Tabel KorelasiProduct Moment Pada Sig. 0,05 (Two Tail)
N r N r N r N r N r N r
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Justian Alex. 2012. Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Performa Siswa
Sekolah Dasar Di Ruang Kelas, Jurnal Teknik Industri. Depok: Universitas
Indonesia. Hal. 1-3
Republik Indonesia, 1996. Tentang Baku Kebisingan No. KEP 48 / MENLH /11/ 1996. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Mediastika, Christina. 2005. Akustik Bangunan. Jakarta: Erlangga.
Metawati Nur,dkk. 2013. Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas
di SMPN 23 Bandung. Junal Teknik Arsitek. Bandung: FPTK Universitas
Pendidikan Indonesia. Hal. 1-12
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi. Sinulingga, Sukaria. 2012.Metode Penelitian.Medan: USU Press.
Suama I.W,dkk. 2007. Permasalahan Kebisingan di Kota Denpasar. Jurnal Teknik Lingkungan. Bali: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana. Hal. 1-8
Suma’mur, 1981. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Sutalaksana Iftikar Z,2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja.Bandung : ITB Walpole E. Ronald, 1995. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta : PT. Gramedia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Bunyi4
3.2. Kecepatan Bunyi
Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound), sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultrasound). Suara (voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airborne
sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur adalah
(structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur bangunan.
Sensasi bunyi, agar dapat didengar manusia, memerlukan 3 aspek yang harus ada dalam waktu bersamaan, yaitu:
1. Sumber bunyi
2. Medium penghantar gelombang bunyi 3. Telinga dan saraf pendengaran yang sehat.
5
Kecepatan bunyi (sound velocity) adalah kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan meter/detik. Kecepatan bunyi adalah tetap untuk
kepadatan media tertentu, tidak tergantung frekuensinya. Kecepatan rambat bunyi pada medium udara pada suhu berkisar 16 oC adalah 340 meter/detik (Tabel 3.1.). Kecepatan rambat bunyi sangat bergantung pada jenis/susunan medium perambatan sumber bunyi serta suhu medium tersebut. Oleh karena itu, untuk keadaan di Indonesia, dengan suhu rata-rata harian dan tahunannya yang lebih tinggi, angka 340 meter/detik tidak selalu tepat untuk dipakai sebagai acuan.
Tabel 3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya
Medium Kecepatan
(meter/detik) Udara pada Temperatur -20 oC 319,3
Udara pada Temperatur 0 oC 331,8 Udara pada Temperatur 10 oC 337,4 Udara pada Temperatur 20 oC 343,8 Udara pada Temperatur 30 oC 349,6
Gas O2 316
Gas CO2 259
Gas Hidrogen 1.284
Air Murni 1.437
Air Laut 1.541
Baja 6.100
Sumber : Mediastika, 2009
detik dan diukur dengan Hz (Hertz). Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi. Percakapan manusia berada antara 600 s/d 4.000 Hz.
Untuk menentukan besarnya cepat rambat gelombang bunyi dapat digunakan formulasi berikut.
V = f λ
dengan: V = Kecepatan bunyi (meter/detik) f = Frekuensi bunyi (Hz)
λ = Panjang gelombang (meter)
3.3. Tingkat Bunyi6
6 Ibid, h. 272
Tabel 3.2. Tingkat Bunyi dan Intensitas Bunyi dari Beberapa Sumber Bunyi
Sumber Bunyi Intensitas
(watt/m2)
Tingkat Bunyi (dB(A))
Roket ruang angkasa >107 >190
Pesawat jet 104 160
Orkes brass besar 10 130
Mesin besar 10 120
Orkes lengkap 10-2 100
Mobil penumpang di jalan raya 10-2 100
Percakapan normal 10-5 70
Bisikan lembut 10-9 30
Sumber : Satwiko, 2008
Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Sumber : Satwiko, 2008
3.4. Kebisingan7
3.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar. Sedangkan defenisi kebisingan menurut Kepmennaker adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
8
1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi kebisingan yang biasa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia yaitu :
2. Intensitas bunyi, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur denga logaritma dalam desibel (dB).
3. Frekuensi, menentukan jumlah gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga seseorang setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per
7Tarwaka solichul, H.A Bakri, Lilik Sudiajeng. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas (Jakarta : UI Press, 2005), h. 38
detik(Hz). Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hz.
Suatu suara atau bunyi dapat dikatakan suatu kebisingan atau tidak sebenarnya bersifat sangat subjektif, hal ini karena suara yang sama hari ini dikehendaki mungkin pada waktu lain dianggap mengganggu. Adapun yang mempengaruhi sifat tersebut yaitu:
1. Pengalaman yang lalu 2. Derajat kesehatan 3. Kesenangan 4. Pekerjaan
5. Aktivitas, tidur, rekreasi 6. Umur
3.4.2. Sumber-sumber Kebisingan9
Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti :
1. Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik. 2. Mesin-mesin produksi.
3. Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu. 4. Ketel uap atau boiler untuk pemanas air.
5. Alat-alat lain yang menimbulkan suaradan getaran seperti alat pertukangan. 6. Kendaraan bermotor dari lalu lintas.
Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan yaitu :
1. Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.
2. Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara (pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan.
3. Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.
4. Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun pada penerima suara sampai batas diperkenankan.
5. Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai jenis kebisingannya.
3.4.3. Jenis-jenis Kebisingan10
Menurut Suma’mur, jenis kebisingan dibagi atas :
1. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar dan
lain-lain.
2. Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit (steady state,
narrow band noise) misalnya gergaji sikuler, katup gas dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal
terbang dilapangan udara.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti tembakan bedil atau
lain sebagainya.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempat diperusahaan.
3.4.4. Pengaruh Kebisingan11
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan.
1. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
2. Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah
Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun sering dapat menyebabkan
penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya.
Lebih rinci lagi, maka dapat digambarkan dampak bising terhadap kesehatan pekerja sebagai berikut :
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basalmetabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapatmenyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susahtidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman.Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadapkeselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarattanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitaskerja.
4. Gangguan keseimbangan
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguanterhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkanhilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnyabersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka dayadengar akan menghilang secara menetap atau tuli.
3.4.5. Pengukuran Kebisingan12
Maksud pengukuran kebisingan adalah :
1. Memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja.
2. Mengurangi tingkat kebisingan, sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30 – 130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20 – 20.000 Hz. Suatu sistem terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikropon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu dikoreksi. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran sound level meter dipasang pada ketinggian ± 140 – 150 cm atau setinggi telinga.
