• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya

Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai)

WIDYA ROSA SIHITE 080906077

Dosen Pembimbing: Dosen Pembaca:

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

WIDYA ROSA SIHITE (080906077)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai).

Rincian isi skripsi xv, 73 halaman, 2 tabel, 1 peta, 1 skema, 13 buku, 2 situs internet, 2 lampran. (Kisaran Buku dari tahun 1988-2006).

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menganalisis faktor-faktor penghambat yang membuat rendahnya partisipasi masyarakat di Desa Bandar Tengah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori partisipasi masyarakat menurut Santoso Sastropoetro. Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus saling bekerja sama. Dalam upaya mengatasi permasalahan tentang pembangunan infrastruktur di masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai maka Pemerintah Serdang Bedagai meluncurkan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat(Gerbang Swara), yang diinstruksikan pada 19 Desember 2005. Dan salah satu program swadaya masyarakat yang termasuk dalam Program Gerbang Swara ialah PNPM.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat digambarkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat rendah, hal tersebut dikarenakan latar belakang ekonomi dari masyarakat dimana lebih memilih untuk bekerja di ladangnya daripada mengikuti rapat, tidak adanya penyerahan hak milik lahan masyarakat terhadap pemerintah, respon yang kurang terhadap Program Gerbang Swara serta kurangnya sosialisasi dan ajakan dari aparatur pemerintah desa. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu sebaiknya lebih giat lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memprioritaskan kepentingan masyarakat serta warga Desa Bandar Tengah lebih banyak berperan untuk ikut ambil andil dalam setiap program masyarakat yang ditujukan ke desa tersebut.

(3)

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Widya Rosa Sihite

NIM : 080906077

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten serdang Bedagai).

Menyetujui:

Ketua

Departemen Ilmu Politik,

Dra. T. Irmayani, M.Si NIP. 196806301994032001

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Zakaria Taher, M.S.P Faisal Andri Mahrawa, S.IP., M.Si

NIP. 195801151986011002 NIP. 197512222008121002

Mengetahui: Dekan FISIP USU

(4)

iv

KATA PENGANTAR Puji Tuhan..

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Yesus Kristus, atas kasih

KaruniaNya, penyusunan skripsi yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembangunan Desa (Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan

Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar

Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi

ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Papa, Denys, dan Nadya. Terimakasih atas doanya, atas perhatiannya,

atas supportnya bagiku selama ini (go..go..go..semangat). Tuhan

memberkati kalian.

2. Pak Drs. Zakaria, MSP, selaku dosen pembimbing saya selama dalam

penyusunan skripsi ini. Terimakasih banyak ya pak, terimakasih atas

bimbingannya. Kalau pun selama ini, saya kurang ingat dan selalu

banyak revisi tapi satu yang tak terlupakan saya, Bapak masih sabar

membimbing saya dengan kondisi ingatan yang kurang baik dan selalu

sabar menuntun saya. Makasi ya pak. Saya hanya bisa berdoa agar

(5)

v

3. Ban

(6)

vi

Fani), yang sudah mendoakan saya. Terimakasih atas doanya dan

bantuannya. Tuhan Yesus memberkati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan

kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari

semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat.

Medan, April 2015

Penulis

Widya Rosa Sihite

(7)

vii

I.6 Kerangka Teori I.6.1 Pengertian Partisipasi ... 9

I.6.2 Unsur-Unsur Partisipasi ... 13

I.6.3 Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat ... 13

I.6.4 Prasyarat Partisipasi ... 17

I.6.5 Pentingnya Partisipasi dalam Pembangunan ... 19

I.6.6 Pengertian Pembangunan ... 20

I.6.7 Ciri-Ciri dan Prinsip Pembangunan Desa ... 24

I.7 Metodologi Penelitian I.7.1 Metode Penelitian... 26

I.7.2 Jenis Penelitian ... 27

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH II.1 Gambaran Umum Desa Bandar Tengah ... 32

II.1.1 Sejarah Desa Bandar Tengah ... 32

II.1.2 Keadaan Geografis Desa ... 34

(8)

viii

II.2.1 Keadaan Penduduk Desa Bandar Tengah ... 35

II.2.2 Sistem Kepercayaan ... 36

II.2.3 Mata Pencaharian ... 36

II.3 Sarana dan Prasarana ... 37

II.3.1 Sarana Keagamaan ... 37

II.3.2 Sarana Pendidikan... 37

II.3.3 Sarana Kesehatan ... 38

II.3.4 Prasarana Transportasi ... 38

II.4 Struktur Pemerintahan Desa Bandar Tengah ... 39

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA III.1 Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat ... 47

III.2 Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat di Kabupaten Serdang Bedagai ... 51

III.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Bandar Tengah ... 54

III.3.1 Partisipasi Pikiran ... 56

III.3.2 Partisipasi Tenaga ... 60

III.3.3 Partisipasi Keahlian ... 62

III.3.4 Partisipasi Barang ... 63

III.3.5 Partisipasi Uang ... 65

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 36

Tabel 2.2 Data Sarana dan Prasarana ...38

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Struktur Pemerintahan Desa Bandar Tengah ... 46

(10)

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

WIDYA ROSA SIHITE (080906077)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai).

Rincian isi skripsi xv, 73 halaman, 2 tabel, 1 peta, 1 skema, 13 buku, 2 situs internet, 2 lampran. (Kisaran Buku dari tahun 1988-2006).

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menganalisis faktor-faktor penghambat yang membuat rendahnya partisipasi masyarakat di Desa Bandar Tengah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori partisipasi masyarakat menurut Santoso Sastropoetro. Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus saling bekerja sama. Dalam upaya mengatasi permasalahan tentang pembangunan infrastruktur di masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai maka Pemerintah Serdang Bedagai meluncurkan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat(Gerbang Swara), yang diinstruksikan pada 19 Desember 2005. Dan salah satu program swadaya masyarakat yang termasuk dalam Program Gerbang Swara ialah PNPM.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat digambarkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat rendah, hal tersebut dikarenakan latar belakang ekonomi dari masyarakat dimana lebih memilih untuk bekerja di ladangnya daripada mengikuti rapat, tidak adanya penyerahan hak milik lahan masyarakat terhadap pemerintah, respon yang kurang terhadap Program Gerbang Swara serta kurangnya sosialisasi dan ajakan dari aparatur pemerintah desa. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu sebaiknya lebih giat lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memprioritaskan kepentingan masyarakat serta warga Desa Bandar Tengah lebih banyak berperan untuk ikut ambil andil dalam setiap program masyarakat yang ditujukan ke desa tersebut.

