• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN NANAS (Ananas Comosus [L] Merr) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN NANAS (Ananas Comosus [L] Merr) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN NANAS (Ananas Comosus [L] Merr) KELOMPOK TANI

TANI MAKMUR DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

GAGAT SURYA ADI NUGROHO

Nanas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Lampung Tengah. Budidaya tanaman nanas (Ananas comosus (L) Merr) dinilai akan sangat menguntungkan, mengingat dengan biaya

produksi yang tidak terlalu mahal serta kebutuhan masyarakat akan buah nanas semakin meningkat. Untuk mengoptimalkan hasil produksi, daya dukung, potensi dan hambatan yang ada untuk suatu penggunaan lahan tertentu dalam budidaya harus kita ketahui, untuk itu dilakukan evaluasi lahan.

(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanaman nanas (Ananas comosus (L) Merr) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa), dan secara finansial menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar

Rp113.896.094,- , Net B/C sebesar 5,48, IRR sebesar 219 % tahun-1 dan BEP (titik impas) akan dicapai dalam waktu 1 tahun 11 bulan 1 hari. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya tanaman nanas ini menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

(3)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN NANAS (Ananas Comosus [L] Merr) KELOMPOK TANI

TANI MAKMUR DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

GAGAT SURYA ADI NUGROHO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN NANAS (Ananas Comosus [L] Merr) KELOMPOK TANI

TANI MAKMUR DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

Gagat Surya Adi Nugroho

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi tanggal 6 April 1991, anak Pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dul Kohar (alm) dan Ibu Hayani, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara diselesaikan penulis pada tahun 2003; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2006; dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar

Lampung pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

vii Selama perkuliahan penulis juga pernah menjadi Asisten dosen pada mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah tahun ajaran 2012/2013.

(9)

Kupersembahkan Karya Ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian dan Tanda Bakti, Cinta, hormat dan Kasih Sayangku

Kepada

Almamaterku Tercinta,

Ayah dan Ibu tercinta,

Atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, serta doa yang senantiasa menyertai perjalanan hidupku,

&

Adik-adikku (Rayno, Gita, dan Muli), Maria Ulfa beserta seluruh keluarga besar, yang selalu memberikan

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah – Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini, serta nasehat yang berharganya. 2. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr.Ir. Henrie Buchari, M.Si., sebagai pembahas dan penguji materi

yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Sugiatno, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan perhatiannya selama penulis menjalani studi.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung beserta Jajarannya.

(11)

x

7. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Agroteknologi dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Bapak Musiran sebagai ketua Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo, atas izin yang telah diberikan, serta atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Keluarga ku tercinta Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, do’a tulus yang diberikan, serta nasehat dan pengorbanan yang tiada pernah putus diberikan, adik-adik ku yang telah memberikan keceriaan dan motivasi yang kuat untuk memperjuangkan hidup.

10.dr. Maria Ulfa, terimakasih atas dukungan, kasih sayang, serta kesetiaanya dalam mendampingi penulis.

11.Sahabat-sahabatku : Java, Ganda, Heri, Doni, Suhendri, Syarif, Deni, Dery, Adam, Hardy, Andrian, Ricky, Komang, Bagja R. Ulil dan sahabat

seperjuanganku lainnya angkatan 2009, atas kebersamaannya selama ini. 12.Kanda, yunda, serta adinda anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila.

13.Serta seluruh pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga amal baik kalian semua akan dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Bandar lampung, Juni 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nanas ... 6

2.1.1 Sejarah singkat ... 6

2.1.2 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Nanas ... 7

2.1.3 Kandungan Nutrisi ... 8

2.1.4 Syarat Tumbuh... 9

(13)

xii

2.2 Konsep Tanah dan Lahan ... 12

2.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan... 13

2.4 Pendekatan Evaluasi Lahan ... 13

2.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 14

2.6 Analisis Finansial ... 18

2.6.1 Net Present Value (NPV) ... 18

2.6.2 Net Benefit / Cost Ratio (Net B/C) ... 18

2.6.3 Internal Rate of Return (IRR) ... 19

2.6.4 Break Event Point (BEP) ... 19

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Bahan dan Alat ... 20

3.3 Metode Penelitian ... 21

3.3.1 Tahap Persiapan ... 21

3.3.2 Prasurvei ... 22

3.3.3 Pengumpulan Data ... 22

3.3.3.1 Data Fisik ... 22

3.3.3.2 Data Sosial Ekonomi ... 26

3.3.4 Analisis Data ... 26

3.3.4.1 Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Kualitatif. 26

(14)

