EVALUASI PEMANFAATAN KOLEKSI INSTITUTIONAL REPOSITORY PADA WEBSITE DIGITAL REPOSITORY
PERPUSTAKAAN UNIMED
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Oleh:
SITI NURBAIDAH 110723013
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Institutional Repository Pada Website Digital Repository Perpustakaan UNIMED Oleh : Siti Nurbaidah
NIM : 110723013
Pembimbing I : Ishak, SS, M.Hum Tanda Tangan :
______________________
Tanggal :
______________________
Pembimbing II : Himma Dewiyana, ST, M.Hum Tanda Tangan :
______________________
Tanggal :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Institutional Repository Pada Website Digital Repository Perpustakaan UNIMED Oleh : Siti Nurbaidah
NIM : 110723013
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
Ketua : DR. Irawaty A. Kahar, M.Pd
Tanda Tangan : ______________________
Tanggal : ______________________
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A
Tanda Tangan : ______________________
ABSTRAK
Nurbaidah, Siti. 2013. Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Institutional Repository Pada Website Digital Repository Perpustakaan UNIMED.
Unit analisis pada penelitian ini dilakukan pada website digital repository Perpustakaan UNIMED. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui konten (muatan) koleksi repository, dilihat dari segi keragaman, kemutakhiran, ukuran dan metadata konten pada situs digilib UNIMED. Tujuan yang lainnya adalah untuk mengetahui pemanfaatan konten institutional repository oleh pengguna pada situs digital repository Perpustakaan UNIMED.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konten analisis dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu browsing ke situs digital repository Perpustakaan UNIMED untuk memperoleh data kekayaan konten digital yang dimiliki oleh Perpustakaan UNIMED.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konten (muatan) koleksi
repository dilihat dari segi keragaman dan kemutakhiran memiliki koleksi yang
beragam dan mutakhir. Pengguna institutional repository berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda, sebanyak 56,58% dimanfaatkan oleh Mahasiswa S1. Untuk konten yang paling banyak dimanfaatkan yaitu konten
undergraduate theses sebanyak 80,20%. Pengguna institutional repository
sebanyak 38,42% berasal dari kota Medan. Pemanfaatan koleksi pada institutional repository Perpustakaan UNIMED paling banyak dimanfaatkan oleh pengunjung pada bulan Apri 2013 yaitu dengan total pengguna sebanyak 64701 pengguna dengan total hits sebanyak 600013 hits. Judul konten yang paling banyak diunduh adalah “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Tingkat Kemiskinan di Propinsi Sumatera Utara” yakni sebanyak 1541 kali pengunduhan berasal dari Program Pascasarjana bidang Ilmu Ekonomi. Pemanfaatan konten institutional repository Perpustakaan UNIMED yakni telah dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh pengguna sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Institutional Repository Pada Website
Digital Repository Perpustakaan UNIMED”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat kelengkapan studi untuk menyelesaikan Program Sarjana Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Inil Maidi dan Ibunda Nur’ainun yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moril maupun materil yang tiada henti serta dukungan do’a kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, baik dalam penyajian maupun penguraiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Irawaty, A. Kahar, M.Pd selaku Ketua Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
3. Bapak Ishak, SS, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa sabar dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan serta waktu dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Opung Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac yang telah memberikan kontribusinya kepada penulis.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU.
8. Seluruh Tim Repository Perpustakaan UNIMED yaitu: Kak Dedek, Bang ibeL, Kak Icut, Kak Harly, Kak Echa, Kak Popi dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 9. Kepada Abangda penulis M. Ikhsan Fadly dan kedua adinda penulis yaitu M.
Nur Khalis Husni dan M. Taufiq Qurrahman atas semangat dan dukungannya. 10. Sahabat seperjuangan yang mendukung terlaksananya skripsi ini yakni Kak
Nona, Kak Dhini, Kak Uti, Pita, Icha, Windhi, Mutia.
11. Kepada semua teman-teman stambuk 2011 ekstensi ilmu perpustakaan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas canda tawanya selama masa perkuliahan.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik kalian yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga karya yang singkat ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Ruang Lingkup ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Evaluasi Koleksi Perpustakaan ... 6
2.1.1 Definisi Evaluasi Koleksi... 6
2.1.2 Tujuan Evaluasi Koleksi ... 7
2.2 Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan ... 9
2.3 Jenis Koleksi Perpustakaan ... 10
2.4 Koleksi Digital ... 11
2.4.1 Pemanfaatan Koleksi Digital... 13
2.4.2 Akses Koleksi Digital ... 14
2.5 Sumber Daya Informasi Elektronik ... 16
2.5.1 Evaluasi Sumber Daya Informasi Elektronik ... 17
2.5.2 Frekuensi Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Elektronik ... 17
2.6 Institutional Repository ... 18
2.6.1 Pengertian Institutional Repository ... 18
2.6.2 Tujuan Institutional Repository ... 20
2.6.3 Fungsi Institutional Repository ... 20
2.6.4 Konsep Kerangka Kerja Institutional Repository ... 22
2.6.5 Standarisasi Institutional Repository ... 23
2.6.6 Format Metadata dalam Institutional Repository ... 24
2.6.7 Local Content ... ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Unit Analisis ... 27
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.4 Instrumen Penelitian ... 28
3.5 Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Institutional Repository Perpustakaan UNIMED ... 33
4.1.1 Pengunjung ... 35
4.1.2 Koleksi ... 36
4.1.3 Akses ... 38
4.1.4 Pengguna ... 39
4.2 Kebijakan Institutional Repository Perpustakaan UNIMED ... 42
4.2.2 Staffing ... 42
4.2.3 Marketing ... 43
4.3 Sistem dan Jaringan ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Pengumpulan Data (berdasarkan judul konten yang paling banyak diunduh) ... 29 Tabel 3.2 Tabel Pengumpulan Data (berdasarkan jenis pekerjaan pengunduh)
... 29 Tabel 3.3 Tabel Pengumpulan Data (berdasarkan jenis konten asal fakultas
dan prodi) ... 30 Tabel 3.4 Tabel Pengumpulan Data (berdasarkan tingkat keterpakaian
koleksi Institutional
Repository perbulan) ... 31
Tabel 3.5 Tabel Pengumpulan Data (berdasarkan IP Adress pengguna yang paling banyak berkunjung ke website digital repository UNIMED) ... 31 Tabel 3.6 Tabel Analisis Data ... 32 Tabel 4.1 Tabel Anggota digital repository Perpustakaan UNIMED
berdasarkan jenis pekerjaan) ... 35 Tabel 4.2 Tabel Jumlah & Persentase koleksi Institutional Repository
Perpustakaan UNIMED ... 36 Tabel 4.3 Tabel Jumlah & Persentase Konten yang paling banyak di unduh . 37 Tabel 4.4 Tabel Statistik Bulanan Akses ke Koleksi Institutional Repository
Perpustakaan UNIMED ... 38 Tabel 4.5 Tabel Anggota Institutional Repository Perpustakaan UNIMED
(berdasarkan kota tinggal) ... 40 Tabel 4.6 Tabel Hasil Rangkuman Pembahasan Tabel Pengumpulan Data
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konsep Kerangka Kerja Institutional Repository ... 22 Gambar 4.1 Tampilan Home Pada Digital Repository UNIMED ... 34
Gambar 4.2 Grafik Statistik Bulanan Pemanfaatan Koleksi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pengumpulan Data Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 53
Lampiran 2 : Pengumpulan Data Berdasarkan Konten yang Paling banyak di Unduh (PhD Theses) ... 53
Lampiran 3 : Pengumpulan Data Berdasarkan Konten yang Paling banyak di Unduh (Master Theses) ... 54
Lampiran 4 : Pengumpulan Data Berdasarkan Konten yang Paling banyak di Unduh (Undergraduate Theses) ... 54
Lampiran 5 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan Mei
2012 ... 55 Lampiran 6 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan Juni
2012 ... 55 Lampiran 7 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan Juli
2012 ... 56 Lampiran 8 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
Agustus 2012 ... 56 Lampiran 9 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
September 2012 ... 57 Lampiran 10 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
Oktober 2012 ... 57 Lampiran 11 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
November 2012 ... 58 Lampiran 12 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
Desember 2012 ... 58 Lampiran 13 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
Januari 2013... 59 Lampiran 14 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan
Februari 2013... 59 Lampiran 15 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan Maret
2013 ... 60 Lampiran 16 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan April
Lampiran 17 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan Mei
2013 ... 61 Lampiran 18 : Pengumpulan Data Statistik Bulanan Akses Koleksi
Institutional Repository Perpustakaan UNIMED bulan Juni
2013 ... 61
ABSTRAK
Nurbaidah, Siti. 2013. Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Institutional Repository Pada Website Digital Repository Perpustakaan UNIMED.
