• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA MENYONTEK DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA MENYONTEK DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA MENYONTEK

DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN

LAMPUNG TENGAH

Oleh

IRENE DESY PALUPI

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi budaya

menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, subjek yang diteliti merupakan siswa/siswi kelas

X dan XI SMA Negeri 1 Seputih Raman yang berjumlah 413. Sampel yang diambil

10% atau 41 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan

untuk menganalisis data yang telah terkumpul digunakan rumus persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor intern yang mempengaruhi budaya

menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah

berdasarkan perhitungan berada pada kategori sedang sebanyak 65,85%, faktor

ekstern yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1

Seputih Raman Lampung Tengah berada pada kategori sedang sebanyak 56,09%. Hal

ini menunjukkan bahwa faktor intern dan ekstern mempengaruhi budaya menyontek

di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

Kata Kunci: Budaya menyontek, kurang percaya diri, malas belajar, guru,

keluarga, kondisi sosial

(2)

I.PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, bahagia, dan sejahtera. Karena pendidikan merupakan salah satu usaha untuk menyiapkan manusia agar mandiri, mampu mengembangkan potensi diri, dan menjadi seseorang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan untuk menciptakan manusia yang berkualitas.

(3)

Dalam upaya pembangunan suatu bangsa yang berkualitas membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas pula sebagai salah satu modal untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik. Terlebih memasuki persaingan global saat ini, pendidikan memiliki peran yang sangat menentukan, tidak hanya dari perkembangan individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa. Pembangunan suatu bangsa juga harus diikuti dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang pesat agar terjadi keseimbangan dalam pembangunan. Berbagai usaha dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Dalam hal ini lembaga pendidikan di sekolah digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas manusia.

Tujuan pendidikan diantaranya adalah mencerdaskan anak bangsa, agar tujuan tersebut berhasil, maka dalam proses belajar mengajar harus berjalan dengan efektif. Hal ini juga tidak terlepas dari peran seorang pendidik dalam meningkatkan minat belajar siswa. Dengan adanya minat tersebut dapat memudahkan siswa dalam mencapai hasil belajar yang memuaskan. Tingginya minat belajar dapat memicu seseorang agar lebih giat dalam belajar. Namun yang terjadi saat ini adalah kurangnya minat belajar di kalangan siswa sehingga sering membuat siswa tersebut menjadi malas belajar.

(4)

aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman baru berdasarkan dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki, sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi belajar yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa sebagai subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku dan kesadaran diri.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar siswa secara umum dapat dilihat dari prestasi belajar dan mutu lulusannya. Kita dapat mengetahui kesuksesan proses belajar mengajar yang telah dilakukan melalui

(5)

Tidak bisa dihindari lagi bila kebiasaan menyontek sudah membudaya di sekolah-sekolah. Bahkan tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah formal, di madrasah pun telah mengenal budaya menyontek. Jika kebiasaan ini terus dibiarkan saja oleh guru, orang tua murid, pemerhati pendidikan, pejabat pemerintah dan semua komponen masyarakat lainnya, maka dunia pendidikan tidak akan maju, justru akan menciptakan manusia yang tidak jujur, malas, yang cenderung mencari jalan pintas dalam segala sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menyontek merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan ketidak jujuran atau tidak fair dalam rangka untuk mendapatkan keberhasilan. Perilaku ini sering kita temui di lingkungan pelajar. Hal ini dikarenakan kurangnya minat dan semangat pelajar untuk lebih giat memahami materi yang diberikan guru, sehingga timbullah kebiasaan buruk menyontek tersebut.

(6)

Kebiasaan menyontek sudah menjadi kebiasaan pada diri pelajar, tanpa terkecuali anak yang berprestasi pun tidak luput dari perilaku buruk tersebut. Awalnya, mereka hanya mencoba-coba, setelah mereka mendapatkan hasil yang memuaskan dari hasil menyontek tersebut, perlahan-lahan menjadi kebiasaan, bahkan menjadi ketergantungan bagi siswa. Tidak dapat dipungkiri lagi disetiap sekolah pasti siswa-siswinya pernah melakukan tindakan tidak terpuji tersebut.

Telah kita ketahui bersama bahwa budaya menyontek di kalangan pelajar sudah menjadi hal yang biasa terjadi bahkan seolah-olah sudah menjadi tradisi. Ketika Ujian Nasional pun kebiasaan menyontek tidak pernah di

tinggalkan. Dengan alasan standar kelulusan semakin tinggi sehingga perbuatan menyontek pun diperbolehkan. Dengan keadaan yang seperti itu, sepertinya arti pendidikan tidak lagi penting, yang dipentingkan sekarang ini oleh siswa adalah bagaimana mendapatkan nilai yang tinggi tanpa harus bersusah payah dengan belajar giat. Padahal hal tersebut tidaklah baik untuk dilakukan karena dengan begitu anak akan mengalami penurunan kreatifitas dalam dirinya.