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah

suatu langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah. Otonomi

daerah adalah pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah atau kabupaten/kota. Otonomi daerah tidak hanya sebatas pada

pengertian pembagian kekuasaan antara lembaga pemerintahan (institusional)

namun yang terpenting dari otonomi daerah adalah suatu konsep pembagian

kekuasaan dan kewenangan yang proporsional dan adil antara pemerintah dengan

masyarakat. Dengan demikian di dalam konsep tersebut terdapat pemahaman

bahwa otonomi daerah bagi pembangunan adalah hak mengurus rumah tangga

sendiri. Hak itu berasal dari pemerintah pusat yang diberikan pada pemerintah

daerah sehingga bisa meningkatkan partisipasi aktif antara masyarakat dalam

mengelola potensi daerah, mampu menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah

serta terciptanya pemerataan dan keadilan.

Kualitas otonomi daerah ditentukan pada keterlibatan masyarakat dalam

mendukung pembangunan di daerahnya sendiri sehingga dengan sendirinya

aspirasi masyarakat akan muncul sejak dini.1

1

Abe Alexander, Perencanaan Daerah Partisipatif, Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri, 2005.Hal. 18

Keinginan aspirasi masyarakat

tersebut akan mewujudkan pembangunan yang berupaya mengerakkan kondisi

(12)

2

masyarakat inilah yang akan membuat pencapaian pembangunan berhasil pada

daerahnya.

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan

kesempatan dan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat secara

bersama-sama untuk memecahkan berbagai persoalan. Partisipasi masyarakat mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya

meningkatkan proses belajar masyarakat, mengarahkan masyarakat menuju

masyarakat yang bertanggungjawab, menimbulkan dukungan dan penerimaan dari

pemerintah.

Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama,

voice (suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan

suaranya dalam proses pembangunan. Sebaliknya, pemerintah mengakomodasi

setiap suara yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian dijadikan

sebagai basis perencanaan pembangunan. Kedua, akses, yakni setiap warga

mempunyai kesempatan untuk mengakses atau mempengaruhi perencanaan

pembangunan desa dan akses terhadap sumber daya lokal. Ketiga, kontrol, yakni

setiap warga atau elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan dan hak

untuk melakukan pengawasan (kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan

pelaksanaan pembangunan.

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan

langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak

(13)

3

pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi

sering kali ditentukan dari banyaknya individu yang dilibatkan. Sejauh ini,

partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan

program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak

hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan

pengambilan keputusan2

Dalam upaya mengatasi permasalahan tentang pembangunan infrastruktur

di masyarakat yang cukup kompleks, Pemerintah Serdang Bedagai meluncurkan

Program Gerakan Pembangunan Daerah Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) mulai

tahun 2007, program ini diinstruksikan pada 19 Desember 2005 oleh Bupati

Serdang Bedagai. Dalam kegiatan ini dirumuskan mengenai mekanisme pelibatan

unsur masyarakat dalam pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan

kemandirian masyarakat dapat ditumbuhkembangkan sehingga masyarakat bukan .

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung

kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus saling mampu

bekerja sama. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan pernah

mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan

melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakat karena tidak

sesuai dengan kebutuhan masyarakat sendiri. Tetapi sebaliknya, tanpa peran

pemerintah, pembangunan tidak akan berjalan secara teratur dan juga terarah.

2

(14)

4

lagi sebagai objek pembangunan melainkan subjek pembangunan. Dan salah satu

daerah yang mendapatkan program ini adalah Desa Bandar Tengah Kecamatan

Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

merupakan bagian dari Program Gerbang Swara, dialokasikan untuk 5.041 desa di

372 kecamatan di 28 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Program ini

menekankan partisipasi masyarakat dalam proses kegiatannya dan melibatkan

unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

hingga evaluasi.

Tujuan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri adalah untuk meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat termasuk

masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok

masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, melembagakan

pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal,

mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan

pembangunan partisipatif, menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan

ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat, melembagakan pengelolahan dana

bergulir, mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa, dan

mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan pedesaan. Disini sangat jelas mencantumkan bahwa

(15)

5

kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan infrastruktur maka diperlukan

partisipasi masyarakat yang tinggi untuk dapat mewujudkan kondisi kemampuan

masyarakat yang diharapkan.

Tingkat partisipasi masyarakat untuk Desa Bandar Tengah pada tahap

sosialisasi hingga pada tahap pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur

masih termasuk rendah. Rendahnya partisipasi masyarakat diindikasikan dengan

kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti proses sosialisasi dan

kurang memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembangunan. Pada

kegiatan musyawarah, seluruh kepala dusun yang berada di desa hadir dan

beberapa warga desa yang mengikuti sosialisasi, padahal sepatutnya seluruh

warga yang ada di desa wajib hadir karena kegiatan pembangunan bukan untuk

beberapa kelompok saja tetapi untuk seluruh warga desa, dan tidak menyebabkan

ketidaktahuan bagi warga yang membuat mereka tidak terlalu perduli terhadap

program yang ada dicanangkan oleh pemerintah.

Sedangkan pada tahap pelaksanaan, ditemukan bahwa masyarakat yang

ikut mengerjakan masih menerima upah sesuai dengan harga standard pekerja

harian padahal sasaran dari Program Gerbang Swara ialah supaya setiap

masyarakat memiliki rasa tanggungjawab dan perduli terhadap Desa/Kelurahan

serta adanya semangat gotong royong untuk memelihara dan membantu beberapa

fasilitas infrastruktur di pedesaan.

Pada saat penelitian, peneliti juga melihat bagaimana keterlibatan

(16)

6

bangunan (seperti: semen, kayu, pasir, batu-bata, beko, alat-alat tukang, dan

sebagainya) yang masih rendah, hal ini masih didominasi oleh intansi pemerintah

dan juga sumbangan dari perusahaan swasta kelapa sawit untuk pembangunan

infrastruktur di masyarakat. Partisipasi masyarakat di desa ini juga dikatakan

masih rendah dalam memberikan kontribusi tanah, gagasan maupun ide dalam

proyek pembangunan, seperti lahan pribadi warga yang terkena dengan jalan yang

harus diperlebar. Seringkali beberapa warga desa kurang menyetujui adanya

pembangunan jalan yang menyentuh lahan pribadi mereka sehingga pembangunan

jalan atau irigasi sering juga terhenti dan setelah warga desa melihat bahwa ada

kerugian akibat tidak berjalannya proyek pembangunan maka beberapa warga

tersebut cepat-cepat memberikan ijin supaya pembangunan dilanjutkan kembali.

