• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

RHEZA AR RAHMAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pre-test post-test control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013dan sebagai sampel penelitian adalah kelas VIII B dan VIII D yang dipilih dari enam kelas secara acak. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep matematis siswa, ketuntasan belajar siswa, dan pencapaian perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Kesim-pulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif diterapkan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

(2)

TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Stu✁✂✄aa Sswa K☎✆as III S☎✝ ☎st☎✞ G a✟✠✂ ✆SMP N☎✡☎✞✂5 Ba✟✁a La✝✄u✟✡☛au P☎✆aaa 201 2/2013)

O✆☎☞

R☞☎za Ar Rahman

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

TIPENUMBERED HEADS TOGETHERTERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Su✎✏✑✒ ✎✒ S✏✓wK✔✕✒ ✓✌III S✔✖ ✔✓✍ ✔✗ G✒✘✙✏✕ SMP N✔✚✔✗✏5 B✒✘✎✒✗ L✒ ✖✑u✘✚✛✒✜u P✔✕✒✙✒✗✒✘ 201 2/2013)

(S✢✗✏✑✓ ✏)

O✕✔✜

RHEA AR RAHMAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

xii

✤✥✦✧ ✥★✧ ✥ ✫✬ ✭... xiv

✤✥✦✧ ✥★✭ ✥ ✮✯✩ ★✥✰... xvi

✩✱ ✯✬✰✤✥✲✳✭✳✥✰ A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

✩ ✩✱ ✧ ✩✰✴✥✳✥✰✯✳✪✧ ✥✵✥ A. Kajian Pustaka ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran... 9

2. Efektivitas Pembelajaran... 12

3. Pembelajaran Kooperatif... 13

4. Pembelajaran Kooperatif tipeN✶ ✷✸✹✺✹d He✻✼ ✽✾✿❀✹ ❁he✺ ... 16

5. Pemahaman Konsep Matematis ... 18

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Anggapan Dasar ... 23

(5)

xiii

A. Populasi dan Sampel ... 24

B. Desain Penelitian ... 24

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 25

D. Data Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Analisis data ... 37

❂ ❍. ■ ●❏❂ ❋❉❅❊❅❋❂ ❆❂ ●❊❈ ●❊❉❅❄❑●■ ●❏ ●❊ A. Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis DataPre-testPemahaman Konsep Matematis Siswa ... 44

2. Analisis DataPost-testPemahaman Konsep Matematis Siswa... 49

3. Pencapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial Siswa. 54 B. Pembahasan ... 56

. ❏❂ ❄❉ ▲❋ ●❊❈ ●❊❏ ●▼●❊ A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 64

❈ ●◆❆●▼❉ ▲❏❆●❖ ●

(6)

xiv

Tabel Halaman

2.1 Indikator dan Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 30

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31

3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 33

3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba❳ ❨❩❬ ❭❩❪ ❭... 35

3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba❳❫❪ ❭❬❭❩❪ ❭ ... 35

4.1 Rekapitulasi Hasil❳❨❩❬❭❩❪ ❭Pemahaman Konsep Matematis Siswa .... 44

4.2 Rekapitulasi Uji Normalitas Data❳ ❨❩❬❭❩❪ ❭... 45

4.3 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data❳❨❩ ❬ ❭❩❪ ❭ ... 46

4.4 Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data❳❨❩❬❭❩❪ ❭... 46

4.5 Rekapitulasi Data❳ ❨❩❬ ❭❩❪ ❭Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 47

4.6 Rekapitulasi Data❳ ❨❩❬ ❭❩❪ ❭Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional... 48

4.7 Rekapitulasi Hasil❳❫❪ ❭❬ ❭❩❪ ❭Pemahaman Konsep Matematis Siswa .... 49

(7)

xv

4.10 Rekapitulasi Uji Ketaksamaan Dua Rata-Rata Data❴❵❛ ❜❝❜❞❛ ❜... 51 4.11 Rekapitulasi uji Proporsi... 51 4.12 Rekapitulasi Data❴❵❛ ❜❝ ❜❞❛ ❜Pencapaian Indikator Pemahaman

Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT... 52 4.13 Rekapitulasi Data❴❵❛ ❜❝ ❜❞❛ ❜Pencapaian Indikator Pemahaman

Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran

Konvensional ... 53 4.14 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan

Sosial Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT (dalam %) ... 54 4.15 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan

(8)

♠♥ ♦♣qrst✉✈ ✇♣

①s②✈ ③ : ④⑤⑥⑦ ❤⑧⑨⑧ ⑩✐❶❷ ❸❹⑧❺❡ ⑦✐⑧⑦ ❻ ❻❻ ❻❻ ❻❻ ❻❻

❼ s❽ ❾s②③ ❾♣❿ : ④⑤❸⑦❣❶ ⑤➀❸ ⑩❶ ⑤❸➁❸➂⑧❺❡ ⑦ ➃❹⑦ ❻ ❻❻ ❻❻ ❻❻ ❻❻ ❻

rst✉✈✇♣

B✈ ❽③ trsq➄♣ q➄♣ t✉ : ④⑤⑦✐ ⑤⑧❦ ❸ ⑥➂❶➂⑧❣➅➆⑤❺ ❡⑦➃❹⑦ __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

④⑤⑦ ❦⑦➇ ❶➈ ❸⑩➉➊❸ ➀⑨ ❸ ⑩❺❡ ⑦✐⑧⑦ NIP 19600315 198503 1 003

(9)

↕a➙ ➛ b➜rta➙ ➝a ta➙ ➛a➙ ➝➞bawa➟➞➙ ➞ :

➠a➡a :➢ ➟➜za Ar ➢➤ ➟➡ ➤➙

➠➥➦ : ➧➨ ➩➫ ➧➭ ➯ ➧➲ ➯

➥➳ ➵➛➳➤➡ ➸➺➻ ➝ ➞ : ➥➜➙➝➞➝ ➞➼➤➙➦➤t➜➡at➞➼➤

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Desember 2012 Yang Menyatakan

(10)

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Ayahanda Fathur Rachman, S.H., M.H. dan ibunda Rismawati

Kakanda Badiatul Muzdfa, Ayunda Ana Walia Utsna, dan

Adinda Finansia Ristarika

Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasaku

Sahabat-sahabat terbaikku dan kekasihku dimanapun berada

(11)

❐ÒÒÕ➱ Ø Ï❒ ❮✃❒❮Õ➱NUMBERED HEADS

TOGETHER❒➱ ØÚÏÓ ÏÕÕ➱ÑÏÚÏÑÏÙ

❐ÒÙ Ð➱ ÕÑ Ï❒➱ Ñ Ï❒ ❮Ð

(ÐÛÜtu ÝÞÛÞÐÜÞsw❐ßàÞ á ❰ ❮❮ ❮Ðßâ ßstßãä Þ åæÜ à ÐÑÕÙ ßç ßãÜèÖ Þ åÛÞãÔÞâÝuåç

❒ÞéuåÕ ßàÞæÞ ãÞåêë ì êíêë ìî) ïaða ñ òó ò➬ ➴➬ ôa ➮ õ óö÷a ø➘õaó ðaù

ïúðú➘ûú➹ú➹ñòóò➬ ➴➬ ôa ➮ ü ýþ ÿü ✁ü ✂✁

û➘ú✄ ➘að➶ ☎➾➚➴ ➮ ûö ù➚➴➚➴➹òùñò☎ö ða☎➴➹ò

➽ ➾➘➾➬ òù ➮ ûö ù➚➴➚➴➹òùñ✆ ûø

✝akul☎a➬ ➮ ✞eg➾➘uan dan ✆lmuûend➴d➴kan

Ñ➱ Ù✟➱ ❒ ✠× ✠❮ 1. ✞úð➴➬ ➴ûö ðb➴ðb➴ù✄

Órs✡ äÜ âÜ åÐuyÞ ÛÜ, Ñ✡ÐÜ✡ ÓrÞ✡ÙuréÞ åurÞ☛Þ☞Ü, Ñ✡ÕÛ✡

ï✆ û ✁ ✌✂ ýü ✌✁ ✍✁✌ý✂üÿ✁ü ü✁ ï✆ û✁✌✎ ✍üýüý✁✌✌✁üÿ ü ü✁

✏ ✞ö ☎➾ò➽ ➾➘➾➬ òùûö ù➚➴➚➴➹òùñ✆ ûø

Ór✡ ✑Þ á☛ÜtÞ ✒Ñ✡ÐÜ✡

(12)