(7)

solidaritas yang sebenarnya. Biasanya mereka beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan di anggap pelit dan tidak mempunyai teman.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap sepuluh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah. Para siswa yang berada di sekolah tersebut tidak mengingkari bahwa diantara mereka sering melakukan kegiatan yang sebenarnya telah dilarang oleh sekolahnya yaitu kegiatan menyontek saat ujian dan saat mengerjakan tugas. Namun tidak sedikit dari mereka yang masih melakukan kegiatan tersebut agar nilai yang mereka dapatkan menjadi tinggi dan memuaskan. Lebih separuh dari jumlah siswa seringkali menyontek. Media yang paling banyak digunakan sebagai sarana

[image:7.612.149.503.435.514.2]

menyontek adalah teman 50%, meja tulis 25%, membuat catatan kecil menggunakan kertas 20% dan 5% sisanya masih banyak lagi media yang sering digunakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data media yang sering digunakan siswa saat menyontek

No. Media Persentase

1. Teman 50%

2. Meja tulis 25%

3. Catatan kecil 20%

4. dll. 5%

Sumber: wawancara guru mata pelajaran PKn kelas X di SMA N 1 Seputih Raman

(8)

beraneka ragam, mulai dari siswa yang malas belajar, tidak percaya diri dengan jawaban yang ditulis, tidak mengerti dengan maksud soal yang diberikan, hingga ingin mendapatkan nilai yang besar dengan cara yang singkat. Bila hal-hal tersebut tidak cepat dilakukan pencegahan maka tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami kemerosotan. Akan makin banyak lagi siswa-siswa yang melakukan hal curang tersebut tanpa memikirkan akibatnya, maka dunia pendidikan tidak akan maju, dan menciptakan manusia yang tidak jujur, malas, dan cenderung mencari jalan pintas dalam segala sesuatu dan akhirnya menjadi manusia yang menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat identifikasi sebagai berikut :

1. Kurangnya minat belajar saat proses pempelajaran berlangsung.

2. Kurangnya rasa percaya diri pada siswa dalam mengerjakan soal ujian dan

tugas yang diberikan oleh guru.

(9)

5. Faktor yang mempengaruhi siswa menyontek di sekolah.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman.

1.5Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

1.5.2Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

1. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan

(10)

b. Kegunaan Praktis

1. Secara praktis kegunaan penelitian ini yaitu memberikan dorongan kepada siswa untuk giat belajar dalam meningkatkan prestasi tanpa menggunakan kecurangan.

2. Sebagai salah satu referensi atau sumber pustaka bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lanjut, baik dari praktisi pendidikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

1.6Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan kajian budaya menyontek.

1.6.2Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

1.6.3Ruang Lingkup Subjek

(11)

1.6.4Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

1.6.5Ruang Lingkup Waktu

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Tinjauan tentang Arti Budaya

Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Dalam bukunya pengantar ilmu antropologi (2009: 146), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah: “wujud ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba yang ada di dalam pikiran manusia yang dapat berupa gagasan, ide, norma, keyakinan, dan lain sebagainya”.

Abu Ahmadi (2007: 61), kebudayaan “adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang berlangsung berabad-abad”.

Kebudayaan menurut Ellwood (dikutip: Abu Ahmadi, 2007: 60) ini, dinyatakan bahwa “kebudayaan ini mencakup benda-benda material dan spiritual, yang pada kedua-duanya diperoleh dalam interaksi kelompok atau dipelajari dalam kelompok. Juga kebudayaan itu menurut Ellwood mencakup kekuatan untuk menguasi alam dan dirinya sendiri”.

(13)

yang dikondisikan oleh milieu fisik dan sosial serta alam pikiran dan pendukung kebudayaan adalah kelompok”.

Sepintas lalu definisi-definisi tersebut kelihatan berbeda-beda, namun pada dasarnya prinsip itu sama, yaitu sama-sama mengakui adanya ciptaan manusia. Dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah “Sebagai perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi”. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut (Joko Tri Prasetya, 2004:28).

Selanjutnya menurut Taylor (dikutip: Samuel Gunawan, 1999:68), budaya adalah “suatu kebutuhan komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.”