Unit analisis pada penelitian ini dilakukan pada website digital repository Perpustakaan UNIMED. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui konten (muatan) koleksi repository, dilihat dari segi keragaman, kemutakhiran, ukuran dan metadata konten pada situs digilib UNIMED. Tujuan yang lainnya adalah untuk mengetahui pemanfaatan konten institutional repository oleh pengguna pada situs digital repository Perpustakaan UNIMED.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konten analisis dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu browsing ke situs digital repository Perpustakaan UNIMED untuk memperoleh data kekayaan konten digital yang dimiliki oleh Perpustakaan UNIMED.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konten (muatan) koleksi
repository dilihat dari segi keragaman dan kemutakhiran memiliki koleksi yang
beragam dan mutakhir. Pengguna institutional repository berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda, sebanyak 56,58% dimanfaatkan oleh Mahasiswa S1. Untuk konten yang paling banyak dimanfaatkan yaitu konten
undergraduate theses sebanyak 80,20%. Pengguna institutional repository
sebanyak 38,42% berasal dari kota Medan. Pemanfaatan koleksi pada institutional repository Perpustakaan UNIMED paling banyak dimanfaatkan oleh pengunjung pada bulan Apri 2013 yaitu dengan total pengguna sebanyak 64701 pengguna dengan total hits sebanyak 600013 hits. Judul konten yang paling banyak diunduh adalah “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Tingkat Kemiskinan di Propinsi Sumatera Utara” yakni sebanyak 1541 kali pengunduhan berasal dari Program Pascasarjana bidang Ilmu Ekonomi. Pemanfaatan konten institutional repository Perpustakaan UNIMED yakni telah dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh pengguna sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perpustakaan selalu diidentikkan dengan koleksi buku dan bahan tercetak lainnya. Sampai saat ini, pada umumnya koleksi yang ada diperpustakaan adalah bahan koleksi tercetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Namun demikian, saat ini media penyimpanan informasi sudah mulai bertambah banyak, tidak hanya terbatas pada koleksi tercetak saja melainkan juga berbahan digital. Perpustakaan perguruan tinggi sebagai tempat mengumpulkan media informasi baik berupa buku maupun nonbuku. Perkembangan bentuk dan jenis sumber informasi yang dimiliki perpustakaan tidak terlepas dari dukungan teknologi informasi, yang menjadikan akses pangkalan data elektronik sebagai salah satu alternative dalam pemenuhan kebutuhan informasi. Dengan adanya perkembangan tersebut pustakawan perlu bersikap responsive dan inovatif serta selalu berupaya menyediakan berbagai sumber informasi dan jenis layanan, termasuk layanan informasi elektronik.
non-akademik. Perpustakaan juga menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang telah dihasilkan oleh sivitas akademika. Sedangkan untuk dapat menjalankan fungsi interpretasi, perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dihasilkan untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.
Sebagai lembaga pengelola informasi, perpustakaan tidak hanya wajib melestarikan semua fisik penyimpan informasi saja, termasuk di dalamnya
institutional repository, tapi juga merawat dan menyebarluaskan institutional
repository tersebut untuk memperkaya khazanah pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi seluruh sivitas akademika sebuah perguruan tinggi khususnya, dan umumnya bagi siapa saja yang mencari pengetahuan. Institutional repository juga merupakan koleksi yang unik karena sangat mencerminkan lembaga dimana
institutional repository tersebut bernaung. Institutional repository universitas
misalnya, akan mencerminkan keilmuan yang menjadi perhatian utama sivitas akademika universitas tersebut. Mengingat perpustakaan merupakan pihak yang paling bertanggung jawab mengurusi institutional repository, maka tidak berlebihan bila perpustakaan pula yang akhirnya menangani institutional
repository sivitas akademika perguruan tinggi. Hanya saja, agar usaha ini juga
mendukung terhadap pemeringkatan universitas (webometric) maka perguruan tinggi sebagai lembaga induk perpustakaan, harus membantu dengan mengusahakan software yang memungkinkan koleksi repository tersebut dikelola, sehingga publikasi koleksi repository benar-benar mempengaruhi webometric perguruan tingi yang bersangkutan.
Sebagai salah satu perpustakaan perguruan tinggi, Perpustakaan Universitas Negeri Medan tidak luput dari keharusan untuk melengkapi koleksinya dengan koleksi repository dengan tujuan agar penyebaran informasi menjadi lebih luas. Hal ini erat hubungannya dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi sebagai pusat deposit terbitan Universitas Negeri Medan baik berbentuk tercetak maupun elektronik. Melalui observasi awal, jumlah koleksi
repository bulan Februari 2013 UNIMED sebanyak 22.623 dokumen yang
dokumen), Master Theses (1.535 dokumen), PhD Theses (4 dokumen), Scientific
Articles (691 dokumen), Journal (56 dokumen), Multimedia (7 dokumen), Student
Paper and Presentation (1 dokumen), Proceeding (11 dokumen), Research
Report (229 dokumen), Brochure and Document (1 dokumen), Seminar (6
dokumen) dan Biography (1 dokumen). Berbagai jenis terbitan hasil sivitas akademika tersebut diserahkan keperpustakaan dalam bentuk softcopy (digital) dan hardcopy (tercetak) untuk diolah dan dipublikasi ke dalam digital repository. Sejak bulan Mei 2012 Perpustakaan UNIMED telah berhasil membuat salah satu layanan digital yang dapat di akses di seluruh dunia secara online melalui internet yaitu digital repository dengan alamat websit
Dari data statistik pengguna ke situs Februari 2013) sebagai titik layanan digital repository Perpustakaan UNIMED dikunjungi oleh pengguna online secara global sebanyak 2.300 pengunjung.
Digital repository Perpustakaan UNIMED dapat diakses oleh pengguna seluruh
dunia tanpa berbatas ruang dan waktu. Untuk pengguna online tidak dapat diketahui apakah mereka hanya melihat judul secara garis besarnya saja atau mendownload file tersebut. Sedangkan pengguna yang datang langsung ke perpustakaan dapat diketahui bahwa mereka datang untuk memphoto copy koleksi tercetak tersebut.