Warga desa terkadang sulit untuk memberikan lahan pribadi yang terkena proyek

pembangunan karena tidak ada ganti rugi yang diberikan, misalnya: jalan menuju

persawahan sangat jelek dan supaya bagus dan bisa masuk truk atau kenderaan

roda empat, ada lahan pribadi milik warga yang terkena proyek sekitar 2 meter

maka warga desa yang memiliki lahan harus merelakan tanah mereka untuk

dipakai demi keuntungan bersama warga desa. Dan yang menjadi keluhan bagi

warga desa ialah bahwa tidak adanya ganti rugi terhadap lahan warga desa yang

terkena proyek pembangunan.

Tetapi ada juga warga desa yang mengetahui bahwa ketika lahan

pribadinya terkena proyek pembangunan, memberikan lahan pribadinya untuk

(17)

7

bersama. Uraian mengenai kondisi partisipasi masyarakat diatas menunjukkan

bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Desa Bandar Tengah masih rendah.

Pada saat penelitian ditulis, kondisi beberapa infrastruktur jalan, jembatan,

irigasi/drainase, parit di Desa Bandar Tengah sudah ada yang sudah selesai. Akan

tetapi kondisi ini tidak serta merta menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat

telah berhasil sebagaimana tujuan dari program ini. Hasil dari kegiatan program

ini masih sangat dominan dari pemerintah.

Apabila tingkat partisipasi suatu daerah dikategorikan rendah maka

dengan sendirinya tujuan dan manfaat dari kegiatan partisipasi tersebut tidak akan

tercapai secara optimal. Beberapa tujuan dan manfaat partisipasi seperti

peningkatan proses belajar masyarakat maupun mengarahkan masyarakat menuju

masyarakat yang bertanggungjawab adalah bersifat abstrak sehingga tidak mudah

untuk diidentifikasi keberhasilan pencapaiannya.

Penelitian ini mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

(Studi Kasus: Implementasi Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat

(Gerbang Swara) di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah,

Kabupaten Serdang Bedagai).

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah

“Mengapa tingkat partisipasi masyarakat rendah dalam mendukung pembangunan

infrastruktur pada Program Gerbang Swara di Desa Bandar Tengah, Kecamatan

(18)

8 I.3 Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah:

1. Apa saja faktor-faktor yang membuat partisipasi masyarakat rendah

dalam mendukung pembangunan infrastruktur pada Program Gerbang

Swara di Desa Bandar Tengah, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten

Serdang Bedagai.

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian ini yaitu:

1. Ingin mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan.

2. Ingin mengetahui dampak partisipasi yang rendah terhadap pelaksanaan

pembangunan.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan di peroleh dari hasil penelitian ini

adalah :

1. Dari aspek akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pada pustaka departemen ilmu politik dan bagi kalangan

peneliti lainnya.

2. Dari aspek kelembagaan. Melatih dan mengembangkan kemampuan

(19)

9

3. Dari aspek kemasyarakatan. Memberikan data dan informasi yang berguna

bagi semua kalangan serta memberikan masukan bagi warga desa di desa

tersebut agar dapat meningkatkan peran aktifnya dalam membangun desa.

I.6 Kerangka Teori

I.6.1 Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi selalu bersinonim dengan peran serta. Seorang

ilmuan yang bernama Keith Davis mengemukakan definisinya tentang partisipasi

yang dikutip oleh R.A. Santoso Sastropoetro sebagai berikut:

“Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai

tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.” 3

“Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, dengan keterlibatan dirinya berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.”

Menurut Gordon W. Allport mengenai partisipasi menyatakan bahwa:

4

Dari uraian di atas jelaslah bahwa partisipasi menyangkut keterlibatan diri

dan tidak semata-mata keterlibatan fisik dalam pekerjaan atau tugas saja, dan Sedangkan menurut Kafler mengenai partisipasi adalah sebagai berikut:

“Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam sautu kegiatan yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional. Partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sedangkan kegiatan partisipasi secara mental dan emosional merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan”.

3

Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan

Nasional. Bandung: Alumni. Hal.13

4

(20)

10

ketiga unsur partisipasi tersebut di dalam realitanya tidak akan terpisahkan satu

sama lain, tetapi akan saling menunjang. Dalam realitasnya, terutama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, istilah partisipasi ini sering

dikaitkan dengan usaha di dalam mendukung program pembangunan. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Santoso S. Hamidjoyo, bahwa

partisipasi mengandung tiga pengertian, yaitu:

1.Partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan.

2.Menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung jawab

terhadapnya.

3.Partisipasi berarti terwujudnya kreativitasnya dan oto aktifitas.

Dari ketiga hal tersebut di atas, jelas bahwa masalah partisipasi ini sangat

urgen, lebih-lebih dalam pelaksanaan pembangunan, oleh karena itu partisipasi aktif segenap lapisan dalam pembangunan harus semakin luas dan merata, baik

dalam memikul beban pembangunan maupun di dalam menerima hasil

pembangunan.

Menurut Soetrisno bahwa secara umum, ada dua jenis definisi partisipasi

yang beredar di masyarakat, yaitu:

1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat

terhadap rencana/proyek yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh

perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini

pun diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan,

(21)

11

2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat

antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,

melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.

Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak

hanya dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan,

tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menetukan arah dan

tujuan proyek yang akan dibangun di wilayahnya. Ukuran lain yang dapat

digunakan adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri

melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. 5

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumberdaya yang

dimiliki. Untuk ini, masyarakat dilibatkan secara aktif melihat Definisi mana yang dipakai akan sangat menentukan keberhasilan dalam

mengembangkan dan memasyarakatkan sistem pembangunan wilayah yang

partisipatif. Dalam sosiologi definisi pertama merupakan suatu bentuk lain dari

mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Terkait dengan hal tersebut, maka

partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pengembangan

masyarakat.

Menurut Adi, partisipasi masyarakat atau keterlibatan warga dalam

pembangunan dapat dilihat dalam 4 (empat) tahap, yaitu:

1. Tahap Assesment

5

(22)

12

permasalahan yang sedang terjadi, sehingga hal tersebut merupakan

pandangan mereka sendiri.

2. Tahap Alternative Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang

mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa

alternatif program.

3. Tahap Pelaksanaan(Implementasi) Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan

dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan.

