PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya
Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai)
WIDYA ROSA SIHITE 080906077
Dosen Pembimbing: Dosen Pembaca:
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
WIDYA ROSA SIHITE (080906077)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA
(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai).
Rincian isi skripsi xv, 73 halaman, 2 tabel, 1 peta, 1 skema, 13 buku, 2 situs internet, 2 lampran. (Kisaran Buku dari tahun 1988-2006).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menganalisis faktor-faktor penghambat yang membuat rendahnya partisipasi masyarakat di Desa Bandar Tengah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori partisipasi masyarakat menurut Santoso Sastropoetro. Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus saling bekerja sama. Dalam upaya mengatasi permasalahan tentang pembangunan infrastruktur di masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai maka Pemerintah Serdang Bedagai meluncurkan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat(Gerbang Swara), yang diinstruksikan pada 19 Desember 2005. Dan salah satu program swadaya masyarakat yang termasuk dalam Program Gerbang Swara ialah PNPM.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat digambarkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat rendah, hal tersebut dikarenakan latar belakang ekonomi dari masyarakat dimana lebih memilih untuk bekerja di ladangnya daripada mengikuti rapat, tidak adanya penyerahan hak milik lahan masyarakat terhadap pemerintah, respon yang kurang terhadap Program Gerbang Swara serta kurangnya sosialisasi dan ajakan dari aparatur pemerintah desa. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu sebaiknya lebih giat lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memprioritaskan kepentingan masyarakat serta warga Desa Bandar Tengah lebih banyak berperan untuk ikut ambil andil dalam setiap program masyarakat yang ditujukan ke desa tersebut.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:
Nama : Widya Rosa Sihite
NIM : 080906077
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa
(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten serdang Bedagai).
Menyetujui:
Ketua
Departemen Ilmu Politik,
Dra. T. Irmayani, M.Si NIP. 196806301994032001
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Drs. Zakaria Taher, M.S.P Faisal Andri Mahrawa, S.IP., M.Si
NIP. 195801151986011002 NIP. 197512222008121002
Mengetahui: Dekan FISIP USU
iv
KATA PENGANTAR Puji Tuhan..
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Yesus Kristus, atas kasih
KaruniaNya, penyusunan skripsi yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa (Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan
Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar
Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Papa, Denys, dan Nadya. Terimakasih atas doanya, atas perhatiannya,
atas supportnya bagiku selama ini (go..go..go..semangat). Tuhan
memberkati kalian.
2. Pak Drs. Zakaria, MSP, selaku dosen pembimbing saya selama dalam
penyusunan skripsi ini. Terimakasih banyak ya pak, terimakasih atas
bimbingannya. Kalau pun selama ini, saya kurang ingat dan selalu
banyak revisi tapi satu yang tak terlupakan saya, Bapak masih sabar
membimbing saya dengan kondisi ingatan yang kurang baik dan selalu
sabar menuntun saya. Makasi ya pak. Saya hanya bisa berdoa agar
v
3. Ban
vi
Fani), yang sudah mendoakan saya. Terimakasih atas doanya dan
bantuannya. Tuhan Yesus memberkati.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan
kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari
semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat.
Medan, April 2015
Penulis
Widya Rosa Sihite
vii
I.6 Kerangka Teori I.6.1 Pengertian Partisipasi ... 9
I.6.2 Unsur-Unsur Partisipasi ... 13
I.6.3 Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat ... 13
I.6.4 Prasyarat Partisipasi ... 17
I.6.5 Pentingnya Partisipasi dalam Pembangunan ... 19
I.6.6 Pengertian Pembangunan ... 20
I.6.7 Ciri-Ciri dan Prinsip Pembangunan Desa ... 24
I.7 Metodologi Penelitian I.7.1 Metode Penelitian... 26
I.7.2 Jenis Penelitian ... 27
BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH II.1 Gambaran Umum Desa Bandar Tengah ... 32
II.1.1 Sejarah Desa Bandar Tengah ... 32
II.1.2 Keadaan Geografis Desa ... 34
viii
II.2.1 Keadaan Penduduk Desa Bandar Tengah ... 35
II.2.2 Sistem Kepercayaan ... 36
II.2.3 Mata Pencaharian ... 36
II.3 Sarana dan Prasarana ... 37
II.3.1 Sarana Keagamaan ... 37
II.3.2 Sarana Pendidikan... 37
II.3.3 Sarana Kesehatan ... 38
II.3.4 Prasarana Transportasi ... 38
II.4 Struktur Pemerintahan Desa Bandar Tengah ... 39
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA III.1 Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat ... 47
III.2 Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat di Kabupaten Serdang Bedagai ... 51
III.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Bandar Tengah ... 54
III.3.1 Partisipasi Pikiran ... 56
III.3.2 Partisipasi Tenaga ... 60
III.3.3 Partisipasi Keahlian ... 62
III.3.4 Partisipasi Barang ... 63
III.3.5 Partisipasi Uang ... 65
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 36
Tabel 2.2 Data Sarana dan Prasarana ...38
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Struktur Pemerintahan Desa Bandar Tengah ... 46
ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
WIDYA ROSA SIHITE (080906077)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA
(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai).
