• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE IMPACT OF REGIONAL EXPANSION ON WELFARE IN LAMPUNG UTARA REGENCY DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESEJAHTERAAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE IMPACT OF REGIONAL EXPANSION ON WELFARE IN LAMPUNG UTARA REGENCY DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESEJAHTERAAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

1

Alumni of Magister of EconomicEconomyand Business Faculty Lampung University

2Lecturer of Magister of Economic Economy and Business Faculty Lampung University

ABSTRACT

THE IMPACT OF REGIONAL EXPANSION ON WELFARE IN LAMPUNG UTARA REGENCY

By

Susanti1, Toto Gunarto2, Yurni Atmadja2

This research aim to analyze the impact of regional expansion according to the experts and according to peoples on welfare in Lampung Utara Regency as main regency after experiencing three times expansion with Lampung Barat Regency, TulangBawang Regency, and Way Kanan Regency. This research use primary data and secondary data. To view the perceptions of the experts on the impact of regional expansion we use AHP (Analysis Hierarchi Proces). AHP is used to see where the impact of the higher priority of the impacts of existing regional expansion,then compared with the public perception of how the impact of the regional expansion on the welfare.

The results shows that there was a shift after the expansion of economic structure in Lampung Utara Regency, from agriculture to manufacturing industry. This thing inflictthe welfarein Lampung UtaraRegency has increased.The results of calculation using the AHP shows that the experts argue that the most important impact of the expansion is economic welfare. Meanwhile the public feel that after expansion happen, it turns improving the quality of infrastructure more dominant than the economic welfare.

(2)

1

Alumni Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

2

Dosen Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung ABSTRAK

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESEJAHTERAAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

Susanti1, Toto Gunarto2, Yurni Atmadja2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran wilayah menurut pakar dan menurut masyarakat terhadap kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara sebagai Kabupaten induk setelah mengalami tiga kali pemekaran yaitu dengan Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini menggunkan data primer dan data sekunder. Untuk melihat persepsi pakar mengenai dampak pemekaran wilayah digunakan alat analisis AHP (Analisys Hierarchi Proses), alat ini digunakan untuk melihat dampak mana yang lebih prioritas dari dampak-dampak pemekaran wilayah yang ada, kemudian dibandingkan dengan persepsi masyarakat bagaimana dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan.

Hasil penelitian ini menunjukkan setelah pemekaran ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Lampung Utara yaitu dari pertanian menjadi industri pengolahan, kesejahteraan Kabupaten Lampung Utara mengalami peningkatan. Hasil penghitungan menggunakan alat AHP yaitu para pakar berpendapat bahwa dampak yang paling utama dari pemekaran yaitu kesejahteraan ekonomi Sementara masyarakat merasakan setelah pemekaran ternyata peningkatan kualitas infrastruktur lebih dominan daripada kesejahteraan ekonomi.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi tanggal 8 Januari 1980 sebagai anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan bapak Hi. Choiruddin. ZA dan ibu Maryani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Gapura pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kotabumi pada tahun 1995, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kotabumi pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ragam Tunas Lampung jurusan Manajemen dan diselesaikan pada tahun 2005.

(8)

Puji Syukur kepada Allah SWT atas terselesainya studiku dan

Kupersembahkan karyaku ini untuk

Suami, kedua anak-anakku tercinta dan kedua orang tuaku atas segala pengorbanan, doa, kesabaran dan kasih sayang yang tak ternilai yang telah

diberikan selama ini.

Orang-orang tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua yang telah kucapai selama ini.

(9)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrohim

Alhamdulilahirobbilal’amin segala puji kepada Alloh SWT atas segala berkah

rahmat dan nikamat Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini. Salawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam penyelesaian tesis yang berjudul “Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara” banyak pihak yang

telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada :

1. Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Pertama dan sebagai dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

2. Bapak Yurni Atmadja, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Kedua atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

(10)

4. Dr. Saimul, S.E., M.Si., sebagai dosen pembahas kedua atas semua saran, kritik, bantuan dan bimbingan yang sangat besar.

5. Prof. Dr. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

6. Bapak Sahidin, S.E., mbak Leni dan seluruh karyawan-karyawan di Program Studi Magister Ilmu Ekonomi.

7. Suamiku, D. Adrians. N, S.T., M.T., putraku Muhammad Imam Widyadhana Al Adrians, putriku Permatahati Widyadhana Az Zahra, terimakasih atas dukungan moril, materil, doa, dan semangat serta kesabaran sehingga bunda dapat menyelesaikan pendidikan ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hi. Choiruddin ZA dan Ibu Maryani. Bapak dan Ibu Mertuaku tercinta Bapak Hi. Nadirsyah Ibrahim, B.Sc., dan Ibu Hj. Sucihati Yusuf S.Pd.i., juga kakak-kakakku tercinta, terimakasih untuk doa, dukungan, kasih sayang dan kesabaran selama ini.

(11)

Magister Ilmu Ekonomu Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita, semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 12 Juni 2014 Penulis,

(12)

i DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi... i

Daftar Tabel... ii

Daftar Gambar... iii

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Masalah Penelitian... 11

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 11

1.4. Kerangka Pemikiran... 12

1.5. Dugaan Penelitian... 14

1.6. Ruang Lingkup Penelitian... 14

II TINJAUAN PUSTAKA... 15

2.1. Uraian Teoritis Pemekaran Wilayah... 15

2.1.1. Pengertian Wilayah... 15

2.1.2. Konsep Pemekaran Wilayah... 16

2.1.3. Dampak Pemekaran Wilayah... 23

2.2. Kebijakan Pemekaran Wilayah... 24

2.3. Pembangunan Perekonomian Wilayah... 30

2.3.1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi... 30

2.3.2. Perekonomian Wilayah... 31

(13)

i

III METODOLOGI PENELITIAN... 35

3.1. Jenis dan Sumber Data... 35

3.1.1. Data Primer... 35

3.1.2. Data Sekunder... 35

3.2. Metode Pengambilan Sampel... 35

3.2.1. Karakteristik Responden... 36

3.3. Metode Pengumpulan Data... 37

3.4. Variabel Penelitian... 37

3.5. Metode Analisis... 37

3.5.1. Analisis Hierarki Proses... 37

3.5.2. Analisis deskriptif Persepsi Masyarakat Terhadap Kesejahteraan... 42

IV PEMBAHASAN... 44

4.1. Perekonomian dan Kesejahteraan... 44

4.2. Hasil Penghitungan AHP... 47

4.3. Hasil Penelitian Terhadap Masyarakat... 51

4.3.1. Persepsi Masyarakat mengenai Kinerja Infrastruktur... 51

4.3.2. Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Aparatur... 56

4.3.3. Persepsi Masyarakat mengenai Perekonomian dan Kesejahteraan... 62

V KESIMPULAN DAN SARAN... 66

5.1. Kesimpulan... 66

5.2. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 58

(14)

ii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kontribusi sektor-sektor PDRB Tahun 1995-2000 sebelum

pemekaran dengan Way Kanan... 7 Tabel 2. Kontribusi sektor-sektor PDRB Tahun 2001-2010 sebelum

pemekaran dengan Way Kanan... 7 Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusi (IPM) Kab. Lampung Utara