✢✣✤✥ ✦✧★✩ ✣✪ ✤✫✬✫ ✭✮ ✣z✫✯✪ ✭✫✮✬ ✫ ✤✰ ✧✦ ✫✮✧✪✱✫ ✤ ✰✧✲✫ ✤ ✰✫✪✳✫✬ ✴✥✤✵✴✫ ✰✫ ✶✫ ✤ ✵✵✫ ✦

✷ ✸✹ ✺✣✬✩✣✪ ✻✼✼ ✽ ✾ ✬ ✣✪✥✴✫✱✫ ✤ ✫ ✤✫✱ ✱✣✿✧✵✫ ✰✫ ✪✧ ✣✬✴✫✿ ✩ ✣✪★✫✥ ✰✫ ✪✫ ✩✥ ✫✮ ✮ ✫✿✧ ✰✫ ✪✧

✴✫ ★✫ ✤ ✵✫ ✤✫ ❀✫✮❁✫✮✥✪t ✭✫ ❂✮ ✬✫ ✤✾❃❄❅❄✾❆❄ ❅❄✰✫ ✤✧✩✥✭ ✧★✬ ✫✫✿✧w ❄

✢✣✤✥ ✦✧★ ✿✣✦✫✮ ✬ ✣✤✫✬ ✫✿✱✫ ✤ ✴ ✣✤✰ ✧✰ ✧✱✫ ✤ ✰✫ ★✫ ✪ ✰ ✧ ❃❇ ✸✣✵✣✪✧ ✻ ✳✫ ✤✵✱ ✫ ✴✥ ✪✫ ✲✫ ✤ ✰✫ ✪

✳✫✬✴✥✤✵ ✴✫ ✰✫ ✿✫✮✥✤ ❈✽✽❈✾ ✴ ✣✤✰ ✧✰✧✱ ✫ ✤ ✬ ✣✤ ✣✤✵✫✮ ✴ ✣✪✿✫✬✫ ✰✧ ❃❆✢ ✸✣✵✣✪✧ ✻✽

✲ ✫ ✤✰✫ ✪ ✳✫✬✴✥✤✵ ✴✫ ✰✫ ✿✫✮✥✤ ❈✽ ✽5✾ ✰✫ ✤ ✴✣✤ ✰✧✰ ✧✱✫ ✤ ✬ ✣✤ ✣✤✵✫✮ ✫✿✫ ★ ✰✧ ❃❆✯

✢✣✪✧✤✿✧★❈✲✫ ✤ ✰✫ ✪✳✫✬✴✥✤✵✴✫ ✰✫✿✫✮ ✥ ✤❈✽✽ ❉❄

✢✫ ✰✫ ✿✫✮ ✥ ✤ ❈✽ ✽❉✾ ✴✣✤✥ ✦✧★ ✰✧✿✣✪✧✬ ✫ ★✣✩ ✫ ✵✫ ✧ ✬✫✮ ✫ ★ ✧★❊✫ ✰✧ ✢✪✹✵ ✪✫✬ ❃✿✥✰✧

✢✣✤ ✰✧✰ ✧✱✫ ✤ ❆✫✿✣✬✫✿✧✱ ✫✾ ❋✥✪✥ ★✫ ✤ ✢✣✤✰ ✧✰✧✱✫ ✤ ❆✫✿✣✬✫✿✧✱ ✫ ✰✫ ✤ ●✦✬u✢✣✤ ✵✣✿✫✮ ✥✫ ✤

✯✦✫✬✾ ❁✫✱ ✥ ✦✫t s ❍✣✵✫urun✰✫n●✦mu✢✣✤✰ ✧✰ ✧✱✫n ■✤ ✧✺✣✪★ ✧✿✫ ★ ✳✫✬ ✴✥ ✤ ✵ ✬✣✦✫ ✦✥ ✧

❏✫ ✦✥✪✴ ✣✤✣✪✧✬ ✫✫ ✤■❏✧✫ ✤❆✫ ★✥✱❑■❆▲■✤ ✧✺✣✪ ★✧✿✫ ★✳✫✬✴✥✤✵❈✽ ✽❉✾❃✻❆✫ ✤✰ ✧✪✧❄

✢✣✤✥ ✦✧★✬ ✣✦✫✱★✫ ✤✫✱✫ ✤ ❍✣✵✧✫✿✫ ✤❍✣ ✪❏✫✸❀✫✿✫ ❑❍❍✸▲ ✿✫✮ ✥ ✤❈✽ ✻ ✻✰ ✧ ✰✣★✫✲✥✰✧✯❏✧

❍✣❂✫ ✬✫✿✫ ✤ ❃✧✬ ✴✫ ✤✵ ✢✣✬ ✫✿✫ ✤✵ ❍✫✩✥✴✫✿✣✤ ❆✣★✥❏✧ ✰✫ ✤ ✴✫ ✰✫ ✿✫✮✥✤ ❀✫ ✤ ✵ ★✫✬ ✫

✴ ✣✤✥✦✧★ ✬ ✣✦✫✱★✫ ✤✫✱✫ ✤ ✢✪✹✵ ✪✫✬ ✢✣✤✵✫ ✦✫✬✫ ✤ ✳✫ ✴✫ ✤ ✵✫ ✤ ❑✢✢✳▲ ✰✧ ❃❆✯ ✸✣✵ ✣✪✧ ✻

(13)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efektivitas Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe N❘❙b❚❯ ❚d ❱ ❚❲ ❳❨ T❩ ❬ ❚❭❪ ❚❯ Terhadap Pemahaman

Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013) sebagai syarat untuk mencapai

gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung.

Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan,

bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lam-pung, beserta staf dan jajarannya

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP

Universitas Lampung.

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika FKIP Unila dan pembimbing akademik, serta dosen pembimbing

(14)

x skripsi ini.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan,

sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga

skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah

mem-berikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Ayahanda Fathur Rachman, S.H., M.H., Ibunda Rismawati, Kakanda

Badiatul Muzdfa, S.T., Ayunda Nr. Ana Walia Utsna, S.Kep., Adinda

Finansia Ristarika, dan keluarga besarku, terima kasih atas doa, semangat,

dan dukungannya.

8. Bapak Ahmad Syafei, M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung

beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan

kemudah-an selama penelitikemudah-an.

9. Ibu Hj. Khodijah, S.Pd., selaku guru mitra dan Siswa-Siswi Kelas VIII SMP

Negeri 5 Bandar Lampung yang telah banyak membantu penulis selama

me-lakukan penelitian.

10. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2008 Mandiri yang memberikan

persaudaraan dan kebersamaannya selama ini : Dwi, Rini, Dila, Amel, Elva,

Asep, Mete, Dedi, Persi, Adi, Angge, Agita, Ratna, Eka, Lina, Martina,

(15)

xi

Antoni, Andika, Eko, Savitri, Kiki, Rico, Agung, Riko, Wahidin, dan Alvi.

11. Teman-teman seperjuangan matematika 2007 NR : K` Solihin, K` Beni, K`

Heru, K` Ifan, Mb Dina, Mb Tri, Mb Tanti, Mb Dea, Mb Uya, Mb Sri, Mb

Vina, dan lainnya, serta 2008 Reg : Ahmad Suadi, Nicky, Erika, Hefna, Ika,

Nita, Novi dan lainnya atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

12. Kakak tingkat 2004, 2005, 2006, dan 2007, serta adik tingkat 2009, 2010,

2011, dan 2012 atas kebersamaannya.

13. Rekan-rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMA Negeri 1 Simpang

Pematang Kabupaten Mesuji tahun 2011 : Ryan, Lian, Dodo, Zacky, Unul,

Yuli, Wirda, Vina, dan Ika atas persaudaraannya selama ini, dan semoga tali

persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

14. Rekan-rekanku, kakak-kakakku, dan mbak-mbakku : YS, RH, OZ, YK, HR,

RI, RE, MV, AR, MJ, FB, ES, VI, DY, Yuni, Ati, YT, RG, IN, KA, SS, SC,

dan lainnya atas motivasi, dukungan, perhatian, dan semangatnya selama ini.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Desember 2012

Penulis,

(16)

❣❤ ✐❥❦❧♠♥ ♦♣ ♦♠❦

. ♣q rq st✉✈q ✇q ①②

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran untuk mendapatkan ilmu yang

dapat diterima secara positif dari suatu hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

ke-pribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Menurut John Dewey dalam Sagala (2008: 3)

pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,

baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau

perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia kepada sesamanya.

Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup

yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, sebab pendidikan

merupakan penghubung dua sisi, yaitu sisi individu yang sedang tumbuh dan sisi

nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik dan

(17)

untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya melalui proses

pembelajaran.

Saat ini di dalam dunia pendidikan, ada sebuah paradigma mengenai proses

pem-belajaran yang banyak diterapkan oleh guru. Menurut Lie (2007: 2) pola

peng-ajaran yang mengacu pada paradigma tersebut yang digunakan oleh guru selama

ini, yaitu pola pengajaran yang lebih terpusat pada guru di depan kelas sebagai

sumber utama pengetahuan ataupun pembelajaran secara konvensional, yaitu

proses pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru di kelas. Contohnya,

penyampaian materi oleh guru yang menjadi strategi utama dalam proses

pem-belajaran, namun tanpa memperhatikan kecerdasan siswa, diskusi kelompok atau

tanya jawab yang kurang terarah hanya akan mengandalkan siswa yang lebih

pandai, serta latihan-latihan dan pemberian tugas yang kadang tidak

mengem-bangkan bakat dan inisiatif siswa untuk berpikir. Inilah yang menyebabkan

semakin rendahnya kemampuan belajar dan pemahaman konsep siswa dalam

proses pembelajaran. Pola-pola pembelajaran seperti ini juga diterapkan dalam

pembelajaran matematika, sehingga pelajaran matematika selama ini dianggap

sulit dan sangat membosankan.

Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal dan mempunyai peranan

yang penting dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab itu, guru dituntut

untuk menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan semangat belajar

siswa dan untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematis, sehingga

siswa memiliki kemampuan pembelajaran dan pemahaman mengenai konsep

(18)

Secara global, banyak sekolah yang siswa-siswanya memiliki pemahaman konsep

matematis yang masih rendah, terutama pada siswa setingkat SMP. Berdasarkan

data③④ ⑤⑥⑦ ⑧⑨n n trnatnao❶❷at❸ ⑤matcs a⑥⑦❹ ❺⑨ ⑤nc⑤❹ ❻❼⑦ ❽ (TIMSS), yaitu suatu

organisasi internasional yang mengukur kemampuan matematika dan sains di

ber-bagai negara dan dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia,

beberapa matematikawan ITB menyatakan bahwa 76,6% siswa setingkat SMP di

Indonesia memiliki kemampuan matematika yang rendah. Hal yang dikaji pada

kemampuan matematika tersebut, salah satunya adalah memahami konsep

mate-matis. Pemahaman konsep matematis tersebut sangat dibutuhkan oleh siswa

SMP, misal dalam memecahkan suatu masalah matematika dan sebagai bekal

untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa ini sebenarnya sudah hampir

dapat diatasi oleh guru dengan baik melalui pembelajaran secara konvensional.

Namun dengan pembelajaran konvensional ini siswa akan sulit mengembangkan

ilmu pengetahuan yang didapatnya dari pembelajaran tersebut, dikarenakan

pem-belajaran tersebut yang bersifat monoton. Selain itu, ilmu pengetahuan yang telah

didapat oleh siswa akan mudah dilupakannya. Akibatnya, selain rendahnya

pema-haman konsep matematis siswa, siswa juga tidak termotivasi untuk mengikuti

pembelajaran matematika.

Salah satu sekolah yang siswa-siswanya memiliki pemahaman konsep matematis

yang masih rendah adalah SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 5 Bandar Lampung diperoleh

informasi bahwa tingkat pemahaman konsep mata pelajaran matematika siswa

(19)

ujian semester genap tahun pelajaran 2011/2012 kelas VIII hanya 55,45 dan hanya

54% siswa yang tuntas belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan sekolah tersebut untuk mata pelajaran matematika adalah 70.

Berdasarkan observasi di kelas VIII dapat diketahui pada proses pembelajaran

matematika dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas,

mem-berikan contoh soal, tanya jawab, latihan soal, dan pemberian tugas. Sebagian

besar siswa cenderung kurang memperhatikan dan tidak aktif saat pelajaran

matematika berlangsung. Hanya beberapa siswa saja yang aktif dan

memperhati-kan saat pelajaran matematika. Selain itu, rendahnya pemahaman konsep

mate-matis siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika terlihat saat guru

meng-ulas kembali materi yang disampaikan, tampak siswa cenderung memilih diam.

Guru tidak mengetahui apakah siswa sudah memahami konsep matematisnya atau

belum. Akibatnya, tidak ada timbal balik antara guru dan siswa dalam

belajaran. Oleh sebab itu, diperlukanlah suatu paradigma yang lain dalam

pem-belajaran matematika yang sesuai dengan kondisi ini.

Banyaknya teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang

membuktikan bahwa para guru harus mengubah paradigma pengajaran. Menurut

Lie (2007: 5), pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

berdasarkan pokok pemikiran sebagai berikut: (1) Pengetahuan ditemukan,

diben-tuk, dan dikembangkan oleh siswa; (2) Siswa membangun pengetahuan secara

aktif; (3) Pengajar perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa; dan

(4) Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara

(20)

Bertolak dari pokok pemikiran tersebut, banyak para ahli yang telah menciptakan

dan memperkenalkan berbagai macam model pembelajaran yang dapat

memberi-kan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi satu sama lain. Lie (2007: 7)

mengatakan bahwa dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas belajar

untuk dapat saling bekerja sama antarsiswa dengan baik. Oleh karena itu, guru

perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bekerja sama

dengan baik secara bergotong royong antarsiswa atau yang lebih dikenal dengan

Pembelajaran Kooperatif.

Banyak model pembelajaran kooperatif yang menjadi alternatif guru dalam

mem-bantu siswa belajar untuk memahami suatu konsep matematis, diantaranya adalah

model pembelajaran ❾um❿ ➀➁ ➀➂ ➃➀a➂ ➄ ➅➆➇ ➀t➈ ➀r (NHT). Model pembelajaran ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Lie (2007: 59) model ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, model ini juga mendorong

siswa untuk lebih siap saat diskusi kelompok, meningkatkan semangat kerja sama

antarsiswa, meningkatkan komunikasi antarsiswa, dan bertanggung jawab atas

jawaban yang telah disimpulkan dalam kelompok belajarnya.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dimulai dengan siswa

dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang sesuai dengan jumlah siswa di

kelas dan setiap anggota dalam masing-masing kelompok mendapatkan nomor.

Selanjutnya, guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing

kelompok. Kemudian, anggota-anggota dalam kelompok saling berpikir bersama,

(21)

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari tugas tersebut.

Lalu, guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman

konsep matematis siswa.

. ➊➋➌➋ ➍➎ ➏➐➎➍➎ ➑➎ ➒

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

peneli-tian ini adalah Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif terhadap

pemahaman konsep matematis siswa?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian

secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman

konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah 70% atau lebih siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif

tipe NHT tuntas belajar?

. ➔➋→➋➎ ➏➣↔➏↔➑↕➙ ↕➎ ➏

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman

(22)

. ➜ ➝➞➟ ➝ ➝➠➡➢➞➢➤➥ ➠➥ ➝➞

Manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi guru, memberikan wawasan dan menjadi model pembelajaran alternatif

yang dapat diterapkan terhadap pemahaman konsep matematis siswa➦

2. Bagi siswa, memperoleh pengalaman baru dalam belajar matematika,

menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama antarsiswa,

dan membantu siswa dalam memahami konsep matematis.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

referensi pada penelitian yang sejenis.

. ➨➩ ➝➞ ➫➭ ➥➞ ➫➯➩➲➡➢➞➢➤➥ ➠➥ ➝➞

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran adalah keefektifan dan ketepatgunaan suatu (model)

pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan agar

ter-capai. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

a. Aspek pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran efektif apabila

pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Aspek ketuntasan belajar siswa. Pembelajaran efektif apabila ketuntasan

belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT

lebih dari atau sama dengan 70%.

c. Aspek pembentukan karakter dan keterampilan sosial siswa.

(23)

mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada

pencapaian karakter dan keterampilan sosial siswa yang mengikuti

pem-belajaran konvensional

2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu suatu model diskusi

kelom-pok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Langkah-langkahnya,

yaitu: penomoran (➳um➵ ➸➺➻➼ ➽ ) pada anggota kelompok, pengajuan

pertanya-an oleh guru, berpikir bersama (➾➸a➚➪➶➹➽➸t➘➸r) antaranggota kelompok, dan

pemberian jawaban oleh anggota kelompok yang nomornya dipanggil.