Rincian isi skripsi xv, 73 halaman, 2 tabel, 1 peta, 1 skema, 13 buku, 2 situs internet, 2 lampran. (Kisaran Buku dari tahun 1988-2006).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menganalisis faktor-faktor penghambat yang membuat rendahnya partisipasi masyarakat di Desa Bandar Tengah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori partisipasi masyarakat menurut Santoso Sastropoetro. Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus saling bekerja sama. Dalam upaya mengatasi permasalahan tentang pembangunan infrastruktur di masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai maka Pemerintah Serdang Bedagai meluncurkan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat(Gerbang Swara), yang diinstruksikan pada 19 Desember 2005. Dan salah satu program swadaya masyarakat yang termasuk dalam Program Gerbang Swara ialah PNPM.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat digambarkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat rendah, hal tersebut dikarenakan latar belakang ekonomi dari masyarakat dimana lebih memilih untuk bekerja di ladangnya daripada mengikuti rapat, tidak adanya penyerahan hak milik lahan masyarakat terhadap pemerintah, respon yang kurang terhadap Program Gerbang Swara serta kurangnya sosialisasi dan ajakan dari aparatur pemerintah desa. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu sebaiknya lebih giat lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memprioritaskan kepentingan masyarakat serta warga Desa Bandar Tengah lebih banyak berperan untuk ikut ambil andil dalam setiap program masyarakat yang ditujukan ke desa tersebut.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah
suatu langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah. Otonomi
daerah adalah pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah atau kabupaten/kota. Otonomi daerah tidak hanya sebatas pada
pengertian pembagian kekuasaan antara lembaga pemerintahan (institusional)
namun yang terpenting dari otonomi daerah adalah suatu konsep pembagian
kekuasaan dan kewenangan yang proporsional dan adil antara pemerintah dengan
masyarakat. Dengan demikian di dalam konsep tersebut terdapat pemahaman
bahwa otonomi daerah bagi pembangunan adalah hak mengurus rumah tangga
sendiri. Hak itu berasal dari pemerintah pusat yang diberikan pada pemerintah
daerah sehingga bisa meningkatkan partisipasi aktif antara masyarakat dalam
mengelola potensi daerah, mampu menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah
serta terciptanya pemerataan dan keadilan.
Kualitas otonomi daerah ditentukan pada keterlibatan masyarakat dalam
mendukung pembangunan di daerahnya sendiri sehingga dengan sendirinya
aspirasi masyarakat akan muncul sejak dini.1
1
Abe Alexander, Perencanaan Daerah Partisipatif, Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri, 2005.Hal. 18
Keinginan aspirasi masyarakat
tersebut akan mewujudkan pembangunan yang berupaya mengerakkan kondisi
2
masyarakat inilah yang akan membuat pencapaian pembangunan berhasil pada
daerahnya.
Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan
kesempatan dan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat secara
bersama-sama untuk memecahkan berbagai persoalan. Partisipasi masyarakat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya
meningkatkan proses belajar masyarakat, mengarahkan masyarakat menuju
masyarakat yang bertanggungjawab, menimbulkan dukungan dan penerimaan dari
pemerintah.
Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama,
voice (suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan
suaranya dalam proses pembangunan. Sebaliknya, pemerintah mengakomodasi
setiap suara yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian dijadikan
sebagai basis perencanaan pembangunan. Kedua, akses, yakni setiap warga
mempunyai kesempatan untuk mengakses atau mempengaruhi perencanaan
pembangunan desa dan akses terhadap sumber daya lokal. Ketiga, kontrol, yakni
setiap warga atau elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan dan hak
untuk melakukan pengawasan (kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan
pelaksanaan pembangunan.
Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan
langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak
3
pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi
sering kali ditentukan dari banyaknya individu yang dilibatkan. Sejauh ini,
partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan
program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak
hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan
pengambilan keputusan2
Dalam upaya mengatasi permasalahan tentang pembangunan infrastruktur
di masyarakat yang cukup kompleks, Pemerintah Serdang Bedagai meluncurkan
Program Gerakan Pembangunan Daerah Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) mulai
tahun 2007, program ini diinstruksikan pada 19 Desember 2005 oleh Bupati
Serdang Bedagai. Dalam kegiatan ini dirumuskan mengenai mekanisme pelibatan
unsur masyarakat dalam pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan
kemandirian masyarakat dapat ditumbuhkembangkan sehingga masyarakat bukan .
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung
kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus saling mampu
bekerja sama. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan pernah
mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan
melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakat karena tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sendiri. Tetapi sebaliknya, tanpa peran
pemerintah, pembangunan tidak akan berjalan secara teratur dan juga terarah.
2
4
lagi sebagai objek pembangunan melainkan subjek pembangunan. Dan salah satu
daerah yang mendapatkan program ini adalah Desa Bandar Tengah Kecamatan
Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
merupakan bagian dari Program Gerbang Swara, dialokasikan untuk 5.041 desa di
372 kecamatan di 28 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Program ini
menekankan partisipasi masyarakat dalam proses kegiatannya dan melibatkan
unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
hingga evaluasi.
Tujuan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri adalah untuk meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat termasuk
masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok
masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, melembagakan
pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal,
mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan
pembangunan partisipatif, menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat, melembagakan pengelolahan dana
bergulir, mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa, dan
mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan pedesaan. Disini sangat jelas mencantumkan bahwa
5
kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan infrastruktur maka diperlukan
partisipasi masyarakat yang tinggi untuk dapat mewujudkan kondisi kemampuan
masyarakat yang diharapkan.
Tingkat partisipasi masyarakat untuk Desa Bandar Tengah pada tahap
sosialisasi hingga pada tahap pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur
masih termasuk rendah. Rendahnya partisipasi masyarakat diindikasikan dengan
kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti proses sosialisasi dan
kurang memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembangunan. Pada
kegiatan musyawarah, seluruh kepala dusun yang berada di desa hadir dan
beberapa warga desa yang mengikuti sosialisasi, padahal sepatutnya seluruh
warga yang ada di desa wajib hadir karena kegiatan pembangunan bukan untuk
beberapa kelompok saja tetapi untuk seluruh warga desa, dan tidak menyebabkan
ketidaktahuan bagi warga yang membuat mereka tidak terlalu perduli terhadap
program yang ada dicanangkan oleh pemerintah.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan, ditemukan bahwa masyarakat yang
ikut mengerjakan masih menerima upah sesuai dengan harga standard pekerja
harian padahal sasaran dari Program Gerbang Swara ialah supaya setiap
masyarakat memiliki rasa tanggungjawab dan perduli terhadap Desa/Kelurahan
serta adanya semangat gotong royong untuk memelihara dan membantu beberapa
fasilitas infrastruktur di pedesaan.