Tahun 2002-2010... 9 Tabel 4. Jumlah Penduduk Miskin Lampung Utara Tahun

2005 - 2012... 9

Tabel 5. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun

2000 - 2008... 10 Tabel 6. Sistem Urutan Saaty Untuk Hirarki Proses... 40 Tabel 7. Indikator Dalam Kuisioner Penelitian... 42 Tabel 8. Indeks Pemabangunan Manusia (IPM) Kab. Lampung Utara

dibandingkan Kabupaten yang dimekarkannya Tahun 2002

-2010... 46 Tabel 9. Persentase Penduduk Miskin Lampung Utara dibandingkan

Kabupaten yang dimekarkannya tahun 2005 – 2011... 46 Tabel 10. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara dan

(15)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka Pemikiran Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap

Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara... 13

2 Analisis Hirarki Proses untuk Dampak Pemekaran Wilayah... 41

3 AHP untuk dampak pemekaran Daerah Kabupaten Lampung Utara... 49 4 Prioritas Perekonomian Daerah... 49

5 Kinerja Keuangan dan Pembangunan Daerah... 50

6 Prioritas Pelayanan Publik... 50

7 Prioritas Kinerja Aparatur... 51

8 Tabulasi Jawaban Responden Perkotaan Mengenai Kinerja Infrastruktur... 52

9 Tabulasi Jawaban Responden Desa Tidak Tertinggal Mengenai Kinerja Infrastruktur... 53

10 Tabulasi Jawaban Responden Desa Tertinggal Mengenai Kinerja Infrastruktur... 55

11 Tabulasi Jawaban Responden Perkotaan Mengenai Kinerja Aparatur... 57

12 Tabulasi Jawaban Responden Desa Tidak Tertinggal Mengenai Kinerja Aparatur... 58

13 Tabulasi Jawaban Responden Desa Tertinggal Mengenai Kinerja Aparatur... 60

14 Tabulasi Jawaban Responden Perkotaan Mengenai Kinerja Kesejahteraan... 62

15 Tabulasi Jawaban Responden Desa Tidak Tertinggal Mengenai Kinerja Kesejahteraan... 63

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas Kabupaten/Kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Pembentukan daerah dapat berupa pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih, atau penggabungan daerah yang bersandingan, atau penggabungan beberapa daerah.

(17)

besar masyarakat setempat untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dengan melakukan kajian daerah terhadap rencana pembentukan daerah. Persyaratan secara teknis didasarkan pada faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Adapun faktor lain tersebut meliputi pertimbangan kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan. Persyaratan fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.

Dengan persyaratan dimaksud diharapkan agar daerah yang baru dibentuk dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna memepercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan dalam memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan dilakukannya pemekaran daerah adalah untuk membuka peluang-peluang baru bagi upaya pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan intensitas pembangunan guna mensejahterakan masyarakat, selain itu dengan adanya pemekaran daerah maka tuntutan akan mutu dari pelayanan yang diberikan pemerintah makin meningkat.

(18)

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, memperpendek jalur birokrasi, memperpendek rentang kendali, juga memberikan kemungkinan terbukanya isolasi-isolasi daerah yang terpencil. Pemekaran daerah merupakan suatu strategi yang dapat dilakukan ketika wilayah pelayanan telah menjadi terlalu luas, sehingga pemerintah tidak bisa optimal melaksanakan tugas-tugasnya termasuk dalam rangka pelayanan publik kepada masyarakat secara baik. Dalam pembentukan daerah, tidak boleh mengakibatkan daerah induk tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah, dengan demikian baik daerah yang dibentuk maupun daerah induknya harus mampu menyelenggarakan otonomi daerah, sehingga tujuan pembentkan daerah dapat terwujud.

(19)

Menurut Riani dan Pudjihardjo (2012) mengenai dampak pemekaran wilayah terhadap pendapatan perkapita, kemiskinan dan ketimpangan antar wilayah di propinsi papua, dampak pemekaran wilayah yang diuji pada dasarnya merupakan dampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di propinsi papua yang meliputi dampaknya terhadap kenaikan pendapatan perkapita, penurunan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hasil pengujian dengan alat statistik sederhana yakni t-test equal mean menunjukkan : kebijakan pemekaran daerah tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan pendapatan perkapita, adanya indikasi yang kuat dan signifikan bahwa pemekaran daerah mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di daerah kota. Secara keseluruhan pemekaran daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di propinsi papua. Kebijakan pemekaran daerah di propinsi papua hanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Propinsi Papua.

(20)

Hermantyo (2007) dalam penulisannya yang berjudul pemekaran daerah dan konflik keuangan menyatakan, semakin banyak daerah pemekaran, semakin banyak potensi konflik keruangan karena jumlah garis batas antar wilayah sebagai sumber konflik jumlah semakin banyak, dimana hampir mendekati 500 kabupaten/kota serta, karakteristik wilayah Indonesia memiliki jenis garis batas yaitu batas darat dan batas laut dan garis batas darat lebih potensial untuk terjadinya konflik keruangan.

Selanjutnya Sayori (2008) menyatakan pemekaran wilayah belum secara nyata meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, namun dari tahun ke tahun terdapat kecendrungan adanya peningkatan ekonomi wilayah. Pertumbuhan dan perkembangan kapasitas fiskal setelah adanya pemekaran tumbuh secara nyata tetapi perkembangan cenderung menurun, hal ini disebabkan adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dari dana perimbangan dan belum optimalnya penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah. Hasil analisis koresponden menyatakan secara umum masyarakat menilai pembangunan meningkat setelah pemekaran.

(21)

berdampak positif bagi sebagian masyarakat khususnya bagi masyarakat di pusat pemerintahan.

