan dengan volume suara kurang baik,

maka siswa mendapat skor 1.

(53)
[image:53.595.114.513.123.755.2]

Tabel 3.3

Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Skor

Maksimal 1. Keseriusan Siswa memperhatikan peragaan

membaca indah yang dilakukan guru di depan kelas dengan sangat serius

5

5 Siswa memperhatikan peragaan

membaca indah yang dilakukan guru di depan kelas dengan serius

4 Siswa memperhatikan peragaan

membaca indah yang dilakukan guru di depan kelas cukup serius

3 Siswa kurang memperhatikan

peragaan membaca indah yang dilakukan guru di depan kelas

2 Siswa tidak memperhatikan peragaan membaca indah yang dilakukan guru di depan kelas

1 2 Inisiatif Siswa sangat aktif mencari bahan

pada sumber lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas

5

5 Siswa aktif mencari bahan pada

sumber lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas

4 Siswa cukup aktif mencari bahan

pada sumber lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas

(54)

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Skor Maksimal Siswa kurang aktif mencari bahan

pada sumber lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas

2

Siswa tidak mencari bahan pada sumber lain dan memiliki ide atau gagasan untuk menyelesaikan tugas

1 3 Tanya Jawab Siswa sangat aktif bertanya jawab

dengan guru atau teman dalam menyelesaikan masalah

5

5 Siswa aktif bertanya jawab dengan

guru atau teman dalam menyelesaikan masalah

4

Siswa cukup aktif bertanya jawab dengan guru atau teman dalam menyelesaikan masalah

3 Siswa kurang aktif bertanya jawab

dengan guru atau teman dalam menyelesaikan masalah

2 Siswa tidak aktif bertanya jawab

dengan guru atau teman dalam menyelesaikan masalah

1

Jumlah (Skor Maksimal 15

(55)
[image:55.595.113.513.115.757.2]

Tabel 3.4

Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran

No. ASPEK YANG DIAMATI SKOR

I. PRAPEMBELAJARAN

1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 5 2 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5

No. ASPEK YANG DIAMATI SKOR

II. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A. Penguasaan Materi Pembelajaran

3 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5 4 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan 1 2 3 4 5

5 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hirarki belajar dan karakteristik siswa 1 2 3 4 5 6 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 5

B. Pendekatan/Strategi Pembelajaran 7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

1 2 3 4 5 8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5

9 Menguasai kelas 1 2 3 4 5

10 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat

kontekstual 1 2 3 4 5

11 Melaksanakan Pembelajaran Yang Memungkinkan

Tumbuhnya Kebiasaan Positif 1 2 3 4 5 12 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan 1 2 3 4 5 C. Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran

13 Menggunakan media sarana secara efektif dan

efisien 1 2 3 4 5

(56)

D. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa 16 Menumbuhkan parstipasi aktif siswa dalam

pembelajaran 1 2 3 4 5

17 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 1 2 3 4 5 18 Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme siswa

dalam belajar 1 2 3 4 5

E. Penilaian Proses Hasil Belajar

19 Memantau kemajuan belajar selama proses

pembelajaran 1 2 3 4 5

20 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan

kompetensi (tujuan) 1 2 3 4 5

No. ASPEK YANG DIAMATI SKOR

F. Penggunaan Bahasa

21 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,

baik, dan benar 1 2 3 4 5

22 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5 G. PENUTUP

23 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman

dengan melibatkan siswa 1 2 3 4 5 24 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan

arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan

1 2 3 4 5

JUMLAH ………

Panduan :

1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik

3.8 Langkah-langkah Menganalisis Data Pembelajaran Membaca Indah Melalui Teknik Pemodelan

(57)

2. Penulis melakukan penilaian terhadap faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Pada faktor kebahasaan indikator penilaiannya meliputi ketepatan pengucapan dan intonasi, dan pada faktor non kebahasaan meliputi sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, gerak mata, mimik, dan gestur (bahasa tubuh).

3. Menjumlahkan skor indikator kemampuan siswa dalam membaca puisi berdasarkan tolok ukur penilaian berikut.

No Indikator Skor Maksimal

1 Pelafalan 4

2 Irama 4

3 Volume Suara 4

4 Mimik 4

5 Kinestik 4

4. Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam membaca puisi pada dengan rumus

(58)

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa dalam membaca puisi dengan tolok ukur di bawah ini

Nilai Tingkat Kemampuan

85 – 100 75 – 84 60 – 74 40 – 59 0 – 39

(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII-A semester genap SMP Muhammadiyah Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, peneliti mengamati pada proses pembelajaran membaca puisi di kelas, permasalahan yang muncul pada siswa adalah guru kurang tanggap memilih teknik pembelajaran membaca indah (puisi), minat membaca siswa masih kurang, siswa kurang terlatih membaca berbagai macam karya sastra, khususnya membaca puisi. Maka diperoleh simpulan berdasarkan temuan sebagai berikut:

1. penerapan teknik pemodelan terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca indah,

(60)

Artinya, dengan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan membaca indah, yaitu dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 9 siswa yang mencapai KKM menjadi 12 atau dengan persentase 12%, siklus I ke siklus II meningkat dari 12 siswa yang mencapai KKM menjadi 21 siswa atau dengan perentase 36%,

3. kinerja guru dalam proses pembelajaran pada setiap siklusnya meningkat karena menggunakan teknik pemodelan.

1.1 Saran

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1987. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Membaca I. Jakarta: Universitas Terbuka. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga

Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru. Depdiknas, 2003. Kurikulum Sekolah Menengah Umum: Garis-garis Besar

Program Pengajaran Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta: Pusat Kurikulum-Balitbang Depdiknas.

Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004. Sekolah Menengah Pertama.

Jakarta: Pusat Kurikulum-Balitbang Depdiknas.

Kusumah, Wijaya,dkk. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Indeks.

Nasution. S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPSG.

Poerwadarminta. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Poerwadarminta. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rustiyah. N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sayuti, Suminto A. 1996. Apresiasi Prosa Fiksi. Depdikbud.

(62)

Sumaryanto. 2010. Ensiklopedia Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Aneka Ilmu. Suharsimi, Arikunto. 1980. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Keterampilan Membaca. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. Wina, Sandjaya. 1995. Sekolah Bermutu Melalui Budaya Membaca.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wiryodjoyo, Suwaryono. 1989. Membaca Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: UNJ.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kacang hijau terhadap sifat fisik (kapasitas rehidrasi dan laju rehidrasi), kimia (kadar air, kadar abu, kadar

POKJA KONSULTANSI DAN

brucellosis yang terjadi pada hewan setiap tahunnya sehingga sangat berpengaruh pada angka kejadian brucellosis di manusia, sehingga diperlukan suatu surveilans

Berdasarkan nilai estimasi selisih travel time antara kedua moda yang terjadi adalah +/- 10 menit dan nilai biaya tetap (tarif eksisting) untuk kedua moda maka didapat

Dalam konteks ini saya mau usul ke teman-teman Koalisi Seni karena yang dikampanyekan kebebasan berkesenian       atau   ​ artistic freedom sementara ini tidak secara eksplisit

Perlindungan hukum ini ditujukan untuk melindungi hak-hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak, dari berbagai bentuk penggaran hukum yang mungkin terjadi

Data penelitian berjumlah 617 kata sulit dilengkapi dengan (a) perilaku mahasiswa mengidentifikasi makna kata sulit bahasa Arab dalam konteks, (b) satuan kebahasaan

Muskuloskeletal adalah komponen terpenting dalam menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mengalami jatuh. Dari kedua perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini, keduanya