Pada saat penelitian, peneliti juga melihat bagaimana keterlibatan
6
bangunan (seperti: semen, kayu, pasir, batu-bata, beko, alat-alat tukang, dan
sebagainya) yang masih rendah, hal ini masih didominasi oleh intansi pemerintah
dan juga sumbangan dari perusahaan swasta kelapa sawit untuk pembangunan
infrastruktur di masyarakat. Partisipasi masyarakat di desa ini juga dikatakan
masih rendah dalam memberikan kontribusi tanah, gagasan maupun ide dalam
proyek pembangunan, seperti lahan pribadi warga yang terkena dengan jalan yang
harus diperlebar. Seringkali beberapa warga desa kurang menyetujui adanya
pembangunan jalan yang menyentuh lahan pribadi mereka sehingga pembangunan
jalan atau irigasi sering juga terhenti dan setelah warga desa melihat bahwa ada
kerugian akibat tidak berjalannya proyek pembangunan maka beberapa warga
tersebut cepat-cepat memberikan ijin supaya pembangunan dilanjutkan kembali.
Warga desa terkadang sulit untuk memberikan lahan pribadi yang terkena proyek
pembangunan karena tidak ada ganti rugi yang diberikan, misalnya: jalan menuju
persawahan sangat jelek dan supaya bagus dan bisa masuk truk atau kenderaan
roda empat, ada lahan pribadi milik warga yang terkena proyek sekitar 2 meter
maka warga desa yang memiliki lahan harus merelakan tanah mereka untuk
dipakai demi keuntungan bersama warga desa. Dan yang menjadi keluhan bagi
warga desa ialah bahwa tidak adanya ganti rugi terhadap lahan warga desa yang
terkena proyek pembangunan.
Tetapi ada juga warga desa yang mengetahui bahwa ketika lahan
pribadinya terkena proyek pembangunan, memberikan lahan pribadinya untuk
7
bersama. Uraian mengenai kondisi partisipasi masyarakat diatas menunjukkan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Desa Bandar Tengah masih rendah.
Pada saat penelitian ditulis, kondisi beberapa infrastruktur jalan, jembatan,
irigasi/drainase, parit di Desa Bandar Tengah sudah ada yang sudah selesai. Akan
tetapi kondisi ini tidak serta merta menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat
telah berhasil sebagaimana tujuan dari program ini. Hasil dari kegiatan program
ini masih sangat dominan dari pemerintah.
Apabila tingkat partisipasi suatu daerah dikategorikan rendah maka
dengan sendirinya tujuan dan manfaat dari kegiatan partisipasi tersebut tidak akan
tercapai secara optimal. Beberapa tujuan dan manfaat partisipasi seperti
peningkatan proses belajar masyarakat maupun mengarahkan masyarakat menuju
masyarakat yang bertanggungjawab adalah bersifat abstrak sehingga tidak mudah
untuk diidentifikasi keberhasilan pencapaiannya.
Penelitian ini mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa
(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat
(Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah,
Kabupaten Serdang Bedagai).
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah
“Mengapa tingkat partisipasi masyarakat rendah dalam mendukung pembangunan
infrastruktur pada Program Gerbang Swara di Desa Bandar Tengah, Kecamatan
8 I.3 Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Apa saja faktor-faktor yang membuat partisipasi masyarakat rendah
dalam mendukung pembangunan infrastruktur pada Program Gerbang
Swara di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten
Serdang Bedagai.
I.4 Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian ini yaitu:
1. Ingin mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
2. Ingin mengetahui dampak partisipasi yang rendah terhadap pelaksanaan
pembangunan.
I.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan di peroleh dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Dari aspek akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pustaka departemen ilmu politik dan bagi kalangan
peneliti lainnya.
2. Dari aspek kelembagaan. Melatih dan mengembangkan kemampuan
9
3. Dari aspek kemasyarakatan. Memberikan data dan informasi yang berguna
bagi semua kalangan serta memberikan masukan bagi warga desa di desa
tersebut agar dapat meningkatkan peran aktifnya dalam membangun desa.
I.6 Kerangka Teori
I.6.1 Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi selalu bersinonim dengan peran serta. Seorang
ilmuan yang bernama Keith Davis mengemukakan definisinya tentang partisipasi
yang dikutip oleh R.A. Santoso Sastropoetro sebagai berikut:
“Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.” 3
“Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, dengan keterlibatan dirinya berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.”
Menurut Gordon W. Allport mengenai partisipasi menyatakan bahwa:
4
Dari uraian di atas jelaslah bahwa partisipasi menyangkut keterlibatan diri
dan tidak semata-mata keterlibatan fisik dalam pekerjaan atau tugas saja, dan Sedangkan menurut Kafler mengenai partisipasi adalah sebagai berikut:
“Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam sautu kegiatan yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional. Partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sedangkan kegiatan partisipasi secara mental dan emosional merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan”.
3
Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan
Nasional. Bandung: Alumni. Hal.13
4
10
ketiga unsur partisipasi tersebut di dalam realitanya tidak akan terpisahkan satu
sama lain, tetapi akan saling menunjang. Dalam realitasnya, terutama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, istilah partisipasi ini sering
dikaitkan dengan usaha di dalam mendukung program pembangunan. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Santoso S. Hamidjoyo, bahwa
partisipasi mengandung tiga pengertian, yaitu:
1.Partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan.
2.Menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung jawab
terhadapnya.
3.Partisipasi berarti terwujudnya kreativitasnya dan oto aktifitas.
Dari ketiga hal tersebut di atas, jelas bahwa masalah partisipasi ini sangat
urgen, lebih-lebih dalam pelaksanaan pembangunan, oleh karena itu partisipasi aktif segenap lapisan dalam pembangunan harus semakin luas dan merata, baik
dalam memikul beban pembangunan maupun di dalam menerima hasil
pembangunan.
Menurut Soetrisno bahwa secara umum, ada dua jenis definisi partisipasi
yang beredar di masyarakat, yaitu:
1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat
terhadap rencana/proyek yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh
perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini
pun diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan,
11
2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat
antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,
melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.
Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak
hanya dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan,
tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menetukan arah dan
tujuan proyek yang akan dibangun di wilayahnya. Ukuran lain yang dapat
digunakan adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri
melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. 5
Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumberdaya yang
dimiliki. Untuk ini, masyarakat dilibatkan secara aktif melihat Definisi mana yang dipakai akan sangat menentukan keberhasilan dalam
mengembangkan dan memasyarakatkan sistem pembangunan wilayah yang
partisipatif. Dalam sosiologi definisi pertama merupakan suatu bentuk lain dari
mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Terkait dengan hal tersebut, maka
partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pengembangan
masyarakat.