Gambar 3.2. Sound Level Meter
3.4.5.1. Penentuan Titik Pengukuran13
Pemetaan kontur dan penentuan daerah yang terkena kebisingan oleh titik tertentu, memerlukan perhitungan ukuran dalam penandaan. Umumnya, jarak grid harus lebih dari 10 meter di kelompokkan. Sebuah jarak yang lebih luas di daerah terbuka dapat memberikan akurasi yang dapat diterima meskipun jarak grid tidak biasanya harus melebihi 30 meter. Untuk kontur bising pesawat, karena ini umumnya hanya dipengaruhi oleh fitur topografi besar, seperti pegunungan, jarak pengukuran kebisingan hingga 100 meter mungkin dapat dijadikan acuan pengukuran. Beberapa lokasi, terutama di daerah perkotaan, mungkin dapat disarankan menggunakan spasi grid kurang dari 10 meter. Secara khusus, hal ini Menurut European Commission Working Group Assessment of Exposure
to Noise (WG-AEN) ada 2 cara mengukur kebisingan yakni:
13European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN). 2006Good Practice Guide for Strategic Noise Mapping and the Production of Associated Data on
dikarenkan mungkin posisi bangunan yang saling berhadapan di jalan-jalan sempit.
Penelitian Muh. Isran Ramli (2015) penentuan titik-titik sampling noise mapping menggunakan metode Grid yakni melakukan pembagian lokasi menjadi beberapa kotak yang berukuran sama. Tahap pertama, dengan menandai titik lokasi pada aplikasi google earthmewakili setiap tempat dengan jarak titik ±10 meter.14
3.4.5.2. Metode Pengukuran Kebisingan15
1. Cara Sederhana
Metode pengukuran kebisingan menurut Kementerian Lingkungan Hidup terbagi atas 2 metode yakni:
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
2. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada
14
Ramli, Muh. Isran. 2015. Analisis Tingkat Kebisingan Pada Kawasan Sekolah Menengah Atas Di Kota Makassar. Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan padamalam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 - L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 - L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00 - L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00 - L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00 - L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00 - L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00
3.4.5.3. Tingkat Bising Sinambung Ekuivalen (Leq)16
Lj = Tingkat tekanan suara ke 1
Leq adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, secara matematis adalah sebagai berikut :
Leq = 10 log10[Ʃtj10Lj/10]
Dimana :
Leq = Tingkat bising sinambung equivalen dalam dB(A)
tj = Fraksi waktu
3.5. Kuesioner17
1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan peneliti terhadap responden yang dipilih.
Adanya empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:
2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.
3. Adanya petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah mengerti.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka. dalam mebuat pertanyaan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden.
Kuisioner dapat dibedakan berdasarkan: 1. Berdasarkan cara menjawab:
a. Kuisioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
b. Kuisioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai dengan pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan:
a. Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b. Kuisioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya:
a. Kuisioner pilhan ganda, yaitu sama seperti kuisioner tertutup, dimana terdapat pilahan jawaban.
b. Kuisioner isian, yaitu sama seperti kuisioner terbuka, berbentuk essay.
c. Checklist, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom yang sesuai.
d. Rating scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya: mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.
Keuntungan menggunakan kuisioner: 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.
Kelemahan menggunakan kuisioner:
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang telewati tidak terjawab.
2. Validitas sulit diperoleh.
3. Terkadang responden menjawab secara tidak jujur 4. Sering tidak dikembalikan
5. Waktu pengembalian tidak sama. Bahkan kadang-kadang ada yang telalu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.
3.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas18
18Ronald E walpole,Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 171.
3.6.1. Uji Validitas
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data. Analisis korelasi adalah salah satu cara pengujian validitas yang umum digunakan. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson yaitu sebagai berikut:
rxy =
N∑XY- (∑X)(∑Y)
��(N ∑X2- (∑X)2��(N ∑Y2- (Y)2�
Dimana:
Xi = skor variabel independen X
Yi = skor variabel independen Y
N = jumlah responden Kriteria pengujian :
Jika r > r tabel, berarti item pertanyaan adalah valid.
Jika r < r tabel, berarti item pertanyaan adalah tidak valid.
3.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut. Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti indeks reliabilitas Spearman-Brown, Flanagan, dan
Hoyt. Teknik pengujian lain yang juga banyak digunakan ialah Koefisien Alpha Cronbach.
Koefisien Alpha Cronbach memberikan indikasi seberapa baik item-item dalam set saling berkorelasi secara positif. Makin dekat nilai koefisien Alpha
Cronbach kepada angka 1 makin kuat konsistensi internal reliabilitas. Koefisien
r11 =
�
k
k - 1
� �
1-
∑σ 2
b
σt2
�
Dimana, r11 = reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)
k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen ∑ �b2 = jumlah varians butir-butir pertanyaan
�t2 = varians total
3.7. Teknik Penentuan Jumlah Sampel
Pada dasarnya pengambilan jumlah sampel tergantung pada kondisi secukupnya saja. Apabila populasinya sangat homogen, maka pengambilan
sample secukupnya saja. Akan tetapi apabila kondisi populasinya sangat
heterogen, maka pengambilan sampelnya harus memperhatikan bahwa tiap tingkatan populasi harus terwakili19
Menurut (Arikunto 2007) secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin besar sampel penelitian, hasil yang diperoleh akan menjadi semakin baik karena dalam sampel yang besar akan lebih tercermin gambaran hasil yang nyata
.
20
1. Random Sampling, digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel
diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu cirri. . Beberapa teknik pengambilan sampel yang biasa dikenal antara lain :
2. Cluster Sampling, digunakan oleh peneliti apabila didalam populasi terdapat
kelompok-kelompok yang mempunyai ciri sendiri-sendiri.
19Rosnani Ginting, Op.cit.h. 79-80.
3. Stratified Sampling, digunakan oleh peneliti apabila didalam populasi terdapat
kelompok-kelompoksubjek dan antara satu kelompok dengan kelompok lain tampak adanya strata atau tingkatan.
4. Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya.
5. Area Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dengan
mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah-daerah geografis yang ada, misalnya dari tiap-tiap provinsi, tiap-tiap desa, dan sebagainya.
6. Double Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti
dengan jumlah sebanyak dua kali ukuran sampel yang dikehendaki.
7. Total Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi.
Ada beberapa teknik penentuan jumlah sampel yang dapat digunakan oleh peneliti. Jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan kuesioner, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya.
3.8. Strategi Penanganan Kebisingan21
3.8.1. Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Luar
1. Memanfaatkan jarak karena tingkat bunyi akan semakin berkurang bila jarak semakin besar. Untuk bangunan yang kritis, bila mungkin carilah lokasi yang gangguan kebisingannya minimal.