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu

pem-belajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian

contoh soal, tanya jawab, latihan soal, dan pemberian tugas.

4. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi

pelajaran yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah diadakan tes.

Pemahaman konsep matematis berarti kemampuan untuk dapat mengerti dan

memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika

dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep yang telah

ditentu-kan. Indikator pemahaman konsep tersebut, antara lain:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

(24)

➷ ➷➬➮ ➷➱✃ ❐❒❐➱❮ ❒❰ ➮❐Ï❐

. ÏÐ ÑÒÐ Ó❮ÔÕ ÖÐ ×Ð

Ø➬ Ù ÚÛÐÑÐ ÜÝÐ Ó❮ÚÞ ß ÚÛÐ ÑÐ ÜÐÓ

àáâãäãr åãâãæ çãæus àáèãr à ãéãè ã êëå ìëáèíã (îïï ðñ òð) óá ôãè ãâ åã ôí õãöã ãäã ô ÷ãëø óáôã ôöí ùáöúëä úõ ÷ãëø å íóá ôíõãë õáùãåã ìôãëø è úùã÷ã å íõáöãéúí (å í öú ôúö).

àáâãäã ôó á ôã ôöíó á ôúè ãéã æáæù á ôìâáéõáù ãëåãíãëãöã úíâæúûó á ôâãöíé,åãëóá ôúóãé

öíëøõãéâãõúãöã úöãëø øãù ãë÷ãëøå íèáó ãóõãëìâáéù áëøãâãæãëü

àáóá ôãùã ùáë åãùãö ãéâí æáëúô úö ýã øãâã (îïï þñ òò) æáëøáæúõãõãë ùáëøáôöíãë

åã ôíó áâãäã ô, ãë öã ôãâãíëñ

òü ÿìôøãë (ò➴ðþ) æáëøáæúõãõãë ó ãé ã ó áâãäã ô ãåãâãé è áöíãù ù á ôúóãé ãë ÷ãëø ôáâãöí✁ æáëáöãù åãâãæ öíëøõãé âãõú ÷ãëø öá ôäãåí è áóãøãí è úãöúé ãèíâ åã ôíâãöíéãëãöã úù áëøãâãæãëü

îü ✂íâ øã ôå åãë ÿã ôquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. 3. James L. Mursell menyatakan bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan

dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.

4. Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

5. Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang ber-langsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

(25)

✆✝✞ ✟✠ ✟r r✡ ✟☛ ☞✝ ☞✝r✟✌ ✟ p✝☛✞✟✌ ✟ t ✞ ✍ ✟t✟s, maka dapat di simpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku (perilaku) dari latihan dan pengalaman dalam upaya mengembangkan penge-tahuan, potensi, ide, bakat, dan lain sebagainya dalam diri setiap individu.

Menurut Sanjaya (2011: 65) tujuan pendidikan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman setiap usaha pendidikan. Hal ini berarti bahwa setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan dapat membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Sesuai dengan tujuan pendidik-an nasional di dalam Undpendidik-ang-Undpendidik-ang Sistem Pendidikpendidik-an Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(26)

✏✑ ✏✒s, namun perlu diingat bahwa perubahan-perubahan itulah yang akan menen-tukan pribadi, hidup, dan dalam mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri suatu individu. Pendidik dapat mengambil andil besar dalam rangka perubahan-perubahan perilaku tersebut dengan cara menanamkan nilai-nilai tertentu pada siswa dan mengharapkan, mendorong, dan bila perlu mengharuskan siswa berbuat sesuai dengan norma-norma yang ditentukan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Knirk dan Gustafson dalam Sagala (2008: 64) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melakukan tahapan perancangan jaran. Selain itu, Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) berpendapat bahwa pembela-jaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa, sehingga dalam proses belajar tersebut siswa dapat memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

(27)

✕✖✗ pro ✘ ✙s✚✗ ✛✙✖ ✜✘✚r p✙✘ ✙✖rt ✕✚ ✕✚ ✜ t✙✢ ✖ ✕✖r p✣✚✗✤✜✥ ✗ ✤✖✗ ✗✖y , agar dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat mereka konstruksi sendiri.

Menurut Sanjaya (2011: 1) dalam pembelajaran, anak didorong untuk mengem-bangkan kemampuan berpikir. Namun kenyataannya, anak kadang diarahkan pada kemampuan untuk menghafal. Otak anak dipaksa untuk menerima, meng-ingat, dan menimbun berbagai informasi (pengetahuan) tanpa dituntut untuk memahami informasi (pengetahuan) yang diterimanya. Padahal informasi (penge-tahuan) yang diberikan sangat berguna sebagai penghubung antara anak dengan kehidupan sehari-harinya. Akibatnya ketika anak lulus dari sekolah, anak tersebut hanya pintar secara teoritis, namun miskin aplikasi.

Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2008: 63) mengatakan bahwa dalam pembela-jaran mempunyai dua kompetensi utama, yaitu kompetensi substansi materi pem-belajaran atau penguasaan materi pelajaran dan kompetensi metodologi pembela-jaran. Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, guru juga diharuskan dapat menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik.

✦✧ E★✩✪✫ ✬✭ ✬✫✮ ✯✰✩ ✱ ✲✩ ✳✮ ✴✮ ✵✮ ✶

(28)

✹✺✻✺✼ ✼ ✽✻✺ ✾✿ ✺❀✺ ✾✺❀ ❁ ✽✼ ❂ ✽✻✺ ❃✺✺❀r y✺❀ ❄ t✽✻✺❅ ✹❆r✽❀ ❇✺❀ ✺ ✾✺❀ y✺❀ ❄✼✽✼ ❈❀ ❄ ✾❆❀✾✺❀ ✿ ❆✺sw❈❀❉❈✾ ✹✺ ❁✺t ❂ ✽✻✺ ❃✺r ✹ ✽❀ ❄✺❀ ✼❈✹✺❅ ✹✺❀ ✹✺ ❁✺t ✼✽❀❇✺p✺❆ t❈ ❃❈✺❀ ✹✺❀ ❅✺✿ ❆✻ y

✺❀❄✹ ❆❅✺✺ ❁ ✾✺❀ ❊r ❋❆✹✺✺yt ✹✺✻✺✼●✺❀ ❍✺r (■ ❏ ❏❑▲ ✷) ✼ ✽❀❃✽✻✺✿ ✾✺❀❂ ✺❅ ▼✺✽❍✽✾❉❆v❆✺ts ✺ ✹✺✻✺❅ ✿ ❈✺tu❈ ✾❈◆✺❀ ✺❀❄y ✼ ✽❀✺y✺ ✾✺❀t ✿ ✽❂✽✺ ❁r ✺ ❃✺ ❈❅ ✺tr❄ ✽t (✾❈✺❀❉❆t✺s, kualitas, dan waktu) telah tercapai.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah keefektifan dan ketepatgunaan suatu (model) pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan agar tercapai.

Sutikno (2005: 25) mengatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Hamalik (2010: 171) mengatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pema-haman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif apabila tujuan dari pembelajaran itu tercapai dan pada saat siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan), sehingga siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru.

❖P ◗❘❙ ❚❘❯❱ ❲❱ ❳❱ ❨❩ ❬ ❬❭❘❳❱ ❪ ❫❴

(29)

❜❝ ❞u❡ ❢ ❣❝ ❤✐❥✐ ❦ t❜❧ ❜✐❝ ❥ ❣❢ ♠ ❣♥✐❧✐✐❝ ♦r ♣❜♥q✐ru ✐yt❦ r ✐ ♥✐❢ s ❜t ❢✐❝ (✉ ✈❵❵✇ ✉ ✈①) ❢❣❝②✐✐❡✐❝t ♠✐ q③✐ ❥❣❢♠❣♥✐❧✐r✐❝ ❡④④❥ ❣✐r❦⑤t ✐r ✐ ♥✐ q str✐t❣②❦ p❣❢♠❣♥✐❧✐✐❝r ✐❝②y

❢❣♥❦♠✐❡ ✐❝t ❥ ✐rt❦t ❦❥✐t ❦ t ❦sw✐ r✐ ♥✐❢ ❡❣♥④❢ ❥④❡ ❜❝ ❞❜❡ t✐ ♥❦❝②♠❣r❦❝ ❞❣✐❡ t ❦♦r ⑥✐ ♥ ❦❝❦ t ❣t ❜✐ ❦r ❣❝②✐❝✐❝②y r ❦❡❣❢ ❜❡✐❡ ✐❝ ⑦t❧④❝ ❦ (✉✈❵ ❵✇ ❵⑧)♠✐ q③✐t ❣♠✐②❦✐❝♠ ❣t ✐r ✐❡ ❞❦⑨❦t✐s ❥❣❢♠❣♥✐❧✐✐❝r ♠ ❣r❥❜t ✐t ❡ ❣❥ ✐r✐ t ❦s w✐, y akni mempelajari materi pelajaran, ber-diskusi untuk memecahkan masalah, dan sebagainya.

Interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar. Menurut Rusman (2011: 208) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) Siswa belajar dalam kelom-pok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan bersama; (2) Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, jenis kelamin yang berbeda pula; dan (4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

(30)

❷❸ ❹ ❺❻❼ (❽❾⑩ ⑩❿ ❽❾ ➀) ❺➁❼ ➂➁ ❺❸ ➃❻➃ ❻❼ t➄➂❻ t❸ ➅❸ ❻❼ ➆➁ ❺➇➁➈❻ ➅❻❻❼r ❻❼➂y ➉➁❼ ➊❻➃ ➊ ➄➋❻➆❻ ➄ ➊❻➈❻ ❺ ➆➁ ❺ ➇➁➈❻➅❻r❻❼ ➃➌ ➌➆ ➁❻rt➄➍ , yaitu: (1) Hasil belajar akademik struk-tural yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; (2) Pengakuan adanya keragaman berupa suku, tingkat sosial, agama, kemampuan akademik, dan sebagainya yang bertujuan agar siswa dapat saling menerima satu sama lain yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang; dan (3) Pengembangan keterampilan sosial, diantaranya dalam hal ber-bagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapatnya, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif. Menurut Lie (2007: 30) untuk mencapai hasil maksimal dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah: (1) Saling Ketergantungan Positif; (2) Tanggung Jawab Perseorangan; (3) Tatap Muka; (4) Komunikasi Antaranggota; dan (5) Evaluasi Proses Kelompok.

Untuk menciptakan suatu proses kerja sama yang baik antaranggota kelompok, serta membina anggota kelompok dalam mengembangkan kerja sama dan inter-aksi antaranggota kelompok, maka diperlukan pengelolaan kelas yang baik pula. Menurut Lie (2007: 38) ada tiga hal penting dalam pengelolaan kelas yang harus diperhatikan, terutama dalam model pembelajaran koperatif, yaitu: (1) Pengelom-pokkan; (2) Semangat Gotong Royong; dan (3) Penataan Ruang Kelas.

(31)

➐➑ ➐ot➒➓➔→ ➒ → ➒s w➔ ➣↔ ↕➣➙ ➛➑➜➔➝➔r , menyajikan informasi, mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

➞➟ ➠➡➢ ➤➡➥➦ ➧➦ ➨➦ ➩➫ ➭ ➭➯➡➨➦➲ ➳➵➲ ➳➯➡ Numbered Heads Together

Menurut Lie (2007: 54) dalam pembelajaran kooperatif banyak model pembela-jaran yang bisa digunakan, seperti: ➸➺ ➻➼ ➽ ➸➺ ➾ ➚➪, ➶ ➹➘➴➼ ➷➼ ➬ ➮➼➺ ➬➱ ✃ogt➪➼r , bertukar pasang, dan sebagainya. Pemilihan model pembelajaran ini disesuaikan dengan materi atau pelajaran yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang akan dibahas, yaitu model pembelajaran tipe ➶ ➹➘➴➼ ➷➼ ➬ ➮➼➺ ➬➱ ✃ogt➪➼r (NHT) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Herdian (2009: 1) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dengan melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selain itu, menurut Lie (2007: 59) model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

(32)

❐❮ ❰ÏÐ ÑÒorÓÐ (ÔÕ Ö×ØÙ ÚÛ Ü)❮ ❰ÏÐÑÒÓÐro ÓÝÓÞÓß ßÓÞ yÓÐ à utÓÒÓÝ áÝÓÞ ÓÒ âãä❮ åÓÞ ÓÒ tÓß ÓpáÐ á àuruÒ ÏÒæÓàá çáswÓÒ ÏÐ èÓÝ á æÏæÏrÓpÓ éÏÞ ÑÒêÑé yÓÐàæÏr ë ÓÐ à àotÓ éÓÐ ì orÓÐà sÏí ÓrÓ ßÏÏtroàÏÐ çÏçî Óá Ý ÏÐ à ÓÐ èî ÒÞ Óß çáswÓ Ýá Ý ÓÞÓÒ éÏÞ Ós Ý ÓÐ éÏÒî Ýá ÓÐ ÒÏÒæÏáréÓÐ ÒÓçáÐàëÒ ÓçáÐà çáÓswÐÑÒor , sehingga setiap siswa di dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda-beda. Nomor terurut dan sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

2. Pengajuan Pertanyaan. Langkah selanjutnya adalah pengajuan pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan di-ambil dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dalam membuat per-tanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. Pertanyaan dalam peneliti-an ini berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK).

3. Berpikir Bersama (ïØð ñ ò óogØtôØr ). Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama, saling membagikan ide-ide, dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta saling menjelaskan jawaban kepada anggota dalam kelompoknya yang belum paham, sehingga semua anggota dalam kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. 4. Pemberian Jawaban. Langkah terakhir, yaitu guru memanggil salah satu

(33)

÷øù úû üú ýþúû ÿÿrÿ✁ ✂✄☎ ✆ ÿ✁ ✝ ÿt ýú✁ ✝ÿý ÿ✞ ÿ✁tu ù ÿû ÿý ✟ ÿû ýú✁✝✟ÿ✝ÿ✠r ÿ✁ ✡ ÿr ☛ ÿ✁ ✝✝otÿ ✞ úûø ýüø ✞☞ ýú✁ ùø✌ø ✁✝ ✆ ✠ÿsw✍✁ ✡✍✞ ûúþ✠✟ ✆✠ ÿp ù ÿû ÿý ù ✠✆✞✍✆ ✠ ✞úûøýü ø✞, meningkatkan semangat kerja sama antarsiswa, meningkatkan komunikasi antar-siswa, dan bertanggung jawab atas jawaban yang telah disimpulkan dalam kelom-pok belajarnya.

✎✏ ✑✒✓ ✔ ✕✔ ✓✔ ✖✗✘✖✙ ✒✚✛ ✔ ✜✒ ✓✔✜✢✙

Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 636) berarti pengertian, pendapat; pikiran, aliran; haluan; pandangan, mengerti benar (akan); tahu benar (akan), pandai dan mengerti benar (tentang suatu hal). Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 636) pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.

Sagala (2008: 71) berpendapat bahwa konsep merupakan buah pemikiran se-seorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahir-kan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Pengertian konsep yang lain dikemukakan oleh Rosser dalam Sagala (2008: 73) bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut, sifat-sifat, atau ciri-ciri umum yang sama.

(34)

✥✦✧ ★✩✧✪✩✫ ✬✩, peristiwa, dan pengalaman yang memiliki hubungan-hubungan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri umum yang sama.

Uno (2011: 124) berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat hierarkis, yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Oleh karena itu, pemahaman suatu konsep matematis sangat diperlukan siswa agar dapat memahami konsep pada materi ajar berikutnya. Bennu (2010: 1) berpendapat bahwa pemahaman matematika merupakan kemam-puan mengaitkan notasi dan simbol matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran logis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, hal ini dapat disimpulkan berarti bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep yang telah ditentukan.