Menurut Syafrizal (2000), secara umum, permasalahan yang sering timbul sebagai akibat dilakukannya pemekaran wilayah antara lain adalah (1) kurang lancarnya pelaksanaan administrasi pemerintahan karena relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang terdapat pada daerah pemekaran bersangkutan; (2) kesulitan keuangan daerah karena rendahnya rasio kapasitas dan kebutuhan fiskal yang kemudian mengakibatkan pelayanan publik dan pelaksanaan pembangunan belum dapat dilakukan secara optimal; (3) kegiatan ekonomi pada daerah asal mundur karena sebagian besar potensi ekonomi daerah termasuk ke dalam daerah pemekaran; (4) terjadi konflik sosial karena sebagian masyarakat tidak setuju dengan pemekaran yang telah diakukan

(22)

dan historis. Kabupaten Lampung Utara memiliki potensi ekonomiyang beragam dan potensi yang diunggulkan adalah pertanian, perdagangan dan jasa-jasa. Seperti pada tabel 1 :

Tabel 1. Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Tahun 1995 – 2000 Sebelum Pemekaran Dengan Way Kanan (dalam persen)

No Sektor 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Tabel 2. Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Tahun 2001 – 2010 Setelah Pemekaran Dengan Way Kanan (dalam persen)

No Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(23)

trend kenaikan dan pada tahun 1999 hingga 2000 mengalami penurunan saat itu adalah seelah pemekaran dengan Way Kanan. Demikian pula yang terlihat pada Tabel 2 kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sejak tahun 2004 hingga tahun 2010 selalu mengalami penurunan.

Sumberdaya alam yang memadai yang dimiliki Kabupaten Lampung Utara seharusnya memberi peluang dan kemandirian dalam membangun daerahnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip pemerataan atau keadilan dan pembangunan secara berkelanjutan dan tanggungjawab untuk memanfaatkan potensi unggulan dan sumberdaya lokal secara efektif dan efisien demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah sai bumi ruwa jurai.

(24)

dari 97% penduduk Kabupaten Lampung Utara beragama islam. Selama ini kerukunan hidup antar umat beragama terjalin dengan baik.

Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kab. Lampung Utara Tahun 2002 – 2010 (dalam persen)

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

IPM 65.40 65.40 66.70 66.90 67.10 67.36 67.52 67.73 67.94 Sumber : BPS 2011

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lampung Utara pada kurun waktu 2002 sampai 2010 terlihat pada tabel diatas. Pada tahun 2002 dan 2003 IPM Lampung Utara sebesar 65,40 pada tahun 2004 naik menjadi 66,70 pada tahun 2005 menjadi 66, 90 pada tahun 2006 menjadi 67,10 lalu pada tahun 2007 menjadi 67,36 naik pada tahun 2008 menjadi 67,52 dan pada tahun 2009 besarnya IPM Lampung Utara 67,73 serta tahun 2010 67,94. IPM Lampung Utara terlihat selalu mengalami kenaikan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Miskin Lampung Utara Tahun 2005 - 2012

(25)

mengalami penurunan jumlah penurunan pada tahun 2008 menjadi 182.870, pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin di lampung utara menurun menjadi 171.050 jiwa, penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu 155.800 dan 148.600 jiwa.

Adanya perencanaan pembangunan daerah yang sistematis dan terkoordinasi dengan baik maka sangat diharapkan tercapainya tujuan pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara dalam meningkatkan perekonomian daerah, pemanfaatan kewenangan desentralisasi fiskal secara efektif dan efisien, menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara juga mengalami tren positif ini terlihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2000 - 2008 (dalam juta rupiah). Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan

(26)

Lampung Utara setelah pemekaran terus mengalami kenaikan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dianalisis dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan dan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara.

1.2. Masalah Penelitian

Kabupaten Lampung Utara telah mengalami tiga kali pemekaran yang pertama dimekarkan dengan Kabupaten Lampung Barat kemudian dengan Kabupaten Tulang bawang dan terakhir dengan Kabupaten Way Kanan. Sesuai dengan tujuan utama dari pemekaran yaitu kesejahteraan baik di kabupaten yang dimekarkan maupun kabupaten induk, salah satu indikator dari kesejahteraan dari suatu daerah adalah tingginya pertumbuhan ekonomi dan rendahnya angka kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupten ini masih tergolong rendah juga angka kemiskinan yang masih sangat tinggi, Lampung Utara memiliki presentase penduduk miskin tertinggi dibandingkan Kabupaten lainnya bahkan dengan Kabupaten-Kabupaten yang dimekarkan oleh induknya ini meskipun setiap tahunnya angka penduduk miskin mengalami penurunan. Permasalahan utama dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara?

1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(27)

pemerintah Kabupaten Lampung Utara dalam menyempurnakan kebijakan-kebijakan pasca pemekaran wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebagai bahan bagi pengembangan khasana ilmu pengetahuan khususnya yang menekuni bidang pemekaran.

1.4. Kerangka Pemikiran

Tujuan dari pemekaran wilayah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2007 adalah; a). peningkatan kesejahteraan masyarakat; b).percepatan pertumbuhan demokrasi masyarakat; c). percepatan perekonomian daerah; d). percepatan pembangunan daerah e). peningkatan keamanan dan ketertiban; dan f) peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Kondisi yang lebih baik seelah pemekaran merupakan indikator keberhasilan dari suatu pemekaran wilayah. Bukan saja pada daerah yang dimekarkan tatapi juga di daerah induk.

Kabupaten Lampung Utara dalam melakukan pemekaran telah layak dilakukan, hal ini disebabkan oleh ; 1) jarak dan rentang kendali pemerintahan yang jauh menyebabkan pelayanan kepada masyarakat tidak efektif dan efisien; 2). Infratruktur sangat terbatas; 4). tingkat kemiskinan cukup tinggi disertai minimnya sumberdaya manusia (SDM).

(28)

yang relatif kecil dan masyarakat yang relatif sedikit. Dengan demikian, maka akan dilakukan analisis terhadap kenyataan-kenyataan di lapangan, sehingga akan dapat diketahui apakah tujuan pemekaran Kabupaten Lampung Utara telah tercapai atau tidak dan pada akhirnya akan melahirkan strategi pembangunan ke depan demi tercapainya tujuan tersebut secara optimal. Secara sederhana kerangka pemikiran penulisan ini dapat digambarkan sesuai bagan berikut ini.

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara

- Panjangnya rentang kendali pemerintahan

Tidak efektif dan efisiensi pelayanan pemerintah terbatas - Kemiskinan

- SDM rendah

- Tidak optimalnya kinerja perekonomian daerah

(29)

1.5. Dugaan Penelitian

Berdasarkan data setelah pemekaran maka dugaan penelitian ini :

Pemekaran wilayah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Teoritis Pemekaran Wilayah 2.1.1.Pengertian Wilayah

Menurut undang undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dari sistemnya ditentukan oleh batas administrasi dan atau aspek fungsional. Rustiadi et al (2007) wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan suatu unit geografis dengan batas-batas spesifik, dimana komponen-komponen didalamnya (sub wilayah) satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional (memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional).

Istilah “wilayah”, “kawasan”, atau “daerah” digunakan untuk

ruang, dimana “wilayah” digunakan untuk pengertian ruang secara

(31)

region) atau programming region). Ketiga kerangka konsep wilayah ini dianggap lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang telah dikenal selama ini.Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen. Wilayah fungsional atau wilayah sistim ditunjukkan oleh adanya ketergantungan ekonomi. Sedangkan wilayah perencanaan merupakan wilayah yang tidak selalu berwujud wilayah administrasi tapi berupa wilayah yang diatasi berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah baik bersifat alamiah maupun non alamiah.

Dalam konteks pemekaran wilayah dapat dikategorikan sebagai konsep wilayah administratif politis, yang didasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam suatu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistim birokrasi atau sistim kelembagaan dengan otonomi tertentu, sehingga wilayah administratif sering disebut sebagai wilayah otonomi artinya suatu wiayah memiliki otoritas dalam proses pengambilan keputusan dan kebijaksanaan sendiri untuk mengelola sumberdaya di dalamnya.

2.1.2.Konsep Pemekaan Wilayah

(32)

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, di Indonesia dimana wilayah kekuasaan pemerintahan, seperti propinsi, Kabuaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan.

1. Berdasarkan kesamaan kondisi (homogeneity), yang paling umum adalah kesamaan kondisi fisik. Misal, adanya klasifikasi desa berupa desa pantai, desa pedalaman dan desa pegunungan. Bisa juga pembagian berupa wilayah pertanian dan wiayah industri, wilayah perkotaan dengan daerah pedalaman. Cara pembagian lainnya juga berdasarkan kesamaan sosial budaya. Misalnya, daerah-daerah dibagi menurut suku mayoritas masyarakat yang mendiami wilayah tersebut.

2. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi, perlu ditetapkan terlebih dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besar rengkingnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari setiap pusat pertumbuhan. Batas pengaruh antara satu kota dengan kota lainnya hanya dapat dilakukan untuk kota-kota yang sama rengkingnya, kota yang lebih kecil itu senantiasa berada di bawah pengaruh kota yang lebih besar.

(33)

mengatakan pemekaran wilayah harus dilandaskan pada landasan logika pembangunan agar mampu: (a) Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan memberikan kewenangan lebih kepada masyarakat lokal untuk mengolah potensi sumberdaya wilayah secara arif dan bijaksana, (b). Partisipasi dan rasa memiliki masyarakat meningkat, (c). Efisiensi, produktivitas serta pemeliharaan kelestariannya. (d). Akumulasi nilai tambah secara lokal dan kesejahteraan yang berkeadilan lebih tercipta, sehingga ketahanan nasional semakin kuat, (e). Prinsip keadilan dalam kesejahteraan dan kesejateraan yang berkeadian lebih tercipta, sehingga ketahanan nasional semakin kuat.

Rasyid (1996) menjelaskan bahwa jika pembangunan atau pemekaran wilayah dilakukan, maka kebijakan itu harus memberi jaminan bahwa aparatur pemerintahan yang ada harus memiliki kemampuan yang cukup untuk memeksimalkan fungsi-fungsi pemerintahan. Asumsi yang menyertainya adalah bahwa pemekaran pemerintahan yang memperluas jangkauan pelayanan itu akan menciptakan dorongan-dorongan baru dalam masyarakat bagi lahirnya prakarsa yang mandiri menuju kemandirian bersama. Dikatakan juga oleh Rasyid (1996) ada tiga pola dalam pembentukan wilayah pemerintahan daerah selama ini, yaitu :

(34)

cukup objektif seperti jumlah penduduk dan potensi ekonomi (terutama terlihat di Jawa dan Sumatera).

2. Pembentukan wilayah-wilayah administrasi dan daerah otonom berdasarkan pertimbangan politis dengan jumlah penduduk relatif kecil tapi memiliki potensi ekonomi yang besar (seperti Papua) serta potensi ekonomi dan penduduk yang sedikit tetapi secara historis dipandang khas.

3. Pembentukan wilayah administrasi pemerintahan tanpa disertai pembentukan daerah otonom seperti lazim terjadi untuk pembentukan wilayah.

Disamping itu pemekaran wilayah juga harus mampu mengoptimalkan jangkauan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana dikatakan Rasyid (2007) dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat, pemekaran harus didasarkan pada :

1. Pengembangan wilayah pemerintahan atau pemekaran daerah selaras dan sesuai, sehingga efektifitas penyeenggaraan pemerintahan tetap dengan konsep lingkungan, kerja yang ideal, dengan ukuran organisasi dan jumah instansi yang terjamin.

2. Pengembangan wilayah pemerintahan atau pemekaan daerah bertolak dari pertimbangan atas prospek pengmbangan ekonomi yang layak diakukan berdasarkan kewenangan yang akan diletakkan pada pemerintahan yang baru.

(35)

cukup untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan mendorong lahirnya kebijakan yang konsisten mendukung peningkatan kualitas publik. Pemekaran wilayah juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, hal ini senada disampaikan oleh Juanda (2006) pemekaran daerah memberikan beberapa manfaat bagi daerah baru dan masyarakat lokal, yaitu :

1. Peningkatan pelayanan pemerintah; hal ini disebabkan karena jangkaun wilayah pelayanan akan semakin kecil dibandingkan dengan daerah sebelum dimekarkan. Badan dan Dinas yang berfungsi memberi peayanan langsung kepada masyarakat akan semakin mudah terjangkau dan relatif lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu pemekaran memungkinkan pemerintah daerah menambah membangun fasilitas-fasilitas pelayanan dasar seperti fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan yang tersebar lebih meluas di wilayah pedesaan, dimana sebelum pemekaran hanya terkonsentrasi pada pusat-pusat kecamatan.