Menurut Adi, partisipasi masyarakat atau keterlibatan warga dalam
pembangunan dapat dilihat dalam 4 (empat) tahap, yaitu:
1. Tahap Assesment
5
12
permasalahan yang sedang terjadi, sehingga hal tersebut merupakan
pandangan mereka sendiri.
2. Tahap Alternative Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa
alternatif program.
3. Tahap Pelaksanaan(Implementasi) Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan
dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan.
4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, proses, dan hasil)
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan.6
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka dalam
penelitian ini definisi partisipasi masyarakat yang dimaksudkan oleh peneliti,
yakni keikutsertaan/keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dengan
memberikan sumbangan ide terhadap proyek pembangunan yang akan
dilaksanakan, di mana dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek
sekaligus sebagai objek pembangunan yang mengetahui betul kondisi di
daerahnya sendiri, sehingga pembangunan yang nantinya dilaksanakan di daerah
mereka betul-betul seperti yang mereka butuhkan.
13 I.6.2 Unsur-Unsur Partisipasi
Menurut Keith Davis di dalam pengertian partisipasi ini terdapat tiga buah
unsur yang penting sehingga memerlukan perhatian yang khusus yaitu:
1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental
dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara
jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha
mencapai tujuan kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. 7
Berdasarkan uraian di atas, maka partisipasi tidak saja identik dengan
keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan dan tugas saja akan tetapi menyangkut
keterlibatan diri sehingga akan timbul tanggung jawab dan sumbangan yang besar
dan penuh terhadap kelompok.
I.6.3 Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentuk adalah rupa atau wujud
sedangkan jenis adalah penggolongan, klasifikasi, bermacam-macam, atau sesuatu
yang mempunyai ciri-ciri yang khusus.
a. Bentuk-bentuk partisipasi
Selanjutnya Keith Davis mengemukakan pula tentang bentuk partisipasi,
yaitu:
7
Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan
14
1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.
2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.
3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan honornya berasal dari
sumbangan individu atau instansi yang berada di luar lingkungan
tertentu (dermawan atau pihak ketiga), dan itu merupakan salah satu
partisipasi dan langsung akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri
dalam pembangunan desa tersebut.
4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai sepenuhnya
oleh komuniti (biasanya diputuskan oleh komuniti dalam rapat desa
yang menentukan anggarannya).
5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga
ahli setempat. Bentuk kerja yang disumbangkan oleh masyarakat akan
memperingan pembangunan yang diselenggarakan desa tersebut.
6. Aksi massa.
7. Mengadakan pembangunan dikalangan keluarga sendiri.
8. Membangun proyek komuniti yang sifatnya otonom.8
8
Ibid, hal.55
Dalam hal partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa, Ndraha
juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi yaitu sebagai berikut:
1. Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam
hubungan dengan pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun
15
2. Partisipasi dalam penerimaan/pemberian informasi.
3. Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan.
4. Partisipasi dalam bentuk menilai pembangunan.
5. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan.9
“Partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal utama dan potensi yang essensial dalam pelaksanaan pembangunan desa yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi dasar kelangsungan pembangunan nasional.”
Dari uraian di atas jelaslah kiranya bahwa partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa sangat luas bahkan dalam hal perumusan, perencanaan,
pengawasan, pelaksanaan serta pemanfaatan hasil pembangunan pun perlu
dilibatkan.
Pembangunan yang dilakukan di pedesaan harus terpadu dengan
mengembangkan swadaya gotong royong. Terpadu di sini dimaksudkan
keterpaduan antar pemerintah dan masyarakat, antara sektor yang mempunyai
program pedesaan dan antara anggota masyarakat sendiri, hal tersebut sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Darjono bahwa:
10
9
Ndraha, Taliziduhu,Membangun Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta:Rineka Cipta, 1982. Hal.82
10
Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan
Nasional. Bandung: Alumni. Hal.19
Peranan masyarakat dalam pembangunan sangatlah besar. Agar
peranannya efektif perlu diwadahi melalui lembaga-lembaga yang ada di
masyarakat. Cara mengefektifkan partisipasi masyarakat utamanya pada
16
1. Inventarisir semua jenis kader yang ada di desa/kelurahan, guna
menegtahui kemampuan tenaga yang dimiliki.
2. Inventarisir kegiatan dan tujuan program masing-masing kader. Setelah
terhimpun data kegiatan dan tujuan program dari masing-masing kader,
data diolah dan disimpulkan untuk memperolah rencana lokasi
kegiatan, program kegiatan serta jangkauan keberhasilan.
3. Rencana kegiatan pelaksanaan program agar dicek pada mekanisme
penyusunan dan pelaksanaan kegiatan program pembangunan telah
masuk dalam rencana keputusan desa.
4. Tindak lanjut hasil program kegiatan yang pelaksanaannya dilaksanakan
oleh masyarakat bersama dengan pemerintah dengan motor
penggeraknya adalah kader, memerlukan pembinaan yang
berkesinambungan.11
11
Ibid, hal.23
Dengan demikian sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat
penting sekali dalam usaha mengefektifkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan fisik maupun nonfisik. Di samping itu untuk mensukseskan
pembangunan, proses penyusunan dan pelaksanaan harus direncanakan dengan
matang, dengan melibatkan komponen masyarakat, sehingga tujuan pembangunan
17 b. Jenis-jenis partisipasi
Menurut Davis, seperti yang dikutip oleh Sastropoetro, mengemukakan
jenis-jenis partisipasi masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1. Pikiran (Psychological participation).
2. Tenaga (Physical participation).
3. Pikiran dan tenaga (Psychological dan Physical participation).
4. Keahlian (Participation with skill).
5. Barang (Material participation).
6. Uang (Money participation).12
5. Kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik. I.6.4 Prasyarat Partisipasi
Menurut Davis dalam Sastropoetro, prasyarat untuk dapat melaksanakan
partisipasi secara efektif adalah sebagai berikut:
1. Adanya waktu.
2. Kegiatan partisipasi memerlukan dana perangsang secara terbatas.
3. Subyek partisipasi hendaklah berkaitan dengan organisasi dimana
individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatu yang menjadi
perhatiannya.
4. Partisipan harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam arti
kata yang bersangkutan memiliki pemikiran dan pengalaman yang
sepadan.