4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, proses, dan hasil)

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas

terhadap program yang sedang berjalan.6

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka dalam

penelitian ini definisi partisipasi masyarakat yang dimaksudkan oleh peneliti,

yakni keikutsertaan/keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dengan

memberikan sumbangan ide terhadap proyek pembangunan yang akan

dilaksanakan, di mana dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek

sekaligus sebagai objek pembangunan yang mengetahui betul kondisi di

daerahnya sendiri, sehingga pembangunan yang nantinya dilaksanakan di daerah

mereka betul-betul seperti yang mereka butuhkan.

(23)

13 I.6.2 Unsur-Unsur Partisipasi

Menurut Keith Davis di dalam pengertian partisipasi ini terdapat tiga buah

unsur yang penting sehingga memerlukan perhatian yang khusus yaitu:

1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental

dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara

jasmaniah.

2. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha

mencapai tujuan kelompok.

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. 7

Berdasarkan uraian di atas, maka partisipasi tidak saja identik dengan

keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan dan tugas saja akan tetapi menyangkut

keterlibatan diri sehingga akan timbul tanggung jawab dan sumbangan yang besar

dan penuh terhadap kelompok.

I.6.3 Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentuk adalah rupa atau wujud

sedangkan jenis adalah penggolongan, klasifikasi, bermacam-macam, atau sesuatu

yang mempunyai ciri-ciri yang khusus.

a. Bentuk-bentuk partisipasi

Selanjutnya Keith Davis mengemukakan pula tentang bentuk partisipasi,

yaitu:

7

Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan

(24)

14

1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.

2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.

3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan honornya berasal dari

sumbangan individu atau instansi yang berada di luar lingkungan

tertentu (dermawan atau pihak ketiga), dan itu merupakan salah satu

partisipasi dan langsung akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri

dalam pembangunan desa tersebut.

4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai sepenuhnya

oleh komuniti (biasanya diputuskan oleh komuniti dalam rapat desa

yang menentukan anggarannya).

5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga

ahli setempat. Bentuk kerja yang disumbangkan oleh masyarakat akan

memperingan pembangunan yang diselenggarakan desa tersebut.

6. Aksi massa.

7. Mengadakan pembangunan dikalangan keluarga sendiri.

8. Membangun proyek komuniti yang sifatnya otonom.8

8

Ibid, hal.55

Dalam hal partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa, Ndraha

juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi yaitu sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam

hubungan dengan pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun

(25)

15

2. Partisipasi dalam penerimaan/pemberian informasi.

3. Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan.

4. Partisipasi dalam bentuk menilai pembangunan.

5. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan.9

“Partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal utama dan potensi yang essensial dalam pelaksanaan pembangunan desa yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi dasar kelangsungan pembangunan nasional.”

Dari uraian di atas jelaslah kiranya bahwa partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa sangat luas bahkan dalam hal perumusan, perencanaan,

pengawasan, pelaksanaan serta pemanfaatan hasil pembangunan pun perlu

dilibatkan.

Pembangunan yang dilakukan di pedesaan harus terpadu dengan

mengembangkan swadaya gotong royong. Terpadu di sini dimaksudkan

keterpaduan antar pemerintah dan masyarakat, antara sektor yang mempunyai

program pedesaan dan antara anggota masyarakat sendiri, hal tersebut sesuai

dengan apa yang dikemukakan oleh Darjono bahwa:

10

9

Ndraha, Taliziduhu,Membangun Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta:Rineka Cipta, 1982. Hal.82

10

Sastropoetro, Santoso R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan

Nasional. Bandung: Alumni. Hal.19

Peranan masyarakat dalam pembangunan sangatlah besar. Agar

peranannya efektif perlu diwadahi melalui lembaga-lembaga yang ada di

masyarakat. Cara mengefektifkan partisipasi masyarakat utamanya pada

(26)

16

1. Inventarisir semua jenis kader yang ada di desa/kelurahan, guna

menegtahui kemampuan tenaga yang dimiliki.

2. Inventarisir kegiatan dan tujuan program masing-masing kader. Setelah

terhimpun data kegiatan dan tujuan program dari masing-masing kader,

data diolah dan disimpulkan untuk memperolah rencana lokasi

kegiatan, program kegiatan serta jangkauan keberhasilan.

3. Rencana kegiatan pelaksanaan program agar dicek pada mekanisme

penyusunan dan pelaksanaan kegiatan program pembangunan telah

masuk dalam rencana keputusan desa.

4. Tindak lanjut hasil program kegiatan yang pelaksanaannya dilaksanakan

oleh masyarakat bersama dengan pemerintah dengan motor

penggeraknya adalah kader, memerlukan pembinaan yang

berkesinambungan.11

11

Ibid, hal.23

Dengan demikian sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat

penting sekali dalam usaha mengefektifkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan fisik maupun nonfisik. Di samping itu untuk mensukseskan

pembangunan, proses penyusunan dan pelaksanaan harus direncanakan dengan

matang, dengan melibatkan komponen masyarakat, sehingga tujuan pembangunan

(27)

17 b. Jenis-jenis partisipasi

Menurut Davis, seperti yang dikutip oleh Sastropoetro, mengemukakan

jenis-jenis partisipasi masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Pikiran (Psychological participation).

2. Tenaga (Physical participation).

3. Pikiran dan tenaga (Psychological dan Physical participation).

4. Keahlian (Participation with skill).

5. Barang (Material participation).

6. Uang (Money participation).12

5. Kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik. I.6.4 Prasyarat Partisipasi

Menurut Davis dalam Sastropoetro, prasyarat untuk dapat melaksanakan

partisipasi secara efektif adalah sebagai berikut:

1. Adanya waktu.

2. Kegiatan partisipasi memerlukan dana perangsang secara terbatas.

3. Subyek partisipasi hendaklah berkaitan dengan organisasi dimana

individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatu yang menjadi

perhatiannya.

4. Partisipan harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam arti

kata yang bersangkutan memiliki pemikiran dan pengalaman yang

sepadan.

12

(28)

18

6. Bebas melaksanakan peran serta sesuai dengan persyaratan yang telah

ditentukan.