2. Mengelompokkan kebiatan yang berpotensi bising dan yang memerlukan ketenangan
3. Memeberi tabir (penghalang kayu)
4. Memanfaatkan daerah yang tidak terlalu mensyaratkan ketenangan sebagai perintang kebisingan dengan cara pengaturan daerah (zonning)
5. Menjauhkan bukaan pintu dan jendela dari sumber kebisingan
3.8.2. Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Dalam 1. Mengusahakan peredaman pada sumber kebisingan
2. Mengisolasi sumber kebisingan atau memakai penghalang bunyi
3. Mengelompokkan ruang yang cenderung bising, menempatkan ruang – ruang yang tidak terlalu peru ketenangan sebagai pelindung ruang – ruang yang memerlukan ketenangan
4. Meletakkan sumber – sumber bising pada bagian bangunan yang masif (misalnya basement)
5. Mengurangi kebisingan akibat bunyi injak dengan bahan – bahan yang benar 6. Mengurangi kebisingan pada ruangan bsising dengan bahan peredam
3.8.3. Penghalang Dengan Tanaman22
Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman penutup tanah, perdu, dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan adalah:
1. Penutup tanah (cover crops); a. rumput
b. leguminosae. 2. Perdu;
a. bambu pringgodani (Bambusa Sp) b. likuan-yu (Vermenia Obtusifolia) c. anak nakal (Durante Repens) d. soka (Ixora Sp)
e. kakaretan (Ficus Pumila) f. sebe (Heliconia Sp) g. teh-tehan (Durante); 3. Pohon;
a. akasia (Acacia Mangium) b. johar (Casia Siamea)
22
Pedoman Konstruksi Bangunan Mitigasi dampak kebisingan akibat lalu lintas jalan
Berdasarkan jenis penghalang tanaman tersebut maka dapat dilakukan kombisnasi yang dianggap dapat megurangi tingkat kebisingan. Tabel 3.3. menunjukkan beberapa tanaman yang dapat mengurangi kebisingan
Tabel 3.3.EfektifitasPenguranganKebisinganOlehBerbagaiMacam Tanaman Jenistanaman Volume Kerimbunan Daun (m) Jarakdari Sumber Bisingke Tanaman(d) Ketinggian Pengukuran (m) Rata-rata Reduksi kebisingan; IL(dBA) Akasia(Acacia mangium)
114,39 18,20
30,20
1,20 4,00
2,5 4,1
118,23 18,20
24,60 1,20 4,00 2,7 4,4 Bambupringgodani (BambugaSp)
122,03 7,0
16,40
1,20 2,50
1,1 4,9
366,08 35,4 1,20 14,7
Johar(Casiasiamea) 60,74
9,8 17,0 1,20 3,60 0,3 3,2
83,24 9,6 1,20 0,20
Likuan–Yu(Vermenia
obtusifolia) 2,464 8,20 1,20 2,3
AnakNakal(Durant )
1,680 9,80 1,20 0,8
Soka 1,350 11,20 1,20 0,9
Jenistanaman Volume Kerimbunan Daun (m) Jarakdari Sumber Bisingke Tanaman(d) Ketinggian Pengukuran (m) Rata-rata Reduksi kebisingan; IL(dBA)
Kekaretan 1,105 4,60 1,20 0,9
Sebe(HeliconiaSp) 1,792 3,2 1,20 3,4
Teh–tehan 11,10 6 1,20 2,1
Disisipkan:
a.Teh–tehan 13,88 6 1,20 2,7
b.Heliconiasp
2,75 9 1,20 3,8
16,65 6 1,20 4,2
33,3 9 1,20 5,0
Sumber : Mitigasi dampak kebisingan akibat lalu lintas jalan Departemen Tenaga kerja
Umum
3.8.4. Material Akustik23
[image:36.595.113.569.112.353.2]Pengunaan material akustik berfungsi meredam kebisingan dimana setiap bahan yang digunakan merupakan material yang memiliki kemampuan untuk menyerap kebisingan. Tabel 3.4. menunjukkan koefisien absorpsi beberapa material bangunan.
Tabel 3.4. Koefisien Absorpsi Beberapa Material Bangunan No Material Bangunan Koefisien absorpsi pada
frekuensi 500 Hz* 1 Lantai
Semen 0,015
Semen dilapis keramik 0,01
Tabel 3.4. Koefisien Absorpsi Beberapa Material Bangunan (Lanjutan) No Material Bangunan Koefisien absorpsi pada
frekuensi 500 Hz*
Semen dilapis karpet tipis 0,05
Semen dilapis karpet tebal 0,14
Semen dilapis kayu 0,10
2 Dinding
Batu bata diplester halus 0,02
Batu bata diplester kasar 0,01
Batu bata ekspose 0,06
Papan kayu 0,10
Kolom beton dicat 0,04
Kolom beton tidak dicat 0,06
Tirai kain tipis /sedang /tebal 0,11 / 0,49 / 0,55
Kaca Halus 0,01
Kaca Kasar/Buram 0,04
3 Plapon
Beton dak 0,015
Eternit 0,17
Gipsum 0,05
Aluminium, Furnitur dan lain – lain 0,01
Kursi kain 0,60
Kursi plastic 0,01
Udara 0,007
Manusia 0,46
Sumber : Chrisitna E. Mediastika (2005)
*) Frekuensi 500 Hz dipakai sebagai rerata koefisien absorpsi material pada umumnya
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di lingkungan SMP Negeri 7 Medan yang terletak di Jalan H. Adam Malik No. 12 Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2015sampai Agustus 2015.
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah siswa/siswi, guru dan lokasi sekolah SMP Negeri 7 Medan.
4.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan maksudnya yaitu penelitian survei (survey research) yaitu salah satu bagian dari penelitian deskriptif (descriptive research). 24Hal ini dikarenakan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian survei pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner, checklist dan sebagainya yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu.
4.4. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sound Level Meter.
2. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak.
3. Stopwatch, untuk mengukur waktu selama pengukuran.
4. Kuesioner tentang dampak kebisingan.
5. Alat tulis, digunakan sebagai alat tulis menulis dalam mengumpulkan data. 6. Software Surfer11.0, untuk membuat peta kebisingan (noise mapping).
7. Software Microsoft Excel 2007 untuk menghitung Leq (Intensitas Kebisingan)
dan rekapitulasi kuesioner.
4.5. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1. sebagai berikut:
Tingkat
Kebisingan
Dampak Yang
Terjadi Kepada
Siswa Dan Guru
Rekayasa
Kebisingan di
SMP Negeri 7
Medan
Posisi Ruang
Kelas
Dampak Yang
Terjadi Terhadap
Proses Belajar
Mengajar
Dari kerangka berpikirpenelitian dari Gambar 4.1 maka defenisi operasional dari setiap bagian tersebut sebagai berikut:
1. Tingkat kebisingan
Merupakan nilai dari kebisingan atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar. Tingkat kebisingan yang dimaksud adalah tingkat kebisingan yang dibebani oleh waktu selama pengukuran.
2. Posisi ruang kelas
Merupakan letak ruang kelas dalam suatu area sekolah. Dalam hal ini yaitu jarak kelas dari sumber kebisingan.
3. Dampak yang terjadi kepada siswa dan guru
Merupakan dampak dari pemaparan kebisingan yang dirasakan oleh siswa dan guru. Dampak yang dirasakan yaitu dampak fisiologis, psikologis dan dampak komunikasi.
4. Dampak yang terjadi terhadap proses belajar mengajar
Merupakan dampak dari pemaparan kebisingan terhadap interaksi guru dengan siswa pada saat proses belajar mengajar.
5. Rekayasa kebisingan
4.6. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kebisingandan posisi ruang kelas di SMP Negeri 7 Medan.