Tidak adanya standar evaluasi pemanfaatan koleksi institutional repository dan belum pernah dilakukannya evaluasi pemanfaatan koleksi institutional repository Perpustakaan UNIMED, merupakan salah satu penyebab Perpustakaan UNIMED tidak mengetahui bagaimana pemanfaatan koleksi institutional repository pada website digital library Perpustakaan UNIMED oleh pengguna, sehingga perlu adanya evaluasi terhadap pemanfaatan koleksi institutional repository tersebut sejak dibangun. Evaluasi terhadap pemanfaatan koleksi institutional repository dapat memberikan gambaran serta untuk memberikan masukan dalam memprediksi dan memperbaiki suatu layanan berupa layanan koleksi digital yang berbentuk institutional repository kearah yang lebih baik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis menetapkan judul penelitian “Evaluasi pemanfaatan koleksi institutional repository pada website
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah konten (muatan) institutional repository, jika dilihat dari segi keragaman; kemutakhiran; ukuran; dan metadata konten pada website digital
repository UNIMED?
2. Bagaimanakah pemanfaatan konten institutional repository oleh pengguna pada website digital repository UNIMED?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui konten (muatan) koleksi repository, jika dilihat dari segi keragaman; kemutakhiran; ukuran; dan metadata konten pada website digital
repository UNIMED.
2. Mengetahui pemanfaatan konten institutional repository oleh pengguna pada situs digital repository UNIMED.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Perpustakaan UNIMED, sebagai masukan bagi pengambil keputusan dan pengelola Perpustakaan UNIMED dalam upaya meningkatkan pelayanan khususnya untuk layanan koleksi digital di Perpustakaan. 2. Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
peneliti dengan topik yang berhubungan.
3. Penulis, untuk menambah wawasan pemahan penulis mengenai evaluasi pemanfaatan koleksi institutional repository pada website
digital repository Perpustakaan UNIMED.
1.5 Ruang Lingkup
Untuk memudahkan penyelesaian penelitian ini, peneliti memberikan batasan ruang lingkup penelitian terhadap konten institutional repository hanya pada pemanfaatan konten: PhD Theses, Master These, Undergraduate Theses yang terdapat pada situs digital repository Perpustakaan UNIMED. Meninjau tingkat pemanfaatan dari institutional repository oleh pengguna pada website
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Evaluasi Koleksi Perpustakaan 2.1.1 Definisi Evaluasi Koleksi
Kata evaluasi sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Menurut Echols dan Shadily (2000: 220), pada awalnya kata evaluasi merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu “evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran, kata evaluasi sering digunakan untuk memberikan nilai atau perkiraan hasil mengenai suatu objek yang diteliti.”
Sedangkan menurut Ajick (2009: 2) :
Evaluasi adalah penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses mengoleksi, menganalisa dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi.
Pengertian lain dari Cizek (2000: 16) bahwa:
Evaluasi adalah suatu proses penentuan nilai atau harga dengan mempertimbangkan hasil observasi atau koleksi data yang diperoleh. Hal ini berarti untuk melakukan evaluasi harus diawali dengan kegiatan observasi maupun kegiatan lainnya yang akan menghasilkan data sebagai pertimbangan evaluasi tersebut.
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program atau kegiatan, yang mana keberhasilan program atau kegiatan itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
harus dilakukan secara teratur agar sesuai dengan perubahan dan perkembangan program perguruan tinggi.
Hardi (2006: 4) juga menyatakan bahwa evaluasi koleksi adalah:
Proses efektifitas dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika. Evaluasi merupakan aktivitas yang berkesinambungan yang merefleksikan perubahan dalam proses belajar mengajar dan kebutuhan pemakai. Dengan melakukan evaluasi koleksi, pustakawan bisa mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk bahan literatur yang tersedia dalam memenuhi komunitas perguruan tinggi.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi koleksi adalah kegiatan penilaian daya guna koleksi perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan sivitas akademika perguruan tinggi. Perpustakaan perlu melakukan evaluasi untuk menilai apakah koleksi yang tersedia benar-benar relevan dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
2.1.2 Tujuan Evaluasi Koleksi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Notoatmodjo (2010: 177) menyatakan bahwa:
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran. Survei ini juga berperan untuk mengukur jangkauan dan pencapaian jalur media, pesan serta penerimaan di kalangan khalayak sasaran.
Sedangkan tujuan evaluasi menurut Tayibnapis (2003: 2) adalah: 1) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2) Menilai hasil yang dicapai para pelajar. 3) Menilai kurikulum.
4) Memberi kepercayaan kepda sekolah. 5) Memonitori dana yang telah diberikan. 6) Memperbaiki materi dan program pendidikan
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan dari evaluasi adalah pengambilan keputusan dalam mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran untuk mendapatkan informasi yang tepat.
Perpustakaan memiliki beberapa alasan untuk melakukan evaluasi koleksi. Adapun alasan umum yang biasanya melatarbelakangi dilakukannya evaluasi koleksi pada suatu perpustakaan menurut Junaidi (2010: 3) antara lain:
2) Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan koleksi berikutnya.
3) Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi.
Alasan tersebut menjadi dasar untuk menentukan tujuan evaluasi koleksi. Pada hakikatnya, menurut Hardi (2006: 4) “tujuan evaluasi koleksi dilakukan agar dapat memperkirakan bagaimana tingkat pemanfaatan koleksi perpustakaan dimasa yang akan datang”.
Berdasarkan kebijakan pengembangan koleksi dalam mengembangkan program perguruan tinggi, Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 49) menjelaskan tujuan evaluasi koleksi yaitu:
1) Mengetahui mutu, lingkup dan kedalaman koleksi.
2) Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi. 3) Mengikuti perubahan, perkembangan, sosial budaya, ilmu dan
teknologi.
4) Meningkatkan nilai informasi.
5) Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi. 6) Menyesuaikan kebijakan pengembangan koleksi.
Pendapat lain juga dinyatakan oleh Ajick (2009: 2) bahwa “tujuan dari evaluasi diantaranya adalah untuk menentukan kualitas koleksi dan juga mengetahui apakah tujuan perpustakaan yang ditentukan telah tercapai”.
Uraian yang lebih spesifik mengenai tujuan evaluasi koleksi dikemukakan oleh Nurjanah (2010: 12-13) sebagai berikut:
1) Tujuan Internal
a. Kebutuhan pengembangan koleksi: untuk mengetahui cakupan subjek koleksi, kedalaman koleksi, dan pola pemanfaatan koleksi oleh pengguna, nilai uang dari koleksi yang ada (data asset perpustakaan), masalah yang dihadapi oleh kebijakan pengembangan koleksi dan program- programnya, perubahan apa saja yang harus dilakukan dengan program yang ada, dan apakah staf pengembangan koleksi sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik; untuk mendata: kekuatan koleksi dan kelemahannya secara kualitatif maupun kuantitatif (pada subjek apa saja); untuk mendapatkan: data bagi kepentingan program pengembangan koleksi bersama perpustakaan lain, data bagi kepentingan penyiangan, data bagi kepentingan stock opname
pengembangan koleksi lama/retrospective; semua alokasianggaran pengembangan koleksi
2) Tujuan Eksternal
a. Kebutuhan institusi lokal, untuk mengetahui: kinerja perpustakaan; rasionalisasi anggaran pengembangan koleksi yang diajukan; apakah anggaran yang diperoleh bisa menunjang kebutuhan; apakah perpustakaan tersebut sudah setara dengan unti pelayan lain dalam komunitas yang sama; alternatif lain dari penambahan ruang (ruang penyimpanan); apakah koleksi sudah kadaluarsa; apakah koordinasi dalam program pengembangan koleksi sudah berjalan dengan baik; apakah tingkat duplikasi koleksi sudah tepat; apakah rasio biaya/keuntungan (cost/benefit) masuk akal;
b. Kebutuhan luar organisasi, menyiapkan data untuk: akreditasi; badan-badan pendanaan dan donor; berbagai program jaringan, konsorsium dan kerjasama lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi koleksi dibutuhkan untuk mengkaji apakah koleksi yang tersedia sudah relevan dengan kebutuhan pengguna dan dimanfaatkan dengan baik oleh pengguna perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasinya dan apakah koleksi yang tersedia telah sesuai dengan kebutuhan pengembangan koleksi, kebutuhan anggaran, kebutuhan internal organisasi dan kebutuhan eksternal organisasi perpustakaan.