7. Adanya kebabasan dalam kelompok, tidak adanya pemaksaan atau

penekanan.13

6. Adanya pembangunan itu sendiri.

Selanjutnya Hamidjojo dan Iskandar dalam Sastropoetro mengemukakan

sebagai berikut:

1. Senasib dan sepenanggungan.

2. Keterlibatan terhadap tujuan hidup.

3. Kemahiran untuk menyesuaikan dengan perubahan keadaan.

4. Adanya prakarsawan.

5. Iklim partisipasi.

14

Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat akan menunjukkan

tingkat dukungan masyarakat terhadap kebijakan publik. Besarnya partisipasi Dari kedua rumusan diatas pada dasarnya didalam berpartisipasi,

partisipan hendaknya mempunyai suatu kemampuan yang dapat

disumbangkannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Partisipasi didasari

pula oleh adanya kecocokan atau kebutuhan dari partisipan itu sendiri, kebutuhan

mereka, maka mereka berpartisipasi memanfaatkan dan memeliharanya.

Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan publik merupakan

proses dan wujud partisipasi politik masyarakat di dalam kehidupan bernegara.

13Ibid, hal.16-18

14

(29)

19

masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran hukum dan kesadaran politik

masyarakat di dalam suatu negara. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam

perumusan kebijakan publik menunjukkan kebijakan publik yang ditetapkan oleh

pemerintah akan sesuai dengan kehendak masyarakat.

I.6.5 Pentingnya Partisipasi dalam Pembangunan

Menurut Bintoro Tjokromidjojo, ada 4 (empat) aspek penting dalam

rangka partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:

1. Terlibatnya dan ikutsertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme

proses politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan

kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan

tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan-tujuan itu sebaiknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten

dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif

dalam pembangunan yang berencana.15

Tanpa partisipasi, pembangunan justru akan mengganggu manusia dalam

upayanya untuk memperoleh martabat dan kemerdekaannya. Pentingnya

partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh Kartasasmita, diperlukan

15

(30)

20

peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut diri dan masyarakatnya.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini pada

dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok, serta

masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah yang

tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Disamping itu, mereka juga

akan merasa memiliki dan bertanggungjawab tentang apa yang telah mereka

hasilkan dan apa yang telah mereka manfaatkan.

I.6.6 Pengertian Pembangunan

Todaro menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena semata,

namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan

keuangan dari kehidupan manusia. Todaro mendefinisikan pembangunan

merupakan suatu proses multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan

struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus

peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan

kemiskinan.

Menurut Todaro definisi di atas memberikan beberapa implikasi bahwa:

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi

juga pemerataan.

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan, seperti

peningkatan:

(31)

21

b. Self-Esteem: Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai, dan tidak “diisap” orang lain.

c. Freedom From Survitude: Kemampuan untuk melakukan berbagai

pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain. 16

Menurut Rostow dalam Arief, pengertian pembangunan tidak hanya pada

lebih banyak output yang dihasilkan, tetapi juga lebih banyak jenis output dari

pada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan

melalui tahapan-tahapan: masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas

landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci di

antara tahapan ini adalah tahap tinggal landas yang didorong oleh satu sektor atau

lebih.

Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang

sekarang ini menjadi popular yaitu:

1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktifitas.

2. Equity, hal ini menyangkut pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan masyarakat dan daerah.

3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.

4. Suistanable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan.

17

16

Michael P. Todaro, 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Hal.21

17

(32)

22

Menurut Gant dalam Suryono, tujuan pembangunan ada dua tahap yaitu:

Pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan

kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya, maka tahap kedua

adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup

bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, maka banyak aspek

atau hal-hal yang harus diperhatikan, yang di antaranya adalah keterlibatan

masyarakat di dalam pembangunan. Sanit menjelaskan bahwa pembangunan

dimulai dari pelibatan masyarakat. Ada beberapa keuntungan ketika masyarakat

dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, yaitu, Pertama, pembangunan akan

berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Artinya bahwa, jika masyarakat

dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, maka akan tercipta kontrol terhadap

pembangunan tersebut. Kedua, pembangunan yang berorientasi pada masyarakat

akan menciptakan stabilitas politik. Oleh karena masyarakat berpartisipasi dalam

perencanaan pembangunan, sehingga masyarakat bisa menjadi kontrol terhadap

pembangunan yang sedang terjadi.

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dalam

serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu perubahan dari keadaan yang buruk

menuju ke keadaan yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat tertentu di

(33)

23

Sondang P. Siagian mendefinisikan pembangunan adalah:

“Suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan

pemerintahan dalam usaha pembinaan bangsa.” 18

18

Sondang P.Siagian. . 2004 Teori Pengembangan Organisasi, Gunung Agung, Jakarta.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat

dua syarat yang harus dipenuhi yakni: harus ada usaha yang dilakukan oleh

masyarakat dan pemerintahnya, dilaksanakan secara sadar, terarah dan

berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai.

Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan tersebut,

bahwa pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam suasana

kehidupan yang penuh harmonis.

Dalam pembangunan, peran serta seluruh lapisan masyarakat selaku

pelaku pembangunan dan pemerintah selaku pengayom, Pembina dan pengarah

sangat diperlukan. Antara masyarakat dan pemerintah harus berjalan seiring,

saling mengisi, melengkapi dalam satu kesatuan gerak pembangunan guna

mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembangunan harus menyangkut semua pihak yaitu dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah, pembangunan yang pertama harus di bina dan

dikembangkan adalah pembangunan desa. Perkataan “desa” menurut Suhardjo

Kartohadikusoemo dan Hatta Sastra Mihardja adalah berasal dari perkataan

(34)

24

Berkenaan dengan pembangunan desa, Daeng Sudirwo, mendefinisikan

pembangunan desa sebagai berikut:

“Pembangunan desa adalah proses perubahan yang terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat beserta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, materi dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di desa.”

Dengan demikian, maka pembangunan desa perlu terus diupayakan karena

secara keseluruhan desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional seluruh

rakyat Indonesia. Selain itu, untuk mencapai tujuan dari pembangunan desa itu,

pelaksanaan pembangunan di berbagai aspek kehidupan baik aspek ideologi,

politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama maupun dalam aspek pertahanan dan

keamanan. Melalui pembangunan desa diupayakan agar masyarakat memiliki

keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengatasi berbagai

masalah dalam kehidupan.

I.6.7 Ciri-ciri dan Prinsip Pembangunan Desa

Pembangunan desa dengan berbagai masalahnya merupakan pembangunan

yang berlangsung menyentuh kepentingan bersama. Dengan demikian desa

merupakan titik sentral dari pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu,

pembangunan desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi

harus melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan pemerintah maupun

masyarakat secara keseluruhan.

Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa yang

(35)

25

yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu sendiri, seperti yang

dikemukakan oleh C.S.T Kansil, yaitu :

1. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik

kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan sistem

pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintaha dan

masyarakat.

2. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan essensial

kegiatan masyarakat.

3. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan

termasuk desa-desa di wilayah kelurahan.

4. Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan regional dan

daerah pedesaan dan daerah perkotaan serta antara daerah

pengembangan wilayah sedang dan kecil.

5. Menggerakan partisipasi, prakaras dan swadaya gotong royong

masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan

teknologi tepat waktu.

Jadi didalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi

berbagai aspek, jangan dari satu aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat

sesuai dengan apa yang diinginkan.

Pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan dan

(36)

26

masyarakat dan pemerintah, dan harus langsung secara terus menerus demi

tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

I.7 Metodologi Penelitian I.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode

penelitian yang bersifat deskriptif. Narbuko dan Achmadi memberikan pengertian

penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis

dan menginterpretasi serta juga bisa bersifat komperatif dan korelatif.19

1. Bersifat mendeskriptifkan kejadian atau persitiwa yang bersifat faktual.

Penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi ataupun narasi

semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar

variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.

Danim memberikan ciri dominan dari penelitian deskriptif, yaitu:

2. Dilakukan secara survei. Penelitian deskriptif disebut juga sebagai

penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup

seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan

eksperimental.

3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.

19

(37)

27

4. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi

keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang

tertentu dalam waktu yang bersamaan.20

I.7.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian data literatur dengan

faktor-faktor dalam lapangan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan, instrumennya

adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain. Penelitian

kualitatif menggunakan analisis data secara induktif, proses pengumpulan data

deskriptif (berupa kata-kata, gambar) bukan angka-angka. Dengan kata lain

penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh

informasi-informasi yang ada.21

20

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung:Pustaka Setia,2002.Hal.41

21

Ibid,hal 51.

I.7.3 Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlokasi di Desa Bandar tengah, Kecamatan

Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

I.7.4 Jenis Data

(38)

28 1. Data primer.

Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh secara langsung dari

lapangan melalui wawancara mendalam dengan informan yang berkaitan dengan

masalah penelitian dan juga melalui observasi atau pengamatan langsung terhadap

objek penelitian.

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik dalam bentuk angka atau

uraian. Dalam hal ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain: literature

yang relevan dengan judul penelitian misalnya materi-materi atau dokumen dari

kantor Desa Bandar Tengah serta karya tulis yang relevan dengan penelitian.

I.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data penulisan skripsi ini

menggunakan beberapa cara antara lain :

1. Interview (wawancara). Wawancara adalah teknik pengumpulan data

dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan

berlandaskan pada tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara

dengan pihak informan yang telah ditentukan dan yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kepala Desa Bandar Tengah

b. Perangkat Desa Bandar Tengah

c. Tokoh Masyarakat

(39)

29

2. Dokumentasi. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan

dokumentasi dalam arti sempit yaitu pengumpulan data dalam bentuk tulisan yang

berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan, yang meliputi profil desa,

keadaan sosial dan ekonomi penduduk, sarana prasarana, dan pemerintahan desa.

3. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan atau

mengadakan pengamatan dan pencatatan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap fenomena yang diselidiki. Teknik ini meliputi pengamatan di

lapangan dan data-data yang di dapat dilapangan.

I.7.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif dimana jenis data yang berbentuk informasi baik

lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka. Data dikelompokkan agar lebih

mudah dalam menyaring mana data yang dibutuhkan dan mana yang tidak.

Setelah dikelompokkan, data tersebut penulis jabarkan dengan bentuk teks agar

lebih dimengerti. Setelah itu, penulis menarik kesimpulan dari data tersebut,

sehingga dapat menjawab pokok masalah penelitian.

Untuk menganalisa berbagai fenomena di lapangan, langkah-langkah yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi langsung dan

(40)

30 2. Reduksi data

Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi

data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Langkah ini bertujuan untuk

memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah

penelitian.

3. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian

(display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah

dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif.

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga

menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.

Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat

hubungan antarfenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi

dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

Display data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.

4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan yang dilakukan secara cermat

dengan melakukan verifiksi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan

(41)

31 I.8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan latar belakang masalah,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka dasar teoritis yang menjadi acuan

penulis dalam penulisan penelitian ini, metodologi penelitan serta

sistematika penulisannya.

BAB II : GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH

Bab ini akan membahas tentang sejarah Desa Bandar Tengah,

keadaan geografis desa, keadaan sosial ekonomi penduduk Desa

Bandar Tengah, sarana dan prasarana yang ada di Desa Bandar

Tengah, serta struktur pemerintahan Desa Bandar Tengah.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini akan membahas secara garis besar hasil dari penelitian

sekaligus menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi

(42)

32

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH

II.1 Gambaran Umum Desa Bandar Tengah II.1.1 Sejarah Desa Bandar Tengah

Desa Bandar Tengah merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera

Utara. Pada awalnya Desa Bandar Tengah bernama Kampung Dalu-Dalu tujuh

karena terdapat pohon dalu-dalu sebanyak 7 (tujuh) pohon di Desa Bandar

Tengah, dengan masa kepemimpinan Pengulu Siden selama 10 tahun pada tahun

1935. Kemudian dilanjutkan dengan kepemimpinan Pengulu Mat Kenan (anak

dari Pengulu Siden), dengan masa kepemimpinan 15 (lima belas) tahun.

Setelah berakhirnya masa jabatan Pengulu Mat Kenan dilanjutkan dengan

Pengulu Abdul Rahman (anak dari Pengulu Mat Kenan). Pada masa

kepemimpinan Pengulu Abdul Raahman terdapat dua buah pohon mangga yang

sangat besar ditengah-tengah Kampung Dalu-dalu tujuh yaitu Kampung

Manggadua Dalam. Dan jarak antara pohon mangga tersebut dengan Bandar

Khalipah dan Binjai adalah 8 km dan persis di tengah kampung tersebut. Dan

sejak itulah pada masa kepemimpinan Pengulu Abdul Rahman disahkannya

Kampung Dalu-Dalu Tujuh menjadi Desa Bandar Tengah.

Tokoh-tokoh yang berperan dalam terbentuknya Desa Bandar Tengah

(43)

33

1. Lobeh Jantan

2. Khatib Yahya

3. Imam Densa

4. Abdul Hamid

Masa kepemimpinan pengulu (kepala desa) Bandar Tengah awal mulanya

adalah turun temurun bukan melalui pemilihan atau pelantikan. Dan pada

akhirnya tahun 1950 dimulai pemilihan dan dilantik secara sah Abdul Rahman

menjadi pengulu (kepala desa) Bandar Tengah. Dan semenjak itulah setiap kali

pemilihan kepala desa Bandar Tengah dilakukan pemungutan suara. Selanjutnya

dapat ditambahkan bahwa asal perolehan tapak perkantoran Kepala Desa Bandar

Tengah Kecamatan Bandar Khalipah adalah hibah dari Lobeh Jantan seluas ± 400

m2.