2. Variabel Intervening
Variabel Intervening adalah suatu faktor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang diobservasi (hubungan antara variabel dependen dan variabel independen menjadi bersifat tidak langsung). Adapun variabel intervening dalam penelitian ini adalah dampak kebisingan terhadap siswa dan guru serta dampak kebisingan terhadap proses belajar mengajar diSMP Negeri 7 Medan.
3. Variabel dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalahrekayasa kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.
4.7. Metodologi Penelitian
Studi Pendahuluan
Melakukan studi literatur dan pengamatan pendahuluan
Perumusan Masalah
Kebisingan yang terjadi di SMPN 7 Medan berasal dari aktivitas di sepanjang Jl. H. Adam Malik dan
aktivitas masyarakat setiap hari sehingga mempengaruhi kegiatan belajar disekolah
Studi Literatur
Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan pengumpulan data dan pemecahan
masalah
Pengumpulan Data
Data Primer
1. Data kebisingan 2. Kuisioner
Data Sekunder
1. Denah sekolah
Pengolahan Data
1. Perhitungan tingkat kebisingan equivalen total 2. Membuat peta kebisingan (noise mapping)
3. Melakukan perhitungan kebisingan menurut persepsi siswa dan guru dengan kuesioner kebisingan
a. Merekapitulasi hasil penyebaran kuesioner daftar cocok (checklist) b. Melakukan uji validitas terhadap hasil yang diperoleh dari kuesioner kebisingan
c. Melakukan uji reliabilitas terhadap hasil yang diperoleh dari kuesioner kebisingan
4. Analisa dampak kebisingan
Analisis Pemecahan Masalah
Menganalisis dan memberikan perbaikan dari permasalahan yang ada
Kesimpulan dan Saran
[image:42.595.139.484.107.723.2]1. Gambaran umum hasil penelitian 2. Masukan bagi sekolah
4.8. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan adalah:
a. Tingkat kebisingan di area SMP Negeri 7 Medan.
Penentuan titik pengukuran mengunakan metode peta kontur dengan membuat daerah pengukuran berukuran (10 x 10) m.
b. Data kuesioner tentang dampak kebisingan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Judgement
Samplingdimana yang menjadi objek penelitian adalah siswa-siswi dan
guru SMP Negeri 7 Medan pada kelas yang terkena zona kebisingan merah dan kuning.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak perusahaan sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya. Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah denah SMP Negeri 7 Medan digunakan untuk membuat daerah titik pengukuran dan noise mapping.
4.9. Metode Pengolahan Data
Langkah dalam melakukan pengolahan data dibagi dalam beberapa tahapan, dimana rinciannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pembuatan peta titik pengukuran dan noise mapping.
3. Perhitungan tingkat kebisingan ekuivalen total
4. Melakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui dampak kebisingan yang dirasakan siswa – siswi di sekolah dengan menggunakan kuesioner
a. Merekapitulasi hasil penyebaran kuesioner daftar checklist.
b. Melakukan uji validitas terhadap hasil yang diperoleh dari kuesioner kebisingan.
c. Melakukan uji reliabilitas terhadap yang diperoleh darikuesioner kebisingan.
5. Analisa terhadap dampak kebisingan
4.10. Analisis Pemecahan Masalah
Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis
yang dilakukan adalah berupa :
1. Analisis tingkat kebisingan secara keseluruhan pada ruang kelas SMP Negeri
7 Medandibandingkan dengan standar kebisingan yang diizinkan oleh
pemerintah melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
KEP.48/MENLH/11/1996
2. Analisis zona kebisingan dari peta kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.
3. Analisis dampak kebisingan.
Apabila tingkat kebisingan berada di atas ambang standar, maka dapat
dilakukan usulan perbaikan kondisi sekolah melalui rancangan pengelolaan
tingkat kebisingan dengan metode yang sesuai sehingga dosis paparan
4.11. Kesimpulan dan Saran
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Peta Titik Pengukuran
Penentuan peta titik pengukuran adalah langkah awal sebelum mengukur
tingkat kebisingan di lingkungan SMP Negeri 7 Medan. Tujuannya supaya kondisi
detail dari seluruh area sekolah dapat dianalisis secara menyeluruh dan titik
pengukuran merata untuk diukur diseluruh area sekolah. Pengukuran dilakukan pada
tanggal 2 - 31 Maret 2015 mulai pukul 07.00 – 15.00. Penetuan jumlah titik
pengukuran menggunakan teknik peta kontur dengan membuat area pengukuran (10 x
10) m pada denah sekolah. Pemilihan 10 meter sebagai acuan batas pengukuran
kebisingan olehEuropean Commission Working Group Assessment of Exposure to
Noise atau WG-AEN. Pemilihan ukuran tersebut bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam mengukur kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.
Sebelum dilakukan penentuan titik pengukuran perlu dilakukan pembuatan
5.1.2. Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan
Setelah menentukan titik pengukuran maka dilanjutkan dengan pengukuran tingkat kebisingan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukuran ini dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik pengukuran. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan penetapannya sebagai berikut 1. L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00
2. L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 3. L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00
[image:49.595.113.516.453.738.2]Pengukuran tingkat kebisingan diambil setiap 5 detik selama 10 menit, sehingga banyaknya data di setiap titik pengukuran adalah 120 data. Tabel 5.1 menunjukkan data pengukuran tingkat kebisingan pada titik pengukuran ke-1 pada jam 07.00 WIB.
Tabel 5.1. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 1 Jam 07.00 WIB (dB(A))
No
Tingkat Kebisingan
(dB(A)) No
Tingkat Kebisingan
(dB(A)) No
Tingkat Kebisingan
(dB(A)) No
Tingkat Kebisingan
(dB(A))
1 80.1 16 79.8 31 80.1 46 80.1
2 79.3 17 79.4 32 79.5 47 79.6
3 79.3 18 80.1 33 80.0 48 79.8
4 79.5 19 79.8 34 79.2 49 79.5
5 79.7 20 79.2 35 79.8 50 79.0
6 79.5 21 79.5 36 79.3 51 79.1
7 79.8 22 79.8 37 79.3 52 79.2
8 79.9 23 79.4 38 79.6 53 79.7
9 79.2 24 79.6 39 79.6 54 79.5
10 79.1 25 79.2 40 80.0 55 79.3
11 79.7 26 79.9 41 79.1 56 79.4
12 79.7 27 80.1 42 79.8 57 79.7
13 79.2 28 79.2 43 79.1 58 80.0
14 79.3 29 80.1 44 79.8 59 80.1
15 80.0 30 80.2 45 79.7 60 79.6
Tabel 5.1. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 1 Jam 07.00 WIB (dB(A)) (Lanjutan)
No
Tingkat Kebisingan
(dB(A)) No
Tingkat Kebisingan
(dB(A)) No
Tingkat Kebisingan
(dB(A)) No
Tingkat Kebisingan
(dB(A))
61 79.9 76 79.1 91 79.6 106 79.4
62 79.7 77 79.6 92 79.7 107 79.6
63 79.5 78 79.1 93 79.3 108 79.5
64 80.1 79 79.8 94 79.8 109 79.4
65 79.6 80 79.7 95 79.1 110 80.1
66 79.4 81 80.1 96 79.9 111 79.8
67 79.7 82 79.0 97 79.4 112 79.8
68 80.2 83 80.2 98 79.1 113 80.1
69 79.6 84 79.4 99 79.7 114 79.1
70 80.1 85 79.7 100 79.7 115 79.8
71 79.8 86 79.4 101 79.3 116 79.8
72 79.8 87 79.1 102 79.5 117 79.8
73 79.5 88 79.5 103 79.9 118 79.7
74 79.5 89 79.7 104 79.6 119 79.6
75 79.0 90 80.1 105 79.6 120 80.1
Rata-Rata 79,6
Sumber : Pengumpulan data
Data yang diperoleh kemudian dicari rata-rata. Rata-rata data pengukuran untuk titik pengukuran 1 adalah sebagai berikut :
Rata-rata = (Data ke -1 + Data ke - 2 + …… + Data ke - 120)
120
=80,1+79,3+⋯+80,1
120
= 79,6 dB(A)
5.1.3. Pembuatan Noise Mapping
Pembuatan noise mapping bertujuan untuk melihat zona tingkat kebisingan di sekolah berdasarkan warna yang dihasilkan. Noise Mapping dibuat dengan menggunakan software surfer 11.0. Data yang digunakan adalah data rata-rata tingkat kebisingan.
Tabel 5.2. DataNoise Mapping Sekolah SMPN 7 Medan
No Titik x Titik y Tingkat Kebisingan (dB(A)) Rata-Rata (dB(A)) Jam 07.00 Jam 10.00 Jam 15.00
1 1 1 80.7 79.2 79.9 79.9
2 2 1 81.6 79.5 79.5 80.2
3 3 1 81.4 79.3 79.7 80.1
4 4 1 80.7 79.7 79.4 79.9
5 5 1 81.4 79.4 79.5 80.1
6 6 1 80.8 79.9 79.5 80.0
7 7 1 81.2 79.3 79.7 80.0
8 8 1 81.1 79.3 79.7 80.0
9 9 1 81.4 79.1 79.7 80.1
10 10 1 81.3 79.0 79.9 80.1
11 11 1 80.3 79.6 79.0 79.7
12 12 1 80.6 79.7 79.6 79.9
13 1 2 73.6 73.2 73.7 73.5
14 2 2 74.0 73.4 73.3 73.6
15 3 2 73.6 73.5 73.5 73.5
16 4 2 73.6 73.4 73.5 73.5
17 5 2 73.7 73.4 73.3 73.5
18 6 2 73.1 73.4 73.7 73.4
19 7 2 73.5 73.3 73.4 73.4
20 8 2 73.4 73.3 73.6 73.4
21 9 2 73.7 73.6 73.6 73.7
22 10 2 73.4 73.4 73.7 73.5
23 11 2 73.6 73.6 73.8 73.7
24 12 2 73.4 73.7 73.5 73.5
25 1 3 69.0 69.1 69.3 69.1
26 2 3 69.1 69.0 68.9 69.0
Tabel 5.2. DataNoise Mapping Sekolah SMPN 7 Medan (Lanjutan)
No Titik x Titik y Tingkat Kebisingan (dB(A)) Rata-Rata (dB(A)) Jam 07.00 Jam 10.00 Jam 15.00
28 4 3 69.1 69.0 68.9 69.0
29 5 3 69.0 68.9 69.2 69.0
30 6 3 69.0 69.0 69.0 69.0
31 7 3 68.9 68.9 68.8 68.9
32 8 3 69.1 69.0 69.1 69.1
33 9 3 55.0 55.4 55.0 55.1
34 1 4 55.2 54.9 54.8 55.0
35 2 4 55.2 55.1 54.5 54.9
36 3 4 55.3 55.6 54.8 55.2
37 4 4 55.0 55.0 55.1 55.0
38 5 4 55.1 55.2 55.0 55.1
39 6 4 55.2 54.9 54.7 54.9
40 7 4 54.6 54.5 55.1 54.8
41 8 4 52.5 51.8 52.9 52.4
42 1 5 52.7 52.4 52.6 52.6
43 2 5 52.7 52.2 52.7 52.5
44 3 5 52.9 52.5 52.4 52.6
45 4 5 52.7 52.6 52.6 52.6
46 5 5 53.2 52.7 52.4 52.8
47 6 5 52.5 52.2 52.2 52.3
48 7 5 53.0 52.6 52.7 52.8
49 5 6 53.2 52.5 52.6 52.7
50 6 6 52.2 52.6 52.2 52.3
51 7 6 52.5 52.4 52.5 52.5
52 5 7 52.5 52.1 53.0 52.5
53 6 7 52.4 52.8 52.6 52.6
Rata-rata 66,7 66,2 66,3 66,4
Sumber : Pengolahan Data
Berdasarkan gambar kontur SMP Negeri 7 Medan, warna kontur terdiri atas empat warna yaitu warna biru, hijau, kuning dan merah.Penggolongan warna tersebut didasarkan atas nilai tingkat kebisingan. Warna biru untuk tingkat kebisingan dengan intensitas di bawah 60 dB(A), warna hijau untuk tingkat kebisingan dengan intensitas kebisingan 60-68 dB(A), warna kuning untuk tingkat kebisingan dengan intensitas 68-74 dB(A), dan warna merah untuk tingkat kebisingan dengan intensitas diatas 74 dB(A). Selain dari perbedaan warna terdapat perbedaan kerapatan garis kontur. Semakin rapat garis kontur maka daerah tersebur memiliki perbedaan tingkat kebisingan yang besar dan sebaliknya semakin jarang garis konturnya maka daerah tersebut memiliki perbedaan tingkat kebisingan yang kecil. Gambar kontur yang telah dibuat kemudian digabung dengan gambar denah SMP Negeri 7 Medan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pembagian area sekolah berdasarkan zona warna yang dihasilkan oleh noise
mapping. Berikut merupakan gambar kontur yang telah digabungkan dengan
5.1.4. Pengelompokan FasilitasBerdasarkan Zona Warna Noise Mapping Pengelompokkan fasilitas berdasarkan noise mapping bertujuan untuk mengetahui fasilitas-fasilitas yang masuk pada zona kebisingan yang tertinggi hingga terendah berdasarkan warna yang ditunjukkan pada noise mapping di SMP Negeri 7 Medan. Data fasilitas berdasarkan zona warna noise mapping dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. PembagianFasilitasBerdasarkan Zona Warna Noise Mapping
No Warna Keterangan Fasilitas Total
1
Merah Zona
Bahaya
Lapangan
2
2 Parkiran
3
Kuning Zona
Bahaya
Mushola
13
4 Ruang Guru
5 Ruang Kepsek dan Wakasek
6 Perpustakaan
7 Kelas IX-1/VII-1
8 Kelas IX-2/VII-2
9 Kelas IX-3/VII-3
10 Kelas IX-4/VII-4
11 Kelas IX-5/VII-5
12 Kelas IX-6/VII-6
13 Kelas IX-7/VII-7
14 Kelas IX-8/VII-8
15 Kelas IX-9/VII-9
16
Hijau Zona Aman
Kelas VIII-1
3
17 Kelas VIII-2
Tabel 5.3. PembagianFasilitasBerdasarkan Zona Warna Noise Mapping (Lanjutan)
No Warna Keterangan Fasilitas Total
16
Biru
Zona Aman
Laboratorium IPA
13
17 Laboratorium Komputer
18 Kantin 1
16 Kantin 2
17 Ruang OSIS
18 Ruang UKS
16 Toilet
13 Kelas VIII-4
14 Kelas VIII-5
15 Kelas VIII-6
16 Kelas VIII-7
17 Kelas VIII-8
18 Kelas VIII-9
Sumber : Pembacaan Zona dari Hasil Noise Mapping
UKS, toilet dan kelas VIII-4 s/d VIII-9 berada pada zona biru dengan range tingkat kebisingan dibawah 60 dB(A), hal ini disebabkan fasilitas tersebut berjarak 35 m dari sumber kebisingan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jarak berpengaruh terhadap tingkat kebisingan. Semakin jauh jarak suatu tempat dari sumber kebisingan, maka semakin berkurang tingkat kebisingan. Pembagian zona kelas yang menjadi objek penelitian adalah kelas yang berada pada zona kuning yang jumlah siswanya secara keseluruhan adalah 540 orang. Hal ini dikarenakan peneliti berasumsi bawah kelas yang termasuk zona kuning merupakan kelas yang siswanya lebih merasakan dampak kebisingan dan kelas tersebut posisinya lebih dekat dengan sumber kebisingan, sedangkan untuk guru yang menjadi objek penelitian sebanyak 32 orang. Tabel 5.4. menunjukkan kelas yang terpilih berdasarkan zona kuning.
Tabel 5.4. Penentuan Jumlah Kelas Terpilih No Warna
Kelas Tingkat Kebisingan (dB(A)) Jumlah Siswa (Orang)
1
Kuning
pagi
IX-1 72,6 30
IX-2 73,7 30
IX-3 73,1 30
IX-4 73,5 30
IX-5 73,4 30
IX-6 73,4 30
IX-7 73,6 30
IX-8 69,0 30
IX-9 69,0 30
2 Sore
VII-1 73,5 30
VII-2 73,3 30
VII-3 73,7 30
VII-4 73,4 30
VII-5 73,6 30
Tabel 5.4. Penentuan Jumlah Kelas Terpilih (Lanjutan) No Warna Kelas Tingkat Kebisingan
(dB(A))
Jumlah Siswa (Orang) 2
Kuning Sore
VII-6 73,7 30
VII-7 73,8 30
VII-8 68,9 30
VII-9 69,2 30
Total Siswa 540
Sumber : Pengumpulan Data
Berdasarkan Tabel 5.4. maka jumlah kelas yang terpilih sebanyak 18 kelas, sehingga jumlah siswa yang menjadi objek penelitian sebanyak 540 siswa.
5.1.5. Perancangan Daftar Checklist
Sebelum melakukan pengumpulan data dari siswa dan guru, maka akan dilakukan perancangan daftar checklist penilaian dampak kebisingan yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengacu pada permasalahan penelitian. Pernyataan daftar checklist yang akan dirancang yaitu berdasarkan kerangka berpikir penelitian.
5.1.5.1. Kisi-kisi Daftar Checklist
Tabel 5.5. Kisi – Kisi Daftar Check List Bagian Variabel
Penelitian Sub Variabel Deskripsi
Banyaknya Pernyataan
(Butir)
Nomor Pernyataan
I Kebisingan
Pengetahuan Kebisingan di Sekolah
Identifikasi kebisingan di sekolah 1 1
Identifikasi sumber kebisingan utama di
sekolah 1 2
Paparan kebisingan yang dirasakan 1 3
Kondisi fasilitas sekolah 1 4
Kondisi ruangan kelas 1 5
Jumlah 5
Gangguan Fisiologi Efek kebisingan terhadap tubuh 5 6, 7, 8, 9, 10
Jumlah 5
Gangguan Psikologis Efek kebisingan terhadap psikologis 5 11, 12, 13, 14, 15
Jumlah 5
Gangguan Komunikasi Efek kebisingan terhadap komunikasi 5 16, 17, 18, 19, 20
Jumlah 5
II Aktivitas Proses Belajar Mengajar
Identifikasi kondisi belajar mengajar di
sekolah 5
21, 22, 23, 24, 25
Jumlah 5
Setelah kisi-kisi daftar checklist diuraikan pada Tabel 5.5, maka daftar
checklist sudah dapat dibuat.
5.1.5.2. Pernyataan Daftar Checklist
Ada beberapa dampak yang disebabkan oleh kebisingan. Berikut ini adalah pernyataan-pernyataandampak yang disebabkan oleh kebisingan.
1. Kondisi kebisingan di sekolah
a. Sumber kebisingan dari luar lingkungan sekolah. b. Sumber kebisingan dari dalam lingkungan sekolah. c. Kebisingan terjadi ketika proses belajar mengajar. d. Frekuensi kebisingan.
e. Waktu terjadinya kebisingan 2. Gangguan Fisiologis
a. Kebisingan menyebabkan pusing. b. Kebisingan menyebabkan lelah. c. Kebisingan menyebabkan sakit kepala. d. Kebisingan menyebabkan jantung berdebar. e. Kebisingan menyebabkan mual.
3. Gangguan Psikologis
a. Kebisingan menyebabkan cepat emosi. b. Kebisingan menggangu konsentrasi. c. Kebisingan menyebabkan stress.
4. Gangguan Komunikasi
a. Kebisingan menyebabkan berteriak apabila berbicara. b. Kebisingan menggangu ketika menjawab pertanyaan. c. Kebisingan menggangu ketika mengajukan pertanyaan. d. Kebisingan mengganggu komunikasi.
e. Kebisingan menyebabkan salah pengertian. 5. Proses Belajar Mengajar
a. Kebisingan menggangu konsentrasibelajar.
b. Kebisingan menyebabkan sulit mendengar penjelasan guru. c. Kebisingan menyebabkan ketidakseriusan dalam belajar. d. Kebisingan mengganggu praktikum.
e. Kebisingan menggangu kegiatan olahraga. f. Kebisingan menyebabkan prestasi menurun.
5.1.6. Penentuan Jumlah Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/siswi dan guru SMP Negeri 7 Medan. Berdasarkan jumlah kelas yang terpilih, maka jumlah populasi siswa pada penelitian ini adalah sebanyak 540 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Slovin dengan rumus sebagai berikut :
n= N 1+Nd2
n= 540
Maka jumlah sampel yang diambil adalah 230 siswa. Untuk penentuan jumlah guru,pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Total
Sampling yakni seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai
[image:63.595.144.482.474.704.2]sampel, karena jumlah guru yang sedikit di SMP Negeri 7 Medan.Jumlah sampel guru dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 guru. Daftar checklist yang telah dibuat dibagikan kepada 230 responden yaitu siswa kelas IX-1 s/d IX-9 masuk pagi dan siswa kelas VII-1 s/d VII-9 masuk sore, serta kepada 32 guru. Dengan menggunakan metode penilaian yaitu skala Likert dan hasil tabulasi jawaban setiap responden untuk Bagian Pernyataan Kondisi Kebisingan dapat dilihat pada Tabel 5.6. dan untuk bagian pernyataan selanjutnya dapat dilihat pada bagian Lampiran 9.
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
1 5 2 5 2 3 17
2 5 2 5 4 4 20
3 4 3 4 3 4 18
4 3 4 5 4 3 19
5 3 3 5 3 4 18
6 3 4 4 4 3 18
7 4 3 5 3 4 19
8 4 2 5 3 3 17
9 3 2 4 4 3 16
10 4 3 5 3 4 19
11 5 3 4 3 4 19
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar Checklist Bagian I Pernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
13 4 2 5 2 3 16
14 5 2 4 3 3 17
15 4 2 5 4 4 19
16 4 4 4 4 3 19
17 5 3 5 4 3 20
18 5 4 5 4 4 22
19 5 3 4 2 3 17
20 3 2 5 4 3 17
21 5 4 5 4 3 21
22 5 3 5 2 4 19
23 5 4 5 3 3 20
24 4 4 4 2 3 17
25 3 4 5 2 3 17
26 3 2 5 4 3 17
27 4 4 5 2 4 19
28 3 4 5 4 4 20
29 5 4 4 4 4 21
30 4 2 4 3 3 16
31 4 3 4 3 3 17
32 4 2 5 3 4 18
33 5 2 5 2 4 18
34 3 3 5 4 3 18
35 4 3 5 4 3 19
36 5 4 4 3 3 19
37 4 3 5 2 4 18
38 4 4 5 3 3 19
39 3 2 4 2 3 14
40 4 3 5 2 3 17
41 5 3 4 4 3 19
42 4 4 5 4 4 21
43 4 2 4 4 3 17
44 4 3 4 3 4 18
45 3 2 4 2 3 14
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
47 3 2 4 3 3 15
48 3 4 4 3 3 17
49 3 2 4 3 3 15
50 5 4 4 3 4 20
51 4 2 5 3 4 18
52 5 4 5 3 4 21
53 5 2 5 3 3 18
54 4 3 5 4 3 19
55 3 4 5 4 3 19
56 4 3 4 4 3 18
57 5 3 5 4 3 20
58 5 2 5 2 3 17
59 3 3 5 2 4 17
60 4 3 4 3 4 18
61 5 2 4 4 3 18
62 3 3 5 3 4 18
63 4 4 5 3 4 20
64 3 4 4 2 4 17
65 3 4 4 4 4 19
66 4 2 4 2 4 16
67 4 3 4 2 3 16
68 5 2 4 4 3 18
69 4 4 4 2 4 18
70 4 3 4 2 4 17
71 5 4 5 4 4 22
72 4 4 5 3 4 20
73 5 2 4 3 3 17
74 3 3 4 3 4 17
75 5 4 5 2 3 19
76 3 2 5 2 4 16
77 3 4 5 4 3 19
78 5 2 5 3 3 18
79 5 3 5 2 4 19
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
81 3 2 4 4 3 16
82 4 4 5 4 3 20
83 3 3 4 2 3 15
84 3 3 5 3 4 18
85 3 2 4 4 4 17
86 3 4 4 2 4 17
87 5 4 5 3 4 21
88 4 4 4 2 3 17
89 3 3 5 4 4 19
90 3 3 4 2 4 16
91 3 3 5 4 4 19
92 3 4 5 2 4 18
93 3 2 4 3 3 15
94 3 2 4 3 4 16
95 3 2 4 3 3 15
96 5 3 5 3 4 20
97 3 4 5 4 4 20
98 3 2 5 2 3 15
99 5 4 5 3 4 21
100 4 2 4 3 4 17
101 3 2 4 2 3 14
102 5 3 4 3 3 18
103 5 4 5 4 4 22
104 5 2 5 2 4 18
105 3 3 5 4 4 19
106 4 4 5 3 4 20
107 4 3 4 4 4 19
108 4 2 4 3 4 17
109 3 4 4 4 4 19
110 3 2 4 3 4 16
111 5 3 5 4 4 21
112 4 3 4 3 3 17
113 3 4 4 2 4 17
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
115 4 4 4 3 4 19
116 4 3 4 4 4 19
117 5 4 5 4 4 22
118 4 3 5 2 4 18
119 4 2 4 3 3 16
120 4 2 5 3 3 17
121 5 2 4 2 3 16
122 3 4 5 2 4 18
123 4 2 5 2 3 16
124 4 2 4 2 4 16
125 3 2 5 3 3 16
126 5 3 5 3 4 20
127 4 4 5 2 4 19
128 3 3 5 3 4 18
129 3 3 4 3 3 16
130 4 4 5 2 3 18
131 3 2 5 3 4 17
132 4 4 4 4 3 19
133 4 3 5 3 3 18
134 4 2 5 3 4 18
135 4 3 4 2 4 17
136 5 4 5 3 4 21
137 5 3 5 3 4 20
138 5 2 5 3 3 18
139 4 4 4 2 3 17
140 3 4 4 2 4 17
141 5 2 5 4 4 20
142 5 4 4 2 4 19
143 3 3 5 3 3 17
144 5 4 5 4 3 21
145 3 3 4 4 4 18
146 3 2 5 2 3 15
147 4 4 4 2 4 18
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
149 4 4 5 4 4 21
150 4 2 4 2 4 16
151 5 4 4 2 3 18
152 3 4 5 2 3 17
153 4 4 4 3 4 19
154 3 2 5 3 3 16
155 4 3 5 2 3 17
156 3 3 5 4 3 18
157 4 3 5 2 4 18
158 5 3 5 4 4 21
159 5 3 4 4 4 20
160 5 4 5 2 3 19
161 5 3 4 4 3 19
162 3 4 5 4 3 19
163 5 4 5 2 3 19
164 5 4 4 3 4 20
165 4 4 5 4 4 21
166 4 2 4 3 4 17
167 3 2 4 4 4 17
168 5 3 5 4 4 21
169 5 3 5 2 3 18
170 3 2 4 4 3 16
171 3 2 4 3 4 16
172 4 2 4 3 4 17
173 5 2 5 2 3 17
174 5 4 5 2 3 19
175 4 3 5 3 3 18
176 5 4 4 2 3 18
177 5 4 4 2 4 19
178 3 2 4 3 3 15
179 4 3 5 4 3 19
180 5 2 5 4 3 19
181 4 2 5 2 4 17
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
183 5 3 4 4 3 19
184 3 4 5 3 3 18
185 3 3 5 3 4 18
186 5 4 5 2 3 19
187 4 4 5 3 3 19
188 5 2 5 3 4 19
189 4 4 5 4 3 20
190 4 3 5 3 4 19
191 3 4 4 4 4 19
192 5 3 5 3 4 20
193 3 3 5 2 3 16
194 5 3 5 4 3 20
195 5 2 5 3 3 18
196 3 2 5 4 4 18
197 5 4 4 4 4 21
198 5 2 5 3 3 18
199 3 3 5 3 3 17
200 4 2 5 2 3 16
201 3 4 5 4 3 19
202 3 4 5 4 3 19
203 3 2 5 4 3 17
204 4 3 4 3 3 17
205 4 2 5 2 3 16
206 4 3 4 3 3 17
207 4 4 5 3 3 19
208 4 4 4 2 3 17
209 3 4 4 2 4 17
210 3 2 5 2 4 16
211 4 3 5 4 3 19
212 5 2 4 4 4 19
213 5 3 5 2 3 18
214 3 3 4 2 3 15
215 5 2 5 2 4 18
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Daftar ChecklistPernyataan Kondisi Kebisingan (Lanjutan)
No Pernyataan (Skor) Total
(Skor)
1 2 3 4 5