Menurut Linton (1999:96) budaya adalah “keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu”.

(14)

Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Hasil buah budi (budaya) manusia itu dapat kita bagi menjadi 2 macam (Joko Tri Prasetya, 2004:31):

1. Kebudayaan material (lahir), yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya: rumah, gedungs, alat-alat senjata, mesin-mesin, pakaian dan sebagainya.

2. Kebudayaan immaterial(spiritual = batin), yaitu kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

2.1.2 Tinjauan tentang Perilaku Menyontek

Menyontek merupakan suatu usaha yang kebanyakan dilakukan oleh para pelajar SD, SMP, SMA, maupun mahasiswa untuk melihat buku catatan, buku panduan, ataupun menyalin pekerjaan teman secara sembunyi-sembunyi guna mendapatkan jawaban dari mata pelajaran yang diujikan.

Menyontek memiliki arti yang beraneka ragam, akan tetapi biasanya pengertian tersebut dihubungkan dengan kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian. Walaupun kata menyontek telah dikenal sejak lama namun kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung. Menurut kamus bahasa Indonesia karangan W.J.S Purwaddarminta, menyontek adalah mencotoh, meniru atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain

Menurut Suparno (2000:25) menjelaskan tentang menyontek bahwa:

(15)

taktik penyontekan sudah dikenal siswa. Sistem suap agar mendapat nilai baik, juga membayar guru agar membocorkan soal ulangan, sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan di Indonesia”.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku menyontek adalah kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan cara yang tidak halal seperti membuka catatan, bertanya kepada teman, ataupun melihat langsung jawaban dari internet, dan perilaku lainnya yang tidak dibenarkan untuk dilakukan karena tidak hanya merugikan bagi orang lain, tetapi juga sangat merugikan dirinya sendiri

Menurut Yesmil Anmar (2007:36), menyatakan bahwa:

Sebenarnya nilai hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan dari ketidaktahuan. Menyontek terlanjur dianggap sepele oleh masayarakat. Padahal, bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia.

Menurut Erick Anderman dan Tamera B. Muidok (2007:32) menyontek adalah melakukan tindakan ketidakjujuran / tidak fair dalam rangka meraih keuntungan.

(16)

Menurut pendapat Ehrlich, Flexner, Carruth, dan Hawkins (dikutip: Anderman dan Murdock, 2007: 34) menyontek “adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang melalui cara-cara yang tidak baik dengan tujuan untuk memperoleh keberhasilan akademik dan menghindari kegagalan akademik”.

Bower (dikutip: Alhadza, 2004:38) mendefinisikan menyontek “adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah atau terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis”.

Senada dengan Bower, Deighton (dikutip: Alhadza, 2004:38) yang

menjelaskan bahwa menyontek “adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara agar

mendapatkan keberhasilan akademis tanpa harus berpikir atau mengerjakan sebuah tuntutan soal atau tugas akademik.

2.1.3 Tinjauan tentang Budaya Menyontek

(17)

kunjung usai. Keinginan memperoleh nilai secara mudah menjadikan perilaku menyontek sebagai upaya meraih kesuksesan dengan jalan pintas.

Tidak terpapar dengan jelas pengertian budaya menyontek, namun dari pengertian budaya dan menyontek di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa budaya menyontek adalah hasil usaha seseorang dari suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran.

Budaya menyontek dapat diakibatkan oleh pengaruh kelompok dimana orang cenderung berani melakukan karena melihat orang lain di kelompoknya juga melakukan.

2.1.4 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyontek

Perilaku menyontek sebagai perilaku yang kompleks (rumit) dapat disebabkan berbagai macam faktor, juga dapat terlihat dalam berbagai bentuk perilaku yang terkadang tidak kita sadari bahwa sebenarnya kita sudah melakukan perilaku menyontek.

Hetherington dan Feldman (dikutip: Anderman dan Murdock, 2007:33) mengelompokkan empat bentuk perilaku menyontek, yaitu:

1. Individualistic-opportunistic dapat diartikan sebagai perilaku dimana

(18)

2. Independent- planned dapat diidentifikasi sebagai menggunakan

catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau telah dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum ujian berlangsung.

3. Social-active yaitu perilaku menyontek dimana siswa mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari orang lain.

4. Social-passive adalah mengizinkan seseorang melihat atau mengkopi

jawabannya.