Dan sejak awalnya dibentuk Desa Bandar Tengah pada tahun 1935, Desa

Bandar Tengah telah dipimpin oleh beberapa kepala desa, antara lain:

1. Siden

2. Mat Kenan

3. Abdul Rahman

4. Tambunan (Kertaker)

5. Adeli Sinaga

6. Ernis Manalu

7. Risman Sihombing

(44)

34

9. Fiktor Situmorang (Kertaker/Plh)

10. Drs. Fajar Simbolon (Kertaker/Plh)

11. Salamah

12. Lokot Simbolon, S.Sos (Kertaker/Plh)

13. Setia Budi Aruan, A.Md

II.1.2 Keadaan Geografis Desa

Desa Bandar Tengah memiliki luas wilayah sebesar 2.955 Ha yang terdiri

dari 18 dusun yaitu: Dusun Titi Merah, Dusun Sosor Toba, Dusun Aek Nauli,

Dusun Mangga Dua Dalam, Dusun Toba Satu, Dusun Siboga Baru, Dusun Baru

Mangga Dua, Dusun Silaban, Dusun KM 15, Dusun Pasar Balok, Dusun

Hutabagasan, Dusun Sijambur, Dusun Kebon Sei Birong, Dusun Simpang Sei

Birung, Dusun Pekan Sei Birung, Dusun Pokok Jengkol, Dusun Benteng, Dusun

Baru. Adapun jarak desa ke kecamatan ± 4 km dan ke kabupaten ± 30 km.

Secara geografis, batas wilayah Desa Bandar Tengah ialah sebagai berikut:

Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Juhar

Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Penggalangan

Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Sidomulyo

(45)

35

Sumber: Profil Desa Bandar Tengah Tahun 2012

II.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Bandar Tengah II.2.1 Keadaan Penduduk Desa Bandar Tengah

Keadaan penduduk Desa Bandar Tengah di Kecamatan Bandar Khalippah

ialah berjumlah 8.536 jiwa atau 2.212 KK. Jumlah perempuan di Desa Bandar

Tengah lebih besar dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Jenis

(46)

36

kelamin perempuan berjumlah 4.363 jiwa. Sedangkan untuk jumlah penduduk

berdasarkan umurnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

NO Golongan Umur Jumlah

Sumber: Profil Desa Bandar Tengah Tahun 2012

II.2.2 Sistem Kepercayaan

Desa Bandar Tengah merupakan suatu desa yang masyarakatnya sangat

majemuk, baik dari segi sosial budaya, suku maupun agama. Mayoritas agama di

desa ini ialah beragama Islam sebanyak 4.673, sedangkan untuk beragama Kristen

Protestan sebanyak 3.067 dan juga Katolik sebanyak 796. Walaupun agama Islam

yang menjadi agama mayoritas di desa ini, keharmonisan diantara kehidupan

masyarakat tetap terjalin dan saling menghargai perbedaan serta tidak terjadi

diskriminasi terhadap kaum minoritas.

II.2.3 Mata pencaharian

Penduduk Desa Bandar Tengah memiliki beragam mata pencaharian,

namun mayoritas dari penduduk adalah petani padi dan perkebunan sawit, hal ini

(47)

37

sawah merupakan tujuan utama aktivitas warga dalam mengisi kebutuhan pokok

sehari-hari.

II.3 Sarana dan Prasarana

Gambaran umum sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bandar

Tengah saat ini dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, antara lain: sarana

keagamaan, sarana pendidikan, dan prasarana transportasi.

II.3.1 Sarana Keagamaan

Di Desa Bandar Tengah terdapat 26 unit tempat ibadah yaitu 6 unit

diantaranya adalah Mesjid dan 6 unit Mushalla, dimana Mushalla dan Mesjid ini

merupakan sebagai tempat ibadah umat Islam. Dan 14 unit rumah ibadah untuk

beragama Kristen.

II.3.2 Sarana Pendidikan

Di Desa Bandar Tengah hanya terdapat 11 sarana pendidikan, yaitu 1 unit

TK.PAUD yang berada di kantor kepala desa, 7 unit Sekolah Dasar (SD), 1 unit

Sekolah Menengah Pertama, 2 unit Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri

dari: SMA Swasta Aliyah dan SMA Negeri 1 Bandar Khalipah. Sarana

pendidikan di desa ini masih belum memadai sehingga beberapa masyarakat

memilih untuk menyekolahkan anaknya ke daerah lain seperti ke

kabupaten/kotamadya yang terdekat dengan Desa Bandar Tengah seperti: Kota

(48)

38 II.3.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Bandar Tengah adalah Puskesmas

Pembantu (1 unit), Pusat Kesehatan Desa (1 unit), Balai desa (1 unit). Namun

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai, masyarakat harus

ke Kotamadya Tebing Tinggi yang jarak tempuhnya dengan naik kenderaan bus

kira-kira 1 jam perjalanan karena di tempat tersebut sudah ada rumah sakit daerah

dan juga rumah sakit perkebunan swasta.

II.3.4 Prasarana Transportasi

Sarana transportasi umum di Desa Bandar Tengah ini yaitu mini bus dan

sepeda motor dimana hampir dimiliki setiap kepala keluarga, mini bus tersebut

dipergunakan untuk mengangkut penumpang ke kecamatan, ke desa lain atau ke

daerah-daerah luar seperti Kotamadya Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang

Bedagai, dan Kabupaten Batubara. Dan kemudian sarana dan prasarana tersebut

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Data Sarana dan Prasarana Desa Bandar Tengah

NO Jumlah sarana dan prasarana Jumlah (unit)

(49)

39

- Puskesmas Pembantu

- Pusat Kesehatan Desa

- Balai Desa

1 1 1

Jumlah 40

Sumber: Profil Desa Bandar Tengah Tahun 2012

II.4 Struktur Pemerintah Desa Bandar Tengah

Sistem Pemerintahan Desa diatur dalam Undang-Undang nomor 5 tahun

1979 dimana Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan lembaga musyawarah

desa. Dalam pelaksanaan tugasnya, pemerintah desa dibantu oleh perangkat desa.