(36)

tahun, sebagai penyebab utama hilangnya sebagian sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) Karena kurang kontrol pemerintah nasional terhadap pengeolaan dan eksploitasi sumber daya alam sehingga menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan secara besar besaran. Sumber daya alam semakin berkurang dan sebagian sudah terkuras habis, ironisnya masyarakat diseitar lokasi sumberdaya alam masih tetap miskin, belum diberdayakan dan terbatas sumber bahan makanannya.

3. Partisipasi masyarakat dan rasa memiliki dapat semakin meningkat; Adanya pemekaran wilayah dapat memberikan ruang yang lebih besar bagi masyarakat lokal untuk berpatisipasi secara langsung dan komprehensif dimulai dengan proses perencanaan pembangunan daerah mulai dari tingkat desa/keurahan, kecamatan, sampai Kabupaten/Kota. Melibatkan masyarakat secara langsung dan aktif dalam proses perencanaan dan pembangunan daerah, akan menciptakan rasa memiliki (dende of belonging) terhadap hasil-hasil pemangunan yang telah dicapai serta secara aktif dalam merawat dan memelihara fasilitas-fasiitas serta infrastruktur yang telah dibangun bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah daerah.

(37)

sumber daya alam dapat meningkatkan jumlah penerimaan oleh pemerintah daerah serta mempermudah alokasi-alokasi penggunaan dana untuk kepentingan publik sehingga hasi-hasil pengelolaan sumberdaya alam diharapkan akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum serta pelayanan pubik akan semakin ditingkatkan.

5. Kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dapat terwujud; Pemekaran wilayah membuka ruang yang lebih luas untuk meningkatkan keejahteraan masyarakat yang makin berkualitas. Hal ini realistik terjadi kepada masyarakat lokal sebab sebagian besar kewenangan pemerintah telah diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Kabupaten/Kota). Demikian juga untuk pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, pajak daerah, retribusi dan bagi hasil sumber daya alam, minyak dan gas sepenuhnya diserahkan dan dikelola oleh pemerintah daerah. Selain itu masyarakat lokal memntukan sendiri secara langsung para wakil-wakil mereka di DPRD dan pimpinan daerah (Bupati/Walikota dan Wakil). Jadi dengan mengelola dan memanfaatkan secara langsung sumber-sumbernya di daerah oleh pemerintah daerah dan masyarakat local yang sejahtera dan berkeadilan.

(38)

upaya meningkatkan kualitas dan intensitas pelayanan pada masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon Kabupaten baru yang akan dibentuk perlu memiliki basis sumberdaya harus seimbang antara satu dengan yang lain. Hal ini perlu diupayakan agar tidak muncul terjadi disparitas yang mencolok pada masa datang. Lebih lanjut dikatakan dalam suatu usaha pemekaran wilayah akan diciptakan ruang publik yang merupakan kebutuhan kolektif semua warga wilayah baru. Ruang publik baru akan mempengaruhi aktifitas orang atau masyarakat ada yang merasa diuntungkan dan sebaliknya akan memperoleh pelayanan dari pusat pemerintahan baru disebabkan jarak pergerakan berubah.

Pemekaran wilayah tidak lain bertujuan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan, membuka ketimpangan-ketimpangan pembangunan wilayah dan menciptakan perekonomian wilayah yang kuat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, membuka peluang baru bagi upaya pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan intensitas pembangunan guna mensejahterakan masyarakat.

2.1.3.Dampak Pemekaran Wilayah

Hasil Survey yang dilakukan oleh Bappenas dan UNDP (2008) menjelaskan beberapa indikator dalam penelitian :

1. Kinerja Ekonomi Daerah

(39)

Keuangan pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah dan pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorong pembangunan di daerah secara umum, tetapi juga menggambarkan sejauh mana pelaksanaan tugas dan kewajiban yang diembankan pada pemerintah daerah (kabupaten) dalam konteks desentralisasi fiskal

3. Kinerja Pelayanan Publik

Menitikberatkan kepada sisi input pelayanan publik itu sendiri 4. Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah

Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi berkaitan dengan seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu dari sisi pembiayaan, jumlah aparatur juga sangat menentukan seberapa besar menyumbang pembiayaan daerah sendiri dan pada akhirnya berimplikasi terhadap permintaan barang dan jasa pada daerah itu sendiri. Kalau dilihat dari sisi jumlah aparatur, apabila jumlah aparatur yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik semakin banyak maka akan semakin baik pula ketersediaan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

2.2. Kebijakan Pemekaran Wilayah

(40)

Bupati/Walikota yang bersangkutan. Persetujan DPRD Propinsi induk dan Gubernur serta rekomendasi Mentri Dalam Negeri. Syarat teknis yaitu faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sedangkan syarat fisik yaitu meliputi paling sedikit 5 (lima) Kabupaten/Kota untuk pembentukan Propinsi dan paling sedikit 5 (lima) Kecamatan untuk pembentukan Kabupaten, dan 4 (empat) Kecamatan untuk pembentukan Kota, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan pembentukan, pengapusan dan penggabungan daerah sebagaiman diatur dalam PP nomor 78 tahun 2007 pasal 2 menyatakan bahwa pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandiung atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Pembentukan daerah dimaksud dapat berupa pembentukan daerah Propinsi atau Kabupaten.

Pembentukan daerah Propinsi atau Kabupaten/Kota sesuai pasal 2 ayat 3 dan 4 dapat berupa :

1. Pembentukan daerah Provinsi dapat berupa :

a. Pemekaran dari 1 (satu) Provinsi menjadi 2 (dua) Provinsi atau lebih b. Penggabungan beberapa kabupaten/kota yang bersanding pada

(41)

c.Penggabungan beberapa propinsi menjadi 1 (satu) provinsi.

2. Pembentukan daerah Kabupaten/Kota dapat berupa :

a. Pemekaran dari 1 (satu) Kabupaten/Kota menjadi 2 (dua) Kabupaten/Kota atau lebih.

b.Penggabungan beberapa Kecamatan yang bersanding pada wilayah Kabupaten/Kota yang berbeda; dan

c.Penggabungan beberapa Kabupaten/Kota menjadi 1 (satu) Kabupaten/Kota.