217 3 2 5 3 3 16
218 5 2 4 2 4 17
219 3 2 4 2 4 15
220 5 3 5 3 4 20
221 3 2 4 2 4 15
222 4 3 4 3 4 18
223 3 3 5 4 4 19
224 4 3 5 4 4 20
225 4 4 5 4 3 20
226 3 2 4 2 3 14
227 4 2 4 4 4 18
228 5 3 5 3 3 19
229 5 4 5 2 4 20
230 4 2 4 3 4 17
Σ 919 690 1053 690 806 4158
Sumber : Pengumpulan Data
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Perhitungan Tingkat Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di 53 titik di area SMP Negeri 7 Medan selama 25 hari. Tingkat kebisingan ekuivalen adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang ekuivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, secara matematis adalah sebagai berikut :
Dimana :
Leq = Tingkat bising sinambung ekuivalen dalam dB(A) Lj = Tingkat tekanan suara ke 1
tj = Fraksi waktu
5.2.1.1.Tingkat Kebisingan Ekuivalen Pada Setiap Titik Pengukuran
Tingkat kebisingan pada setiap titik dan waktu pengukuran selama 25 hari diwakili oleh tingkat kebisingan ekuivalen. Contoh perhitungan sebagai berikut: Pada titik 1, untuk L1 (Jam 07.00)
Hari 1 = 79,6 dB Hari 11 = 81,6 dB Hari 21 = 78,1 dB Hari 2 = 80,3 dB Hari 12 = 80,4 dB Hari 22 = 78,6 dB Hari 3 = 82,4dB Hari 13 = 79,4 dB Hari 23 = 83,0 dB Hari 4 = 82,3 dB Hari 14 = 82,5 dB Hari 24 = 80,2 dB Hari 5 = 82,3 dB Hari 15 = 78,4 dB Hari 25 = 81,8 dB Hari 6 = 81,4 dB Hari 16 = 78,2 dB
Hari 7 = 83,8 dB Hari 17 = 81,3 dB Hari 8 = 83,2 dB Hari 18 = 82,4 dB Hari 9 = 78,5 dB Hari 19 = 81,3 dB Hari 10 = 78,2 dB Hari 20 = 79,2 dB
dengan menggunakan formula :
Leq = 10 log10[Ʃtj10Lj/10]
Dengan tj = fraksi waktu dengan pengukuran 25 hari (yaitu = 1/25) Maka,
Leq = 10 log10 [
1 2510
79,6/10
+1
2510
80,3/10
+1
2510
82,4/10
+...+1
2510
81,8/10
Perhitungan yang sama dilakukan untuk titik ke 2 sampai 53 di setiap waktunya. Rekapitulasi tingkat kebisingan ekuivalen pada setiap titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekuivalen (Leq) pada Semua Titik Pengukuran
No Titik
Tingkat Kebisingan Ekivalen (dB(A)) pada jam 07.00 10.00 15.00
1 1
81,08 79,43 80,20
2 2
81,90 79,73 79,66
3 3
81,61 79,49 79,94
4 4
81,03 79,88 79,63
5 5
81,83 79,66 79,78
6 6
80,98 80,10 79,77
7 7
81,60 79,49 79,87
8 8
81,38 79,51 79,97
9 9
81,65 79,33 79,91 10 10
81,57 79,22 80,18 11 11
80,61 79,93 79,23 12 12
80,85 79,93 79,79 13 13
73,74 73,25 73,78 14 14
74,05 73,43 73,41 15 15
73,64 73,53 73,55 16 16
73,67 73,51 73,58 17 17
73,80 73,45 73,42 18 18
73,16 73,54 73,81 19 19
73,59 73,44 73,49 20 20
Tabel 5.7. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekuivalen (Leq) pada Semua Titik Pengukuran (Lanjutan)
No Titik
Tingkat Kebisingan Ekivalen (dB(A)) pada jam 07.00 10.00 15.00 21 21
73,82 73,70 73,71 22 22
73,42 73,54 73,82 23 23
73,72 73,66 73,86 24 24
73,55 73,82 73,57 25 25
69,05 69,11 69,27 26 26
69,09 69,08 68,96 27 27
68,91 69,04 69,13 28 28
69,18 69,04 68,93 29 29
69,03 68,97 69,24 30 30
69,02 69,08 69,05 31 31
68,92 68,90 68,89 32 32
69,11 69,05 69,11 33 33
55,14 55,49 55,09 34 34
55,29 55,10 54,98 35 35
55,36 55,19 54,65 36 36
55,44 55,70 55,00 37 37
55,18 55,11 55,22 38 38
55,18 55,36 55,21 39 39
55,30 55,14 54,85 40 40
54,80 54,69 55,33 41 41
52,73 51,98 53,08 42 42
52,98 52,69 52,80 43 43
Tabel 5.7. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekuivalen (Leq) pada Semua Titik Pengukuran (Lanjutan)
No Titik
Tingkat Kebisingan Ekivalen (dB(A)) pada jam 07.00 10.00 15.00 44 44
53,21 52,71 52,59 45 45
52,90 52,84 52,85 46 46
53,41 52,84 52,64 47 47
52,73 52,48 52,48 48 48
53,24 52,75 52,87 49 49
53,35 52,67 52,77 50 50
52,40 52,90 52,51 51 51
52,79 52,56 52,72 52 52
52,76 52,31 53,17 53 53
52,64 53,07 52,77 Rata-rata 66,94 65,99 66,46 Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5.5. Grafik Tingkat Kebisingan di SMPNegeri 7 Medan
5.2.2.2. Tingkat Kebisingan Ekuivalen Total
Tingkat kebisingan ekuivalen total adalah kebisingan pada siang malam. Namun, pada penelitian ini hanya menghitung tingkat kebisingan siang hari (Leq siang hari). Contoh perhitungan sebagai berikut :
Pada titik 1 :
L1 (07.00) = 81,08 L3 (15.00) = 80,20 L2 (10.00) = 79,43
dengan menggunakan formula