Perangkat desa terdiri atas sekretariat desa dan juga kepala dusun. Sekretaris desa

diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan, pembentukan,

penghapusan dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal-usul dan

prakarsa masyarakat. Dan di Desa Bandar Tengah ini terdiri dari 18 dusun yang

dipimpin oleh seorang kepala dusun di tiap dusun. Kepala Dusun dipilih langsung

oleh masyarakat sesuai dengan dusunnya dan pengangkatannya ditetapkan oleh

keputusan kepala desa dengan masa jabatan 5 tahun dan setelah itu dipilih

kembali.

Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa dan perangkat desa

diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh

Menteri Dalam Negeri. Adapun pemerintah desa terdiri dari:

1. BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan

(50)

40

sebagai "parlemen" di tingkat desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada

era otonomi daerah di Indonesia.

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan

keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.

Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,

pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota

BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa

jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap

jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Ketua BPD dipilih dari dan oleh

anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.

BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

1) Wewenang BPD antara lain:

1. Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa.

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa

dan Peraturan Kepala Desa.

3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.

4. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.

5. Menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan

aspirasi masyarakat.

6. Penggunaan nama/istilah BPD tidak harus seragam pada seluruh

(51)

41

2) Hak dan kewajiban anggota BPD

Anggota BPD mempunyai hak :

1. Mengajukan rancangan peraturan desa.

2. Mengajukan pertanyaan.

3. Menyampaikan usul dan pendapat.

4. Memilih dan dipilih.

5. Memperoleh tunjangan.

Anggota BPD mempunyai kewajiban :

1. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala

peraturan perundang-undangan.

2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa.

3. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat.

5. Memproses pemilihan kepala desa.

6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,

kelompok dan golongan.

7. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat

(52)

42

8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan.

3) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil karena didalam

melakukan suatu votting suara untuk membuat suatu keputusan tidak

terjadi jumlah suara yang sama, sehingga teradapat pemenang dan yang

kalah dan juga dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk,

dan kemampuan keuangan desa.

2. Kepala Desa.

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan /yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat diperpanjang lagi

untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan

Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa

dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa

setempat.

Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Desa yaitu:

1) Tugas kepala desa

a. Menjalankan urusan rumah tangganya

b. Menjalankan urusan pemerintahan dan pembinaan masyarakat

(53)

43

2) Fungsi kepala desa

a. Kegiatan dalam rumah tangganya sendiri.

b. Menggerakkan partisipasi masyarakat.

c. Melaksanakan tugas dari pemerinath diatasnya.

d. Keamanan dan ketertiban masyarakat.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah

diatasnya.

Pelaksanaan pelantikan kepala desa terpilih dapat dilakukan di desa di

hadapan masyarakat. Karena pelaksanaan pemilihan kepala desa harus dilakukan

di depan masyarakat agar didalam pemilihan tidak ada tindakan kecurangan,

sehingga masyarakat bisa lebih percaya bahwa kepala desa telah terpilih murni

dari kemenangan jumlah suara masyarakat.

Yang berhak melantik kepala desa adalah bupati atau walikota yang

disampaikan oleh BPD malalui camat. Pelantikan paling lama 15 hari hari

terhitung tanggal penerbitan keputusan bupati/walikota. Pelantikan dilaksanakan

di depan masyarakat, selanjutnya sebelum memangku jabatan kepala desa

mengucapkan sumpah/janji jabatan.

Masa jabatan kepala desa yaitu 6 tahun terhitung sejak tanggal pelantikan

dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

3. Sekretariat Desa.

1. Kedudukan sekretaris desa:

(54)

44 b. Memimpin sekretariat desa

2. Tugas sekretariat desa:

a. Memberikan pelayanan staf

b. Memimpin administrasi desa

3. Fungsi sekretariat desa:

a. Kegiatan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan.

b. Kegiatan pemerintahan dan keuangan desa.

c. Administrasi pendudukan.

d. Administrasi umum.

e. Melaksanakan fungsi kepala desa apabila berhalangan dan sekretaris

desa bertanggung jawab kepada kepala desa.

4. Kepala Urusan

1. Kedudukan kepala urusan adalah sebagai unsur pembantu sekretaris

desa dalam bidang tugasnya.

2. Tugas kepala urusan adalah membantu sekretaris desa dalam bidang

tugasnya.

3. Fungsi kepala urusan adalah

a. Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugas.

b. Pelayanan administrasi terhadap kepala desa.

5. Kepala Dusun

1. Kedudukan kepala dusun adalah sebagai pelaksana tugas kepala desa di

(55)

45

2.Fungsi kepala dusun adalah:

a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan.

b. Melaksanakan keputusan desa di wilayah kerjanya.

c. Melaksanakan kebijaksanaan kepala desa.

(56)
(57)

47 BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

III.1 Program Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara) Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan

tercapainya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa

serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan

prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Adapun pokok-pokok pikiran dalam pelaksanaan Gerbang Swara, yaitu:

1. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) berarti

membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung

jawab kemanusiaan di mana setiap manusia hakikatnya mencintai daerahnya,

mencintai tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun ke arah

yang lebih baik.

2. Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai

motivasi membangun daerah akan melahirkan pola praktis bahwa dengan

membangun daerah dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat

(Gerbang Swara) akan menggugah dan menggali:

a. Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama

masyarakat, antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu

potensi riel yang dapat dijadikan sumber daya pembangunan.

b. Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang

berdomisili di Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan konsep neighborhood unit, sebagai perumahan murah, Perumahan Praja Mulia dengan jumlah penduduk rencana sebanyak 1.380

MASYARAKAT, APA YANG BISA KITA LAKUKAN DALAM UPAYA MENCEGAH DAN. MENYELAMATKAN PENGGUNA

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali pembelajarannya telah mengacu pada kurikulum 2013, madrasah juga sudah menerapkan strategi

Dengan demikian, nilai ibadah tidak hanua diukur dari kuantitai uang telah dilakukan, tetapi kualitainua. Di antara kualitai ibadah uang paling utama, uaitu keikhlaian untuk

Tingkat pendidikan serta pengetahuan juga mempunyai peran yang penting pula karena dengan adanya pengetahuan penderita memahami instruksi yang diberikan petugas

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan pengamatan secara berurutan dan

berdasarkan hasil evaluasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan SKAU Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak

Pendekatan (approach), menurut Joni (1991) dalam Rianto (2006:4), menunjukan cara umum dalam memandang permasalahaan atau objek kajian, sehingga berdampak pada permasalahan atau