2.2 Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan
2.3 Jenis Koleksi Perpustakaan
Koleksi merupakan salah satu unsur pokok yang dimiliki oleh perpustakaan dalam menjalankan kegiatan pelayanan pengguna agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Koleksi perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi meliputi segala macam bentuk cetakan dan rekaman, termasuk koleksi digital. Koleksi perpustakaan dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu tercetak dan terekam.
Menurut Sulistyo-Basuki (2009: 30), bahan pustaka mencakup: 1) Karya cetak
Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk pustaka yaitu:
a. Buku
Buku adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku.
b. Terbitan berseri
Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu tertentu.
2) Karya non cetak
Karya non cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku, atau majalah melainkan dalam bentuk lain seperti: rekaman suara, rekaman video. Istilah lain untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini antara lain:
a. Rekaman suara yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam.
b. Gambar hidup dan rekaman video seperti film dan kaset video, selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan.
c. Bahan grafika, ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung misalnya: lukisan foto, gambar teknik, serta bahan pustaka yang harus dilihat dengan bantuan misalnya: slide, transparansi, filmstrip dan lain sebagainya.
d. Bahan kartografi, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peta, atlas, foto udara.
3) Bentuk mikro
Bentuk mikro yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan
microreader.
4) Karya dalam bentuk elektronik
Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD ROM player dan sebagainya.
Sedangkan Sumardji (1998: 13) menyatakan koleksi perpustakaan terdiri dari:
1. Berdasarkan cara menghasilkannya, koleksi perpustakaan terdiri dari: a. Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli,
misalnya manuskrip;
b. Koleksi berupa karya cetakan, misalnya buku-buku, majalah- majalah, surat kabar;
c. Koleksi berupa karya alihan dari tulisan tangan asli maupun karya cetakan ke karya grafis dengan alat elektronik maupun fotografi, misalnya film, slide, piringan hitam, tape dan lain-lain.
2. Berdasarkan bentuknya, koleksi perpustakaan terdiri dari:
a. Buku seperti buku teks, fiksi maupun non-fiksi, dan buku referensi seperti kamus, ensiklopedi, almanak, buku pegangan, bibliografi, index, abstrak, peta dan sebagainya;
b. Penerbitan pemerintah, seperti Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara, Tambahan Berita Negara, Himpunan Peraturan-peraturan Pemerintah, dan sebagainya;
c. Laporan penelitian, paper, skripsi, thesis, disertasi; d. Majalah, baik yang umum maupun yang khusus; e. Surat kabar;
f. Karya alihan tulisan-tulisan ataupun cetakan-cetakan yang telah dibuat menjadi film, slide, piringan hitam, tape, dan sebagainya; g. Manuskrip; dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa perpustakaan memiliki berbagai jenis koleksi yang dilayangkan kepada pengguna baik koleksi dalam bentuk tercetak seperti buku dan terbitan berseri, koleksi non cetak seperti rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, bahan grafika, bahan kartografi, microfilm dan mikrofis. Karya dalam bentuk elektronik seperti pita magnetis, cakram atau disc dan koleksi lainnya. Semua koleksi tersebut dapat digunakan oleh pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
2.4 Koleksi Digital
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah member dampak bertambahnya jenis koleksi pada perpustakaan, yaitu koleksi digital. Dengan adanya jaringan internet dan media komputer, menuntut adanya koleksi digital dalam penelusuran informasi yang cepat dan tersedia setiap saat.
This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a komputer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many komputer screens and the relatively short ‘life’ of the Internet. This seemingly slow start to the use of eBooks should be seen in the context of the hundreds, if not thousands of years it took to move from the verbal to the written–initially on rock, clay tablets, animal skins, papyrus scrolls and finally, to modern paper.
Dalam kutipan tersebut di atas koleksi digital adalah koleksi informasi dalam bentuk elektronik berbasis internet yang umumnya terdapat dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Sedangkan Tartojogja (2008: 1) menjelaskan bahwa “koleksi digital disini dapat bermacam-macam, dapat berupa buku elektronik, jurnal elektronik, database online, statistik elektronik, dan lain sebagainya.” Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa koleksi digital adalah koleksi dalam bentuk elektronik atau digital yang terpasang secara online.
Untuk memanfaatkan koleksi digital, perpustakaan perlu menyediakan fasilitas untuk mengakses seperti sarana dan prasarananya. Sesuai dengan pernyataan Sutarno (2006: 220) bahwa:
untuk mengadakan jasa perpustakaan yang menyajikan koleksi digital, maka perpustakaan harus menyiapkan sarana dan prasarana terlebih dahulu, misalnya tersedianya komputer dengan segala kelengkapan lainnya, seperti instalasi akses internet. Dengan fasilitas yang memadai, pemustaka dapat mengakses koleksi digital dimanapun mereka berada dengan mudah.
Menurut Cleveland (1998: 4) terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam proses membangun koleksi digital, yaitu:
1. Digitalization, converting paper and other media in existing collections to digital form.
2. Acquitition of original digital works created by publisher and scholars.
3. Access to external materials not held in-house by providing pointers to Web sites, other library collections, or publishers’ servers.
Pendapat di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1. Digitalisasi, alih media kertas dan media lainnya terhadap koleksi yang telah tersedia ke bentuk digital.
3. Akses ke sumber eksternal, maksudnya suatu lembaga yang menyediakan fasilitas link ke sumber-sumber informasi penting yang disediakan secara gratis dan bisa dimanfaatkan langsung ke sumbernya secara gratis pula.
Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa yang menjadi pedoman utama dalam membangun koleksi digital adalah tersedianya akses langsung ke sumber informasi dengan cepat dan mudah tanpa akses berbayar, dengan kata lain pengguna tidak perlu repot untuk melihat langsung dokumen tercetaknya.
2.4.1 Pemanfaatan Koleksi Digital
Ada banyak cara yang ditempuh oleh pengguna dalam memanfaatkan koleksi dalam format tercetak khususnya buku. Lain halnya cara pemanfaatan yang dilakukan oleh pengguna terhadap koleksi dalam bentuk elektronik. Menurut Hasugian (2005: 14), “informasi yang diperoleh dari hasil penelusuran dapat
di-download, dicetak dan/atau hanya dibaca di monitor. Pada dasarnya pengguna
dapat secara bebas memperlakukan informasi yang didapatnya melalui penelusuran dari internet”. Pada umumnya cara memanfaatkan koleksi dalam format elektronik yang paling sering dilakukan oleh pengguna adalah
men-download. Hal ini dilakukan oleh pengguna apabila menemukan informasi yang
relevan berdasarkan kebutuhan informasinya dalam format elektronik biasanya mereka akan men-download informasi tersebut untuk kemudian disimpan ke dalam media penyimpanan seperti flash disk, hard disk, CD ROM dan lainnya. Dengan melakukan download, pengguna memiliki kesempatan untuk melihat ulang rekaman informasi yang telah ia simpan dalam media penyimpanan tersebut. Dengan menggunakan mesin printer, hampir sebagian besar pengguna memilih untuk mencetak informasi elektronik yang mereka peroleh. Cara seperti ini dilakukan untuk memudahkan pengguna dalam membaca informasi elektronik yang telah diperolehnya.