xiii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 30

4.1.1 Kelas Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 30

4.1.1.1 Temperatur udara ... 32

4.1.1.2 Ketersediaan Air ... 32

4.1.1.3 Ketersediaan Oksigen ... 33

4.1.1.4 Media Perakaran ... 33

4.1.1.5 Retensi Hara ... 34

4.1.1.6 Toksisitas ... 34

4.1.1.7 Sodisitas ... 35

4.1.1.8 Bahaya Sulfidik ... 35

4.1.1.9 Bahaya Erosi ... 36

4.1.1.10 Bahaya Banjir ... 36

4.1.1.11 Penyiapan Lahan ... 36

4.1.2 Kelas Kesesuaian Lahan Kuantitatif ... 37

4.1.2.1 Biaya Produksi Tanaman Nanas ... 37

4.1.2.1.1 Biaya Tetap ... 37

4.1.2.1.2 Biaya Variabel ... 38

4.1.2.2 Penerimaan ... 39

4.1.2.2.1 Analisis finansial ... 40

4.2 Pembahasan ... 41

4.2.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 41

(15)

xiv

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 46

PUSTAKA ACUAN ... 47

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Waktu produksi tanaman nanas 1 musim tanam. ... 26

2. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman nanas di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah menurut Djaenudin dkk. (2011). ... 31

3. Data produksi tanaman nanas per hektar tahun-1. ... 40

4. Nilai NPV, Net B/C, IRR dan BEP. ... 41

5. Deskripsi Tanaman Nanas Varietas Queen. . ... 50

6. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Nanas (Ananas comosus (L.)MERR) menurut Djaenudin dkk. (2011). . ... 51

7. Data suhu udara tahun 2009-2013 di Kabupaten Lampung Tengah. ... 52

8. Data curah hujan tahun 2008-2013 di Kabupaten Lampung Tengah. ... 52

9. Data kelembaban udara tahun 2009-2013 di Kabupaten Lampung Tengah. ... 53

10.Deskripsi profil bor tanah pada titik sampel 1. ... 54

11.Deskripsi profil bor tanah pada titik sampel 2. ... 55

12.Hasil analisis contoh tanah di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. ... 56

13.Hasil produksi dan penerimaan buah nanas di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. ... 57

(17)

xvi

15.Cash flow pertanaman nanas di Kelompok Tani Tani Makmur Desa

Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. ... 59 16.Perhitungan analisis internal rate of return usaha tanaman nanas

kelompok tani Tani makmur. ... 60 17.Perhitungan analisis NPV, Net B/C ratio dan BEP usaha tanaman

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur morfologi tanaman nanas. ... 7

2. Bentuk Lahan dan titik sampel tanah. ... 65

3. Proses pengambilan sampel tanah. ... 67

4. Profil boring pada titik 1 lahan penelitian. ... 68

5. Profil boring pada titik 2 lahan penelitian. ... 68

6. Lahan pertanaman nanas. ... 69

(19)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya

Negara Brazil. Bagian utama dari susunan tubuh tanaman nanas meliputi akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-tunas. Tanaman ini merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun (perennial) dan memiliki akar serabut yang tumbuh di sela-sela ketiak daun. Tanaman nanas berbatang semu kokoh dengan tinggi sekitar 25 cm. Daunnya tebal dan permukaannya berlapis lilin dengan panjang sekitar 130 cm. Buah tanaman nanas muncul pada ujung tanaman (Rukmana, 1996).

(20)

2

tersebut. Penilaian kesesuaian lahan diperlukan guna mendapatkan informasi mengenai kualitas dan karakteristik lahan yang sesuai sehingga dapat menentukan tingkat pengelolaan yang diperlukan.

Menurut Dinas Pertanian TPH Lampung Tengah (2010), lahan pertanaman nanas Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo Kecamatan Punggur merupakan lahan yang produktif, dimana produksi buah nanas Varietas Queen yang

digunakan mampu mencapai 38.000 buah ha-1 dalam setiap musim panen yang terdiri dari beberapa ukuran buah pada lahan seluas 15,5 ha. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum perlu adanya upaya konservasi lahan dan teknik budidaya yang tepat dan benar.

Konservasi dapat dilakukan berdasarkan dari hasil survei evaluasi lahan melalui gambaran kondisi fisik lahan dan lingkungan yang memberikan gambaran faktor penghambat yang mampu memberi dampak menurunnya produksi potensial suatu tanaman, kondisi lahan ini akan memberikan tingkat kesesuaian lahan menurut faktor penghambatnya sehingga dapat menyesuaikan macam dan cara penggunaan lahan serta memberikan perlakuan sesuai dengan syarat yang diperlukan (Arsyad, 2010).

Evaluasi lahan adalah proses penilaian daya guna lahan berbagai penggunaannya. Dengan evaluasi lahan tersebut, potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat

(21)

3

ekonomis atau tidaknya memulai suatu usaha, konsekuensi sosial bagi masyarakat didaerah bersangkutan dan bagi negara, dan konsekuensi merugikan atau

menguntungkan bagi lingkungan (Mahi, 2013).

Peningkatan berbagai macam produk olahan yang berbahan baku nanas menyebabkan permintaan masyarakat terhadap buah nanas meningkat, untuk memenuhi permintaan tersebut harus dilakukan peningkatan produksi buah nanas yang ditunjang dengan kualitas lahan pertanaman nanas yang sesuai. Untuk mengetahui kualitas lahan perlu adanya suatu usaha dalam menilai kesesuaian lahan secara kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman nanas di Desa

Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, karena pada daerah ini belum pernah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan tanaman tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menilai kesesuaian lahan kualitatif tanaman nanas di desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2011).

2. Menilai keseuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial tanaman nanas di desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dengan menghitung nilai NPV, Net B/C, IRR, dan BEP.

1.3 Kerangka Pemikiran

(22)

4

daya dukung, potensi dan hambatan yang ada untuk suatu penggunaan lahan tertentu, perlu dilakukan penilaian kesesuaian lahan (Mahi, 2013).

Menurut kriteria Djaenudin dkk. (2011), lahan yang sangat sesuai dengan tanaman nanas mempunyai kriteria antara lain kemiringan lereng < 8%, kejenuhan basa > 35%, pH 5.0-6.5,suhu udara 20-26 ºC, kelembaban udara > 50%, kandungan C-Organik > 1,2 % dan curah hujan 1.000-1.600 mm tahun-1.

Penelitian berlokasi di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dengan koordinat 530970-531533 mT dan 9446498-9446984 mU,

memiliki kelembaban udara 70% serta curah hujan 2.663 mm tahun-1, (UPTD PSDA Kecamatan Punggur, 2013). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa curah hujan merupakan salah satu faktor pembatas karena kurang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk tanaman nanas, tetapi secara finansial desa tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman nanas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di kelompok tani Tani Makmur Desa Astomulyo diperoleh data produksi secara umum bahwa lahan pertanaman nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah menghasilkan buah nanas sebanyak 38.000 buah ha-1 per musim tanam dengan biaya produksi untuk 1 kali musim tanam sebesar Rp 28.510.000,- dengan penerimaan Rp 62.700.000 ha -1

(23)

5

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajurkan dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman nanas di desa Astomulyo

Kecamatan Punggur Lampung Tengah adalah sesuai marginal dengan faktor pembatas Ketersediaan air (S3wa)

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Nanas

2.1.1 Sejarah Singkat

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera).

Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik (BAPPENAS, 2000).

(25)

7

Nanas Ceyenne bukan nanas asli Indonesia tetapi, nanas ini cocok ditanam di Indonesia sehingga penyebarannya cukup besar di Indonesia. Ukuran buahnya sangat besar yaitu sekitar 2,5 kg per buah. Bentuk buahnya silinder dengan bagian ujung lebih kecil dibanding bagian pangkal. Bila matang, kulit berwarna kuning orange berbelang hijau dan bermata buah datar. Rasa daging buah nanas ini agak asam, kandungan airnya lebih banyak, serat buahnya lebih kasar, sehingga lebih cocok dijadikan nanas kaleng (Widyastuti, 2000).