12
18
6. Bebas melaksanakan peran serta sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
7. Adanya kebabasan dalam kelompok, tidak adanya pemaksaan atau
penekanan.13
6. Adanya pembangunan itu sendiri.
Selanjutnya Hamidjojo dan Iskandar dalam Sastropoetro mengemukakan
sebagai berikut:
1. Senasib dan sepenanggungan.
2. Keterlibatan terhadap tujuan hidup.
3. Kemahiran untuk menyesuaikan dengan perubahan keadaan.
4. Adanya prakarsawan.
5. Iklim partisipasi.
14
Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat akan menunjukkan
tingkat dukungan masyarakat terhadap kebijakan publik. Besarnya partisipasi Dari kedua rumusan diatas pada dasarnya didalam berpartisipasi,
partisipan hendaknya mempunyai suatu kemampuan yang dapat
disumbangkannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Partisipasi didasari
pula oleh adanya kecocokan atau kebutuhan dari partisipan itu sendiri, kebutuhan
mereka, maka mereka berpartisipasi memanfaatkan dan memeliharanya.
Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan publik merupakan
proses dan wujud partisipasi politik masyarakat di dalam kehidupan bernegara.
13Ibid, hal.16-18
14
19
masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran hukum dan kesadaran politik
masyarakat di dalam suatu negara. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam
perumusan kebijakan publik menunjukkan kebijakan publik yang ditetapkan oleh
pemerintah akan sesuai dengan kehendak masyarakat.
I.6.5 Pentingnya Partisipasi dalam Pembangunan
Menurut Bintoro Tjokromidjojo, ada 4 (empat) aspek penting dalam
rangka partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:
1. Terlibatnya dan ikutsertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme
proses politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan
kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.
2. Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan
tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan-tujuan itu sebaiknya.
3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten
dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses
politik.
4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif
dalam pembangunan yang berencana.15
Tanpa partisipasi, pembangunan justru akan mengganggu manusia dalam
upayanya untuk memperoleh martabat dan kemerdekaannya. Pentingnya
partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh Kartasasmita, diperlukan
15
20
peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan masyarakatnya.
Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini pada
dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok, serta
masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah yang
tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Disamping itu, mereka juga
akan merasa memiliki dan bertanggungjawab tentang apa yang telah mereka
hasilkan dan apa yang telah mereka manfaatkan.
I.6.6 Pengertian Pembangunan
Todaro menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena semata,
namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan
keuangan dari kehidupan manusia. Todaro mendefinisikan pembangunan
merupakan suatu proses multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan
struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus
peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan
kemiskinan.
Menurut Todaro definisi di atas memberikan beberapa implikasi bahwa:
1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi
juga pemerataan.
2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan, seperti
peningkatan:
21
b. Self-Esteem: Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai, dan tidak “diisap” orang lain.
c. Freedom From Survitude: Kemampuan untuk melakukan berbagai
pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain. 16
Menurut Rostow dalam Arief, pengertian pembangunan tidak hanya pada
lebih banyak output yang dihasilkan, tetapi juga lebih banyak jenis output dari
pada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan
melalui tahapan-tahapan: masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas
landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci di
antara tahapan ini adalah tahap tinggal landas yang didorong oleh satu sektor atau
lebih.
Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang
sekarang ini menjadi popular yaitu:
1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktifitas.
2. Equity, hal ini menyangkut pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan masyarakat dan daerah.
3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.
4. Suistanable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan.
17
16
Michael P. Todaro, 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Hal.21
17
22
Menurut Gant dalam Suryono, tujuan pembangunan ada dua tahap yaitu:
Pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan
kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya, maka tahap kedua
adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup
bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, maka banyak aspek
atau hal-hal yang harus diperhatikan, yang di antaranya adalah keterlibatan
masyarakat di dalam pembangunan. Sanit menjelaskan bahwa pembangunan
dimulai dari pelibatan masyarakat. Ada beberapa keuntungan ketika masyarakat
dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, yaitu, Pertama, pembangunan akan
berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Artinya bahwa, jika masyarakat
dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, maka akan tercipta kontrol terhadap
pembangunan tersebut. Kedua, pembangunan yang berorientasi pada masyarakat
akan menciptakan stabilitas politik. Oleh karena masyarakat berpartisipasi dalam
perencanaan pembangunan, sehingga masyarakat bisa menjadi kontrol terhadap
pembangunan yang sedang terjadi.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dalam
serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu perubahan dari keadaan yang buruk
menuju ke keadaan yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat tertentu di
23
Sondang P. Siagian mendefinisikan pembangunan adalah:
“Suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan
pemerintahan dalam usaha pembinaan bangsa.” 18
18
Sondang P.Siagian. . 2004 Teori Pengembangan Organisasi, Gunung Agung, Jakarta.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat
dua syarat yang harus dipenuhi yakni: harus ada usaha yang dilakukan oleh
masyarakat dan pemerintahnya, dilaksanakan secara sadar, terarah dan
berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai.
Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan tersebut,
bahwa pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam suasana
kehidupan yang penuh harmonis.
Dalam pembangunan, peran serta seluruh lapisan masyarakat selaku
pelaku pembangunan dan pemerintah selaku pengayom, Pembina dan pengarah
sangat diperlukan. Antara masyarakat dan pemerintah harus berjalan seiring,
saling mengisi, melengkapi dalam satu kesatuan gerak pembangunan guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembangunan harus menyangkut semua pihak yaitu dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah, pembangunan yang pertama harus di bina dan
dikembangkan adalah pembangunan desa. Perkataan “desa” menurut Suhardjo
Kartohadikusoemo dan Hatta Sastra Mihardja adalah berasal dari perkataan
24
Berkenaan dengan pembangunan desa, Daeng Sudirwo, mendefinisikan
pembangunan desa sebagai berikut:
“Pembangunan desa adalah proses perubahan yang terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat beserta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, materi dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di desa.”
Dengan demikian, maka pembangunan desa perlu terus diupayakan karena
secara keseluruhan desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional seluruh
rakyat Indonesia. Selain itu, untuk mencapai tujuan dari pembangunan desa itu,
pelaksanaan pembangunan di berbagai aspek kehidupan baik aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama maupun dalam aspek pertahanan dan
keamanan. Melalui pembangunan desa diupayakan agar masyarakat memiliki
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengatasi berbagai
masalah dalam kehidupan.