Pembentukan daerah Propinsi, Kabupaten/Kota harus memenuhi syarat administrasi, syarat teknis dan fisik kewilayahan. Menurut pasal 5 (lima) syarat administrasi pembentukan daerah Propinsi, Kabupaten/Kota meliputi: 1. Syarat administrasi

Syarat administrasi pembentukan daerah propinsi (pasal 5 ayat 1) meliputi ;

a) Keputusan masing-masing DPRD kabupaten/kota yang menjadi cakupan wilayah calon propinsi tentang persetujuan pembentukan calon propinsi berdasarkan hasil rapat paripurna

b) Keputusan Bupati/Walikota ditetapkan dengan keputusan bersama Bupati/Walikota wilayah calon Propinsi tentang persetujuan pembentukan calon Propinsi;

(42)

d) Keputusan Gubernur tentang persetujuan pembentukan calon propinsi;

e) Rekomendasi menteri

Syarat administrasi pembentukan daerah Kabupaten/Kota (pasal 5 ayat 2) meliputi:

1)Keputusan DPRD Kabupaten/Kota induk tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten/Kota

2)Keputusan Bupati/Walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten/Kota; dan

3)Keputusan DPRD propinsi tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten/Kota;

4)Rekomendasi Menteri

2. Syarat teknis; menurut pasal 6 (enam) PP Nomor 78 tahun 2007 syarat teknis meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah serta dinilai berdasarkan hasil kajian daerah terhadap indikator-indikator yang tercantum dalam peraturan pemerintah ini. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan faktor-faktor diatas berdasarkan penjelasannya sebagai berikut :

(43)

diukur dari : PDRB dan penerimaan daerah sendiri (PAD, pajak bumi dan bangunan, serta penerimaan dari sumber daya alam) b. Potensi daerah; merupakan cermin tersedianya sumberdaya alam

yang akan dimanfaatkan dan memberi sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur dari; lembaga keuangan, sarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana transportasi, sarana pariwisata dan ketenagakerjaan.

c. Sosial budaya; merupakan cerminan yang berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya masyarakat dapat diukur dari tempat peribadatan, tempat kegiatan institusi sosial dan budaya dan sarana olahraga

d. Sosial politik; merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari partisipasi masyarakat dalam berpolitik dan organisasi masyarakat.

e. Jumlah penduduk; merupakan jumlah tertentu penduduk suatu daerah adalah besaran jumlah penduduk suatu daerah yang telah memenuhi syarat sesuai dengan pengukuran dan penilaian pembentukan daerah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini.

(44)

g. Pertimbangan lain, yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah; merupakan perimbangan untuk terselenggaranya otonomi daerah yang dapat diukur; keamanan dan ketertiban, ketersediaan prasarana pemerintahan, rentang kendali pemerintahan, provinsi yang akan dibentuk minimal terdiri dari 5 Kabupaten atau Kota, Kabupaten/Kota yang telah dibentuk minimal terdiri dari 5 Kecamatan untuk Kabupaten dan 4 Kecamatan untuk Kota.

3. Syarat fisik kewilayahan menurut pasal 7 PP nomor 78 tahun 2007 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.

a. Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud diatas untuk pembentukan propinsi paling sedikit 5 (lima) Kabupaten/Kota, pembentukan Kabupaten paling sedikit 5 (lima) Kecamatan dan pembentukan Kota paling sedikit 4 (empat) kecamatan (pasal8).

b. Lokasi calon ibukota ditetapkan dengan keputusan Gubernur dan keputusan DPRD propinsi untuk ibukota Propinsi, keputusan Bupati dan keputusan DPRD untuk ibukota kabupaten. Penetapan lokasi ibukota dilakukan dengan adanya kajian daerah terhadap aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksebilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik dan sosial budaya (pasal 12).

(45)

perangkat daerah yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.3. Pembangunan Perekonomian Wilayah

2.3.1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan- kegiatan yang harus dilakukan oleh suatu Negara/Daerah untuk mengembnagkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Menurut Siagian dalam Riyadi dan Bratakusumah (2003), pembangunan sebagai suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan. Dengan demikian, pembangunan tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan perluasan (expaison) atau peningkatan (improvement) dari aktifitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

(46)

dibutuhkan penambahan-penambahan pendapatan setiap tahun. Keadaan ini hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau produk domestik regional bruto (PDRB) setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro adalah penambahan PDRB (pendapatan nasional).

Selanjutnya Todaro (2000) menyatakan bahwa komponen pertumuhan ekonomi yang penting bagi masyarakat meliputi : (1) akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumberdaya alam, (2) perkembangan penduduk, khususnya yang menyangkut pertumbuhan angkatan kerja, dan (3) kemajuan teknologi. Lebih lanjut jhigan (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua factor yaitu : (1) faktor ekonomi, yang meliputi sumberdaya alam, akumulasi modal, organisasi/kelembagaan, kemajuan teknologi, pembagian kerja skala produksi, serta (2) faktor non ekonomi, yang meliputi faktor social, manusia, politik dan admnistratif.

2.3.2. Perekonomian Wilayah

(47)

bekaitan dengan ekonomi perkotaan, transportasi, dam sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya manusia).

Pembangunan ekonomi wilayah selain bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga bermanfaat untuk kelestarian fungsi ekologis alam, menghasilkan jasa lingkungan. Intinya bahwa tujuan pembangunan ekonomi selain mengasilkan output juga memperhatikan keberlangsungan sumber daya alam untuk pemanfaatan pada waktu mendatang atau ebih dikenal dengan istiah pembangunan berkelanjutan.

2.4. Kesejahteraan Masyarakat

(48)

menunjukkan bahwa tingginya pendapatan tidak selalu berpengaruh pada kesejahteraan sesorang dan banyak penelitian mencoba melihat kesejahteraan tidak hanya dari sisi ekonomi semata tetapi juga dari sisi sosial pisiologis.

Menurut Fuebtes & Rojas, 2001 diacu Maika (2007) melihat konsep kesejahteraan dari 2 (dua) bentuk pengukuran, yaitu objektif dan subjektif. Konsep kesejahteraan objektif disebut juga kesejahteraan absolute merupakan informasi yang berasal dari beberapa pengukuran kualitas hidup secara objektif. Sementara itu kesejahteraan subjektif atau disebut juga kesejahteraan relatif merupakan persepsi individu yang merupakan hasil respon mental maupun keadaan emosi seseorang terhadap kualitas hidup seseorang.

Masyarakat yang sejahtera mengandung arti bahwa setiap anggota masyarakat dapat memperoleh kebahagiaan, tetapi kesejahteraan salah satu individu belum menjamin adanya kesejahteaan seluruh masyarakat untuk

hidup bahagia (su’ud 1991). Lebih lanjut dikatakan oleh Su’ud (1991) mengenai kesejahteraan adalah (1) kesejahteraan menuntut adanya kekayaan yang mengikat yaitu mengukur kesejahteraan dengan keluaran fisik dan (2) kesejahteraan tercapai bila ada distribusi dari pendapatan yang dirasa adil oleh masyarakat.

(49)

Keadaan sosial mencakup aspek yang sangat luas, baik aspek yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Pada umumnya untuk mengukur kesejahteraan rakyat terbatas pada indikator-indikator sosial dapat digunakan untuk melihat kesejahteraan tidak hanya dari segi ekonomi namun lebih luas dari itu.

(50)

BAB III

METODOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

3.1.1. Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden dan informan kunci di lapangan melalui wawancara dan menggunakan pertanyaan/kuisioner yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian. Kuisioner penelitian terdapat pada lampiran 1 dan 2, terdiri dari kuisioner AHP dan kuisioner masyarakat mengenai dampak pemekaran wilayah terhadap pembangunan dan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara

3.1.2.Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas-dinas yang terkait dengan penelitian. BPS, Bappeda, Dinas Pendapatan Daerah dan hasil penelitian terdahulu. Data setelah pemekaran digunakan data mulai tahun 2000 – 2010. Data sekunder yang dikumpulkan adalah; data PDRB, APBD, gambaran umu daerah penelitian yang meliputi aspek fisik, social, ekonomi, budaya dan data sekunder lainnya yang digunakan sebagai gambaran bagaimana perkembangan Lampung Utara setelah pemekaran di era otonomi daerah.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

(51)

responden yang digunakan dalam penulisan ini yaitu responden masyarakat dan responen pakar

3.2.1. Karakteristik Responden a. Responden AHP

Menurut Julkarnaen dalam Savitri dkk (2012) AHP adalah metode pengambilan keputusan yang memanfaatkan persepsi responden yang dianggap ahli sebai input utamanya. Kriteria ahli maksudnya adalah orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Pada penelitian ini ahli atau pakar yang ditetapkan 5 (lima) orang yaitu : 1 orang tokoh masyarakat, 1 orang akademisi, dan 3 (tiga) orang pengambil kebijakan di Lampung Utara pada saat pemekaran dengan Way Kanan, masih berpengaruh di Pemerintahan Kabupaten Lampung Utara sampai saat ini.

b. Responden masyarakat

(52)

3.3. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data menggunakan metode survey kepada masyarakat dan pakar dengan membagikan lembar kuisioner untuk kemudian diisi oleh masyarakat maupun pakar.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian persepsi pengambil keputusan mengenai dampak pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara merujuk pada penelitian UNDP dan Bappenas tahun 2008 tentang dampak pemekaran wilayah dengan variable sebagai berikut :

1. Kinerja Perekonomian Daerah

2. Kinerja Keuangan dan Pembangunan Daerah 3. Kinerja Pelayanan Publik

4. Kinerja Apareatur Pemerintah

Variabel penelitian persepsi masyarakat mengenai dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan sesuai pula dengan indikator-indikator yang digunakan UNDP dan Bappenas ini.

3.5. Metode Analisis

Dalam penulisan ini menggunakan dua metode analisis yaitu: 3.5.1. Analisis Hierarki Proses

(53)

melalui prosedur yang dirancang untuk sampai pada skala prefensi diantara berbagai alternatif.

Ma’arif dan Tanjung (2003) AHP merupakan suatu model yang luwes yang mampu memberikan kesempatan bagi perseorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasanan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hirarki suatu masalah pada logika, intuisi dan pengalaman- pengalaman untuk memberikan pertimbangan. Penggunaan teknik ini dlakukan dengan cara membuat urutan komponen-komponen utama penelitian secara berhirarki kemudian diberi nilai (scoring) dalam rangka kepada setiap bagian yang menunjukkan penilaian subjektif kemudian disintesiskan guna menentukan variable yang memiliki prioritas tinggi.

(54)

ada dalam kenyataan sehari-hari dalam usaha dalam mencapai konsensus. Menurut suryadi dan rahmadhani (1998) langkah-langkah yang dilakukan meliputi :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan; untuk kepentingan analisis perlu diketahui dulu faktor-faktor yang berpengaruh sebagai dampak pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen tehadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan didasarkan pada pendapat dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen yang lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh pendapat seluruhnya sebanyak nx {(n-1)/2} buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

5. Menghitung niai eigen dan menguji konsistensi jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. mengulangi langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hirarki.

(55)

8. memeriksa konsistensi hierarkhi. Jika nilainya lebih 10%, maka penilaian data pendapat harus diperbaiki.

9. penyusunan atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen system atau alternative yang teidentifikasi. Susunan hierarki keputusan dapat dlihat pada tabel.

Menurut Saaty, penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkatan herarki dilakukan dengan pendapat dari narasumber yang memahami permasalahan dengan cara melakukan wawancara langsung dan menilai tingkat kepentngan pada setiap elemen dibandngkan dengan elemen lainnya dan untuk meangisi matriks banding berpasangan sebagai permasalahan. Terlebih dahulu harus ditetapkan skala kuantitatif 1 (satu) sampai dengan 9 (sembilan) untuk menggambarkan relative pentingya suatu elemen atas lainnya. Penilaian dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing komponen dengan komparasi digunakan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif. Nilai dan definisi pendapat kuantitatif tersebut dapat dilhat pada tabel berikut Tabel 6. Sistem Urutan Saaty Untuk Hirarki Proses

Tingkat Kepenti Ngan

Definisi

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya 5 Sifat lebih penting dari salah satu elemen kuat

7 Satu elemen jelas lebih pentng ketimbang elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimangan yang berdekatan. Jika untuk

(56)

Gambar 2. Analysis Hirarki Proses untuk Dampak Pemekaran Wilayah

(57)

yang dibagiakan sebelumnya dilakukan uji validasi. Uji validasi dalam penelitian ini adalah uji konstruk (construct validity) adalah validasi yang mempertanyakan apakah butir-butir pertanyaan dan instrumen telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan. Menurut Juanda (2007) diacu Sayori (2009) dan Liam (2010), juka sebuah item pertanyaan bersifat valid (mengukur peubah yang seharusnya ingin diukur) maka seharusnya dia berkorelasi sangat tinggi dengan item pertanyaan lain. Validasi sebuah item pertanyaan diukur dengan menggunakan korelasi antara skor pertanyaan tersebut (Xj) dengan total skor tanpa melibatkanpertanyaan yang ingin diperiksa (Y-Xj). Masing – masing indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Indikator dalam kuisioner penelitian

Variabel Penelitian Inikator yang diukur Item soal dalam kuisioner

Misalkan pertanyaan untuk nomor 1 untuk indikator kinerja infrastruktur Setelah pemekaran bagaimana dengan fasilitas pendidikan?