2.1.2 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Nanas

Crown (mahkota)

Slip(tunas buah)

Stem shoot

Ground shoot or sucker (tunas batang)

Gambar 1. Struktur morfologi tanaman nanas (Ananas Comosus [L] Merr).

Klasifikasi tanaman nanas yaitu sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Kelas : Angiosperma (berbiji tertutup) Ordo : Farinosae (Bromeliales)

(26)

8

Famili : Bromiliaceae

Genus : Ananas dan Pseudoananas

Species : Ananas comosus [L] Merr (Bartholomew et al., 2003).

2.1.3 Kandungan Nutrisi

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena memiliki berbagai macam nutrisi yang diperlukan oleh tubuh manusia dan juga sebagai obat penyembuh penyakit.

(27)

9

2.1.4 Syarat Tumbuh

Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), syarat tumbuh tanaman nanas adalah sebagai berikut :

a. Iklim

Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering. Pada umumnya tanaman nanas toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1.000-1.500 mm tahun-1. Akan tetapi tidak toleran terhadap hujan salju karena suhunya terlalu rendah. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan

maksimumnya. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 oC.

b. Media Tanam

Pada umumnya hampir semua jenis tanah cocok digunakan untuk menanam nanas. Akan tetapi, tanaman nanas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat kemasaman yang cocok adalah pH 4,5-6,5. Air juga sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur- unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Tetapi kandungan air tersebut jangan sampai berlebihan atau menggenang sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akar.

c. Ketinggian Tempat

(28)

10

2.1.5 Budidaya Nanas

Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat (2013), cara budidaya tanaman nanas adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan

Nanas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian. Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, pertumbuhan relatif seragam.

2. Pemeliharaan a. Pemupukan

Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk an-organik seperti Urea, TSP/SP-36 dan KCI maupun pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos. Dosis pupuk untuk tanaman nanas adalah Urea 225 kg ha-1 tahun-1, SP-36 125 kg ha-1 tahun-1, KCl 300 kg ha-1 tahun-1, pupuk kandang 20 kg ha-1 tahun-1. Pemupukan dengan pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCI) dilakukan 2 kali dalam setahun. Sedangkan pupuk organik (kandang/ kompos) diberikan satu kali dalam setahun pada awal musim penghujan.

b. Penyiangan

(29)

11

c. Penjarangan anakan

Penjarangan anakan diperlukan untuk dapat menghasilkan buah berukuran besar secara teratur selama beberapa kali panen. Penjarangan anakan dari tunas akar sebaiknya dilakukan secara teratur setelah 3-4 musim panen.

d. Pengendalian organisme pengganggu

Pengendalian sebelum tanam, bibit dicelup dalam suspensi fungisida sanitasi kebun dari tanaman yang sakit dan sisa tanaman yang sakit dan sisa tanaman sebelumnya harus bersih.

e. Pengairan dan penutupan tanah

Pengairan harus diatur sedemikian rupa sehingga air tidak menggenang. Pengairan diperlukan pada waktu penumpukan sekitar rumpun tanaman nanas dapat diberi penutup tambahan (mulsa) seperti jerami, daun-daun dan sebagainya.

f. Penggunaan ZPT

Tanaman nanas dapat dipaksa untuk berbunga pada setiap saat, yakni dengan memberikan zat kimia yang berfungsi sebagai hormon pembungaan. Zat kimia yang sering digunakan adalah kalsium karbit dan ethrel. Selain itu juga

digunakan hormon akar seperti IAA, IBA dan NAA.

3. Panen

Pada umumnya nanas dapat di panen setelah berumur 12-15 bulan tergantung bibit yang digunakan. Buah nanas yang siap di panen dapat diketahui dari mahkota jadi lebih terbuka, tangkai buah menjadi keriput, mata duri lebih

(30)

12

2.2 Konsep Tanah dan Lahan

Menurut Mahi (2013), lahan terdiri dari lingkungan fisik, seperti iklim, relief, tanah, hidrologi dan vegetasi. Istilah lahan (land) digunakan berkenaan dengan permukaan bumi dan semua sifat- sifat yang ada padanya yang penting bagi kehidupan manusia. Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi dan sebagainya, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detail dengan mempertimbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis tanaman atau lebih (Mahi, 2013).

Sedangkan tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula

(Darmawijaya, 1990). Menurut Indranada (1994), tanah merupakan tempat bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman berperan penting dalam pebentukan tanah.

Dalam kegiatan survei dan pemetaan sumberdaya alam, bagian lahan satu dengan lainnya dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya yang terdiri dari iklim, landfrom, tanah atau hidrologi sehingga terbentuk satuan-satuan lahan.

(31)

13

2.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi kesesuaian lahan adalah evaluasi kecocokan tipe lahan terhadap tipe penggunaan lahan (FAO, 1976). Evaluasi lahan pun merupakan proses menduga kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian (Djaenudin dkk., 2000). Untuk memperoleh lahan yang benar-benar sesuai diperlukan suatu kriteria lahan yang dapat dinilai secara objektif dan menunjukkan karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan (Djaenudin dkk., 2011).

2.4 Pendekatan Evaluasi Lahan

Menurut Hardjowigeno (1994), evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumberdaya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Sehubungan dengan kaitannnya dengan parameter sosial-ekonomi, dapat dibedakan menjadi dua pendekatan evaluasi lahan yaitu evaluasi kualitatif dan kuantitatif (Djaenudin dkk., 2000).

Menurut Djaenudin dkk.( 2011), kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang hanya dinyatakan dalam istilah kualitatif, tanpa perhitungan yang tepat baik biaya atau modal maupun keuntungan. Klasifikasi ini didasarkan hanya pada potensi fisik lahan. Sedangkan evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah

(32)

14

biaya input dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang dibandingkan (Mahi, 2013).

2.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, dan drainase sesuai untuk suatu usahatani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin dkk., 2003).

Menurut Hardjowigeno (2001), klasifikasi kesesuaian lahan merupakan aturan yang harus diikuti dalam evaluasi lahan. Aturan tersebut disusun menjadi suatu sistem dalam evaluasi lahan. Sistem yang ditetapkan merupakan kesepakatan tentang kaidah yang akan dipakai dalam evaluasi lahan. Kaidah-kaidah tersebut dapat diubah, tetapi harus didasarkan pada alasan-alasan yang tepat dan disepakati oleh pakar evaluasi lahan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti :

perencanaan pertanian, ahli tanah, ahli agronomi dan lain-lain.

Menurut FAO (1976), struktur kesesuaian lahan dibagi empat kategori klasifikasi,yaitu : order, kelas, sub kelas dan unit.

a. Kesesuaian Lahan Tingkat Order

(33)

15

b. Kesesuaian Lahan Tingkat Kelas

Menggambarkan tingkat kesesuaian di dalam kelas S1 (sangat sesuai), S2 ( cukup sesuai), S3 ( marginal sesuai), N1 (tidak sesuai sementara), N2 (tidak sesuai permanen).

c. Kesesuaian Lahan Tingkat Sub Kelas

Menggambarkan macam pembatas atau perbaikan yang diperlukan dalam tingkat kelas.

d. Kesesuaian Lahan Tingkat Unit

Menggambarkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.

Menurut Djaenuddin dkk. (2011), deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

a. Temperatur (tc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada.

b. Ketersediaan Air (wa)

(34)

16

c. Ketersediaan Oksigen (oa)

Ketersediaan oksigen (drainase) menggambarkan tata air pada daerah penelitian.

d. Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang menggambarkan kondisi perakaran terdiri dari : 1. Kelas drainase tanah dibagi menjadi 7 kelas, yaitu: sangat terhambat,

terhambat, agak terhambat, agak baik, baik, agak cepat, dan cepat.

2. Tekstur tanah yang merupakan perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dibagi ke dalam lima kelas yaitu : halus, agak halus, sedang, agak kasar, dan kasar. Dilakukan dengan pengamatan lapang dan analisis laboratorium dengan metode hidrometer.

3. Bahan kasar dengan ukuran > 2mm, yang menyatakan volume dalam %, merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah.