Menurut Cizek (dikutip: Anderman dan Murdock, 2007: 34) perilaku menyontek dibagi menjadi tiga kategori:

a) memberi, mengambil, atau menerima informasi, b) menggunakan alat yang dilarang,

c) memanfaatkan kelemahan seseorang prosedur atau proses untuk

memperoleh keuntungan

2.1.5 Bebarapa Cara Siswa Menyontek

Banyak bentuk menyontek yang biasanya dilakukan oleh siswa, dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang canggih. Bentuk menyontek yang dilakukan oleh siswa dibagi menjadi dua bagian yaitu:

(19)

2. Menyontek dengan kerja sama, misalnya: membuat kesepakatan

terlebih dahulu dan membuat kode-kode tertentu untuk meminta jawaban dari teman (Oki, 2007:49).

Bebarapa istilah cara siswa menyontek yang sangat sederhana dan sering dilakukan oleh siswa antara lain (Juliet, dikutip dari http://juliettecute.blogspot.com/2011/08/menyontekkarya-tulis

ilmiah.html): 1. Kertas Ajaib

Cara ini biasa disebut konsep, namun penulis menyebutnya sebagai “Kertas Ajaib”. Sama saja dengan merangkum, tetapi isi buku yang penting-penting ditulis pada selembar kertas berukuran kecil. 2. Buku Pintar

Buku Pintar, siswa biasanya menyimpan buku catatan, buku tugas, atau buku paket dibawah laci meja saat tas atau bawaan lain siswa dikumpul di depan ruangan ujian.

3. Google

Teknologi yang semakin berkembang di saat sekarang ini membuat menyontek menjadi lebih mudah, siswa yang membawa handphone dapat mencari jawaban dari soal ujian dengan mengakses link-link yang ada di Goggle.

4. Nge-Batik

(20)

5. SMS Penyelamat

SMS (Short Message Service) digunakan oleh siswa saat benar-benar tidak tahu kemana untuk mencari jawaban. Biasanya untuk cara seperti ini siswa mengirimkan SMS untuk teman yang berada di ruang ujian lain.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Menyontek

Menyontek tidak akan dilakukan oleh siswa apabila siswa tersebut tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk melakukan perilaku menyontek, antara lain:

1. Faktor Intern (dari diri sendiri)

Individu berasal dari kata individum (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang hidup berdiri sendiri tidak mempunyai kawan (sendiri).

Salah satu Tokoh Soediman Kartohadiprojo (Abdulsyani:2007:52) menamakan individu sebagai mahluk hidup Ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa yang dalam dirinya dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, ras, rasio, dan rukun.

Kebiasaan menyontek dapat muncul dari diri sendiri disebabkan karena: a. Seorang siswa kurang percaya diri dalam mengerjakan sesuatu.

(21)

saat akan menghadapi ujian atau test tertentu tentunya akan merasa kurang percaya diri dan kurang yakin akan kebenaran jawaban yang ia miliki, sehingga timbul dorongan ingin tahu akan jawaban yang benar yang kemudian menyebabkan kebanyakan siswa melakukan perilaku menyontek dengan berbagai cara agar mengetahui kebenaran jawaban dari soal yang diujikan.

Menurut Auliya (2012: 13), siswa yang menyontek memiliki kepercayaan diri yang minimal terhadap kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, mereka akan berusaha mencari penguat dari pihak lain seperti teman-temannya dengan cara bertanya, atau bisa juga dari

buku-buku catatan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Menurut Thantaway (2005:87), percaya diri adalah “kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan”. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kita semua mengalami kurang percaya diri dalam hal-hal tertentu, namun bagi penderita, perasaan ini hadir secara konstan dari waktu ke waktu dalam kehidupan mereka. Memiliki kepercayaan diri yang rendah bisa sangat membatasi, mempengaruhi kemampuan kita untuk menjalani kehidupan dengan baik bahkan menghilangkan kesempatan dan

menghindari peluang yang ada.

b. Menyontek juga sudah menjadi kebiasaan dari siswa tersebut.

Menurut Soediman Kartohadiprojo (Abdulsyani: 2007: 52), banyak siswa yang menjadikan menyontek sebagai hal yang biasa dan sudah menjadi bagian dari insting untuk bertahan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam hal mempertahankan atau meraih prestasi belajar.

Menurut Fatimah (2011: 9), perilaku menyontek ini merupakan suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan. Sehingga sulit sekali untuk menghilangkan kebiasan buruk seperti ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang menjadikan perilaku tersebut sebagai hal yang biasa dan dijadikan insting untuk bertahan dalam mempertahankan atau meraih prestasi belajar.

c. Siswa takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan

(23)

mendapatkan nilai yang baik, termasuk dengan cara menyontek (Soediman Kartohadiprojo dalam Abdulsyani: 2007: 52).