Indikator dan pedoman penskoran tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1, yaitu:

✭✮ ✯✰✱✲ ✳✴✵✶✷✸✹✮ ✺✻✼✷✮ ✶✽ ✰✷ ✻✾✮✶✽ ✰✶✿ ✹ ✻✼✮ ✶ ✭ ✰✿✽ ✰✾✮ ❀✮✾✮ ✶❁✻✶✿ ✰❂

❃✻ ✵✶✷✸✹✮✺✻✼ ❁✰✺ ✰✶ ✺❄✮✶ ❅✹ ✻✼

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab ❆

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah

✴ c. Menyatakan ulang suatu konsep

dengan benar

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

(35)

Lanjutan Tabel 2.1

❉❊ ❋ ●❍■❏❑▲ ❊▼ ◆❖▲❖●▲ P❑ ● ◗❏❊▼

3. Memberi contoh dan noncontoh

a. Tidak menjawab ❘

b. Memberi contoh dan noncontoh tetapi salah

❙ c. Memberi contoh dan noncontoh

dengan benar

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah

❙ c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar

b. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep tetapi salah

c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tetapi salah

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat

❙ c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat ❚ Sumber: Sasmita (2010: 30)

. ◆❖▼ ❑ ●❱ ❏❑❲ ■❏■▼

(36)

❩❬❭ ❪❫ ❪r r❴ ❵❬❛ ❩❬❜❝❞❝❝ ❡r t❬r❢❬ ❩❣ ❤ ❛ ❬ ❡❬ ❩❝ ❩❫❝ ❡y s ❪❝sw✐❬ ❡❥❬❣❡❦r ❫❣r❝ ❡ ❦ ❝ ❫ ❤❪❧ ❥ ❝ ❡ ❫❣♠❝ ❡❦❛❬❛ ❭❬r♥❝t❪❫❝ ❡ ❫❝❬ ❡❝r ❛ ❬❛ ❩♦❢ ❝ ❡❫❝ ❡ , sehingga siswa tidak dapat mema-hami konsep-konsep matematis yang disampaikan oleh guru dengan baik.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antarsiswa dan peran aktif siswa sebagai individu untuk bekerja sama dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran dan diarahkan untuk mem-pelajari dan memahami materi pelajaran. Kerja sama dan peran aktif siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran, agar siswa dapat memahami konsep dalam suatu materi pelajaran dengan baik. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran♣ qrs trt✉✈t✇✉ ①②ogtt③tr (NHT)④

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu tipe model pem-belajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasa-an akademik dengpenguasa-an melibatkpenguasa-an para siswa dalam menelaah bahpenguasa-an ypenguasa-ang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Sehingga siswa diharapkan dapat tertarik dalam setiap pelajaran, khususnya pelajaran matematika. Sebab, apabila siswa tertarik dengan pelajaran matematika, maka siswa diharap-kan dapat memahami konsep matematis dengan baik.

(37)

⑩❶t❷❸p❸❹ ❺ ❺❸ot ❻❶ ❼❽❾ ❿ ❽❻ ⑩❶ ⑩➀❸ ❷➁❶❹❺❸❹ ➂ ➀❾❼❸➃❸❹❺❺ot❸➁ ❸ ❼❸❾❻ ❶ ❼❽❾ ❿ ❽❻❶tr⑩❶➄ ➀➅ ➆ ➇❸❻⑩ ➀➁ ➁❸r❷ ❿❶❹❽❾❸❹or ❷❹ ❷ ❸➁ ❸ ❼❸➃ ❸ ❺❸r ⑩ ❷❸sw❼❶➄ ❷➃ ❶t❸rtr❷❻ ⑩❸❸t ❿❶❾➄ ❶ ❼❸➂❸r❸❹ ❸❿ ❸➄ ❷❼❸➁❷❼❸❻ ➀❻❸❹ ⑩❶➄ ➀❸➃❶❻ ❹ ❷❻t ❸❸ ➀❿ ➀❹t ➈❸❸r y❸ ❹ ❺➄❸ru ➁❸ ❼❸❾❻❶ ❼❽❾❿❽❻➁ ❷⑩❻➀⑩ ❷➆ ➉❶ ❼❸ ❷❹ ❷tu, siswa akan lebih siap saat pembelajaran dan diskusi, karena siswa akan dipanggil nomornya secara acak saat memberikan jawaban hasil diskusi.

Setelah siswa diberikan nomor, kegiatan selanjutnya adalah pengajuan pertanyaan oleh guru berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK). Pemberian LKK diharapkan agar siswa dapat menggali pengetahuan baru bersama anggota kelompoknya dari pertanyaan yang ada di LKK tersebut. Selanjutnya, masing-masing kelompok dapat berpikir bersama (➊➋➌➍ ➎ ➏og➋➐➋t r ) untuk membahas LKK. Kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat saling memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta memastikan setiap anggota dalam kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada di LKK, sehingga siswa dapat menambah dan meningkatkan pemahaman konsep matematisnya dari hasil berpikir bersama.

(38)

➓➔→ ➣↔ ➣r ➣↕ ➙➙ot➣ ➛ ➔➜➝ ↔➞ ➝➛➛➔ ➞ ➣➟ ➣→ ➠sw➣ y➣↕ ➙➜ ➣➠↕ , serta agar siswa berani tampil di depan kelas. Pengalaman dalam belajar dan pengetahuan yang mereka peroleh tentu akan bertambah dan melalui kegiatan pembelajaran dengan model NHT, siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematisnya.

. ➢➤➥➥ ➦ ➧➦ ➤ D➦➨➦➩

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain diluar penelitian yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain penggunaan model pembelajaran, diabaikan.

D. ➫ ➭➧➯➲➳➨➭➨➵➳➤➳➸ ➭➲ ➭➦➤

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif diterapkan terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

a. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pema-haman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional.

(39)

➼ ➼ ➼➽➾ ➚TO➪➚ PNL➼ ➶ ➼➹N

AP➘ ➴➷➬a➮ ➱ da Sa❐ ➴e

❒❮❰ ❮Ïlitin ini Ð ÑlÏÒÓ Ï ❰ÏÒ Ï nÐÑ ÔÕ ❒ Ö❮g❮ri × ØÏ ❰ÐÏr ÙÏ ÚÛ Ü ❰Ý Þ ❒ßÛÜàÏÓ Ñ Ð Ï àÏ Ú Û❮❰❮àÑtÑÏ ❰ Ñ❰ Ñ ÏÐ Ï àÏá s❮àurÜá Ó ÑÏswÒ ❮àÏs â ãã ã Ó ❮Ú❮Óä❮å Ý Ï ❰æÑà ÔÕ❒ Ö❮Ý ❮åÑ × ØÏ ❰Ð Ïå ÙÏ ÚÛÜ❰ÝäÏáÜ❰Û❮àÏæÏåÏ ❰➺çè➺é➺çè êÏ ❰Ýy ä❮å Ð ÑåÑÐÏåÑ❮❰Ï ÚÒ❮àÏÓ Þ

Ø ❮åÐ ÏÓÏåÒÏ ❰ áÏÓ Ñà wÏ Ï ❰w ëÏåÏ Ð ❮❰Ý Ï ❰Ý ÜåÜ ÒÏ àÏ ÜäÑÐÏÒ ÏÐ Ï Ò ❮àÏÓ Ï ❰Ýy Ð Ñ Ü ❰Ý Ý Ü àì

Ò Ï ❰Ð Ï ❰Ò ❮ÚÏ ÚÛÜÏ ❰Ó ÑÓíÏÚÏÓ Ñ❰ÝìÚÏÓ Ñ❰ÝÒ❮àÏÓ ❰ÏyáßÚß Ý ❮❰ î ÚÏÒ ÏÛ❮❰Ý Ï ÚïÑàÏ ❰

Ó Ï ÚÛ❮àÐ ÑàÏÒ ÜÒÏ ❰Ð❮❰ÝÏ ❰ëÏåÏÚ ❮❰Ý Ï ÚïÑàÐ ÜÏÐ ÏåÑ❮❰Ï ÚÒ ❮àÏÓÓ ❮ëÏåÏÏëÏÒ Þ ð ❮àÏÓ

y

Ï ❰Ý Ú ❮❰æÏÐÑ Ó Ï ÚÛ❮à ÐÏ àÏ Ú Û❮❰❮àÑäÑÏ ❰ Ñ❰Ñ ÏÐÏ àÏá Ò ❮àÏÓ â ã ãã Ø Ð❮❰Ý Ï ❰ æÜ ÚàÏá

Ó ÑÓíÏê ñßåÏ ❰ÝÓ ❮ïÏÝÏ ÑÒ❮àÏÓ ❮ÒÓ Û ❮åÑÚ❮❰î Ï ÑäÜy Ò❮àÏÓÏ ❰y Ý Ú ❮❰Ý ÑÒ ÜäÑÚß Ð ❮àÛ❮Ú ì

ï❮àÏæÏåÏ ❰ Ò ßß Û ❮åÏäÑò äÑÛ ❮ Öóô Ð Ï ❰ Ò ❮àÏÓ â ãã ã õ Ð❮❰Ý Ï ❰ æÜÚ àÏá Ó ÑÓíÏ ➻ç ßåÏ ❰Ý