4. Kedalaman tanah, menunjukkan kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar, menyimpan cukup air, dan hara.

e. Retensi Hara (nr)

(35)

17

di pengaruhi oleh KTK (Kapasitas Tukar Kation), kejenuhan basa, pH dan C-organik.

f. Toksisitas (xc)

Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi. Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat salinitas.

g. Bahaya Sulfidik (xs)

Bahaya sulfidik dinyatakan oleh kedalaman ditemukannya bahan sufidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2).

h. Sodisitas (xn)

Sodisitas menggambarkan tentang alkalinitas yang menggunakan nilai exchangeable sodium persentage atau ESP (%).

i. Bahaya Erosi (eh)

Bahaya erosi dapat diketahui dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun dibandingkan tanah tererosi.

j. Bahaya Banjir (fh)

(36)

18

k. Penyiapan Lahan

Mengamati dan menghitung batu-batu di permukaan dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan tanah (%). Singkapan batuan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penalitian (%).

2.6 Analisis Finansial

Aspek finansial atau faktor ekonomi dan keuangan merupakan faktor penitng karena faktor ini menentukan kelayakan suatu usaha dinilai dari segi ekonomi dan keuangan. Untuk mengukur kelayakan suatu usaha, maka analisi yang perlu dilakukan antara lain adalah : Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP).

2.6.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih, merupakan

selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang

dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV positif (NPV > 0) (Ibrahim, 2003).

2.6.2 Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan

NPV negatif, yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan

(37)

19

suatu proyek layak untuk diusahakan (Ibrahim, 2003). Net B/C merupakan nilai ratio perbandingan present value biaya (Soekartawi, 1995).

2.6.3 Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate)

yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ) (Ibrahim, 2003).

2.6.4 Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (total

(38)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kelompok tani Tani Makmur di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Lokasi penelitian ini terletak pada koordinat 531369 mT – 531533 mT dan 9446803 mU – 9446984 mU. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014, dan analisis tanah

dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Cangkul digunakan untuk mengambil sampel tanah. 2. Pisau digunakan untuk meratakan tanah pada boring.

(39)

21

5. Meteran digunakan untuk mengukur kedalaman sampel tanah yang akan diambil serta mengukur kedalaman efektif tanah.

6. Munsell Soil Color Chart digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah.

7. Kantung plastik digunakan untuk tempat sampel tanah. 8. Kamera Digital digunakan sebagai alat dokumentasi.

9. Alat-alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan baik di lapang maupun di laboratorium.

10.Alat-alat laboratorium digunakan untuk menganalisis tanah di laboratorium.

3.3 Metode penelitian

Metode yang dilakukan untuk evaluasi lahan pada penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan metode evaluasi lahan secara paralel atau secara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara bersamaan. Evaluasi lahan kualitatif dilakukan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman nanas menurut kriteria Djaenudin dkk. (2011), sedangkan evaluasi lahan kuantitatif dilakukan dengan menghitung nilai kelayakan finansial dengan menghitung NPV, Net B/C Ratio, IRR dan BEP.

Pelaksanaan penilitian dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu :

3.3.1 Tahap Persiapan

(40)

22

penelitian seperti data iklim, karakteristik lahan dan bahan induk, dengan cara meneliti dan mengkaji sumber-sumber pustaka tersebut.

3.3.2 Prasurvei

Tahap prasurvei ditujukan untuk meninjau lapang secara umum, serta untuk memperoleh gambaran kondisi dan penentuan titik pengambilan contoh tanah pewakil berdasarkan keadaan lapang.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pengambilan data sebagai berikut :

3.3.3.1 Data Fisik

A. Data fisik primer

1. Pengukuran dan Pengamatan Lapang

Variabel yang diamati pada tahap pengamatan lapangan adalah :

Variabel yang diamati pada tahap pengamatan lapang meliputi: Media perakaran (kedalaman tanah, bahan kasar, dan dainase), bahaya erosi (lereng, dan bahaya erosi), bahaya banjir (genangan), dan penyiapan lahan (batuan permukaan dan singkapan batuan).

a. Kedalaman tanah

(41)

23

sedalam 120 cm atau sampai ditemukan lapisan padas yang tidak dapat ditembus akar tanaman dengan menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian.

b. Drainase

Drainase diamati dengan cara ada tidaknya genangan air atau ada tidaknya warna kelabu pada tanah di lokasi penelitian dengan cara membuat profil boring tanah sedalam 120 cm dan diamati tiap lapisan.

c. Bahan kasar

Bahan kasar adalah persentasi kerikil atau batuan pada setiap lapisan tanah. Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil ukuran 0,2-2,0 cm pada tiap lapisan tanah pada saat pengeboran tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lapisan tanah yang di bor pada lahan penelitian.