I.6.7 Ciri-ciri dan Prinsip Pembangunan Desa
Pembangunan desa dengan berbagai masalahnya merupakan pembangunan
yang berlangsung menyentuh kepentingan bersama. Dengan demikian desa
merupakan titik sentral dari pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu,
pembangunan desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi
harus melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan pemerintah maupun
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa yang
25
yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu sendiri, seperti yang
dikemukakan oleh C.S.T Kansil, yaitu :
1. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik
kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan sistem
pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintaha dan
masyarakat.
2. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan essensial
kegiatan masyarakat.
3. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan
termasuk desa-desa di wilayah kelurahan.
4. Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan regional dan
daerah pedesaan dan daerah perkotaan serta antara daerah
pengembangan wilayah sedang dan kecil.
5. Menggerakan partisipasi, prakaras dan swadaya gotong royong
masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan
teknologi tepat waktu.
Jadi didalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi
berbagai aspek, jangan dari satu aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat
sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan dan
26
masyarakat dan pemerintah, dan harus langsung secara terus menerus demi
tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
I.7 Metodologi Penelitian I.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
penelitian yang bersifat deskriptif. Narbuko dan Achmadi memberikan pengertian
penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis
dan menginterpretasi serta juga bisa bersifat komperatif dan korelatif.19
1. Bersifat mendeskriptifkan kejadian atau persitiwa yang bersifat faktual.
Penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi ataupun narasi
semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar
variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.
Danim memberikan ciri dominan dari penelitian deskriptif, yaitu:
2. Dilakukan secara survei. Penelitian deskriptif disebut juga sebagai
penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup
seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan
eksperimental.
3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.
19
27
4. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi
keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.
5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang
tertentu dalam waktu yang bersamaan.20
I.7.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian data literatur dengan
faktor-faktor dalam lapangan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan, instrumennya
adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain. Penelitian
kualitatif menggunakan analisis data secara induktif, proses pengumpulan data
deskriptif (berupa kata-kata, gambar) bukan angka-angka. Dengan kata lain
penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi yang ada.21
20
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung:Pustaka Setia,2002.Hal.41
21
Ibid,hal 51.
I.7.3 Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian berlokasi di Desa Bandar tengah, Kecamatan
Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
I.7.4 Jenis Data
28 1. Data primer.
Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh secara langsung dari
lapangan melalui wawancara mendalam dengan informan yang berkaitan dengan
masalah penelitian dan juga melalui observasi atau pengamatan langsung terhadap
objek penelitian.
2. Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh baik dalam bentuk angka atau
uraian. Dalam hal ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain: literature
yang relevan dengan judul penelitian misalnya materi-materi atau dokumen dari
kantor Desa Bandar Tengah serta karya tulis yang relevan dengan penelitian.
I.7.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data penulisan skripsi ini
menggunakan beberapa cara antara lain :
1. Interview (wawancara). Wawancara adalah teknik pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara
dengan pihak informan yang telah ditentukan dan yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kepala Desa Bandar Tengah
b. Perangkat Desa Bandar Tengah
c. Tokoh Masyarakat
29
2. Dokumentasi. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan
dokumentasi dalam arti sempit yaitu pengumpulan data dalam bentuk tulisan yang
berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan, yang meliputi profil desa,
keadaan sosial dan ekonomi penduduk, sarana prasarana, dan pemerintahan desa.
3. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan atau
mengadakan pengamatan dan pencatatan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap fenomena yang diselidiki. Teknik ini meliputi pengamatan di
lapangan dan data-data yang di dapat dilapangan.
I.7.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif dimana jenis data yang berbentuk informasi baik
lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka. Data dikelompokkan agar lebih
mudah dalam menyaring mana data yang dibutuhkan dan mana yang tidak.
Setelah dikelompokkan, data tersebut penulis jabarkan dengan bentuk teks agar
lebih dimengerti. Setelah itu, penulis menarik kesimpulan dari data tersebut,
sehingga dapat menjawab pokok masalah penelitian.
Untuk menganalisa berbagai fenomena di lapangan, langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi langsung dan
30 2. Reduksi data
Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi
data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Langkah ini bertujuan untuk
memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah
penelitian.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian
(display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah
dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif.
Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat
hubungan antarfenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi
dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
Display data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.
4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan yang dilakukan secara cermat
dengan melakukan verifiksi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan
31 I.8 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka dasar teoritis yang menjadi acuan
penulis dalam penulisan penelitian ini, metodologi penelitan serta
sistematika penulisannya.
BAB II : GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH
Bab ini akan membahas tentang sejarah Desa Bandar Tengah,
keadaan geografis desa, keadaan sosial ekonomi penduduk Desa
Bandar Tengah, sarana dan prasarana yang ada di Desa Bandar
Tengah, serta struktur pemerintahan Desa Bandar Tengah.
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Bab ini akan membahas secara garis besar hasil dari penelitian
sekaligus menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi
32
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH
II.1 Gambaran Umum Desa Bandar Tengah II.1.1 Sejarah Desa Bandar Tengah
Desa Bandar Tengah merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera
Utara. Pada awalnya Desa Bandar Tengah bernama Kampung Dalu-Dalu tujuh
karena terdapat pohon dalu-dalu sebanyak 7 (tujuh) pohon di Desa Bandar
Tengah, dengan masa kepemimpinan Pengulu Siden selama 10 tahun pada tahun
1935. Kemudian dilanjutkan dengan kepemimpinan Pengulu Mat Kenan (anak
dari Pengulu Siden), dengan masa kepemimpinan 15 (lima belas) tahun.