Menurut Hasugian (2005: 14) menyatakan bahwa:
penting untuk dimiliki. Adakalanya suatu informasi yang ditampilkan dalam format elektronik tidak dapat di-download atau dicetak oleh pengguna sehingga pengguna hanya dapat mencatat informasi dari dokumen elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau buku catatan.
Pendapat tersebut diatas juga memiliki kemiripan dengan pendapat yang dikemukan oleh Ajie (2013: 10) menyatakan bahwa:
Untuk mengukur dampak penelitian misalnya metode bibliometrik seperti analisis sitiran terhadap jurnal akademik yang dikelola oleh suatu institusi sering digunakan untuk mengukur atau mengetahui tingkat penggunaan jurnal tersebut. Sehingga melalui institutional repository akan lebih mudah diukur seberapa sering sebuah jurnal digunakan, seberapa sering sebuah artikel dalam jurnal ilmiah dibaca atau di-download , seberapa sering suatu laporan penelitian dibaca atau di-download dan sebagainya.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dijelaskan ada beberapa cara pemanfaatan koleksi perpustakaan, baik dalam format tercetak maupun dalam format elektronik. Untuk memanfaatkan koleksi tercetak khususnya buku yang biasa dilakukan oleh pengguna yaitu meminjam, membaca ditempat, mencatat informasi dari buku dan memperbanyak (menggunakan jasa photo copy) sedangkan untuk koleksi dalam format elektronik biasanya pengguna akan
men-download, membaca informasi di layar komputer, mencatat informasi dari
dokumen elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau buku catatan dan mencetak (printing). Cara yang ditempuh oleh pengguna tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diantaranya adalah waktu, kenyamanan dan materi.
2.4.2 Akses Koleksi Digital
Menurut Hasugian (2005: 9) ada beberapa konsekuensi menarik dengan banyaknya perpustakaan yang tersambung ke internet, yaitu:
1. Sumber ilmu pengetahuan yang biasanya terbatas hanya tersedia pada jenis perpustakaan tertentu, kini menjadi tidak terbatas dengan adanya akses internet.
2. Buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian dan dokumen lainnya yang umumnya tersedia hanya di perpustakaan lokal, menjadi tidak terbatas karena dicari di berbagai perpustakaan yang ada di internet.
3. Perpustakaan tidak lagi terbatas pada koleksi berbasis cetak (paper
based), akan tetapi menjadi pusat diseminasi informasi maupun
Menurut Wulandari (2013: 3), kemudahan akses informasi menggunakan teknologi internet membawa dua perubahan besar bagi penyebaran informasi, yakni:
Pertama, kemudahan akses informasi menyebabkan perkembangan koleksi dalam bentuk elektronik semakin melimpah, baik yang disediakan secara cuma-cuma maupun dengan cara berlangganan, sehingga perpustakaan merupakan konsumen yang harus dengan cermat dan teliti menyeleksi koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kedua, kemudahan akses informasi juga memberi peluang kepada perpustakaan untuk menjadi produsen informasi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.
Hughes (2004: 8) juga berpendapat bahwa:
materi digital dapat tersedia untuk pemakai secara lebih luas sehingga memungkinkan pemakai untuk dapat melihat koleksi perpustakaan tanpa harus datang atau melihat bentuk fisik koleksi tersebut dan pemakai dapat lebih sering mengakses koleksi perpustakaan.
2.5 Sumber Daya Informasi Elektronik
Dewasa ini terjadi perubahan dalam pengelolaan sumber daya informasi di perpustakaan. Menurut Hasugian (2008: 12), “berbagai sumber daya informasi berbasis kertas (paper-based) yang selama ini menjadi primadona perpustakaan tradisional sekarang telah banyak tersedia dalam format elektronik.” Sumber daya informasi elektronik ini menawarkan cara yang berbeda dalam penyimpanan dan menemubalikkan informasi dibandingkan dengan sumber daya informasi berbasis kertas (paper-based). Brophy dkk (2000: 5) menyatakan sumber daya informasi elektronik adalah “every document in electronic form which needs special
equipment to be used. Electronic resources include digital documents, electronic
serials, databases, patents in electronic form and networked audiovisual
documents”.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa sumber daya informasi elektronik adalah setiap dokumen dalam bentuk elektronik yang membutuhkan peralatan khusus untuk menggunakannya yang meliputi dokumen digital, terbitan berseri elektronik, database (pangkalan data), hak paten dalam format elektronik dan dokumen jaringan kerja audiovisual.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dicantumkan di antaranya definisi informasi elektronik adalah:
Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa informasi elektronik tidak terbatas hanya pada tulisan tetapi juga termasuk suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,
2.5.1 Evaluasi Sumber Daya Informasi Eleketronik
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika sebuah lembaga atau institusi dalam hal ini perpustakaan, dalam menciptakan sebuah koleksi digital. Seperti yang dikemukakan oleh IFLA (2012: 7-12) yaitu:
a. Konten: sumber daya informasi elektronik harus mendukung kurikulum dan penelitian Universitas. Harus ada target yang diharapkan dari penggunaannya. Konten harus unik, akurasi datanya harus lengkap dibandingkan dengan format tercetak;
b. Persyaratan Teknis: persyaratan teknis terdiri atas metode akses, otentikasi, dan kompatibilitas. Sebaiknya sumber daya informasi elektronik harus tersedia untuk akses jarak jauh;
c. Fungsi dan Keandalan Sistem: sumber daya informasi elektronik mempunyai nilai tambah dibandingkan dengan format cetak lainnya, yakni : interface (antarmuka sumber daya elektronik harus user-friendly), pencarian dan pemakaian software harus fleksibel;
d. Dukungan Vendor: vendor sumber daya informasi elektronik harus dapat diandalkan, vendor harus memberikan pelaporan statistik, tepat waktu, akurat, dan professional;
e. Supply: tidak seperti koleksi tercetak, tidak ada model standar untuk
kemasan dan harga publikasi elektronik.