Menurut Fatimah (2011: 9), tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada siswa mengenai hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam ujian harus mendapatkan nilai yang tinggi dalam setiap tes/ujian yang telah berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tekanan dari berbagai pihak agar siswa tersebut mendapatkan nilai yang tinggi dalam setiap tes/ujian dapat mempengaruhi siswa tersebut dalam melakukan kegiatan/perilaku menyontek tersebut.

d. Adanya sifat malas pada diri siswa.

Menurut Soediman Kartohadiprojo (Abdulsyani: 2007: 52), siswa selalu ingin mencari kemudahan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Menurut Auliya (2012: 12), salah satu alasan yang membuat siswa tidak siap menghadapi ujian adalah kemalasan untuk belajar secara teratur dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Selain itu, kebiasaan belajar hanya ketika mau ujian. Akibat sistem belajar yang seperti itu maka siswa tidak mampu menguasai seluruh materi yang akan diujikan secara optimal, sehingga lebih mengandalkan menyontek.

(24)

pelajaran dan kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru kepadanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua siswa telah menganut gaya hidup instan, gaya hidup yang selalu mencari jalan keluar dengan cara yang mudah dan cepat. Hal ini juga berlaku bagi kebanyakan siswa, dalam menghadapi ujian, kebanyakan siswa mencari jalan keluar dengan cara yang cepat dan mudah yaitu dengan menyontek.

2. Faktor Ekstern

Selain dari faktor internal, penyebab terjadinya kebiasaan menyontek juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri siswa. Faktor tersebut diantaranya:

a. Dari guru

Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga berperan sebagaimana

layaknya orang tua yang memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anakanya dengan tulus, karena guru adalah orang tua di sekolah. Sebagaimana orang tua, maka guru hendaklah memperlakukan anak muridnya dengan kasih sayang dan penuh kesabaran.

(25)

Menurut Fatimah (2011: 9), guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar dan soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book. Sehingga menyebabkan siswa untuk melakukan kegiatan curang tersebut.

Menurut Zaenal Akib (2003: 157), peranan guru sebagai orang tua di sekolah merupakan bentuk dukungan dan penguatan terhadap pembentukan konsep diri yang selama ini terinternalisasi melalui interaksi dengan lingkungan keluarga terutama kedua orang tuanya.

Keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan baru di sekolah akan lebih menguatkan lagi konsep diri positif anak.

Persepsi guru terhadap anak akan sangat mempengaruhi bagaimana guru akan berperan nantinya. Contohnya guru yang menganggap

anak-anak adalah makhluk yang lemah, tidak mampu, dan tidak tahu apa-apa, maka guru akan berperan sebagai orang yang serba tahu, dan pengetahuannya itu akan diajarkan kepada anak-anak agar mereka dapat mengetahui apa yang tidak diketahui. Dalam hal ini anak-anak menjadi objek dari pembelajaran yang menerima pengetahuan dari guru, sehingga anak akan menjadi pasif.

(26)

adanya variasi dalam mengajar sehingga siswa malas untuk belajar. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada menghafal dari buku sehingga siswa beranggapan bahwa apabila jawaban mereka tidak sama dengan buku maka nilai mereka akan berkurang.

b. Dari orang tua atau keluarga

Menurut Soediman Kartohadiprojo (Abdulsyani: 2007: 54), orang tua merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua sebagai pendidik secara kodrati harus mampu mengantisipasi pengaruh yang ada karena tidak semua pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang baik.

Menurut Newstead (1996: 88), orang tua yang memahami kemampuan anaknya pas-pasan tetap menuntut prestasi tinggi demi gengsi dan kebanggaan, sehingga anak diamarahi jika mendapat nilai jelek.

Orang tua mencurahkan perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup, pendidikan yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin, penanaman spiritual keagamaan serta kebebasan secara serasi. Seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (2004: 2), yakni orang tua dan anak hendaklah selalu damai dengan demikian akan dapat membangkitkan minat si anak untuk belajar.