Ó ❮ïÏ ÝÏ ÑÒ❮àÏÓÒß❰äåßàîÏ ÑäÜy Ò❮àÏÓÏ ❰Ýy Ú ❮❰ÝÑÒÜäÑÛ ❮Ú ï❮àÏæÏåÏ ❰Òß❰ö ❮❰Ó Ñß❰Ï àÞ

B➽ ➪e➮÷➱✃ Pee➬➱ø➱a

❒❮❰ ❮àÑäÑÏ ❰Ñ❰ ÑÚ ❮åÜÛ ÏÒÏ ❰Û ❮❰ ❮àÑäÑÏ ❰❮Ò ÓÛ❮åÑÚ ❮❰Ó ❮Ú Ü(ùú ûü ý experiment )Þ õ❮ÓÏ Ñ❰

y

Ï ❰Ý ÐÑÝ Ü ❰ÏÒ Ï ❰ ÏÐÏ àÏá pre þtes t post þtes t ÿntrool sign Þ Ô ❮ïÏÝ ÏÑÚÏ ❰Ï yÏ ❰Ý ÐÑ ì

(40)

Tabe✟✠ ✡☛☞e✌✍ ✎✏ Pee✟✎✑ ✎a

Ke✟✒ ✓✔✒ ✕ Pre-test Pe✖✟a✕✗aPost-test

✘ ✙

✚ X Y2

P Y1 C Y2

keterangan:

E = Kelas eksperimen P = Kelas kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe✛✜ ✢umre✣✤✥✣ ✦eogether

C = Perlakuan pada kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional Y1 = Nilaipretest

Y2 = Nilaip osttest

✩✡ La✏✪✕a✫✬La✏✪✕a Pee✟✎✑✎a

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi sekolah, seperti

berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

2. Menyiapkan lembar observasi perilaku berkarakter dan keterampilan sosial

siswa yang diisi guru sebagai evaluasi pembelajaran berbasis karakter.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen,

yaitu kelas yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan untuk kelas kontrol, yaitu kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal dan jawaban tes pemahaman konsep, serta aturan penskorannya.

5. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.

(41)

✯✰ ✱✲✳ ✴✵✶✵ ✷✵npretes t✹✵✶ ✵✷✲l✵s ✲✲ksp✲rimn✶ ✵n k✲✵ls kontrol ✰

✺✰ ✱✲✵ ✷✻✵✳ ✵l ✵kn✹ ✲✳✲liti✵n ✹✵✶ ✵ ✷✲✵ls y✵ mgn✲ngikuti ✼✶ ✲m l ✹ ✲m ✽✲l✵j✵r✵n ✷✼ ✼✹ ✲✵r✾ti ti✹ ✲ ✿❀❁✶✵n✹✲✽✲m✵l✵j✵rn✷✼✳ ❂✲nsio✳✵l✰

✵✰ Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu:

1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 orang perkelompok.

2) Guru membagikan nomor kepada masing-masing siswa. Nomor ter-urut dan sesuai dengan jumlah anggota di dalam kelompok tersebut. 3) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

4) Guru menyuruh masing-masing anggota kelompok untuk berpikir bersama (he❃ ❄❅ together ) untuk menjawab masalah-masalah atau soal-soal yang ada di LKK. Siswa diharapkan dapat saling mem-bagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

5) Guru memanggil acak nomor siswa. Siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa di dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut. Selanjutnya siswa yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut meng-angkat tangan dan berdiri untuk memberikan jawaban hasil berpikir bersama dengan anggota kelompoknya. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.

b. Langkah-langkah pembelajaran konvensional, yaitu:

1) Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Guru memberikan contoh soal apabila diperlukan.

2) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada materi yang belum jelas.

3) Siswa diberi latihan soal dan diminta untuk mengerjakan latihan soal tersebut secara individu ataupun berkelompok.

4) Setelah selesai mengerjakan latihan soal, siswa dan guru saling mencocokan jawaban dari latihan soal yang telah dikerjakan.

5) Siswa diberi tugas berupa pekerjaan rumah (pr) ataupun tugas mem-baca dan memahami materi selanjutnya.

(42)

❈❉ ❊ ❋●❍ ■❏❍❏lisis ❑❏n m●sunyun ▲❏sil ▼●❍ ●liti❏❍ ❊

◆❖ ◆aPa Pee❘❙P ❙a

❚❏❏t ▼●●nliti❏n ini ❏ ❑❏❏lh❑❏❏t ▼●❏m❏h❏mn ko❍❯●p ❏m●t❏mtis sisw❏ ❑❱▼●●rolh m

●❏llui ●ts ▼ ●❏▲❏m ❏mn❲ ❳❍❯●p ❏yng❑❱ ❏❲ ❨❲❏l n❑❱ ❏❏wl ❑❏n ❏khir pokok❩❏▲ ❏❯❏n t

●▲ ❏ ❑❏r p ❏sisw ❏yng m● ng ikuti m❳❑●l ▼ ●m❩●❏lj❏r❏n ❲ ❳ ❳▼ ●❏r❬ti ti▼ ● ❭❪❫ ❑❏n ▼ ●m❩ ●❏l❏j❏rn❲ ❳❍ ❴●nsi❳❍❏l ❊ ❚❏❏t t●❯●❩ ❨❵r m●❏❲ ❏rup n❑❏❏t ❲❨❏❏ntit❬❊ti ❛●❏lin itu , data juga berupa data karakter siswa yang diperoleh dari lembar observasi

perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang diisi oleh guru.

❜❖ Te❝◗❙❝ Pe◗❞ ❡❢❣ ❡❘a◗◆aPa

1. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes

pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis

yang berbentuk uraian. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pre ❤test) dan setelah pembelajaran (posttes t) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi,

mengumpulkan data, dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian suatu penelitian. Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan untuk

(43)

❦❧ ♠ ♥♦ ♣qrse Peet✉ ♣✉a

✈✇ ①②nstrumn③②s

①②nstrumn④ ⑤l⑤m⑥②⑦②liti⑤n ini ⑤④⑤l⑤h ⑥②r⑤ng⑧ ⑤t t②s ⑥②m⑤⑨ ⑤m⑤n⑧⑩ ⑦❶②p sisw⑤

❷②❸⑥⑤r ❷❸ ❹ir ❶ ⑩ ⑤l ❷②❷②r ntu k ur⑤i⑤⑦✇ ❺⑤②tri y⑤ng ④❻②ts⑧⑤n⑤④ ⑤⑤lh pokok❷⑤⑨⑤s ⑤n Fungsi. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep. Indika-tor pemahaman konsep tersebut antara lain:

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. 3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

4. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

5. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 6. Mengaplikasikan konsep.

Untuk mengetahui apakah butir soal telah memenuhi kualifikasi soal yang layak

digunakan untuk tes, maka harus memenuhi kriteria tes yang baik diantaranya:

aVat✉d✉ ♣a♦♠ ♦✉

Validitas isi adalah validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat

pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif ter-hadap keseluruhan materi Fungsi yang diteskan. Validitas isi dari suatu tes pema-haman konsep matematis dapat diketahui dengan cara membandingkan antara isi

yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen

(44)

❾❿➀nili➀n t❿➁ ➀➂ ➀r p➃ ❿➄ ❿➄➅ ➀i➀n isi t❿s ➂ ❿➀ngn isi kisi ➆kisi t❿s y➀ng➂➇ukur ➂ ➀n

➃❿➄❿➄➅➀i➀n➈➀➁➀s➀ y➀ng➂➇➅➉➀g ➀kn➂ ➀l➀m t❿s ➂ ❿➀ngn➃❿m➀➀upmn➈➀h➀s➀ sis w➀

➂ ➇l➀➃➅ ➃ ➀n➂❿n➊➀n m❿➅➉➀ggn k➀n➂ ➀➋t➀r ➌hek list (√) ol❿h gruu ➍ ➎➀sil ➏❿nil➀i➀n t

❿r➁ ➀➂ ➀p t❿s untuk m❿ng➀➈➇ml ➂ ➀t➀ ➏❿➉❿liti➀n t❿l➀h m❿ ❿mnuhi ➐➀li➂it➀s isi (Lampiran B.5).

Selanjutnya instrumen tes diujicobakan pada kelompok siswa yang berada di luar sampel penelitian. Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX B. Uji coba instrumen

tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir tes, dan daya beda butir tes.

bRe➒➓ab➓➒➓ ➔a

Uji reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes.

Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan meng-gunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menun-jukkan hasil yang tetap sama (konsisten) atau bersifat ajeg (stabil). Untuk

meng-ukur reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2011: 109), yaitu:

=

− −

keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya item tes yang digunakan dalam tes ∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

(45)

↕➙m➛➜➛:

Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabe➦➧ ➨➩➫➭➯e➲➳➲ea➵ ➸ N➸ ➦a K➺➻➼➸➵ ➸e Re➦➸ab➸ ➦➸➯a

N➸➦a➸ ➫➭➯e➲➳➲ea➵➸

Antara 0,00 s.d 0,20 Reliabilitas sangat rendah Antara 0,20 s.d 0,40 Reliabilitas rendah

Antara 0,40 s.d 0,70 Reliabilitas sedang Antara 0,70 s.d 0,90 Reliabilitas tinggi

Antara 0,90 s.d 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Ruseffendi (Noer, 2010: 22)

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,88 (Lampiran

C.1) untuk soal pretest dan nilai 11

r = 0,84 (Lampiran C.2) untuk soal posttest .

Berdasarkan pendapat Ruseffendi, harga kedua 11

r tersebut telah memenuhi

kriteria tinggi karena koefisien reliabilitasnya antara 0,70 s.d 0,90. Oleh karena

itu, kedua instrumen tes matematika tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

cT➸➭ ➾➚a Ke➵ ➪➚aa

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

(46)

k➘➘t➴r➷➴n n:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal Noer (2010: 23)

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut:

Kriteria yang akan digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis

adalah 0,31 TK 0,85 , yaitu soal memiliki indeks kesukaran yang sedang atau mudah.

Setelah menghitung tingkat kesukaran soal. Untuk soal pre Ôtest diperoleh hasil

bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,69 sehingga

termasuk kategori soal yang sedang, soal nomor 2 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,80 sehingga termasuk kategori soal yang mudah, soal nomor 3

memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,70sehingga termasuk kategori soal yang

sedang, soal nomor 4 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,57 sehingga

termasuk kategori soal yang sedang, dan soal nomor 5 memiliki interpretasi Õ

Õ Ö J

(47)

i

ÛÜ Ýs kÞ Ýß à Þárán âãä å ß Ýgáhgin tÝrmá kksuátÝgori ß æ ál yáng màÜáhç è ári é ß æ ál t

Ýß Ýêàër , dapat diketahui bahwa 2 soal memiliki tingkat kesukaran dengan

kate-gori mudah yaitu butir soal nomor 2 dan 5, serta 3 soal dengan katekate-gori sedang

yaitu butir soal nomor 1, 3, dan 4 (Lampiran C.3).

Untuk soal post ìtest diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi

indeks kesukaran 0,75sehingga termasuk kategori soal yang mudah, soal nomor 2 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,73sehingga termasuk kategori soal yang

mudah, soal nomor 3 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,84 sehingga

termasuk kategori soal yang mudah, soal nomor 4 memiliki interpretasi indeks

kesukaran 0,65 sehingga termasuk kategori soal yang sedang, dan soal nomor 5 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,70sehingga termasuk kategori soal yang sedang. Dari 5 soal tersebut, dapat diketahui bahwa 3 soal memiliki tingkat

kesukaran dengan kategori mudah yaitu butir soal nomor 1, 2, dan 3, serta 2 soal

dengan kategori sedang yaitu butir soal nomor 4 dan 5 (Lampiran C.4).

íî ïaya Peðbeda

Menurut Arikunto (2011: 211), daya pembeda merupakan kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.

(48)

n il

òi tórting gi (ôõö ó÷ øù úóoklopmòtòs ) ôòn û ü% siswò yòng mómýóórolh nilòi t

óóþô òr h (ôõö ó÷øùúókopmlo÷òwòh)ÿ

òrno✁ ✂ ôòlòm✄ ✂ór (û☎ ✆☎: 23) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:

= −

keterangan:

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel 3.4 berikut:

Tabe✝✞ ✟✠ ✡ ☛☞e✌✍✌ea✎✏ N✏ ✝a✏✑aya Pebeda

N✏✝a✏ ✡ ☛☞e✌✍✌ea✎✏

Negatif DP 0,10 Sangat Buruk

0,10 DP 0,19 Buruk

0,20 DP 0,29 Agar Baik, perlu Revisi

0,30 DP 0,49 Baik

DP 0,50 Sangat Baik

Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis adalah 0,30 DP 0,49 dan DP 0,50, yaitu soal memiliki daya pembeda yang

baik dan sangat baik.

Setelah menghitung daya pembeda soal. Untuk soal pretest diperoleh hasil

bahwasoal nomor 1 memiliki interpretasi daya beda 0,51 sehingga termasuk soal

(49)

✖✗✘hingg t✗✘rmsuk✖ ✙✘l ✚✗ ✛✜✘n✢✘✗tgori ✣✘ik , soal nomor 3 memiliki interpretasi

daya beda 0,54sehingga termasuk soal dengan kategori sangat baik, soal nomor 4 memiliki interpretasi daya beda 0,41 sehingga termasuk soal dengan kategori

baik, dan soal nomor 5 memiliki interpretasi daya beda 0,43 sehingga termasuk soal dengan kategori baik. Dari 5 soal tersebut, dapat diketahui bahwa 3 soal

yang daya pembeda dengan kategori baik yaitu butir soal nomor 2, 4, dan 5, serta

2 soal dengan kategori sangat baik yaitu butir soal nomor 1 dan 3 (Lampiran C.3).

Untuk soal posttest diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi

daya beda 0,34 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 2

memiliki interpretasi daya beda 0,53 sehingga termasuk soal dengan kategori sangat baik, soal nomor 3 memiliki interpretasi daya beda 0,48sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 4 memiliki interpretasi daya beda 0,30

sehingga termasuk soal dengan kategori baik, dan soal nomor 5 memiliki inter-pretasi daya beda 0,47 sehingga termasuk soal dengan kategori baik. Dari 5 soal tersebut, dapat diketahui bahwa 4 soal yang daya pembeda dengan kategori baik

yaitu butir soal nomor 1, 3, 4, dan 5, serta 1 soal dengan kategori sangat baik yaitu

butir soal nomor 2 (Lampiran C.4).

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

(50)

Tabe✧★✩5 Rea✫ ✬✭✮ ✧a✯✬✰a✯✬✧ Te U✱ ✬✲ ✳✴aPre-Test

3 0,70 (sedang) 0,54 (sangat baik)

4 0,57 (sedang) 0,41 (baik)

5 0,78 (mudah) 0,43 (baik)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba pretest di atas, terlihat bahwa kelima komponen tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga kelima

butir soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mate-matis siswa.

Tabe✧★✩6 Rea✫ ✬✭✮ ✧a✯✬✰a✯✬✧ Te U✱ ✬✲ ✳✴aPost-Test

No Soal Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

1

0,84 (tinggi)

0,75 (mudah) 0,34 (baik)

2 0,73 (mudah) 0,53 (sangat baik)

3 0,84 (mudah) 0,48 (baik)

4 0,65 (sedang) 0,30 (baik)

5 0,70 (sedang) 0,47 (baik)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba posttest di atas, terlihat bahwa kelima komponen tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga kelima butir soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep

mate-matis siswa.

2. Instrumen Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Sosial Siswa

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data karakter dan

Referensi

Dokumen terkait

The current study presents exploringEFL teachers’ beliefs on teaching methodology in the 2013 curriculum and their applications in language teaching at MTs PPMI

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Alas sebuah prisma tegak segitiga berbentuk segitiga siku-siku.. Panjang sisi siku- sikunya 7 cm dan

Dilihat dari kandungan nilai gizi yang hampir sama dan nilai β -karoten pada tepung labu kuning lebih tinggi maka tepung labu kuning dapat menjadi alternatif untuk

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

Cengkeraman  epistemologis  modern  Cartesian‐Newtonian  benar‐benar  membuat  positivisme hukum  dimatikan  untuk  melihat 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh antara sembilan faktor budaya organisasi terhadap keterikatan kerja karyawan secara bersama-sama di PT Sentosa

Program penelitian dilakukan terhadap konfigurasi sambungan dengan variabel panjang lap splice dan variabel jumlah clamp yang digunakan.. Penelitian sambungan