2.5.2 Frekuensi Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Elektronik
Frekuensi pemanfaatan sumber daya informasi elektronik maksudnya proses, tindakan yang dilakukan dalam memanfaatkan sumber daya informasi elektronik yang digunakan. Informasi yang digunakan sudah memiliki nilai guna. Setiap pengguna perpustakaan memiliki frekuensi dalam memanfaatkan sumber daya
informasi elektronik yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebutuhan
informasi, waktu dan kesempatan yang mereka miliki. Oleh karena itu, frekuensi
pemanfaatan sumber daya informasi elektronik merupakan indikator untuk
mengetahui sejauh mana pengguna memanfaatkan sumber daya informasi elektronik
pada perpustakaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 245) menyebutkan bahwa
frekuensi mengandung arti yaitu “kekerapan”. Frekuensi pemanfaatan koleksi berarti
memiliki makna kekerapan penggunaan koleksi oleh pengguna dalam memenuhi
kebutuhan informasinya. Semakin sering suatu koleksi perpustakaan digunakan, hal
itu menandakan bahwa informasi yang tersedia dalam koleksi tersebut benar-benar
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
Menurut Hardiningtyas (2009: 9) menyatakan bahwa “apabila koleksi sebuah
dengan informasi yang diinginkan pengguna.” Permasalahannya, koleksi bagaimana
yang berdayaguna bagi pemakainya. Hal ini tentu bergantung pada kesesuaian
informasi yang diinginkan pengguna. Oleh sebab itu, koleksi yang sesuai saja yang
dimanfaatkan oleh pengguna. Sehingga dapat dijelaskan bahwa koleksi perpustakaan
bermanfaat untuk para pengguna perpustakaan dikarenakan informasi yang sesuai
dengan permintaan pengguna, oleh sebab itu frekuensi memanfaatkan koleksi
perpustakaan semakin sering.
Ketersediaan koleksi elektronik pada perpustakaan perguruan tinggi juga
mempengaruhi tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung
bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada
penggunanya. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi
penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena
mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan tersebut.
2.6 Institutional Repository
2.6.1 Pengertian Institutional Repository
Institutional repository merupakan suatu tempat atau ruang dimana
sesuatu disimpan. Istilah institutional repository digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan beberapa bentuk penyimpanan data dan koleksi digital.
Menurut Mustaine (2008:1) institutional repository adalah:
The word Institutional repository can refer to a central place where data can be stored or maintained,the term Institutional repository can also refer to a certain place which is specifically used to store digital data, it can refer to a site where e-prints are situated. Institutional repository also means a place where many multiple databases or files are located which is later used for distribution over a specific network. It can also refer to a komputer location which is directly accessible to the user without him searching or logging on to the entire network. In short Institutional repository means a place where anything is stored which can later be used again.
repository dapat juga mengacu pada penempatan komputer yang secara langsung
dapat diakses pemakai tanpa dia mencari atau masuk dalam keseluruhan jaringan. Singkatnya institutional repository berarti suatu tempat dimana segala sesuatunya dapat disimpan dan digunakan kembali.
Sedangkan menurut Reitz (2010) pengertian institutional repository adalah satu set layanan yang ditawarkan oleh universitas atau kelompok perguruan tinggi untuk anggota komunitas untuk pengelolaan dan penyebaran materi ilmiah dalam format digital yang diciptakan oleh institusi dan anggota masyarakat, seperti e-prints, laporan teknis, tesis, dan disertasi, data set, serta bahan ajar.
Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa terdapat kesamaan yaitu mendefenisikan institutional repository sebagai suatu istilah yang mengacu pada tempat penyimpanan dan merawat data, tempat penyimpanan data
digital/e-print, tempat penyimpanan beberapa file atau database untuk didistribusikan
dalam suatu jaringan komputer, dan tempat dimana sesuatu disimpan dan dapat digunakan kembali.
Institutional repository merupakan hal yang penting bagi suatu universitas
dan perguruan tinggi yang membantu dalam mengelola dan menangkap asset kelembagaan sebagai bagian dari strategi informasi mereka. Institutional
repository digital dapat menyimpan material dalam cakupan yang luas untuk
berbagai pemakai dan tujuan sehingga dapat mendukung proses pembelajaran, riset, dan administratif. Institutional repository membantu institusi untuk mengembangkan pendekatan yang terkoordinasi dan logis untuk menangkap, mengidentifikasi, menyimpan, dan temu kembali asset intelektual mereka. Hal ini menambah peluang untuk penggunaan yang efisien dari riset yang ada, meningkatkan peluang untuk menambah pengalaman pembelajaran dan mendorong kerja sama di dalam dan antar disiplin dan kelompok yang berbeda.
digital pada kegiatan akademik seperti dokumen adminstrasi, catatan perkuliahan atau materi perkuliahan lainnya.
2.6.2 Tujuan Institutional Repository
Institutional repository merupakan hal yang penting bagi suatu perguruan
tinggi yang membantu dalam pengelolaan asset kelembagaan sebagai bagian dari strategi informasi mereka. Institutional repository membantu institusi untuk mengembangkan pendekatan yang terkoordinir dan logis untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menyimpan dan temu kembali intelektualnya.
Adapun tujuan utama memiliki institutional repository menurut Jain dan Anurag (2008: 4) adalah:
1) to create global visibility for an institution’s scholarly research;
2) to collect content in a single location;
3) to provide open access to institutional research output by self-archiving it;
4) to store and preserve other institutional digital assets, including unpublished or otherwise easily lost (grey) literature (e.g., these or technical reports).
Tujuan utama memiliki institutional repository di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1) Untuk menciptakan hal yang dapat dilihat secara global untuk suatu riset ilmiah institusi
2) Untuk mengumpulkan isi di dalam penempatan tunggal
3) Menyediakan akses terbuka untuk hasil riset dari institusi pendidikan 4) Untuk menyimpan dan memelihara asset digital dari institusi lain,
meliputi literature yang tidak diterbitkan (grey literature, misalnya tesis atau laporan teknis.
2.6.3 Fungsi Institutional Repository
Institutional repository pada sebuah institusi adalah sebuah tempat online
merupakan kumpulan data digital pada kegiatan akademik seperti dokumen administrasi, catatan perkuliahan atau materi perkuliahan lainnya.
Adapun fungsi dari institutional repository menurut Wicaksono (2005: 5) adalah:
1) Tempat menyimpan structured information yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi.
2) Sumber referensi bagi proses pembelajaran di discussion forum dan
structured knowledge creation.
3) Tempat menyimpan pengetahuan yang dihasilkan pada proses pembelajaran di discussion forum dan structured knowledge creation. Sedangkan menurut Joaquin (1996: 1-3) fungsi institutional repository adalah:
1) Storage function; The storage function stores data.
2) Information organization function; The information organization function manages a institutional repository of information described by an information schema and includes some or all of the following elements:
a. Modifying and updating the information schema;
b. Querying the institutional repository, using a query language; c. Modifying and updating the institutional repository.
3) Relocation function; The relocation function manages a institutional repository of locations for interfaces, including locations of management functions for the cluster supporting those interfaces.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa fungsi utama institutional
repository adalah sebagai berikut:
1) Fungsi penyimpanan; menyimpan data
2) Fungsi organisasi informasi; mengelola institutional repository informasi yang dijelaskan dengan skema informasi yang mencakup beberapa unsur berikut:
a. Modifikasi dan pembaruan skema informasi;
b. Peng-query-an institutional repository dengan menggunakan bahasa query;
c. Modifikasi dan pembaruan skema informasi;
4) Fungsi jenis institutional repository; mengelola spesifikasi jenis
institutional repository dan tipe hubungan.
5) Fungsi perdagangan; menangani iklan dan penemuan antarmuka. Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi institutional
repository adalah sebagai tempat menyimpan data digital yang dikumpulkan dari
berbagai sumber, pengorganisasian data dengan skema informasi, mengelola lokasi informasi untuk antarmuka, sebagai sumber referensi bagi proses pembelajaran dan sebagai tempat menyimpan pengetahuan yang dihasilkan pada proses kegiatan pembelajaran.
2.6.4 Konsep Kerangka Kerja Institutional Repository
Menurut Kim (2008: 1284), “dasar dari tinjauan literatur ini, dapat menghasilkan sebuah kerangka kerja teoritis untuk mengevaluasi sistem koleksi digital”. Secara umum dan sederhana kerangka kerja institutional repository dapat dilihat dalam bentuk gambar dibawah ini:
[image:35.595.111.512.370.665.2]Sumber : Kim (2008: 1285)
Dalam membangun sebuah institutional repository diperlukan adanya suatu kerangka kerja yang dapat dijadikan pedoman pekerjaan. Gambar diatas memperlihatkan ada empat komponen dasar dalam mengevaluasi institutional
repository yang saling berkaitan yakni: Content dan Management & Policy serta
Use & User Category dan System & Network. Dalam kategori content komponen
yang harus disediakan dalam institutional repository adalah diversity (keragaman), currency (kemutakhiran), size (ukuran) dan metadata. Metadata menurut Imafouo (2006: 14) adalah “pusat untuk membangun perpustakaan digital, karena didalamnya terdapat sistem penyaringan informasi kepada pengguna dan merupakan bentuk dasar dari pencarian frase kata.” Sedangkan metadata menurut OAI (2004) adalah “merupakan rumusan suatu item dalam format yang spesifik.” Dari kedua pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa metadata adalah data yang mendeskripsikan atribut sebuah sumber daya, mencirikan hubungannya, menunjang penemuannya dan penggunaannya secara efektif serta berada di lingkungan elektronik. Metadata biasanya terdiri atas himpunan unsur data, masing – masing elemen (unsur) mendeskripsikan atribut sumber daya, manajemennya atau penggunannya.
Pendeskripsian konten pada gambar diatas dari segi kuantitas konten adalah sama pentingnya dengan kualitas konten bahkan dalam lingkungan jaringan. Sementara kuantitas konten menarik orang untuk menggunakan sistem
institutional repository, kualitas konten untuk mempertahankan pembaca
institutional repository. Hal yang terpenting adalah konten dalam institutional
repository harus mudah diakses dalam jaringan.
Dalam kategori manajemen, ditetapkan delapan item termasuk anggaran, staf, dan metode pengarsipan sebagai item kunci. Dalam kategori sistem ditetapkan tiga item, termasuk interoperabilitas dan faktor integrasi penting dalam infrastruktur jaringan. Terakhir dalam kategori kegunaan ditetapkan lima item, termasuk tingkat kegunaan dan kepuasan pengguna.
2.6.5 Standarisasi Institutional Repository
satu pedoman tertentu, hanya saja suatu institutional repository yang baik adalah mengacu kepada sistem standarisasi metadata yang dikembangkan oleh OAI-PMH.
Menurut Drake (2004: 3) standarisasi institutional repository adalah: Interoperability requires that repositories employ standards developed to
handle issues associated with open access. These standards include the Open Archival Information System (OAIS) Reference Model, Open Archives Metadata Harvesting Protocol (OAI-PMH), and the Metadata Encoding and Transmission Standard (METS). Software is a key element in the construction of an institutional repository. Guide to Institutional software, version 2, published by the Open Access Society is valuable tool for selecting software appropriate to the needs and contecxt of the institution and its institutional repository. Other organizations involved in standards and institutional repository design and operations include the Digital Library Federation, Coalition for Networked Information, OCLC, the electronic theses and dissertations program at Virginia Tech, and Creative Commons.
Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa standarisasi institutional
repository yaitu mengacu kepada standar OAIS (Open Archival Information
System). OAIS adalah sebuah organisasi nirlaba yang memiliki tujuan
menyediakan protokol pertukaran metadata yang terbuka (open). Open dimaksudkan bahwa protokol tersebut bisa didapatkan secara bebas oleh setiap organisasi yang membutuhkannya OAI menyediakan protokol untuk memanen (harvest) koleksi-koleksi dari beberapa institutional repository digital yang disebut OAI Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH).
2.6.6 Format Metadata dalam Institutional Repository Metadata menurut Hasan (2010: 6) adalah:
Struktur data yang berisi hal-hal yang menjelaskan tentang sebuah file, informasi atau data itu sendiri seperti: judul, pengarang, abstrak dan lainnya. Saat ini jenis metadata cukup banyak dan bervariasi. Agar memiliki kompatibilitas dengan system lain, sebaiknya lebih aman menggunakan metadata standar yang sudah dipakai oleh banyak sistem
institutional repository. Dengan memiliki metadata koleksi yang sama,
Salah satu jenis metadata yang sudah marak digunakan di Indonesia adalah
Dublin Core. Metadata ini pada dasarnya memiliki 15 elemen sebagai berikut
Hasan (2010: 7) :
1) Title : Judul utama/tambahan dari karya ilmiah 2) Creator : Pembuat karya ilmiah
3) Contributor : Pihak yang terlibat dalam terciptanya hasil karya ilmiah 4) Subject : Pokok bahasan sumber informasi pustaka karya ilmiah 5) Identifier : Nomor identifikasi suatu karya ilmiah
6) Description : Keterangan tentang isi dari karya ilmiah 7) Publisher : Badan yang mempublikasikan karya ilmiah 8) Date : Tanggal penciptaan karya ilmiah
9) Type : Jenis karya ilmiah
10) Format : Informasi bentuk fisik karya ilmiah
11) Source : Rujukan ke sumber asal suatu karya ilmiah 12) Language : Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah 13) Relation : Hubungan sumber informasi karya ilmiah 14) Coverage : Cakupan batasan sebaran informasi 15) Right : Informasi hak cipta
Dublin Core banyak disukai karena kesederhanannya dan masih fleksibel
untuk dikembangkan (refinement) sesuai kebutuhan. 2.6.7 Local Content
Situs web perpustakaan perguruan tinggi memiliki koleksi yang unik yang tidak terdapat pada situs lain yang sering disebut dengan istilah local content, yaitu suatu koleksi yang hanya dibuat di perguruan tinggi tersebut dan tidak disebarluaskan ke publik maupun percetakan.
Sulistyo-Basuki (2001: 2) mengemukakan,
Istilah local content dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi muatan lokal atau isi lokal. Bila menggunakan istilah muatan lokal, maka istilah tersebut mengandung arti materi atau informasi lokal yang dimasukkan ke sebuah wadah lain.
Local content yang dimaksudkan dalam perguruan tinggi adalah koleksi
grey literature atau disebut juga dengan literatur abu-abu. Merupakan hasil karya
sivitas akademika suatu perguruan tinggi. Literatur abu-abu memiliki isi yang khas, yang tidak terdapat pada dokumen yang dijual dipasar, yang isinya mampu menambah khasanah ilmu. Menurut Hasanah (2009: 14) Grey literature dapat dikelompokkan sebagai berikut:
3) Disertasi, adalah karya dari Mahasiswa Tingkat Doktor.
4) Prosiding, yaitu hasil Seminar, Lokakarya, Pertemuan Ilmiah yang diadakan di Perguruan Tinggi, dan karya sivitas akademikanya yang memberikan presentasi di berbagai kegiatan ilmiah.
5) Laporan penelitian dari setiap Kelompok Penelitian di Perguruan Tinggi.
6) Pidato pengukuhan adalah penyampaian secara oral suatu makalah yang berupa buah pemikiran seorang Guru Besar di hadapan Sidang Terbuka Majelis Guru Besar selama waktu tertentu.
7) Karya tulis ilmiah. 8) Artikel.
Beberapa contoh dokumen grey literature lainnya dapat dilihat dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004: 55) yang menyatakan bahwa:
Literatur abu-abu (grey literature) meliputi semua karya ilmiah dan non ilmiah yang dihasilkan oleh suatu perguruan tinggi. Literatur abu-abu ini wajib disimpan di perpustakaan dengan keputusan rektor.