(27)

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Menurut Fatimah (2011: 10), adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi dan ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak yang menimbulkan anak tersebut untuk melakukan kegiatan menyontek.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan orang tua dalam memaksakan agar anaknya mendapat nilai yang baik menyebabkan seorang anak dalam tekanan dan berpotensi untuk menyontek. Para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh seorang anak daripada proses bagaimana anak tersebut memperoleh hasil tersebut. Adanya hukuman yang berat jika anaknya tidak berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh dalam perilaku yang akan menimbulkan perilaku menyimpang tersebut. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.

c. Dari Kondisi Sosial

(28)

Menurut Abel (2012: 3), bahwa kondisi sekeliling yang sudah terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk dalam mengerjakan test/ujian.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial di sekeliling siswa juga dapat mempengaruhi siswa dalam melakukan perilaku menyimpang seperti contohnya yaitu kegiatan menyontek. Kondisi yang terbiasa menyontek akan mendorong para siswa tersebut untuk terus melakukan kegiatan menyontek saat ulangan berlangsung. Suasana yang ramai saat ulangan dapat menjadikan

situasi kelas yang tadinya tertib saat mengerjakan soal ulangan menjadi tidak kondusif dan menyebabkan konsentrasi siswa menjadi tidak focus dan malas dalam mengerjakan soal.

2.2 Kerangka Pikir

(29)
[image:29.612.153.337.129.366.2]

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Variabel X

Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek dan plagiat: 1. Faktor Intern

a. Kurang percaya diri dalam mengerjakan sesuatu b. Sudah menjadi kebiasaan

siswa

c. Tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai bagus

d. Sifat malas pada diri siswa

2. Faktor Ekstern a. Guru b. Keluarga c. Kondisi Sosial

(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Menurut Hadari Nawawi (dikutip Sudjarwo, 2009: 86) “tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lan-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya ”.

Berdasarkan definisi tersebut, maka peneliti merasa bahwa metode deskriptif ini merupakan metode yang tepat dan relevan untuk dipakai dalam penelitian ini. Dimana penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

(31)

individu yang akan diselidiki) yang hendak digeneralisasikan atau dianalisa secara umum. Menurut Nazir (2004: 77), populasi merupakan kumpulan dari individu-individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Jumlah siswa-siswi yang melakukan kegiatan menyontek di SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah

No. Kelas Jumlah Total

Laki-laki Perempuan

1. X1 5 20 25

2. X2 17 13 30

3. X3 14 15 29

4. X4 13 20 23

5. X5 15 20 35

6. X6 18 15 33

7. X7 13 20 33

8. XI IPA 1 10 15 25

9. XI IPA 2 12 18 30

10. XI IPA 3 11 20 31

11. XI IPA 4 10 20 30

12. XI IPS 1 12 15 27

13. XI IPS 2 10 15 25

14. XI IPS 3 15 12 27

Total 175 238 413

Sumber : Data Kesiswaan SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah

3.2.2 Sampel

[image:31.612.151.507.275.537.2]
(32)

Apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka penelitian tersebut diambil semua sampelnya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Dan jika subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15%, 20-25% ataupun lebih (Suharsini Arikunto, 2002: 107).

[image:32.612.147.493.358.570.2]

Berdasarkan teori diatas, karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari seratus, maka sampel penelitian ini diambil 10% dari 413 siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dan diperoleh sampel 41,3 dan dibulatkan menjadi 41. Jadi siswa yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebanyak 41 siswa.

Tabel 3.2 Data jumlah pengambilan sampel untuk masing-masing kelas

No. Kelas Jumlah Total

1. X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 3 3 3 3 3 3 3 21

2. XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4

2 3 3 3

11

3. XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3

3 3 3

9

Total 41

3.3 Variabel Penelitian a. Variabel Bebas (X)

(33)

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat atau sering disebut variabel Y adalah variabel yang memiliki peran untuk memberikan pengaruh terhadap variabel lainnya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman.

3.4 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 3.4.1 Definisi Konseptual

a. Budaya

Budaya adalah kebiasaan yang terdapat pada suatu masyarakat tertentu. Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

b. Menyontek

Menyontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara agar mendapatkan keberhasilan akademis tanpa harus berpikir atau mengerjakan sebuah tuntutan soal atau tugas akademik.

c. Budaya Menyontek

(34)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek

Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa, adalah beberapa aspek atau unsur yang berpengaruh pada pola pikir siswa, tingkat kemandirian siswa, dan sikap emosional siswa. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh tersebut adalah faktor intern, yang dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri dalam mengerjakan sesuatu, sifat malas belajar, kebiasaan siswa, dan faktor ekstern yang dipengaruhi oleh guru, keluarga, dan kondisi sosial.