Jawaban yang disediakan : 1 = Sangat Menurun (skor = 1) 2 = Menurun (skor = 2)

3 = Tidak Ada Perubahan (skor = 3) 4 = Meningkat (skor = 4)

5 = Sangat Meningkat (skor = 5)

(58)

Dimana :

r

hitung = angka korelasi

n = Jumlah Responden

X = skor pertanyaan yang diuji validasi

Z = skor total tanpa melibatkan pertanyaan yang dikaji (Y-X)

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan :

1. Setelah pemekaran ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Lampung Utara yaitu dari pertanian menjadi industri pengolahan, hal ini dikarenakan potensi pertanian yang banyak menjadi daerah lain setelah pemekaran.

2. Kesejahteraan Kabupaten Lampung Utara mengalami peningkatan terlihat dari meningkatnya jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten yang dimekarkannya, sementara angka kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara masih tertinggi walaupun setiap tahunnya mengalami penurunan, demikian pula dengan nilai IPM yang masih lebih rendah dari salah satu daerah yang dimekarkannya yaitu Kabupaten Way Kanan

3. Pakar berpendapat bahwa dampak yang paling utama dari pemekaran yaitu kesejahteraan ekonomi hal ini dikarenakan luas daerah yang semakin sempit, rentang kendali yang semakin pendek membuat daerah itu semakin sedikit daerah yang diurusnya dengan anggaran yang tidak berkurang dibandingkan sebelum pemekaran. Kemudian prioritas selanjutnya dari dampak pemekaran wilayah pakar mengharapkan peningkatan kualitas aparatur lalu peningkatan kualitas infrastruktur.

(60)

peningkatan kualitas aparatur. Hal ini dikarenakan prioritas pembangunan Kabupaten Lampung Utara lebih kepada peningkatan infrastruktur dibandingkan peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan kualitas aparatur. Pemerintah lebih mengutamakan pembangunan fisik daripada program-program yang mensejahterakan masyarakat maupun peningkaan kualitas aparatur .

5.2. Saran

(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Abe,A.2002. Perencanaan Daeah Partisifatif. Pondok Edukasi, Solo.

2. Afriani Inda, dkk.2012. Dampak Pemekaran Kabupaten Tana Toraja terhadap Kinerja Perekonomian, Keuangan, Pelayanan Publik dan Aparatur Pemerintah Daerah.

3. Bappenas dan UNDP. 2008. Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Wilayah. http://www.undp.or.id/pubs/docs/pemekaran id.pdf. 2013

4. Furry P.R dan Sasana.H. 2013. Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Kinerja Ekonomi dan Kinerja Pelayanan Publik di Kota Serang. Diponegoro Journal of

Economics. Volume 2 Nomor 3 Hal. 1 – 73 ISSN (online) : 2337-3814, 2013

5. Hermantyo. 2007. Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan Kebijakan Otonomi Daerah dan Implementasinya di Indonesia Jurnal Sains Vol II No 1. April 2007.

6. Juanda, B. 2006. Dampak Pemekaran Terhadap APBN dan Kinerja Perekonomian Daerah. Jakarta

7. Laim David.J. 2010, Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Perkembangan Perekonomian Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku. Tesis IPB

8. LUDA, 2011. Bappeda

9. Malia Rosda. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pembangunan Ekonomi Daerah Studi Kasus di Kota Cimahi Jawa Barat. Tesis IPB

10.Manan 2002. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Penerbit Pusat Studi Hukum

11.Osborne dan Geabler 1996 Peiveting Government (Mewirausahakan Birokrasi) Edisi Terjemahan. PPM Jakarta

(62)

Jakarta

14.Riani dan Pudjihardjo.M. 2012. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap

Pendapatan per kapita, kemiskinan dan ketimpangan antar wilayah. Jurnal Bumi Lestari, Vol 12 No.1 hal. 137 – 148 Februari 2012.

15.Saefulhakim. 2005. IPB

16.Saaty Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan (Bagi Para Pemimpin). Pustaka Binaman Presindo, Jakarta

17.Setiawan Simanjuntak.RA. 2003 Implementasi Desentralisasi Fiskal Problema, Prospek dan Kebijakan. Working Papper LPEM

18.Savitry, Mellanie A.D. 2012. Kajian Tingkat Kerentanan Ligkungan menggunakan metode AHP (Analitical Hirarchy Process) di Kabupaten Bantul. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.3, No.3.

19.Syamsudin Haris,2005. Desentralisasi Otonomi Daerah. LIPI. Jakarta

20.Tambunan, T.2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris, Ghalia Indonesia Jakarta

21.Tarigan.R, 2004 Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara Jakarta

22.Todaro MP 1991. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh Penerbrit Erlangga

23.Undang-Undang Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan Pembentukan Penghapusan dan Penggabungan Daerah

24.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

Gambar

Gambar
Tabel 1. Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Tahun 1995 – 2000 Sebelum Pemekaran  Dengan Way Kanan  (dalam  persen)
Tabel  4.  Jumlah  Penduduk Miskin Lampung Utara Tahun 2005 - 2012
Tabel 5. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung  Utara Tahun 2000 - 2008 (dalam juta rupiah)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik, modulus elastisitas dan kekuatan bending dari komposit berpenguat serat daun nanas belum dapat memenuhi standar

[r]

Sama halnya dengan konflik keluarga-pekerjaan dapat mengarah pada stress kerja dikarenakan banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam menangani urusan pekerjaan dan ini

Akan tetapi ia kurang mampu ketika mendapat tugas yang berat dengan beban kerja yang menekan (misalnya, harus menyelesaikan tugas yang banyak dengan batas waktu yang

Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa tegangan tembus adalah nilai tegangan yang menimbulkan kuat medan elektrik pada suatu bahan isolasi sama dengan atau

bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tetang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Pesantren berasal dari kata “santri” dengan awalan pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri 5. Selain istilah pesantren ada beberapa istilah lain yang sering

Dengan demikian pendidikan yang Islami tidak lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara