• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reklasifikasi Ultisol Arboretum Usu Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Reklasifikasi Ultisol Arboretum Usu Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

REKLASIFIKASI ULTISOL ARBORETUM USU KWALA BEKALA KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

KRISTINA LASTIAR MSS 100301023

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

REKLASIFIKASI ULTISOL ARBORETUM USU KWALA BEKALA KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

KRISTINA LASTIAR MSS 100301023

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul : Reklasifikasi Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Nama : Kristina Lastiar MSS

NIM : 100301023

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Purba Marpaung, SU Ir. Hardy Guchi, MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mengklasifikasi kembali Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Penelitian ini dilakukan di lahan Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang pada bulan April sampai dengan September 2014 dengan melakukan pengamatan profil meliputi sifat-sifat fisik tanah dilanjutkan analisa kimia tanah meliputi tekstur tanah, bulk density, pH H20, pH KCl, P2O5, C-organik, KTK, KB, Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan

Na-dd.

Hasil pengamatan lapangan dan analisis menunjukkan bahwa klasifikasi tanah Arboretum USU Kwala Bekala berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 adalah Imogolitik, Hiperthermik, Typic Humudept.

(5)

ABSTRACT

The research is aimed to reclassification of Ultisol Arboretum USU Kwala

Bekala, Subdistrict Pancur Batu, District Deli Serdang based on

Soil Taxonomy 2014.

This research was conducted at Arboretum USU Kwala Bekala,

Subdistrict Pancur Batu, District Deli Serdang start from April up to September

2014 with an observation of profil include physical characteristics of soil and

continued by soil chemical analysis include soil texture, bulk density, pH H2O,

pH KCl, P2O5, organic carbon, CEC, base saturation, Ca-exchange,

Mg-exchange, K-exchange and Na-exchange.

The results of field observation and soil analysis shows if classification of

soil in Arboretum USU Kwala Bekala based on Soil Taxonomy 2014

is Imogolitic, Hyperthermic, Typic Humudept.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandung pada tanggal 18 Maret 1992 dari Ayah Lismer Sirumapea dan Ibu Delima Sinaga. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis : - SD Ignatius Slamet Riyadi Bandung lulus pada tahun 2004 - SMP Ignatius Slamet Riyadi Bandung lulus pada tahun 2007 - SMA Santo Mikhael Pangururan lulus pada tahun 2010

- Masuk USU pada tahun 2010 melalui jalur Peningkatan Minat dan Prestasi program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi, Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah, Ikatan Mahasiswa Katolik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, sebagai asisten praktikum Laboratorium Genesis dan Klasifikasi Tanah, Laboratorium Agrogeologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Dasar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Metodish Indonesia tahun ajaran 2014/2015.

Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) Universitas Sumatera Utara tahun 2011/2012, meraih dana hibah kewirausahaan porgram Bussines Plan Student Enterpreneurship Center Universitas Sumatera Utara tahun 2012, penerima beasiswa Tanoto Foundation 2013/2014.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Perkebunan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reklasifikasi Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ir. Purba Marpaung, SU selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Ir. Hardy Guchi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing serta kepada semua staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan juga kepada seluruh rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Medan, Nopember 2014

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil Identifikasi Penentuan Jenis Mineral Tanah Dengan Analysis

Differential Thermal (DTA) ...11

2. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada Profil...18

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data Curah Hujan Stasiun Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 29

2. Suhu Udara Kabupaten Deli Serdang (0C) 2012 Stasiun Sampali ... 30

3. Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian ... 31

4. Peta Lokasi Penelitian ... 32

5. Peta Ketinggian Lokasi Penelitian ... 33

6. Peta Geologi Lokasi Penelitian ... 34

(11)

DAFTAR ISI

Taksonomi Tanah ...9

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ...12

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari bahan padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan, dan gas, terjadi pada permukaan lahan, menutupi ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal berikut : horison-horison atau lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya, sebagai akibat dari proses penambahan, penghilangan, transfer, dan perubahan bentuk dari energi dan bahan; atau kemampuan dalam menyokong tanaman berakar pada lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1998).

Arboretum USU Kwala Bekala merupakan kawasan hutan pendidikan seluas 30 Ha yang terletak dibagian selatan kampus baru USU Kwala Bekala. Kawasan ini merupakan taman hutan raya sebagai bagian dari kegiatan akademik Fakultas Pertanian USU yang memungkinkan terlaksananya fungsi area hijau sebagai daerah konservasi kawasan.

(13)

Tarigan (2013) juga telah mengidentifikasi horison argilik dengan metode irisan tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala dengan hasil bahwa Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang tidak mempunyai horison argilik karena tidak terdapat selaput liat pada horison Ultisol, lebih sesuai termasuk horison kambik dan klasifikasi tanah termasuk Inseptisol.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai lahan Arboretum USU Kwala Bekala yang menunjukkan adanya sanggahan bahwa tanah bukan Ultisol tetapi klasifikasi tanah mengarah ke Inceptisol dan belum pernah diklasifikasikan berdasarkan Taksonomi Tanah 2014, peneliti tertarik untuk mengklasifikasi kembali Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014.

Tujuan Penelitian

Mengklasifikasi kembali Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dalam mendapatkan nama jenis tanah yang tepat bagi kepentingan ilmu pengetahuan yang kemudian dapat dipergunakan sebagai dasar untuk pengelolaan tanah di Arboretum USU Kwala Bekala.

2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Ultisol

Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah kering sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian tanah laterik serta sebagian besar tanah podsolik, terutama tanah Podsolik Merah Kuning (Munir, 1996).

Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 80 C. Ultisol adalah tanah dengan horison argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang (Hardjowigeno, 2003).

(15)

Dalam Soil Survey Staff (2014) Ultisol mempunyai salah satu berikut :

1. Horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan, dan kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) sebesar kurang dari 35 persen pada satu kedalaman berikut :

a. Apabila seluruh epipedon mempunyai kelas besar-butir berpasir atau skeletal-berpasir :

(1) Pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison argilik (tetapi tidak lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dalam ; atau

(2) Pada kontak densik, litik, paralitik, atau petroferik, apabila lebih dangkal; atau

b. Yang paling dangkal dari kedalaman berikut :

(1) Pada 125 cm di bawah batas atas horison argilik atau kandik; atau

(2) Pada 180 cm di bawah permukaan mineral; atau

(3) Pada kontak densik, litik, paralitik, atau petroferik; atau

2. Fragipan dan kedua sifat berikut :

a. Horison argilik atau kandik yang berada di atas, di dalam, atau di bawahnya, atau memilih lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih pada satu subhorisonnya atau lebih; dan

b. Kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman paling dangkal berikut :

(1) Kedalaman 75 cm di bawah; batas atas fragipan; atau

(2) Kedalaman 200 cm di bawah permukaan tanah mineral; atau

(16)

Inceptisol

Inceptisol adalah tanah yang belum matang (Immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Beberapa Inceptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah (Hardjowigeno, 2003).

Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan.Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur.Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain (Soil Survey Staff, 2010).

Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Biasanya memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini tergantung tingkat pelapukan bahan induknya. Di dataran rendah pada umumnya dijumpai solum yang tebal, sedangkan pada daerah lereng curam solumnya tipis (Munir, 1996).

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan Inceptisol adalah : 1. Bahan induk yang resisten.

2. Posisi dalam landskap yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.

3. Pembentukan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.

(17)

Inceptisol mempunyai salah satu sifat berikut : 1. Satu atau lebih sifat berikut :

a. Horison kambik yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih di bawah permukaan tanah mineral; atau

b. Horison kalsik, petrokalsik, gipsik, petrogipsik, atau placik, atau duripan, yang batas atasnya di dalam kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral; atau

c. Fragipan, atau horison oksik, sombrik, atau spodie, yang batas atasnya di dalam 200 cm dari permukaan tanah mineral; atau

d. Horison sulfurik yang mempunyai batas atas di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral; atau

e. Rejim suhu cryik dan horison kambik; atau

2. Tidak terdapat bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral;

dan kedua sifat berikut :

a. Satu horison atau lebih di antara kedalaman 20 dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, baik memiliki nilai n 0,7 atau kurang, atau kandungan liat dalam fraksi tanah-halus kurang dari 8 persen; dan

b. Salah satu kedua sifat berikut :

(1) Terdapat horison salik atau epipedon histik, molik, plagen, atau umbrik; atau

(18)

13 atau lebih), yang berkurang seiring bertambahnya kedalaman di bawah 50 cm, dan juga terdapat air tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral pada sebagian waktu selama setahun ketika tanah tidak membeku di beberapa bagiannya

(Soil Survey Staff, 2014). Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah-tanah yang mempunyai sifat-sifat yang sama dapat dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama, dan demikian pula sebaliknya. Klasifikasi tanah sangat erat kaitannya dengan pedogenesis atau proses pembentukan tanah karena proses yang berbeda akan menghasilkan tanah yang berbeda pula (Hardjowigeno, 2003).

Di Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga (3) sistem klasifikasi tanah yang banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di lapangan, yaitu :

1. Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo, 1961),

2. Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003), dan

3. Sistem FAO/UNESCO (1974). Namun dalam perkembangan penggunaannya, Sistem Taksonomi Tanah sejak tahun 1988 lebih banyak digunakan sesuai dengan

(19)

Tujuan klasifikasi tanah adalah :

− Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah.

− Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama lain.

− Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah.

− Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis

dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik, menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian.

− Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru.

(Buol, dkk, 2011).

Klasifikasi sangat penting dan praktis untuk komunikasi baik secara ilmiah maupun awam. Dalam hal ini nama tanah dapat memudahkan komunikasi di antara manusia dalam pembicaraan sosial (pertanian) dan ekonomi. Demikian pula di kalangan akademisi pembicaraan percobaan atau penelitian pertanian akan terkait erat dengan nama tanah di mana penelitian tersebut diadakan (Rachim dan Arifin, 2011). Ilmuwan membuat suatu sistem klasifikasi tanah dalam usahanya untuk memudahkan pengelompokannya dan dalam usaha untuk memudahkan interpretasinya (Balai Penelitian Tanah, 2004).

(20)

akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah (Darmawijaya, 1997).

Taksonomi Tanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri (Rayes, 2007).

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat

penciri horison dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif

Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti : 1. Deskripsi profil tanah.

2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri). 3. Penentuan sifat-sifat lain.

4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo, kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family) dan seri.

(Soil Survey Staff, 1998).

(21)

dengan tanah yang diklasifikasi. Langkah berikutnya adalah mencari halaman yang telah ditentukan untuk memperoleh “Kunci Sub Ordo” dari ordo yang bersangkutan. Selanjutnya pengguna secara sistematis mempelajari seluruh kunci untuk mengidentifikasi sub ordo dari tanah yang diklasifikasi, yaitu yang pertama dijumpai dalam daftar, semua kriteria yang diperlukan dipenuhi oleh tanah yang diklasifikasi. Prosedur yang sama digunakan untuk mengidentifikasi kelas group yang terdapat dalam “Kunci Group” dan kelas sub group yang terdapat dalam “Kunci Sub Group” sampai pada kelas seri tanah (Soil Survey Staff, 2014).

Menurut Taksonomi Tanah 2014 terdapat : - 8 epipedon penciri yaitu :

Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen ; - 19 horison bawah penciri yaitu :

Agrik, Albik, Anlydritik, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik.

- 12 ordo yaitu :

Gelisol, Histosol, Spodosol, Andisol, Alfisol, Oksisol, Vertisol, Aridisol, Ultisol, Mollisol, Inceptisol, Entisol

Dalam taksonomi tanah 2014 terdapat pembagian sub ordo dan great group yang dibagi berdasarkan setiap jenis tanah (Soil Survey Staff, 2014).

(22)

-120 Tabel 1. Hasil Identifikasi Penentuan Jenis Mineral Tanah Dengan Analysis

Differential Thermal (DTA)

Horizon Kedalaman Puncak Endotermik (0C)

Sumber : Puncak Termogram Pada Profil 3 (Podsolik Merah Kuning) Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang ; Kuhon (2009)

Gambar 1. Pola Distribusi Mineral Liat Pada Profil 3 (Podsolik Merah Kuning); Kuhon (2009)

(23)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah Fakultas Pertaniann Universitas Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara Medan dan Laboratorium Kesuburan dan Nutrisi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung dilaksanakan pada April 2014 sampai dengan September 2014.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari setiap lapisan profil, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium, formulir isian deskripsi profil tanah, dan bahan lain untuk analisis tanah di lapangan dan di laboratorium.

(24)

pandu untuk menentukan horison dan batas horison, cangkul untuk menggali profil tanah, label nama sebagai penanda sampel tanah, alat tulis dan alat pendukung lainnya seperti spidol permanen dan parang.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode survei dengan melakukan pengamatan di lapangan untuk mengetahui morfologi dan karakteristik

tanah bagi pengklasifikasian tanah hingga pada kategori Famili menurut Keys to Soil Taxonomy 2014.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan telaah pustaka, pengumpulan semua data penunjang yang dibutuhkan, pengadaan peta yang diperlukan mengadakan pra survey ke lapangan dan penyediaan bahan serta peralatan yang digunakan saat di lapangan.

Kegiatan di Lapangan

a) Penentuan titik dan lokasi profil pewakil

Penentuan titik koordinat dan lokasi pembuatan lubang profil pewakil dilakukan berdasarkan peta lokasi penelitian menggunakan GPS dengan mengambil titik lokasi profil yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu pada koordinat 3028’44,22’’ LU dan 98038’11,0’’ BT.

b) Pembuatan profil tanah

(25)

c) Pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah

Pengamatan sifat-sifat tanah ini meliputi kedalaman efektif, warna, struktur tanah, tekstur tanah, kondisi perakaran, konsistensi tanah dan batas horison atau lapisan tanah.

d) Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis di laboratorium, pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan menggunakan ring sample, dicatat juga data-data dari daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi, drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan.

e) Penyimpanan contoh tanah

Contoh tanah yang telah diambil langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda sesuai dengan horison tanahnya.

Tahap analisis

a) Analisis di laboratorium, meliputi :

• Tekstur tanah dengan metode pipet

• Bulk Density dengan metode ring sampel

• C-organik dengan menggunakan metode Walkey and Black

• Basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) dengan menggunakan

metode NH4OAc pH 7

• P2O5 dengan ekstrak HCl 25%

• pH H2O dan pH KCl dengan menggunakan metode Electrometry

• Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah dengan menggunakan metode

(26)

b) Analisis Data Klasifikasi Tanah

Data-data hasil penelitian di lapangan dan laboratorium selanjutnya digunakan untuk pengklasifikasian tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014.

Proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014 sebagai berikut :

1. Ditentukan simbol horison utama dan sub horison 2. Ditentukan horizon atas penciri

3. Ditentukan horizon bawah penciri 4. Ditentukan ordo tanah

5. Ditentukan sub ordo 6. Ditentukan great group, 7. Ditentukan sub group, dan 8. Ditentukan famili

Pengolahan Data

- Diinput data lapangan dan analisis tanah di laboratorium.

- Dideskripsikan profil tanah berdasarkan data lapangan, batas dan kedalaman horison setiap profil pegamatan serta hasil analisis fisik dan kimia tanah di laboratorium.

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi Profil

Deskripsi profil Arboretum USU Kwala Bekala :

Lokasi : Arboretum USU Kwala Bekala,

Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Koordinat : 3028’44,22’’ LU dan 98038’11,0’’ BT

Elevasi : 70 m di atas permukaan laut

Topografi : Datar

Kemiringan lereng : 3 %

Bahan Induk : Satuan Singkut

Kedalaman efektif : 76 cm

Drainase : Baik

Rezim lengas tanah : Udik Suhu udara rata-rata tahunan : 25,1 0C

Vegetasi : Ubi kayu (Manihot esculenta), jambu (Psidium guajava L.), rumput-rumputan (Graminae), sirsak (Anona muricata L.), lamtoro (Leucaena leucocepala), jati (Tectona grandis).

(28)

Profil

Horizon Kedalaman (cm)

Deskripsi

BA 0 – 16/20

Warna merah kehitaman (2,5 YR 3/2), merah lemah (2,5 YR 5/2) kering ; tekstur lempung liat berdebu, struktur gumpal bersudut, sedang, halus; konsistensi agak lekat, agak plastis (basah), gembur (lembab), agak keras (kering); pori-pori halus banyak, sedang dan kasar sedikit; akar halus banyak, sedang dan kasar sedikit; sangat masam; beralih nyata berangsur ke... Bw1 16/20 – 39/43 Warna coklat kemerahan (2,5 YR

4/4), coklat kemerahan (2,5 YR 5/3) kering; tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, sedang, halus; konsistensi lekat, plastis (basah), teguh (lembab), agak keras (kering); pori-pori halus banyak, sedang dan kasar sedikit; akar halus dan sedang sedikit; sangat masam; beralih nyata berangsur ke... Bw2 39/43 – 101/97 Warna merah (2,5 YR 4/6), coklat

kemerahan (2,5 YR 5/4) kering; tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, sedang, halus; konsistensi lekat, plastis (basah), teguh (lembab), keras (kering); pori-pori halus dan sangat halus sedikit; akar halus sedikit; sangat masam; beralih nyata bernagsur ke...

Bw3 +101/97

Warna merah (2,5 YR 5/6), merah (2,5 YR 5/8) kering; tekstur liat, struktur gumpal bersudut, sedang, sangat halus; konsistensi sangat lekat, sangat plastis (basah), teguh (lembab), sangat keras (kering); pori-pori sangat halus sedikit; tidak terdapat akar, sangat masam; terdapat struktur batuan

(29)

Analisis Laboratorium :

Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tekstur tanah) dan bulk density dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada Profil

Horizon Kedalaman Keterangan : LliD = Lempung liat berdebu, LiD = Liat berdebu, Li = Liat

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O dan KCl, basa-basa tukar, KTK, kandungan C-organik dan bahan organik dapat dilihat pada tabel 3 :

(30)

Pembahasan Klasifikasi Tanah

Berdasarkan data-data yang diperoleh baik data laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Soil Taxonomy (USDA, 2014). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horison atas penciri (epipedon), horison bawah penciri (endopedon) serta sifat penciri lain. Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

Penentuan Horizon Atas Penciri

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar

1500 miligram per kilogram yaitu 2,04 miligram per 100 gram yang tidak mengalami penurunan secara teratur mencapai kedalaman 125 cm kemudian besar kejenuhan basa tidak sebesar 50% atau lebih dan kandungan bahan organik tidak sebesar 25% atau lebih.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih.

(31)

- Termasuk epipedon Umbrik karena struktur tidak massive, berstuktur gumpal, warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab sebesar 3 (2,5 YR 3/2), dan dalam keadaan kering sebesar 5 (2,5 YR 5/2), sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab sebesar 2 (2,5 YR 3/2). Kandungan C-organik lebih besar dari 0,6% yaitu sebesar 1,87%. Nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 33,31% dan n-value kurang dari 0.7 yaitu 0,11.

Penentuan Horison Bawah Penciri

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E.

- Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B.

- Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya yaitu sebesar 50,1257%, mengalami kerusakan kecil tanpa akumulasi dan tidak memenuhi kriteria argilik.

Penentuan Ordo

- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

- Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik.

(32)

- Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik.

- Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.

- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan horison salik.

- Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik.

- Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dengan nilai kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

- Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik.

Penentuan Sub Ordo

- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah .

- Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik.

- Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik.

- Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik.

- Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.

(33)

Penentuan Group

- Tidak termasuk Sulfudepts karena tidak mempunyai horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Durudepts karena tidak mempunyai duripan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan.

- Tidak termasuk Fragiudepts karena tidak mempunyai fragipan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Eutrudepts karena tidak memiliki kejenuhan basa sebesar 60% atau lebih pada satu horison atau lebih di antara kedalaman 25 cm dan 75 cm dari permukaan tanah.

- Termasuk Humudepts karena memiliki epipedon umbrik.

Penentuan Sub Group

- Tidak termasuk Lithic Humudepts karena tidak terdapat kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah.

- Tidak temasuk Vertic Humudepts karena tidak mempunyai permukaan linier sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah dan kontak densik, litik, atau paralitik.

- Tidak temasuk Aquandic Humudepts karena tidak memiliki fraksi tanah halus sebesar 30% pada keseluruhan horison dengan ketebalan 18 cm dalam 75 cm dari permukaan tanah.

(34)

- Tidak temasuk Andic Humudepts karena tidak memiliki fraksi tanah halus sebesar 30% pada keseluruhan horison dengan ketebalan 18 cm dalam 75 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Vitrandic Humudepts karena tidak memiliki fraksi tanah halus sebesar 30% pada keseluruhan horison dengan ketebalan 18 cm dalam 75 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudepts karena tidak memiliki kandungan bahan organik sebesar 0,2% atau lebih pada kedalaman 125 cm.

- Tidak termasuk Aquic Humudepts karena tidak terdapat deplesi redoks berkroma 2 atau kurang, dan tidak memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Oxyaquic Humudepts karena tanah tidak mengalami jenuh air selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk Psammentic Humudepts karena tidak memiliki kelas besar-butir berpasir pada keseluruhan penampang.

- Tidak termasuk Oxic Humudepts karena memiliki persen karbon organik lebih dari 1.00 yaitu sebesar 1.09%

- Tidak termasuk Cumulic Humudepts karena memiliki epipedon umbrik yang berada dengan ketebalan kurang dari 50 cm.

- Tidak termasuk Fluventic Humudepts karena tidak memliki kandungan bahan organik sebesar 0,2% atau lebih pada kedalaman 125 cm.

(35)

- Tidak termasuk Eutric Humudepts karena tidak memiliki kejenuhan basa sebesar 60% atau lebih.

- Tidak termasuk Eutric Humudepts karena memiliki horizon penciri kambik.

- Termasuk Typic Humudepts yang merupakan Humudepts yang lain.

Penentuan Famili

- Kelas Mineralogi

Termasuk Imogolitik, berdasarkan batas penampang kontrol yang terletak pada kedalaman lebih dangkal dari 100 cm di bawah permukaan tanah yang terdapat pada lapisan horizon Bw pada kedalaman 89/98 - 140 cm dari hasil identifikasi penentuan jenis mineral tanah yang dilakukan oleh Kuhon (2009) pada profil yang sama, diperoleh jenis mineral dominan tanah adalah imogolit.

- Kelas Suhu Tanah

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 maka tanah pada Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang memiliki klasifikasi Imogolitik, Hiperthermik, Typic Humudepts.

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor

Buol, SSoil Genesis and

Classification. Sixth Edition. Wiley-Blackwell. ISBN-13: 978-0-8138-0769-0.The IOWA State University Press. Ames.

Carey, J. S. 2009. Perbandingan Tingkat Perkembangan Tanah Menurut Metode Morfologi Tanah, Mineral Liat dan Mineral Indeks Van Wambake pada Tiga Pedon Pewakil di Arboretum USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal 40

Darmawijaya, M. I., 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV Akamedika Pressindo. Jakarta.

Diakses dari http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah Kuhon, R.V.G. 2009. Kajian Pola Distribusi Mineral Liat pada Tiga Jenis Tanah

Berdasarkan Tingkat Perkembangan Tanah di lahan kampus Baru Penelitian USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal 53

Munir, M. 1996. Geologi Dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.

Rachim, D. A. dan Arifin, M. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Taksonomi Tanah. Pustaka Reka Cipta. Bandung

Rachim, D. A. dan Arifin, M. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Pustaka Reka Cipta. Bandung

Rayes, M. L. 2006. Deskripsi Profil Tanah Di Lapang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Rayes., M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. CV Andi Yogyakarta.

(38)

Soil Survey Staff. 2010. Keys To Soil Taxonomy. Eleventh Edition. 2010. United States Departement of Agriculture-Natural Resources Conservation Service. Washington, DC

Soil Survey Staff. 2014. Keys To Soil Taxonomy. Twelfth Edition. 2014. United States Departement of Agriculture-Natural Resources Conservation Service. Washington, DC

Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

(39)

Lampiran 1.

Data Curah Hujan

Stasiun Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Rata-rata

Bulan mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm

Januari 85 423 178 192 151 95 395 114 153 177

Februari 89 46 112 133 135 188 13 15 138 366

Maret 386 95 142 121 188 387 288 153 136 171

April 170 86 151 162 215 252 115 93 297 123

Mei 187 322 305 269 224 450 169 190 474 373

Juni 228 189 383 176 119 232 164 233 83 136

Juli 317 192 170 187 154 148 207 224 272 190

Agustus 231 123 250 220 179 316 158 282 217 308

September 547 223 232 378 256 358 73 195 257 298

Oktober 460 345 285 485 314 479 205 486 323 419

Nopember 192 157 226 336 248 313 481 285 328 169

Desember 221 181 199 293 219 190 193 291 195 432

Jumlah Bulan

Basah 10 9 12 12 12 11 10 10 11 12 10,9

Jumlah Bulan

Kering 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0,3

(40)

Lampiran 2.

Suhu Udara Kabupaten Deli Serdang (0C) 2012 Stasiun Sampali

Bulan Rata-rata Maksimum Minimum

Rata-rata Absolut Rata-rata Absolut

Januari 24,0 31,0 34,2 23,7 22,0

Februari 24,8 31,7 33,2 24,1 23,0

Maret 25,2 32,3 33,8 24,1 23,0

April 25,3 32,2 33,4 24,0 22,0

Mei 25,5 32,3 32,6 24,3 21,4

Juni 25,4 33,1 34,4 24,0 21,6

Juli 25,0 32,4 35,8 23,7 22,8

Agustus 25,0 32,0 34,2 23,8 22,6

September 25,2 31,8 33,6 24,1 22,8

Oktober 25,2 31,0 32,4 24,8 22,0

Nopember 25,3 31,5 33,0 24,1 22,4

Desember 25,5 31,0 31,8 24,3 23,2

Rata-rata 25,1 31,8 33,5 24,0 22,4

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)

Gambar

Gambar 1. Pola Distribusi Mineral Liat Pada Profil 3
Gambar 2. Penampang Profil Tanah Arboretum USU Kwala Bekala
Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Profil

Referensi

Dokumen terkait

- Solat sunat dua rakaat yang dilakukan yang dilakukan sebaik sahaja seseorang itu masuk ke dalam masjid yang bertujuan menghormati masjid. 1 isi x 2m

Hasil pembelian CP (dalam bentuk hardcopy ) yang telah diperiksa KSEI harus diserahkan oleh Arranger atau Agen Penjualan kepada KSEI dengan menggunakan surat pengantar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebiasaan makan, status gizi dan kesehatan pekerja anak di Pasar Badung Kota

a) Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan

Hasil penelitian menunjukkan bentuk aktivitas sosial pada Pabrik Gula Ngadirejo sudah sesuai dengan peraturan menteri Negara BUMN nomor 05/MBU/2007 yaitu program tanggung

Kita berada dalam periode 500 tahun ke-lima atau Masa Akhir Dharma, dan ini adalah waktu yang tepat untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra sebagaimana

Ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Stoelting, Peterson, Ferres menggunakan obat pelumpuh otot non depolarisasi, mereka tidak mendapatkan perbedaan yang bermakna kenaikan

Razvojem navedenog projektnog modela postiglo bi se kontrolirano projektiranje ratnog broda koje bi dalo bolja projektna rješenja od postojećih, a projektni model bi se uz