Setelah berakhirnya masa jabatan Pengulu Mat Kenan dilanjutkan dengan
Pengulu Abdul Rahman (anak dari Pengulu Mat Kenan). Pada masa
kepemimpinan Pengulu Abdul Raahman terdapat dua buah pohon mangga yang
sangat besar ditengah-tengah Kampung Dalu-dalu tujuh yaitu Kampung
Manggadua Dalam. Dan jarak antara pohon mangga tersebut dengan Bandar
Khalipah dan Binjai adalah 8 km dan persis di tengah kampung tersebut. Dan
sejak itulah pada masa kepemimpinan Pengulu Abdul Rahman disahkannya
Kampung Dalu-Dalu Tujuh menjadi Desa Bandar Tengah.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam terbentuknya Desa Bandar Tengah
33
1. Lobeh Jantan
2. Khatib Yahya
3. Imam Densa
4. Abdul Hamid
Masa kepemimpinan pengulu (kepala desa) Bandar Tengah awal mulanya
adalah turun temurun bukan melalui pemilihan atau pelantikan. Dan pada
akhirnya tahun 1950 dimulai pemilihan dan dilantik secara sah Abdul Rahman
menjadi pengulu (kepala desa) Bandar Tengah. Dan semenjak itulah setiap kali
pemilihan kepala desa Bandar Tengah dilakukan pemungutan suara. Selanjutnya
dapat ditambahkan bahwa asal perolehan tapak perkantoran Kepala Desa Bandar
Tengah Kecamatan Bandar Khalipah adalah hibah dari Lobeh Jantan seluas ± 400
m2.
Dan sejak awalnya dibentuk Desa Bandar Tengah pada tahun 1935, Desa
Bandar Tengah telah dipimpin oleh beberapa kepala desa, antara lain:
1. Siden
2. Mat Kenan
3. Abdul Rahman
4. Tambunan (Kertaker)
5. Adeli Sinaga
6. Ernis Manalu
7. Risman Sihombing
34
9. Fiktor Situmorang (Kertaker/Plh)
10. Drs. Fajar Simbolon (Kertaker/Plh)
11. Salamah
12. Lokot Simbolon, S.Sos (Kertaker/Plh)
13. Setia Budi Aruan, A.Md
II.1.2 Keadaan Geografis Desa
Desa Bandar Tengah memiliki luas wilayah sebesar 2.955 Ha yang terdiri
dari 18 dusun yaitu: Dusun Titi Merah, Dusun Sosor Toba, Dusun Aek Nauli,
Dusun Mangga Dua Dalam, Dusun Toba Satu, Dusun Siboga Baru, Dusun Baru
Mangga Dua, Dusun Silaban, Dusun KM 15, Dusun Pasar Balok, Dusun
Hutabagasan, Dusun Sijambur, Dusun Kebon Sei Birong, Dusun Simpang Sei
Birung, Dusun Pekan Sei Birung, Dusun Pokok Jengkol, Dusun Benteng, Dusun
Baru. Adapun jarak desa ke kecamatan ± 4 km dan ke kabupaten ± 30 km.
Secara geografis, batas wilayah Desa Bandar Tengah ialah sebagai berikut:
Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Juhar
Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Penggalangan
Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Sidomulyo
35
Sumber: Profil Desa Bandar Tengah Tahun 2012
II.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Bandar Tengah II.2.1 Keadaan Penduduk Desa Bandar Tengah
Keadaan penduduk Desa Bandar Tengah di Kecamatan Bandar Khalippah
ialah berjumlah 8.536 jiwa atau 2.212 KK. Jumlah perempuan di Desa Bandar
Tengah lebih besar dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Jenis
36
kelamin perempuan berjumlah 4.363 jiwa. Sedangkan untuk jumlah penduduk
berdasarkan umurnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
NO Golongan Umur Jumlah
Sumber: Profil Desa Bandar Tengah Tahun 2012
II.2.2 Sistem Kepercayaan
Desa Bandar Tengah merupakan suatu desa yang masyarakatnya sangat
majemuk, baik dari segi sosial budaya, suku maupun agama. Mayoritas agama di
desa ini ialah beragama Islam sebanyak 4.673, sedangkan untuk beragama Kristen
Protestan sebanyak 3.067 dan juga Katolik sebanyak 796. Walaupun agama Islam
yang menjadi agama mayoritas di desa ini, keharmonisan diantara kehidupan
masyarakat tetap terjalin dan saling menghargai perbedaan serta tidak terjadi
diskriminasi terhadap kaum minoritas.
II.2.3 Mata pencaharian
Penduduk Desa Bandar Tengah memiliki beragam mata pencaharian,
namun mayoritas dari penduduk adalah petani padi dan perkebunan sawit, hal ini
37
sawah merupakan tujuan utama aktivitas warga dalam mengisi kebutuhan pokok
sehari-hari.
II.3 Sarana dan Prasarana
Gambaran umum sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bandar
Tengah saat ini dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, antara lain: sarana
keagamaan, sarana pendidikan, dan prasarana transportasi.
II.3.1 Sarana Keagamaan
Di Desa Bandar Tengah terdapat 26 unit tempat ibadah yaitu 6 unit
diantaranya adalah Mesjid dan 6 unit Mushalla, dimana Mushalla dan Mesjid ini
merupakan sebagai tempat ibadah umat Islam. Dan 14 unit rumah ibadah untuk
beragama Kristen.
II.3.2 Sarana Pendidikan
Di Desa Bandar Tengah hanya terdapat 11 sarana pendidikan, yaitu 1 unit
TK.PAUD yang berada di kantor kepala desa, 7 unit Sekolah Dasar (SD), 1 unit
Sekolah Menengah Pertama, 2 unit Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri
dari: SMA Swasta Aliyah dan SMA Negeri 1 Bandar Khalipah. Sarana
pendidikan di desa ini masih belum memadai sehingga beberapa masyarakat
memilih untuk menyekolahkan anaknya ke daerah lain seperti ke
kabupaten/kotamadya yang terdekat dengan Desa Bandar Tengah seperti: Kota
38 II.3.3 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Bandar Tengah adalah Puskesmas
Pembantu (1 unit), Pusat Kesehatan Desa (1 unit), Balai desa (1 unit). Namun
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai, masyarakat harus
ke Kotamadya Tebing Tinggi yang jarak tempuhnya dengan naik kenderaan bus
kira-kira 1 jam perjalanan karena di tempat tersebut sudah ada rumah sakit daerah
dan juga rumah sakit perkebunan swasta.