3.4.2 Definisi Operasional a. Budaya menyontek

Budaya menyontek adalah penelian perilaku siswa terhadap hasil usaha dari suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran. Secara operasional variabel dalam penelitian ini adalah budaya menyontek yang indikatornya meliputi : 1. usaha sendiri (tulisan berupa catatan)

2. kerja sama (lisan berupa jawaban dari teman)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek

Secara operasional variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek. Indikatornya meliputi :

1. Faktor Intern

a. Kurang percaya diri dalam mengerjakan sesuatu adalah suatu

(35)

kemampuan diri untuk melakukan atau mencapai sesuatu yang baik.

b. Kebiasaan siswa adalah suatu perilaku siswa yang menjadikan sebagai hal yang biasa dan dijadikan insting untuk bertahan dalam mempertahankan atau meraih prestasi belajar.

c. Tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai bagus adalah tekanan yang diterima dari berbagai pihak agar siswa tersebut mendapatkan nilai yang tinggi dalam setiap tes/ujian. d. Sifat malas pada diri siswa adalah suatu sikap siswa yang selalu

ingin mencari kemudahan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

2. Faktor Ekstern

a. Guru adalah orang tua di sekolah yang bertugas untuk mendidik siswa saat berada di sekolah.

b. Keluarga adalah pendidik yang secara kodrati harus mampu mengantisipasi pengaruh yang ada karena tidak semua pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang baik

c. Kondisi sosial adalah kondisi di sekeliling siswa yang dapat

mempengaruhi siswa dalam melakukan perilaku menyimpang seperti contohnya yaitu kegiatan menyontek.

3.5 Rencana Pengukuran Variabel

Rencana pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

(36)

a) Untuk yang sesuai dengan harapan akan diberi skor 3,

b) Untuk yang kurang sesuai dengan harapan akan diberi skor 2, c) Untuk yang tidak sesuai sesuai dengan harapan akan diberi skor 1,

yang indikator meliputi:

1. Kurang percaya diri dalam mengerjakan sesuatu 2. Sudah menjadi kebiasaan siswa

3. Tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai bagus 4. Sifat malas pada diri siswa

5. Guru 6. Keluarga

7. Sistem pendidikan

3.6Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pokok a. Teknik Angket

(37)

3.6.2 Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung pada objek penelitian untuk menunjang data penelitian. Pihak yang akan diwawancarai adalah guru-guru dan siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

b.Dokumentasi

Tekhnik ini dipergunkan untuk memperoleh data yang berupa dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini dokumen dipergunakan untuk mendukung keterangan-keterangan dan fakta-fakta

yang ada hubungannya dengan penelitian.

3.7Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kevalidan atau kesahihan

suatu intrumen (Arikunto, 2002: 144). Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian, maka alat ukur harus mengukur secara tepat.

3.7.2 Uji Reliabilitas

(38)

menggunakan teknik belah dua data yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menyebarkan angket kepada 10 orang diluar responden.

2. Hasil uji coba dikelompokkan kedalam item ganjil dan item ganap. 3. Hasil item ganjil dan item genap, dikorelasikan dengan rumus Product

Moment sebagai berikut:

N

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

rxy

2 2 2

2

(

)

(

)

)

)(

(

Keterangan:

Rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan y X = Variabel bebas

Y = Variabel Terikat N = Jumlah sampel (Arikunto, 2010: 331)

4.

Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown,

yaitu

: r xy =

( )

Keterangan :

Rxy = Koefisien realibilitas seluruh tes

Rgg = Koefisien korelasi item x dan y

(39)

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai

berikut:

0,8 – 1,000 = Sangat tinggi 0,6 – 0,799 = Tinggi 0,4 – 0,599 = Cukup Tinggi 0,2 – 0,399 = Rendah < 2,000 = Sangat Rendah (Arikunto, 2010: 331)

3.8Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menguraikan

kata-kata dalam kalimat serta angka dalamkalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I =

Keterangan : I = Interval NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

(40)

Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase digunakan rumus sebagai berikut :

P =

× 100%

Keterangan :

P = Besar Presentase

F = Jumlah Alternatif jawaban seluruh item

N = Jumlah perkaitan antara item dengan responden

Kriteria presentasi sebagai berikut : 76 % - 100 % = Baik

(41)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi budaya menyontek di kalangan siswa SMA Negeri 1

Seputih Raman Lampung Tengah, maka peneliti dapat menyimpulkan:

1.

Pengaruh faktor intern terhadap budaya menyontek di kalangan siswa

cenderung tinggi. Terjadinya budaya menyontek di kalangan siswa tersebut

disebabkan kurangnya rasa percaya diri siswa saat mengerjakan ulangan

sehingga menjadikan siswa tersebut selalu bertanya kepada teman untuk

meyakinkan jawabannya tersebut. Penyebab lain yang menimbulkan

terjadinya budaya menyontek yaitu disebabkan oleh adanya tekanan dari

berbagai pihak untuk mendapatkan nilai bagus, namun karena siswa tersebut

memiliki sifat malas belajar sehingga siswa tersebut mengambil jalan pintas

dengan menjadikan menyontek sebagai kebiasaan saat ulangan berlangsung.

(42)

yang juga timbul dari luar diri siswa yaitu kebiasaan dari keluarga atau orang

tua dalam memaksakan agar anaknya mendapat nilai yang tinggi

menyebabkan seorang anak dalam tekanan dan berpotensi untuk menyontek

serta kondisi social yang berada di sekeliling siswa yang terbiasa menyontek

maka akan menjadikan siswa tersebut untuk terus melakukan kegiatan

menyontek tersebut pada setiap di adakannya ulangan.

5.2

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis, dan mengambil kesimpulan

dari hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut :

1.

Siswa agar dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya belajar

saat akan menghadapi ulangan agar tercipta rasa percaya diri yang tinggi

sehingga tidak timbul kegiatan menyimpang seperti menyontek saat ulangan

berlangsung.

2.

Seharusnya orang tua untuk tidak memaksakan kehendak agar anak tersebut

mendapat nilai yang tinggi setiap diadakannya ulangan. Percaya kepada

kemampuan anak dan membimbing anak tersebut untuk tidak melakukan

kegiatan curang saat ulangan lebih baik dibandingkan mendapatkan nilai

tinggi dengan cara yang singkat.

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori Terapan. PT. Bumi Aksara: Jakarta

Abel, Gizela. 2012. Menghiangkan Budaya Menyontek di Kalangan Remaja. http://abelabella.blogspot.com/2013/05/21

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta: Jakarta Akib, Zaenal. 2003. Penelitan Tindakan Kelas. Yrana Widya: Bandung

Al-Bughury, Fatimah. 2011. Menyontek-Karya Tulis Ilmiah. http://juliettecute.blogspot.com/2013/05/21

Alhadza, Abdullah. 2004. Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan. http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal /2013/02/20

Anderman, E.M, & Murdock, B.E. 2007. Psychology of Academic Cheating. Elsevier Academic Press Publication: USA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. PT.Rineka Cipta: Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta: Yogyakarta

Gunawan, Samuel. 1999. Antropologi Budaya; Suatu Perspektif Kontemporer. Balai Pustaka: Jakarta

Hadi, Sutrisno. 1992. Metode Research II. Yayasan Fakultas Psikologi UGM: Yogyakarta

J. Parsons, Patricia. 2007. Panduan Praktik Terbaik. Erlangga: Jakarta Kasman.2012. Budaya Meyontek Masih Merevan di Kalangan Pelajar.

http://pramukasmpnsaka.wordpress.com./2013/03/19

(45)

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito: Bandung

Sudjarwo. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. CV. Mandar Maju: Bandar Lampung Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Alfabeta : Bandung

Sulianta, Feri. 2007. Seri Referensi Praktis, Konten Internet. PT. Elex Medis Komputindo: Jakarta

Suparno, Paul. 2000. Sekolah Memasung Kebebasan Berfikir Siswa. http://www.kompas.com/kompas/2013/02/20

Tri Prasetya, Joko. 2004. Ilmu Budaya Dasar (Lengkap). PT. Rineka Cipta: Jakarta Vegawati, Dian, Dkk. 2004. Perilaku Mencontek di Kalangan Mahasiswa.

http://www.pikiran-rakyat.com./2013/02/20

Gambar

Tabel 1.1 Data media yang sering digunakan siswa saat menyontek
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Jumlah siswa-siswi yang melakukan kegiatan menyontek di SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
Tabel 3.2 Data jumlah pengambilan sampel untuk masing-masing kelas

Referensi

Dokumen terkait

Disolusi suatu kapsul atau tablet adalah jumlah atau kadar dalam persen zat berkhasiat dari sediaan padat yang terlarut pada suatu waktu ter- tentu dalam kondisi

Hemat penulis, adanya obral iklan TKI di negeri Jiran sebenarnya merupakan sesuatu yang menggugah nurani para pemimpin negeri ini, apakah pemerintah Indonesia

Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Share Allocation Fund, Wealth, Capital Expenditure and Leverage has positive and significant effect to the Local

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 pengembangan inovasi melalui desain batik dilakukan oleh tenaga kerja ahli atau oleh pemilik, 2 Strategi inovasi yang dilakukan pada

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan

menyusun rencana pembelajaran sampai dengan keterampilan proses pembelajaran (Praktek Pengajaran Mikro).  Sda

[r]