Literature abu-abu (grey literature) yang dimaksud adalah: 1) Skripsi, tesis, disertasi
2) Makalah seminar, simposium, konferensi, dsb
3) Laporan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat 4) Laporan lain-lain, Pidato Pengukuhan, dsb
5) Artikel yang dipublikasikan oleh media massa 6) Publikasi Internal Kampus
7) Majalah atau Buletin Kampus
Dari kedua uraian pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa dokumen grey
literature terdiri dari karya ilmiah dan non ilmiah yang dihasilkan oleh suatu
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Muhadjir (2000: 6) “metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian”. Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep teoritis berbagai metode, kelebihan dan kelemahan yang dalam suatu karya ilmiah. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang akan digunakan dalam penelitian nantinya.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Menurut Arikunto (2006: 234) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi dokumen. Menurut Sugiyono (2008: 329) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya.
3.2 Unit Analisis
Pada umumnya setiap peneliti selalu berkaitan dengan populasi dan sampel. Disamping itu masih ada unit analisis lain yang dapat dijadikan populasi dan sampel. Arikunto (2006: 121) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah “satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian, yang dapat diklasifikasikan sebagai subjek penelitian adalah benda atau manusia”. Berdasarkan dari pendapat tersebut diatas maka peneliti mengambil subjek penelitian atau unit analisis dalam penelitian ini adalah website
digital repository Perpustakaan UNIMED, yang dalam hal ini dibatasi pada
ini merupakan pusat pengumpulan dan penyebaran informasi di lingkungan UNIMED yang tentunya berhubungan erat dengan publikasi ilmiah (koleksi
repository).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan berupa data sekunder yakni buku, internet, dan sumber literatur lainnya yang berkaitan dengan subjek penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Adapun teknik dokumentasi yang peneliti amati adalah dengan melakukan teknik penelusuran langsung ke situs digilib repository UNIME tentang subjek inti yang akan diteliti.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut (Arikunto, 2006: 160) adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti yang mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah”. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel masalah yang diteliti. Untuk mengumpulkan data, penulis membuat formulir isian sebagai instrument dalam penelitian ini, dengan membubuhkan tanda check-list untuk mencari variabel yang dicari. Seperti yang dikemukakan oleh (Arikunto, 2006: 231) “Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai.”
Formulir isian dibutuhkan untuk mengetahui evaluasi pemanfaatan koleksi repository pada website digital repository Perpustakaan UNIMED, yaitu hanya di batasi pada konten-konten berikut:
1. Konten repository terdiri dari:
a. PhD Theses (S3) terdiri dari hasil karya Mahasiswa UNIMED lulusan S3.
c. Undergraduate Theses (S1) terdiri dari hasil karya Mahasiswa UNIMED
lulusan S1.
2. Frekuensi Pemanfaatan 3. Institusi Pengunduh Pedoman Dokumentasi
[image:42.595.110.535.238.789.2]Pedoman dokumentasi menurut Arikunto (2006: 158), “pedoman dokumentasi memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya”. Oleh sebab itu penulis membuat pedoman dokumentasi yang merupakan tabel pengolah data dan tabel analisis data sebagai berikut :
Keterangan Tabel 1:
1) Jenis konten : singkatan dari konten repository. a. PT = PhD Theses
b. MT = Master Theses
c. UT = Undergraduate Theses 2) Frekuensi Pemanfaatan :
[image:42.595.120.533.519.609.2]a. 1 = 1 s/d 5 dokumen b. 2 = 6 s/d 10 dokumen c. 3 = 11 s/d 15 dokumen d. 4 = lebih dari 15 dokume
Tabel 3.1: Tabel Pengumpulan Data
(berdasarkan judul konten yang paling banyak diunduh)
No. Judul Konten
Jenis Konten Frekuensi Pemanfaatan
Jumlah Unduh
PT MT UT 1 2 3 4
1. 2. 3.
Tabel 3.2: Tabel Pengumpulan Data (berdasarkan jenis pekerjaan pengunduh)
[image:42.595.112.534.667.752.2]Tabel 3.3: Tabel Pengumpulan Data
(berdasarkan jenis konten asal fakultas dan prodi)
No Judul Konten
Jenis
Konten Fakultas Prodi
Frekuensi Pengunduhan
PT MT UT 1 2 3 4
1. 2. 3.
Keterangan:
1) Jenis konten : singkatan dari konten repository. a. PT = PhD Theses
b. MT = Master Theses
c. UT = Undergraduate Theses 2) Frekuensi Pemanfaatan :
a. 1 = 1 s/d 5 dokumen b. 2 = 6 s/d 10 dokumen c. 3 = 11 s/d 15 dokumen d. 4 = lebih dari 15 dokumen
Tabel 3.4: Tabel Pengumpulan Data
(berdasarkan tingkat keterpakaian koleksi institutional repository perbulan) No. Bulan Persentase Pemanfaatan Keterangan
1. 2. 3.
Tabel 3.5: Tabel Pengumpulan Data
(berdasarkan IP Adress pengguna yang paling banyak berkunjung ke website digilib repository UNIMED)
No. Kota Jumlah Keterangan
[image:43.595.115.537.127.215.2]3.5 Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data, untuk mengolah data digunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (1998: 112) “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Data diambil dengan melakukan penelusuran (searching) pada situs
digilib.unimed.ac.id. Situs ini dieksplorasi dengan menggunakan daftar tabel
3.1 sehingga di dapat data yang diperlukan.
2. Tabel pengumpulan data (tabel 3.1) di bangun berdasarkan data yang ingin di evaluasi. Disini penulis mengumpulkan data judul konten, jenis konten serta frekuensi pemanfaatan konten digilib UNIMED
3. Kemudian pada tabel 3.2 penulis akan mengumpulkan data berdasarkan jenis pekerjaan pengunduh.
4. Selanjutnya pada tabel 3.3 penulis melakukan pengumpulan data berdasarkan jenis konten asal fakultas dan prodi. Setelah semua data terkumpul penulis akan mengevaluasi tabel tersebut dengan membuat interpretasi data.
5. Pada tabel 3.4 penulis akan mengumpulkan data berdasarkan tingkat keterpakaian koleksi institutional repository perbulan.
6. Setelah ditemukan seluruh data yang dicari berdasarkan pedoman pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3 dan tabel 3.4 selanjutnya penulis akan melakukan rekapitulasi data keseluruhan yang terdapat pada konten digital repository UNIMED tersebut.
Tabel 3.6: Tabel Analisis Data
No Judul Konten
Jenis Konten Frekuensi Pemanfaatan
Jumlah Unduh
Fakultas Prodi
PT MT UT 1 2 3 4 1.
2. 3.
Keterangan:
1) Jenis konten : singkatan dari konten repository. a. PT = PhD Theses
b. MT = Master Theses
c. UT = Undergraduate Theses 2) Frekuensi Pemanfaatan :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Institutional repository Perpustakaan UNIMED
Perpustakaan Universitas Negeri Medan terus berbenah diri dalam meningkatkan layanan, baik dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk digital. Sejak bulan Mei 2012 Perpustakaan UNIMED telah berhasil membuat salah satu layanan digital yang dapat di akses di seluruh dunia secara online melalui internet yaitu digital repository dengan alamat website
repository memfokuskan layanan digital hasil-hasil terbitan sivitas akademika