II.3.4 Prasarana Transportasi
Sarana transportasi umum di Desa Bandar Tengah ini yaitu mini bus dan
sepeda motor dimana hampir dimiliki setiap kepala keluarga, mini bus tersebut
dipergunakan untuk mengangkut penumpang ke kecamatan, ke desa lain atau ke
daerah-daerah luar seperti Kotamadya Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang
Bedagai, dan Kabupaten Batubara. Dan kemudian sarana dan prasarana tersebut
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Data Sarana dan Prasarana Desa Bandar Tengah
NO Jumlah sarana dan prasarana Jumlah (unit)
39
- Puskesmas Pembantu
- Pusat Kesehatan Desa
- Balai Desa
1 1 1
Jumlah 40
Sumber: Profil Desa Bandar Tengah Tahun 2012
II.4 Struktur Pemerintah Desa Bandar Tengah
Sistem Pemerintahan Desa diatur dalam Undang-Undang nomor 5 tahun
1979 dimana Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan lembaga musyawarah
desa. Dalam pelaksanaan tugasnya, pemerintah desa dibantu oleh perangkat desa.
Perangkat desa terdiri atas sekretariat desa dan juga kepala dusun. Sekretaris desa
diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan, pembentukan,
penghapusan dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal-usul dan
prakarsa masyarakat. Dan di Desa Bandar Tengah ini terdiri dari 18 dusun yang
dipimpin oleh seorang kepala dusun di tiap dusun. Kepala Dusun dipilih langsung
oleh masyarakat sesuai dengan dusunnya dan pengangkatannya ditetapkan oleh
keputusan kepala desa dengan masa jabatan 5 tahun dan setelah itu dipilih
kembali.
Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa dan perangkat desa
diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri. Adapun pemerintah desa terdiri dari:
1. BPD (Badan Permusyawaratan Desa).
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
40
sebagai "parlemen" di tingkat desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada
era otonomi daerah di Indonesia.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota
BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa
jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap
jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Ketua BPD dipilih dari dan oleh
anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
1) Wewenang BPD antara lain:
1. Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa.
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa
dan Peraturan Kepala Desa.
3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.
4. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.
5. Menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
6. Penggunaan nama/istilah BPD tidak harus seragam pada seluruh
41
2) Hak dan kewajiban anggota BPD
Anggota BPD mempunyai hak :
1. Mengajukan rancangan peraturan desa.
2. Mengajukan pertanyaan.
3. Menyampaikan usul dan pendapat.
4. Memilih dan dipilih.
5. Memperoleh tunjangan.
Anggota BPD mempunyai kewajiban :
1. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan.
2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
3. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.
5. Memproses pemilihan kepala desa.
6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan.
7. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat
42
8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.
3) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil karena didalam
melakukan suatu votting suara untuk membuat suatu keputusan tidak
terjadi jumlah suara yang sama, sehingga teradapat pemenang dan yang
kalah dan juga dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk,
dan kemampuan keuangan desa.
2. Kepala Desa.
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan /yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat diperpanjang lagi
untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan
Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa
dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa
setempat.
Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Desa yaitu:
1) Tugas kepala desa
a. Menjalankan urusan rumah tangganya
b. Menjalankan urusan pemerintahan dan pembinaan masyarakat
43
2) Fungsi kepala desa
a. Kegiatan dalam rumah tangganya sendiri.
b. Menggerakkan partisipasi masyarakat.
c. Melaksanakan tugas dari pemerinath diatasnya.
d. Keamanan dan ketertiban masyarakat.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah
diatasnya.
Pelaksanaan pelantikan kepala desa terpilih dapat dilakukan di desa di
hadapan masyarakat. Karena pelaksanaan pemilihan kepala desa harus dilakukan
di depan masyarakat agar didalam pemilihan tidak ada tindakan kecurangan,
sehingga masyarakat bisa lebih percaya bahwa kepala desa telah terpilih murni
dari kemenangan jumlah suara masyarakat.
Yang berhak melantik kepala desa adalah bupati atau walikota yang
disampaikan oleh BPD malalui camat. Pelantikan paling lama 15 hari hari
terhitung tanggal penerbitan keputusan bupati/walikota. Pelantikan dilaksanakan
di depan masyarakat, selanjutnya sebelum memangku jabatan kepala desa
mengucapkan sumpah/janji jabatan.
Masa jabatan kepala desa yaitu 6 tahun terhitung sejak tanggal pelantikan
dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
3. Sekretariat Desa.
1. Kedudukan sekretaris desa:
44 b. Memimpin sekretariat desa
2. Tugas sekretariat desa:
a. Memberikan pelayanan staf
b. Memimpin administrasi desa
3. Fungsi sekretariat desa:
a. Kegiatan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan.
b. Kegiatan pemerintahan dan keuangan desa.
c. Administrasi pendudukan.
d. Administrasi umum.
e. Melaksanakan fungsi kepala desa apabila berhalangan dan sekretaris
desa bertanggung jawab kepada kepala desa.
4. Kepala Urusan
1. Kedudukan kepala urusan adalah sebagai unsur pembantu sekretaris
desa dalam bidang tugasnya.
2. Tugas kepala urusan adalah membantu sekretaris desa dalam bidang
tugasnya.
3. Fungsi kepala urusan adalah
a. Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugas.
b. Pelayanan administrasi terhadap kepala desa.
5. Kepala Dusun
1. Kedudukan kepala dusun adalah sebagai pelaksana tugas kepala desa di
45
2.Fungsi kepala dusun adalah:
a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
b. Melaksanakan keputusan desa di wilayah kerjanya.
c. Melaksanakan kebijaksanaan kepala desa.
47 BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
III.1 Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan
tercapainya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa
serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan
prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Adapun pokok-pokok pikiran dalam pelaksanaan Gerbang Swara, yaitu:
1. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) berarti
membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung
jawab kemanusiaan di mana setiap manusia hakikatnya mencintai daerahnya,
mencintai tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun ke arah
yang lebih baik.
2. Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai
motivasi membangun daerah akan melahirkan pola praktis bahwa dengan
membangun daerah dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat
(Gerbang Swara) akan menggugah dan menggali:
a. Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama
masyarakat, antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu
potensi riel yang dapat dijadikan sumber daya pembangunan.
b. Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang
berdomisili di Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat