SKRIPSI
ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA
PADA INDUSTRI TEXTILE YANG GO PUBLIC DI BEI
(PERIODE 2008-2012)
OLEH :
MAULIZA
100503199
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Pada umumnya masyarakat menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi pertumbuhan laba yang akan datang. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis pengaruh variabel Working Capital To Total Asset (WCTA), Debt to
Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan
Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan laba.
Data diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria (1)
Perusahaan Industri Textile yang IPO sebelum tahun 2008, (2) Perusahaan
Industri Textile yang terdaftar di BEI dan konsisten ada selama periode penelitian
(tahun 2008 sampai dengan 2012) dan (3) Perusahaan Industri Textile yang
menyajikan informasi dan data yang berkaitan dengan variabel penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Working Capital To Total Asset
(WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net Profit
Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Keenam variabel yang
digunakan dalam penelitian ini (WCTA, DER, TAT, NPM dan GPM) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Kemampuan prediksi dari
keenam variabel secara simultan adalah sebesar 4.2%.
ABSTRACT
Generally, people analyzing a company’s financial statements to measure the
performance of company. Financial ratios are usefull to measurement for
predicting the future earning changes. This research wants to examine the effects
of Working Capital To Total Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total
Assets Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin
(GPM) to profit growth of textile company.
The sampling technique used in this research is purposive sampling, with
some criteria, those are: (1) the textile company was IPO before 2008; (2) the
textile company listed on the BEI and consistent during the research period (2008
to 2012); (3) the textile company has that provides information and data related to
the research variables.
The result of this research shows that partially Working Capital To Total
Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net
Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM) variable, have a positive
and not significant to profit growth of textile company. From the research also
known that those six variable (WCTA, DER, TAT, NPM, and GPM)
simoultaneously have an influence to profit growth of textile company. The
prediction percentage of those variable simoultaneously are 4.2%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis Rasio Keuangan
Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Industri Textile yang Go Public di BEI
(periode 2008-2012)”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam
rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini khusus saya persembahkan kepada kedua orang tua : Heru Tomo
S.Pd dan Syahriana, yang telah senantiasa selalu memberikan cinta dan kasih
sayang, dukungan, materi, nasehat, kesejukan hati dan doa-doa yang tiada
hentinya kepada penulis. Terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan yang
begitu besar.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, dan Bapak Drs. Hotmal
Ja’far, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekestaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Firman Syarif, M.si, ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku
Ketua dan Sekertaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4.
Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si.,Ak, selaku dosen pembimbing. Terima
kasih kerena telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam
memberikan arahan, koreksi serta saran kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi ini.
6.
Kepada adik saya, Umaira Herina. Terima kasih untuk doa, kasih sayang,
dukungan dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.
7.
Kepada Theresia Novianty Sinaga,SE dan Riztari Anggraini,SE yang telah
menjadi teman diskusi dan banyak memberikan dukungan doa, perhatian
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga kita semua
sukses.
8.
Kepada teman-teman Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara angkatan 2010.
9.
Seluruh staf karyawan Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis
selama proses perkuliahan serta penyusunan skripsi ini.
10.
Pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca. Terima Kasih.
Medan, Juli 2014
Penulis,
Mauliza
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
i
ABSTRACT ...
ii
KATA PENGANTAR ...
iii
DAFTAR ISI ...
v
DAFTAR TABEL ...
ix
DAFTAR GAMBAR ...
x
DAFTAR LAMPIRAN ...
xi
BAB 1 : PENDAHULUAN ...
1
1.1
Latar Belakang Masalah ...
1
1.2
Rumusan Masalah ...
7
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...
8
1.3.1
Tujuan Penelitian ...
8
1.3.2
Manfaat Penelitian ...
8
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ...
9
2.1
Tinjauan Teoritis ...
9
2.1.1
Pertumbuhan Laba ...
9
2.1.1.1
Pengertian dan Karakteristik Laba ...
9
2.1.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Laba ...
10
2.1.2
Analisis Laporan Keuangan ...
13
2.1.3
Analisis Rasio Keuangan...
14
2.1.3.1
Pengertian Rasio Keuangan ...
14
2.1.3.2
Tujuan Dan Manfaat Analisis Rasio
Keuangan ...
15
2.1.3.3
Pengertian Dan Jenis- Jenis Analisis
Rasio keuangan ...
16
2.2
Penelitian Terdahulu ...
22
2.3
Kerangka Konseptual ...
32
2.4
Hipotesis ...
35
BAB 3 : METODE PENELITIAN ...
36
3.1
Desain Penelitian...
36
3.2
Jenis dan Sumber Data ...
36
3.3
Populasi dan Sampel ...
37
3.3.1
Populasi ...
37
3.3.2
Sampel ...
37
3.4
Metode Pengumpulan Data ...
38
3.5
Batasan Operasional ...
39
3.6
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...
39
3.6.1
Variabel Dependen ...
39
3.6.2
Variabel Independen ...
40
3.6.2.1
Working Capital To Asset ...
36
3.6.2.3
Total Assets Turnover ...
36
3.6.2.4
Net profit Margin ...
37
3.6.2.5
Gross Profit Margin ...
37
3.7
Teknik Analisis Data ...
38
3.7.1
Analisis Regresi Linier Berganda ...
39
3.7.2
Pengujian Asumsi Klasik ...
39
3.7.2.1
Uji Normalitas ...
39
3.7.2.2
Uji Multikolinearitas ...
40
3.7.2.3
Uji Autokorelasi ...
41
3.7.2.4
Uji Heterokedastisitas ...
42
3.8
Pengujian Hipotesis ...
44
3.8.1
Uji Koefisien Determinasi (R
2) ...
44
3.8.2
Uji Pengaruh F (Simultan) ...
44
3.8.3
Uji Pengaruh t (Parsial) ...
46
3.9
Jadwal Penelitian...
47
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
48
4.1
Data Penelitian ...
48
4.2
Analisis Hasil Penelitian ...
48
4.2.1
Uji Asumsi Klasik...
48
4.2.1.1
Uji Normalitas...
49
4.2.1.2
Uji Multikolineritas ...
51
4.2.1.3
Uji Autokorelasi ...
53
4.2.2
Model Regresi Berganda ...
55
4.2.3
Pengujian Hipotesis ...
57
4.2.3.1
Uji Koefisien Determinasi (R
2) ...
57
4.2.3.2
Uji Pengaruh F (Simultan) ...
59
4.2.3.3
Uji Pengaruh t (Parsial) ...
60
4.2.4
Pembahasan Hasil Penelitian...
62
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ...
65
5.1
Kesimpulan ...
65
6.1
Saran ...
66
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu ... 25
3.1
Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
3.2
Definisi Operasional variabel ... 39
3.3
Autokorelasi ... 43
4.1
Sampel penelitian... 49
4.2
Hasil uji Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov ... 52
4.3
Hasil Uji Multikolinearitas ... 53
4.4
Hasil Uji Autokorelasi ... 54
4.5
Hasil Analisis Regresi ... 56
4.6
Uji Koefisien Determinasi (R
2) ... 59
4.7
Hasil Uji F ... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
2.1
Kerangka Konseptual ... 29
4.1
Grafik Histogram ... 50
4.2
Normal Probalility Plot ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Judul
Halaman
1
Pertumbuhan Laba Industri Textile Yang Terdaftar
Di BEI Periode 2008-2012 ... 70
2
Nilai WCTA Industri Textile Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2008-2012 ... 71
3
Nilai DER Industri Textile Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2008-2012 ... 72
4
Nilai TAT Industri Textile Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2008-2012 ... 73
5
Nilai NPM Industri Textile Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2008-2012 ... 74
6
Nilai GPM Industri Textile Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2008-2012 ... 75
7
Jadwal Penelitian ... 76
8
Hasil Uji Normalitas ... 77
9
Hasil Uji Multikolinearitas ... 79
10
Hasil Uji Autokorelasi ... 80
11
Hasil Uji Heterokedastisitas ... 81
12
Hasil Uji Regresi Berganda ... 82
13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R
2) ... 83
14
Hasil Uji Hipotesis (Uji f) ... 84
ABSTRAK
Pada umumnya masyarakat menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi pertumbuhan laba yang akan datang. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis pengaruh variabel Working Capital To Total Asset (WCTA), Debt to
Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan
Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan laba.
Data diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria (1)
Perusahaan Industri Textile yang IPO sebelum tahun 2008, (2) Perusahaan
Industri Textile yang terdaftar di BEI dan konsisten ada selama periode penelitian
(tahun 2008 sampai dengan 2012) dan (3) Perusahaan Industri Textile yang
menyajikan informasi dan data yang berkaitan dengan variabel penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Working Capital To Total Asset
(WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net Profit
Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Keenam variabel yang
digunakan dalam penelitian ini (WCTA, DER, TAT, NPM dan GPM) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Kemampuan prediksi dari
keenam variabel secara simultan adalah sebesar 4.2%.
ABSTRACT
Generally, people analyzing a company’s financial statements to measure the
performance of company. Financial ratios are usefull to measurement for
predicting the future earning changes. This research wants to examine the effects
of Working Capital To Total Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total
Assets Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin
(GPM) to profit growth of textile company.
The sampling technique used in this research is purposive sampling, with
some criteria, those are: (1) the textile company was IPO before 2008; (2) the
textile company listed on the BEI and consistent during the research period (2008
to 2012); (3) the textile company has that provides information and data related to
the research variables.
The result of this research shows that partially Working Capital To Total
Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net
Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM) variable, have a positive
and not significant to profit growth of textile company. From the research also
known that those six variable (WCTA, DER, TAT, NPM, and GPM)
simoultaneously have an influence to profit growth of textile company. The
prediction percentage of those variable simoultaneously are 4.2%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada umumnya masyarakat mengukur keberhasilan suatu perusahaan
berdasarkan kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui
laporan keuangan yang disajikan secara teratur setiap periode (Juliana dan Sulardi,
2003). Brigham dan Enhardt (2003) menyatakan bahwa “informasi akuntasi
mengenai kegiatan operasi perusahaan dan posisi keuangan perusahaan dapat
diperoleh dari laporan keuangan”. Informasi akuntansi dalam laporan keuangan
sangat penting bagi para pelaku bisnis seperti investor dalam pengambilan
keputusan. Karena para investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan
yang memberikan return yang tinggi.
Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan jika
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa yang akan datang,
menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Financian Accounting Standards Board – FASB (1978), Statement Of
Financial Accounting Concepts No.1, menyatakan bahwa fokus utama laporan
keuangan adalah laba, jadi informasi laporan keuangan seharusnya mempunyai
kemampuan untuk memprediksi laba dimasa depan. Laba sebagai suatu
penurunan modal dari berbagai sumber transaksi (Takarini dan Ekawati,2003).
Laba perusahaan diharapkan akan mengalami kenaikan disetiap periode, sehingga
dibutuhkan estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk periode yang akan
datang. Estimasi terhadap laba dapat dilakukan dengan menganalisis laporan
keuangan.
Analisis laporan keuangan yang dilakukan dapat berupa perhitungan dan
interprestasi melalui rasio keuangan. Jika rasio keuangan dapat dijadikan sebagai
prediktor pertumbuhan laba di masa yang akan datang, temuan ini merupakan
pengetahuan yang cukup berguna bagi para pemakai laporan keuangan yang
secara riil, maupun potensial yang berkepentingan dengan suatu perusahaan.
Rasio keuangan yang dipakai memprediksi pertumbuhan laba dalam
penelitian ini adalah rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas.
Rasio likuiditas diwakili oleh Working Capital to Total Assets, rasio solvabilitas/
leverage diwakili oleh Debt to Equity Ratio, rasio aktivitas diwakili oleh Total
Assets Turnover, dan rasio profitabilitas diwakili oleh Net Profit Margin dan
Gross Profit Margin.
Working Capital To Total Asset (WCTA) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Semakin
tinggi WCTA maka semakin besar modal kerja yang diperoleh perusahaan
dibanding total aktivanya. Dengan modal kerja yang besar, maka kegiatan
operasional perusahaan menjadi lancar sehingga pendapatan yang diperoleh
meningkat dan ini mengakibatkan laba yang diperoleh meningkat (Reksoprayitno,
penelitian yang dilakukan Takarini dan Ekawati (2003)menunjukkan rasio
likuiditas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun mendatang.
Namun penelitian yang dilakukan Mahfoedz (1994) dan Suwarno (2004)
menunjukkan bahwa WCTA tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba untuk satu tahun mendatang.
Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio solvabilitas yang
digunakan untuk mengukur modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan kewajiban atau hutang. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin
tinggi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat
menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak
mampu membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, sehingga akan
mengganggu kontinuitas operasi perusahaan. Penelitian Indarti (2000)
menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan penelitian Dwi Raharja dan Kusumaning (2004) menunjukkan bahwa
DER tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Selain itu, perusahaan akan dihadapkan pada biaya bunga yang tinggi
sehingga dapat menurunkan laba perusahaan. Total Assets Turnover (TAT)
berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan menggunakan total aktivanya
dalam menghasilkan penjualan bersih (Ang, 1997). TAT mencerminkan efisiensi
manajemen investasi dalam setiap pos aktiva. Semakin besar TAT maka semakin
efisien penggunaan seluruh aktiva perusahaan untuk menunjang kegiatan
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik sehingga
Soelistyo (2000) menunjukkan bahwa TAT berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Suwarno
(2004), Takarini dan Ekawati (2003), Juliana dan Sulardi (2003) serta Meythi
(2005) yang menunjukkan bahwa TAT tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersih
yang dicapai perusahaan (Riyanto, 1995). Semakin tinggi NPM maka semakin
meningkat laba bersih yang dicapai perusahaan terhadap penjualan bersihnya.
Meningkatnya NPM akan
meningkatkan daya tarik investor untuk
menginvestasikan modalnya, sehingga laba perusahaan akan meningkat
(Reksoprayitno, 1991). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Asyik dan Soelistyo (2000) dan Suwarno (2004) yang menunjukkan bahwa
NPM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan. Namun
berbeda dengan hasil penelitian Meythi (2005), Takarini dan Ekawati (2003) dan
Juliana dan Sulardi (2003) menunjukkan bahwa NPM tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan.
Gross Profit Margin (GPM) adalah perbandingan antara laba kotor
(penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan)
dengan penjualan bersih. Data
gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi
GPM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan.
Sedangkan penelitian Meythi (2005) dan Usman (2003) menunjukkan bahwa
GPM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke
depan.
Berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan antara rasio keuangan
(WCTA, DER, TAT, NPM dan GPM) terhadap pertumbuhan laba dan
penelitian-penelitian terdahulu (research gap) masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda,
maka penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh rasio-rasio
keuangan tersebut terhadap pertumbuhan laba terutama pada industri textile di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008 sampai dengan 2012. Pemilihan
perusahaan textile di BEI dikarenakan industri textile merupakan industri yang
turut berperan dalam membangun perekonomian Indonesia. Selain itu industri
textile merupakan perusahaan yang berorientasi pada laba. Laba mempunyai
peranan yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan
apakah perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia
perindustrian.
Industri textile dan produk textile (TPT) mulai tumbuh lamban serta terbatas
dan hanya mampu memenuhi pasar domestik di Indonesia pada tahun 1970-1985
dengan masuknya investasi hulu ( spinning dan man-made fiber making) dengan
segmen pasar rendah-menengah. Tahun 1986-1997 TPT Indonesia mulai tumbuh
pesat dan terus meningkat. Pada periode ini Indonesia berhasil membuktikan
industri textile sebagai penghasil devisa negara sektor non-migas. Pada periode ini
paling sulit. Pada tahun 1997 krisis moneter melanda negara-negara Asia Timur,
termasuk Indonesia, mengakibatkan nilai tukar Rupiah terdepresiasi. Hal ini
seharusnya membuat produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia lebih
kompetitif bagi konsumen luar negeri, karena harga TPT Indonesia menjadi lebih
murah. Namun kenyataannya nilai ekspor TPT menurun hingga US$ 1,3 miliar
pada tahun 1997 (CIC, 2001). Hal ini terus berlangsung hingga tahun 2002.
Periode 2003-2006 merupakan periode outstanding rehabilitation, normalization,
dan expansion. Pada periode ini dilakukan upaya revitalisasi stagnant yang
disebabkan muliti-kendala, antara lain (1) sulitnya pembiayaan, dan (2) iklim
usaha yang tidak kondusif. Periode 2007 hingga sekarang dimulai restrukturisasi
permesinan industri textile Indonesia. Meskipun tingkat kinerja yang dihasilkan
tidak kostan, namun pada tahun 2011 pertumbuhan industri textile mencapai
7,5%. Tahun 2012, pertumbuhan industri textile masih positif meskipun nilainya
lebih rendah dibandingkan tahun 2011. Asosiasi pertekstilan Indonesia (API)
mencatat, hingga akhir tahun 2012 jumlah unit usaha TPT di Indonesia
mengalami peningkatan sebesar 5%, yang semula 2.886 unit usaha kini menjadi
2916 unit usaha hingga akhir febuari 2013. Meskipun demikian, industri textile
juga menghadapi tantangan. Perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa
negara telah memberikan tekanan terhadap pangsa pasar produk dalam negeri
Indonesia, meski demikian industri textile tidak dapat ditinggalkan (Ade,2011).
Hal ini menunjukkan industri textile belum mampu mengelola modal dan SDM
Penelitian ini adalah penelitian replika yang dilakukan oleh Cahyaningrum
(2012) “Analisis Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan
Laba (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005 sampai dengan 2010)”. Hasil pengujian menunjukkan
seluruh variabel independen dalam penelitian ini hanya menyumbang 33,5% dari
keseluruhan variabel independen. Artinya masih terdapat 66,5% variabel-variabel
independen lain yang belum diketahui dan diteliti secara ilmiah mempengaruhi
pertumbuhan laba. Penelitian ini tidak dapat berlaku secara umum karena hanya
dapat digeneralisasi pada objek yang diteliti dan pada periode amatan, tidak pada
objek yang lain.
Perbedaan penilitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek
penelitian dan tahun penelitian, serta penambahan variabel berupa gross profit
margin. Penambahan variabel ini dikarenakan gross
profit margin
menggambarkan efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan untuk berproduksi secara efisien. Dan penambahan
variabel tersebut untuk memperkuat alasan pengaruh rasio profitabilitas terhadap
pertumbuhan laba selain NPM.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA INDUSTRI TEXTILE YANG GO PUBLIC DI
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut: “Apakah Working Capital To Total Asset, Debt to Equity
Ratio, Total Assets Turnover, Net Profit Margin, dan Gross Profit Margin
berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap pertumbuhan laba pada
industri textile?”
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh Working Capital ToTotal Asset, Debt to Equity Ratio, Total Assets
Turnover, Net Profit Margin, dan Gross Profit Margin terhadap pertumbuhan laba
pada industri textile baik secara simultan maupun secara parsial.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai
analisis manfaat rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada industri
textile yang go public di BEI (periode 2008-2012)
2.
Bagi Emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
dasar pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan
terutama
dalam rangka memaksimumkan laba perusahaan dengan
3.
Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi pada industri textile di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.
Bagi Pihak Lain, Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
dapat menjadi dasar pertimbangan bagi penelitian sejenis dengan objek yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pertumbuhan Laba
2.1.1.1
Pengertian dan Karakteristik Laba
Fokus utama laporan keuangan adalah laba, dan tujuan utama perusahaan
adalah memaksimalkan laba tersebut. Pengertian laba secara operasional
merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari
transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan
tersebut. Sedangkan pengertian laba menurut IAI dalam PSAK NO. 25
(2007:25.2-25.3) “laba adalah semua unsur pendapatan dan beban yang diakui
dalam suatu pendapatan dan beban dalam suatu periode harus tercakup dalam
penetapan laba/rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi
yang berlaku mewajibkan atau memperbolehkan sebaliknya”. Sementara
pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba
akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar
kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan
pengukuran pendapatan dan biaya. Harahap (2005:263) menyatakan bahwa
Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a.
laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,
b.
laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu,
c.
laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman
khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,
d.
laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis
yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan
e.
laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan
dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter
penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode
sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Takarini dan
Ekawati, 2003).
Pertumbuhan Laba =
Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t
-1Laba bersih tahun t
-1Atau
Pertumbuhan Laba =
Y
t– Y
t-1Y
t-12.1.1.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Hanafi dan Halim (2005) dan Angkoso (2006) menyebutkan bahwa
1.
Besarnya perusahaan, semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan
pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2.
Umur perusahaan, perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki
pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih
rendah.
3.
Tingkat leverage, bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi,
maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi
ketepatan pertumbuhan laba.
4.
Tingkat penjualan, tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin
tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan
laba semakin tinggi.
5.
Perubahan laba masa lalu, semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
Berdasarkan penelitian terdahulu faktor- faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan laba hanya dilihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan yang
mempengaruhi pertumbuhan laba pada perusahaan industri barang konsumsi
menurut Angkoso (2006) antara lain Debt Ratio dan Return On Equity. Pada
perusahaan manufaktur menurut Widiasih (2006) antara lain Gross Profit Margin
dan Leverage. Sedangkan pada KPRI Semarang menurut Haryanti (2007) antara
lain Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan Return On Investment.
2.1.1.3
Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006) ada dua jenis analisis
dalam menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis
teknikal.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Analisis fundamental diharapkan agar calon investor akan
mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik
sebagainya. Hal ini penting karena berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh
dari investasi dan resiko yang harus ditanggung. Data yang digunakan adalah data
historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang
sebenarnya pada saat analisis. Para analis akan menganalisis laporan keuangan
perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental
mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan
mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba
yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin
melalui kinerja perusahaan.
Dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan,
pertama pendekatan top down, yang merupakan pendekatan yang dimulai dari
tingkatan makro ekonomi kemudian situasi dan pertumbuhan industri dan terakhir
adalah situasi pertumbuhan perusahaan yang bersangkutan. Pendekatan yang
kedua adalah pendekatan botton up yang merupakan kebalikan dari pendekatan
top down, yaitu pendekatan yang dimulai dari tingkat mikro (perusahaan) yang
kemudian berkembang kepada analisa industri dan yang terakhir adalah analisa
makro ekonomi (Rodoni, & Hamid 2010).
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan analisis yang sering digunakan oleh investor,
dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini
berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan
mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang
2.1.2
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu
perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada dasarnya, laporan keuangan
merupakan hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari
kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang paling tepat sebagai
alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah
pemilik perusahaan, manajer, kreditur, investor, pemerintah, dan karyawan.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
dilakukan untuk melihat prospek dan resiko yang di hadapi oleh perusahaan.
Prospek untuk mengetahui tingkat keuntungan (profitabilitas) sedangkan resiko
untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan
keuangan atau tidak. Hanafi dan Halim (2005) mengemukakan bahwa untuk
menganalisis laporan keuangan, seorang analis keuangan harus melakukan
beberapa hal:
a.
Menentukan tujuan dari analisis keuangan
b.
Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan
keuangan dan rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut.
c.
Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha
perusahaan tersebut.
Ang (1997) menyatakan bahwa “analisis laporan keuangan suatu perusahaan
tidak hanya dilakukan untuk satu periode tertentu saja, tetapi diperlukan analisis
komparatif (perbandingan), sehingga dapat dilihat hubungan keuangan atau
dibagi menjadi tiga jenis: intracompany basis (perbandingan internal perusahaan
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan keuangan perusahaan atau trend
yang signifikan), intercompany basis (perbandingan dengan perusahaan lain yang
dapat memberikan gambaran posisi kompetitif perusahaan yang bersangkutan)
dan industry average (perbandingan dengan rata-rata industri dari industri yang
sama dengan perusahaan yang akan dianalisis).
2.1.3
Analisa Rasio Keuangan
2.1.3.1
Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak
digunakan. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada pos pelaporan keuangan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai
perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan
hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 :
822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan
operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil
dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain”. Sedangkan
Harahap (2002: 105) memberikan batasan sebagai berikut : “rasio keuangan
adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos pelaporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan (berarti)”.
1.
Pendekatan lintas seksi (Cross-sectional approach), adalah suatu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan
yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.
2.
Pendekatan runtut waktu (Time series analysis) yang dilakukan dengan jalan
membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke
periode lainnya.
Di dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan runtut
waktu, hal ini sesuai dengan variabel-variabel rasio keuangan yang peneliti
gunakan.
2.1.3.2
Tujuan dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Tujuan analisis rasio keuangan adalah untuk mendapat gambaran tentang baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat dianalisis. Berdasarkan
hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh suatu informasi tentang
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu manajer
dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan selain itu manajer dapat
membuat keputusan-keputusan penting di masa yang akan datang. Analisis rasio
keuangan tidak hanya penting bagi pihak manajemen tetapi penting juga bagi
pihak eksternal perusahaan. Bagi pihak eksternal, analisis rasio keuangan penting
untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan.
Dengan mengetahui perkembangan keuangan perusahaan tersebut mereka dapat
memutuskan apakah akan tetap menginvestasikan dananya pada perusahaan
Manfaat dari analisis rasio keuangan adalah dapat mengetahui adanya
kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan
membandingkan angka rasio keuangan dengan standar yang ditetapkan maka akan
diperoleh manfaat lain yaitu dapat diketahui apakah dalam aspek keuangan
tertentu perusahaan berada di atas standar di bawah standar. Apabila perusahaan
berada di bawah standar, maka manajemen akan mencari faktor-faktor yang
menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan untuk dapat
menaikkan rasio perusahaannya kembali.
2.1.3.3
Pengertian dan Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan
Dennis (2006) menyatakan bahwa “analisis rasio keuangan merupakan
metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi
keuangan perusahaan secara keseluruhan”. Usman (2003) menyatakan bahwa
analisis ini berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk
mengetahui hasil kinerja keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang
akan datang dan juga untuk analisis eksternal bagi kreditur dan investor untuk
menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu
perusahaan.
Analisis rasio keuangan ini dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang
digunakan dalam analisis, yaitu (Ang, 1997) :
1.
Univariate Ratio Analysis, merupakan analisis rasio keuangan yang
menggunakan satu variate didalam melakukan analisis. Contohnya seperti
Profit Margin Ratio, Return On Asset (ROA) dan Return On Equity
(ROE).
2.
Multivariate Ratio Analysis, merupakan analisis rasio keuangan yang
menggunakan lebih dari satu variate di dalam melakukan analisis, seperti
Alman’s Z-Score dan Zeta Score.
Rasio keuangan merupakan perbandingan dari dua data yang terdapat dalam
mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan melihat kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang-hutangnya (Dennis, 2006).
Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda, sesuai
dengan tujuan analisisnya. Menurut Nugroho (2003),
beberapa rasio keuangan yang sering dipakai oleh seorang analisis dalam
mencapai tujuannya, yaitu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri dan rasio likuiditas,
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.
Brigham dan Daves (2001) dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan
menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage ratio), rasio aktivitas dan
rasio profitablitas.
Weygandt et. al (1996) dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan
kedalam tiga macam rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas. Secara umum,
rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage,
rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Riyanto, 1995).
1.
Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004),
rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:
a.
Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang
lancar.
b.
Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi
persediaan terhadap hutang lancar.
c.
Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva
Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan WCTA, karena
menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995) :
WCTA =
(aktiva lancar - kewajiban lancar)
jumlah aktiva
Aktiva lancar berupa kas, persediaan dan trade receivables (pendapatan dari
dagang). Hutang lancar berupa trade payable, taxes payable dan current
maturities of long term debt. Jumlah aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva
lancar dengan aktiva tetap (ICMD 2010).
2.
Rasio Solvabilitas/ Leverage
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Ang (1977), Mahfoedz (1994) dan Ediningsih (2004)
menyatakan rasio solvabilitas/ Leverage dapat diproksikan dengan:
a.
Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aset.
b.
Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang
lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
c.
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
d.
Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan
sebelum pajak (Earning Before Tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap
bunga hutang jangka panjang.
e.
Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang
lancar terhadap persediaan.
f.
Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba
operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.
Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan dengan DER, karena menurut
peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan
DER =
Total hutang
Total ekuitas
Total hutang merupakan penjumlahan dari hutang lancar dengan hutang jangka
panjang. Modal sendiri merupakan sumber dana yang berasal dari pemilik
perusahaan.
3.
Rasio Aktivitas
Menurut Ang (1997) “rasio aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran
(turnover) dari aktiva-aktiva”. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:
a.
Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih
dengan total aktiva
b.
Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan
dengan persediaan rata-rata
c.
Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata
dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.
d.
Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih
terhadap modal kerja.
Dalam penelitian ini rasio aktivitas diproksikan dengan Total Asset Turnover
(TAT), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba. TAT dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997).
TAT =
Penjualan
Total aktiva
Penjualan bersih (net sales) merupakan hasil penjualan bersih selama satu tahun.
4.
Rasio Profitabilitas
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1994), “rasio profitabilitas/rentabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan
aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan”.
Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan:
a.
Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak
atau Net Income After Tax (NIAT) terhadap total penjualan bersih.
b.
Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap
penjualan bersih.
c.
Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan
jumlah aktiva.
d.
Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak
terhadap modal sendiri.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan dengan NPM dan GPM,
karena menurut peneliti sebelumnya, rasio-rasio ini yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997).
NPM =
Laba bersih setelah pajak x 100%
Penjualan bersih
Laba bersih setelah pajak dihitung dari laba sebelum pajak penghasilan dikurangi
pajak penghasilan. Penjualan bersih menunjukkan besarnya hasil penjualan yang
diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan barang-barang dagangan atau hasil
produksi sendiri (Reksoprayitno, 1991).
GPM =
Laba kotor x 100%
Penjualan bersih
Gross profit margin ratio mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang
dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap
angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya
operasi dan laba bersih.
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan
dan referensi dalam penelitian ini adalah :
1.
Takarini dan Ekawati (2003) menganalisis rasio keuangan dalam
memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur di pasar modal
Indonesia dengan sample sebanyak 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEJ selama tahun 1997-2000. Variabel independen yang dianalisis adalah:
Current Liabilities to Inventory (CLI), Current Liabilities to Equity (CLE),
Operating Income to Total Liabilities (OITL), Current Ratio (CR), Cash
Flow to Current Liabilities (CFCL), Working Capital to Total Assets
(WCTA), Sales to Total Asset (STA), Inventory to Net Working Capital
(INWC), Quick Asset to Inventory (QAI), Net Worth to Sales (NWS), Net
Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)
dengan variabel dependennya perubahan laba. Hasil Regression Logistic
menunjukkan bahwa CLE dan WCTA berpengaruh positif signifikan
terhadap perubahan laba di masa mendatang pada tingkat signifikansi sebesar
5%, sedangkan ROE berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi
Rasio STA dan NPM tidak berpengaruh signifikan untuk memprediksi
perubahan laba.
2.
Juliana dan Sulardi (2003) melakukan penelitian mengenai manfaat rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada 52 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan 1998-2000.
Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio, Gross Profit
Margin, Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin, Total Asset
Turnover, Return On Investment, Return On Equity dan Leverage Ratio (LR).
Variabel dependen yang digunakan yaitu perubahan laba. Hasil regresi
berganda menunjukkan GPM dan OPM berpengaruh positif signifikan
terhadap perubahan laba satu tahun kedepan pada tingkat signifikansi 5%,
sedangkan TAT dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa GPM dan OPM
berpengaruh positif signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun
kedepan dengan tingkat signifikansi kurang dari 5%. Sedangkan TAT dan
NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3.
Dwi Raharjo dan Kusumaning (2004) menganalisis rasio keuangan dalam
memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang dengan sampel
sebanyak 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun
2000-2003. Variabel independen yang dianalisis adalah Debt to Equity Ratio,
Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dengan variabel
dependen adalah perubahan laba. Berdasarkan hasil analisis regresi,
memprediksi variabel dependen dan tidak dapat dimasukkan dalam model,
sehingga variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba.
4.
Meythi (2005) menganalisis rasio keuangan yang paling baik untuk
memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEJ. Sampel yang digunakan adalah perusahaan sektor basic and chemical
periode 2000-2003. Variabel independen yang digunakan adalah: CR, QR,
DR, Equity to Total Taxes (ETA), Equity to Total Liabilities (ETL), Equity to
Fixed Asset (EFA), NPM, GPM, ROA, ROE, Inventory Turnover (ITO),
Average collection Period (ACP), Fixed Assets Turnover (FAT), Total Asset
Turnover (TAT) dan pertumbuhan Laba (PL). Hasil factor analysis
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Rasio TAT dan NPM tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
5.
Widiasih (2006) yang menguji rasio keuangan dalam memprediksi perubahan
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2001- 2003.
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Gross Profit Margin,
Leverage, Earning Per Share, Price Earning Ratio, perputaran aktiva tetap
dan perputaran persediaan. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel
Gross Profit Margin dan Leverage yang berpengaruh secara parsial.
6.
Haryanti (2007), untuk memperoleh bukti empiris mengenai manfaat rasio
keuangan (Total Assets to Debt Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit
pada KPRI di Kota Semarang tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan
secara simultan Total Assets to Debt Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit
Margin, dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel Total Asset
Turnover, Net Profit Margin dan Return On Investment yang berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan laba dan variabel yang paling baik
dalam memprediksi pertumbuhan laba adalah ROI.
7.
Tahun 2008, Ningsih juga melakukan penelitian serupa yang menguji
pengaruh rasio profitabilitas, solvabilitas dan aktivitas pada perusahaan
manufaktur periode 2002- 2005. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah
long term debt to total assets, rasio solvabilitas menggunakan net income to
sales, dan untuk rasio aktivitas digunakan total asset turnover. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketiga rasio yang digunakan berpengaruh
[image:39.595.110.515.525.757.2]signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap pertumbuhan laba.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil penelitian
1 Takarini dan Ekawati (2003) Analisis rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 1997-2000.
Variabel independen yang dianalisis adalah:
Current Liabilities to Inventory (CLI),
Current Liabilities to Equity (CLE),
Operating Income to
Total Liabilities
(OITL), Current Ratio (CR), Cash Flow to
Current Liabilities
(CFCL), Working Capital to Total Assets
(WCTA), Sales to
Total Asset (STA), Inventory to Net
•
CLE dan WCTA
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
perubahan laba
pada tingkat
signifikansi
sebesar 5%
•
Rasio STA dan
NPM tidak
berpengaruh
(INWC), Quick
Asset to Inventory
(QAI), Net Worth
to Sales (NWS), Net Profit Margin
(NPM), Return on
Asset (ROA) dan Return on Equity
(ROE) dengan variabel dependennya perubahan laba.
2 Juliana dan Sulardi (2003) Manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada 52 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun
pengamatan 1998-2000.
Variabel independen yang digunakan adalah CR,GPM,Operating
Profit Margin (OPM),
NPM, TAT, ROI, ROE dan Leverage Ratio
(LR).
Variabel dependen yang digunakan yaitu perubahan laba.
GPM dan OPM berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba satu tahun kedepan sengan tingkat signifikansi 5%.
3 Dwi Raharjo dan Kusumaning (2004) Analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang dengan sampel sebanyak 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2000-2003.
Variabel independen yang dianalisis adalah
Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dengan
variabel dependen adalah perubahan laba.
Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin tidak
4 Meythi (2005) Analisis rasio keuangan yang paling baik untuk memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. (studi kasus:
perusahaan sektor basic and chemical
periode 2000-2003)
Variabel independen yang digunakan adalah: CR, QR, DR,
Equity to Total Taxes
(ETA), Equity to Total
Liabilities (ETL),
Equity to Fixed Asset
(EFA), NPM, GPM,
ROA, ROE,Inventory Turnover (ITO),
Average collection Period (ACP), Fixed Assets Turnover
(FAT), Total Asset
Turnover (TAT) dan
pertumbuhan Laba (PL).
• Hanya ROA
yang berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba
• TAT dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
5 Widiasih (2006) Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ Variabel independen dalam penelitian ini adalah Gross Profit
Margin, Leverage, Earning Per Share, Price Earning Ratio,
perputaran aktiva tetap
dan perputaran persediaan; dan variabel depen-dennya
adalah perubahan laba
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan seluruh variabel berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba dan secara parsial hanya variabel Gross Profit
Margin dan Leverage
sedangkan keempat rasio lainnya tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. 6 Haryanti
(2007) Evaluasi Manfaat Rasio Keuangan Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada KPRI di Kota Semarang
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Total Assets to
Debt Ratio, Debt Ratio, Total Assets Turnover, Net Profit Margin,dan Rate of Return On Investment/ ROI; sedangkan variabel dependennya adalah pertumbuhan laba Hasil penelitian menunjukkan secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel
Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan
ROI berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba dan variabel yang paling baik dalam memprediksi
7 Ningsih (2008) Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas dan Aktivitas terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2002-2005
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Long Term Debt to Total Assets, Net Income to Sales, dan Total Asset Turnover;
sedangkan variabel dependennya adalah pertumbuhan laba
Hasil penelitian menunjukkan baik secara parsial maupun simultan Long Term
Debt to Total Assets, Net Income to Sales,
dan Total Asset Turnover berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan laba
Sumber: diolah penulis (2013)
2.3
Kerangka Konseptual
Berdasarkan konsep teori diatas maka dapat digambarkan kerangka
konseptual dari penelitian, yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
1.
Hubungan Working Capital to Total Asset (WCTA) terhadap Pertumbuhan
Laba
WCTA merupakan salah satu rasio likuiditas (Riyanto, 1995). Rasio
likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva
Pertumbuhan
Laba
(Y)
Working Capital To Asset (WCTA) (X
1)
Debt To Equity Ratio(DER) (X
2)
Total Assets Turnover (TAT) (X
3)
Net Profit Margin (NPM) (X
4)
[image:42.595.107.518.112.298.2]lancar perusahaan, sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat
pada waktu yang dibutuhkan (Machfoedz, 1999). WCTA yang semakin tinggi
menunjukkan modal operasional perusahaan besar dibandingkan dengan jumlah
aktivanya (total assets). Modal kerja yang besar akan memperlancar kegiatan
operasi perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar hutangnya, dengan
demikian pendapatan yang diperoleh meningkat (Reksoprayitno, 1991). Semakin
besar WCTA akan meningkatkan laba yang selanjutnya akan mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini dikarenakan efisiensi dari selisih antara
aktiva lancar (current assets) dan hutang lancar (current liabilities). Hasil
penelitian Takarini dan Ekawati (2003) menunjukkan bahwa WCTA berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun yang akan datang.
2.
Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Pertumbuhan Laba
DER merupakan salah satu rasio solvabilitas. DER menunjukkan
perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri (Riyanto, 1995). Semakin
tinggi DER menunjukkan semakin tinggi penggunaan hutang sebagai sumber
pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang cukup besar bagi
perusahaan ketika perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut pada
saat jatuh tempo, sehingga akan mengganggu kontinuitas operasi perusahaan.
Selain itu, perusahaan akan dihadapkan pada biaya bunga yang tinggi sehingga
dapat menurunkan laba perusahaan. Hal ini didukung oleh
Dwi Raharjo danKusumaning (2004) yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan laba.
TAT merupakan salah satu rasio aktivitas. TAT menunjukkan efisiensi
penggunaan seluruh aktiva (Total Assets) perusahaan untuk menunjang penjualan
(sales) (Ang, 1997). Semakin besar TAT menunjukkan perusahaan efisien dalam
menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan
bersihnya. Semakin cepat perputaran aktiva suatu perusahaan untuk menunjang
kegiatan penjualan bersihnya, maka pendapatan yang diperoleh meningkat
sehingga laba yang didapat besar (Ang, 1997). Ini didukung oleh Asyik dan
Ningsih (2008)
yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa TAT berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba baik secara parsial maupun simultan.
4.
Hubungan Net Profit Margin (NPM) terhadap Pertumbuhan Laba
NPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. NPM menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total
penjualan bersihnya (Riyanto, 1995). NPM yang semakin besar menunjukkan
bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan
penjualan. Dengan laba bersih yang besar, bertambah luas kesempatan bagi
perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui hutang-hutang
baru, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat (Reksoprayitno,
1991). Hal ini didukung Haryati (2007) yang dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa NPM berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun
ke depan.
5.
Hubungan Gross Profit Margin (GPM) terhadap Pertumbuhan Laba
GPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. GPM menunjukkan kemampuan
(Munawir, 2001). GPM yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar
laba kotor yang diperoleh perusahaan dari kegiatan penjualan. Ini berarti dengan
peningkatan laba kotor maka pendapatan perusahaan juga ikut meningkat. Hal ini
didukung Juliana dan Sulardi (2003) yang dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa GPM berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun
ke depan.
2.4
Hipotesis
Menurut Rochaety (2007: 31), “Hipotesis penelitian merupakan anggapan
peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji ”. Hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah Working Capital ToTotal Asset (WCTA), Debt To
Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan
Gross Profit Margin (GPM) berpengaruh baik secara simultan (bersama-sama)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Umar (2002) “desain
kausal adalah suatu rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan -
hubungan antar variabel secara komprehensif, sedemikian rupa agar hasil
penelitiannya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Working Capital To Total
Asset (WCTA), Debt To Total Equity (DER), Total Assets Turnover (TAT), Net
Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan
laba (Earning Growth After Tax).
3.2
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara. Data sekunder biasanya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data yang
dikumpulkan berupa data kuantitatif yaitu berupa laporan keuangan tahunan
industri textile yang diukur dalam skala rasio dan terdaftar di BEI dengan akhir
tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
Menurut Siswojo (1979) di dalam Mardalis (1995) “populasi adalah sejumlah
kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti”. Populasi
yang digunakan untuk penelitian ini adalah 19 Industri Textile yang terdaftar di
BEI sejak tahun 2008 sampai dengan 2012.
3.3.2
Sampel
Menurut Siswojo (1979) di dalam Mardalis (1995), “Sampel adalah sebagian
dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian”. Pemilihan sampel
ditentukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria untuk dipilih
menjadi sampel adalah :
1.
Perusahaan Industri Textile yang IPO sebelum tahun 2008.
2.
Perusahaan Industri Textile yang terdaftar di BEI dan konsisten ada selama
periode penelitian (tahun 2008 sampai dengan 2012).
3.
Perusahaan Industri Textile yang menyajikan informasi dan data yang
berkaitan dengan variabel penelitian.
Berdasarkan pada kriteria tersebut, dari 19 jumlah perusahaan industri
textile yang terdaftar di BEI dan konsisten ada selama periode penelitian (tahun
2008 sampai dengan 2012) terpilih 15 perusahaan sebagai sampel penelitian,
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No
Nama Perusahaan
Kode
K1
K2
K3
Sampel
1
Polychem Indonesia Tbk
ADMG
√
√
√
S1
2
Argo Pantes Tbk
ARGO
√
√
√
S2
3
Century Textile Industry Tbk
CNTX
√
√
√
S3
4
Eratex Djaya Tbk
ERTX
√
√
√
S4
5
Ever Shine Tex Tbk
ESTI
√
√
√
S5
6
Panasia Indo Resources Tbk
HDTX
√
√
√
S6
7
Indo Rama Synthetic Tbk
INDR
√
√
√
S7
8
Apac Citra Centertex Tbk
MYTX
√
√
√
S8
9
Panasia Filament Inti Tbk
PAFI
√
√
√
S9