d. Bahaya Sulfidik

Bahaya sulfidik, lahan pada lokasi penelitian letaknya jauh (>20 km) dari pantai dan tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut maka bahaya sulfidik dapat diasumsikan > 100 cm.

e. Kemiringan Lereng

(42)

24

f. Bahaya Erosi

Bahaya erosi di lapang, tingkat bahaya erosi dapat dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan memperhatikan lapisan tanah yang telah hilang hasil profil boring dan dibandingkan dengan profil tanah yang utuh, serta memperhatikan

kemiringan lereng.

g. Genangan

Genangan, bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.

h. Batuan Permukaan

Diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi penelitian. Cara mengukur batuan permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

i. Singkapan batuan

(43)

25

2. Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan di lahan kelompok tani Tani Makmur di desa Astomulyo kecamatan Punggur Lampung Tengah. Dilakukan dengan menentukan 7 titik lokasi pengambilan contoh tanah pada lahan penelitian seluas 15,5 ha secara proposional dengan kedalaman 0-30 cm. Selanjutnya dilakukan pengamatan 2 titik profil boring sampai kedalaman 120 cm , kemudian

pengambilan contoh tanah dari 7 titik dikomposit menjadi satu contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium.

3. Analisis Tanah di Laboratorium

Tahapan analisis tanah dilaboratorium ini, sampel contoh tanah yang telah dikomposit dikering udarakan selama 4-6 hari dan selanjutnya di ayak dengan ayakan 2 mm. Setelah itu tanah di analisis di Laboratorium Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya. Sifat kimia yang dianalisis adalah KTK metode (NH4OAc 1 N pH 7), C-Organik (metode Walkley dan Black), N-total (kjedahl), pH (metode

elektrik), kejenuhan basa (%), Kejenuhan Al (%), P-total dan K-total.

B. Data Fisik Sekunder

(44)

26

3.3.3.2 Data Sosial Ekonomi

a. Data sosial ekonomi primer

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi: biaya produksi (bibit, pupuk, pestisida), biaya peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen, dll), dan pendapatan

(jumlah buah dan uang yang diterima) selama 4 tahun ( 1 musim tanam) sebanyak 3 kali pemanenan yang diperoleh dari petani di Kelompok Tani Tani Makmur dengan bibit yang digunakan adalah bibit siwilan (succer). Berikut adalah data waktu penanaman hingga pemanenan yang akan diambil :

Tabel 1. Waktu produksi tanaman nanas 1 musim tanam.

Agustus 2008 Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011 Agstus 2012 Penanaman Pemeliharaan Panen I (PC) Panen II (RC) Panen III (RC)

b. Data sosial ekonomi sekunder

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data sekunder meliputi: data luas panen dan hasil produksi buah nanas, dan lain-lain dalam bentuk kuisioner dengan 16 responden.

3.3.4 Analisis Data

3.3.4.1Penilaian kelas kesesuaian lahan kualitatif

(45)

27

berdasarkan nilai karakterisktik dan kualitas lahan di lapangan dengan kriteria Djaenudin dkk. (2011), dapat dilihat pada tabel 6 (Lampiran).

3.3.4.2 Penilaian keseuaian lahan kuantitatif

Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini yaitu dengan menghitung nilai NPV, Net B/C, IRR, dan BEP (Ibrahim, 2003).

a. Net Present Value (NPV)

Analisis NPV ini digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari penerimaan (benefit) dengan present value dari biaya (cost). Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

NPV =

I = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = banyaknya kegiatan

t = waktu Kriteria investasi :

Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan

(46)

28

NPV1 (i2 - i1) NPV1 - NPV2 b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C Rasio adalah nilai rasio perbandingan antar jumlah present value pendapatan bersih dengan present value biaya. Rumus yang digunakan adalah :

t

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = banyaknya kegiatan

t = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

c. Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang

menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

(47)

29

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1 i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2 NPV1 = NPV yang bernilai posotif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point.

d. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (total

pendapatan) = total cost (biaya total). Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP adalah sebagai berikut

(Ibrahim, 2003) Keterangan :

BEP = Break event point

TP-1 = Tahun sebelum terdapat BEP

Tci = Jumlah total cost yang telah di-discount

(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kelas kesesuaian lahan pada sebagian lahan pertanaman nanas (Ananas Comosus [L] Merr ) di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, berdasarkan kriteria tanaman nanas menurut Djaenudin dkk. (2011) adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas Ketersediaan air (S3wa).

2. Usaha budidaya tanaman nanas (Ananas Comosus [L] Merr ) di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

(49)

46

5.2Saran

1. Untuk mengurangi dampak negatif drainase tanah yang agak terhambat dan mengurangi dampak kelebihan air hujan dapat dilakukan dengan perbaikan saluran drainase yang baik pada lahan pertanaman.

(50)

PUSTAKA ACUAN

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 470 hlm. Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Tanaman Nanas 2011-2012. Jakarta

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakses 20 Desember 2013.

BAPPENAS. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan Tentang Tanaman Nanas. BAPPENAS. Jakarta.

Bartholomew, D.P., R.E. Paull, K.G. Rohrbach. 2003. The Pineapple: Botany, Production and Uses. University of Hawaii at Manoa. Honolulu. 301 hlm.

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi tanah dasar teori bagi peneliti tanah dan pelaksana pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 411 hlm. Dinas Pertanian TPH Lampung Tengah. 2010. Profil Nanas Kampung Astomulyo-

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Lampung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. 2013. Budidaya Nanas.

http://diperta.jabarprov.go.id. Diakses 3 Februari 2014.

Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A Mulyani, dan N. Suharta . 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm. Djaenuddin, D., H. Marwan, A. Hidayat, H. Subagyo . 2003. Evaluasi Lahan Untuk

Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Djaenudin, D., H. Marwan, H. Subagjo, dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 154 hlm.

FAO.1976. A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome. 72 hlm.

Hardjawigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Pertanian Daerah Rekreasi dan Bangunan. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 381 hlm.

(51)

48

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Indranada, H. K. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah.Bumi Aksara. Jakarta. 90 hlm. Kementan. 2013. Deskripsi Nanas. Jakarta. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/

deskripsi- nanas. Diakses 13 Juni 2013.

Latiefuddin, H. 2013. Uji Kinerja Berbagai Tipe Bajak Singkal dan Kecepatan Gerak Maju Traktor Tangan Terhadap Hasil Olah Pada Tanah Mediteran. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1 (3): 274-281.

Mahi, A. K. 2013. Suvei Tanah, Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 219 hlm.

PT GGP dan Jurusan Ilmu Tanah FP UGM. 1999. Laporan Akhir Studi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Nanas di PT.GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah. Lampung. Rukmana, R. 1996. Nenas Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 60 hlm. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta. 110 hlm.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Buah Nanas. Nuansa Aulia. Bandung. 176 hlm.

Tjasyono, Bayong dan Gunarsih. 2004. Arti Penting Klimatologi. ITB. Bandung. UPTD Pengelola Sumber Daya Air. 2013. Data Curah Hujan Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah. Lampung.

Gambar

Gambar 1. Struktur morfologi tanaman nanas (Ananas Comosus [L] Merr).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr) terhadap penurunan stain ekstrinsik kopi anasir gigi tiruan belum pernah dilakukan sebelumnya

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis dengan judul “ Uji Efek Antifertilitas Jus Buah Nanas Muda (Ananas comosus Merr) Pada Mencit (Mus

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi penstabil CMC dan sukrosa terhadap karakteristik sari bonggol nanas (Ananas comosus l. merr)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman biji kedelai pada perasan kulit nanas (Ananas Comosus L. Merr) dan mengetahui kadar nilai protein

DOSIS JUS BUAH NANAS (Ananas comosus Merr.) SEBAGAI DIURESIS PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus

Perbandingan Efektivitas Ekstrak Bonggol Nanas ( Ananas comosus (L.) Merr) Dengan Bahan Home Bleaching Karbamid Peroksida Sebagai Bahan Pemutih Gigi Secara In

Uji aktivitas antibakteri air perasan daging buah nanas ( Ananas comosus (L) Merr Var. Queen ) terhadap bakteri Salmonella typhi dilakukan dengan metode difusi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian tepung kulit nanas ( ananas comosus (l)merr .) dalam pakan terhadap kadar protein dan lemak daging